YONGMINA
BI
NULIS BUKU.COM
MENGIKATKAN DIRI PADA HUJAN
“Kau bisa tinggal disana dengan baik tanpa appa dan eomma kan?“ tanya ibu sambil membereskan beberapa pakaian ku kedalam koper besar berwarna pink yang sudah siap di resleting. Aku memasukan semua dokumenku kedalam tas MCM berwarna merah dengan gatungan kunci yang berdenting sambil mengangguk. “Rasanya sudah sangat lama kan kau tidak datang kesana, jika tidak dapat universitas disana kau juga tidak akan dibiarkan tinggal sendirian” jelas ibu sekali lagi, aku hanya mengangguk lagi tanpa bicara sepatah katapun. “Apartemenmu dekat dengan universitas, kau tidak perlu tinggal dirumah lama jadi kau hanya perlu berjalan kaki saja. Dan sesampainya disana, paman akan menjemputmu” Ibu terus bicara seolah menjelaskan sesuatu yang belum aku pahami sama sekali. “Ku harap kau bisa bertemu lagi dengan Kim Han Bin, aku sangat suka anak itu” Aku menatap wajah ibuku jengkel. “Kau tidak suka nama Eun Mi kan? Padahal nama itu sangat cocok dengan Eunhyuk“ ujar ibu lagi, aku tau dia sedang menghiburku. Aku dan Eunhyuk memang berjodoh, ibu seharusnya tau itu. Kelak dia akan memiliki menantu seorang Idol. 2
“Kau akan bertemu banyak pria-pria tampan di universitasmu nanti, Korean University of Arts sangat terkenal. Seandainya dulu eomma yang bisa sekolah disana, mungkin appamu adalah seorang member boyband” ibu menjelaskan lagi dengan wajah penuh penyesalan. “Kau memang anak appa dan eomma yang sangat membanggakan. Saranghae“ dia membuat love sign dengan jari telunjuk dan ibu jarinya dan diarahkan nya pada wajahku sangat dekat. Dia berlebihan seperti fangirl-fangirl kekinian, dia lebay melebihi anaknya yang juga fangirl. “Yaa eomma, apa aku bisa berangkat sekarang?“ Tanyaku. Sambil menarik koper besarku dengan nama Lee Eun Mi dalam hangul, nama itu aku tidak ingin nama itu disebut lagi. Aku melihat ayah sudah menyiapkan mobilnya di halaman, membantuku membawakan koper pink ku yang tidak begitu berat, hanya banyak berisi makanan ringan untuk mengisi lemari es ku disana. Ibu bersiap, masih dengan celemek rendarenda karena di toko roti kami sedang banyak sekali pelanggan. Dia hanya mengantar ku sampai depan rumah saja dan tidak ikut kebandara. Aku mencium tangannya yang beraroma ragi, aku pasti rindu nonton konser oppa bersamanya. Saat di mobil ayahku hanya diam, awalnya dia tidak ingin aku kembali kesana tapi ibu membujuknya dengan keras, kembali bukan sesuatu yang memalukan.
3
“Appa, terimakasih dan maafkan aku” ujarku pada ayah, ayahku adalah hal-hal terbaik yang pernah ada di dunia, ayahku adalah cinta pertama seorang anak perempuannya, dia sosok yang tegas, pendiam dan tidak banyak menuntut, dia mengorbankan banyak hal ketika kami memutuskan untuk pindah ke negara ibu. Termasuk karirnya di universitas terbaik di Korea, dia tak pernah lelah membantu ibu yang setiap harinya hanya membuat roti dari pagi hingga petang, tak pernah lelah mengajariku dengan tangannya sendiri sejak kami pindah, dia adalah guru terbaik di dunia ku juga di dunia murid-murid nya. Ayahku seorang dosen jurusan Koreanologi di Universitas Negeri terkemuka di Indonesia, dia membayar janjinya dengan lulusnya aku dan mendapat beasiswa di negara asalnya. “Meski melepasmu adalah hal yang berat. Sekolah lah dengan baik disana, jika kau ingin bekerja part time untuk mengisi waktu luang, bekerjalah di restoran ramyun milik paman” Aku mengangguk keras, aku akan melakukan sebaik mungkin dan bekerja keras. “Jadilah Eun Mi, anak appa yang ceria seperti dulu. Jadilah bunga yang mekar bukan bunga yang layu “ Aku tersenyum, umurku sudah 18 tahun aku diterima sebagai mahasiswi tahun ajaran genap di Korean University of Arts Fakultas Multimedia jurusan Design grafis, mungkin itu passion ku. Aku tertarik pada design sejak mengenalnya pertama kali, dan ayahku setuju aku mengambilnya. Aku menjadi 4
gadis yang buruk setelah kepindahanku ke Indonesia, aku lebih banyak diam, mengurung diri di kamar, tidak bermain, bahkan berkencan, aku hanya belajar dengan sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan pengorbanan ayah dan ibuku. Sesekali ibu mengajakku menonton konser boyband yang datang untuk world tour di Indonesia, dan jiwa fangirlku belum berubah masih sama seperti dulu, masih mencintai Eunhyuk Super junior dengan penuh percaya diri, seperti kata ayah aku sudah menjadi bunga tapi bunga yang layu. Aku sangat sulit berteman meski semua yang berbau Korea pelanpelan sudah kusingkirkan, bahasa ku sudah sangat baik, seperti orang China pribumi yang memiliki dua nama ibu memberi nama Cherry ketika aku mulai masuk sekolah menengah dan aku menanggalkan nama Lee Eun Mi sementara waktu. Sikapku sedikit berubah, aku sudah tidak seceria dulu entah apa yang membuatku begitu, tapi di tempat yang berbeda dari duniamu yang dulu kau di tuntut untuk berubah menjadi orang yang berbeda pula. Sesampainya di bandara Soekarno Hatta, aku tidak ingin ayah mengantarku sampai dalam, itu hanya akan membuatku menangis. Aku segera mencium tangan ayahku dan memeluknya erat, aku menggendong tas merahku dan menarik koperku dan segera masuk keruang tunggu bandara setelah selesai melakukan berbagai kegiatan administrasi di dalamnya. Tak lama waktu berselang aku memasuki cabin pesawat dan ada seseorang yang sudah duduk 5
di sebelah kursiku, aku tersenyum pada pria yang terlihat seumuran denganku itu. Dia punya garis wajah yang keras, dia bertubuh tinggi tegap dengan kaos hitam dan celana jeans, aku melihat kearah snikernya yang begitu keren saat dipakai olehnya. “Kau akan berlibur?“ sapanya memulai pembicaraan padaku saat aku baru saja duduk disebelahnya. “Ahh, tidak? Aku akan menetap“ jawabku. “Aku pikir kau tidak akan mengerti bahasa Indonesia, karena wajahmu kental Korea. Apa sebenarnya kau tinggal di Korea dan berlibur di sini? “ tanyanya lagi. Dia tergolong pria yang banyak bicara untuk awal pertemuan kami. “Ayahku Korea dan ibuku Indonesia, dan tahun ini aku masuk universitas disana. Bagaimana denganmu?” tanyaku. “Aku kuliah disana dan orang tuaku disini, liburan akhir musim semi sebentar lagi akan summer di Korea. Itu artinya akan ada upacara masuk universitas untuk murid-murid baru. Kau diterima di universitas mana?“ “Korean University of Arts, aku mengambil design grafis. Kau?” “Hah? Di Seongbuk-gu kan? Itu artinya kau hobaeku, aku kuliah disana mengambil arsitektur” Aku jadi tertarik bicara dengannya seketika, apartementnya berada di Apgujeong dan dia bekerja part time di sebuah kedai ramyun yang tak jauh dari 6
apartementnya dikawasan Chengdamdong, pamanku juga punya restoran ramyun disana tapi kupikir kedai ramyun ada banyak di daerah itu. Hanya saja ramyun buatan kedai pamanlah yang terenak seantero kota Seoul, itu kata ayah memuji adik laki-laki satusatunya itu. Aku masih ingat tempat itu, aku selalu datang kesana dari Ilsan jika pergi berlibur dulu. “Siapa namamu?” tanyanya di sela-sela pembicaraan kami. “Cherry, apa aku harus memanggil kakak karena kita berbeda 3 tahun?“ tanyaku padanya. Dia tertawa, tawanya mengingatkan ku pada seseorang aku memegang dadaku erat, entah mengapa aku dibuat gugup oleh tawanya itu. “Namamu sangat cantik, sepertimu. Apa nama Korea mu?“ tanyanya. “Hmmmm” aku menyebutnya.
sedikit
berpikir
saat
ingin
“Lee Eun Mi“ ujarku, aku melihat ekspresinya terkejut ketika aku menyebutnya. “Seperti pernah mendengarnya” ujarnya, jantungku kembali berdebar dan aku memegang dadaku lagi. Dia mulai mengalihkan pembicaraan, kami bicara ini dan itu. Herannya aku mudah begitu akrab dengan pria yang baru saja ku kenal itu, kami tertawa bersama berbagi musik bersama, dan tidak ada hal yang membosankan ketika 7 jam perjalanan di lalui bersamanya. Dia tampan dan sangat Indonesia, aku 7
hanya penasaran pada mata coklat yang sama dengan mata milik Han Bin. Berkali-kali aku memalingkan wajahku setiap dia menatapku, perjalanan kami berakhir ketika pramugari mengatakan pesawat akan landing beberapa menit lagi. Aku memejamkan mata sejenak, aku kembali ke negara dimana masa lalu yang membuatku harus meninggalkan seseorang, dan sekarang aku kembali lagi, kembali untuk melepas kenangan itu. Saat keluar dari pesawat aku segera mencari koper besar yang warnanya pink, dan segera menelphon paman ku karena perjalan dari Seoul ke Incheon adalah 83 menit aku mampir ke sebuah restoran bernama Haneul di dalam bandara, rasanya sudah lama sekali tidak makan Gimbap aku memesan 1 porsi. Ibuku tidak pandai memasak masakan korea kesukaanku, ayahlah yang pandai membuatnya sebagai mahasiswi Indonesia yang menetap di Korea perjuangan ibu sangat lah berat, dia selalu mengatakan hal seperti itu padaku, terutama untuk belajar dan bekerja ibuku bekerja keras menarik perhatian pria Korea. Ah, aku hampir lupa untuk menanyakan nama kakak seniorku tadi bahkan aku meninggalkannya saja tanpa berpamitan saat aku sibuk mengambil koperku. Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi di kampus nanti, pria yang mengingatkanku pada Kim Han Bin versi Indonesia itu. Setelah menghabiskan gimbapku, aku berjalan keluar bandara ada banyak sekali orang tapi aku melihat sebuah papan nama dengan tulisan huruf warna-warni bernama Lee Eun Mi terpampang dengan jelas di pegang oleh seorang pria muda yang 8
jauh sekali untuk ukurannya di panggil paman, dia mirip sekali dengan ayah. Aku segera berlari menghampirinya dan memeluknya. “Aigoo, kesayanganku sudah tiba“ ujar pamanku dengan bahasa Korea sambil terus mengelus-elus rambutku seperti anak kucing. “Paman, mengapa membuat papan nama konyol ini?“ tanyaku sambil berjalan beriringan dengannya yang sibuk menarik koperku menuju parkiran mobil sedan mini hitam miliknya. “Tentu saja agar mudah mencarimu. Aku sedang ada janji dengan teman, nanti kau akan ku antar sampai depan apartementmu dan lakukan semua hal sendiri oke?“ jelasnya dan aku masuk dalam mobilnya menurut. Kami melewati Incheon brigde, itu adalah jembatan terpanjang di Korea Selatan jika malam akan ada banyak lampu berwarna-warni yang menghiasi jembatannya. Aku sedikit membuka kaca mobil mengeluarkan jari-jariku menembus angin. Aku tidak sabar sampai ke Apartementku di daerah Gangnam di Garosugil, seharusnya ibu mencarikanku apartement di daerah Apgujeong. Aku tidak berharap Eunhyuk akan salah masuk ke apartementku tapi sebenarnya aku juga berharap demikian. Lokasinya hanya 1 menit berjalan kaki dari station subway Gangnam, sekitar 50 menit untuk tiba di Seongbukgu university station, bukankah sangat jauh? Ya, universitasku berada di Hwarang-ro, Seongbuk-gu 9
harusnya carikan saja apartement yang berada di dekat universitas agar aku bisa hanya berjalan untuk pergi kesana. “Apartementmu terlalu bagus untuk ukuran mahasiswi, dan jauh dari kampusmu“ ujar paman saat di area parkir apartementku. “Kau benar, pindahkan saja aku ke asrama kampus agar dekat dari sana. Bukankah ini membuatku justru sangat lelah dan membuang uang?“ pamanku mengangguk setuju. “Ah, kau turunlah. Kau ingat Kim Han Bin? Dia … “ “Ya sudah, aku duluan. Hati-hati dijalan dan telphon aku saat kau tiba“ aku segera keluar dari mobilnya dan membawa koperku masuk ke apartement baruku sebelum dia menjelaskan banyak hal. Lagi-lagi dia mengingatkan aku akan sosok hujan kesukaanku, aku sedang tidak ingin mengingat masa lalu yang membuatku ingin terus menangis dan membuat hatiku teriris sembilu.
10