;l - ,ffi;, ,* '' '-o*'lgt -r''
-
s{
!'-
lft-ffirw /-41;
caen*,"s,
j
"*---
r&.s*ar*
l*{* \L'l
{F,f
ISSN: 2085 - 3777
T'AIB. Pf,AY ) wwaL lLvw,t KeoLahra ga aw
>i,tertrLtk aw oLch
J r Rr,rs,-+N p|-,4p1pdQA DAN KESEI-I^T/+N FKIPABI/LLYATAMA JLBLan4Blntane L^tt/Lo- RM 9,5 Lnn/"poh K4ude A&hB,csar Vol.3
No.4
Hlm 1-102
Aceh Besar Desember 2010
ISSN
208+3777
I'.A.IN. Pf,AY Jurnal Keolahragaan
Ketua penyunting Drs. Amiruddin, M.Kes Wakit
Drs. yusri, M.pd
Penwnting Pelaksana Ridwan, S.pd, M.pd Eti, s.Pd, M.Pd Penyunting Ahti (Mitra Bestari) Dr. Saifuddin, M.pd (Unsyiah) Dr. Nyak Amir, M.pd (Unsyiah) Dr. Razati, M.pd (Unsyiah) Dr. Budi Vatianto, M.pd (Unimed) Dr. Yudha Saputra, M.pd (Upl Bandung) Drs. Sukuri, M.pct (UNJ)
Sekretaris Redaksi: yulinar, S.pd Pelaksana TU: Erizal Kurniawan, S.pd
Alamat Redaksi: Jl. Blang Bintang Lama KM. 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar
Pertama Kali Terbit Juni 20O9 Frekuensi Terbit Dua Kali Setahun
Diterbitkan Oleh: JURUSAN OLAHRAGA DAN XESEHATAN FKIP ABULYATAMA
JL. Blang Blntang Lama. KM g,5 Lampoh Keude Aceh Besar
IE--
r::
::
Edisi Desember 2010
ISSN: 2085 - 3777
I.AIB. PI,AY Jurnal Keolahragaan
DAFTARISI Problematika Mahasiswa Pendidikan Jasmani Unaya Dalam N{elaksanakan PraLlek Pengalaman Lapangan
Amiruddin Menembak (Sftoolmg) dalam permainan bola basket
Razali Membentuk Karakter Melalui Olahraga Nyak
Amir
Peranan Hormon Terhadap Aktivitas
01
-13
14-24 25
-
34
-41
12
-
33
Fisik
Saifuddin
Pengaturan Gizi Atlet Untuk Prestasi
Bustamam
Senam Kebugaran Jasmani Sky Aerobik
Soedirman
53- 67
Minat Siswa SMP Terhadap Permainan Bola Voli
Budiman
52
68
-
81
82
-
102
Survei Tingkat Keterampilan Gerak Dasar Sepak Bola Siswa Peserta ekstrakurikuler Sepakbola pada SMA
Ramli
MEMBENTUK IGRAI(TER MELALUI OLAERAGA Oleh: Nyak Amir*)
Abstrak: Bazgsa Indonesil neyupakan bangsa yang sikap dan peritaku yans bersumber arii ,itri_ii)i-r"!iiiua"y"
ii
F:y ::!:
*
b an gs a o n e s i a, i i, i- o r r* t, * qonm upq)a ": .rnd meningkatk{rn.persahnn "i" ao, fu*rioo-iorsro guna memperkokoh stabilitas nasional, upoy*upoyo pemb inaan pribadi manus ia Indonesiip", tr r"#Tii"lrt"r, terutamo bagi Eenerasi y*s if;'-;;ii,,iiuoro,
peryblmbing nasiona! di,masa depan. pembentukan karakter melolui
otahraga bisa
ditak;anai; i:*:""r"itff
#. .".ir"ili,i,r,
(1sarrya mengajarkan prd" ""a" jiwa sporriyitas, tidak mudahr;;"rr;;' ;;;'T'ii,fioi,rrr, ^"ry"r1n. t i nssi. se m.ansat t"r"4 o, o,ii,"',i",g"
t !1:f :,:{l:, aturan, uKan adqnya berani mengambit- teputusan.
kata, olahrcga akan membinruk ;;;;'
kepribad ian yang
Kata
Kunci:
s e hat.
Karakter, Olahraga.
*) Dosetr Peojsskes FKIP Univcrsitas Syiah Kuala
25
n,
Fka"t ;;;g""
Nyak Amir: Membentuk Karaher Melalui Olahraga
PEIIDAHULUAN Sejak tahun 1998, angin reformasi telah menghembuskan oleh sejumlah kalangan yang dimotori mahasiswa. Reformasi dimaksudkan untuk melakukan perubahan kearah kebaikan yang dilakukan secara gradual dan Lega. Era reformasi telah menbawa bangsa Indonesia menuju masa transisidemokratis; dari kondisi sebelumnya yang represif dan opresif menuju sebuah kondisi yang memungkinkan setiap warga negara berekspresi secara bebas dan berdinamis. Dalam masa transisi, biasanya juga menjadi proses traspormasi nilai-nilai yang begitu cepat yang tidak jarang rnenimbulkan dampak negatif. Tentunya kita tidak menginginkan bahwa dengan reformasi malah menyebabkan bangsa ini menyebabkan kemunduran.
Kekhawatiran tersebut bukanlah tanpa alasan. Tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara setelah bergulimg nya reformasi justru menunjukkan adanya kecenderungan yang memperihatinkan, terutama terkait dengan sikap dan perilaku kita sebagai bangsa yang beradap. Kepribadian bangsa yang terkenal menjunjung tinggi moral dan etika terkikis oleh sikap dan perilaku yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok ketimbang kepentingan bangsa dan negaraa KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang di era orde baru dikritik habis-habisan, bukan b€rarti di era reformasi semakin berkurang.Di era otonomi, hingga dewasa ini terdapat kecenderungan gejolak KKN justru terdistribusi secara meluas.
Kondisi yang demikian perlu dicermati secara seksama agar perubahan yang kita kehendaki tidak bergerak kearah yang salah. Reformasi justru membuahkan komplik antara kelompok satu dengan yang lain yang akan mengganggu rasa p€rsatuan dan kesatuan bangsa. Implikasi lebih lanjut juga akan menggangu stabilitas nasional yang merupakan prasyarat penting berlangsungnya proses pembangunan. jangan sampai terjadi gerak reformasi justru semakin menjauhkan bangsa ini mencapai tujuan dan cita-cita. Gejala perubahan sikap dan perilaku yang cenderung menyimpang dari kepentingan nasional, perlu dicermati dan diorientasi melalui pembinaan yang sistematik dan berkelanjutan dengan memperhatikan kondisi intemal dan esLternal bangsa Indonesia secara menyeluruh. Pembinaan pribadi manusia Indonesia tersebut diarahkan kepada peningkatan rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka memperkokoh stabilitas nasional. Di dalam kehidupan bermasyarakag berbangsa dan bernegara yang
dinamik, komplik yang te{adi antara yang satu dengan yang lain atau kelompok yang satu dengan yang lain adalah hal yang wajar. Namun pedu dijaga agar komplik kepentingan tersebut jangan sampai berkembang meqiadi komplik yang mengarah pada perpecahan yang pada akhimya
Nyak Amir: Membentuk Karakter Melalui Olahraga
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya mengatasi setiap ygg terjadi, diperlukan kedewlaan ,"rnuu piilut dalam bersikap _tompJit
dan berprilaku, baik dalam tataran supratur p"-"g*g kekuasaan, di lingkungan formal dan informal. Kearifan dan teUilatai yang didasari lada pola tingkah laku yang bermoral sesuai denga'n tata tJtriaupan yar,g -
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara mlnjadi faktor peniing untu[ mewujutkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam melaksanakan reforasi, bangsa Indonesia memerlukan sikap dan perilaku yang bersumber dari nilainilai sosial budaya kemasyarakatan
bangsa Indonesia sendiri. nilai-nilai tersebut pada hakikatnya telah terkristalisasi didalam sila-sila pancasila dan juga dilegalisasikan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Oleh iarena Itu, dalam upaya
meningkalkan persatuan dan kesatuan bangsa guna memper{okoh stabilitas upaya-upaya pembinaan pribadi minusia Indonesia perlu terus i3i"":1, dilakukan, generasi yang akan tampil sebagai pimbimbing .terutama bagi
ysioli] 9i masa depan. Bagaimanipun eksisLnsi Nlgara Kesatuan lndonesia (NKRI) harus terap dipertahankan.NflU akan tetap l.etullt kokoh jika setiap manusia _
Indonesia memiunyai kualitas pribadi yang -"*"gurrg teguh tradisi bangsi yang luhur, dan mengutamakan kepentingan n"g".u' ai"utu. kepentinlan pribadi atau golongan. Jika kita membayangkan carut marutnya persoalan bangsa, seolah Krta pestmts akan masa depan bangsa ini. Namun. sebagai bangsa yang besar kita harus tetap optimis bahwa kita mampu mengatasf persollan-persoalan bangsa yang sekarang ini sedang terjaai. bibututlan keyakinan yang kuat dan kerja dari semua pihak untuk bisa cepat keluar dari kerisis. .keras yd9n":11 kedepan menjadi indonesia yang mandiri, bersatu, demokatis, berkeadilan dan hidup dalam suasana penuh ledamaain. menjun-iung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
PEMBAEASAN Belajar dari Fenomena Olahraga orang membicarakan carut_marutnya kehidupan ,bermanyarakat , Oi ,saat,banyak dan kenegaraan dewasa ini, ada baiknya kita menengok kembali dan belajar dari fenomena olahraga. Sepanjanj ,";arut, otut.iga telah, membukt i kan dirinya sebagai intrumeri yung'"f"iai iUuj L"manus iaan. *J1, r.ue:. up.aya mewrjudkan perdamaian, tapi juga penghormatan :1:*, rernaoap utal-nllat kemanusiaan iru sendiri.
Nyak Amir: Membentuk Karakter Melalui Olahraga
sulit menemukan sebuah event yang mengundang dan menyita perhatian banyak orang dari berbagai belahan dunia selain olahraga. Rasanya
Sejarah membuktikan bahwa olahraga sanggup memelihara suasana persahabatan dalam hitungan abad. Ketika dunia politik masih belajar demokrasi, dan egariter. Takkala dunia manajemen memerlukan berbagai
regulasi dan etika tertulis, olahraga lancar-lancar saja hanya dengan kesepakatan, dan kelazimanOlahraga pada hakikatnya adalah miniatur kehidupan. Sudah tentu, ini tidak dimaksudkan untuk melakukan simplifikasi. Tapi setidaknya, esensi+sensi dasar dari kehidupan manusia dalam keseharian dapat kita temukan dalam olahraga. Ambil contoh misalnya, persaingan sepanjang kehidupan, seolah manusia itu ditakdirkan untuk saling bersaing menjadi yang terbaik. Mulai awal proses terJ'adinya manusi4 persaingan sudah nampak. Lihatlah bagaimana sel sperma bersaing dengan jutaan sel seperma untuk membuahi sel telur. Mereka bersaing, berkompetisi untuk menjadi yang terkuat dan tercepat untuk menembus sel telur. Esensijuga akan terjadi ketika anak manusia memasuki sekolah, mendapatkan pekeriaan, meraih jabatan, dan lain sebagainya. Pendek kata" persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindarkan dalam kehidupan manusi4 dan esensi tersebut menjadi ciri utama dari olahraga, yaitu kompetitif. Barangkali dalam keseharian adalah hal biasa, yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana ketika orang atau sekelompok orang berkompetisi dilakukan secara fail, mamatuhi aturan main yang ada, dan menjunjung tinggi nilai moral dan keadilan. Dalam kaitan ini, saya ingin memberi contoh klasik dalam dunia olahraga. Marilah kita ingat kembali bagaimana seorang Eugenio Monti, atlit kereta luncur (bobsled) menunjukkan perilaku sebagai kompetitor sejati. Ketika itu, tahun 1964 diselenggaran olimpiade musim dingin di Austria. Monti telah selesai melakukan giliran luncuran yang terakhir dengan catatan waktu yang sangat menakjubkan. Ia akan dipastikan rnenjadi juar4 lawan terakhir nya Tony Nash, tidak berhasil molampaui catatan waktu yang dibuatnya- Menjelang tampil nya Naslq tersiar kabar ada bagian onderdil, dari kereta Nash yang rusak yang bisa jadi akan mempengaruhi terhadap prestasinya. Mendengar kabar itu Monti mencopot bagian tersebut dari kereta nya dan kemudian mengirimkannya kepada Nash. Nash kemudian melakukan giliran nya dan sampai garis finis dengan menciptakan rekor baru serta memenangkan medali emas. Perilaku yang ditunjukkan oleh Monti jelas memperlihatkan semangat kompetitor sejati. Andai saja ia berorientasi pada kemenangan,
Nyak Amir: Membentuk Karakter Melalui Olahraga
ia tidak memberikan orderdil tersebu! dan ia tau betul resikonya.Tapi, atlet dari Italia tersebut berpendirian bahwa tidak ingin menang di atas ketidak berdayaan lawan dan memilih memberi kesempal, yang sama kepada lawan nya. Ia tidak menginginkan kemengangan murahan, perbuatan Monti tersebut jelas menuijulkan betapapun [ita lersalq;tglnetislsemuanya perlu dilaL:ukan .""ui" fuil. Kareni itu, tak heran bita Monti dianugahi International Fail play tmtuk pertama kalinya. tanggal 2 November 1962 berlangsung pertandingan sepak .bola _ babak l4ufrnal liga spanyol antara Real Madrid vs- dabadell. -Wrtuuiun pertam_dingan sudah berlangsung 50 menit belum juga te{iadi gol.p;dro Zabadell, sayap kanan Sabadell ketika ia mendapat piling u"ntuk mencetak gol kegawang Rel Madrid, tapi pada saat yang'bersam*n' t"4uai benturan yang sangat keras diantara pemain belakang Real Madrid sendiri yaitu antara kipper dan beck yang menyebabkan cedera berat hingga pingsan- Dengan satu sontekan kaki saja, gol dipastika terjadi, tapi itu -tidai< dilakukan oleh Zaballa. la memilih memberikan bola itu kepada pemain lawan dengan pelan. Setelah pertandingan berakhir, dan dimenangkan oleh Real Madrid 1_ 0, penonton sejumlah 80.000 orang ketika itu memGri sorak kepada Zaballa. Zaballa sendiri menyatakan bahwa ia menururi kata hatinya untuk tidak membuat gol dalam suasana ketidak berdayaan lawan. M-aka juga tidak heran, bila qTbgt- yanga mulia ters€but membawa Zaballa dianugrahi Int ernat ional F ail P I ay, Ditengah carut-marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara ini, dimana sekarang ini semua orang bersaingfmerebut kekuasian, l***g p"lg:-_h, dan lainnya. Rasanya diperlukari orang-orang seperti i*.tt,. Monti dan, Zaballa. Orang-orang yang tidak hius dengan kelirasaan dengan merghalalkan segala cara demi meraih kemenangai. Orang_orang sepak tedangnyq menjunglung tinggi nilai-nilai moral k-emanusia;. fapi tentu, untuk mewujudkan semua itu, diperlukan individu_individu yang berkarakter dan memegang teguh nilai-nilai kebangsaan. Dalam konstek iniiuh, oluh.gu menjadi bagian penting, sebagai salah satu instrumen pembentukan nilai dan bisa saja
I
karakter kebangsaan.
Bagaimana Olahraga Mampu Membentuk Karakter?
b-t11k.'Sport build character" telah ada.sejak zaman Ia_telah menjadi sebuah credo dan keyakinan sejarah dari "u,nlnikewaktu. Di awal kemerdekaan, Bung Karno m"ngg*uk* waktu Spi.it ungkapan tersebut untuk membangkitkan kemandirian Balnisa Indonesia. Menurut Bung karno .. kita bukan saja membentuk ,uutJ b-gru y-g .
Yngkup--
hngl
Nyak Amir: Membentuk Karaher Melalui Olahrago
bersatu, namun suatu bangsa yang bersatu dan berkarakter- Dan Olahraga adalah komponen mutlak dari proses pembentukan karakter itu" lstrlah chmacter building atau pembentukan karakter bangsa adalah suatu ide bahwa setiap individu manusia memiliki ciri watak pribadi yang dicerminkan dari budi pekerti atau nilai jiwanya yang luhur dan mulia. Di
gambarkan oleh Bung Kamo, pada saat memberikan amanat kepada olahragawan yang akan diikut Ganefo pada tanggal 8 November 1963, bahwa harga diri seseorang bukan dari keturunan, kasta" atau yang lain, tetapi dari budi pekerti atau karakter yang luhur dan mulia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedaulatan rakyat (demokrasi) adalah sebagai karakter bangsa Indonesia. Setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama. Ia juga memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hak-haknya. Tapi perlu segera kenyataan nya, memerlukan disiplin, toleransi dan bertindali. Dan, dalam konteks yang demikian, olahraga sangat membantu dalam pengembangan, pemupukan, serta pemeliharaannya.
Olahraga mengajarkan pada seseorang akan kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak mudah menyerah, mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi. semangat bekerja sama, mengerti akan adanya aturan, berani mengambil keputusan. Pendek kata, olahraga akan membentuk manusia dengan kepribadian yang sehat. Ini relevan dengan pemikiran Baron Piere de Coubertin, penggagas Olympiade moderen bahwa tujuan olahraga terletak pada fungsinya. Olahraga juga membina manusia menuju kesempumaan seperti tercermin dalam motto. Citius, Altius, Fortius, telah diakui dunia sebagai gerakan Olympiade (Olympic Movemert). Citius, sesungguhnya tidak hanla diartikan sebagai lebih cepat atau tercepat, sep€rti terekam pada prestasi seseorang atlet dalam berlari, namun makna sesungguhnya menunjukkan kualitas mental seseorang mampu mengambil keputusan lebih cepat dan lebih cerdas. Makna Altius, bukan pengertian lebih tinggi atau tertinggi mencapai prestasi, misalnya lompat tinggi atau lompat galah dalam atletik, namun merujuk pada moral yang lebih luhur atau mulia. Demikian pula Fortius, bukan pengertian lebih kuat atau terkuat terkuat dalam prestasi olahraga angkat berat misalnyq tetapi menunjukan kualitas pribadi yang lebih ulek dan tangguh. Pada bagian ini akan mengemukakan beberapa hasil riset terkait dengan pengaruh aktifitas olahraga terhadap beberapa dimensi kepribadian. 1. Olahraga dan Konsep Diri (self-concept) Kebanyakan studi menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara keterlibatan dalam olahraga dengan perkembangan identitas remaja 30
Nyak Amir: Membentuk Korakter Melalui Olohraga
(Bid-dle, Sallis
& Cavi[, 1998). Mereka yang terlibat aktif datam
aktifi tas olahraga menunjukan tingkat kepercayaa:n diri (s elf-conf denc e) yang.lebih.tinggi-dibandingkan mereka yang tidak terlibai feiika para remaja terlibat dalam.olahraga komp€titii te;yata mereka menunjukkan konsep diri yang lebih positif dibandingkan mereka yang tidak terlibat dalam olahraga kompetitif @rettscneider & Ktimei{, ilgg; ni"n".t" &Brettscneider, 1996). Konsep diri yang positif tampak tidak hanya dalam dimensi lsilq tetapi juga sosiai, dan-yang lebih surprise adalah pengaruhnya pada perkembangan intelektual. Kemampuan Mengatasi Shess (coping with sresss)
Sebagaimana di maklumi bahwa kehidupan remaja sangat rentan terhadap persoalan-persoalan psikososial, sepefti ;odaa; terhadap
penggunaan
terlarang, minuman keras, pergaulan bebas, dan 99a1-9bat penyakit sosial lainya. Hasil studi membuktikan' baiwa remaia yang terlibat dalam aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu mengatasi stressor dari lingkungan @rinkhoft 199g)
i
J.
Penyimpangan Perilaku Remaja
Hasil studi @iddle, Sallis &Cavill, 199g) menyatakan bahwa remaja aktif dalam olahrara penyimpangan pirilakunya lebih kecil lang orbandtngKan mereka yang lidak berpatisipasi dalam olahraga. 4.
Integrasi Sosial
Umumnya anak-anak dan remaja tidak terlalu ,.betah,, tinggal di institusi-institusi sosial seperti rumah, sekolah, tetangg4 dan-Lmpat ibadah. Sebagian besar waktunya dicurahkan bersiia teman dan kelompoknya, sehingga terkesan ekslusif. Kegiatan olahraga memberi b4k bagi remajq ya-nC baik lelaii maupun wanita untuk l":"nrpuq terintegrasi dalam jaringan sosial dan mengembangkan kepercayaan sosial (social ,confidence). Studi yang dilakukan nittcneiair 1f-lfa; menunjukan bahwa remaja umumnya membutukan integrasi dengan yang lain dan membutukan hubungan sosial, tidali saja Jari melainkan juga dari kelompok dan institusi yang lain. lelg.no$Vu Dalam hal yang demkian, kegiatan olahraga menjadi media yang elettif.
t"nTty yung.sekarang bagaimana komihnen kita untuk membangun -, , olahraga? Krisis ekonomi sering kali digunakan sebagai justifilisi. Kemajuan ekonomi sesungguhnya tidak selalu-merupakan faftor yang
dapat
31
Nyak Amir: Membentuk Karakter Melalui Olahraga
diiadikan ukuran bahwa pemerintah memberikan perhatian terhadap olahraga. Contoh, Taiwan yang penduduk nya yang rata-rata melebihi inggris dan beberapa negara bara! namun hanya 3 persen dari Gross Domestic Bruto (GDB) yang dialokasi untuk pendidikan (dan pendidikan jasmani dan olahraga termasuk didalamnya). Negara-negara di Aftika seperti Kenya, Kamerun dan sebagainya memberikan perhatian besar terhadap olahraga bukan karena kemajuan ekonomi. Demikian pulq kondisi politik suatu negara tidak selalu menjadi tolok ukur utama untuk menjelaskan besamya perhatian pemerintah terhadap olahraga seperti Argertina, dan Brazir, yang dalam situasi krisis politikjustru perhatiannya terhadap olahraga tetap tinggi.Pemerintah menyediakan fasilitas olahraga agar olahraga khususnya sepak bola agar menjadi budaya dalam masyarakat nya. Dengan demikian sesungguh nya yang diperlukan adurya"political wit' dan" political atiot' da'i semua pihak. Berdasarkan pernyataan empirik olahrara dapat digunakan sebagai intrumen untuk melakukan"rekayasa sociaf' dalam rangka pembentukan nilai dan karakter manusia Indonesia.Olahraga juga merupakan alat untuk mengembangkan idealisme yang mengandung pesan perdamaian, kebebasan dan persaudaraan sebagai landasan tatanan Indonesia baru. Pembanguna berakhir pada m&ra yang sama yaitu membangun tatanan dunia baru,bagian dari nation and character building yang dikenal dengan nasionalisme dan spirit mengabdi dalam kehidupan.
KESIMPI]LAN Olahraga adalah sebagai alat untuk membina karakter manusi4 banyak studi mengatakan ada hubunga positif antara keterlibatan dalam olahraga dengan perkembangan identitas remaja. Mereka yang terlibat dalam aktifitas olahraga memperlihatkan tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi disbanding merka yang tidak telibat. Ketika remaja terlibal dalam olahraga kompetitif mereka menunjukan dirinya lebih kuat hubungan sosial nya dari pada orang yang tidak terlibat dalam olahraga. Dan olahraga mampu mengatasi stres yang ada. Delgan olahraga mereka bisa menjalin kerja sama, kedisiplinan, toleransi, dan rasa hormat kepada orang lain.
32
Nyak Amir: Membentuk Kamkter Melalui Olabaga
DAFTARPUSTAKA Mutohir, T.C & Lutan. 200
1 . Olahraga dan transformasi Nilai. Olalraga dan etiks fair plqy. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga-Departemen pendidikan Nasional.
Maksum, A., dkk., 2004. Pengkajian Sport Dewlopment Index (cel^kan I). Surabaya: University press. Maksum, A. 2002. Reaktualisasi Gagasan Baron Piene de Coubertin dalsm konteks Olahraga Kekinian: Mengkaji ulang hasil Akademi Olympik ke 5 di Kuala Lumpur.
Vries, L, A. 2003. Strategl for People Empowering ond Building Capacity for Acceerlating local development through sport: Typical issue in asia.Paper presented in lntemational Conference on sport and sustainable Development. Yokyakarta.
33