PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Kendari)
Fahinu1, Awaludin1 dan Sadikin2 (1
Dosen Pendidikan Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo, Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara deskriptif dan inferensial: (1) Kemampuan berpikir kritis matematik siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah, (2) Kemampuan berpikir kritis matematik siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran langsung, (3) Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Kesimpulan penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebesar 0,59 tergolong klasifikasi sedang, dimana 81,25% siswa memperoleh peningkatan pada interval 0,30 0,70 dan rata-rata preetest sebesar 19,63 sedangkan rata-rata posttest sebesar 67,16, (2) Kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang menggunakan pembelajaran langsung sebesar 0,22 tergolong klasifikasi rendah, dimana 69,70% siswa memperoleh peningkatan pada interval G < 0,30 dan rata-rata preetest sebesar 10,52 dan rata-rata posttest sebesar 30,48 dan (3) Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa lebih baik dari pengaruh model pembelajaran langsung terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Model Pembelajaran Langsung, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik 2
THE EFFECT OF MODEL-BASED LEARNING PROBLEMS OF THE INFLUENCE OF CRITICAL THINKING ABILITY OF MATHEMATICS STUDENT (Experimental study on students of class VIII SMP Negeri 4 Kendari) Fahinu1, Awaludin1, and Sadikin2 ( Lecturer in Mathematics Education at the Department of Guidance and Counseling PMIPA Halu Oleo Uiversity, 2 Alumni Department of Mathematics Education PMIPA FKIP Halu Oleo University) 1
This study aims to analyze the descriptive and inferential: (1) the critical thinking ability of mathematics students after learning by using based- learning problem, (2) critical thinking ability of mathematics students after learning by using learning direct, (3) the effect of problem-based learning model and learning model directly to the critical thinking ability of mathematics students. The conclusions of this study are: (1) The critical thinking ability of students to use mathematical based-learning problem as big as 0.59 classification was classified, where 81.25% of students gain improvement on interval 0.30 ≤ G ≤ 0.70 and the average pretest 19.63 while the average posttest was 67.16, (2) The critical thinking ability of mathematics students who use direct learning of 0.22 belongs to low classification, where 69,70% students gained at intervals G & < 0.30 and a pretest average 10,52 and posttest average of 30,48 and (3) the effect of based-learning problem model against mathematical students critical thinking abilities better than effect of the learning direct model against critical thinking ability of mathematics students. Keywords: Based-Learning Problem Model, Direct Learning Models, The Ability of Critical Thinking Mathematics. 1
PENDAHULUAN Tujuan keahlian dalam pelajaran matematika
SMP/MTs
sesuai
yang mendasar. Dengan berpikir kritis
dengan
siswa menganalisis apa yang mereka
Kurikulum 2006 (KTSP) adalah untuk
pikirkan,
membekali
peserta
didik
dengan
dan menyimpulkan. Berpikir kritis dapat
kemampuan
berpikir
logis,
analitis,
dikembangkan
sistematis,
kritis,
dan
kreatif
mensintesis
melalui
informasi,
pembelajaran
serta
matematika karena matematika memiliki
kemampuan bekerja sama. Kompetensi
struktur dan kajian yang lengkap serta
tersebut diperlukan agar peserta didik
jelas antar konsep. Aktivitas berpikir kritis
dapat memiliki kemampuan memperoleh,
siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa
mengolah, dan memanfaatkan informasi
dalam menyelesaikan soal dengan lengkap
untuk bertahan hidup pada keadaan yang
dan sistematis.
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sedangkan
standar
matematika
yang
dan
diberikan oleh guru diharapkan dapat
kompetensi dasar matematika disusun
mengasah siswa agar mereka memiliki
sebagai
untuk
kompetensi dasar dalam matematika, yaitu
mengembangkan kemampuan tersebut di
pemahaman, pemecahan masalah, berpikir
atas,
kritis
landasan
kompetensi
Pembelajaran
pembelajaran
mengembangkan
menggunakan
kemampuan
matematika
pemecahan
masalah
matematik,
komunikasi matematik (Fahinu, 2007: 3).
dan
Kemampuan berpikir kritis matematik misalnya
dengan
mengidentifikasi
simbol,
dan
dalam
mengkomunikasikan ide atau gagasan menggunakan
penalaran
tabel,
diagram, dan media lain.
suatu
Shukor dalam Pritasari (2011: 1)
muncul
dalam
bentuk:
kelengkapan
pernyataan
(1)
premis
(masalah),
(2)
menentukan konsep dalam menyelesaikan
menyatakan prioritas utama dari sebuah
permasalahan
sistem pendidikan adalah mendidik siswa
menerapkan konsep dengan membuat
tentang
dan
model matematika dalam menyelesaikan
berpikir kritis. Berpikir kritis adalah
masalah, (4) menunjukkan hasil utama dan
keharusan dalam usaha menyelesaikan
prosedur dalam penyelesaian masalah dan
masalah,
membuat
(5) menguji kembali dan menentukan
menganalisis
asumsi-asumsi.
bagaimana
cara
belajar
keputusan, Berpikir
memecahkan
masalah
tepat,
(3)
kesimpulan dari suatu permasalahan.
kritis diterapkan kepada siswa untuk belajar
dengan
Berdasarkan
secara
hasil
observasi
peneliti yang dilaksanakan pada bulan
sistematis, inovatif, dan mendesain solusi
November 2
2012, menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika di kelas VIII
suatu model pembelajaran yang tepat.
SMP Negeri 4 Kendari masih belum dapat
Pembelajaran
memaksimalkan
berpikir
pembelajaran yang lebih bermakna sesuai
Model
dengan kemampuan berpikir siswa serta
pembelajaran yang diterapkan guru belum
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
melibatkan siswa secara aktif dan soal-soal
sehingga
matematika yang diberikan guru kepada
matematika sebagai mata pelajaran yang
siswa belum memungkinkan siswa untuk
menyenangkan
mengerjakan dalam berbagai cara serta
pelajaran
sistematis. Hal ini dapat diidentifikasi dari
membosankan bahkan membingungkan.
kegiatan pada saat guru menjelaskan
Dengan demikian dapat
materi di depan kelas. Guru masih
siswa untuk belajar lebih aktif. Salah satu
kritis
kemampuan
matematik
menerapkan
siswa.
teacher-
pembelajaran
model
centered dimana guru yang menjelaskan materi
point sedangkan
siswa
siswa
dimaksud
bisa
bukan
yang
adalah
memandang
sebagai
sulit,
pembelajaran
mata
menakutkan,
memotivasi
yang
lebih
menekankan pada aktivitas siswa untuk
media power-
dengan
yang
mengembangkan
memperhatikan
potensinya
secara
maksimal dalam memecahkan masalah
saja. Berdasarkan wawancara dengan guru,
pada
kemampuan matematika siswa kelas VIII
dengan
SMP Negeri 4 Kendari tergolong baik dan
masalah. Pembelajaran berbasis masalah
siswa cukup aktif bertanya di dalam proses
dapat melatih siswa untuk mendesain
pembelajaran serta siswa tidak kesulitan
penemuan, berpikir dan bertindak kritis
mengerjakan soal matematika. Namun,
dan kreatif serta dapat memecahkan
mereka
masalah secara realistis. Oleh karena itu,
tidak
maksimal
dalam
pembelajaran model
matematika
pembelajaran
pembelajaran
berbasis
menganalisis soal matematika. Ketika
dengan
siswa diberi soal yang berbeda dari soal
masalah ini, siswa diharapkan mampu
yang biasa diberikan oleh guru atau soal
memahami
non rutin, siswa kesulitan menyelesaikan
pemecahan serta dapat menyelesaikan
soal tersebut. Siswa cenderung langsung
masalah
menuliskan hasil akhir dari soal yang
Misalnya dalam menyelesaikan soal cerita
diberikan guru, tanpa disertai dengan cara
atau
yang sistematis.
mengaplikasikan
Meningkatkan
model
yaitu
masalah,
sesuai
soal
merencanakan
dengan
yang
berbasis
tidak
perencanaan.
rutin
matematika
dan dalam
kemampuan
kehidupan sehari-hari dan diharapkan
berpikir kritis matematik siswa dalam
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
pembelajaran matematika membutuhkan
kritis 3
siswa
serta
diharapkan
akan
memberikan efek positif terhadap hasil
Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
belajar siswa itu sendiri.
Berpikir Kritis Matematik Siswa (Studi
Berdasarkan
keadaan
tersebut
Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP
peneliti mengadakan penelitian dengan judul
Negeri 4 Kendari)’’.
“Pengaruh Model Pembelajaran
METODE Penelitian ini
dilaksanakan di
(Nazir, 1998: 289)
kelas VIII SMP Negeri 4 Kendari,
Desain penelitian ini memuat dua
dilaksanakan pada semester genap dengan
kelompok yang dipilih secara random.
materi kubus dan balok tahun ajaran
Kemudian
2012/2013.
mengetahui
Variabel yang digunakan dalam
awal
untuk adakah
dan kelompok kontrol.
bebas dan satu variabel terikat.
Tes kemampuan berpikir kritis
Penelitian ini menggunakan cara Control Group
keadaan
pree-test
perbedaan antara kelompok eksperimen
penelitian ini terdiri dari satu variabel
Randomized
diberi
matematik berbentuk esay sebanyak 5
Preetest-
nomor. Penilaian untuk setiap butir soal tes
Posttes., sebagaimana dijelaskan pada
kemampuan berpikir kritis matematik
desain berikut. Pengukuran Perlakuan Pengukuran (pree test) (post test)
Kelompok Percobaan (E)
T0
digunakan
X T1
pedoman
penskoran
yang
disajikan pada Tabel 1 berikut.
Kelompok T0
__
T1
Kontrol (K)
Tabel 1. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Aspek yang Diukur
Respon Siswa terhadap Soal Skor Siswa tidak dapat mengidentifikasi informasi dan permasalahan dengan cara tidak menuliskan yang diketahui dan ditanyakan 0 dari soal. Siswa mengidentifikasi seluruh informasi dan permasalahan dengan bias (prejudis), menuliskan yang diketahui dan 1 ditanyakan secara tidak jelas,tidak tepat dan tidak lengkap. 4
Trigger Event (memicu kejadian)
Eksplorasi
Menganalisis
Klarifikasi
Resolusi
Siswa kurang tepat mengidentifikasi informasi dan permasalahan dengan cara menuliskan yang diketahui dan ditanyakan. Siswa dapat mengidentifikasi sebagian informasi dan permasalahan dengan cara menuliskan yang diketahui dan ditanyakan. Siswa dapat mengidentifikasi seluruh informasi dan permasalahan dengan cara menuliskan yang diketahui dan ditanyakan. Siswa tidak dapat menentukan konsep dalam menyelesaikan permasalahan. Siswa menentukan konsep dalam menyelesaikan permasalahan dengan bias (prejudis). Siswa kurang tepat menentukan konsep dalam menyelesaikan permasalahan. Siswa dapat menentukan sebagian konsep dalam menyelesaikan permasalahan. Siswa dapat menentukan konsep dalam menyelesaikan permasalahan dengan jelas dan tepat. Siswa tidak dapat menerapkan konsep dengan membuat model matematika dalam menyelesaikan permasalahan. Siswa menerapkan konsep dengan membuat model matematika dalam menyelesaikan permasalahan dengan bias (prejudis). Siswa kurang tepat menerapkan konsep dengan membuat model matematika dalam menyelesaikan permasalahan Siswa dapat menerapkan sebagian konsep dengan membuat model matematika dalam menyelesaikan permasalahan dengan tepat. Siswa dapat menerapkan konsep dengan membuat model matematika dalam menyelesaikan masalah. Siswa tidak dapat menunjukkan hasil utama dan prosedur dalam penyelesaian masalah/penentuan solusi/jawaban. Siswa menunjukkan hasil utama dan prosedur dalam penyelesaian masalah/penentuan solusi/jawaban dengan bias (prejudis). Siswa kurang tepat dalam menunjukkan hasil utama dan prosedur dalam penyelesaian masalah/penentuan solusi/jawaban. Siswa dapat menunjukkan sebagian hasil utama dan prosedur dalam penyelesaian masalah/penentuan solusi/jawaban. Siswa dapat menunjukkan hasil utama dan prosedur dalam penyelesaian masalah/penentuan solusi/jawaban dengan tepat. Siswa tidak dapat menguji kembali solusi/jawaban dan menentukan kesimpulan dari suatu permasalahan. Siswa menguji kembali solusi/jawaban dan menentukan kesimpulan dari suatu permasalahan dengan bias (prejudis). Siswa kurang tepat dalam menguji kembali solusi/jawaban dan menentukan kesimpulan dari suatu permasalahan. Siswa dapat menguji sebagian solusi/jawaban dan menentukan kesimpulan dari suatu permasalahan. Siswa dapat menguji kembali solusi/jawaban dan menentukan kesimpulan dari suatu permasalahan dengan tepat.
5
2 3
4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Analisis
validitas
instrumen
c
= Banyaknya titik skala
digunakan untuk mengetahui validitas
Nilai V terletak antara 0 dan 1 (dikatakan
konsep
valid apabila nilai V ≥ 0,6)
instrumen
melalui
penilaian
panelis. Perhitungan validitas penilaian
Untuk
mengetahui
reliabilitas
panelis menggunakan rumus dari Aiken
penilaian panelis dan hasil uji coba
sebagai berikut:
instrumen
digunakan
rumus
Alpha
Cronbach sebagai berikut: (Aiken, 1996: 91)
2 n i r 1 (Arikunto, 2005:109) 11 n 1 2 t
(Aiken, 1996: 91)
Keterangan:
V
= Indeks validitas isi
n
= Cacah dari titik skala hasil
Keterangan: r11 = reliabilitas,
penilaian rater
n
i
= Titik skala ke-i (i = 1,2,3,4,5)
io
= Titik skala terendah
N
= Jumlah rater (Σni)
= Jumlah butir soal 2
∑σi = jumlah varians skor tiap butir soal, σt2
= varians total
HASIL Distribusi nilai preetest dan posttest
gain ternormalisasi (normalized gain).
siswa kelas eksperimen dengan diberi
Data klasifikasi normalized gain pada
perlakuan berupa pembelajaran berbasis
kelas eksperimen disajikan pada tabel 2
masalah yang kemudian diolah menjadi
berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Normalized Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa pada Kelas Eksperimen Normalized Gain
Klasifikasi
Frekuensi
Persentase (%)
G < 0,30
Rendah
1
3,12
Sedang
26
81,25
Tinggi
5
15,63
32
100
0,.30
0,70
G > 0,70 Total
Berdasarkan
tabel
2
di
atas
0,30
0,70 dengan jumlah siswa 26
diketahui nilai normalized gain pada kelas
orang, terdapat 5 orang siswa berada pada
eksperimen paling banyak terdapat pada
klasifikasi tinggi dan hanya 1 orang siswa
klasifikasi yang sedang yakni pada interval
berada 6
pada
klasifikasi
rendah.
Ini
menunjukkan
bahwa
pada
kelas
baik.
eksperimen, lebih dari setengah atau
Distribusi nilai pree test dan post
hampir semua siswa memiliki peningkatan
test siswa kelas kontrol dengan diberi
kemampuan
termasuk
perlakuan berupa pembelajaran langsung
kategori sedang, dengan persentase sebesar
yang kemudian diolah menjadi normalized
81,25%. Hal ini berarti siswa pada kelas
gain. Data klasifikasi normalized gain
eksperimen
pada kelas eksperimen disajikan pada tabel
berpikir
kritis
dapat
menggunakan
kemampuan berpikir kritisnya dengan
3 berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Normalized Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa pada Kelas Kontrol Normalized Gain
Klasifikasi
Frekuensi
Persentase (%)
G < 0,30
Rendah
23
69,70
Sedang
10
30,30
Tinggi
0
0
33
100%
0,30
0,70
G > 0,70 Total
Berdasarkan tabel 3 diketahui nilai
apakah hipotesis dalam penelitian ini
normalized gain pada kelas kontrol paling
diterima atau ditolak. Dalam analisis
banyak terdapat pada klasifikasi rendah
inferensial,
yakni pada interval G < 0,30 dengan
analisis yang menjadi prasyarat untuk
jumlah siswa 23 orang. Ini menunjukkan
melakukan analisis uji hipotesis yaitu
bahwa pada kelas kontrol, lebih dari
analisis uji normalitas data dan analisis uji
setengah
homogenitas data. Analisis uji normalitas
atau
sebagian
besar
siswa
terdapat
dimaksudkan
beberapa
untuk
tahap
memiliki peningkatan kemampuan berpikir
data
mengetahui
kritis matematik berada pada klasifikasi
apakah data yang diperoleh berdistribusi
rendah, dengan persentase sebesar 60,70
normal atau tidak, sedangkan analisis
%. Ini berarti siswa pada kelas kontrol
homogenitas
memiliki kemampuan berpikir kritis cukup
mengetahui apakah data yang diperoleh
baik.
homogen terhadap populasinya atau tidak,
dimaksudkan
untuk
Tahap selanjutnya dalam analisis
setelah melalui syarat uji normalitas dan
data adalah analisis inferensial. Melalui
homogenitas maka dilanjutkan dengan uji
analisis inferensial kita dapat mengetahui
hipotesis seperti pada tabel 4 berikut.
7
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis t-test for Equality of Means t
Df
Sig. (2-tailed)
Equal variances 10.437 63 assumed Equal variances not 10.414 61.231 assumed Sumber: Data Diolah Dengan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version
,000
Normalized Gain
kemampuan berpikir kritis matematik siswa
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 <
(0,05)
lebih
maka
H0
disimpulkan
,000
baik
dari
pengaruh
langsung
model
ditolak.
Sehingga
dapat
pembelajaran
terhadap
bahwa
pengaruh
model
kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
pembelajaran berbasis masalah terhadap
PEMBAHASAN Jenis penelitian ini adalah penelitian
dilaksanakan. Total jam pelajaran yang
eksperimen semu tentang kemampuan
digunakan dalam penelitian ini yaitu
berpikir kritis matematik siswa dengan
sebanyak 12 jam pelajaran tiap kelas.
menggunakan
Proses pembelajaran menggunakan 8 jam
pembelajaran
berbasis
pelajaran
materi kubus dan balok di kelas VIII10 dan
menggunakan 2 jam pelajaran dan posttest
kelas VIII1 SMP Negeri 4 Kendari.
menggunakan
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada
masing-masing kelas.
tanggal 2 April sampai tanggal 19 April 2013.
Pelaksanaan
menggunakan
dua
penelitian kelas
yaitu
tiap
preetest
masalah dan pembelajaran langsung pada
kelas,
2
jam
Pembelajaran
ini
pelajaran
yang
pada
dilaksanakan
pada kelas eksperimen adalah model
kelas
pembelajaran
berbasis
masalah
yang
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
memiliki enam tahap pembelajaran yaitu:
eksperimen
orientasi
mengunakan
model
siswa
pada
pembelajaran berbasis masalah, sedangkan
mengorganisasi
kelas
membimbing kelompok atau individu,
kontrol
menggunakan
model
siswa
masalah, belajar,
pembelajaran langsung. Pada kedua kelas,
menganalisis
siswa diberi preetest sebelum proses
pemecahan masalah, menyajikan hasil
pembelajaran
karya
dilaksanakan,
kemudian
diberi posttest setelah pembelajaran selesai
dan
Rangkaian 8
dan
untuk
mengevaluasi
memberikan tahap-tahap
penghargaan. dalam
menekankan
normalized gain kemampuan berpikir
kepada siswa agar mampu menyelesaikan
kritis matematik pada kelas kontrol yaitu
suatu masalah dengan idenya sendiri,
sebesar 0,22. Berdasarkan nilai rata-rata
sehingga materi pelajaran dapat mudah
normalized
diingat oleh siswa dan tidak mudah
berpikir kritis matematik siswa pada kelas
dilupakan
eksperimen
pembelajaran
ini
serta
sangat
dapat
melatih
dan
gain,
maka
termasuk
kemampuan
dalam
kategori
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
sedang dan kemampuan berpikir kritis
siswa
matematik
dalam
memecahkan
masalah
matematika.
siswa
pada
kelas
kontrol
termasuk dalam kategori rendah. Hal ini
Tes awal (preetest) diberikan kepada
mengindikasikan bahwa dari nilai rata-rata
siswa sebelum adanya perlakuan berupa
normalized gain, pembelajaran berbasis
pembelajaran menggunakan pembelajaran
masalah lebih unggul dari pembelajaran
berbasis masalah, dengan tujuan untuk
langsung
mengetahui kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis matematik
matematik awal siswa. Setelah preetest,
siswa. Meskipun terdapat peningkatan
kemudian siswa diberi perlakuan berupa
yang
pembelajaran berbasis masalah dengan
berpikir kritis matematik siswa pada kedua
tujuan untuk meningkatkan kemampuan
kelas, namun peningkatan yang terjadi
berpikir
pada kelas kontrol masih rendah dan
kritis
matematik
siswa
lalu
dalam
signifikan
meningkatkan
terhadap
dilanjutkan dengan tes akhir (Posttest).
belum
Jumlah soal yang digunakan untuk pretest
kemampuan berpikir kritis matematik
dan posttest adalah sebanyak 5 nomor.
seperti yang diharapkan.
Skor preetest dan posttest diolah menjadi
Kemampuan
normalized
nilai
menjadikan
kemampuan
siswa
berpikir
memiliki
kritis
gain.
Rata-rata
matematik siswa pada kelas eksperimen
yang
diperoleh
dan kelas kontrol dapat diketahui dengan
peningkatan
melakukan uji hipotesis pada kedua kelas
normalized
gain
merupakan
gambaran
kemampuan berpikir kritis matematik
dengan
siswa yang diajar dengan pembelajaran
independen. Namun, sebelum dilakukan
berbasis
uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
masalah
dan
pembelajaran
langsung.
menggunakan
uji-t
sampel
prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
Hasil analisis data diketahui rata-rata
homogenitas data kedua kelompok sampel.
nilai normalized gain kemampuan berpikir
Berdasarkan uji normalitas data dengan
kritis matematik pada kelas eksperimen
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,59 lebih tinggi dari rata-rata nilai
diperoleh data kelas eksperimen dan kelas 9
kontrol
berasal
berdistribusi
dari normal.
populasi
yang
masalah
disebabkan
karena
dalam
Selanjutnya,
pembelajaran ini siswa dituntut untuk
berdasarkan hasil uji homogenitas data
dapat memahami suatu konsep serta
kelas
keterampilan
eksperimen
menggunakan
dan
uji
kelas
Levenne
kontrol diperoleh
merencanakan
melaksanakan
rencana
penyelesaian
bahwa data kedua kelompok mempunyai
berdasarkan
varians yang homogen terhadap varians
Masalah menjadi titik tolak pembelajaran
populasinya.
untuk
Berdasarkan hasil uji hipotesis data
masalah
dan
yang
memahami
disajikan.
prinsip
mengembangkan
dan
keterampilan.
kemampuan berpikir kritis matematik
Pengetahuan yang diperoleh dari model ini
kelas
akan dipahami lebih mendalam dan sulit
eksperimen
dan kelas
kontrol,
terlihat bahwa peningkatan kemampuan
dilupakan,
berpikir kritis matematik kelas eksperimen
pandangan ilmu yang lebih luas kepada
dan kelas kontrol berbeda secara nyata.
siswa menuju keberhasilan, model ini
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai sig.
melatih
(2-tailed) <
(0,05), maka H0 ditolak.
mandiri, memberikan kesempatan kepada
Sehingga pengaruh model pembelajaran
siswa untuk bekerja dengan caranya
berbasis masalah terhadap kemampuan
sendiri, dan pendekatan ini pula dapat
berpikir kritis matematik siswa lebih baik
mengembangkan
dari
menuju
pengaruh
model
pembelajaran
model
siswa
pada
ini
lebih
memberikan
banyak
kepribadian akhir
kebenaran
belajar
siswa ilmu
langsung terhadap kemampuan berpikir
tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut,
kritis matematik siswa. Kenyataan dalam
maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
penelitian
bahwa
berbasis masalah memiliki potensi besar
dapat
untuk meningkatkan kemampuan berpikir
diterapkan dan dijadikan sebagai salah satu
kritis matematik siswa SMP. Hal ini
alternatif untuk membantu siswa dalam
tentunya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peningkatan mutu hasil belajar matematika
matematik, karena dengan kemampuan
siswa yang sangat diharapkan dalam
berpikir kritis matematik yang tinggi,
pendidikan.
ini
pembelajaran
menunjukkan berbasis
masalah
maka kemampuan memecahkan masalah matematika siswa dapat ditingkatkan. Hasil lebih baik diperoleh siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis
10
akan
berdampak
pada
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan
sebesar 0,22 tergolong klasifikasi rendah,
pembahasan dalam penelitian ini, dapat
dimana
dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa:
peningkatan pada interval G < 0,30 yang
Pertama:
Kemampuan
berpikir
berarti
60,70%
siswa
bahwa
memperoleh
secara
keseluruhan
kritis matematik siswa Kelas VIII SMP
kemampuan berpikir kritis matematik
Negeri 4 Kendari yang menggunakan
siswa tergolong rendah, artinya secara
pembelajaran
keseluruhan
berbasis
masalah
pada
siswa
menggunakan
materi kubus dan balok sebesar 0,59
kemampuan berpikir kritisnya dengan
tergolong
dimana
cukup baik. Selain itu diperoleh standar
81,25% siswa memperoleh peningkatan
deviasi 0,13220. Varians sebesar 0,017,
pada interval 0,30
0,70, yang
nilai varians ini menunjukkan tingkat
keseluruhan
keragaman
berarti
klasifikasi
bahwa
sedang,
secara
peningkatan
kemampuan
kemampuan berpikir kritis matematik
berpikir kritis matematik siswa. Median
siswa tergolong sedang, artinya secara
atau nilai tengah sebesar 0,2200. Modus
keseluruhan siswa telah menggunakan
sebesar 0,17, nilai ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritisnya dengan
sebagian besar siswa memiliki tingkat
baik. Selain itu diperoleh standar deviasi
kemampuan
0,15206. Varians
tergolong sedang. Nilai minimum sebesar
varians
ini
keragaman
sebesar 0,023, nilai menunjukkan
peningkatan
berikir
kritis
matematik
0,04 dan nilai maksimum 0,52.
tingkat
Pengaruh
Ketiga:
kemampuan
model
berpikir kritis matematik siswa. Median
pembelajaran berbasis masalah terhadap
atau nilai tengah sebesar 0,6150. Modus
kemampuan berpikir kritis matematik siswa
sebesar 0,64, nilai ini menunjukkan bahwa
lebih
sebagian besar siswa memiliki tingkat
pembelajaran
kemampuan
kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
berikir
kritis
matematik
tergolong sedang. Nilai minimum sebesar 0,29 dan nilai maksimum 0,97 Kedua: Kemampuan berpikir kritis matematik siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Kendari yang menggunakan pembelajaran langsung pada materi kubus dan balok 11
baik
dari
pengaruh
langsung
model terhadap
Saran Saran dalam penelitian ini adalah
serta kemampuan memecahkan masalah
sebagai berikut:
yang dimiliki siswa.
1. Pertama: Kepada para guru yang
Ketiga: Bagi peneliti yang hendak
mengajar mata pelajaran Matematika
mengembangkan
sekiranya
menggunakan
melakukannya pada materi lain untuk
pembelajaran berbasis masalah sebagai
mengembangkan pembelajaran berbasis
salah
masalah dalam upaya meningkatkan hasil
satu
dapat
alternatif
pembelajaran
dalam pembelajaran matematika untuk
belajar
siswa,
mengoptimalkan kemampuan berpikir
matematika.
penelitian
khususnya
ini
dapat
pelajaran
siswa. Kedua: Hendaknya kemampuan berpikir kritis siswa mendapat perhatian yang
serius
meningkatkan
dari
pihak
penguasaan
guru
untuk
matematika Daftar Rujukan
Aiken, R. Lewis. 1996. Rating Scale & Checklist Evaluating Behaviour Personality and Attitude. New York: John Wiley& Sons, Inc.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pritasari, Ajeng. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 Sekolah menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. [online]. Tersedia di :http://eprints.uny.ac.id/2384/1/skri psi_(ajeng_desi-07301241049).pdf. [14 Desember 2012]
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fahinu, 2007. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematika Pada Mahasiswa Melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi. UPI. [online]. Tersedia di: http://digilib.upi.edu/digitalview.ph p?digital_id=1123 [7 Maret 2013]
12