YESUS KRISTUS PENGHARAPAN DAN JAWABAN KITA Fragmen Natal 2000 GKK Disusun oleh: Tim PALKA Adegan 1
: Panggung kosong dan sunyi. Cahaya redup. Yusuf dan Maria masuk dari kanan menuju panggung. Maria sedang mengandung. Yusuf dan Maria mencari penginapan. Mereka ditolak beberapa kali, karena penginapan penuh. Penginapan terakhir menerima mereka di kandang. Yusuf dan Maria keluar. Black Out. Musik menggema beberapa saat. Musik fade out. Terdengar tangisan bayi. Cahaya fade in sampai full. Yusuf dan Maria berada di kandang. Maria menggendong bayi Yesus. Tiga orang gembala datang menyembah Yesus. Tiga orang Majus datang menyembah Yesus. Musik fade in. Cahaya fade out. Black out. Seluruh pemain keluar.
Adegan 2
: Panggung gelap dan kosong.
01. Herodes : (Suara dalam gelap) Aku perintahkan!! Bunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya. Semua anak yang berumur dua tahun ke bawah. Bunuh mereka semua!! Cepatt..!!! Cahaya diterangkan. Sekelompok perempuan membawa anak-anak berlarian dengan panik. Mereka berteriak-teriak histeris. Sekelompok pasukan mengejar mereka dengan pedang terhunus. Musik riuh rendah. 02. Prajurit 1: Ayo, kita bunuh anak-anak itu, jangan sampai ada yang lolos! 03. Prajurit 2: Ya, kita habiskan mereka tanpa sisa! Seperti yang diperintahkan Yang Mulia Raja Herodes!! 04. Prajurit 3: Bunuuuhhhhh......!!! 05. Wanita 1 : Ampun... ampun... jangan bunuh anak saya.... 06. Prajurit 1: Heehhhh....!!! pedangnya).
Jangan
banyak
bicara!
(sambil
membacokkan
07. Wanita 1 : (Sambil menghindar) Jangannn... jangannnn.... kasihanilah saya.... ini anak saya satu-satunya..... 08. Prajurit 2: Ini perintah!! Yang melawan akan kami bunuh!! Hehh!! (menusukkan pedangnya).
1
09. Wanita 1 : Oh.. anakku.. anakku... (memeluk anaknya yang tertusuk pedang). Sementara perempuan lain terus berlari ke sana ke mari sambil berteriak-teriak histeris. Anak-anak juga berteriak-teriak memanggil ibu mereka. Ada yang merintih. Ada yang menangis. Sementara prajurit-prajurit terus mengejar mereka sambil membabatkan pedang mereka dengan membabi buta. Musik bergema membuat suasana tambah kacau. Adegan ini berlangsung beberapa saat. Lalu perempuan-perempuan dan anak-anak yang lebih besar berlari keluar ke arah kiri dikejar para prajurit. Tinggal seorang perempuan yang bersimpuh di panggung meratapi anaknya yang sudah mati. Musik berganti dengan irama yang menyayat. 10. Wanita : Anakku... anakku.... jangan tinggalkan ibu naakk.... ooohh.... kasihanilah ibu... jangan biarkan ibu seorang diri.... bangun naakk... ayo kita pergi dari sini.... oooohhh..... anakku... mengapa diam saja.... ini ibu nakkk.... ooohhh..... Cahaya redup perlahan-lahan. Sementara musik semakin keras dengan nada yang semakin menyayat. Black out. Panggung dikosongkan. Musik fade out. Adegan 3
: Musik terdengar cukup keras beberapa saat. Fade out. Cahaya fade in sampai terang terarah ke area kiri panggung, sebelah kanan panggung diberi cahaya redup. Di sebelah kiri panggung dua orang laki-laki sedang berbicara serius.
01. Boss
: Saya harap saudara bisa mengerti situasi perusahaan kita...
02. Pegawai : Tapi pak, masa bapak tega sih.... 03. Boss
: Ini bukan soal tega tidak tega saudara Markus, tapi demi menyelamatkan perusahaan ini secara keseluruhan....
04. Pegawai : Iya, saya bisa mengerti, tapi mengapa harus saya yang dikorbankan, mengapa bukan yang lain? 05. Boss
: Semua sudah dipertimbangkan masak-masak. Ini memang pilihan yang sulit. Tetapi.... setiap orang yang terpilih, pasti akan berkata yang sama, “Mengapa saya? Mengapa bukan yang lain?”
06. Pegawai : Tapi bagaimana dengan istri saya, anak-anak saya. Dengan apa saya harus memberi mereka makan?
2
07. Boss
: Maaf, saudara Markus, saya tidak bisa menjawab pertanyaan saudara tersebut. Istri dan anak-anak saudara adalah tanggung jawab saudara. Tanggung jawab saya adalah bagaimana menyelamatkan perusahaan ini...
08. Pegawai : Tolonglah saya, pak.... berilah saya waktu beberapa bulan lagi... sampai saya mendapatkan pekerjaan lain... 09. Boss
: Tidak bisa saudara Markus, saya tidak bisa lagi menunda keputusan ini... perusahaan sudah berada dalam keadaan kritis.... harap saudara mau mengerti.....
10. Pegawai : Tolonglah saya, pak... tolong.... 11. Boss
: Tidak bisa, saudara Markus...!
12. Pegawai : Tolong pak....!! 13. Boss
: Tidak bisa!!! (Berbalik dan keluar. Terdengar suara pintu ditutup).
14. Pegawai : Pak... pak... pak.... pakkkk.... !!!! (Berjalan keluar dengan lesu) Apa yang harus aku lakukan sekarang. Istriku sedang mengandung dan aku diphk.... oh.. nasibbb..... (Keluar ke kiri panggung). Musik sayup-sayup dengan nada sentimentil. Cahaya di kiri panggung diredupkan, sementara di area kanan panggung cahaya diterangkan. Seorang laki-laki sedang berbicara sendiri dengan wajah muram. 15. Budi
: Gawat…. Sudah tiga bulan aku di phk, uang pesangon sudah nyaris tak bersisa… aku sudah ke sana ke mari mencari kerja… hasilnya sia-sia… apalagi dengan pendidikanku yang pas-pasan… tak tahu lagi, apa yang harus kulakukan… apalagi kalau mengingat anak dan istriku…. Tambah runyam jadinya… sedang menghidupi diri sendiri saja sudah susah… apalagi… yaah… aku cuma bisa berdoa dan mengharap belas kasihan Tuhan… semoga ada kasih bertumbuh di tengah krisis ini….
16. Risma
: (Masuk tergesa-gesa dari kanan panggung menampakkan kepanikan) Pak, pak…. Toni.. pak….
17. Budi
: Ada apa bu? Ada apa dengan Toni? Bicara yang jelas, jangan panik begitu….
18. Risma
: Toni… badannya panas sekali… memang sudah beberapa hari dia kelihatan lesu dan tak mau makan…. Ibu kuatir sekali, jangan-jangan….
dengan
wajah
3
19. Budi
: Jangan punya pikiran yang bukan-bukan dulu…. paling-paling mau flu, ini kan memang musimnya...
20. Risma
: Tapi ibu kuatir sekali, Pak... lebih baik kita bawa ke dokter saja...
21. Budi
: Ke dokter? Dari mana kita punya uang... bu... untuk makan saja sudah susah....
22. Risma
: Habis bagaimana pakkk.... ibu kuatir terjadi apa-apa dengan Toni....
23. Budi
: Sudah.. sudah... coba kita bawa ke mantri di seberang jalan saja...
24. Risma
: Ayo pak, cepat kita bawa Toni ke sana….
25. Budi
: Ayo… Ada-ada saja... sudah aku di-phk... anak sakit... (Keduanya keluar ke kanan panggung). Musik semakin menyayat. Cahaya menerangi seluruh panggung. Dua orang pemuda masuk dari arah kiri panggung sambil mabuk.
26. Pemuda1 : (Berjalan sempoyongan sambil menenggak minuman keras) Sungguh sedaapp.... minuman ini... hik... kamu mau merasakan ini Niko... hik... sedaaaaapp... hik.... 27. Pemuda2 : (Nampak sempoyongan juga) Berikan aku Toni... berikan aku.... akan kuberikan yang lebih nikmat lagi.... 28. Pemuda1 : Tunggu sobat... hik... biarkan aku puas dulu... hik.... 29. Pemuda2 : Cepat Toni.... berikan aku atau pisau ini akan merobek-robek perutmu.... 30. Pemuda1 : He..he..he..he... hik... siapa takut...!! 31. Pemuda2 : Kurang ajar....!! (Merampas botol minuman dan menenggak isinya). 32. Pemuda1 : Awaass... kau Niko... hik... akan kubalas nanti... hik... sekarang... mana pil yang kaujanjikan itu... hik.... 33. Pemuda2 : Sabar... Toni... hik... akan kuberikan... kalau kau bayar dulu... hik.... 34. Pemuda1 : Brengsek.. kau Niko.... hik... cepat berikan aku... hik... sebutir... saja... hik..... 35. Pemuda2 : Jangankan sebutir Toni.... hik... sepuluh butir pun boleh... asal kau bayar dulu.....
4
36. Pemuda1 : Brengsek... kau Niko.... ini uangnya... cepat berikan pilnya.... 37. Pemuda2 : Ha..ha..ha..ha... hik... (Memberikan pil ke Pemuda1) Ini pilnya... ambil.. dan nikmati... sorga... aa..ha..ha..ha.. hik.... Kedua pemuda berjalan sempoyongan meninggalkan panggung menuju ke arah kanan. Musik semakin keras. Cahaya redup perlahan. Black out. Pemain keluar. Musik stop. Adegan 4
: Cahaya menyala terang. Di area kiri panggung, tiga orang lelaki sedang berbincang-bincang dengan serius.
01. Pria 1
: Waaah.. kalau situasinya terus berlarut-larut seperti ini... bisa gawat usaha kita...
02. Pria 2
: Lho.. gawat gimana maksud kamu??
03. Pria 3
: Iyaa... kok gawat? Gawat gimana sih?? Aku nggak ngerti jalan pikiranmu, Tom?!
04. Pria 1
: Kalau dollar terus berfluktuasi dan harga saham terus merosot tajam, bagaimana dengan usaha kita? Bukankah ini sangat gawat??
05. Pria 2
: Ha, ha, ha, ha... Tommy... Tommy... justru situasi seperti itu... sangat bagus untuk usaha kita!
06. Pria 1
: Bagus..?? Bagus bagaimana??
07. Pria 2
: Coba pikir! Waktu situasi agak mereda, kita borong dollar... lalu terjadi demo... lalu kerusuhan.. lalu dollar melonjak... saham-saham anjlok... nah, pada saat itulah, kita lepas dollar-dollar kita dan memborong saham! Bukankah itu sangat menguntungkan!?
08. Pria 3
: Betul sekali Tommy! Di mana sih letak otak dagangmu yang selama ini cemerlang!! Hahaha... Tommy... Tommy... rupanya kehebatanmu mulai pudar termakan reformasi yaa... hahaha....
09. Pria 1
: Bukan begitu sobat... bagaimanapun kita harus ikut memikirkan nasib rakyat... ini kan zaman reformasi, jangan melulu pikirin untung...!!
10. Pria 3
: Heru! Kamu dengar apa yang dikatakan Tommy barusan..??
11. Pria 2
: Tentu saja aku dengar! Aku kan nggak tuli..!!
12. Pria 3
: Hahahaha... hebat.. hebat... Tommy yang selama ini tak kenal belas kasihan, yang tidak peduli dengan nasib orang lain... taunya cuma
5
menebalkan kantong sendiri... tiba-tiba saja berubah jadi malaikat... hahaha... 13. Pria 1
: Bukan begitu... maksudku... maksudku...
14. Pria 2
: Alaaahhh... sudahlah... Tommy... nasib rakyat itu urusan pemerintah... urusan kita adalah bagaimana mengeduk untung sebesar-besarnya, apapun situasinya...
15. Pria 3
: Jadi... bagaimana dengan proyek kita?? Terus atau ditunda??
16. Pria 2
: Terus dong... sambil kita berharap terjadi kekacauan lagi... dan untung besar sudah terbayang di mata... hahaha.... gimana dengan kamu Tom? Ikutan nggak nih??
17. Pria 1
: Hmmmm.... siapa takut..??!! Ayo.. kita kerjakan sekarang...!!
18. Pria 2&3 : Hahahaha....!!! Ketiganya bersalaman sambil tertawa terbahak-bahak. Sementara musik terdengar menggema. Pada saat bersamaan di area kanan panggung tampak tiga lelaki lain sedang berbicara. 19. Pria A
: Sebagai politikus, kita harus memanfaatkan situasi tak menentu seperti sekarang ini dengan sebaik-baiknya.
20. Pria B
: Ya, betul! Aku sangat setuju dengan pendapatmu!
21. Pria C
: Ini adalah kesempatan bagi kita untuk memperoleh kekuasaan.
22. Pria A
: Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan baik ini.
23. Pria B
: Tapi... bagaimana dengan kondisi masyarakat yang semakin terpuruk dengan situasi ini...
24. Pria C
: Ah, itu perkara nantilah... bisa dipikirkan kemudian... yang penting sekarang ini, bagaimana kita mengamankan posisi kita...
25. Pria A
: Betul! Kita tidak usah memikirkan nasib orang lain dululah... yang penting kita selamat dan memperoleh kedudukan yang baik dulu.... soal lainlainnya kita bisa pikirkan kemudian... gimana??
26. Pria B &C
: Setujuuuu....!!!
6
Tiba-tiba dari luar berlarian masuk sekelompok orang saling melemparkan batu dan berteriak-teriak liar seperti suasana tawuran anak sekolah. Musik gegap gempita. Suasana berlangsung beberapa saat. Sementara musik semakin keras. Semua pemain keluar. Cahaya fade out. Musik semakin keras. Black out. Musik berhenti. SELESAI. Jakarta, 15 November 2000 Yung Darius.
7