U C
0
»
;J>C/J
coZ
v ::;0
a::;
:::
»
ZZ
ro..C
C
r O uClm ;J>Z
O
tT1
3;:
?
:::
0
'-<
,....
V1 ,.... 5. ,
=-"
d
v
§2
tI1
;
tT1
»
< (/)
........
c... ,....
3::: Z
.[ » -.-' »
;::.
-'" »CJ r»
vJ::; -c
.
.j:.»
u r Cn
S en' g-
50
»
0 '"
o-
(/) opo
....,
\Q Z
-'"
J
;:;0 C (/)
rg tT1 to en' 0_.
7"
po
....,
....,
'"'0
3. < ;:;0
"........tT1
r
5
;;;;
po ::i
0 po
I L
~
Dalam Rangka Peringatan Dies Natalis Ke-64 Universitas Gadjah Mada Kamis, 19 Desember 2013
<
PENGUATAN UNTUK KEDAULATAN
BANGSA
Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
Yang kami hormati,
Sri Sultan Hamengku Buwono X Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Wali Amanat, Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Guru Besar, Ketua, Sekretaris dan Anggota SenatAkademik, Rektor dan Wakil Rektor, Para Dekan dan Wakil Dekan, Ketua Lembaga, Ketua dan Sekretaris Senat Fakultas,
Para Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa Para Pengurus dan Anggota Keluarga Alumni Gadjah Mada,
Para Tamu Undangan dan Hadirinyang kami muliakan, Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Selamat pagi dan salam sejahtera Aum Swasti Astu Para hadirin yang sangat kami muliakan, Pada awal tahun 2000-an, menyusul surutnya gemuruh reformasi Mei 1998 yang telah melahirkan peta baru percaturan politik nasional, kata-kata kedaulatan kembali hadir menjadi pembicaraan yang muncul menjamur baik dalam ruang-ruang perbincangan akademik, forum-forum diskusi di masyarakat, maupun pada forum-forum pengambilan kebijakan. Kedaulatan, ketika dibicarakan di belahan waktu pasca 1945 memang Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
menjadi perihal yang aneh dan menimbulkan pertanyaan alegoris, benarkah kita telah berdaulat? Kedaulatan, ketika dibicarakan pasca Mei 1998 yang semangat akbarnya telah menghadiahkan kewenangan politik kepada rakyat seluas-luasnya, telah menjadi perihal yang bukan aneh lagi, tetapi telah menunjukkan dengan sungguh-sungguh bahwa telah terjadi kegelisahan yang luar biasa pada bangsa ini. Kegelisahan yang telah menunjukkan adanya ketidak berdayaan bangsa, ketidak percayaan diri, karena sudah muncul bukti-bukti di lapangan bahwa beberapa haluan berbangsa dari kapal besar Indonesia telah diambil alih oleh bangs a lain untuk dikuasai, dikendalikan dan diarahkan pada tujuan-tujuan yang dikehendaki mereka1. Dalam catatan Kompas, kedaulatan di bidang energi, komunikasi, perbankan, perkebunan, pangan, farmasi, dan teknologi untuk kemaslahatan rakyat terbanyak sebagian besar telah berada dalam penguasaan negara lain (Kompas,7 dan 13 November 2013]2. Di bidang pangan, kecenderungan impor beberapa komoditas pangan selalu meningkat terutama untuk impor kedelai sudah mencapai 68,46%, gula mencapai 54,79%, dan gandum 100% (Bulog 2012, dalam Susanto 2013). Di bidang industri kimia, Hartarto (2006) menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia pada negara-negara lain sungguh sangat memprihatinkan, karena pabrik-pabrik yang bergerak dalam industri kimia hampir semuanya menjalankan proses produksinya di bawah lisensi asing, yang berarti industri kimia di
2
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
Indonesia selama ini telah dikendalikan oleh negara lain, karena hak dan kewenangan teknologinya ada dalam genggaman negara lain. Pada bidangteritori atau wilayah lalulintas udara pun didapati kenyataan yang sangat memprihatinkan, .karena kedaulatan di bidang kontrol penerbangan, khususnya untuk wilayah Kepulauan Riau termasuk Natuna berada di bawah kendali Singapura; bahkan, ketika pesawat-pesawat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) beroperasi dan melakukan latihan di wilayah ini harus memberJ tahu kepada pihak Singapura; dalam harapan TNI-AU perihal flight information region (FIR) atau pengaturan transportasi udara di wilayah ini dapat segera dikembalikan kepada pihak Indonesia, sehingga dari sisi pertahanan akan lebih memudahkan bagi TNI-AU untuk melakukan penjagaan kedaulatan di wilayah ini (Kompas, 31 Oktober 2013 dan 4 November 2013). Faktadan kondisi di atas menarik untukkita analogikan dengan apa yang pernah terjadi di Jepang pada awal Restorasi Meiji. Pada tahun 1868-1870, ketika Jepang membangun industri modern secara besar-besaran, pemerintah Meiji pada awalnya membeli mesin-mesin dan peralatan industri sekaligus mendatangkan tenaga ahli dari Barat untuk mengajari putera-putera Jepang bagaimana mengoperasikan mesin-mesin dan peralatan tersebut (Tanimoto, 2006). Tetapi, setelah tenaga ahli pulang, putera-putera Jepang tidak hanya terampil mengoperasikan mesin-mesin dan peralatan tersebut, tetapi juga telah mampu membuatnya, bahkan
Prof.lr. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
3
dapat memperbaharui, mengembangkan dan meningkatkan kecanggihan mesin dan peralatan tersebut Ibaratnya, Jepang memanggil "tukang ojek" lalu motornya dibeli dan tukang ojek disuruh mengajari lalu disuruh pulang dan motor kemudian dikendalikan dan dikendarai sendiri oleh Jepang kemana mereka suka. Analogi di Indonesia, pada awalawal tahun 1970-an, Indonesia memanggil "tukang ojek" lalu Indonesia "mbonceng si tukang ojek" dan "si tukang ojek" disuruh mengantar perjalanan Indonesia di bawah kendali Indonesia karena "peta perjalanan" tetap di tangan Indonesia. Tetapi, sejak awal tahun 2000-an, Indonesia telah menjual motor yang dimilikinya kepada "si tukang ojek': lalu Indonesia menyewa motornya sendiri dan cukup terima membonceng "si tukang ojek" tanpa tahu arah mau dibawa kemana oleh "si tukang ojek': karena peta perjalanan telah dibawa dan dikendalikan serta diarahkan oleh "si tukang ojek".Menyedihkan memang, kita bangsa yang sangat besar, tetapi "mau" dan "rela" dikalahkan oleh negara-negara yang mirip seperti "si tukang ojek". Kalau kita telusuri lebih dalam lagi, ternyata sumber dari segala sumber lepasnya beberapa kedaulatan negara'ini bersumber pada dasar hukum yang paling dasar yaitu hasil amandemen Undang-Undang Oasar 1945. Melaluianalisisnya yang mendalam, Kaelan (2013) menemukan bahwa:
hasil amandemen ayat (2)
...
tidak koheren
dengan Pancasila dan Pembukaan UUO 1945 Hal ini menunjukkan bahwa representasi kekuasaan rakyat hanya berhenti pada Presiden, OPRdan OPO. 4
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
Karena.MPR yang dahulu merupakan repre~entasi kekuasaan dan kedaulatan rakyat sudah dihapuskan, dan selama ini dalam praktek kenegaraan MPR secara praksis hanya"melantik Presiden dan Wakil Presiden saja. Jikalau kedaulatan rakyat berhenti pada Presiden, dan DPR,maka tujuan Negara tentang kesejahteraan sebagaimana terkandung dalam Pembukaan Alinea IV dan Sila Kelima, mustahil akan terwujud. Bahkan sebaliknya sebenarnya kekayaan Negara untuk kesejahteraan hanya untuk realisasi demokrasi" (Kaelan, 2013:5). Kepingan-kepingan kegelisahan atas keprihatinan terhadap kosongnya beberapa haluan kedaulatan berbangsa terus menggumpal dan menggulir dari waktu ke waktu, dan dampaknya akhir-akhir ini telah menyemaikan virus yang sangat berbahaya dan sangat mematikan yang secara subur telah menginfeksi benak dan pikiran kita. Virus-virus tersebut adalah pesimisme, apatisme, dan
fatalisme.
"
Pesimisme, telah menginfeksi dan menurunkan daya kekebalan semangat kolektifitas kita sebagai bangsa untuk menyongsong tantangan kompetisi, persaingan terbuka, dan hegemoni bangsa lain dalam gerak ombak besar globalisasi. Apatisme, telah menginfeksi daya kebanggaan jatidiri kita sebagai warga bangsa, menjadi "kita yang anonim" di tengah kerumunan saudara-saudara kita sendiri; kita menjadi tidak perduli lagi pada lingkaran-
Prof.lr.
Sudaryono.
M.Eng.. Ph.D.
5
lingkaran kedaulatan di luar diri dan kelompok kita: "untuk apa dan untuk siapa aku menegakkan kedaulatan ketika orang lain atau kelompok lain justru menjual dan menikmati keuntungan finansial atas penggadaian kedaulatan?" Apatisme ini pernah terbaca di suatu tagline dari suatu lembaga besar yang tadinya berbunyi "jiwa dan ragaku untuk bangsa dan negara" berubah menjadi: "jiwa dan ragaku untuk kemanusiaan". Virus ketiga yang sangat mematikan adalah fatalisme, yang telah menggerogoti dan melumpuhkan tendon dan saraf semangat ke-Indonesiaan kita. Pernyataan-pernyataan fatalis yang mengambil referensi kesejarahan bangs a dengan enteng dan lancar mengalir: "Negara Taruma Negara, Negara Sriwijaya, dan Negara Majapahit yang pernah menjadi negara bangsa yang sangat kuat dan sangat menyatukan, pada akhirnya surut dan runtuh. Kalau NKRIyang sekarang surut dan tak lagi memiliki kedaulatan dan kelak runtuh dan tak ada lagi Indonesia, ya janganlah menangis dan ditangisi karena hal itu mungkin saja terjadi". Di tengah-tengah suburnya tebaran virus dan infeksi yang mematikan tersebut, Universitas Gadjah Mada terpanggil untuk turun gunung menyampaikan ai~ sejuk pegunungan yang membawa kandungan mineralmineral harapan, bahwa masih ada obat, masih ada jalan keluar dan masih ada Indonesia di masa datang. Universitas Gadjah Mada ingin menggedor Indonesia, bahwa mineral-mineral harapan itu ada pada IPTEKS3. 6
Penguatan Teknologl dan Industri untuk Kedaulatan Bangsa
Untuk itulah optimisme Universitas Gadjah Mada tersebut, dituangkan dalam orasi ilmiah pada pagi hari ini dengan judul "Penguatan Teknologi dan Industri untuk Kedaulatan Bangsa".
I. Kedaulatan IPTEKS:Tinjauan Sejarah Indonesia Para hadirinyang berbahagia, Pada ujung perjalanan sejarah yang membuntu, di mana kita telah kehilangan kesadaran koordinat berbangsa dan bernegara karena kita telah kehilangan sebagian besar kedaulatan IPTEKS,sehingga arah ke depan bangsa dan negara ini menjadi samar-samar, ada baiknya kita menengok sejenak ke belakang atas harta karun kedaulatan IPTEKSyang pernah kita miliki. Dalam catatan Geertz (1963), kemampuan teknologi produksi yang dimiliki Jawa pada masa penerapan sistem perkebunan korporasi atau tanam paksa (1870), sarna dengan kemampuan teknologi poduksi yang dimiliki oleh Jepang pada awal restorasi Meiji (1868). Tetapi, menurut Geertz, pada pekembangan berikutnya, Jepang telah berhasil melipatgandakan kemampuan produksinya menjadi dua setengah kali kemampuan teknologi produksi di Jawa. Melalui restorasi Meiji, Jepang telah melesat meninggalkan Jawa. Sebaliknya, apa yang terjadi di Jawa menunjukkan fakta yang berkebalikan. Moon (2005) menyebutnya sebagai "Bukan Restorasi" tetapi "Konstruksi Kolonial"4. Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng.. Ph.D.
7
Namun, pada kurun waktu 60 tahun berikutnya, dimulai pada awaI1930-an, seiring dengan tumbuh pesatnya sektor pertanian dan terbukanya akses pada informasi dan permodalan di wilayah perdesaan, industri-industri di Indonesia mulai muncul, berkembang, dan menguat Dalam catatan Rahardjo, pada era ini menguatnya industri puteraputera bangsa ditandai dengan pesatnya perkembangan sentra-sentra industri seperti industri tenun (di Pekalongan, Solo, Pedan, Surabaya, Kediri, dan Cirebon), industri payung (di JuwiringdanTasikmalaya),industriperabotrumahtangga (di Pasuruan), industri batik (di Yogya,Solo,dan Pekalongan), industri rotan (di Tegalwangi, Palembang, Amuntai, dan Magersari), industri kulit (di Cibaduyut, Ciomas,Jakarta, dan Magetan), industri pengecoran besi (di Ceper dan Tegal), industri genteng (di Kebumen dan Madura), industri keramik (di Klaten dan Plered), industri bahan bangunan dari besi (di Pasuruan), dan industri konveksi (di Klaten,Tasikmalaya, Jakarta, dan Medan)(Rahardjo, 1986)5. Gambaran di atas telah menunjukkan bukti, bahwa kita pernah memiliki kedaulatan teknologi dan industri yang sangat kokoh6. Tetapi, mengapa saat ini kita menjadi lunglai dalam berteknologi dan berindustri, padahal di tengah-tengah kita tersedia melimpah pasukan putera-putera bangsa ahli-ahli teknologi yang memiliki reputasi dunia dan berkemampuan luar biasa. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada bangsa ini? Kegagalan ini nampaknya bersumber pada gagalnya negara ini memilih paradigma pembangunan sejak awal
8
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
Pembangunan Jangka Panjang Pertama atau Pembangunan 25 tahun Pertama. Pada kurun waktu yang hampir bersamaan, negara-negara tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, Taiwan, dan Korea sibuk menyiapkan SDMyang menguasai teknologi tinggi dan landasan pembangunan inti industri yang memiliki nilai tambah tinggi di mas a depan, sedangkan kita terlena dan percaya diri pada kemurahan alam Indonesia dalam memberikan sumberdaya alam yang melimpah. Dalam catatan Amir (2005; 2008; 2013), pada masa itu (Widjojonomics) fokus pembangunan diarahkan pada keuntungan komparatif sumberdaya alam dan tenaga kerja murah yang melimpah, sementara landasan struktur industri yang kuat tidak pernah dibangun. Upaya untuk menggeser fokus pembangunan ke arah nilai tambah pengembangan SDMdan teknologi tinggi serta penguatan industrial core pernah diupayakan (HabibinomicY tetapi tetap gagal. Dari gambaran kegagalan di atas kita dapat menyimpulkan, bahwa kedaulatan teknologi yang pernah kita miliki yang telah membuat kita percaya diri dan mampu mengembangkan inovasi-inovasi industri dari tahun 1930 sampai pada tahun 1970-an, pada akhirnya dengan penuh kesadaran kita lumpuhkan sendiri. Letak kegagalan tersebut bukanlah pada kualitas SDMyang kita miliki atau pada kosongnya kelembagaan yang menopang pengembangan teknologi dan industri, tetapi lebih pada gagalnya politik teknologi dan politik ekonomi kita. Politik ekonomi kita tidak pernah berpihak pada pengembangan teknologi nasional yang memerlukan curahan pendanaan Prof.lr. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
9
besar dari negara. Politik teknologi kita lebih berpihak pada teknologi cepat saji yang dibeli dari mancanegara dan cepat menghasilkan pendapatan negara. Investasi jangka panjang pada sumberdaya manusia berkemampuan teknologi tinggi dan infrastruktur pendukungnya dianggap menghamburkan uang negara. Bukannya dilihat sebagai upaya proses pembangunan kemandirian, harga diri dan kedaulatan bangsa. Kegagalan pengembangan teknologi tinggi yang terjadi pad a tahun 1990-an selain karena krisis moneter Asia, juga disebabkan tidak adanya dukungan finansial dari Kementerian Keuangan khususnya kepada para pembeli domestik yang harus mendapatkan persetujuan fasilitas kredit dari Kementerian Keuangan (Amir, 2005). Selain itu, proyek teknologi tinggi tersebut juga dikaitkan dengan isu-isu kemiskinan, pengangguran serta memburuknya ekonomi nasional (Amir, 2008). lronis sekali memang.
II. Membangun Kembali Teknologi Indonesia
Optimisme
Kedaulatan
A. Optimisme Industri Strategis berbasis Teknologi Tinggi Para hadirinyang sangat kami muliakan, Ambruknya dukungan politik terhadap mazab "sumberdaya manusia dan teknologi tinggi sebagai nilai tambah" (Habibinomics), ternyata tidak menyurutkan semangat dan militansi putera-putera bangsa untuk bertahan di tengah-tengah kesulitan nasional untuk tetap 10
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
tegar menegakkan sisa-sisa kedaulatan teknologi yang masih digenggamnya. Sebagai contoh adalah, P'f. Industri Kereta Api (INKA) yang lahir dari sebuah bengkel sepur PJKAyang berbasis di Madiun Jawa Timur (Widoyoko dkk., 2006)8. Sampai pada akhir tahun 2012, PT. INKA secara total telah memproduksi 7.289 unit berbagai jenis kereta9. lronis sekali memang, di tengah catatan prestasi gemilang PT.INKAtersebut, pada tanggal3 November 2013 telah diimpor dari Jepang sebanyak 30 gerbong kereta api listrik (KRL) melalui Pelabuhan Tanjung Priok; kereta tersebut bagian dari 180 unit yang akan diimpor dan akan dioperasikan untuk menambah jumlah perjalanan KRLdi wilayah Jabodetabek (Kompas, 4 November 2013). Angin optimisme akhir-akhir ini juga kembali bertiup ke arah PT. Dirgantara Indonesia yang pernah kesepian dan ditinggalkan tersebut. Laporan Kompas menyebutkan, saat ini PT. DI tengah menyiapkan pesawat N-219 untuk memasok kebutuhan pesawat seukuran Twin Otter untuk penerbangan perintis dan jarak pendek; dua pesawat N-219 yang dipesan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), akan mengudara pad a tahun 2014; energi optimisme juga telah dihembuskan oleh maskapai penerbangan komersial Lion Air terhadap PT. DI, bahwa pada bulan Agustus 2013 Lion Air telah memesan pesawat N-219 buatan PT. DI sebanyak 50 unit (Kompas, 14 November 2013). Gelombang optimisme juga telah digelontorkan oleh Kementerian Pertahanan (TNIAL) terhadap PT. DI dengan telah diserah terimakannya
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng~ Ph.D.
11
1 unit pesawat CN-235 pada tanggal 2 Oktober 2013 dari 3 unit yang telah dipesan pada tahun 2009; yang sangat membanggakan adalah pesawat CN-235 ini akan digunakan oleh TNI-AL untuk operasi Patroli Maritim (Patmar), untuk mengawasi dan melindungi wilayah laut Indonesia (Kompas, 2 Oktober 2013)10. Pendulum energi optimisme, akhir-akhir ini juga telah mengayun ke arah PT. PAL Indonesia, berupa dukungan penuh untuk pengembangan SDM, finansial dan infrastruktur dari Menteri BUMN dan Kementerian Pertahanan untuk memperkuat PT. PAL menjadi pabrik utama kapal perang (Kompas, 7 November 2013). Sampai saat ini PT.PALIndonesia telah memproduksi kapal-kapal Alutista, kapal kargo, kapal tanker, kapal penumpang, kapal cepat, Tug Boat, kapal ikan, dan kapal penelitian, yang keseluruhannya berjumlah 52 jenis kapal dan berjumlah 167 unit (PT.PALIndonesia, 2013)11. Dalam bidang teknologi dan industri pertahanan, semangat optimisme juga telah ditunjukkan dengan telah dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Walaupun akan menjadi perjalanan jangka panjang dan memerlukan curahan pendanaan yang sangat besar dan berkelanjutan, namun dengan dibentuknya Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang diamanahkan oleh Undang-Undang, menunjukkan bahwa kedaulatan teknologi pertahanan sungguh-sungguh masih ada di tangan putera-putera bangs a (Pasall ayat 6). Negara juga
12
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
menjamin keberlanjutan industri pertahanan ini dengan menetapkan kerangka pembiayaan jangka panjang melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PasaI59). Mengiringi keluarnya Undang-Undang No 16 Tahun 2012 tersebut, Kompas menurunkan berita yang sangat membanggakan, bahwa PT. Pindad telah mengembangkan Panser Amphibi baru yang diberi nama Anoa yang selain dapat berjalan di laut juga dapat berjalan di sungai dan danau; Anoa yang dilengkapi dengan senjata, logistik dan teknologi hydrojet, akan diluncurkan pada tahun 2015 ({(ompas,4 Oktober 2013).
B. Optimisme lndustri Rakyat berbasis Masyarakat dan Teknologi Tepat Guna Para hadlrinyang sangat kami muliakan, Selain 4 jenis industri strategis yang berbasis teknologi tinggi seperti digambarkan di atas, optimisme juga tetap bersemayam di dada putera-putera bangsa dalam mempetahankan dan membangun karya teknologi, sehingga dapat dikatakan bahwa ketahanan dan kedaulatan teknologi di tingkat masyarakat masih ada. Dalam kesempatan ini, hanya beberapa contoh saja yang akan dipaparkan ditengah ribuan contoh yang pasti ada di tengah masyarakat. Di bidang teknologi tenun, kekuatan bertahan telah ditunjukkan oleh Wahyu Suseno (PT. Koesoma Nanda Putra Pedan) yang dengan tekun telah mempertahankan Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng.. Ph.D.
13
dan mengembangkan industri tenun yang pada awal beroperasi pada tahun 1948 menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM); saat ini, telah memiliki 1.048 unit mesin tenun dengan kapasitas produksi 2.409 m kain tenun per hari yang dikerjakan oleh 1.200 pekerja; produk yang dihasilkannya adalah rayon (70 %) dan cotton (30%) dipasarkan ke Jakarta, Solo, Pekalongan, dan Bali; sedangkan jangkauan pasar ekspor telah mencapai Malaysia dan Brasil (Wawancara Sembiring, 29-10-13). Di bidang teknologi batik ramah lingkungan, Solo Techno Park Pemerintah Kota Solo pada tahun 2008 telah berhasil mengembangkan pewarna alam yang limbahnya tidak mencemari tanah maupun udara; temuan ini kemudian dikembangkan oleh Widodo pemilik industri rumahan batik Sidomulyo dan Sinar Solo; warna-warna alami diperoleh dari tanaman indigo, mangga, mahoni, jalawi, dan soga12;warna kain batik menjadi sangat indah, lembut, dan tidak mencolok; teknologi ini sudah tersebar dan diproduksi dalam skala industri (Kompas, 2 Oktober 2013). Di bidang teknologi lingkungan, kita masih mendapati pendekar yang masih tetap konsisten yang berkiprah sejak tahun 1960-an sampai saat ini, yakni Anton Sudjarwo, yang konon mengaku mewarisi ilmu dan filosofi teknologi dari sang guru Prof. Hardjoso. Anton ditugasi untuk membenahi penyediaan air bersih di wilayah Merapi yang telah dirintis Prof. Hardjoso bersama masyarakat Merapi beberapa tahun sebelumnya; Anton 14
Penguatan
Teknologl
dan Industrl
untuk
Keelaulatan
Bangsa
menekuni sistem penangkap dan penyaluran air bersih yang kesemuanya terbuat dari bambu dan ijuk, yang beberapa tahun kemudian, bersama Yayasan Dian Desa Anton mengembangkan teknologi bambu tersebut dengan menambahkan kawat baja sehingga menjadi teknologi terro bamboo cementuntuk konstruksi reservoir; teknologi tersebut oleh Anton tidak dikomersialkan, tetapi disebar luaskan melalui berbagai pelatihan kepada masyarakat, khususnya untuk masyarakat di wilayah di Indonesia Timur yang sangat kesulitan air (Wawancara Sudarmadji, 25 November 2013)13,
III. Membangun Kedaulatan Teknologi: Belajar dari Negara Lain Para hadirin yang kami hormati, Dalam catatan Amsden (1992) industrialisasi yang terjadi pada abad 20 atau sering disebut sebagai late industrialization lebih bercorak pembelajaran (learning) daripada bercorak inovasi, maupun invensi (penemuan). Korea dan Taiwan, masuk dalam kategori pembelajaran karena industrialisasi korea mulai menyeruak ke percaturan pasar domestik maupun global pada abad 20, sedangkan Jerman, Amerika, Jepang yang tumbuh dan berkembang pada abad 19 masuk dalam kategori inovasi (inovation) dan Inggris sebagai penemu pada abad 18 masuk dalam kategori invensi (invention).
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
15
Untuk negara-negara ASEAN,nampaknya memiliki pola industrialisasi yang berbeda dengan }epang, Korea, dan Taiwan; Industrialisasi di ASEANmemiliki pola "late late industrialization", dengan karakter banyaknya jaringan investasi asing yang saling berkompetisi sekaligus saling tumpang tindih dengan jaringan-jaringan produksi nasional, sehingga sangat sulit untuk berkompetisi dengan produkproduk negara asal investasi dan dengan industri lain yang telah lebih dahulu mapan (Zysman and Doherty, 1995). Pada kasus }epang, pemerintahan Meiji, menurut penuturan Masayuki Tanimoto, pada tahun 1870 tidak hanya membawa }epang pada pembangunan industri militer dan perkapalan saja, melainkan juga membangun industri barang kebutuhan domestik maupun ekspor14; pada tahun-tahun berikutnya, restorasi Meiji menggelinding dengan lancar, sampai terjadi suatu titik sejarah yang sangat penting, yakni krisis yang terjadi pada tahun 1880 namun justru membawa }epang pada konsolidasi yang sangat kuat15; ketika itu pemerintah Meiji mengalami kesulitan keuangan, maka pemerintah menjual industri-industri strategis berteknologi tinggi kepada pihak swasta yakni kepada Mitsubishi di Nagasaki dan kepada Kawasaki di Kobe yang nantinya menjadi core unit dari "zaibatsu" yakni kelompok capitalist-nationalist }epang; pengalihan kepemilikan industri ini terjadi dengan harga yang sangat murah disertai jaminan resiko awal oleh pemerintah (Tanimoto, 2006). Hubungan dan perjanjian antara pemerintah Meiji dengan kelompok zaibatsu ini ternyata mampu membangun jiwa dan mental 16
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
nasionalisme teknologi dan industri di benak para anggota zaibatsu16. Kelompok kapitalis zaibatsu memiliki loyalitas yang sangat tinggi kepada pemerintah dan negara }epang, sehingga mendapat dukungan penuh dari semua level pemerintahan dan seluruh rakyat }epang sampai di daerahdaerah pelosok perdesaan17. Pada kasus Korea Selatan, Lee (1977) melaporkan bahwa proteksi terhadap domestic market, komitmen yang tinggi dari para politisi untuk selalu mendukung teknologi dan industri ekspor sebagai focal point, dan insentif untuk setiap industri yang berorientasi ekspor, merupakan landasan pijak bagi suksesnya Korea membangun teknologi dan industrinya sendirp8. Pada masa awal pembangunan industrinya, Korea juga mengalami situasi sulit seperti yang dihadapi oleh Indonesia pada awal tahun 1980-an. Ketika pemerintah bertekad bulat membangun kemandirian teknologi dan industrinya, terjadi pertikaian atau konflik antara Ministry of Science and Technology (MOST) dengan Ministry of Trade and Industry (MTI), tetapi pemerintah tetap teguh memberikan dukungan dan menggelontorkan dana dalam jumlah sangat besar kepada MOST untuk menumbuhkan dan membesarkan kemandirian teknologi dan industri (Kim and Dahlman, 1992). Pada tahun 1971, salah satu perguruan tinggi besar di Korea yakni Korean Institute of Science and Technology (KIST) digandeng dan dikembangkan oleh MOSTmenjadi pusat riset multidisiplin; semua tesis dan tugas mahasiswa diarahkan langsung untuk penciptaan dan pengembangan produk-produk industri (Chen and Sewell, 1996)19. Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
17
Dalam kasus Taiwan, negara ini menggunakan pendekatan "smaller is better', dengan memberi perhatian dan mendorong sektor industri keeil dan menengah, dan membangun keterkaitan teknologi, terutama dalam industri elektronik. Pendekatan ini ternyata sangat berhasil ketika industri-industri keeil dan menengah yang memproduksi elektronik tiba-tiba dalam waktu yang sangat eepat harus melayani permintaan pasar dengan skala besar, maka dengan mudah mereka mengkonversikannya ke dalam sistem kerja sama produksi skala besar, eontoh nyata keberhasilan ini ditunjukkan oleh perusahaan komputer Aeer (Zysman and Doherty, 1995)20. Mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia dan Korea, Taiwan juga mengalami hambatan-hambatan yang sangat serius dan melelahkan di awal pembangunan kemandirian teknologi dan industrinya. Ketika Industrial Technology Research Institute (ITRI)21yang memerlukan curahan dana sangat besar untuk membangun embrio dan inkubasi teknologi dibentuk pada tahun 1973 oleh Y.S. Sun (putera Taiwan yang pulang dari Amerika), maka tantangan, kritik dan penolakan keras datang dari berbagai level dan sektor pemerintahan; tetapi, ketika Y.S.Sun berhasil naik ke tampuk pimpinan negeri menjadi Perdana Menteri pada tahun 1978, maka Grand Design Kemandirian Teknologi dan Industri di Taiwan berjalan mulus, mendapat dukungan pendanaan dan dukungan kelembagaan dari seluruh un sur dan level kepemerintahan (Kwong, et al., 2001)22.
18
Penguatan Teknologl dan Industri untuk Kedaulatan Bangsa
Menengok pelajaran dari ke tiga negara seperti tergambar di atas, kita mendapati bahwa peran aktif negara dalam peletakan dasar-dasar teknologi dan industri beserta pengembangannya sungguh sangat menentukan keberhasilan suatu bangs a dan negara dalam membangun kedaulatan teknologinya. Kerjasama industri dan perguruan tinggi, proteksi, subsidi, insentif, kejelasan arah dan isi master plan pembangunan teknologi dan industri, dan investasi tinggi di bidang pendidikan teknologi sangat ekplisit menjadi kesadaran dan tanggung jawab negara, khususnya untuk teknologi dan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor.
IV. Optimisme Universitas Gadjah Mada: Mengabdikan IPTEKSuntuk Kedaulatan Bangsa Para hadirinyang kami muliakan, Sejak usianya yang sangat belia sampai saat ini, Universitas Gadjah Mada tidak pernah terpisah apalagi memisahkan diri dari masyarakat dan bangsa Indonesia. Sejak berdiri pada tahun 1949, Universitas Gadjah Mada selalu terlibat dan melibatkan diri dalam karya-karya IPTEKSyang diabdikan untuk kesejahteraan masyarakat dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Di bidang kesehatan masyarakat, untuk mengatasi kesulitan oleh terhambatnya penyediaan obat-obatan akibat blokade yang dilakukan oleh pihak Belanda terhadap Prof.lr. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
19
Republik Indonesia yang baru saja berdiri, Prof. Sardjito dan kawan-kawan dengan semangat juang yang tinggi membuat vaksin dengan media tumbuh seadanya yang tersedia saat itu, yakni kaldu tempe dan agar-agar daur ulang. Vaksin karya Universitas Gadjah Mada tersebut, pada akhirnya telah menyelamatkan para penderita penyakit pes, typus, kolera, dan disentri (Suwarni dan Santoso, 2009). Dalam rangka ikut serta membangun harga diri dan karakter bangs a, mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 1963 telah merintis bidang teknologi tinggi dengan karya nyata membuat roket, yang diberi nama GAMAIIA dan diluncurkan di Pantai Sanden Bantul. Peluncuran roket pertama kemudian dilanjutkan dengan peluncuran roket berikutnya pada tahun 1964, dengan memasukkan penumpang hidup berupa tikus putih dan konon peluncuran kedua tersebut berhasil dengan sangat gemilang mencapai ketinggian 11 mil dengan kecepatan dua kali kecepatan suara, sehingga menjadi pemberitaan meluas di mass media dan mendapat pujian dari Presiden Republik Indonesia dan Rektor Universitas Indonesia (Ibid., hal.24). Di bidang teknologi kehutanan, Universitas Gadjah Mada telah mengabdikan karya teknologinya (melalui penerapan teori pembelukaran) yang sungguh sangat luar biasa, dalam ujud karya nyata merubah bukit-bukit gundul, kering, tandus dan tak berkehidupan di wilayah Gunung Kidul menjadi Wanagama yang subur tempat
20
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
tumbuh lebih dari 100 jenis flora dan sebagai habitat lebih dari 40 jenis fauna, serta tempat memancar 5 mata air yang tidak pernah kering sepanjang tahun (Fak. Kehutanan UGM,n.d.). Mahakarya UGMyang dipimpin oleh Prof. Oemi Hani'in Suseno pada tahun 1964 itu, pada tahun 1989 telah mendapat penghargaan Kalpataru (Faculty of Forestry, UGM,n.d.). Dalam rangka membangun ketahanan dan kedaulatan pangan sekaligus berkontribusi pada penguatan dan pemberdayaan budaya lokal untuk pembangunan 'karakter bangsa, maka pada tahun 1968 sampai 1974 Tim Universitas Gadjah Mada dibawah pimpinan Prof. Soenarjo, Prof. Hardjoso, Prof. Tedjojuwono, dan Prof. Soemantri, telah berhasil mengembangkan teknologi lahan persawahan pasang surut di Barambai (Kalimantan Selatan) dan di Tamban Luar (Kalimantan Tengah) dengan memberdayakan teknologi pertanian Bugis dan Banjar. Teknologi ini telah berhasil menjadi media Pembangunan Karakter Bangsa (Nation Character Building), dimana empat suku besar (Banjar, Bugis, Madura, dan Jawa) hidup rukun berdampingan saling bantu membangun peradaban Indonesia (Suwarni dan Santoso, 2009). Dalam bidang teknologi lingkungan, dimulai pada tahun 1988, Universitas Gadjah Mada telah mengabdikan karyanya untuk membangun kepedulian lingkungan hid up, melalui karya nyata berupa Teknologi Drainase Berwawasan Lingkungan. Tim dari Fakultas Teknik yang dipimpin oleh Dr. Ir. Sunjoto, Dip.HE.,DEA., telah
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
21
berhasil menciptakan Sumur Peresapan Air Hujan (PAH) berwawasan lingkungan. Air hujan yang jatuh, tumpah dan mengalir deras di atas perkerasan, tidak dialirkan ke sungai, tetapi diarahkan masuk ke dalam tanah (zero run off). Teknologi ini sudah dikembangkan secara luas oleh Pemda DKI, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Magelang, melalui penerbitan Peraturan Daerah tentang kewajiban melengkapi sumur PAH untuk setiap pengajuan ijin mendirikan bangunan (Ibid., hal.SO). Untuk karya-karya teknologi mutakhir dihasilkan oleh Universitas Gadjah Mada sampai tahun 2012 tercatat 24 karya yang sebagian diabdikan kepada masyarakat dan sebagian lainnya menunggu kerjasama dengan pihak industrF3.
yang akhir sudah masih
v. Optimisme Indonesia: Arah Ke Depan Kedaulatan IPTEKS [bu, Bapak, Saudara, serta hadirinyang kami muliakan, Universitas Gadjah Mada secara tegas menyatakan, bahwa Burung Garuda Kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia secara hakekatis masih ada, walaupun harus diakui pada beberapa bagian tubuh dan sayapnya telah tersempal dan meninggalkan luka yang menganga di sana sini. Universitas Gadjah Mada optimis, bahwa luka-Iuka yang menganga tersebut dapat disembuhkan dan pasti ada obatnya. 22
Penguatan
Teknologl
dan Industri
untuk
Keelaulatan
Bangsa
Obat yang pertama adalah "kepercayaan diri", bahwa Burung Garuda Kedaulatan "harus" sembuh dan "dapat" disembuhkan. Untuk dapat membangun kepercayaan diri tersebut, maka satu-satunya obat yang harus disuntikkan adalah dibangunnya komitmen politik nasional bahwa segitiga kedaulatan IPTEKS-ProduksiKonsumsF4 nasional harus berada di tangan putera-putera bangsa dan menjadi garis tegas dalam Garis Besar Haluan Negara. Obatyangkeduaadalah "prioritas", bahwa teknologiteknologi tinggi strategis yang saat ini sudah menunjukkan kepercayaan dirinya harus disuburkan melalui dukungan kelembagaan, pendanaan, sumberdaya manusia, infrastruktur, dan jaminan serta perlindungan pemasaran nasional. Lembaga-lembaga pengembang teknologi tinggi strategis seperti PT. Dirgantara Indonesia, PT. PAL Indonesia, PT.Industri Kereta Api (INKA),dan PT.PINDAD, dapat kita dorong menjai "zaibatsu" Indonesia, mirip Jepang diawal Restorasi Meiji yang memberi kepercayaan kepada Mitsubishi dan Kawasaki, untuk kelak dapat melahirkan anak-anak dan cucu-cucu industri pendukung yang membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan industri rakyat. Selain itu, prioritas juga harus diberikan pada teknologi tinggi yang kewenangannya atau kedaulatannya dalam praktek industri harus kita rebut kembali seperti energi, telekomnnikasi, pangan dan kimia. Obat yang ketiga adalah penguatan "Klnster Indnstri" atau tepatnya "Klnster Prodnksi", yang
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng.. Ph.D.
23
memiliki makna penguatan kegiatan-kegiatan produksi yang berbasis "keunikan budaya dan bentang ruang wilayah", sehingga para pemodal dan aktor lokal serta nasional mendapatkan prioritas untuk ditumbuhkan dan dibesarkan menjadi pemain utama yang berdaulat. Di dalam kluster produksi, antara industri besar dan keeil tidak ada dikotomi dan diskriminasi. Konsep "kluster produksi" memang diakui akan menjadi "koreksi" atau "seruan ke hati-hatian" atas implementasi konsep nasional yang berlabel Master Plan Pereepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan menekankan pada 6 garis koridor pembangunan ekonomi, kebijakan MP3EI telah menumbuhkan gegap gempita asa para pengambil kebijakan, tanpa menyadari adanya bahaya yang tersimpan, seperti yang telah terjadi pada koridor Daendels (Anyer-Panarukan), yang telah melahirkan "pipa panjang penyedot" gulden-gulden yang tertanam di kantong-kantong perkebunan di Jawa, tanpa meninggalkan tinggalan yang berupa muneulnya kelas menengah pribumi di kantong-kantong perkebunan tersebut. Yang ditinggalkan adalah terciptanya buruh-buruh pekebunan yang tetap miskin. Kalau kita tidak hati-hati, koridor MP3EI akan menjadi sangat berbahaya bagi khususnya 4 koridor utama: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua-Kepulauan Maluku, karena 4 koridor tersebut mengunggulkan 4 sumberdaya kunci Negara Indonesia, yakni: energi, tambang, hasil laut, dan perkebunan. Apabila kluster-kluster produksi di 4 koridor utama 24
Penguabln Teknologl dan Industrl untuk Kedaulabln Bangsa
tersebut (dengan mengutamakan aktor lokal dan nasional menjadi pemain utama) "belum dikuatkan" atau "belum menguat", maka pembangunan infrastruktur di 4 koridor tersebut kelak betul-betul akan menjadi "pipa panjang penyedot Dollar, Euro, Poundsterling, Yen, serta Yuan. Rekomendasi yang dikedepankan oleh Universitas Gadjah Mada adalah memperkuat terlebih dahulu klusterkluster produksi di koridor-koridor tersebut dengan menumbuhkan dan membesarkan pelaku utama puteraputera bangsa di bidang energi, tambang, perkebunan, dan kelautan, sehingga kelak, ketika infrastruktur diperkuat maka dia akan menjadi pinto keluar bagi produk-produk eksporyang berdaulatdan bernilai tambah tinggi, bukannya menjadi pipa panjang penyedot bahan mentah berupa energi, tambang, perkebunan, dan hasillaut Obat yang keempat adalah terbangunnya "Jaringan IPTEKS untok Kedaulatan Bangsa", di mana perguruan tinggi di Indonesia teranyam rapat dengan industri-industri nasional dan industri-industri rakyat dengan tujuan utama: (1) membangun kepercayaan diri bangsa bahwa kedaulatan teknologi untuk kedaulatan bangsa dapat dikuatkan melalui kerbersamaan yang rapat, (2) menguatkan gugus-gugus dan kluster-kluster pengembangan IPTEKS, (3) mengarahkan riset-riset aplikatif, (4) mengarahkan pilihan-pilihan IPTEKSdi masa datang atas dasar riset-riset yang dihasilkan, dan (5) menguatkan kerjasama kemitraan dengan negara-negara lain diatas prinsip kesetaraan dan kesejajaran dengan menjunjung tinggi harga diri bangsa dan negara. Prof.lr.
Sudaryono.
M.Eng.. Ph.D.
25
VI. Penutup Para hadirin yang sangat kami muliakan, Lima puluh empat tahun yang lalu (19 Desember 1959), ketika Presiden Republik Indonesia menyampaikan pidato peresmian Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, kata-kata "Ginong prati dina" yang disampaikannya dengan penuh semangat, telah menjadi spirit bagi seluruh keluarga besar Universitas Gadjah Mada untuk setiap hari membuat Universitas Gadjah Mada menjadi semakin besar, semakin berkembang, dan semakin kuat Dalam konteks kedaulatan bangsa, "Ginong prati dina" menyandang pesan bahwa kedaulatan bangsa bukanlah sesuatu yang telah selesai begitu kita menegakkannya secara politik dan hukum pada 17 Agustus 1945. Kedaulatan bangsa harus diisi dan dibuat semakin besar dan semakin kokoh serta kuat setiap hari. Universitas Gadjah Mada ingin menegaskan, bahwa untuk mengisi, membesarkan dan mengkokohkan kedaulatan bangsa salah satu caranya adalah dengan memperkuat IPTEKS,karena IPTEKStelah menjadi kodrat baru bagi hubungan dan keterhubungan dengan bangsabangsa lain di dunia. Melalui penguatan IPTEKS,harga diri dan martabat bangsa Indonesia dapat kita junjung dan letakkan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Akhir kata, Ginong prati dina kedaulatan IPTEKS, Ginong prati dina kedaulatan bangsa. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
26
Penguatan Teknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
DAFTARPUSTAKA Amir, Sulfikar (2005). ''Power, Culture, and The Airplane: TechnologicalNationalismin the New Order Indonesia': A Thesis submitted to the Graduate Facultyof Rensselaer. PoIytechnique Institute,Troy,New York,ProQuest Dissertation and Theses 2005, p.p.l02-1ll, 135, and 154-155).
Amir,Sulfikar (2008). "The Engineers versus the Economists: The Disunity oftechnocracy in Indonesia Development", Bulletin of Science, Technology & Society, Volume 28, Number 4, August 2008, p.p.316-323, http://bsts. sagepub.com hosted at http://online.sage.com. Amir, Sulfikar (2013). The Technological State in Indonesia: The Co-constitution of hugh technology and authoritarian politics, Routledge, Oxon, p.p.71-72. Amsden, Alice H. (1992). Asia's Next Giant:South Korea and Late Industrialization, Oxford University Press, New York,p.4. Boyer,W.and Anh, B.M.,(1991). Rural Development in South Korea:A Sociopolitical Analysis, University of Delaware Press, pp. 75-76, London. Geertz, Clifford (1963, 1971). Agricultural Involution: the Process of Ecological Change in I n don e s i a, University of California Press, California, p.p.130-143. Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
27
Carter J.Eckert, et.al., (1990). Korea, Old and New: History, pp.2. Chen, Cheng Fen and Sewell, Graham (1996). "Strategies for Technological Development in South Korea and Taiwan: The Case of Semiconductors", Research Policy, 1996, 25:759-778, Elsevier.Faculty of Forestry UGM (n.d.). 'Wanagama: Educational and Experimental Forest", Faculty of Forestry UGM,Yogyakarta. Fakultas Kehutanan UGM (n.d.). "Hutan Pendidikan Wanagama: Karya Nyata dari Bukit-Bukit Gundul Sampai . Wanagama", Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Field, K.F.(1955). Enterprise and the State in Korea and Taiwan, New York,Cornell University Press, in Housel, Roger van (1999). New Multinational Enterprises from Korea and Taiwan: Beyond export-led growth, Routledge, London. Hartarto, S.,(2006)."Industrialisasi Serta pembangunan' Sektor Pertanian dan Jasa Menuju Visi Indonesia 2030': PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, dalam Rochmadi (2011): "Perancangan Pabrik, Proses dan Produk di bidang Teknik Kimia': pidato pengukuhan jabatan guru besar Fakultas Teknik, diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada 26 September 2011. 28
Penguatan
T8IcnoIogi clan Industrt
untuk
K8daulatan
Bangsa
Housel, Roger van (199). New Multinational Enterprises from Korea and Taiwan: Beyond export-led growth, Routledge, London. Kaelan (2013)."Realisasi Pancasila sebagai Philosophische Grondslag: antara Das Sein dan Das Sollen",Materi FGD Pakar II: Pengamalan Pancasila Sebagai Philosophische Grondslag yang diselenggarakan Pusat Studi Pancasila UGM di Universitas Pancasila Jakarta, 9 November 2013. Kim, L. and C.J. Dahlmans (1992). "Technology Policy . for Industrialization: an integrative framework and Korea's Experience", Research Policy, 21:437-452, in Chen, Cheng Fen and Sewell, Graham (1996). "Strategies for Technological Development in South Korea and Taiwan: The Case of Semiconductors", Research Policy, 1996, 25:759-778, Elsevier. Kompas (2 Oktober 2013). "Ini dia Keunggulan Pesawat Patroli TNIALProduk PT.DI", http://regional.kompas. com/read/2013/10/02/1251130/Ini.diakses 17 November 2013, hal. regional. Kompas (4 Oktober 2013). "Kendaraan Amphibi buatan Pindad Meluncur 2015", http://bisniskeuangan.kompas. com/read/2013/10/04,diakses 21 November 2013. Kompas (31 Oktober 2013). "TNI AU Harap FIR Cepat Selesai", hal.5. Kompas (4 November 2013)."Gerbong dari Jepang", haLl. Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
29
Kompas (4 November 2013)."Kedaulatan Belum Utuh", hal.23. Kompas (7 November 2013):~ing hal.l dan 15.
Semakin Mendominasi",
Kompas (7November 2013)."PT. PAL Jadi Pabrik Utama Pembuatan Kapal Perang", hal.4. Kompas (13 November 2013)."Kembangkan Bahan Baku: Dorong Industri Farmasi berbasis Riset dan Teknologi", hal.14. Kompas (14 Novemver 2013)."Pertahanan Bandung Sentra Industri Strategis", hal.4.
Negara:
Kwong, Kai-Sun, etall.,(2001). Industrial Development in Singapore, Taiwan, and South Korea, World Scientific Publishing Co.Pte.Ltd,Singapore, p.p.65-67 and 71-73. Lee,
Jaymin(1977)." The Maturation and Growth of Infant Industries: The Case of Korea", W 0 rid Development, Vol.25, No.8, pp.1271-1281.
Moon, Suzanne (2005). "The Emergence of Technological Development and the Question of Native Identity in the Netherlands East Indies", Journal of Southeast Asian Studies, Vol.36, No.2 (1un.,2005), pp.191206, published by Cambridge University Press on behalf of Department of History, National University of Singapore, Stable URL: http:/www.jstor.org/stable/20072644,accessed 09/12/2013. 30
Penguatan
TeknoIogl
clan lncIustri untuk
Keclaulatan
Bangsa
Park, Suk-mu(2008). "Where from Korean bronze age", Weekly Kyunghyang. Pohang City Hall (2008). "The Historical Background behind the New Community Movement", retrieved 13 July 2009. PT.PALIndonesia (2013). http://www.bumn.f:o.id/pal/tentanfJ.kami/product/ dan http://www.bumn.fJo.id/pal/tentanfJkami/tentanfJ-perusahaan/.diakses 18 Nov 2013. Rahardjo, M.Dawam (1986). Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, hal. 67 dan 170. Ricklefs, M.C.(2008). Sejarah indonesia Modern: 1200-2004, terjemahan dari A History of Modern Indonesia Since 1200, oleh Serambi, PT.Serambi IImu Semesta, Jakarta, hal. 266. Simanjuntak, P.(1988). IPTN: Carrying Indonesia Toward High Technolog)!, Jakarta, CV:Panggal, hal.8 dalam Amir, Sulfikar (2005). "Power, Culture, and The Airplane: Technological Nationalism in the New Order Indonesia'; A Thesis submitted to the Graduate Faculty of Rensselaer Polytechnique Institute, Troy, New York, Pro Quest Dissertation and Theses 2005, halaman 144. Simon, D,F., (1992). "Sparking the Electronic Industry", China Business Review, 19, (1): 22-28, in Chen, Cheng Fen and Sewell, Graham (1996)."Strategies Prof.lr.
Sudaryono.
M.Eng.. Ph.D.
31
for Technological Development in South Korea and Taiwan:The Case of Semiconductors", Research Policy, 1996, 25:759-778, Elsevier. Sutanto, Sahid (2013). "Mengkoreksi Arah Kebijakan Pertanian Yang Adil dan berkelanjutan", Forum IPIMA (Ikatan Profesor Indonesia Malaysia) 2013, Bogor, 1820 November, 2013.
Suwarni dan Santoso, Heri (2009). 60 TahunSumbangsih UGMbagi Bangsa,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Tanimoto, Industrialization: Another Path of Industrialization, Oxford University Press, New York,p.p 3-7. Widoyoko, Yoyok et.al. (2006). Menghela Roda-Roda Inovasi: 25 Tahun Perjalanan Industri Kereta Api, Bangkitkan Kompetensi Nasional dalam Skema Indonesia Incorporated, Gibon Group Publications, Jakarta. Zysman, John and Doherty, Eileen (1995):'The EvolvingRole of the State in Asian Industrialization", Working Paper 84, November 1995, the Alfred P. Sloan Foundation, p.p.9-10 and 10-11.
32
Penguatan Teknologl dan Industri untuk Kedaulatan Bangsa
Tim Penyusun Penanggung jawab : Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng.,D.Eng. Ketua
: Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng.,Ph.D.
Anggota 1. Prof. Ir.Wahyudi Budi Sediawan, SU.,Ph. D. 2. Prof. Dr.Langkah Sembiring, M.Sc. 3. Prof. Ir. Rochmadi, SU.,Ph.D. 4. Prof. Dr.Kusminarto 5. Prof. Dr.Sudarmadji, M.Eng.Sc. 6. Prof. Dr.Ir. Sunjoto, Dipl., H.E. 7. Ir.Alva Edy Tontowi, M.Sc.,Ph.D. B. Prof. Dr.Sudjito, SH.,M.Si. 9. Prof. Dr.Bambang Purwanto, MA. 10. Prof. Dr.Ir.Susamto, M.Sc. 11. Prof. Dra. Wega Trisunaryanti, M.S.,Ph.D.Eng. 12. Prof. Dr.Ir. Sahid Susanto, MS. 13. Prof. Dr.Achmad Fudholi, Apt.
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng.. Ph.D.
33
CATATAN AKHIR
1 Untuk pemahaman Konsep Kedaulatan secara umum dan Kedaulatan IPTEKSs silahkan periksa Pidato Rektor yang disampaikan pada Dies UGM ke 64, 19 Desember 2013. Dalam naskah ini, untuk sementara Kedaulatan IPTEKS difokuskan pada Kedaulatan Teknologi dan Industri. 2 Dalam catatan Kompas, di sektor energi dan pertambangan, perusahaan-perusahaan asing antara lain Freeport, Conoco, Chevron, dan Newmont dari Amerika Serikat, serta Petrochina dari China dan Total dari Perancis, telah menguasai 70 % tambang migas, 75 % batubara-bauksit-nikel-timah, dan 85 % tembaga dan emas; di bidang telekomunikasi, 35 % saham Telkomseltelah dikuasai SingTel dari Singapura, 66,5 % saham XL Axiata dikuasai oleh Axiata Berhad dari Malaysia, 65 % saham Indosat telah dikuasai Ooredo Asia dari Qatar, dan 60 % saham Hutchison Tri dikuasai oleh Hutchison Whampoa dari Hongkong China; di bidang perbankan, data tahun 2011 menunjukkan 50,6 % aset perbankan nasional dimiliki asing, beberapa diantaranya adalah: ANZ Banking Group Limited (99 % ), Bank UOB Indonesia (98,84 % ), HSBC Asia Pasific Holdings (UK) Limited (98,96 %), CIMB Niaga (97,93 %), dan OCBC Overseas Investment (85,06 %); di bidang perkebunan kelapa sawit, 40 % dari 8,9juta hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikuasai investor asing, antara lain: Guthrie, Golden Hope, KL Kepong dari Malaysia, Wilmar Internasional dari Singapura, Cargill dari Amerika Serikat, dan SIPEF dari Belgia; di sektor bisnis beberapa sektor direncanakan dibuka untuk investor asing, di antaranya adalah: sektor pelabuhan dapat dikuasai asing sampai 49 %, operator bandara dapat dikuasai asing sampai 49 %, jasa kebandaraan dapat dikuasai asing sampai 49 %, terminal darat untuk barang dapat dikuasai asing sampai 49 %, dan periklanan terutama untuk negara-negara anggota ASEAN dapat dikuasai asing sampai 51 % (Kompas, 7 November 2013:1&15). Di bidang industri farmasi, kepemilikan asing atas perusahaan multinasional telah meningkat dari 75 % menjadi 85 %; saat ini 27 % penjualan obat inovasi berharga mahal dikuasai oleh 24 perusahaan multi nasional yang beroperasi di Indonesia,
34
Penguatan Teknologl dan Industri untuk Keclaulatan Bangsa
sementara pada sektor industri bahan baku obat yang sempat tumbuh di Indonesia pada tahun 1980-1990-an mati karena kalah bersaing dengan industri yang sama berasal dari China dan India (Kompas, 13 November 2013). 3 Mengingat konsep dan cakupan IPTEKS sangat luas, untuk sementara pembahasan IPTEKS dalam naskah ini difokuskan pada Teknologi. 4 Kalau dua tonggak sejarah di atas (Jepang dengan restorasi Meiji 1868 dan Jawa dengan sistem tanam paksa atau sistem perkebunan korporasi 1870) kita letakkan sebagai awal permulaan modemisasi melalui penguasaan kedaulatan teknologi, maka yang terjadi di Jepang adalah putera-putera pribumi Jepang telah berhasil merebut kedaulatan teknologi dari Barat lalu dipeluknya dengan baju kimono dan dikawal oleh gagahnya samurai disertai dengan semangat bushido, maka lahirlah teknologi moderen versi Jepang. Artinya, melalui restorasi Meiji, Jepang telah berhasil membangun kedaulatan IPTEKS-nya di atas kaki budayanya sendiri, atau dengan perkataan lain, IPTEKS yang telah direbut Jepang dari Barat kemudian dihunjamkan dalam-dalam ke kedalaman tanah di Jepang. Bukti dari keberhasilan ini ditunjukkan oleh fakta, di mana pertarnbahan jumlah penduduk Jepang yang menurut Geertz meningkat dua setengah kali lebih menyusul keberhasilan restorasi Meiji, diserap oleh teknologi moderen yang dibangun oleh putera-putera pribumi Jepang. DengaIi perkataan lain, kedaulatan teknologi yang diikuti dengan industrialisasi, telah berhasil menciptakan fenomena baru yang disebut sebagai urbanisasi, yakni masyarakat baru yang bekerja di wilayah urban dengan menggunakan teknologi moderen dan memiliki kemampuan menciptakan barang-barang baru dengan kecepatan dan kualitas yang luar biasa. Di Jawa, tonggak sistem perkebunan korporasi atau sistem tanam paksa pada masa 1830-1870,tidak pemah menjadi tonggak terjadinya perebutan kedaulatan teknologi dari Barat oleh putera-putera pribumi Indonesia. Yang terjadi adalah, kaki-kaki budaya teknologi moderen tetap terhunjam di Barat dan kemudian terhubung dengan pipa panjang sekali yang bemama kolonialisme.Pipa-pipa panjang kolonialisme ini, untuk selanjutnya dihunjamkan ke tanah-tanah subur perkebunan di Indonesia dan menyedot harta karun gulden yang tertanam di bumi subur kita. Menurut penuturan Ricklefs, kekayaan yang disedot dari desa-desa di Jawa dan dikirim ke Belanda telah mengisi pendapatan negara Belanda sebesar 34% dari seluruh sumber-sumber pendapatan Belanda; uang sebanyak itu untuk melunasi hutang-hutang Belanda, membangun inftastruktur kota di Belanda termasuk kanal-kanal dan jaringan kereta api di seluruhwilayah negara Belanda (Ricklefs, 2008:266).
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
35
5 SejaIandengan diterapkannya model revolusi hijau (Iepasdari kritik dan kelemahannya) ke daIam program yang disebut sebagai Panca Usaha Tani, yakni modemisasi di sektor pertanian maka mulailah sedikit-demi sedikit kedaulatan teknologi dibangun oleh putera-putera bangsa, di antaranya adalah PT. PUSRI yang telah berani menancapkan tonggak industri pupuk kimia pertama di Indonesia (Rahardjo, 1986). 6 Gambaran di atas juga telah menjadi bukti, bahwa bangsa kita telah lebih dahulu atau jauh hari menciptakan, memelihara dan menerapkan apa yang saat ini disebut sebagai creative economy atau creative industry. Gambaran di atas juga telah menjadi bukti, bahwa kita telah jauh hari menerapkan apa yang diawal tahun 1990-an disebut sebagai konsep sustainable development dengan memadukan ekologi pertanian dan ekologi industri tanpa adanya konflik sama sekali. Gambaran di atasjuga telah menjadi bukti, bahwa kita telahjauh hari memiliki dan menerapkan konsep yang saat ini disebut sebagai konsep social capital yang muncul melalui bukti pengembangan industri berbasis jaring-jaring sosiaI. Gambaran diatas juga telah menjadi bukti, bahwa kita telah jauh hari menemukan dan menerapkan konsep yang saat ini disebut sebagai local wisdom atau genious loci, dengan bukti beragamnya karya-karya teknologi dan industri yang berbasis kekuatan budaya lokaI. 7 Terminologi Habibinomics dikutip oleh Arnir dari kritik Kwiek Kian Gie terhadap konsep pembangunan ekonomi yang disampaikan Habibie saat membuka CIDES, dimuat di harian Kompas, Maret 1993. 8 Militansi putera-putera bangsa yang tergabung di bawah naungan PT. INKA memang harus diberi penghormatan yang tinggi. Konon, militansi ini memang telah bersemayam di dada anak-anak PT.INKA sejak awat proses berdirinya. Dalam laporan yang disusun oleh Widoyoko dkk. (2006), pada tanggal II Desember 1979, ketika pemerintah pada waktu itu berencana membangun pusat industri kereta api, maka putera-putera PT. INKA yang hanya bermodal palu, obeng, mesin bubut manual, dan seperangkat tabung karbit untuk pengelasan langsung mengangkat kepalan tangan nasionalisme dan berteriak siap menjalankan amanah atau kepercayaan dari pemerintah tersebut.
.
9 Berdasarkan data yang dilaporkan oleh PT. INKA (Design and Production Supply Report, PT Industri KeretaApi, 22 Maret 2013),bahwa dari tahun 1982 sampai tahun 2012, PT INKA telah berhasil memproduksi 5.702 unit kereta pengangkutan (freight and special purpose car) dan 1.587 unit kereta penumpang 36
Penguatan
Teknologl
dan
Industrl
untuk
Kedaulatan
Bangsa
(passanger coa;:h),sehinggatotal karya produksi PT lNKAadalab 7.289 unit. Kereta penwnpang yang diproduksi mencakup 23 jenis produk dari kereta klas eksekutif AC Argo, Kereta Rei Listrik, Kereta Rei Diesel Elektrik, Lokomotif GE Lokindo, sampai kereta penwnpang klas tiga untuk melayani pesanan dari Bangladesh, Sudan, PJKA, Kernenterian Komunikasi, Swnitomo Corp, dan Hartaswna SDN BHD. Sedangkan untuk kereta pengangkutan, terdapat 44 jenis produk yang telab dihasilkan termasuk di dalamnya adalab kereta batubara, kereta tanki, kereta boks, kereta semen, kereta teleskopi\<,kereta bagasi, kereta pulp, dan lokomotif 2000 hp, untuk memenubi pesanan dari Malayan Railway Corp, Hitachi Plant Technologies, SRT Thailand, Bradken Australia, Germany, Bangladesh Railway, Sudan Railway Corporation, John Holland Co, GE Transportation, BPPT, PJKA, Kementerian Komunikasi, PT.GE LokomotifIndonesia, dan Hartaswna SDN BHD. 10 Kepercayaan dari Lapan, TNI-AL, dan Lion Air tersebut telab .menunjukkan,bahwa militansi dan semangat nasionalisme di bidang teknologi tinggi tetap berkobardi dalam dada putera-puterabangsa dibawahnaungan PT. Dirgantara Indonesia, atau dulu bemama Industri PesawatTerbang Nurtanio (1976) atau IndustriPesawatTerbang Nasional (1986) (Amir, 2005). Pada awal produksinya di tabun 1976, IPTN di bawah lisensi dati CASA dan MBB telah memproduksi pesawat Casa 212 Aviocarberkapasitas 12 tempatdudukclanpesawat helikopter BO-I05, namnn komponen-komponennya masih dimpor dari luar negeri; tetapi, dalam waktu kurang dati sepulub tabun, 97,5 % komponen dari C 212 dan 100 % dari BO-105 telab diproduksi sendiri oleh IPTN (Simanjuntak, 1988). Sungguh suatu percepatan penguasaan tekuologi yang luar biasa telab dibuktikan oleh putera-putera
bangsa.
11 PT PAL Indonesia (persero), yang dibentuk dengan Peraturan Pernerintab pada tabun 1980 sesungguhnya telab merniliki sejarab panjang sejak tahun 1822, tetapi mengalamiperubahanclanpenyesuaianterns menerusmulai dari jaman belanda sampai pada masa republik; pada awal kegiatannya (sampai pada tabun 1982), PT PAL Indonesia masih terbatas menangani perbaikan dan perneliharaan kapal-kapal perang dan niaga, namun pada perkembangannya telab mampu membuat sendiri kapal patroli cepat untuk bea cukai, POLRI, dan TNI-AL dan telab mampu mendapat kepercayaan dari Inggris untuk kontrak pembangunan 2 unit Dry Cargo Vessel 18.500 DWT dan dengan Hongkong untuk kontrak pembangunan Open Hatch Bulk Carrier 42.000 DWT dan dengan PT Pertantina untuk pembangunan Crude Oil Tauker 17.500 LDWT; saat ini PT PAL Indonesia telab memiliki branded product hempa Double Skin Bulk Carrier (DSBC) 50.000
Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng..
Ph.D.
37
DWT atau dikenal sebagai STAR-50 yang telah mendapat pengakuan intemasional (PT PAL Indonesia, 2013). 12 wama bim diperoleh dari tanaman indigo, wama hijau kecoklatan didapat dari daoo pohon mangga, wama coklat diambil dari batang pohon mahoni, wama kuning diperoleh dari kulit buah jalawi, dan wama merah kecoklatan dihasilkan dari soga. 13 Selain teknologi untuk penyediaan air bersih di wilayah sulit air, Anton juga mengembangkan teknologi ijuk ootuk pengolahan limbah bersama Tim Apex dari Jepang; teknologi ijuk merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan berbagai mikro organisme, memiliki efektivitas dan efisiensi UDtukpengolahan limbah sangat tinggi; teknologi pengolahan limbah ini disebut sebagai Esrotae (lattice three dimensional), telah dipakai di Jepang dan berbagai negara di Asia melalui sistem royalty; atas pengabdiannya tersebut, Anton telah mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahoo 1980, Ramon Magsaysay pada tahoo 1983, Satya Lencana Pembangunan pada tahoo 2004, dan Social Entrepreneur-World Economic Forum pada tahoo 2008 (Wawancara Sudarmadji, 25 November 2013). 14 terdiri atas: kain katun, kain sutera, semen, peralatan rumah tangga dari gelas, dan minuman bir. 15 Pada kasus Jepang, negara ini memasuki industrialisasi moderen sejak Restorasi Meiji 1868yang telah memberikan fondasi sangat kuat bagi terbentuknya kelembagaan dan kebijakan industri berbasis budaya Jepang yang kemudian membentuk kemandirian industrialisasi Jepang; salah satu kebijakan kemandirian Jepang yang sangat menonjol adalah larangan impor produk-produk yang memiliki nilai kompetitif tinggi di pasar global, sehingga dengan semangat bushido, Jepang harus membuat sendiri produk-produk yang kompetitif dan bemilai tinggi tersebut (Ibid., ha1.5-7) 16 Di sinilah nampak jelas, bahwa ketika pemerintah dan negara memiliki kesoogguhan yang tinggi terhadap penegakan kemandirian di bidang teknologi dan industri, maka dukungan dari kelompok swasta-kapitalis nasional dan seluruh rakyat akan mudah sekali terbangun 17 Kesungguhan Jepang dalam mendorong pengembangan teknologi dan industri bernilai tambah tinggi, juga terlihat sangat nyata mulai dari level kebijakan sampai penyediaan inftastruktur (subsidi, kemudahan administrasi, promosi dan dukungan pemasaran, pelayanan khusus perbankan, keringanan pajak, dan 38
Penguatan
Teknologl
dan
Industrl
untuk
Kedaulatan
Bangsa
penyediaan infrastruktur tennasuk reklamasi lahan). Kebijakan lainyang diterapkan pemerintah untuk membangun kemandirian teknologi dan industri adalah proteksi dan promosi yang sangat kuat, yang pada akhimya telah melahirkan kepercayaan domestic market dan sekaligus kepercayaan pasar intemasional yang kemudian telah memposisikan Jepang sejajar dengan guru-gurunya yaitu Eropa dan Amerika. 8 dari sisi filosofi, industrialisasi Korea dilandasi oleh kredo "investasi SDM yang memiliki kemampuan teknologi tinggi saat ini, untuk memanen kemandirian di masa depan" 19 Pada masa Korea Selatan dipimpin oleh Presiden Park Chung Hee dari tahun 1960-1973, Korea Selatan memiliki program pembangunan 5 tahunan atau disingkat Pelita (Carter 1990 dan Park 2008). Pada Pelita-I (1962-1966) fokus diarahkan pada industri tekstil untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada periode itu peran pemerintah belum nampak menonjol karena keterbatasan keuangan, sehingga industri yang tumbuh lebih banyak diinisiasi oleh swasta dan sebagian hasil dari peninggalan Jepang. Pada Pelita-2 (1967-1971) fokus mengarah pada pembangunan industri berat (hulu) yang meliputi industri baja untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri lain seperti industri otomotif (KIA, Sang Yong, Hyundai), kapal (Hyundai, Samsung, Daiwoo), elektronik (Samsung, LG) dan industri lainnyayang berbahan baku baja. Pada Pelita-3 (1972-1976) fokus mengarah pada pembangunan industrikimia masif skala besar, melaluipencanangan Big Push, di mana pemerintah Korea Selatan tidak mengundang investor asing, melainkan meminjam uang dari negara lain kemudian diinvestasikan untuk rakyatnya sendiri, yang pada akhimya telah menjadikan Korea Selatan mandiri dan berdaulat atas riset, teknologi, dan industrinya; dalam konteks modemisasi pedesaan, "Big Push" diteIjemahkan ke dalam program yang dikenal dengan nama "Saemaul Movement" (pohang City Hall 2009 dan Boyer and Anh 1991). 20 Salah satu faktor penting keberhasilan pembangunan kemandirian teknologi dan industri di Taiwan adalah kontrol atau kendali yang sangat besar dari negara; bahkan menurut Field (1995), kendali negara Taiwan adalah kendali yang terkuat di antara negara-negara di Asia. Salah satu bentuk kendali negara diujudkan dalam kesungguhan negara dalam penyediaan dana yang sangat besar dan keIja nyata membangun Science Based Industial Park pada tahun 1979. Megaproyek ini ditujukan sebagai landasan bagi pembangunan ekonomi nasional berbasis teknologi (Simon, 1992). Dalam bidang pendidikan, pemerintah telah menaikkan proporsi jumlah mahasiswa teknik dari 20% di tahun 1960 menjadi 28% di tahun
Prof. Ir. Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
39
1997; anggaran riset juga dinaikkan dari 2.2% dari total GDP pada taboo .1996 menjadi 2.8% pada taboo 2002 (Kwong, et al., 2001); upaya inijuga diiringi dengan pemanggilan pulang putera-putera.Taiwan lulusan luar negeri ootuk membangun teknologi di negeri sendiri, selain juga dilakukan proteksi atas intelectualproperty dan pembatasan ketat. impor ootuk produk-produk teknologi yang sedang dikembangkan (Hoesel, 1999). 21 Pada taboo 1993,ITRI telah memiliki 6.052 karyawan dengan komposisi 9% doktor, 36% master, 26% bachelor, dan 18% kolege «Kwong, etal., 2001:85) 22 Untuk selanjutnya, Grand Design tersebut telah menjadi panduan nyata yang membawa Taiwan masuk dalam kelompok negara yang disegani di Asia dan Dunia, dalam kemandirian teknologi dan industrlnya. Hal ini menoojukkan, bahwa dukungan politik nasional sangat menentukan bagi suatu negara ootuk membangun kemandirian teknologi dan industrinya.
.,
23 Karya-karya teknologi mutakhir Universitas Gadjah Mada yang sebagian sudah diloocurkan ke masyarakat dan sebagian lagi masih menooggu kerjasama dengan mitra industri seperti dilaporkan oleh LPPM UGM (2012) adalah: (I) Inovasi mobillistrik UGM oleh Dr. Jayan Sentanuhady dan Dr. Subarmono, (2) Alat deteksi longsor oleh Prof.Dr. Dwikorita Kamawati dan Dr. Faisal Fathani, (3) Teknologi batako bergelombang atau berpola gedhek oleh Dr. Pradipto, (4) GAMA ultrasonik: alat ukur gelombang panas bumi berbasis gelombang ultrasonik ootuk aliran fluida dua fase (fase cair dan fase gas) oleh Dr. Muhammad Agung Bramantya, Dr. Khasani dan Prof.Dr. Indarto, (5) Teknologi pembuatan biotanol dari limbah salak oleh Prof.Dr. Kama Wijaya dan Tim Peneliti PSE-UGM, (6) Penemuan kompor bioetanol oleh Pribadi (Iaboran Kimia AnaIit FMIPA) yang kemudian difasilitasi oleh Prof. Dr. Jumina, Prof. Kama Wijaya serta PSE.dan dibantu oleh teknisi Sutomo ootuk diproduksi dalam skala besar dan dipasarkan, (7) Gama Blue ND (Gadjah Mada Blue Natural Dye): zat pewarna biru alami (indigo) ootuk produksi batik oleh Dr. Edia Rahayuningsih, (8) Teknologi pengemasan biogas dalam taboog oleh Dr. Wiratni, Dr.Aswati Mindaryanj, Dr. Imam Prasetyo, Teguh Ariyanto, S.T.,M.Eng., dan Dr. Jayan Sentanuhady dan didukung oleh Anies Mutiari dari LIPI Bandoog dan Daniel Tanto dari UD Santosa Teknik KIaten, (9) Brlket dari imbah pertanian dengan proses gasifikasi oleh Ir. Suprihastuti Sri Rahayu, M.Sc., (10) Konservasi anggrek dengan kultur jaringan dan rekayasa genetika oleh Dr. Endang Semiarti (II) Mallika: pemuliaan kedelai hitam varietas lokal oleh Ir. Setyastuti Purwanti, M.S., (12) Inovasi dan pengembangan teknologi
40
Panguatan reknologl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
proses fennentasi kecap, oleh Prof. Dr. Sardjono, (13) Mesin pengupas kedelai jenis poros berulir (screw), oleh Jr. Mudjijana, M.Eng., (14) Gama GS dan Gama SG: pengembangan jagung hibrida barn persilangan antara jagung lokal Madura dengan jagung lokal Maros Sulawesi Selatan, oleh Dr. Diah Rachmawati, (15) Padi hemat air, oleh Supriyanta, Bambang Suhendra dan Taryono, (16) Mesin pengolah gula semut dengan teknologi moderen, oleh Sri Rahayu, S.T.P.,MP., Prof. Budi Rahardjo, dan Ir. Peni Setyawati, (17) Alat pengering Hybrid untuk produksi kacang rendah aflatoksin, oleh Dr. Chusnul Hidayat, Dr. Supriyanto, dan Dr. Suparmo, (18) Gama Melon Basket (GMB), oleh Dr. Budi Setiadi Daryono dan Tim mahasiswa S2 Fakultas Biologi, (19) Pirau katup semilunar untuk pasien hidrosefalus, oleh dr. Sudiharto, (20) Pengembangan sediaan madu Super Propolis sebagai Imunomodulator terstandar pada Model Kanker Payudara, oleh dr. Woro Rukmi Pratiwi, dr. Eti Nurwening, dan drh. Sitarina Widyarini, Ph.D, (21) Biokeramik: teknologi murah untuk Penderita Kerusakan Tulang, oleh Dr. Alva Edy Tontowi, Prof. Arif Budiman, drg. Ika Dewi Ana, Dr.dr. Punto Dewo, Dr.dr. Rahadyan Magetsari, Dr. Ngakan Putra Antara, A.Hendrawan, J.,S.T., dan Dr. M.K. Herliansyah, (22) Plat penyambung tuIang patah, oleh Dr. Suyitno, Priyo Tri Iswanto, Drip Agus Salim, Budi Arifvianto, dan Punto Dewo (23) Pemanfaatan Serisin dalam Limbah Industri Sutra Alam Lokal sebagai Biomaterial, oleh Prof. Dr.drg. Widowati Siswomihardjo dan Dr.drg. Siti Sunarintyas, dan (24) Fonnula reagen untuk deteksi daging bangkai, oleh Dr.drh. Yati Drastini. 24 Kalau kita berbicara mengenai hubungan antara Kedaulatan Berbangsa dan Bemegara dengan IPTEKS, maka tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan keduanya akan menyentuh perihal yang paling kongkrit dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia yakni hubungan antara "produksi dan konsumsi". IPTEKS sebagai hulu dari hubungan tersebut akan membangkitkan gerak produksi. Gerak produksi pada ujungnya akan menciptakan jaring-jaring konsumsi. Secara skematik hubungan tersebut tergambar dalam satu segitiga: IPTEKS (di atas)Produksi (di kaki kiri)-Konsumsi (di kaki kanan) dan di pusat segitiga terdapat kekuatan fundamental dalam praktek bernegara dan berbangsa yang disebut sebagai Kedaulatan. Pada negara-negara yang sangat kuat, mereka memiliki kedaulatan penuh untuk mengarahkan IPTEKS, mengatur Produksi, dan mengendalikan Konsumsi baik bagi warganya sendiri maupun bagi warga negara-negara lain. IPTEKS telah menjadi kekuatan yang luarbiasa dalam mengendalikan "kesadaran" dan "perilaku" manusia di dunia. Negara-negara yang berdaulat atas IPTEKS adalah negara-negara Prof.lr.
Sudaryono,
M.Eng., Ph.D.
41
yang mampu mengendalikan dan mengarahkan perubahan dunia. Kedaulatan atas IPTEKS, senyatanya memiliki kandungan-kandungan mineral tersembunyi berupa kedaulatan ekonomi, kedaulatan budaya, kedaulatan teritori dan tata ruang negara, kedaulatan energi, kedaulatan pangan, dan bahkan kedaulatan hukum dan politik. Dalam perspektip kesadaran berbangsa dan bemegara, pertanyaan yang mendesak diajukan adalah: pada level manakah kita telah meragukan diri atau bahkan telah sungguh-sungguh kehilangan kedaulatan (pada level kesadaran atas kehidupan keseharian, pada level kesadaran tujuan bemegara, atau pada level kesadaran ideal atas nilai-nilai dasar bemegara)? Apabila kehilangan kedaulatan teljadi pada level pertama saja atau level keseharian kehidupan kita, maka hal itu memiIiki arti bahwa IPTEKS-Produksi-Konsumsi dengan "sengaja" kita letakkan pada dimensi pragmatis atas nama efisiensi, dalam arti negara secara sadar menyerahkannya "sebagian" kepada negara lain dengan keyakinan hal itu tidak akan berpengaruh pada teljadinya reduksi "kesadaran tujuan bemegara dan berbangsa". Namun, apabila kehilangan kedaulatan sudah teljadi pada level kedua, yakni pada level tujuan bemegara, dalam arti negara tidak lagi memiliki kewenangan dan kendali lagi, karena IPTEKS-Produksi-Konsumsi telah berbalik arah menyerang, menelikung, dan membelokkan tujuan bemegara, maka sesungguhnya secara politik-ekonomi kita sudah tidak berdaulat lagi. Untuk selanjutnya, kita dibius, dihentikan dan dininabobokkan dengan narasi-narasi besar seperti globalisasi, efisiensi, akuntabilitas, transparansi, kompetitif, dan sustainabilitas, sementara kita dibuat lupa akan tujuan esensial ke mana negara ini harus menuju. Apabilakitakehilangan kedaulatanpada levelpertama dan kedua saja, sesungguhnya kita masih perlu memiliki optimisme, karena kita masih memiliki kedaulatan pada level ketiga yakni kedaulatan atas nilai-nilai ideal atau nilai-nilai tertinggi kita, yakni Pancasila. Pancasila sebagai nilai dasar rujukan berbangsa dan bemegara, menyandang harapan bahwa di dalamnya terdapat harta karun yang bemilai tinggi yang dapat menguatkan kembali Kedaulatan kita atas segitiga IPTEKS-ProduksiKonsumsi.
42
Penguatan TeknoIogl dan Industrl untuk Kedaulatan Bangsa
.