Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PERISTIWA POLITIK DI PARLEMEN INDONESIA TAHUN 2014 (Studi Peristiwa Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI) Yovinda Trista Yuliana Email:
[email protected] I Made Sudana Email:
[email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Abstract Many political events occur in the parliament over 2014, namely announcement of “UU No. 17 Tahun 2014 about MD3” on July 8th, “RUU Pilkada” on September 26th, and People’s Representative Council (DPR) election on October 2nd. The events are considered as information that could affect compay’s stock price on Indonesia Stock Exchange, which will be reacted by the investor if the information is relevant. So, the objective of this research is to observe stock market reaction around the announcement date of political event in the parliament of Indonesia. Event study is applied to each announcement, 310 samples for “UU No. 17 Tahun 2014 tentang MD3”, 322 samples for “RUU Pilkada”, and 284 samples for People’s Representative Council (DPR) election. Using seven days length for window event period, three days before the event, during the event, and three days after the event. By using one-sample t-test for AAR as measuring indicator, there are significant negative AAR at t+1 of the three events. Meanwhile by using CAAR as an indicator, negative result was significant only at the announcement of “UU No. 17 Tahun 2014 about MD3”, but positive significant on “RUU Pilkada” and People’s Representative Council (DPR) election. Key words:politics, parliament, event study, average abnormal return (AAR), cumulative average abnormal return (CAAR) Pendahuluan Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perekonomian negara karena dapat menyediakan sarana untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Dengan adanya pasar modal, investor dapat menginvestasikan dananya dengan harapan memperoleh pendapatan, sedangkan pihak yang memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu ketersediaan dana dari perusahaan. Investasi di pasar modal adalah salah satu alternatif investasi yang dinilai cepat mendatangkan keuntungan. Meskipun demikian, risiko yang ada di pasar modal juga besar karena banyak faktor yang dapat memengaruhi pendapatan saham yang diperdagangkan. Harga saham perusahaan publik yang diperdagangkan di pasar modal dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan yang bersangkutan. Faktor eksternal dapat berupa faktor ekonomi maupun non ekonomi. Walaupun faktor non ekonomi tidak terkait secara langsung dengan dinamika yang terjadi di pasar modal, tetapi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas bursa efek. Faktor non ekonomi seperti isu mengenai lingkungan 14
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
hidup, hak asasi manusia, serta politik juga dapat memicu fluktuasi harga saham. Semakin pentingnya peran bursa efek dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa efek semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Peristiwa politik merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kondisi perekonomian suatu negara. Stabilitas politik yang diimbangi dengan stabilitas ekonomi akan membuat investor optimis dalam menginvestasikan dananya di pasar modal negara yang bersangkutan. Sementara itu, adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas negara cenderung mendapat respon negatif dari investor. Oleh karena itu, ekspektasi investor terhadap peristiwa politik yang terjadi akan tercermin melalui fluktuasi harga saham di bursa efek. Fluktuasi harga saham di BEI tidak dapat dipisahkan dari fenomena politik yang terjadi di Indonesia. Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia, mengingat berbagai peristiwa politik terjadi dalam tahun tersebut. Pada tahun 2014, Indonesia menyelenggarakan pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden beserta wakilnya. Namun, setelah euphoria kemenangan pihak yang terpilih, lahirlah beberapa aturan baru yang masih terkait dengan mekanisme pelaksanaan sistem parlemen di Indonesia melalui UU No. 17 tentang MD3 dan RUU Pilkada yang semuanya tidak terlepas dari pro dan kontra masyarakat. Adanya pro dan kontra menunjukkan bahwa masyarakat memberikan reaksi beragam terhadap peristiwa politik dalam negeri tersebut. Peristiwa politik tersebut akan menyebabkan IHSG berfluktuasi. IHSG pada Kamis, 25 September 2014 ditutup pada level 5.200. Sementara itu, IHSG mengalami penurunan ke level 5.134,03 tepat di saat ditetapkannya RUU Pilkada, yaitu Jumat, 26 September 2014. Keputusan sidang paripurna DPR yang menghapus pelaksanaan Pilkada langsung disambut negatif oleh pelaku pasar yang ditunjukkan oleh turunnya IHSG ke level 5.132,563. Namun sisi lain, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sibarani (2014) menyatakan bahwa terpuruknya IHSG pada hari ditetapkannya RUU Pilkada tidak akan berlangsung lama. Dari hal tersebut, muncul pertanyaan apakah adanya regulasi terkait parlemen tersebut berpengaruh terhadap sentimen pasar? dan apakah kedua peristiwa politik di parlemen Indonesia lainnya yang terjadi di tahun 2014, yaitu UU No. 17 tentang MD3 dan pemilihan pimpinan DPR juga akan direspon oleh pasar? Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014 yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR ? Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Teori Efisiensi Pasar Pasar yang efisien dapat terjadi jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2013:547). Sementara itu, menurut Reilly dan Norton (2003:303), “an efficient capital market is a market in which security prices adjust rapidly to the arrival of new information and, therefore, the current prices of securities reflect all information about the security”. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa fluktuasi harga sekuritas tergantung pada informasi yang diterima pasar. Hal terpenting untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Fama (1970) dalam Jogiyanto (2013:548) membedakan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH) berdasarkan ketersediaan informasi, yaitu:
15
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), menunjukkan bahwa harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi masa lalu, seperti harga pasar historis dan volume perdagangan saham. Berdasarkan bentuk ini, harga-harga masa lalu tidak dapat digunakan dalam memprediksi harga sekarang oleh investor untuk mendapatkan abnormal return. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), menyatakan bahwa harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan secara cepat. Bentuk efisiensi ini diuji dengan melihat apakah terjadi penyesuaian harga saat informasi diumumkan. Informasi yang dimaksud dalam bentuk ini, selain informasi yang berlaku pada efisiensi pasar bentuk lemah, informasi publik seperti pengumuman dividen, stock split, isu ekonomi, isu politik, dan lain-lain. Dalam pasar bentuk ini, tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal return dalam waktu yang lama. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), menyatakan bahwa harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi publik maupun informasi yang privat. Berdasarkan pasar bentuk ini, tidak ada investor yang dapat memonopoli akses informasi yang relevan bagi pembentukan harga saham sehingga tidak ada informasi yang dapat digunakan untuk memperoleh abnormal return. Pendapatan Saham Pendapatan saham merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa pendapatan saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi saham (Jogiyanto, 2013:235). Pendapatan saham dapat dibedakan menjadi actual return dan expected return. Sementara itu, selisih antara actual return dengan expected return merupakan abnormal return. Masingmasing jenis pendapatan saham tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Actual return, merupakan pendapatan sebenarnya dari investasi yang terdiri atas capital gain dan atau dividen. 2. Expected return, merupakan pendapatan yang diharapkan atas investasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan market adjusted model untuk menghitung expected return. Berdasarkan model ini pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas yang diestimasi sama dengan pendapatan pasar. 3. Abnormal return, adalah selisih antara pendapatan yang sesungguhnya didapat investor dengan pendapatan yang diharapkan investor . Pengujian abnormal return tidak dilakukan pada masing-masing saham, melainkan secara agregat dengan menguji seluruh saham untuk masing-masing hari perdagangan di sekitar tanggal peristiwa. Selanjutnya, menghitung CAAR yang merupakan akumulasi AARt mulai dari hari pertama sampai hari ke-t selama periode uji. Reaksi Pasar terhadap Faktor Eksternal Perusahaan Menurut teori pasar efisien bentuk semi kuat, reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham hingga memicu perubahan pendapatan saham yang mencolok pada saat pengumuman peristiwa tertentu. Dengan menggunakan abnormal return untuk mengukur reaksi pasar, maka suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return yang signifikan kepada investor, dan sebaliknya. Harga pasar saham perusahaan publik dapat mencerminkan nilai perusahaan yang bersangkutan. Namun harga pasar saham suatu perusahaan di pasar modal tidak hanya 16
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain (Sudana, 2011:9). Peristiwa-peristiwa politik di parlemen dapat memengaruhi pelaksanaan fungsi penganggaran dan pengawasan yang menjadi tugas DPR. Hal ini dapat memperlancar ataupun menghambat pelaksanaan program-program yang telah direncanakan oleh pemerintah, termasuk program ekonomi. Adanya informasi positif bahwa peristiwa terkait politik di parlemen tersebut diekspektasikan dapat memperlancar pelaksanaan program ekonomi pemerintah, maka akan mendorong investor untuk melakukan pembelian saham, sehingga harga saham akan naik. Sementara itu, jika terjadinya peristiwa politik di parlemen merupakan informasi negatif bagi investor, maka akan berdampak pada turunnnya harga saham karena investor menilai situasi politik di parlemen Indonesia akan memberikan ketidakpastian di pasar dan turut mengancam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adanya spekulasi dari investor tersebut akan berpengaruh pada harga saham perusahaan di pasar modal Indonesia. Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai reaksi pasar terhadap peristiwa politik sudah pernah beberapa kali dilakukan sebelumnya, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Angelovska (2011) yang membahas pengaruh peristiwa politik “name issue” terhadap Macedonian Stock Exchange (MSE). Permasalahan “name issue” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perdebatan terhadap penggunanaan nama Macedonia antara Yunani dan Republik Macedonia. Dalam penelitian tersebut, tiga peristiwa terkait “name issue” diamati menggunakan event study dengan periode uji selama 11 hari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dua dari tiga peristiwa politik yang diteliti menunjukkan adanya abnormal return yang signifikan, khususnya pada peristiwa kedua yang menunjukkan adanya abnormal return negatif signifikan beberapa hari sebelum pengumuman peristiwa, sedangkan satu peristiwa politik yang lainnya tidak menunjukkan adanya abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. Sementara itu, Chen, et al (2005) meneliti dampak sembilan peristiwa politik selama tahun 1996-2002 terhadap pendapatan saham Qualified Foreign Institution Investor di Taiwan. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 100 perusahaan yang dibagi ke dalam dua subgroup, yaitu 50 perusahaan dengan high-Qualified Foreign Institution Investor portofolio dan 50 perusahaan dengan low-Qualified Foreign Institution Investor portofolio. Dengan menggunakan market adjusted, didapatkan hasil adanya abnormal return signifikan selama periode uji. Penelitian lainnya dilakukan oleh Liargovas dan Repousis (2010) yang meneliti mengenai reaksi pasar saham 11 perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Athena Stock Exchange terhadap tiga peristiwa terorisme internasional, yaitu penyerangan di New York pada 11 September 2001, pengeboman kereta di Madrid pada 11 Maret 2004, dan pengeboman kereta di London pada 7 Juli 2005. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan event study dengan menggunakan market model. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya peristiwa penyerangan di New York pada 11 September 2001 yang direspon pasar secara signifikan, karena terdapat abnormal return negatif signifikan di sekitar tanggal peristiwa, terutama pada hari-hari sebelum peristiwa terjadi. Namun, tidak terdapat abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa pengeboman kereta di Madrid. Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Ananto (2014) yang meneliti pengaruh pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 terhadap pasar memberikan hasil penelitian bahwa peristiwa tersebut tidak berpengaruh pada abnormal return, tetapi berpengaruh signifikan terhadap trading volume activity. Beberapa hasil penelitian terdahulu 17
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
menunjukkan hasil yang beragam, dan penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik, yaitu peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014 Studi Peristiwa Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mac Kinlay (1997) bahwa “An event study measures the impact of a specific event on the value of a firm”. Studi peristiwa digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat, karena dengan studi peristiwa, maka dapat diamati reaksi pasar atas peristiwa yang informasinya dipublikasikan dan menguji kandungan informasi dari pengumuman tersebut. Definisi lain menyatakan bahwa “Initially event studies were undertaken to examine whether markets were efficient, in particular, how fast the information was incorporated in share price” (Elton dan Gruber, 1995:427). Studi peristiwa mempelajari pengaruh suatu peristiwa terhadap harga saham di pasar, baik sebelum, pada saat, maupun setelah terjadinya peristiwa. Dengan demikian, dapat dilihat apakah harga saham akan meningkat atau menurun setelah terjadinya peristiwa atau mungkin harga saham sudah terpengaruh sebelum terjadinya peristiwa tersebut. Reaksi pasar dapat dilihat dari adanya perubahan harga saham yang berdampak pula pada pendapatan saham. Reaksi tersebut dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka akan terjadi abnormal return yang signifikan, dan sebaliknya. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat reaksi pasar saham yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014. Metode Penelitian Prosedur Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Sampel penelitian adalah saham perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2014. 2. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak mengeluarkan pengumuman corporate action pada periode uji. 3. Saham perusahaan sampel aktif diperdagangkan selama periode uji. Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel 1. Average abnormal return (AAR), merupakan rata-rata pendapatan abnormal saham harian dari seluruh sampel selama 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari sesudah peristiwa yang diperoleh dari persamaan berikut: AAR = ∑
………………………………………..…………………………………………… ……….(1)
18
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Keterangan: AAR : average abnormal return pada periode ke-t : abnormal return sekuritas i pada periode ke-t AR N : jumlah sekuritas yang menjadi sampel 2. Cumulative average abnormal return (CAAR), merupakan jumlah dari AAR pada periode uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa, yang diperoleh dari persamaan berikut: CAAR = ∑ AAR ………………………………………………………………………………….… ……..(2) Keterangan: CAAR : cumulative average abnormal return pada periode ke-t AAR : average abnormal return pada periode ke-t, yaitu mulai awal periode peristiwa sampai periode ke-t T : periode uji Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Analisis dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tanggal terjadinya event (t0), yaitu: a) Pengumuman UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3: 8 Juli 2014. b) Pengumuman RUU Pilkada: 26 September 2014. c) Pemilihan pimpinan DPR: 2 Oktober 2014. 2. Menentukan periode uji, yaitu selama 7 hari kerja bursa untuk masing-masing peristiwa, yaitu 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa. Namun, terdapat pengecualian untuk pengumuman RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR yang tanggal terjadinya berdekatan. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antar peristiwa, maka periode uji pengumuman RUU Pilkada adalah 3 hari sebelum, 1 hari saat, dan 2 hari setelah peristiwa, sedangkan periode uji untuk pemilihan pimpinan DPR adalah 1 hari sebelum, 1 hari saat, dan 3 hari setelah peristiwa. 3. Menghitung actual return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus: R, = ,
,
……………………………………………………….....………………………….
,
………(3) Keterangan: R , : actual return P , : harga sekuritas i pada periode ke-t P , : harga sekuritas i pada periode t-1 4. Menghitung market return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus: R = ( ) …………………………………….....……….....…………………………. ……….(4) 19
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Keterangan: R : return indeks pasar pada periode ke-t IHSG : nilai indeks pasar pada periode ke-t IHSG : nilai indeks pasar pada periode sebelum ke-t 5. Menghitung expected return selama periode uji masing-masing peristiwa menggunakan market adjusted model dengan rumus: E(R ) = R ……….…………………………………….....……….....………………………….……...( 5) Keterangan: E(R ) : expected return sekuritas ke-i pada periode ke-t R : return indeks pasar pada periode ke-t 6. Menghitung abnormal return selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus: AR = R − E(R )………………………………………………….....…………………………….… …(6) Keterangan: : abnormal return sekuritas i pada periode ke-t AR R : actual return sekuritas i pada periode ke-t E(R ) : expected return sekuritas i pada periode ke-t 7. Menghitung AAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (1). 8. Menguji hipotesis terhadap AAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test. a) Merumuskan hipotesis statistik: H0: AARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. H1: AARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%. c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS: H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat AARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat AARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. 9. Menghitung CAAR selama periode uji masing-masing peristiwa dengan rumus (2). 10. Menguji hipotesis terhadap CAAR masing-masing peristiwa dengan one-sample t-test. a) Merumuskan hipotesis statistik: H0: CAARt = 0, tidak terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. H1: CAARt ≠ 0, terdapat AARt di sekitar tanggal peristiwa. b) Menentukan tingkat signifikansi, yaitu α = 5%. c) Menetapkan kriteria diterima atau ditolaknya H0 dengan bantuan program SPSS: H0 diterima jika hasil signifikansi nilai t ≥ 0,05 berarti tidak terdapat CAARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. 20
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
H0 ditolak jika hasil signifikansi nilai t < 0,05 berarti terdapat CAARt yang signifikan di sekitar tanggal peristiwa. 11. Membandingkan hasil uji ketiga peristiwa secara deskriptif untuk melihat konsistensi reaksi pasar terhadap masing-masing peristiwa dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang sahamnya terdaftar di BEI tahun 2014. Berdasarkan prosedur penentuan sampel yang dikemukakan pada Bab 3, maka diperoleh sampel sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Sampel Penelitian Peristiwa Politik di parlemen Tanggal No. Indonesia Tahun 2014 Peristiwa 1. Penetapan UU No. 17 tahun 2014 8 Juli tentang MD3 2. Penetapan RUU Pilkada 26 September 3. Pemilihan pimpinan DPR periode 2 Oktober 2014-2019 Sumber: data diolah
Jumlah Sampel 310 322 284
Tabel 2 menyajikan average actual return, expected return, average abnormal return, dan cumulative average abnormal return saham perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama periode uji. Tabel 2 Average Actual Return, Expected Return, Average Abnormal Return, dan Cumulative Average Abnormal Return Perusahaan Sampel pada saat Periode Uji
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa mayoritas average actual return pada periode uji peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan angka positif dengan nilai average actual return tertinggi terjadi pada t-1 sebesar 0,0073, sedangkan average 21
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
actual return terendah terjadi pada t0 dengan nilai -0,0050. Untuk nilai expected return, mayoritas juga didominasi oleh angka positif dengan nilai tertinggi terjadi pada t-1 sebesar 0,0170, sedangkan expected return terendah terjadi pada t+2 dengan nilai -0,0128. Nilai CAAR sebagian besar juga menunjukkan angka negatif. Perhitungan nilai CAAR yang mayoritas negatif mengindikasikan bahwa penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU MD3 merupakan bad news bagi investor. Nilai average actual return pada peristiwa penetapan RUU Pilkada yang menggunakan periode uji sepanjang enam hari, terdapat nilai average actual return negatif dan positif yang seimbang, yaitu tiga hari bernilai positif dan tiga hari bernilai negatif. Average actual return tertinggi sebesar 0,0054 terjadi pada t-1, sedangkan average actual return terendah bernilai -0,0139 terjadi pada saat t0. Hal yang sama ditunjukkan oleh nilai tertinggi expected return yang juga terjadi pada t-1 sebesar 0,0053 dan expecetd return terendah sebesar -0,0132 yang terjadi pada t0, dan expected return mayoritas bernilai negatif. Serupa dengan average actual return yang memiliki nilai negatif dan positif yang seimbang, begitu pula AAR. Nilai AAR tertinggi sebesar 0,0072 terjadi pada t-2, sedangkan nilai AAR terendah terjadi pada t+1 sebesar -0,0053. Sementara itu, nilai CAAR justru sebagian besar bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0050 pada t-1 dan nilai terendah sebesar 0,0023 pada t-3. Pada periode uji peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai average actual return mayoritas bernilai positif, dengan average actual return tertinggi sebesar 0,0104 yang terjadi pada t+3, sedangkan average actual return terendah dengan nilai sebesar -0,0207 terjadi pada t0. Nilai expected return sebagian besar bernilai positif dengan nilai tertinggi sebesar 0,0103 terjadi pada t-2, sedangkan expected return terendah, sama seperti average actual return terendah, juga terjadi pada t0 senilai -0,0273. Sama halnya dengan average actual return dan expected return, nilai AAR sebagian besar juga bernilai positif. AAR tertinggi terjadi pada t0, yaitu sebesar 0,0066, sedangkan AAR terendah sebesar -0,0096 terjadi pada t+2. Hal tersebut mendukung nilai CAAR yang mayoritas bernilai positif dengan CAAR tertinggi yang terjadi pada t0, yaitu sebesar 0,0090, sedangkan CAAR terendah yang terjadi pada t+2 sebesar 0,0048. Analisis Variabel Penelitian Pada Tabel 3 disajikan hasil perhitungan AAR dan hasil uji signifikansi perusahaan sampel untuk ketiga peristiwa politik di parlemen Indonesia.
Peristi wa
Hari t-3 t-2 t-1 t0
Tabel 3 Nilai AAR dan Hasil Uji Signifikansi Penetapan UU Pemilihan Penetapan RUU No. 17 tahun 2014 Pimpinan DPR Pilkada tentang MD3 periode 2014-2019 Sig. Sig. Sig. AAR (2AAR (2AAR (2tailed) tailed) tailed) 0,0077* 0,000 -0,0023 0,220 -0,0026 0,295 0,0072* 0,000 0,0096* 0,000 0,0001 0,965 0,0024 0,155 0,0121* 0,000 -0,0007 0,700 0,0066* 0,000 22
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana t+1
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
0,0098*
0,000
0,0053*
0,004
t+2 0,0080* 0,000 0,0024 t+3 0,0018 0,314 *Signifikansi pada tingkat α = 5% Sumber: data diolah
0,163 -
0,0043* 0,0096* 0,0039
0,045 0,000 0,050
Pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, hanya terdapat dua hari nilai AAR positif yang signifikan, yaitu terjadi pada t-3 dan t+2, sedangkan nilai AAR negatif signifikan terjadi selama 3 hari, yaitu pada t-1 sampai dengan t+1. Pada pengumuman penetapan RUU Pilkada hanya terdapat dua AAR yang signifikan, yaitu AAR positif pada t-2 dan AAR negatif pada t+1. Pada peristiwa pemilihan pimpinan DPR, nilai AAR positif signifikan tejadi pada t0. Selain itu, juga terdapat nilai AAR negatif signifikan pada t+1 dan t+2. 0.010
AAR Peristiwa Penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3
0.005 0.000 t-3
t-2
t-1
t0
t+1
t+2
AAR Peristiwa Penetapan RUU Pilkada
t+3
-0.005
AAR Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 20142019
-0.010 -0.015
Gambar 1: Pergerakan Nilai AAR Selama Periode Uji Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa AAR mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu terjadi penurunan nilai, terutama pada saat dan setelah terjadinya peristiwa. Selama periode uji, nilai AAR tertinggi terjadi pada t-3 sebelum pengumuman penetapan UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 sebesar 0,0077, sedangkan nilai AAR terendah terjadi pada t0, yaitu saat diumumkannya penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 dengan AAR senilai -0,0121. Hasil analisis reaksi pasar saham terhadap peristiwa politik di parlemen Indonesia tahun 2014 yang diukur dengan CAAR disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Nilai CAAR dan Hasil Uji Signifikansi Peristi wa
Penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3
Hari
CAAR
t-3 t-2
0,0077* 0,0052
Sig. (2tailed) 0,000 0,092
Penetapan RUU Pilkada
CAAR -0,0023 0,0049
Sig. (2tailed) 0,220 0,029
Pemilihan Pimpinan DPR periode 20142019 Sig. CAAR (2tailed) 23
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015 * 0,0050
t-1 t0
-0,0044 0,319 0,0166* 0,000 0,0043 t+1 0,0264* 0,000 -0,0010 t+2 0,0183* 0,002 0,0014 t+3 -0,0166 0,008 *Signifikansi pada tingkat α = 5% Sumber: data diolah
0,127
0,155
0,225
0,0025 0,0090 *
0,809
0,0048
0,085
0,722 -
-0,0048 -0,0009
0,125 0,766
0,000
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa pada pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 menunjukkan nilai CAAR negatif signifikan sejak t-1 sampai dengan t+2, sementara itu, hanya terdapat satu hari pengujian yang menunjukkan adanya AAR positif signifikan, yaitu pada t-3. Pada peristiwa penetapan RUU Pilkada, hanya terdapat nilai CAAR positif signifikan pada t-2. Artinya terdapat kebocoran informasi sebelum peristiwa tersebut terjadi. Pada pengumuman pemilihan pimpinan DPR terdapat nilai CAAR positif signifikan hanya pada t0. Nilai CAAR positif tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kandungan informasi yang dianggap sebagai sinyal positif oleh investor, sehingga terjadinya peristiwa tersebut direspon positif. 0.015 0.010 0.005 0.000 -0.005 -0.010 -0.015 -0.020 -0.025 -0.030
t-3
t-2
t-1
t0
t+1
t+2
t+3
CAAR Peristiwa Penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 CAAR Peristiwa Penetapan RUU Pilkada CAAR Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019
Gambar 2: Pergerakan Nilai CAAR Selama Periode Uji Pergerakan nilai CAAR selama periode uji pada Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai CAAR pada pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 mempunyai nilai CAAR negatif yang paling ekstrim dengan nilai terendah sebesar -0,0264 pada t+1 setelah pengumuman peristiwa, sedangkan nilai CAAR tertinggi terjadi pada saat terjadinya pengumuman pemilihan pimpinan DPR sebesar 0,0090.. Pembahasan Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan UU No. 17 Tahun 2014 tentang UU MD3 Adanya reaksi yang ditunjukkan oleh nilai AAR yang signifikan sebelum pengumuman mengenai UU MD3 tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kebocoran informasi yang telah diterima oleh investor sebelum peraturan tersebut ditetapkan. Nilai AAR negatif signifikan yang terjadi sejak t-1 sampai dengan t+2 berarti bahwa kandungan 24
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
informasi yang diperoleh pasar dari pengumuman peristiwa tersebut direspon pasar dengan cepat. Adapun nilai AAR negatif signifikan terjadi karena investor menilai bahwa kebijakan tersebut dianggap sebagai upaya pihak Koalisi Merah Putih, untuk menguasai parlemen dan memperkuat posisi kekuasaannya di keparlemenan karena tidak berhasil menguasai pemerintahan yang telah dipimpin oleh pihak Koalisi Indonesia Hebat. Undang-undang yang intinya menerangkan bahwa perwakilan dari partai yang menjadi pemenang suara terbanyak dalam pemilu legislatif tidak lagi secara otomatis menjadi ketua DPR, melainkan akan dipilih dengan voting berdasarkan paket yang bersifat tetap dalam musyawarah DPR. Akibat dari perubahan ketentuan tersebut adalah terjadinya pelanggaran terhadap prinsip keterwakilan rakyat. Rakyat yang memilih wakil yang dicalonkan dari masing-masing partai di pemilihan legislatif dengan dasar UU MD3 versi UU No. 27 tahun 2009 beranggapan bahwa wakil dari partai pemenang pemilu legislatif yang akan menjabat pimpinan DPR secara proporsional berdasarkan urutan perolehan jumlah kursi masingmasing partai politik. Prinsip keterwakilan berdasarkan jumlah kursi tersebut merepresentasikan konfigurasi peringkat pilihan rakyat. Pasar menyambut negatif penetapan UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 sebagai revisi dari undang-undang sebelumnya, karena dianggap mengubah prinsip keterwakilan rakyat. Undang-undang baru tersebut mengatur pengambilan keputusan dalam menentukan pimpinan DPR didasarkan pada musyawarh mufakat, dan apabila tidak terpenuhi, maka dilakukan sistem voting berdasarkan paket bersifat tetap. Hal ini menjadikan suara rakyat tidak berpengaruh terhadap penentuan keterwakilannya dalam komposisi kepemimpinan DPR, sehingga wakil pilihan rakyat tidak bisa turut menjalankan fungsi utama DPR, yaitu fungsi legislasi, fungsi penganggaran, dan fungsi pengawasan. Pergerakan CAAR selama periode uji yang secara mayoritas menunjukkan angka negatif signifikan pada t0 hingga t+2 disebabkan karena sebagian besar AAR pada periode uji bernilai negatif. Terjadinya nilai CAAR negatif signifikan secara terus-menerus dikarenakan informasi yang diperolah pasar mengandung sinyal negatif. Pasar tidak mendukung diberlakukannya ketetapan baru dalam UU No.17 tahun 2014 tentang MD3 yang dianggap tidak pro rakyat. Hal ini membuat pasar merasa khawatir aspirasinya tidak terwakili, mengingat pimpinan DPR yang terpilih bukan sebagai wakil pilihan mayoritas masyarakat. Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Penetapan RUU Pilkada Pergerakan AAR selama enam hari periode uji menunjukkan bahwa jumlah AAR positif dan negatif cukup seimbang, yaitu masing-masing selama tiga hari pengujian. Nilai AAR positif signifikan terjadi pada t-2 dan nilai AAR negatif signifikan terjadi pada t+1. Hal ini menunjukkan bahwa investor awalnya bereaksi positif terhadap ditetapkannya RUU Pilkada, karena diberlakukannya RUU Pilkada yang mengatur bahwa pemilihan kepala daerah tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala daerah, melainkan dipilih oleh DPRD tingkat provinsi, dianggap akan dapat lebih menghemat biaya daripada melakukan pemilihan secara langsung. Namun kemudian, pasar bereaksi negatif terhadap peristiwa tersebut. Hal ini karena aksi walkout dari 129 kader Partai Demokrat yang diketuai oleh Presiden RI pada masa itu, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada awalnya terlihat seperti mendukung kedaulatan rakyat, tetapi pada akhirnya walkout tersebut dinilai sebagai sikap tidak konsisten dengan keputusan awal untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat. Selain itu, pasar beranggapan bahwa pemilihan kepala daerah secara tidak langsung, justru akan memberikan peluang bagi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang lebih besar dan akan menghambat pembangunan perekonomian negara. 25
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Nilai CAAR yang hanya signifikan pada t-2 dengan nilai positif mengindikasikan bahwa telah terjadi kebocoran informasi. Hal tersebut dapat saja terjadi karena jauh sebelum penetapan RUU Pilkada tersebut, sudah banyak media yang memuat informasi bahwa RUU tersebut akan segera ditetapkan dalam rapat paripurna tanggal 25 September 2014 (nasional.kompas.com). Namun demikian, hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai AAR mayoritas tidak signifikan pada hari-hari berikutnya. Hal tersebut dikarenakan investor menilai bahwa pengumuman tersebut kurang relevan dalam mengambil keputusan jual beli saham di pasar modal. Kecenderungan nilai CAAR selama periode uji yang tidak signifikan disebabkan oleh perubahan nilai AAR yang relatif kecil dari hari ke hari selama periode uji. Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019 Berdasakan hasil analisis Tabel 3, nilai AAR signifikan berfluktuatif selama periode uji atas terjadinya peristiwa pemilihan pimpinan DPR, yaitu dari positif menjadi negatif. Terdapat AAR positif signifikan pada t0, namun kemudian pasar bereaksi negatif karena terdapat AAR negatif signifikan pada t+1 dan t+2. Adanya respon yang beragam dan tidak konsisten tersebut mengindikasikan bahwa pasar masih belum yakin dengan kualitas para pimpinan DPR yang terpilih untuk periode 2014-2019. Pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 yang telah menganut aturan yang tercantum dalam UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3, dilakukan dengan memilih paket calon pimpinan DPR yang terdiri dari seorang ketua dan empat orang wakil. Selanjutnya, pimpinan DPR akan dipilih dari paket calon pimpinan DPR yang tersedia melalui musyawarah. Dalam pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 tersebut hanya tersedia satu paket dari pihak Koalisi Merah Putih yang terdiri dari enam fraksi, yaitu Fraksi Partai Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PPP, dan, Demokrat, sedangkan pihak Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari fraksi PDIP, PKB, Partai Nasdem, dan Partai Hanura gagal mengajukan calonnya. Akibatnya, pimpinan DPR terpilih secara aklamasi karena hanya terdapat satu paket yang terdaftar sebagai calon pimpinan DPR. Munculnya reaksi positif, yang ditunjukkan oleh nilai AAR dan CAAR yang positif singnifikan pada t0 karena pasar mempunyai pengharapan yang baik bahwa dengan bergantinya pimpinan DPR, maka akan ada hubungan yang lebih baik dan bersinergi dengan pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan, APBN, dan lain-lain dapat dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik pula. Namun kemudian, reaksi tersebut berubah menjadi reaksi negatif yang ditunjukkan oleh AAR negatif signifikan pada t+1 hingga t+2. Hal ini karena pasar beranggapan bahwa terpilihnya pimpinan DPR dari pihak Koalisi Merah Putih, dikhawatirkan akan menghambat program-program dan kebijakan-kebijakan yang telah direncanakan oleh pemerintah yang terpilih dari Koalisi Indonesia Hebat. Oleh karena itu, pelaku pasar cendeung berhati-hati dalam menginterpretasikan informasi terkait pimpinan DPR tersebut, sehingga berakibat pada tidak konsistennya reaksi dari pasar. Meskipun terdapat nilai CAAR positif signifikan pada t0, tetapi pada hari-hari selanjutnya menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa informasi mengenai pemilihan pimpinan DPR direspon dengan cepat oleh pasar tepat pada saat peristiwa tersebut terjadi, namun pada hari-hari berikutnya informasi tersebut sudah dianggap tidak relevan lagi dalam menentukan keputusan investasi di pasar modal. Perbandingan Reaksi Pasar Saham terhadap Peristiwa Politik di Parlemen Indonesia Tahun 2014 Secara Deskriptif Terdapat reaksi yang tidak sama pada t0 masing-masing peristiwa politik di parlemen Indonesia pada tahun 2014. Dengan menggunakan AAR sebagai indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, ketiga peristiwa 26
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
tersebut secara konsisten direspon negatif oleh pasar pada satu hari setelah terjadinya peristiwa (t+1). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi yang dianggap sebagai sinyal negatif oleh pasar, umumnya sehari setelah peristiwa, sehingga pasar juga memberikan reaksi negatif. Apabila dilihat dari nilai CAAR sebagai indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap terjadinya peristiwa politik di parlemen Indonesia, pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 secara konsisten terdapat CAAR negatif signifikan pada t0 sampai dengan t+2, dan hanya terdapat satu hari pengujian terdapat nila CAAR positif signifikan, yaitu pada t-3. Mayoritas nilai CAAR negatif signifikan pada peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pasar telah yakin dengan kandungan informasi negatif dari terjadinya peristiwa tersebut. Sementara itu, pada dua peristiwa lainnya, yaitu penetapan RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR, terdapat reaksi positif signifikan pada satu hari pengujian. Simpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 tanggal 8 Juli 2014, yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang sebagian besar bernilai negatif signifikan. 2. Terdapat reaksi pasar di sekitar tanggal pengumuman penetapan RUU Pilkada tanggal 26 September 2014, yang ditunjukkan oleh nilai AAR maupun CAAR yang positif signifikan pada satu hari pengujian, yaitu pada t-2. 3. Terdapat reaksi pasar atas pengumuman pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019, yang ditunjukkan oleh AAR dan CAAR yang bernilai positif signifikan pada t0. 4. Berdasarkan nilai AAR, terdapat reaksi yang tidak sama pada t0, sedangkan pada t+1 samasama terdapat reaksi negatif signifikan. Demikian juga, nilai CAAR pada peristiwa penetapan UU No. 17 tahun 2014 tentang MD3 direspon negatif signifikan oleh pasar di sekitar tanggal terjadinya peristiwa, sedangkan peristiwa penetapan RUU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR direspon positif signifikan. Daftar Pustaka Ananto, Dedy. 2014. Pengaruh Pemilu Legislatif Terhadap Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Saham Di Jakarta Islamic Index. Skripsi Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta. Angelovska, Julijana. 2011. The Impact of Political Events – “Name Issue” on an Emerging Macedonian Stock Market. Journal of Public Administration and Governance, Vol.1, No. 2. Bursa Efek Indonesia. 2013. Pengumuman Dividen dan Corporate Action Emiten Indonesia. Website Online. (http://www.idx.co.id, diakses pada 11 Oktober 2014) Chen, Dar-Hsin, et al. 2005. The Impacts of Political Event on Foreign Institutional Investor and Stock Returns: Emerging Market Evidence from Taiwan. International Journal of Business, Vol. 10 No. 2. Elton, Edwin J. and Martin J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment Analysis. Fifth edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
27
Yovinda Trista Yuliana I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, Oct 2015
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto, H. M. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE. Jones, Charles P. 2002. Investments: Analysis And Management. Eighth edition. United States of America: Jhon Willeyand Sons, Inc. Kritzman, Mark P. 2012. What Practitioners Need to Know about Event Studies. Financial Analysts Journal/November-December 1994. Lehander, Sofia and Frida Lönnqvist. 2011. Parliamentary Elections Impact on Stock Market Return. Stockholm School of Economics. Liargovas, Panagiotis and Spyridon Repousis. 2010. The Impact of Terrorism on Greek Banks’ Stocks: An Event Study. International Research Journal of Finance and Economics, 51 (2010). Lind, et al. 2007. Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Terjemahan oleh Chriswan Sungkono. 2007. Jakarta: Salemba Empat. MacKinlay, A. Craig. 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of Economic Literature, Vol. 35, No. 1.(Mar, 1997), pp. 13-39. Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investments & Management of Portofolios. Tenth edition.South-Western, Canada. Reilly, Frank K. and Edgar A. Norton. 2003. Investment. Sixth edition.South-Western, Canada. Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). 2014. Jakarta. Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Jakarta. Schweitzer, Robert. 1989. How Do Stock Return Reacts to Special Events? Research Departement of the Federal Reserve Bank of Philadelphia. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga. Yuwono, Andri. 2013. Reaksi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia terhadap Pengumuman Peristiwa Bencana Banjir yang Melanda Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013. Jurnal Nominal, Vol. 2, No. 2.
28