ΒΑΒ 4: Κονσεπ Περανχανγαν 4.1. Ide Awal / Conceptual Ideas Pertimbangan awal saat hendak mendesain kasus ini adalah : •
bahwa ini adalah sebuah proyek urban,
•
proyek ini merupakan proyek bangunan publik,
•
serta terletak di gerbang kota Bandung (tol Padalarang-Cileunyi). Keberadaannya yang terletak di daerah urban, di gerbang kota Bandung,
dan
merupakan
bangunan
publik
menjadikan
proyek
ini
memerlukan
pertimbangan desain yang tidak biasa. Fungsi museum yang bersifat publik menjadi dasar untuk menjadikan Museum Dirgantara menjadi suatu mixed-used facility yang menggabungkan fungsi pendidikan, entertainment, dan komersial sehingga diharapkan kawasan museum ini dapat tetap ramai dikunjungi untuk menutup biaya operasionalnya sendiri dan juga dapat menjadi suatu ruang publik kota Bandung. Letaknya di gerbang kota Bandung (tol Padalarang-Cileunyi) menjadikan bangunan ini sangat penting dan karena fungsinya yang bersifat publik dan tuntutan fungsi ruang pamer yang menjadikan bangunan museum ini menjadi bangunan yang besar dan menjulang tinggi maka bangunan ini dapat dijadikan sebuah landmark.
59
Cuaca di sekeliling lahan yang relatif panas di siang hari juga mendorong Gambar 4.1. Landmark Kota
perancang untuk mengintegrasikan konsep mixed-used dengan konsep ecoarchitecture sehingga tercipta ruang-ruang mikro di sekeliling bangunan dengan suhu yang nyaman serta secara keseluruhan dapat menciptakan ruang kota yang asri.
4.2. Konsep Tapak 4.2.1. Pengelompokan Fungsi Fungsi–fungsi yang ada dikelompokkan berdasarkan sifat publik-privat. Daerah publik dan privat dibagi secara linear dari sisi luar lahan yang bersifat publik hingga ke sisi dalam lahan yang bersifat privat. Lahan juga dibagi berdasarkan fungsinya, dari yang utama yang lebih dekat dengan Jalan Terusan Dr Djoendjoenan (Gunung Batu); hingga servis yang lebih dekat dengan jalan Sukaraja.
60
Gambar 4.2. Pengelompokkan fungsi
4.2.2. Pencapaian Keberadaan
lahan
di
jalan
yang
sempit
namun
cukup
padat
mengharuskan adanya penyelesaian pencapaian ke dalam lahan sehingga tidak menimbulkan
kemacetan
tetapi
justru
diharapkan
dapat
mengurangi
kemacetan. Akses servis dapat dikatakan mudah karena adanya Jalan Sukaraja yang terletak di bagian belakang lahan proyek dan tidak bersilangan dengan sirkulasi pengguna fasilitas baik sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi pejalan kaki.
Gambar 4.3. Konsep Pencapaian fasilitas
4.2.3. Sirkulasi Luar Bangunan Sirkulasi luar bangunan dibuat sesederhana mungkin agar dapat memudahkan pejalan kaki untuk mengakses fungsi-fungsi utama Museum Dirgantara. Jalur sirkulasi ini merupakan sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki dan menjadi sirkulasi utama luar bangunan sehingga dapat menjadi orientasi sirkulasi luar bangunan sekaligus menghubungkan Jalan Gunung Batu
61
dan Jalan Sukaraja di belakang lahan. Jalur sirkulasi ini kemudian bercabangcabang menjadi jalur-jalur pejalan kaki menuju fungsi-fungsi sekunder di luar bangunan.
Gambar 4.4. Konsep Sirkulasi Luar Bangunan
4.2.4. Penataan Massa Konsep penataan massa tidak lepas dari pembagian pameran koleksi. Koleksi museum ini dibagi menjadi dua yaitu koleksi klasik dan koleksi modern. Hal inilah yang mendasari perancang untuk membagi museum menjadi 2 massa bangunan yang terpisah namun diintegrasikan oleh sebuah massa penerima di tengahnya. Ketiga bangunan ini juga dihubungkan oleh sebuah jembatan yang berfungsi untuk memudahkan sirkulasi antar 3 bangunan ini dan dimanfaatkan juga sebagai ruang pamer Hall of Fame. Fungsi-fungsi yang membutuhkan ketenangan seperti perpustakaan dan ruang seminar / audio visual diletakkan di massa penerima namun berada di lantai atas untuk menghindari gangguan dari lobby di lantai dasar. Konfigurasi massa pada tapak juga dipengaruhi oleh tujuan fasilitas ini yang akan menjadi landmark kawasan sehingga peletakkan massa pada tapak perlu mempertimbangkan penangkapan visual dari luar tapak. Konfigurasi massa juga dipengaruhi oleh transformasi bentuk burung (binatang yang menginspirasi manusia untuk terbang).
62
Gambar 4.5. Konsep Konfigurasi Massa
4.2.5. Pembentukan Ruang Luar Pembentukan ruang luar mengikuti konfigurasi peletakkan massa dan peletakkan ruang-ruang luar tersebut disesuaikan dengan fungsinya dan dengan kebutuhan masing-masing ruang tersebut. Ruang penerima bangunan terdapat di cekungan yang tercipta dari massa-massa bangunan yang ada. Ruang ini sudah terbentuk menjadi ruang luar yang positif namun karena skalanya yang sangat besar maka diperlukan penataan lanskap untuk lebih memperkuat ruang luar penerima ini. Ruang untuk eksibisi outdoor diletakkan di belakang lahan agar dapat berbatasan langsung dengan jalur servis untuk mempermudah aktivitas yang berhubungan dengan eksibisi outdoor yang bersifat temporer dan diletakkan tepat di belakang gedung museum klasik agar mudah diakses oleh pengunjung. Ruang ini terbentuk karena permainan lanskap yang dibatasi dengan perbedaan perkerasan dan pohon-pohon peredam di sekeliling ruang luar ini.
63
4.3. Konsep Bangunan 4.3.1. Selubung Bangunan Gambaran high tech menjadi dasar dari penciptaan selubung bangunan Museum Dirgantara ini. Konsep high tech ini diterjemahkan menjadi konsep transparan, dan illuminating dengan penggunaan second skin dan konsepkonsep yang berhubungan dengan dunia penerbangan. Konsep floating building juga ikut dimasukkan untuk menciptakan karakter yang kuat akan dunia dirgantara. Konsep transparan dan illuminating yang akan dipakai juga harus dapat menjawab bagaimana selubung bangunan ini juga dapat memberi keamanan. Kesan aman didapat dari sesuatu yang bersifat masif karena itu dibuatlah selubung bangunan yang bersifat masif namun transparan dan illuminating pada saat yang sama. 4.3.2. Material Material utama yang digunakan untuk struktur adalah metal yang memberi kesan ringan namun kuat. Dengan penggunaan material ini, bangunan yang memiliki bentang lebar tidak terkesan berat. Dari sisi ekonomi, bangunan yang menggunakan metal juga lebih feasible. Beton digunakan untuk bangunan yang memiliki bentang sedang. Material yang digunakan untuk fasade bangunan adalah kaca dan panel-panel perforated aluminum sheet. 4.3.3. Penampilan Bangunan Perancangan tampak bangunan didasarkan pada kesan high tech dan modern serta karakter dunia dirgantara yang kuat serta kesan aman untuk bangunan museum.
64
Tampak bangunan museum yang menghadap ke Jalan Gunung Batu maupun Jalan Sukaraja dibuat masif tanpa bukaan namun transparan dan illuminating. Tampak bangunan museum yang menghadap ke dalam lahan juga dibuat sama seperti tampak yang menghadap jalan namun diberi bukaanbukaan selebar modul panel perforated aluminum sheet. Bukaan tersebut di buat gradasi dari void menuju massive yang terlihat tak teratur namun memiliki keteraturan sendiri utnuk memberi kesan dinamis pada tampak bangunan. Panel perforated aluminum sheet dipasang hanya sampai 50 cm diatas lantai untuk memberi kesan floating building yang akan memperkuat kesan melayang khususnya pada malam hari. Tampak bangunan penerima juga dibuat masif,
transparan,
dan
illuminating pada bagian yang menghadap bangunan museum namun transparan pada bagian entrance.
4.3.4. Pola Ruang Pola ruang pada bangunan museum adalah pola ruang yang linier namun memiliki looping sehingga pola ruang yang tercipta menerus dan mempermudah pengunjung museum menikmati alur. Agar museum tidak terekspose secara visual dari luar, sirkulasi dan ruang-ruang luar bangunan disusun sejajar dengan arah grid denah namun dibatasi oleh elemen lanskap (shrubs atau kolam). Usaha ini juga dilakukan demi alasan keamanan, karena salah satu sifat selubung bangunan yang bersifat transparan.
4.3.5. Ruang Dalam Ruang dalam pada gedung museum dibuat terisolasi dari udara luar karena kebutuhannya akan suhu udara dan kelembaban udara yang stabil.
65
Cahaya dan panas dibiarkan masuk dengan penggunaan perforated aluminum sheet sebagai selubung bangunan yang utama. Peletakkan jalur sirkulasi tepat di bagian luar bangunan adalah untuk menarik orang untuk datang karena siluet benda-benda koleksi museum akan terlihat dengan jelas pada waktu sore hari.
4.3.6. Arsitektur Tropis Rancangan bangunan museum disesuaikan dengan iklim setempat yaitu iklim tropis. Karena itu bentukan massa bangunan yang berbentuk kotak dimodifikasi sedemikian sehingga tercipta bentukan-bentukan miring agar mampu menahan curah hujan yang relatif tinggi.
4.4. Konsep Struktur 4.4.1. Sistem Struktur Bangunan museum menggunakan space beam dengan sistem portal 2 sendi. Struktur bangunan yang berbentuk seperti kotak yang tenggelam atau merangkak keluar dari tanah merupakan struktur atap sekaligus badan dan kaki bangunan. Pondasi yang dipakai adalah pondasi sumuran / bore pile dengan pertimbangan tidak memungkinkannya transportasi beton-beton prefabrikasi ke dalam lahan dan agar tidak menimbulkan kebisingan yang mengganggu penghuni area sekitar proyek pada waktu konstruksi sedang berlangsung.
4.4.2. Struktur vs Arsitektur
66
Arsitektur tidak akan terlepas dari struktur yang menopangnya. Namun tidak
jarang
terjadi
keinginan
arsitektural
harus
disesuaikan
dengan
strukturnya begitu pula sebaliknya. Pada bentuk massa bangunan yang sederhana lebih mudah untuk menerjemahkan strukturnya. Penentuan sistem struktur harus disesuaikan dengan fungsi yang diwadahi dan ekspresi.
4.4.3. Detail Konstruksi Space beam digunakan untuk menjadi struktur pilihan portal 2 sendi karena
lebih
ekonomis
daripada
sistem
struktur
lainnya
dan
lebih
memungkinkan daripada sistem castellated. Panel perforated aluminum sheet digunakan sebagai penutup atap dan badan bangunan yang kemudian diberi lapisan insulasi air agar air hujan tidak masuk melalui lubang-lubang panel. Penggunaan panel perforated aluminum sheet ini berfungsi untuk memberi kesan transparan pada fasade bangunan. Panel ini dipegang oleh rangka baja hollow yang terpasang di tiap node sistem struktur. Sisi dalam space beam dipasangi double glass yang berperan penting dalam insulasi panas. Penggunaan double glass juga sangat penting untuk memberi kesan illuminating pada bangunan khususnya pada malam hari karena sifatnya yng transparan. Double glass tadi dipegangi oleh spyder system yang ada pada setiap node sistem struktur. 4.4.4. Cara Membangun Sistem rangka space beam sebaiknya dirangkai di lahan proyek karena ukuran modul space beam yang sangat tinggi dan lebar. Sedangkan untuk sistem struktur post and lintel dilakukan secara in situ.
4.5. Konsep Utilitas
67
4.5.1. Drainase Tapak Penyaluran air permukaan pada lahan dilakukan melalui parit-parit yang kemudian mengalirkan air ke sungai yang ada pada lahan atau saluran riol kota.
4.5.2. Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Penangkap Penangkap
Pengantar Pada Dinding
Baja Galvanish pipa Groundin
Gambar 4.6. Sistem Penangkal Petir
4.5.3. Penyaluran Air Hujan Air hujan akan jatuh pada bagian miring dari bangunan yang kemudian menuju talang (melalui tali air pada permukaan atap) yang akan mengalirkan air hujan ke dalam kolam yang ada di sekeliling bangunan. Air kolam kemudian akan dialirkan ke dalam saluran air dalam tanah yang menyatu dengan aliran air permukaan. Volume air hujan yang mengalir pada permukaan atap bangunan cukup besar karena permukaan atap yang luas. Karena itu, akan tetap adanya air cucuran atap yaitu air yang tidak sempat ditampung dalam talang. Air cucuran atap ini akan langsung jatuh ke dalam kolam yang ada di sekitar bangunan yang kemudian dialirkan menuju saluran air tanah.
68
4.5.4. Ventilasi / Pengkondisian Udara Pengkondisian udara dalam museum dan fungsi-fungsi penting lainnya seperti kantor pengelola, ruang rapat, dan ruang seminar / audio visual dilakukan secara buatan. Ruang museum dikondisikan secara buatan agar dapat menjaga suhu dan kelembaban udara relatif di dalam ruang museum sehingga dapat membantu menjaga keawetan benda-benda koleksi yang ada. Ruang seminar / audio visual juga dikondisikan secara buatan karena kapasitas ruangan yang cukup besar dan minimnya ventilasi karena kebutuhan teknis ruangan yang harus terisolasi dari kebisingan luar ruangan. Tipe pengkondisian udara yang akan dipakai adalah tipe sentral untuk bangunan museum dan tipe split untuk bangunan penerima. Penempatan outdoor unit dari AC ini juga menjadi perhatian agar tidak mengganggu tampak bangunan.
Gambar 4.7. Skema Penghawaan Buatan
69
Penempatan outdoor unit dapat dilakukan dengan cara penempatan di dak beton gedung penerima karena pada bagian dak beton tersebut konstruksi beton sedikit dimodifikasi sehingga balok menonjol ke arah atas bukan ke arah bawah agar memberi kesan kuat dan dapat menutupi outdoor unit sehingga tidak mempengaruhi tampak bangunan. Sistem distribusi udara buatan diperlakukan secara khusus untuk bangunan museum. Air ducting diletakkan di ruang antara space beam dan output-nya langsung ada pada lapisan double glass yang berfungsi juga sebagai langit-langit bangunan museum.
4.5.5. Akustik Pengendalian bunyi secara arsitektural mempunyai dua sasaran, yaitu: •
Menyediakan keadaan yang paling disukai untuk produksi, perambatan, dan penerimaan bunyi yang diinginkan didalam ruang.
•
Peniadaan atau pengurangan bising yang tidak diinginkan dan getaran yang cukup.
Pada fungsi museum tidak diperlukan pengkondisian akustik secara khusus. Yang perlu diperhatikan adalah agar tidak terjadi overlapping suara antara kelompok pengunjung yang satu dengan yang lain. Pada ruang seminar / audio visual diperlukan pengkondisian akustik yang lebih khusus untuk meredam kebisingan dari luar ruangan maupun agar suara dari dalam ruangan tidak mengganggu luar ruangan.
4.5.6. Elektrikal
70
Sistem elektrikal yang digunakan adalah sistem konvensional karena museum tidak memerlukan tuntutan khusus. Pusat distribusi listrik berada di ruang utilitas pada lantai basement gedung museum. Pada ruang utilitas tersebut terdapat trafo untuk menerima listrik dari jaringan PLN, genset, serta panel-panel kontrol listrik. Dari trafo ini listrik kemudian didistribusikan melalui main distribution panel (untuk bangunan museum) ke distribution panel (di tiap lantai untuk bangunan penerima) yang pada akhirnya ke output listrik. Dari trafo ini distribusi listrik di bagi menjadi ke 3 bangunan. Terdapat 1 panel lagi untuk kondisi darurat yang terhubung dengan genset.
4.5.7. Plumbing Sistem plumbing yang digunakan adalah sistem plumbing konvensional karena tidak ada tuntutan khusus untuk sistem pemipaan. Pusat distribusi air bersih berada di ruang utilitas di lantai basement bangunan museum , yang di dalamnya terdapat ground reservoir dan pompa. Sumber air berasal dari PDAM yang kemudian ditampung di ground reservoir dan kemudian dipompa langsung menuju tangki air yang diletakkan di dak beton bangunan penerima yang dialirkan ke fixture-fixture air yang hanya terdapat di bangunan penerima.
71