KORELASI BENTUK DAN PERTALIAN MAKNA KATA TURUNAN meN- + D(-i/-kan), peN- + D, dan peN--an + D Oleh : Cahyo Yusuf Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Tidar Magelang ABSTRACT The point of view of an item and arrangement, bound morpheme [meN-] has allomorphs /məm/ /mən-/, /məŋ-/, /məñ-/ correlated in form with bound morpheme (1.1) [peN-] has allomorphs /pəm /, /pən-/, /pəŋ-/, peñ-/, and (1.2) [peN--an] has allomorphs /pəm--an /, /pən--an/, /pəŋ--an/, /pəñ--an/ when the bound morpheme is attached to the free morpheme (-bound). The point of view item and process or word and paradigm, (2.1) the derivative word mencangkul (has element meN-) 'to work with hoe' has root cangkul ‘tools are made of iron plates to handle a long-stemmed', (2.2) the derivative word pencangkul (has element peN-) 'the person who works with hoe' has the root mencangkul, and (2.3) the derivative pencangkulan (that has element peN--an) the process of working with hoe has the stem mencangkul. The derivative element of [meN-], [peN-], [peN--an], respectively, related too because they have the same stem, mencangkul. Keywords : morfem, alomorf, morfofonemik, item and arrangement, item and process, word and paradigm. Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80
A.
PENDAHULUAN
Morfem merupakan satuan bahasa terkecil yang bermakna yang tidak dapat diperkecil lagi. Secara induktif, satuan bahasa membaca (kata turunan) dijabarkan menjadi mem- [meN-] (morfem terikat) dan baca (morfem bebas). Secara deduktif, morfem terikat peng--an [peN--an] dilekatkan/digabungkan pada morfem bebas-terikat aju membentuk kata turunan pengajuan. Dari segi bentuk, pelekatan mofem terikat meN-, peN- dan peN--an pada morfem bebas tulis, masing-masing, menjadi kata turunan menulis, penulis dan penulisan. Kata turunan menulis, penulis dan penulisan terdapat gejala fonologis (fonemis) pada fonem-fonem yang bersinggungan, yaitu gejala fonologis: (1) pengubahan N pada meN-, peN- dan peN--an menjadi nasal /n/ sehingga meN- berujud /mən-/, peN- berujud /pən-/ dan peN--an berujud /pən--an/, (2) pengurangan konsonan /t/ pada morfem bebas tulis, dan (3) penggeseran nasal /n/ anggota /mən/, /pən-/, /pən--an/ ke /(t)ulIs/, kata turunan yang dihasilkan ialah /mə-nulIs/, /pə-nulIs/ dan /pənuli-san/, serta (4) khusus, peN--an terdapat pula pengubahan alofon /I/ pada /tulIs/ menjadi /i/ dan penggeseran konsonan /s/ pada /tulIs/ ke -an bagian anggota /pən--an/. Karakteristik yang sama ini, pengubahan nasal N menjadi /n/, pengurangan konsonan /t/ dan penggeseran nasal /n/
pada /mə-n(t)ulis/, /pə-n(t)ulis/ dan /pə-n(t)uli-san/, menunjukkan terdapat korelasi bentuk antara [meN-], [peN-], dan [peN--an]. Kajian ini menggunakan pendekatan model penataan (item and arrangement). Dari segi makna, bermakna ’melakukan /pənulis/ bermakna ’orang yang Korelasi/mənulis/ Bentuk dan Pertalian Makna Kata Turunan …… tulis’, (Cahyo Yusuf) menulis’, dan /pənulisan/ bermakna ’proses menulis’. Kata turunan /mənulis/, /pənulis/ dan /pənulisan/ berpangkal sama, yaitu tulis. Sistem makna pada kata turunan ini terdapat pertalian makna. Kajian ini menggunakan pendekatan model proses (item and process) dan model paradigma (word and paradigm). Tiga model kajian ini didasari kerangka teori Hockett (1954) dan Malmkjxr (1991). B.
RUMUSAN MASALAH
Korelasi bentuk dan pertalian makna pada pendahuluan di atas menghasilkan rumusan masalah penelitian yang berikut: (1) Bagaimanakah sistem korelasi bentuk pada kata turunan meN- + D(-i/-kan), peN- + D, dan peN--an + D? (2) Bagaimanakah sistem pertalian makna pada kata turunan meN- + D(-i/-kan), peN- + D, dan peN--an + D? C.
LANDASAN TEORI
a.
Hakikat Morfem Kata turunan mencetak, pencetak, pencetakan dijabarkan terdiri atas /məñ-/ [meN-], /pəñ-/ [peN-], /pəñ--an/ [peN--an] dan cetak. Setiap satuan bahasa ini ialah morfem. Samsuri (1987: 170) mengatakan, jika mendapat cukup data bentuk (morf) terdapat pula berulang, dan karena itu disebut masing-masing morfem. Jadi, morfem adalah komposit bentuk-pengertian yang terkecil yang sama atau mirip (secara fonologis) yang berulang. Dalam distribusinya, morfem terikat [meN-] mempunyai variasi bentuk, misalnya dalam distribusi pada morfem bebas /ajar/, Vol. /buka/, /dəŋar/, dan /rakIt/, [meN-] menjadi 37 No. 1,/cuci/, 15 September 2012 : 64-80 /məŋajar/, /məmbuka/, /məñcuci/, /məndəŋar/ dan /mərakIt/. Variasi /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/ dan /mə-/ anggota morfem [meN-] disebut alomorf. Menurut Santoso (2010: 2), morfem ialah konsep abstrak, sedangkan alomorf merupakan konsep yang (agak) konkret. b.
Morfofonemik Penggabungan morfem terikat dan morfem bebas menjadi morfem kompleks, alih-alih kata turunan, dapat menimbulkan berbagai gejala fonologis pada fonem-fonem yang bersinggungan atau berdekatan dengan persinggungan. Gejala fonologis ini disebut morfofonemik atau morfofonologi. Kridalaksana (2011: 159) menyatakan, bahwa morfofonologi adalah struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologi dari morfem; termasuk di dalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem atau perubahan tekanan yang menentukan
bangun morfem. Alwi, dkk (2010: 31) menyatakan, bahwa proses perubahan bentuk yang diisyaratkan oleh jenis fonem atau modem yang digabungkan dinamakan proses morfofonemik. Gejala fonologis pada fonem atau fonem-fonem akibat penggabungan morfem terikat [meN-], [peN-], dan [peN--an] dan morfem bebas (-terikat) dapat diklasifikasikan dan dideskripsikan sistem fonemisnya: pengubahan fonem, pengurangan fonem, penambahan fonem, penggeseran fonem, dan gejala fonologis-kompleks (beberapa gejala fonologis), contoh: (1) pengubahan fonem [meN-] → /məñ-/ + /corεt/ → /meñcorεt/ [peN-] → /pəñ-/ +/corεt/ → /peñcorεt/ [peN-an] → /pəñ--an/ +/corεt/ → /peñcorεtan/. (2) pengurangan fonem [meN-] → /mə-/ + /lempar/ → /məlempar/ [peN-] → /pə-/ +Bentuk /lempar/ → /pəlempar/ Korelasi dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf) [peN--an] → /pə--an/ + /lempar/ → /pəlemparan/. (3) penambahan fonem [meN-] → /məŋ-/ + /gadaykan/ → /məŋgadaykan/ [peN-] → /pəŋ- / + /gaday/ → /pəŋgaday/ [peN--an] → /pəŋ--an/ +/gaday/ → /pəŋgadayyan/. (4) penggeseran fonem [meN-] → /məŋ-/ + /ikat/ → /mə-ŋikat/ [peN-] → /pəŋ-/ + /ikat/ → /pə-ŋikat/ [peN--an] → /pəŋ--an/ + /ikat/ → /pə-ŋika-tan/ (5) gejala fonologis-kompleks [meN-] → /mən-/ + /tata/ → /mə-n(t)ata/ [peN-] → /pən-/ + /tata/ → /pə-n(t)ata/ [peN--an] → /pən--an/ + /tata/ → /pə-n(t)ata?-an/. Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas tata /tata/, nasal (N)-nya berubah menjadi nasal /n/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mən-/, /pən-/, /pən--an/, fonem /t/ anggota /tata/ berkurang, dan nasal /n/ anggota /mən-/, /pən-/ menggeser ke /(t)ata/ sehingga menjadi kata turunan /mə-n(t)ata/, /pə-n(t)ata/, serta khusus [peN--an] terjadi pula penambahan fonem /?/ sehingga menjadi kata turunan /pə-n(t)ata?-an/, fenomena terakhir tidak dibahas dalam penelitian ini. Gejala fonologis ini menunjukkan korelasi bentuk. Perwujudan nasal (N) di atas tidak manasuka tetapi sifatnya ialah komplementer, maksudnya nasal itu berpasangan dengan fonem tertentu yang sesuai daerah artikulasi atau berdekatan daerah artikulasi.
Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80
c.
Pangkal dan Kata Dasar Kata turunan mencoret, pencoret dan pencoretan berpangkal yang sama, yaitu coret. Dengan model proses, kata turunan mencoret berkata-dasar coret (tunggal). Kata turunan mencoret bermakna ‘melakukan/membubuhkan coret’. Kata turunan pencoret dan pencoretan berkata-dasar mencoret (kata turunan), maka pencoret bermakna ‘orang yang mencoret’ dan pencoretan bermakna ‘proses mencoret’. Pemaknaan kata turunan ini menunjukkan pertalian makna dengan kata dasarnya. Juka, kata turunan yang mempunyai pangkal yang sama menunjukkan pertalian makna. D.
METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA
Data penelitian ini berupa kata turunan berunsur morfem terikat [meN-], [peN-], [peN-an]. Data dianalisis dengan metode agih dan teknik bagi unsur langsung. Dari segi bentuk, morfem-morfem, alih-alih unsur langsung, digabungkan membentuk kata turunan untuk menentukan korelasi morfofonemiknya. Dari segi makna, kata turunan dikembalikan pada pangkal dan dasarnya untuk menentukan kekaitan makna. E. 1.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pengubahan Nasal Penggabungan morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dan morfem bebas dapat terjadi pengubahan nasal (N) pada morfem [meN-], [peN-], [peN--an]: (a) [meN-] /məm-/ + /bəli/ /məmbəli/ Korelasi Bentuk dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf) [peN-] /pəm-/ + /bəli/ /pəmbəli/ [peN--an] /pəm--an/ + /bəli/ /pəmbəliyan/ (b) [meN-] /məm-/ + /fItnah/ /məmfItnah/ [peN-] /pəm-/ + /fItnah/ /pəmfItnah/ [peN--an] /pəm--an/ + /fItnah/ /pəmfItnahan/ (c) [meN-] /mən-/ + /dəŋar/ /məndəŋar/ [peN-] /pən-/ + /dəŋar/ /pəndəŋar/ [peN--an] /pən--an/ + /dəŋar/ /pəndəŋaran/ (d) [meN-] /məŋ-/ + /gulay/ /məŋgulay/ [peN-] /pəŋ-/ + /gulay/ /pəŋgulay/ [peN--an] /pəŋ--an/ + /gulay/ /pəŋgulayyan/ (e) [meN-] /məŋ-/ + /xayal/ /məŋxayal/ [peN-] /pəŋ-/ + /xayal/ /pəŋxayal/ [peN--an] /pəŋ--an/ + /xayal/ /pəŋxayalan/ (f) [meN-] /məŋ-/ + /hisap/ /məŋhisap/ [peN-] /pəŋ-/ + /hisap/ /pəŋhisap/
[peN--an] /pəŋ--an/ + /hisap/ /pəŋhisapan/ (g) [meN-] /məñ-/ + /cuci/ /məñcuci/ [peN-] /pəñ-/ + /cuci/ /pəñcuci/ [peN--an] /pəñ--an/ + /cuci/ /pəñcucian/ (h) [meN-] /məñ-/ + /jarIŋ/ /məñjarIŋ/ [peN-] /pəñ-/ + /jarIŋ/ /pəñjarIŋ/ [peN--an] /pəñ--an/ + /jarIŋ/ /pəñjariŋan/ (i) [meN-] /məñ-/ +/šukuri/ /məñšukuri/ [peN-] /pəñ-/ + /šukur/ /pəñšukur/ [peN--an] /pəñ--an/ +/šukur/ /pəñšukuran/ (j) [meN-] /məñ-/ + /zakatkan/ /məñzakatkan/ [peN-] /pəñ-/ + /zakat/ Vol. /pəñzakat/ 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80 [peN--an] /pəñ--an/ + /zakat/ /pəñzakatan/ Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /b, f/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] direalisasi menjadi nasal /m/ karena nasal /m/ pada akhir alomorf /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /b/ (bilabial), dan nasal /m/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang berdekatan dengan konsonan /f/ (bilabial-labiodental). Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mən-/, /pən-/, /pən--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /d/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN-an] direalisasi menjadi /n/ karena nasal /n/ pada akhir alomorf /mən-/, /pən-/, /pən--an/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /d/ (dental/alveolar) pada awal kata dasar. Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal /g, x, h/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] direalisasi menjadi /ŋ/ karena nasal /ŋ/ pada akhir alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /g, x, h/ (velar) pada awal kata dasar. Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /c, j, š, z/. Nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] direalisasi menjadi nasal /ñ/ karena /ñ/ pada akhir alomorf /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang sama dengan konsonan /c, j/ (palatal) dan nasal /ñ/ mempunyai lingkungan daerah artikulasi yang berdekatan dengan konsonan /z/ (palatal-alveolar) pada kata dasar. Korelasi Bentuk dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf)
2.
Pengurangan Nasal Penggabungan morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dan morfem bebas dapat terjadi pengurangan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an]: (a) [meN-] /mə-/ + /lompat/ /məlompat/
[peN-] /pə-/ + /lompat/ /pəlompat/ [peN--an] /pə--an/ + /lompat/ /pəlompatan/ (b) [meN-] /mə-/ + /warisi/ /məwarisi/ [peN-] /pə-/ + /warIs/ /pəwarIs/ [peN--an] /pə--an/ + /warIs/ /pəwarisan/ (c) [meN-] /mə-/ + /rusa?/ /mərusa?/ [peN-] /pə-/ + /rusa?/ /pərusa?/ [peN--an] /pə--an/ + /rusa?/ /pərusakan/ (d) [meN-] /mə-/ + /masu?kan / /məmasu?kan/ [peN-] /pə-/ + /masu? / /pəmasu?/ [peN--an] /pə--an/ + /masu? / /pəmasukan/ (e) [meN-] /mə-/ + /nanti/ /mənanti/ [peN-] /pə-/ + /nanti/ /pənanti/ [peN--an] /pə--an/ + /nanti/ /pənantiyan/ (f) [meN-] /mə-/ + /ñarIŋ/ /məñarIŋ/ [peN-] /pə-/ + /ñarIŋ/ /pəñarIŋ/ [peN--an] /pə--an/ + /ñarIŋ/ /pəñariŋan/ Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami pengurangan nasal (N) atau nasal (N) tidak direalisasi sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mə-/, /pə-/, /pə--an/ apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal konsonan /l, w,2012 r, m, n, ñ/. Vol. 37 No. 1, 15 September : 64-80 3.
Pengubahan Nasal, Penambahan Vokal dan Penggeseran Nasal Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang melekat pada morfem bebas bersilabe satu mengalami pengubahan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] menjadi /ŋ/ pada alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/, penambahan vokal /ə/ pada morfem bebas bersilabe satu dan penggeseran nasal /ŋ/ anggota alomorf ke morfem bebas (dasarnya). (a) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /som/ /mə-ŋəsom/ [peN-] /pəŋ-/ + (/ə/) + /som/ /pə-ŋəsom/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /som/ /pə-ŋəso-man/ (b) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /tI?/ /mə-ŋətI?/ [peN-] /pəŋ-/ + (/ə/) + /tI?/ /pə-ŋətI?/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /tI?/ /pə-ŋəti-kan/ (c) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /bor/ /mə-ŋəbor/ [peN-] /pəŋ-/ + (/ə/) + /bor/ /pə-ŋəbor/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /bor/ /pə-ŋəbo-ran/ (d) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /las/ /mə-ŋəlas/ [peN-] /pəŋ-/ + (/ə/) + /las/ /pə-ŋəlas/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /las/ /pə-ŋəla-san/ (e) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /cat/ /mə-ŋəcat/
[peN-] /pəŋ-/ + (/ə/) + /cat/ /pə-ŋəcat/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /cat/ /pə-ŋəca-tan/ (f) [meN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /lap/ /mə-ŋəlap/ [peN-] /məŋ-/ + (/ə/) + /lap/ /pə-ŋəlap/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /lap/ /pə-ŋəla-pan/ (g) [meN-] Korelasi /məŋ-/Bentuk + (/ə/) + /dram/ /mə-ŋədram/ dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf) [peN-] /pəŋ-/ + (/ə/) + /dram/ /pə-ŋədram/ [peN--an] /pəŋ--an/ + (/ə/) + /dram/ /pə-ŋədra-man/ Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] digabungkan pada morfem bebas bersilabe satu mengalami gejala fonologis: pengubahan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/, penambahan fonem /ə/ pada morfem bebas dan penggeseran nasal /ŋ/ anggota alomorf ke morfem bebas (dasarnya). 4.
Pengubahan dan Penggeseran Fonem Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang melekat pada morfem bebas berfonem awal vokal /a, e, ə, o, u/ mengalami pengubahan nasal (N) pada [meN-], [peN-], [peN--an] menjadi /ŋ/ pada alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan penggseran nasal /ŋ/ anggota morfem terikat ke morfem bebas (dasarnya). (a) [meN-] → /məŋ-/ + /ambIl/ /mə-ŋambIl/ [peN-] → /pəŋ-/ + /ambIl/ /pə-ŋambIl/ [peN—an] /pəŋ--an/ + /ambIl/ /pə-ŋambi-lan/ (b) [meN-] → /məŋ-/ + /ekͻr/ /mə-ŋekͻr/ [peN-] → /pəŋ-/ + /ekͻr/ /pə-ŋekͻr/ [peN--an] → /pəŋ--an/ + /ekͻr/ /pə-ŋekͻ-ran/ (c) [meN-] → /məŋ-/ + /əndap/ /mə-ŋəndap/ [peN-] → /pəŋ-/ + /əndap/ /pə-ŋəndap/ [peN--an] → /pəŋ--an/ + /əndap/ /pə-ŋənda-pan/ (d) [meN-] → /məŋ-/ + /ikat/ /mə-ŋikat/ [peN-] → /pəŋ-/ + /ikat/ /pə-ŋikat/ [peN--an] → /pəŋ--an/ + /ikat/ /pə-ŋika-tan/ (e) [meN-] → /məŋ-/ + /obral/ /mə-ŋobral/ Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80 [peN-] → /pəŋ-/ + /obral/ /pə-ŋobral/ [peN--an] → /pəŋ--an/ + /obral/ /pə-ŋobra-lan/ (f) [meN-] → /məŋ-/ + /usIr/ /mə-ŋusIr/ [peN-] → /pəŋ-/ + /usIr/ /pə-ŋusIr/ [peN--an] → /pəŋ--an/ + /usIr/ /pə-ŋusi-ran/ Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan nasal /ŋ/ mengalami
penggeseran ke morfem bebas (dasarnya) apabila melekat pada morfem bebas berfonem awal vokal /a, e, ə, i, o, u/. 5.
Pengubahan Nasal, Pengurangan Konsonan dan Penggeseran Nasal Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal konsonan /k, p, s, t/ terjadi gejala fonologis yang berikut: (a) [meN-] → /məŋ-/ + /kaji/ /mə-ŋ(k)aji/ [peN-] → /pəŋ-/ + /kaji/ /pə-ŋ(k)aji/ [peN--an] → /məŋ-/ + /kaji/ /pə-ŋ(k)ajiyan/ (b) [meN-] → /məm-/ + /pukUl/ /mə-m(p)ukUl/ [peN-] → /pən-/ + /pukUl/ /pə-m(p)ukUl/ [peN--an] → /pəm--an/ + /pukUl/ /pə-m(p)uku-lan/ (c) [meN-] → /məñ-/ + /sikat/ /mə-ñ(s)ikat/ [peN-] → /pəñ-/ + /sikat/ /pə-ñ(s)ikat/ [peN--an] → /pəñ--an/ + /sikat/ /pə-ñ(s)ika-tan/ (d) [meN-] → /mən-/ + /tulIs/ /mə-n(t)ulIs/ [peN-] → /pən-/ + /tulIs/ /pə-n(t)ulIs/ [peN--an] → /pən--an/ + Pertalian /tulIs/ Makna /pə-n(t)uli-san/ Korelasi Bentuk dan Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf) Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /k/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan pengurangan konsonan /k/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /ŋ/ pada anggota alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ ke morfem bebas (dasarnya). Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /p/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /m/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ dan pengurangan konsonan /p/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /m/ pada anggota alomorf /məm-/, /pəm-/, /pəm--an/ ke morfem bebas (dasarnya). Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /s/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /ñ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ dan pengurangan konsonan /s/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /ñ/ pada anggota alomorf /məñ-/, /pəñ-/, /pəñ--an/ ke morfem bebas (dasarnya). Morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /t/ mengalami pengubahan nasal (N) menjadi /n/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mən-/, /pən-/, /pən--an/ dan pengurangan konsonan /t/ pada morfem bebas serta penggeseran nasal /n/ pada anggota alomorf /mən-/, /pən-/, /pən--an/ ke morfem bebas (dasarnya). 6.
Kekaitan Makna
Kata turunan menggulai berkata dasar gulai. Kata dasar gulai bermakna ‘masakan ikan atau daging berkuah santan’. Dengan analisis model proses, kata turunan penggulai berkata dasar menggulai, penggulai bermakna ‘orangVol.yang menggulai’. Kata 37 No. 1, 15 September 2012 : 64-80turunan penggulaian berkata dasar menggulai, penggulaian bermakna ‘proses menggulai’. Dengan analisis model paradigma, pangkal gulai dibentuk verba menggulai, verba menggulai menjadi dasar penurunan kata penggulai dan penggulaian. Kata turunan merusak berkata dasar rusak. Kata dasar rusah bermakna ‘keadaan yang sudah tidak sempurna (baik/utuh) lagi’. Dengan analisis model proses, kata turunan perusak berkata dasar merusak, perusak bermakna ‘orang yang merusak’. Kata turunan perusakan berkata dasar merusak, perusakan bermakna ‘proses merusak’. Dengan analisis model paradigma, pangkal rusak dibentuk verba merusak, verba merusak menjadi dasar penurunan kata perusak dan perusakan. F.
SIMPULAN
1.
Pengubahan nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengubahan nasal (N) menjadi /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/ sehingga [meN-] berujud /məm-/ /mən-/, /məŋ-/, /məñ-/, [peN-] berujud /pəm-/, /pən-/, /pəŋ-/, /pəñ-/, dan [peN--an] berujud /pəm-an/, /pən--an/, /pəŋ--an/, /pəñ--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an], masing-masing, dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /b, f, d, g, x, h, c, j, ŝ, z/. Pengurangan nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengurangan nasal (N) sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /mə-/, /pə-/, /pə--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal /l, w, r, m, n, ñ/. Pengubahan Korelasi nasal, Bentuk penambahan /ə/ Turunan dan penggeseran nasal: morfem terikat [meN-], dan Pertalianvokal Makna Kata …… (Cahyo Yusuf) [peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengubahan (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN-an] dilekatkan pada morfem bebas bersilabe satu, dan penambahan vocal /ə/, serta penggeseran nasal /ŋ/ anggota alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ ke morfem bebas (dasarnya). Pengubahan dan penggeseran nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] yang dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal vokal /a, e, ə, i, o, u/ mengalami gejala fonologis pengubahan nasal (N) menjadi /ŋ/ sehingga [meN-], [peN-], [peN--an] berujud /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ dan /ŋ/ anggota alomorf /məŋ-/, /pəŋ-/, /pəŋ--an/ bergeser ke morfem bebas (dasarnya). Pengubahan nasal, pengurangan konsonan dan penggeseran nasal: morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] mengalami gejala fonologis pengubahan (N) menjadi /ŋ/, /m/, /ñ/, /n/ sehingga [meN-] berujud /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/, [peN-] berujud /pəŋ-/, /pəm-/, /pəñ-/, /pən-/, dan [peN--an] berujud /pəŋ--an/, /pəm--an/, /pəñ--an/, /pən--an/ apabila [meN-], [peN-], [peN--an] dilekatkan pada morfem bebas berfonem awal konsonan /k, p,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
s, t/ dan pengurangan konsonan awal /k, p, s, t/ pada awal morfem bebas serta penggeseran nasal /ŋ/, /m/, /ñ/, /n/ anggota alomorf (a) /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/, (b) /pəŋ-/, /pəm-/, /pəñ-/, /pən-/, (c) /pəŋ--an/, /pəm--an/, /pəñ--an/, /pən--an/, masing-masing, ke morfem bebas (dasarnya). Kata turunan bermorfem terikat [meN-] dengan alomorf /məŋ-/, /məm-/, /məñ-/, /mən-/ menunjukkan korelasi bentuk dengan morfem terikat [peN-] dengan alomorf /pəŋ-/, /pəm/, /pəñ-/, /pən-/, juga berkorelasi bentuk dengan morfem [peN--an] dengan alomorf Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 :terikat 64-80 /pəŋ--an/, /pəm--an/, /pəñ--an/, /pən--an/. Kata turunan berunsur morfem terikat [meN-], [peN-], [peN--an] dan morfem bebas yang mempunyai pangkal yang sama menunjukkan kekaitan makna. Dengan model proses dan model paradigma, masing-masing kata turunan berkaitan makna.
Korelasi Bentuk dan Pertalian Makna Kata Turunan …… (Cahyo Yusuf)
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi TigaCetakan Kedelapan. 2010.
Hockett, Charles F. Two Models of Grammatical Description dalam Word Journal of The Linguistic Circle of New York. New York: The Linguistic Circle of New York. 1954. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Edisi Keempat-Cetakan Ketiga. 2011. Malmkjxr. Kirsten (ed.). The Linguistics Encyclopedia. London and New York: Routledge. 1991. Samsuri. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. 1987. Santoso, Budi S. Hubungan Pengertian Morfem dan Kata. http://budisantoso87. blogspot.com/2010/12/hubungan-pengertian-morfem-dengan-kata.html. 2010. Sugono, Dendy, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. 2012 Yusuf, Cahyo. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Semarang: Bandungan Institut.