PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 / 2010
SKRIPSI
Oleh : ADITYA IRAWAN K4606014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Oleh : ADITYA IRAWAN NIM. K4606014
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 29 Juni 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes NIP. 19630608 199010 2 001
Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd NIP.19720414 200604 1 001
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Jum’at Tanggal
: 9 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)
Ketua
: Drs. H. Sunardi, M.Kes
Sekretaris
: Drs. Waluyo, M.Or
Anggota I
: Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes
Anggota II : Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
(Tanda Tangan)
ABSTRAK Aditya Irawan. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR RENANG GAYA DADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 / 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatkan aktivitas belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010, melalui model pembelajaran langsung. (2) Peningkatkan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010, melalui model pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010 berjumlah 33 orang yang terdiri atas 13 siswa putri dan 20 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan obeservasi dan penilaian hasil belajar serta ketangkasan renang gaya dada. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kualitatif dengan prosentase. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: (1) Model pembelajaran langsung berbantukan media video, sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus I aktivitas siswa yang meiliputi ketangkasan dan kemampuan renang gaya dada pada kategori baik sebesar 9,09% dan 6,06%. Pada siklus II ketangkasan renang gaya dada siswa dalam kategori baik meningkat menjadi 15,15% sedangkan kemampuan renang gaya dada dalam kategori baik sekali sebesar 18,18%. Pada siklus III ketangkasan renang gaya dada siswa pada kategori baik meningkat menjadi 30,30%, sedangkan kemampuan renang gaya dada pada kategori baik sekali meningkat 51,51%. (2) Model pembelajaran langsung berbantukan media video, sangat baik untuk meningkatkan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Hasil belajar renang gaya dada pada siklus I pada kategori baik adalah 6,06% jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase hasil belajar siswa pada kategori Baik Sekali sebesar 18,18%, sedangkan siswa yang tuntas 25 siswa. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada ketegori baik sekali sebesar 60,60% sedangkan siswa yang tuntas 32 Siswa.
MOTTO §
Kesuksesan bukan diukur seberapa besar yang kita dapat, akan tetapi seberapa besar usaha kita untuk mendapatkannya. (Penulis)
§
Our greatest glory is not never falling, but in rising every time we fall. (Confucius)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada : 1. 2. 3. 4. 5.
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu menunggu. Adik – adiku tercinta (Aji & Tama) I wish you all the best. My Beloved Nunun Indrasari, who support me Teman-teman Angkatan 2006 Brotherhoods (Purwo, Mukhson, Sugeng Riyanto, Bung Tomo, Topek, Totok, Emanuel, Heri, Kabul, Joko, Wawan, Tohar, Doni, Bambang, Sugeng, Agus, Aziz, Widodo, Pak Adit, Lek Wanto, Pikacu, Kaceng), kalian-lah semangat-ku dan dunia dimana telah memberiku kekuatan untuk terus berkarya. 6. Almamater
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes. selaku Pembimbing I dan Bapak Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd., Kepala SMA Negeri 5 Surakarta, beserta staf dan jajarannya. 6. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, Juni 2010 AI
DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................
i
PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................................................
ii
PERSETUJUAN ................................................................................................
iii
PENGESAHAN .................................................................................................
iv
ABSTRAK .........................................................................................................
v
MOTTO .............................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii DAFTAR ISI......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAPIRAN ......................................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................
5
D. Rumusan Masalah ............................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .............................................................................
6
F. Manfaat Hasil Penelitian ..................................................................
7
BAB II. LANDASAN TEORI ...........................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ...............................................................................
8
1. Belajar dan Pembelajaran ...........................................................
8
2. Aktivitas Dan Hasil Belajar ....................................................... 15 3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ................. 18 4. Media Pembelajaran ................................................................... 21 5. Renang Gaya Dada ..................................................................... 26 6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) .............................................. 35 B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42 C. Hipotesis Tindakan ............................................................................ 44
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 46 A. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 46 1. Waktu Penelitian ........................................................................ 46 2. Tempat Penelitian....................................................................... 46 B. Subjek Penelitian ............................................................................... 47 C. Sumber Data ...................................................................................... 47 1. Jenis Data ................................................................................... 47 2. Jenis Variabel ............................................................................. 47 3. Definisi Operasional Variabel .................................................... 48 D. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Penelitian ........................... 48 E. Teknik Analisis data .......................................................................... 50 F. Prosedur Penelitian ............................................................................ 50 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 57 A. Deskripsi Tiap Siklus ........................................................................ 57 1. Pra Siklus ...................................................................................... 57 a. Ketangkasan Renang Gaya Dada Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Langsung .................................................................................. 58 b. Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Langsung ........................................................... 59 c. Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Langsung .................................................................................. 60 2. Siklus I .......................................................................................... 60 a. Rencana Tindakan I ................................................................. 61 b. Pelaksanaan Tindakan I ........................................................... 62 c. Observasi dan Interpelasi Tindakan I ...................................... 69 d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ............................................. 73 e. Deskripsi Data Tindakan I ....................................................... 76 3. Siklus II ........................................................................................ 78 a. Rencana Tindakan II.................................................................. 78 b.Pelaksanaan Tindakan II............................................................ 79 c. Observasi dan Interpelasi Tindakan II ....................................... 86
d.Analisis dan Refleksi Tindakan II ............................................. 89 e. Deskripsi Data Tindakan II ....................................................... 91 4. Siklus III ....................................................................................... 93 a. Rencana Tindakan III ................................................................ 93 b.Pelaksanaan Tindakan III .......................................................... 95 c. Observasi dan Interpelasi Tindakan III ..................................... 98 d.Analisis dan Refleksi Tindakan III ............................................ 101 e. Deskripsi Data Tindakan III ...................................................... 102 B. Pembahasan Hasil Penelitiam ........................................................... 104 1. Ketangkasan Renang Gaya Dada ................................................. 104 2. Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada............................... 105 3. Hasil Belajar Renang Gaya Dada ................................................. 107 BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ........................................... 110 A. Simpulan............................................................................................ 110 B. Implikasi ............................................................................................ 111 C. Saran .................................................................................................. 113 Daftar Pustaka .................................................................................................... 114 Lampiran ............................................................................................................ 116
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Penjabaran Sistematika Hasil Belajar Siswa................................... 16
Tabel 2.
Sintaks Model Pembelajaran Langsung .......................................... 19
Tabel 3.
Perbedaan Klasifikasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan Penelitian Formal Akademik ........................................................................... 36
Tabel 4.
Rincian Kegiatan Waktu dan Pelaksanaan Penelitian .................... 46
Tabel 5.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ............................................. 49
Tabel 6.
Prediksi Pencapaian Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa ................ 56
Tabel 7.
Diskripsi Awal Ketangkasan Renang Gaya Dada Sebelum Diberikan Tindakan Melalui Model Pembelajaran Langsung ......................................... 59
Tabel 8.
Diskripsi Data Awal Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Sebelum Diberikan Tidakan Melalui Model Pembelajaran Langsung .......... 59
Tabel 9.
Diskripsi Data Awal Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Diberikan Tidakan Melalui Model Pembelajaran Langsung ........................... 60
Tabel 10. Deskripsi Data Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan I................................................ 76 Tabel 11. Deskripsi Data Kemampuan Melakukan Gerakan Renang Gaya dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan I ................... 77 Tabel 12. Diskripsi Data Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan I................................................ 77 Tabel 13. Deskripsi Data Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan II .............................................. 91 Tabel 14. Deskripsi Data Kemampuan Melakukan Gerakan Renang Gaya dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan II .................. 92 Tabel 15. Diskripsi Data Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan II .............................................. 93 Tabel 16. Deskripsi Data Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan III ............................................. 102 Tabel 17. Deskripsi Data Kemampuan Melakukan Gerakan Renang Gaya dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan III ................ 103
Tabel 18. Diskripsi Data Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan III ............................................. 104 Tabel 19. Hasil Perbandingan Ketangkasan Renang Gaya Dada Sebelum Dan Sesudah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II Dan Siklus III .........................................................................................................105 Tabel 20. Hasil Perbandingan Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Sebelum Dan Sesudah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II Dan Siklus III.......................................................................................... 106 Tabel 21. Hasil Perbandingan Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Dan Sesudah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II Dan Siklus III .........................................................................................................107 Tabel 22. Hasil Perbandingan Ketuntasan (KKM) Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Dan Sesudah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II Dan Siklus III ................................................................... 108 Tabel 23. Pencapaian Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa ............................... 108
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Instruksional dan Efek Nurturant Dari Model Pembelajaran Langsung ......................................................................................................20
Gambar 2.
Kerucut Pengalaman Edgar Dale .................................................
22
Gambar 3.
Posisi Badan Renang Gaya Dada .................................................
31
Gambar 4.
Model Gerakan Kaki Pada Renang Gaya Dada............................
32
Gambar 5.
Model Gerakan Tangan Pada Renang Gaya Dada .......................
33
Gambar 6.
Model Koordinasi Gerakan Keseluruhan Renang Gaya Dada .....
35
Gambar 7.
Empat Langkah PTK Menurut Kurt Lewin ..................................
39
Gambar 8.
Bentuk Siklus PTK Model Kurt Lewin ........................................
40
Gambar 9.
Penelitian Tindakan Kelas Menurut Ebbutt..................................
42
Gambar 10. Alur Kerangka Pemikiran .............................................................
44
Gambar 11. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tindakan Kelas ..........................
52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Petunjuk Pelaksanaan Tes Ketangkasan Renang Gaya Dada ..
116
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...........................
118
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ..........................
130
Lampiran 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ........................
142
Lampiran 5.
Rekapitulasi Penilaian Ketangkasan Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, Data Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III .............................................................
Lampiran 6.
152
Rekapitulasi Penilaian Aspek Psikomotrik Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, Data Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ...............................................
Lampiran 7.
153
Rekapitulasi Penilaian Aspek Afektif Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, Data Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ...............................................
Lampiran 8.
154
Rekapitulasi Penilaian Aspek Kognitif Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, Data Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ...............................................
Lampiran 9.
155
Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, Data Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III .............................................................
156
Lampiran 10. Reapitulasi Data Awal Hasil Belajar Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 .....
157
Lampiran 11. Reapitulasi Siklus I Hasil Belajar Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 ...............
158
Lampiran 12. Reapitulasi Siklus II Hasil Belajar Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 ...............
159
Lampiran 13. Reapitulasi Siklus III Hasil Belajar Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 ............
160
Lampiran 14. Rekapitulasi Penilaian Data Awal Materi Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010
161
Lampiran 15. Rekapitulasi Penilaian Siklus I Materi Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 .....
163
Lampiran 16. Rekapitulasi Penilaian Siklus II Materi Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 .....
165
Lampiran 17. Rekapitulasi Penilaian Siklus III Materi Renang Gaya Dada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 .....
167
Lampiran 18. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .......................................
169
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pokok bahasan renang merupakan bagian dari pokok bahasan aktivitas akuaitik dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ( Penjasorkes ) yang diajarkan di kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta Semester 2, dengan tujuan memberikan berbagai keterampilan renang, kepada siswa SMA Negeri 5 Surakarta. Proses pembelajarannya lebih banyak menekankan pada keterampilan dasar berenang, sehingga siswa menjadi lebih terampil dalam berenang. Dengan ciri pembelajaran tesebut, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran renang, terutama siswa yang sama sekali tidak memiliki dasar keterampilan renang. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pembelajaran yang bersifat klasikal akan menghadapi permasalahan heterogenitas kemampuan siswa. Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta umumnya hanya sebagian kecil yang mempunyai keahlian atau keterampilan dalam olahraga serta kemampuan akademik yang baik. Sehingga siswa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran yang lebih banyak menekankan pada pengetahuan ketrampilan. Begitu juga yang terjadi pada sub pokok bahasan renang gaya dada di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010, berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran sub pokok bahasan renang gaya dada di SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPS 1 tahun ajaran 2009 / 2010 pada semester sebelumnya, bahwa aktivitas yang mencakup aspek afektif / keaktifan dan kemampuan ujuk kerja / psikomotorik, dari 33 siswa menunjukan hasil yang kurang maksimal yakni antara 30% – 35% saja, dan selebihnya siswa hanya pasif dalam mengikuti proses pembelajaran pada sub pokok bahasan renang gaya dada itu sendiri, selain itu pula hasil belajar yang ditunjukan melalui ketuntasan belajar sub pokok bahasan renang gaya dada hanya 40% siswa. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 dalam sub pokok bahasan renang gaya dada masih sangat minim, sehingga masih dapat untuk ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam berbagai mata pelajaran khususnya Penjasorkes telah banyak dicobakan model-model pembelajaran, namun tidak untuk sub pokok bahasan renang gaya dada. Di samping itu hasil-hasil penelitian tersebut jarang diimplementasikan dalam proses pembelajaran, padahal secara umum hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diteliti efektif dalam memperbaiki kualitas pembelajaran siswa khususnya dalam pembelajaran Penjasorkes di Sekolah. Hasil wawancara dengan beberapa orang siswa yang mengikuti pembelajaran renang gaya dada, menunjukan antusias mereka dalam mengikuti pembelajaran renang cukup tinggi, mengingat arti pentingnya pengusaan keterampilan renang bagi mereka. Sebab renang merupakan olahraga yang memiliki arti penting dan manfaat bagi tumbuh kembang anak selain manfaat lain yang didapat seseorang melalui olahraga ini. Akan tetapi kekurangmampuan guru dalam mendesain proses pembelajaran renang dengan baik di kelas tersebut menyebabkan materi renang yang diberikan kurang dapat dipahami siswa dengan baik sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran renang dan hasil belajarnya pun juga kurang maskimal. Disisi lain materi renang menuntut adanya ketrampilan gerak yang dilakukan secara tahap demi tahap dari seluruh rangkaian gerakan yang ditampilkan. Selain itu juga guru dalam pemberian contoh atau mendemontrasikan keterampilan gerak renang gaya dada yang diajarkan masih kurang, sehingga menjadikan kurangnya pemahaman siswa terhadap, gerakan teknik dasar renang gaya dada tersebut. Untuk itu dituntut seorang guru Penjasorkes mampu mengembangkan berbagai macam model pembelajaran dengan berbantuan media yang diterapkan pada pembelajaran praktik. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam hal ini adalah Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction / DI ) berbantuan Media Video. Direct Instruction adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang tersetruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Landasan teoritik model pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial, yang juga disebut belajar melalui observasi, atau disebut teori pemodelan tingkah laku. Melalui pembelajaran langsung siswa dapat mengembangkan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) secara tersetruktur dengan baik. Karakteristik DI, adalah (1) adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar, (2) adanya sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3) sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Menurut Good dan Brophy, 1986 ( dalam Daniel Muijs dan David Reynolds, 2008 : 61 ) metode pengajaran langsung
merupakan metode yang baik untuk
mengajarkan tentang aturan, prosedur, keterampilan dasar, khususnya murid – murid belia. Sehingga model pembelajaran langsung sangat sesuai diterapkan dalam mengajarkan teknik dasar renang gaya dada. Sedangkan Media Video adalah alat bantu dengan memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan. Video merupakan media yang efektif dalam penyampaikan informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang memiliki keterampilan sesuai dengan gerak yang diinformasikan. Dengan penggunaan media Video akan dapat membantu siswa dalam mempelajari gerak secara teliti dan benar sehingga dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran secara baik dan berkualitas. Media video digunakan untuk membantu dalam penjelasan verbal, baik pada demonstrasi pengetahuan dan keterampilan, maupun mengkoreksi pemahaman dan memberikan penguatan, yang tertuang dalam sintaks Pembelajaran Langsung. Tujuan penerapan model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction / DI ) melalui bantuan media video agar, siswa mudah memahami serta dapat mempraktikan segala teknik dasar renang yang diajarkan dengan baik dan benar. Setidaknya para siswa mampu melihat serta mengkoreksi teknik garakan renang gaya dada dengan benar. Karena penggunaan peraga melalui alat peraga asli ( model ) dirasa kurang maksimal, sebab siswa tidak dapat melihat fokus gerakan renang tersebut dengan baik
dikarenakan terganggu dengan bias air yang berada dalam kolam renang sendiri. Oleh karena itu penayangan video yang diunduh melalui situs You Tube ( http://www.youtube.com ) dalam internet dapat digunakan sebagai media peraga dalam mendemonstrasikan gerakan renang dengan baik dan benar, sebab fokus gerakan ditampilkan melalui beberapa sisi yang diambil melalui kamera khusus dalam air. Dalam mengajarkan teknik dasar renang hendaknya guru berfikir bagaimana penyampaian materi tersebut dapat dipahami secara baik oleh peserta didik, sehingga pembelajaran teknik dasar renang dapat berjalan secara efektif dan efisien. Secara tidak langsung kualitas yang dimunculkan dalam pokok bahasan mata pelajaran Penjasorkes akan mempengaruhi kualitas mata pelajaran Penjasorkes itu sendiri dan pendidikan secara keseluruhan. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis dari permasalahan umum yang dihadapi oleh guru pendidikan jasmani dalam penyampaian materi khususnya pada materi renang gaya dada, maka penulis bermaksud mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research/ CAR ) pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Renang Gaya Dada “. Diharapkan dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilakukan dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan yang selama ini dihadapi oleh para guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ( Penjasorkes ) dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada umumnya dan pembelajaran teknik gerakan renang gaya dada pada khususnya, serta mampu memperbaiki proses pembelajaran pendidikan jasmani.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi permasalahan, sebagai berikut: 1. Pokok bahasan renang gaya dada pada mata pelajaran Penjasorkes di SMA Negeri 5 Surakarta pada kelas XI IPS 1 tahun ajaran 2009 / 2010 belum dilaksanakan dengan optimal.
2. Dalam melaksanakan proses pembelajaran renang di SMA Negeri 5 Surakarta guru kurang memahami model-model pembelajaran yang sesuai dengan karateristik materi pembelajaran yang diajarkan. 3. Model pembelajaran langsung (Direct Instruction), belum sepenuhnya digunakan dan diimplementasikan dengan baik. 4. Dalam penyampaian materi materi renang gaya dada, guru belum menemukan media yang tepat dalam membntu proses belajar mengajar. 5. Aktivitas dan Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang muncul dari kajian yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah, maka perlu ada pembatasan masalah, guna menghindari perluasan permasalahan. Maka permasalahan penelitian ini dibatasi pada: 1. Pembelajaran renang pada sub pokok bahasan renang gaya dada, di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. 2. Penggunaan model pembelajaran langsung berbantukan media video dalam proses pembelajaran sub pokok bahasan renang gaya dada di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. 3. Pengamatan aktivitas belajar, hasil belajar, dan ketuntasan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 dengan mengunakan pedoman observasi dan instrument penilaian.
D. Rumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran langsung berbantukan media video dapat meningkatkan aktivitas belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, Tahun Pelajaran 2009 / 2010 ? 2. Apakah model pembelajaran langsung berbantukan media video dapat meningkatkan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, Tahun Pelajaran 2009 / 2010 ? 3. Apakah model pembelajaran langsung berbantukan media video dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, Tahun Pelajaran 2009 / 2010 ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disampaikan maka, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010, melalui model pembelajaran langsung. 2. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010, melalui model pembelajaran langsung. 3. Untuk mengetahui peningkatkan ketuntasan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010, melalui model pembelajaran langsung.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lembaga Pendidikan ( Instansi ) Sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap sekolah, instansi, lembaga pendidikan untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru. a. Memotivasi kreatifitas guru di sekolah dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani menjadi efektif dan berkualitas. b. Memotivasi guru di sekolah untuk membuat dan mengembangkan media belajar yang mempermudah dalam mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa atau peserta didik c. Sebagai bahan masukan kepada guru atau pengajar dalam memilih alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar 3. Bagi Siswa Mempermudah siswa dalam menyerap segala informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar dalam pembelajaran. Sehingga mampu meningkatkan kemampuannya dalam menguasai teknik keterampilan dasar dalam renang khususnya renang gaya dada
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Hakikat dan Pengertian Belajar Dan Pembelajaran Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha supaya mendapat suatu kepandaian” (1984 : 108). Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan dalam rangka mencapai kepandaian atau mencari ilmu. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu serta memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Menurut Arif .S Sadiman (2002 : 1) Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Sedangkan menurut Baharudin (2009 : 11) mengemukakan hakikat pembelajaran sebagai suatu proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap, sedangkan Azhar Arsyad (2004 : 1) menyampaikan bahwa proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Hamzah B. Uno (2007 : ) memuat pengertian Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran. Dryden dan Vos yang dikutip dalam M. Furqon Hidayatullah (2009 : 147) mengemukakan bahwa belajar harusnya memiliki tiga tujuan, yaitu (1) mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi – materi pelajaran spesifik; (2) mengembangkan kemampuan konseptual umum, sehingga mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau
berkaitan dengan bidang-bidang yang lain yang berberda; (3) mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan. Untuk itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu tanda bahwa seseorang melakukan proses belajar apabila terjadi proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
b. Konsep Belajar Konsep belajar menurut pandangan dan perspektif, dari berbagai sumber diantaranya : 1) Konsep Belajar Menurut Perspektif Islam Islam sebagai agama rahmahtan li al-amin, mewajibkan kepada umatnya untuk belajar. Bahkan Allah mengawali turunnya wahyu Al-Quran kepada Rasullulah Muhammad SAW, dengan perintah untuk membaca (Iqra’) dalam surat Al – Alaq (1). Iqra’ mengandung maksud bahwa setiap umat manusia diperintahkan untuk membaca, dan membaca sendiri adalah implementasi dari belajar. Pentingnya belajar dalam Islam, sehingga dalam Al – Quran Allah berjanji akan meningkatkan derajad orang – orang yang belajar dari pada yang tidak. 2) Konsep Belajar Behaviourisme C. Asri Budiningsih (2005 : 20) mengemukanan bahhwa teori belajar behaviouristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkahlaku sesuai dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi anata stimulus dan respon. Teori Behaviourisme menurut Thorndike (dalam Baharudin 2009 : 65) perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara reflex. Stimulus yang terjadi setelah sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Thorndike mengembangkan hukum Law Effect, yang menyatakan bahwa jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, maka kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat. Sebaliknya jika sebuah tindakan
dilakukan oleh perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan itu mungkin menurun atau tidak dilakukan sama sekali. Sedangkan teori behaviouristik menurut Watson, dikemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Secara ringkas, teori behaviouristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkahlaku. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukan perubahan tingkah laku (C. Asri Budiningsih, 2005 : 30). 3) Konsep Belajar Kognitif Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Para penganut teori kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nanpak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek – aspek kejiwaan lainnya. Menurut Piagent (dalam C. Asri Budiningsih, 2005 : 35) perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf. Dengan demikian semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya. Sedangakn menurut Bruner (dalam C. Asri Budiningsih, 2005 : 41) mengemukakan perkembangan kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk stuktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
4) Konsep Belajar Konstruktivistik Menurut pendekatan konstuktivistik pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatau kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah bentukan secara terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman – pemahaman baru. Paradigma konstruktivistik memandang bahwa siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebutakan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Teori konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterprestasikan informasi kedalam pikirannya, hanya dalam konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang, dan minatnya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah pada tujuan tersebut. 5) Konsep Belajar Humanistik Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai akulturasi diri secara optimal. Teori humanistik lebih bersifat elektrik, maksudnya tori ini dapat memanfaatkan teori apa saja agar tujuannya tercapai.
c. Prinsip Belajar Dan Pembelajaran Prinsip belajar merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar kegiatan belajar tersebut dapat berjalan dengan baik. Prinsip – prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individu. 1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Perhatian akan muncul bila mana bahan pelajaran yang disampaikan oleh pengajar sesuai dengan kebutuhan pebelajar siswa. Apabila bahan pelajaran itu dirasa sangat dibutuhkan oleh pebelajar atau siswa maka akan menumbuhkan motivasi. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang (Dimyanti, 1999 : 42) Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengnan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. 2) Keaktifan Sebagai “Primus Motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Menurut Dimyati (1999 : 51) Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku – perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainya. Implikasi keaktifan siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. 3) Keterlibatan Langsung Keterlibatan langsung siswa dalam belajar tidak semata – mata diartikan sebagai sebuah keterlibatan fisik, namun juga keterlibatan secara mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kignotif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan. Menurut Dimyati (1999 : 52) Implikasi prinsip keterlibatan langsung dituntut para siswa agar tidak segan – segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Serta adanya prinsip “Learning by Doing”, yakni siswa dirangsang untuk dapat belajar sekaligus dapat menjalani atau mempraktekan apa yang mereka pelajari. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. 4) Pengulangan Menurut Davies, yang dikutip dalan buku Belajar dan Pembelajaran (Dimyati, 1999 : 52) Pengusaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluhuhan lebih
berarti. Dari pernyataan tersebut pengulangan diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Dimyati (1999 : 52) Implikasi dari pengulangan tersebut bagi siswa adalah kesadaran untuk bersedia mengerjakan latihan – latihan yang berulang, untuk satu macam permasalahan. 5) Tantangan Adanya tantangan terhadap sesuatu hal yang membuat siswa tertantang untuk menjalani segala sesuatu tersebut akan berdapak positif tehadap keberhasilan belajar siswa. Sehingga tantangan tersebut akan memotivasi sieorang siswa untuk menyelesaikan dan melampaui hambatan yang dihadapinya. 6) Balikan atau Feedback Balikan atau feedback diberikan sebagai salah satu penguatan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa atas unjuk kerja yang dilakukan oleh siswa. Balikan selain digunakan sebagai koreksi ataupun evaluasi terhadap unjuk keja dan tingkah laku yang dilakukan juga sebagai motivasi terhadap kualitas belajar siswa. 7) Perbedaan Individual Perbedaan individual disini memuat arti bahwa, setiap siswa atau pebelajar memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda – beda, sehingga dalam menentukan system pengajaran ataupun dalam siswa belajar hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa tersbeut.
d. Konsep Pembelajaran Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi, meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, akan tetapi tidak semua proses belajar menghasilkan proses pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks intraksi sosialkultural dalam lingkungan masyarakat. Misalnya pada saat kegiatan ko-kulikuler (kegiatan diluar kelas dalam rangka tugas suatu mata pelajaran), ekstra-kulikuler (kegiatan diluar mata pelajaran, di luar kelas) dan ektramual (kegiatan dalam rangka proyek belajar atau kegiatan di luar
kurikulum dan diselenggarakan di luar kampus sekolah, seperti kegiatan berkemah atau darma wisata). Dengan demikian proses Menurut Hamzah B. Uno (2007) Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi, meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Menurut M. Furqon Hidayatullah (2009 : 158) Pembelajaran yang berkualitas, setidaknya memiliki beberapa indicator, diantaranya : (1) Menantang, pembelajaran yang menantang adalah pembelajaran yang memberikan tantangan kepada peserta didik untuk melakukan dan menyelesaikan, akan membuat anak : muncul rasa ingin tahu, ingin mencoba, ingin melakukan, ingin menyelesaikan tugas dari guru, ataupun ingin memecahkan masalah; (2) Menyenangkan, pembelajaran sebaiknya diselenggarakan dalam suasana menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan mungkin akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyebabkan peserta didik tertarik terhadap pembelajaran tersebut.; (3) Mendorong Eksplorasi, pembelajaran yang disajikan dengan menyenangkan dan menantang akan menyebakan peserta didik terdorong untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sendiri pembelajaran yang telah disajikan guru sebagai tindak lanjutnya.; (4) Memberikan Pengalaman Sukses, pembelajaran yangberkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses kepada peserta didiknya. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi peserta didik sebagai hasil dari akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu masalah.; (5) Mengembangkan Kecakapan Berfikir, pembelajaran berkualitas akan berdampak pada pengembangan kecakapan berfikir. Kemampuan berfikir dapat dilihat pada kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran yang disajikan kepada peserta didik harus dikemas sedemikian rupa sehingga mampu merangsang peserta didik untuk berfikir secara kreatif.
e. Ciri Belajar dan Pembelajaran Menurut Baharuddin (2009 : 15) menyebutkan definisi ciri – ciri pembelajaran, yakni : 1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (behavior change). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak terampil menjadi terampil;
2) Perubahan prilaku relative permanen. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah – ubah. Akan tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak terpancang seumur hidup; 3) Perubahan tingkah laku tidak dapat langsung diamati saat proses belajar mengajar berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut bersifat potensial; 4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; 5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan. Suatu yang memberikan penguatan itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
2. Aktivitas Dan Hasil Belajar
a. Aktivitas Belajar Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya, hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan. Paul B. Diediric yang dikutip dalam A. Tabrani Rusyan (1989 : 138) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan atau aktivitas siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
visual activities meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. Oral activities, meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. Listening activities, meliputi uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. Writing activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. Drawing activities, meliputi menggambar, membuat grafik, peta, diagram. Motor activities, meliputi melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak. Mental activities, meliputi menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. Emotional activities, meliputi menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, tenang, dan gugup.
b. Hasil Belajar Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevalusai taraf keberhasilan rencana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk dapat melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya maka diperlukan sebuah informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadahi tentang indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa. Identifikasi wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat fungsional-struktural, material-substansial, dan behavioral. Untuk mempermudah dalam sistematika penjabaran hasil belajar siswa dapat menggunakan penggolongan perilaku menurut Bloom yang terdiri atas kawasan atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Abin Syamsyuddin yang dikutip dalam A. Tabrani Rusyan (1989 : 22) beberapa indikator dan kemungkinan cara pengungkapan dari hasil belajar dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Penjabaran Sitematika Hasil Belajar Siswa Jenis Hasil Belajar
Indikator
Cara Pengungkapan
a. Kognitif -
Pengamatan/ perceptual
Dapat menunjukan, membandingkan , menghubungkan.
Tugas, tes, observasi.
-
Hafalan / ingatan
Dapat menyebutkan dan menunjukan lagi
Pertanyaan, tugas tes
-
Pengertian/ pemahaman
Dapat menjelaskan dan mengidentifikasikan dengan kalimat sendiri
Pertanyaan
-
Aplikasi/ penggunaan
Dapat memberikan contoh, menggunakan dengan tepat,
Soal, tes tuga
memecahkan masalah -
Analisis
Dapat menguraikan, dan mengklasifikasikan
Tugas, persoalan, tes
-
Sitesis
Dapat menghubungkan, dan menyimpulkan, mengeneralisasikan
Tugas, persoalan, tes
-
Evaluasi
Dapat menginterprestasikan, memberikan kritik, memberikan pertimbangan penilaian
Tugas, persoalan, tes
b. Afektif -
Penerimaan
Bersikap menerima, menyetujui, atau sebaliknya
Pertanyaan, tes skala sikap
-
Sambutan
Bersedia terlibat, berpartisipasi, memanfaatkan, atau sebaliknya
Tugas, observasi dan tes
-
Penghargaan/ Apresiasi
Memandang penting, bernilai, berfaedah indah, harmonis, kagum, atau sebaliknya.
Skala penilaian, tugas, dan observasi.
-
Internalisasi/ Pendalaman
Mengakui, mempercayaai, meyakinkan, atau sebaliknya
Skala sikap, tugas ekspresif, pro efektif
-
Karakterisasi/ Penghayatan
Melembagakan, membinasakan, menjelmakan dalam pribadi dan perlakuanya sehari – hari
observasi
c. Psikomotorik
-
Keterampilan bergerak/ bertindak
Koordinasi mata, tangan, dan kaki
Tugas, observasi, tindakan
-
Keterampilan ekspresi verbal dan non verbal
Gerak, mimic, ucapan
Tugas, observasi, tindakan
3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran adalah cara atau metode yang digunakan oleh guru dalam rangka memnyampaikan atau memberikan materi pelajaran kepada siswa atau peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika menyusun perangkat pembelajaran silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), para pengajar pendidikan jasmani harus mencantumkan cara belajar apa yang akan diterapkan. Guru dalam mengajar seharusnya mampu memilih model pembelajaran tepat sesuai dengan keadaan serta kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung, pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran praktek yang menuntut penguasaan teknik dasar, salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan oleh guru adalah model pembelajaran langsung atau disebut sebagai Direct Instruction. Menurut Daniel Muijs dan David Reinolds (2008 : 41) pengajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan active teaching (pengajaran aktif) atau whole-class teaching (pengajaran seluruh kelas), mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid – muridnya dengan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas.
a. Istilah dan Pengertian Pembelajaran Langsung Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, dan explicit instructions.
Adapun gambaran umum atau ciri-ciri dari model pembelajaran Pengajaran Langsung adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. (2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan (3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
b. Sintaks Atau Pola Keseluruhan Dan Alur Kegiatan Pembelajaran Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung FASE – FASE Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
PERILAKU GURU Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau
keterampilan
menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehgidupan sehari-hari.
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Instruksional Mastery of academic content
Student
Self Pacing
Motivation
Abiliti
Direct Insruction
Self - esteem
Nurturant
Gambar 1. Instruksional dan Efek Nurturant Dari Model Instruksi Langsung
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan, dalam rangka membantu dalam penyampaian materi ajar dari pengajar atau guru kepada murid atau peserta didik. Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 153) Media Pengajaran atau Pembelajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan oleh guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan – bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan mencapai tujuan pengajaran tersebut. Oemar Hambalik (1980 : 23) mengemukakan maksud media pendidikan adalah alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkang menurut Arif S. Sadiman (2002 : 6) Media berarti perantara atau negantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dalam bahasa Latin, media dimaknai sebagai antara. Media merupakan
bentuk jamak dari medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran Media ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Azhar Arsyad (2004 : 10-11) menjelaskan tingkat keabstrakan jumlah indra yang turut serta dalam penerimaan isi pengajaran, dalam piramida atau kerucut pengalaman Edgar Dale. Abstrak
Kongkret
Gambar 2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale Sumber : Azhar Arsyad (2004 : 11)
Seorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam media pendidikan. Akan tetapi masing – masing media memiliki intensitas yang berbeda – beda dalam membantu persepsi seseorang. Melalui pengertian media, oleh Azhar Arsyad (2004 : 6-7) mengemukakan ciri – ciri umum yang terkandung dalam batasan pengertian media, diantaranya : 1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu seuatu benda yang dapat dilihat, didengar dan diraba dengan panca indra. 2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. 3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio 4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik didalam maupun diluar kelas. 5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 6) Media pendidikan dapat digunakan secara missal, (missal : radio, televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (missal : film, slide, video, OHP) atau perorangan (Misal : modul, computer, radio, video recoreder) 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
b. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 154), Media Pengajaran atau pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menghantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap – sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu dapat menangkap, memahami, dan memiliki pesan – pesan dan makna yang disampaikan itu. Sedangkan Hamlik (1986) yang dicuplikan dalam buku Media Pembelajaran, Azhar Arsyad (2004 : 14) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajarm dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis terhadap siswa. Mulyani Sumantri (2001 : 154), Menyebutkan secara umum media berfungsi sebagai : 1) Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2) Bagian ini keseluruhan tegral dari keseluruhan situasi mengajar 3) Meletakkan dasar – dasar yang kongkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme. 4) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik. 5) Mempertinggi mutu belajar mengajar. Di sisi lain ditinjau dari fungsinya maka media pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua jenis yakni: 1) Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran Setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak dan rumit/kompleks. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. 2) Media pembelajaran sebagai sumber belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa
c. Tujuan Media Pembelajaran Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 153), bahwa penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme, yakni
mengetahui kata – kata yang disampaikan oleh guru tetapi tidak memahami arti atau maknannya. Namun secara khusus media pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut : 1) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar. 2) Penyusunan media yang terencana dan terstruktur dengan baik membantu pengajar untuk menyampaikan materi dengan kualitas dan kuatitas yang sama dari satu kelas ke kelas yang lain. 3) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. 4) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif 5) Materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun cara penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif di dalam kelas. 6) Media dapat mempersingkat penyajian materi pembelajaran yang kompleks, misalnya dengan bantuan video. Dengan demikian, informasi dapat disampaikan secara menyeluruh dan sistematis kepada siswa. 7) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan 8) Penyajian pembelajaran dengan menggunakan media yang mengintegrasikan visualisasi dengan teks atau suara akan mampu mengkomunikasikan materi pembelajaran secara terorganisasi. Dengan menggunakan media yang lebih bervariasi, maka siswa akan mampu belajar dengan lebih optimal. 9) Dengan media yang makin lama makin canggih maka kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi bisa di mana saja. Misalnya, dengan teleconference pengajar dari luar kota bisa memberikan materinya, atau dengan CD peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran melalui media secara mandiri sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini seperti halnya Anda yang jarak jauh bisa menggunakannya.
d. Jenis Media Pembelajaran Di era modern ini telah banyak bermuculan banyak media, yang dapat digunakan untuk membantu seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran, diantara media tersebut adalah sebagai berikut : 1) Media Visual Yakni media yang dapat diterima oleh indra penglihatan. Adapun yang termasuk dalam media visual diantaranya; b) Media gambar diam, yanki media yang dituangkan dalam bentuk gambar, grafis, kata – kata atau symbol maupun gambaran. Jenis media gambar diam, antara lain : Grafik, Chart, Peta, Diagram, Poster, Karikatur, Objek, Komik, dll.
c) Media papan, adalah media pembelajaran dengan papan atau board sebagai bahan baku utamanya, dan sebagai bahan penunjang berupa kapur tulis, spidol dsb. Jenis media papan diantaranya : Papan Tulis, Papan Flanel, Papan Tempel, Papan Pameran, dll. d) Media dengan proyeksi, yakni media yang ditampilkan melalui proyeksi atau alat bernama proyektor yang ditampilkan melalui layar. Yang termasuk dalam media proyeksi diantarannya : Slide, Film strips. Overhead transparency, micro film, dll. 2) Media Audio Media audio merupakan media yang dapat diterima oleh indra pendengaran. Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 160) Media audio memiliki karakteristik memanipulasi pesan hanya dilakukan melalui bunyi atau suara – suara. Adapun yang termasuk media audio diantaranya, adalah : kaset, tape recorder, dll. 3) Media Audio – Visual Yakni media yang dapat diterima baik melalui indra pendengaran, maupun dindra penglihatan. Jenis media ini diantaranya : Televisi, Video, dll 4) Media Asli Atau Orang Yakni media yang merupakan benda sebenarnya / sesungguhnya yang diperagaakan memalui sebuah model atau alat peraga. Macam dari media ini adalah : a) Speciment, merupakan bagian atau pecahan dari benda yang sebenarnya. b) Mock-Up, adalah model tiruan suatu benda yang menonjolkan bagian – bagian tertentu dari suatu benda asli dan menghilangkan bagian lain dengan maksud menghilangkan perhatian peserta didik terhadap bagian – bagian lain yang tidak dipentingkan, serta memusatkan perhatian pada bagian yang dimaksud. c) Diorama, adalah model pemandangan yang dibuat seperti keadaan aslinya. d) Museum, dll
5. Renang Gaya Dada
Gaya renang yang dikenal sesuai dengan The Federation International de Natation Amatheur / FINA dan Persastuan Renang Seluruh Indonesia / PRSI, terdiri dari empat gaya yakni; gaya bebas (freestroke style), gaya dada (breaststroke style), gaya kupu / dolpin (butterflystroke style), dan gaya punggung (backstroke style). Kelangsungan renang terdiri atas posisi badan, gerakan kaki, gerakan lengan, pengambilan nafas dan koordinasi gerakan. Dalam melatih ataupun mengajarkan renang bagi pemula disarankan untuk melatih gaya renang yang lebih sederhana serta mudah dipelajari, sehingga diharapkan dapat menunjang hasil belajar atau latihan pada gaya renang yang lain. Salah satu gerakan renang yang paling sederhana dan mudah untuk dipelajari adalah renang gaya dada.
a. Sejarah Renang Olahraga renang telah dikenal manusia jauh sebelum peradaban modern mucul, pada jaman pra-sejarah, manusia telah menegenal renang, terbuti pada gambar – gambar atau lukisan pada dinding goa yang mencerminkan gerakan berenang. Olahraga renang pertama kali dipertandingkan dalam Olimpiade modern 1896 di Athena, Yunani. Pada Olimpiade ini, hanya empat nomor yang dipertandingkan dari rencana semula enam nomor. Masing-masing adalah nomor 100 meter, 500 meter, 1.200 meter, nomor bebas, dan 100 meter bagi para pelaut. Olimpiade kedua diselenggarakan di Paris, Prancis pada 1900 dan mempertandingkan nomor 200 m, 1.000 m, 4.000 m, nomor bebas, 200 m gaya dada, dan 200 m nomor beregu. Persatuan Renang Internasional (Federation Internationale De Natation De Amateur / FINA) dibentuk tahun 1908 semula menetapkan, gaya kupu-kupu adalah variasi gaya dada. Gaya ini baru menjadi gaya terpisah di tahun 1952. Wanita baru diperkenankan ikut pertandingan renang pada Olimpiade 1912 di Stockholm, Belanda. Itupun baru nomor bebas. Seiring dengan perkembangan olah raga renang renang semakin popular. Penggemar renang semakin bertambah. Bahkan, seringkali anak-anak diajarkan renang pada usia sangat dini
b. Jenis Renang Menurut Penggunaannya Menurut penggunaannya renang dapat digolongkan dalam tiga jenis renang, diantaranya
1) Renang Prestasi Yakni olahraga renang yang diperuntukan untuk mencapai sebuah prestasi dalam suatu kejuaraan renang. Dalam renang prestasi aturan (rule) yang mengacu pada induk olahraga setempat dipergunakan. Unsur yang ditonjolkan pada renang prestasi adalah unsur kecepatan (Speed), daya tahan (endurance). Gaya serta tehnik gerakan yang benar sangat diperhatikan. Dalam perlombaan renang dibagi dalam beberapa nomor pada masing – masing gaya. 2) Renang Pendidikan. Yakni olahraga renang yang diperuntukan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran di lingkungan lembaga kependidikan atau sekolah. Penerapan aturan dalam renang pendidikan ini menyesuaikan dengan aturan pendidikan yang berlaku. Pada renang pendidikan ini unsur yang diutamakan adalah penguasaan teknik dan kemampuan gerak dasar serta keterampilan dan aktivitas dalam berenang. Gaya serta teknik yang benar sangat diperhatikan utuk menentukan assasment terhadap ujuk kerja serta hasil pembelajaran siswa atau peserta didik 3) Renang Rekreasi Yakni olahraga renang yang diperuntukan sebagai rekreasi atau pengisi waktu luang, dan dilakukan pada waktu senggang, dengan tujuan mencari hiburan dan kesenangan. Renang rekreasi tidak terikat pada aturan serta gaya yang ditampilkanpun tidak beraturan, artinya tidak ada aturan khusus dalam melakukannya. Seseorang bebas melakukan kegiatan di air atau berenang.
c. Pentingnya Renang Bagi Siswa SMA Berenang adalah salah satu jenis olahraga yang mampu meningkatkan kesehatan seseorang yang jg merupakan olahraga tanpa gaya gravitasi bumi (non weight barring). Berenang terbilang minim risiko cedera fisik karena saat berenang seluruh berat badan ditahan oleh air atau mengapung. Selain itu berenang merupakan olahraga yang paling dianjurkan bagi mereka yang kelebihan berat badan (obesitas), ibu hamil dan penderita gangguan persendian tulang atau arthritis. Manfaat yang dapat diperoleh dari berenang khususnya bagi pelajar adalah, yang dikutip dari http://ginageh.wordpress.com/2009/08/18/manfaat-olahraga-berenang/ [11 Juli 2010]:
1) Membentuk otot, Saat berenang, kita menggerakkan hampir keseluruhan otot-otot pada tubuh, mulai dari kepala, leher, anggota gerak atas, dada, perut, punggung, pinggang, anggota gerak bawah, dan telapak kaki. Saat bergerak di dalam air, tubuh mengeluarkan energi lebih besar karena harus ‘melawan’ massa air yang mampu menguatkan dan melenturkan otot-otot tubuh. 2) Meningkatkan kemampuan fungsi jantung dan paru-paru, Gerakan mendorong dan menendang air dengan anggota tubuh terutama tangan dan kaki, dapat memacu aliran darah ke jantung, pembuluh darah, dan paru-paru. Artinya, berenang dapat dikategorikan sebagai latihan aerobik dalam air. 3) Menambah tinggi badan, Berenang secara baik dan benar akan membuat tubuh tumbuh lebih tinggi, tentunya masa SMA masih dalam tahap pertumbuhan, sehingga renang mampu merangsang pertumbuhan tulang dan otot. 4) Melatih pernafasan, bagi orang yg terkena penyakit asma berenang bermanfaat sebagai proses terapi karena sistem cardiovaskular dan pernafasan dapat menjadi kuat. Penapasan kita menjadi lebih sehat, lancar, dan bisa pernafasan menjadi lebih panjang. 5) Membakar kalori lebih banyak, Saat berenang, tubuh akan terasa lebih berat bergerak di dalam air. Otomatis energi yang dibutuhkan pun menjadi lebih tinggi, sehingga dapat secara efektif membakar sekitar 24% kalori tubuh. 6) Self safety, Dengan berenang kita tidak perlu khawatir apabila suatu saat mengalami hal-hal yang tidak diinginkan khususnya yang berhubungan dengan air. 7) Menghilangkan stress, Secara psikologis, berenang juga dapat membuat hati dan pikiran lebih relaks. Gerakan berenang yang dilakukan dengan santai dan perlahan, mampu meningkatkan hormon endorfin dalam otak. Sehingga membuat nyaman dan tenang
d. Program Pembelajaran Renang Gaya Dada di SMA Pembelajaran renang gaya dada merupakan rangkaian pembelajaran renang secara keseluruhan. Pelaksanaan pembelajaran renang gaya dada di Sekolah Menegah Atas (SMA) adalah dimulai dari pengenalan siswa terhadap lingkungan air. Siswa tidak begitu saja diajarkan teknik gerakan renang, namun pentingnya beradaptasi di lingungan air akan membantu terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Pada tahap selanjutnya siswa diperkenalkan dengan model gerakan renang gaya dada. Dalam hal ini siswa diminta menganalisis gerakan renang gaya dada secara seksama, baik gerakan kaki, gerakan tangan, pengambilan nafas, maupun gerakan koordinasi secara keseluruhan. Selanjutnya pada tahap praktek siswa diajarkan gerakan pada kaki dengan berpasangan, dengan salah satu pasanganya memegangi posisi horisontal dan melakukan gerakan kaki gaya katak dengan benar dengan posisi diam atau ditempat. Selanjutnya adalah berenang hanya menggunakan kaki tangan diam dengan bantuan pelampung atau media lain.
Pada tahap pengenalan gerakan tangan, pembelajaran dilakukan seperti pembelajaran pengenalan gerakan kaki. Program dilanjutkan dengan melakukan gerakan koordinasi antara tangan dan kaki, namun dalam hal ini guru menginstuksikan gerakan menggunakan drill kaki berjenjang, yakni mula – mula siswa diminta untuk melakukan gerakan renang gaya dada dengan tiga atau empat dayungan kaki selanjutnya diikuti oleh satu kali dayungan tangan. Setelah dianggap terampil pada fase selanjutnya jumlah dayungan kaki dikurangi satu hingga pada akhirnya siswa melakukan gerakan renang gaya dada dengan satu kali dayungan tangan dan satu kali dayungan kaki.
e. Teknik Dasar Renang Gaya Dada Merupakan gaya yang paling mudah dan paling cepat untuk dipelajari. Tapi dalam segi kecepatan, gaya ini merupakan gaya yang paling lambat. 1) Posisi Badan Posisi badan saat berenang gaya dada adalah menghadap kebawah atau terungkup, dan menempatkan badan sehorisontal mungkin dengan permukaan air (Streamline) Pada renang gaya dada posisi badan harus diperhatikan, tidak hanya pada satu posisi badan melainkan urutan beberapa posisi badan dalam berenang. Badan serta seluruh anggota badan dalam keadaan rileks. Maksudnya agar tidak mengeluarkan tenaga yang tidak ada gunanya. Selain itu untuk mempermudah memposisikan badan terapung pada permukaan air. Menurut Muhajir (2004 : 182) cara melakukan gerakan posisi tubuh renang gaya dada adalah sebagai berikut: (a) Badan beserta seluruh anggota baan rileks, maksudnya agar tidak mengeluarkan tenaga yang tidak ada gunanya. Juga mempermudah membuat sikap badan terapung diatas permukaan air; (b) Badan harus sehorisontal mungkin agar tahan terhadap air sekecil mungkin; (c) sewaktu meluncur kedepan dengan badan relative datar, kepala kira kira 80% di dalam air, dengan muka agak terangkat sedikit kedepan.
Gambar 33. Posisi Badan Renang Gaya Dada (Muhajir, 2004 : 186)
2) Gerakan Kaki Koordinasi gerakan kaki pada renang gaya dada tergolong koordinasi gerak yang rumit, sebab gerakan kaki dimulai dengan menekuk lutut kebawah, dengan mendekatkan ujung tumit ke pantat. Telapak kaki selama lama tarikan tetap menghadap ke atas. Selanjutnya membuka telapak kaki diikuti dengan abduksi tungkai bawah. Setelah tungkai bawah terbuka, seluruh tungaki hingga ujung kaki rapat dan membentuk posisi streamline kembali. Menurut Muhajir (2004 2004 : 182 182), gerakan an kaki pada renang gaya dada terdiri dari dua teori, yakni; (a)) Teori gerakan baji, teori ini dikembangkan oleh Davis Dalton tahun 1907, yang menyatakan bahwa gerakan maju atau luncuran kedepan yang diperoleh dari gerakan kaki ialah karena meluruskan, me menyentuhkan nyentuhkan kaki dengan kuat. Akibat dari gerakan itu air tertekan antara kaki – kaki dan badan terdorong maju. Namun teori ini bertentangan dengan hukum aksi – rekasi Newton III, yang menyatakan gerakan maju kedepan akibat adanya desakan kebelakang. ((b) Teori ori gerakan cambuk, teori gerakan cambuk pertama kali dilakukan oleh Chet Jastremski pada tahun 1961, teori ini menyatakan bahwa gerakan
maju atau luncuran kedepan yang diperoleh dari gerakan kaki ialah dari gerakan mendesak air kebelakang dengan telapak kkaki. aki. Teori ini berdasarkan hukum aksi rekasi Newton III. Sehingga sampai sekarang teori ini masih dipergunakan.
Sedangkan David Haller (2008 : 16) mengemukakan gerakan kaki pada gaya dada, yakni : Gerakan erakan kaki pada gaya dada dimulai dengan menarik tumit kearah pantat, lalu diikuti dengan mengangkat kaki sedekat mungkin menuju pantat dengan lutut masih berdampingan dan tumit tidak terlalu merapat satu dengan yang lain. Apabila tumit telah ditarik sejauh mungkin, dilanjutkan dengan membuka seluruh tungkai ddengan engan mendorong telapak kaki kebelakang dengan cara disepak dan diputar pada saat yang bersamaan. Posisi terakhir dengan meluruskan kembali ujung kaki.
Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Muhajirin dan Dave Haller pada intinya gerakan kaki pada renang gaya aya dada memiliki kesamaan seperti gerakan kaki katak saat berenang oleh karena renang ini juga disebut sebagai renang gaya katak. Gerakan kaki dimulai dari; (1) posisi kaki yang lurus dan horizontal atau strimline dengan tubuh; (3) lalu lutut sedikit ditekuk kuk dan; (3) tumit dibawa menuju kepantat, lutut benar – benar menekuk tajam; (4a-b) (4a ujung kaki disepakkan ke belakang, mendorong badan, derakan kaki saat menyepak menyerupai gerakan baling – baling atau propeiler kapal;(5a-b)posisi b)posisi kaki kembali lurus sepe seperti pada posisi awal.
1
2
4a
4b
5a 3 5b
Gambar 4. Model Gerakan Kaki Pada Renang Gaya Dada (Muhajir, 2004 : 183) 3) Gerakan Lengan Muhajir (2004 : 185) mengemukakan prinsip gerakan lengan gaya dada dibagi menjadi dua, yakni; (a)) cara menarik, yakni dengan cara, ((1) menarik k kedua telapak tangan keluar (kesamping kira – kira 30 cm satu sama lainya); ((2)) bengkokkan kedua siku sedikit dengan lengan bagian atas diputar sekedarnya, kemudian tarik kedua telapak tangan kebelakang dengan kuat sampai segaris dengan bahu. Posisi siku – siku yang tinggi tampak dengan nyata pada saat ini; (3)) putarlah kedua telapak tangan kearah dalam, sampai kedua telapak tangan bertemu dibawah dada. Kedua siku mengikuti rapat dibawah dada.; ((b)) Gerakan istirahat, setelah kedua telapak tangan dan kedua siku rapat di bawah dada, selanjutnya kedua tangan tersebut didorong kedepan lurus. Kedua tangan diusahakan rileks dan dalam posisis horizontal. Gerakan tersebut adalah gerakan istirahat untuk lengan / recovery. ((c) Teknik gerakan lengan.
Gambar 5. Model gerakan tangan pada renang gaya dada (Muhajir, 2004 : 187)
4) Pengambilan Nafas Dalam berenang bernafas sangat diperlukan untuk kelangsungan gerakan. Namun pengaturan nafas saat berenang sangat dibutuhkan untuk menjaga kontinyuitas atau kelangsungan gerakan renang agar tetap stabil, dalam gaya dada pengambilan nafas dilakukan saat tangan mulai mendayung ke bawah dada, atau saat setelah kaki selesai mendayung. Menurut Muhajir (2004 : 186) Menghirup udara dilakukan pada akhir pull dari gerakan renang, yaitu pada saat tangan siap mendorong kedepan, kepala diangkat sampai batas mulut keluar dari permukaan air dan segera mengambil udara melaui mulut dan hidung. Pada saat mengambil udara, badan harus tetap diusahakan horizontal dan bahu jangan sampai keluar dari permukaan air. 5) Koordinasi Gerakan Keseluruhan Untuk dapat melatih koordinasi gerakan keseluruhan pada gaya dada dapat menggunakan tehnik drill kaki berjenjang; yakni diawali dengan tiga atau empat dayungan kaki, lalu diikuti oleh satu kali dayungan tangan, setelah beberapa kali pengulangan dianggap mahir maka jumlah dayungan kaki dikurangi, hingga terakhir menggunakan satu kali dayungan kaki dan satu kali dayungan tangan. Menurut David G. Thomas M.S (1996 : 101) koordinasi gerakan tangan dan kaki pada gaya dada, yakni ayunan kaki dimulai lebih lambat, dan sentakan tangan kedepan dimulai lebih cepat, hasilnya waktu meluncur yang lebih pendek. Muhajir (2004 : 186) mengemukakan koordinasi garakan renag gaya dada ialah koordinasi antara gerakan kaki, gerakan lengan, dan gerakan pengambilan nafas, yang diuraikan sebagai berikut: (1) kaki lurus kebelakang, lengan lurus kedepan, dengan telapak tangan miring keluar dan kepala kira – kira 80% masuk kedalam air; (2) kaki masih lurus ke belakang, kedua tangan mulai dibuka kesamping selebar bahu; (3) kaki tetap lurus, kedua tangan mulai menarik.
Jarak antara kedua tangan sudah lebih lebar dari bahu dan telapak tangan menghadap kebelakang. Nafas dikeluarkan dan gelembung – gelembung udara dikeluarkan dari mulut dan hidung; (4) siku – siku mulai dibengkokkan dan lengan atas berputar, tangan menarik dengan kuat; (5) telapak tangan mulai ditarik kedalam dan kepala mulai diangkat sedikit; (6) mengambil nafas dilakukan pada saat tangan siap mendorong kedepan; (7) pengambilan nafas telah selesai dan mulut suadh tertutup, tangan mulai digerakan kedepan; (8) leher dilemaskan untuk merendahkan kepala kedalam air kembali, kaki ditarik kepantat sedangkan lengan terus bergerak kedepan sebagi akibat pelurusan kembali siku; (9) kepala terus menunduk karena pengendoran dari leher; (10) kaki ditendangkan kebelakang melingkar, nafas ditahan dan tidak akan mengeluarkannya sampai tarikan tangan yang berikutnya dimulai; (11) kaki mulai merapat; (12) lengan sudah melurus, perenang menyelesaikann tendangannya dan memusatkan perhatianya pada keseimbangan badannya supaya terbentang lurus horizontal. Dan selanjutnya kembali ke sikap permulaan lagi.
Gambar 6. Model koordinasi gerakan keseluruhan renang gaya dada (Muhajir, 2004 : 187)
6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian PTK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Classrom Action Research (CAR). Zainal Aqib (2008 : 12) mengemukakan bahwa pengertian PTK terdiri dari tiga bentukan kata, yakni : Penelitian, yakni kegiatan mecermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan, suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitain ini berbentuk rangkaian silkus kegiatan Kelas, sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah yang dipahami oleh umum dengan “ ruang tempat guru mengajar “. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar dapat bekerja di lab, lapangan olahraga, dan lain – lain.
Menurut Zinal Aqib (2008 :13) Pengerian PTK dapat disimpulkan sebagai suatu pencermatan tehadap kegiatan yang disengaja dimunculkan, dan terjadi di sebuah kelas. Sedangkan menurut H.E. Mulyasa (2009 : 11), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan
b. Sifat dan Karakteristik PTK Menurut (Ibnu : 2000) yang dikutip dari buku Zainal Aqib (2008 : 16), Sifat – sifat khusus PTK dibandingkan dengan penelitian formal akademik dapat dilihat pada tabel matrik sebagai berikut.
Tabel 3. Perbedaan Klasifikasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan Penelitian Formal Akademik Penelitian Formal Klasifikasi
PTK Akademik
Masalah penelitian
Dari guru (aktual)
Bukan dari guru
Penelitian utama
Guru
Guru hanya sebagai pendamping / pembantu
Desain penelitian
Lentur / flesibel
Formal dan kaku
Analisis data
Segera / seketika
(Mungkin) ditunda
Format laporan
Sesuai kebutuhan
Formal dan kaku
Manfaat penelitian
Jelas dan langsung
Tidak langsung / tidak jelas
Sumber : Zainal Aqib (2008 : 16) Kasihani Kasbolah. E.S. (2001 : 15-17) mengemukakan karakteristik PTK secara umum adalah sebagai berikut : Pertama, PTK dilaksanakan oleh guru sendiri. Sebagai pengelola program kelas guru merupakan sosok yang benar – benar mengenal lapangan tempat mengajar. Kedua, PTK berangkat dari permasalahan praktik factual. Permasalahan factual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar sehari – hari yang dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat bukan permasalahan penelitian yang diberikan orang lain, misalnya permasalahan penelitian yang diluar kancah kelas. Ketiga, ciri lain yang ada pada PTK adalah adanya tindakan – tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
Sedangkan Zainal Aqib (2008 : 16) mengemukakan karakteristik PTK setidaknya adalah : 1) Didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam intuksional.
2) 3) 4) 5)
Adana kolaborasi dalam pelaksanaannya. Peneliti sekaligus sebagai prakstisi yang melakukan refleksi Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik instuksional Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
c. Jenis dan Bentuk PTK Menurut Zainal Aqib (2008 : 19) menyebutkan jenis – jenis PTK sebagai berikut : 1) PTK Diagnosik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasu yang terdapat di dalam latar penelitian. 2) PTK Partisipan, suatu penelitian sebagai PTK Partisipan apabila peneliti terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. 3) PTK Empiris, ialah apabila penelitiberupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan membukukannya apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung 4) PTK Eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Kasihani Kasbolah E.S (2001 : 69) mengemukakan 3 bentuk penelitan tidnakan kelas (PTK) yakni : 1) PTK Guru Sebegai Peneliti, bentuk penelitian yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam penelitian tindakan kelas. 2) PTK Kolaboratif, Penelitian Tindakan Kelas ini melibatkan beberapa pihak, yaitu guru, kepala sekolah, maupun dosen secara bersama – sama (berkolaborasi) melakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan peningkatan karier guru. Guru SD, dosen LPTK, dan orang – orang yang lain yang terlibat dalam satu tim. 3) PTK Simultan Terintegrasi, adalah betuk penelitian tindakan yang tujuan utamanya adalah untuk dua hal sekaligus, yaitu memecahkan persoalan praktis dalam pebelajaran, dan juga untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas.
d. Sasaran atau Objek PTK Menurut Zainal Aqib (2008 : 27) objek dari PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. objek tersebut diantaranya : 1) Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asik mengikuti proses pembelajaran di kelas/ lapangan/ laboratorium atau bengkel, maupun ketika sedang asik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah. 2) Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa – siswa yang sedang berdarmawisata, atau guru sedang melakukan kunjungan ke rumah siswa. 3) Unsur mata pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa. 4) Unsur peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar. Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang dapat diamati guru, siswa, atau keduanya. 5) Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai melaui proses pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian. 6) Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun melingkupi siswa dirumahnya. 7) Unsur pengelolaan, yang jelas – jelas merupakan gerak kegiatan, sehingga mudah diatur, direkayasa dalam bentuk kegiatan.
e. Model – Model PTK Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa model yang dikembangkan oleh para pakar, diantaranya adalah;
1) Model Kurt Lewin Zainal Aqib (2008 : 21) mengemukakan bahwa PTK pertama kali yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu : a) Perencanaan (Planning) b) Aksi atau tindakan (Acting) c) Observasi (Observation) d) Reflesi (Reflecting)
Perencanaan
Refleksi
Aksi
Observasi
Gambar 7. Empat Langkah PTK Model Kurt Lewin Sumber : Zainal Aqib (2008 : 21)
Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Striger dielaborasi lagi menjadi : a) Perencanaan (Planning) b) Pelaksanaan (Implementing) c) Penelitian (Evaluating) Berdasarkan langkah – langkah yang digambarkan PTK diatas selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya kumpulan dari berbagai siklus.
Perencanaan
Refleks
Aksi
Observasi
Perencanaan
Refleks
Aksi
Observasi
Perencanaan
Refleks
Aksi
Observasi
Gambar 8. Bentuk Siklus PTK Model Kurt Lwein
2) Model Kemis dan Mc Traggart Menurut Zainal Aqib (2008 : 22), model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Tarrgart masih tampak begitu dekat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Dikatakan demikian oleh karena di dalam satu siklus atau putara terdiri dari empat komponen seperti halnya yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Keempat hal tersebut adalah; a) Perencanaan (Planning) b) Aksi atau tindakan (Acting) c) Observasi (Observation) d) Reflesi (Reflecting) Menurut Kasihani Kasbolah E.S (2001 : 63) dalam perencanaan Kemmis menggunakan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refeksi, perencanaan kembali. 3) Model Jhon Elliot Apabila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan diatas yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis – Mc Taggart, PTK Model Jhon Elliot ini tampak lebih detail dan memungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu,
setiap aksi memungkinkan terdiri dari beberapa langkah (step), yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Maksud penyusunan secara terinci PTK Model Jhon Elliot ini, supaya dapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf – taraf didalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan menjadi beberapa sub pokok bahasan atau mata pelajaran, adalah bahwa dalam kenyataan dilapangan setiap pokok biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, itulah yang menyebabkan Jhon Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara sistematis dengan model lainnya. 4) Model Dave Ebbutt Sesudah Dabe Ebbutt memepelajari model – model PTK yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya, dia berpendapat bahwa model – model PTK yang ada yang diperkenalkan oleh Jhon Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi didalam model – model terebut masih ada hal yang belum tapat sehingga perlu diperbaiki. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan Elliot akan tetapi tidak setuju dengan implementasi Elliot mengenai karya Kemmis. Selanjutnya diterangkan olehnya tentang pandangan Ebbutt yang menyatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses aksi – refleksi. Karena Dave Ebbutt tidak pusa dengan model – model PTK yang telah hardir sebelumnya, maka Dave Ebbutt memperkenalkan model PTK yang disusunya sendiri. Adapun model PTK yang diperkenalkannya menggambarkan adanya empat tahap yakni sebagai berikut : a) Tahap 1 : menyusun rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan tentang apa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. b) Tahap 2 : pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan didalam kancah, yaitu menggenakan tidakan kelas c) Tahap 3 : pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. d) Tahap 4 : reflesi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang terjadi. Secara keseluruhan empat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus – siklus yang lain secara berkesinambungan seperti spiral. Namun
sebelum keempat tahapan itu berlangsung, biasanya diawali oleh suatu tahap Pra-PTK, yang meliputi; Identifikasi masalah, analisa masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis masalah.
Amended
IDE UMUM
Reconnisance
Reconnisance
Rencana
Rencana
Rencana
Menyeluruh
Menyeluruh
Menyeluruh Baru
Tindakan 2 dst
Tindakan 1
Tindakan 2 dst
atau
Monitor dan
ata
Reconnisance atau
Tindakan 2 dst
Gambar 9. Penelitian Tindakan Kelas Model Ebbutt (199) Sumber : Kasihani Kasbolah (2001 : 65)
B. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran penjas yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Seringkali materi yang di sampaikan oleh guru kurang tertanam kuat dalam benak siswa, khususnya dalam pembelajaran praktik teknik dasar. Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru, sebab guru hanya menyampaikan materi secara verbal, sedangkan pemberian contoh gerakan melalui demonstrasi kurang dapat dianalisis oleh siswa secara maksimal. Permasalahan tesebut muncul pada pembelajaran renang di SMA Negeri 5 Surakarta dapa kelas XI. Kekurang maksimalan pembelajaran renang dikarenaka guru kurang mampu mendesain pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran renang khususnya renang gaya dada. Model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi awal siswa dalam belajar teknik dasar renang gaya dada adalah model yang mengadopsi perintah dan tindakan secara langsung, sehingga materi yang telah disampaikan oleh guru langsung dapat dipraktikan dan siswa langsung dapat merasakan hasinya. Disamping itu pula guru pun juga dapat langsung mengevaluasi gerakan yang ditampilkan oleh siswa, sehingga guru dapat membenarkan serta mengarahkan sesuai dengan gerakan yang diajarkan. Selain itu model pembelajaran ini mengajarkam materi pembelajaran dengan setahap demi setahap, sehingga siswa dapat mencerna setiap materi yang diberikan oleh guru dengan baik. Pemanfaatan media gerak atau video adalah sebagai sarana membantu guru dalam menjelaskan teknik dasar renang gaya dada pada siswa. Melaui penayangan gambar gerak atau video tersebut guru dapat memperlihatkan secara detail gerakan renang gaya dada yang dapat dilihat melaui beberapa sudut pandang, sehingga siswa mampu menganalisis dan menirukan gerakan tesebut dengan baik dan benar. Sebab jika media pembelajaran dengan menggunakan media asli, siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang ditampilkan sebab terhalangi oleh bias air dalam kolam renang.
Maka untuk dapat memaksimalkan proses pembelajaran renang khusunya gaya dada, harus digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran yang akan dilakukan. Diantara model pembelajaran yang sesuai dengan situasi pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran langsung yang menggunakan media video sebagai alat bantu dalam memproses pembelajaran renang. Sehingga melalui model pembelajaran langsung berbantukan media video tesebut proses pembelajaran renang gaya dada dapat dilaksanakan secara maksimal. Secara garis besar kerangka berfikir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam diagram berikut ini :
Siswa : Guru :
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Kurang mampu mengkontrol keaadan siswa pada materi renang
Menerapkan Model pembelajaran langsung menggunakan bantuan media video
Melaui instruksi secara langsung dengan bantuan media video, siswa lebih mudah menganalisis gerakan renang gaya dada, sehingga mampu menirukan dan mempraktekannya secara
- Tidak mampu menyerap serta menganalisis materi gerakan renang gaya dada yang disampaikan oleh guru. - Hasil belajar penjas rendah - Kualitas gerakan serta aktivitas renang gaya dada siswa kurang memuaskan
Siklus I : guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar renang gaya dada, melalui pendekatan model pembelajaran langsung berbantukan media video Siklus II dan III : upaya perbaikan dari tindakan silkus I sehingga meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar renang gaya dada, melalui pendekatan model pembelajaran langsung berbantukan media video
Gambar 10. Alur Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Tindakan
Melaui kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya maka dapat dirumuskan hipostesis atau jawaban sementara terhadap penelitian adalah sebagai berikut : 1) Penerapan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction / DI) dapat membantu meningkatkan aktivitas belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010. 2) Penerapan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction / DI) dapat membantu meningkatkan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010. 3) Penerapan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction / DI) dapat membantu meningkatkan ketuntasan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2010 s/d 24 April 2010, Pukul 15.00 s/d 16.30 WIB.
Tabel 4. Rincian Kegiatan Waktu dan Pelaksanaan Penelitian
Waktu (Bulan) No
Rancangan Kegiatan
Des
2009 1
Jan
ü
b. Identifikasi Masalah
ü
c. Penentuan Tindakan
ü
d. Pengajuan Judul
ü
e. Penyusunan Proposal
ü
f. Pengajuan Ijin Penelitian
Mar
Apr
2010 2010 2010 2010
Persiapan a. Observasi
Feb
ü
Mei 2010
2
3
Pelaksanaan a. Seminar Proposal
ü
b. Pengumpulan data penelitian atau pelaksanaan tindakan Penyusunan Laporan
ü
ü
ü
ü
a. Penulisan Laporan
ü
b. Ujian Skripsi
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di Kolam Renang Tirtomoyo Manahan, Jl. Menteri Supeno, Manahan, Surakarta
B. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010, yang berjumlah 33 siswa.
C. Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melaui observasi langsung di lokasi penelitian mengenai proses
pembelajaran renang gaya dada kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010, berupa data aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Jenis Variabel
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent), yakni : a. Variabel bebas (independent), yakni variabel yang mempengaruhi variabel lain, variabel bebas dalam penelitian ini adalah : aktivitas dan hasil belajar renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2009 / 2010. b. Variabel terikat (dependent), yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Model pembelajaran langsung melalui bantuan media video.
3. Definisi Operasional Variabel
a. Aktivitas Belajar Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu tertentu. Sedangkan aktivitas belajar diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ada 177 macam aktivitas belajar, yang terdiri dari 8 golongan. Penelitian ini memfokuskan pada salah satu golongan aktivitas belajar yakni pada Motor Activates, yakni aktivitas yang bercirikan gerak atau melakukan sebuah gerakan. Pada variabel bebas penelitian ini, aktivitas motorik yang dilakukan oleh siswa terdiri atas ketangkasan serta kemampuan melakukan teknik dasar renang gaya dada b. Hasil Belajar
Hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi bahan informasi tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Pada penelitian ini hasil belajar diperoleh melalui tiga aspek penilaian (assasment) yang terdiri atas aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. c. Model Pembelajaran Langsung Pembelajaran yang didesain melalui sebuah instruksi secara langsung, dengan diawali dengan penjelasan secara verbal melalui demonstrasi pelaksanaan keterampilan mamupun teknik yang akan dilakukan, selanjutnya siswa diminta melakukan kegiatan atau aktivitas sesuai dengan penjelasan yang diberikan. Pada tahap selanjutnya guru memberikan umpan balik terhadap ujuk kerja yang dilakukan siswa serta meberikan penguatan.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini diantaranya melalui; tes praktik, observasi lapangan. Menurut H.E. Mulyasa (2009 : 183) data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data meliputi: sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrument yang digunakan. Secara terperinci teknik pengumpulan data pada penelitian dapat didiskripsikan dalam tabel berikut :
Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian E. No 1
Jenis Data
Subjek
Aktivitas belajar renang gaya
Siswa
Teknik Pengumpulan Data § Ujuk kerja ketangkasan renang gaya dada
Instrumen Tes ketangkasan renang gaya dada
§ Ujuk kerja Pedoman observasi kemampuan renang pelaksanaan gaya dada kemampuan teknik dasar renang gaya dada (sesuai rubrik penilaian ujuk kerja praktik pada RPP)
dada
2
Hasil belajar renang gaya dada
Siswa
§ Afektif
Skala sikap melalui observasi lapangan (sesuai dengan rubrik penilaian aspek afektif pada RPP)
§ Kognitif
Soal tes (sesuai dengan rubrik penilaian aspek kognitif pada RPP)
§ Psikomotorik
Ujuk kerja praktik yang meliputi kemampuan teknik dasar dan ketangkasan renang gaya dada (sesuai dengan rubrik penilaan aspek psikomotorik pada RPP)
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kuantitatif dan kualitatif. Aspek kuantitatif yakni hasil pengukuran ketangkasan renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. Sedangkan aspek kualitatif didasarkan atas hasil pengamatan dan catatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, diantaranya : a. Info mitra kolaboratif (guru Pendidikan Jasmani yang bersangkutan) dan siswa b. Tempat peristiwa dan berlangsungnya aktifitas pembelajaran
c. Dokumentasi atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, sekenario pembelajaran, silabus, buku penelitian dan buku refrensi mengajar.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah desfriptif kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Lexy J. Moleong, 2007 : 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya dengan satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif menurut Seiddel, (dalam Lexy J. Moleong, 2007 : 248) prosesnya berjalan sebagai berikut : 1. 2. 3.
Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Mengumpulkan, memilah – milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan – hubungan dan membuat temuan temuan umum.
F. Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Supadi (2008 : 104) yakni penelitian tindakan yang diawali dengan perencanaan (planning), penerapan tidakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Penjelasan mengenai alur penelitian tindakan tersebut dipaparkan memalui penjelasan sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planing) adalah tahap dimana dijelaskannya apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu dilakukan. 2. Penerapan Tindakan (Action) adalah tahap implementasi atau pelaksanaan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya. 3. Observasi dan Evaluasi Tindakan (Observation and Evaluation) adalah tahap pengamatan dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung. 4. Refleksi (Reflection) adalah tahap pengungkapan kembali hasil observasi dan evaluasi dalam penerapan tindakan dalam diskusi, sehingga dapat digunakan untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas tersebut merupakan rancangan tindakan dalam satu siklus penelitian, pada siklus berikutnya rancangan program penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang dihasilkan pada siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian tercapai. Adapun tahapan siklus pada Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diterangkan melalui gambar sebagai berikut :
Tahap I Perencanaan Tahap III
Siklus I
Refleksi
Tahap II Pelaksanaan
Tahap III Pengamatan Tahap I Perencanaan Tahap III
Siklus II
Refleksi
Tahap II Pelaksanaan
Tahap III Pengamatan Tahap I Perencanaan Tahap III
Siklus III
Refleksi
Tahap II Pelaksanaan
Tahap III Pengamatan Gambar 11. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas Sumber : H.E.Mulyasa (2009:73)
Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan tindakan yang berlangsung secara terus menerus kepada subjek penelitian. Langkah – langkah PTK secara prosedurnya dilaksanakan secara partisipatif atau kolaboratif antara (guru dengan tim lainya) bekerjasama, mulai dari tahap orientasi hingga
penyusunan rencana tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat analitik, kemudian dilanjutkan dengan refleksi – efaluatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, atau pembetulan, dan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Untuk memperoleh hasil penelitian tindakan seperti yang diharapkan, prosedur penelitian secara keseluruhan meliputi tahap – tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan survey awal Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi sekolah atau kelas yang akan dijadikan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas. Meninjau sejauhmana pelaksanaan pembelajaran renang gaya dada diterapkan dalam sekolah tersebut. 2. Tahap seleksi informan, penyiapan instrumen, dan alat Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah : a. Menentukan subjek penelitian b. Menyiapkan metode dan instrument penelitian serta evaluasi 3. Tahap Pengumpulan Data dan Tindakan Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan tabulasi data penelitian yang terdiri atas : a. Hasil pre-test ketangkasan renang gaya dada b. Kemampuan siswa terhadap proses pembelajaran c. Pelaksanaan pembelajaran d. Partisipasi dan keaktifan siswa 4. Tahap analisis data Dalam tahap ini analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis tersebut dilakukan karena data yang terkumpul berupa uraian diskrptif tentang perkembangan belajar serta hasil test ketangkasan renang gaya dada. Serta hasil test ketangkasan renang gaya dada siswa yang dideskriptifkan memalui hasil kualitatif
5. Tahap penyusunan laporan Pada tahap ini disusun laporan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari mulai awal survey hingga menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian
6. Deskripsi tiap siklus Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interprestasi; (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian direncanakan dalam 3 siklus. a. Siklus I 1) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri dari : a) Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) renang gaya dada b) Menyusun instrument tes ketangkasan renang gaya dada c) Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran d) Menyusun lembar observasi e) Menyiapkan lembar tes f) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran g) Penyipakan tempat penelitian h) Penetapan alokasi waktu pelaksanaan i) Sosialisaisi kepada subjek 2) Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan dalalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langakah - langkah kegiatan adalah : a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum. b) Melakukan pemanasan 10 menit. c) Melakukan teknik dasar renang gaya dada : (1) Teknik dasar pernafasan pada renang melalui penjelasan dan perintah secara langsung menggunakan bantuan media video.
(2) Teknik dasar gerakan kaki gaya dada melalui penjelasan dan perintah secara langsung menggunakan bantuan media video. (3) Teknik dasar gerakan tangan gaya dada melalui penjelasan dan perintah secara langsung menggunakan bantuan media video. (4) Koordinasi gerakan gaya dada dengan menggunakan beberapa model drill belajar gaya dada melalui penjelasan dan perintah secara langsung menggunakan bantuan media video. d) Melaksanakan diskusi kelas. e) Penilaian yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. f) Melaksanakan penenangan / pendinginan. 3) Tahap Observasi Kegiatan obeservasi dilakukan bersama dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran langsung pendidikan jasmani berbantukan media video yang diterapkan terhadap proses pembelajaran teknik dasar renang gaya dada. 4) Tahap Evaluasi (Refleksi) Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu dipertahankan. Tahap ini mengemukakan hasil penemuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut.
Tabel 6. Prediksi Pencapaian Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Prosentase target capaian Aspek yang diukur
Cara mengukur Siklu s1
Siklu s2
Siklu s3
Ketangkasan renang gaya dada siswa
30%
45%
60%
Melalui tes ketangkasan renang gaya dada
Kemampuan teknik dasar renang gaya dada siswa
45%
55%
65%
Diamati melalui proses pembelajaran dan unjuk kerja praktik sesuai dengan pedoman rubrik penilaian RPP
Pemahaman siswa terhadap materi renang gaya dada
50%
60%
70%
Melalui tes kemampuan kognitif siswa sesuai dengan pedoman rubrik penilaian RPP
Sikap siswa dalam mengikuti pelaksanaan materi renang gaya dada
50%
60%
70%
Melalui skala sikap sesuai dengan pedoman rubrik penilaian RPP
Ketuntasan hasil belajar
50%
60%
70%
Diukur melalui ketuntasan belajar siswa pada materi renang gaya dada melalui hasil penjumlahan (aspek afektif, kognitif dan psikomotorik) sesuai dengan KKM sekolah : 65
b. Rancangan Siklus II dan III Pada rancangan siklus II dan siklus III tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian pula dengan siklus III merupakan rancangan perbaikan dari siklus II dan seterusnya, termasuk perwujudan
tahap pelaksanaan, observasi, dan interprestasi, serta analisis, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tiap Siklus
1. Pra Siklus
Sebelum melaksanakan poses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil kegiatan survey awal tersebut adalah sebagai berikut. a. Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010, yang mengikuti materi renang gaya dada adalah 33 Siswa, yang terdiri atas 20 siswa putra dan 13 siswa putri. Dilihat dari proses pembelajaran renang gaya dada, dapat dikatakan proses pembelajaran dalam kategori kurang berhasil. b. Siswa kurang memiliki perhatian dan motivasi dalam pembelajaran renang, sebab guru kurang memiliki motode mengajar yang tepat dalam materi renang gaya dada dalam jumlah siswa yang terlampau banyak. Selain itu keterbatasan sarana seperti; pelampung, dsb, menjadi kendala lain dalam memperoleh hasil yang maksimal dalam materi renang tersebut. c. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa cenderung sulit diatur saat materi renang berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Saat mengikuti materi renang, siswa menunjukkan sikap seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya (sambil lalu), ada yang berbicara dengan teman, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya. d. Dilihat dari hasil penilaian guru pendidikan jasmani pada materi renang, kelas XI IPS 1, rata – rata kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada hanya 35%. Selebihnya siswa hanya mampu melakukan gerakan renang sebagian, bahkan ada beberapa siswa yang tidak dapat melakukan gerakan renang gaya dada. e. Guru kurang bisa menghandel keadaan kelas, sebab jumlah siswa yang terlampau banyak dengan situasi tempat belajar yang cukup ramai, menjadikan situasi belajar menjadi kurang
dapat diatur dengan baik. Sehingga tingkat kemampuan siswa dalam renang gaya dada tidak dapat maksimal f. Guru kesulitan menemukan model dan media pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang monoton atau konvensional mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun, sehingga akan berdapak pada rendahnya kemampuan renang gaya dada pada siswa. g. Guru kesulitan menemukan contoh / model gerakan renang gaya dada yang baik dan benar. Seringkali contoh yang disampaikan oleh guru melalui peragaan langsung, kurang dapat dicermati oleh siswa secara baik, sebab siswa kurang dapat melihat kondisi gerakan renang gaya dada yang diperagakan oleh guru, baik karena kurangnya antusiasme siswa atau contoh gerakan kurang dapat terlihat dengan jelas karena terhalang oleh bias air pada kolam renang. Hasil temuan survey antara peneliti dan guru tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kondisi riil keadaan kelas pada materi renang gaya dada pada kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Sehingga pada data awal ini terdiri dari; ketangkasan renang gaya dada; kemampuan melakukan renang gaya dada dan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010.
a. Ketangkasan Renang Gaya Dada Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi awal ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 sebelum diberikan tidakan model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Diskripsi Data Awal Ketangkasan Renang Gaya Dada Sebelum Diberikan Tidakan Melalui Model Pembelajaran Langsung Nilai Keterangan Jumlah Anak Prosentase A Baik Sekali 0 0% B Baik 2 6,06% C Cukup 22 66,66% D Kurang 9 27,27% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 sebelum diberikan tidakan adalah Cukup dengan prosentase 66,66%
b. Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi awal kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 sebelum diberikan tidakan model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Diskripsi Data Awal Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Sebelum Diberikan Tidakan Melalui Model Pembelajaran Langsung Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 0 0% 75 – 79 Baik Tuntas 0 0% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 1 3,03% 65 – 69 Cukup Tuntas 0 0% < 64 Kurang Tidak Tuntas 32 96,96% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 sebelum diberikan tidakan adalah Kurang dengan prosentase 96,96%
c. Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 sebelum diberikan tidakan model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Diskripsi Data Awal Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Diberikan Tidakan Melalui Model Pembelajaran Langsung Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 0 0% 75 – 79 Baik Tuntas 0 0% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 0 0% 65 – 69 Cukup Tuntas 1 3,03% < 64 Kurang Tidak Tuntas 32 96,96% Jumlah 33 100%
Berdasarkan hasil diskripsi rekapitulasi data awal sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bawa mayoritas siswa belum menujukan hasil yang baik, dengan prosentase ketuntasan belajar 3,03% siswa.
Melalui diskripsi data awal yang telah diperoleh tesebut masing masing aspek menujukan kriteria keberhasilan pembelajaran yang Kurang. Maka disusun sebuah tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi renang gaya dada pada siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010, dengan model pembelajaran langsung. Pelaksanaan tidakan akan dilakukan sebanyak 3 siklus, yang masing masing siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan interprestasi, (4) Analisis dan Refleksi.
2. Siklus I
Pembelajaran renang gaya dada dengan mengunakan Instruksi Langsung (direct instruction) pada Siklus I adalah perkenalan teknik dasar pada renang gaya dada, yang meliputi; (1) Mempraktekan teknik pernafasan renang umum
berenang, (2) Mempraktekan teknik
meluncur renang gaya dada, (3) Mempraktikan teknik gerakan kaki renang gaya dada, (3) Mempraktekan teknik gerakan lengan renang gaya dada, (3) Mempraktekan teknik rangkaian gerakan renang gaya dada. Pembelajaran teknik dasar renang gaya dada pada Siklus I tersebut dilakukan selama empat kali pertemuan, sebab jumlah indikator capaian yang terlampau banyak menyebabkan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikannya menjadi lembih lama.
a. Rencana Tindakan I Kegiatan perencanaan tidakan I dilaksanakan pada hari Senin, 8 Pebruari 2010, di SMA Negeri 5 Surakarta. Peneliti dan guru penjas yang bersangkutan (mitra kolaboratif) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus I termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.
melalui RPP siklus I tersebut maka disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada silkus I diadakan selama empat kali pertemuan, sebab jumlah indikator capaian yang terlampau banyak, sehingga membutuhkan waktu dan pertemuan lebih banyak. Guru bersama peneliti melakukan pengukuran kemampuan renang gaya dada pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010, dengan melakukan tes ketangkasan renang gaya dada. Pada Siklus I Peneliti dan Guru merancang rencana pelaksanaan tindakan I sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario model pembelajaran melalui instruksi langsung melalui bantuan media video, untuk meningkatkan motivasi serta kemampuan siswa dalam renang gaya dada. Dengan sintaks pembelajaran sebagai berikut : a)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar
b) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap c)
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
d) Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik e)
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
2) Peneliti dan guru penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) renang gaya dada melalui Intruksi Langsung berbantukan media video 3) Peneliti dan guru menyiapkan media, serta video yang akan digunakan dalam pelaksaan proses pembelajaran renang, yang diunduh melalui situs www.youtube.com, serta menyiapkan sarana lain yang akan digunakan seperti; laptop, pelampung, dsb. 4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai hasil peningkatan ketangkasan renang gaya dada dan motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran langsung berbantukan media video . Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktivan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP.
5) Peneliti dan guru menyusun standar penliaian pada penguasaan teknik dasar renang gaya dada. 6) Peneliti dan guru menentukan lokasi pelaksaan tindakan I, yakni pada kolam pemula, di komplek Kolam Renang Tirtomoyo, Manahan Surakarta. b. Pelaksanaan Tindakan I Tidakan I dilaksanakan selama empat kali pertemuan, selama empat minggu yakni pada setiap hari Jum’at tanggal 12 Pebruari 2010, 19 Pebruari 2010, 26 Pebruari 2010, dan 5 Maret 2010, di kolam renang Tirtomoyo Manahan, Surakarta. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru yang bersangkutan, dan sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Materi pada pelaksanaan tindakan I, pertemuan pertama (Jum’at, 12 Pebruari 2010) adalah praktik teknik pernafasan pada renang, materi kedua adalah praktik teknik meluncur, dan materi ketiga adalah praktik teknik gerakan kaki gaya dada. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi misalnya permainan hitam –hijau, yang dilaksanakan di kolam anak, sehingga siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan air. 5) Peneliti dan guru menyampaikan penjelasan mengenai materi pertama yakni teknik dasar pernafasan renang kepada siswa dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 6) Siswa diminta melakukan gerakan teknik dasar pernafasan, yakni gerakan keluar masuk air “ring-up”, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru.
7) Siswa melakukan gerakan teknik dasar pernafasan renang, dengan cara keluar masuk dalam air “ring-up”, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 8) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan yang akan dilakukannya. 9) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 10) Peneliti dan guru memperisapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi pertama 11) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua yakni gerakan teknik meluncur pada renang, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 12) Siswa diminta melakukan gerakan teknik dasar meluncur dalam renang, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 13) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 14) Siswa melakukan gerakan teknik dasar meluncur, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 15) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 16) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 17) Peneliti dan guru memperisapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi kedua. 18) Peneliti dan guru menyampaikan materi ketiga yakni gerakan teknik gerakan kaki pada renang gaya dada, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh gerakan kaki renang gaya dada yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 19) Siswa diminta melakukan gerakan teknik dasar kaki renang gaya dada, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 20) Sebelum melakukan instruksi siswa dibagi menjadi 2 dan saling berpasangan.
21) Siswa secara bergantian sesuai dengan pasangan masing - masing melakukan gerakan teknik dasar kaki gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru, sedangkan pasangan yang lain memegangi tubuh temannya yang sedang melakukan perintah, seterusnya dan saling bergantian. 22) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan teknik dasar kaki renang gaya dada yang akan dilakukannya. 23) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 24) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan I, pertemuan kedua (Jum’at, 19 Pebruari 2010) adalah praktik teknik dasar gerakan tangan pada renang gaya dada, materi kedua adalah praktik rangkaian gerak renang gaya dada, serta pengulangan materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan melakukan presensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi misalnya permainan hitam –hijau, yang dilaksanakan di kolam anak, sehingga siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan air. 5) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi yang telah disampaiakan pada pertemuan sebelumnya, yakni: teknik pernafasan, teknik gerakan meluncur, serta teknik gerakan kaki. 6) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas, serta menyiapkan materi selanjutnya.
7) Peneliti dan guru menyampaikan materi pertama pada pertemua kedua yakni teknik gerakan tangan, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara
detail
pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 8) Siswa diminta melakukan teknik gerakan tangan gaya dada, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 9) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 10) Siswa melakukan gerakan tangan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 11) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 12) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 13) Peneliti dan guru memperisapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi pertama. 14) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua pada pertemua kedua yakni teknik rangkaian gerakan renang gaya dada, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 15) Siswa diminta melakukan teknik rangkaian gerakan gaya dada, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 16) Sebelum melakukan teknik rangkaian gerakan gaya dada siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 17) Siswa melakukan gerakan tangan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 18) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 19) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas.
20) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan I, pertemuan ketiga (Jum’at, 26 Pebruari 2010) adalah rangkaian gerak renang gaya dada, serta pengulangan materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi yang telah disampaiakan pada pertemuan sebelumnya, yakni: teknik gerakan tangan, teknik koordinasi gerak tangan dan kaki (rangkaian gerak). 5) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas, serta menyiapkan materi selanjutnya. 6) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua pada pertemua ketiga yakni teknik rangkaian gerakan renang gaya dada, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 7) Pada sesi ini siswa diminta untuk melakukan koordinasi rangkaian gerakan renang gaya dada dengan porsi sebenarnya yakni satu gerakan tangan dan satu gerakan kaki pada setiap rangkaiannya 8) Siswa diminta melakukan teknik rangkaian gerakan gaya dada dengan benar, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 9) Sebelum melakukan rangkaian gerakan renang gaya dada siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 10) Siswa melakukan rangkaian gerak renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru.
11) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 12) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 13) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan I, pertemuan keempat (Jum’at, 5 Maret 2010) adalah rangkaian gerak renang gaya dada, pengulangan materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya, dan posttest untuk siklus I. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi yang telah disampaiakan pada pertemuan sebelumnya, yakni: teknik rangkaian gerak renang gaya dada. 5) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas, serta menyiapkan materi selanjutnya. 6) Peneliti dan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti tes akhir pada siklus I dengan membagi kelompok keberangkatan masing masing kelompok keberangkatan adalah 2 orang siswa. 7) Peneliti dan guru melakukan posttest untuk siklus I, dengan mencatat perolehan waktu untuk renang dengan menempuh jarak 25 meter dan menilai kualitas gerakan renang gaya dada pada blangko penilaian yang telah disiapkan. 8) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan.
c. Observasi Dan Interprestasi Tindakan I Observasi dan interpelasi tindakan I dilakukan selama Tindakan I berlangsung. Dalam melakukan observasi dan interpelasi tindakan I peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan tindakan I, yakni : 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran renang gaya dada melalui bantuan media video pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009/ 2010. Pada pertemuan pertama (Jumat, 12 Pebruari 2010 selama 2 x 45 menit), peneliti mengajarkan materi teknik dasar renang gaya dada, yakni teknik dasar pernafasan, teknik dasar meluncur, dan teknik dasar gerakan kaki renang gaya dada. Pada pertemuan kedua (Jumat, 19 Pebruari 2010, selama 2 x 45 menit) peneliti memberikan materi kelanjutan dari teknik dasar renang gaya dada, yakni teknik dasar gerakan tangan, serta teknik rangkaian gerakan renang gaya dada. Pada pertemuan ketiga (Jumat, 26 Pebruari 2010, selama 2 x 45 menit) dengam materi lanjutan yakni teknik rangkaian gerak renang gaya dada. Pada pertemuan keempat (Jumat, 5 Maret 2010) dengan materi rangkaian gerakan renang gaya dada dengan gerakan yang sesuai dengan pelaksanaan renang gaya dada, dan di pertemuan keempat peneliti melakukan tes akhir siklus I, untuk mengetahi hasil perkembangan proses pembelajaran selama siklus I. 2) Sebelum pembelajaran dilangsungkan peneliti dan guru bersangkutan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 3) Sebelum tindakan I dilaksanakan peneliti dan guru melaksanakan pretest sebagai bahan acuan dalam membandingkan hasil tes awal dengan tes akhir pada siklus I 4) Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model instruksi langsung, dalam hal ini peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada model pemebelajaran langsung, yakni adanya penjelasan materi, demonstrasi / unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan instruksi secara langsung oleh siswa. 5) Peneliti dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebelumnya peneliti dan guru memberikan contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut:
a) Siswa yang aktif selama pemberian materi teknik dasar renang gaya dada sebesar 30%, sedangkan 70% lainnya tampak berbicara dengan temannya, melamun, dan bermain sendiri bersama teman yang lain. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi, dan tidak bisa melakukan ujuk kerja praktik renang gaya dada. b) Siswa yang antusias selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 20%, sedangkan 80% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya. Karena peneliti berada pada satu tempat yang kurang dapat menjangkau siswa yang lain, sebab kondisi tempat yang cukup luas dan ramai, sehingga siswa yang tidak terjangkau merasa diabaikan, sehingga mereka cenderung bermain sendiri. 6) Peneliti bersama guru melakukan penilaian melalui lembar obeservasi siswa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran materi renang gaya dada melalui model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil pengamatan / observasi selama pelaksanaan Tindakan I berlangsung, bersarkan hasil pekerjaan siswa dapat identifikasi: 1) Siswa yang memiliki ketangkasan dengan katagori baik dalam renang gaya dada pada akhir siklus I, diperoleh hasil 9,09% memperoleh hasil Baik; 63,63% memperoleh hasil Cukup; dan 27,27% memperoleh hasil Kurang. 2) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada yang mencapai kriteria Baik sebanyak 6,06%, sedangkan sisanya ( Cukup Baik 3,03%; Cukup 12,12%; Kurang 78,78%). Sehinga pada Tidakan I, kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada dapat dikatakan Kurang, sehingga perlu diadakan perbaikan kembali. 3) Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada setelah Tidakan I dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Baik Sekali adalah 3,03%, sedangkan sisanya ( Baik 6,06%; Cukup Baik 18,18%; Cukup 42,42%; Kurang 33,33%). Dalam hal ini sejumlah 11 siswa telah masuk dalam kriteria Tuntas, dan sedangkan 22 siswa Tidak Tuntas. Dalam pelaksanaan Tidakan I terdapat kelebihan yang dapat diguanakan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tindakan I, adapun kelebihan dan pelaksanaan Tindakan I diantaranya :
1) Siswa merasa tertarik dengan metode baru yang disampaikan oleh peneliti yakni dengan penyampaian materi dengan bantuan media video, sebab siswa dapat melihat secara detail gerakan renang dengan benar, melalui penjelasan guru dan peneliti, disamping itu model pelaksanaan pembelajaran ini dianggap langka dan jarang digunakan dalam peruses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada mata pelajaran Penjasorkes. 2) Siswa mudah dalam menyerap pelaksanaan kegiatan melalui intruksi langsung, sehingga pelaksanaan KBM menjadi terpimpin dan terkomando dengan baik, dan siswa dapat secara cepat mengadaptasi materi karena sudah melihat gerakan yang diinstruksikan sebelumnya oleh peneliti. 3) Situasi kelas lebih tertata, dan terkomando dengan baik, sehingga materi yang diberikan terarah. Akan tetapi dalam pelaksanaan Tindakan I ini masih terdapat kelemahan sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan I, adapun kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan I tersebut adalah: 1) Sistuasi kolam yang ramai/ crowded membuat pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal, serta menggangu konsentrasi siswa dalam melaksanakan instruksi materi dari peneliti dan guru. 2) Siswa sering datang terlambat sehingga proses belajar mengajar terganggu. 3) Mayoritas siswa belum dapat mempraktekan beberapa gerakan teknik dasar renang gaya dada yang diperlihatkan dalam video dan didemonstrasikan oleh peneliti secara benar. 4) Siswa kurang paham dengan bentuk penjelasan peneliti dan guru sebab sebagian siswa kurang konsentrasi dalam menerima materi yang diberikan oleh peneliti dan guru. 5) Siswa seringkali lupa dengan teknik gerakan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya, sehingga peneliti dan guru seringkali mengulangi pelaksanaan materi pada minggu lalu. 6) Siswa kurang aktif bertanya sehingga kekurangan atau kesalahan gerakan maupun teknik dasar yang dilakukan siswa kurang dapat pantau oleh guru dan peneliti. 7) Peneliti dan guru merasa kualahan menghandel pelaksanaan kelas dengan situasi kolam renang yang cukup ramai. 8) Siswa kurang dapat melihat secara jelas tampilan gambar yang disajikan melalui penayangan di laptop
9) Kondisi cuaca yang tidak bersahabat membuat siswa banyak yang tidak hadir tepat waktu sehingga pembelajaran menjadi terhambat. 10) Masih banyak siswa yang kurang berani melakukan gerakan yang dicontohkan oleh peneliti dan guru. 11) Siswa kurang mampu mencermati contoh pelaksanaan gerakan lengan dan tungkai pada renang gaya dada sehingga sebagian siswa belum dapat menunjukan kualitas gerakan yang maksimal
d. Analisis dan Reflesi Tindakan I Berdasarkan hasil observasi pada Tinakan I tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Jumlah dan frekuensi pertemuan pada Siklus I telah menujukan hasil yang sesuai, mengingat jumlah materi yang disampaiakan banyak dan berfariasi serta alokasi waktu dalam mengajar yang sedikit. 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat apa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I. 3) Tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal sebelum diberikan tidakan cukup mengambarkan kondisi awal kelas sebelum mendapatkan tindakan. 4) Model pembelajaran langsung yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal. 5) Motivasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada Tindakan I, cenderung kurang yakni 30 % sedangkan antusias siswa selama mengikuti proses belajar mengajar hanya 25 %. Ini lebih disebabkan karena siswa merasa sistem pembelajaran yang diubah secara drastic, sehingga siswa kurang nyaman. Disisi lain kapasitas peneliti yang masih asing bagi mereka sehingga siswa merasa kurang komunikatif dan respon. 6) Hasil pekerjaan siswa pada Pelaksanaan Tindakan I belum menunjukan hasil yang maksimal walaupun telah menujukan peningkatan akan tetapi belum sesuai dengan target capaian pada siklus I. Secara lebih detail hasil kerja siswa selama Tindakan I, dijelaskan sebagagai berikut :
a) Ketangkasan siswa dalam renang gaya dada diperoleh hasil yakni 9,09% memperoleh hasil Baik; 63,63% memperoleh hasil Cukup; dan 27,27% memperoleh hasil Kurang. Hal ini telah menujukan hasil peningkatan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada tes awal atau pengambilan data awal, dengan kenaikan rata – rata perbaikan sebesar 3,03%. Sehingga perlu diadakan perbaikan melalui siklus selanjutnya. b) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada yang mencapai kriteria Baik sebanyak 6,06%; Cukup Baik 3,03%; Cukup 12,12%; Kurang 78,78%. Sehingga dapat disimpulkan pada proses Siklus I, kemampuan siswa dalam melakukan gerakan teknik dasar renang gaya dada dalam kategori Kurang. Akan tetapi dibandingkan dengan hasil test awal kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada mengalami rata – rata kenaikan sebesar 7,27%. Sehingga perlu diadakan perbaikan melalui siklus selanjutnya. c) Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada setelah Tidakan I dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Baik 6,06%; Cukup Baik 6,06%; Cukup 42,42%; Kurang 33,33%. Dalam hal ini sejumlah 11 siswa telah masuk dalam kriteria Tuntas, dan sedangkan 22 siswa Tidak Tuntas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses Siklus I, hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada dalam kaegori Cukup. Namun apabila dibandingkan dengan data awal yang dimiliki hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada menujukan hasil yang meningkat dari data awal yakni dengan rata - rata peningkatan sebesar 18.18% 7) Kelebihan dan keberhasilan dalam pelaksanaan tidakan pada siklus I, akan dipertahankan dan ditingkatkan. 8) Dalam mengantisipasi kelemahan dan kekurangan yang ditemukan selama pelaksanaan Tidakan I, maka disusun langkah antisipatif, yakni : a) Untuk mengantisipasi situasi kolam yang ramai dengan pengunjung maka pertemuan pembelajaran dilakukan lebih awal dari jadwal pembelajaran yang sebenarnya yakni pukul 14.30 WIB. b) Untuk mengantisipasi keterlambatan siswa maka guru yang bersangkutan akan memberikan sangsi berpupa pengurangan nilai afektif siswa, dalam materi renang. c) Untuk melatih adaptasi siswa dengan lingkungan air agar siswa lebih berani mempraktekan gerakan teknik dasar renang gaya dada sesuai dengan petunjuk dari
peneliti dan guru maka, perlu lebih diperbanyak pola permainan dalam lingkungan air, untuk membiasakan siswa dengan lingkungan air. d) Siswa diminta mengcopy video renang, untuk dapat dipelajari sendiri di ruamah. e) Guru dan peneliti memberikan reward bagi siswa yang dapat melakukan teknik gerakan renang secara benar. f) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan kepada siswa. Peneliti juga harus memonitor siswa yang berada di bagian belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. g) Peneliti meminta bantuan kepada beberapa teman untuk dapat mengmabntu mengatur jalannya proses pembelajaran. h) Peneliti dan guru sepakat menyusun tindakan perbaikan dan menganulir sebagian materi yang dianggap sudah dapat dilaksanakan siswa dengan baik diantaranya; Teknik dasar pernafasan renang, serta menguatkan materi materi yang dianggap kurang seperti; Teknik gerakan kaki; teknik gerakan lengan; teknik pengambilan nafas; teknik koordinasi gerak renang gaya dada.
e. Diskripsi Data Tindakan I Selama pelaksanaa Tindakan I maka peneliti dan guru melakukan pengambilan data penelitian. Adapun diskripsi data yang diambil terdiri dari; ketangkasan renang gaya dada; kemampuan melakukan renang gaya dada; aktivitas siswa dan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010.
1) Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Penerapan Model Pembelajaran Langsung Kondisi ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 10. Deskripsi Data Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Penerapan Model Pembelajaran Langsung Tindakan I Nilai Keterangan Jumlah Anak Prosentase A Baik Sekali 0 0% B Baik 3 9.09% C Cukup 21 63,63% D Kurang 9 27,27% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I adalah Baik dengan prosentase 9,09% serta sisanya (Cukup 63,63%; Kurang 27,27%)
2) Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Setelah Penerapan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Deskripsi Data Kemampuan Melakukan Gerakan Renang Gaya Dada Setelah Penerapan Model Pembelajaran Langsung Tindakan I Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 0 0% 75 – 79 Baik Tuntas 2 6,06% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 1 3,03% 65 – 69 Cukup Tuntas 4 12,12% < 64 Kurang Tidak Tuntas 26 78,78% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I adalah Kurang dengan prosentase 78,78% serta sisanya (Baik 6,06%; Cukup Baik 3,03%; Cukup 12,12%)
3) Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Penerapan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Deskripsi Data Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Penerapan Model Pembelajaran Langsung Tindakan I Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 0 0% 75 – 79 Baik Tuntas 2 6,06% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 6 18,18% 65 – 69 Cukup Tuntas 14 42,42% < 64 Kurang Tidak Tuntas 11 33,33% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I adalah Cukup dengan prosentase 42,42%, Kurang dengan prosentase 33,33%, dan sisanya (Baik 6,06%; Cukup Baik 18,18%). Sejumlah 22 siswa telah mencapai kriteria Tuntas sedangkan 11 siswa Tidak Tuntas.
3. Siklus II
Siklus II merupakan, tidak lanjut dari hasil analisis dan refkesi yang dilakukan pada Siklus I, dimana dalam pelaksanaan tindakan dalam Siklus I, rata – rata siswa menunjukan hasil yang kurang maksimal dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pelaksanaan Siklus II mengacu pada pelaksanaan Siklus I, karena merupakan perbaikan dari Siklus I. Adapun tahapan yang dilakuan pada Siklus II ini diantarannya; a. Rencana Tindakan II Kegiatan perencanaan Tidakan II dilaksanakan pada hari Senin, 8 Maret 2010, di SMA Negeri 5 Surakarta. Peneliti dan guru penjas yang bersangkutan (mitra kolaboratif)
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus II, mengacu pada hasil analisis dan refleksi tindakan I yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II. Melalui hasil pengukuran tersebut maka Peneliti dan Guru merancang rencana pelaksanaan tindakan Siklus II sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario model pembelajaran melalui instruksi langsung melalui bantuan media video, untuk meningkatkan motivasi serta kemampuan siswa dalam renang gaya dada. Dengan sintaks pembelajaran sebagai berikut : a)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar
b) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap c)
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
d) Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik e)
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
2) Peneliti dan guru penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II renang gaya dada melalui Intruksi Langsung berbantukan media video 3) Peneliti dan guru menyiapkan media, serta video yang akan digunakan dalam pelaksaan proses pembelajaran renang, yang diunduh melalui situs www.youtube.com, serta menyiapkan sarana lain yang akan digunakan seperti; laptop, pelampung, dsb. 4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai hasil peningkatan ketangkasan renang gaya dada dan motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran langsung berbantukan media video . Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP. 5) Peneliti dan guru menyusun standar penliaian pada penguasaan teknik dasar renang gaya dada.
6) Peneliti dan guru menentukan lokasi pelaksaan tindakan II, yakni pada kolam pemula, di komplek Kolam Renang Tirtomoyo, Manahan Surakarta.
b. Pelaksanaan Tindakan II Tidakan II dilaksanakan selama empat kali pertemuan, selama empat minggu yakni pada setiap hari Jum’at tanggal 12 Maret 2010, 19 Maret 2010, 26 Maret 2010, dan 2 April 2010, di kolam renang Tirtomoyo Manahan, Surakarta. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus II ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru yang bersangkutan, dan sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran dalam Tindakan II ini adalah penguatan materi sebab materi secara dasar telah diberikan pada Tidakan sebelumnya. Materi pada pelaksanaan tindakan II, pertemuan pertama (Jum’at, 12 Maret 2010) adalah praktik teknik meluncur, dan materi adalah praktik teknik gerakan kaki gaya dada. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi
misalnya permainan hitam –hijau,
yang
dilaksanakan di kolam anak, sehingga siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan air. 5) Peneliti dan guru juga memberikan permainan berupa leper tangkap bola (mini polo air) 6) Peneliti dan guru menyampaikan materi pertama yakni gerakan teknik meluncur pada renang, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 7) Siswa diminta melakukan gerakan teknik dasar meluncur dalam renang, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru.
8) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 9) Siswa melakukan gerakan teknik dasar meluncur, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 10) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 11) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 12) Peneliti dan guru memberikan penguatan kepada siswa yang belum dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar, sebelum memasuki materi selanjutnya. 13) Peneliti dan guru memperisapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi kedua. 14) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua yakni gerakan teknik gerakan kaki pada renang gaya dada, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh gerakan kaki renang gaya dada yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 15) Siswa diminta melakukan gerakan teknik dasar kaki renang gaya dada, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 16) Sebelum melakukan instruksi siswa dibagi menjadi 2 dan saling berpasangan. 17) Siswa secara bergantian sesuai dengan pasangan masing - masing melakukan gerakan teknik dasar kaki gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru, sedangkan pasangan yang lain memegangi tubuh temannya yang sedang melakukan perintah, seterusnya dan saling bergantian. 18) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan teknik dasar kaki renang gaya dada yang akan dilakukannya. 19) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 20) Peneliti dan guru memberikan penguatan kepada siswa yang belum dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar.
21) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan II, pertemuan kedua (Jum’at, 19 Maret 2010) adalah praktik teknik dasar gerakan tangan pada renang gaya dada, materi kedua adalah praktik rangkaian gerak renang gaya dada, serta pengulangan materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi
misalnya permainan hitam –hijau,
yang
dilaksanakan di kolam anak, sehingga siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan air. 5) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi yang telah disampaiakan pada pertemuan sebelumnya, yakni: teknik gerakan meluncur, serta teknik gerakan kaki. 6) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) dan memberikan penguatan kepada siswa yang melakukan tugas, serta menyiapkan materi selanjutnya. 7) Peneliti dan guru menyampaikan materi pertama pada pertemua kedua yakni teknik gerakan tangan, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara
detail
pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 8) Siswa diminta melakukan teknik gerakan tangan gaya dada, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 9) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 10) Siswa melakukan gerakan tangan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru.
11) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 12) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 13) Peneliti dan guru memberikan penguatan kepada siswa yang belum dapat melakukan gerakan dengan baik dan benar, sebelum memasuki materi selanjutnya. 14) Peneliti dan guru memperisapkan materi lanjutan yang akan diberikan kepada siswa sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada pelaksanaan materi pertama. 15) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua pada pertemua kedua yakni teknik rangkaian gerakan renang gaya dada, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 16) Siswa diminta melakukan teknik rangkaian gerakan gaya dada, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 17) Sebelum melakukan teknik rangkaian gerakan gaya dada siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 18) Siswa melakukan gerakan tangan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 19) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 20) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 21) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan II, pertemuan ketiga (Jum’at, 26 Maret 2010) adalah rangkaian gerak renang gaya dada, serta pengulangan materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa.
2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi yang telah disampaiakan pada pertemuan sebelumnya, yakni: teknik gerakan tangan, teknik koordinasi gerak tangan dan kaki (rangkaian gerak). 5) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas, serta menyiapkan materi selanjutnya. 6) Peneliti dan guru menyampaikan materi kedua pada pertemua ketiga yakni teknik rangkaian gerakan renang gaya dada, dengan menggunakan bantuan video. Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 7) Pada sesi ini siswa diminta untuk melakukan koordinasi rangkaian gerakan renang gaya dada dengan porsi sebenarnya yakni satu gerakan tangan dan satu gerakan kaki pada setiap rangkaiannya 8) Siswa diminta melakukan teknik rangkaian gerakan gaya dada dengan benar, sesuai dengan contoh yang ditayangkan pada video dan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru. 9) Sebelum melakukan rangkaian gerakan renang gaya dada siswa dibagi menjadi 4 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 10 orang siswa. 10) Siswa melakukan rangkaian gerak renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 11) Peneliti dan guru memberikan bimbingan dan pelatihan awal kepada siswa tentang gerakan meluncur yang akan dilakukannya. 12) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 13) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan.
Materi pada pelaksanaan tindakan II, pertemuan ke-empat (Jum’at, 2 April 2010) adalah rangkaian gerak renang gaya dada, pengulangan materi yang telah disampaikan minggu sebelumnya, dan post-test untuk siklus II. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memulai pembelajaran dengan mengulang materi yang telah disampaiakan pada pertemuan sebelumnya, yakni: teknik rangkaian gerak renang gaya dada. 5) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas, serta menyiapkan materi selanjutnya. 6) Peneliti dan guru menyiapkan siswa untuk mengikuti tes akhir pada siklus I dengan membagi kelompok keberangkatan masing masing kelompok keberangkatan adalah 2 orang siswa. 7) Peneliti dan guru melakukan posttest untuk siklus I, dengan mencatat perolehan waktu untuk renang dengan menempuh jarak 25 meter dan menilai kualitas gerakan renang gaya dada pada blangko penilaian yang telah disiapkan. 8) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan.
c. Observasi Dan Interprestasi Tindakan II Observasi dan interpelasi tindakan II dilakukan selama Tindakan II berlangsung. Dalam melakukan observasi dan interpelasi tindakan II peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan tindakan II, yakni : 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran renang gaya dada melalui bantuan media video pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009/ 2010. Pada pertemuan pertama (Jumat, 12 Maret 2010 selama 2 x 45 menit), peneliti mengajarkan materi teknik
dasar renang gaya dada, yakni teknik dasar meluncur, dan teknik dasar gerakan kaki renang gaya dada. Pada pertemuan kedua (Jumat, 19 Maret 2010, selama 2 x 45 menit) peneliti memberikan materi kelanjutan dari teknik dasar renang gaya dada, yakni teknik dasar gerakan tangan, serta teknik rangkaian gerakan renang gaya dada. Pada pertemuan ketiga (Jumat, 26 Maret 2010, selama 2 x 45 menit) dengam materi lanjutan yakni teknik rangkaian gerak renang gaya dada. Pada pertemuan keempat (Jumat, 2 April 2010) dengan materi rangkaian gerakan renang gaya dada dengan gerakan yang sesuai dengan pelaksanaan renang gaya dada, dan di pertemuan keempat peneliti melakukan tes akhir siklus II, untuk mengetahi hasil perkembangan proses pembelajaran selama siklus II. 2) Sebelum pembelajaran dilangsungkan peneliti dan guru bersangkutan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II, sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 3) Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model instruksi langsung, dalam hal ini peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada model pemebelajaran langsung, yakni adanya penjelasan materi, demonstrasi / unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan instruksi secara langsung oleh siswa. 4) Peneliti dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebelumnya peneliti dan guru memberikan contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu Siswa yang aktif selama pemberian materi teknik dasar renang gaya dada meningkat sebesar 60%, sedangkan 40% lainnya masih memberikan respon yang kurang serius terhadap materi. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi, dan tidak bisa melakukan ujuk kerja praktik renang gaya dada. 5) Guru, peneliti dan siswa selalu memberikan applause pada setiap penampilan siswa. Guru dan peneliti juga memberikan reward berupa pujian, seperti: “Bagus sekali”, “Ayo semangat”, “ Ya Bagus”, “Bravo”, dan lain-lain. Suasana tampak hidup dengan semangat dan antusiasme siswa yang tinggi.
6) Peneliti bersama guru melakukan penilaian melalui lembar obeservasi siswa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran materi renang gaya dada melalui model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil pengamatan / observasi selama pelaksanaan Tindakan II berlangsung, bersarkan hasil pekerjaan siswa dapat identifikasi: 1) Siswa yang memiliki ketangkasan dengan katagori baik dalam renang gaya dada pada akhir siklus II adalah Baik dengan prosentase 15,15% serta sisanya (Cukup 51,51%; Kurang 33,33%). Dalam hal ini prosentase siswa dalam kategori kurang meningkat dari siklus sebelumnya dikarenakan, pemindahan tempat pengambilan data tes ketangkasan renang di kolam utama ( kolam standar), menjadikan sebagian siswa kurang beradaptasi dengan situasi baru. 2) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada yang mencapai kriteria Baik Sekali sebanyak 18,18%, sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 9,09%; Cukup 12,12%, Kurang 45,45%). 3) Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada setelah Tidakan II dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Cukup Baik dengan prosentase 27,27%; Baik Sekali 18,18%; Baik 12,12%; Cukup 18,18%; Kurang 24,24%). Sejumlah 25 siswa telah mencapai kriteria Tuntas sedangkan 8 siswa Tidak Tuntas. Dalam pelaksanaan Tidakan II terdapat kelebihan yang dapat diguanakan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tindakan II, adapun kelebihan dan pelaksanaan Tindakan II diantaranya : 1) Keadaan pembelajaran lebih nyaman sebab proses belajar mengajar dilaksanakan lebih awal dari jadwal. 2) Siswa lebih dapat memahami konteks gerakan renang gaya dada dengan cermat sebab dapat mempelajarinya sendiri di rumah melalui video yang dicopykan. 3) Dengan dibantu oleh beberapa teman peneliti dan guru tidak kerepotan dalam proses transfer materi kepada siswa. 4) Melalui penguatan kegiatan permainan dan games di air siswa lebih berani dan beradaptasi di lingkungan air. 5) Sebagian besar siswa sudah berani untuk berenang di kolam utama.
Akan tetapi dalam pelaksanaan Tindakan II ini masih terdapat kelemahan sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan II, adapun kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan II tersebut adalah: 1) Masih ada siswa yang datang terlambat sehingga proses belajar mengajar terganggu. 2) Kondisi cuaca yang tidak bersahabat membuat siswa banyak yang tidak hadir tepat waktu sehingga pembelajaran menjadi terhambat. 3) Sebagian siswa enggan untuk melakukan kegiatan permainan atau games yang diberikan oleh guru dan peneliti. 4) Kondisi kolam renang yang sering rusak sehingga, saat pembelajaran hendak dipindahkan ke kolam utama seringkali terhambat.
d. Analisis dan Reflesi Tindakan II Berdasarkan hasil observasi pada Tinakan II tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Jumlah dan frekuensi pertemuan pada Siklus II telah menujukan hasil yang sesuai, mengingat jumlah materi yang disampaiakan banyak dan berfariasi serta alokasi waktu dalam mengajar yang sedikit. 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat apa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II. 3) Model pembelajaran langsung yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang dilakukan pada siklus II dapat terlaksana dengan baik. 4) Motivasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada Tindakan II, cenderung naik mejadi 60% sedangkan antusias siswa selama mengikuti proses belajar naik menjadi 50%. Adanya antusias dan respon siswa terhadap materi karena peneliti dan guru meminta bantuan teman dalam membantu memberikan pengawasan dan control terhadap siswa dalam belajar. 5) Hasil pekerjaan siswa pada Pelaksanaan Tindakan II menunjukan hasil yang meningkat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I. Secara lebih detail hasil kerja siswa selama Tindakan II, dijelaskan sebagagai berikut :
a) siswa dalam ketangkasan renang gaya dada diperoleh hasil yakni 15,15% memperoleh hasil Baik; 51,51% memperoleh hasil Cukup; dan 33,33% memperoleh hasil Kurang. b) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada yang mencapai kriteria Baik Sekali 18,18%; Baik sebanyak 15,15%; Cukup Baik 9,09%; Cukup 12,12%; Kurang 45,45%. Sehingga dapat disimpulkan pada proses Siklus II, terjadi peningkatan yang cukup baik kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada dengan kategori Baik Sekali dan Baik rata rata meningkat, sedangan dengan kategori Kurang turun jumlahnya. c) Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada setelah Tidakan II dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Cukup Baik dengan prosentase 27,27%; Baik Sekali 18,18%; Baik 12,12%; Cukup 18,18%; Kurang 24,24%). Sejumlah 25 siswa telah mencapai kriteria Tuntas sedangkan 8 siswa Tidak Tuntas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses Siklus II, hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada dalam kategori Baik. Akan tetapi prosentase ketuntasan siswa belum dapat dikatakan berhasil, sebab belum dapat mencapai 70% ketuntasan siswa. Untuk itu perlu diadakan tidnakan perbaikan sebagai upaya meningkatkan ketuntasan siswa. 6) Kelebihan dan keberhasilan dalam pelaksanaan tidakan pada siklus II, akan dipertahankan dan ditingkatkan. 7) Dalam mengantisipasi kelemahan dan kekurangan yang ditemukan selama pelaksanaan Tidakan II, maka disusun langkah antisipatif, yakni : a) Untuk mengantisipasi keterlambatan siswa guru dan peneliti memberikan hukuman (punishment) kepada siswa yang datang terlambat. b) Peneliti dan guru akan membagi sejumlah siswa dalam proses permainan / games di air agar siswa dapat mengikuti semuanya dan tidak ada yang enggan mengikutinya. c) Peneliti akan mengkonfirmasi pihak pengelola kolam renang, apabila kondisi kolam rusak maka kegiatan belajar mengajar renang akan dipinahkan ke tempat lain. d) Melihat kondisi sebagian besar siswa berani melakukan kegiatan renang di kolam utama maka guru dan peneliti sepakat pada siklus selanjutnya akan memindahkan kegiatan belajar mengajar pada siklus selanjutnya di kolam utama.
e. Diskripsi Data Tindakan II Selama pelaksanaa Tindakan II maka peneliti dan guru melakukan pengambilan data penelitian. Adapun diskripsi data yang diambil terdiri dari; ketangkasan renang gaya dada; kemampuan melakukan renang gaya dada; aktivitas siswa dan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010.
1) Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan II model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Deskripsi Data Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan II Nilai Keterangan Jumlah Anak Prosentase A Baik Sekali 0 0% B Baik 5 15,15% C Cukup 17 51,51% D Kurang 11 33,33% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan II adalah Baik dengan prosentase 15,15% serta sisanya (Cukup 51,51%; Kurang 33,33%)
2) Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan II model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 14. Deskripsi Data Kemampuan Melakukan Gerakan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan II Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 6 18,18% 75 – 79 Baik Tuntas 5 15,15% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 3 9,09% 65 – 69 Cukup Tuntas 4 12,12% < 64 Kurang Tidak Tuntas 15 45,45% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan II adalah Kurang dengan prosentase 45,45% serta sisanya (Baik Sekali 18,18%; Baik 15,15%; Cukup Baik 9,09%; Cukup 12,12%)
3) Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan II model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 15. Deskripsi Data Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan II Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 6 18,18% 75 – 79 Baik Tuntas 4 12,12% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 9 27,27% 65 – 69 Cukup Tuntas 6 18,18% < 64 Kurang Tidak Tuntas 8 24,24% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan II adalah Cukup
Baik dengan prosentase 27,27% serta sisanya (Baik Sekali 18,18%; Baik 12,12%; Cukup 18,18%; Kurang 24,24%). Sejumlah 25 siswa telah mencapai kriteria Tuntas sedangkan 8 siswa Tidak Tuntas.
4. Siklus III
Siklus III merupakan, tidak lanjut dari hasil analisis dan refkesi yang dilakukan pada Siklus II, dimana dalam pelaksanaan tindakan dalam Siklus II, rata – rata siswa menunjukan hasil yang kurang maksimal dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pelaksanaan Siklus III mengacu pada pelaksanaan Siklus II, karena merupakan perbaikan dari Siklus II. Adapun tahapan yang dilakuan pada Siklus III ini diantarannya; a. Rencana Tindakan III Kegiatan perencanaan Tidakan III dilaksanakan pada hari Senin, 5 April 2010, di SMA Negeri 5 Surakarta. Peneliti dan guru penjas yang bersangkutan (mitra kolaboratif) mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus III, mengacu pada hasil analisis dan refleksi tindakan II yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III. Melalui hasil pengukuran tersebut maka Peneliti dan Guru merancang rencana pelaksanaan tindakan Siklus III sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario model pembelajaran melalui instruksi langsung melalui bantuan media video, untuk meningkatkan motivasi serta kemampuan siswa dalam renang gaya dada. Dengan sintaks pembelajaran sebagai berikut : a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar b) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap c) Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal d) Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
e) Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. 2) Peneliti dan guru penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III renang gaya dada melalui Intruksi Langsung berbantukan media video 3) Peneliti dan guru menyiapkan media, serta video yang akan digunakan dalam pelaksaan proses pembelajaran renang, yang diunduh melalui situs www.youtube.com, serta menyiapkan sarana lain yang akan digunakan seperti; laptop, pelampung, dsb. 4) Peneliti dan guru menyusun media pembelajaran yakni berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai hasil peningkatan ketangkasan renang gaya dada dan motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran langsung berbantukan media video . Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik penilaian siswa yang tercantum dalam RPP. 5) Peneliti dan guru menyusun standar penliaian pada penguasaan teknik dasar renang gaya dada. 6) Peneliti dan guru menentukan lokasi pelaksaan tindakan III, yakni pada kolam pemula, di komplek Kolam Renang Tirtomoyo, Manahan Surakarta.
b. Pelaksanaan Tindakan III Tidakan III dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, selama tiga minggu yakni pada setiap hari Jum’at tanggal 9 April 2010, 16 April 2010 dan 24 April 2010, di kolam renang Tirtomoyo Manahan, Surakarta. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus III ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru yang bersangkutan, dan sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Materi pada pelaksanaan tindakan III, pertemuan pertama (Jum’at, 9 April 2010) adalah praktik renang gaya dada menempuh jarak 25 meter. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat.
3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi
misalnya permainan hitam –hijau,
yang
dilaksanakan di kolam anak, sehingga siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan air. 5) Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh gerakan renang gaya dada yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 6) Peneliti meminta siswa untuk melakukan gerakan renang menempuh jarak 25 meter (melebar kolam renang). 7) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 10 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 4 orang siswa. 8) Siswa melakukan gerakan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 9) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 10) Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Peneliti dan Guru mengadakan observasi, serta memberikan penguatan kepada siswa dalam pelaksanaan materi gerakan renang gaya dada. 11) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan III, pertemuan kedua (Jum’at, 16 April 2010) adalah adalah praktik renang gaya dada menempuh jarak 25 meter. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi yakni permainan polo air.
5) Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh gerakan renang gaya dada yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti. 6) Peneliti meminta siswa untuk melakukan gerakan renang menempuh jarak 25 meter (melebar kolam renang). 7) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 10 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 4 orang siswa. 8) Siswa melakukan gerakan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 9) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 10) Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Peneliti dan Guru mengadakan observasi, serta memberikan penguatan kepada siswa dalam pelaksanaan materi gerakan renang gaya dada. 11) Peneliti dan guru menawarkan kepada siswa, bagi siswa yang berani berenang menempuh jarak 50 meter. 12) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan. Materi pada pelaksanaan tindakan III, pertemuan ketiga (Sabtu, 24 April 2010) adalah rangkaian gerak renang gaya dada, serta pengambilan data akhir tindakan III. Urutan pelaksaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dan guru menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran dengan berdoa. 2) Peneliti dan guru menyampiakan motivasi dan tujuan pembelajaran, serta kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa secara singkat. 3) Peneliti dan guru memulai proses pembelajaran diawali dengan proses stretching atau penguluran. 4) Peneliti dan guru memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi renang dan permainan-permainan yang dimodifikasi yakni permainan polo air. 5) Siswa diminta menyimak secara detail pelaksanaan contoh gerakan renang gaya dada yang dilihat melaui video dan pelaksanaan demonstrasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti.
6) Peneliti meminta siswa untuk melakukan gerakan renang menempuh jarak 25 meter (melebar kolam renang). 7) Sebelum melakukan gerakan menluncur siswa dibagi menjadi 10 kelompok keberangkatan, sedangkan masing – masing kelompok terdiri atas 4 orang siswa. 8) Siswa melakukan gerakan renang gaya dada, sesuai dengan instruksi dari peneliti dan guru. 9) Peneliti dan guru melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas. 10) Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Peneliti dan Guru mengadakan observasi, serta memberikan penguatan kepada siswa dalam pelaksanaan materi gerakan renang gaya dada. 11) Pengambilan data akhir siklus III 12) Diakhir pertemuan peneliti dan guru melakukan evaluasi tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan.
c. Observasi Dan Interprestasi Tindakan III Observasi dan interpelasi tindakan III dilakukan selama Tindakan III berlangsung. Dalam melakukan observasi dan interpelasi tindakan III peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan Tindakan III, yakni : 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran renang gaya dada melalui bantuan media video pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009/ 2010. Pada pertemuan pertama (Jumat, 9 April 2010 selama 2 x 45 menit), (Jumat, 16 April 2010, selama 2 x 45 menit) . Pada pertemuan ketiga (Sabtu, 24 April 2010, selama 2 x 45 menit) 2) Sebelum pembelajaran dilangsungkan peneliti dan guru bersangkutan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III, sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. 3) Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model instruksi langsung, dalam hal ini peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada model pemebelajaran langsung, yakni adanya penjelasan materi, demonstrasi / unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan instruksi secara langsung oleh siswa.
4) Peneliti dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebelumnya peneliti dan guru memberikan contoh permainan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang di perintah oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu Siswa yang aktif selama pemberian materi teknik dasar renang gaya dada meningkat sebesar 80%, sedangkan 20% lainnya masih memberikan respon yang kurang serius terhadap materi. Dari hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang kurang menyukai materi, dan tidak bisa melakukan ujuk kerja praktik renang gaya dada. 5) Guru, peneliti dan siswa selalu memberikan applause pada setiap penampilan siswa. Guru dan peneliti juga memberikan reward berupa pujian, seperti: “Bagus sekali”, “Ayo semangat”, “ Ya Bagus”, “Bravo”, dan lain-lain. Suasana tampak hidup dengan semangat dan antusiasme siswa yang tinggi. 6) Peneliti bersama guru melakukan penilaian melalui lembar obeservasi siswa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran materi renang gaya dada melalui model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil pengamatan / observasi selama pelaksanaan Tindakan III berlangsung, bersarkan hasil pekerjaan siswa dapat identifikasi: 1) Siswa yang memiliki ketangkasan dengan katagori baik dalam renang gaya dada pada akhir siklus III adalah Baik dengan prosentase 30,30% serta sisanya (Cukup 60,60%; Kurang 9,09%). 2) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada yang mencapai kriteria Baik Sekali sebanyak 51,51%, sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 9,09%; Cukup 0%, Kurang 24,24%). 3) Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada setelah Tidakan II dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Baik Sekali 60,60% sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 6,06%; Cukup 15,15%; Kurang 3,03%). Sejumlah 32 Siswa mencapai kriteria Tunas sedangkan 1 siswa Tidak Tuntas. Telah memenui target dengan capaian berhasil lebih dari target capaian yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan Tidakan III terdapat kelebihan yang dapat diguanakan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tindakan III, adapun kelebihan dan pelaksanaan Tindakan II diantaranya : 1) Sebagian siswa telah mampu menunjukan gerakan renang gaya dada dengan baik. Walau ada sebagian kecil siswa yang sama sekali belum dapat menunjukan gerakan renang gaya dada. 2) Melalui proses pengelompokan siswa dalam permainan sebagian besar siswa dapat perpartisipasi dalam permainan yang dibuat oleh guru dan peneliti Dengan dibantu oleh beberapa teman peneliti dan guru tidak kerepotan dalam proses transfer materi kepada siswa. Melalui penguatan kegiatan permainan dan games di air siswa lebih berani dan beradaptasi di lingkungan air. 3) Siswa lebih berani untuk berenang di kolam utama sebab telah memiliki kemampuan untuk berenang dengan baik. Akan tetapi dalam pelaksanaan Tindakan III ini masih terdapat kelemahan sehingga membuat kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan III, adapun kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan III tersebut adalah: 1) Masih ada siswa yang datang terlambat sehingga proses belajar mengajar terganggu. 2) Kondisi cuaca yang tidak bersahabat membuat siswa banyak yang tidak hadir tepat waktu sehingga pembelajaran menjadi terhambat.
d. Analisis dan Reflesi Tindakan III Berdasarkan hasil observasi pada Tinakan III tersebut, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Jumlah dan frekuensi pertemuan pada Siklus III telah menujukan hasil yang sesuai yakni 2 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan untuk pengambilan data akhir siklus II, sebab materi yang diberikan sedikit hanya penguatan pada sebagian siswa sedangkan sebagian lain adalah penyempurnaan gerakan. 2) Pelaksanaan proses belajar mengajar telah sesuai dengan rencana yang dibuat apa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III.
3) Model pembelajaran langsung yang diterapkan oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta penguatan materi yang dilakukan pada siklus III dapat terlaksana dengan baik. 4) Motivasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar pada Tindakan III, cenderung naik menjadi 80% sedangkan antusias siswa selama mengikuti proses belajar naik menjadi 70%. Adanya antusias dan respon siswa terhadap materi karena peneliti dan guru meminta bantuan teman dalam membantu memberikan pengawasan dan control terhadap siswa dalam belajar. 5) Hasil pekerjaan siswa pada Pelaksanaan Tindakan III menunjukan hasil yang meningkat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus II. Secara lebih detail hasil kerja siswa selama Tindakan III, dijelaskan sebagagai berikut: a) Ketangkasan renang gaya dada siswa diperoleh hasil yakni 30,30% memperoleh hasil Baik; 60,60% memperoleh hasil Cukup; dan 9,09% memperoleh hasil Kurang. Telah memenui target dengan capaian berhasil lebih dari target capaian yang diharapkan. b) Kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar renang gaya dada yang mencapai kriteria Baik Sekali sebanyak 51,51%, sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 9,09%; Cukup 0%, Kurang 24,24%). Telah memenui target dengan capaian berhasil lebih dari target capaian yang diharapkan. c) Hasil belajar siswa dalam materi renang gaya dada setelah Tidakan II dilakukan menunjukan hasil bahwa yang mencapai kriteria Baik Sekali 60,60% sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 6,06%; Cukup 15,15%; Kurang 3,03%). Sejumlah 32 Siswa mencapai kriteria Tunas sedangkan 1 siswa Tidak Tuntas. Telah memenui target dengan capaian berhasil lebih dari target capaian yang diharapkan. 6) Melihat hasil yang diperoleh pada Tidakan III maka penelitian tidakan kelas telah memenuhi target dari, rencana target yang diharapkan.
e. Diskripsi Data Tindakan III Selama pelaksanaa Tindakan III maka peneliti dan guru melakukan pengambilan data penelitian. Adapun diskripsi data yang diambil terdiri dari; ketangkasan renang gaya dada; kemampuan melakukan renang gaya dada; aktivitas siswa dan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010.
1) Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan III model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Deskripsi Data Ketangkasan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan III Nilai Keterangan Jumlah Anak Prosentase A Baik Sekali 0 0% B Baik 10 30,30% C Cukup 20 60,60% D Kurang 3 9,09% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan I adalah Baik dengan prosentase 30,30% serta sisanya (Cukup 60,60%; Kurang 27,27%)
2) Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan III model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Deskripsi Data Kemampuan Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan III Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 17 51,51% 75 – 79 Baik Tuntas 5 15,15% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 3 9,09% 65 – 69 Cukup Tuntas 0 0% < 64 Kurang Tidak Tuntas 8 24,24% Jumlah 33 100%
Berdasarkan hasil diskripsi data awal, kemampuan melakukan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan III adalah Baik Sekali 51,51% sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 9,09%; Cukup 0%; Kurang 24,24%).
3) Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung. Kondisi hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan III model pembelajaran langsung disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 18. Deskripsi Data Hasil Belajar Renang Gaya Dada Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Tindakan III Rentang Nilai Keterangan Kriteria Jumlah Anak Prosentase >80 Baik Sekali Tuntas 20 60,60% 75 – 79 Baik Tuntas 5 15,15% 70 – 74 Cukup Baik Tuntas 2 6,06% 65 – 69 Cukup Tidak Tuntas 5 15,15% < 64 Kurang Tidak Tuntas 1 3,03% Jumlah 33 100% Berdasarkan hasil diskripsi data awal, hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 setelah diberikan Tidakan III adalah Baik Sekali 60,60% sedangkan sisanya ( Baik 15,15%; Cukup Baik 6,06%; Cukup 15,15%; Kurang 3,03%). Sejumlah 32 Siswa mencapai kriteria Tunas sedangkan 1 siswa Tidak Tuntas.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I, II dan III dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan ketangkasan, kemampuan, dan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. Berikut ini disajikan pembahasan dari masing-masing permasalahan yang ada dalam penelitian sebagai berikut:
1. Ketangkasan Renang Gaya Dada Kondisi awal ketangkasan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1, SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010 tergolong cukup, sebab siswa tidak terbiasa melakukan aktivitas renang gaya dada. Kondisi belajar siswa kurang terkontrol dengan baik sebab pola pembelajaraan yang diberikan kurang dapat dipahami siswa secara keseluruhan. Melalui model pembelajaran langsung, siswa mampu melihat gerakan yang didemonstrasikan oleh guru maupun tayangan yang dapat dilihat melalui video, serta secara langsung siswa dapat mempraktekan gerakan tersebut. Disisi lain guru dapat memberikan koreksi maupun feedback terhadap unjuk kerja praktik yang dilakukan sisiwa. Perbandingan hasil ketangkasan siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan, disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 19. Hasil Perbandingan Ketangkasan Renang Gaya Dada Sebelum Dan Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II dan Siklus III Prosentasi Rentang Keterangan Nilai Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III A Baik Sekali 0% 0% 0% 0% B Baik 6,06% 9.09% 15,15% 30,30% C Cukup 66,66% 63,63% 51,51% 60,60% D Kurang 27,27% 27,27% 33,33% 9,09% Kondisi awal siswa belum menujukan hasil yang maksimal mayoritas siswa masih memiliki ketangkasan renang gaya dada yang Cukup. Pada siklus pertama terjadi peningkatan prosentase siswa dengan kategori baik sebesar 9,09%, sedangkan pada siklus kedua terjadi peningkatan sebesar 15,15%, dan pada siklus ketiga terjadi lonjakan sebesar 30,30%. Disisilain pada siklus ketiga prosentase siswa yang memiliki ketangkasan renang gaya dada dalam kategori Kurang, berkurang dengan prosentase 9,09%.
Melalui peningkatan yang terjadi sejak kondisi awal hingga diberikan tindakan I, II dan III dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung dapat meningkatkan aktivitas renang gaya dada siswa SMA Negeri 5 Surakarta, melalui ketangkasan renang gaya dada.
2. Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Model pembelajaran renang gaya dada pada golongan pemula hendaknya diberikan secara langsung, sebab kondisi perenang (siswa) belum dapat mencermati gerakan renang gaya dada. Cara ini lebih efektif dalam memebrikan model pembelajaran kemampuan teknik dasar pada setiap pemula, sebab seorang guru mendemonstrasikan keterampilan yang hendak dipelajari, sedangkan siswa dapat langsung mempraktekan gerakan yang didemonstrasikan. Melalui model pembelajaran langsung pada materi renang kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009/2010, mampu meningkatkan kemampuan melakukan gerakan renang gaya dada. Sebab pembelajaran ini menitik beratkan pada proses pembelajaran dengan instruksi secara langsung. Guru pertama kali mendemonstrasikan gerakan dan teknik dasar renang gaya dada, selanjutnya siswa diminta melakukan gerakan sesuai dengan yang diperagakan oleh guru. Adapun perbandingan hasil yang diperoleh selama proses tindakan serta sebelum diberikan tindakan dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 20. Hasil Perbandingan Kemampuan Melakukan Renang Gaya Dada Sebelum Dan Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II dan Siklus III Prosentasi Rentang Keterangan Nilai Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III >80 Baik Sekali 0% 0% 18,18% 51,51% 75 – 79 Baik 0% 6,06% 15,15% 15,15% 70 – 74 Cukup Baik 3,03% 3,03% 9,09% 9,09% 65 – 69 Cukup 0% 12,12% 12,12% 0% < 64 Kurang 96,96% 78,78% 45,45% 24,24% Kondisi awal siswa belum menujukan hasil yang maksimal mayoritas siswa masih memiliki ketangkasan renang gaya dada yang Kurang. Pada siklus pertama terjadi peningkatan prosentase siswa dengan kategori baik sebesar 6,06%, sedangkan pada siklus kedua terjadi peningkatan sebesar 15,15%, pada siklus II 18,18% siswa telah mampu menujukan hasil gerakan renang yang baik sekali dan pada siklus ketiga prosentase siswa yang masuk dalam kategori baik cenderung tetap yakni 15,15%, sedangkan prosentase siswa yang memperoleh kategori baik
sekali meningkat sebesar 51,15%. Disisilain pada siklus ketiga prosentase siswa yang memiliki kemampuan melakukan gerakan renang gaya dada dalam kategori Kurang, berkurang dengan prosentase 24,24%. Melalui peningkatan yang terjadi sejak kondisi awal hingga diberikan tindakan I, II dan III dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung dapat meningkatkan kemampuan melakukan gerakan renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. 3. Hasil Belajar Renang Gaya Dada Disamping mempengaruhi peningkatan kemampuan renang gaya dada siswa, model pembelajaran melaui model Pembelajaran instruksi langsung juga berpengaruh terhadap pemahaman siswa terhadap teknik dasar renag gaya dada. Pengaruh terhadap pemahaman siswa terhadap materi teknik dasar renang gaya dada tersebut tercermin dalam tabel peningkatan hasil belajar siswa berikut:
Tabel 21. Hasil Perbandingan Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Dan Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II dan Siklus III Prosentasi Rentang Keterangan Nilai Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III >80 Baik Sekali 0% 0% 18,18% 60,60% 75 – 79 Baik 0% 6,06% 12,12% 15,15% 70 – 74 Cukup Baik 0% 18,18% 27,27% 6,06% 65 – 69 Cukup 3,03% 42,42% 18,18% 15,15% < 64 Kurang 96,96% 33,33% 24,24% 3,03% Kondisi awal siswa belum menujukan hasil yang maksimal mayoritas siswa diperoleh hasil belajar renang gaya dada yang Kurang. Pada siklus pertama terjadi peningkatan prosentase siswa dengan kategori baik sebesar 6,06%, sedangkan pada siklus kedua terjadi peningkatan sebesar 12,12%, pada siklus II 18,18% siswa telah mampu menujukan hasil gerakan renang yang baik sekali dan pada siklus ketiga prosentase siswa yang masuk dalam kategori baik cenderung tetap yakni 15,15%, sedangkan prosentase siswa yang memperoleh kategori baik sekali meningkat sebesar 60,60% Disisilain pada siklus ketiga prosentase siswa yang memiliki kemampuan melakukan gerakan renang gaya dada dalam kategori Kurang, berkurang dengan prosentase 3,03%.
Hal yang sama juga terlihat pada tingkat ketuntasan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. Peningkatan jumlah ketuntasan hasil belajar renang gaya dada, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 22. Hasil Perbandingan Ketuntasan (KKM) Hasil Belajar Renang Gaya Dada Sebelum Dan Setelah Diberikan Model Pembelajaran Langsung Siklus I, Siklus II dan Siklus III Prosentasi Keterangan Data Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tuntas 1 22 25 32 Prosntase Ketuntasan 3,03% 66,67% 75,76% 96,97% Tidak Tuntas 32 11 8 1 Prosntase Ketidak Tuntasan 96,97% 33,33 24,24% 3,03% Pada kondisi awal diperoleh hasil ketuntasan belajar yang sangat kurang. Pada kondisi awal hanya 1 siswa yang mencapai kriteria tuntas, sedangkan sisanya belum. Pada siklus II terjadi peningkatan sejumlah 22 siswa mencapai kriteria tuntas, sedangkan sisanya belum. Dan pada akhir tindakan siklus III sejumlah 32 siswa mencapai kriteria tuntas. Melalui peningkatan yang terjadi sejak kondisi awal hingga diberikan tindakan I, II dan III dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010. Secara keseluruhan hasil capaian aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta, tahun ajaran 2009/ 2010 pada materi renang gaya dada dapat dilihat melalui pemaparan tabel pencapaian aktivitas dan hasil belajar siswa berikut:
Tabel 23. Pencapaian Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Prosentase capaian Aspek yang diukur Keterangan Siklus Siklus Siklus 1 2 3 Ketangkasan renang 9,09% 15,15% 30,30% Diperoleh melalui hasil gaya dada siswa penilaian ketangkasan renang gaya dada pada kategori Baik Kemampuan teknik 6,06% 33,33% 66,66% Diperoleh melalui hasil dasar renang gaya penilaian ujuk kerja dada siswa kemampuan renang gaya dada pada kategori Baik dan Baik Sekali
Pemahaman siswa terhadap materi renang gaya dada
51,51%
75,75%
Sikap siswa dalam mengikuti pelaksanaan materi renang gaya dada Ketuntasan hasil belajar
90,90%
90,90%
66,67%
75,76%
100%
Diperoleh melalui penilaian tes pemahaman siswa pada dengan nilai KKM: 70 100% Diperoleh melalui penilaian skala sikap siswa pada dengan nilai KKM: 70 96,97% Prosentase diperoleh melalui penilaian hasil belajar renang gaya dada pada kategori tuntas dengan KKM: 65
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran langsung berbantukan media video, sangat baik untuk meningkatkan aktifitas belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus I aktifitas siswa yang meliputi ketangkasan dan kemampuan renang gaya dada pada kategori baik sebesar 9,09% dan 6,06%. Pada siklus II ketangkasan renang gaya dada siswa dalam kategori baik meningkat menjadi 15,15% sedangkan kemampuan renang gaya dada dalam kategori baik sekali sebesar 18,18%. Pada siklus III ketangkasan renang gaya dada siswa pada kategori baik meningkat menjadi 30,30%, sedangkan kemampuan renang gaya dada pada kategori baik sekali meningkat 51,51%. 2. Model pembelajaran langsung berbantukan media video, sangat baik untuk meningkatkan hasil belajar renang gaya dada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Hasil belajar renang gaya dada pada siklus I dalam kategori baik adalah 6,06% jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori Baik Sekali sebesar 18,18%, sedangkan siswa yang tuntas 25 siswa. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam ketgori baik sekali sebesar 60,60% sedangkan siswa yang tuntas 32 Siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan penerapan model Pembelajaran Langsung berbantukan media video dalam pembelajaran renang gaya dada dapat meningkatkan ketangkasan, kemampuan, serta hasil belajar siswa dalam renang gaya dada (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin mengembangkan proses pembelajaran renag gaya dada kepada para siswanya. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar renang gaya dada bagi pemula yang lebih efektif. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak. Melalui diterapkanya model pembelajaran langsung berbantukan media video dalam pembelajaran renang gaya dada, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam
proses pembelajaran Penjas. Siswa mampu mencermati lebih jelas konsep gerak yang ada pada renang gaya dada, sehingga mampu memahami dan menirukan dengan baik. Pemberian tindakan dari siklus I, II, dan III memberikan deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses maupun hasil) dan peningkatan motivasi belajar siswa. Dari segi proses pembelajaran Penjas, penerapan model pembelajaran langsung ini dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjas yang nantinya dapat bermanfaat
untuk
mengembangkan
kebugaran
jasmani,
mengembangkan
kerjasama,
mengembangkan skill dan mengembangkan sikap kompetitif yang kesemuanya ini sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya pada guru SMA Negeri 5 Surakarta, sebagai berikut: 1. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran langsung pada proses pembelajaran yang menekankan pada keterampilan dasar bagi siswa. Melalui pembelajaran secara langsung, siswa dapat memperhatikan ujuk kerja, ataupun contoh gerakan yang didemonstrasikan oleh guru dan secara langsung siswa dapat mengimplementasikan gerakan yang diperagakan secara langsung. Dalam hal ini guru dapat langsung memberikan umpan balik terhadap kualitas ujuk kerja siswa. 2. Pemanfaatan media bantu dalam bentuk video dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran langsung diperlukan sebagai penguat dari demonstrasi atau peragaan yang disampaiakan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
A Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV Remadja Karya Arief S Sadiman. 2002. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Arsyad Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Aqib Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya Baharuddin. 2009. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta : Al Ruzz Media Bucher, Charles A. 1979. Foundation of Physical Education. Missouri : CV Mosby Company Budiningsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Daniel Muijs. 2008. Effective Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dimyati. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Haller, David. 2008. Belajar Berenang. Bandung : Pionir Jaya Hamzah B Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara _____________. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara Joyce Bruce. 2000. Models of Teaching. United Sate of America Kasihani Kasbolah E.S. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Universitas Negeri Malang M Furqon Hidayatullah. 2009.Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas.Surakarta : Yuma Pustaka Muhajir. 2005. Pendidikan Jasmani Teori Dan Praktek SMA. Jakarta : Erlangga Mulyani Sumantri. 2001. Startegi Belajar Mengajar.Bandung : CV Maulana Mulyasa. 2009. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya Nana Sudaja. 2001. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo __________. 2000. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo Oemar Hambalik. 1980. Media Pendidikan. Bandung : Alumni
Siahaan AMS. 1961. Pendidikan Olahraga Dan Pembangunan Masyarakat Baru Indonesia. Jakarta : NV Harapan Masa Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pustaka Book Bublisher. Suroso. Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Classroom Action Reseach. Yogyakarta : Pararaton Tes Ketangkasan Renang Untuk Putra Umur 13 Tahun Keatas. 1977. Jakarta : Pusat Kesegaran Jasmani Dan Rekreasi, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Jakarta. Thomas, David G. 1996. Renang Tingkat Mahir : Langkah – Langkah Menuju Keberhasilan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada WJS Purwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka