Tera kred itas
i Ll P I N om or 41U AUAP 2Ml-LlP ll04l201 2
tssN 1693-6418
Volume 10, Nomor 3, September-Desember 2012
MUNAWIROH
'''..'.
ACHMADHABIBULLAH
MUDZAKKIR ALI
AJI SOFANUDIN MASNUR ALAM
QOWAID
6;r]'ffi,-
" Jurnal . Edukasi :tl
:
,'
; 't:
Volume
10
,
;
-,:
.:.:ri
i
Nomor 3
? 6
&:.":r--j
.-:r:.€
i
Daftar lsi Kata Pengantar PEMBINA
Diklat KoPrle Badan LltbqnB dan
[iiiiv]
Konstruksi Pendidikan Islam dalam Pandangan Hizbut Tahtir (HT) SYAMSUL ARIFIN - 1267-2821 Kehidupan STq?T9 Membangun Model Pendid'ikan Studi Kasus di SMK {"*'""*"ttt" stclui aiyesantren: Madrasah A1iyah Al Roudlotut Mubtadiin ]epara dan Hikmah2Brebes MUDZAKKIR AU - 1283-2971
MITRABESTART (s"i"+ Prof Dr AzYumardi Azra MA dan Sosiologi Pendidikan)
MA Prof Dr HM Bambang Pranowo' (AntroPologi Ag"+u) Dr H Muhaimin
^FlTftffi
Prof Dr Muhammad HisYam' MA (Sejarah)
PEMMPIN REDAKSI Achmad Habibullah (Pendidikan
Agama)
SEKRETARTSREDAKSI Ta'
rif
(Pendidikan Agama)
TIM PENMINTING HusenHasanBasri(TradisiAg#:S
Wahid Khozin (Tradisi Agama dan
Nurudin
Keagamaan,l (Manajemen Pendidikan)
Diamaluddin (Manajemm Pendidikan) iUaU Muin M (Evatuasi Pendidikan)
Soemanto @vahrasi Pendidikan)
SEKRETARI.AT Khusnah Laeli Roza - Rahmawati Rangkuti Muali-Rizal M. Yusuf
danAmal Keagamaan Model -Sr""i Pengembangan Sikap Haq Semurup Nurut ai Pondok Plsantren
-
KerinciJambi rtnesNuR ALAM - v98-3r21 Balai Diklat Evaluasi Diklat Jarak |auh pada Keagamaan Semarang " QOWAID - [313-328]
Orientasi Pendidikan Pesantren FAIQOH -1329-3471
Pesantren Madarijul Pengaiaran Kitab Kuning di
I
arr*r,Volume
Ulum
Pelamunan Banten
MLNAWIROH-l34V36Ll Pedagoeik Guru Kompetensi - --- r ACHMAD HXBIBUI-L AH - 1362-3771
Pendidikan Minat Masyarakat terhad'ap lvtodel Demak dan Vtuatututl di Magelang AII SOFANUDIN - [378-3881 -1389-39L1 Ketentuan dan Pedoman Penulisan Indeks Isi - [392-405] Lrdeks Mitra Bestari - [406] Indeks Penulis - 1407 -4091
Dite oleh Puslitbang Badan Litbang t"oigii t"nt"n! iti P
I
Sidogiri
2012 10, Nomor 3, September-Desember
kali setahun' Aoama dan Keagamaan ti"ementerian Ag'ama Rl
masi dan diskusi agama dan keagamaan
KATA PENGANTAR
Tidak terasa jumal edukasi memasuki tahun kesepuluh. Artinya, usia jumal ini sudah berusia satu dasawarsa. Usia ini telah memberikan modal berharga bagi pematangan para pengelola dalam meningkatkan kualitas jurnal pada tahun-tahun berikutnya. Sudah menjadi keniscayaan bahwa semakin bertambah usia jurnaf maka akan semakin matang tampilan dan penyajian isi jumal. Mudahmudahan tampilan dan penyajian nomor ini sebaik dengan usianya.
Nomor tiga edisi kesepuluh ini mengangkat 8 (delapan) tulisan. Diawali tulisan Syamsul Arifin yang mengonstruk pendidikan Islam menurut Hizbut Tahrir. Ia mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu bidang strategis dan bagian dari kerangka penerapan syariat Islam. Tulisan kedua dan ketiga yang mengangkat tentang model pengembangan pendidikaru yaitu ditulis oleh Mudzakkir Ali dan Masnur Alam. Dalam paparannya Mudzakkir Ali mencoba membangun model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills dengan pendekatan penelitian R & D di pondok pesantren al-Hikmah Brebes dan Roudlotul Mubtadin Jepara. Menurutnya pondok pesantren sebagai salah satu basis pendidikan Islam yang mengedepankan pengembangan spiritualistik-moralistik santrinya, ketika dihadapkan pada tuntutan perkembangan globalisasi kehidupan masyarakat ternyata mengakomodasinya tidak saja dengan melakukan pengintegrasian antara pendidikan Islam dan umum, juga mengupayakan adanya nilai jual yang kompetitif lulusannya dengan mengembangkan pendidikan life skills pada kurikulum ekstra-kurikulernya. Sementara ifu, Masnur Alam dalam fuIisannya menjelaskan bahwa pesantren
sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi sangat penting, tapi pengembangan sikap dan amal keagamaan jauh lebih penting. Menurutnya, salah satu upaya pengembangan yang harus dilakukan yaitu dengan menawarkan model pengembangan sikap dan amal keagamaan di Pondok Pesantren Nunrl Haq Kerinci |ambi.
Unfuk merespon dinamika tuntutan dan perkembangan kemajuan masyarakat, Kementerian Agama berupaya melakukan pembinaan pendidikan sebagai upaya meng-update l*towledge pendidik dan tenaga kependidikannya dengan memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan. Qowaid dalam artikehrya secara rinci memaparkan bagaimana Balai Diklat Keagamaan Semarang melaksanakan model diklat jarak jauh untuk guru madrasah yang ada di wilayah ]awa Tengah, ditinjau dari aspek hprt, proses, dan produk^yr. Diklat jarak jauh yang dikembangkan Badan Litbang dan Diklat sebagai paradigma baru penyelenggaraan diktat merupakan salah safu respon terhadap tantangan siklus diklat yang masih ti.ggr, selain untuk efisiensi biaya, dan mengatasi keterbatasan waktu dan jarak secara geografis. Artikel keempat yang ditulis Faiqoh tentang orientasi pendidikan pada pondok pesantren Salafiyah Sidogiri, menurutnya bahwa langkah-langkah inovasi dan adaptasi pendidikan yang dilakukan pondok pesantren Sidogiri dengan melakukan perubahan dari sistem pendidikan nonformal ke sistem pendidikan formal tidak sertamerta meninggalkan jatidirinya dengan sejumlah peran-peran tradisionalnya. Pondok pesantren Sidogiri tetap menjaga konsistensi lembaga pendidikan Islam seperti
EDUKASI Volume 10, Nomor 3, September-Desember 2Oi2
111
Kata Pengantar
mmuniukkan bahwa komPetensi guru masihmemPrihatinkan' Artikel terakhir, yang ditulis Aii Sofanuddin mengenai uPaya-uPaya - yang ditakukan madiasah-madras ah
nya.
BTf
#;
raPa Madrasah
sotogarl.
Sekolah Dasar), dan Madrasah Tsanawiyah (setingkat Sekolah Menengah Pertama) di daerah Magelang yang dan Keirdal, terdapat 6 (enam) upaya masyarakat minat U".f^tutif meningkitkan terhadap madrisah: (L) melalui pemben*t"r, citra positif; (2) peningkltan prestasi; :kstensifikasi publikaig) iot".,tifiLasi dan ri; t+l membuat proglam unggulan yang Llroti"otusi padi kebutuhan masyarakat; nasional Oj p"-"^"nr. delapan standarrnadrasah p.rJaiaituo; d.an (6) penarnpilan yang menarik. Akhirnya, dengan hadirnya beberapa hrlisan yang disuguhkan diatas, semoga
dapat memberikan kontribusi bagi Pemeriritah, lembaga pendidikan, rnasyatakal' dan lain-lain sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pet didikan Islam yang lebih baik di masa dePan. Selamat membaca!
honorer. Temuan hasil penelitian tersebut
iv I rouxlSr Volume 10, Nomor 3, September-Desember I
Achmad Habibullah
2012
BANGUN MODEL PENDIDIKAN KEHIDUPAN BERAGAMA BERBASIS t'FE SK'LLS DI PESANTREN: Studi Kasus di sMK Roudlotul Mubtadiin Jepara dan Madrasah Aliyah Al Hikm ah 2 Brebes MENfl
Oleh: Mudzakkir Ali Direktur Program Pascasarjana Univelsitas Wahid Hasyim Semarang' Email: amudzakkirali@Yahoo. com
Abstract
jh:
life based on life skills iT The research objectiae is to build an education model of religious nalim' Titis study used Borg and Gall lslamic boarding school nccording to the philosophy of life of ihe nam deaelopment pr6cedure consisting of three stages of deaelopment' deaelopment nnd post-dea'elopment. Actiaities undertaken in the pre-
rhe'deuetopmentstageinctudest!;ri:':;;frf
:{m;f :r:!:;;;t The exPett asses
icboarding schoo racy asPects. The the Islamic boarding school suruounding, namely klam,ic-Senior Vocational School (StvtXl Roudlotul Mubtadiin, which haae organ with dffirent aariants, i.e. materials of aocational education progra aulomotiae' welding' and Kitab Kuning es, such as: computer,'English, fashion, fisheries, electronics, (Islamic books). The impiemeniation of life skills education is not limite also t structure, both in the curriculum and in the educational ptocess, but in s'cills life contained in the culture system of religious life in deueloping
enaironment. Key u or ds :
E
ducation, Religious Lrfr, Lrf, skills, lslamic
b
oar
ding
s
cho
ol
Abstrak Tujuan penelitian ini untuk membangun model pendidiknnkeh dipesan Borg an
dan pas knn telaah literatur. TahaP Penge
merumusknn tujuan umum, Tahap pasca penge*bo*,gon
tui
melakukan uii ahli, uii kelompok kecil dan Hasil penilaian ittli meiunjukknn bahwa model pendidikan kehid di pesantren telah memenuhi kriteria akseptabilitas -bila ditiniau d keicpatan. Hasil penelitinn adalah pada dua sekolah di lingkunga 2 dnn SMK Roudlotul Mubtadiin, telah menyelenggatakan pend
23 "ltr,&
Naskah diterima 2012, Revisi
yiitu
uji
kelompok terbatas'
kedu 2, Revisi pertama 30 Oktober 2012' ' Revisi ''i ' ''"'' '' '.'.r': 2012' ,' -" ', '' ,,' '' EDUKASI Volume 10, Nomor 3, September-Desember
ber
':"' 2Ol-
|
283
Mudzakkir Ali
Kata Kunci: pendidiknn, kehidupan beragama, life skills, pesantren.
PENDAHULUAN Dalam konteks kehidupary agama adalah potensi, kompetensi dan tujuan hidup. Se_ bagaipotensi, agama merupakan fitrah ma_ nusia yang dititahkan sejak ia masih di alam Sebagai kompetensi, potensi agama 1*+r. tersebut perlu diaktualisasikin dalam pro_ ses_perjalanan hidup manusia agar hidup_ nya be,rmakna2. Sebagai tujuan, iktualisasi .rgrT, diyakini akan mewujudkan keba_ llgrru" dan kesejahteraan manusia dalam hidup di dunia dan akhiraf. Oleh karena ifu, agama menjadi kebufuhan azasi d.alam hidup dan kehidupan manusia. pendidikan sebagai titik tolak kehidupan beragama, ka_ rena men]a-di keyakinan bahwa p"rraiaitrr, sangat efektif dalam -u*p"rgrruhi per_ kembangan individu untuk -J-p, -"__ tataran ihnu (Iogos) tan (etos) maupun dalam realitas hi_ nusiaa. John Dewey kan education is the m?ns of social continuity of life (pendidikan adalah alat kontinuitas soslal kehidupan)r. Rasyid Ridla (1,86b-19g5 M) bahwa Lat lBaca:
eS al-A,raf: I72 d.aneS al_Rum: 30.
manusia tidak menjadi baik pada akhirnya,
kecLali perbaikan pada awaLrya melalui pendidikan6. Disamoing itu, pendidikan secara teoritik memiliki asumsi pokok bersifat akfual, normatif, dan prosesz. Sifat aktual memiliki asurnsi bahwa pendidikan bermula dari kondisi aktual ir,hirriiu aan lingkungan belajar. Sifat normatif datam arti pendidikan tertuju pencapaian -bahwa hal-hal atau norma yang biit. Sifat pro_ ses dalam arti bahwa pendidikan adalah serangkaian kegiata kondisi aktual indivi pada pencapaian in kan. Dengan demik baik segi aktual, normatif, maupun proses memiliki signifikansi dalam kehiiupan keagamaan b (kecakapan hi dupan agama ekonomi dalam peme oran& karena kefakiran seseorang dapat menjadi penyebab kekafirannyar." Untuk 1tu, pendidikan kecakapan niaup perlu ditata agar menjadi sistem kehidupariber_ agama dan individ, y1"g dipenga^ruhinya juga dapat h,idup aan bertcembaig selaras dengan perubahan zaman.
Dari aspek pendidikary secara umum, kelemahan mendasar pendidikan kita (ter_
_ ..
6falyid Ridta. 1912.
India: Ali Kad,h24.
al_Tarbiyyah wa al_Ta,lim.
Mudyahardjo. 2OOI. pengantar pendidi_ . ^TRedjaStudi kan Sebuah awal tentt ng Dasar_Dasar pendidilan pydl ymr.ymnVa dan pendiditlan di tndoiesi.irt "ta, Raja Grafindo persada, h. 92_100. sSesuai dengan
sYunus.20 Paulo Freire €t yB Pustaka, h. 9.
284
hadits Nabi dari Anas bin IViF lr& artmya: hampir-hampir kefakiran itu meniadikan ses9oylg_ menjadi kafir. Baca: al_eadl ai. 1.9g6. Mu*
nad al-Syihab luz 343.
I
|
EOUNAST
Volume tO, Nomor 3, September_Desember 2Ot2
I. Beirut:
Muassasah ,f_nisalafr, fu
Life Skills di Pesantren Membangun Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis
utarra MA dan SMK) terletak pada input, Irroses dan outP irryut berkaltan
isi fturikulum)
output dengan kualifikasi tenaga kerja yang dfrutuhkanl1. Dari aspek agama, kehiduparr keagamaan masih bersifat masif dalam afti fid;k memberi bekas pada kesejahteraan duniawi, padahal seharusnya juga
memiliki karakteristik bidang keagamaan dan akademik, tetapi minimbekal vokasional. Demikian juga, pendidikan pesantren memiliki karakteristik di bidang keagamaan, tetapi minim bekal akademik dan vokasional. Berdasarkan kenyataan tersebut, ketiga lembaga pendidikan masing-masing memiliki kelemahan, sehingga perlu diteliti model pendidikan SMK, dan MA untuk mencari bentuk pendidikan yang terpadu agar peserta didik mampu menghadapi pioblema hidup sehingga kehidupan beragamanya lebihbaik.
Data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), dari 21',2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1' juta orang atau sekitar 22,2 persen adalah pengangdi Indonesia guran12. akanberada pada2} ertumbuhan di kisa. persen di5,5 sebesar hanya ekonomi yang nilai tidak cukup untuk menyerap tenaga
Masalah selanjutnya berkaitan minimnya pendewasaan bagi lulusan, sehingga tidak semua manusia terdidik secara otomatis dapat memasuki sektor produktif, sehingga semakin mencuatnya angka Peng,rrggururt di negara-negara berkembang termasuk Lrdonesia. Kondisi demikian merupakan quo oadis pendidikan' Sejalan l2Aditia Sudarto, Konsultan SDM Daya Dimen-
si Indonesia, Indonesia dalam diskusibersama media
13Direktur
menBramantyo
beritaonTinetan www.wasPada.co.id/index.php? option=com-con-
tent& view:article&id =65999:2010-Penganggurand.i-indonesia-masih-10& catid= 18:bisnis&Itemid=95 diakses 3 ]anuari 2011. 1a
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai
suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang
sebagai seorang anak.
memilikirata-rata pengeluaran Per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2009-Ma-
society.
llZamroni.
2000. Paradigma Pendidikan Masa De-
pan.Yogyakarta: Bigraf Publishing, h' L'
kinan di lndonesia. Dalam diakses 3 ]anuari 2011'
EDUKASIVo|ume 10, Nomor 3, September-Desember 2OI-
|
285
a
lVudzakkir Ali
Quo aadis pendidikan terletak pada proses menuju kecakapan hidup, maka menurut A.M. Saefuddin, bahwa pendidikan pada hakekatrya merupakan kesafuan dari empat proses, yaitu: (L)proses pengenalan hakekat hidup; (2) proses keterpaduan anasir kehidupan dengan kepribadian; (3) proses perkembangan daya-daya manusiawi; dan (4) proses pengolahan sumberdaya untuk
pemenuhan kebutuhan praktis dalam ruang, wakfu danbobot kehidupan. Keempat proses tersebut selanjubrya dihubungkan dengan empat faktor untuk mendinamisasikan proses pendidikan, yaitu: (1) pengetahuan tentang medan kehidupan; (2) masukan teknologi; (3) pengembangan dan proporsionalisasi wawasan; dan (4) konsistersi tujuan, sarana, teknik, kurikulum, dan silabusls.
Di dalam Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, tercantum penjelasan pasal 26 ayat (3) Life Skills adalah "pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, darr
pengangguran justru berasal dari keluaran pendidikan formal. Sementara untuk pendidikan non formal sendiri masih sebitas sehingga yelesaikan sinilah letak pendidikan life skills seharusnya tidak dibatasi pada pendidikan formal iturr.ron formaf melainkan perlu diberlakukan sebagai sebuah kultur dan etos pada semua bentuk, tingkat dan jenjang pendidikan di Indonesia.
Lahirnya kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dengan memberlakukan Kurikulum 20 0 4, y atr-rri Kurikulum Berb asis
Kompetensi atau KBK (Competency Based Curriculum), dimaksudkan .untuk,,membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan sesuai tunfutan zaman dan tunfutan reformasi guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan so_ berbagai ini juga erubahan zarnarr terutama tantangan problema hidup yang dihadapi manusia. Up ay a lebih lanjut untuk mewujudkan langkah-langkah reformasi pendidikan di [:rdonesia dan percepatan perbaikannya, lahirlah paradigma baru pendidikan dengan terbitnya Peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNp).
Tahun 2006 tentang Standar
Isi
dan
23, rnaka lahfulah kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai benfuk atau acuan operasional kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan
dan otonomi daerah. KTSP
sebagai
paradigma baru dalam pengembangan
I
|
ini
regionaf dan intemasional. Sebagai implementasi Perafuran pemerintah tersebut, disusul Permendiknas no. 22
lsSaefuddin et. al. 1987. Desekularisasi pemikiran [andasan Islamisasi. Bandung: Mizan. h. 10g.
286
Hal
tercermin dalam visi Pendidikan Nasional, yaitu: "terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yarlg kuat dan berwibawa unfuk memberdayakan semua warga negara Indonesia menjadimanusiayangbe mampu dan proaktif me zamar:. yang selalu berubah,,. Bahkan di dalam PP tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional memiliki misi antara lain: meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional,
fOUNnSt Volume lO, Nomor 3, September-Desember 2Ol2
Kurikulum Berbasis Kompetensi, ilan Implemenfasl. Bandung: Re-
5.
7_8.
Membangun Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills di Pesantren
kurikulum, dimaksudkan sebagai terobosan
bagi peningkatan kualitas pembelajaran demi terwujudnya out put pendidikan melalui muatan loka1 dapat memenuhi harapan masyarakatlT. Sekalipun demikian, paradigma baru tersebut akan menjadi " rner.ar agading" atauhanya sebuah struktur naratif bila tidak didukung konsep-konsep dan implementasinya dalam sebuah kulfur di lingkungan yang mendidik agar tercapai tujuan yang diharapkan masyarakat dan
bangsa. Disinilah perlunya infrastruktur pendidikan yar.g harus ditata dengan ancangan terpadu dan multi-dimensional untuk membangun model pendidikan kehidupan beragama melalui pendidikan life skills.
Di tengah permasalahan pendidikan di Indonesia, terdapat lembaga pendidikan yang bernama "pesantren" sejak awal berdirinya dianggap melaksanakan pendidikanlife skllls. Menurut Steenbrink (1986: 1,-4) bahwa pesantren merupakan pendidikan khas pribumi bangsa Indonesial8. Dalam perjalanan sejarah bangsa lrdonesia, pesantren selalu mampu bertahan sebagai institusi pendidikan yang mampu membentuk perubahan sosial, bahkan menurut Abdurrahman Wahid (1940-2009), pesantren rulmpu membentuk kultur yang khas bagi bangsa Lrdonesiale. Dikatakan pula oleh Abdurrahman Mas'ud (2000): "The pesantren as an educational institution has been aery potmtial and exceptional... lts uniqueness rests on its combination between local culture and its substance as a holistic way of life".zo KeuniklTMulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pen-
iMikm. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 20. il Steenbrink. 1986. P esantren, Madrasah Iakarta: LP3ES, h. 1-4.
bfu,
DAbdurrahman Wahi4 Pesantren
S
elalah.
sebagai SuU
dalam M. Dawam Rahardjo (ed.).1988. Pesan|r,an iln Pembaharuan, ]akarta: LP3ES, h. 39-60. lAbdurrahman Mas'ud, Why the Pesanfuen in fuit Remains Unique anil Stronger, dalam Ima-ae Ab dtr. (d,.), Islnmic Studies in Asean: History, Aplwdrcs otd Euture Trends-Presentations of an InternaM hnitur, (Ihailand: College of Islamic Studies, hire of Songkla University, Pattani Campus, 2000),
h-1$.
an dan keluwesan pesantren jauh sebelum kemerdekaan Indonesia telah diakui dan dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantoro (1889 -1959) untuk mengembangkan model pendidikan pesantren sebagai sistem pendidikan Nasional2l.
Seiring dengan problem pendidikan, modernisasi pesantren memiliki makna perubahan dan pengembangan pesantren dengan mengelola sekolah dan atau madrasah sebagai pendidikan formal dengan manajemen modern. Walaupun di lingkungan pesantren terdapat MA, SM& SMK atau bentuk lain, karena pendiriannya dibidani oleh Kyai sehingga semangat pendidikannya dengan mengedepankan kultur pesantrenz. Model pesantren merupakan model pendidikan yang sangat efektif dalam
membentuk kultur masyarakat mendidik (learning society) dalam kehidupan bergama.
Berdasarkan kenyataan di lapangan akhir-akhir ini telah merebak model-model pendidikan" seperti: pendidikan integratif, boarding school (pendidikan berasrama), pendidikan terpadu, dan sejenisnya. Maka dirasa perlu untuk meneliti sekolah/madrasah yang terintegrasi dengan pesantren atau sekolahmodel boarding school. Adapurr sekolah/madrasah di lingkungan pesantren yang dipilih sebagai objek penelitian adalah MA al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dan SMK Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring 1or Nalumsari ]epara.
Dari beberapa pokok pikiran di atas, sekalipun mengambil dua kasus pendidikan menengah atas, namun dengan adanya persamaan lingkungan atau kultur pesantren yang spesifik beserta perbedaan model orientasi yang menjadi basis pendi21
Cita-cita tersebut kemudian direalisasikan oleh muridnya, Ki Sarino Mangrrnpranoto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaarl berupa Sekolah Farming di Ungarar; ]awa Tengah, lihat Rahardjo, Pemb an
gunan Masy ar akat, h. v iii. 2
Umar. 2009. Modernisasi
P endidiknn P esantr m,
Disertasi. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.
EDUKASI Volume 10, Nomor 3, September-Desember 2012
|
287
Mudzakkir Ali
d{a1nfa, Tlhgg, penulis merasa cukup untuk menjadikan kedua lembaga pendi_ dikan tersebut sebagai objek p?r,Jtirirr,. Hal ini didasarkan puaa proUt"* ,_.r* yang dihadapi MA dan SMK sedangkan
Aplikasl"zs, tulisan Djam,an Satori $an dan buku Slamet pH berjudut .p".rJiaihn Kecakapan Hidup s.eP
buku Puskur Det Model Pendidikair
ai potensi pendidikan efektif untuk
MIlSDLB-SMP/MT
*itt:^:,upakanbek
;11'$'i:ll'# didik dalam mengarungi kehiiup"an: Meskipun kedua lembaga tersebut menurut pengelola telah melaksanakan tidakmenutup masalah yaitu ang sesuai haraparr,
sosial, kecakapan fl::Tl,,kelakapan mtelekfual, dan kecakapan vokasional
untuk bekerja atau usaha mandiri. Kurikulum 2004, empat aspek keca_ kapan hidup ters aspek, dengan 20 in kesadaran diri (se
ilitffiill
varian_varian yans ,".*1H didikan life skiils.I)engan mencari akar ma_ tersebut
(a) kesadaran
gin per_ an penetirian diarahkan menuju ,"b#flTr:_ tem pendidikan ek model pendidikan berbasis life skiils di d an tersebut, untuk se O*1T11 berupa hasil konstruksi pendrdikan agar d,apat dijadikan model sebagai
_",*1.,?I$^L::#;:;
model pendidikan kehidupu"-U".ufu_,
(b) kecakapan U"rui.u.r; f:i9"-lqrrkan; (c/ Kecakapan membaca; (d) kecakapan menulis pendapat/gagasan. il arp"t t"_ cakapan
berbasis life skills di pesantren.
t",.::^:":i:ti?
pendidikan
tife skilts, berawal dari _t:gri UU zo-siJ;ilI, tahun 2003, diperkrrt r-rr r.,".i. a,,, -"..,1,i1r r*'' " . tn^^,1\ L..ratpanduanDepdiknas (20A4) berjudul,,p"ao-ur,-n"pf
5."11l;1q:"" di
"ill""r, Hidup aurr- r.rrit'rri"_-roon
S\/rp,23, buku
bepdiknas
ffia"i
.n"_
pr;;;*"""r_ -".i^?.r_'r,",, _I":yelenggara; p"iiiaftr., Hidup Irfu" Anwai ;p;;tdti;
,fir"
.
(2004) b erjudutf-lul r\ecakapan Hidup
(life skills Education)Kon_
bekerjasama (collaboiatiii rt ittrl, mencakup: (a) kecakapan sebagui t"*rn
tt) {;;rk;pr" 5"nl't-menyenangirr; yang
qi-pi"T berempari. 5) As_ :"^?_rfl.1, pek kecakapan ataa tirririlirf,tottry, melgakup: (a) kecakapan mengid."#f.uri variabel dan hubungannya; (U) kecatap_
"iit
5
,i{;;:!::
Anwar. ZOOA.^.lyailitcan Ke-cakapan Hidup Education), Konsep dan Aptika,si.''ar.,i,,.,g,
%Satoi, Pendidikan di
go.id/Jwnat/
diakses 9 Mei
288
I
|
djri
YME; (b) kesadaran diri sebagai makhluk sosial; (c) kesadaran diri sebalai _*rurt ljlqk_ungan; (d) kesadaran r?1"-'Jor"rri ,l Aspek keca.kapan Aurit*'ttrinking 1t:1. (a) kecak,f ,"-*""ggrli i!,j,') : -:":111p: mtormasi; (b) Kecakapur, ,.urrg"lol, irrfo._ mengambil keputus_ emecahkan masalah.
fOUNnSf Volume lO, Nomor 3, September_Desember 2Ol2
Membangun Model Pendidikan Kehidupan Bemgama Berbasis Life Skills di Pesantren
an menunuskan hipotesis; (c) kecakapan merancang dan melaksanakan Penelitian. 6) Aspek kecakapan vokasional (aocational skills),mencakup: (a) kecakapan vokasional dasari @) Kecakapan keria, dan (c) Kecakapan kewirausahaanB.
Puskur Depdiknas mengisYaratkan:
"kurikulum untuk SD/MI/SDLB,SMP/ MTs/SMPLB,SMA/MA/SMALB, SMK/ SMAK dapat memasukkan Pendidikan kecakapan hidup. Atas dasar itu, baik sekolah formal mauPun non-formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup2e". Konsep Puskur Depdiknas tersebut memasukkan pendidikan kecakapan hidup pada kurikulum pendidikan formal, tetapi hal tersebut akan kuat pengaruhnya apabila orientasi kecakapan hidup dimasukkan sebagai standar kurikulum pendidikan nasional. Meskipun demikian, setelah dirasa perlunya kecakapan hidup bagi kompetensi Iulusan yang didasari dengan Permendiknas no. 22 tahun 2006, maka model kurikuLwn life skills dapat dikembangkan secara integratif masuk ke semua mata pelajaran dan dapat pula dikembangkan di dalam ke giatan ekstrakurikuler. Tujuan umumPendidikan life skills dapat dirumuskan sebagai pendidikan untuk memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrah manusia yaitu mengembangkan Potensi insaniyah dan potensi ilahiyah peserta didik r:ntuk menghadapi perannya di masa mendatang. Ttrjuan khrrsus pendidikan kecakapan hidup adalah untuk menyiapkan peserta didik agar mamPu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya, memiliki wawasan pengembangan karirnya, memiliki bekal untuk menghadapi masalah B Depdiknas. 2005. Pedoman Implementasi Ke' cakapan Hidup Dalarn Kurikulum 2004 di Sekolah Me' nengah Pertama. Jakarta: Dit. PLP Di$en Dikdasmen Depdiknas, h. 5.
Depdiknas, IQcakapan Hidup SD SMA/MA/SMALB, 2e
frdidilan SMPLB,
Puskur
Balitbang, t.t). dalam www.puskur.net, diunduh 13 Pebruari 2010.
hidup sehari-hari, sehingga sanggup dan terampil dalam menghadapi persoalan hidup serta dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya bagi perannya di masa datang.
Dengan demikian, Pendidikan kecakapan hidup tidak hanya berlaku di sekolah, tetapi juga dapat berlangsung bagi peserta didik di luar sekolah, dengan syarat terdapat lingkungan bagi berlangsungnya
aktivitas pendidikan. Oleh karena itu pendidikan lrf, skills berorientasi pada pendidikan berbasis luas (Broad Based Education), karena luasnya wilayah nilai kehidupan. Mengingat masalah hidup selalu ada selama hayat dikandung badan, hiduP oleh terbatas tidak memiliki tujuan yang ruang dan waktu yaitu sebagai proses pengembangan individu yang searah dengan pendidikan sepanjang hayat (life
maka pendidikan kecakaPan
long learning /e ducation).
Berdasarkan landasan inilah penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini berusaha untuk membangun model pendidikan kehidupan bera pesantren sesua an dan falsafah dengan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai
tujuan te diri pada si model menuntut pengujian secara empirik lebih lanjut di lapangan, kecuali uji coba terbatas.
besar.
METODE Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membangun model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills yang
diangkat dari dua sekolah/madrasah,
maka metode yang tepat adalah menggu-
EDUKASIVolume 10, Nomor 3, September-Desember 2012
|
28g
a Mudzakkir Ali
nakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Deaelopment/R g D. R & D adalah "metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut"3o.
model panduan guru untuk pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai penelitian R &
D
duk-produk pendidikan, dalam hal ini
maka hasil ini adalah deskripsi jawaban terhadap rumus€ul rnasalah yaitu filosofi pendidikan dan jabaran pelaksanaan model pendidikan kehidupan beragama berbasislife skills, sedangkan hasil penelitian R & D adalah produk model panduan guru pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di pesantren.
untuk menghasilkan produk sebuah model pendidikan kehidupan beragama berbasis
Filosofi Pendidikan
Pada kontek pendidikary Borg & Gall memberi definisi bahwa "Educatianal research and deaelopment is a process used to deaelop and aalidate educational products"31. Dengan demikian penelitian dan pengembangan pendidikan adalah metode dan
proses penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi pro-
penelitian
life skills.
Untuk pengembangan desain model diterapkan metode komparatif, deskriptif dan eksploratif. Metode komparatif dan deskriptif dipakai untuk membandingkan dan mendeskripsikan model pendidikan life skills di dua lokasi penelitian. Hasil komparasi dan deskripsi tersebut selanjutnya dikembangkan dengan metode eksploratif melalui uji validasi desain model dengan ahli (expert) secara terbatas dengan menggunakan teknik Delphi. Setelah ada perbaikan model dilanjutkan uji coba yang lebih luas dengan para guru sebagai pengguna model dengan menerapkan FGD dan teknik Delphi serta pengujian terhadap siswa secara terbatas. Dengan mempertimbangkan keterbatasan untuk uji coba produk di lapangar;
di
samping fungsi guru dalam pembelajaran life skills lebih utama untuk ditingkatkan, maka penelitian membatasi diri pada model panduan bagi guru, maka penelitian ini menggunakan 8 langkah membangun 30
Sugiyono. 20L0. Metode Pembahasan Kuantita-
tif, Kualitatif, dan R €t D. Barrdung: Alfabeta h.297. Dan Sugiyono. 2010. Metode Pembahasan pendidiknn Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, h.407. 31 Borg, W.R. & Gall, MD. 1983. Educational Research, An Introduction. Fourth ed. New york & London: Longman, h.772.
290
Berdasarkan fakta di lapangan, kedua lembaga pendidikan tersebutberada di
32 Hadits Nabi: Iman itu tidak berpakaian. pakaiannya ialah taqwa, perhiasaannya adalah malu dan buahnya adalah ilmu (HR Al Hakim). 33Masalah hidup digambarkal dalam al-Qur'an
sebagai permainan (...1), senda gurau atau melalaikan fu6J),
EDUKAST Volume lO,
perhiasan (i,_;), bersifat sementara (u|.lr), kompeti-
tif (rtt('rytir). Baca: QS al-An'am: 32,q5 Muhammad: 30 QS al-Hadid: 20, QS al-Ankabut 64, QS Yunus: 88, QS al-Ka-h-fi: 7 , 28, dan 46, QS Ali 'Imran: 192 , QS al-Nisa': 77, QS al-Natrl: 117.
I
|
ling-
kungan pesantren. Oleh karena ifu, model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di pesantren didasarkan pada filosofi bahwa pendidikan bukan bebas nilai (aalue free), melainkan berbasis nilai (oalue base)32, pefiama. Kedua, pendidik anlife skills (kecakapan hidup) didasarkan pada filosofi bahwa hidup akan dihadapkan dengan masalah33, sehingga pendidikan dituntut mempersiapkan peserta didik agar mereka rurmpu menghadapi masalah hidupnya di kemudian hari. Ketiga,life skills bagi siswa SLTA (tennasuk MA Al-Hikmah 2 dmr SMK Roudlotul Mubtadiin) adalah langkah strategis sesuai dengan usia dewasa sebagai calon generasi bangsa dan tidak semua dari mereka dapat melanjutkan pendidikan atau tidak tertampung di sektor produksi. Keempat pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang khas dengan kultur mendidik, sehingga memiliki efek-
Nomor 3, September-Desember 2012
Membangun Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills di Pesantren
tivitas bagi tercapainya tujuan pendidikan. Kelima, pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di pesantren adalah model pendidikan yang mengintegrasikan iman, ilmu, amal shalih dan akhlak mulia%. Dengan bekal kecakapan hidup (Ly' skills) dari integrasi keempat aspek tersebut, peserta didik memiliki bekal untuk nurmPu menghidupi dirinya sendiri, hidupnya berman-faat bagibahagia; Pelaksanaan Pendidikan Kehidupan Beragaml Berbasis life skills
'
Tiljuan pendidikan MA Al-Hikmah 2 dan SMK Roudlatul Mubtadiin, keduanya hampir sama, perbedaan keduanya pada varian jenis keterampilan, yaifu:
1)
Menyiapkansiswamemilikipemahaman dan pengalaman beragama yang ti^ggi diukur dengan kemampuan membaca dan memah4mi buku-buku agama Iptram baik kitab'turafs maupun yang kekinian;
2)
Menyiapkan siswa memiliki kemampuan yang tinggi terhadap pengetahuan ulnum diukur dengan perolehan nilai ujian akhir nasional (UAN) yang tinggi sehingga bisa memberi inspirasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi Negeri maupun swasta;
3)
Menyiapkan siswa memiliki kecakapan hidup dengan membekali salah satu jenis keterampilan (komputer, perikanan, pengelasan, bahasa Inggris, tata busana, dan kitab turats (MA Al Hikmah) atau (otomotfi, tata busana, pengelasan, elektronika (SMK Roudlatul Mubtadiin) sehingga mampu mandiri dan berwirausaha di tengah masyarakat (life skill education) .3s
sHadis Nabi: Barangsiapa yang bertambah ilmrn)ra tetapi tidak bertambah kebaikannya, maka sesrrngguhnya ia semakin jauh dari Allah (HR al-
mlami) dalam al-Suyuti" al-lami' al-Shagir fi &hsyit al-Nadzir,luz II, hlm. 162).
Ahadis
sDokumentasi Profil Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 diambil pada tanggal 1 April 2008 dan Doku-
Model kurikulum
pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills merupakan kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan muatan kurikulum (inti, muatan lokal, dan pengembangan diri) dengan 5 pilar pendidikan (learning to belieoe, learning to know, learning to do, learning to life together, dan learning to be)36 secara simultan. Kurikulum pendidikan tersebut bukan kurikulum yang berdiri sendiri, tetapi satu kesatuan dan nilai-nilai Islam menjadi jiw a / nh kurikulum Model pembelajaran dalam pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills rnerupakan proses pembelajaran yar'g mengintegrasikan 5 pilar pendidikan bersama dengan 5 kelompok mata pelajaran sekaligus dengan 6 aspek kecakapan hidup37. Kelima atau enam pada tiga varian bidang tersebut dilaksanakan secara holistik (utuh). Proses pembelajaran tersebut berawal dari perencanaan pembelajaran sesuai kontek ploblema hidup, dengan memperhatikan mentasi Profil SMK RoudlotuI Mubtadiin, diambil pada tanggal 9 April 2008. tr Delor, el. a7., Learning: The Threasure Within, Report to UNESCO of the lnternational Commission on Education
fot the Twenty-first Cmtury, (Paris: Unesco
Publishing, 1996). Unesco mencanangkan empat pilar pendidikan (The four pillars of Education) yaitu learning to know,learning to ilo, learning to lfue together danlearning to be.Lihat Redja Mudyahardja, Pengantar Pendidikan, h1m.518. Empat pilar tersebut sebagai
landasan Pendidikan seurnur hidup. Adapun pilar learning to belieoe sebagai konsekuensi seorang muslim dalam belajar adalah untuk peningkatan iman dan taqwa. Baca: Mudzakkir Ali. L996. Ilmu Pendidikanlslam. Semarang. PKPI2-Unwahas. h. 170. 375 kelompok mata pelajaran, meliputi: 1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, 2) kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian" 3) kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan Teknologi, 4) kelompok mata pelajaran estetika, dan 5) kelompok mata pelajaran ]asmani, Olaluaga dan Kesehatan. Sedangkan 6 aspek kecakapan hidup, meliputi: (1) Aspek Kesadaran diri, (2) Aspek Kecakapan Berfikir, (3) Aspek Kecakapan Komunikasi, (4) Aspek Kecakapan Bekerjasama, (5)Aspek Kecakapan Akademik, dan (6) Aspek Kecakapan Vokasional.Baca: Depdiknas, Pedoman lmplementnsi Kecalupan Hidup dalam Kurihium 2004 di SMP. 2005. ]akarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.h. 6.
EDUKASI Volume
.l0,
Nomor 3, September-Desember 2012
|
2%.
Mudzakkir Ali
fujuary materi, metode, alat, sumber belajar dan evaluasi, dilakukan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah, berbasis proyek atau berbasis pengalaman, melalui proses informasi, personaf sosial atau perilaku (akhlak). Dari proses tersebut, menimbulkan aksi peserta didik, interaksi antara pendidik dan peserta didik atau
transaksi termasuk dengan sesamanya, sehingga melahirkan perubahan tingkah
laku kehidupan beragama
menuju
terwujudnya lulusan yarrg beriman, berilmu, beramal shalih dan berakhlak mulia. Mode1 pendidik dan tenaga kependidikan dalam pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills adalah pendidik
dan tenaga kependidikan yang mempedomani nilai etik religius pada aspek life skills, dengan berperilaku sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah secara istiqamah3s, sehingga mampu menjadi figur teladan bagi peserta
didik. Model kompetensi lulusan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills adalah peserta didik yang telah menyelesaikan seluruh proses belajar mengajar, baik dalam kelompok mata pelajaran dalam kurikuler maupun ekstrakurikuler, dan mampu menghayati 5 pilar pembelajaran dalam menghadapi problema hidup. Kompetensi lulusan ini tampil sebagai lulusan yang beriman, berakhlak, cerdas, terampil, berbudaya, dan mandiri baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan lainnya. Dengan kompetensi tersebut, maka lulusan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills adalah lulusan yang beriman, berilmu, beramal shalih dan berakhlak mulia, yang pada gilirannya mampu menghidupi dirinya sendiri, bermanfaat bagi orang lain, bertanggungjawab danbahagia.
3slstiqamah demikian penting didasarkan pada sifat iman yang dapat bertambah dan berkurang, sehingga istiqamah merupakan ikhtiar untuk menjaga 4 sifat
292
tersebut.
Model sarana dan
Model lingkungan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills adalah lingkungan pendidikan yang menjangkau nilai-nilai dalam lingkungan keluarga, sekolatr, masyarakat, bahkan lingkungan bermain bagi peserta didik, sekaligus lingkungan yang memiliki per'sonal figur panutan, terjadi proses informasi, terdapat perilaku dan sikap sosial yang khas. Maka model pendidikan di lingkungan pesantren merupakan model lingkungan pendidikan kehidupan beragama yang efektif; Model manajemen pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills adalah manajemen yang pimpinannya melibatkan semua potensi sekolah/madrasah di bawah pembinaan pesantren, dengan mengintegrasikan life skills dalam membuat perenc.rnaary pengorganisasiary pelaksanaan, penganggaran, dan evaluasi pada seluruh komponen pendidikary yartg bermuara pada tercapainya tujuan pendidlkan life skills dengan karakteristik lulusannya;
Model evaluasi pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills adalah evaluasi yang mampu mengendalikaru menjamin, dan menetapkan mutu sekolah/madrasah pada seluruh komponen pendidikar; yang diukur dengan tingkat relevansinya antara komponen tersebut dengan filosofi, kebutuhan masyarakat, efisiensi, produktivitas, dan daya saing serta relevansinya dengan ketercapaian life skills bagi peserta didik. Kegiatan evaluasi tersebut selalu dijaga eksistensinya, dikembangkan dan diperbaiki
:
I
|
prasarana
pendidikan kehidupan beragama berbasis lrft skills adalah sarana dan prasarana pendidikan yang mampu melahirkan figur teladan hidup dan berbagai lingkungan pendidikan yang membentuk kultur, yang dijiwai nilai-nilai etik religius. Baik sarana dan prasarana maupun lingkungan tersebut, keduanya berhubungan dengan permasalahan hidup, sehingga membentuk terwujudnya kultur kehidupan beragama berbasis life skills bagi peserta didik;
foUNnSt Volume 10, Nomor 3, September-Desember 20'12
Membangun Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills di Pesantren
secara terus menerus, dengan berbagai langkah inovatif, kreatif, produktif, dan menuju perubahan ke depan yang lebih baik.
Dari uraian tersebut di atas,
maka model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills merupakan model pen-
didikan yang mengintemalisasikan nilainilai kecakapan hidup di lingkungan keluarga, sekolah/madrasah dan masyarakat. Hanya saja sinergisitas nilai-nilai tersebut sangat sulit terwujud apabila tidak te4adi di dalam satu lingkungan. Di lingkungan keluarga mungkin mampu menumbuhkan aspek kesadaran diri, tetapi mungkin sulit menumbuhkan aspek kecakapan berfikir. Di lingkungan masyarakat mungkin mampu menumbuhkan aspek bekerjasama, tetapi mungkin sulit menurnbuhkan kesadaran diri, dan seterusnya. Oleh karena itu sinergisitas nilai kecakapan hidup akan efektif apabila terjadi di dalam satu kawasan/lingkungan, karena di dalamnya terjadi hubungan secara sistemik dalam sebuah sistem kultural, sistem sosial, sistem struktural, dan sistem nilai religius, sehingga antara individu satu dengan yang lain terjadi saling membelajarkan (learning society). OIeh karena itu, tesis penelitian ini adalah: "model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills yang sesuai dengan filosofi pendidikan dan falsafah hidup bangsa serta selaras dengan nilai-nilai Islam adalah model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di lingkungan pesantren".
satu lingkungan. Di lingkungan keluarga mungkin mampu menumbuhkan asPek kesadaran d:uri, tetapi mungkin sulit menumbuhkan aspek kecakapan berfikir. Di lingkungan masyarakat mungkin mampu menumbuhkan aspek bekerjasama, tetapi mungkin sulit menumbuhkan kesadaran diri, dan seterusnya. Oleh karena itu sinergisitas nilai kecakapan hidup akan efektif apabila terjadi di dalam
safu kawasan/lingkungan, karena di dalamnya terjadi hubungan secara sistemik dalam sebuah sistem kultural, sistem sosial, sistem struktural, dan sistem nitrai religius, sehingga antara individu satu dengan yang lain terjadi saling membelajarkan (learning society). Oleh karena itu, tesis penelitian ini adalah: "model pendidikan life skills yang sesuai dengan filosofi pendidikan dan falsafah hidup bangsa serta selaras dengan nilai-nilai Islam adalah model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di lingkungan pesantren".
Produk model pendidikan kehiduPan beragama berbasis life skills dari hasil penelitian R & D adalah produk model III dengan spesifikasinya adalah:
a.
Model pendidikan kehidupan bergama berbasis life skills berisi 5 (lima) bab, terdiri atas: pendahuluan, konseptualisasi model pendidikan, pelaksanaan pembelajarary oPerasionalisasi model, dan penutup.
b.
Mode1
Produk Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills
Model pendidikan kehiduPan beragama berbasis life skills merupakan model pendidikan Yang
menginternalisasikan nilai-nilai kecakapan hidup di lingkungan keluarga, sekolah/ madrasah dan masyarakat. Hanya saja sinergisitas nilai-nilai tersebut sangat sulit terwujud apabila tidak terjadi di dalam
ini membatasi diri pada model bagi Pengguna diperuntukkan yang model yakni para ustadz, gtru, Pirnpinan sekolah dan pengawas, sehingga produknya berupa model Panduan bagi guru dalam pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills.
c.
Model produk III ini efektif karena hasil revisi atas penilaian produk II sebanyak 82,6oh dari 23 guru daPat menerima dan menggunakan Produk model ini untuk dilaksanakan di sekolah menengah atas. Terbukti melalui uji model terbatas terhadap 96 siswa, nilai
EDUKASI Volume 10, Nomor 3, September-Desember
2OI_
|
2g3
Mudzakkir Ali
rata-rata siswa (78,6) lebih baik dari sebelum menggunakan model ni (74,9) atau meningkat2,So/o.
Produk model tersebut secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
m.W@ ll!]B&aM DGIMDE MJP@EM
aoAwtno&ffi MslkEA\s
Gambar L: Model Pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di pesantren
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis temuan tersebut, maka deskripsi pengembangan model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills di pesantrery meliputi: (L) model kurikulum yang sinergi dan terintegrasi pada setiap mata pelajaran, (2) model pembelajaran secara interaktif dan terciptanya kultur kehidupan beragama berbasis life skills yang kondusif dalam satu lingkungan" (3) model pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan menjadi teladan dalam pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari, (4) model kompetensi lulusan yang sadar menjalankan agarnanya, berilmu, terampil, bermasyarakat, dan berbudaya. lrdikator kompetensinya, lulusan mampu menghidupi dirinya sendiri, bermanJaat bagi orang lain, bertanggungjawab dan bahagia, (5) model sarana dan prasarana mendukung lingkungan dalam
membentuk kultur pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills, (6) model manajemen pendidikan berbasis sekolah/ madrasah, mandiri, dan akuntabel, di dalamnya terdapat figur panutan religius (7) model evaluasi mencakup evaluasi proses dan hasil belajar dengan penekanan pada kompetensi mencari solusi problema hidup yang selaras dengan nilai-nilai Islam.
Efektivitas model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills tersebut, dilakukan uji model melalui 8 tahap, yaitu: (1) tahap perurnusan draft model konsep (produk I), (2) tahap uji ahli (erpert) terhadap model konsep, (3) tahap revisi model atas masukan dari ahli, (4) tahap penyusunan model rancangan (produk II), (5) tahap uji FGD dari calon pengguna model terhadap model rancangan, (6) tahap revisi model atas masukan dari FGD, (7) tahap uji model terbatas oleh guru kepada siswa SLTA, dan (8) tahap penetapan model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills sebagai model akhir (produk III). Dalam uji efektivitas model oleh 23 orang guru pengguna sebesar (82,6"h), sedang uji coba terbatas yang dilakukan guru kepada 96 siswa diperoleh hasil sesudah menggunakan model ini, dengan nilai rata-rata siswa 78,6lebih besar dari sebelumnya (74,9) atau meningkat 2,8"/o. Oleh karena itu model ini adalah model panduan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skillsbagi guru di sekolah/madrasah tingkat SLTA di Iingkungan pesantren, sehingga pendidikan kehidupan beragama akan efektif, apabila guru menggunakan model ini. Saran
Berdasarkan pada simpulan di atas, maka penulis menyarankan perlunya menggunakan model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills yang sudah teruji yaitu model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills produk III, dengan mengintegrasikan nilai-nilai kecakapan hidup dengan mata pelajaran Cara
'l
294 | I
fOUNnSt Volume 10, Nomor 3, September-Desember 2012
Membangun Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills di Pesantren
penggunaannya adalah dengan memahami aspek dan sub aspek life skills dan mema-
hami kompetensi dasar dan indikator materi pelajaran, dikembangkan integrasi nilai-nilai Is1am dengan life skills dalam silabus mata pelajaran dan didalam Rencana Program Pembelajaran yang berorientasi life skills. Untuk itu direkomendasikan halhal sebagai berikut:
Pertama, bagi Pemerintah Pusat/ Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama RI. Pendidikan kehidupan beragama berbasis hfe skills sangat strategis bagi terwujudnya bangsa yang berimary berilmu dan berbudaya sebagaimana dimanatkan oleh konstitusi, terlebih sekolah/madrasah swasta yang
melaksanakannya mempunyai andil yang sangat besar bug tercapainya tujuan pendidikan Nasional, setidaknya melalui program keterampilan, mampu mengurangi kebodohary kemiskinan, dan pengangguran, sehingga Pemerintah perlu tetap memberikan dukungan kebijakan bagi eksistensi dan pengembangannya. Untuk pengembangan pendidikan
kehidupan beragama berbasis life skills kiranya perlu lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, minimal dengan merintis berdirinya satu buah percontohan pendidikan model pendidikan berasrama /dalarn bentuk pesantren yang
dibiayai penuh oleh APBD/APBN dapat dilaksanakan pada tiap kabupaten/kota bahkan bila kondisi memungkinkan perlu ditempuh kebijakan berkaitan pelaksanaan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills dengan pemberian bantuan asrarna pada setiap MA dan SMK. Hal ini sangat penting sehubungan dengan makin meningkatnya kesibukan orangfua dalam memenuhi kebutr.r-han hidupnya seiring
makin tidak terkendalinya
pengaruh budaya yang negatif, ketika anak berada di luar sekolah.
Kedua, bagi Pemerintah Kabupaten/ Kota. Segenap jajaran Pemerintah kabupaten/kota kiranya perlu menopang, mi-
niitral dari segi financial 20 % dafi APBD untuk kepentingan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills, atau minimal untuk pendidikan program keterampilan, karena kemajuan daerah banyak tergantung pada SDM yang bermoral, cerdas dan terampil. Ketiga, bagi pihak Madrasah/ sekolah. Meskipun sekolah/ madrasah sudahmelaksanakan pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills tidak berarti hal tersebut sebagai akhir dalam ikhtiar pengembangan pendidikan ke depan. Maka tulisan ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan bagi pengembangannya.
Keempaf bagi peneliti selanjutnya. Penulisan ini berangkat dari 2 lokasi penelitian, di samping masih banyak problem yang belum dibahas, seperti: pendekatan kuantitatif, mixing method, dan kajiankehidupanberagamaberba sblife skills dari sisi lain, maka sangatberharap kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih luas dan dalam skala yang lebih besar atau nasional demi pengembangan model pendidikan kehidupan beragama berbasis life skills yang lebih komprehensif.
SUMBER BACAAN Al-Qur'an dan al-Hadits Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem P endidiknn N asional Peraturan Pemerintah RI 55 tahun 2007 Tentang Pendidilan Agama dan Pendidikan Keagamaan
Peraturan Pemerintah RI nomor L9 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahwr 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi.
19 tahun 2007 tanggal 23 Mei 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidilun dasar
Permendilcnas nomor
dan menengah.
EDUKASI Volume 10, Nomor 3, September-Desember 2012
|
2gs
Mudzakkir Ali
Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang standar kompetensi lulusan.
MAK. Jakarta, pusat Kurikulum Balitbang.
Depdiknas (2002): pengembangan
Ali, Mudzakkir (1996): Ilmu pendidikan Is_ lam, Semarang. pKpI2-FAI Unwahas.
21 (SPTK-2I). Jakarta. Ditjen Dikdas_ men.
Anshari, Endang Saifuddin (1996): Kuliah
al-Islam pendidikan Agama Islam di per_ guruan Tinggi. Jakarta, Rajawali.
Anwar Q00Q: pendidikan
Gardner, Howard, Llmdon Saputra (editor) (2003): Multiple lntelligences ( Keci:erdasan Majemuk Teori dan praktek). Batam, In_ teraksara.
Kecakapan Hidup
(Life Skills Education) Konsep dan Aplika_ si. Bandung, Alfabeta.
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad ibn Muhammad, Ihyo, ulum al-Din,luz 1. Libanon, Dar al_Ki_ tab al-Islamy, t.t. al-Ghulayainy, Musthafa (1953): ,Idhah al_ Adab wa ljtial-ashriyyah
Badan Pusat Statistik (2010): Befita resmi statistik:No. 45/07 / Th. XIIL lJutr. pro_
fil
kemiskinan di Indonesia.
Barker, Chris (2005): Cultural Stuilies Theory and Practice. Tim KUNCI Cultural Stu_ dies Center (te4.) yogyakarta, Bentang Pustaka.
Baubock (1992): the Cultural Formation of Modernity. Cambridge, polity press and Open University Borg, W.R. & Gall, MD. (19g3): Educational Research, An lntroduction. Fourth ed. New York & Londory Longman. Danim, Sudarwan (2008): Agenda pembaruan Sistem P endidikan. yogyakarta, pustaka
Jalal, Fasli dan Dedi Srp.irai (ed.) (2001): Reformasipendidiknn Dalam Konteks Otonomi Daerah. yogyakarta, Adicita Karya Nusa.
Ma'arrt, Syamsul (200g): pesantren os Kapi_ taisme Sekolah. Semarang, Needs press.
Mas'ud, Abdurrahman, (1997): The pesan_ tren Architects and Their Socio_Religious Teaching, 1g50-1950. Disertasi Do-ktor, di UCLA.
Pe1ajar.
Delor, Jacues, et al (1996 ): Learning: The Threasure Within, Report to UNeiCO of the lnternational Commission on Educi_ tion for the Twenty-first Century. pNis, Unesco Publishing Depdiknas (2005): pedoman lmplementasi Ke_ cakapan Hidup Dalam Kurikulum 2004 di Sekolah Menengah pertama. Jakarta,
PLP Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas, Pengembangan Mod.el p endidikan Kecakapan Hidup SD/MI/SDLB_SM7/ MT s / S Mp LB - S MA/MA/ S MALB / S MK/
296
Muhadjir, Noeng
eOOZ): IImu pendidikan dan Perubahan Sosial, Teori pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. yogyakarta, Rake Sarasin.
Dit.
Depdiknas (200! : p edoman p eny elenggaraan Program Kecaknpan Hidu/ peiiial
Muhadjir, Noeng (198a): Teori
perubahan
Sosial, Yogyakarta, Rake Sarasin.
Muhaimin (2003): Arah Baru pengembangan Pendidiknn Islam. Bandung, Nuansa.
Mulyasa, E (2005): Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik
I
|
Sistem
Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke
fOUfnSr Votume tO, Nomor 3, September-Desember 2012
Berbasis Life Skills di Pesantren Membangufl Model Pendidikan Kehidupan Beragama
(1986): Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidiknn lslam Kurun Mo der n' J akarta, LP3ES.
Steenbrink, Karel
dan lmpletuqntasi. Bandung, Remaja Rosdakarya.
E
(2006): Kurikulum Tingknt Satuan Pendidikan. Bandung, Remaja
Mulyasa,
Rosdakarya.
Nurhadiyanto, Didik dan Wagiran (2007): Proilem Based karning Alternatif Solusi D al am Meny inptan SD M H olis tik di S MK'
TX;l ersitas
Nagoya lePang", Semarang,
27
]anuari. Rahardjo, M. Dawam (ed) (1988): Pesantten dan P emb ahar uan' ! akafia, LP3ES'
Ridla, Rasyid (19t2): al-Tarbiyyah wa alTa'lim. Mesir, al-Ahmadiyyah Ali Saefuddin (1987): A.M. et al, Desekularisasi P emikir an I'an das an lslamis as i' B andung, Mizan. Salim, Agus (2002): Perubahan Sosial Sketsa dan Reflelcsi Metodologi Kasus lndonesia' Yogyakarta, Tiara Wacana' Satori (2005): lmplementasi Life Skills, dalam http://www. dePdiknas 'goJd/ lwnal/34/ lmPlementasi hf' skill, diakses 9 Mei.
Shiddiqi, Nourouzzaman (L996): leramlerim Petadaban Muslim' Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Sindhunata (ed.) (2000):
Menggagas
Paradigma Baru Pendidiknn, Otonomi, Cir:il iociety, Globalisasi' Yogyakarta, Kanisius.
Slamet PH (2001
Sugiyono (2010): Metode Penelitian Kuantita" iy, t uotitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. (2010): Metode Penelitian PendidikSugiyono - 'an Pmdekntan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung, Alfabeta'
al-Suyuthi, Jalal al-Din Abd Rahman ibn Abi Bakr, al-lami' al-Shaghit fi Ahadits al-Basyir al-Nadzir" Beirut, Dar al-fikr, t.t. Tim BBE Diknas (2002): Pendidiknn Berotientasi Kecaknpan Hidup Gife Skills) melalui Pendekatan Berbasis Luas (Btoad Based Education), Buku I. Jakatta, Depdiknas'
tlmar, A
Kad.
): Pendidiknn Kecakapan HiduP: KonseP Dasat' Jakatta,
A
(2009): Modernisasi Pendidiknn Pe-
santren.Disertasi Doktor di UIN Sunan Kalijaga YogYakarta.
I-INICEF Asia The
tion Fotum Q005): Nepal' Format Prin-
ting Press. Wahid, Abdurrahman (1999): Pesantren sebagai Subkultut. Y ogy akarta, LKiS' Wasino (2007): M lam rangka lum Inovatif integrasi Pendidiknn Kecnkapan Hidup' endidikan Mutikultur, dan Penerapan Science- Enaironment- Technology- Society = SETS) pada leniang Pendidilun Menengah, PuKesitar aan
G en
der,
P enerup
an
P
sat Kurikulum, Balitbang Depdiknas di Hotel Griya Astoeti Bogor, tanggal 14 s.d L6 Maret.
Depdiknas.
2OIEDUKASIVolume 10, Nomor 3, September-Desember
|
2g7