with standardized height-for-age of early scholl children in two rural setting and urban areas in West Sumatera. Height of 474 earlier school children were mea and mothers were interviewed. The study confirms positive relationship bet household economic variables with child height with different degree of signifi The evidences also support that height-for-age of earlier sehool children ca viewed as nutritional outcome as well as development achivement.
Masalah
Tulisan ini menyinggung bahwa ukuran-ukuran yang telah diajukan oleh berbagai pihak, seperti GNP atau GDP, indeks PQLI atau HDI, dalam kenyataannya bermanfaat untuk menilai kemajuan pemhangunan pada batas wilayah paling tidak untuk tingkat propinsi dalam konteks Indonesia. Akan tetapi, pada wilayah administratif yang lebih rendah (kabupaten, kecamatan, atau desa) pengadaan data untuk menghitung komponen-komponen
*
**
tersebut sulit dilakukan. Jelai kesulitan tersebut dibebankan relatif terbatasnya pengadaan d yang dapat mencakup w administratif yang lebih rendah. Bagi kalangan pengambil ke kiranya informasi tentang ke
pada pembangunan w administratif yang lebih rendah dibutuhkan sehingga Kantor KLH melihat hal ini sebaga masalah yang cukup penting
Tulisan ini merupakan revisi dari makalah yang disampaikan sewaktu pe Pembakuan Tolok Ukur Kualitas Fisik Penduduk yang diselenggarakan oleh Meneg KLH pada Februari 1992. Penelitian ini dibiayai oleh Kantor Meneg KL anggaran 1990/1991. Penulis merasa berterima kasih kepada Bapak D Ahunaim, M.Sc., Dr. Satoto, dan Dr. Siswanto Agus Wilopo yang memherikan yang berarti. Elfindri, M.A., Prof. Syahrudin, M.A., Yusrizal Yuhus, M.A. adalah staf penelitipa Studi Kependudukan Universitas And alas, Padang. Djamaluddin Ancok, PhD. adalah staf peneliti pada Pusat Penelitian Kepen Universitas Gadjah Mada dan staf pengajar pada Fakultas Psikologi Universita Mada.
bagian anatisis, kan rasionalitas penelitian untuk kepentingan kebijakan. Diulas beberapa literatur selektif yang pernah melaporkan tentang isu yang akan diteliti. Metodologi penelitian akan dikemukakan setelah pembahasan kerangka konsepsional. Diajukan pembahasan penelitian. Analisis hasil penelitian ini dibagi menjadi dua seksi. Pertama, mengulas perbedaan KFP antardaerah, dengan mengamati secara jeli pengaruh variabel pembangunan. Kedua, dilanjutkan dengan membahas hasil t'emuan. Tefakhir, sampai kepada kesimpulan serta implikasi penelitian ini untuk penyusunan baku mutu KFP penduduk. Rasionalitas Penelitian
Usaha-usaha untuk mengembangkan kualitas fisik penduduk dinilai melalui keluaran bobot fisik penduduk. Untuk studi-studi kualitas keluaran gizi melalui keadaan fisik, telah dipelajari dengan memfokuskan perhatian kepada kelompok anak balita (0-4 tahun), anak baru masuk sekolah, dan remaja (6-18 tahun). Status gizi kelompok anak ini telab diamati sebagai indikator KFP secara intensif, dengan berdasarkan
kepada beberapa pertimbangan, bahwa
86
mempengaruhi status gizi. Te secara meyakinkan, penelitian p (Elfindri dan Syahruddin, 19 Elfindri 1990) berkesimpulan pada kelompok usia tertentu fisik anak balita sangat rawan yakiri pada kelompok usia 6-47 Keadaan kuahtas anak balita yan rawan dimiliki oleh rumah tempat ibu anak bahta berpen rendah dan hidup pada kel ekonomi relatif rendah. Pengamatan pertumbuhan badan anak baru masuk s semenjak 1986-1988 di tiga p (Sumatra Barat, Jawa Tengah, da Tenggara Barat) telah dilakukan cermat oleh Ahunain (1989) dipelajari tinggi badan anak (Abunam, 1989). Untuk studi studi tersebut sampai k identifikasi keluaran status gizi indikator KFP. Salah satu aspek yang menarik adalah bahwa r tinggi badan anak baru masuk ditemui lebih rendah pada daera miskin dibandingkan dengan ke yang sama di daerah relatif maju rendahnya status daerah diamati data-data PODES. Namun de kajian dengan menggunaka
pembangunan yang terkait tempat anak baru masuk sekolah tersebut berada? Studi ini ingin menjelaskan hal tersebut dengan mengambil daerah pengamatan di Sumatra Barat.
Kerangka Konsepsional Dua aspek yang selalu dikaji dalam mempelajari kualitas fisik penduduk (KFP) adalah: a) indikator-indikator KFP yang dapat diperlakukan sebagai indikator, sekaligus sebagai dependen variabel, dan b) variabel-variabel bebas apakah yang dapat digunakan sebagai proksi variabel kemajuan pembangunan yang dapat mempengaruhi status KFP? Tujuan analisis pada seksi ini adalah ringkas secara menjelaskan perkembangan literatur sehubungan dengan kedua aspek di atas.
Status Gizi sebagai Komponen KFP
Dalam menetapkan indikator yang terbaik untuk KFP, terlebih dahulu perlu dibatasi apakah komponen KFP yang tepat digunakan untuk kondisi Indonesia. Komponen KFP yang dipilih sebaiknya dapat menggambarkan kesejabteraan masyarakat secara keseluruban. Menurut Ellis (1983) komponen utama dari KFP yang
mewaldli ketiga komponen lain. Status gizi sering digunakan komponen untuk dijabarkan indikator-indikator KFP. Tingg anak baru masuk sekolah adal satu indikator yang inglndiajuka pemikiran usaha ini adala mempertimbangkan kemungldnan pengadaan inform desa sebagai unit administrasi t yang dapat dilakukan. M pengukuran tinggi badan an masuk sekolah di setiap s Keuntungan demikian mem peluang kepada kemun tersedianya data-data, yan akhirnya diharapkan data-data dapat digunakan sebagai baha dan dapat dipikirkan kete informasi tersebut dengan kepe pembangunan. Pengadaan informasi te dikatakan mudab karena an masuk sekolah dapat diukur di baik tinggi badan maupun badannya. Dari hasil angka-ang badan dan berat badan, dapat d bagaimana status gizi keluaran. dalam m Studi-studi determinasi TBABS belum banyak tersedia. Pertama, usa
terhadap TBABS adalah, bahwavariabel ekonomi merupakan aspek penting yang dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah. Studi-studi yang melihat pengaruh pendapatan terhadap status gizi keluaran pada kelompok anak baru masuk sekolah jarang dapat ditemui. Bank Dunia dalam beberapa studinya menyimpulkan bahwa pendapatan adalah variabel tidak langsung yang terpenting mempengaruhi status gizi anak balita. Apakah variabel pendapatan ini juga berpengaruh secara berarti terhadap kelompok anak baru masuk sekolah? studi Beberapa berhasil mengungkapkan bahwa pendapatan rumah tangga (termasuk istri) telah dapat meningkatkan probabilitas anak untuk hidup (Schultz, 1980). Ramprasad dan Kulkami (1985: 280-281) mencoba mengkaji pengaruh variabel tidak langsung terhadap 585 orang anak di pedesaan India. Dengan mengelompokkan analisis berdasarkan usia anak, mereka menyimpulkan, semalan tua usia anak maka variabel ekonomi mempengaruhi status gizi anaktersehut. Penelitian lain mencoba menyeleksi pengaruh beberapa variabel penerang
88
menggunakan standar Harvard keterkaitannya dengan penda rumah tangga. Sekelompok va pengubah mereka pelajari, dan B (1980) secara yakin mengusulkan pendapatan mempengaruhi statu anak secara positif. Namun demikian, bentuk pen pendapatan terhadap status giz seperti yang ditemui oleh beberap penelitian lain. Bairagi menem adanya suatu ambang batas penda tertentu yang dapat mempen status gizi anak. Sebelum men ambang batas pendapatan, statu adalah rendah, dan setelah me ambang batas tertentu status giz ditemui baik. Lain lagi cara yang dilakukan Marten dan Oekan (1983) dalam mempelajari pengaruhvariabel ek terhadap status gizi anak, de menduga bahwa rumah tangga menguasai tanah yang relatif luas memberikan peluang u menghasilkan kebutuhan kalo protein nabati yang relatif memad menyimpulkan bahwa kekuranga anak- anak di Jawa Barat diseb rumah tangga memiliki tanah yang sempit. Penelitian yang hampir
kecuali seperti yang dikaji lagi oleh Pinstrup-Andersen dan Garcia (1984). Bilamana variabel ekonomi yang diproksikan melalui ekuivalen jumlah konsumsi, maka pengaruh variabel itu cukup berarti secara positif terhadap status gizi 800 anak pada sampel anak-anak di Philipina. Jelaslah kiranya, beberapa penelitian yang mengkaji pengaruh variabel ekonomi terhadap status gizi anak cukup memperkuat alasan, bahwa variabel ekonomi mempengaruhi status gizi anak-anak secara tidak langsung. Namun sayangnya jarang penelitian menghasilkan temuan dengan menggunakan tinggi badan anak kelas satu sebagai unit analisis. Determinasi KFP
Oleh karena TBABS digunakan sebagai pengamatan, variabel yang relevan diamati otomatis lebih dekat pengaruhnya dengan TBABS. Ada dua jalur pengaruh variabel penerang yang mempengaruhi TBABS. Pertama, proksi variabel langsung yang akan mempengaruhi TBABS. Diasumsikan variabel proksi akan sama arahnya jika status gizi anak balita yang diamati
timbul pertanyaan apakah v ekonomi rumah tangga menerangkan status gizi jangka p Namun demikian, kesulitan t dapat diatasi dengan mempelaja gizi anak-anak dalam suatu tangga. Artinya, bilamana te hubungan positif antara va ekonomi dengan indeks TBAB indeks TBABS berpengaruh terhadap indeks gizi adik dari an masuk sekolah. Dengan dem pengaruh variabel ekohomi saa secara tidak langsung akan mem arah yang sama pada setiap anak Kedua, kajian terhadap a variabel langsung tidak me perhatian utama pada penelit Sebagai tindak lanjut, penelit membatasi diri dalam men pengaruh pengubah tak lan terhadap TBABS karena variabe langsung, seperti pendapata proksi ekonomi lain merupakan dari pembangunan sosial ekonom Metodologi Peneliti
untuk memp keterkaitan antara tinggi bada baru masuk sekolah (TBABS) Upaya
metodologis bertujuan untuk membandingkan TBABS, informasi kontekstual daerah, serta informasi sosial ekonomi rumah tangga yang dapat menerangkan variasi dari TBABS tersebut. Pertama, daerah penelitian dibagi menjadi daerah berdasarkan pedesaan dan perkotaan. Kabupaten Agam dianggap dapat mewakili karakteristik masyarakat Sumatra Barat secara keseluruhan dan dipilih sebagai daerah penelitian yang mewakili pedesaan, sedangkan Padang dipilih mewakili perkotaan. Kedua, menentukan daerah penelitian di tingkat kabupaten. Dipilih dua kecamatan secara purposive, yakni kecamatan miskin dan kecamatan kaya. Dasar penentuan kecamatan miskin dan kaya ialah klasifikasi desa menurut urutan skor desa-desa yang ada pada kecamatan tertentu. Skor tersebut cukup dipercaya, sekurang-kurangnya telah dapat memberikan informasi kasar tentang desa-desa secara administratif. Skor desa tersebut meliputi kondisi sosial ekonomi desa. Dengan mempedomani status desa-desa yang ada di kecamatan, maka Kecamatan Tilatang Kamang dianggap sebagai
90
teknik mendapatkan sekolah,
tempat menjaring responden an
masuk sekolah, dilakukan deng acak proporsional. Dengan de sekolah dasar yang menjadi peng adalah 4 SD dari 25 SD di Kec Perwakilan Tilatang Kamang, da dari 29 SD di Kecamatan T Kamang. SD yang menjadi sa perkotaan dipilih 9 buah SD da di Kecamatan Padang Barat. Ata kriteria sampling di atas, dipero sampel rumah tangga di pedes 213 sampel rumah tangga di per
Teknik Mendapatkan Respon
Teknik mendapatkan resp dilakukan secara hati-hati kare menjadi responden adalah ibud Pertama-tama diidentifikasi nam anak kelas 1dari SD terpilih. Set diambil secara acak sehingga m jumlah anak yang dibutu Kemudian, anak-anak yang m sampel ditimbang berat bad diukur tinggi badan serta lingkar Penimbangan dan peng dilakukan di sekolah mereka masing. Pelaksanaan pengukura dan berat badan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh gu
sosial ekonomi ABS diperoleh dari ibu ABS. Namun demikian, terdapat beberapa kesulitan yang ditemui berdasarkan kebutuhan sampel yang dirancang sebelumnya. Kesulitan tersebut berasal dari tidak terpenuhinya karakteristik responden sesuai dengan konsep serta definisi operasional di lapangan. Seperti halnya, sebagian anak kelas satu tidak tinggal dengan orang tuanya, orang tua anak yang bersangkutan tinggal di tempat lain dengan berbagai alasan dan mereka pulang ke rumah pada waktuwaktu tertentu, orang tua ABS telah meninggal, dan alasan lain. Atas beberapa alasan tersebut, terdapat kekurangan sampel dari sampel yang telah diacak sebelumnya. Besarnya kegagalan sampel yang dimaksud, berdasarkan beberapa alasan dan tidak sesuai dengan konsep rumah tangga, adalah sebesar 18,3 persen. Namun memenubi demikian, untuk keseluruhan jumlah sampel, kekurangan sampel ditutupi dengan cara mengacak ABS yang tidak terjaring sewaktu sistem pengacakan sebelumnya berlangsung. Akhimya, jumlah sampel keseluruhan dapat dicapai sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan. Waktu
diperkirakan terdapat KFP A relatif tinggi dibandingkan kecamatan yang relatif makmur Tabel 1. menyajikan distri ABS berdasarkan tinggi badan usia. Indeks ini lazimnya dikena chronic undernutrition, b indeks tinggi badan menur (TB/U) sebesar -2 atau lebih Secara singkat dapat dij beberapa hasil perhitungan menstandarisasi dengan WHO/NCHS (WHO, 1983). penggabungan data-dat memperlihatkan bahwa persen ABS di bawah -1 lebih ting persen) ditemui di kecamata (Kecamatan Perwakilan T Kamang). Persentase indeks ya di Kecamatan Tilatang Kam Kecamatan Padang Barat masin sebesar 18,8 persen dan 24,3 p Namun demikian, jika diba antara Kecamatan Tilatang dengan Kecamatan Padan persentase TB/U pada skor s justru lebih tinggi di Kecamata Barat dibandingkan dengan K Tilatang Kamang, yakni masin 6,1 persen dan 4,4 persen.
2. Proksi Ekonomi a. Rata-rata pendapatan (000/bulan) - Suami - Istri - Anggota lain b. Rata-rata pengeluaran (000/bulan) - Makanan - Nonmakanan
100,0 (99)
100,0 (160)
100,0 (214)
155,1 109,5 48,0 5,4
164,8 118,6 42,7 6,4
287,2 233,9 51,0 10,7
121,6 77,1 45,1
151,8 91,0 56,5
243,0 124,0 118,9
Terdapat beberapa kemungkinan alasan mengapa prevalensi KFP melalui status gizi kurang tidak terlalu berbeda jika dilihat dari pengamatan sampeJ antara Kecamatan Padang Barat dengan Tilatang Kamang. Pertama, basis pemilihan sampel berdasarkan letak lokasi SD tempat ABS berada. Berkemungkinan besar anak-anak yang sekolah di Kecamatan Padang Barat berasal dari kecamatan lain. Kedua, SD sebagai basis penjaringan ABS belum mencerminkan keadaan sesungguhnya jika pada daerah tertentu tingkat enrollment rate usia sekolah dasar kelas satu di bawab 100 persen. Mungkin
92
100, (473
kedua alasan ini dapat mempe argumen terhadap data prevalensi T di tiga kecamatan.
Korelasl TBABS dengan Status G AdikABS
Aspek ini mengamati korelasi s
gizi antaranak dalam suatu ru tangga. Pada penelitian ini, kor status gizi antara ABS dengan adik ABS ditampilkan pada Tabel 2.. Tu mempelajari korelasi status gizi dalam rumah tangga berkaitan u mengamati apakah pengaruh var
pengubah kemajuan pembangu bcrpengarub secara bersam
digunakan; yakni BB/U, TB/U, BB/TB, dan LL/T. Namun demikian, di antara empat indeks yang digunakan, kelihatannya TB/U ABS lebih erat hubungannya dengan indeks TB/U adik ABS. Hubungan ini didukung oleh tingkat kepercayaan yang memadai Jika diandaikan sebanyak 240 jumlah pengamatan untuk menyimpulkan hubungan status gizi antaranak dalam suatu rumah tangga, jelaslah kiranya bahwa kepekaan status gizi antaranak akan sama sebagai akibat pengaruh pembangunan.
tinggi badan. Hasil indeks in mencerminkan variabel kontin masing-masing anak baru masuk yang dijadikan sampel. Berbeda indeks status gizi yang diajuka kelompok Harvard (JelhfFee, pada perhitungan indeks WHO/ sewaktu mendapatkan indeks sta anak telah dibedakan antara kelamin lelaki dan jenis kelamin Indeks status gizi keluaran keperluan studi ini hanya mengg Z-skor tinggi badan menuru Terdapat beberapa keunt menggunakan kriteria ini. Pe
TABEL 2. KORELASI MATRIKS VARIABEL YANG DLAMATI
Z-skor a/
TB/U ABMS
Skor Gizi Adik ABMS b/
BB/U
TB/U
TB/BB
LL/T
Z-skor BB/U
1,00 1,00 ,1426 ,4590** 1,00 ,1850* TB/U 1,00 ,4177** -,0121 ,0281 TB/BB ,5601** ,4254** ,1988* ,1317 LL/T * signifikan ,01, ** signifikan ,001 _a/ Standarisasi dengan WHO/NCHS (WHO, 1983) _b/ Standarisasi dengan indeks Jelliffe (1966)
Jumlah pengamatan 240
1,00
iata-rata D s -0,7974 4,3233 4,7500 4,6897 4,5862
0 0 0 0
indikator pembangunan lainnya. Indikator pembangunan lainnya diartikan sebagai variabel tidak langsung yang mempengaruhi status TBABS. Terdapat beberapa variabel tidak langsung yang diajukan dalam menaksir pengaruhnya terhadap KFP ABS (Definisi variabel dapat dilihat pada Lampiran 1.) Secara umum adalah variabel (Y/ n, pendapatan Y-Husban/n), pengeluaran (Exp/n, Exp-Food/n, dan Exp-NonFood/n), investasi rumah tangga, dan nilai ptrmanen rumah (indeks rumah). Berdasarkan keterbatasan sumher variabel kemajuan pembangunan, studi ini menampilkan regresi sederhana. Uji regresi sederhana dilakukan karena sasaran utama adalah mencoba mengidentifikasi bentuk pengaruh varaiabel proksi ekonomi rumah tangga terhadap indeks TBABS. Usaha ini dapat dilakukan dengan menguji bentuk hubungan beberapa jenis pengukuran variabel penguhah secara terpisah (satu-satu).
Temuan Tahe)
3 menyajikan hasil uji sederhana antara indeks TBABS dengan 94
memperlihatkan tanda posit hubungan tersebut menghasilka yang sama. Lima belas hasil estimasi kete antara TBABS dengan ind pembangunan lainnya sebagai b Secara umum, model yang die memberikan nilai r parsial yang rendah dan hanya berkisar di ba persen; diikuti oleh pengujian menyeluruh melalui uji F-test yan memberikan nilai kepercayaan rendah. Terdapat beberapa makna da temuan. Dari lima belas ind ekonomi yang diajukan, va pendapatan, haik pendapatan ra per hulan (Y/n) maupun pend rata-rata per suami (Y_Husband/n) memberikan hub yang lebih herarti secara p dibandingkan dengan pen variabel pengeluaran, haik penge rumah tangga kcseluruhan m menurut pengeluaran hahan ma dan pengeluaran hukan mak Bahkan, hasil ujilinier (persamaa 5) serta semi linier (7 da memherikan hasil yang tidak berbeda. •
(-9,502)*** -0,72402 6. LogEXP/n (13,242)*** 7. LogY/n -0,73519 (-14,624)*** 8. LogE.Food/n -0,69266 (-9,943)*** 9. LogE.NonFood/n -0,67766 (-7,903)*** 10. LogY.Husband/n -0,69096 (-12,832)*** -1,25025 11. Housing Indeks (-4,518)*** -0,44087 12. Sibling (-4,029)*** 13. Threshold Exp. -0,92683 (-7,878)*** 14. Threshold Y -0,88172 (-7,973)*** 15. Zl(Investasi) -0,76793 (-14,542)
*** signifikan 1% ** signifikan 10 % * signifikan 15 %
(1,922)** 0,09733 (1,271)* 0,14379 (1,719)** 0,15790 (1,255) 0,17268 (2,247)** 0,21773 (2,763)*** 0,08109 (1,819)** -0,07633 (3,202)*** 0,20816 (1,609)** 0,15804 (1,281) 0,01935 (0,677)
0,058
1,6
0,079
2,9
0,058
1,5
0,103
5,0
0,127
7,7
0,084
3,3
0,146
10
0,074
2,5
0,059
1,6
0,031
0,4
dapat tangga. Studi ini mendefinisikan
bilamana pendapatan dan pengeluaran lebih tinggi dari rata-rata pendapatan serta rata-rata pengeluaran seluruh pengamatan, maka hubungannya akan positif dengan indeks TBABS. Ternyata, kedua indikator ini hanya berlaku untuk variabel pengeluaran, dan bentuk huhungan tersebut positif dan signifikan. rata-rata
Selanjutnya tidak tertutup kemungkinan untuk mencari alternatif variabel ekonomi lainnya. Di antaranya adalah dengan memberikan nilai indeks perumahan. Hubungan indeks perumahan dengan indeks TBABS berbentuk positif dan signifikan.
Diskusi Yang menjadi tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari keterkaitan antara TBABS sebagai indikator KFP dengan indikator pembangunan lainnya di Sumatra Barat. Penelitian ini mengajukan sebuah hipotesis bahwa rumah tangga (dari aspek mikro) atau daerah (aspek makro) yang memiliki kondisi ekonomi baik memiliki KFP ABS baik.
96
KFP. Hasil studi menunjukkan pendapatan rumah tangga kelih sangat herarti secara positi mempengaruhi KFP. Ketidakb
pengaruh variabel pengeluaran tangga (hasil regresi 1, 3,
disebabkan bentuk hubung berdasarkan data survai yang no Pengaruh pengeluaran rumah akan semakin positif terhadap TBABS bilamana rumah tangg mencapai pengeluaran sama ata pengeluaran rata-rata masyarak ini diperlihatkan pada persam Hubungan seperti ini tidak berl menggunakan pendapatan pendapatan rumah tangga m pendapatan suami. Hub pendapatan rumah tangga berbentuk semilog, pada ke pendapatan rumah tangga ditemui anak kurang gizi berd indeks TB/U. Dengan mempedomani persamaan regresi sederhana, s berkesimpulan bahwa v kemajuan pembangunan diproksikan melalui ekonomi tangga dapat menerangkan secara positif dan berarti secara
Ditemukan bahwa indikator TBABS dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga secara bermakna Indikator TBABS sangat operasional untuk tujuan policy options karena alasan sebagai berikut. 1. Pengadaan data TBABS sangat efisien dalam hal biaya dan waktu karena data ini umumnya telah tersedia pada setiap sekolah dasar. TBABS 2. Indikator mampu merefleksikan tingkat kemajuan pembangunan sampai tingkat administrasi terendah (desa/ kelurahan). Hal ini sangat penting karena pelaksanaan kebijakan pembangunan lazimnya dilakukan pada unit administrasi terendah. Dengan demikian, target group dari sasaran kebijakan pembangunan akan tercapai secara memuaskan. 3- Pengukuran dan studi TBABS juga dapat dilakukan secara retrospektif (longitudinal) sehingga seberapa jauh efektivitas dari pelaksanaan pembangunan akan terdeteksi. Sehuhungan dengan itu, artikel ini menyarankan agar sistem pendataan TBABS yang ada sekarang ini diperbaiki
constraint on child nutr Rural Bangladesh?, Bull WorldHealth Organizatio
767-772
Casterline, J.B., et al. 1989. "Ho income and childsurvival in Demography, 26(1): 15-35 Christian, P., et al. "Socioeconomic determin child nutritional status in ru tribal India", Ecology Nutrition, 23: 31-38. Elfindri. 1990. "Kualitas fisik bali kasus di dua kecamatan di Barat", Majalah Dem Indonesia. Jacobsen, O. 1978. Econom geographical factors influ child malnutrition: a stud a Southern Highlands Ta BRALUP research paper, Salaam and Trodheim Baru Dept. Geography, Unive Trondheim, Norway. Jelliffe, D.B. 1966. The assessme nutritional status o community.
Geneva:
(Monograph Series no. 53) Marten, G.G. dan O.S. Abdoella "Crop diversity and nutr West Java", Ecology Fo Nutrition, 21: 17-43-
Institute, Tuffs University.
Ramprasad, V. dan P.M. Kulkarni. 1985"Determinant of child health status: a study in Rural Kartanaka India", Journal of Tropical Pediatric, 31:
276-281.
Schultz,
TP.
1980.
"Indirect
measurement and analysis of sex
mortality: child specific interpretation of district and household data for Rural India in 1961and 1970", paper presented at the Annual Meeting of the Population Association of America.
98
nutritional impact fe supplementary programmes for vulne groups. Geneva.
PP KEPEWUDlJWnisMl 0,5479 E.Oth/n
j Ekuivalen Pengeluaran NonMakanan Per Bulan Per Kepala Ekuivalen Pendapatan Suami Per Bulan Per Kepala Investasi = Pendapatan Dikurangi Pengeluaran Threshold Pengeluaran 1= Pengeluaran di atas rata-rata 0 = Lainnya Threshold Pendapatan Sama Dengan Threshold Pengeluaran Dinding Rumah: Tembok=4, Kayu=3, Bambu=2, Lainnya=1 Lantai Rumah: Ubin=4, Semen=3, Kayu=2, Lainnya=1 Jumlah Saudara
0,
Y.Hus/n
0,8805
0,
Invest
-0,0233
0,
Thr.Exp
0,8266
0,
Thr.Y
0,8034
0,
Housing Indeks
6,1099
1
Sibling
4,1121
2,