J. Sains MIPA, Desember 2008, Vol. 14, No. 3, Hal.: 150 - 156 ISSN 1978-1873
PREPARASI, KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS KATALIS CoO-MoO/ZnOZAA UNTUK STEAM REFORMING ISOAMIL ALKOHOL Wega Trisunaryanti*, Triyono dan Suryani Anjarsari Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta *E-mail:
[email protected] Diterima 31 Juli 2008, disetujui untuk diterbitkan 19 September 2008
ABSTRACT Preparation, characterization of CoO-MoO/ZnO-ZAA catalyst and its catalytic activity test for conversion of isoamyl alcohol by steam reforming method was investigated. Natural zeolite was activated by HCl 3 N solution. Preparation of CoO-MoO/ZnO-ZAA catalyst was carried out by wet impregnation method followed by calcination at 400 oC for 6 h in nitrogen gas stream. Weight rasio of ZnO:ZAA was 1:2 while the Co and Mo content was 1 wt% toward the ZnO-ZAA initial weight. Acidity of catalysts were determined by ammonia adsorption method. Surface area, total pore volume and pore size distribution were determined by metode N2 adsorbtion method using gas Sorption Analizer Nova-1000 instrument. The activity test was conducted in a semi flow reactor system using N2 as a carrier gas at flow rate 10 mL/min; for 30 min; reaction temperature 500oC under feed/catalyst weight ratio 1/10. The liquid residue was analyzed by gas chromatography (GC). Oxidation of the used catalyst was conducted at 500 oC for 1 h to determine the amount of coke. Gas product (wt%) was calculated by substraction of the initial weight of isoamyl alcohol toward coke products and liquid residue. Activation of natural zeolite caused dealumination and the zeolite acidity increased. Impregnation of ZnO on to the ZAA sample increased acidity, surface area, and total pore volume of ZnO, while impregnation of CoO and or MoO on ZnO-ZAA support caused catalyst acidity and average pore radius increase. The surface area and total pore volume increased by loading of Co, but slightly decreased after loading of CoO and MoO. The catalyst activity test results showed that in general the conversion of gas product increased, and coke formation decreased with the increase of catalyst acidity and average pore radius. The activity test results of isoamyl alcohol steam reforming using CoO-MoO/ZnO-ZAA, CoO/ZnO-ZAA, ZnO-ZAA catalyst produced gas fraction 31.17, 21.13 and 19.97%, respectively. The amount of coke in each catalyst was 0.32, 0.53 and 0.71wt.%, respectively. Keywords: steam reforming, CoO-MoO/ZnO-ZAA catalyst, isoamyl alcohol
1. PENDAHULUAN Semakin menipisnya cadangan energi dan semakin tingginya tingkat polusi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (BBM) telah memicu berbagai penelitian mengenai sumber bahan alternatif yang renewable dan ramah lingkungan. Diantaranya adalah fuel cell yang berbahan bakar hidrogen. Energi fuel cell punya keunggulan sifat transportable, memiliki efisiensi yang tinggi, dan ramah lingkungan karena menghasilkan energi listrik tanpa pembakaran dari bahan bakarnya dan hanya mengemisikan uap air. Bahan yang kini sedang dikembangkan sebagai penghasil hidrogen adalah alkohol. Salah satu sumber alkohol lain adalah minyak fusel yang berasal dari limbah pabrik gula. Selain etanol dan metanol, minyak fusel juga mengandung isoamil alkohol sebagai komponen utama1). Alkohol dapat diubah menjadi hidrogen melalui metode steam reforming. Steam reforming merupakan teknologi untuk memproduksi hidrogen, di mana reaktan yang umumnya hidrokarbon, atau senyawa organik direaksikan dengan uap air menghasilkan hidrogen, karbon dioksida, dan karbon monoksida2). Penelitian mengenai steam reforming etanol dan metanol telah banyak dilakukan. Etanol dan metanol telah dibuktikan dapat menghasilkan hidrogen, sehingga sebelum dilakukan konversi minyak fusel perlu dipelajari konversi isoamil alkohol terlebih dahulu. Steam reforming senyawa organik melibatkan banyak pemutusan senyawa organik sehingga memerlukan temperatur dan energi aktivasi yang tinggi. Untuk mengurangi temperatur reaksi dan menurunkan energi aktivasi diperlukan katalis. Steam reforming berlangsung dalam fasa gas, sehingga
150
2008 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, Desember 2008, Vol. 14, No. 3
digunakan katalis heterogen (fasa padat)3). Katalis logam mulia dari golongan logam transisi seperti Co, Ni, Rd, Ru, Pd, Os, Ir, dan Pt bagus digunakan untuk steam reforming4). Di antara penelitian yang menggunakan katalis berbasis Co adalah Llorca et al. (2002) yang telah mempelajari steam reforming etanol dengan umpan berlebih, suhu 573-723 K, pada tekanan atmosfer menggunakan katalis Co 1% b/b yang diembankan pada berbagai jenis oksida dengan metode impregnasi, yaitu MgO, γ-Al2O3, SiO2, TiO2, ZnO, V2O5, La2O3, CeO2, Sn2O3 5). Pada proses katalitik dapat terjadi penggumpalan komponen aktif logam, akibatnya umur katalis menjadi lebih pendek. Untuk mengatasi masalah ini, logam-logam tersebut diimpregnasikan pada bahan pendukung seperti silika-alumina, alumina, karbon aktif dan zeolit. Hal ini akan memperpanjang umur katalis dan menambah luas permukaan katalis sehingga reaksi lebih efektif. Penggunaan pengemban juga dimaksudkan untuk mengurangi jumlah logam yang dibutuhkan, meningkatkan aktivitas dan meningkatkan daya tahan kerja katalis6). Zeolit mempunyai beberapa keunggulan dalam proses aktivasi katalitik, di antaranya adalah kemampuan dispersinya yang tinggi, kemampuannya dalam menstabilkan logam, tetap stabil dalam suhu tinggi dan mampu membentuk katalis bifungsional. Selain itu zeolit alam keberadaanya sangat melimpah di alam, sehingga agar dapat lebih termanfaatkan7). Zeolit juga memiliki luas permukaan yang besar sehingga dapat digunakan sebagai pengemban. Zeolit mempunyai situs asam dalam kerangkanya yaitu situs asam Brønsted dan situs asam Lewis. Zeolit alam di Indonesia mengandung silika alumina amorf dan kristal mordenit, yang setelah diaktivasi dan dimodifikasi mempunyai aktivitas yang bagus. Zeolit alam pada umumnya memiliki kristalinitas yang tidak terlalu tinggi, ukuran porinya yang tidak seragam, aktivitas katalitiknya rendah, dan mengandung banyak pengotor. Oleh karena itu perlu diaktivasi dan dimodifikasi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai pengemban logam aktif8).
2. METODE PENELITIAN 2.1. Bahan Zeolit alam Klaten, larutan HCl 3N, larutan NH4Cl 0,1 N, larutan AgNO3, akuades (Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UGM), Co(NO3)2.6H2O (E Merck), (NH4)6(Mo)7O24.4H2O (E Merck), ZnO (E Merck), isoamil alcohol (p.a., E Merck), aquabides (Lab. PAU Bioteknologi UGM), amoniak (p.a., E Merck), gas nitrogen (teknis, P.T. Samator Gas), gas oksigen (teknis, P.T. Samator Gas), garam dapur. 2.2. Peralatan Seperangkat alat gelas, seperangkat alat refluks, pemanas listrik, pengaduk magnetic, timbangan (Digital Mettler AE100), saringan 100 mesh (RX 86), kurs porselin, evaporator (Buchii), oven listrik, tanur pemanas (Tube Furance), kolom kalsinasi dan oksidasi, kolom reaktor, termometer raksa, termometer digital (Termolyne), termokopel, flowmeter, desikator, kurs porselin. pompa vakum, kolom pendingin ulir, Gas Sorption Analyzer NOVA-1000 (Quantachrome Corporation) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju (P3TM) BATAN Yogyakarta, Spektrometri FTIR, kromatrografi gas (HP 5890 series II) di Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta. 2.3. Prosedur Penelitian 2.3.1. Aktivasi Zeolit Alam dengan HCl Langkah awal penelitian ini yaitu proses dekantasi. Zeolit alam diayak dengan ayakan 100 Mesh 200 g direndam dengan akuades selama 24 jam pada temperatur kamar. Hasil rendaman tersebut disaring dan dikeringkan pada temperatur 100 oC. Zeolit alam hasil dekantasi sebanyak 200 g direndam dalam larutan HCl 3N sampai tercampur, kemudian direfluks dalam lemari asam selama 30 menit pada suhu 90 oC. Selanjutnya didiamkan dalam temperatur kamar sampai terbentuk 2 lapisan. Zeolit pada lapisan bawah dipisahkan dengan menggunakan penyaring Buchner dan dicuci menggunakan menggunakan akuades sampai tidak mengandung ion Cl-. Filtrat hasil penyaringan diuji menggunakan larutan AgNO3 sampai tidak terbentuk endapan warna putih keruh. Zeolit yang dihasilkan dikeringkan dalam pada temperatur 100 oC. Langkah selanjutnya yaitu menambahkan larutan NH4Cl 0,1 M ke dalam zeolit sampai terendam. Campuran diaduk dengan pengaduk magnet selam 3 jam setiap hari selama satu minggu. Selanjutnya zeolit disaring dan dicuci menggunakan akuades hingga larutan tidak mengandung ion Cl-. Langkah terakhir yaitu zeolit hasil aktivasi dikeringkan dalam oven pada temperatur 100 oC.
2008 FMIPA Universitas Lampung
151
W. Trisunaryanti dkk... Preparasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Katalis CoO-MoO/ZnO-ZAA
2.3.2. Preparasi Katalis Preparasi katalis ZnO-ZAA, CoO/ZnO-ZAA, CoO-MoO/ZnO-ZAA dilakukan dengan metode impregnasi basah. Untuk membuat katalis ZnO/ZAA, mula-mula disiapkan ZnO 80 g dalam 200 mL akuabides. Larutan ZnO selanjutnya dimasukkan ke dalam labu leher dua 1000 mL yang telah berisi 160 g zeolit alam aktif (ZAA). Ke dalam labu ditambahkan 200 mL akuabides. Labu dirangkaikan dengan alat refluks dengan pendingin air dan dipanaskan pada suhu 90 oC dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 5 jam, dilanjutkan dengan evaporasi dengan pengurangan tekanan hingga terbentuk suspensi yang kental. Penguapan pelarut disempurnakan dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 120 oC. Katalis kering dikalsinasi dalam aliran gas nitrogen 20 mL/menit pada temperatur 400 oC selama 6 jam. Selanjutnya katalis disimpan dalam desikator. Pembuatan katalis Co/ZnO-ZAA (1 % b/b) dilakukan dengan metode yang sama, dengan mengimpregnasikan garam Co(NO3)2.6H2O sebesar 1,480998 g ke dalam 30 gram ZnO-ZAA. Sedangkan untuk pembuatan katalis CoO-MoO/ZnO-ZAA (1 % b/b), garam molibdenum (NH4)6(Mo)7O24.4H2O 0,55 g diimpregnasikan terlebih dahulu, baru kemudian diimpregnasikan garam Co(NO3)2.6H2O 0,790499 g. 2.3.3. Penentuan keasaman katalis dan pengukuran luas permukaan spesifik, volume total pori, rerata jejari pori, dan distribusi ukuran pori katalis Keasaman katalis ditentukan dengan mengukur adsorpsi padatan terhadap amoniak. Penentuan luas permukaan spesifik, volume total pori, rerata jejari pori, dan distribusi ukuran pori katalis didasarkan pada fenomena adsorpsi pada temperatur tetap yang dikembangkan oleh Brunauer, Emmet, dan Teller (BET). Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen Gas Sorption Analyzer NOVA-1000 yang terdapat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju (P3TM) BATAN Yogyakarta. 2. 4. Uji aktivitas katalis pada reaksi steam reforming isoamil alkohol Uji aktivitas dilakukan terhadap semua variasi katalis yaitu ZnO-ZAA, CoO/ZnO-ZAA, dan CoOMoO/ZnO-ZAA. Proses steam reforming dilakukan di dalam reaktor sistem semi flow pada temperatur 400oC dan laju alir gas nitrogen 10 mL/menit. Katalis yang digunakan dibentuk menjadi pelet dengan berat tetap 1 g, sedangkan umpan berupa larutan isoamil alkohol : air (1:50) seberat 10 g. Proses steam reforming berlangsung selama 30 menit. Produk yang diperoleh berupa gas dan kokas. Untuk mengetahui jumlah kokas yang dihasilkan, katalis bekas dioksidasi pada 500 oC selama 1 jam menggunakan gas O2 dengan laju alir 20 mL/menit. Karakterisasi cairan sisa konversi dilakukan dengan menggunakan GC (Gas Chromatography). Cairan cairan sisa konversi dapat dihitung menggunakan Persamaan (1) berikut: Cairan sisa konversi =
berat produk cair x 100% berat umpan mula − mula
(1)
Berat kokas dihitung dengan Persamaan (2): Berat kokas = berat katalis sebelum oksidasi – berat katalis sesudah oksidasi Produk kokas =
berat kokas x 100% berat umpan mula − mula
(2)
Dengan mengetahui persentase isoamil alkohol yang tidak terkonversi serta produk kokas, maka produk gas dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan (3) berikut: Produk gas = [100 – (isoamil alkohol yang tidak terkonversi + produk kokas)]% (3)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Aktivasi Zeolit Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran puncak pada daerah 1000-1100 cm-1 ke arah bilangan gelombang yang lebih besar. Zeolit alam sebelum perlakuan HCl memiliki bilangan gelombang vibrasi rentangan asimetris TO4 yaitu pada bilangan gelombang 1049,2 cm-1 sedangkan zeolit alam setelah perlakuan HCl memiliki bilangan gelombang 1060,8 cm-1. Pergeseran spektra IR tersebut memberikan informasi bahwa terjadi dealuminasi setelah perlakuan HCl terhadap zeolit atau telah terjadi proses pelepasan Al dalam kerangka menjadi Al luar kerangka oleh HCl. Dealuminasi ini juga dapat mengakibatkan rasio Si/Al semakin meningkat, sehingga diharapkan stabilitas termal zeolit alam aktif akan meningkat.
152
2008 FMIPA Universitas Lampung
J. Sains MIPA, Desember 2008, Vol. 14, No. 3
Gambar 1. Perbandingan spectra IR zeolit alam Klaten sebelum perlakuan HCl dan sesudah perlakuan HCl 3.2. Karakterisasi Katalis 3.2.1. Keasaman katalis Dari Tabel 1 ditunjukkan bahwa pengembanan ZnO ke dalam pori zeolit menaikkan keasaman ZnO yang cukup signifikan. Hal ini dimungkinkan karena sumbangan situs asam dari zeolit alam aktif (ZAA) yaitu situs asam Lewis dan asam Brønsted yang terdapat pada struktur kristal zeolit. Pengembanan logam CoO dan CoO-MoO ke dalam pori ZnO-ZAA menaikkan keasaman katasis. Hal ini menunjukkan logam mempunyai situs asam, yaitu situs asam Lewis yang dapat mengadsorbsi basa amoniak. Logam Co dan Mo merupakan logam transisi yang mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbitalnya sehingga sangat efektif sebagai akseptor pasangan elektron dari basa adsorbat. Pengembanan logam oksida CoO-MoO ke dalam pori ZnOZAA mampu menaikkan keasaman lebih besar jika dibanding dengan penambahan logam CoO saja. Tabel 1. Data keasaman katalis dengan adsorbsi basa amonia Katalis
Keasaman (mmol/g)
ZnO ZnO-ZAA CoO/ZnO-ZAA
0,67 4,05 5,61
CoO-MoO/ZnO-ZAA
5,87
3.2.2. Luas permukaan spesifik, volume total pori dan rerata jejari pori Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa luas permukaan spesifik logam oksida ZnO mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan pengembanan ke dalam pori-pori ZAA. Zeolit alam mempunyai luas permukaan yang besar, sehingga pengembanan logam ke dalam pori-pori zeolit akan meningkatkan luas permukaan logam tersebut. Pengembanan logam oksida CoO pada pori pengemban ZnO-ZAA ternyata menghasilkan luas permukaan spesifik yang sedikit lebih besar dari luas permukaan spesifik ZnO-ZAA. Hal ini dikarenakan logam oksida CoO dapat terdispersi dengan baik, sehingga memberikan sumbangan yang positif terhadap luas permukaan. Hal ini berbeda dengan pengembanan logam oksida CoO-MoO pada permukaan pengemban ZnO-ZAA, di mana terjadi penurunan luas permukaan spesifik. Hal ini dimungkinkan karena pendispersian logam ke dalam pori-pori pengemban tidak merata sehingga dapat mengakibatkan tertutupnya mulut dan saluran pori pengemban. Hal yang sama juga terdapat pada penentuan volume total pori, dimana semakin banyak logam yang diimpregnasikan pada zeolit maka secara umum volume total pori semakin kecil. Pendispersian logam ke
2008 FMIPA Universitas Lampung
153
W. Trisunaryanti dkk... Preparasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Katalis CoO-MoO/ZnO-ZAA
dalam pori-pori pengemban dapat menyebabkan terjadinya penumpukan logam pada saluran pori pengemban. Berbeda dengan luas permukaan spesifik dan volume total pori, pendispersian logam ke dalam poripori pengemban mengakibatkan rerata jari-jari pori semakin besar. Rerata jari-jari pori berhubungan erat dengan saluran-saluran pori. Semakin banyak logam yang terimpregnasi ke dalam pori-pori pengemban, maka saluran-saluran pori yang tersumbat semakin banyak, sehingga rerata jari-jari porinya meningkat. Tabel 2. Luas permukaan spesifik, volume total pori dan rerata jejari pori Katalis
Luas permukaan spesifik (m2/g)
Volume total pori (e03 cc/g)
rerata jejari pori (Å)
ZnO ZnO-ZAA Co/ZnO-ZAA
4,19 20,66 22,31
5,07 20,22 22,41
24,19 19,57 24,10
CoO-MoO/ZnO-ZAA
19,93
21,02
21,09
3.3. Uji Aktivitas Katalis Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa steam reforming isoamil alkohol menggunakan katalis yang diembankan pada ZnO-ZAA menghasilkan produk gas rata-rata 19-32 %, produk kokas yang dihasilkan kurang dari 1%, dan cairan sisa konversi sekitar 68-79 %. Peningkatan produk gas ini disebabkan karena adanya penambahan logam aktif. Kemungkinan reaksi steam reforming isoamil alkohol yang terjadi adalah seperti tampak pada Persamaan (4): (CH3) 2CHCH2CH2OH (g) + 9 H2O(g) → 15 H2 (g) + 5CO2 (g) (14) Tabel 3. Data hasil reaksi steam reforming isoamil alkohol Katalis ZnO-ZAA Co/ZnO-ZAA
Produk gas (% b/b) 19,97 21,13
Co-Mo/ZnO-ZAA 31,75 b/b = berat produk/berat umpan mula-mula
Kokas (% b/b) 0,70 0,53 0,32
Cairan sisa konversi (% b/b) 79,32 78,33 68,51
3.3.1. Pengaruh keasaman katalis terhadap produk gas dan kokas Hubungan antara keasaman katalis terhadap produk gas dan kokas dapat dilihat pada Gambar 2. Secara umum semakin tinggi keasaman maka aktivitas katalitiknya juga akan semakin tinggi. Produk gas yang dihasilkan semakin tinggi dan produk kokas semakin kecil. Semakin besar keasaman maka semakin banyak situs asam katalis sehingga proses steam reforming semakin efektif dan aktivitasnya semakin tinggi. 3.3.2. Pengaruh luas muka spesifik katalis terhadap produk gas dan kokas Dari Gambar 3 belum dapat ditunjukkan hubungan yang positif antara luas permukaan spesifik dengan hasil konversi isoamil alkohol. Secara umum semakin besar luas permukaan spesifik maka aktivitas katalis untuk reaksi steam reforming semakin meningkat karena zat yang teradsorpsi pada permukaan katalis akan semakin banyak. 3.3.3. Pengaruh volume total pori katalis terhadap produk gas dan kokas Gambar 4 memperlihatkan bahwa secara umum meningkatnya volume pori katalis akan meningkatkan produk gas dan menurunkan kokas. Semakin besar volume pori maka umpan isoamil alkohol berdifusi secara merata baik di permukaan maupun di dalam pori-pori katalis, sehingga dapat menghasilkan peningkatan adsorbsi umpan terhadap katalis. 154
2008 FMIPA Universitas Lampung
35
35
30
30
25
Produk gas Produk kokas
20 15 10 5
P roduk (% b/b)
Produk (% b/b)
J. Sains MIPA, Desember 2008, Vol. 14, No. 3
25 20
Produk gas
15
Produk kokas
10 5
0 4,05
5,61
5,87
0 20,66
Keasaman total (mmol NH3 /g)
22,31
19,93 2
Luas muka spesifik (m /g)
` 2. Pengaruh keasaman Gambar terhadap produk gas dan kokas
Gambar 3. Pengaruh luas permukaan spesifik katalis terhadap produk gas dan kokas
35
35
30
30
20
Produk gas Produk kokas
15 10 5
P ro d u k (% b /b )
P roduk (% b/b)
25
25 20
Produk gas
15
Produk kokas
10 5 0
0 20,22
22,41
21,02 -3
3
Volume total pori (10 cm /g)
Gambar 4. Pengaruh volume total pori katalis terhadap produk gas dan kokas
19,57
20,1
21,09
Rerata jejari pori e-03 cc/g
Gambar 5. Pengaruh hubungan antara rerata jejari pori terhadap produk gas dan kokas
3.4 Pengaruh Rerata Jejari Pori Katalis terhadap Produk Gas dan Kokas Dari Gambar 5 memperlihatkan bahwa katalis dengan rerata jejari pori besar, konversi gas semakin besar dan kokas yang terbentuk semakin kecil. Katalis dengan rerata jejari pori yang semakin besar cenderung menghasilkan produk konversi yang semakin besar juga. Pori-pori katalis dengan jejari yang besar akan mempunyai ukuran yang besar juga, yang mengakibatkan reaktan yang teradsorpsi ke dalam pori semakin besar sehingga aktivitas steam reforming semakin meningkat dan produk yang dihasilkan juga semakin besar.
4. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Pengembanan logam oksida ZnO pada sampel ZAA mampu meningkatkan keasaman total, luas permukaan spesifik, dan rerata jejari pori logam oksida ZnO; (2) Pengembanan logam CoO dan MoO pada ZnO-ZAA meningkatkan keasamam total katalis dengan urutan CoO-MoO/ZnO-ZAA > CoO/ZnO-ZAA > ZnO-ZAA; memberikan hasil yang bervariasi pada luas permukaan spesifik katalis dengan urutan CoO/ZnO-ZAA > ZnO-ZAA > CoO-MoO/ZnO-ZAA; volume total pori dengan urutan CoO/ZnO-ZAA > CoO-MoO/ZnO-ZAA > ZnO-ZAA; dan kenaikan jejari pori dengan urutan CoOMoO/ZnO-ZAA > CoO/ZnO-ZAA > ZnO-ZAA; (3) Konversi produk gas secara umum meningkat seiring dengan meningkatnya keasaman dan rerata jejari pori katalis dengan urutan CoO-MoO/ZnO-ZAA >
2008 FMIPA Universitas Lampung
155
W. Trisunaryanti dkk... Preparasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Katalis CoO-MoO/ZnO-ZAA
CoO/ZnO-ZAA > ZnO-ZAA berturut-turut sebesar 31,17; 21,13 dan 19,97 %; (4) Pembentukan kokas secara umum turun dengan naiknya keasaman total katalis dan rerata jejari pori, berturut-turut untuk katalis CoOMoO/ZnO-ZAA > CoO/ZnO-ZAA > ZnO-ZAA sebesar 0,32 %, 0,53 %, 0,7 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kantor Kementrian Riset dan Teknologi (MENRISTEK) atas bantuan dana penelitian ini melalui Program Insentif Riset Dasar Tahun 2008. DAFTAR PUSTAKA 1. Tjiptasurasa, 1991, Komponen Minyak Fusel Indonesia: Isolasi dan Oksidasinya, Sintesis dan Evaluasi Farmakokimia beberapa Senyawa Turunannya, Disertasi UGM, Yogyakarta . 2. Twigg, M.W., 1989, Catalyst Handbook, Wolfe Publising Ltd., London 3.
Nielsen, J.R.R., 1984, Catalytic steam Reforming,. Dalam Anderson, R., dan Boudart, M., Catalysis: Science and Technology, vol.5, Springer-Verlag, Berlin
4.
Al Qohtani, H., 1997, Effect of Ageing on A Steam Reforming Catalyst, Chem, Eng, J., 66: 51-56
5.
Llorca, J., Homs, N., sales, J., dan Piscina, P.R.D.L., 2002, Efficient Production of Hydrogen over Supported Cobalt Catalysts from Ethanol steam Reforming, J. Catal., 209: 306-371.
6.
Anderson, J.R., dan Boudart, J., 1981, Catalysis : Science and Technology, Vol.1, Springer-Verlag, Berlin.
7.
Abdullah, 1998, Pembuatan Pelet Katalis Ni-Pt untuk Konversi Amil Alkohol dan Isoamil Alkohol menjadi Hidrokarbon, Skripsi, FMIPA UGM, Yogyakarta.
8.
Trisunaryanti, W., Shiba, R., Miura, M., Nomura, M., Nishiyama, M., dan Matsukata, M., 1996, Characterization and Modification of Indonesian Natural Zeolites and Their Properties for Hydrocracking of Paraffin, Journal of The Japan Petroleum Institute, 39: 20-25.
156
2008 FMIPA Universitas Lampung