perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ZAMAN DUSTHA DAN ZAMAN NISTHA DALAM SEKAR PRALAMBANG JAMAN (Analisis Sosiologi Sastra)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh: SUSI SETIANINGSIH C0108082
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Nama
: SUSI SETIANINGSIH
NIM
: C0108082
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Zaman Dustha dan Zaman Nistha Dalam Sekar Pralambang Jaman (Analisis Sosiologi Sastra) adalah benar-benar karya sendiri bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,
Susi Setianingsih
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Amenangi zaman édan Éwuhaya ing pambudi Mélu ngédan nora tahan Yén tan mélu anglakoni Boya kéduman mélik Kaliren wekasanipun Ndilalah kersa Allah Begja-begjanè kang lali Luwih begja kang éling lawan waspada.
Menyaksikan zaman gila Serba susah dalam bertindak Ikut gila tidak akan tahan Tapi kalau tidak mengikuti (gila) Bagaimana akan mendapatkan bagian Kelaparan pada akhirnya Namun telah menjadi kehendak Allah Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa Lebih beruntung orang yang tetap ingat dan waspada
( Ronggowarsito)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta yang dengan tulus ikhlas memberikan kasih sayang dan cintanya
serta
selalu
berdoa
untuk
keberhasilan dan kesuksessanku. 2. Mas Pur, Mas Dwi dan Mbak Fitri, kakakkakak yang aku sayangi 3. Almamater yang membuat bangga penulis karena telah menuntut ilmu di dalamnya, khususnya Jurusan Sastra Daerah FSSR UNS
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur ke hadirat Allah SWT, Sang Maha Segalanya, Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan nikmat yang tak pernah berujung kepada penulis sehingga sebuah karya berjudul Zaman Dustha dan Zaman Nistha Dalam Sekar Pralambang Jaman (Analisis Sosiologi Sastra) dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah di Fakultas Sastra, Universitas Sebelas Maret. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesukaran. Namun berkat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Sehingga dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang setulustulusnya kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph.d. selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis mengakhiri studi dengan pembuatan skripsi ini. 2. Drs. Supardjo, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak memberi dorongan, nasihat serta saran kepada penulis. 3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. selaku sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberi semangat untuk mempercepat penulisan skripsi. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret 5. Dra. Sundari, M.Hum selaku Pembimbing pertama yang telah berkenan mencurahkan perhatiannya, arahan dan bimbingan serta memberikan motivasi demi terselesainya skripsi ini. 6. Siti Muslifah, SS, M.Hum selaku Pembimbing kedua yang telah berkenan mencurahkan perhatiannya, arahan dan bimbingan serta memberikan semangat demi terselesainya skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna. 8. Seluruh staf serta karyawan perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis. 9. Muhammad Choliq Wibisono yang telah memberikan motivasi, dorongan, semangat dan mencurahkan perhatianya demi terselesainya skripsi ini. 10. Wiwik Hatoliya Syariatul Hidayah Alumni Sastra Daerah 2005 yang telah berkenan memberikan izin skripsinya kajian filologi untuk saya kaji dari sudut pandang Sastra. 11. Mbak Iffa dan maz Dwi Sugeng Riyadi yang telah memberikan bantuan informasi serta semua narasumber yang telah berkenan dan sudi untuk meluangkan waktunya demi kelancaran dan selesainya skripsi ini. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Teman-teman seperjuangan Lia, Putri, Arti, Arum, Via, Aning, Asti, Dina, Tulus, Adit, Faat, Ian, Anung, Vindi dan semua mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Angkatan 2008, mari kita bersama-sama menggapai impian kita dengan penuh semangat dan kerja keras. 13. Seluruh Sedulur KKTT WISWAKARMAN yang telah memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Sepisan sedulur selawase sedulur 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan dan kebaikan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa sesungguhnya kepahaman manusia ada batasnya, sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun penulis terima dengan terbuka. Penulis berharap, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
I
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO..........................................................................….….
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
vi
KATA PENGANTAR....................................................................................
vii
DAFTAR ISI..................................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………..………………………………………
xv
ABSTRAK....................................................................................................
xvi
SARI PATHI……………………………………….….……………………
xvii
ABSTRACT………………………………………….………….……..…...
xviii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
xix
A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Batasan Masalah………………………………………………..
8
C. Rumusan Masalah ......................................................................
8
D. Tujuan Penelitian.........................................................................
9
E. Manfaat Penelitian.......................................................................
10
1. Manfaat Teoretis…………………………………………...
10
2. Manfaat Praktis……………………………………….……
10
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Sistematika Penulisan ..................................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................
12
A. Pendekatan Struktural..................................................................
12
1. Lapis Bunyi (sound stratum)……………………………....
14
2. Lapis Arti (unit of meaning)…….........................................
15
3. Lapis Objek …………………...………………….................
16
4. Lapis Dunia……………………………………………….....
16
5. Lapis Metafisis........................................................................
17
B. Pengertian Sosiologi Sastra………………………….................
18
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………
25
A. Bentuk Penelitian………………………………….……….…
25
B. Sumber Data dan Data……………………………..…………
26
C. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
27
1. Wawancara……………………….………………………..
27
2. Content Anaysis……………………………………….......
28
D. Teknik Analisis Data……………………………………..…...
29
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………
30
A. Analisis struktural………………………………..……….......
30
1. Lapis Bunyi………………………………………............
32
2. Lapis arti…………………................................................
50
a. Padan Kata……………………………………..........
51
b.
Tembung Garba………………………………….....
52
c.
Tembung Wancah……………………………..........
53
d. Pepindha..................................................................... commit to user
56
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Citra Pendengaran.......................................................
57
f. Citra Lihat atau Penglihatan........................................
58
g. Alegori........................................................................
59
h. Tahun Pembuatan........................................................
60
i. Kata Ganti Petunjuk....................................................
60
3. Lapis Objek, Latar dan Pelaku...........................................
61
a. Objek..........................................................................
61
b. Latar............................................................................
63
c. Pelaku.........................................................................
65
4. Lapis Dunia........................................................................
68
5. Lapis Metafisis...................................................................
69
B. Analisis Sosiologi Sastra...........................................................
69
C. Tanggapan Masyarakat tentang cara mengatasi agar kita tidak
103
terjerumus di dalam zaman nista dan zaman dusta dalam SPJ BAB V PENUTUP…………………………………………………………
103 109
A. Kesimpulan…………………………………………………..
109
B. Saran…………………………………………………………
110
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
111
LAMPIRAN………………………………………………………………...
115
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
KKTT
: Kelompok Kerja Teater Tradisional
SPJ
: Sekar Pralambang Jaman
MG
: Mari Gandrung
DT
: Demokrasi Tinuntun
KD
: Kala Dusta
KN
: Kala Nista
Hal
: Halaman
B
: Bait
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I.
Transliterasi dari Sekar Pralambang Jaman
Lampiran II. Daftar pertanyaan dan Data Informan serta Surat Pernyataan Lampiran III. Hasil wawancara
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Susi Setianingsih, C0108082. Zaman Dustha dan Zaman Nistha dalam Sekar Pralambang Jaman (Analisis Sosiologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana struktur Sekar Pralambang Jaman yang berbentuk tembang yang meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis ? (2) Apakah zaman dustha dan zaman nistha dalam Sekar Pralambang Jaman sesuai dengan gejala sosial zaman kini/saat ini ? (3) Bagaimanakah tanggapan masyarakat tentang cara mengatasi agar kita tidak terjerumus atau terbawa arus ke dalam zaman dustha dan zaman nistha seperti dalam Sekar Pralambang Jaman ? Tujuan Penelitian adalah mendeskripsikan struktur tembang dalam Sekar Pralambang Jaman yang meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. Mendeskripsikan zaman dustha dan zaman nistha dalam Sekar Pralambang Jaman dengan gejala sosial zaman kini/saat ini. Mendeskripsikan tanggapan masyarakat mengenai cara-cara mengatasi agar kita tidak terjerumus atau terbawa arus ke dalam zaman dusta dan zaman nista seperti dalam Sekar Pralambang Jaman. Landasan teori yang digunakan yaitu mengunakan teori pendekatan struktural dan pengertian sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sastra dengan bentuk metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa teks Sekar Pralambang Jaman yang sudah dianalisis secara filologi oleh Wiwik Hatoliya Syariatul Hidayah mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2005 dengan judul Sekar Pralambang Jaman sebuah Tinjauan Filologis. Data yang digunakan yaitu unsur-unsur struktur karya sastra berupa lapis bunyi, lapis arti, dan lapis yang berupa objek-objek, latar dan pelaku, lapis dunia dan lapis metafisis serta tanda-tanda kerusakan zaman dalam Sekar Pralambang Jaman Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara struktural Sekar Pralambang Jaman disusun dengan memadukan banyak sarana sastra. Pada Lapis bunyi memanfaatkan sarana asonansi, aliterasi. Lapis arti memanfaatkan padan kata, tembung garba, tembung wancah, pepindhan, citra pendengaran, citra penglihatan, allegori. Lapis objek, latar dan pelaku. Lapis dunia dan Lapis metafisis. Sosiologi sastra dalam penelitian ini memanfaatkan tanda-tanda kerusakan zaman dalam Sekar Pralambang Jaman, yaitu zaman dustha dan zaman nistha dibandingkan dengan keadaan sosial zaman kini atau saat ini dan hasilnya kedua zaman tersebut masih sangat relevan dengan kehidupan sekarang ini, dapat dikatakan zaman sekarang ini termasuk zaman dustha dan zaman nistha seperti dalam Sekar Pralambang Jaman. Cara-cara mengatasi agar kita hidup di dunia ini tidak mudah terseret di dalam kedua zaman tersebut dengan cara mengendalikan hawa nafsu, jujur dalam setiap perkataan dan tindakan, sabar, memperkuat agama dan mental, bergaul dengan orang yang baik, eling lan waspada. commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SARI PATHI Susi Setianingsih. C0108082. 2012. Zaman Dustha dan Zaman Nistha dalam Sekar Pralambang Jaman (Analisis Sosiologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta. Pêrkawis ingkang dipunrêmbag wontên ing panalitèn inggih punika, (1) Kadospundi gêgambaran kaendahan-kaendahan panulisan ingkang ambangun Sekar Pralambang Jaman ingkang nyakup lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, latar lan pelaku, lapis dunia, lapis metafisis? (2) Menapa zaman dustha lan zaman nistha ingkang wontên salêbêting Sekar Pralambang Jaman saget jumbuh kaliyan tandha-tandha sosial zaman sakmenika? (3) Kadospundi miturut masyarakat caracara mantasi supados mboten gampil katut ing zaman dustha lan zaman nistha ingkang wontên salêbêting Sekar Pralambang Jaman ? Ancasing panalitèn inggih punika ngandharakên kadospundi gêgambaran kaendahan-kaendahan panulisan ingkang ambangun Serat Sekar Pralambang Jaman ingkang nyakup lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, latar lan pelaku, lapis dunia, lapis metafisis. Ngandharakên zaman dustha lan zaman nistha wontên salêbêting Sekar Pralambang Jaman kaliyan tandha-tandha sosial zaman sakniki. Ngandharakên miturutipun masyarakat cara-cara ngatasi supados mboten gampil katut ing zaman dusta lan zaman nista ingkang wontên salêbêting Sekar Pralambang Jaman. Landasan teori ingkang dipunginakaken inggih punika pendekatan struktural lan pengertian sosiologi sastra. Metode ingkang dipunginakakên ing panalitèn inggih mênika panalitèn sastra ingkang awujud metode kualitatif. Sumber data ing panalitèn menika Sekar Pralambang Jaman ingkang sampun dipunanalisis filologi dening Wiwik Hatoliya Syariatul Hidayah mahasiswa Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta angkatan taun 2005 kanthi judul Sekar Pralambang Jaman sebuah Tinjauan Filologis. Data ingkang dipungginakaken inggih punika gêgambaran kaendahan-kaendahan karya sastra arupa lapis suara, lapis arti, lan lapis ingkang arupa objek-objek, panggenan lan lakon, lapis dunia lan lapis metafisis ugi tandha-tandha rusaking zaman ingkang wontên salêbêting teks. Asiling panalitèn nedahaken mênawi damêl gêgambaran kaendahankaendahan panulisan Sekar Pralambang Jaman dipunsusun kalihan kathah sarana sastra. Ing Lapis bunyi ngginakaken sarana asonansi, aliterasi. Lapis arti ngginakaken tembung saroja, tembung garba, tembung wancah, pepindhan, citra pendengaran, citra penglihatan, allegori. Lapis ingkang arupa objek-objek, panggenan lan lakon. Lapis dunia lan lapis metafisis. Sosiologi sastra wontên ing panalitèn ngginakaken tandha-tandha rusaking zaman wontên ing salêbêting Sekar Pralambang Jaman, inggih menika zaman dustha lan zaman nistha dipunjumbuhaken kalihan kahanan sosial zaman sakmenika. Asiling zaman dustha lan zaman nistha kasebut taksih sanget jumbuh kaliyan zaman sakmenika utawi kasebut zaman sakmenika menika zaman edan kados ingkang wontên salêbêting teks. Cara-caranipun mantasi supados mboten gampil katut ing zaman kasebut inggih menika, Jujur tuturan lan tindakan, sabar, nguataken agama lan mental, to waspada. user nggarumbyung kaliyan tiyang sae,commit eling lan
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Susi Setianingsih, C0108082. Dustha and Nistha Ages in Sekar Pralambang Zaman (A Literary Sociological Analysis). Thesis: Local Letters Department of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta Sebelas Maret University. The problems of research are (1) How is the structure of Sekar Pralambang Jaman in the form of song including sound (phoneme) layer, meaning layer, object layer, world layer and metaphysic layer? Has dustha and nistha ages in Sekar Pralambang Jaman been consistent with the social symptoms of the present? (3) What the people’s respond to the way we prevent us from being entrapped or drifted into dusta and nista ages like in Sekar Pralambang Jaman. The purpose of this study are to describe the structure of tembang in Sekar Pralambang Jaman covering the level of sound level meaning level of object, layers of world and layers of metaphysics. To compare between the “dark age” in Sekar Pralambang Jaman to the recent sosial symptom to describe the reaction of the society about how to prevent the “dark age” such as in the Sekar Pralambang Jaman. The theoretical foundation used was structural approach theory and literary sociology definition. The method used in this research was literary study in the form of qualitative method. The data source of research was the text of Sekar Pralambang Jaman that had been analyzed philologically by Wiwik Hatoliya Syariatul Hidayah, the 2005 generation student of Faculty of Letters and Fine Arts of Surakarta entitled Sekar Pralambang Jaman Sebuah Tinjauan Filologis. The data used was the elements of literary work structure in the form of phoneme layer, meaning layer, and layers constituting object, setting, and actor, world layer, and metaphysic layer as well as the signs of age destruction in Sekar Pralambang Jaman. The result of research showed that structurally, Sekar Pralambang Jaman is organized by combining many letter vehicles. The sound (phoneme) layer utilized assonance and alliteration. Meaning layer used synonym, tembung garba, tembung wancah, pepindhan, auditory image, visual image, allegory. Object, setting, and actor layers. The world layer and metaphysic layer. Literary Sociology in this research utilized the signs of age destruction in Sekar Pralambang Jaman: dustha and nistha ages were compared to the social condition in the present and the result was that both ages still were very relevant to the present life, it could be said that the present was included into dustha and nistha ages like in Sekar Pralambang Jaman. The ways of making our life in the world not drifted easily into both ages were to control passion, to be honest in every say and deed, patient, to reinforce religion and mental, to make friend with good persons, eling lan waspada (aware and alert). commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan, namun sering juga dituntut dari sastra agar mencerminkan kenyataan. Pendapat ini disebut penafsiran mimetik mengenai sastra (Luxemburg, 1984:15). Menurut Plato sastra hanyalah tiruan alam (alam ide, alam gagasan) sedangkan menurut Aristoteles sastra merupakan kegiatan utama manusia untuk menemukan dirinya disamping kegiatan lainya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat (Sulastin-Sutrisno, 1981:3). Ia juga berpendapat bahwa sastra itu melukiskan kenyataan, kenyataan yang dimaksud meliputi pemikiran, perasaan, dan perbuatan khas manusia. Kenyataan-kenyataan itu antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. (Sangidu,2004:40). Karya sastra juga dapat dikatakan sebagai salah satu hasil uasaha untuk merekam isi jiwa sastrawan dengan media bahasa, sekaligus sebagai bentuk perwujudan dari respon pengarang terhadap berbagai fernomena kehidupan sekitarnya. Karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan dan peradaban yang telah menghasilkanya, ia harus dipelajari dalam konteks yang seluas-luasnya dan tidak dirinya sendiri.
commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat-istiadat jaman itu (Luxemburg,1984:23). Sastra yang baik tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto, tetapi merekam dan melukis kenyataan secara keseluruhan. Aspek terpenting dalam kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkannya dalam karya sastra adalah masalah kemajuan manusia. Karena itu pengarang melukiskan kenyataan dalam keseluruhanya tidak dapat mengabaikan begitu saja dengan masalah tersebut. Ia harus mengambil sikap dan melibatkan diri dalam masyarakat karena ia juga termasuk salah satu anggota masyarakat (Luxemburg,1984:24).
Karya
sastra
merupakan
tanggapan
penciptanya
(pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya. Sastra berisi pengalaman-pengalaman subjektif penciptanya, pengalaman subjektif seseorang (fakta individual atau libinal), dan pengalaman sekelompok masyarakat (fakta sosial) (Sangidu,2004:41). Karya sastra dibagi menjadi dua yaitu karya sastra lisan dan karya sastra tulis, karya-karya sastra tersebut merupakan warisan budaya yang didalamnya terkandung nilai-nilai ajaran tertentu yang pada saat ini kiranya masih perlu digali dan dikembangkan kembali. Salah satunya yang menjadi bagian dari karya sastra itu terwujud dalam bentuk naskah lama. Naskah-naskah di nusantara mengemban isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukan oleh keanekaragam aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahsa dan sastra. Naskah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat di dalam naskah itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup dan dengan bentuk kesenian yang lain. Dilihat dari kandungan maknanya, wacana yang berupa teks klasik itu mengemban fungsi tertentu, yaitu membayangkan pikiran dan membentuk norma yang berlaku baik bagi orang sejaman maupun bagi generasi mendatang (Siti Baroroh Baried,1985:12-13). Sekar Pralambang Jaman (selanjutnya disebut SPJ) adalah naskah tunggal koleksi pribadi Ibu Izza yang beralamat di Jln.Mayor Sunaryo No.32 Sukoharjo 57512. Naskah ini merupakan warisan dari ayahanda Ibu Izza yang bernama Ki Gede Mudya Sutawijaya yang beralamat di Getas Jaten Karanganyar Surakarta. Sekar yang berarti tembang/nyanyian/syair yang diberi lagu (untuk dinyanyikan) yang berdasarkan aturan guru lagu dan guru wilangan. Pralambang yang berarti sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal/mengandung maksud tertentu. Jaman yang berarti jangka waktu panjang/pendek yang menandai suatu/masa. Naskah SPJ ini sudah diteliti oleh Wiwik Hatoliya Syariatul Hidayah Nim C0105003 pada tahun 2010 dengan tinjauan filologis. Di dalam penelitiannya Wiwik Hatoliya Syairatul Hidayah meneliti bagaimanakah suntingan teks naskah Sekar Pralambang Jaman yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologis serta bagaimana makna simbolis isi teks naskah SPJ. Kajian isi tersebut menerangkan makna simbolis dengan menyebutkan beberapa ajaran tentang gambaran bentuk-bentuk negara, lima pokok hukum yang dijadikan sebagai pedoman hidup serta gambaran kerusakan zaman yang ada dalam SPJ. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Latar belakang dalam penelitian SPJ adalah sebagai berikut: Pertama bagaimana masyarakat luas dapat mengenal kesusastraan dan usaha untuk menggeluti secara keseluruhan karena merupakan warisan budaya bangsa yang mengandung nilai tinggi dan berhubungan dengan aturan tata cara kehidupan sehari-hari. Kedua melihat isi dari SPJ tentang kerusakan zaman tersebut sangat menarik untuk diangkat agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat bagaimanakah tanda-tanda zaman yang ada di dalam SPJ. Ketiga yaitu naskah SPJ baru dikaji secara filologis, jadi untuk memudahkan penikmat dalam menelaah isi serta ajaran yang terdapat dalam SPJ tersebut perlu dikaji dari sudut pandang lain yaitu dengan menggunakan analisis sosiologi sastra agar dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan. Isi dari naskah SPJ tersebut merupakan naskah berbentuk tembang macapat yang berisi 4 pokok bahasan yaitu Mari Gandrung selanjutnya disebut (MG) terdiri atas 2 pupuh yaitu pupuh Gambuh 10 bait dan pupuh Pocung 6 bait. Dhemokrasi Tinuntun selanjutnya disebut (DT) terdiri atas 5 pupuh yaitu pupuh Kinanthi 13 bait, pupuh Pangkur 10 bait, pupuh Sinom 12 bait, pupuh Dhandanggula 11 bait, dan pupuh Maskumambang 12 bait. Kala Dustha / zaman kedustaan yang selanjutnya disebut (KD) terdiri atas 4 pupuh yaitu pupuh Sinom 15 bait, pupuh Pangkur 9 bait, pupuh Megatruh 5 bait, dan pupuh Pangkur 5 bait. Kala Nistha / zaman nistha yang selanjutnya disebut (KN) terdiri atas 4 pupuh yaitu pupuh Kinanthi 12 bait, pupuh Dhandanggula 15 bait, pupuh Sinom 11 bait, dan pupuh Pangkur 7 bait.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MG berisi tentang uraian kritis gambaran kerusakan jaman yang terjadi di dalam kehidupan manusia. DT berisi tentang sebuah bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan dipimpin oleh satu pimpinan berlandaskan hukum yag berlaku. KD berisi tentang gambaran keadaan masyarakat pada jaman kedustaan, yang penuh dengan kerusakan moral. KN berisi tentang gambaran keadaan masyarakat pada jaman kenistaan. Berikut adalah contoh konkrit dari teks SPJ. Kutipan : jalma nguja drênging karsa / bapa biyung tumindak kang tan yogi / pêpasthèn mring turunipun / tuwuh dadi durjana / badhut lanyah apus krama kojah kêmpus / lah dawêg mângga sakarsa / mumpung taksih sami urip // ( kala dusta pupuh 2 bait 19 ) kala nistha wêrdinipun / jaman kepupu ing nisthip / nistha sakèhing sujalma /kalis budi kang lêlungit /
ngalangut kêlut ing jaman /jalma tan bisa
sumingkir // ( kala nista pupuh 1 bait 2 ) Terjemahan: manusia senang mengumbar hawa nafsu, perbuatan orang tua yang tidak terpuji, diikuti oleh anak turunnya, akhirnya tumbuh menjadi penjahat, orang senang menipu dan mengumbar janji, jika ingin begitu puaskanlah, mumpung masih hidup.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
zaman nista namanya, zaman yang dikukup oleh kenistaan,nista banyaknya orang, tidak mempunyai apa-apa apalagi budi pekerti, hanya bisa terdiam dean ikut terserat zaman, manusia tidak bisa menghindari. Menelisik isi dari naskah tersebut secara global berisi tentang keadaan zaman, dimana keadaan zaman yang sudah mulai rusak penuh dengan kedustaan dan kenistaan. Zaman akan selalu berjalan atau berganti sehingga mempengaruhi kehidupan manusia jadi hidup manusia itu akan berganti menurut zamannya. Dengan demikian tidak selalu zaman itu akan selamanya rusak, jika ada zaman yang rusak pastilah ada zaman yang baik seperti halnya pembagian zaman pada Serat Kalatidha dan dalam ajaran Hindu. Dalam Serat Kalatidha terdapat peryataan tentang zaman edan jika tidak ikut ngedan (gila) hidupnya akan menjadi merana, akan tetapi jika ikut menjadi rendah budi pekertinya. Hal itu semua sudah menjadi kehendak yang Kuasa dan seharusnya harus selalu ingat dan waspada agar tidak ikut terseret dalam zaman edan tersebut. Menurut pandangan Ranggawarsita zaman edan tersebut akan diikuti oleh zaman keemasan yang terdapat dalam Serat Sabda Jati, yakni suatu zaman yang disebut Kalasuba. Datangnya masa keemasan yang ditandai oleh adanya pendeta selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa berikat pinggang dari tanah laksana orang gila berlari kesana-kemari dengan telunjuk mengitung semua orang. Masa itulah akan berakhirnya zaman edan berganti dengan zaman keemasan. Rakyat jelata dapat tertawa girang tiada kekurangan makanan dan pakaian, semua keinginan mereka tercapai (Wiwien Widyawati, 2009:241). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
Dalam Ajaran Hindu terdapat pembagian zaman dengan sebutan Catur Yuga adalah siklus atau perputaran zaman menurut Kitab Weda. Dimulai dari Zaman Keemasan atau Kerta Yuga, Zaman Perak atau Tirta Yuga, Zaman Perunggu atau Dwapara Yuga dan Zaman Besi atau Kali Yuga. Masing-masing zaman berputar sesuai siklus atau niskala. Kerta Yuga atau zaman keemasan adalah zaman ketika umat manusia berada dalam kemakmuran dan penuh kasih sayang. Laku manusia adalah tapa brata. Tirta Yuga atau zaman perak, masih zaman bagus. Moral manusia masih sempurna. Dwapara Yuga atau zaman perunggu, mulai terjadi perselisihan antara kejahatan dan kebaikan. Kali Yuga atau zaman besi, saat kejahatan merajalela dan penderitaan manusia akan mencapai puncaknya. Banyak tokoh Hindu meyakini, sekarang inilah zaman Kali Yuga berlangsung. Karena sudah banyak, berbagai bencana yang tak bisa ditolak, namun manusia dapat menghindari dengan laku spiritual atau religius. Kali Yuga disebut pula zaman keras atau zaman kegelapan. Dampak pemanasan global akan terjadi 30 tahun ke depan. Ketersediaan air akan menipis, dan tentu saja biaya hidup akan semakin mahal. Banyak orang akan sengsara dan kemiskinan tak mungkin terhindarkan. Belum lagi derasiksa akibat kejahatan yang muncul karena kemelaratan itu. Sesuai kata kali yang berarti perselisihan, permusuhan, persaingan atau perkelahian. Kali Yuga memang zaman penuh penderitaan akibat perang beragam bentuk. Dalam pembagian zaman tersebut hampir sama dalam ciri-ciri dimana ketika zaman sudah mulai rusak, akan tetapi beda dalam penyebutan nama sesuai dengan sang pengarang maupun ajaran yang sudah turun-temurun. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari keempat pokok bahasan yang terdapat dalam SPJ peneliti ingin memfokuskan dalam hal-hal kerusakan zaman tersebut yang terangkum dalam zaman dusta yang berarti zaman kebohongan dan zaman nista yang berarti zaman kehinaan, yang secara garis besar berisi tentang hilangnya kejujuran, merebaknya pergaulan bebas dan perzinaan, hilangnya moral, penyimpangan seksual, banyaknya perceraian akibat pelanggaran hukum pernikahan, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan analisis sosiologi yang nantinya ditujukan untuk mengetahui perbandingan antara zaman kini atau saat ini dengan zaman yang ada dalam SPJ, apakah zaman dustha dan zaman nistha tersebut sesuai dengan gejala sosial zaman kini atau saat ini, yang nantinya juga akan bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai pedoman hidup.
B. Batasan Masalah Pembatasan masalah yang dimaksud disini pada hakekatnya berguna untuk membatasi masalah, sehingga tujuan dari penelitian ini nantinya menjadi jelas dan terarah. Penelitian ini dititik beratkan pada pengungkapan perbandingan zaman dustha dan zaman nistha yang ada dalam SPJ dengan gejala sosial zaman kini/saat ini.
C. Rumusan Masalah Perumusan masalah, hal ini berkaitan dengan apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Bagaimana struktur Sekar Pralambang Jaman yang berbentuk tembang yang meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis ? 2. Apakah zaman dustha dan zaman nistha dalam Sekar Pralambang Jaman sesuai dengan gejala sosial zaman kini/saat ini ? 3. Bagaimanakah tanggapan masyarakat tentang cara mengatasi agar tidak terjerumus atau terbawa arus ke dalam zaman dusta dan zaman nista seperti dalam Sekar Pralambang Jaman ?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah faktor yang penting dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian menjadi faktor yang penting karena memberi arah yang jelas dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan struktur tembang dalam Sekar Pralambang Jaman yang meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia dan lapis metafisis. 2. Mendeskripsikan zaman dustha dan zaman nistha dalam
Sekar
Pralambang Jaman dengan gejala sosial zaman kini/saat ini. 3. Mendeskripsikan tanggapan masyarakat mengenai cara-cara mengatasi agar kita tidak mudah terjerumus atau terbawa arus ke dalam zaman dusta dan zaman nista seperti dalam Sekar Pralambang Jaman. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memperkaya khasanah pengetahuan dalam pengembangan penggunaan teori-teori sastra khususnya di bidang struktural dan sosiologi sastra. 2. Manfaat secara Praktis Secara praktis penetian ini bermanfaat untuk memperkarya wawasan sastra atau hal-hal yang terungkap melalui karya sastra sehingga dapat dijadikan sebagai ukuran pedoman supaya lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan serta untuk penelitian selanjutnya sebagai sumber informasi bagi pembaca.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut BAB I
: PENDAHULUAN Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
BAB II
: LANDASAN TEORI Landasan teori meliputi Pendekatan Sosiologi Sastra dan Struktural.
BAB III
: METODE PENELITIAN Metode penelitian meliputi bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik perngumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV
: PEMBAHASAN Pembahasan meliputi deskriptif dan analisis.
BAB V
: PENUTUP Penutup meliputi kesimpulan dan saran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI Dalam meneliti suatu objek kajian penelitian diperlukan teori dan pendekatan yang tepat dengan objek kajian. Teori yang tepat akan menghasilkan penelitian yang mendekati sempurna.
A. Pendekatan Struktural Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur dalam hal ini bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra bukan hanya berupa kumpulan,atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan dan saling tergantung (Rachmad Djoko Pradopo,2007:119). Analisis struktural dapat diperoleh makna total, dengan tidak mengabaikan gejala-gejala yang selalu berhubungan, yang diberikan pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinan. Sedangkan analisis struktural memandang karya sastra sebagai keseluruhan yang bulat, dan saling berhubungan itu penggambaran dalam bentuk tempat kejadian, waktu, dan sebagainya sebagaimana kejadian di dalam masyarakat. Bagian-bagian itu tidak dapat memiliki makna sendiri-sendiri. Makna itu timbul dari hubungan antar unsur yang terkait dalam situasi itu. Makna penuh sebuah kesatuan hanya dapat dipahami sepenuhnya apabila seluruh unsur pembentukannya terintegrasi commit to user
12
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ke dalam sebuah struktur. Struktural sangatlah penting bagi sebuah karya sastra bahkan setiap analisis karya sastra tidak bisa meninggalkan analisis struktural begitu saja. Analisis struktural adalah keseluruhan antara berbagai unsur sebuah teks dan strukturalisme dalam penelitian sastra adalah bentuk metode yang meneliti relasi-relasi itu. Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Struktur karya sastra mengarah pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang bersama-sama membentuk kesatuan yang utuh. Secara sendiri terisolasi dari keseluruhanya, bahan, unsur atau bagian-bagian tersebut tidak penting setelah ada hubunganya dengan bagian-bagian yang lain, serta bagaimana sumbanganya terhadap keseluruhan wacana. Menurut
Teeuw
(1984:135-136)
analisis
struktural
bertujuan
membongkar memaparkan secermat mungkin berkaitan dan keterjalinan dan berbagai unsur yang secara bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh, untuk penafsiran karya satra dapat di mulai dengan interpretasi menyeluruh yang bersifat sementara agar dapat menafsirkan unsur-unsur sebaik mungkin dengan menafsirkan bagian-bagian secara mendalam, maka pemahaman terhadap keseluruhan akan lebih baik dan lebih tepat. Pendekatan struktural hendaknya dilakukan ketika akan mengalisis sebuah karya sastra, karena dengan terlebih dahulu menganalisis secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
struktural, maka akan diketahui pula inti dan jalinan yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Hal ini membuat jalan masuk kedalam pengkajian isi karya sastra menjadi lebih mudah. Analisis struktur memang satu langkah, satu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu dengan sempurna mungkin. Langkah ini tidak boleh dimutlakan tetapi tidak boleh pula dilupakan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan untuk dapat memahami suatu karya sastra dengan sebaik-baiknya maka harus memahami unsur-unsur pembangun karya sastra tersebut secara keseluruhan. Dalam menganalisis struktur SPJ ini akan berpegang dari salah satu ahli sastra yaitu Roman Ingarden. Manurut Roman Ingarden unsur-unsurnya berdasarkan strata norma, yaitu lapis bunnyi, lapis arti, lapis dunia, lapis metafisis (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:14). a) Lapis Bunyi (sound stratum) Lapis norma yang pertama adalah lapis bunyi (sound stratum). Apabila orang membaca puisi, maka yang terdengar itu ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Tetapi, suara itu bukan hanya suara tak berarti. Suara sesuai dengan konvensi bahasa, disusun begitu rupa hingga menimbulkan arti. Dengan adanya satuan-satuan suara itu orang menangkap artinya (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15). Shanhon Ahmad mengemukakan bahwa dalam puisi terdapat unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, perasaan yang bercampur baur. Ada tiga commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
unsur pokok; pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya. Semuanya itu terungkap dengan media bahasa. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua iitu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman atau interprestasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:7). Gaya bahasa dari segi bahasanya, dapat ditinjau berdasarkan pilihan katakatanya, berdasarkan nada bahasanya, berdasarkan struktur kalimatnya, dan berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdiri dari gaya bahasa retotis dan gaya bahasa kias (Gorys Keraf, 1984:117-136). Pembahasan gaya bahasa yang terdapat dalam SPJ akan dibahas berdasarkan tinjauan dari segi struktural kalimat, dan langsung tidaknya makna yang terbatas pada gaya bahasa retoris dan gaya kias, terbatas pada penggunaan gaya bahasa yang terdapat di dalam SPJ b) Lapis Arti (unit of meaning) Lapis arti (unit of meaning), berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frase dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi bait, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Lapis arti adalah satuan arti yang dibangun oleh kata, gabungan kata dan kalimat. Teks SPJ menurut bait dengan jumlah larik tetap sesuai metrumnya. Fungsi bait membagi teks menurut bagian-bagian yang lebih pendek. Sedangkan pola maknanya merupakan makan yang khas yaitu makna tambahan. Makna tersebut terjadi karena bentuk formatnya; adanya unsur kepuitisan bahasa dan unsur bunyi. c) Lapis Objek Lapis objek yaitu yang dikemukakan oleh latar, pelaku dan dunia pengarang. Dunia pengarang adalah ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang. Semuanya merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan, oleh latar, pelaku dan dunia pengarang (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:18). d) Lapis Dunia Lapis dunia, yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan tetapi terkandung di dalamnya (implied). Sebuah peristiwa dalam sastra dapat dikemukakan atau dinyatakan“ terdengar” atau “terlihat” bahkan peristiwa yang sama. Misalnya suara jederan pintu dapat diperlihat kan aspek “luar” atau “dalam” watak. Misalnya pintu berbunyi halus dapat memberi sugesti wanita atau watak dalam sipembuka itu hatihati. Keadaan sebuah kamar yang terlihat dapat memberikan sugesti watak orang yang tinggal di dalamnya (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15). Pemanfaatan bunyi baik vokal maupun konsonan dalam SPJ disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan arti. Arti ini menjadi dasar adanya commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hal-hal yang dikemukakan menyeluruh. Ha-hal yang dikemukakan menunjuk pada dunia tertentu dalam pandangan pengarang Dunia yang dinyatakan adalah tentang keberadaan manusia di dunia, yang terangkum keseluruhan batinnya. e) Lapis Metafisis Lapis ini dapat memberikan suatu renungan bagi pembaca. Lapis metafisis berupa sifat-sifat metafisis yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan dan yang suci dan sifat ini dapat memberi renungan (kontenplasi) kepada pembaca (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15). Karya sastra merupakan sebuah struktur yang komplek, struktur juga merupakan
keseluruhan
yang
bulat,
yaitu
bagian-bagian
yang
membentuknya tidal dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Struktur itu juga berisi gagasan tranformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Kesimpulanya struktur dalam sebuah karya sastra merupakan rangkaian yang saling berkesinambungan, terkait dan saling tegantung satu sama lain, setiap karya sastra sudah tentu terdapat struktur yang membangun karya sastra itu sendiri, dengan analisis struktur karya sastra tersebut dapat dilihat secara keseluruhan dan secara utuh. Dapat dikatakan bahwa analisis struktural ini adalah sebagi langkah awal dalam penganilisisan terhadap sebuah karya sastra dengan sebaik-baiknya maka harus memahami unsurunsur pembangun karya sastra tersebut secara keseluruhan.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pengertian Sosiologi Sastra Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat itu tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan unsur-unsur sosial, kita mendapat gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing. Sastra sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kajian sosiologi, karena pada hakikatnya menunjukkan sastra berfungsi pragmatis bagi kehidupan sosial masyarakat. Sastra itu hadir di tengah kehidupan masyarakat .Masyarakatlah yang menginginkannya untuk mengemban sejumlah fungsi kemasyarakatan,
yaitu
fungsi
melestarikan,
menguatkan,
menggali,
mengajarkan, tetapi juga mempertanyakan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat. Sastra dapat dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkannya. Karya sastra dapat tampil dengan menawarkan alternatif model kehidupan yang diidealkan berupa berbagai aspek kehidupan, seperti cara berpikir, bersikap, berasa, bertindak, cara memandang dan memperlakukan sesuatu. Sastra ditanggapi sebagai suatu fakta sosial yang menyimpan pesan yang mampu menggerakkan emosi pembaca untuk bersikap atau berbuat sesuatu. Sosiologi sastra, yakni bahwa sastra tidaklah lahir dari kekosongan commit to user sosial, serta dengan mendasarkan pada postulat adanya hubungan timbal-balik
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
antara pengarang, sastra dan masyarakat, maka analisis sosiologi sastra adalah merupakan suatu analisis terhadap sastra dengan mengikutsertakan atau mempertimbangkan sagi-segi luar (faktor eksternal) karya sastra seperti kondisi sosial, politik, ideologi, budaya, sejarah, ekonomi, dan sebagainya ke dalam lingkup analisisnya dengan maksud untuk mendapatkan pemahaman yang selengkap-lengkapnya terhadap sastra sebagai gejala sosial. Sosiologi sastra adalah suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan proses sosial. Pendapat ini dapat diartikan bahwa sosiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang segala permasalahan kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat secara keseluruhan, baik itu tingkah laku, norma, status sosial, sosial budaya dan lainlain. Sosiologi sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat dimana karya sastra itu tidak bisa lepas dari masyarakat itu sendiri, sehingga karya sastra tersebut tidak dapat dipahami secara utuh jika dipisahkan oleh lingkungan sekitar yang telah menghasilkanya jadi harus dipelajari seluasluasnya. Gambaran sosiologi yang mempelajari bagaimana proses interaksi dalam kehidupan dan individu kelompok, bagaimana lembaga-lembaga sosial dan unsur-unsur social itu terjadi, dengan demikian akan didapatkan tentang manusia yang dapat menempatkan diri dan menyesuaikan dengan lingkungan, manusia dapat hidup di alam sekitarnya. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sosiologi
sastra
merupakan
telaah
terhadap
karya
sastra
mengungkapkan kehidupan atau keberadaan sosial yang ada dalam masyarakat dan kurun waktu tertentu. Tugas sosiologi sastra adalah menghubungakan tokoh-tokoh khayali dan situasi ciptaan pengarang itu degan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya (Sapardi Djoko Damono, 1979:9). Timbulnya sosiologi, semua ilmu pengetahuan yang dikenal pada dewasa ini pernah menjadi bagian dari filsafat yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (Mater scientiarum). Filsafat pada itu mencakup pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia, berbagai ilmu yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri. Baru pada abad ke-19 ilmu tentang sosiologi(ilmu yang mempelajari masyarakat) dikenal oleh masyarakat (Soerjono. 2010: 3). Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan (Soerjono. 2010 :13). Sosiologi sastra adalah pendekatan sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekososongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau sukses yaitu mampu merefleksikan zamannya (Suwardi Endraswara, 2003:77). Kehadiran sosiologi sastra, meskipun masih tergolong baru namun sudah menghasilkan banyak penelitian. Bahkan, sosiologi sastra telah berdiri sebagai mata kuliah. Tentu saja dengan lingkup kajian yang lebih beragam. Itulah sebabnya memang beralasan jika penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu. Aspek-aspek kehidupan sosial akan memantul penuh kedalam karya sastra (Suwardi Endraswara, 2003:78). Ian Watt dalam Faruk, juga mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi tiga : pertama sosiologi sastra yang mempermasalahkan pengarang, kedua sosiologi karya sastra yang diyakini sastra sebagai cermin masyarakat, ketiga sosiologi sastra yang mempermasalahkan fungsi sosial sastra (Faruk, 1994 : 4). Sosiologi sastra adalah hubungan serta pengaruh timbal balik antara karya sastra dengan masyarakatnya. Dalam sosiologi sastra terdapat tiga komponen yaitu, karya sastra, pengarang dan masyarakat penikmat. Sapardi Djoko Damono (1984:42) berpendapat bahwa sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan sosiologi sastra menekankan pada tiga komponen. Tiga komponen itu adalah : Pertama, sosiologi pengarang yang mencerminkan keadaan sosial pengarang yang mencakup aspek-aspek antara lain status sosial, pendidikan sosial budaya, ekonomi, politik serta aspek religius sebagai komponen pertama. Kedua, sosiologi karya yang menekankan kajian isi maupun tujuan karya sastra itu sendiri, yang mencakup pembicaraan tentang proses kelahiran dan pengaruh sosial budaya yang yang melingkupinya. Dalam arti apa yang tertuang atau dijelaskan dalam suatu karya merupakan proyeksi diri kondisi masyarakat yang melatar belakanginya. Ketiga, sosiologi pembaca yang menekankan pembahasan terhadap suatu karya sastra. Hal ini menyangkut sejauh mana karya sastra berpengaruh dan berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat di dalam memberikan penilaian dan tanggapan terhadap suatu karya sastra juga dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda dengan penghayatan masyarakat pada umumnya. Secara Implisit, karya sastra mereflesikan proposisi bahwa manusia memiliki sisi kehidupan masa lampau, sekarang dan masa mendatang. Karena itu, nilai yang terdapat dalam karya sastra adalah nilai hidup yang dinamis, ini berarti karya sastra tidak diberlakukan sebagai data jadi, melainkan merupakan data mentah yang masih harus diolah dengan fenomena yang lain. Fungsi sosial sastra, menurut Watt (Sangidu, 1987:70-71) akan berkaitan dengan pertanyaan seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial (Suwardi Endraswara, 2003 : 81). commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sosiologi sastra membicarakan hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra dan masyarakat (Sapardi Djoko Damano, 1979:3). Dari pendapat tersebut dikatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra terutama memusatkan perhatian pada hubungan antar unsur luar sebagai latar belakang sosio budaya pengarang dengan karyanya. Sosiologi memberikan tekanan terhadap pengaruh kelompok dan proses-proses didalamya, dalam hal ini sosiologi cenderung menganalisa interaksi dengan gejala-gejala didalamnya Menurut Sangidu (2004:26) sosiologi sastra adalah menentukan jenis masyarakat yang melahirkan sastra sehingga dapat diketahui sifat-sifat masyarakat yang melahirkan sastra tersebut. Dalam penelitian sosiologi sastra ini juga terdapat dua corak Junus yaitu corak yang pertama disebut pendekatan sociology of literature (sosiologi sastra) pendekatan ini bergerak dan melihat faktor sosial yang menghasilkan karya sastra pada masa tertentu. Corak yang kedua disebut dengan pendekatan literary sociology (sosiologi sastra ) pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra. Jadi, pendekatan ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial sebagai minornya (dalam Sangidu 2004: ). Sosiologi sastra adalah cerminan dari kehidupan masyarakat dimana karya sastra itu tidak bisa lepas dari masyarakat itu sendiri, sehingga karya sastra tersebut tidak dapat dipahami secara utuh jika dipisahkan oleh commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan sekitar yang telah menghasilkanya jadi harus dipelajari seluasluasnya. Dalam penelitian ini peneliti memakai sosiologi sastra yang lebih menekankan pada karya sastra itu sendiri dan menekankan pada teori Junus, dalam Sangidu di mana dikatakan karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial sebagai minornya dan karya sastra tersebut adalah cerminan dari kehidupan masyarakat. Sehingga nantinya dalam penelitian ini peneliti membandingkan zaman kala nistha dan zaman dustha yang terdapat dalam sekar SPJ dengan gejala sosial yang ada saat ini atau zaman ini menurut faktafakta yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
merupakan
suatu
cara
untuk
memperoleh
pengetahuan dan pemecahan masalah yang dihadapi, yang pada dasarnya merupakan suatu metode ilmiah. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004:13).
A. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah berbentuk karya sastra. Menurut Atar Semi, penelitian sastra adalah uasaha pencarian pengetahuan dan pemberi maknaan dengan hati-harti dan kritis secara terus-menerus terhadapa masalah sastra. Penelitian sastra merupakan cara penelitian dengan mempertimabangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai kajianya (Suwardi Endraswara, 2011:8). Dalam hal ini tentulah metode kualitatif lebih serasi digunakan dalam penelitian sastra, Bogdan dan Tylor mendefinisikan metode berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Lexy J.Moleong 2010:13) commit to user
25
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Sumber Data dan Data 1. Sumber data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : Pertama SPJ karya Ki Gedhe Mudya Sutawijaya yang diwariskan kepada anaknya Ibu Izza beralamat di Jln.Mayor Sunaryo No.32 Sukoharjo. Naskah ini koleksi pribadi dan termasuk naskah tunggal dalam bentuk tembang. SPJ telah dikerjakan secara filologis oleh Wiwik Hatoliya Syariatul Hidayah seorang mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Sastra UNS dalam skripsinya pada tahun 2010. Skripsi ini berisi tentang kajian filologis, berupa transliterasi teks dan suntingan teks yang bersih dan benar serta makna simbolik isi teks sesuai cara kerja filologi. Dalam kajian isi tersebut menerangkan makna simbolis tersebut dengan menyebutkan beberapa ajaran-ajaran tentang gambaran bentuk-bentuk negara, lima pokok hukum yang dijadikan sebagai pedoman hidup serta gambaran kerusakan zaman yang ada dalam SPJ. Kedua Informan koran atau majalah yang memuat situasi sosial masyarakat abad XXI yang dibatasi dari tahun 2001-2012, digunakan sebagai referensi atau acuan sebagai informasi.
2. Data Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama yaitu data yang diseleksi atau diperoleh langsung dari sumbernya tanpa perantara, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung commit toatau userlewat perantara, tetapi bersandar
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada kategori atau parameter yang menjadi rujukan (Siswantoro,2010 :70-71). Data primernya dalam penelitian ini adalah unsur-unsur struktural dan aspek-aspek zaman dustha dan zaman nistha dalam teks SPJ. Teks SPJ terdiri dari 4 pokok bahasan yaitu Mari Gandrung, Dhemokrasi Tinuntun, Kala Dhusta dan Kala Nistha yang terdiri dari 155 bait dan 1120 baris. Data sekundernya adalah informan sebanyak 6 orang 3 lakilaki dan 3 perempuan yang kesemuanya berumur 30 tahun keatas, koran dan majalah yang memuat situasi sosial masyarakat abad XXI yang dibatasi dari tahun 2001-2012 yaitu Kompas Tahun 2001, 2002, 2003, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012, Solopos Tahun 2004 dan 2005, Suara Karya tahun 2005, Suara Merdeka 2004, Tempo 2008, 2009, 2010 yang kesemuanya itu terangkup dalam kurun waktu 12 tahun dan data yang diambil hanya sampel fakta-fakta yang relevan dengan keadaan zaman pada SPJ digunakan sebagai referensi atau acuan sebagai informasi untuk analisis sosilogi sastra.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara merupakan cara untuk memperoleh data dengan percakapan yaitu antara pewawancara dengan yang di wawancarai (Lexy J.Moleong 2010,186). Teknik wawancara adalah teknik yang di pakai untuk membantu mengumpulkan data maupun memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi social sastra peneliti dengan yang di teliti.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis wawancara ada dua yaitu wawancara tak berstruktur atau bebas dan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur di lakukan dalam pencarian data berkaitan dengan instansi terkait yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan penelitian. Wawancara tak berstruktur di gunakan dalam pencarian informasi dalam masyarakat untuk mengetahui pemahaman masyarakat. Dalam penelitian ini wawancara di lakukan dengan akrab, luwes, dengan pertanyaan yang bersifat terbuka, serta proses wawancara di lakukan secara acak dan berulang-ulang sesuai kebutuhan penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya. Kegunaan wawancara adalah untuk mengetahui sejauh mana masyarakat menanggapi tentang zaman dusta dan zaman nista yang terdapat di dalam SPJ dengan kehidupan/zaman sekarang.
2. Content Analysis Menganalisis isi yang terdapat dalam karya sastra. Kajian ini merupakan metode penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Weber dalam Lexy J Moeleong, 2007:163) Cara kerja analisis ini adalah melakukan serangkaian kerja, menganalisis berbagai dokumen mantra yang telah ada. Dari content analysis data yang diperoleh dikaji secara cermat agar dapat mengambil kesimpulan mengeni data yang dapat digunakan dalam penelitian ini serta nilaicommit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
inilai penting yang menjadi pokok persoalan yang selanjutnya dianalisis. Langkah-langkah Content Analysis adalah dengan cara: a. Membaca dan memahami secara cermat data serta kalimat yang mendukung penelitian. b. Mencari dan mengumpulkan buku-buku yang relevan dengan objek dan tujuan penelitian. c. Melakukan analisis untuk memperoleh hasil penelitian dengan dasar teori yang diperoleh. d. Menarik kesimpulan.
D. Teknik Analisis Data Teknis analisis yang digunakan adalah analisis sosiologi sastra. Teknik penggarapannya menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan perinciannya sebagai berikut. Pertama, dianalisis data berdasarkan metode struktural menggunakan teori sastra strata norma (lapis bunyi, lapis arti,lapis dunia dan lapis metafisis). Kedua, hasil analisis ini diperjelas dengan analisiis sosiologi sastra dengan cara mendiskripsikan zaman dhusta dan zaman nistha yang terdapat dalam SPJ, untuk mengetahui apakah zaman dusta dan zaman nista tersebut sesuai dengan gejala sosial yang ada pada zaman kini/saat ini sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi manusia sebagai pedoman hidup. Ketiga setelah mendapatkan data dari sumber data kemudian data yang terpakai di deskripsikan. Hasil analisis disusun sebagai hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Analisis Struktural Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori serta sistem berpikir manusia. Karya sastra merupakan jalinan struktur karya sastra yang berhubungan dengan kehidupan manusia, sehingga karya sastra dapat dikomunikasikan kepada para pembaca. Dengan struktur yang melekat karya sastra tidak hanya sekedar bacaan, melainkan obyek yang menarik bagi peneliti lain yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keberadapan, etika filsafat maupun agama. Suatu karya sastra yang baik terkandung di dalamnya sebuah gagasan-gagasan
tentang kebenaran, keindahan dan kebaikan
yang
mempengaruhi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, tingkah laku yang menunjukkan kesederhanaan tetapi berbudi luhur. Karya sastra merupakan hasil kreatifitas dari pengarang yang hidupnya terpolakan oleh situasi dan kondisi social masyarakat, karena itu sastra senantiasa dinamis, bergerak seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi suatu masyarakat, bahwa commit todengan user kebudayaan adalah saat budaya saat yang paling relevan sehubungan
30
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu tercipta, maka hal inipun berlaku pula terhadap naskah SPJ sebagai salah satu bentuk budaya. Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengunakan bahasa sebagai medianya. Kehadiran karya sastra merupakan gambaran sebuah kehidupan tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya. Oleh karena itu karya sastra dapat bermanfaat karena di dalamya terkandung gagasan-gagasan yang berupa ajaran-ajaran serta petuahpetuah,dan pengetahuan-pengetahuan. Sebuah karya sastra tidak hanya berfungsi untuk kesenangan dan hiburan saja tetapi juga harus bermanfaat bagi masyarakat Untuk memahami sebuah karya sastra terlebih dahulu kita harus mengetahui struktur yang membangun suatu karya sastra itu sendiri sehingga kita dapat berpijak dari struktural yang merupakan tahap awal dalam penelitian suatu karya sastra untuk lebih jauh dapat mengkaji makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian suatu karya sastra adalah untuk mengetahui dan memahami makna dari suatu karya sastra yang diteliti. Pemahaman tersebut dimaksudkan untuk mencari wawasan yang mengilhami penciptaan karya sastra, karena karya sastra juga berisi pemikiran dan kreatifitas pengarang terhadap kehidupan (Sapardi Djoko Damono, ). Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimafaatkan oleh masyarakat. Sementara itu pengarang itu sendiri adalah commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anggota masyarakat sehingga tentunya ia memiliki hubungan dengan orangorang lain disekitarnya. SPJ dalam bentuk macapat merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahami struktur tersebut perlu dianalisis setiap unsur-unsurnya. Analisis berdasarkan strata norma dimaksudkan untuk menemukan makna setiap gejala yang nampak dari SPJ berupa lapis-lapis atau strata norma. Secara berurutan akan disajikan analisis SPJ berdasarkan strata norma yang meliputi lapis bunyi, lapis arti, lapis objek yang berupa latar dan pelaku, lapis dunia dan lapis metafisis. 1. Lapis Bunyi Macapat atau puisi adalah satuan suara yang menghasilkan makna.Satuan tersebut dalam SPJ berupa satuan suara, suara suku kata, kata dan suara kalimat. Lapis bunyi dalam macapat tersebut yaitu semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi bahasa tertentu. Dalam lapis bunyi harus ditujukan pada bunyi-bunyi atau pola bunyi yang bersifat istimewa atau khusus, yang berguna untuk mendapatkan efek puitis dan nilai seni (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:16). Unsur
kepuitisan
bunyi
dalam
SPJ
dibangun
dengan
memanfaatkan sajak atau rima. Dalam persajakan memanfaatkan aliterasi, asonansi, efoni dan kakofan. Sarana tersebut mampu membentuk pola yang berirama yang kemudian menimbulkan suatu tanggapan tertentu dalam memberikan makna tambahan. Dalam SPJ puisi yang ada di dalamnya berupa tembang macapat, commit to user karya initerikat oleh konvensi tembang secara umum. Konvensi atau
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aturan fisik yang terdiri: a) guru gatra, banyaknya gatra dalam suatu pada “bait”, b) guru wilangan, yaitu banyaknya wanda “suku kata” pada masing-masing baris, dan c) guru lagu yaitu ketentuan bunyi vokal pada suku kata terakhir tiap baris. Selain itu terdapat konvensi atau aturan batin yaitu, tiap matra memiliki fungsi pemakaian yang berbeda.Hal ini berhubungan dengan watak masing-masing matra. Aturan tembang macapat, terutama dalam guru lagu menunjukkan pentingnya unsur bunyi pada tembang. Lapis bunyi dalam tembang macapat termuat dalam konvensi guru lagu. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya lapis bunyi yang direalisasikan melalui sarana-sarana lain, misalnya aliterasi, asonansi, efoni dan kakofan. Secara keseluruhan SPJ menampilkan 4 pokok bahasan yaitu Mari Gandrung terdiri atas 2 pupuh yaitu pupuh Gambuh 10 bait dan pupuh Pocung 6 bait. Dhemokrasi Tinuntun terdiri atas 5 pupuh yaitu pupuh Kinanthi 13 bait, pupuh Pangkur 10 bait, pupuh Sinom 12 bait, pupuh Dhandanggula 11 bait, dan pupuh Maskumambang 12 bait. Kala Dustha terdiri atas 4 pupuh yaitu pupuh Sinom 15 bait, pupuh Pangkur 9 bait, pupuh Megatruh 5 bait, dan pupuh Pangkur 5 bait. Kala Nistha terdiri atas 4 pupuh yaitu pupuh Kinanthi 12 bait, pupuh Dhandanggula 15 bait, pupuh Sinom 11 bait, dan pupuh Pangkur 7 bait. a. MG Pupuh I, Matra Gambuh MG Pupuh pertama. Yakni matra Gambuh mempunyai 5 baris atau gatra dalam setiap baitnya. Sedangkan guru lagu dan commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru wilangan sebagai berikut : 7u, 10u, 12i, 8u, 8o. Bait 1 akan dianalisis dalam pupuh ini menampilkan temabnag sebagai berikut: Kutipan : pitik kate kaluruk / angluruki mêrak kang néng dhuwur / pan si kênthus anunggangi manuk bêri / gajah kalah karo sêmut / bêjane manuk balêkok // Terjemahan : Ayam kate berkokok, berkokok pada burung merak yang bertengger diatas, dan anak kata menaiki burung beri, gajah kalah dengan semut beruntung bagi burung balekok.
Baris pertama, pitik kate kaluruk, terdapat asonansi i, a, e dan u serta aliterasi t dan k. Baris kedua, angluruki mêrak kang nèng dhuwur, terdapat asonansi a, u, i dan e serta aliterasi n dan k. Baris ketiga, pan si kênthus anunggangi manuk bêri, terdapat asonansi a, i, e dan u serta aliterasi n, k dan g. Baris keempat, gajah kalah karo semut, terdapat asonansi a dan o, serta aliterasi h dan k. Baris kelima, bêgjane manuk balêkok, terdapat asonansi e, a dan o, serta aliterasi b, n dan k.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. MG Pupuh II, Matra Pucung MG Pupuh II dengan tembang pocung terdapat 4 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 12i, 6a, 8i, 12a, pada bait 12 berbunyi : Kutipan : lêmah subur pinaculan kongsi mawur / rabuk warna-warna / pamêtune nora nyêdhil / pra sujalma kalirên tan darbe têdha // Terjemahan : Tanah subur dicangkul hingga merata, pupuknya bermcammacam, namun nasibnya buruk sekali, para manusia kelaparan tidak memiliki makanan.
Pupuh II baris pertama yakni lêmah subur pinaculan kongsi mawur, berasonansi e, u, i, a dan o, beraliterasi l, m, dan n. Baris kedua rabuk warna-warna, berasonansi a dan u, beraliterasi r dan w. Baris ketiga pamêtune nora nyêdhil, berasonansi a, e, u, o dan i, beraliterasi p dan n. Baris keempat pra sujalma kalirên tan darbe têdha, berasonansi a, u, i dan e, beraliterasi n, l dan d. c. DT Pupuh I, Matra Kinanthi DT Pupuh I dengan tembang Kinanthi terdiri dari 6 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i, padacommit bait 8 berbunyi to user :
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : dhemokrasi têgêsipun / dhemos rakyat putra bumi / krasi punika wasesa / rakyat masesa nagari / abang putihing nagara / tinanggung rakyat pribadi // Terjemahan : Demokrasi maksudnya, demos rakyat putra bumi, krasi itu penguasa, rakyat menguasai negara, merah putihnya negara, ditanggung rakyat pribadi.
Baris pertama dhemokrasi têgêsipun, berasonansi e, o, a, i dan u beraliterasi k, g dan s. Baris kedua dhemos rakyat putra bumi, berasonansi e, o, a, u dan i dan beraliterasi r dan t. Baris ketiga krasi punika wasesa, berasonansi a, u, i dan e dan beraliterasi k dan s. Baris keempat rakyat masesa nagari, berasonansi a, e dan i dan beraliterasi r, s dan t. Baris kelima abang putihing nagara, berasonansi a, u dan i dan beraliterasi b, t dan g. Baris keenam tinanggung rakyat pribadi, berasonansi i, a dan u dan beraliterasi r dan g. d. DT Pupuh II, Matra Pangkur Tembang Pangkur terdiri dari 7 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i, pada bait 14 berbunyicommit : to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : krasi wasesa kang nama / namanira wasesaning wong siji / otokrasi namanipun / oto dhewe sajuga / krasi inggih wasesa kang jarwanipun / wasesaning kang nagara / kadarbe dening wong siji // Terjemahan : Krasi disebut penguasa, yang artinya dikuasai oleh satu orang, disebut otokrasi, oto berarti juga satu, krasi berarti juga penguasa, menguasai negara, yang dikuasai oleh satu orang.
Baris pertama krasi wasesa kang nama, berasonansi a, i dan e dan beraliterasi k, s dan n. Baris kedua namanira wasesaning wong siji, berasonansi a, i, e dan o dan beraliterasi n, w dan s. Baris ketiga otokrasi namanipun, berasonansi o, a dan i dan beraliterasi t, n, m dan p. Baris keempatoto dhewe sajuga, berasonansi o, e dan a dan beraliterasi t, d, j dan g. Baris kelima krasi inggih wasesa kang jarwanipun, berasonansi a, i dan u dan beraliterasi w, s, n dan g. Baris keenam wasesaning kang nagara, berasonansi a, e, dan i dan beraliterasi w, s, n dan g. Baris ketujuh kadarbe dening wong siji, berasonansi a, e, i dan o dan beraliterasi k, d, n dan g.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. DT Pupuh III, Matra Sinom DT Pupuh III dengan tembang sinom terdapat 9 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru gatra dan guru wilangan 8a, 8i, 8a, 8u, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a, pada bait 28 berbunyi : Kutipan : jaman ginawe manungsa / jêbule kuwalik iki / manungsane wujud barang / barang pirantining bumi / yèn manungsa ngalahi / datan manut jamanipun / têmah sinatru tângga / kagilês rodhaning bumi / papas arèn yèn gaduk mara nyobaa// Terjemahan : Zaman dibuat oleh manusia, teryata ini semua terbalik, manusianya berwujud barang, barang-barangnya bumi, jika manusia mengalah, dan mau menurut pada zamanya, kodrat atau takdir sesama saudara,tergilas rodanya zaman/ dunia, memotong pohon aren jika bisa datang dan cobalah.
Baris pertama jaman ginawe manungsa, berasonansi a, i, e dan u dan beraliterasi m, g dan n. Baris kedua jêbule kuwalik iki, berasonansi e, u dan i dan beraliterasi j, l, k dan w. Baris ketiga manungsane wujud barang, berasonansi a, u dan e. Baris keempat barang pirantining bumi, berasonansi a, i dan u dan beraliterasi r, n dan g. Baris kelima yèn manungsa commit to user ngalahi, berasonansi e, a dan i
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan beraliterasi m, n dan g. Baris keenam datan manut jamanipun, berasonansi a, u dan i dan beraliterasi t, n dan m. Baris ketujuh têmah sinatru tângga, berasonansi e,a, i dan u dan beraliterasi t, m dan g. Baris kedelapan kagilês rodhaning bumi, berasonansi a, i, e, o dan u dan beraliterasi k, g, r dan n. Baris kesembilan papas arèn yèn gaduk mara nyoba ra, berasonansi a, e, u dan o dan beraliterasi p, n dan r. f. DT Pupuh III, Matra Dhandhanggula DT Pupuh III dengan tembang dhandhangggula terdapat 10 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a, pada bait 42 berbunyi : Kutipan : dene hukum kang mawi tinulis / iku amung hukum tatapraja / ing buku undhang watone / waton sakèhing hukum / hukum datan mawi tinulis / cinthêt nèng wardaya / sinimpên ing kalbu / bêbasan sarjana kuna / kunanira sakèhing hukum puniki / niku akèh kang wuta // Terjemahan : Adapun hukum yang tertulis, itu adalah hukum tata negara, yang berpedoman
pada
buku-buku
undang-undang,
pedoman
banyaknya hukum, hukum yang tidak tertulis, tersirat dalam hati, tersimpan di jiwa, pituah para sarjana tua, karena tuanya hukum ini, banyak yang melupakan. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Baris pertama dene hukum kang mawi tinulis, berasonansi e, u, a dan i dan beraliterasi n, k dan m. Baris kedua iku amung hukum tatapraja, berasonansi i, a dan u dan beraliterasi k, t dan p. Baris ketiga ing buku undhang watone, berasonansi i, u, a dan e dan beraliterasi b, k, w dan t. Baris keempat waton sakèhing hukum, berasonasi a, o, e, i dan u dan beraliterasi w, k dan h. Baris kelima hukum datan mawi tinulis, berasonansi u, a dan i dan beraliterasi h, d, t dan m. Baris keenam cinthêt nèng wardaya, berasonansi i, e dan a dan beraliterasi c, t, w, d dan y. Baris ketujuh sinimpên ing kalbu,berasonansi i, e, a dan u dan beraliterasi s, n, k dan b. Baris kedelapan bêbasan sarjana kuna, berasonansi e, a dan u dan beraliterasi b, s, j dan k. Baris kesembilan kunanira sakèhing hukum puniki, berasonansi u, a, i dan e dan bedraliterasi k, n, s, h dan p. Baris kesepuluh niku akèh kang wuta, berasonansi n, k dan w. g. DT Pupuh V, Matra Maskumambang DT Pupuh V dengan tembang maskumambang terdapat 4 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 12i, 6a, 8i, 8a, pada bait 55 berbunyi : Kutipan : pakartine nyulayani kang nagari / nyantholani bângsa / dosa marang dhemokrasi / dhemokrasi tinuntunan //
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : Mengertinya hanya menipu negara, mengantungkan pada bangsa, berdosa kepada demokrasi, demokarasi tinuntunan.
Baris
pertama
pakartine
nyulayani
kang
nagari,
berasonansi a, i, e, dan u dan beraliterasikan p, k, t dan y. Baris kedua nyantholani bângsa, berasonansi a, o dan i dan beraliterasi n, l, b dan s. Baris ketiga dosa marang dhemokrasi, berasonansi o, a, e dan i dan beraliterasi m, r, m, k dan s. Baris keempat dhemokrasi tinuntunan, berasonansi e, o, a dan i dan beraliterasi m, k, s, t dan n. h. KD Pupuh I, Matra Sinom KD Pupuh I dengan tembang sinom terdapat 9 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu, 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a, pada bait 2 berbunyi : Kutipan : ing mangke jaman durjana / sakèh jalma laku juti / badhut lanyah apus krama / sugih kojah datan yêkti / margagung kang bilahi / rahayu sajujur lêbur / lir angganing dêdosan / binuru sakèhing sisip / kang satêmah durjana amanggih papa // Terjemahan : Besuk ketika zaman kedustaan, banyak orang yang senang commitjanji, to user menipu, mengobral banyak bicara namun tidak ada
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buktinya, akibat dari perbuatan yang dilakukan, hilangnya ketentraman, seperti menerima / menanggung dosa, yang ditiru banyaknya kesalahan, tandanya kejahantan akan bertemu dengan dosa/celaka.
Baris pertama ing mangke jaman durjana, berasonansi i, a, e dan u dan beraliterasi n, g, m, k , j ,m dan d. Baris kedua sakèh jalma laku juti, berasonansi a, e, u dan i dan beraliterasi k, j, m dan t. Baris ketiga badhut lanyah apus krama, berasonansi a dan u dan beraliterasi b, l, y dan m. Baris keempat sugih kojah datan yêkti, berasonansi u, i, o, a dan e. Baris kelima margagung kang bilahi, berasonansi a, u dan i dan beraliterasi m, g, k, dan h. Baris keenam rahayu sajujur lêbur, berasonansi a, u dan e dan beraliterasi r, h, y, s dan j. Baris ketujuh lir angganing dêdosan, i, a, e dan o dan beraliterasi r, g, n d dan s. Baris kedelapan binuru sakèhing sisip, berasonansi i, u, a dan e dan beraliterasi b, k, h dan s. Baris kesembilankang satêmah durjana amanggih papa, berasonansi a, e, u dan i dan beraliterasi j, n, g dan p. i. KD Pupuh II, Matra Pangkur DT Pupuh II dengan tembang pangkur terdapat 7 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i, pada bait 19 berbunyi : Kutipan : jalma nguja drênging karsa / bapa biyung tumindak kang tan commit to user yogi / pêpasthèn mring turunipun / tuwuh dadi durjana / badhut
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lanyah apus krama kojah kêmpus / lah dawêg mângga sakarsa / mumpung taksih sami urip // Terjemahan : Manusia senang mengumbar hawa nafsu, perbuatan orang tua yang tidak terpuji, diikuti oleh anak turunya, akhirnya tumbuh menjadi penjahat, orang senang menipu dan mengumbar janji, jika ingin begitu puaskanlah, mumpung masih hidup. Baris pertama jalma nguja drênging karsa, berasonansi a, u, e dan i dan beraliterasi j, n, dan g. Baris kedua
bapa biyung
tumindak kang tan yogi, berasonansi a, i, u dan o dan beraliterasi t, k, n, g dan y. Baris ketiga pêpasthèn mring turunipun, berasonansi e, a, i dan u dan beraliterasi p, s, m, r dan p. Baris keempat tuwuh dadi durjana, berasonansi u, a dan i dan beraliterasi t, w, d, dan r. Baris keempat
badhut lanyah apus krama kojah kêmpus
berasonansi a, u, o dan e dan beraliterasi b, t, l, s, k dan h. Baris kelima lah dawêg mângga sakarsa berasonansi a dan e dan beraliterasi d, w, m, g dan k. Baris keenam mumpung taksih sami urip, berasonansi u, a dan i dan beraliterasi m, p dan k. j. KD Pupuh III, Matra Megatruh KD Pupuh III dengan tembang megatruh terdapat 5 baris pada tiap baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 12u, 8i, 8u, 8i, 8o, pada bait 25 berbunyi : commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : paman dagang kaplêngkang sêsolahipun / nadyan bakul nandhang rugi / paman tani wus barundhul / kalirên satêngah urip / ngarêp-arêp ujaring wong // Terjemahan : Pedagang
terpeleset
karena
tingkah
lakunya,
walaupun
berdagang tetapi menanggung rugi, petani sudah habis-habisan, kelaparan dalam hidup, bagaikan mengharap hinaan orang. Baris pertama paman dagang kaplêngkang sêsolahipun, berasonansi a, e, o, i dan u dan beraliterasi p, n, g k dan s. Baris kedua nadyan bakul nandhang rugi, berasonansi a, u dan i dan beraliterasi n, d, g dan r. Baris ketiga paman tani wus barundhul, berasonansi a, i, dan u dan beraliterasin n, t, w, b dan l. Baris keempat kalirên satêngah urip, berasonansi a, i, e dan u dan beraliterasi k, s dan r. Baris kelima ngarêp-arêp ujaring wongberasonansi a, e, u, i dan o dan beraliterasi g, r, p dan n. k. KD Pupuh III, Matra Pangkur KD Pupuh III dengan tembang pangkur terdapat 7 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i, pada bait 33 berbunyi :
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : lor kulon pojoking kutha / wontên babi bêbrayan sarwa mukti / sarêsmi putri lan kakung / pang asêm kèh wanara / pating krêmil anisili calukipun / kaki tuwa nguwuh mojar / yèn prêlu panggiha kaki // Terjemahan : Utara barat adalah pojoknya kota, ada babi bersama-sama semua dirasakan bersama, keindahan wanita dan laki-laki, cabang pohon asem banyak monyet, memakan dan memilih buahnya, kakek tua memangil bingung , jika perlu memanggil kakek.
Baris pertama lor kulon pojoking kutha, berasonansi o, u, i dan a dan bwraliterasi l, k, n dan p. Baris kedua wontên babi bêbrayan sarwa mukti, berasonansi o, e, a, i dan e dan beraliterasi w, n, b dan y. Baris ketiga sarêsmi putri lan kakung, berasonansi a, e, i dan u dan beraliterasi s, p, n dan k. Baris keempat pang asêm kèh wanara, berasonansi a dan e dan beraliterasi p, s dan k. Baris kelima pating krêmil anisili calukipun, berasonansi a, i, e dan u dan beraliterasi p, k, dan n. Baris keenam kaki tuwa nguwuh mojar, berasonansi a, u dan o dan beraliterasi k, t, w dan j. Baris ketujuh yèn prêlu panggiha kaki, berasonansi e, u, a dan i dan beraliterasi y, p, g dan k. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
l. KN Pupuh I, Matra Kinanthi KN Pupuh I dengan tembang kinanthi terdapat 6 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i, pada bait 2 berbunyi : Kutipan : kala nistha wêrdinipun /
jaman kepupu ing nisthip / nistha
sakèhing sujalma / kalis budi kang lêlungit / ngalangut kêlut ing jaman / jalma tan bisa sumingkir // Terjemahan : zaman nista namanya, zaman yang dikukup oleh kenistaan,nista banyaknya orang, tidak mempunyai apa-apa apalagi budi pekerti, hanya bisa terdiam dean ikut terserat zaman, manusia tidak bisa menghindari.
Baris pertama kala nistha wêrdinipun, berasonansi a, i, e dan u dan beraliterasi k, n dan p. Baris kedua jaman kepupu ing nisthip, berasonansi a, e, u dan i dan beraliterasi j, k, p dan n. Baris ketiga nistha sakèhing sujalma, berasonansi i, a, e dan u dan beraliterasi n, h dan j. Baris keempat kalis budi kang lêlungit, berasonansi a, i, u dan e dan beraliterasi k, b dan l. Baris kelima ngalangut kêlut ing jaman, berasonansi a, u, e dan i dan beraliterasi n, g, k dan j. Baris keenam jalma tan bisa sumingkir, berasonansi a, i dan u dan commit to user beraliterasi j, m, n dan k.
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
m. KN Pupuh II, Matra Dhandanggula KN Pupuh II dengan tembang dhandanggula terdapat 10 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu, 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a, pada bait 24 berbunyi : Kutipan : wong wanodya wadon kang sajati / priya inggih trêsna ing wanodya / jêjodhohan salamine / yèn priya garwa kakung / lamun jagad iki winalik / ing donya sêpi nyawa / priya garwa kakung / datan bisa tambah jiwa / bok ya aja gumaib kapatipati / ginuyu nini tuwa // Terjemahan : Seorang wanita tulen sejati, laki-laki juga menyayangi wanita, berjodoh selamanya, jika pria bersuamikan laki-laki, dunia ini memang sudah kebalik, didunia sepi orang, pria bersuamikan laki-laki, tidak akan bisa tambah orang / penduduk, mbok ya jaganlah berlebihan, akan ditertawakan oleh nenek tua.
Baris pertama wong wanodya wadon kang sajati, berasonansi a dan o dan beraliterasi w, n dan d. Baris kedua priya inggih trêsna ing wanodya, berasonansi i, a, e dan o dan beraliterasi p, g, n dan y. Baris ketiga
jêjodhohan salamine,
berasonansi e, o, a dan i dan beraliterasi j, d, h dan s. Baris keempat commit to user yèn priya garwa kakung, berasonansi e, i, a dan u dan beralityerasi
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
y, p, g dan k. Baris kelima lamun jagad iki winalik, berasonasi a, u dan i dan beraliterasi l, j dan w. Baris keenam ing donya sêpi nyawa, berasonasi i, o, a dan e dan beraliterasi n, y dan w. Baris ketujuh priya garwa kakung, berasonansi i, a dan u dan beraliterasi p, y, g dan k. Baris kedelapan datan bisa tambah jiwa, berasonansi a dan i dan beraliterasi t, n, b dan j. Baris kesembilan bok ya aja gumaib kapati-pati, berasonansi o, a dan i dan beraliterasi b, k dan p. Baris kesepuluh ginuyu nini tuwa, berasonansi i, u dan a dan beraliterasi g, y, n dan w. n. KN Pupuh III, Matra Sinom KN Pupuh III dengan tembang sinom terdapat 9 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru wilangan dan guru lagu, pada bait 31 berbunyi : Kutipan : budaya dayaning yatma / Hyang Suksmataya linuwih / lumèbèr balabak yatma / jiwanya ingkang makarti / jalma winasêsèki / bok mangkono ta wong bagus / anggung guru alêman / gumunggung angaku wasis / tiwas-tiwas kanisthan tan bisa uwal Terjemahan : Budaya kekuatanya waspada, Dewa Suksma tak nampak, bertumpahan bernafas di air, jiwanya yang bekerja, manusia membikin sesak, harusnya seperti itu orng tampan, dapat ditiru commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebaikanya
(guru
baik/alim),
senang
dipuji
mengaku
cerewet/pintar, dibela-belain kenistaan tidak bisa hilang.
Baris pertama budaya dayaning yatma, berasonansi u, a dan i dan beraliterasi d, y, n dan g. Baris kedua Hyang Suksma taya linuwih, berasonansi a, u dan i dan beraliterasi h, s, t dan w. Baris ketiga lumèbèr balabak yatma, berasonansi l, m dan k. Baris keempat jiwanya ingkang makarti, berasonansi i dan a dan beraliterasi j, l, m dan s. Baris kelima jalma winasêsèki, berasonansi a, i dan e dan beraliterasi j, m w dan s. Baris keenam bok mangkono ta wong bagus, berasonansi o, a dan u dan beraliterasi b, m, w dan b. Baris ketujuh anggung guru alêman, berasonansi a, u dan e dan beraliterasi g, r dan l. Baris kedelapan gumunggung angaku wasis, berasonansi u, a dan i dan beralitersi g, n dan s. Baris kesembilan tiwas-tiwas kanisthan tan bisa uwal, berasonansi i, a dan u dan beraliterasi t, w, k dan b. o. KN Pupuh IV, Matra Pangkur KN Pupuh IV dengan tembang pangkur terdapat 7 baris pada baitnya. Tembang ini mempunyai guru lagu dan guru wilangan dan guru lagu, pada bait 45 berbunyi : Kutipan : Ki Gêdhe ing Jatèn Gêtas / Mudya Sutawijaya kang kêkasih / commit to user punika pisungsungipun / nênggih kang samya trêsna / witing
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saking sastra miwah isinipun / punika muhung sumângga / sakarsa ingkang marabi // Terjemahan : Ki Gedhe di Jaten Getas, Mudya sutawijaya yang terkasih, inilah pituahnya, untuk yang benar-benar menyukai, mulai dari sastra hingga isinya, dipersilahkan, terserah yang ingin mengartikan seperti apa.
Baris pertama Ki Gêdhe ing Jatèn Gêtas, berasonansi i, e dan a dan beraliterasi k, g, n dan j. Baris kedua Mudya Sutawijaya kang kêkasih, berasonansi u, a, i dan e dan beraliterasi m, y, s dan k. Baris ketiga punika pisungsungipun, berasonansi u, i dan a dan beraliterasi p, n, s dan g. Baris keempat nênggih kang samya trêsna, berasonansi e, i dan a dan beraliterasi n, g dan k. Baris kelima witing saking sastra miwah isinipun, berasonansi i, a dan u dan beraliterasi w, n, g dan s. Baris keenam
punika muhung
sumângga, berasonasi u, i dan a dan beraliterasi p, k, n dan g. Baris ketujuh sakarsa ingkang marabi, berasonansi a dan i dan beralitersi s, k, n dan g. 2. Lapis Arti Lapis arti dalam sebuah karya sastra dibangun melalui arti kata, gabungan kata dan susunan kalimat. Dan untuk mempertajam arti seringkali digunakan gaya bahasa. Lapis arti diperkuat oleh padan kata, commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penambahan
dan
pengurangan
unsur
kalimat,
serta
pepindhan
„perumpamaan‟. Tanda yang dianalisis adalah tanda yang bersifat istimewa, atau tanda yang mendukung keutuhan makna teks karya sastra dan sekaligus harus diinterprestasi untuk dapat ditangkap maknanya.
a. Padan kata Padan kata adalah dua kata atau lebih yang mewakili konsep yang sama. Pengarang mempergunakan padan kata untuk mengungkapkan arti yang sama. Dalam SPJ ini beberapa padan kata yang sering ditemui, yaitu seperti : Nyonyah pada ( MG Pupuh 1 bait 2 baris 2 ) divariasikan dengan kata prawan pada ( MG Pupuh 1 bait 8 baris 2 ), nini pada ( MG Pupuh 1 bait 8 baris 4 ), kenya pada ( MG Pupuh 1 bait 8 baris 5 ), wadon pada ( MG Pupuh 1 bait 8 baris 5 ), putri pada ( DT Pupuh 1 bait 2 baris 2 ), estri pada ( DT Pupuh 1 bait 4 baris 2 ), nimas pada ( DT pupuh 4 bait 47 baris 3 ), biyung pada ( KD Pupuh 2 bait 19 baris 2 ), wanodya pada ( KD Pupuh 4 bait 30 baris 5 ), wanita pada ( KN Pupuh 1 bait 3 baris 3 ). Kesemuanya itu mengandung arti yang sama yaitu wanita atau perempuan. Sang Hyang Harka pada ( MG Pupuh 1 bait 10 baris 3 ) divariasikan pada kata Hyang Widhi pada ( DT Pupuh 1 bait 3 baris 6 ), Sang Hyang Jagad Guru pada ( DT Pupuh 2 bait 16 commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baris 3 ), Hyang Suksma pada ( KD Pupuh 1 bait 6 baris 3 ). Kesemuanya itu mengandung arti yang sama yaitu Tuhan. Sujalma pada ( MG Pupuh 2 bait 12 baris 4 ) divariasikan pada kata wong pada ( DT Pupuh 2 bait 14 baris 2 ), manungsa pada ( DT Pupuh 3 bait 28 baris 1 ), jalma pada ( KD Pupuh 1 bait 13 baris 2 ), sujalmi pada ( KN Pupuh 2 bait 27 baris 2 ), jalmi pada ( KN Pupuh 3 bait 35 baris 8 ). Kesemuanya itu mengandung arti yang sama yaitu manusia. Jalu pada ( DT Pupuh 1 bait 4 baris 2 ) divariasikan pada kata kaki pada ( DT Pupuh 1 bait 6 baris 1 ), bapa pada ( KD Pupuh 2 bait 19 baris 2 ), Priya pada ( KN Pupuh 1 bait 3 baris 4) , kakung pada ( Pupuh 2 bait 19 baris 4 ). Kesemuanya itu mengandung arti yang sama yaitu laki-laki.
b. Tembung Garba Tembung garba adalah gabungan dua kata, kata pertama berakhir vokal terbuka dan kata kedua berawal dengan vokal sehingga menimbulkan bunyi baru atau sandi (Antusuhana, 1953: 45). Fungsi kata tersebut untuk menentukan ketetapan jumlah guru wilangan pada setiap lariknya sesuai metrum yang digunakan. Beberapa tembung garba yang dijumpai dalam SPJ antara lain: MG Pupuh 1 bait 10 baris 5 murcèng
murca + ing murca ( hilang ) commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DT Pupuh 1 bait 3 baris 4 wasesèng
wasesa + ing wasesa (kekuasaan)
DT Pupuh 1 bait 6 baris 4 waluyèng
waluya + ing waluya ( dikembalikan)
DT Pupuh 1 bait 7 baris 1 sawalèng
sawala + ing sawala (dilawan)
DT Pupuh 4 bait 46 baris 6 anèng
ana + ing ing (di)
KD Pupuh 5 bait 34 baris 5 marganèng
margana + ing margana (panah )
c. Tembung Wancah Tembung wancah adalah kata yang disingkat. Dalam SPJ penyingkatan kata dilakukan dengan cara menghilangkan satu suku kata di depan, penghilangan satu suku kata terakhir, dengan penghapusan bunyi vokal pada satu suku kata tertentu. 1. Penghilangan satu suku kata di depan, misalnya dijumpai katakata : commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MG Pupuh 1 bait 4 baris 4 kèh
akèh (banyak)
MG Pupuh 1 bait 9 baris 3 tan
datan (tidak)
MG Pupuh 2 bait 13 baris 3 wus
uwis (sudah)
DT Pupuh 1 bait 5 baris 6 wèh
wèwèh (memberi)
DT Pupuh 1 bait 7 baris 1 Ywa
aywa (jangan)
DT Pupuh 1 bait 10 baris 6 Kang
ingkang (yang)
DT Pupuh 2 bait 14 baris 2 Wong
uwong (orang)
DT Pupuh 2 bait 18 baris 4 Gih
inggih (iya)
DT Pupuh 4 bait 38 baris 2 Dadya
dadiya (jadilah)
DT Pupuh 4 bait 40 baris 1 Nagri
nagari (negara)
KD Pupuh 1 bait 8 baris 9 Pan
papan (tempat)
KD pupuh 1 bait 13 baris 4 Mrih
amrih (supaya) commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KD Pupuh 3 bait 23 baris 6 Budya
budaya (budaya)
KN Pupuh 3 bait 33 baris 3 Pama
umpama (seumpama)
KN Pupuh 3 bait 33 baris 4 Pun
sampun (sudah)
KN Pupuh 5 bait 41 baris 7 gung
agung (belum)
2. Penghilangan bunyi vokal pada suku kata awal, antara lain : MG Pupuh 1 bait 4 baris 4 Slingkuh
selingkuh (selingkuh)
MG Pupuh 1 bait 9 baris 2 Pra
para (banyak/majemuk)
DT Pupuh 1 bait 16 baris 6 Jrih
ajrih (takut)
DM Pupuh 4 bait 40 baris 1 Nagri
nagari (negara)
KN Pupuh bait 5 baris 3 Swarga
suwarga (surga) commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KN Pupuh 1 bait 7 baris 3 Kwagang
kuwagang (masih sehat)
KN Pupuh 2 bait 14 baris 8 Nywara
nyuwara (bersuara)
KN Pupuh 4 bait 43 baris 4 Trang
terang (terang)
d. Pepindhan Pepindhan
adalah
gaya
bahasa
perbandingan
atau
persamaan, yang berfungsi untuk mempertimbangkan arti atau penggambaran. Dalam SPJ ini pengarang yakni Ki Gedhe Mudya Sutawijaya menggunakan pepindhan ditandai dengan kata lir dan kadya. Kalimat yang menunjukkan gaya bahasa tersebut dapat dilihat pada : DT Pupuh 4 bait 37 baris 6 : Lir wudun macothota ( seperti bisul yang akan meletus ) DT Pupuh 4 bait 48 baris 3 : Lir lindhu jroning uripe ( seperti ada godaan/gonjangan di dalam hidupnya ) KD Pupuh 1 bait 1 baris 3 : Lir sasoka kawadaka ( seperti ketahuan kejelekanya/aib ) commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KD Pupuh 1 bait 1 baris 5 : Kadi angganing putri ( seperti mendapat seorang putri ) KD pupuh 1 bait 7 baris 5 : Lir wus tanpa budi ( seperti sudah tidak memakai budi ) KD pupuh 1 bait 8 baris 5 : Lir pakaryan iki ( seperti pekerjaan ini ) KD Pupuh 1 bait 11 baris 3 : Lir madu ingisep kombang ( seperti madu yang dihisap oleh kumbang ) KN Pupuh 1 bait 1 baris 1 : Lir pupur pinrih rinembug ( seperti bedak yang dipoles dan dipopok) KN Pupuh 1 bait 4 baris 1 : Lir wiku laku kas luru ( seperti pandita tapa yang bergerak/mencari sesuatu dilakukan dengan sunguh-sunguh ) KN Pupuh 2 bait 21 baris 1 : Sumbarira lir mêcahna bêling ( sombongnya seperti memecahkan kaca) KN Pupuh 3 bait 35 baris 5 : Lir mangkene kaki ( seperti inilah nak )
e. Citra Pendengaran Citra dengaran adalah suatu tanda yang dapat memberi gambaran angan pada indra pendengaran (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:82). Manfaat dari citra pendengaran ini bagi pembaca atau commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
spendengar yaitu untuk menangkap situasi dan makna yang muncul pada indra pendengaran dari suatu teks. Kalimat Pitik kate kaluruk , angluruki merak kang neng dhuwur pada MG Pupuh 1 bait 1 baris 1 & 2. Misalnya mampu memberi citra dengaran suara gaduh ayam berkokok yang bersaut-sautan biasanya pada dini hari menandakan akan datangnya pagi hari.
f. Citra Lihat atau Penglihatan Citra penglihatan adalah suatu tanda yang dapat memberi kesan atau gambaran angan pada indera penglihatan (Rachmat Djoko Pradopo: 2007:81). MG Pupuh 2 bait 11 baris 1-2 : Pari lêmu tinumpuk gêdhe sagunung / gula kêkarungan . . . . . . . . . . yang memberi citra liatan bahwa sanya terdapat padi yang berkualitas di tumpuk-tumpuk banyak di susun meninggi dan terdapat gula yang berkarung-karung. KN Pupuh 3 bait 26 baris 1–10 : Nadyan tuwa nanging maksih brahi / datan kèri lawan lara kênya / gêlang kalung suwêng ngrèntèng / pupura ing jangkêrut / bèngès lambe amingir-mingir / klambi sutra nerawang / wèh cingak kang dulu / nadyan tuwa wêgig sastra / sandal jinjit minyik-minyik laku kucing / bawane nini Sala, yang memberi citra liatan bahwasanya ada seorang nenek-nenek tuwa yang masih bertingkah seperti para gadis, berpenampilan seperti gadis masa kini, memakai bedak yang commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat tebal lisptik yang warnaya merona serta memakai pakain yang sangat tipis sehingga lekuk tubuh menjadi kelihatan dan memakai sendal hak tinggi dengan gaya berjalan yang dibuat-buat.
g. Alegori Alegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:71). Suatu kiasan bila disusun dengan baik bias memberi keterangan yang lebih terhadap suatu teks juga membantu pembaca atau pendengar dalam menghayati peristiwa yang diungkapkan oleh teks. DT Pupuh 2 bait 19 mengandung alegori pada penggambaran segala bentuk tentang situasi pada masa itu ketika pengarang menulis naskah SPJ tersebut, pada teks terdapat dimana kemiskinan sangat menyiksa kaum lemah dan kekuasaan ada pada tangan kaum kapitalis, yang kaya betambah kaya sedangkan yang miskin semakin miskin. Kutipan : ati rusak raga lara/ wasesa libêralipun /
gombal nyranthil sêdhih satêngah urip / enak kang sugih arta /
sangsarane luwih muput / kapêpêt boga lan arta / laku juti //
commit to user
kula dika kapitalis
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : Hati merana raga sakit. Kemiskinan yang sangat menyiksa, itulah kekuasaan liberalis, senang bagi yang berlimpah harta, kita benar-benar sengsara, terbentur pangan dan uang kapitalis bertindak seenaknya.
h. Tahun Pembuatan Pembuatan pada naskah SPJ dituliskan dengan tanggal, bulan dan tahun. Di dalam SPJ terdapat 4 pokok bahasan yang di setiap pokok bahasanya terdapat tahun pembuatan. Pokok bahasan pertama Mari Gandrung, 3 Maret 1918. Pokok bahasan kedua Dhemokrasi Tinuntun 2 Januari 1958. Pokok bahasan ketiga Kala Dustha 22-1-1958. Pokok bahasan keempat Kala Nistha 29 Januari 1958.
i. Kata Ganti Petunjuk Kata ganti petunjuk adalah kata yang menggantikan dari kata atau maksud tertentu tanpa mengurangi makna atau maksud dari kata-kata tersebut. DT Pupuh 2 bait 20 baris 2 terdapat kata ganti ( è ) yang mlekat
pada
kata
wasesane
„kekuasaan
(-nya)‟
yang
berekwivalen dengan orang-orang pada waktu itu kaum penguasa yang menyalahgunakan kekuasan dan membuat hidup commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
susah. Selain itu pada Pupuh 2 bait 20 baris 7 terdapat kata kawasane „penguasa (-nya)‟ yang mempunyai maksud sama dengan wasesane
3. Lapis Objek, Latar dan Pelaku a. Objek Dilihat dari unsur-unsurnya SPJ adalah karya sastra tulis yang berisikan tentang sebuah keadaan zaman yang sudah mulai rusak yang terangkum dalam dua zaman yaitu zaman dusta dan zaman nista,serta situasi ketika naskah SPJ ini dibuat. Pada waktu itu kaum lemah tersiksa karena tidak berdaya melawan kekuasaan yang dikuasai oleh kapitalis. Objek yang dikemukakan adalah mengenai keadaan zaman yang sudah mulai rusak tersebut serta situasi pada waktu itu ( pada saat naskah di tulis ). Seperti yang disebutkan dalam KD Pupuh 3 bait 26 : Kutipan : Kakang buruh rina wêngi adus êluh / pramarkaya tan nyukupi / pêpariman urut lurung / kèh jalma anyade siwi / ingurupkên katul ompong // Terjemahan : Para buruh siang malam bekerja keras, tetapi pekerjaanya tidak mencukupi, meminta-minta sepanjang jalan, banyak orang commit to user menjual anak, seperti menghidupkan katul ompong.
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan KN Pupuh 1 bait 2 : Kala nistha wêrdinipun / jaman kepupu ing nisthip / nistha sakèhing sujalma / kalis budi kang lêlungit / ngalangut kêlut ing jaman / jalma tan bisa sumingkir Terjemahan : zaman nista namanya, zaman yang dikukup oleh kenistaan, nista banyaknya manusia, tidak mempunyai budi perkerti sama sekali, hanya terdiam dan ikut teseret di dalam zaman, manusia tidak bisa menghindar. Kutipan KN Pupuh 3 bait 30 Asor darajading bangsa / budaya cinuwil-cuwil / ciwêlciniwêl sakadang / rêbud balung tanpa isi / satêmah ngliling semi / kanisthan sinêngguh luhur / pandak manèh yèn iya / marsudi kêsète dadi / luhur asor nagari saking budaya Terjemahan : Rendah derajatnya bangsa, jika budaya terbelah-belah, saling bermusuhan antar saudara, berebut sesuatu yang tak pasti, sudah pasti melirik yang tumbuh, kenistaan hampir tinggi, apalagi jika benar begitu, semakin menjadi rasa malasnya, baik buruknya negara adalah dari budaya.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Latar Pemahaman terhadap struktur cerita latar mendapat pioritas pertama untuk mengetahui keragaman cerita tersebut. Dalam hubunganya dengan SPJ diduga menunjukkan hubungan kesatuan struktur di dalamnya, dengan latar belakang yang melahirkan cerita inilah yang menjadi latar belakang sosial pengarang. Latar adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya sebuah peristiwa. Latar atau setting biasanya berarti tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu dengan watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup tertentu atau cara berfikir tertentu (Jakob & Saini, 1986:76). Aspek latar atau setting meliputi aspek ruang dan waktu, terjadinya peristiwa-peristiwa. Ruang adalah tempat atau lokasi peristiwa-peristiwa yang diamati baik yang ekstern maupun intern. Waktu dapat dijelaskan dalam cerita, yaitu seorang pencerita akan memberikan jaman yang terjadi dalam peristiwa-peristiwa yang disajikan biasanya secara tertulis atau secra tersirat secara panjang lebar. Kutipan DT pupuh 1 bait 1 baris 5 : . . . . . dasih anandhang wiyoga. . . . . ( pembantu wanita sedang mengalami sedih )
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan DT pupuh 1 bait 4 baris 6 : Usadaning kang nandhang gring ( obatnya yang sedang mengalami sakit ) Kutipan KD pupuh 1 bait 5 baris 6 : . . . . . . . jroning tyas anandhang rapuh . . . . ( di dalam hati sedang mengalami patah atau rapuh ) Kutipan KD pupuh 1 bait 10 baris 1-3 : Bêbadhutan ngandhut rasa, rasa lonyat mulut ati, ati sêngsêm sêming karsa. . . . . . . . ( manusia menahan rasa, rasa sakit yang menyelimuti hati, hati senang atau terpesona ) Dalam SPJ tidak terdapat latar yang meliputi tempat dan waktu, karena isi dari SPJ bukan cerita/prosa melainkan tentang uraian kritis kerusakan zaman yang terdiri dari 4 pokok bahasan dan terangkum dalam dua zaman yaitu zaman dusta dan zaman nista. Naskah SPJ ditulis oleh Ki Gedhe Mudya Sutawijaya di Getas Jaten Karanganyar Surakarta, yang artinya di mana Getas Jaten Surakarta tersebut juga merupakan latar dari pembutan naskah SPJ ini. Namun latar bukan hanya berpusat pada tempat, waktu saja latar juga bisa berbentuk dengan kedaan suasana atau situasi, seperti suasana hati seseorang yang sedang mengalami kesenangan maupun kesedihan, seperti yang dicontohkan di atas. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pelaku Pelaku adalah pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa (Jakob & Saini , 1986:144). SPJ merupakan karya sastra tulis
naskah jawa yang berbentuk tembang, di dalam tembang
tersebut tidak terbentuk suatu cerita / prosa melainkan suatu uraian tentang gambaran kedaan zaman yang sudah mulai rusak yang terdiri dari 4 pokok bahasan dan terangkum dalam dua zaman yaitu zaman dusta dan zaman nista serta uraian tentang tetindasnnya kaum lemah karena kalah denngan kekuasaan kapitalis. Pelaku-pelaku dalam SPJ adalah manusia itu sendiri, baik penguasa, laki-laki, perempuan, bapak, ibu, anak, nenek, kakek, priyayi, ulama dan pedagang. Berikut kutipan dalam teks: Kutipan MG Pupuh 1 bait 4 baris 4 - 5: . . . . . . . . priyayi kèh karêm slingkuh / para ngalim karêm nyêbrot // (para pegawai senang berselingkuh, alim ulama senang mengejar keduniawian atau berbuat maksiat) Kutipan MG Pupuh 1 bait 2 baris 3 : . . . . . ing Batawi para jenderal naik Haji . . . . . . (di Betawi para jenderal naik Haji) Kutipan MG Pupuh 1 bait 3 bait 4 : . . . . . sarjana-sarjana bedun . . . . . . ( sarjana-sarjana bodoh ) commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan MG Pupuh 1 bait 7 baris 4 : . . . . . . banaspati ngathèngkrang alungguh kursi . . . . ( banaspatri duduk berjigang di kursi ) DT Pupuh 1 bait 1 baris 4 : . . . . . dasih anandhang wiyoga. . . . . (pembantu wanita sedang mengalami sedih ) Kutipan DT Pupuh 2 bait 16 baris 5-7 : . . . . . . pra manungsa nadyan dewa samya dhêku / saking jrih ingkang wasesa / monar punika sang aji // ( para manusia walaupun dewa sama-sama tunduk, karena takutnya pada penguasa, karena monar itu berarti benar-benar berkuasa )
Kutipan KD Pupuh 1 bait 2-4 : . . . . . sakèh jalma laku juti / badhut lanyah apus krama / sugih kojah datan yêkti . . . . . ( banyak orang senang menipu, mengobral janji, banyak bicara namuin tidak ada buktinya)
Kutipan KD Pupuh 2 bait 19 baris 1-3 : Jalma nguja drêning karsa / bapa biyung tumindak kang tan yogi / pêpasthèn mring turunipun . . . . ( Manusia senang mengumbar hawa nafsu, perbuatan orang tua yang tidak terpuji, di ikuti oleh anak turunya ) commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan KD Pupuh 3 bait 25 baris 1-3 : Paman dagang kaplêngkang sêsolahipun / nadyan bakul nandhang rugi / paman tani wus barundhul . . . . . ( Pedangang terpeleset karena tingkah lakunya, walaupun berdagang tetapi menanggung rugi )
Kutipan KN Pupuh 2 bait 18 baris 4 : . . . . . priya wêwenangipun . . . . . ( lelaki yang berkuasa )
KN Pupuh 2 bait 19 baris 9 : . . . . putra wayah gêdhé cilik amuwuhi . . . . . ( anak cucu besar kecil nambahi )
Kutipan KN Pupuh 2 bait 24 baris1-3 : Wong wanodya wadon kang sajati / priya inggih trêsna ing wanodya . . . . . ( Seorang wanita tulen yang sejati, laki-laki juga menyayangi wanita )
Kutipan KN Pupuh 2 bait 25 baris 1-7 : Brai barès ngêdhêt nganyang batin / nini-nini sapa ingkang nyana / dene karêm nonton jogèt . . . . . ( Jujur menawar batin, nenek-nenek siapa yang mengira, dia suka menonton jogetan )
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Lapis Dunia Lapis dunia merupakan sesuatu yang tidak dinyatakan tetapi sudah implisit
dari
gabungan
dan
jalinan
antara
objek-objek
yang
dikemukakan, latar pelaku serta struktur ceritanya. Ki Gedhe Mudya Sutawijaya menulis SPJ mengenai gambaran tentang kerusakan zaman yang terdiri dari 4 pokok bahasan, dimana di dalamnya terdapattandatanda zaman dusta dan zaman nista, dari adanya contoh tanda-tanda tersebut, pembaca dapat mengambil dari sisi baiknya kita sebagai manusia harusnya selalu bertingkah laku baik harus selalu hati-hati dan waspada agar kita tidak ikut terseret di dalam zaman yang sudah mulai rusak seperti sekarang ini.
5. Lapis Metafisis Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca atau pendengar lebih mendalam memahami isi apa yang disampaikan pengarang. Di dalam SPJ lapis ini berupa gambaran kerusakan zaman yang berupa, tanda-tanda dimana zaman ketika sudah rusak tersebut. Zaman dusta dan zaman nista adalah zaman yang ada pada SPJ, didalamnya tergambar jelas tanda-tandanya seperti hilangnya moral manusia dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasan, ketidakwajaran yang terjadi pada manusia. Dari isi SPJ tersebut para pembaca diharapkan dapat mengambil dari sisi baiknya, untuk lebih hatihati dan waspada dalam menjalani kehidupan di zaman yang mulai rusak ini, boleh mengikuti perubahan zaman yang semakin hari semakin commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
canggih teknolonginya akan tetapi alangkah lebih baiknya jika kita mawas diri agar kita tidak ikut gila / terjerumus di dalam keadaan zaman yang seperti ini. Untuk menghindari hal-hal buruk dalam kehidupan selain hati-hati dan waspada, kita sebagai warga negara yang baik sebaiknya mentaati peraturan yang ada, menaati hukum yang berlaku seperti dalam SPJ terdapat macam-macam hukum, agar manusia tahu bila apa yang telah dilakukanya akan memperoleh konsekuensinya. Terdapat pada DT Pupuh 4 bait 40-46 adapun salah satu kutipanya sebagi berikut : Pidanane hukum kang nagari / rinakit nèng buku undhang-undhang / undhang mangka pêpelangane / palang mrih têntrêmipun....... (DT Pupuh 4 bait 41 baris 1-4) Sangsi hukum negara, dimuat dalam buku undang-undang, undangundang
sebagai
pembatas,
pembatas
supaya
mendapatkan
ketentraman. Terdapat ajaran 5 hukum di dalam SPJ yaitu hukum tetulis atau hukum tata negara, hukum adat-istiadat, hukum kuna-kumuna atau hukum pancung / mati, hukum karma dan hukum kodrat manusia “hukum uriping bangsa” B. Analisis Sosiologi sastra Sastra sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kajian sosiologi, karena pada hakikatnya menunjukkan sastra berfungsi pragmatis bagi kehidupan sosial masyarakat. commitSastra to useritu hadir di tengah kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
masyarakat. Masyarakatlah yang menginginkannya untuk mengemban sejumlah fungsi kemasyarakatan, yaitu fungsi melestarikan, menguatkan, menggali, mengajarkan, tetapi juga mempertanyakan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat. Sastra dapat dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkannya. Karya sastra dapat tampil dengan menawarkan alternatif model kehidupan yang diidealkan berupa berbagai aspek kehidupan, seperti cara berpikir, bersikap, berasa, bertindak, cara memandang dan memperlakukan sesuatu. Sastra ditanggapi sebagai suatu fakta sosial yang menyimpan pesan yang mampu menggerakkan emosi pembaca untuk bersikap atau berbuat sesuatu. Sosiologi sastra adalah sustu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan proses sosial (Sapardi Djoko Darmono, 1979:6). Pendapat ini dapat diartikan bahwa sosiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang segala permasalahan kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat secara keseluruhan, baik itu tingkah laku, norma, status sosial, sosial budaya dan lain-lain. Sosiologi sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat dimana karya sastra itu tidak bisa lepas dari masyarakat itu sendiri, sehingga karya sastra tersebut tidak dapat dipahami secara utuh jika dipisahkan oleh lingkungan sekitar yang telah menghasilkanya jadi harus dipelajari seluas-luasnya. Sejalan dengan asumsi yang berlaku dalam sosiologi sastra, yakni to user bahwa sastra tidaklah commit lahir dari kekosongan sosial, serta dengan
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
mendasarkan pada postulat adanya hubungan timbal-balik antara sastra dan masyarakat, maka analisis sosiologi sastra adalah merupakan suatu analisis terhadap sastra dengan mengikutsertakan atau mempertimbangkan sagi-segi luar (faktor eksternal) karya sastra seperti kondisi sosial, politik, ideologi, budaya, sejarah, ekonomi, dan sebagainya ke dalam lingkup analisisnya dengan maksud untuk mendapatkan pemahaman yang selengkap-lengkapnya terhadap sastra sebagai gejala sosial. Dalam penelitian ini peneliti memakai sosiologi sastra yang lebih menekankan pada karya sastra itu sendiri dan menekankan pada teori Junus, dalam Sangidu di mana dikatakan karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial sebagai minornya begitu pula sebaliknya dan karya sastra tersebut adalah cerminan dari kehidupan masyarakat. Sehingga nantinya dalam penelitian ini peneliti membandingkan zaman kala nista dan kala dusta yang terdapat dalam sekar SPJ dengan gejala sosial yang ada saat ini atau zaman ini menurut fakta-fakta yang ada. Perbandingan antara zaman dustha dan zaman nistha dalam SPJ dengan zaman kini atau saat ini adalah sebagai berikut :
Kutipan : ing mangke jaman durjana / sakèh jalma laku juti / badhut lanyah apus krama / sugih kojah datan yêkti / margagung kang bilahi / rahayu sajujur lêbur / lir angganing dêdosan / binuru sakèhing sisip / kang satêmah durjana amanggih papa // ( KD Pupuh 1 bait 2 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Besuk ketika zaman kedustaan, banyak orang senang menipu, mengobral janji, banyak bicara namun tidak ada buktinya, akibat dari perbuatan yang dilakukan, hilangnya ketentraman, seperti menerima dosa, tandanya kejahatan akan bertemu dengan dosa/celaka. Kutipan dalammedia cetak : “Lia Eden ditangkap lagi, pemimpin sekte kerajaan tuhan ditangkap polisi senin pekan lalu, kepolisian Metro Jaya menahan lia yang menganggap dirinya Imam Mahdi dan 21 pengikutnya dengan tuduhan melakukan penistaan agama” ( Tempo edisi 22-28/12/08 hal 16 ) “ribuan warga Bogor tidak mampu seperti gelandangan , pengemis, tukang becak, bahkan anak-anak panti asuhan di Bogor, Sabtu (30/11). Sekitar pukul 16.30 ditipu undangan gelap untuk berbuka puasa bersama dan memperoleh bingkisan lebaran, dalam ujdanganya itu mereka dihapkan datang ke rumah Menteri Perikanan dan Kelautan RokminPahuri, di vilka indah Padjadjaran Jalan Brawijaya, warung Jambu Bogor, dalam kondisi yang sama Pak Menteri sedang berada di Cerebon untuk melakukan silaturahmi, kata staf pusat informasi Departemen Kelautan dan Perikanan, Brama Beliau tidak pernah mengedarkan kupon seperti itu” (Kompas 01/12/2002 hal 1)
Zaman sekarang sering kali terjadi penipuan, baik itu dalam hal kecil maupun hal besar dari anak kecil sampai orang dewasa dari kalangan rendah sampai pejabat. Menipu atau berbohong dan mengumbar janji biasanya dilakukan untuk mencari simpati kepada orang lain, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain, menutupi kesalahan yang telah diperbuat, dan bahkan lebih parahnya lagi untuk menjatuhkan orang lain, orang-orang yang gemar menipu akan sulit untuk berubah karena setiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
melakukan penipuan satu kali akan melakukan penipuan terus menerus untuk menutupi penipuan sebelumnya. Sehingga di dalam hidupnya hanya ada kebohongan saja, mungkin sudah berasa biasa karena terbiasa akan tetapi, tidak selamanya perbuatan buruk itu dapat ditutupi.
Kutipan : sêlak mokal kalakona / lumuh sungkan mupuh budi . . . . ( KD Pupuh 1 bait 14 baris 1-2) Terjemahan : Tidak mau mengakui perbuatan, malas akan membuat lumpuhnya budi Kutipan dalam media cetak : “Agus Condro mengaku menerima uang 500 juta saat pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom pertengahan 2004. Miranda membantah bagi-bagi uag ke politikus, pembagian uang disebut-sebut dikoordinasi Panda Nabanan dan berlangsung diruang kerja Emir Moeis, ketua komisi keuangan saat itu. Tudingan itu dibantah Panda dan Emir ( Tempo edisi 22-28/12/08 hal 82 ) “Jakarta, Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta yang menyidangkan perkara korupsiproyek wiswa atlet SEA Games di Palembang, Sumatra Selatan, dengan terdakwa Muhammad Nazaruddin, Rabu (15/2), meragukan keterngan saksi Angelina Sondakh. Dalam kesaksianya Angelina mengaku tak pernah berhubungan dengan saksi lain dalam kasus ini, Mindo Rosalina manulang melalui BBM. Angelina juga mengaku tak pernah memiliki BB hingga tahun 2010” (Kompas 16/02/12 hal 1)
Sulit sekali ditemui di zaman sekarang ini, jika orang melukukan sebuah kesalahan dan orang itu mau mengakui dan berkata jujur, bahkan tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
jarang orang malah melemparkan kesalahanya kepada oarng lain yang sebenarnya tidak salah apa apa, hal demikian dilakukan karena tidak ingin mendapatkan pamor buruk.
Kutipan : suminggah têmah galuprut / gluprut nistha bêgsu jalmi /
wanita
lêlèwèr warak / priya durcara ing budi / luhur asor datan béda / binéda sihing Hyang Widhi // ( KN Pupuh 1 bait 3 ) wus jamak sakèh sujalma / barat angin tan sumribit / rasaning tyas tarataban / rina wengi kêtir – kêtir / pindha kebêlèr tali . . . . . ( KD Pupuh 1 bait 3 baris 1-5 ) Terjemahan : Berpindah menjadi terkena, terkena nista semua manusia, wanita tidak baik seperti hewan bercula, laki-laki tidak baik kelakuanya, tinggi nistanya tidak jauh berbeda, meminta belas kasihan kepada Tuhan. Sudah banyak yang berbuat jahat, seperti angin yang berhembus, rasanya hati was-was setiap hari selalu was-was, takut terluka tergores tali. Kutipan media cetak : ”menjebol rekening 36 nasabah senilai 27,3 miliar, terdakwa kasus dugaan penggelapan dana nasabah Citibank, Inong Malinda Dee, dituntut hukuman penjara 13 tahun. Jaksa penuntut umum menyakini bukti 177 transakai penggelapan dana nasabah sepanjang 2007-2011 cukup untuk mengegolkan tuntutan itu” commit to user (Kompas 17/02/12 hal 3)
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Antasari menjadi terdakawa kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra rajawali banjaran Menurut Ruby, pembunuhan diduga direncanakan Antasari, mantan Kepala Kepolisian Resor Jakarta selatan komisaris Besar Wiliardi Wizar, dan pengusaha Sigid haryo Wibisono. (Tempo edisi 21-27/12/09 hal 20)
Baik wanita maupun laki-laki zaman sekarang sama saja, bukan hanya laki-laki yang biasanya prosentasenya lebih besar untuk melakukan suatu tindakan kejahatan akan tetapi kaum hawapun demikian, semuanya itu tergantung dari diri orang masing-masing sejauh mana orang tersebut mempunyai iman di hatinya dan kuat untuk mengendalikan diri ketika godaan untuk melakukan suatu tindak kejahan datang, karena setiap manusia mempunyai kesempatan baik itu dalam bentuk hal kejahatan sekecil apapun, semua itu tergantung dari diri pribadi masing-masing. Kutipan : kala nistha wêrdinipun / jaman kepupu ing nisthip / nistha sakèhing sujalma / kalis budi kang lêlungit . . . . . (KN Pupuh 1 bait 2 baris 1-4) aran lêbur papan sastra / nistha ingangggêp utami / mapan manut jamanira / jalma nistha dènhurmati / tumitah sadarmi . . . . . (KN Pupuh 3 bait 28 baris 1-5) Terjemahan : Zaman nista namanya, zaman yang dikukub oleh kenistaan, nista banyak orang, tidak mempunyai apa-apa apalagi budi pekerti. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namanya hancur / hilang tempatnya sastra, nista dianggep utama, mau menurut jamanya, orang nista dihormati, sudah pasti hanya terpaksa karena kewajiban. Kutipan dalam media cetak : ”Besan Presiden terjerat duit yayasan, pengadilan tindak pidana korupsi, 17 Juni lalu mengganjar mantan Deputi gubernur Bank Indonesia Aulia Tantowi Pohan empat tahun empat bulan. Hukuman yang dijatuhkan pengadilan kepada para pucuk pumpinan Bank Indonesia yang dinilai menyalahgunakan wewenang dalam penggunaan duit Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia Rp 100 miliar. (Tempo edisi 21-27/12/09 hal 80)
Banyaknya kejahatan yang terduga, di zaman sekarang ini bahkan pelakunya tidak pandang bulu siapapun orangnya bisa saja melakukan suatu tindakan kejahatan karena suatu kesempatan dan faktor-faktor tertentu. Biarpun itu orang terpandang sekalipun, orang yang sudah berlimpah harta tidak menutup kemungkinan siapa saja manusia yang ada di dunia ini berkemungkinan untuk melakukan suatu tindak kejahatan.
Kutipan : bêbasan kang wus kalumrah / boya ana maling mari / saora-orane iya / salimut iku kang pasthi. . . . (KD Pupuh 1 bait 9 baris 1-4) Terjemahan : ibarat yang sudah biasa, tidak ada pencuri yang bertaubat, setidaktidaknya iya, berlindung itu yang pasti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Kutipan dalam media cetak : “penampilanya kalem, dengan kacamata minus mirip anak kuliahaan kutu buku. Padahal menurut Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Besar Petrus Golose dialah perencanaan perampokan Bank CIMB Niaga Medan. Fadli Sadama, 28 tahun ditangkap Polisi Diraja Malasyia pada 18 oktober lalu. (Tempo edisi 13-19/12/10 hal 27) “
Kasus perampokan dan pencurian semakin marak terjadi akhir-akhir ini, tidak selalu yang melakukan kejahatan tersebut bertampang preman maupun menyeramkan, orang yang kelihatanya alim / baikpun dapat berbuat demikian. Merampok dan mencuri juga bukan hanya dari kalangan bawah yang biasanya terpaksa mencuri untu makan, akan tetapi orang yang berkelimpahan hartapun dapat berbuat demikian karena orang tersebut tidak bisa mensyukuri apa yang telah dia miliki serta selalu dan selalu kurang, itulah sifat yang hampir dimiliki oleh setiap manusia. Kutipan : si durjana pêthakilan wuwusipun / kinarya ngalingi sisip / tan wirang nèng ngarsa umum . . . . . (KD Pupuh 3 bait 27 baris 1-3) Terjemahan : Sang penjahat bertindak yang kurang terpuji, pekerjaanya menutupi kesalahan, tidak malu di depan umum Kutipan media cetak : “pertanyaan itu datang bertubi-tubi dari Ketua majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tapi dikursi pesakitan, Gayus Halomoan Tambunan tak sedikitpun gelagapan. Dengan tenang bekasm pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu menjawab pertanyaan seputar asal-usul fulus Rp 28commit miliar toyang usersempat tersimpan direkeningnya (Tempo edisi 13-19/12/10 hal 102)
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
Para penjahat sudah putus urat malunya,suatu tindakan kejahatan di zaman sekarang tidak sungkan lagi untuk dilakukan secara terang-terangngan tidak dikukan secra sembunyi-sembunyi lagi, bahkan para penjahatpun tidak takut dengan polisi bialapun tertangkap mereka tidak malu dengan pamor buruk yang diterimnya bahkan tidak jarang mereka akan mengulang kembali kejahatan tersebut.
Kutipan : pra sarjana kèh kuntit ing jamanipun / dwi jawara wigar déning. . . . . (KD Pupuh 3 bait 29 baris 1-2) Terjemahan : Para sarjana banyak yang kerdil di zamanya, juara dua kenapa kalah Kutipan dalam media cetak : “untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara maju, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan jumlah lulusan ilmu teknik yang dihasilkan oleh perguruan tinggi negeri dan swasta di indonesia bisa mencapai 15 persen pada tahun 2015, idealnya 20 persen seperti di negra-negara maju, tertapi smapai tahun 2015 ditargetkan 15 persen dulu, kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh “ (Kompas 2/1/12 hal 12)
Para sarjana di indonesia saat ini masih ketinggalan dengan para sarjana di negara-negara asing, bahkan para sarjana di indonesia banyak yang tidak berkopenten masih banyak juga universitas di indonesia yang masih mau menerima dana suap agar mahasiswanya segera lulus. Walaupun demekian commit to user banyak juga universitas-universitas yang baik dan bagus yang terkenal
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sampai ke negara asing para sarjanapun demikian banyak juga diantara mereka yang sudah mengharumkan nama bangsa indonesia, akan tetapi biar bagaimanapun masalah pendidikan indonesia masih ketinggalan dengan negara-negara tetangga.
Kutipan : . . . . .pan rinêksa wanodya ayu pinunjul / lukar ingkang bajunira / ing warna tuhu linuwih // (KD Pupuh 4 Bait 30 baris 5-7) kang dhampar nênggih rinêksa
/ wanodyayu ing warna tuhu luwih /
lukar ingkang bajunipun . . . . . (KN Pupuh 4 bait 41 baris 1-3) Terjemahan : Sudah ada wanita cantik yang dipaksa berlebihan, lepas/hilanglah bajunya, ini wujud kenyataan yang berlebihan Yang dampar yaitu dipaksa, wanita cantik di alas kenyataan yang berlebihan, lepas/hilang bajunya Kutipan media cetak : Pemerintah belum cukup melindungi perempuan, sejak agustus 2011, empat pemerkosaan terhadap perempuan terjadi di angkutan umum kawasan Jabodetabek. Kejahatan itu langsung mengoyak rasa aman warga, terutama perempuan, karena terjadi di sarana transportasi murah yang dapat dijangkau sebagian besar warga. (Kompas 03/02/12 hal 33)
Kasus kekerasan seksual / pelecehan seksual terhadap wanita saat ini semakin memprihatinkan.commit Kejadianya to user bukan hanya terjadi di ruang
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertutup, ruang terbuka dan tempat-tempat umumpun dapat terjadi, hal demikian dikarenakan bukan hanya karena ada niatan dari sang pelaku akan tetapi karena adanya kesempatan, bahkan ada juga faktor tersebut malah datang dari sang korban sendiri mengingat zaman sekarang para wanita banyak sekali yang berpaian koran sopan, mini dan seksy.
Kutipan : yèn bangsa ngrasuk budaya /
budayaning bângsa liyan Nagari /
têmah pêpadu marundun / dêdawa kang druhaka / akarana rusak rasa jiwanipun / rusak rasa jiwa bângsa / satêmah asor pinanggih // (KD Pupuh 2 bait 24) . . . . . anggung jugulmu prapta / têka judhêg jêbul rina saha nglalu / lumuh lungiting kang budya / budi pramananing urip// (KD Pupuh 2 bait 23 baris 4-7) Terjemahan : Ketika bangsa merusak budaya, kebudayaan bangsa lain merdeka, menjadi bertengkar dan bersaing, berkepanjangan yang durhaka, sesudah itu rusak rasa jiwanya, rusak rasa jiwa dan bangsa, menjadikan ketidakluhuran/rendah. Bila tergesa-gesa bodohnya akan datang, datang masalah teryata terlambat kemudian pergi, malas akan membuat kecilnya budaya, budi kewibawaan hidup. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan dari media cetak : “tembang itu lamat-lamat dilantunkan Dariyah (80), maestro lengger dari Desa Somakaton kabupaten Banyumas, Senin (5/12) malam. Lengger atau ronggeng adalah penari sekaligus penyanyi dari grub musik calung yang menggunakan alat-alat bambu dipadu seperangkat gamelan yang mendendangkan tembang-tembang khas banyumas ini merupakan kesenian tradisional yang minim regenerasi” (Kompas 24/12/11 hal 1) “beragam tari tradisional langka di Indonesia terancam punah seiring kepergian para maestro tari tanpa mewariskan keterampilan mereka. Melalui tari keragaman budaya dapat dilacak. Tanpa dokumentasi sulit mereproduksi tari-tari langka kata Dedy Luthan seniman dan peneliti tari tradisional dari Institut Kesenian Jakarta, Kamis (22/12)” (Kompas 24/12/11 hal 12).
Saat ini banyak sekali kebudayaan indonesia yang terlupakan para generasi muda malas mempelajari budanya sendiri, mereka cenderung lebih menyukai budaya-budaya asing seperti halnya budaya korea yang akhirakhir ini digandrungi para pemuda indonesia, bahkan indonesia sempat gelagapan karena budaya inidonesia sempat di klaim negara Malasyia seperti batik, reog ponorogo dan lain-lain. Hal demikian terjadi karena kurangya kesadaran para pemuda betapa pentingnya mempelajari dan mlestarikan kebudayan indonesia.
Kutipan : . . . . . tidha-tidha ing budi / binarung rêngganging umur / boya pana budaya / tinêbih marang Hyang Widhi / mara coba nyawamu manggon ing apa // (KN Pupuh 3 bait 31 baris 4-9) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
Rêbut dhucung anèng ayun / tangèh baya angayomi / mring sêsamaning sujalma / têbih tibaning basuki / nistha nika pareng ngarsa / dalarung dêdawa wingit // ( KN Pupuh 1 bait 10 ) Terjemahan : Samar-samar budinya, berkelahi walaupun berbeda umur, bukan karena hilanya budaya, jauh kepada Tuhan. Datanglah coba nyawamu betempat dimana. Berebut sesuatu di medan pertempuran, banyak bahaya yang mengancam, kepada seluruh atau sesama manusia, jauh datangnya selamat, nista itu boleh berharap, sehingga berkepanjangan sedihnya. Kutipan media cetak : “tindakan main hakim sendiri terhadap jurnalis masih terjadi di negeri ini, senin 12/12/11 sekelompok orang dengan brutal merusak dan membakar rumah wartawan Rote Ndao News, Dan ce Henukh dikabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Dalam aksi brutal ini anak dance yang barui berusia satu bulan, Gino Novridi henukh meninggal dunia karena shock. Peristiwa kekerasan ini terkait pemberitaan Rote Ndao News tentang dugaan korupsi alokasi dana desa dan pembangunan rumah transmigrasi lokal senilai Rp 3,1 miliar di Rote Ndao” (Kompas 29/12/11 hal 6) “nyawa Gatot Swandono Selasa (21/1), tak tertolong lagi setelah dirawat di RS Karyadi Semarang, menyusul peristiwa tawuran antar pemuda di Desa Medini dan Desa Sambog, Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah minggu malam, tawuran akibat rebutan perempuan itu terjadi di sela-sela acara sedekah bumi yang menggelar wayang kulit” (Kompas 22/01/2003 hal 1)
Perkelahian dan permusuhan sudah hal yang wajar sekarang ini, bahkan sesama saudarapun dapat mengakibatkan terpecahnya tali persaudaraan. Umumnya manusia yangcommit senangtoberkelahi dan bermusuhan tidak mau user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengalah satau sama lain, sama-sama berego tinggi serta sama-sama ingin mempertahankan pendapatnya dan apa yang di inginkanya, apapun itu masalahnya sulitnya membuka pintu maaf sehingga muncul rasa tidak terima dan terjadilah perkelahian tersebut.
Kutipan : dêstun têmah kadrawasan / dewa sira sungkan marsudi budi / budi sastra têmah kêthul / cuthêl cupêt ing rasa / pathi basa laraping warastra idhup / lah sira bangsa punapa / parandene nêdya luwih // (KD Pupuh 2 bait 22) puniki yêkti tan luput / kadang darma anglakoni / tumitah anuting jaman / manungsa lir wrêjit cacing / pakan pancing ngupa mina / pama katut jaman iki. (KN Pupuh 1 bait 12) Terjemahan : Menjadi mengkhawatirkan, dewa kamu sungkan berbuat baik, budi sastra menjadi tidak peka/tampak, kecil hati dalam merasa, mati budi menyebabkan matinya hidup, kita ini bangsa apa, seumpama tidak berlebihan. Inilah benar dan salah, semua berkewajiban menjalani, sudah pasti manut di jamanya, manusia seperti cacing, makanan untyuki umpan memancing yaitu sebutir nasi, seumpama ikut terseret di jaman ini. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan media cetak : “Raskin 2007 di Pati diselewengkan, penyelewengan raskin bulog II sudah seringkali terjadi dan umumya justru menyangkut oknum kepala desa, perangkat desa, hingga perangkat kecamatan. Bahkan sempat pula diantara mereka yng dimejahijaukan, padahal setiap penyalur (dalam hal ini kepala desa/tingkat desa) telah memperoleh insentif dari Bulog sebesar Rp 12,4 per kilogram dan tingkat kecamatan Rp 7,5 perkilogram” (Kompas 10/01/07 hal H)
Hilangnya rasa sosialisme, rasa peduli dan simpati terhadap sesama manusia sudah luntur dimakan oleh zaman, banyak manusia yang hanya memikirkan kepentingan pribadinya tidak peduli apakah di luar sana ada yang dirugikan atau ada yang menderita, umunya manusia lebih senang diberi daripada memberi. Adanya sikap yang demikian karena kurangnya rasa kesadaran diri bahwa manusia itu tidak dapat hidup sendiri, manusia saling membutuhkan satu sama lain serta kurangnya kesadaran bahwa roda kehidupan selalu berputar kadang di atas dan kadang di bawah tak selamanya kehidupan itu akan berjalan sesuai dengan keinginan.
Kutipan : bêdhag buruh luru puluk / gêgodrès boya nyukupi / sudagar anggung kêpranggal / tani grami tan pakolih / pêpariman wuwuh ngrêpda / pinungut wêtuning tangis // (KN Pupuh 1 bait 11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Bekerja sebagai buruh untuk mencari sesuap nasi, sudah capek-capek tetapi tidak mencukupi, saudagar seperti diburu, pepadian tumbuh buruk, membuat keluarnya tangisan Kutipan media cetak : ”Melonjaknya harga kebutuhan pokok menyebabkan kelas bawah mengambil tindakan untuk bertahan hidup, antara lain dengan mengumpulkan tetes demi tetes minyak goreng curah di sudut pasar kebayoran lama,Jakarta Selatan, Selasa (9/1)”(Kompas 10/01/07 hal1) Di indonesia saat ini masih banyak sekali kaum buruh yang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan untuk makanpun mereka rela untuk bekerja seharian, memeras keringat dengan upah yang sedikit, kebanyakan upah yang mereka perleh hanya cukup untuk makan sehari saja, untuk kebutuhanya selanjutnya besuknya harus memutar otak lagi dan bekerja kereasa supaya bisa dapat bertahan hidup, terkadang untuk kebutuhan yang lainya tak jarang sampai berhutang ke tetangga. Melonjaknya harga kebutuhan pokok yang semakin mencekik leher merekapun rela makan seadanya yang penting tidak kelaparan.
Kutipan : sugih kojah datan nyata /sakèh jalma wus nglakoni / gumaib dora sêmbada / mrih kajèn samèng dumadi / sarananing ngaurip . . . . . commit to user (KD Pupuh1 bait 13 baris 1-5)
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Banyak bicara tanpa kenyataan yang ada, banyak manusia yang sudah menjalankan, sombong suka berbohong tidak ada buktinya, supaya dihargai disetiap tempat, alat untuk hidup Kutipan media cetak : “Takut kedok terbongkar, pengikut dihabisi, gerak cepat dari Tim Buser Satreskrim Polres Tegal untuk mengungkap latar belakang tewasnya secara beruntun lima pengikut aliran sesat Iskandar (49), selain itu petugas juga berhasil membongkar praktik penipuan penggandaan uang dengan korban di duga mencapai puluhan orang. Dengan jumlah nilai kerugian material dari ratusan juta rupiah hingga mungkin mencapai lebih dari Rp 1 miliar” (Suara Merdeka 06/12/04 hal 1)
Banyaknya manusia saat ini yang bersikap seakan-akan punya dan senang bila dipuji dan berusaha menjadi yang paling terbaik, berusaha mampu dan bisa. Rela berbohong kesana-kemari tanpa ada kenyataan hanya untuk supaya kelihatan baik di depan umum serta kelihatan terhormat disetiap tempat, ada juga yang melakukan tindakan demikian hanya untuk mengibuli orang lain dan mendapatkan keuntungan dari orang lain tersebut.
Kutipan : datan wontên barang murah yêkti / rêgi kirang sing urup ajinyâ / bok jagad kongsi jêmblonge / barang larang lêstantun / jalma karêm slingkuh lan bathi / niku wus watakira / sakèh ing tumuwuh . . . . . commit to user (KN Pupuh 2 bait 17 baris 1-7)
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : Tidak ada barang murah yang baik, harga kurang yang baik kualitasnya, apalagi dunia sampai, barang mahal pastinya, manusia senang sekali selingkuh dan mendapat untung, itu sudah wataknya, banyak yang sudah ditakdirkan Kutipan media cetak : “operasi penyakit masyarakat yang di gelar Polres Wonogiri, Jumat(8/10) berhasil merazia sembilan pasangan selingkuh yang sedang menginap di kawasan sendang, Kompleks waduk gajah Mungkur. Keterangan yang diperoleh ke-9 pasangan itu mayoritas remaja dan pemuda,hanya empat oarng yang sudah kelihatan tua. Saat dibina mereka menundukkan kepala dan menangis, namun ada juga yang tersenyum-senyum sembari menyembulkan wajahnya” (Solopos 09/10/04 hal 12)
Kasus perzinaan perselingkuhan sudah sering kita dengar di zaman sekarang ini, mereka tidak sadar apa yang telah dia lakukan adalah melanggar peraturan hukum dan peraturan agama. Walaupun pemerintah sudah berupa membersihkan tindakan tersebut manusia seakan-akan tidak pernah jera, mereka hanya mengejar kesenangan dan kenikmatan sesaat, bahkan tidak jarang mereka sampai rela meninggalkan keluarganya yang sudah dibangun betahun-tahun hancur berantakan dengan perselingkuhan tersebut, banyak yang tidak menyadari bahwa keputusan untuk meninggalkan keluarganya itu belum tentu benar, kesenangan yang mereka kejar biasanya hanya berjalan sesaat jarang sekali orang yang sudah mengkhiati keluarganya dapat hidup bahagia selamanya.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : uripe sapisan rusak / putra wayah tan ngaku kaki nini / lingsêm kojahing sadulur / nular têmah rubeda. . . . . (KD Pupuh 2 bait 20 baris 1-4) Terjemahan : Hidup yang hanya satu kali rusak, anak cucu yang mengaku kakek nenek, malu dengan omongan saudara/orang lain, menular kejadian buruk yang membuat sungkan Kutipan media cetak : “kondisi penyandang cacat rentan, para tuna netra, tuna rungu, atau tuna wicara baik secra ekonomi, sosial, pendidikan dan lain sebagainya.
Bahkan
secara
ektrim
masih
banyak
yang
menyembunyikan keluarganya yang cacat” (Solopos 11/1/05 hal 8) Lari dari kenyataan adalah suatu hal yang sangat bodoh tanpa disadari bahwa apa yang sudah digariskan oleh sang pencipta sudah tidak akan mungkin bisa menghindarinya. Manusia zaman sekarang kebanyakan saling berusaha menutupi apa yang menurutnya itu tidak baik/sebuah aib, hanya karena sebuah alasan takut dan malu akan hinaan orang lain, takut nama baik keluarganya tercemar, takut orang lain tidak mau bergaul lagi denganya. Menanggung sebuah aib memanglah sangat berat akan tetapi orang-orang seperti itu tidak sadar bahwasanya apapun itu baik/buruk ditutupi suatu saat nanti akan kelihatan juga. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : donya niki tontonan sayêkti / tonton-tinonton sakèh sujalmi / tan wontên guru murite / waton tinakon kawruh. . . . (KN Pupuh 2 bait 27 baris 1-4) Terjemahan : Dunia ini tontonan kebenaran, saling memperlihatkan banyak manusia, tidak ada guru dan murid, asal bertanya ilmu Kutipan media cetak : ”Walikota Padang Zuiyen Rais MS, dituntut hukuman tujuh tahun penjara karena menyetujui pengalokasian anggaran sekretariat dan belanja DPRD setempat diluar ketentuan PP 110 tahun 2000, sehingga menyebabkan kerugian negara Rp 8,4 miliar lebih” (Suara Karya 18/06/05 hal 5)
Di dunia ini baik ataupun buruk semua ada, tinggal kita mau mencontoh yang mana. Kehidupan ini sejatinya tidak ada guru yang sebenarnya yang dapat ditiru, guru yang sejatinya adalah suatu pengalaman dari masa lalu ataupun kejadian-kejadian dari masa yang sudah terlewati dengan segala konsekuensinya, semua itu dapat kita jadikan pelajaran untuk menjadikan kehidupan menjadi lebih baik. Diri pribadi yang menjalani kehidupan ini maka dari itu diri pribadi masing-masing juga yang menentukan mau menjadi manusia yang baik atau manusia yang jahat. Terkadang manusia yang kelihatanya baik dan pintar dan kelihatan pantas untuk dicontoh akan tetapi justru terkadang malah mencontohkan hal yang buruk, semuanya kembali kepada diri pribadi masing-masing. commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : . . . . . badhut lanyah apus krama kojah kêmpus / lah dawêg mângga sakarsa / mumpung taksih sami urip // (KD Pupuh 2 bait 19 baris 5-6) Terjemahan : Orang senang menipu dan mengobral janji, jia ingin begitu puaskanlah, mumpung masih hidup. Kutipan media cetak : “pendapa kabupaten Sidoarja Jawa Timur, terasa sesak, Senin (27/11) malam. Beralas karpet merah, ratusan pria tua muda campur aduk. Mereka makan, mengobrol hingga tidur di situ. Mereka adalah korban lumpur Sidoarjo yang sudah lelah menanti janji Lapindo Brantas Inc untuk segera menganti rumah yang terendam lumpur” (kompas 29/11/06 hal 1)
Kaum-kaum kuasa sekarang biasanya sering menipu dan mengobral janji. Mereka berbuat demikian karena ingin disegani dan memikat hati serta ingin mendapatkan kepercayaan dari orang lain terutama oleh kalangan bawah atau rakyat, para rakyat pun awalnya sangat percaya dengan obral janji para penguasa atau kaum atas. Akan tetapi tak jarang mereka kaum penguasa memang hanya mengobral janji saja, semuanya yang dijanjikan tersebut teryata hanya omong kosong belaka jika, pada kenyataanya tak ada suatu tindakan yang dijanjikan tersebut. Hal demikian dapat membuat kalangan bawah atau masyarakat merasa tertipu dan sangat kecewa, terkadang merekapun dapat berbuat anarki seperti demo ataupun merusak fasilitas tertentu, mereka tidak peduli baik itu penguasa ataupun orang commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang sangat berpengaruh, mereka akan lebih bisa menilai apakah orang tersebut baik atau buruk.
Kutipan : apus krama wuwuh dadra / bayi lair banyu mili / tumitah arêbut boga / pangan pinangan kang pasthi. . . . . . (KD Pupuh 1 bait 12 baris 1-4) Terjemahan : Hilangnya kebaikan tumbuh semakin menjadi parah, bayi lahir air mengalir, sudah pasti berebut makanan, makanan yang ditangani dengan pasti Kutipan media cetak : “puluhan warga Desa Prapag Kidul, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, berebut nasi aking yang baru selesai dimasak, Rabu (13/12). Saat ini, akibat beras mahal, mereka terpaksa mengonsumsinasi aking sebagai makanan utama” (Kompas 14/12/06 hal 1)
Makanan adalah sumber pokok kehidupan, tidak ada manusia yag dapat bertahan hidup di dunia ini tanpa makanan, akan tetapi saat ini banyak manusia yang hanya memikirkan perutnya pribadi hilangnya kebaikan dan rara sosialisme untuk berbagi antar sesama, mereka bahkan tidak peduli bahwasanya masih banyak orang yang butuh pertolongan, mereka tidak sadar bahwanya kita diciptakan sebagai mahkluk hidup yang paling sempurna dilengkapi dengan hati dan pikiran diwajibkan untuk menolong commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
sesama. Akibatnya masih banyak sekali di era zaman sekarang orang yang kekurangan makanan bahkan terkadang sampai berebutan sesama saudara.
Kutipan : upama rêtna kumala / surêm kucêm kang sêsangling / lir sasoka kawadaka / kusut tejaning mêmanis . . . .(KD Pupuh 1 bait 1 baris1-4) Terjemahan : Seumpama permata yang bersinar, sedih kusam pucat yang dirasakan, seperti ketahuan kejelekanya / kesalahanya, kusut sinarnya yang memanis Kutipan media cetak : “penipu berkedok sebagai wartawan Sabtu (18/8) diringkus petugas reserse polsek Tugu dan Satgar PDI Perjuangan kota Semarang. Keempat wartawan ditangkap saat akan menerima bantuan dari sebuah perusahaan, dan setelah diselidiki teryata kartu pers mereka palsu, alias wartawan gadungan. Kalau dilihat kasusnya hal ini termasuk penipuan terhadap lembaga surat kabar, dan partai politik yang dicatut untuk mencari duit kata Halba Pubis Nugraha” (Kompas 19/08/2001 hal 13)
Penipuan marak terjadi diera yang serba modern ini, segala motif dilakukan untuk melakukan tindakan tersebut agar mendapatkan apa yang di inginkan, menghalalkan segala cara agar keinginanya tercapai. Akan tetapi tak selamnya suatu tindak kejahatan akan mulus-mulus saja, sepandai-pandainya orang menutupi hal tersebut cepat ataupun lambat akan ketahuan juga, jika semua kedok kejahatanya terbongkar barulah commit to user manusia tidak bisa berbuat apa-apa lagi yang awalnya lantang berbicara
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
ataupun bersikeras tidak mengakui perbutanya hanya bisa terdiam dan merenung menyesali perbuatanya yang sudah terlanjur merugikan orang lain.
Kutipan : . . . . . . kanisthan ing ngayun / lângka wahyuning raharja / putra wayah ing têmbe manggih bilahi /niki tuladha nistha // (KN Pupuh 2 bait 13 baris 7-10) Terjemahan : Kenistaan dihadapan, jarang mendapat anugrah/selamat, anak cucu disuatu ketika bertemu celaka, ini adalah contoh buruk/nista Kutipan media cetak : “kekerasan seksual terhadap anak menonjol di Sumut, selama enam enam bulan telah terjadi 92 kasus kekerasan terhadap anak, dalam hal ini anak sebagai pelaku dan juga sebagai korban dan yang lebih memprihatinkan ada 32 kasus adalah kasus kekerasan seksual, hakhak anak telah dilanggar dan telah masuk ke dalam taraf yang mengkhawatirkan” (Kompas 20/07/2001 hal 12)
Kekerasan seksual saat ini tidak hanya dialami oleh wanita dewasa saja, bahkan anak-anak pun juga dapat menerima kekerasan seksual tersebut, kebanyakan menimpa pada anak-anak jalanan yang notabenya kehidupan mereka cenderung bebas bahkan liar dan mereka tidak dipantau oleh orang tuanya bahkan terkadang para orang tuapun tidak peduli dengan apa yang menimpa anaknya, tidak sedikit orang tua dari anak-anak jalanan tersebut to besar user uang yang di dapat mereka dari yang hanya peduli dengancommit seberapa
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil ngamen, pemulung atau bahkan mencuri. Harusnya anak-anak dianjurkan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin untuk dapat meih citacita yang diinginkanya, akan saat sekarang ini masih banyak sekali anakanak yang kurang beruntung dan kurang perhatian dari orang tua.
Kutipan : wus jamak sakèh sujalma / barat angintan sumribit / rasaning tyas taratapban / rina wêngi kêtir-kêtir. . . (KD Pupuh 1 bait 3 baris 1-4) Terjemahan : Sudah banyak yang berniat jahat, angin yang besar berhembus, rasanya hati was-was, tiap hari selalu was-was Kutipan media cetak : “Solo 2 penumpang bus Harta Sanjaya dari Jakarta mrnjadi korban pembiusan, Selasa(3/12) siang. Kedua korban itu bernama Joni Purnomo (19) warga duet RT 19/08 Andong Boyolali, dan Ahmad taufik (33) warga Matuk RT14/06,Podor kecamatan Taron Sragen. Setelah mendapat pertolongan dari warga dan siuman warga Sragen dan Boyolali tersebut baru bisa menceritakan apa yang dialami” (Kompas 05/12/2002 hal 18)
Kejahatan di zaman ini semakin merajalela, dimanapun dan kapanpun kita harus selalu waspada dan ati-ati karena manusia yang akan berbuat jahat terkadang tidak sungkan untuk melukai para korbanya, setiap orang berkesempatan untuk berbuat jahat jadi kita harus pintar-pintar diri untuk menjaga diri kita sendiri. commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : . . . . . . jroning tyas anandhang rapuh / bêbêg bêndu tumêkang / kang linakon jaman iki / lah dèn inggal tumuli dipun nalângsa // (KD Pupuh 1 bait 5 baris 6-9) Terjemahan : Didalam hati sedang patah atau rapuh, disekat dibendung kegelisahan, yang hilangnya zaman ini, jika tidak ingin mandiri segera diperhatikan. Kutipan media cetak : ”Mbok Atim yang kini berusia diatas kepala enam, menjadi pasien inventaris Sumberglagah Jatim, sejak belia hingga usia senja sekitar 19 pasien lanjut usia yang mengalami nasib seperti Mbok Atim ditampung di RS hinggta puluhan tahun karena tidak dijemput keluarganya/diterima kembali oleh keluarganya” (Kompas 30/01/2003)
Banyak sekali orang yang merasa belum merdeka di zaman yang dikatakan sudah merdeka seperti saat ini, mulai dari yang anak-anak hingga yang tua banyak yang masih menderita dan jauh kata kebahagiaan yang disebabkan oleh banyak faktor. Dukungan dan kasih sayang dari keluargapun terkadang tak mereka dapat atau mungkin karena faktor kemiskinan yang membuat mereka hidup menderita dan belum pernah merasakan kebahagiaan selama hidupnya, di indonesia sendiri warga miskin masih sangat banyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Kutipan : kêdhèp têsmak kadi rêca / una sêla datan kongkih / sabarang rèh sarwa iya / lair batin trusing ati / lire wus tanpa budi / sakayun amung miturut / sumarah rèhing karsa . . . . . (KD Pupuh 1 bait 7 baris 1-7) Terjemahan : Hanya sepintas seperti patung, kurang longgar sampai berpindah tempat, terserahlah pokoknya iya, lahir batin tulus dari hati, seperti sudah tidak memakai budi, semuanya hanya menurut, pasrah kepada penguasa Kutipan media cetak : ”rasa keadilan hampir mati,hukum dinilai keras hanya untuk rakyat yang lemah, putusan yang dijatuhkan kepada AAL karena dituduh mencuri sendal milik seorang anggota polisi semakin menunjukkan, hukum tak berdaya pada orang yang dekat dengan kekuasaan” (Kompas 06/01/12 hal 1) Sudah tidak aneh lagi saat ini, jika kaum lemah selalu kalah dengan para penguasa, apalagi dengan keadaan hukum di zaman sekarang ini kaum lemah yang selalau menjadi korban, hukum hanya berlaku untuk kaum lemah saja selain kasus AAL dengan pencurian sandal japit ada juga Aminah warga banyumas yang mencuri tiga butir kakao di vonis hukuman 1,5 bulan, Supriyadi pencurian dua batang singkong warga Jawa timur divonis 2 bulan dan masih banyak commit to lagi userlainya. Mereka terpaksa mencuri
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
karena tidak mempunyai penghasilan yang tetap untuk makan sehar-hari akan tetapi bila dibandingkan dengan para pejabat yang sudah berlimpah harta masih saja memakan uang negara / uang rakyat dapat dengan mudahnya terbebas dari jerat hukum.
Kutipan : wong wanodya wadon kang sajati / priya inggih trêsna ing wanodya / jêjodhohan salamine / yèn priya garwa kakung / lamun jagad iki winalik / ing donya sêpi nyawa / priya garwa kakung . . . . . . (KN Pupuh 2 bait 24 baris 1-7) Terjemahan : Seorang wanita tulen yang sejati, laki-laki juga menyayangi wanita, berjodoh selamanya, jika pria bersuamikan laki-laki, tetapi dunia ini sudah kebalik, di dunia sepi orang, pria bersuamikan laki-laki. Kutipan media cetak : “api cemburu yang bergejolak dalam diri Mujianto (24), warga desa Jati Kapur, kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, memaksanya membunuh pasangan gay-nya. Selama 1,5 bulan terakhir dari enam korbanya, empat orang tewas setelah diracun dengan obat pembasmi tikus yang dicampur minuman teh” (Kompas 16/02/12)
Tidak menjadi hal yang menghebohkan lagi, jika seorang pria menyukai commit to user sesama jenis atau seorang wanita juga mencintai sesama jenis. Zaman
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekarang ini banyak sekali manusia yang menjalani hubungan terlarang tersebut, bahkan banyak pula kasus pembunuhan yang disebabkan karena kecemburuan seseorang terhadap pasangan sesama jenisnya, misalnya Ryan dari Jombang Jawa Timur yang sekarang masih mendekam di penjara karena kasus pembunuhan beruntunya yang awalnya disebakan hanya karena kecemburuan Ryan terhadapa pasanganya yang sesama jenis.
Kutipan : . . . . . mantèn anyar pinuji / atut runtut runtung-runtung / priya mêtyasing garwa garwa tanggap ing pakarti / datan anèh badhut lan panontonira // (KD Pupuh 1 bait 10 baris 5-9) sayêkti tumitah iku / raga pêrlu mét rajêki / têntrêm geyongani jiwa / yèn gothang saking puniki / ruharasadinana/ dumrunuh nisthaning budi // (KN Puph 1 bait 6) Terjemahan : Pengantin baru diuji, berturut terseret bersama-sama, lelaki bercerita semuanya kepada istri, istri mengerti maslah pekerjaan, tidak aneh manusia dan penontonya. Kebenaran sudah pasti itu, raga perlu yakin nyari rejeki, tentram adalah pegangan jiwa, jika tidak lengkap dari sini, prahara/masalah setiap hari, tertanam budi yang nista/rusak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
Kutipan media cetak : ”wajah Sugiyanto (28), warga Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggrahan, lesu. Senin (20/2), ia hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk bersama rekan petambang di tepi hutan Tumpangpitu. Sugiyanto mengaku tak berani pulang kerumah. Sudah sepekan ini istrinya ribut besar masalah keuangan keluarga. Uang saya habis untuk modal menambang, sekarang yang ada hanya utang, istri saya setiap hari ngamuk, sekarang malah minta cerai kata Sugiyanto terang-terangan” (Kompas 22/02/12 hal 1)
Keretakan rumah tangga jika tidak karena faktor dari pihak ketiga sudah pasti karena masalah ekonomi. Zaman sekarang kebutuhan pokok seharihari tidak ada yang murah sedangkan mencari pekerjaan sangat sulit, banyak sekali para istri yang selalu tidak terima dengan kondisi keuangan keluarganya dan hanya menuntut sang suami untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dari situ sering muncullah cek cok antara suami dan istri, akibatnya banyak pasangan yang memutuskan untuk mengambil jalan dengan cara bercerai untuk mengatasi masalah tersebut.
Kutipan : nadyan jamur rawuh gih maoni / sila tumrap miwah wontên jigang / wedang lawan pacitane / yèn têlas nuli mundhut / nanging nora ambayar bribil / rawuh jêjak kewala / obrolnya kalangkung / boya kenging sinêlanan / lah ta niki pêmimpin bayi kang lair / cumêngèr wasis kojah // (KN Pupuh 2 bait 16) dumadya nora nglêgewa / wêruh-wêruh praptèng ngriki / lahir mati padha uga / yêkti datan ngrumangsani commit to user . . . . . (KN Pupuh 3 bait 37)
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : Walaupun jamur tumbuh di pohon maoni, duduk bersila dengan baik dan ada juga yang berjigang, minuman kawan juga diminum, jika habis langsung beli, tetapi tidak membayar setengah senpun, datanglah remaja, pembicaraanya berlebihan, tidak boleh melawan, apakah ini pemimpin bayi yanga baru lahir, masih bocah cerewet dalam berbicara.
Minuman keras tidak membikin gemuk, tahu-tahu tiba disini, lahir dan mati sama juga, tetapi tidak merasa Kutipan media cetak : ”Sebanyak enam warga Medan, Desa Lolowau, Kecamatan Lolowau, Kabupaten Nias Selatan, tewas setelah menenggak minuman keras bercampur aneka bahan minuman. Mereka diduga keracunan setelah mengonsumsi minuman secara berlebihan. Dua warga lain dikabarkan kritis. Kami semua tidak menyangka bisa begini. Warga yang minum mati beruntun dalam waktu dekat. Medan, Selasa (8/7)” (Kompas 09/07/08 hal 13) Apapun upaya Pemerintah untuk memusnahkan berakohol atau miras tidak membuahkan hasil, buktinya zaman sekarang ini masih banyak warungwarung yang menjual barang haram tersebut, bahkan pengkonsumsinya semakin banyak, tidak jarang orang meninggal dunia yang disebabkan karena miras baik kecelakaan ketika berkendara dalam kedaan mabuk ataupun keracunan barang haram tersebut. Orang-orang seperti itu tidak sadar bahwasanya hanya akan dirugikan oleh miras karena dengan mengkonsumsi miras badan pun juga semakin rusak.
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan : . . . . . . nadyan datan luput / puput pantog tambah garwa / bilahine wanodya tumitah urip / kagarwa priya mânggan // (KN Pupuh 2 bait 18 baris 7-10) Terjemahan : Walapun tidak salah, sudah sampai mentok menambah istri, celaka wanita sudah pasti dalam hidup, bersuamikan laki-laki tegaan. Kutipan media cetak : “Seorang suami di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, yang dilaporkan istrinya ke polisi karena menebas dua jari kelingkingnya, terancam hukuman lima tahun penjara. Suami yang dilaporkan telah melakukan penganiayaan itu bernama Iwan Seliyanto (35), warga Desa Batu bintang, Kecamatan Batu marmar, sedangkan istrinya bernama Hani (30). Kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa korban Hani dengan pelaku Iwan Seliyanto yang merupakan suaminya sendiri itu terjadi karena pelaku kesal atas kesalahan yang dilakukan istrinya hanya karena salah no tlf ketika membelikan pulsa untuk suaminya” (Kompas 31/12/10 hal 15)
Kekerasan dalam rumah tangga atau lebih sering dijumpai dengan kata KDRT saat ini semakin parah yang menimpa para kaum istri. Umumnya suami mentang-mentang karena dialah yang mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga suami bertindak semenamena terhadap para istri dan merasa bahwa dia yang selalu benar dan biar bagaimanapun juga para wanita dari dulu memang sudah ditakdirkan derajatnya dibawah laki-laki, akan tetapi tidak seharusnya demikian para wanita diperlakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
Kutipan : Kang sanira wong priya puniki / jêjodhohan janggêlan kewala / rawuh jêjak mring garwane / putranya ambarubul / sabên lair nuli ngesahi / sandhang pangan golèkna / kula pilih nganggur / aran nyithak kere dawa / cinanthèlan mring garwa lagya nêsêpi / mulih yèn wus rong warsa // (KN Pupuh 2 bait 20) Terjemahan : yang berbeban orang laki-laki sekarang, pernikahan hanya pengganjal bayi, hanya datang kepada suaminya, anaknya banyak, ketika lahir langsung sah, semua kebutuhan carikanlah, saya memilih nganggur, namanya membuat miskin yang berkepanjangan, ketika banyak uang langsung mendekati suami, pulang ketika sudah dua tahun Kutipan media cetak : “Permohonan dispensasi kawin yang masuk ke Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Gresik, Jatim, tahun 2008 sebanyak 41. Artinya, kasus perkawinan usia dini naik 58 persen jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang terdapat 26permohonan. Di tahun 2009 permohonan dispensasi kawin hingga April lalu sebanyak tujuh permohonan," kata Kepala Bagian Humas PA Gresik, Achmad Nurul Huda, Kamis. Rinciannya, lanjutnya, pada Januari ada satu permohonan dispensasi kawin yang tercatat PA, Februari dua, Maret dua, dan Apriljuga dua permohonan” (Kompas 07/05/09 hal 12)
Pernikahan dini atau nikah mudah sudah marak terjadi di zaman sekarng ini, umunya mereka melakukan pernikah muda bukan karena memang ingin menikah mengingat umurnya saja masih dini, mereka terpaksa commit tokarena user hamil diluar nikah sehingga melakukan pernikahan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
menikah hanya untuk memberikan status kepada calon bayi. Pernikahan yang demikian banyak yang tidak awet karena sama-sama belum siap dalam menaungi bahtera rumah tangga dan biasanya belum mempunyai pekerjaan yang tetap serta faktor-faktor lainya Dari hasil perbandingan di atas tanda-tanda kerusakan zaman dustha dan zaman nistha dalam SPJ dengan gejala sosial zaman kini atau saat ini adalah sesuai, dimana tanda-tanda zaman dustha dan zaman nistha dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang ada pada saat ini atau zaman ini. Mulai dari kerusakan moral, hilangnya kebaikan, hilangnya kejujuran, banyaknya kejahatan dan ketidakwajaran yang terjadi pada diri manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sekarang atau zaman saai ini sudah memasuki kedalam zaman edan atau zaman gila.
C. Tanggapan Masyarakat tentang cara mengatasi agar tidak mudah Terjeremus di dalam Zaman Dustha dan Zaman Nistha seperti dalam SPJ Sekar Pralambang Jaman (SPJ) merupakan suatu ungakapan hati seseorang yaitu pengarang itu sendiri Ki Gedhe Mudya Sutawijaya, beliau adalah seorang yang kritis tentang keadaan zaman pada masa itu. Beliau mencurahkanya dalam sebuah tembang, dimana di setiap tembangnya berisi uraian secara kritis tentang kerusakan zaman, mulai dari sebuah kedaan negara serta tatanan yang ada di dalamnya sampai orang-orang yang berada di dalam negara tersebut. commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bila melihat gejala-gejala sosial yang ada serta telah dianalisis secara sosiologis seperti di atas, isi dari SPJ ini masih sangat relevan bila dibandingkan dengan kondisi sosial zaman kini atau saat ini, karena zaman sekarang ini juga termasuk zaman dusta dan zaman nista seperti yang ada pada SPJ, dimana zaman sekarang banyak sekali kebohongan dan kenistaan. Sejak zaman dahulu kerusakan moral dan kejahatan yang ada pada diri manusia memang sudah ada akan tetapi zaman dahulu lebih tertutup tidak banyak orang yang tahu, sedangkan pada zaman sekarang sudah blak-blakan sudah banyak orang yang tahu bahkan sudah banyak yang menganggap sebagai kewajaran. Yang menjadi tameng atau cara-cara untuk mengatasi supaya hidup di dunia ini tidak mudah terseret atau tidak ikut arus di dalam zaman yang sudah rusak ini atau seperti zaman dustha dan zaman nistha dalam SPJ adalah sebagai berikut : Agama, dengan membentengi agama yang dipercayai masingmasing manusia, orang yang beragama dapat berfikir dua kali untuk melakukan suatu tindakan kejahatan karena di dalam sebuah agama di ajarkan larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar, serta terdapat konsekuensinya
apabila
melanggar
larangan-larangan
tersebut.
Berlandaskan agama saja tidak cukup karena juga harus dilandaskan dengan iman yang kuat, banyaknya orang yang beragama akan tetapi tidak mempuyai iman yang kuat di dalam hatinya akan mudah terpengeraruh untuk melakukan suatu tindakan yang negatif. Dimanapun dan kapanpun tidak boleh melupakan Sang Pencipta dan harus sadar betul apa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
dilakukan meski orang lain tak melihat, Sang Pencipta tidak pernah tidur dan dapat melihatnya sehingga dengan adanya bisa menyadari hal tersebut sudah tentu manusia tidak berani untuk melakukan suatu perbuatan kejahatan. Mengendalikan hawa nafsu, adalah suatu hal yang sangat sulit dilakukan bagi setiap manusia, manusia pada umumnya semua kemaunya ingin terpenuhi dan selalu ingin menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Kurangnya rasa bersyukur atas apa yang telah diperoleh bahkan terkadang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang diinginkanya. Apa yang diinginkan setiap manusia belum tentu dapat terwujud, harus selalu sabar menghadapi kegagalan-kegagalan yang dihadapi karena kegagalan itu merupakan suatu keberhasilan yang tertunda. Jujur dalam setiap perkataan dan tindakan akan membuat orang lain mudah mempercayai dan akan mempunyai banyak teman atau saudara. Dengan adanya membiasakan jujur akan membuat hidup menjadi tenteram dan lestari karena apa yang diperoleh atau dapatkan dan apa yang gunakan merupakan dari hasil kejujuran atau halal bukan dari hal yang sifatnya menipu atau hasil dari merampas hak orang lain. Harus membiasakan diri dengan berkata apa adanya tidak boleh dikurangi maupun ditambah, meskipun jujur itu terkadang menyakitkan ataupun sedikit merugikan akan tetapi jika tidak jujur itu hanya akan menolong sesaat saja untuk selelanjutnya malah akan membuat hidup lebih celaka. Sabar, jika hidup di dunia ini selalu dengan sabar dengan apapun yang terjadi, apapun keadaannya, apapun musibah yang dialami dalam commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehidupan, dengan sikap sabar akan lebih tertata dan berusaha selalu bersyukur dengan apa yang ada sekarang ini, menyadari bahwa masih banyak sekali orang-orang yang jauh kurang beruntung di luar sana, dihilangkan rasa iri hati dan dengki kepada orang lain apabila orang lain mendapatkan sesuatu yang lebih. Tidak boleh mudah putus asa ataupun menyerah apabila keberuntungan sedang tak memihak, harus sadar bahwa di dalam sebuah kehidupan tak selamanya berjalan mulus, harus disadari pula jika masih diberi ujian ataupun cobaan berarti Tuhan masih sayang kepada umatnya dan Tuhan tidak akan memberikan ujian kepada umatnya melebihi batas kemampuan umatnya. Memperkuat mental, banyak sekali faktor-faktor ataupun dorongan dorongan yang membuat hidup di dunia ini dapat terjerumus ke dalam halhal yang negatif, dengan memperkuat mental dapat mengendalikan diri supaya tidak mudah ikut terbawa arus di zaman yang seperti ini. Harus selalu hati-hati dimanapun dan kapanpun terlebih dalam hal bertindak, tidak selamanya apa yang diperoleh sekejab dan itu membahagiaan itu adalah hal yang baik, harus pandai-pandai menyaring tentang apa yang dilihat dan dengar. Tidak boleh mudah terjerumus ke dalam hal yang tidak baik harus pandai dan jeli memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Bergaul dengan orang yang baik, bukan berarti harus membedabedakan teman atau memilih-milih dalam berteman akan tetapi berusaha selalu bergaul dengan orang atau lingkungan yang baik pula karena dengan pergaulan yang baik dampak atau efek yang diperoleh akan baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
pula, jikapun ada yang tidak baik harus dapat menyaring dan tidak boleh terpengaruh dan ikut ke dalam hal yang tidak baik tersebut. Eling lan waspada, kata ini pantas untuk diterapkan dalam sebuh kehidupan, baik dimanapun, kapanpun dan sama siapapun. Selalu ingat dan waspada akan membawa kesebuah kehidupan yang lebih baik, ingat akan adanya Sang Pencipta dan waspada akan adanya pengaruh negatif yang sewaktu-waktu dapat dijumpai, jika bisa menerapkan prinsip tesebut maka hidup akan mencapai kemuliaan. Percaya dan ingat dengan adanya Tuhan akan lebih mudah menjalani ujian-ujian di dalam sebuah kehidupan ini. Tuhan tidak mungkin membiarkan umatnya yang selalu ingat kepadaNYA menderita, meskipun ujian tersebut datangnya juga dariNYA. Manusia yang tidak menyadari dan ingat terhadap Tuhan saja terkadang juga beruntung apalagi yang selalu ingat kepadaNYA, ingat saja tidak cukup juga harus hati-hati atau waspada dimana saja, waspada akan adanya bahaya ataupun suatu kejahatan atau hal-hal yang tidak baik yang dapat sewaktu-waktu menyerang mapuun dapat mempengaruhi. Hidup di dunia hanya ada dua pilihan baik dan buruk pilihan itu tergantung dari diri pribadi masing-masing tinggal mau memilih ingin menjadi manusia yang seperti apa. Contoh baik dan buruk di dunia ini sangatlah banyak dengan begitu, seharusnya dapat berkaca dengan apa yang sudah terjadi dan segala konsekuensinya. Cara-cara untuk mengatasi agar hidup di dunia ini tidak mudah terseret di zaman yang seperti ini sangat beragam, semua orang mempunyai cara tersendiri untuk mengatasinya, kuat atau lemahnya cara tersebut berhasil ataupun tidak itu commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tergantung pada diri masing-masing karena setiap orang kadar keimanannya berbeda-beda. Tidak menutup kemungkinan manusia akan mudah terjerumus apabila melihat suatu hal yang dapat membuatnya bahagia serta diperoleh dengan cara yang instan karena pada dasarnya sifat manusia tersebut selalu ingin menjadi yang terbaik dari yang terbaik dalam sekejab dan selalu kurang dalam segala hal meskipun kehidupnya sudah cukup bahagia. Intinya semua ada pada diri sendiri sejauh mana manusia kuat dalam mengendalikan diri, sejauh mana iman dalam hatinya kuat dan sejauh mana peka terhadap sesuatu yang akan terjadi para diri pribadi masing-masing. Jika menginginkan dan berusaha untuk jadi orang baik maka akan baik pula ahklak pada diri manusia dan begitu pula sebaliknya, jika mudah terjerumus dan tidak segera menghindari dan mengetahui suatu hal itu buruk maka akan jadi orang yang buruk juga ahklak manusia tersebut. Isi dari SPJ tersebut dapat untuk memberikan nasihat atau cambuk bagi para pembaca agar hidup di dunia ini selalu berhati-hati dalam setiap tindakan, dengan memahami isi dari SPJ tersebut dapat dijadikan pengetahuan bahwasanya dunia ini memang sudah begini adanya, sudah rusak sejak zaman sebelum merdeka serta orang-orang yang di dalamnya sudah banyak yang tidak bermoral, sehingga para generasi muda sebagai tumpuan negara untuk menjadikan negara ini menjadi makmur, tenteram serta orang-orang yang di dalamnya menjadi tertata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian tentang SPJ telah dilakukan dan mendapatkan hasil, dan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapt disimpulkan beberapa hal sebagi berikut : 1. SPJ merupakan suatu naskah karya Ki Gedhe Mudya Sutawijaya yang berbentuk tembang macapat. Secara keseluruhan SPJ menampilkan 4 pokok bahasan yaitu Mari Gandrung, Dhemokrasi Tinuntun, Kala Dustha dan Kala Nistha. SPJ dianalisis setiap unsur-unsurnya dengan analisis struktural menggunakan strata norma berupa lapis-lapis yang meliputi: Lapis bunyi memanfaatkan sarana asonansi, aliterasi. Lapis arti memanfaatkan padan kata, tembung garba, tembung wancah, pepindhan, citra pendengaran, citra penglihatan, allegori. Lapis objek, latar dan pelaku. Lapis dunia dan Lapis metafisis. 2. Pada masa sekarang ini isi dari SPJ masih sangat relevan dengan kehidupan sekarang mengingat keadaan sosial zaman kini atau saat ini masih sama dengan keadaan zaman yang ada pada SPJ dimana keadaan negara dan tatananya yang rusak serta orang-orang yang ada di dalamnya. 3. Cara-cara mengatasi agar kita hidup di dunia ini tidak mudah terseret di dalam kedua zaman tersebut dengan cara mengendalikan hawa nafsu, jujur dalam setiap perkataan dan tindakan, sabar, memperkuat agama dan commit usereling lan waspada. mental, bergaul dengan orang yangtobaik,
109
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. SARAN Saran yang dapat diberikan kepada peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Karya-karya sastra nusantara yang sangat banyak jumlahnya dan jenisnya pun beragam perlu untuk terus digali dan diteliti, mengingat keberadaannya ada yang hampir punah serta teraibakan seiring dengan pekembangan zaman. Oleh karena itu generasi muda khususnya para peneliti hendaknya sadar untuk mencintai kebudayaan sendiri, karena di dalam karya-karya sastra tersebut tercermin gambaran yang jelas mengenai alam pikiran, adat- istiadat, kepercayaan dan sistem nilai orang pada masa lampau yang dapat kita ambil ajaran-ajarannya untuk mencapai hidup yang sempurna dan harmonis dengan lingkungan. 2. Kita hidup di dunia ini hendaknya selalu eling dan waspada kapanpun, dimanapun dan sama siapapun. Selalu ingat dan percaya dengan adanya Tuhan serta selalu hati-hati dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan di zaman yang seperti ini, memang sudah diramalkan dalam Serat Kalatidha karya Ronggowarsita tentang akan adanya zaman edan, akan tetapi kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan dengan baik supaya tidak mudah ikut ke arus serta mampu mengendalikan diri, bila manusia sudah mampu mengendalikan diri atau mengendalikan hawa nafsu maka kebahagian hidup akan tercapai.
commit to user