PERAYAAN HARI KELAHIRAN BHAGAVAN SRI SATHYA SAI BABA TAHUN 2011
“YOUR LIFE IS MY MESSAGE” Hidupmu adalah pesanKu
Om Sai Ram Tahun ini merupakan tahun pertama, dimana kita tidak lagi merayakan hari ulang tahun Bhagavan yang biasanya kita istimewakan bersama Beliau secara fisik, dan tentu menjadi tahun pertama juga buat kita untuk merayakan hari kelahiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba. Masih kuat dalam ingatan kita pesan Beliau terkait dengan perayaan hari ulang tahun. Beliau mengatakan, “hari ulang tahunKu, adalah hari ketika Ketuhanan mekar dihatimu”. Beliau mengingatkan sekaligus memberi ruang bagi kita untuk membangun dan merasakan kebahagiaan yang sempurna tidak hanya setiap tahun sekali, tapi disetiap tarikan nafas kita dengan catatan, kita harus selalu memekarkan kasih di hati kita dan selalu terjaga dalam kesadaran Tuhan. Bhagavan memang secara fisik tidak bersama kita lagi, tapi nama Beliau sendiri telah memberikan jaminan akan selalu mendampingi kita selamanya. Tugas kita hanya menghentikan pencarian keluar (SEE-K) dengan mengalihkan pandangan ke dalam diri (SEE). SAI = SEE ALWAYS INSIDE (selalu melihat ke dalam diri). Tahun ini juga menjadi momentum peralihan yang penting bagi kita semua, mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua harus mentransformasi kesadaran kita, berangkat dari kesadaran fisik menuju kesadaran Atma. Itulah perjalanan spiritual. Perjalanan yang memberangkatkan para bhaktaNya dari pandangan I (saya) menuju WE (kita), kemudian dari WE (kita) menuju HE (Dia / Bhagavan). Perjalanan yang memberangkatkan kita dari VIYOGA (ketidaksatuan) menuju YOGA (kesatuan), dari VYASTHI (partikular) menuju SAMASTHI (universal), dan dari RITUAL menuju SPIRITUAL. Karena itulah, organisasi Sai Indonesia, ingin mengisi jiwa dari momentum yang berharga ini melalui serangkaian perayaan hari kelahiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba dengan mengusung tema :
“YOUR LIFE IS MY MESSAGE” Hidupmu adalah pesanKu URAIAN TEMA Tema ini dibentuk oleh empat dasar kata :
YOUR LIFE
: adalah kita sebagai manusia, makhluk ciptaanNya yang sempurna
MY
: adalah Bhagavan Sri Sathya Sai Baba sendiri sebagai Sad Guru dan sumber segala-galanya bagi kita
MESSAGE
: Pesan / wacana (tersirat / tersurat) yang telah diwariskan oleh Bhagavan.
: Kehidupan kita yang terikat oleh dimensi ruang ( desa) dan waktu (kala) yang perubahannya selalu membentuk keadaan baru (patra)
Uraian singkatnya , BAGAIMANA KITA DAPAT MENJADIKAN / MENJALANKAN KEHIDUPAN KITA SESUAI DENGAN PESAN-PESAN YANG TELAH BHAGAVAN WARISKAN KEPADA KITA SEMUA. Tema ini dihadirkan sebagai suatu isyarat bahwa, setelah 86 tahun Bhagavan mendampingi kita secara fisik, tentu begitu banyak PESAN yang telah tersampaikan sebagai dasar bagi seseorang memahami esensi kehidupannya (jnatum), begitu banyak DHARSAN yang telah beliau berikan untuk menguatkan keyakinan, kesadaran dan eksistensi seseorang sebagai makhluk ciptaaNya yang sempurna (drastum), serta begitu banyak contoh dan PENGALAMAN yang dihadirkan untuk menghiasi pandangan spiritual seseorang (pravestum). Tapi
pertanyaannya kemudian, sudahkan mutiara kasih yang Beliau wariskan tersebut dapat mentransformasi kehidupan kita? Sudahkan kita berani menyatakan diri sebagai bhakta Sai karena kita sudah berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaranNya? Semangat dari tema ini harus mampu menjawab pertanyaan sekaligus tantangan tersebut. Penting untuk diperhatikan, dalam memulai misiNya, Beliau sendiri menempatkan hidupNya sekaligus sebagai pesanNya, hal ini terdeklarasi melalui pernyataan Beliau, “My life is My Message – HidupKu adalah PesanKu”. Beliau menghadirkan diriNya sendiri sebagai contoh yang patut ditauladani. Apapun pesan yang hendak Beliau sampaikan, dipastikan sudah menyatu dengan kepribadianNya (to be), dipastikan sudah dilaksanakan dan terealisasi dalam kehidupanNya (to do), dipastikan dilandasi dengan pengamatan dan pandangan yang bijak (to see), sebelum akhirnya Beliau harus menyampaikannya dengan nada penuh cinta kasih (to tell) kepada setiap orang. Setiap kata diyakini akan mempunyai makna dan kekuatan bila diawali dengan proses TO BE (menjadi), TO DO (melakukan), TO SEE (melihat / mengamati), TO TELL (menyampaikan). Inilah strategi yang dicontohkan oleh Bhagavan kepada seluruh umat manusia untuk mentransformasi dunia. Dari uraian di atas, jika kemudian seseorang ingin mengetahui ajaran Bhagavan, sebenarnya amat sederhana; cukup dengan mengetahui bagaimana Bhagavan menjalani kehidupanNya sehari-hari. Dari sana, kita akan dapat menerima pesan-pesan Beliau. Tentu tidak semua pesan terurai dalam bahasa verbal melalui untaian kata-kata yang mudah dipahami. Tapi pesan seorang Guru Agung sering kali terurai dalam keheningan, terurai dalam contoh sikap dan tindakan, terurai dalam semangat pelayanan, terurai dalam untaian kata penuh misteri, ataupun terurai dalam energi penuh kasih. Diperlukan penggalian makna dan pemahaman yang lebih mendalam (deep understanding). Belakangan kemudian, Beliau mengganti kata “My life . . .” dengan “your life...” sehingga lengkapnya menjadi “your life is My Message - Hidupmu adalah pesanKu”. Pergantian kata “My” (Bhagavan = I) yang merepresentasi eksistensi Bhagavan sebagai pribadi yang mahasempurna (Paramaatma) sekaligus sebagai sumber kebenaran, kebajikan, kasih sayang, kedamaian dan tanpa kekerasan, - MENJADI “your” (kamu/kita) yang mencerminkan pribadi sempurna (atma) namun masih terbelenggu oleh sifat keakuan (ahangkara = a) dan keterikatan ilusi (maya = m) mengisyaratkan bahwa, Bhagavan menghendaki dan terus memberi kesempatan kepada “your” (kamu/kita = i) yang masih terbelenggu ini, untuk terus meningkatkan kesadaran dan bergerak bertransformasi menuju “My” (Bhagavan = I), dengan berpegang dan mengejewantahkan setiap wejangan (tersirat maupun tersurat) dari Sad Guru Bhagavan Sri Sathya Sai Baba serta dengan tidak henti-hentinya berjuang untuk memupus sifat-sifat keakuan (ahamkara = a) dan keterikatan akan ilusi (maya =m) yang menyelimuti kita selama ini. Sejalan dengan perjuangan tersebut, kemilau pribadi Sai yang bijaksana dan penuh kasih (prema) diyakini secara perlahan akan memancarkan sinarnya. Setiap wacananya selalu menyampaikan Kebenaran (Sathya), setiap tindakannya selalu mencerminkan Kebajikan (Dharma), perasaannya selalu dipenuhi Kedamaian (Shanti), dan pandangannya selalu menyiratkan sikap Tanpa Kekerasan (Ahimsa). Sinar yang terlahir dari pribadi seperti inilah yang kelak dapat menerangi, menginspirasi, dan mentransformasi dunia ini menuju era keemasan (golden age).
YOUR LIFE IS MY MESSAGE - REFLEKSI SEMANGAT SATHYA SAI WORLD CONFERENCE th. 2010 Tema perayaan kelahiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba tahun ini, sejiwa dengan semangat Sri Sathya Sai World Conference tahun 2010 yang diselenggarakan bertepatan dengan HUT Swami ke-85 di Prasanthi Nilayam. Konferensi yang digelar empat setengah bulan sebelum Bhagavan mahasadhi melahirkan pesan-pesan wasiat yang merepresentasi IDEAL – IDEAL SAI . Tema yang diusung saat itu adalah :
SAI IDEAL
GOD IS (Tuhan adalah) I am I (Saya adalah Saya / Tuhan) LOVE ALL – SERVE ALL (Kasihi Semua – Layani Semua) Pada saat seseorang mulai berusaha untuk memahami dan mengarahkan hidupnya menuju Tuhan (GOD IS), maka terlebih dahulu dia harus menyadari prinsip Ketuhanan yang yang sama juga menyatu di dalam dirinya ( I AM I ).
“I“ “i“ “a“ “ m”
= Tuhan (Paramaatma) = Prinsip Ketuhanan (Atma) yang masih terbelenggu dengan sifat keakuan (ahangkara = a) dan keterikatan akan ilusi (maya =m) = Sifat keakuan (ahangkara ) = Keterikatan akan ilusi (maya)
Untuk memberangkatkan “ i “ kecil menuju “ I “ besar (Atma menuju Paramaatma), memang tidak mudah. Ada blok penghalang yang merintangi perjalanan tersebut yang bernama sifat keakuan (ahangkara = a) dan keterikatan akan ilusi (maya =m). Seseorang terlebih dahulu harus berjuang keras melebur rintangan tersebut. Semakin seseorang mampu menguasai rintangan tersebut, maka “i” kecil akan semakin besar, hingga akhirnya bila kedua sifat tersebut tidak menguasai orang itu lagi, “ i “ kecil akan lebur menjadi “ I “ besar . “ I ” am “ I ” atau dalam kita suci Veda disebut “Aham Brahma Asmi – Aku adalah Tuhan (Brahma) itu sendiri”. Bagaimana caranya menekan sifat keakuan (ahamkara = a) dan keterikatan akan ilusi (maya = m) ? Bhagavan tidak pernah meninggalkan pesannya tanpa solusi. Dan solusinya yang dianjurkan adalah menjalankan dan membudayakan prinsip KASIHI SEMUA – LAYANI SEMUA (LOVE ALL – SERVE ALL). Dalam keseharian, mungkin kita dengan mudah kita dapat mengasihi seseorang (love), mungkin juga kita dengan mudah kita dapat melayani seseorang (serve), karena dia adalah saudara, sahabat atau karena dia satu keyakinan dengan kita. Tantangan berikutnya adalah sudahkah kita mampu mengasihi dan melayani semua orang? (all). Mengasihi dan melayani memang perbuatan mulia yang disarankan oleh Bhagavan, akan tetapi kemuliaan itu akan bersinar dengan sempurna, bila kita mampu mengasihi dan melayani semua ciptaan Tuhan. Dengan demikian, saat yang sama, gambaran sifat keakuan (ahamkara = a) dan keterikatan akan ilusi (maya = m) dipastikan akan sirna dari pribadi tersebut. Dibalik kata SEMUA (ALL), terbangun prinsip tanpa membeda-bedakan (UNIVERSALITAS) yang berpangkal pada pendekatan nilai-nilai (VALUES). Pernahkan kita merenungkan dengan lebih mendalam makna dari dua jenis simbol Panca Pilar yang dihadirkan oleh Bhagavan sebagai refleksi jiwa dan identitas Sai? Simbol Panca Pilar pertama, pinggirannya dihiasi dengan nilai-nilai dasar (Sathya=Kebenaran, Dharma =Kebajikan, Prema = Kasih Sayang, Shanti = Kedamaian, dan Ahimsa = Tanpa Kekerasan) yang memberikan makna dan penekanan pada NILAI-NILAI (values). Simbol yang kedua, pinggirannya dihiasi dengan lambang semua agama besar mewakili keragaman keyakinan yang ada di dunia sekaligus memberikan makna dan penekanan pada prinsip TANPA MEMBEDA-BEDAKAN (universalitas). Jadi dengan demikian dibalik kata kasihi semua – layani semua (Love All – Serve All) mengandung dua prinsip yang paling mendasar yang harus terus-menerus dikembangkan oleh pribadi Sai. Dua prinsip yang dimaksud, yaitu VALUES dan UNIVERSAL , adalah jalan raya utama yang disediakan oleh Bhagavan untuk kembali menyatu dengan keEsaan Beliau. Memang pada kenyataanya, karena manusia terlahir dalam bingkai demensi ruang (desa) dan waktu (kala) yang selalu membentuk keadaan (patra) maka dari awal kelahirannya, kita semua disadarkan oleh beragam perbedaan; beda keluarga, beda tradisi, beda golongan, beda suku, beda agama dan banyak lagi perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut bahkan dapat berkembang lagi sejalan dengan mekarnya sifat keakuan (ego = ahangkara) pada orang tersebut karena ingin dibandingkan ataupun diposisikan lebih tinggi derajatnya dari yang lainnya. Akan tetapi bila kemudian seseorang mulai menyadari dan berpegang pada prinsip yang paling mendasar yang menjadi VISI SAI yaitu MENYADARI KETUHANAN DIDALAM DIRI, maka secara perlahan, ia akan mulai mampu melihat prinsip Ketuhanan yang sama juga ada pada orang lain atau makhluk lain. Kesadaran ini tentu akan mendorong pribadi tersebut untuk menjalankan MISI SAI, dengan mengasihi dan malayani semua orang tanpa membedabedakan. Dengan demikian, tidak ada lagi hukum saling membenci, iri hati ataupun lebih tinggi derajatnya dari orang lain. Yang ada hanya hukum saling mengasihi dan saling melayani (Love All – Serve All). Hidup sejaman dengan Sad Guru Bhagavan Sri Sathya Sai Baba tentu menjadi anugerah terbesar yang patut disyukuri. Terlebih lagi bila kemudian kita juga menyadari hakekat diri kita sebagai pembawa pesan Beliau (Sai Messengers) yang seyogyanya harus diperankan. 86 tahun (tahun masehi = 96 tahun candra) telah berlalu. Selama kurun waktu tersebut, Beliau memutuskan untuk membingkai kemahasempurnaan & kemahakuasaanNya yang tanpa batas untuk hidup dalam dimensi ruang (desa) dan waktu (kala) yang terbatas. Semua pengorbanan suci ini Beliau lakukan, hanya sebagai Sang Pencipta, Beliau dapat dekat dengan makhluk ciptaanNya. Beliau dapat berkomunikasi, Beliau dapat melayani, dan Beliau dapat berbagi kasih lebih dari apa yang dilakukan seorang guru pada muridnya bahkan lebih dari kedekatan dan peran seorang ibu pada anaknya. Beliau memang Ibu dan bapak (Sai Baba) serta Guru agung bagi kita semua. Beliau datang untuk suatu kepastian bahwa, apapun yang tercipta akan kembali kepada Sang Pencipta, menyatu pada dimensi Ketuhanan sebagai sumber kebahagiaan abadi (Brahmananda). Beliau adalah Sang Pencipta dan kita adalah ciptaanNya. Beliau lebih memahami siapa diri kita, keterbatasan kita serta semua keperluan kita, lebih dari kemampuan kita untuk memahami diri kita sendiri. Dan karenanya, ikuti saja petunjukNya (follow the Master). Beliaulah yang paling tahu apa yang harus diberikan dan bagaimana cara memberikan sesuatu kepada kita. Jalan raya pembebasan yang penuh misteri, Beliau ungkap dengan bahasa yang sangat sederhana, mudah dipahami dan sebenarnya mudah dilakukan, asal ada motivasi yang tulus dan niat yang kuat untuk menjadikannya sebagai sadhana (disiplin spiritual). Ibarat bila kita ingin mendapatkan biji kacang, Beliau sudah melayani kita dari mulai menanam, memetik, merebus, bahkan mengupas. Kita tinggal memakannya saja, tidak usah terlalu banyak dipikirkan dan diperdebatkan. Semakin kita berusaha memahami, semakin kita tidak paham. Semua aspek Ketuhanan sangat tidak terbatas, sedangkan kita sebagai manusia penuh keterbatasan. Bagaimana kita mampu memahami Tuhan yang tanpa batas dengan kacamata kita yang terbatas? Tentu yang
akan terlihat adalah keterbatasan diri kita sendiri. Sebagai Pencipta, Beliau tentu tidak ingin ciptaanNya terjebak dengan menghabiskan waktu dan energi begitu banyak untuk sesuatu yang tidak prinsip / esensial. Bhagavan mengingatkan bahwa manusia sudah dibekali kemampuan membedakan (wiweka) untuk mengetahui mana yang prinsip / esensial yang harus dijaga dan dijalankan, dan mana hal yang tidak prinsip / tidak esensial yang tidak harus diprioritas atau bahkan ditanggalkan. Terhadap hal yang prinsip ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian (1) explicitly - sebagaimana tersurat dalam sastra, (2) immediately – harus segera dilakukan, (3) completely - tersaji secara lengkap / utuh. Terhadap hal yang tidak prinsip, boleh saja ada kompromi / penyesuaian asal tidak menimbulkan komplik atau ketidaksatuan. Biasanya segala hal prinsip / esensial akan banyak dihiasi oleh hal yang tidak prinsip / esensial. Bahkan dalam kenyataannya, disadari atau tidak disadari, banyak dari kita memberi prioritas bahkan terkesan mensakralkan hal yang tidak prinsip, atau bahkan sebaliknya, menyepelekan hal yang prinsip. Kondisi ini juga tampak jelas saat seseorang lebih intent mengkosentrasikan hidupnya untuk menempuh jalan spiritual. Mulai dengan mencari dan menggali dari berbagai sumber informasi, sampai dengan upaya untuk mewujudkan perwajahan spiritual yang cocok untuk dirinya. Ada yang lebih menekankan pada perubahan tampilan fisik, karena dia sadar dengan cara itu dia akan dengan cepat terlihat sebagai orang spiritual sehingga semua orang akan memberikan tempat dan penghargaan khusus padanya. Ada yang lebih mengkosentrasikan pada perubahan cara pandang, sikap dan perilaku, karena dia sadar bahwa spiritualitas berfungsi sebagai jiwa yang melandasi cara pandang dan kehidupannya dan dia jadikan spirit untuk menjalankan dharmanya. Ada yang lebih mengkonsentrasikan pada berbagai praktek pelayanan, karena dia sadar orang lain akan melayani dan menghargai dia hanya setelah dia lebih dulu memahami dan melayani orang lain, padahal Tuhan menuntut pelayanan tanpa pamrih. Bahkan ada yang ingin langsung melepas semua yang berhubungan dengan kelekatan duniawi dengan mengasingkan diri di suatu tempat, karena dia sadar ikatan duniawi ini telah membelenggu dirinya hingga tidak bisa cepat menyatu dengan Tuhan, padahal disisi lain dia meninggalkan banyak tanggungjawabnya. Semua upaya tersebut tentu patut mendapat penghargaan. Tapi perjalanan spiritual bukanlah perjalanan yang instan yang bisa ditempuh dengan satu kali masa kehidupan didunia ini. Perjalanan Spiritual adalah perjalanan panjang yang tiada henti. Penghentiannya hanya setelah menyatu kembali dengan Sang Pencipta. Perjalanan spiritual adalah pendakian yang semakin halus penuh misteri. Saat kita ada didataran rendah, kita terasa bisa bebas melakukan apa saja, seakan tidak ada yang membatasi. Begitu kita memutuskan untuk melakukan pendakian, dataran yang terlihat semakin sempit, dibatasi oleh jurang pada kedua sisi yang semakin dalam. Banyak orang akhirnya tidak percaya diri lagi untuk melanjutkan pendakiannya, bahkan banyak orang yang mendeklarasikan dirinya sudah sampai ditujuan, padahal dia tidak hanya berdiam diri tapi kembali jatuh ke jurang dan kembali menjalani hidupnya yang bebas tanpa berpegang pada prinsip. Seorang spiritualis sejati sangat hati-hati dalam membawa dirinya. Dia tidak memberikan kebebasan pada pikiran dan indrianya untuk memikirkan atau berbuat sesuatu, dia hanya mengkonsentrasikan pada apa yang menjadi prinsip yang harus dia pegang dan arah yang harus dituju. Tidak terlalu penting kita ada dimana, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah kearah mana kita akan melangkah. Bhagavan telah menetapkan VISI SAI (Sai Vision) sebagai dasar untuk mengarahkan tujuan hidup kita dengan menyadari Ketuhanan menyatu di dalam diri. Dari sana, kita akan mampu memahami sumber / tujuan hidup kita yaitu Sai sendiri (nature / jatidiri Sai) yang terefleksi dalam energi penuh kasih. Mampu memahami MISI SAI (Sai Mission) dengan selalu menumbuh kembangkan dan menjalin persahabatan dan persaudaraan sesama umat manusia tanpa membedakan suku, bangsa, ras, golongan, jabatan, agama dan kepercayaan. Mampu memahami BUDAYA SAI (Sai Culture) dengan selalu mengembangkan semangat untuk mengasihi dan melayani semuanya (Love All – Serve All). Mampu menjadikan diri kita sebagai PRIBADI SAI (Sai Personality) dengan selalu mengejewantahkan Panca Pilar (Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamian dan Tanpa Kekerasan) dalam kehidupannya. Mampu memahami keunikan dari nama SAI (Sai Deferentiation) dimana setiap pandangan, sikap ataupun setiap kegiatan yang dilakukan selalu dipandang sebagai usaha untuk MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS DIRI melalui SAI (See Always Inside – selalu melihat / mulai dari dalam diri), pengembangan KESATUAN, KEMURNIAN, KETUHANAN (Unity, Purity, Divinity) dan setiap tindakannya selalu didasari oleh cinta kasih (Love in Action). Dan, mampu memposisikan Nama SAI (Sai Positioning) sebagai kehormatan yang selalu perlu dijaga dengan menempatkan Bhagavan sebagai Sad Guru Agung yang saat ini telah meninggalkan begitu banyak warisan berharga, menempatkan organisasi Sai sebagai organisasi sosial spiritual untuk mengembangkan Sadhana para Bhaktanya sekaligus sebagai wahana untuk mentransformasi dunia. (uraian lebih lengkap terkait dengan SAI IDENTITY dapat di pelajari dari buku TRANSFORMASI SAI : DARI VISI MENUJU AKSI yang telah diterbitkan oleh SSGI) Dengan demikian pada akhir penjelasan perayaan hari kelahiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba tahun ini yang sejalan dengan resolusi yang dilahirkan oleh Sai World Conference, November 2010 ingin mengajak seluruh Sai Bhakta khususnya di Indonesia untuk mampu menjawab kesempatan dan tantangan yang diwacanakan oleh Bhagavan kepada kita sebagai pewaris dan pengemban misi Sai untuk ikut ambil bagian dalam proses transformasi dunia menuju jaman keemasan (golden age).
BILA DETIK INI, KITA MULAI MERENUNGKAN SERTA MENGAMBIL TANTANGAN DAN KESEMPATAN ATAS WACANA BHAGAVAN YANG TERURAI DALAM TEMA INI :
“YOUR LIFE IS MY MESSAGE” Hidupmu adalah pesanKu MAKA SAMPAI PADA SAATNYA NANTI KITA AKAN DENGAN YAKIN MAMPU MEMBERI JAWABAN :
“MY LIFE IS YOUR MESSAGE” Hidupku sudah dijalankan sesuai dengan pesanMU Selamat mengisi momentum yang berharga ini dengan berbagai program dan kegiatan. Percayalah Bhagavan akan selalu mendampingi kita dan menjawab kerinduan dan keperluan kita. Penjabaran semangatnya diuraikan dalam aktivasi tema berikut. SAI RAM
AKTIVASI TEMA: SEMANGAT, ARAH DAN PRIORITAS PROGRAM Tema ini, lebih lanjut dihadirkan sebagai landasan yang dapat mengarahkan kosentrasi dan prioritas program yang dicanangkan oleh seluruh komponen organisasi Sai di Indonesia serangkaian dengan perayaan hari kelahiran Bhagavan Sri Sathya Sai Baba tahun 2011 ini dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
INDIVIDU DAN KELUARGA 1.
Memastikan setiap langkah kehidupan para bhakta mencermikan pesan-pesan Sai. Serta berjuang terus menerus untuk memupus sifat-sifat keakuan (ahangkara) dan keterikatan akan ilusi (maya). 2. Pastikan 9 PEDOMAN PERILAKU dan 10 PRINSIP HIDUP sudah dipahami dan ditempatkan sebagai Sadhana spiritual bhakta Sai yang harus dijalankan. 3. Mengkonsentrasikan apa yang telah tersirat dalam 9 Pedoman prilaku, dengan mendeklarasikan prinsip program COD (Ceeling on desire – pembatasan keinginan) dengan efektif dalam penggunaan waktu, uang, makanan dan energi. 4. Memahami dan mengamalkan visi, misi, keperibadian, budaya, posisi dan keunikan dari Sai, serta mampu menemukan jawaban atas pertanyaan yang mendasar: siapa saya? darimana saya? kenapa saya ada di sini? dan bagaimana saya dapat kembali ke asal saya? 5. Berkewajiban menjaga kemuliaan identitas Sai. Dimasyarakat dapat hadir sebagai pribadi yang inklusif bukan exsklusif. 6. Selalu dalam kesadaran Tuhan, dan memberi perhatian lebih pada KEMURNIAN MOTIVASI yang melandasi setiap rencana dan tindakannya. 7. Menempatkan Sai sebagai titik tumpu yang melandasi setiap aspek kehidupan (divine lifestyle). Apapun yang kemudian terjadi harus dilihat dan dinilai dari kacamata Sai. 8. Menyadari diri sebagai pembawa pesan Sai (Sai Messengers). Ke dalam semangatnya INTERNALISASI diri, keluar semangatnya MENGINSPIRASI. 9. Mengaktifkan agenda transformasi diri dengan selalu membuka ruang perenungan (internalisasi diri), menghadirkan pandangan dan kesadaran baru (re-orientasi), mengintegrasikan pandangan yang terbangun dalam kehidupan (integration), serta memprogram kembali kehidupan kita (re-programing) berdasarkan petunjuk Sai. 10. Mengembangkan jiwa dan kepemimpinan Sai (Sai Leadership), bijak dalam membuat dan mengelola rencana dan keputusan. (Kepemimpinan Sai tidak selalu dilihat dari sisi organisasi, tapi mulai dari kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri) 11. Mendukung semua program yang dicanangkan oleh organisasi khususnya terkait dengan perayaan hari kelahiran Bhagavan tahun ini.
ORGANISASI SAI 1.
2. 3.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
10. 11.
12. 13. 14. 15. 16.
Memastikan prinsip-prinsip ajaran Swami, fungsi dan kaidah organisasi dapat dipahami dan dijalankan dengan baik sesuai dengan sumber dan aturan yang telah ditetapkan, untuk dijadikan dasar pengembangan sadhana spiritualitas para bhaktanya. ex. pengurus membuat pemetaan dengan metode langsung, random, atau kuisioner. Ada workshop untuk menggali pandangan para bhakta terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dan tidak prinsip dalam berbagai bidang kehidupan atau dalam menyikapi berbagai keadaan atau keputusan, kemudian di carikan dasar-dasar dari Sai. Menjadikan momentum perayaan ini untuk membangun kesatuan khususnya ditingkat pengurus sehingga dapat ditauladani para bhakta yang ada. ex. ada renungan dan membangun rasa kebersamaam di internal pengurus sebelum meregulasi berbagai program. Menjaga kehormatan dan mengembangkan identitas Sai. Tercermin dari kepribadian para bhaktanya khususnya dalam kehidupan dikeluarga dan masyarakat. Ex. Ada pernyataan yang tegas agar para bhakta dapat menjaga keberadaan nama suci SAI, mewaspadai / memberi perhatian pada hal-hal / semangat yang sifatnya berlebihan yang justru dapat mencoreng nama Sai. Serta mengembangkan pemahaman dan sikap yang mencerminkan identitas Sai. Mendorong perhatian setiap bhakta untuk menjadikan 9 pedoman prilaku dan 10 prinsip hidup sebagai Sadhana spiritual yang harus dilaksanakan. ex. Ada upaya terprogram untuk membangun komitmen menjalankan kado Bhagavan ini. Dan pastikan bahwa ini adalah penyelamat kehidupannya. Buat materi komunikasi, renungan, poster dll. Mencanangkan program yang dapat memberikan perimbangan kepada peningkatan PEMAHAMAN, BHAKTI dan PELAYANAN program lebih ditekankan pada aspek keterhubungan dan kualitas Mencanangkan program / gerakan internalisasi diri serta gerakan inspiratif yang ditujukan kepada masyarakat dan lingkungannya dengan memperhatikan aspek keberlangsungan (sustainable) dan dapat dipertanggungjawabkan (responsibility). Ex. Gerakan internalisasi mulai dengan mengajak bhakta mencatat setiap hari hal yang tidak baik yang perlu diperhatikan dan disempurnakan (dalam pikiran, perkataan dan perbuatan) dan MELUPAKAN hal yang tidak baik yang orang lain telah perlakukan padanya serta hal yang baik yang telah ia berikan atau lakukan pada orang lain. Prinsipnya program perenungan dan reprograming diri. Gerakan ekternalisasi, membuat gerakan kesadaran agar setiap bhakta memberi perhatian kemanusiaan mulai dari orang-orang terdekat, dan beberapa program pelayanan yang integratif, terukur, dan memberi dampak perkalian (multifliyer efek) Memastikan bhakta dapat memahami nilai / aspek spiritualitas dari setiap program yang dicanangkan oleh organisasi Sai. (arah dan pendekatan yang lebih dikonsentrasikan kepada pengembangan kualitas / spiritualitas diri) ex. Sebelum melakukan program peyanan, pastikan ada pengarahan yang memberikan memotivasi sesuai dengan SAI seperti, program pelayanan sebenarnya bukan untuk orang yang dilayani saja akan tetapi lebih kepada pengembangan kemurnian hati) Meningkatkan itensitas program study circle dan Satsang, untuk dapat menggali inti sari, visi, misi dan prinsip / esensi ajaran Bhagavan ex. Study circle dilakukan (sesuai dengan petunjuk), tapi bila saat-saat tertentu mengalami kejenuhan bisa membuat metode / suasana yang lain sebagai selingan. Yang jelas efektifitas komunikasi dipastikan dapat berjalan dengan baik dan motivasi juga terkontrol. Mendorong pandangan dan sikap yang inklusif serta mengawasi berbagai sikap exsklusif yang ditunjukan / diperankan oleh bhakta Sai di masyarakat, agar citra dan keberadaan organisasi terposisi dengan baik dibenak masyarakat. Lebih kepada fungsi pengarahan, penyadaran yang lebih intent kepada cara / sikap para bhakta menempatkan dirinya sebagai bhakta. Bila sudah pernah diarahkan berarti dikemudian hari pengurus berhak untuk mengingatkan. Mencanangkan program yang dapat membangun rasa kesatuan dilingkungan Bhakta Sai, seperti Sai Family, parenting, (dengan pendekatan pada transformasi nilai-nilai) Mencanangkan program pendampingan kepada Sai Youth sebagai generasi penerus dengan memberi ruang dan kesempatan dari proses perencanaan sampai pelaksanaan program organisasi. ex. Youth mulai tidak hanya ditempatkan sebagai tulang punggung atau di garda depan, akan tetapi mulai diajak mendampingi dalam perencanaan. Ex. Setiap Kepanitiaan perayaan Kelahiran Bhagavan didelegasikan kepada Youth sebagai media pembelajaran dalam berorganisasi. Mendorong program berdasarkan wing berjalan secara berimbang Memetakan dan mengoptimalisasi sumberdaya yang ada di masing-masing Sai Center untuk diberi ruang pelayanan dan pemberdayaan. ex. Dimungkinkan untuk menginventarisasi potensi, dan tugas organisasi lebih lanjut mengelola potensi tersebut untuk misi Sai Membantu berbagai program terpadu yang direncanakan / dikoordinasikan oleh koordinator wilayah setempat. ex. Program subsidi silang sumber daya, mendukung program terpadu lintas SSG yang terintegrasi, mendukung program / gerakan bersama . Menyampaikan report kepada sekretariat SSGI melalui Korwil. Koordinator wilayah, mengambil peran sentral untuk mengkomunikasikan mengarahkan semangat tema, mendampingi menjabarkan semangat tema menjadi program, mencanangkan dan mengkoordinasikan program / gerakan inspiratif unggulan terpadu, mengatur lintas sumber daya yang ada, mengkompilasi dan meneruskan report. SEKRETARIAT SAI STUDY GROUP INDONESIA (SSGI) 2011