ΒΑΒ 2: Δατα Αωαλ Προψεκ 2.1. Lokasi Proyek Lokasi proyek terletak di dalam lahan yang saat ini berdiri gedung direktorat material PT. Dirgantara Indonesia yang bila dialih-fungsikan menjadi museum dirgantara akan memberi dampak yang signifikan pada lalu lintas sekeliling lahan sehingga perlu dilakukan pengkondisian lebih jauh untuk mengatasinya. Luas lahan ialah ±39.700 m2 dan perkiraan luas bangunan
sekitar
±5.500
m2.
Lahan
terletak
di
Jl.
Terusan
Dr.
Djoendjoenan. Sebuah Museum Dirgantara yang sebagian besar koleksinya merupakan alat transportasi udara memang seharusnya terletak di antara kawasan lapangan udara dan memiliki akses mudah ke jalan besar, namun jalan besar ini tidak terlalu padat. Lahan sebuah Museum Dirgantara harus cukup luas untuk mewadahi fasilitas seperti gedung museum dan hangar yang merupakan bangunan dengan struktur bentang lebar, kesempatan ekspansi dan berada dekat dengan lapangan udara. Akses ke museum mudah dari jalan primer namun jalan tidak mengundang arus lalu lintas yang padat. Pada sebuah Museum Dirgantara, disediakan akses mobil umum, akses karyawan dan pengelola, akses servis dan akses pedestrian. Standar untuk parkir ialah 1 untuk setiap 5 pengunjung, 1 untuk tiap pengelola, 1 untuk 3 karyawan dan staf lainnya. Kasus ini merupakan perancangan Museum Dirgantara. Proyek ini didanai oleh beberapa penyandang dana dengan sumber dana dari PT Dirgantara Indonesia, TNI AU, sponsor-sponsor, dan para donatur dengan PT Dirgantara Indonesia dan TNI AU sebagai pemilik proyek.
9
2.2. Peraturan dan Standar yang Digunakan 2.2.1. Peraturan yang Berlaku di Lokasi Proyek
Gambar 2.1. Batas Ketinggian Bangunan Di Sekitar Landas Pacu Pesawat menurut Annex 14 – Aerodrome.
Lokasi lahan terletak dekat dengan landas pacu bandara Husein Sastranegara sehingga harus memperhatikan peraturan keselamatan penerbangan. Gambar di atas adalah skema batas ketinggian bangunan di sekitar landas pacu pesawat terbang menurut buku Annex 14 – Aerodrome. Lokasi lahan berada tegak lurus pada zona permukaan kerucut.
2.2.2. Standar yang Digunakan Gambar-gambar di bawah menunjukkan berbagai standar dimensi ruang-ruang yang ada dalam Museum Dirgantara menurut Time Saver Standards for Building Types.
Ruang Pamer Museum Desain ruang pamer museum sebaiknya memperkuat interaksi pengunjung dengan benda koleksi museum.
10
Beberapa museum akan menggunakan vista dan alur pandangan antara area yang satu dengan yang lain (vertikal
maupun
horizontal)
untuk
menciptakan
ketertarikan dan antisipasi pengunjung. Pilihan pengunjung sangat penting untuk menarik pengunjung
yang
berbeda-beda
ketertarikannya.
Penataan secara fisik dan hubungan antara ruang-ruang pamer perlu untuk dapat menawarkan kebebasan pada pengunjung. Layout ruang-ruang pamer dan jalur sirkulasi utama harus sefleksibel mungkin dan memungkinkan pengunjung untuk menggunakan rute yang berbeda-beda sesuai dengan durasi dan intensitas kedatangannya. Dengan menjadi sangat tertata, pengalaman dalam pameran
koleksi
menjadi
dimensi
yang
aktif
dari
keseluruhan pengalaman dalam museum, yang pada akhirnya mendorong orang untuk melakukan kunjungan lagi di kemudian hari. Untuk alasan fleksibilitas dan efisiensi ruang maka bentuk ruang dalam museum berbentuk kotak.
Gambar 2.2. Konfigurasi ruang pamer museum.
Standar Jarak dan Sudut Pandang Jarak pandang minimum bergantung pada rata-rata tinggi mata orang dan tinggi benda koleksi yang ada. Tinggi rata-rata mata orang adalah 160 cm. Sedangkan
11
sudut pandang manusia yang nyaman adalah 30° ke arah atas dan 40° ke arah bawah (lihat gambar 2.3). Sudut pandang inilah yang kemudian mempengaruhi jarak pandang yang nyaman.
Gambar 2.3. Jarak dan sudut pandang ke koleksi museum.
Pencahayaan Pencahayaan dalam ruang pamer museum dapat berupa pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Untuk fleksibilitas penggunaan ruang, museummuseum
didesain
secara
tipikal
dengan
kapasitas
pencahayaan buatan seminimal mungkin, khususnya pada ruang-ruang pamer. Kebutuhan dan sistem pencahayaan buatan akan bevariasi tergantung dari fungsi ruang dan jenis koleksi yang akan dipamerkan. Pencahayaan alami dapat menimbulkan efek yang baik untuk mendramatisir dan menghidupkan desain akan sebuah bangunan (lihat gambar 2.4). Sebagian arsitek menggunakan pencahayaan alami sebagai pemberi bentuk pada desain bangunannya. Seorang
arsitek
seharusnya
mengerti
bahwa
presentasi dan pemeliharaan koleksi museum lebih utama daripada keuntungan secara arsitektural dari penggunaan
12
cahaya yang berlebihan. Adanya cahaya baik alami maupun buatan pada panjang gelombang tertentu secara berlebihan dapat merusak koleksi museum yang tak tergantikan. Penurunan
kualitas
benda-benda
koleksi
yang
disebabkan oleh pencahayaan bersifat kumulatif dan ireversibel. Membuat benda koleksi museum terlihat menarik sambil mengikuti standar konservasi sangat sulit untuk dilakukan dan membutuhkan kompromi. Energi dari sinar
akan
mempercepat
penurunan
kualitas
atau
pengrusakan lain. Energi itu akan meningkatkan suhu permukaan objek dan karena itu
menciptakan sebuah
iklim mikro yang memiliki variasi kelembaban dan reaksi kimiawi. Museum harus dapat mengatur tingkat sinar dan jangka waktu exposure pada ruang pamer maupun pada benda-benda koleksi museum. Cahaya
dapat
mengakibatkan
pemudaran,
penggelapan, dan percepatan penuaan pada benda-benda koleksi.
Gambar 2.4. Cara pencahayaan alami pada ruang pamer museum.
Pada sebagian besar museum, semua fixtures lampu pada area eksebisi dan area koleksi lainnya menggunakan
13
penyaring sinar UV sampai pada 75 mikrowatt per lumen dan diberi penutup agar tidak menimbulkan kerusakan pada saat terjadi pecah lampu. Ruang-ruang pamer biasanya mempunyai grid jalur pencahayaan berkualitas tinggi yang fleksibel. Layout final sebaiknya mempertimbangkan lokasi dinding-dinding temporer. Jalur layout sebaiknya mengakomodasi lokasi dinding permanen dan temporer: o
Sudut yang diukur dari sebuah titik pada dinding dan pada ketinggian 160 cm (ketinggian rata-rata mata orang) sebesar 45°-75° ke arah atas dari garis horizontal ke arah fixture lampu (lihat gambar 2.5).
o
Untuk dinding permanent, sudut yang ideal adalah 65°-70°.
o
Semakin sensitif material koleksi, semakin sedikit pula pencahayaan yang disediakan.
Gambar 2.5. Cara pencahayaan buatan pada ruang pamer museum.
o
Pencahayaan alami minimal untuk ruang kelas ialah 110 lux.
o
Pencahayaan dari jendela diupayakan berasal dari bagian kiri siswa.
14
Pencahayaan di lingkungan beriklim tropis diatur
o
sedemikian rupa sehingga sinar matahari tidak menciptakan silau atau panas yang berlebihan dengan cara mengatur orientasi bangunan dan menyaring atau memantulkan cahaya.
Sistem HVAC Lokasi dari AHU akan mempunyai dampak yang besar pada
desain
bangunan.
Pemipaan
distribusi
utama
sebaiknya berada di dalam atau di atas ruang yang tidak penting.
Pertimbangan
juga
harus
diberikan
untuk
kemungkinan ekspansi gedung dan penambahan peralatan di
masa
datang.
Fleksibilitas
seperti
itu
sangat
direkomendasikan. Debu terdapat di dalam dan luar ruangan. Masuknya debu dari luar ruangan harus diminimalisir. Partikel yang bercampur dengan kelembaban udara di dalam ruangan dapat menjadi bersifat asam dan dapat menyebabkan karat dan kerusakan. Debu yang ada dalam ruangan harus dicegah agar tidak menyebar. Aktivitas yang dapat menimbulkan debu harus dipisahkan dari sistem HVAC yang melayani ruang-ruang koleksi museum. Lokasi dari louvre yang memasukkan udara sangat signifikan. Letaknya harus jauh dari loading dock, tempat pembuangan sampah, jalan, lubang pembuangan udara dari
restoran,
pembuangan
kipas
peralatan
pembuangan dan
kimia,
udara
gedung,
serta
ventilasi
pemipaan gedung. Sistem HVAC termasuk pengatur kelembaban harus mempunyai sumber listrik darurat untuk dapat tetap beroperasi ketika terjadi listrik padam. Desainnya juga
15
harus menyediakan alarm yang berguna ketika terdapat kerusakan komponen.
Kriteria HVAC untuk ruang koleksi museum; Secara konsep, terdapat 4 lapis pada desain arsitektur dan HVAC, yang kesemuanya membutuhkan partisi dan pintu untuk memisahkan interior: o
Zona #A: area core yang paling efektif dikontrol dan termasuk penyimpanan koleksi.
o
Zona #B: Area pamer dimana HVAC sangat dibutuhkan, hingga bila terdapat celah terhadap eksterior atau ruang yang secara langsung atau tidak langsung terhubung dengan eksterior akan menyebabkan
kebutuhan
pengkondisian
tidak
dapat terpenuhi. Zona mencakup ruang pamer dan semua ruangan yang menyimpan, memindahkan, dan menangani koleksi. o
Zona #C: Lapisan buffer, dimana pintu membuka secara langsung ke ruangan yang terdapat koleksi atau yang membuka secara tidak langsung ke eksterior. Pada lapisan ini, pintu dan partisi tidak diperlukan untuk menciptakan ruangan yang perlu dikondisikan lebih daripada ruang yang secara langsung berhubungan dengan eksterior.
o
Zona #D: Lapisan paling luar, dimana pintu-pintu membuka
langsung
ke
eksterior.
Bagian
ini
termasuk ruang depan, dan dapat juga mencakup lobby dan sirkulasi utama publik, servis makanan, retail,
loading
dock,
dan
pintu
masuk
staf
museum, bergantung pada desain yang ada.
16
Preservasi Preservasi adalah misi utama yang diemban oleh sebuah museum. Kebutuhan primer adalah keamanan untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan dan sistem HVAC yang menjaga kualitas ruang museum. Material yang dugunakan sebaiknya bukan material dengan bahan kimia non-gas yang berbahaya (seperti formaldehida). Material interior sebaiknya material yang sensitif terhadap serangan mikro organisme, serangga, atau tikus. Dinding pada area penerima dan penanganan sebaiknya menempel pada struktur untuk mencegah serangan-serangan
tadi.
Lantai
harus
menggunakan
material yang tidak licin. Ruang
di
atas
langit-langit
dan
di
bawah
superstructure tidak boleh dipergunakan untuk pemipaan benda-benda cair jenis apapun pada ruang-ruang yang mengandung benda-benda koleksi museum. Pintu-pintu dan partisi interior sebaiknya diposisikan agar tercipta zona-zona untuk pengoperasian sistem HVAC dan sistem keamanan sesuai program. Dinding-dinding
interior
mungkin
membutuhkan
penghalang uap untuk memisahkan zona-zona dengan tingkat kelembaban yang berbeda-beda.
Akustik Kebutuhan akustik dapat bervariasi dalam sebuah museum. Akustik pada semua ruang harus nyaman bagi seorang individu atau kelompok orang. Sangat penting bagi pemandu museum untuk dapat terdengar oleh kelompoknya tetapi tidak mengganggu pengunjung lain.
17
Beberapa ruang dan fungsi seperti ruang konferensi, orientasi, auditorium/teater, harus didesain oleh ahlinya. Ruang lainnya seperti area sirkulasi utama dan ruang pamer
museum
mungkin
membutuhkan
penanganan
akustik untuk mencegah agar tidak terlalu “hidup” secara akustik
yang
akan
mengganggu
pengalaman
dalam
museum. Penanggulangan kebisingan dapat dilakukan dengan cara pengaturan zoning, yaitu memisahkan daerah-daerah bising seperti restoran dan kantin dari daerah-daerah yang membutuhkan ketenangan seperti laboratorium komputer, museum, ruang audio visual, dan function hall.
Sistem Komunikasi Sistem Komunikasi dapat digabung untuk sistem keamanan,
sistem
manajemen
gedung,
teknologi
informasi, dan sistem audio-visual. Teknologi yang ada harus sudah siap pakai untuk fleksibilitas operasional dan program eksibisi/pameran. Teknologi ini juga harus sudah siap pakai di ruang-ruang publik,
termasuk
lobby
dan
area
sirkulasi
utama,
auditorium/teater, ruang konferensi, dan beberapa ruang luar (cth: halaman, teras rooftop, halaman masuk, dan kios-kios).
Hal
ini
akan
mempengaruhi
operasi
administratif, servis anggota, dan pencarian informasi yang berhubungan dengan koleksi museum oleh publik pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Sistem ini dapat berkembang pada dan bekerja sama dengan website museum dan operasi lainnya, seperti email, komunikasi personal, kualifikasi keamanan, dan sistem messaging.
18
Sekuriti Museum secara keseluruhan harus dapat beroperasi dengan aman, tidak hanya dengan sistem pengamanan aktif dan elektronik, tapi juga dengan layout dan desain yang cocok dengan sistem operasi museum. Semua aspek dari museum harus didesain untuk menjaga keamanan benda-benda koleksi museum tersebut. Koleksi museum tersebut harus dijaga dari pencuri, pengrusakan, dan penyalahgunaan. Hal ini juga berlaku pada publik yang berkunjung, penanganan staf, dan staf pencuri. Museum harus mempunyai 1 pintu masuk publik dan pintu masuk staf museum yang tipikal (bergantung pada ukuran museum). Prioritas utama adalah keamanan koleksi museum, yang berbeda dari keamanan bangunan standar. 5 zona sekuriti sesuai dengan maksudnya sebaiknya: o
Zona #1: Sekuriti tertinggi
Penyimpanan koleksi
o
Zona #2: Sekuriti tinggi
Tidak ada akses publik, dengan koleksi
o
Zona #3: Sekuriti tinggi
Akses publik, dengan koleksi
o
Zona #4: Aman
Tidak ada akses publik, tanpa koleksi
o
Zona #5: Aman
Akses publik, tanpa koleksi
19
Desain arsitektural harus menyediakan organisasi ruang yang memisahkan zona-zona tersebut di atas untuk alasan keamanan dan operasi yang efisien. Aspek-aspek yang bervariasi pada desain gedung dan konstruksinya juga
berhubungan
dengan
pemenuhan
kebutuhan
keamanan. Dalam hal ini termasuk desain HVAC, pintupintu, perangkat keras lainnya, konstruksi dinding, dan konstruksi atap dan skylight.
Sistem Keamanan Kebakaran Pemeliharaan
dan
pengurusan
koleksi
museum
membutuhkan deteksi api dan sistem pencegahan berupa alat yang memberikan peringatan dini untuk mencapai perlindungan
yang
maksimum.
Pengamanan
dan
pemeliharaan yang demikian itu sangat penting bagi museum. Sistem
ini
harus
terintegrasi
dengan
sistem
keamanan untuk melaporkan alarm maupun kondisi yang mengarah
pada
kebakaran
pada
waktunya
untuk
melakukan tindakan korektif oleh staf-staf terlatih. Perlindungan
yang
paling
efektif
adalah
dengan
menggunakan sistem perlindungan kebakaran otomatis (sprinkler). Akan tetapi, banyak profesional di bidang museum tidak menggunakan sistem otomatis tersebut, kuatir akan kerusakan yang ditimbulkan oleh air karena kesengajaan, kebocoran, dan salah alarm.
Sistem pemipaan Sistem pemipaan, termasuk di dalamnya lokasi arsitektural dari toilet, harus menghindari kerusakan
20
koleksi museum yang disebabkan oleh kebocoran dan kondensasi. Seluruh sistem pemipaan harus diarahkan hanya melalui bagian atas koridor servis atau area tanpa koleksi. Tidak ada pemipaan air, drainase badai dan cucuran atap yang melalui area yang mengandung benda-benda koleksi atau
area
eksibisi/pameran.
Sebaiknya
tidak
ada
pemipaan air atau drainase di area penyimpanan koleksi manapun.
Teknologi Teknologi sepertinya akan memberi dampak yang dramatis pada museum pada dekade yang akan datang. Fleksibilitas untuk menggabungkan teknologi baru adalah salah satu pertimbangan desain yang penting. Hal ini sangat
bergantung
eksibisi/pameran,
dan
pada ruang
museum, lainnya
untuk
ruang dapat
mengakomodasi signage yang inovatif, informasi, interaksi pengunjung, “kunjungan dan eksibisi/pameran jarak jauh”.
Sistem
teknologi
dapat
diekspresikan
atau
diperlihatkan. Teknologi adalah komponen desain eksibisi yang sangat menarik. Teknologi telah menjadi aspek integral dalam seni visual, dan tolok ukur bentuk-bentuk kesenian. Teknologi telah dapat lebih diterima dalam menyediakan latar
belakang
eksibisi/pameran
pada
pengunjung
museum ketika mereka menikmati eksibisi/pameran.
21
Ekspansi museum Pada
akhirnya,
sebagian
besar
museum
akan
mengekspansi atau merenovasi bangunannya. Desain museum
sebaiknya
mengakomodasi
dapat
ekspansi
mengantisipasi
atau
renovasi.
dan
Terdapat
beberapa area dimana kemungkinan besar mengalami ekspansi. Area-area tersebut adalah kantor administrasi, dan penyimpanan koleksi permanen. Meskipun beberapa perubahan dapat berupa penambahan, seperti renovasi ruang kelas atau ruang penyimpanan menjadi ruang kantor, organisasi ruang bangunan dasar sebaiknya dapat memfasilitasi ekspansi secara fisik.
Laboratorium Komputer Laboratorium komputer sebaiknya menyediakan LAN (Local Area Network) dan memiliki ruang server sentral. Komputer
diperlukan
untuk
simulasi
terbang
bagi
pengunjung. Luasan per unit komputer dan tempat duduknya berkisar antara 2,7 m2 – 3,7 m2.
Ruang ganti Ruang ganti staf museum biasanya dilengkapi locker untuk menyimpan barang-barang dan baju ganti. Standar ukuran locker dapat dilihat pada gambar di atas. Kamar mandi dapat melengkapi ruang ganti jika diperlukan. Ruang ganti untuk pria dan wanita dipisahkan dan memiliki kapasitas untuk 40 orang. Standar ukuran loker:
22
Gambar 2.6. Standar ukuran loker menurut Time Saver Standards.
Perpustakaan Perpustakaan merupakan pusat informasi untuk pelajaran dan waktu bebas. Persyaratan perpustakaan antara lain: o
Jumlah koleksi: Untuk 1 pengunjung minimal 10 buku. Untuk museum dirgantara ini disamakan dengan kebutuhan sekolah menengah dengan koleksi minimal 6000 buku.
o
Perkiraan kasar kebutuhan ruang perpustakaan ialah 0,35-0,55 m2 per pengunjung.
o
Gudang buku dihitung untuk tiap 1000 buku, 20-30 buku terdapat dalam gudang.
o
Ruang pustakawan 10-20 m2
o
Ruang refererensi dihitung 25 m2 untuk 1000 koleksi.
23
Restoran/kafe o
Kebutuhan ruang untuk area penyajian ialah 40-60 m2
o
Area makan dihitung 1,4-1,7 m2 per orang untuk sistem swalayan.
o
Untuk tiap 40 orang terdapat 1 wastafel. Standar ukuran perabot dalam sebuah restoran atau kafe dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini:
Gambar 2.7. Standar ukuran perabot dalam restoran atau kantin menurut Data Arsitek
Gambar 2.8. Standar ukuran jarak perabot dalam restoran atau kafe menurut Data Arsitek
24
WC atau Toilet
Gambar 2.9. Standar ukuran WC sekolah menurut Data Arsitek
Administrasi Acuan ukuran ruang-ruang administrasi menurut Data Arsitek ialah sebagai berikut: Ruang pemandu
80 - 85m2
Ruang administrasi
100 - 105 m2
Ruang direktur
20 – 25 m2
Ruang manajer
20 - 25 m2
Ruang pertemuan
20 - 25 m2
Tabel 2.1. Tabel acuan ukuran ruang-ruang administrasi menu
Ukuran dapat berubah sesuai dengan struktur organisasi museum dan jumlah staf.
25
Koridor o
Perlakuan
akustik
diupayakan
untuk
mengurangi
kebisingan. o
Koridor harus memperoleh pencahayaan yang cukup. Saklar listrik untuk koridor bebas dari jangkauan anakanak.
o
Panjang maksimum koridor 60 m.
Pengkondisian ¾ Penghawaan Kebutuhan pergantian udara dalam sebuah ruangan ialah sebagai berikut: Volume ruang per orang pada sebuah ruangan (m3)
Pergantian udara
Kurang dari 5
6
5-5,7
5
5,8-7
4
7,1-8,5
3
Lebih dari 8,5
1,5
per jam
Tabel 2.2. Tabel kebutuhan pergantian udara dalam ruang
Ketentuan penghawaan dalam sebuah fasilitas antara lain: o Bukaan tempat angin keluar tidak boleh lebih kecil dari bukaan tempat angin masuk o Untuk ventilasi silang, sebaiknya bukaan terdapat di ke dua sisi dinding ruang. o Pengontrolan penghawaan dapat dilakukan dengan meletakkan vegetasi, penggunaan louvers atau dengan
pengaturan
massa
bangunan.
26
2.3. Pemahaman Tipologi Bangunan Museum Dirgantara merupakan sebuah fasilitas yang mewadahi seluruh kegiatan pendidikan yang berhubungan dengan aeronoutika dan sejarah dunia dirgantara, rekreasi, pengembangan ilmu pengetahuan dan visi pemuda Indonesia akan dunia dirgantara di masa depan, komunitas pecinta kedirgantaraan serta fungsi komersial. 2.3.1. Studi Banding Perancangan Museum Dirgantara mengacu pada kasus-kasus serupa yang sudah ada. Dalam sebuah Museum Dirgantara biasa terdapat fasilitas pamer koleksi museum, perpustakaan dan penyimpanan arsip, hangar konservasi dan penyimpanan koleksi serta fasilitas penunjang.
Smithsonian Aviation Museum Fasilitas
• Exhibition Hall
Lufthansa Aviation Center
Canada Aviation Museum
• Ruang-ruang kerja
• Museum
Ruang pameran benda-benda koleksi museum
Area-area komunikasi adalah area yang
yang sebagian besar berupa mock-up pesawat
paling penting dalam memunculkan inovasi.
maupun pesawat yang sudah tidak beroperasi lagi.
Delapan puluh lima persen dari seluruh inovasi
yang
kesempatan
terjadi komunikasi
muncul
dari
yang
tidak
American Air Museum • Informasi/orientasi • Ruang pamer koleksi
direncanakan antara staf-staf yang ada. Itulah sebabnya sebagian besar ruang-ruang kerja yang ada diatur sedemikian menjadi ruang tim dan kelompok.
• Ruang adiministrasi dan kuratorial • Toilet umum
27
• Meeting points
Kesempatan-kesempatan mengadakan hampir
untuk
pertemuan 50
atau
rapat
conference
di
rooms,
15 meetin gpoints, 56 ruang tertutup dan 40 • Hangar Restorasi
ruang
pertemuan
terbuka
di
area
perkantoran serta 28 tempat pertemuan
Hangar ini dipergunakan untuk merestorasi benda
yang
koleksi museum yang rusak atau merestorasi
departemen merupakan suatu kesempatan
koleksi baru yang rusak.
yang bagus untuk berkomunikasi.
berlokasi
di
dekat
• Teater
kepala-kepala
• Conference rooms Conference area dapat digunakan oleh
• Hangar penyimpanaan koleksi Hangar ini berisi koleksi museum yang tidak dipamerkan.
semua
staff
Lufthansa
untuk
rapat,
konferensi, acara-acara dll. Ruang-ruang ini adalah ruang yang multifungsi dan dapat digabungkan jika dibutuhkan.
• Perpustakaan • Picnic Area • Hangar Konservasi • Storage Koleksi • Administrasi
• Perpustakaan dan Penyimpanan Arsip Perpustakaan yang ada berisi buku-buku mengenai dunia
penerbangan
dari
awal
ditemukannya
hingga buku teknologi penerbangan terbaru serta buku-buku tentang teknologi luar angkasa.
28
• Administrasi
• Catering
• Restoran atau kafe
Minuman
dan
makanan
tersedia
di
beberapa tempat yang berbeda. Minuman dan makanan ringan disediakan di meeting points. Di lantai 5 terdapat restoran dan bistro. Dari sudut pandang perencanaan, dirancang
untuk
dapat
merasakan
hubungan antara ruang dalam (gedung) dan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu areaarea relaksasi menawarkan pemandangan ke apron bandara dan juga wilayah Taunus atau skyline kota Frankfurt.
29
Siteplan Zoning
-
30
Sirkulasi
-
Konsep
-
• Visi Lufthansa dapat dikenali dengan budayanya yang
terbuka.
mengelilingi
Lufthansa
seluruh
terbang
dunia.
ke
Mereka
menghubungkan orang-orang dari berbagai bangsa
dan
negara-negara
Lufthansa
adalah
transparan
yang
yang
perusahaan sangat
ada. yang
menghargai
komunikasi. Tujuan dari perusahaan ini adalah untuk menemukan ekspresi-ekspresi tersebut dalam Lufthansa Aviation Center dan telah berhasil.
• Ide
31
Konsep
arsitektural
didefinisikan
dari
situasi yang ada. Bandara Frankfurt adalah “murni Lufthansa”. Bandara ini adalah salah satu dari sekian banyak bandara yang memiliki lokasi yang baik namun juga memiliki
masalah
lalu
lintas
dan
kebisingan. Tujuannya adalah menciptakan suasana kerja yang komunikatif, sehat dan menarik yang juga menjadi landmark yang simbolis bagi Lufthansa. Fitur yang simbolis dari Lufthansa Aviation Center adalah atapnya yang memiliki bentuk menyerupai paraglider.
Di
bawah
atap
tersebut
terdapat sembilan taman dan sepuluh kantor dengan ruang yang terbuka.
• Home areas Gedung ini dapat dibagi menjadi 3 elemen -
yaitu ruang terbuka, taman dan koridor
-
yang dianalogikan seperti rumah, plaza dan jalan dari sebuah kota. Hal-hal tadilah yang membuat para staf merasa bahwa mereka berada di tempat yang tepat di perusahaan ini. Dalam home areas, segala sesuatu yang dibutuhkan untuk bekerja dan keperluan
32
sehari-hari tersedia.
• Ekologi
Fitur teknis istimewa dari gedung ini adalah taman-tamannya. Taman-taman ini berfungsi seperti paru-paru yang membuat seakan-akan gedung ini bernafas. Semua anggota
staf
dapat
membuka
jendela
mereka dan menikmati nafas dari udara yang sehat dan segar. Ditambah lagi, atrium-atrium dan taman-taman yang ada mencegah suhu udara agar tidak terlalu panas maupun terlalu dingin. Bentuk
• Komunikasi Gedung ini ingin memberi kesan yang terbuka dan transparan dari luar ke dalam dan sebaliknya. Gedung ini mengundang setiap orang untuk datang. Banyak orang yang bersedia untuk bekerja lembur tetapi kita tidak tahu bagaimana kualitas kerja mereka.
Itulah
keterbukaan,
sebabnya
dan
fleksibilitas,
kemampuan
untuk
mengakomodasi komunikasi adalah atribut yang dialokasikan ke dalam gedung ini.
33
Bentuk bangunan museum ini tercipta dari kebutuhan akan bentang lebar yang kuat dan sederhana agar mudah memamerkan benda-benda koleksinya yang diterjemahkan menjadi bentuk setengah silinder. Silinder-silinder ini yang kemudian saling disilangkan sesuai dengan kebutuhan fungsi Bangunan
dan ruang dari museum ini.
ini
terbentuk
dari
kebutuhannya akan struktur bentang lebar tanpa kolom yang diterjemahkan menjadi bentuk shell beton yang memanfaatkan kontur lahan. Bentuk bangunan geometri
juga
merupakan sederhana
bentuk yang
mencerminkan dunia dirgantara yang Bentuk bangunan museum ini adalah
disiplin dan tegas.
bentuk geometri sederhana tunggal yang merupakan adopsi dari bentuk lahannya. Bangunan ini dibuat agar mencerminkan prinsip melayang
dasar
kedirgantaraan
sehingga
bangunan
yaitu dibuat
“ringan” pada bagian bawah dan “berat” pada bagian atas. Kesimpulan
Tabel 2.3. Tabel Studi Banding
Ciri-ciri Museum Dirgantara adalah: •
Pusat pengetahuan dirgantara
•
Pusat perkembangan visi teknologi dirgantara
•
Pusat suku cadang dirgantara dan perlengkapan penerbang
34
2.4. Tinjauan Teori Yang Berhubungan 2.4.1. Sejarah Perkembangan Museum Museum pada awalnya adalah tempat penyimpanan barang - iconic value berupa ruang bawah tanah, dan kebiasaan memajang karya seni di rumah peristirahatan. Abad ke 15 dan 16 classical art mulai dikoleksi dan muncul pemahaman “perbandingan klasik dengan karya baru-kontemporer”. Pada masa renaissance keinginan mengkoleksi karya klasik berkembang pesat yang berawal dari Itali. Kemudian abad 18 konsepsi dasar tentang museum yang menampilkan karya yang tidak lagi terbatas pada koleksi pribadi. Abad ke 19, museum dianggap sebagai kuil ilmu pengetahuan bagi peradaban urban industrialis. Museum kemudian didirikan oleh industrialis dermawan yang ingin mengagungkan dirinya, mengekspresikan kebanggaan kewarganegaraannya,
atau
mendidik
pekerjanya,
serta
didirikan
oleh
masyarakat terpelajar yang berkeinginan mengekplorasi alam dan semesta fisika dalam versi miniatur museum nasional mereka sendiri. Sedangkan pada dua puluh tahun terakhir, masyarakat menyadari tidak adanya perkembangan pada museum tradisional untuk mengimbangi kemajuan dalam masyarakat, kemudian lahirlah berbagai tipe museum. Saat ini kebanyakan museum merupakan mixed used building. Jadi, bangunan tersebut tidak hanya saja berfungsi sebagai museum saja, akan tetapi orang dapat melakukan aktivitas lainnya di gedung tersebut. Beberapa museum baru yang ada, dipadukan dengan sesuatu yang bersifat leisure atau entertainment. Museum menjadi sebuah komponen dari sebuah mixed used building.
2.4.2. Fungsi Museum Menurut etimologinya museum berasal dari kata ‘museon’ yang berarti gedung ilmu pengetahuan dan kesenian. Sedangkan menurut Kamus Oxford,
35
museum berasal dari kata ‘mousa’ yang berarti ruang atau tempat menyimpan sehingga dikenal sebagai tempat menyimpan benda seni dan pengetahuan. Menurut Bahasa Yunani, museum berasal dari kata ‘muze’ yang berarti kumpulan 9 dewi yang melambangkan seni dan pengetahuan. Dan menurut istilah A. C. Parker tahun 1945 , museum adalah sebuah lembaga yang secara aktif melakukan tugasnya dalam hal menerangkan dunia manusia dan alam. Menurut Anderson , pada tahun 1975, museum adalah bangunan yang berisikan barang-barang yang menarik berasal dari waktu lampau yang disusun untuk dipamerkan. Sedangkan menurut Guralnik, museum adalah institusi, bangunan atau ruang untuk merawat dan memamerkan benda sejarah, artistik dan bersifat sains. Menurut definisi ICOM (International Council Of Museum) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum, yang melakukan kegiatan memelihara,
merawat, menghimpun, meneliti dan
memamerkan barang-barang bukti keberadaan manusia dan lingkungannya, untuk tujuan studi, pendidikan, kesenangan dan rekreasi. Definisi museum menurut AGM Australia, adalah sebuah institusi dengan karakteristik: 1. Museum membantu masyarakat untuk memahami perkembangan dunia dengan bantuan objek dan ide dalam menafsirkan masa lalu, masa sekarang dan menggali masa depan. 2. Museum memelihara dan meneliti koleksi-koleksi dan membuatnya mudah diakses secara aktual maupun virtual oleh masyarakat. 3. Museum dibuka untuk umum, tidak mencari keuntungan dan berkontribusi besar pada masyarakat untuk jangka panjang. Apabila menimbang dari definisi-definisi di atas, maka tugas museum dirumuskan sebagai berikut:
36
1. Mengumpulkan benda-benda untuk koleksi, merawat dan mengawetkannya. 2. Memamerkan
benda-benda
koleksi,
serta
menghubungkan
kepada
pengunjung dengan berbagai cara baik berupa terbitan, ceramah, seminar, diskusi dan lomba yang berhubungan dengan museum. 3. Mengadakan bimbingan edukatif kultural kepada siswa dan masyarakat. 4. Penerbitan penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Museum hanyalah sekedar tempat penyimpanan koleksi pameran serta nilai nominalnya seiring waktu akan mengalami penurunan apabila museum tersebut tidak dikunjungi dan museum tanpa manajemen koleksi akan mengakibatkan koleksinya mengalami penurunan nilai dan makna. Museum dapat hidup dan bertahan apabila museum tersebut juga berorientasi pada pengunjung selain memperhatikan fungsi-fungsi internalnya. Museum tidak hanya sebagai tempat preservasi benda tetapi juga dapat berfungsi sebagai ekspresi identitas personal dan komunal serta rasa memiliki masyarakat. Museum dapat menjadi pusat kegiatan sosial dan artistik, dan sebagai tempat publik dimana orang-orang dari latar belakang yang berbeda dapat bertemu dan berinteraksi.
2.4.3. Museum Dalam Konteks Kota Menurut Kevin Lynch (1977) citra kota dapat dibagi dalam lima elemen, namun dalam kasus ini elemen yang dipakai adalah :
1. Node (simpul), merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan, stasiun, lapangan terbang, jembatan, pasar, dan lainlain. Node memiliki identitas yang lebih baik apabila memiliki bentuk yang jelas, serta berbeda dari lingkungannya.
37
2. Landmark (tengaran), merupakan titik referensi seperti elemen node, Landmark merupakan elemen eksternal dengan bentuk visual yang menonjol dari kota, misalnya gedung tinggi, menara, terminal, tempat ibadah, dan sebagainya. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang mengenali suatu daerah. Dapat diambil kesimpulan, museum dapat berupa node atau landmark sebuah kota bergantung dari letaknya dalam sebuah kota. Berupa node karena letaknya yang sebaiknya dekat dengan lapangan terbang sehingga dapat menjadi suatu peralihan aktivitas. Berupa landmark karena apabila tercipta bentuk yang unik dan menonjol sesuai dengan fungsi-fungsi yang diwadahi dan jenis museum itu sendiri maka dapat menjadi penanda suatu daerah atau kawasan.
2.5. Kriteria Perancangan Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kegiatan dan hubungan antar ruang pada Museum Dirgantara: • Urutan sirkulasi pengunjung, dari entrance hingga pintu keluar dan dari area eksibisi benda koleksi hingga area entertainment. • Kejelasan antara ruang publik dan ruang privat. • Kejelasan pencapaian dari lingkungan sekitar ke dalam lingkungan museum dan sebaliknya
Pemilihan struktur yang diterapkan pada kasus ini adalah penggunaan struktur bentang lebar. Hal ini dikarenakan koleksi museum yang berukuran besar
(mock
up
pesawat,
pesawat
yang
sudah
non-opersional,
dll)
membutuhkan ruangan bebas kolom dengan bentang yang besar. Pemilihan struktur bentang lebar juga dapat memberi kesan penggunaan teknologi tinggi yang identik dengan teknologi dirgantara dunia saat ini.
38