- •; '-> ISSN: 0853-5167
HABITAT JURNAL SOSIAL EKONOMIPERTANIAN
I
Jurnal
HABITAT
Sosial
Ekonomi
Pertanian
UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR iSI
HABITAT adalah Jumal Sosial Ekonomi
Pertanian yang berada di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya bekeijasama dengan PERHEPPI (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia), mempunyai tujuan untuk menginformasikan hasil-hasil penelitian dalam bidang Sosial Ekonomi Pertanian.
Disampaikan terima kasih dan penghargaan pada Mitra Bestari Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah diundang oleh Berkala llmiah
1. Kajian Prospek Pengembangan
HABITAT -Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, yaitii :
Nilam di Lahan Kering
1.
Prof. Dr. Ir. M. Iksan Semaoen, M.Sc
2. 3. 4. 5.
Prof. Dr. Ir. Moch. Muslich Mustadjab, M.Sc Prof. Dr. Sanggar Kanto, MS Prof. Dr. Ir. Sugianto Dr. Ir. DJoko Koestiono, MS
Beras Lokal (Beras Jawa)
6.
Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, M.Si
Eddy Dwi Cahyono, Riyanti Isaskar, Reza Sajitri, dan Cicik
7.
Dr. Ir. Syafrial, M.Si
Kalimantan Tengah Amik Krismawati. Rahmadi
Ramli, dan Dedy Iswandi
98
/'•N
SUSUNAN PENGURUS Ketua Redaksi
Kliwon Hidayat Dewan Penyunting Hery Toiba Sujarwo Mangku Pumomo Penyunting Pelaksana dan Administrasi Rurin Kumiasari ALAMAT REDAKSI
Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang -65145, Jawa Timur. Telp. (0341)575743. Fax (0341) 560011. E-mail redaksi
redaksi h^
[email protected] [email protected]. id JADWAL PENERBITAN
Habitat diterbitkan tiga kali setahun (bulan April, Agustus, dan Desember). Frekuensi penerbitan akan ditambah bila diperlukan. ISSN: 0853-5167
2.'Persepsi dan Faktor-Faktor Penentu Perilaku Konsumen
D.L
3. Strategi Adaptasi dalam Perubahan Lingkungan (Studi Kasus Masyarakat Talang Mamak di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau) Achmad Hidir
PENERBITAN NASKAH
ditentukan oleh Redaksi setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Penyunting. Naskah yang memerlukan perbaikan menjadi tanggungjawab penulis. Naskah yang belum layak diterbitkan akan
dikembalikan kepada penulis, jika disertai perangko secukupnya.
113
4. Analisis Pendapatan,
Pengeluaran Rumah Tangga, dan Kesejahteraan Petani Padi Sugiarto
123
5. Analisis Pertumbuhan Output Sektor Pertanian di Jawa Timur
Perspektif Input-Output Tahun 1994 dan 2000
RatyaAnindita, Agustina Shinta. dan Khairun Nisa
Naskah yang diajukan untuk diterbitkan adalah karya ilmiah asli atau basil penelitian yang ditulis dalam bentuk baku. Naskah yang layak untuk diterbitkan
106
136
6. Daya Saing dan Peimintaan Ekspor Produk Agroindustri Berbasis Teh di Pasar Dunia Hendiarto
153
Perubahan Sistem Bagi Hasil Pada Usaha Tani Padi Sawah
(Kasus Tiga Desa di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten,
Propinsi Jawa Tengah) Eny Lestari
67
Volume XIX No. I Bulan April 2008
HABITAT Volume XIX No. 1Bulan April 2008
Eddy Dwi Cahyono, dkk: Persepsi dan Faktor-Faktor Penentu Perilaku Konsumen
107
ISSN: 0853-5167
PERSEPSI DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERILAKU KONSUMEN BERAS LOKAL (BERAS JAWA)
CONSUMERS' PERCEPTION OF AND BEHA VIORS TOLOCAL RICE
faktor kultural dan sosial terkait Iain yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi beras lokal.
Kata kunci: segmen sosial, persepsi konsuman, faktor penentu, beras jawa
AND THEIR DETERMINANT FACTORS
Eddy Dwi Cahyono, Riyanti Isaskar,Reza Safitri,dan Cicik D. L. Jur. Sosial Ekonomi Fak Pertanian Universilas Brawijaya, Jalan Veteran Malang (65145) Telpon (0341) 580054, Email: edi
[email protected]
ABSTRACTS
Adescriptive-qualitative study was conducted to describe social segments in the community in association with local rice, a commodity which is considered exclusive in public market lately.
This paper is aimed to identify the consumer segments, their perceptions, and the determinant factors of their behaviors in buying or consuming local rice. The study shows that the consumers oflocalrice varies in theirsegments, and tendto be exclusive. The active segment -
they who considered buy regularly-was they who camefrom middle-upper ofsocial economic status, and also they who havefarmer community background. The passive segment, which was
having irregular buying patterns, exists possibly in the significant number ofpeople. On the other hand, although relatively limited in their numbers, wefound some consumers segments
that have high potencies to buy local rice with a considerably high price. It is, however,
difficult to predict the prospect of local rice marketing potencies. This situation is probably having relation with the ambivalence image of the local rice itself, associating with thefactors of taste andprice. This paper will also examine some determinant factors which influence consumers' behaviors in buying-consuming local rice, include cultural and related social
factors. ^ Keywords: social segment, consumers' behavior, determinantfactors, local rice ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kebijakan Revolusi Hijau dengan menekankan penggunaan input pertanian yang tinggi menyebabkan pada masa Orde Baru ini memberikan implikasi penting dalam keragaman penyediaan padi dan beras nasional. Kebijakan tersebut mampu meningkatkan persediaan beras nasional secara nyata, namun di sisi lain menyebabkan erosi genetik, dan penyediaan beras dari padi lokal mengalami pengurangan yang sangat signifikan (Purnamaningsih dkk., 2007). Beras yang diproduksi dari padi lokal (beras jawa atau beras lokal) memiliki suatu keunikan. Berbeda dengan kebanyakan nasi yang berasal dari beras unggul, nasi dari beras lokal dinilai memiliki rasa yang enak oleh banyak kalangan. Beras tersebut juga memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi, karena pada umumnya harga relatif lebih tinggi dibanding beras dari padi unggul (Shinta dan Eddy D.C., 2006). Penelitian ini terkait dengan gerakan kembali ke alam {back to nature) yang saat ini sedang banyak dilakukan. Beras lokal dipandang sebagai salah satu komponen penting dalam gerakan ini, karena benih padi lokal bukan merupakan bagian kegiatan rekayasa teknis sebagaimana halnya dengan padi unggul hasil persilangan ataupun padi hibrida. Gerakan tersebut diperkirakan membawa dampak penting terhadap perubahan persepsi dan perilaku konsumen beras, dimana sebagian konsumen dari kalangan tertentu berupaya mencari keberadaan beras lokal yang saat ini semakin langka di pasar. Ada beberapa alasan lain mengenai kemungkinan peralihan perilaku konsumen ke beras lokal, diantaranya adalah faktor kesehatan, tuntutan kualitas dan rasa, juga demi mengejar kepentingan peningkatan status.
Selain itu, timbul pemikiran penting mengingat sifat beras lokal yang unik yaitu adanya kemungkinan segmen sosial tertentu yang memiliki asosiasi dengan keberadaan beras local yang belum jelas keberadaannya. Pengidentifikasian konsumen dilakukan untu mengetahui eksistensi kegiatan ekonomis beras local saat ini dan pandangan mengenai prospeknya di masa yang akan datang.
Mangkunegara (2002) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan-tindakan
ditemui di pasaran. Identiflkasi juga dilakukan terhadap segmen-segmen konsumen potensial,
yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan jasa-jasa ekonomis yang dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perilaku konsumen, khususnya mengenai persepsi konsumen. Walaupun
persepsi konsumen, dan faktor-faktor penentu perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi beras lokal. Hasil penelitian menunjukan bahwa saat ini keberadaan konsumen
konsumen seringkali didorong oleh motif-motif non-ekonomis, seperti persepsi tentang
Fenelitian bersifat deskriptif kualitatif, dimaksudkan untuk menggambarkan keberadaan
masyarakat dalam kaitannya dengan beras lokal (beras jawa), yang saat ini semakin jarang
beras lokal bervariasi dan masih sangat eksklusif sifatnya. Segmen yang secara aktif membeli
adalah mereka yang berasal dari golongan kelas sosial menengah ke atas, dan juga dari
kalangan petani sendiri yang biasa mengkonsumsinya. Terdapat segmen konsumen pasif, yang frekuensi pembeliannya tidak menentu, dalam Jumlah yang cukup signifikan. Pada sisi lain, walaupun jumlahnya terbatas, ditemukan segmen konsumen yang memiliki potensi cukup tinggi untuk membeli beras lokal dengan harga yang relatif tinggi. Namuii demikian, nampaknya prospek pemasaran beras lokal di masa depan masih tidak menentu. Hal ini kemungkinan terkait dengan citra beras lokal itu sendiri yang cenderung bersifat ambivalen, menyangkut faktor rasa dan harga. Penelitian ini membahas beberapa faktor penentu, termasuk
persepsi konsumen bersifat subyektif, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa perilaku bagaimana berbagai pihak terkait memandang keberadaan beras lokal.
Beberapa faktor sosial ekonomi tertentu, diduga ikut bertanggungjawab dalam membentuk persepsi dan perilaku konsumen. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat, umumnya memiliki hubungan dengan kecenderungan perilaku pembelian produk-produk tertentu, dalam hal ini adalah beras lokal. Alasan kesehatan, status sosial, atau faktor personal
(cita rasa) merupakan berbagai faktor yang diduga memiliki kedekatan dengan perilaku dalam pembelian beras lokal. Pada dasarnya, perilaku konsumen adalah kelanjutan dari proses perseptual yang dipegang oleh seseorang, maka analisis persepsi konsumen penting dilakukan untuk memprediksi perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi beras lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk: (I), mengidentifikasikan segmen-segmen konsumen
beras lokal, (2). mengidentifikasikan dan menggambarkan persepsi konsumen mengenai beras
HABITAT VolumeXIXNo. I Bulan April 2008
108
lokal, serta (3). mengetahui faktor-faktor penentu yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeii dan mengkonsums beras lokal. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu mengenai
persepsi dan perilaku konsumen beras lokal (Istijanto, 2005). Penelitian dilakukan pada Oktober 2007 hingga Januari 2008. Lokasi penelitian. dilakukan secara sengaja di dalam wilayah Kota Malang. Populasi penelitian adalah para konsumen beras lokal yang masih, pemah, atau berpotensi mengkonsumsi beras lokal di Kota Malang. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik snow ball sampling, dimana sampel didapatkan dan in ormasi yang didapat dari sejumlah orang kunci yang mengetahui keberadaan konsurnen beras lokal (Singarimbun, 1995). Responden didapatkan dari berbagai tempat yang diperkirakan terdapat konsumen beras lokal, seperti di pasar-pasar tradisional, supermarket, omp e s-kompleks perumahan, danjuga petani beras lokal sendiri.
.
u
Data primer didapatkan secara langsung melalui wawancara dengan bantuan panduan pertanyaan kunci yang telah disusun dalam bentuk kusioner. Teknik wawancara secara
mendalam {in-depth interview) digunakan untuk memperoleh informasi e i anjut, mengingat kemungkinan keterbatasan jumlah responden penelitian. Selanjutnya a a yang ter umpul dianalisis, yang dikategorikan sedemikian rupa mengikuti struktur tujuari pene i lan yang ada. (Situasi dimasukkan sebagai bagian penting dari data yang akan diana isis;. HASIL PEMBAHASAN
Hasil survei ke beberapa supermarket dan toko-toko beras di
P^sar tradisional
menunjukkan bahwa saat ini semakin sedikit orang yang masih mengeta beras lokal (beras jawa). Hal ini disebabkan karena kelangkaan ®
e
.
pasaran. Hanya beberapa merk dari sekian banyak merk beras ada a ° ^ ^ 'klairn oleh produsennya sebagai beras lokal. Hasil kunjungan ke lapang rnenunju aiwa saat mi beras berkualitas tinggi yang beredar di pasaran antara lain jenis ^gawan, rojo ee, dan
pandanwangi, dengan dikemas dengan berbagai merk yang ber e a. e lokal yang beredar di Kota Malang saat ini adalah beras lokal cap e on
Pf
lokal. Mereka cenderung memperhatikan "jenis" beras, cita rasa, an beras lokal atau beras unggul. Di beberapa supermarket, sepe i masih belum jelas identitasnya. Beras ini memiliki merek
P , P^ ^^
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen
P®*^. " ' j f| g ®
tertulis bahwa masa tanam adalah 6 bulan, seperti masa tanarn e
produsennya diklaim sebagai beras "pandan wangi asli . Harga
inctm
.
°®
mencapai Rp 11,000,-/kg. Beras ini kemungkinan adalah beras lokal atau jus uberas dan padi
hibrida' Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan konsumen cenderung tidak menentu atau kabur. Di pasar-pasar umurn, sepe 1P Pasar Besar, beras yang kemungkinan terasosiasi secara ^
lokal
owo dan
dikenal dengan beras bengawan. Harga beras ini mencapai l^P » »P 1 ? /kg) pada tahun 2007. Jenis bengawan sendiri dipandang oleh beberapa orang sebagai bukan beras lokal, tetapi beras dari varitas padi unggul yang dikembangkan sejak awal masa Revolusi Hijau. Bagi kebanyakan konsumen, beras bengawan milah yang sering diasosiasikan dengan beras jawa, karena rasanya relatifenak dan harganya sedikit agak ma a .
Eddy Dwi Cahyono. dkk: Persepsi dan Faktor-Faktor Penenlu Perilaku Konsumen
109
Ada tigajenis kelompok konsumen beras lokal, yaitu konsumen aktif, konsumen pasif, dan konsumen potensial. Konsumen aktifadalah mereka yang secara rutin membeii beras lokal dalam kurun waktu yang relatif lama. Salah satu kelompok konsumen aktif adalah petani yang bertindak sebagai produsen dan konsumen. Sebagian padi atau beras lokal dijual pada orang lain, sebagian lainnya digunakan untuk konsumsi keluarga. Sejumlah petani tidak mengubah pola konsumsi beras lokal sejak dulu, bahkan ketika introduksi padi unggul mulai berjalan. Mereka (petani) enggan mengalihkan kebiasaan makan selain beras lokal, karena beberapa karakteristik yang khas, yang susah digantikan, seperti aroma nasi yang wangi dan tekstumya
pulen. Sebagian petani juga beranggapan bahwa nasi dari beras lokal dianggap memiliki kelebihan, yaitu menimbulkan rasa kenyang dalam waktu yang relatif lama. Hal ini dipandang sangat menguntungkan bagi petani karena mereka tidak membutuhkan waktu istirahat yang panjang untuk makan siang ketika sedang bekerja di sawah. Konsumen aktif yang lain adalah adalah "konsumen perantara", seperti depot-depot,
restoran, warung lesehan, atau "c^7rerwg" tertentu yang sangat perduli dengan cita rasa masakan bagi pelanggannya. Ada beberapa variasi dalam penggunaan beras lokal, yaitu ada yang menghidangkan secara murni dan dicampur dengan beras lain dari kualitas yang lebih rendah untuk menekan ongkos produksi. Seorang pengelola restoran tradisional di pinggiran kota Malang mengatakan bahwa mereka mempertahankan penggunaan beras lokal atau yang diasosiasikan sebagai beras lokal karena ingin menjaga citra usaha di mata konsumennya
sebagai restoran kelas menengah-atas. Pengelola bahkan terpaksa harus menaikkan harga jua! masakan, atau tetap mempertahankan harga (berarti mengurangi keuntungan) agar konsumen
tidak kecewa. Adapula yang mencampur beras lokal dengan beras unggul, dimana beras lokal digunakan sebagai "bahan pelengkap" agar nasi mempunyai rasa lebih enak dibanding dengan hanya beras unggul saja. Upaya yang dilakukan oleh konsumen aktifdalam mendapatkan beras lokal ada beberapa variasi, yaitu langsung membeii dari petani atau melalui distributor beras lokal.
Hasil analisis menunjukkan bahw^ konsumen aktif beras lokal (daerah perkotaan),
seperti para pengunjung resto-depot, memiliki ciri-ciri yang khas, yaitu mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi atau setidaknya menengah, yang umumnya memiliki fasilitas kendaraan roda empat pada waktu datang ke tempat tersebut. Sedangkan konsumen akhir catering yang berani menggunakan campuran beras lokal umumnya adalah instansi-instansi pemerintah atau swasta besar dari kelompok manajemen tingkat atas. Hasil survei secara terbatas pada sebuah kompleks perumahan didapatkan bahwa konsumen dengan pendapatan keluarga tidak kurang dari Rp 5,000,000,- cenderung berani mengkonsumsi beras lokal dalam jangka yang relatif panjang. Beberapa pejabat pemerintah dan profesional senior (seperti dokter) seringkali menjadi pelanggan tetap beras lokal karena tingkat pendapatan mereka yang
relatif tinggi dan keyakinan tentang pentingnya mengkonsumsi beras lokal untuk ®1^®" kesehatan dan kenikmatan rasanya.
Namun hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
tingginya pendapatan keluarga tidak serta merta mendorong mereka untuk membeii atau mengkonsumsi beras lokal. Jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor terkait lain yang penting dalam keputusan konsumen dalam membeii beras lokal. Diternui banyak kasus bahwa . beberapa responden yang memiliki pendapatan yang relatif tinggi temyata menyatakan keberatan membeii beras dengan harga tertentu karena kuantitas beras yang dibelinya akan
banyak. Jumlah keluarga yang besar tidak hanya didasarkan atas banyaknya anak dalam satu
keluarga, tetapi juga jumlah jiwa lain yang ditanggung dalam keluarga tersebut, seperti orang
tua, saudara, kerabat, bahkan pembantu keluarga.
Rumah sakit ternyata merupakan pelanggan tetap yang mengkonsumsi beras lokaL
Pada umumnya rumahsakit memiliki fasilitas pelayanan kesehatan untuk golongan menengah
HABITAT VolumeXiXNo. I Bulan April 2008
110
ke atas. Beras lokal biasanya digunakan sebagai menu yang disajikan kepada kelompok VIP
ini, karena enak rasanya dan dipandang lebih menyehatkan. Sebuah rumah sakit telah membangun hubungan kerjasama dengan petani, yang memungkinkan petani tertentu langsung menjual beras lokalnya ke manajemen rumah sakit.
Para konsumen pasif beras lokal (frekwensi pembelian relatif kecil) mempunyai latar belakang yang beragam, dari orang yang berpendidikan sampai masyarakat umum. Mereka
mengkonsumsi beras lokal antara lain karena faktor promosi dan faktor coba-coba. Namun
pola konsumsi tersebut tidak berlangsung secara terus-menerus karena antara lain alasan finansial.
u
i
Konsumen potensial beras lokal adalah mereka yang belum pernah mengkonsumsi
tetapi kemungkian besar akan mengkonsumsi bila pengetahuan mereka akan produk beras lokal
ini terbuka atau banyak tersedianya beras lokal di pasaran. Secara visual, ada indikasi yang kuat bahwa kelompok masyarakat yang tinggal di perumahan elit memiliki potensi yang besar untuk menjadi konsumen beras lokal di masa mendatang. Umumnya masalah liarga bukan suatu kendala penting bagi sebagian besar keluarga yang tinggal di perumahan ini. Ditunjang dengan atribut penting bagi kalangan elit ini yaitu kesehatan dan cita rasa. Penelitian atau survei yang dilakukan secara terbatas menunjukkan bahvya responden
yang memiliki pendapatan di atas Rp 2,000,000,- (dengan asumsi jumlah keluarga sebanyak 3 orang) cenderung mau membeli beras dengan harga sampai Rp 7,000,- per kilogram. Harga ini
adalah harga beras lokal yang paling murah dan saat ini bisa ditemui di pasar. Keluarga dengan jumlah pendapatan sebesar ini mempunyai latar belakang yang sangat beragam, mulai dari
pegawai negeri golongan atas, swasta kelas menengah ke atas, profesional muda dan Iain-lain.
Kelompok ini adalah kelompok potensial pembeli beras lokal. Hanya saja pada saat ini pengetahuan masyarakat mengenai beras lokal sangat terbatas. Bahkan konsep beras lokal umumnya tidak dikenal oleh masyarakat. Istilah beras jawa nampaknya lebih dikenal oleh beberapa segmen masyarakat, khususnya mereka yang telah berusia separuh baya ke atas. Fakta menunjukkan sangatlah sulit membedakan antara beras lokal dengan beras unggul lain. Hal ini terjadi karena sekarang sifat-sifat beberapa beras unggul berkualitas tinggi sudah mendekati beras lokal, seperti rasanya yang enak dan tekstur nasinya yang pulen, sementara harganya juga tinggi sebagaimana beras lokal.
Upaya untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang beras lokal tidaklah mudah. Pengetahuan masyarakat sendiri mengenai beras lokal menentukan apakah mereka dengan cepat dapat menggambarkan sifat-sifat beras lokal atau sifat beras yang diinginkan. Bagi petani-konsumen beras lokal, mereka dengan mudah dapat menggambarkan sifat-sifat beras lokal. Tetapi tidak mudah bagi konsumen beras pada umumnya (terutama yang berada di daerah perkotaan) untuk menggambarkan sifat beras lokal, karena umumnya mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai beras lokal. Hal ini dikarenakan mereka jarang atau tidak pemah mengetahui dengan pasti proses penanaman beras lokal. Oleh karena itu
persepsi yang didapat adalah persepsi mengenai sifat beras secara umum dan baru kemudian
dilihat asosiasinya dengan beras lokal. Secara umum, konsumen beras mempunyai penilaian terhadap beberapa sifat beras-nasi. Sifat beras yang disukai bila ditinjau dari rasa, aroma, dan harga, yang dipandang sebagai faktor penentu penting bagi keputusan konsumen dalam membeli beras. Umumnya beras lokal memiliki sifat rasa yang enak, sebagian beraroma
wangi, sehingga dapat diekstrapolasi bahwa persepsi konsumen terhadap beras lokal sangat positif. Faktor harga adalah faktor krusial, karena inilah yang membatasi konsumen dalam memutuskan pemberian beras. Harga sekitar Rp 7,000,- dipandang masih memungkinkan konsumen kelas menengah untuk membeli beras kualitas tinggi.
Edcfy Dwi Cahyono, dkk: Persepsi dan Faktor-Faktor Penentu Perilaku Konsumen.
J 11
Ada beberapa kendala bagi konsumen untuk membeli beras lokal, diantaranya harga beras lokal yang cukup tinggi dibandingkan dengan beras unggul (non-lokal) kemungkinan telah membuat konsumen kurang tertarik untuk membeli beras lokal. Tersedianya beragam pilihan beras non-lokal yang mempunyai rasa enak, punel, dan wangi, akan tetapi dengan harga yang relatif lebih murah. Sesuai dengan karakteristiknya, konsumen menyukai harga yang lebih kompetitif sehingga konsumen cenderung tidak tertarik untuk mendapatkan beras lokal. Selain itu, di pasar juga mulai beredar beras organik (bisa beras lokal atau non-lokal). Saat ini trend konsumen lebih memilih produk organik karena dianggap lebih baik untuk kesehatan dan diklaim tidak menggunakan pupuk kimia. Walaupun secara umum semua produk organik yang beredar di pasar mempunyai harga yang tinggi, namun sebagian konsumen cenderung tetap membeli produk organik tersebut dengan alasan kesehatan. Beragamnya produk beras yang beredar di pasar dengan karakteristik "enak", membuat konsumen menjadi tidak menaruh perhatian khusus terhadap beras lokal. Hasil penelitian juga menunjukkan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi beras lokal. Faktor budaya mempunyai mempengaruh yang sangat kuat terhadap konsumsi beras lokal. Bukan hanya yang bersifat abstrak, seperti nilai, pemikiran, dan kepercayaan, budaya bisa berbentuk obyek material. Makanan dan minuman, musik, teknologi, dan bahasa merupakan beberapa contoh dari budaya suatu masyarakat (Sumarwan, 2002). Di beberapa sentra produksi beras lokal (daerah pinggiran kota Malang), petani masih memiliki kebiasaan untuk menggunakan padi lokal untuk acara adat dan simbul aktivitas tertentu, seperti memasang sejumlah malai padi di depan pintupintu rumah, atau saat membangun rumah banyak ditempatkan pada kuda-kuda rumah. Sehubungan dengan alasan kebiasan tersebut, sejumlah petani "terpaksa" menanam padi lokal. Kelebihan hasil padi lokal yang ditanam inilah yang dikonsumsi sendiri oleh mereka atau dijadikan bahan dasar pembuatan kue-kue tradisional, seperti pukis, bikang, dan Iain-lain.
Perilaku dalam mengkonsumsi beras lokal juga ditemukan pada keluarga-keluarga di daerah perkotaan yang berorientasi pada kesehatan. Hal inijuga didorong oleh anggota keluarga besar (terutama dari nenek) yang menganjurkan penggunaan beras lokal atau beras berkualitas tinggi yang ada di supermarket atau di pasar-pasar tradisional untuk anak balita. Ditemukan juga konsumen yang terbiasa mengkonsumsi beras lokal karena faktor "nostalgia", dimana beberapa keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia paruh baya (lebih dari 50 tahun) secara
sengaja mencari beras lokal untuk mengenang masa lalu, ketika mereka terbiasa mengkonsumsi beras lokal.
Faktor kelompok referensi juga memiliki kontribusi penting dalam keputusan pembelian beras lokal. Kelompok rujukan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau khusus, atau pedoman khusus bagi perilaku. Salah satu kelompok referensi penting adalah kelompok belanja. Kelompok belanja adalah sekumpulan orang (khususnya perempuan) yang mempunyai minat sama terhadap suatu barang tertentu walau awalnya mungkin tidak saling mengenai. Perjumpaan dengan orang-orang yang kebetulan membeli beras di supermarket terkadang membantu seseorang untuk memutuskan juga membeli produk yang sama. Informasi secara lisan, seperti mengenai rasa nasi dari beras tertentu yang dibeli (seperti rasa nasi beras lokal yang enak) sangat membantu pengambilan keputusan calon konsumen. Kelompok referensi yang lain adalah kelompok persahabatan. Pengaruh teman yang sudah dikenal dengan baik juga sering mempengaruhi keputusan orang untuk membeli beras lokal. Hal ini dikarenakan calon pembeli memiliki kesempatan untuk merasakan secara langsung rasa nasi dari beras lokal ketika sedang bersosialisasi ke rumah teman. Kelompok referensi lain adalah keluarga yang merupakan kelompok orang, terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan
HABITAT VolumeXIXNo. I BulanApril 2008 112
HABITAT Volume XIX No.
Bulan April 2008
ISSN: 0853-5167
J
Aon tinaeal bersama (Setiadi N, 2005).
Peranan
kellSa W tesrZm ^ernVngaruhi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan konsumsi bagi seiuruh anggota keluarga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian yang
. . j-i I
ddakuk^
mempunyai segmentasi yang e
sewa rutin (aktiO membeli ^ ^
STRATEGI ADAPTASI DALAM PERUBAHAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS MASYARARAT TALANG MAMAK DI KABUPATEN INDRAGERI HULU PROPINSI RIAU) ADAPTATION STRATEGYAND CHANGE OF ENVIRONMENT
HiqimDulkan bahwa konsumen beras lokal
{CASE STUD Y TALANG MAMAK COMMUNITIES IN INDRA GIRIHUL U REGENCY, RIAU PROVINCE)
goiongan kelas sosial menengah ke atas dan
terdapat konsumen pasif yang frekuensi
dari pihak petani produsenpembeliannya tidak menentu.
• . | terdapat segmen konsumen yang mampu ^ i *^gak tinggi. Prospek pemasaran beras lokal di
membeli beras lokal dengan
masa depan m^ih tidak men . .P . tetapi saat In! harga beras bersifat ambivalen, yaitu dian^ap p f-kjo, penentu yang mempengaruhi perllaku lokal masihda am dirasa terlaludan mengkonsums<j(^5^35 adat dan dan kebiasaan, konsumen membeli be^^^^^ |okal mellputi faktor persahabatan. faktor
Tewr'seralnlfu fa!^o7lZuct knowledge atau 'pengetahuan konsumen terhadap beras Data yang .mul saat Inl m.lh
penelitian lebih lanjut guna <''P«^°'«VfT,„mkCndaprtkan informasi yang lebih akurat.
pada beberapa kelompok masyara a
jerius terhadap keberadaan beras-padi lokal
yang merupakan varietas asli Indonesia.
^
Pemerintah perlu menaruh perhatian yang lebin serius icm
k
DAFTARPUSTAKA
Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. PT.Gramedia Pusteka Utama. Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Refika Aditama.
Achmad Hidir
Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Riau, Kampus BIna Widya Simpang Panam Km 12.5 Pekanbaru Riau, Email:
[email protected] Hp. 08155510780
ABSTRACT
One of the characteristics of Riau communities, recognized by its linking cultural life related with forest ecosystem, refers to Talang Mamak Community. Therefore, conducting research focused on the setting of Talang Mamak community is highly important in order to clearly explain the problems happened in Tang Mamak community. The main issues in this reseach was how adaptation strategies of Talang Mamak community solve the ecological and cultural changes as continuation ofhigh cultural penetration in their life. Talang Mamak community in responding changes tha accurred in the region have conducted several strategies in various ways, namely : intensive farming, hunger rent, self exploitation, diversification of land and ritualism, including the transsition of technology. On the other hand, urgent life condition of Talang Mamak community seemed did not cause resistance on them. This phenomenon did not appear because ofits effective social organization. Keyword: Adaptation strategy. Traditional communities, and environment ofchange ABSTRAK
Bandung.
Pumamaningsih. S. R., Eddy Dwi C., dan Setyono Yudo Tyasmoro 2006. Studi Pemeps.
XenLg Varto dan Eksplorasi Manajemen Benih Pad. Lokal. Umvers.tas Brawijaya.
Salah satu karakteristik masyarakat Riau, yang kehidupan budayanya terkait dengan ekosistem hutan adalah masyarakat Talang Mamak. Dalam hal ini, penelitian tentang setting Talang
Malang
Mamak penting. Dengan demikian permasalalian yang terkait dengan Talang Mamak dapat diungkap dengan jelas. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi adaptasi masyarakat Talang Mamak dalam menyiasati perubahan ekologis dan kultural sebagai lanjutan dari maraknya penetrasi budaya dalam kehidupan mereka?. Masyarakat Talang Mamak dalam merespon perubahan yang terjadi di daerahnya telah melakukan perubahan dengan berbagai cara, yaitu bertani intensif, hunger rent, self eksploitation, diversifikasi lahan ke kebun karet dan ritualism termasuk peraljhan teknologi. Di sisi lain terdesaknya kehidupan masyarakat Talang Mamak tidak menyebabkan perlawanan dari kalangan mereka. Fenomena ini tidak muncul karena salah satu lembaga sosial yang cukup efektif yakni fungsi batin sudah
Setiadi, N. 2005. Perilaku Konsumen. Prenada Media. Jakarta
Shinta. A. dan Eddy Dwi C. 2006. Eksplorasi Pengetahuan Asli (/nrf/genous Knowledge) Petani dalam Sistem Pertanian Padi Berbasis Ben.h Lokal. Umvers.tas Braw.jaya, Malang
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. 96 hiaman Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Penerbit Ghalia Indonesia
anomali.
Kata kunci: strategi adaptasi, komunikasi tradisional, perubahan lingkungan.