Bab I. Pendahuluan I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami bencana gerakan tanah adalah Provinsi Jawa Barat. Dari data survei yang dilakukan pada tahun 2005 hingga 2007 tercatat telah terjadi bencana longsor sebanyak 44 kali pada tahun 2005, 98 kali pada tahun 2006 dan 77 kali pada tahun 2007. Bencana longsoran yang terjadi di daerah Perkebunan Teh Dewata pada tanggal 23 Februari 2010, berada tidak jauh dari lokasi penelitian dengan susceptibility dan vulnerability hazard yang relatif sama. Berdasarkan data sumber PUSDALOPS BNPB, tercatat sedikitnya 70 orang tewas dan menimbun 50 rumah, begitu juga dengan bangunan pabrik dan fasilitas yang dimiliki. Untuk mencegah terjadinya kerugian sosial ekonomis akibat bencana yang serupa maka penelitian yang berkaitan dengan bencana gerakan tanah sangat penting untuk dilakukan. Bencana gerakan massa tanah umumnya terjadi pada wilayah yang mengalami pelapukan intensif dengan ketebalan tanah yang cukup tinggi. Sejalan dengan pernyataan tersebut, daerah penelitian yang terletak di wilayah Perkebunan Teh Patuhawati memiliki tingkat pelapukan yang tinggi dengan sebagian besar material lapukan berupa mineral lempung. Penyebaran mineral lempung yang cukup luas di daerah penelitian ini disebabkan oleh pengaruh alterasi hidrotermal, sebagai produk hasil aktivitas geotermal Gunung Api Patuha. Kehadiran mineral lempung di zona pelapukan dapat menjadi faktor pengontrol utama terjadinya gerakan massa tanah. Hal ini disebabkan karena kontak antara lapisan mineral lempung hasil proses alterasi akan bersifat lebih kedap air dibandingkan tanah koluvial yang berada di atasnya, sehingga lapisan mineral lempung tersebut dapat menjadi suatu bidang gelincir bagi gerakan tanah. Wilayah Perkebunan Teh Patuhawati yang sebagian besar tersusun oleh material Gunung Api Patuha, dengan penyebaran zona alterasi hidrotermal yang
1
Bab I. Pendahuluan I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739
cukup luas, akan menjadikan pembahasan mengenai pengaruh alterasi hidrotermal terhadap kestabilan lereng dan mekanisme terjadinya longsoran di daerah dalam kondisi seperti ini menjadi menarik dan perlu tinjauan khusus yang lebih mendalam. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alterasi hidrotermal terhadap gangguan kestabilan lereng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Membandingkan pengaruh faktor alterasi hidrotermal dengan keempat faktor pengontrol gerakan tanah yang lain (kelerengan, geologi teknik, struktur geologi, dan tata guna lahan) terhadap terjadinya gerakan tanah dengan menggunakan metode AHP. 2. Mengetahui tipe alterasi hidrotermal yang berpengaruh terhadap perubahan sifat keteknikan pada lereng di daerah penelitian. 3. Memprediksi mekanisme gerakan tanah akibat proses alterasi hidrotermal.
1.3 Manfaat Penelitian Tidak seperti daerah lainnya di Jawa barat yang sering dijadikan studi atau penelitian mengenai gerakan tanah, penelitian mengenai hal ini sangatlah jarang. Penelitian lebih banyak berupa analisa dan studi tanaman ataupun pertanian. Sebagai daerah prospek panas bumi, terdapat beberapa paper yang membahas mengenai daerah ini. Namun penelitian dari sisi kebencanaan dirasa sungguh kurang, padahal sebagian besar aktivitas masyarakatnya berada di daerah rawan bencana. Diharapkan dari hasil penelitian mengenai pengaruh alterasi hidrotermal terhadap kestabilan lereng dan mekanisme terjadinya longsoran di Perkebunan Teh Patuhawati, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat dapat dimanfaatkan sebagai:
2
Bab I. Pendahuluan I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739
Salah satu sumber informasi mengenai kondisi geologi, penyebaran zona alterasi, geologi teknik, dan penyebaran titik gerakan massa yang berkaitan dengan terjadinya bencana geologi gerakan tanah di daerah tersebut.
Dasar
pertimbangan
ilmiah
dalam
mempelajari
pengaruh
alterasi
hidrotermal terhadap kestabilan lereng dan mekanisme terjadinya gerakan massa tanah.
1.4 Lokasi Penelitian Daerah penelitian berada di Perkebunan Teh Patuhawati, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Pada peta Rupa Bumi Indonesia, daerah penelitian termasuk dalam lembar 1208-542 Barutunggal dan berada pada batas titik koordinat X: 107°23'30"−107°25'30" dan Y: 07°12'00" −07°13'30". Kesampaian daerah penelitian dapat dicapai dengan efektif menggunakan kendaraan roda dua dan berjalan kaki, karena akses jalan yang sangat minim dan dalam kondisi yang tidak memadai. Jarak lokasi penelitian terhadap kota terdekat, yaitu Ciwidey berkisar 60 km dengan kondisi jalan yang sebagian besar rusak berat.
JAWA BARAT G. Patuha Kawah putih (Ciwidey)
BANDUNG
G. Tilu
Pegunungan selatan
CTC SAMUDRA HINDIA
0 0
km 15km
Gambar 1.1 Lokasi penelitian (ditandai dengan kotak berwarna putih).
3
Bab I. Pendahuluan I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739
1.5 Batasan penelitian Penelitian dibatasi untuk mengetahui pengaruh alterasi hidrotermal terhadap kestabilan lereng dan mekanisme terjadinya longsoran. Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara menganalisis pengaruh alterasi hidrotermal terhadap kestabilan lereng dan mekanisme terjadinya longsoran dan mekanisme gerakan tanah secara kualitatif berdasarkan pengamatan kondisi, geologi, sebaran zona alterasi, kondisi geologi teknik daerah penelitian yang dilengkapi dengan serangkaian uji laboratorium untuk memperkuat data–data yang digunakan untuk menentukan kesimpulan. Kemudian secara kuantitatif dilakukan evaluasi secara statistik untuk memperkuat kesimpulan.
1.6 Peneliti Terdahulu Penelitian di daerah Patuhawati, Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Jawa Barat ini dilakukan dengan menggunakan beberapa hasil penelitian yang wilayahnya mencakup Kabupaten Bandung, Sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk memecahkan permasalahan yang ada di lapangan. Seperti disebutkan dalam sub.bab 1.3 manfaat penelitian, penelitian mengenai bencana gerakan massa, atau bencana longsoran di daerah Patuhawati sangatlah minim. Referensi untuk mengetahui kondisi geologi regional daerah penelitian menggunakan data–data prosiding dan jurnal yang sebagian besar berupa jurnal geotermal dan vulkanologi yang memuat tentang kondisi geologi daerah Patuhawati, yang sebagian besar tersusun atas material hasil erupsi Gunung Patuha. Peneliti terdahulu dan hasil yang diperoleh, diantaranya sebagai berikut:
1. Tim KKN PPM UGM 2010 Unit 107 (Ciwidey), 2010, Penanggulangan Bencana Longsor di RW 07, Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian tim KKN ini adalah survei kondisi geologi yang berpengaruh terhadap terjadinya gerakan massa. Kondisi morfologi yang sebagian besar berupa perbukitan berlereng sedang–curam, dengan kondisi
4
Bab I. Pendahuluan I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739
litologi berupa batuan yang telah melapuk, stuktur geologi berupa sesar dan kekar, dan dipicu oleh infiltrasi air hujan. Survei kondisi sosial masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di daerah Patuhawati juga dilakukan, untuk mengetahui tingkat kerentanan dari bencana longsoran tersebut.
2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian termasuk kedalam kelompok potensi terjadinya gerakan massa tanah menengah–tinggi.
3. Koesmono dan Suwarna, 1972. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian termasuk ke dalam formasi Qv (pJ) yang terdiri atas lava dan lahar Gunung Patuha.
5. Bronto, 2006. Hasil penelitian mengungkapkan stratigrafi gunung api yang berada di daerah Bandung selatan, termasuk stratigrafi Gunung Api Patuha yang menjadi litologi penyusun utama daerah penelitian.
6. Alhamid, 1989. Hasil penelitian memaparkan bahwa aktivitas vulkanik yang berada pada area Patuha dimulai sejak Pleistosen bawah hingga Pleistosen atas. Hasil erupsinya memiliki karakter berupa andesit basaltik lava dan breksi yang menutupi sebagian bagian tengah dari area ini.
7. Hakim dan Laya, 2006. Hasil penelitian memaparkan tentang aktivitas panas bumi yang terjadi di sepanjang daerah Patuha. Penyebaran zona alterasi permukaan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas panas bumi dapat dipetakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap terjadinya longsoran di daerah penelitian.
Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam kajian penelitian terdahulu tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian termasuk ke dalam
5
Bab I. Pendahuluan I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739
kelompok potensi terjadinya gerakan massa tanah menengah–tinggi. Litologi penyusun daerah penelitian termasuk ke dalam formasi Qv (pJ) yang terdiri andesit basaltik lava dan breksi Gunung Api Patuha. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut, penulis memperoleh gambaran bahwa kondisi geologi daerah penelitian mendapatkan pengaruh dari proses aktivitas panas bumi yang terjadi di sepanjang daerah Patuha. Hal ini terlihat dari hadirnya beberapa manifestasi panas bumi seperti fumarole dan sebaran zona alterasi permukaan yang cukup luas. Penyebaran zona alterasi permukaan yang diakibatkan oleh adanya aktivitas panas bumi dapat dipetakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap terjadinya longsoran di daerah penelitian. Dengan mengetahui parameter kunci dari alterasi hidrotermal yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng diharapkan penelitian ini mampu menjawab secara komprehensif mengenai pengaruh alterasi hidrotermal terhadap gerakan massa tanah mengingat sebagian besar titik longsoran berada pada zona yang mengalami alterasi hidrotermal.
6