perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh NOVI YULYASTIKA C 0504035
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009)
Disusun oleh Novi Yulyastika C0504035
Telah disetujui oleh pembimbing:
Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd NIP. 195905091985032001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum NIP. 195402231986012001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta)
Disusun oleh Novi Yulyastika C0504035
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal........................
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua
Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd NIP. 195806011986012001
(
)
Sekretaris
Umi Yuliati, SS, M.Hum NIP. 197707162003122002
(
)
Penguji I
Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd NIP. 195905091985032001
(
)
Penguji II
Drs. Suharyana, M.Pd NIP. 195801131986031002
(
)
Dekan, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nama : Novi Yulyastika NIM : C0504035 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, Yang membuat pernyataan
Novi Yulyastika C0504035
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Berusaha mendapatkan ke Ridho’an Allah SWT (Novi Yulyastika) Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( Q.S Al Baqoroh ayat 153) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam Nasyah ayat 6)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayah Ibu Sofi Mufidah Salsabila
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra di jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari dengan segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarah, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kemudahan dan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. 3. Dra. Hj. Isnaini Wijaya Wardani, M.Pd, selaku pembimbing yang telah memberikan banyak
bimbingan dan
arahan
sehingga penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi. 4. Seluruh dosen Ilmu Sejarah yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis. 5. Seluruh staf UPT Perpustakaan Pusat UNS yang telah membantu penulis commit toskripsi. user memperoleh referensi daalam penulisan
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. 7.
Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina selaku Pembina MTA yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8.
Drs. Medi selaku Sekretaris MTA yang telah membantu penulis memperoleh data dan mendapatkan informan untuk menulis skripsi ini.
9.
Seluruh informan yang telah membantu penulis mendapatkan informasi dalam penulisan skripsi ini.
10. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 11. Teman-teman angkatan 2004, Retna, Imah,Wulan, Sapto, Adit, dll yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan selama belajar di Jurusan Ilmu Sejarah dan selama menyusun skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.
Surakarta Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... xii ABSTRAK .................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 8 E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9 F. Metode Penelitian ................................................................................. 13 G. Sistematika Penelitian .......................................................................... 16 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SURAKARTA A. Kondisi Geografis Kota Surakarta ..................................................... 18 B. Kondisi Demografis Masyarakat Surakarta ....................................... 21 1. Jumlah Penduduk .......................................................................... 21 2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Surakarta ............................ 23 3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Surakarta .............................. 29 BAB III JARINGAN DAN STRATEGI DAKWAH YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA A. Gambaran Umum BerdirinyaYayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Pusat Surakarta ...................................................................... 37 1. Latar Belakang Berdirinya MTA .................................................. 37 2. Proses Terbentuknya MTA ........................................................... 41 3. Tujuan dan Sasaran Dakwah ......................................................... 45 4. Arti dari Lambang MTA ............................................................... 46 5. Struktur Organisasi MTA………………………………………...47 B Al Qur’an dan Hadits sebagai Pedoman Dakwah dalam MTA ........... 55 C Jaringan Dakwah MTA Surakarta……………………………………57 1. Peranan Ustadz dalam Dakwah ..................................................... 58 2. Perekrutan dan Pembinaan Ustadz ................................................ 60 3. Aktivitas Dakwah MTA ................................................................ 63 to user a. Bidang Keagamaancommit .................................................................. 63
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Bidang Sosial ........................................................................... 70 c. Bidang Pendidikan ................................................................... 78 1.Pendidikan Formal ................................................................ 78 2.Pendidikan Non Formal ........................................................ 81 d. Bidang Kesehatan dan Ekonomi ................................................ 81 1.Bidang Kesehatan................................................................... 82 2.Bidang Ekonomi .................................................................... 83 D. Strategi Dakwah MTA……………………………………………….92 1. Pendekatan MTA dengan Pemerintah, MUI,dan Ormas Islam Lain ...................................................................................... 92 a. Kerjasama dengan Pemerintah dan MUI .................................. 92 b. Kerjasama dengan Ormas Islam Lain....................................... 93 2. Keanggotaan dan Pembinaan Peserta Pengajian ............................... 95 BAB IV PERANAN YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA BAGI MASYARAKAT A. Peran di Bidang Sosial Keagamaan ................................................... 98 B. Peran di Bidang Pendidikan ............................................................... 107 C. Peran di Bidang Kesehatan dan Ekonomi .......................................... 110 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah MTA .......................... 117 1. Faktor Pendukung ............................................................................ 117 2. Faktor Penghambat .......................................................................... 122 BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 125 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 128 DAFTAR INFORMAN .................................................................................. 131 LAMPIRAN .................................................................................................. 133
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data Alamat Perwakilan dan Cabang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an .... 133 2. Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an .................... 135 3. Gambar Pembina MTA dengan Tokoh dari MPR dan MUI ........................ 169 4. Gambar Suasana Pemberangkatan Peserta Nafar dan Pengajian Umum Ahad Pagi ........................................................................................ 170 5.Gambar Acara Peresmian Gedung Ahad Pagi dan Silaturahmi Menteri Kesehatan di MTA ......................................................................... 171 6. Gambar Bentuk Kerjasama MTA dengan Pemerintah, MUI, dan Ormas Islam Lain .............................................................................................................. 172
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999-2005................................... 22 2. Jenis-jenis Mata Pencaharian Penduduk (untuk Usia 10 tahun ke atas) Tahun 1999-2005 ........................................................................... 24 3. Pertumbuhan Ekonomi Surakarta Tahun 2000-2008 ................................... 27 4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Surakarta Tahun 2003-2008 ................... 28 5. Jumlah Pemeluk Agama di Surakarta Tahun 1999-2005............................. 31 6. Jumlah Zakat Fitrah dan Hewan Kurban di MTA Pusat Surakarta Tahun 1999-2009 ………………………………………............75 7. Jumlah Warga MTA di Surakarta Tahun 1999-2009………………………106
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISTILAH Akhlaqul Karimah
: Budi pekerti yang baik.
Al Hadits
: Sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik perkataan, perbuatan, maupun hal ihwalnya
Bi’ah
: Semua amal ibadah yang baru dan tidak tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits.
Fiqih
: Salah satu bidang ilmu dalam Islam yang mempelajari hukum Islam.
Grebeg
: Upacara adat dalam budaya Jawa yang dilakukan pihak keraton dengan memberikan sedekah berupa gunungan kepada rakyat.
Kejawen
: Ajaran spiritual asli leluhur tanah Jawa.
Khurafat
: Cerita-cerita yang dihubungkan dengan kepercayaan dan keyakinan dan tidak ada hubungannya dengan Al Qur’an dan Hadits.
Madhab
: Aliran hukum dalam Islam.
Nafar Fi Sabilillah
: Berpergian di jalan Allah.
Riba
: Pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip Islam.
Sanad
: Rangkaian para periwayat Hadits dari nabi sampai dengan pengumpulnya.
Shahih
: Hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang adil, sempurna ingatannya, bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak janggal.
Slametan
: Upacara adat dalam budaya Jawa yang dilakukan untuk mendapatkan keselamatan.
Syirik
: Suatu perbuatan yang menyekutukan Tuhan.
Tahlilan
: Ritual yang dilakukan untuk menghormati kematian seseorang dengan berdzikir dan membaca ayat Al Qur’an.
Tahayul
: Angan-angan yang commit to user dijadikan keyakinan. xiii
kepercayaan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Novi Yulyastika. C0504035. “Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009).’’Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009). Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an Surakarta? (2) Bagaimanakah peranan dakwah Islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Surakarta bagi Masyarakat Surakarta? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta dan peranan dakwah Islamiyah MTA bagi masyarakat Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode sejarah mempunyai empat tahap, yaitu heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan kritik ekstern, interpretasi atau penafsiran data dan historiografi yang berupa hasil penelitian dalam penyusunan fakta-fakta ke dalam kisah sejarah. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga keagamaan Islam yang mempunyai tujuan mengajak umat Islam untuk mempelajari Al Qur’an dan Hadits serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sumber ajaran Islam dalam MTA adalah Al Qur’an dan Hadits, keduanya merupakan sumber hukum Islam yang utama. Kegiatan dakwah dilakukan dalam bidang keagamaan, sosial, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dalam melakukan aktivitas dakwahnya, MTA juga menjalin kerjasama dengan pemerintah, MUI, dan ormas Islam lainnya. Bentuk kerjasama diwujudkan dengan mengundang dari tokoh-tokoh dari elemen tersebut dalam kegiatan sosial keagamaan yang diselenggarakan MTA, begitu pula MTA senantiasa diundang dalam acara keagamaan yang diselenggarakan oleh pihakpihak tersebut.MTA juga mempunyai peranan dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Peranan pada bidang-bidang tersebut digunakan sebagai strategi MTA untuk melancarkan kegiatan dakwahnya. Kesimpulannya adalah MTA merupakan ormas Islam yang mempunyai peranan besar di bidang dakwah, sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dakwah dilakukan dengan penyiaran agama Islam di masyarakat dalam bentuk kegiatan pengajian, berkerjasama dengan pemerintah, MUI, dan ormas Islam lain serta berperan di bidang sosial kemasyarakatan. Kegiatan tersebut dilakukan agar dakwah MTA dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Novi Yulyastika. C0504035. Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion (MTA) Surakarta ( Study of Islamic Religious Proselytizing Islamic Revivalism Organization in Surakarta 1999-2009).Thesis, Departement of Historical Science, Faculty of Letters and Fine Art, Sebelas Maret University of Surakarta. This research discuses about Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion ( MTA) Surakarta ( Study of Islamic Religious Proselytizing Islamic Revivalism Organization in Surakarta 1999-2009). The research problems are (1) How element and stategy religious proselytizing Mjlis Tafsir Al Qur’an Fonndtion? (2) H0w role Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion for Surakarta society. The aims of the reseach to find out the element and stategy religious proselytizing Majlis Tafsir Al Qur’an Fondtion (MTA) and the role Islamic religious proselytizing MTA for Surakarta society. The method used in this research is historical method. The historical method has four steps, namely heuristic or data collection, source critics consist of intern and extern critics, interpretation and historiography or the explanation of facts in history. The result of the research shows that Majlis Tafsir Al Qur’an Foundtion (MTA) as the Islamic institution invites Muslims to learn Al Qur’an and Hadits and to apply them in daily activities. They are as main source in MTA. The are many activities in MTA. In doing this, MTA holds the relation with government, MUI, and other Islamic organization. The relations are MTA invited them in MTA’s events and programs or reversely. MTA also hols some programs in social activition, education, health and economy. This role in society to make the mission of Islam run well. The conclusion, MTA as Islamic organization has the mission in Islamic mission, social, education, health, and economy. The mission is through the spreading of Islamic teaching in society in the form of Islamic preaching couperation with government, MUI, and other Islamic organization. This make MTA mission in spreading Islamic teaching accpted
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam muncul kembali sebagai kekuatan global dalam dunia muslim pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ruang lingkup kebangkitan Islam tidak hanya terjadi di satu negara tertentu saja, namun mencangkup seluruh dunia dari Sudan sampai Indonesia. Kebangkitan Islam mencerminkan tumbuhnya kebangkitan agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun umum yang terjadi di sebagian besar dunia Islam dan mempunyai dampak penting pada barat.1 Fenomena kebangkitan Islam muncul karena beberapa alasan, yaitu pertama adanya perasaan bahwa isme-isme non Islam, sistem politik, ekonomi maupun sosial budaya yang telah ada gagal menyelesaikan masalah kehidupan manusia secara utuh. Kedua, adanya ketidaksukaan dan penolakan terhadap barat. Ketiga, adanya upaya identitas dan keotentikan yang lebih jelas dan keempat, keyakinan bahwa Islam merupakan ideologi yang memadai bagi negara dan masyarakat, serta sebagai suatu alternatif yang sah untuk menggantikan isme-isme yang ada seperti sosialisme dan kapitalisme.2 Pada tahun tersebut perkembangan Islam ditandai dengan fenomena menguatnya religiustas umat Islam. Fenomena yang sering ditandai dengan kebagkitan Islam (Islamic Revivalism) ini muncul dalam bentuk meningkatnya kegiatan peribadatan, menjamurnya pengajian, merebaknya budaya yang islami, 1
Jhon. L. Esposito, 1996, halaman 21-22.
Ancaman Islam Mitos atau Realitas?, Bandung: Mizan,
commit to user M. Hamdan Basyar, dkk, 2000, Indonesia dan Dinamika Islam Politik, Jakarta: PPWLIPI, halaman 126-127. 2
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
munculnya lembaga ekonomi Islam (bank syariah), islamisasi hukum keluarga (UU Perkawinan) dan menguatnya warna keagamaan dalam sistem pendidikan (UU Pendidikan Nasional)3 John. L. Esposito manberikan pengertian bahwa fundamentalisme Islam sama dengan kebangkitan Islam. Fundamentalisme Islam ini dicirikan sebagai sifat kembali kepada kepercayaan fundamental agama. Dalam semua praktek kehidupan, kaum muslimin fundamentalis mendasarkan pemahaman Al Qur’an dan sunnah serta pengamalannya dalam kehidupannya. John. L. Esposito tidak sepakat jika gerakan Islam ini diletakkan pada kasus Kristen yang dituduh sebagai kelompok litaralis dan ekstrem karena pada gilirannya fundamentalisme dimaknai sebagai gerakan yang mengacu literalisme dan berharap kembali pada kehidupan masa lalu, bahkan lebih jauh lagi Esposito mengkritik orang yang mengartikan fundamentalisme secara sembarangan menyamakan dengan ekstremisme, fanatisme, dan terorisme. Esposito lebih memilih menggunakan istilah Islamic Revivalism daripada Islamic Fundamentalism untuk menggambarkan gerakan kebangkitan Islam kontemporer karena istilah tersebut dianggap memiliki akar tradisi Islam.4 Diantara latar belakang munculnya gerakan kebangkitan Islam yang muncul dalam kehidupan kaum muslimin antara lain berbagai masalah internal kaum muslimin. Diantara masalah internal kaum muslimin Indonesia dapat dilihat dari dua realitas, yaitu realitas individu dan realitas umat. Probematika umat Islam Indonesia yang tercermin dari realitas individu diantaranya adalah lemahnya
3
M. Imadudun Rahmat, 2005, Arus Baru Islam Radikal Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, (Jakarta: Erlangga), halaman 10.
commit to user
4
Jhn. L. Esposito, op.cit., halaman 4.
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
aqidah Islam, lemahnya wawasan dan pengetahuan kaum muslimin Indonesia terhadap Islam, lemahnya spiritualitas kaum muslimin Indonesia, lemahnya kemauan yang dimiliki pribadi-pribadi muslim Indonesia untuk meningkatkan kualitas diri, lemahnya harga diri pribadi-pribadi muslim untuk menampilkan identitas kemuslimannya. Adapun realitas kolektif masyarakat muslim di Indonesia antara lain berupa lemahnya kepemimpinan umat Islam, lemahnya ikatan persaudaraan (ukhuwah) di kalangan umat muslim, lemahnya kekuatan dalam semua dimensi kemanusiaan, lemahnya arahan untuk menjadi pembimbing peradaban dan lemahnya dakwah yang terprogram sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi umat muslim.5 Salah satu permasalahan yang mendasar pada umat Islam Indonesia lemahnya aqidah mereka, lemah dalam pengetahuan dan lemah dalam pengamalan ajaran Islam. Pada kenyataannya, banyak ditemukan orang Islam di Indonesia yang pengetahuan aqidahnya masih rancu. Hal tersebut terlihat dari keimanan mereka kepada Allah yang tercampur dengan syirik dan khurafat. Hal ini dapat mengotori kemurnian aqidah kepada Allah, karena aqidah dalam Islam menghendaki keyakinan dan kepercayaan yang menjadikan Allah sebagai sumber keyakinan tunggal dan tidak dapat dipersekutukan dengan apapun. Secara umum wawasan dan pengetahuan tentang Islam yang dimilik oleh umat Islam Indonesia relatif rendah. Para tokoh dan dai terkadang juga masih memiliki wawasan Islam yang kurang memadai, padahal mereka menjadi panutan bagi umat di sekitarnya. Kondisi yang demikian membuat umat Islam Indonesia tidak memperoleh wawasan keislaman yang sempurna. commit to user Hartoyo, dkk, 2002, Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi, Surakarta: Nurul Huda Press, halaman 121-123. 5
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Pada realitas kolektif yang menjadi permasalahan bagi umat Islam di Indonesia antara lain berupa lemahnya kepemimpinan, lemahnya persaudaraan, lemahnya jaringan, lemah dalam perencanaan dakwah. Lemahnya kepemimpinan umat Islam dapat berdampak fatal, karena dapat melemahkan sisi kehidupan umat Islam. Lemahnya persaudaran dalam umat Islam di Indonesia terlihat dalam lemahnya hubungan antar umat. Mereka masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri dan mengabaikan urusan saudara seimannya bahkan lemahnya persaudaraan umat Islam ini juga terlihat buruknya hubungan umat Islam yang saling menyalahkan dan menghina antara organisasi Islam yang satu dengan organisasi Islam yang lain. Lemahnya jaringan umat Islam Indonesia terlihat dari jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia yang banyak, tetapi jaringannya lemah. Kelemahan jaringan berdampak pada kelemahan di berbagai segi lainnya, seperti kelemahan pada aspek pendanaan. Problematika kolektif umat Islam yang terakhir adalah perencanaan dakwah yang lemah. Lemahnya perencanaan dakwah yang ada di Indonesia tedapat dengan merebaknya kegiatan dakwah di Indonesia, berbagai lembaga dakwah terbentuk di mana-mana, tetapi kegiatan tersebut tidak terprogram dengan baik sehingga menyebabkan umat Islam Indonesia yang memiliki beragam tingkat pendidikan dan pemahaman tidak dapat menerima hasil yang sempurna dari kegiatan dakwah tersebut. Pada tahun 1970-an di Asia Tenggara, termasuk Indonesia terjadi kebangkitan Islam yang tidak pernah ada sebelumnya. Kebangkitan Islam ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor dari luar yang berupa revolusi Iran, tumbuhnya kekuatan ekonomi Timur Tengah sejak tahun 1970-an, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
kekecewaan dunia Islam terhadap nasionalisme sekuler. Faktor yang datang dari dalam ialah pembaharuan Islam yang terus dilakukan. Semuanya itu ditandai dengan peningkatan program pengajian, banyaknya jumlah masjid di kota dan di desa, pendirian sekolah agama, dan berkembang pesatnya buku-buku, majalah, dan surat kabar Islam di Indonesia.6 Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) merupakan salah satu organisasi kebangkitan Islam. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Abdullah Thufail Saputro pada tanggal 19 Septembar 1972 di Surakarta. Didirikan organisasi ini mempunyai tujuan mengajak umat Islam untuk kembali mempelajari dan mendalami ajaran Islam yang asli, yakni Al Qur’an dan Hadits beserta tafsirannya secara menyeluruh, kemudian menghayati dan mengamalkan setiap yang sudah diyakini di dalam kehidupannya sehari-hari. Baik secara pribadi, maupun sebagai bagian dari masyarakat luas, sehingga tercipta suatu bentuk kehidupan yang benar-benar merupakan perwujudan dari yang dikendaki oleh Al Qur’an dan Hadits.7 Terbentuknya MTA didorong oleh keinginan melaksanakan agama sebagai rahmat bagi seluruh alam berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Tujuan lain didirikan MTA adalah membersihkan aqidah umat Islam dari praktek-praktek keagamaan yang menyimpang seperti bi’ah, syirik, khurafat, dan tahayul yang masih dikerjakan oleh masyarakat Islam di Indonesia. Pembersihan aqidah menjadi tujuan utama MTA sebagai organisasi kebangkitan Islam. Hal tersebut tidak
6
Hefner, W Robert dan Patricia Horvarch, 2001, Islam di Era Negara Bangsa: Politik dan Kebangkitan Muslim Asia Tenggara, Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 7.
commit to user Sekretariat MTA, 1998, Mengenal Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA), Surakarta: Sekretariat MTA,1998, halaman 2. 7
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlepas dari budaya masyarakat Indonesia yang di dalamnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al Qur’an dan Hadits. Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an yang telah berdiri sejak tahun 1972 dapat berkembang dalam masyarakat, walaupun banyak rintangan serta cobaan yang didapat oleh organisasi ini dan warga pengajiannya dalam bentuk yang berbedabeda, MTA dapat diterima oleh masyarakat dan pemerintah. Bidang-bidang yang dimiliki oleh MTA meliputi dakwah, pendidikan, kesehatan, olahraga, ekonomi, pers, dan sosial. Pada bidang dakwah, MTA menyelenggarakan kegiatan pengajian
umum
dan
pengajian
khusus.
Bidang
pendidikan,
MTA
menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal. Pada pendidikan formal, organisasi ini mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat TK sampai SMA, sedangkan pada pendidikan non formal dengan menyelenggarakan pembinaan keterampilan bagi warga MTA. Pada bidang kesehatan, MTA mendirikan Balai Pengobatan (BP)/RB MTA di Semanggi, Surakarta. Balai pengobatan ini memberikan pelayanan bidang kesehatan terhadap masyarakat umum serta warga MTA pada khususnya. Bidang olahraga, organisasi ini mengadakan berbagai macam kegiatan olahraga seperti volley, bulu tangkis, bela diri, tennis meja. Pada olahraga sepak bola, MTA mendirikan P.S MTA pada tahun 1974. Pada bidang ekonomi, MTA membuka UB (Usaha Bersama). UB ini didirikan untuk memperkuat ekonomi dan membantu kesejahteraan warga MTA. Selain mendirikan UB, MTA juga mendirikan usaha pertokoan, percetakan ‘’Al Abror’’, produksi air minum kemasan ‘’Kaafur’’, mendirikan Koperasi Serba Usaha (KSU) bernama Dirgantara, biro perjalanan ‘’Adi Tour & Travel’’, usaha pelayanan sound system commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
dan sejenisnya ‘’Sasana Adi Suara 234, lembaga bimbingan penyelenggaraan haji dan biro jasa konstruksi. Pada bidang pers, MTA mempunyai dua media untuk mendukung kegiatan dakwahnya, yakni media cetak dan media elektronik. Pada media cetak MTA mengeluarkan majalah bulanan yang bernama Respond an Al Mar’ah. Majalah tersebut membahas kajian agama secara jelas, memuat tafsir Al Qur’an maupun Al Hadits berikut keterangan para ulama di samping itu juga membahas tentang muamallah, amalan hidup dalam kehidupan manusia kesehariannya. Pada media elektronik, MTA memiliki sarana dakwah melalui radio, televise, dan website. Radio dakwah yang dimiliki oleh MTA bernama MTA FM. Radio ini mengudara di frekuensi 107,9 MHZ. Adanya radio ini mampu menarik perhatian umat Islam untuk mendengarkan siaran dakwah MTA. Adanya keberhasilan penyiaran dakwah lewat radio mendorong pimpinan Majlis Tafsir Al Qur’an untuk mengelola penyiaran media televise. Bermula dari kegiatan dokumentasi foto dan video, MTA berupaya mengelola media televise yang islami bernama MTATV, melalui media ini dapat memberikan tontonan yang islami kepada masyarakat. Media elektronik lainnya yang digunakan sebagai penunjang dakwah MTA adalah dengan mendirikan website. Website yang dikeluarkan oleh MTA bernama www.mta.or.id, dalam perjalanannya ternyata website tersebut kosong tidak ada apa-apa. Akhirnya website www.mta.or.id diperbarui dengan nama www.mtaonline.com dan website tersebut diluncurkan pada bulan Juni 2004. Pada bidang sosial, MTA mengadakan berbagai kegiatan sosial bagi masyarakat umum, seperti donor darah, kerja bakti serta bantuan bagi fakir miskin. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan keterangan di atas, dalam memperdalam kajian mengenai perkembangan MTA, maka penelitian ini menarik untuk diteliti dengan judul Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta tahun 1999-2009? 2. Bagaimanakah peran dakwah islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) bagi masyarakat Surakarta tahun 1999-2009?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada tiga tujuan yang ingin didapat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui jaringan dan strategi dakwah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta tahun 1999-2009. 2. Untuk mengetahui perana dakwah islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) bagi masyarakat Surakarta tahun 1999-2009.
D. Manfaat Penelitian Adanya penelitian tentang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sebagai sumbangan bagi ilmu sosial khususnya ilmu sejarah. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya tema penulisan sejarah keagamaan dan sejarah kontemporer. 2. Dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang ingin menulis sejarah sosial keagamaan dan sejarah kontemporer. 3. Dapat
digunakan
sebagai
bahan
masukan
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
E. Kajian Pustaka Dalam penelitian ini menggunakan beberapa referensi pustaka. Referensi tersebut antara lain: Buku yang berjudul Telaah Kasus Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) (1998) yang ditulis oleh Sulaiman. Buku ini berisi tentang sejarah, perkembangan dan berbagai aktivitas MTA pada bidang sosial keagamaan. Mengenai aqidah, ibadah, kegiatan pengajian dijelaskan secara ringkas pada buku ini. Mengenai aqidah, MTA menghendaki warganya hanya mempercayai Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Buku ini juga menjelaskan berbagai rintangan dakwah yang dialami MTA dalam menyiarkan agama Islam pada tahun 1972-1998. Rintangan tersebut antara lain berupa MTA difitnah sebagai pengikut Darul Hadits, pengikut Komando Jihad, peserta pengajian wanita yang mendapat julukan serendo-rendo. Selain itu rintangan dakwah lain berupa pengerusakan gedung pengajian dan penganiayaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
fisik terhadap warga MTA oleh orang-orang yang tidak suka dengan dakwah yang dilakukan MTA.8 Buku yang berjudul Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (2001) karya Abuddin Nata. Buku ini membahas berbagai bentuk pemikiran Islam yang ada di Indonesia, yang antara lain Islam Tradisional, Islam Modernis dan Islam Kultural. Dalam buku ini menjelaskan ciri-ciri Islam tradisional yang eksklusif (tertutup), berorientasi ke belakang dalam hal pengambilan keputusan hukum (berpedoman dan mengagungkan ulama masa lampau), tidak mempermasalahkan pencampuran unsur tradisi dalam agama, kurang menghargai iptek. Sedangkan Islam modernis bercirikan rasional, dinamis, dan progresif. Islam modernis merupakan kelompok Islam yang menghendaki ajaran Islam mampu memberikan kontribusi secara nyata dalam memecahkan berbagai masalah sosial sepanjang masa. Islam kultural adalah kelompok Islam yang muncul karena adanya respon Islam terhadap berbagai masalah kebudayaan dalam masyarakat. Islam kultural bersifat mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial tempat ajaran Islam dipraktekkan. Buku ini dianggap penting untuk dijadikan referensi mengkaji pengembangan dakwah dan peranan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) bagi masyarakat Surakarta tahun 1999-2009. Kaitan dengan tema yang diangkat adalah MTA dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk Islam tersebut, yakni Islam modernis. Buku karangan Azumardi Azra yang berjudul Historiografi Islam Kontemporer (1996). Buku ini menjelaskan tentang perkembangan Islam di Indonesia. Salah satu bab pada buku ini menjelaskan pandangan orientalisme commit userAl Qur’an Pusat Surakarta, Semarang: Sulaiman, 1998, Telaah Kasus MajlistoTafsir Departemen Agama, Balai Penelitian Aliran Kerohanian/ Keagamaan, halaman 16. 8
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
yaitu paham dan pengetahuan barat tentang dunia Islam yang beranggapan bahwa Islam di Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah Islam pariferal (pinggiran) yang jauh dari bentuk aslinya dari Timur Tengah. Hal ini karena adanya pandangan bahwa orang-orang Timur Tengah saja yang merupakan muslim baik, sedangkan masyarakat yang mengalami Islamisasi lebih akhir adalah muslim buruk, sinkretis dan nominal seperti terlihat pada masyarakat Jawa. Namun pandangan tersebut mulai runtuh sekitar tahun 1970-an dengan adanya gerakan kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Buku yang berjudul Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia (2005) ditulis M. Imdadun Rahmat. Buku ini menjelaskan pengaruh gerakan kebangkitan Islam Timur Tengah melalui organisasi massa Islam seperti Ikhwanul Muslim, Hizbut Tahrir dan Al Dakwah Al Salafiyah terhadap gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Negara-negara di Timur Tengah memiliki kota suci dan pusat ilmu pengetahuan Islam yang selalu dikunjungi oleh orang Islam Indonesia untuk berhaji dan menuntut ilmu. Melalui kegiatan tersebut terbentuk jaringan keulamaan dan jaringan dakwah. Adanya para pelajar muslim Indonesia yang semakin banyak menuntut ilmu di Timur Tengah menyebabkan mereka mengikuti berbagai keyakinan, ideologi, sikap, dan tindakan kaum muslimin di Timur Tengah. Berbagai keyakinan, ideologi yang didapat para pelajar muslim Indonesia dari Timur Tengah mereka sebarkan dan terapkan di negeri ini. Gerakan kebangkitan Islam memiliki prinsip-prinsip antara lain. Pertama, din wa dawlah, yakni Islam merupakan sistem kehidupan yang total yang secara universal dapat diterapkan pada semua keadaan, tempat dan waktu. Kedua, commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fondasi Islam adalah Al Qur’an dan Al Hadits. Umat Islam diperintahkan untuk menjalankan segala aktivitas keagamaannya berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Ketiga, umat Islam diperintahkan untuk menjaga nilai-nilai Islam, baik dalam pergaulan dan pembagian peran laki-laki dengan perempuan serta kehidupan sehari-hari. Keempat, kedaulatan dan hukum Allah berdasarkan syariat. Tujuan umat Islam adalah menegakkan kedaulatan Tuhan di bumi, hal ini dapat dicapai dengan menetapkan tatanan Islam (nizam Islami) dengan menggunakan syariat sebagai undang-undang tertinggi. Kelima, jihad sebagi pilar menuju nizam Islami.9 Skripsi yang berjudul ‘’Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta Tahun 1972-1998 (Studi Tentang Gerakan Modern Islam di Surakarta)’’ (2000) karya Widodo. Skripsi ini memuat tentang perkembangan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an ( MTA ) di Surakarta dari tahun 1972-1998. Dalam skripsi ini memuat biografi K.H. Al Ustadz Abdullah Thufail Saputro, selaku pendiri dari MTA, latar belakang, perkembangan dan tantangan dakwah yang dialami oleh MTA, aktivitas yang dilakukan MTA serta hubungan MTA dengan pemerintah dan organisasi Islam yang lain. Latar belakang K.H. Al Ustadz Abdullah Thufail Saputro mendirikan MTA adalah keprihatian beliau melihat kondisi umat Islam di Indonesia yang masih melaksanakan praktek-praktek keagamaan yang telah menyimpang dari ajaran Islam yang berupa Al Qur’an dan Hadits. Selain itu juga adanya pertentangan organisasi-organisasi Islam yang ada, organisasi-organisasi Islam tersebut menganggap bahwa organisasinya yang paling baik dan cenderung menjelekkan organisasi Islam yang lain. commit to user 9
M. Imdadun Rahmat, op.cit, halaman 155.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skripsi ini dianggap penting untuk dijadikan referensi dalam mengkaji Pengembangan dakwah dan peranan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) bagi masyarakat Surakarta Tahun 1999-2009. Dijadikannya skripsi ini sebagai pendukung pembahasan karena buku ini membahas tentang perkembangan MTA di Surakarta tahun 1972-1998. F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk membahas kajian Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta ( Studi Tentang Dakwah Islamiyah Organisasi Kebangkitan Islam di Surakarta Tahun 1999-2009) adalah metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk, metode sejarah adalah proses mengumpulkan, menguji, dan menganalisa secara kritis rekaman-rekaman peninggalan masa lampau menjadi kajian yang dapat dipercaya. 10 Metode sejarah ini mempunyai empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historigrafi. Landasan utama metode sejarah adalah bagaimana menangani dan menghubungkan bukti-bukti sejarah yang ada.11 Tahap pertama dalam metode sejarah adalah mengumpulkan bukti-bukti sejarah. Pada tahap ini, dikumpulkan bukti tertulis berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan segala hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dikaji, selain mengumpulkan dokumen, pada tahap ini juga dikumpulkan bukti-bukti sejarah berupa sumber lisan yang dilakukan dengan wawancara. Proses ini dinamakan heuristik.
10
Louis Gottschalk, 1986, Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho Notosusuanto Jakarta: Universitas Indonesia Press, halaman 32.
commit to1991, user Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum William H. Frederich dan Soeri Soeroto, dan Sesudah Revolusi, Jakarta: LP3ES, halaman 13. 11
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap kedua adalah kritik sumber yang bertujuan untuk mencari keaslian sumber melalui kritik intern maupun kritik ekstern.12 Kritik intern digunakan untuk membuktikan bahwa isi dari suatu sumber tersebut memang dapat dipercaya kebenarannya, sedangkan kritik ekstern bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Tahap ketiga adalah interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang dimunculkan dari data yang telah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatakan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data se4jarah dan bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi yang menyeluruh.13 Pada tahap interpretasi ini digunakan ilmu bantu yang berupa sosiologi dan agama untuk membantu dalam menafsirkan data-data yang terseleksi. Proses terakhir adalah historiografi, yaitu menyajikan hasil penelitian dalam penyusunan faktafakta ke dalam kisah sejarah. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: studi dokumen, studi pustaka, dan wawancara. a. Studi dokumen Dalam sebuah penelitian sejarah, penggunaan dokumen sangat diperlukan. Dokumen diartikan sebagai jejak yang tertinggal dan dapat dilacak karena peristiwanya dapat terjadi. Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat
12
Dudung Abdurrahman, 1991, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, halaman 58.
commit to user
13
Ibid, halaman 64.
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
pengertian historis tentang fenomena unik.14 Dokumen mempunyai dua pengertian, yaitu artian luas dan artian sempit. Dokumen dalam artian luas berupa monumen, artefak. Dokumen dalam artian sempit berupa data tertulis seperti arsip, foto, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Adapun dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip-arsip yang dimiliki oleh MTA. Dokumen tersebut antara lain Anggaran Dasar MTA, Anggaran Rumah Tangga MTA, dan Laporan Tahunan MTA. Dokumen tersebut disebut juga dengan sumber primer, yakni sumber yang didapat langsung dari sumber informasi. Dokumen tersebut diperoleh dari bagian sekretariat MTA. Penggunaan sumber sekunder juga diperlukan dalam pengumpulan data. Sumber sekunder digunakan sebagai pendukung sumber primer. Sumber sekunder berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan kajian penelitian. b. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan sebagai bahan pelengkap dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, sumber pustaka yang digunakan hanya berkaitan dengan kajian penelitian. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk menambah teori dan konsep yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber pustaka yang digunakan antara lain berupa buku, majalah, surat kabar, dan sumber lain yang memberi informasi tentang kajian penelitian. Dalam penelitian ini studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Umum Daerah Surakarta, dan Perpustakaan Pusat Universitas Muhammadiyah Surakarta. 14
Sartono Kartodirjo, 1983, ‘’ Metode Penggunaan Bahan Dokumen’’ dalam commit to user Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, halaman 47.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Wawancara Wawancara adalah sebuah kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh15. Wawancara yang dilakukan antara lain dengan Medi ( Sekretaris MTA Pusat Surakarta), Zaenal Ahmad ( Ketua MTA cabang Grogol I, Sukoharjo), Lintang ( Crew MTA TV), Muhammad Al Faruq ( Staf Markerting KSU Dirgantara), Daryanto Ahmad ( Seksi Bidang Sosial MTA Pusat Surakarta ), Suparmin ( Karyawan UB MTA ), dan Muhammad Fathoni ( Karyawan Kaafur) 3. Teknik Analisa Data Teknik yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini adalah analisa historis, yaitu analisa untuk mencari hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis pada ruang dan waktu tertentu. Tujuan dari analisa historis adalah agar penelitian tidak hanya menjawab apa, kapan, dan dimana peristiwa tewrsebut berlangsung, tetapi juga menjelaskan gejala sejarah sebagai kausalitas. Analisa ini kemudian disajikan dalam bentuk penulisan diskriptif.
G. Sistematika Penulisan Dalam rangka memberi gambaran yang sistematis dan menyeluruh tentang pembahasan penelitian ini, sistematika yang dirancang adalah: BAB 1 Bab ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
to 1992, user Metode dan Masalah penelitian Sosial, James A. Black dan Dean J. commit Champion, Bandung: PT Eresco, halaman 306. 15
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II menjelaskan tentang gambaran umum masyarakat Surakarta. Pada bab ini dijelaskan tentang deskripsi wilayah Surakarta dan kondisi demografis masyarakat Surakarta. BAB III berisi tentang jaringan dan strategi dakwah MTA. Pada bab ini dijelaskan tentang jaringan dakwah MTA yang meliputi peranan, perekrutan dan pembinaan ustad ( guru daerah ) serta aktivitas-aktivitas dakwah MTA. Untuk strategi dakwah MTA dilakukan melalui pendekatan dengan pemerintah, MUI, serta ormas Islam lain. Bab ini juga menjelaskan keanggotaan dan pembinaan peserta pengajian. BAB IV membahas peranan dakwah Islamiyah Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an ( MTA ) bagi masyarakat Surakarta. Peranan tersebut meliputi bidang sosial keagamaan, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Bab ini juga menjelaskan tentang faktor pendukung dan penghambat dakwah MTA. BAB V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SURAKARTA
A. Kondisi Geografis Kota Surakarta Surakarta bisa disebut sebagai wilayah perkotaan apabila didasarkan pada definisi Grunfield atas suatu wilayah. Grunfeld membedakan definisi perkotaan menjadi dua, yaitu perkotaan fisik dan perkotaan mental. Perkotaan fisik menyangkut luas wilayah, kepadatan penduduk, dan tata guna tanah yang non agraris, sedangkan perkotaan mental berkaitan dengan orientasi kepada nilai dan kebiasaan hidup penduduk kota.1 Berdasarkan definisi yang diungkapkan oleh Grunfeld tersebut, maka Surakarta dapat dikategorikan sebagai wilayah perkotaan baik secara fisik maupun mental. Sebagai kota, Surakarta banyak terdapat gedung perkantoran dan gedunggedung lain yang memberi ciri khas tersendiri sehingga Surakarta mendapat sebutan sebagai kota budaya, kota pelajar, dan kota perdagangan. Disebut sebagai kota budaya karena kota ini memiliki tempat-tempat untuk kegiatan kebudayaan, benda-benda budaya, berbagai tradisi budaya Jawa yang masih dipegang kuat oleh masyarakat Surakarta, dan tempat-tempat bersejarah di kota ini. Surakarta yang berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan merupakan salah satu pusat kerajaan Mataram Islam dan memiliki banyak sebutan, diantaranya: ‘’ Kota Bengawan’’, disebut demikian karena kota Surakarta dialiri Sungai Bengawan Solo, orang-orang desa menyebutnya ‘’Nagari’’, karena dulu merupakan kerajaan dan tempat tinggalnya raja. Solo adalah sebutan secara to user Grunfeld, ‘’Definisi Suatu commit Wilayah’’, dalam N. Daldjoeni, 1988, Seluk Beluk Masyarakat Kota, Bandung: Penerbit Alumni, halaman 41. 1
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
tradisional yang berasal dari sebuah pohon solo yang banyak tumbuh di wilayah Batu Retno atau nama pendiri Desa Solo yang bernama Ki Gede Solo. Kota Solo sendiri berarti suatu kesederhanaan dan pandangan hidup orang Jawa. Surakarta Hadiningrat nama sebutan resmi secara administrasi pemerintahan.2 Kota Surakarta yang juga dikenal sebagai Kota Solo merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut dengan luas sekitar 44 km2. Surakarta terletak diantara 110 45’ 15’’-110 45’ 35’’ bujur timur dan 70’ 36’’-70’ 56’’ lintang selatan. Surakarta dibelah dan dialiri oleh tiga sungai besar, yaitu Bengawan Solo, KaliJenes, dan Kali Pepe.3 Surakarta berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo. Secara keseluruhan luas wilayah Surakarta mencapai 44,06 km yang terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Serengan, Laweyan, Pasar Kliwon, Jebres, dan Banjarsari. Lima kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 52 kelurahan, jumlah kelurahan untuk masing-masing kecamatan adalah: Laweyan terdiri dari 11 kelurahan, Serengan terdiri dari 7 kelurahan, Pasar Kliwon terdiri dari 9 kelurahan, Jebres terdiri dari 11 kelurahan dan Banjarsari terdiri dari 13 kelurahan. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 61% sedangkan untuk kegiatan ekononomi menggunakan tempat yang cukup besar yaitu berkisar 20% dari luas lahan yang ada.4
2
Radjiman, 1984, Sejarah Mataram Kartosuro sampai Surakarta Hadiningrat, Surakarta: TB Krida , halaman 66. 3
http://www.surakarta.go.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2010 pukul 14.26
4
Badan Pusat Statistik, Surakarta dalamAngka Tahun 2000.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Sejak resmi menjadi daerah administratif, tepatnya setelah kemerdekaan, Kota Surakarta telah mengalami enam kali perubahan sebutan, yaitu periode Pemerintahan Daerah Surakarta dimulai tanggal 16 Juni 1946 dengan berlakunya Undang-undang No.16 Tahun 1947 tanggal 5 Juni 1947, periode Pemerintahan Daerah Haminte Kota Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No.16 Tahun 1947 sampai dengan berlakunya Undang-undang No.22 Tahun 1948 tanggal 10 Juli 1948, periode Pemerintahan Kota Besar Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1948 tanggal 10 Juli 1948 sampai dengan berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1957 tanggal 18 Januari 1957, periode Pemerintahan Daerah Kotapraja Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1957 sampai dengan berlakunya Undang-undang No.18 Tahun 1965 tanggal 1 September 1965, periode Pemerintah Kotamadya Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No.18 tahun 1965 tanggal 1 September 1965 sampai dengan berlakunya Undang-undang No. 5 Tahun 1974, periode Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No. 5 tahun 1974 sampai dengan berlakunya Undangundang No. 22 Tahun 1999 tanggal 4 Mei 1999, periode Pemerintah Kota Surakarta dimulai dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah sampai sekarang.5 Tanah di Solo bersifat pasiran dngan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik gunung api. Komposisi ini ditambah ndengan ketersediaan air yang cukup melimpah sehingga menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri seperti commit to user 5
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
tembakau dan tebu. Namun demikian, industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk.6 Sebagai kota industri dan perdagangan, ada banyak pabrik dan perusahaan yang terdapat di berbagai daerah Surakarta yang menyerap tenaga kerja, baik dari dalam kota maupun luar kota. Dari sektor perdagangan dapat dilihat dari jumlah pasar yang ada, baik itu pasar tradisional maupun modern. Pasar tradisional yang ada di Surakarta antara lain Pasar Gede, Pasar Triwindu, Pasar Gading, Pasar Gemblekan dan lain sebagainya.
B. Kondisi Demografis Masyarakat Surakarta 1. Jumlah Penduduk Penduduk atau masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam masalah perkotaan. Pertumbuhan, perkembangan serta penyebarannya sering kali menimbulkan efek sosial yang menjadi perhatian pemerintah daerah satempat. Demografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu yang mamberikan uraian atau gambaran statistik suatu bangsa dilihat dari sudut sosial, politik dan ilmu kependudukan, sedangkan masalah umum kependudukan terdiri dari masalah jumlah, penyebaran, transmigrasi atau perpindahan penduduk, kesempatan kerja, pemukiman dan lingkungan hidup, kesehatan, pendidikan dan aspek sosial lainnya. Kependudukan merupakan salah satu bidang yang menjadi perhatian pemerintah dalam proses pembangunan. Masalah kependudukan memuat commit to user 6
http://www.wikipedia.org.id, diakses pada tanggal 5 Juli 2010 pukul 15.00
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kuantitas penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, angkatan kerja serta kualitas penduduk (pendidikan dan kesehatan). Jumlah penduduk perlu diperhatikan, selain sebagai subyek penduduk Indonesia juga dijadikan obyek bagi pembangunan. Penduduk merupakan kunci dari pembangunan itu.7 Berikut ini merupakan tabel jumlah penduduk Surakarta berdasarkan jenis kelamin tahun 1999-2005. Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1999-2005 Tahun
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1999
255.252
268.203
523.455
2000
237.562
252.752
490.214
2001
259.191
272.186
531.377
2002
263.943
275.444
539.387
2003
270.104
280.147
550.251
2004
247.247
257.906
505.153
2005
250.868
283.672
534.540
Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 1999-2005 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, meskipun dalam tabel tersebut ada yang menunjukkan penurunan jumlah penduduk pada tahun 2000 menjadi 490.214 dan tahun 2004 menjadi 505.153. Kenaikan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu perbedaan antara angka kelahiran dan kematian serta perbedaan antara angka penduduk masuk dan penduduk keluar. Pertumbuhan to user Sumitro Harjokusumo, 1985, commit Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan, Jakarta: LP3ES, halaman 76. 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
penduduk yang meningkat menyebabkan kepadatan penduduk di dalam kota karena luas daerah yang digunakan untuk tempat tinggal tidak mungkin bertambah, sehingga pertambahan penduduk dengan pertumbuhan aspek lainnya tidak berjalan dengan seimbang yang menyebabkan masalah sosial dan ekonomi diantaranya terlihat kesenjangan sosial dalam masyarakat, pemukiman kumuh, tingkat kriminalitas yang tinggi, pengangguran, dan lain sebagainya. Mayoritas penduduk Surakarta adalah suku Jawa, lainnya merupakan penndatang dari luar daerah seperti Banjar, Sunda, Melayu, bahkan ada yang berasal dari keturunan etnis luar daerah seperti Cina dan Arab yang telah menetap dan menjadi bagian dari kota Surakarta karena telah berkewarganegaraan Indonesia. Sebagian mereka telah mempunyai perkampungan sendiri seperti komunitas keturunan Arab dikenal di Kecamatan Pasar Kliwon. 2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Surakarta Aspek sosial ekonomi mempunyai peranan penting dalam mempelajari suatu masyarakat dan suatu daerah karena dapat mengukur seberapa berhasilnya kemajuan suatu masyarakat atau suatu daerah. Kota Surakarta sendiri merupakan suatu wilayah yang perkembangan ekonominya tergolong tinggi di Propinsi Jawa Tengah. Salah satu penyebabnya adalah letaknya yang strategis tepatnya di persimpangan jalur penting yang terkoneksi ke kota besar seperti Semarang dan Yogyakarta serta wilayah timur terkoneksi ke kota-kota Jawa Timur seperti Surabaya dan Madium. Untuk memproduksi potensi manusia perlu dikerahkan unsur-unsur tenaga kerja, Sumber Daya Alam (SDA), teknologi, modal dan jiwa usaha. 8 Dalam suatu commit1976, to user Badan Pembinaan Hukum Nasional, Seminar: Segi-segi Hukum Pembangunan dan Kependudukan, Jakarta: Bina Cipta, halaman 59. 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
proses produksi dibutuhkan peningkatan, baik kuantitas maupun kualitas dari unsur-unsur tersebut. Semakin besar peningkatan unsur tersebut maka semakin besar pula untuk meraih pendapatan serta untuk memperoleh kesejahteraan. Masyarakat Surakarta adalah masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Beberapa suku bangsa ada di Surakarta seperti Arab, Cina, Jawa, Sunda, Banjar. Sifat pluralistik penduduk Surakarta tidak hanya terlihat dari kesukuanbangsaannya saja, tetapi juga terlihat dari segi pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan masyarakat Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Jenis-jenis Mata pencaharian Penduduk Surakarta (untuk usia 10 tahun keatas) Tahun 1999-2005 NO
Jenis Mata Pencaharian
1 2 3 4 5
Pedagang Pengangkutan PNS Pensiunan Lain – lain Jumlah
Tahun 1999 2000 2001 2003 2004 2005 17.171 18.352 19.061 22.079 33.226 31.975 15.888 16.081 17.906 15.858 17.948 23.714 23.826 23.832 24.654 27.787 27.505 16.395 15.756 9.573 16.235 20.669 30.791 13.569 152.548 77.473 164.548 156.358 151.494 86.737 226.566 147.844 143.374 225.988 241.765
Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta dalam Angka Tahun 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2005 Pada tabel tersebut jumlah pedagang pada tahun 1999 adalah 17.171 orang lebih sedikit dibandingkan tahun 2000 yang mencapai 18. 355 orang. Adanya jumlah pedagang di Surakarta tahun 1999 lebih sedikit dibanding pada tahun 2000 disebabkan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia dan berimbas pada perekonomian Surakarta. Krisis tersebut menyebabkan para pedagang mengalami kebangkrutan karena langkanya barang dagangan dan harganya yang melonjak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
naik. Cermin lain dari beratnya kondisi perekonomian masyarakat Surakarta adalah membesarnya mata pencaharian penduduk pada sektor informal. Sektor informal yang ada antara lain pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, pengamen dan pengemis. Sektor informal bertambah jumlahnya sejak krisis moneter tahun 1997. Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah menurunkan tingkat perekonomian Surakarta. Selain krisis ekonomi, penurunan tingkat ekonomi Surakarta juga disebabkan adanya kerusuhan pada tahun 1998 yang membuat perekonomian Surakarta semakin terpuruk dengan dibakarnya beberapa pusat belanja di hampir seluruh wilayah Surakarta. Pembakaran pusatpusat belanja, gudang, dan aset-aset penting lainnya yang kebanyakan dimiliki oleh etnis Cina menyebabkan terjadinya kelangkaan barang-barang kebutuhan hidup baik pangan maupun non pangan dan harga barang pun semakin tinggi karena kelangkaan barang tersebut. Rendahnya kondisi ekonomi yang melanda sebagian besar masyarakat kecil di kota Surakarta menyebabkan mereka melakukan berebagai usaha kecilkecilan dengan berdagang barang-barang bekas. Usaha kecil-kecilan tersebut sering disebut sebagai usaha ‘’klitikan‘’. Usaha yang tersebar di berbagai daerah Surakarta ini dilakukan oleh masyarakat Surakarta karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak. Usaha klitikan tersebut antara lain terletak di daerah depan Pura Mangkunegaran, yaitu Pasar Triwindu, depan kampus UNS Mesen, barat perempatan Gading, terdapat juga Pasar Klitikan di daerah Semanggi, Pasar Kliwon. Usaha ini makin merebak di Surakarta setelah Indonesia dilanda krisis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
ekonomi pada tahun 1997 dan lebih parah lagi adalah paska kerusuhan Mei 1998 yang menyebabkan sebagian masyarakat Surakarta menganggur. Tingkat pengangguran di Surakarta tergolong tinggi, hal ini terlihat masih banyaknya penduduk yang belum mempunyai pekerjaan tetap dan masih dalam taraf mencari pekerjaan sehingga menimbulkan masalah dalam penyerapan tenaga kerja yang tidak seimbang dengan jumlah pencari pekerjaan tiap tahunnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat Surakarta yang lulus dari perguruan tinggi dan SMA banyak yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan bidangnya, apalagi banyaknya pencari pekerjaan dari kotakota lainnya mempertinggi persaingan memperoleh pekerjaan. Sebagian besar masyarakat Surakarta menganggap bahwa pendidikan yang tinggi merupakan syarat bagi kesejahteraan masa depannya dan sebagian pendapat tersebut ada benarnya karena tawaran kerja dengan ijasah pendidikan formal tinggi masih diutamakan. Permasalahan pendidikan yang dialami oleh sebagian masyarakat kecil di Surakarta adalah orang-orang miskin di kota ini tidak dapat meraih pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan karena tidak adanya biaya pendidikan, sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada masyarakat miskin tetap rendah. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat membantu mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi di Surakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan penurunan tingkat perekonomian Surakarta, tetapi pada tahun 2001 hingga 2008 perekonomia Surakarta mengalami commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
pertumbuhan berkisar 4-6%. Pertumbuhan perekonomian Surakarta pada tahun 2000-2008 dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Surakarta Tahun 2000-2008 Tahun
Pertumbuhan Ekonomi (persen)
2000
4,10
2001
4,12
2002
4,97
2003
6,11
2004
5,80
2005
5,12
2006
5,43
2007
5,82
2008
6,69
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Surakarta Tahun 2008 Pada tabel di atas perekonomian Surakarta sejak tahun 2001 mengalami peningkatan yakni mencapai 4,12 persen, tapi pada tahun 2004 perekonomian Surakarta justru mengalami penurunan hingga 3,1 persen dari tahun 2003 yang mencapai 6,11 persen. Perekonomian Surakarta kembali meningkat lagi tahun 2005. Pertumbuhan ekonomi tersebut banyak disebabkan mulai bangkitnya kembali perekonomian Surakarta dengan mulai dibangunnya fasilitas kegiatan ekonomi seperti pusat perbelanjaan. Sebagai kota perdagangan, letak Surakarta mendukung di sektor ini, hal ini dapat ditunjukkan letak Surakarta sering disebut sebagai wilayah commityang to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten). Namun sejauh ini kalangan pengembang di Surakarta dan sekitarnya tidak ada yang tertarik membangun kawasan industri, padahal kawasan industri diperlukan untuk mendukung Surakarta sebagai kota perdagangan, para pengembang lebih banyak membangun perumahan atau pusat perbelanjaan seperti mall atau ruko.9 Pada tahun 2000 perekonomian Surakarta mulai membaik, seluruh sektor ekonomi berhasil bangkit dengan laju pertumbuhan yang positif. Berikut ini adalah tabel pertumbuhan sektor ekonomi Surakarta tahun 2003-2008. Tabel 4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Surakarta tahun 2003-2008 Sektor
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
2008
Pertanian
-11.62
-2.37
0.88
1.20
1.54
-1.14
Pertambangan
4.45
-0.72
3.34
-0.21
2.31
4.22
Industri
6.70
6.07
1.47
2.55
3.46
2.32
Listrik,gas & air
0.64
7.61
4.45
9.25
5.56
6.35
Bangunan
7.05
1.44
8.24
5.85
9.64
10.27
Perdagangan,
6.45
8.01
7.58
6.93
6.36
7.52
5.02
6.13
5.48
5.96
6.00
4.92
3.86
3.65
6.74
6.20
5.93
5.73
Jasa-jasa
6.98
4.54
4.79
6.97
6.20
5.22
Total
6.11
5.800
5.15
3.43
5.82
5.69
Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta 2008-08-24 commit to user 9
Solo Pos, Rabu Kliwon, 13 April 2005, halaman 5.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Pada tabel tersebut tahun 2008 sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya, yaitu sebesar 10,27 persen. Sedangkan sektor pertanian merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah yaitu -1,14 persen. 3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Surakarta Adat merupakan wujud riil dari kebudayaan. Wujud tersebut disebut adat tata kelakuan karena adat berfungsi sebagai pengatur kelakuan. Secara umum budaya masyarakat Surakarta sama seperti budaya Jawa pada umumnya. Sebagai salah satu kota budaya di Jawa, maka masyarakat Surakarta dengan sendirinya masih sangat lekat dengan sejarah dan warisan para leluhurnya.10 ‘’Solo Kota Budaya’’ adalah slogan yang selama ini masih didengungkan oleh Pemerintah Surakarta. Pemerintah kota Surakarta sebagai suatu daerah otonom di Indonesia mempunyai bermacam potensi daerah, salah satunya adalah sebagai kota budaya, yakni kota yang dikenal sebagai pusat kebudayaan masyarakat Jawa tradisional. Hal ini ditandai dengan masih adanya dua kerajaan Jawa yaitu Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran.11 Sebagai kota budaya, kota ini memiliki unsur-unsur budaya yang masih dipelihara oleh masyarakat Surakarta. Menurut Koentjaraningrat unsur-unsur budaya terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi
10
Heru Susanto, 1994, Surakarta Hadiningrat dalam Strategi Elit, Suatu Analisis Kepemimpinan 1985-1990, Surakarta: PWI Cabang Surakarta dan PT Pebelan Surakarta, halaman 60. 11 commit to user Masa Depan Indonesia, Jakarta: PT Soegeng Soerjadi, 2000, Otonomi, Potensi Gramedia Pustaka Utama, halaman 479.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan.12 Agama dan kepercayaan merupakan salah satu dari unsur budaya. Agama menjadi faktor yang paling penting dalam kehidupan masyarakat. Agama mengajarkan kebaikan, memberikan petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, agama menjadi suatu pedoman hidup yang sangat menyentuh privasi seseorang sebagaimana yang telah diatur dalam UUD 1945 pasal 29 dan dilindungi oleh hukum. Agama dapat tumbuh subur tergantung pada keadaan masyarakat dan pemerintah yang ada, yakni kebijakan pemerintah memperhatikan agama sebagai sarana dalam pembaharuan dan diikuti oleh masyarakat yang telah menyadari peranan agama sebagai pegangang hidup dalam pergaulan masyarakat dan bernegara.13 Agama juga mengajarkan manusia untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ajaran agama berisi ketauhidan yang harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari dan bertujuan memberikan dasar pedoman keyakinan hidup sehingga manusia sadar dan mengetahui asal usul kejadian alam. Sikap tauhid harus dicerminkan dalam tingkah laku dan budi pekerti dalam pergaulan sosial. Kehidupan beragama di Surakarta berjalan dengan baik, hal itu dapat dilihat begitu berkembangnya pemeluk agama dan hampir tidak ada konflik yang dipicu persoalan agama. Agama di Surakarta secara umum berkembang mengikuti peraturan nasional, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Islam menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Surakarta. Hal ini disebabkan karena Surakarta adalah bekas Kerajaan Mataram Islam, kekuasaan kerajaan 12
Koentjaraningrat, 2002, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, halaman 46.
commit user Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo, 1977, to Sejarah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), halaman 227. 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
inilah yang menyebarkan ajaran Islam secara luas dengan kegiatan dakwah yang membawa pendekatan budaya sehingga dapat dikatakn adanya sinkretisme. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut tentang jumlah pemeluk agama di Surakarta. Tabel l5 Jumlah Pemeluk Agama di Surakarta tahun 1999-2005 Tahun Islam Katholik Kristen Hindu 1999 395.728 73.101 67.627 2.814 2000 396.928 73.686 68.305 2.643 2001 398.084 75.613 69.944 2.816 2002 401.723 76.061 70.258 2003 402.297 77.112 71.811 2004 381.297 68.112 62.355 2005 403.412 73.251 72.171 1993 Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 1999-2005
Budha 4.907 4.811 4.982 4.711 4211
Berdasarkan tabel di atas, agama Islam menjadi agama mayoritas di Surakarta, hal ini dikarenakan agama terbesar di Jawa adalah Islam. Selanjutnya jumlahnya diikuti oleh pemeluk agama Katholik, Kristen, Budha dan Hindu. Kebanyakan agama selain Islam itu dibawa oleh orang-orang dari luar daerah Surakarta bahkan dari pendatang mancanegara yang kemudian menetap dan beraktivitas di Surakarta. Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, negeri ini telah memiliki pengalaman sejarah yang cukup kental mewarisi kebudayaan Hindu dan Budha yang selaras dengan keyakinan asli nusantara, yakni animisme dan mistisme. Animisme merupakan ekspresi dalam pemujaan roh-roh yang mengakui adanya roh-roh dalam orang hidup, orang mati dan benda-benda mati. Salama agama Hindu-Budha berpengaruh di negeri ini, kepercayaan animistik hidup dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
bentuk yang lembut dan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap agama baru, yakni Islam.14 Mudahnya Islam masuk dan berkembang pesat di negeri ini, terutama Pulau Jawa disebabkan oleh kesanggupan para penyebar agama Islam yang mampu menyelaraskan Islam dengan adat kebiasaan yang telah ada dan tumbuh di dalam masyarakat. Adat kebiasaan tersebut bukanlah tradisi murni setempat melainkan sudah bercampur dengan tradisi dan agama sebelum Islam, yaitu Hindu, Budha, animisme, dinamisme.15 Agama Islam yang berkembang di Jawa ini disebut juga Islam sinkretisme, yaitu Islam yang mengalami percampuran dengan budaya setempat. Berawal dari adanya Islam sinkretis tersebut muncul berbagai praktek keagamaan Islam yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni. Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan yang telah mengalami sinkretisme dengan budaya dan agama-agama yang ada di Indonesia, khususnya Islam dengan Hindu-Budha. Wujud sinkretisme kebudayaan Jawa yang menonjol adalah timbulnya bentuk agama Islam orang Jawa, yang disebut agama jawi atau kejawen, yaitu suatu kompleks keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Budha yang cenderung kearah mistik dan tercampur menjadi satu serta diakui sebagai agama Islam.16
14
Howard W. Federspiel, 1996, Persatuan Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, halaman 1. 15
Mukti Ali, 1976, Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia, Yogyakarta: Yayaysan Nida, halaman 6-7. 16
commitJawa, to user Koentjaraningrat, 1984, Kebudayaan Jakarta: Balai Pustaka, halaman 312.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Pembagian pemeluk agama Islam di Surakarta menurut pelaksanaannya ada dua sebutan, yakni pemeluk agama Islam yang taat atau disebut sebagai santri. Selain santri, sebagai salah satu ciri khas orang Jawa adalah Islam Jawa atau Islam abangan. Islam abangan ada karena adanya sinkretisme antara agama Islam dengan budaya lokal setempat sehingga sering kali terjadi benturan-benturan tentang keberadaan Islam Jawa. Hal itu lebih disebabkan adanya perbedaan yang cukup mendasar dalam hal fiqih dan kaidah agama yang di kalangan Islam modern dan Islam taat. Ada dua hal yang menjadi keberatan Islam modernis dan Islam taat terhadap keberadaan Islam Jawa tersebut, yaitu pertama watak Islam Jawa yang sinkretis dan menghalalkan penggabungan berbagai perilaku budaya dan agama dalam kesatuan pandangan perilaku yang dicurigai jatuh perbuatan bi’ah dan syirik, kedua berupa watak orang Islam Jawa yang cenderung istanasentris dan berbau feodalisme.17 Adanya perbedaan pandangan ini juga digambarkan secara jelas oleh Clifford Geertz melalui bukunya tentang konsep priyayi, santri, dan abangan. Dalam konsep tersebut santri lebih diartikan sebagai pihak putih yang berjalan sesuai dengan aqidah Islam dan abangan lebih diartikan sebagai pihak yang tidak menjalankan syariat Islam secara benar. Surakarta merupakan salah satu kota di Pulau Jawa yang menjadi pusat kebudayaan Jawa. Hal ini ditandai dengan keberadaan dua kerajaan di Surakarta sebagai lanjutan dari Kerajaan Mataran Islam. Dua kerajaan tersebut adalah Keraton Kasunan dan Pura Mangkunegaran yang lengkap dengan budaya yang melingkupinya seperti bangunan, upacara adat grebeg maulud dengan nama sekaten, Taman Bale Kambang, Museum Radya Pustaka, dan lain sebagainya. commit to dari userKemeluk Santri vs Abangan, Yogyakarta: M. Mutardho, 2002, Islam Jawa: Keluar Lappera Pustaka Utama, halaman 1. 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Kondisi sosial budaya masyarakat Surakarta banyak dipengaruhi oleh kehidupan beragama dan sistem kepercayaan yang dianut raja beserta anggota komunitas keraton. Hingga awal masa Pemerintahan Susuhunan Pakubuwono X, hampir seluruh masyarakat baik dari kalangan bangsawan, priyayi, abdi dalem maupun wong cilik.18 Mayoritas masyarakat Surakarta beragama Islam, namun sebagian masyarakatnya menganut dan menjalankan Islam yang dianut oleh anggota komunitas keraton. Islam yang dianut oleh komunitas keraton ini menjadi panutan bagi sebagian masyarakat Surakarta dan masyarakat cenderung memegang erat adat yang berasal dari keraton. Keraton sebagai pusat kebudayaan Jawa yang mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Bentuk-bentuk simbolisme dalam budaya Jawa sangat dominan di segala hal dan segala bidang. Hal ini terlihat dalam tindakantindakan sehari-hari orang Jawa sebagai realisasi dari pandangan dan sikap hidupnya. Bentuk-bentuk simbolisme itu biasa dikelompokkan dalam tiga macam, yakni simbolisme dalam religi, simbolisme dalam tradisi, dan simbolisme dalam kesenian. Ketiga tersebut tercermin dalam satu kesatuan. Perilaku orang Jawa tersebut dilakukan secara khusus dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan dan untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan hidup.19 Pandangan hidup orang Jawa lazim disebut kejawen atau dalam kesustraan Jawa dinamakan ‘’ilmu kesempurnaan jiwa’’. Ilmu kesempurnaan jiwa ini termasuk ilmu kebatinan dan dalam filsafat Islam disebut ‘’tasawuf atau sufisme’’. Orang Jawa menyebutnya ‘’suluk atau mistik. Budaya yang bersumber dari
18
M. Hari Mulyadi Sudarmono, dkk, 1999, Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit, Surakarta: LPTP, halaman 147.
commit to user
19
Heru Susanto, op.cit, halaman 60.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Keraton Surakarta mengartikan istilah kejawen adalah pandangan hidup orang dengan pengertian serta tindakan-tindakannya di bidang kehidupan, baik kehidupan lahir maupun batin.20 Mistik merupakan salah satu bentuk dari kejawen. Sebagian Jawa diliputi oleh suasana mistik bagi semua kelompok penduduk, lapisan, tingkat sosial, dan pendidikan. Surakarta bersama dengan kebudayaan Jawanya dikenal sebagai kota yang menjadi pusat mistik. Kejawen atau agama Jawa yang berasal dari Keraton Surakarta sebenarnya bukanlah agama, melainkan lebih cocok dinamakan sebagai kepercayaan. Didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang berdasarkan kepercayaan terhadap Tuhan dan roh-roh makhluk halus. Ciri-cirinya terlihat dari adat istiadatnya serta cara melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan mistik. Kesemuanya itu ditunjukkan kea rah pencapaian ketenteraman lahir maupun batin. Golongan masyarakat abangan di Surakarta sudah terbiasa menjalankan adat istiadat dalam agama Jawa dan mereka memegang kuat serta mempertahankan kebiasaan ini tanpa memperhatikan bahwa ajaran tersebut telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Kehidupan kejawen di Surakarta dapat ditunjukkan dalam upacaraupacaraadat seperti acara-acara grebeg maulud, tradisi slametan, ruwah, tahlilan untuk orang yang sudah meninggal, dan lain-lain. Selain itu kehidupan kejawen juga terlihat dalam perilaku masyarakat abangan Surakarta yang mengkeramat benda pusaka berupa keris. Keris tersebut digunakan sebagai jimat yang melindungi mereka dari berbagai macam bahaya dan dipercaya mempunyai kesaktian. Mereka juga mempercayai adanya kemampuan dukun. Dukun dianggap to user Budiono Heru Satoto, 2000,commit Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: Hanindita, halaman 65. 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
sebagai orang sakti yang dapat mengendalikan roh-roh makhluk halus yang jahat serta dukun dipercaya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III JARINGAN DAN STRATEGI DAKWAH YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) SURAKARTA A. Gambaran Umum Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta 1. Latar Belakang Berdirinya MTA Agama Islam merupakan agama yang masuk dan berkembangdi Indonesia sejak abad pertama Hijriah ( abad ke VII/VIII M ). Sukses besar penyiaran Islam di Indonesia disebabkan ajaran Islam yang mudah dimengerti, selain itu disebabkan karena kesanggupan para pembawa Islam pada periode awal dalam memberi kelonggaran terhadap adat kebiasaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat. Adat kebiasaan tersebut bukanlah tradisi murni setempat melainkan sudah banyak tercampur dengan berbagai tradisi agama sebelum Islam, yakni Hindu-Budha.1 Hal yang demikian tersebut terdapat di berbagai tempat di Indonesia. Berbagai bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik dipraktekkan oleh umat Islam, sehingga tanpa disadari bahwa hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang essensial, yaitu nilai tauhid.2 Fenomena tersebut telah membangkitkan kesadaran beberapa tokoh Islam yang senantiasa prihatin dengan kondisi umat Islam di Indonesia, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya di kalangan umat Islam untuk mengembalikan kondisi umat Islam yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang murni. Salah seorang ulama 1
Endang Saefudin Anshori, 1983, Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya, Bandung: Penerbit Pustaka, halaman 214.
commit to user
2
Mukti Ali, op.cit, halaman 2.
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Islam yang merasakan dan menyadari fenomena tersebut adalah K.H Abdullah Thufail Saputro. Beliau adalah seorang pedagang antar kota dan antar pulau yang telah mendatangi hampir seluruh wilayah Indonesia. Di tengah kesibukannya berdagang batu permata, beliau juga aktif berdakwah dengan ceramah sambil mencermati praktek keagamaan di kalangan umat Islam.3 Kegigihan semangat beliau dalam berdakwah dan berdakwah dipengaruhi oleh ayahnya yang juga seorang pedagang dan mubaligh terkenal di Jawa Timur. Sejak kecil beliau belajar agama Islam dari ayahnya yang bernama Kyai Thufail Muhammad. Ketika usianya masih muda, beliau sudah lancar membaca kitabkitab yang berbahasa Arab. Selain itu, beliau juga belajar agama Islam kepada seorang ustadz dari Hadramaut yang terkenal dengan panggilan ‘’ Habib Hud’’. Kedua guru inilah yang banyak mempengaruhi pola pikir beliau.4 Selama kurang lebih 16 tahun, beliau telah banyak menyaksikan praktekpraktek keagamaan di kalangan umat Islam yang menyimpang dari sumber ajarannya,yakni Al Qur’an dan Hadits. Setelah beliau cermati, beliau berkesimpulan bahwa semuanya itu disebabkan oleh jauhnya umat Islam dari Al Qur’an. Jauh dalam pengertian dan penghayatan hakekat Islam serta penerannya pada masa rosulullah dan sahabat.5 Selain itu, beliau juga menyaksikan perpecahan dalam tubuh umat Islam sendiri, yaitu dalam bentuk kelompok-kelompokkeagamaan Islam yang masingmasing menganggap kelompoknya sendiri yang paling benar dan cenderung menyalahkan dan menghina kelompok lain, yang disebabkan adanya perbedaan 3
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 2.
4
Sulaiman, op.cit, halaman 12.
5
Wawancara dengan Medi pada tanggal 15 Juli 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
paham dalam masalah-masalah yang bersifat furu’iyah atau praktek ibadah. Kondisi yang demikian mencerminkan
Islam di
Indonesia menjadi agama
mayoritas, tetapi secara kualitas tidak mencerminkan umat Islam yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya ukhuwah islamiyah yang kuat, sedangkan yang ditonjolkan umat Islam pada saat itu adalah golongan saja. Rasa kebersamaan dan jalinan ukhuwah diantara umat Islam secara seksama pernah KH. Abdullah Thufail rasakan dalam sebuah perkumpulan gabungan dari organisasi pemuda Islam se-eks Karisidenan Surakarta yaitu Koordinasi Kesatuan Pemuda Islam (KKPI) Surakarta, yang sengaja dibentuk untuk melawan pemberontakan G 30 S/PKI. Gabungan organisasi yang beliau ketuai ini terdiri dari tujuh organisasi pemuda Islam di Surakarta. Organisasi tersebut adalah Gerakan Pemuda Anshor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Muslimin, Pemuda Al Irsyad, Pemuda Al Islam, Pelajar Islam Indonesia, dan Himpunan Mahasiswa Islam. Kebersamaan yang terjalin di dalamnya telah menjadi perkumpulan dalam mengalahkan kekuatan PKI. Namun kondisi tersebut tidak bertahan lama yang hanya berlangsung kurang selama satu tahun yaitu 1966-1967, dengan tumbangnya pemberontakan PKI, bubar pula KKPI.6 Berdasarkan kondisi riil yang beliau rasakan terebut di atas, beliau mempunyai gagasan yang kuat untuk mengajak umat Islam agar mau kembali menghayati dan mengamalkan Al Qur’an secara murni dan konsekuen, sebagaimana umat Islam pada periode awal penerimaan Al Qur’an sehingga tidak ada lagi umat Islam yang mengamalkan ajaran Islam yang menyimpang dan bertentangan dengan syariat Islam, baik berupa bi’ah, khurafat, syirik, dan user Islam (KKPI) Surakarta 1966-1967’’, Pitoyo, 1989, ‘’ Koordinasi commit Kesatuan to Pemuda Surakarta: Skripsi, halaman 67. 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
tahayul. Dengan demikian umat Islam akan menjadi umat yang kokoh, umat yang satu yang berpegang teguh kepada kitab Allah dan Sunnah Rosul. Menurut beliau, untuk menjadikan umat Islam bersatu bukanlah pekerjaan yang mudah, karena tidak semua manusia mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang sama. Hal ini telah diperingatkan Allah dalam salah satu firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Anfaal ayat 63 yang bunyinya’’…….. walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka…..’’7 Berdasarkan ayat tersebut di atas, menurut beliau satu hal yang penting adalah adanya saling pengertian antara satu dengan yang lain akan adanya perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu wajar terjadi antar manusia, dan dilarang berburuk sangka serta wajib menghilangkan sifat sentrisme yang menyebabkan manusia terjerumus kepada golongan musyrik, sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an Surat Ar Rum ayat 31-32, yang bunyinya ‘’dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menpersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.’’8 Apabila umat Islam dapat memahami ayat tersebut di atas, dengan demikian perselisihan atau perbedaan paham tidak akan menimbulkan perpecahan, melainkan tetap akan menjadikan umat Islam sebagai umat yang satu,
7
Departemen Agama Republik Indonesia, 1984, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, halaman 271.
commit to user
8
Ibid, halaman 645-646.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
yang nilai-nilainya tidak akan bergeser sedikitpun selama umat Islam berpegang teguh kepada kitab Allah dan Sunnah Rosul. Kesadaran beliau terhadap pentingnya umat Islam untuk sesegar mungkin kembali pada Al Qur’an diperkuat oleh adanya pemahaman terhadap firman Allah Surat Al Hadid ayat 16, yang artinya ‘’ Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka , dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.9’’ Bertitik tolak ayat tersebut, beliau bertekad untuk mendirikan lembaga khusus yang mengkaji Al Qur’an dan tafsirnya dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen. 2. Proses Pembentukan MTA Gagasan untuk membentuk lembaga khusus bukanlah sekedar impian semata. Pertama kali ide tersebut beliau sampaikan kepada beberapa tokoh Islam, baik yang independen maupun yang sudahbergabung dengan salah satu organisasi besar Islam dalam sebuah pertemuan. Organisasi yang beliau undang waktu itu antara lain: Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, dan PSII. Pertemuan tersebut berlangsung selama tiga hari, dan pada pertemuan yang terakhir menghasilkan suatu kesepakatan bahwa ide yang dikemukakan oleh KH Abdullah Thufail Saputro tidak dapat diterima. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap organisasi
commit to user 9
Ibid, halaman 902.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
yang ada mempunyai ideologi sendiri-sendiri sehingga mereka tidak menyetujui adanya persatuan dari beberapa organisasi Islam menjadi satu bentuk lembaga. Tidak disetujuinya gagasan tersebut bukan berarti menyurutkan semangat juang dalam mensukseskan harapannya, dengan kebulatan tekad akhirnya beliau mengusahakan sendiri dengan cara membentuk panitia bayangan yang terdiri dari: Ketua
: KH Abdullah Thufail Saputro
Penulis
: M. Ihsan
Bendahara
: Ahmad Sungkar
Maka sejak itu berdirilah lembaga bagi umat Islam untuk mempelajari kembali Al Qur’an dan tafsirnya yang dinamakan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA). Lahirnya kelompok pengajian yang mengkaji Al Qur’an dan tafsirnya merupakan cikal bakal lahirnya lembaga keagamaan MTA yang didirikan pada tanggal 19 September 1972. Pada saat itu pengajian Al Qur’an diselenggarakan di rumah Bapak Soleh di daerah Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Pengajian ini merupakan angkatan pertama yang diistilaskan dengan pengajian ‘’gelombang pertama.’’ 10 Istilah gelombang pertama dimaksudkan untuk mengikuti falsafah gelombang laut yang tidak pernah berhenti , tidak pernah merasa lelah dan jenuh walaupun setiap detik harus terhempas membentur karang. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 54 yang bunyinya ‘’Allah akan menggantikan suatu kaum yang baru , yang berbeda dengan kaum yang lama jika
commit to user 10
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 7.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
kaum yang lain sudah tidak mampu lagi bertahan pada garis lurus yang telah ditetapkan’’.11 Tiga bulan kemudian, dibukalah
pengajian gelombang kedua melalui
pemancar-pemancar radio amatir di Surakarta. Melalui pengumunan tersebut jumlah orang yang mendaftarkan semakin banyak, sehingga tempat pengajian dipindah ke Masjid Marwah yang letaknya tidak jauh dari rumah Bapak Saleh. Pengajian gelombang kedua ini dikelompokkan lagi menjadi tiga bagian, masingmasing masuk pagi, sore, dan malam hari. Peresmian pengajian gelombang kedua ini dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 1972 dan dihadiri oleh sejumlah ulama, tokoh fungsionaris Islam Surakarta dan masyarakat skitar. Kemudian berturut-turut dibukalah pengajian gelombang tiga dan empat. Keempat gelombang tersebut ditangani langsung oleh KH Abdullah Thufail Saputro. Setelah dirasa bahwa peminat pengajian semakin banyak, beliau berpikir segera memiliki gedung pengajian sendiri. Pada saat itu semangat peserta pengajian untuk mengaji kepada Al Ustadz Abdullah Thufail semakin besar, sehingga diperlukan tempat yang memadai. Akhirnya beliau membeli tanah di daerah Semanggi dengan uang pribadi dan dibantu oleh Hj. Nur Jannah beserta keluarganya. Pelaksanaan pembangunan ditangani oleh H. Mathori. Gedung tersebut diresmikan penggunaannya oleh Dandim 0735 Surakarta pada tanggal 1974.12 Agar semua kegiatan yang diadakan MTA bersifat legal dan dapat diterima semua pihak, maka MTA mendaftarkan diri sebagai salah satu lembaga
11
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 169.
12
Sulaiman, op.cit, halaman 15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
keagamaan Islam yang berstatus hukum berbentuk yayasan dengan akte notaris R. Soegondo Notodisoerjo, nomor 23, tertanggal 23 Januari 1974, berasaskan Islam dan berlandaskan pancasila dan UUD 1945. Adapun susunan pengurusnya meliputi: ketua ( KH.Abdullah Thufail Saputro ), wakil ketua ( Ir. Sumarno ), Sekretaris I ( Wahidin Jabari ), Sekretaris II ( Junaedi Husein ), Bendahara I ( Nyonya Sumarno ), Bendahara II (Umi Salamah), Pembantu Umum ( Nyonya Suprapti, Yahya Saputro, dan Hidar Muharim ).13 Dengan diresmikan MTA sebagai salah satu lembaga Islam yang berpusat di Surakarta, maka perkembangan dakwahnya bisa lebih leluasa. Keluasaan lembaga ini diperkuat oleh salah satu bunyi Anggaran Dasar Yayasan MTA pasal 1 ayat 2 yang berbunyi’’ Yayasan ini dapat membuka cabang atau perwakilan di tempat lain di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, berdasarkan Rapat Pengurus dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pembina.’’14 Berdasarkan anggaran dasar tersebut, MTA dapat mengembangkan kegiatan dakwahnya diluar daerah Surakarta. Perkembangan dakwah MTA tahun 199-2009 jumlah perwakilannya sebanyak 27 perwakilan dan 131 cabang. Perwakilan dan cabang tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran. Sementara perkembangan MTA di Surakarta ditunjukkan melalui jumlah cabangnya sebanyak 6 cabang. Cabang-cabang tersebut adalah Banjarsari, Jebres 1/ Mojosongo, Jebres 2/ Kentingan, Gelombang 7 dan 8/ Pasar Kliwon, Gelombang 12/ Pasar Kliwon, dan Gelombang 13/ Pasar Kliwon. Cabang-cabang MTA yang ada di Surakarta pada tahun 2009 belum tersebar di seluruh kecamatan Surakarta, namun jumlah warga MTA sudah 13
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 8.
14
Anggaran Dasar MTA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
tersebar di seluruh kecamatan Surakarta. Warga MTA yang bertempat tinggal di lingkungan yang belum ada cabang MTA, mereka mengikuti pengajian di cabang/ perwakilan yang sudah diresmikan MTA Pusat. 3. Tujuan dan Sasaran Dakwah MTA Tujuan didirikannya MTA adalah mengajak umat Islam memperdalam pengertian dan pemahaman Al Qur’an dan Hadits, untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Harapan tersebut ditindaklanjuti dengan upaya mengajak umat Islam untuk merealisasikan hasil kajiannya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai bagian dari masyarakat Islam, baik dalam kehidupan lembaga maupun dalam kehidupan masyarakat luas, sehingga nantinya tercipta suatu bentuk kehidupan yang benarbenar merupakan perwujudan dari segala hal yang dikehendaki Al Qur’an. Tujuan lain didirikannya MTA adalah membersihkan aqidah dari praktekpraktek keagamaan yang menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits seperti bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik yang masih dikerjakan umat Islam di Indonesia. Praktek-praktek keagamaan yang menyimpang tersebut dipengaruhi oleh budaya masyarakat Indonesia yang menggabungkan ajaran agama dengan perilaku budaya masyarakat. Berdasarkan tujuan yayasan yang demikian tersebut, maka yang menjadi sasarann dakwah MTA adalah seluruh umat Islam, terutama dari masyarakat yang masih menganut Islam sinkretis dengan tidak memandang dari kelompok apapun dan strata sosial mereka berasal. Menjadi sebuah kewajaran apabila terdapat berbagai strata sosial dan ekonomi dari peserta pengajian MTA. Ada yang berprofesi sebagai tukung becak, buruh bangunan, PNS, insyinyur, dan lain-lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
3. Arti dari Lambang Organisasi Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) mempunyai lambang berupa gambar kitab yang di atasnya terdapat QS Al Israa’ ayat 9 dan di bawahnya tertulis QS Al Hadid ayat 6.
Sumber: www. mta-online.com Lambang tersebut memiliki arti: a. Kitab yang berarti Al Qur’an sebagai kitab suci yang berisi firman Allah untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat Islam dalam menjalankan ajaran agama. b. QS Al Israa’ ayat 9 yang bunyinya ‘’ Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.’’ Makna ayat tersebut adalah Al Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad digunakan sebagai petunjuk bagi manusia jalan yang lurus dan menjadi sumber rujukan bagi kehidupan manusia agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang. c. QS Al Hadid ayat 16 yang bunyinya ‘’ Belumkah tiba waktunya bagi orangorang yang beriman supaya tunduk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran Al Qur’an yang telah turun?’’. Makna ayat tersebut merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
suatu teguran bagi orang-orang beriman agar mereka selalu mengingat Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan mempercayai kebenaran ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada keraguan apapun padanya.15 4. Struktur Organisasi Suatu organisasi atau lembaga dapat memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuannya apabila didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Mereka merencanakan, mengorganisasikan (mengatur), menggerakkan atau mengendalikan sehingga masing-masing bidang dapat bekerja secara maksimal. Struktur Organisasi MTA Pusat SurakartaTahun 1999-2002 Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta Ketua Umum
Ketua I
Sekretaris I Sekretaris II
Seksi
Bendahara I Bendahara II
Ketua II
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Sumber: Sekretariat MTA Pusat Surakarta
commit to user 15
Wawancaradengan Medi pada tanggal 10 Juli 2010.
Seksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Dalam struktur organisasi tersebut, kepengurusan MTA Pusat dan perwakilan/ cabang-cabangnya terdiri atas pengurus inti dan pengurus bidang. Pengurus inti terdiri atas ketua umum, ketua I dan II, sekretaris I dan II, bendahara I dan II. Adapun pengurus bidang terdiri atas bidang dakwah, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang kepemudaan dan olahraga, bidang rumah tangga, bidang ekonomi, dan bidang kesehatan. Menurut fungsinya, ketua umum mempunyai tanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan yayasan, baik unsur ke dalam maupun unsur ke luar. Ketua I dan II mempunyai tanggung jawab membantu tugas-tugas ketua umum apabila berhalangan atau karena sesuatu hal yang tidak melakukan tugasnya. Sekretaris mempunyai tanggung jawab tentang masalah administrasi secara keseluruhan. Bendahara mempunyai tanggung jawab mengelola dana dan penyimpanan keuangan, pengeluaran dan pemasukan.16 Kepengurusan inti MTA Pusat Surakarta tahun 1999-2002 Ketua Umum
: Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua I
: Suharto, S.Ag
Ketua II
: Dahlan Harjotaruno
Sekretaris I
: Drs. Yoyok Mugiyatno, M.Si
Sekretaris II
: Drs. Medi
Bendahara I
: Mansyur Masyhuri
Bendahara II
: Sri Sadono
commit to user 16
Sulaiman, op.cit, halaman 22.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Untuk alasan perubahan peraturan, semua organisasi yang berbentuk yayasan harus menyesuaikan dengan peraturan Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan. Undang-undang tersebut menetapkan bahwa semua yayasan yang ada di Indonesia harus menyesuaikan struktur organisasinya dengan undang-undang yayasan dan wajib mematuhi segala ketentuan yang berlaku, yakni suatu yayasan harus mempunyai tiga unsur, yaitu pembina, pengurus, dan pengawas. Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta Tahun 2002-2009 Pembina
Ketua Umum Ketua
Sekretaris Umum Sekretaris
Seksi
Seksi
Bendahara Umum Bendahara
Pengawas
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Seksi
Sumber : Sekretariat Yayasan MTA Pusat Surakarta
Struktur organisasi MTA Pusat Surakarta terdiri dari Pengurus inti dan pengurus bidang. Pengurus inti terdiri dari: Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Pembina adalah orang perseorangan sebagai commit to userpendiri yayasan atau orang yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
berdasarkan keputusan rapat anggota dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Tugas dan wewenang Pembina adalah memutuskan mengenai perubahan anggaran dasar, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas, menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan, mengesahkan program kerja dan rancangan tahunan
yayasan,
menetapkan
keputusan
mengenai
penggabungan
atau
pembubaran yayasan, mengesahkan laporan tahunan. 17 Sementara itu pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam mengurusi yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, masyarakat, dan negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal putusan berkekuatan hukum tetap. Pengurus terdiri: ketua umum, ketua, sekretaris umum, sekretaris, bendahara umum, dan bendahara. Tugas dan wewenang pengurus adalah bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan yayasan, menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan untuk disahkan pembina, memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan pengawas, bertanggung jawab penuh menjalankan tugasnya dengan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, berhak mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan berdasarkan keputusan rapat pengurus.18 Adapun
pengawas
adalah
orang
perseorangan
yang
melakukan
pengawasan dan memberikan nasehat kepada pengurus dalam menjalankan 17
Anggaran Dasar MTA
18
Ibid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
kegiatan yayasan. Pengawas terdiri dari dua orang. Tugas dan wewenang adalah bertanggung jawab penuh menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan yayasan, ketua pengawas dan satu anggota pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama pengawas, memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih pengurus apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar atau perundang-undangan yang berlaku.19 Kepengurusan MTA Pusat Surakarta pada tahun 2002-2009 adalah sebagai berikut:
Pembina
: Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Pengurus Ketua Umum
: Suharto, S.Ag.
Ketua
: Dahlan Harjotaruno
Sekretaris Umum
: Drs. Yoyok Mugiyatno, M.Si
Sekretaris
: Drs. Medi
Bendahara Umum
: Mansyur Masyuri
Bendahara
: Sri Sadono
Pengawas Ketua
: Sardjiman
Wakil
: Drs. Heru Siswanto Dalam tubuh organisasi MTA terdapat tujuh bidang kerja. Bidang-bidang
tersebut adalah: a. Bidang Dakwah commit to user 19
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Bidang ini bertugas dalam penyiaran agama seperti kegiatan pengajian, pembangunan gedung pengajian serta pengembangan dakwah. b. Bidang Pendidikan Bidang ini bertugas menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal dalam usaha membina kepribadian, kemampuan warga MTA. c. Bidang Sosial Bidang ini bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan sosial kemanusiaan yang diwujudkan dalam bentuk pemberian santunan kepada fakir miskin, korban bencana alam, kegiatan donor darah dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. d. Bidang Kepemudaan dan Olah Raga Bidang ini bertugas melakukan pembinaan terhadap generasi muda MTA seperti melaksanakan pengajian khusus generasi muda, menyelenggarakan kegiatan olah raga dalam usaha meningkatkan kesehatan. Bidang kepemudaan dan olah raga juga mengurusi masalah kesatgasan untuk keamanan dan memperlancar kegiatan yang diselenggarakan MTA. e. Bidang Rumah Tangga Bidang ini mengurusi jadwal kegiatan Pembina yayasan, mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan operasional majlis, seperti pelaksanaan dan jadwal piket majlis di MTA Pusat, kebersihan lingkungan, listrik, air serta sarana prasarana majlis. f. Bidang KBIH Bidang ini merupakan bidang yang dimiliki MTA yang dibentuk pada tahun 2005 yang mengurusi masalah penyelenggaraan ibadah haji. Mulai dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
pendaftaran, pengecekan persyaratan, tes kesehatan, manasik haji sampai pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji. g. Bidang Ekonomi dan Kesehatan Bidang ini bertugas memberdayakan potensi ekonomi di lingkungan MTA dengan pendirian dan pengembangan koperasi dan usaha lainnya sepert UB ( Usaha Bersama), BP/RB ( Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin), KSU (Koperasi Serba Usaha). Pada awalnya, bidang ekonomi dan bidang kesehatan merupakan bidang terpisah. Sejak tahun 2003 bidang-bidang tersebut digabung menjadi satu di bawah naungan ‘’CV Al Abrar’’.20 Mengenai pola rekruitmen dilakukan menurut kesanggupan calon pengurus untuk diangkat menjadi pengurus. Untuk pengangkatan pengurus dicari orang yang mau dan sanggup menjadi pengurus. Hal yang dipentingkan adalah kesanggupan untuk mencurahkan waktunya menjadi pengurus. Rekruitmen pengurus tidak dihargai berupa materi. Semua dilakukan untuk dakwah sehingga pengurus tingkat pusat sampai ke cabang tidak menerima gaji. Pengembangan SDM untuk para pengurus dilakukan melalui diklat. Misalnya penataran kesekretariatan , yaitu pemberian pengarahan tentang manajemen administrasi bagi para sekretaris, tutorial bagi para guru daerah setiap dua seminggu sekali, training kepemimpinan bagi ketua cabang, misalnya pelatihan tentang pengambilan kebijakan di cabang, manajemen kepemimpinan, dan lain sebagaianya.21 Kepengurusan MTA dari tingkat pusat hingga cabang bersifat fleksibel, jangka waktunya tidak dibatasi, kecuali bila ada penyimpangan-penyimpangan 20
Wawancara dengan Medi pada tanggal 10 Juli 2010.
21
Wawancara dengan Medi pada tanggal 17 Maret 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
yang dilakukan pengurus, karena mengundurkan diri, dan alasan yang dibenarkan dalam agama. Melalui sifat yang fleksibel tersebut, pengurus yang masih mampu melaksanakan tugas kepengurusan tetap menjadi pengurus sampai waktu yang tidak ditentukan. Menurut struktur kelembagaan, Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) terdiri atas tiga unsur, yaitu MTA Pusat, MTA Perwakilan dan MTA cabang. Adapun strukturnya adalah sebagai berikut: Struktur Kelembagaan MTA Pusat
Perwakilan
Cabang
Perwakilan
Cabang
Cabang
Cabang
Keterangan Pusat
: Nasional
MTA Perwakilan
: Kabupaten / Kota
MTA Cabang
: Kecamatan
Sumber : Sekretariat Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an Pusat Surakarta Berdasarkan struktur tersebut MTA Pusat berada di daerah perintisan atau pendiriannya, yaitu Surakarta, Jawa Tengah. MTA Perwakilan berada di daerah kabupaten atau kota dan MTA Cabang berada di daerah kecamatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
B. Al Qur’an dan Hadits sebagai Pedoman Dakwah dalam MTA Al Qur’an dan Hadits menjadi pedoman utama kegiatan dakwah MTA. Keduanya merupakan sumber ajaran Islam yang utama dan dijadikan sebagai pedoman hidup dengan tujuan supaya manusia tidak tersesat sebagaimana nabi bersabda ‘’ Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah nabi (Al Hadits)’’. (HR Malik)22 Al Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang paling utama, didalamnya memuat firman-firman Allah swt yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Al Qur’an mengandung ajaran yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, sejarah Islam, filsafat, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Al Qur’an terjaga keasliannya sampai akhir zaman. Dijadikannya Al Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang pertama dan utama karena kitab ini adalah firman Allah yang kebenarannya tidak ada keraguan di dalamnya sebagaimana yang termuat dalam QS Al Baqoroh ayat 2 yang bunyinya ‘’ Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.23 Al Qur’an tidak diragukan sebagai sebagai wahyu Allah dan tidak diragukan kebenaran seluruh isinya. Al Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi kehidupan bagi orang yang bertakwa. Takwa adalah menjaga diri lahir maupun batin dari segala macam bencana dan malapetaka di dunia dan di
22
Brosur Ahad Pagi, 29 Januari 2006.
23
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
akhirat dengan cara menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Untuk mengetahui makna ayat-ayat dalam Al Qur’an diperlukan ilmu tafsir Al Qur’an. Tafsir mempunyai fungsi sebagai penjelas makna ayat-ayat Al Qur’an dengan menggunakan keterangan secara jelas. MTA yang merupakan singkatan dari Majlis tafsir Al Qur’an bukanlah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu tafsir Al Qur’an dengan menafsirkan sendiri, melainkan mempelajari kitabkitab tafsir yang telah ada yang telah ditulis oleh para ahli tafsir untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al Qur’an. Kitab tafsir
yang digunakan MTA
antara lain kitab Al Manar, Al Maroghi. Ilmu tafsir yang utama diajarkan kepada para anggota adalah tafsir Al Qur’an Departemen Agama.24 Berdasarkan keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa apa yang dilakukan MTA bukanlah menafsirkan Al Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir untuk pemahaman Al Qur’an agar dapat dipelajari, dihayati kemudian diamalkan ajarannya. Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang utama setelah Al Qur’an. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan rosulullah saw, baik itu berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan.25 Hadits berfungsi menerangkan petunjuk dari Al Qur’an yang bersifat global karena banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dikemukakan secara umum dan memerlukan perincian, dengan berpedoman pada Hadits ayat-ayat Al Qur’an yang tidak dapat dipahami maksudnya dapat dimengerti secara jelas.
24
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 17-18.
commit to user Abuddin Nata, 2002, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, halaman 189. 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Kitab-kitab Hadits yang digunakan oleh MTA antara lain kitab Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majjah, Ibnu Huzaimah. Kitab-kitab tersebut sebagai pelengkap keteranganketerangan mengenai hukum Islam bila Al Qur’an tidak menjelaskan hukum tersebut. Untuk meneliti shahih atau tidaknya suatu Hadits digunakan kitab-kitab Mizanul I’tidal, Lizanul Mizan, Al Jarhwat Ta’dil, Al Ishabah Fi Asmaish Shababah. Kitab-kitab tersebut tidak diajarkan kepada warga MTA, melainkan hanya digunakan sebagai alat untuk menerangkan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits yang dipelajari oleh pengurus pusat dan para guru daerah.26 Pada bidang fikih (hukum Islam), MTA tidak terikat kepada maadzab apapun. Para pemimpin MTA melarang kepada para warga MTA untuk melaksanakan suatu hukum tanpa mengetahui sumber-sumbernya atau dasardasarnya. Adapun yang menjadi rujukan dalam melaksanakan suatu hukum Islam hanya Al Qur’an dan As Sunnah, bila warga MTA mengiukuti pendapat imam madzab, maka mereka harus melihat terlebih dahulu dasar-dasar Al Qur’an ataupun Hadits.27
B. Jaringan Dakwah MTA di Surakarta Jaringan adalah sesuatu hal yang menjelaskan hubungan antara unsurunsur dasar penyusun jaringan.28 Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik sehingga mereka meninggalkan kesehatan dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari 26
Sekretariat MTA, op.cit, halaman 35.
27
Sulaiman, op.cit, halaman 29.
commitBahasa to user Indonesia, ‘’Topologi Jaringan-Wikipedia www.wikipedia.org, diakses 16 Maret 2011 pukul 09.00 28
Ensiklopedia
Bebas’’,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
kegelapan menuju cahaya yang terang, yaitu Islam. Menurut bahasa aslinya, Bahasa Arab, dakwah mempunyai arti sebagai ajakan, panggilan, seruan, dan himbauan.29 Kegiatan dakwah ditujukan untuk mengubah jahiliyah (kebodohan) kepada pengetahuan, pengetahuan menjadi pola pikir (fikrah), pola pikir menjadi aktivitas, aktivitas amal menjadi hasil dan mengubah hasil menjadi tujuan yaitu ridho Allah. Oleh karena itu berdakwah merupakan tugas dan kewajiban mulia bagi setiap muslim. Dakwah juga diartikan pelaksanaan ajaran islam ke segala aspek kehidupan manusia. Jaringan dakwah adalah segala hal yang menjerlaskan hubungan antara unsur-unsur penyusun
dakwah
yang bertujuan
untuk
menyebarkan ajaran Islam ke semua lapisan masyarakat. 1. Peranan Ustadz dalam Dakwah Dalam tradisi kehidupan sosial di lingkungan umat Islam, hirarki, wewenang dan status sosial dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang tentang Islam dan kemampuan orang tersebut disebut ulama. Tokoh ini mengkomunikasikan dan mensosialisasikan pengetahuannya tentang Islam kepada masyarakat. Ulama sebagai elit santri adalah orang yang memiliki status sosial dengan suatu kedudukan tertinggi dalam struktur masyarakat Islam.30 Ulama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan seringkali disebut dengan kyai, ustadz, khotib, dan mubaligh. Mereka memiliki kedudukan khusus dalam struktur sosial Islam sebagaimana istilah tersebut sering dipergunakan untuk menyebut ulama dalam fungsi penyiar agama Islam.
29
Faisal Ismail, 2001, Islam Transformasi Sosial dan Kontinuitas Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, halaman 227.
to user Ghozali, 1966, Ikhtisar Ihyaucommit Ulumaddin, terjemahan Mochtar Rasjidi, Yogyakarta: Al Fatah, halaman 20. 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Berbagai keputusan tindakan anggota masyarakat seringkali diserahkan dan lebih banyak ditentukan oleh ulama sebagai referensi tindakan sosial, oleh sebab itu sikap dan tindakan umat pengikut sebagai lapisan terbawah struktur sosial Islam adalah fungsi dari sikap dan tindakan ulama, kyai, ustadz, mubaligh.31 Hubungan antara elit santri dalam hal ini adalah ustadz sebagai pemimpin organisasi dan umatnya sebagai lapisan terbawah struktur sosial Islam sangat dekat. Hubungan tersebut muncul dan tumbuh berdasarkan pengalaman keagamaan dan emosi keagamaan. Sifat hubungan yang demikian merupakan daya perekat dan pembentuk solidaritas keagamaan sebagai intra struktur tata kehidupan sosial umat. Proses interaksi tersebut secara tradisional terpelihara melalui kegiatan sosialisasi Islam, pengajian dan khutbah.32 Peran ustadz sangat penting dalam penyiaran agama. Melalui dakwah yang mereka lakukan, agama Islam dapat tersiar pada masyarakat. Ketika ada permasalahan mengenai hukum Islam, mereka mernjadi tempat bertanya karena penguasaan ilmu agama yang mereka miliki. Dalam MTA, orang yang menyiarkan agama mendapat sebutan sebagai ustadz (guru ngaji). Ustadz-ustadz dalam MTA terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu: a. Ustadz pada tingkat pusat. Pada tingkat ini disebut juga sebagai Pembina, yakni Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina. Beliau mengajar pada pengajian umum Ahad Pagi dan pengajian gelombang khususi. Beliau bertindak sebagai penceramah tunggal pada kedua pengajian tersebut dengan menyampaikan materi pengajian kepada peserta pengajian. Selain bertindak sebagai pengajar pada pengajian umum dan
31
Sudjito S, 1986, Transformasi Msyarakat, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, halaman 37.
commit to user Abdul Munir Mulkan, 1994, Runtuhnya Mitos Politik Santri Strategi Kebudayaan dalam Dakwah Islam, Yogyakarta:SIPRESS, halaman 48. 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
pengajian gelombang khususi, beliau juga dijadikan sebagai sosok untuk memecahkan permasalahan hidup warga MTA ketika mereka menghadap ustadz dan mengkonsultasikan masalah hidup yang mereka alami. Sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai Pembina, Ustadz Ahmad Sukina bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatanYayasan Majlis tafsir Al Qur’an (MTA). b. Ustadz pada tingkat perwakilan/cabang Ustadz pada tingkat ini disebut juga sebagai guru daerah yang jumlahnya cukup banyak. Mereka mengajar pengajian pada pengajian perwakilan/ cabang MTA. Bagi setiap guru daerah wajib memberikan ceramah pengajian secara rutin di daerah yang sudah ditunjuk oleh Pengurus MTA Pusat kepadanya. Untuk menjadi seorang guru daerah harus mempunyai pengetahuan agama Islam yang memadai serta kesungguhan hati untuk mengajarkan ajaran Islam dengan baik yakni sesuai Al Qur’an dan Hadits kepada warga MTA. Bagi setiap guru daerah dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun dari daerah yang ia datangi. Diupayakan agar guru daerah dapat hadir pada pertemuan khusus guru daerah setiap dua minggu sekali guna membahas berbagai permasalahan yang belum dapat dijawab oleh guru yang bersangkutan, disamping itu mengetahui perkembangan dakwah gelombang pengajian yang dibinanya.33 2. Perekrutan dan Pembinaan Ustadz Setiap warga MTA laki-laki bisa menjadi ustadz. Perekrutan ustadz dilakukan melalui beberapa cara diantaranya pengiriman calon ustadz ke Pondok Pesantren Darussalam, Gontor, Jawa Timur. Setiap tahun MTA Pusat Surakarta dapat mengirimkan beberapa siswa lulusan SMA MTA Surakarta untuk belajar commit to user 33
Wawancara dengan Zaenal Ahmad tanggal 23 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
agama ke pondok pesantren tersebut. Bagi siswa lulusan SMA MTA Surakarta yang berniat untuk menjadi ustadz, mereka dapat mendaftarkan diri di MTA Pusat. Sebelum dikirim, mereka harus mengikuti beberapa tes membaca Al Qur’an, menulis huruf Arab, membaca Hadits, dan tes Bahasa Arab. Persyaratan lainnya adalah sehat jasmani, berakhlak baik, dan bersungguh-sungguh menuntut ilmu agama. Jika lulus tes dan memenuhi persyaratan tersebut, mereka dapat dikirim ke Pondok Pesantren Darussalam, Gontor, Jawa Timur agar dididik menjadi ustadz. Jadi untuk menjadi ustadz seseorang harus memenuhi persyaratan tersebut. Mereka belajar ilmu agama kurang lebih selama enam tahun. Selama belajar di pondok tersebut, biaya ditanggung sepenuhnya oleh MTA Pusat. Setelah lulus, mereka kemudian ditugaskan sebagai guru pelajaran diniyah di SMP MTA Gemolong atau di SMA MTA Surakarta. Selain sebagai guru diniyah, mereka juga ditugaskan mereka juga ditugaskan sebagai guru daerah di cabang-cabang MTA yang ditunjuk oleh pengurus pusat. Selain bertugas di cabang-cabang MTA, mereka juga berdakwah di daerah tempat tinggalnya. Cara lain dalam merekrut ustadz adalah dengan mengadakan pengajian generasi penerus yang diikuti para remaja MTA. Setelah mereka lulus, mereka akan ditugaskan mengisi pengajian di tingkat cabang. Meskipun mereka tidak sepandai dengan para ustadz lulusan pondok pesantren, tetapi jika terus dididik dan dilatih maka kemampuannya menjadi berkembang. Mereka ini yang diharapkan dapat menggantikan para ustadz yang telah tua dan meneruskan kegiatan dakwah MTA. Warga MTA juga dapat menjadi ustadz dengan cara rajin mengikuti pengajian. Selama kegiatan pengajian, mereka dipantau oleh pengurus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
cabang dan jika dianggap memiliki kemampuan berdakwah, mereka akan diberi tugas mengajar. Para ustadz ( guru daerah ) yang ada dibina agar dapat terus meningkatkan kemampuan dan peran sertanya dalam berdakwah. Pembinaan ini dilakukan oleh bagian seksi bidang dakwah. Pembinaan dilakukan dengan cara mengadakan pengajian khusus bagi guru daerah, tes bagi para ustadz, dan mengirimkan para calon ustadz untuk memperdalam ilmunya di Pondok Pesantren Darussalam, Gontor, Jawa Timur. Pengajian khusus para ustadz (guru daerah) diikuti oleh semua ustadz dari tingkat pusat sampai cabang. Jumlah ustadz se-eks Karisidenan Surakarta ada sekitar 285 orang. Besarnya jumlah mereka dikarenakan terbukanya kesempatan bagi setiap warga MTA untuk menjadi ustadz, selain itu juga tersedianya fasilitas yang mendukung seperti pondok pesantren, kitab dan buku-buku agama yang disediakan secara gratis bagi para ustadz dan para ulama yang telah disiapkan untuk mendidik mereka.34 MTA juga mengadakan pertemuan antar ustadz ( guru daerah) di Surakarta yang diadakan setiap dua minggu sekali, yakni setiap Senin malam di Kantor MTA Pusat. Sesuai dengan namanya, yang dilibatkan dalam pertemuan ini adalah semua guru daerah di Surakarta dan sekitarnya. Maksud diadakan pertemuan ini adalah untuk membahas ilmu yang dalam pengajian cabang/perwakilan, selain itu juga membahas pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh guru daerah terkait dengan materi-materi yang disampaikan saat memberi ceramah di daerah
commit to user 34
Wawancara dengan Medi pada tanggal 17 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
yang dibinanya, sehingga apa yang disampaikan oleh ustadz (guru daerah) tetap ada kesesuaian dengan Al Qur’an dan Hadits.35 3. Aktivitas Dakwah MTA MTA merupakan sebuah lembaga dakwah dan pendidikan yang berbadan hukum dalam bentuk yayasan untuk menyeru umat Islam mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) dengan berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits.36 Sebagai salah satu organisasi Islam di Surakarta, MTA memfokuskan kegiatannya pada bidang dakwah. Dakwah memiliki arti penyiaran agama dan pengembangannya dalam masyarakat atau seruan memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam. Dakwah Islam bertujuan untuk mengajak manusia mempelajari dan mengamalkan ajaran agama berdasarkan sumber aslimnya, yakni Al Qur’an dan Hadits. Aktivitas dakwah dalam MTA dilakukan melalui bidang keagamaan, bidang sosial, bidang pendidikan, bidang kesehatan dan ekonomi. a. Bidang Keagamaan Kegiatan dakwah Islam dalam MTA menggunakan dasar ayat-ayat Al Qur’an yang isinya perintah berdakwah. Ayat-ayat tersebut antara lain QS Al Imron ayat 104 yang bunyinya ‘’ Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan orang-orang yang menyeru pada kebajikan dan dan menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar’’. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.37 Ayat yang masih berhubungan dengan perintah dakwah adalah QS Al Imron ayat 110 yang bunyinya ‘’ Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
35
Wawancara dengan Zaenal Ahmad pada tanggal 8 Maret 2011.
36
Sekretariat MTA, Selayang Pandang Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA), (Surakarta: Sekretariat MTA), 2008, halaman 1.
commit to user
37
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 93.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.’’38 Ayat lain yang digunakan sebagai pedoman untuk berdakwah adalah QS Yusuf ayat 108 yang bunyinya’’ Katakanlah inilah jalan (agama)Ku dan orangorang yang mengikuti mengajak kamu pada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.’’39 Selain dalam Al Qur’an, tugas dan kewajiban mulia manusia untuk berdakwa juga tertera jelas dalam sejumlah Hadits nabi, diantaranya: Barang siapa yang menganjurkan orang berbuat baik, maka orang itu beroleh pahala sama seperti pahala orang yang mengerjakannya. (HR Muslim). Barang siapa berdakwah kepada petunjuk, adalah baginya pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang mengikutinya, dan tidak dikurangkan sedikitpun juga sesuatudaripadanya. (HR Muslim) sekiranya manusia melihat kezaliman dan tidak berusaha mengatasinya dengan segera, Allah akan meratakan siksaan terhadap mereka. (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai). Ayat-ayat dalam Al Qur’an dan Hadits-hadits tersebut dijadikan sebagai pedoman MTA melakukan kegiatan dakwah dalam bidang keagamaan, yaitu kegiatan pengajian. Secara umum sistem dan metode pengajian dalam MTA di seluruh Indonesia adalah sama. Pengajian yang diselenggarakan di tingkat Pusat, Perwakilan/Cabang serta pengajian umum. Kegiatan pengajian Umum dipimpin oleh Pembina yayasan, yakni Ustadz Ahmad Sukina. Beliau bertindak sebagai penceramah tunggal, yang tidak bisa diwakilkan oleh penceramah lain. Hal ini merupakan itba (mengikuti) langkah pendahulunya, yaitu Ustadz Abdullah Thufail Saputro yang tidak pernah absen dalam memberikan ceramah pada 38
Ibid, halaman 94.
39
Ibid, halaman 421.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Pengajian Umum Ahad Pagi selama beliau menjadi Pembina MTA.40 Meskipun demikian, pengajian ini tidak menutup kemungkinan ada penceramah dari pihak luar, yang diundang atau bersilaturahmi dengan MTA misalnya dari Muhammadiyah, Majlis Mujahidin Indonesia, MUI, pemerintah, serta ormas Islam lainnya. Sistem dan metode pengajian ini disampaikan melalui ceramah dan tanya jawab. Pengajian dimulai dengan pembacaan brosur materi pengajian yang telah disediakan petugas. Setelah itu diadakan pembahasan melalui ceramah seputar materi yang telah dibrosurkan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang materi pengajian dan permasalahan unum dari peserta, baik ditanyakan secara langsung kepada Ustadz Ahmad Sukina meupun lewat tulisan yang pertanyaannya dibacakan oleh petugas. Materi yang disampaikan oleh pengajian ini bersifat kondisional tematik, artinya materi tersebut mempunyai tema-tema tertentu dan tema itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Materi disusun dalam bentuk brosur, seperti brosur yang mengkaji bab tentang sholat, puasa, zakat, halal haram dalam Islam, seluk beluk bersuci, tarikh nabi, janaiz (pengurusan jenazah), sholat ied, aqiqoh, qurban, dan lain-lain dengan dilengkapi dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits. Sistem dan metode pengajian di tingkat perwakilan/ cabang juga dilakukan dengan cara ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar pengajian menyampaikan materi yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan dari peserta pengajian. Melalui tanya jawab tersebut pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Melalui sistem tersebut, pokok bahasan tafsir commit to user 40
Sulaiman, op.cit, halaman 43.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Al Qur’an dapat berkembang pada kajian aqidah, syariat, akhlak, tarikh dan kajian masalah aktual sehari-hari. Meskipun materi pokok dalam pengajian ini adalah tafsir Al Qur’an bukan berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak dibahas bahkan seringkali kajian tafsir hanya disajikan satu bulan sekali. Pengkajian tafsir yang dilakukan MTA secara otomatis mencakup pangkajian Hadits karena Hadits dijadikan sebagai rujukan dalam memahami ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat umum.41 Materi yang diberikan pada pengajian ini adalah tafsir Al Qur’an dan Hadits. Pada pengkajian tafsir Al Qur’an dilakukan dengan menggunakan acuan tafsir Al Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lainnya, baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang lain. Kegiatan pengajian yang dilakukan MTA meliputi pengajian umum, pengajian cabang/ perwailan dan pengajian khusus (khususi), disamping itu juga terdapat kegiatan pengajian lainnya, yaitu kegiatan nafar fi sabilillah yang dilaksanakan setahun sekali pada bulan Ramadhan, dan pengajian-pengajian lain yang sifatnya insidental seperti pengajian akbar saat peresmian cabang/perwakilan dan pengajian dalam rangka PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). 1) Pengajian Umum Pengajian ini diselenggarakan oleh Yayasan MTA Pusat Surakarta setiap hari Minggu pukul 07.30-10.30. Pengajian ini lebih sering dikenal dengan nama ‘’ Kajian Ahad Pagi’’. Tempat pelaksanaannya di Donoyudan Rt 6/Rw 1, tepatnya di Jalan Empu Barada No 11, Serengan, Surakarta. Pengajian umum ini diikuti 41
2.
commitYayasan to userMajlis Tafsir Al Qur’an, op.cit, halaman Sekretariat MTA, Selayang Pandang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
oleh sekitar 4.000-5.000 orang laki-laki dan perempuan, yang datang dari berbagai daerah.42 Banyaknya peserta dalam pengajian ini karena pesertanya tidak dibatasi. Tidak hanya warga MTA saja, semua orang boleh mengikutinya, baik mereka dari ormas Islam lain maupun dari orang non Islam boleh datang pada pengajian ini. Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, pengajian ini disiarkan melalui radio. Sebelum MTA memiliki media dakwah berupa radio, pengajian ini disiarkan radio amatir Hizbullah secara langsung, setelah MTA memiliki media dakwah radio sendiri pengajian ini disiarkan melalui radio MTA FM pada tahun 2007 hingga sekarang. Melalui penyiaran radio tersebut menyebabkan jumlah peserta pengajian semakin bertambah dan gedung yang dipakai di Kemlayan menjadi tidak muat menampung semua peserta pengajian. Untuk mengatasi masalah tersebut, Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Pusat membangun gedung pengajian Ahad Pagi yang baru di Jalan Ronggowarsito No.111 A, Surakarta. Gedung tersebut dibangun sejak Oktobe Yudhoyono. Setelah gedung tersebut diresmikan Pengajian Umum Ahad Pagi diselenggarakan di gedung ini yang dapat memuat semua pesarta pengajian. 2) Pengajian Cabang/ Perwakilan Pengajian cabang/ perwakilan adalah pengajian yang diselenggarakan MTA cabang atau MTA perwakilan di daerah-daerah yang sudah ada cabang atau perwakilan. Peserta pengajian ini dinamakan warga MTA yang terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian ini diselenggarakan seminggu sekali, yang dipimpin ketua cabang atau ketua perwakilan masing-masing. Penceramahnya commit to user Widodo, 2000, ‘’Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta (Studi tentang Gerakan Modern Islam di Surakarta Tahun 1972-1998), Surakarta: Skripsi, halaman 93. 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
berasal dari guru daerah yang ditugaskan oleh MTA Pusat Surakarta. Dalam pengajian ini, ketua cabang/ perwakilan tidak diperkenankan mengambil penceramah dari guru lain, sebab pengajian ini merupakan pembahasan ulang dan penjabaran lebih lanjut dari hasil pengajian umum ahad pagi.43 3) Pengajian Khusus (Khususi) Pengajian khususi merupakan peningkatan dari pengajian cabang/ perwakilan, sehingga terdapat persyaratan khusus bagi pesertanya. Disamping harus memenuhi norma-norma warga MTA biasa, pesartanya masih harus memenuhi persyaratan yang lainnya. Persyaratan tersebut antara lain mempunyai keseriusan yang lebih dibandingkan warga MTA biasa, kecerdasan, kesungguhan, memiliki waktu, tenaga, pikiran dan dana yang cukup mapan.44 Pesarta pengajian khususi ini diharapkan untuk ditingkatkan menjadi guru daerah dan perilakunya bisa menjadi contoh bagi orang-orang di sekitarnya. Sebelum gedung Ahad Pagi diresmikan, pengajian khususi dibagi menjadi 3 gelombang, yakni hari Rabu sore, Jum’at sore, dan Sabtu sore. Khususi Rabu sore dan Jum’at sore diperuntukkan bagi peserta laki-laki, sedangkan Sabtu sore untuk peserta perempuan pelaksanaannya dilakukan di Kantor MTA Pusat Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Setelah Gedung Pengajian Ahad Pagi diresmikan, pengajian ini dibagi menjadi 2 gelombang, yakni Rabu sore untuk peserta perempuan dan Jum’at sore untuk peserta laki-laki. Pelaksanaannya dilakukan di gedung tersebut.
43
Wawancara Zaenal Ahmad tanggal 11 Juli 2010.
44
Wawancara dengan Medi tanggal 15 Juli 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
4). Nafar Fi Sabilillah Kegiatan nafar fi sabilillah merupakan kegiatan perjalanan dakwah yang diselenggarakan Yayasan MTA setahun sekali pada bulan Ramadhan. Kegiatan ini bagi menjadi tiga periode selama Bulan Ramadhan, yakni minggu petama hingga minggu ketiga Bulan Ramadhan. Pelaksanaannya selama lima hari, yakni Rabu samapai Minggu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat berjuang di jalan Allah bagi warga MTA sehingga dapat menumbuhkan semangat rela berkorban. Tujuan diadakannya kegiatan nafar fi sabilillah antara lain: mendapatkan ilmu, mendapatkan sahabat yang baik, menambah atau mendapatkan ma’isyah (pekerjaan) baru, karena bisa saling tukar informasi pekerjaan antar peserta nafar fi sabilillah, melatih membiasakan diri untuk hidup mandiri jauh dari keluarga, sebagai sarana silaturahim ke cabang lain.45 Kegiatan nafar ini diikuti oleh warga MTA yang berasal dari berbagai daerah dan diperuntukkan bagi laki-laki. Peserta nafar wajib mengikuti kegiatan dengan ikhlas dan menaati tata tertib yang telah ditetapkan oleh Panitia Nafar Ramadhan Pusat. Tata cara pendaftaran peserta dikoordinasikan melalui pengurus masing-masing cabang/ perwakilan dengan cara mengisi formulir pendaftaran, kemudian dikoordinasikan lagi oleh panitia pusat. Pembiayaannya ditanggung oleh masing-masing peserta dengan menyesuaikan kondisi daerah yang ditempati atau yang menjadi tujuannya. 5) Pengajian Insidental Pengajian insidental atau biasa disebut dengan pengajian akbar merupakan pengajian yang pelaksanaannya tidak menentu, menyesuaikan dengn kebutuhan commit to user 45
Wawancara dengan Zaenal Ahmad tanggal 11 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
atau ketika ada acara-acara tertentu, misalnya waktu peresmian cabang/ perwakilan baru, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), dan lain-lain. Pelaksanaan pengajian ini dilakukan dengan mengundang pemerintah, MUI dan tokoh-tokoh dari ormas Islam lain. b. Bidang Sosial Islam pada keseimbangan hidup hubungan manusia dengan sesama serta hubungannya dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain ditunjukkan melalui QS Islam merupakan agama yang memberikan perhatian pada keseimbangan hidup antara kehidupan dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan dan antara hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Islam terdapat ajaran untuk berbuat amal baik di bidang sosial kemasyarakatan. Islam mengajarkan umatnya tentang perlunya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menghargai orang lain, saling menolong tanpa membedakan status sosial serta menyuruh bekerjasama antar sesama. Perhatian Al Imron ayat 110 yang bunyinya ‘’ kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang ditugaskan kepada manusia menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat mungkar dan beriman kepada Allah.46 Selain ayat Al Qur’an di atas yang dijadikan pedoman bahwa Islam adalah agama yang mangajarkan manusia untuk berbuat kebaikan dengan sesama dan makhluk hidup lain, terdapat Hadits nabi yang yang berhubungan dengan perintah berbuat kebaikan. Hadits tersebut bunyinya ‘’ Sayangilah makhluk yang berada di bumi, tentu kalian disayangi oleh Allah. ( HR Bukhori Muslim).47
46
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 94.
47
Brosur Ahad Pagi tanggal 20 April 2008.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Pengamalan Al Qur’an dan Hadits membawa pada pembentukan kehidupan bersama berdasakan ajaran Islam. Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kehidupan para anggota dan masyarakat umum. Oleh karena itu, disamping kegiatan pengajian, MTA juga menyelenggarakan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan sosial seperti kerja bakti, donor darah, pemberian santunan kepada fakir miskin, penanganan korban bencana alam, reboisasi. Selain itu juga ada kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pada umumnya warga MTA menjalin hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekitar, hubungan sosial tersebut terjalin melalui tempat tinggal, lingkungan kerja dan lingkungan sekolah. MTA senantiasa memerintahkan warganya untuk dapat bergaul dengan masyarakat luas secara baik dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Untuk mewujudkan hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekitar, warga MTA Surakarta sering melakukan kegiatan sosial, baik dengan lingkungan internal MTA maupun dengan masyarakat umum. Dakwah dalam bidang sosial yang dilakukan antara lain: 1) Kegiatan Kerja Bakti Kerja bakti yang dilakukan warga MTA bersama dengan masyarakat antara lain: pada tahun 1999, warga MTA di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta dan masyarakat sekitar mengadakan kerja bakti pengerasan jalan dengan menggunakan bahan adukan semen pasir. Pada waktu itu jalan di daerah tersebut rusak akibat musim hujan. Untuk mengatasi masalah tersebut masyarakat mengadakan kerja bakti memperbaiki jalan selama lima hari. Pengerasan jalan dilakukan agar para pengguna jalan bisa lewat dengan aman dan nyaman. Selain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
ikut serta dalam kegiatan kerja bakti pengerasan jalan, warga MTA di Semanggi bersama masyarakat juga mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan yang diadakan setiap tahun. Seperti pada tanggal 13 Agustus 2000, warga MTA turut serta dalam kerja bakti lingkungan dengan masyarakat sekitar membersihkan lingkungan dalam rangka menyambut HUT RI ke-60. Dalam kerja bakti tersebut warga MTA bersama masyarakat membersihkan saluran air yang tersumbat, memisahkan sampah organik dengan non organik, memangkas pohon yang menghalangi tiang listrik, dan lain-lain. Selain terjalin suasana kekeluargaan, manfaat lain yang didapat dari kerja bakti tersebut adalah terciptanya hidup bersih dan sehat.48 Kegiatan kerja bakti lainnya yang dilakukan oleh warga MTA adalah kegiatan pembangunan masjid. Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam sehingga apabila ada kegiatan pembangunan atau renovasi masjid, warga MTA secara gotong royong dengan masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut. Hal ini terlihat dalam kegiatan kerja bakti warga MTA Grogol I pada renovasi masjid An Nur pada tanggal 23 Januari 2004. Kegiatan kerja bakti menjadi sasaran dakwah MTA di bidang muamallah (kemasyarakatan). MTA senantiasa menanamkan diri pada warganya untuk berdakwah. Dakwah tidak hanya diartikan dalam pengertian sempit yang berupa kegiatan pengajian saja, tetapi dakwah juga diartikan dalam artian pelaksanaan ajaran Islam ke segala aspek kehidupan manusia. Melalui kegiatan ini pula, masyarakat dapat mengetahui bahwa MTA bukan organisasi Islam eksklusif, yakni organisasi yang menutup diri dari masyarakat serta menganggap commit to user 48
Wawancara dengan Medi pada tanggal 8 Februari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
organisasinya paling baik, MTA senantiasa menyuruh warganya untuk terlibat dalam kegiatan sosial di daerahnya. 2) Donor Darah Donor darah merupakan kegiatan penyumbangan darah secara suka rela. Penyumbang diambil darahnya untuk disimpan di bank darah dan sewaktu-waktu dapat diambil pada transfusi darah. Sekantong darah yang disumbangkan sering kali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah merupakan komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh seperti otak, jantung, hati, paru-paru dan ginjal. Jika darah yang ada dalam tubuh sedikit maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi. Salah satu bentuk kegiatan dakwah MTA dalam bidang sosial adalah mengadakan kegiatan donor darah. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap tiga bulan sekali, pelaksanaannya diserahkan pada MTA cabang/ perwakilan masingmasing dan bekerja sama dengan PMI cabang kota atau kabupaten masing-masing daerah, seperti cabang-cabang MTA di Surakarta yang rutin mengadakan donor darah tiap tiga bulan sekali, yakni bulan Januari, April, Juni, dan Agustus. Kegiatan tersebut dilakukan di Kantor Pusat MTA yang berada di Jalan Serayu no 12, Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Seperti pada tanggal 14 Juni 2002 diadakan kegiatan donor darah untuk warga MTA cabang-cabang Surakarta di Aula Kantor MTA Pusat Surakarta. Pada kegiatan tersebut diikuti sekitar 124 pendonor.49 Kegiatan donor darah juga biasa dilaksanakan pada saat acara peresmian cabang/ perwakilan MTA serta peristiwa tertentu. Contohnya dalam rangka commit to user 49
Wawancara Daryanto Ahmad pada tanggal 9 Februari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
menyambut peresmian gedung pengajian Ahad pagi tanggal 8 Maret 2009, MTA mengadakan acara peduli kesehatan dalam bentuk pemeriksaan, pengobatan massal serta donor darah massal. Untuk kegiatan donor darah dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2009 di Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta dan tanggal 911 Februari 2009 di Aula MTA Pusat Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Donor darah tersebut semula hanya menargetkan 1000 peserta dalam empat hari, namun pelaksanaannya ternyata melebihi target. Hari pertama diikuti sebanyak 250 orang, hari kedua diikuti 350 orang, hari ketiga 350 orang dan hari terakhir 350 orang.50 3) Penyantunan Fakir Miskin Salah satu kewajiban umat Islam adalah membayar zakat. Zakat adalah bagian dari harta seseorang yang wajib diberikan kepada orang-orang yang berhak. Orang-orang yang berhak menerima zakat tercantum dalam QS At Taubah ayat 60, yang diantaranya adalah orang-orang fakir miskin. Kegiatan pemberian santuan kepada fakir miskin di MTA dilakukan setiap menjelang hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Santunan tersebut berupa pembagian zakat fitrah dan daging kurban. Zakat fitrah dan daging kurban di MTA Pusat pada tahun 1999-2009 dapat dilihat dalam tabel berikut:
commit to user 50
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 04.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Tabel 6 Jumlah Zakat Fitrah dan Hewan Kurban di MTA Pusat Surakarta Tahun 1999-2009 Tahun
Hewan Kurban
Zakat Fitrah Beras
Kambing
Sapi
5243 Ekor
384 Ekor
1999
22 Ton
Uang tunai Rp.10.342.000,00
2000
25 Ton
Rp.14.133.000,00
5415 Ekor
390 Ekor
2001
27 Ton
Rp.17.526.000,00
7831 Ekor
419 Ekor
2002
29 Ton
Rp.22.192.000,00
8907 Ekor
504 Ekor
2003
28 Ton
Rp.27.468.000,00
9425 Ekor
575 Ekor
2004
33 Ton
Rp.29.841.000,00
10240 Ekor
604 Ekor
2005
32 Ton
Rp.30.724.000,00
10935 Ekor
710 Ekor
2006
38 Ton
Rp.35.942.000,00
12731 Ekor
783 Ekor
2007
41 Ton
Rp.38.411.000,00
14870 Ekor
831 Ekor
2008
44 Ton
Rp.40.737.000,00
15510 Ekor
860 Ekor
2009
46 Ton
Rp.42.380.000,00
15835 Ekor
912 Ekor
Sumber: Seksi Bidang Sosial MTA Pusat Surakarta Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah zakat fitrah dan hewan kurban yang terkumpul di MTA Pusat Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, meskipun dalam tabel tersebut ada yang menunjukkan penurunan perolehan zakat fitrah yang berupa beras pada tahun 2005 menjadi 32 ton. Kenaikan jumlah zakat fitrah dan hewan kurban yang terkumpul dipengaruhi oleh semakin bertambahnya peserta pengajian MTA serta kepercayaan dari warga masyarakat yang menitipkan zakatnya pada MTA. Pemberian santunan kepada fakir miskin juga pernah dilakukan dalam rangka menyambut peresmian gedung pengajian Ahad pagi. Dalam kegiatan tersebut, MTA Pusat mengadakan acara peduli sosial dengan menyerahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
kambing dan paket sembako untuk diberikan kepada masyarakat kurang mampu di Pacitan dan Blora melalui perwakilan MTA di daerah tersebut. Penyerahan kambing dan paket sembako tersebut dilakukan di Pagelaran Keraton Surakarta tanggal 18 Januari 2009.51 Kegiatan pemberian santunan fakir miskin juga biasa dilakukan dalam memeriahkan HUT Kemerdekaan RI dengan memberikan paket sembako kepada masyarakat kurang mampu. Kegiatan ini diserahkan ke MTA cabang/ perwakilan masing-masing daerah. Kegiatan tersebut diawali dengan pengumpulan dana dari warga MTA pada saat pengajian cabang. Dana yang terkumpul digunakan untuk membeli paket sembako selanjutnya paket sembako diberikan kepada masyarakat kurang mampu. Tujuan dari kegiatan ini agar tidak ada orang yang kelaparan di hari kemerdekaan RI. 4) Penanganan Korban Bencana Alam Wujud lain dari kepedulian MTA pada bidang sosial adalah ikut serta dalam penanganan korban bencana alam. Peranan tersebut diwujudkan dengan membantu menangani korban bencana alam seperti mengevakuasi korban bencana banjir di Surakarta pada bulan Desember 2007. Dalam menangani korban bencana alam tersebut, asrama putra SMA MTA Surakarta dijadikan sebagai tempat penampungan korban dan dapur umum. Selain itu, MTA juga memberikan bantunan dana dan paket semabako untuk meringankan beban para korban. MTA juga ikut berpartisipasi dalam penanganan korban bencana tanah longsor di Karanganyar pada tahun 2007. Penanganan korban bencana dilakukan dengan mengevakuasi dan mengidentifikasi korban yang meninggal dunia, mendirikan pos kesehatan dan pelayanan kesehatan, mengirim 4 dokter untuk commit to user 51
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/ 1430 H, halaman 10.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
memberikan pelayanan kesehatan bagi korban serta memberikan bantuan berupa dana, obat-obatan, pakaian pantas pakai, sembako untuk meringankan beban korban bencana. Selain penanganan korban banjir di Surakarta, kegiatan-kegiatan penanganan korban bencana alam yang dilakukan MTA antara lain berupa terlibat langsung membantu korban tsunami Aceh dengan mendirikan dua posko di Banda Aceh dan Aceh Besar tahun 2004, penanganan korban banjir di Kerawang dan Pati tahun 2005, penanganan korban tanah longsor di Banjar Negara tahun 2006, penanganan korban gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 dan penanganan korban banjir di Langkat, Sumatera Utara tahun 2006.52 5) Kegiatan Reboisasi Reboisasi adalah penghijauan, artinya menanam tanaman kembali supaya udara di sekitar lingkunganr menjadi sejuk dan bersih. Reboisasi menjadi salah satu solusi mengatasi pemanasan global. Salah satu wujud kepedulian MTA terhadap lingkungan adalah melaksanakan kegiatan reboisasi. Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan telah mengirimkan 15 ribu batang tanaman kepada MTA Pusat Surakarta untuk ditanam di bantaran Sungai Bangawan Solo. Kegiatan penanaman 15 ribu batang pohon dilakukan pada tanggal 17 Januari 2009, kegiatan ini juga dihadiri oleh pembina MTA, Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, menteri kehutanan Dr. MS Ka’ban dan walikota Surakarta Ir. Joko Widodo.53 Kegiatan reboisasi lain yang dilakukan MTA dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2004. Waktu itu kota Solo dicanangkan Solo Royo-royo oleh 52
Wawancara, Daryanto Ahmad tanggal 5 Agustus 2010.
53
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Walikota Surakarta Slamet Suryanto. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut hari jadi Kota Surakarta ke-259. Kegiatan reboisasi ditandai dengan penanaman 1000 batang pohon di Monumen Soekarno Hatta Pemersatu Bangsa. Dalam kegiatan penghijauan ini, warga MTA Surakarta ikut berpartisipasi guna mensukseskan kegiatan tersebut, kegiatan ini juga dihadiri oleh Menteri lingkungan hidup, Nabiel Makarim. c. Bidang Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pendidikan dapat digunakan sebagai penolong bagi manusia untuk menjalani kehidupannya, tanpa pendidikan manusia sekarang tidak ada bedanya dengan manusia purba. Maju mundurnya suatu bangsa juga ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalankannya.54 Melalui pendidikan manusia melakukan proses belajar mengajar untuk mengembangkan segala pengetahuan, kemampuan serta keterampilan sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya. MTA sangat memprhatikan bidang pendidikan. MTA berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi masyarakat dengan mendirikan lembaga pendidikan formal dan non formal. 1) Pendidikan Formal Pada pendidikan formal, MTA menyelenggarakan jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga SMA. Latar belakang MTA menyelenggarakan pendidikan formal adalah untuk menyesuaikan anggaran dasarnya pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuannya, yayasan dapat melakukan kegiatan yang salah satunya menyelenggarakan pendidikan formal: commit to user Muslih Usa (ed), 1991, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Jakarta: PT Tiara Wacana, halaman 8. 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
sekolah- agama dan umum dari tingkat kelompok bermain (play group), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Umum (SMU) serta Perguruan Tinggi (PT).55 Selain itu juga didasari adanya kenyataan pada tahun 1980-an lembaga pendidikan Islam barada pada tingkat bawah sarta pada tahuntahun tersebut di Indonesia banyak terjadi kasus pelarangan siswa putri yang bersekolah di nageri untuk memakai jilbab. Jenjang pendidikan TK dikelola di 9 tempat, yaitu TK MTA I dan II di Surakarta, sementara 7 lainnya di Sragen dan Karanganyar. Jenjang pendidikan SD yang dimiliki MTA bernama SDIT MTA Gemolong. SDIT MTA dirancang sebagai sekolah unggulan dengan sistem full day scholl, jam belajar dimulai dari pukul 07.00 sampai 15.30 WIB. Melalui sistem tersebut, sekolah ikut membantu orang tua dalam mengawasi putra-putrinya. Jenjang pendidikan SMP dikelola di Gemolong, Sragen dan jenjang pendidikan SMA berada di Surakarta. Kurikulum
yang
digunakan
sekolah-sekolah
MTA
menyesuaikan
kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dengan penambahan aspek keagamaan Islam. Penggunaan kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional mempunyai maksud untuk menyesuaikan lulusan dari sekolah MTA agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Pendidikan yang diajarkan pada kurikulum ini meliputi matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan umum yang lain. Penggunaan kurikulum ini menitik beratkan pentingnya siswa untuk belajar secara aktif dan mampu memberikan tanggapan atas permasalahan dalam pembelajaran tersebut.
commit to user 55
Anggaran Dasar MTA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Banyak prestasi yang dicapai oleh sekolah-sekolah MTA, diantaranya prestasi di bidang akademik, SMP MTA Gemolong telah menjuari beberapa lomba siswa teladan tingkat kabupaten dari tahun 1999-2001, lomba pidato Bahasa Inggris tingkat kabupaten pada tahun 2002, lomba gemar baca tulis tingkat nasional tahun 2003, lomba cerdas cermat tingkat kodya tahun 2003. Prestasi di bidang olahraga, SMP MTA Gemolongtelah menjuarai beberapa kejuaraan olahraga seperti gerak jalan dalam memperingati HUT RI, kejuaraan tenis, senam, dan sepak bola. Untuk prestasi di bidang ilmu agama SMP MTA telah menjuarai lomba mubaligh cilik dan cerdas cermat agama pada tahun 2000.56 Untuk prestasi yang telah dicapai SMA MTA hampir di setiap ajang kompetisi bidang akademik dijuarai oleh SMA ini, diantaranya juara 2 lomba fisika mekanika tingkat nasional tahun 2006, juara harapan I lomba mata pelajaran matematika mechanical tahun 2006, juara 2 OSN fisika tingkat Kota Surakarta tahun 2006, juara I medical competiton Jateng& DIY di UNS tahun 2007. Pada tanggal 18 Juli 2007, SMA MTA Surakarta resmi menjadi RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Program SBI merupakan salah satu usaha pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan jenjang pendidikan menengah yang dijadikan satuan pendidikan bertaraf internasional. Tidak semua Sekolah Menengah Atas ditunjuk untuk menyelenggarakan program tersebut dan SMA MTA Surakarta menjadi satu-satunya sekolah swasta Islam di Surakarta yang menyelenggarakan SBI.57 Murid yang menempati kelas program tersebut telah menjalani seleksi yang ketat, selain itu jam belajar mereka ditambah dengan kegiatan penunjang 56
Al Mar’ah edisi Juni-Juli 2008/1430 H, halaman 29.
57
Ibid, halaman 07.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
lain, seperti muraja’ah di Ma’had Tahfidzul Qur’an Masjid Agung Surakarta. Khusus pelajaran Bahasa Arab, pengajarnya dari alumni Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) cabang Universitas Imam Muhammad Ibn Su’ud Saudi Arabia. Disisi lain SMA MTA Surakarta menyelenggarakan kerjasama dengan IEC Solo dan Ma’had Abu Bakar As Sidiq UMS untuk meningkatkan mutu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab siswanya.58 2) Pendidikan Non Formal Pada pendidikan non formal, MTA Pusat Surakarta menyelenggarakan kegiatan kursus keterampilan dan sekolah diniyah. Kursus-kursus keterampilan yang diselenggarakan MTA meliputi: kursus bahasa Arab di Semanggi, Surakarta, kursus Bahasa Inggris di Semanggi, Surakarta, kursus menjahit bagi wanita di Mangkubumen dan Bimbingan Latihan Keterampilan (BLK) di Surakarta. Penyelenggaraan
kegiatan
kursus
tersebut
bertujuan
untuk
membantu
meningkatkan keterampilan warga MTA.59 d. Bidang Kesehatan dan Ekonomi Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh MTA Pusat Surakarta tidak hanya dalam artian sempit, yakni kegiatan pengajian saja tetapi juga meliputi bidang lain yaitu bidang kesehatan dan ekonomi. Pada awalnya bidang kesehatan dan ekonomi dalam MTA Pusat Surakarta merupakan bidang yang berdiri sendirisendiri, namun pada bulan April 2003 bidang-bidang tersebut digabung menjadi satu di bawah naungan CV Al Abror. Usaha-usaha yang dijalankan oleh CV Al Abror antara lain: balai pengobatan, lembaga keuangan, percetakan, pertokoan,
58
Ibid.
59
Wawancara dengan Medi pada tanggal 15 Juli 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
biro perjalanan, Air Minum dalam Kemasan (AMDK), koperasi, penyewaan perlengkapan sound system serta kajang deklit dan biro jasa konstruksi. 1) Bidang Kesehatan Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan
semakin
meningkat,
maka
Yayasan
MTA
Pusat
mengupayakan berdirinya pelayanan di bidang kesehatan yang berupa Balai Pengobatan (BP). Balai Pengobatan tersebut diberi nama BP MTA yang didirikan pada tanggal 5 Mei 1974 di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Berdirinya BP ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya dan warga MTA pada khususnya. Latar belakang pendirian BP ini adalah adanya kondisi sosial ekonomi masyarakat Semanggi yang lemah pada saat itu, mereka yang sakit tidak mampu periksa ke dokter dikarenakan biaya periksa kesehatan mahal sehingga mereka cenderung pergi ke dukun daripada ke dokter.60 Pada awalnya BP MTA hanya memberikan pelayanan berupa klinik umum dan apotik, sementara kebutuhan terhadap bentuk pelayanan kesehatan lain khususnya persalinan semakin mendesak. Pada tahun 2000, pelayanan kesehatan di BP MTA ditingkatkan dengan memberikan penambahan pelayanan berupa rumah bersalin dan nama BP MTA diganti dengan BP/RB MTA. Respon positif diperoleh BP/RB MTA dari masyarakat, terutama warga MTA dan masyarakat Semanggi, mereka menggunakan pelayanan di BP/RB MTA walaupun ada fasilitas pelayanan yang sama yang lebih dahulu berada di Semanggi. Selain mamberikan pelayanan klinik umum dan rumah bersalin, BP/RB MTA juga memberikan pelayanan berupa poliklinik gigi, fisioterapi, dan commit to user 60
Widodo, op.cit, halaman 105.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
poliklinik anak. Poliklinik umum memiliki peralatan medis yang memadai serta tenaga kesehatan yang profesional, poliklinik gigi melayani pengobatan gigi sakit dan perawatan gigi, rumah bersalin melayani KB, imunisasi, dan USG. Rumah bersalin ini tidak pernah tutup sehingga setiap saat dapat melayani persalinan. Fisioterapi melayani perawatan terkilir, stroke dan pijat bayi. Apotik menyediakan keperluan obat bagi pasien. Pada bidang ekonomi, MTA Pusat Surakarta mendirikan berbagai usaha yang berupa: lembaga keuangan yang UB, percetakan, pertokoan, biro perjalanan, AMDK, penyewaan sound system dan kajang deklit, koperasi dan biro jasa konstruksi. Bidang ekonomi yang dijalankan MTA mempunyai peranan penting dalam menggerakkan warga MTA dan masyarakat untuk menjalankan prinsip ekonomi Islam. Penekanan dakwah pada bidang ini adalah memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. 1) Usaha Bersama (UB) MTA UB MTA merupakan lembaga keuangan milik MTA yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam. Tujuan dari pendirian UB adalah untuk memperkuat ekonomi dan membantu kesejahteraan warga MTA. Awalnya UB MTA merupakan kegiatan usaha bersama di perwakilan MTA seperti Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, Klaten dan Surakarta, karena berkembang maka pada tahun 1992 disatukan di pusat dan terbentuklah UB MTA. Pada awal pembentukannya, UB MTA masih dikelola part time (separuh waktu). Petugas UB saat itu masuknya malam hari. Mulai bulan Maret 2001, UB MTA mulai diperbaiki cara kerjanya dan dikelola secara profesional dengan cara kerja penuh dan merekrut karyawan dengan profesional kerja yang baik. Pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
tahun tersebut juga sistem kerja mulai menggunakan sistem komputerisasi data dengan pemograman data yang lengkap.61 UB MTA masih diperuntukkan hanya kepada warga MTA, prinsipnya menghimpun dana dari warga untuk warga. Karena sifatnya kekeluargaan, UB ini belum mempunyai ijin resmi dari pemerintah. Seperti lembaga keuangan lainnya, UB MTA melayani penyimpanan uang dan peminjaman uang. Untuk aturan peminjaman uang dilakukan dengan melibatkan kemajlisan, hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah warga MTA. Syarat-syarat peminjaman uang di UB MTA antara lain: mempunyai tabungan di UB dan sekaligus sebagai warga MTA, mengajukan pinjaman dengan seijin ketua cabang/ perwakilan, hasil peminjaman digunakan untuk kepentingan usaha dan lain-lain, hasil peminjaman tidak untuk kepentingan konsumtif seperti membeli kebutuhan rumah tangga, TV, sepeda motor, dan lain-lain.62 Pada tahun 2004 sistem syariah mulai berkembang sehingga pada bulan September 2004 UB MTA mulai menggunakan sistem bank syariah dan meninggalkan sistem bank konvensional. Hal tersebut dikarenakan bank konvensional yang menggunakan sistem bunga adalah haram, didalamnya termasuk riba. Bank konvensional termasuk usaha riba karena usahanya memunggut tambahan uang atas pinjaman yang diberikan. Untuk bank syariah yang menggunakan sistem bagi hasil hukumnya halal dan sesuai dengan hukum Islam. Penentuan bagi hasil dibuat pada waktu perjanjian dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh, apabila ada kerugian ditanggung bersama dan jumlah 61
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 8.
62
Wawancara dengan Suparmin pada tanggal 5 Agustus 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. Selain menggunakan sistem bank syariah, UB MTA juga melakukan pembagian hadiah kepada nasabahnya melalui undian yang dilakukan setiap tahun sekali, yakni menjelang hari raya Idul Fitri. Adapun susunan badan usaha UB MTA adalah: 1. Pusat sebagai badan yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap yayasan. 2. Unit perwakilan sebagai badan yang membantu pusat dan bertanggung jawab penuh pada perwakilan daerah naungannya. 3. Cabang sebagai badan yang bertanggung jawab membantu perwakilan daerah.63 2) Percetakan Usaha percetakan yang dimiliki MTA bernama Al Abror. Usaha ini dibentuk untuk mendukung kelancaran kegiatan pengajian MTA serta memudahkan pemahaman ilmu agama Islam bagi pesertanya dengan mencetak buku-buku agama dan brosur materi pengajian. Awalnya percetakan ini bernama percatakan 234 yang dibuka pada tahun 1988 di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Percetakan tersebut hanya mencetak brosur-brosur Ahad pagi saja, serta peralatannya masih menggunakan tenaga manual. Pada tahun 2003 pecetakan 234 berganti nama menjadi percetakan Al Abror. Percetakan ini tidak hanya mencetak brosur-brosur Ahad pagi saja, tetapi juga mencetak buku-buku agama, majalah Respon, Mar’ah, lembar kegiatan siswa, serta melayani masyarakat umum yang membutuhkan jasa percetakan, misalnya membuat nota dan membuat undangan. Pengelolaan percatakan ini dilakukan lebih profesional dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih. commit to user 63
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Untuk percetakan buku-buku agama dan brosur Ahad pagi hingga saat ini masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan warga MTA dan didistribusikan saat pengajian umum Ahad pagi atau peresmian cabang/ perwakilan MTA dan dikirim ke cabang/ perwakilan MTA, belum didistribusikan secara luas ke toko-toko buku. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat umum yang ingin mendapatkan buku-buku agama atau brosur tersebut untuk membeli langsung saat pengajian umum Ahad pagi atau memesan ke MTA, baik di pusat maupun cabang MTA yang dekat dengan rumahnya.64 3) AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama yang sangat diperlukan tubuh manusia. Air minum juga merupakan benda yang sangat diminati oleh warga MTA terutama untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan pada waktu peresmian cabang/ perwakilan. Berdasarkan kenyataan tersebut, Yayasan MTA Pusat Surakarta memproduksi air minum dalam kemasan sendiri yang diberi merek dagang Kaafur. Kaafur mulai diproduksi pada tahun 2004 di Sondakan, Purwosari, Surakarta. Nama Kaafur diambil dari Al Qur’an Surat Al Insan ayat 5 yang berarti air surga. Air minum dalam kemasan Kaafur diproses melalui 3 tahap, yaitu penyaringan,
disinfeksi,
dan
pengisian.
Penyaringan
dilakukan
untuk
menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air. Disinfeksi bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri dalam air. Pengisian air merupakan tahap terakhir berupa pengemasan air yang telah diproses. commit to user 64
Wawancara dengan Medi pada tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Proses produksi AMDK Kaafur adalah: pertama air baku ditampung dalam bak atau tangki penampung. Bak tersebut terbuat dari bahan-bahan yang bebas dari hal-hal yang dapat mencemari air. Kedua, berupa penyaringan. Penyaringan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu penyaringan dari pasir. Fungsi dari penyaringan ini adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Tahap kedua adalah penyaringan dari karbon aktif, fungsi dari penyaringan ini adalah menyerap bau, rasa, warna. Tahap ketiga adalah mikro filter, fungsinya adalah sebagai saringan halus. Ketiga berupa disinfeksi. Disinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kumanpatogen. Proses disinfeksi ini berlangsung dalam tangki pencampur ozon. Keempat berupa pencucian kemasan. Kemasan yang digunakan dicuci dan disanitasi dalam mesin pencuci botol. Untuk membersihkan kemasan digunakan berbagai deterjen dengan suhu 60-85 derajat celcius, sedangkan sanitasi digunakan air ozon. Kelima berupa pengisian dan penutupan yang dilakukan dengan mesin pencucian dan penutup botol di ruang pengisian yang bersih dengan suhu ruangan 25 derajat celcius.65 Kapasitas produksi air minum dalam kemasan Kaafur mencapai 6 juta liter per tahun. Kemasan Kaafur diproduksi dalam ukuran botol galon, ukuran 1,5 liter, 600 mili liter, dan kemasan gelas. Air Kaafur telah mengalami serangkaian uji kelayakan sehingga berhak mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga aman dikonsumsi oleh manusia. Pungujian kelayakan dilakukan dengan cara mengambil dua sampel air pada saat pengisian. Satu sampel diuji pada itu, sedangkan satu sampel yang lain diuji pada hari keenam. Hal yang harus diuji
commit to user 65
Wawancara dengan Muhammad Fathoni pada tanggal 5 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
adalah keadaan air yang meliputi bau, rasa, warna, PH, kekeruhan, dan cemaran mikroba.66 4) Pertokoan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) telah membuka usaha perdagangan dengan mendirikan pertokoan atau mini market. Pertokoan yang dimiliki MTA antara lain: Toko Dirgantara I di Jamus, Kerjo, Karanganyar dan Toko Dirgantara II di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Pertokoan tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang melayani penjualan dalam bentuk grosir dan eceran. Awalnya MTA mendirikan Toko Dirgantara I pada tahun 1988 bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warganya di desa Jamus, Kerjo, Karanganyar. Dalam perkembangannya toko tersebut menghasilkan omzet penjualan yang mencapai puluhan juta per bulan. Hal ini menyebabkan MTA mendirikan toko Dirgantara II di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta pada tahun 2004. Toko ini juga mengalami perkembangan yang baik dengan omzet penjualan puluhan juta per bulan. Barang-barang yang dijual di toko Dirgantara I dan II adalah barang untuk kebutuhan sembako seperti beras, teh, kopi, gula, mie instan, telur. Selain itu juga menjual barang lainnya seperti sabun mandi, deterjent, aneka makanan ringan, minuman, peralatan sekolah, dan lain-lain. Toko Dirgantara juga berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dengan membantu para pengusaha kecil untuk menitipkan produknya serta menolong masyarakat untuk memperoleh barang kebutuhannya dengan harga yang relatif murah dibanding toko-toko lain. commit to user 66
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/ 1430 H, halaman 8.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
5) Persewaan sound system dan kajang deklit Usaha MTA Pusat Surakarta yang mengurusi pelayanan sound system dan kajang deklit diberi nama Sasana Adi Suara 234. Usaha ini berdiri sejak bulan Maret 2007 di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Sasana Adi Suara 234 bergerak dalam bidang persewaan peralatan sound system dan kajang deklit. Peralatan sound system yang disediakan meliputi speaker, microphone, dan video. Speaker yang dipakai merupakan pengeras suara yang menghasilkan suara berkualitas baik begitu pula dengan microphone dan peralatan video. Awalnya usaha ini dilakukan hanya untuk keperluan dakwah MTA saja, yakni untuk acara pengajian umum Ahad pagi dan peresmian cabang/ perwakilan MTA, namun semakin dikenalnya MTA oleh masyarakat umum, usaha ini juga melayani persewaan sound system dan kajang deklit bagi masyarakat yang membutuhkannya.67 6) Koperasi Serba Usaha (KSU) Koperasi Serba Usaha (KSU) milik MTA bernama KSU Dirgantara yang berada di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. KSU ini didirikan pada tahun 2007 dan telah mendapat ijin dari Dinas Koperasi Jawa Tengah dengan nomor: 14141/BH/KPK.II/2007. Layanan utama KSU Dirgantara ini berupa unit simpan pinjam berdasarkan sistem syariah atau pola bagi hasil. Produk simpanan yang ada dalam KSU Dirgantara antara lain: simpanan mudharabah, simpanan pendidikan anak, simpanan qurban, simpanan hari raya dan simpanan berjangka. Simpanan mudharabah adalah simpanan yang dapat diambil dan disetor setiap saat. Simpanan pendidikan adalah simpanan untuk commit to user 67
Ibid, halaman 9.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
pendidikan (dari TK sampai perguruan tinggi) yang dapat disetor setiap saat dan pengambilannya diberi jangka waktu tertentu yakni dua kali dalam setahun di awal dan pertengahan semester, disesuaikan dengan jadwal pendidikan anak sekolah. Simpanan qurban adalah simpanan yang digunakan untuk keperluan ibadah qurban yang dapat disetor setiap saat serta pengambilannya hanya dapat dilakukan satu kali untuk pembelian hewan qurban, yakni bulan Dzulhijjah. Simpanan hari raya adalah simpanan yang digunakan untuk keperluan hari raya Idul Fitri yang dapat disetor setiap saat dan pengambilannya juga hanya dapat dilakukan satu kali, yakni menjelang lebaran. Simpanan berjangka adalah simpanan yang pengambilannya telah direncanakan waktunya (3/6/12 bulan).68 Jenis peminjaman di KSU Dirgantara da 4 macam. Yaitu peminjaman mudharabah, peminjaman musyarakah, peminjaman murabahah dan peminjaman qodhrul hasan. Peminjaman mudharabah adalah suatu kerja sama kemitra berdasarkan bagi hasil, baik untung maupun rugi, pihak KSU Dirgantara menyediakan seluruh dana yang diperlukan oleh pengusaha atau mitra untuk melakukan kegiatan usaha. Peminjaman musyarakah adalah suatu kerja sama usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek atau kegiatan usaha, masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan dan menggugurkan haknya untuk ikut serta. Keuntungan dan kerugian yang dibagikan berdasarkan ukuran penyertaan modal masingmasing pihak sesuai dengan kesepakan bersama. Peminjaman murabahah adalah peminjaman atas dasar jual beli yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi atau kebutuhan lainnya, dalam hal ini pihak KSU commit to user 68
Wawancara dengan Muhammad Al Faruq pada tanggal 25 Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
bertindak pembeli dan nasabah bertindak sebagai penjual. Peminjaman qodhrul hasan adalah peminjaman kepada nasabah yang tidak mampu, tetapi dia memiliki kemauan dan kemampuan untuk berusaha atau bekerja, dalam hal ini nasabah tidak dituntut untuk mengembalikan apapun baik keuntungan atau bagi hasil kecuali modal pinjaman.69 7) Biro Perjalanan MTA menyediakan biro perjalanan untuk keperluan perjalanan wisata yang diberi nama Adi Tour & Travel pada tahun 2007 di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Adi Tour & Travel adalah biro perjalanan yang progresif, memiliki komitmen pelayanan, persaudaran, profesionalitas dan harga yang kompetitif pada semua pelanggan. Bidang usaha yang dikerjakan Adi Tour & Travel melayani pelanggan untuk mendapat tiket bus, kamar hotel, perjalanan wisata, penyewaan mobil. Untuk mendapatkan tiket bus, pelanggan dapat memesannya dengan menelpon pihk Adi Tour & Travel atau datang ke kantornya. Adi Tou & Travel juga memberikan informasi tentang wisata di kota Surakarta dan sekitarnya, menyediakan paket liburan, sewa kendaraan, dan kegiatan petualangan.70 8) Biro Jasa Konstruksi Biro Jasa Konstruksi MTA didirikan pada tahun 2007 di Semanggi, Surakarta. Biro ini memberikan pelayanan jasa di bidang konstruksi, yang menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu bentuk bangunan fisik serta merawat dan memeriksa bangunan tersebut.
69
Ibid
70
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/ 1430 H, halaman 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Gedung-gedung MTA tersebar di beberapa tempat yang berbeda memerlukan perawatan dan pemeriksaan yang memadai. Pemeliharaan dan pemeriksaan gedung-gedung tersebut dilakukan oleh Biro Jasa Konstruksi MTA. Meskipun secara lembaga belum memiliki lembaga formal, namun biro jasa ini sudah ada sejak MTA melakukan pembangunan-pembangunan gedung.
D. Strategi Dakwah MTA Pusat Surakarta Strategi adalah cara atau pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan, gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas untuk mencapai tujuan jangka panjang.71 Sedangkan strategi dakwah adalah cara atau pendekatan yang digunakan dalam kegiatan penyebaran agama Islam agar dakwah dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. Stategi dakwah yang dilakukan MTA adalah dengan melakukan pendekatan kepada pemerintah, MUI, dan ormas Islam lain. Pendekatan terhadap elemen-elemen tersebut diwujudkan dalam bentuk kerjasama. Stategi yang lain adalah dengan melaku pembinaan terhadap warga MTA. 1. Pendekatan MTA dengan Pemerintah, MUI, dan Ormas Islam Lain a. Kerjasama dengan pemerintah dan MUI Bentuk kerjasama MTA dengan pemerintah dan MUI antara lain diwujudkan dengan mengundang tokoh dari pemerintah dan MUI dalam kegiatan sosial keagamaan seperti peresmian cabang/ perwakilan MTA, pelaksanaan kegiatan Pengajian Umum Ahad Pagi, pelaksanaan nafar fi sabilillah dan PHBI.
commitEnsiklopedia to user Strategi-wikipedia Bahasa Indonesia Bebas, www.wikipedia.org, diakses tanggal 15 Maret 2011 pukul 15.00 WIB. 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Contoh dari kerjasama ini adalah kunjungan Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid pada tahun 2008 pada acara Pengajian Umum Ahad Pagi. Pada acara tersebut Hidayat Nur Wahid memberikan ceramah tentang pentingnya menjalin dan menjaga persatuan antar umat Islam di Indonesia. Pada waktu Hidayat Nur Wahid menjabat sebagai Ketua MPR. Contoh yang berupa kunjungan Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadhilah Supari, Sp.JK (K) pada Pengajian Umum Ahad Pagi pada tahun 2009. Pada kunjungan tersebut Menteri Kesehatan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada peserta pengajian. Contoh lain sebagai bentuk kerjasama MTA dengan pemerintah dan MUI adalah MTA mengundang Presiden RI beserta Kabinet Indonesia Bersatu, MUI Pusat, MUI Saurakarta, Pemerintah Daerah Se-Karisidenan Surakarta serta tokohtokoh ormas Islam Surakarta dalam acara peresmian Gedung Pengajian Ahad Pagi pada tanggal 8 Maret 2009. Pada acara tersebut, Gedung Pengajian Ahad Pagi di Jalan Ronggowarsito N0.111A diresmikan oleh Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Bentuk lain dari kerjasama MTA dengan pemerintah dan MUI adalah MTA selalu diundang dalam acara yang diselenggarakan oleh MUI, seperti Apel Akbar MUI Surakarta dengan tema ‘’ Umat Islam Memberitahu Dunia bahwa Terorisme Bukan Islam’’ di Lapangan Kota Barat, Surakarta pada tanggal 25 September 2009. Acara tersebut juga dihadiri oleh Walikota Surakarta, Kapolwil Surakarta, Kapoltabes Surakarta dan tokoh dari ormas-ormas Islam Surakarta. b. Kerjasama dengan Ormas Islam lain MTA sebagai salah satu organisasi Islam senantiasa menjalin kerjasama dengan ormas Islam lain dalam berbagai acara, seperti dengan Muhammadiyah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
NU, LDII, Laskar-laskar jihad, MMI, dan lain-lain. Bentuk dari kerjasama ini berupa MTA senantiasa mengundang tokoh-tokoh ormas Islam Surakarta pada kegiatan dakwah MTA, begitu pula ormas Islam lain sering mengundang tokoh dari MTA untuk mengisi ceramah pada acara yang mereka selenggarakan. Sebagai bentuk dari kerjasama dengan ormas Islam lain, MTA juga tergabung dalam Forum Komunikasi Lembaga Dakwah Surakarta. Forum ini mewadahi lembaga-lembaga dakwah Surakarta. Dalam forum ini terdapat 18 lembaga dakwah yang lain MTA, LDII, Muhammadiyah, NU, Al Islam, Himpunan Wanita Muslimah Surakarta, Aisyiyah, Al Irsyad, MMI, dan lain-lain. Dalam membina hubungan baik dan kerjasama dengan ormas Islam lain Surakarta, MTA tidak mempersoalkan perbedaan pendapat, paham maupun aliran. Kerjasama yang dijalankan didasarkan pada jalinan ukhuwah Islamiyah dan dakwah, bahkan pendiri MTA, Ustadz Abdullah Thufail Saputro menanamkan paham kepada warga MTA tentang haram hukumnya memusuhi dan memutuskan hubungan silaturrahim kepada siapa saja yang berbeda pendapat, baik kepada organisasi Muhammadiyah, NU maupun golongan lainnya. MTA menjalin hubungan baik dengan elemen-elemen umat Islam Surakarta untuk bekerjasama dalam kegiatan dakwah serta menyikapi berbagai permasalahan umat Islam di negeri ini dan biasanya MTA menyediakan akomodasinya misalnya penyediaan sound system dan Kantor MTA Pusat di Semanggi dijadikan sebagai tempat pertemuan membahas permasalahan tersebut.72
commit to user 72
Wawancara dengan Medi tanggal 15 Juli 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
2. Keanggotaan dan Pembinaan Peserta Pengajian Dalam MTA istilah anggota atau peserta pengajian lebih dikenal sebagai warga MTA. Kata warga lebih bersifat kekeluargaan. Keanggotaan pengajian dalam MTA bersifat terbuka dan sukarela. Untuk menjadi warga MTA baru tidak sulit, biasanya warga MTA yang baru mengikuti pengajian yang diselenggarakan MTA dengan status sebagai mustami’ (pendengar) hingga 2 atau 3 kali pengajian. lebih dari itu, mereka ditanyai oleh pengurus cabang atas kesediaannya mengikuti pengajian secara aktif. Jika mereka memutuskan untuk mengikuti pengajian secara aktif, mereka harus memenuhi syarat-syarat menjadi warga MTA. Syarat-syarat menjadi warga MTA antara lain: mempunyai niat ikhlas menuntut agama Islam, bermujahadah ( bersungguh-sungguh) untuk memahami pelajaran, bermujadallah untuk menyakini dan mengamalkan isi pelajaran pada tingkat perorangan, keluarga dan masyarakat, tertib, rapi dalam berpakaian, sopan dalam berbicara di dalam dan luar pelajaran, menjaga ketertiban masuk dan keluar pelajaran, menghindar pergaulan bebas, menyebarkanluaskan isi pelajaran kepada keluarga dan masyarakat.73 Setiap pengajian cabang/ perwakilan selalu diadakan pengabsenan bagi pesertanya, bagi warga yang tidak hadir harus memberikan keterangan alasan dia tidak hadir. Tiga kali tanpa keterangan maka dia dinyatakan keluar dari pengajian cabang/ perwakilan. Bagi siswa yang melanggar peraturan, khususnya dalam masalah pergaulan dan etika terhadap orang tua, siswa yang bersangkutan akan dikenai sanksi, dari sanksi yang halus berupa teguran sampai pada sanksi yang paling keras yakni dikeluarkan dari keanggotaan pengajian. commit to user 73
Sulaiman,op.cit, halaman 47.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Setiap warga MTA wajib menumbuhkembangkan rasa kebersamaan sehingga mampu mempererat hubungan persaudaraan seiman.Wujud dari prinsip tersebut terlihat dalam sikap warga MTA yang saling tolong menolong ketika saudaranya sedang menghadapi persoalan hidup. Warga MTA berasal dari strata ekonomi dan pendidikan yang hetoregen. Ada yang berasal dari golongan ekonomi bawah, menengah, dan atas. Tingkat pendidikan pun juga demikian, mulai dari orang yang tidak mengenyam pendidikan formal sampai orang yang berpendidikan S-3. Namun kebanyakan warga MTA berasl sosial ekonomi menengah dan menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan mayoritas lulusan SMP dan SMA. Sebagai warga MTA, mereka juga memiliki beberapa hak yang diantaranya mendapatkan perlindungan hukum dari MTA Pusat. Jika seorang anggota mempunyai masalah di bidang hukum, maka masalahnya diselesaikan secara bersama dengan para anggota lain dan para pengurus. Jika ada yang mendapatkan masalah dalam hukum agama dapat meminta bantuan pada seksi bidang dakwah. Dalam majalah Al Mar’ah yang diterbitkan MTA Pusat terdapat rublik konsultasi agama yang ditampu oleh Al Ustadz Ahmad Sukina, dalam ruplik tersebut warga MTA dapat bertanya mengenai masalah agama yang dialaminya. Pembinaan anggota dilakukan oleh bagian sekretaris masing-masing cabang MTA di Surakarta. Para anggota diberi pengetahuan mengenai keanggotaannya dalam MTA. Mereka juga dikenalkan dengan para pengurus organisasi beserta ketua dan susunan organisasinya. Hal ini dilakukan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
tujuan memberikan pengetahuan kepada para anggota tentang organisasi Islam yang mereka ikuti. Pembinaan yang paling penting adalah pembinaan yang dilakukan oleh seksi bidang dakwah yang bertujuan menjadikan para anggota sebagai orangorang yang paham agama dan mengamalkan ajaran Islam. Pembinaan dimulai dari masa kanak-kanak hingga orang tua dengan mengadakan berbagai macam pengajian. Pembinaan menjadi fokus utama adalah pembinaan para remaja MTA. Pembinaan ini dilakukan karena mereka ang diandalkan untuk meneruskan kegiatan dakwah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PERANAN DAKWAH ISLAMIYAH YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL QUR’AN (MTA) BAGI MASYARAKAT SURAKARTA
A. Peran di Bidang Sosial Keagamaan Dalam menyoroti fenomena keagamaan diperlukan adanya suatu langgam keagamaan, yaitu bagaimana agama dihayati, ditampakkan keluar, dan dilaksanakan dalam perbuatan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan sosiokultural. Adanya langgam keagamaan mencetuskan teori langgam etis, yaitu mementingkan urusan kemasyarakatan sebagai perwujudan dari agama. Disamping itulanggam tersebut juga mengurusi masalah manusia yang tidak hanya sebagai unit keagamaan tetapi juga merupakan suatu unit sosial, sehingga dalam fenomena keagamaan akan memunculkan bagaimana agama tersebut dihayati, ditampakkan keluar dan dilaksanakan dalam kehidupan yang nyata.1 MTA sebagai organisasi modern memilih dan menempatkan diri sebagai gerakan amar ma’ruf nahi munnkar dalam masyarakat. Kegiatan MTA dalam bidang sosial kemasyarakatan dimulai sejak berdirinya seperti kegiatan kerja bakti yang merupakan amalan dari surat Al Imron ayat 110. Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA saja melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya. Melalui kebersamaan yang kokoh berbagai amal sosial dapat dilakukan seperti kegiatan kerja bakti bersama dan kegiatan reboisasi dengan masyarakat. Melalui kegiatan tersebut terjalin kegiatan saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan secara bersama. Suasana yang terjalin commit to user 1
Kuntowijoyo, 1983, Paradigma Islam, Bandung: Mizan, halaman 37.
98
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kegiatan tersebut penuh kekeluargaan, tidak ada rasa saling iri dan rasa tertekan dengan beban kerja yang dilakukan. Semuanya dilandasi dengan rasa senang. Islam mengakui manusia makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan sesamanya. Bagaimanapun tinggi statusnya, ia tidak akan punya nilai apabila sifat kehidupannya hanya berguna bagi dirinya sendiri. Nilai seseorang akan ditentukan oleh ukuran seberapa jauh ia memberikan pengorbanan dan darma baktinya dalam upaya membina serta melestarikan hidup bersama, untuk itu MTA berusaha untuk merealisasikan peranya dalam memfungsikan diri sebagai makhluk yang bermasyarakat serta untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat yang diridhoi Allah. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan donor darah, penyantunan fakir miskin, penanganan korban bencana alam. Sebagian besar masyarakat Surakarta beragama Islam, namun dari segi kualitas pengamalan ajaran Islam mereka dinilai kurang. Mereka mengaku beragama Islam tetapi sebagian besar dari mereka tidak menjalankan perintah wajib sholat lima waktu, tidak berpuasa di Bulan Ramadhan, dan tidak menjalankan kewajiban berzakat. Sebagian besar masyarakat Islam Surakarta masih menjalankan ajaran agama yang menyimpang dari Al Qur’an dan Hadits. Masyarakat yang melaksanakan perbuatan tersebut disebut sebagai masyarakat penganut Islam sinkretis. Mereka masih tetap mengikuti pola pikir nenek moyang yang masih memegang teguh kehidupan kejawen yang lekat dengan pengaruh animisme, dinamisme, serta ajaran Hindu dan Budha yang menyimpang dari commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
syariat Islam. Adanya Islam sinkretis ini menyebabkan masyarakat secara tidak sadar telah berbuat bi’ah, khurafat, dan tahaul. Bi’ah menurut bahasa artinya adalah sesuatu yang baru , yang tidak didahului oleh contoh atau sesuatu yang diadakan dengan bentuk yang belum pernah ada contohnya. Bi’ah menurut agama adalah barang baru dalam ibadah sesudah sempurna. Sebagian ahli hadits mengartikan bi’ah sebagai urusan yang baru dalam agama, baik berupa aqidah maupun ibadah atau berupa sifat bagi ibadah yang belum pernah terjadi di masa rosululloh saw.2 Jadi bi’ah adalah sesuatu perkara yang baru dalamagama, yang tidak pernah dicontohkan oleh rosululloh saw atau tidak ada dasar yang shahih dari agama. Bentuk-bentuk bi’ah yang biasa dilakukan oleh masyarakat Surakarta antara lain: Selamatan yang dilakukan untuk memperingati menionggalnya seseorang atau istilah jawanya adalah mbelah bumi atau ngesur tanah, selamatan tersebut dilakukan dengan doa-doa di malam hari setelah meninggal dunia atau dinamakan tahlil. Tahlil adalah membaca ‘’la ila ha illa Allah’’ dan dimaksudkan agar pahala yang didapatkan dari bertahlil bisa dikirimkan kepada jenazah yang ada dalam kubur. Selamatan hari kematian yang berupa tahlilan ini dilaksanakan mulai hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, kesatahun, dan dihari ke-1000 meninggalnya seseorang. Biasanya kegiatan selamatan ini dilakukan dengan mengundang beberapa orang untuk berdoa bersama dengan dipimpin oleh seseorang yang dipercaya bisa memimpin jalanya selamatan atau istilah Jawanya pelaksanaan
upacara
yang
dilaksanakan
secara
kondangan. Tujuan
berbulan-bulan
sesudah
to Agama user Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali Press, Bachtiar Ali, 1997, Beberapacommit Persolan halaman 79. 2
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
meninggalnya seseorang adalah bermaksud untuk menolong yang meninggal itu, yang mula-mula bertempat tinggal di dalam kubur hingga ke dunia akhirat dengan jalan memberikan doa-doa supaya perjalanannya lancar.3 Hal ini merupakan bentuk bi’ah yang harus ditinggalkan dalam peribadatan Islam. Kata khurafat berasal dari Bahasa Arab al khuraf yang berarti dongeng, legenda, kisah, cerita bohong. Sedangkan menurut agama adalah suatu cerita atau dongeng yang dijadikan kepercayaan, yang sesungguhnya tidak memiliki dasar dari agama dan bertentangan dari Al Qur’an dan Hadits. Ciri-ciri khurafat dapat dilihat dari tidak didasarkan pada nas-nas syarak (Al Qur’an dan Hadits), cerita yang berisi tentang rekaan dan khayalan, bersumberkan pada kepercayaan lama, menggunakan obyek tertentu seperti (kubur, pohon), mempunyai unsur negatif dari segi aqidah dan syariah, dan berbentuk pemujaan dan permohonan kepada makhluk halus. Contoh perilaku khurafat adalah kepercayaan terhadap Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan. Dia dipercaya sebagai istri raja-raja Mataram. Masyarakat yang mempercayai kekuatan dan kekuasaan Nyi Roro Kidul memuja dan memberi sesajen agar mendapatkan keberkahan, kesuksesan serta terhindar dari mara bahaya. Setiap tanggal 15 Muharam, masyarakat yang memuja Nyi Roro Kidul mengadakan upacara persembahan untuknya yang berupa makanan. Tahayul menurut bahasa artinya adalah berangan-angan, melamun, menghayal. Menurut istilah tahayul adalah sesuatu yang hanya dikhayal belaka yang berupa kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada tetapi sebenarnya tidak ada atau sesuatu dianggap sakti tetapi sebenarnya tidak. Contoh bentuk commitAnthoropologi to user Fischer, H, TH, 1980, Pengantar Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Pustaka Sarjana, halaman 121. 3
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahayul yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Surakarta adalah kepercayaan terhadap jimat. Jimat adalah benda yang dianggap mengandung kesaktian (dapat menolak penyakit, menyebabkan kebal, dsb). Kepercayaan terhadap jimat merupakan suatu peninggalan kebudayaan dinamisme yang bersifat tahayul. Sedangkan kepercayaan dinamisme itu sendiri adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya. Benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan tertentu seperti tulisan mantra, keris, cincin, batu akik, kalung, ikat pinggang, bunga kering, dll.4 Dipakainya salah satu dari benda-benda tesebut pemakainya akan terlindungi dan terpenuhi apa yang diinginkannya. Alasan memiliki jimat tersebut adalah mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa bekerja dengan keras. Hal ini merupakan perbuatan menyekutukan Tuhan YME. Orang-orang yang memiliki jimat ini biasanya orang yang tidak memiliki iman yang kuat dan kurangnya pengetahuan tentang agama. Praktek-praktek keagamaan yang berbau bi’ah, khurafat, dan tahayul ini bisa berkembang dalam berbagai aspek, baik aspek hubungan manusia dengan Allah (hablu min Allah) maupun pada aspek hubungan manusia dengan sesamanya (hablu min nas). Lebih khusus lagi dalam bidang aqidah, ibadah, dan syariah. Bi’ah, khurafat, dan tahayul dapat menjurus kepada syirik, yakni mempercayai dan menyakini ada kekuatan atau kekuasaan lain selain Allah. Secara bahasa syirik artinya taswiyatu bayna asysyaiain (menyamakan antara dua hal). Menurut agama, syirik adalah menyamakan Allah dengan sesuatu commit to user 4
Ibid, halaman 123.
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lain, baik urusan rububiyah, uluhiyyah ataupun asmawashshifat. Syirik bukan hanya masalah menganut agama atau tidak. Seorang muslim bisa berbuat syirik dan dosanya tidak akan diampuni kecuali dengan bertaubat kepada Allah. Menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain dalam urusan rububiyah adalah menyakini Dzat atau makhluk hidup lain yang mempunyai kekuatan atau sifat rububiyah sifat menciptakan, mengatur, memelihara alam semesta, mendatangkan bahaya, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan serta sifatsifat lain yang hanya dimiliki Allah. Sifat Allah tertulis jelas dalam Al Qur’an seperti yang tercantum dalam Surat Fathir ayat 3 yang artinya ‘’ Adakah Pencipta Sselain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia. Maka mengapa kamu berpaling dari ketauhidan?’’.5 Menyakini Allah sebagai pencipta semesta alam bukanlah jaminan seorang muslim terhindar dari sifat syirik. Sifat ini bisa dilihat dari banyaknya praktek kebudayaan dan tingkah laku manusia yang melanggr hukum-hukum ketahidan. Tingkah laku manusia yang mnunjukkan sifat syirik antara lain percaya dengan kekuatan lain yang berkuasa di Laut Selatan, menyakini keberuntungan dapat diatur dengan feng-shui, percaya ramalan bintang, mengkeramatkan hari-hari tertentu, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan seperti itu termasuk perbuatan musyrik. Menyamakan Allah dalam praktek uluhiyyah adalah ketika seseorang mengarahkan ibadah kepada selain Allah. Praktek ibadah yang bukan ditujukan untuk Allah seringkali dilakukan masyarakat Islam Surakarta dengan perbuatan seperti meminta kelapangan rezeki kepada orang Saleh yang wafat (contohnya commit to user 5
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 695.
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KH. Samanhudi) dan berdoa dikuburannya dengan harapan mendapatkan kemudahan dalam urusan dunia di kehidupannya sehari-hari. Contoh perbuatan lainnya mematuhi syarat-syarat dukun serta menyembelih binatang guna ditanam di bawah jembatan guna menolak bala. Menurut Islam, beribadah dan berdoa itu hanya semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah, begitu pila dengan berpuasa maupun menyembelih binatang. Allah memerintahkan dengan firmanNya di dalam Al Qur’an Surat Al An’an ayat 162-163 yang bunyinya ‘’ Katakanlah, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah itu diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah’’.6 Agar aqidah, syariat, dan ibadah umat Islam dapat terhindar dari bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik dapat dilakukan dengan menuntut ilmu, rajin mengikuti pengajian, banyak membaca buku-buku kajian tentang Islam. Adapun misi dari pendirian MTA adalah untuk menyebarluaskan ajaran Islam serta memurnikan aqidah umat Islam yang telah tercampur dengan praktek-praktek keagamaan yang menyimpang ajaran Islam, seperti bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik. Praktek-praktek keagamaan yang menyimpang tersebut dilakukan oleh umat Islam yang kurang memiliki ilmu dan tidak mau menambah ilmunya, khususnya ilmu-ilmu agama Islam. Mereka ini disebut orang-orang jahiliyah, yakni orang-orang yang malas belajar, merasa cukup puas dengan ilmu yang dimilikinya sehingga tidak perlu lagi menuntut dan mendalami ilmu agama, bahkan kadang-kadang ada pengetahuan sedikit sudah merasa cukup pintar. commit to user 6
Ibid, halaman 216.
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dakwah Islamiyah MTA dalam bidang keagamaan dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan pengajian. Melalui pengajian umat Islam dapat menuntut ilmu agama dan bertanya tentang aqidah, syariat, dan ibadah dalam agama Islam sehingga dalam menjalankan ibadah, mereka dapat terhindar dari taklik ( menjalankan syariat Islam tanpa mengetahui dasar atau pedoman agama) serta berbagai bentuk bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik. Selain mendapatkan ilmu agama, umat Islam yang mau menuntut ilmu agama akan ditinggikan derajatnya Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Mujadallah ayat 11 yang bunyinya’’ Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu’’ berlapang-lapanglah dalam majlis’’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan’’ berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetauan beberapa derajat, Allah Maha mengetahui apa yang kamukerjakan.’’7 Penyampaian syiar agama ynag dilakukan MTA tidak lepas dari dua unsur utama ajaran Islam, yakni Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad. Setiap warga MTA yang melaksanakan kewajiban dalam syariat Islam serta menjalankan tugas sebagai pendakwah harus berpegng pada segala ketentuan serta keterangan yang ada dalam Al Qur’an dan Hadits tekanan utama materi dakwah tidak lepas dari aqidah Islam, tauhid, dan ibadah kepada Allah swt. Melalui dakwah yang dilakukan MTA di bidang sosial keagamaan tersebut mempunyai pengaruh bagi masyarakat. Dakwah MTA di bidang sosial keagamaan tersebut mempunyai pengaruh bagi masyarakat. Dakwah Islamiyah MTA yang commit to user 7
Ibid, halaman 912.
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kebersamaan serta melakukan syiar agama dalam bentuk kegiatan pengajian membuat masyarakat Surakarta menjadi simpati dengan organisasi ini. Mulanya mereka memberikan toleransi terhadap kegiatan dakwah MTA dengan menghargai dan tidak menghalangi kegiatan pengajian. Rasa simpati tersebut meningkat dengan keinginan mereka untuk mengikuti pengajian lewat mendengarkan radio. Setelah mereka merasa cocok dengan beberapa kajian Islam, mereka menjadi peserta aktif pengajian. Perkembangan peserta pengajianMTA di Surakarta tahun 1999-2009 aemakin meningkat. Perkembangan warga MTA di Surakarta dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 7 Jumlah Warga MTA di Surakata Tahun 1999-2009 Tahun
Warga MTA Putra
Putri
1999
452
216
2000
461
235
2001
493
270
2002
523
294
2003
578
316
2004
594
338
2005
632
372
2006
680
391
2007
904
405
2008
927
426
2009
942
491
Sumber: MTA Cabang Banjarsari, Jebres, Gelombang 7,8,12,13 commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peran MTA dalam bidang sosial keagamaan melalui dakwahnya dapat diketahui keberhasilannya dengan semakin banyaknya warga MTA di Surakarta. Semakin bertambahnya warga MTA di Surakarta dapat mengurangi praktekpraktek keagamaan umat Islam yang menyimpang dari ajaran Islam seperti bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik.
B. Peran di Bidang Pendidikan Pendidikan, terutama pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang menyadari dan melaksanakan tugaas-tugas kekhalifahannya dan memperkaya diri dengan khasanah ilmu pengetahuan tanpa mengenal batas, namun tetap menyadari bahwa hakekat keseluruhan hidup dan pemilikan ilmu pengetahuan tersebut tetap bersumber dan bermuara pada Allah SWT. Pendidikan Islam juga mempunyai cita-cita melahirkan manusia-manusia beriman dan berpengetahuan yang satu sama lain saling menunjang.8 Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Pandangan Islam tentang pentingnya pendidikan terdapat dalam hadits-hadits nabi yang antara lain’’ Menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan (HR Muslim) serta hadits yang berbunyi ‘’ Orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya daripada ahli ibadah tanpa ilmu (HR Muslim). Pendidikan tinggi yang dicapai oleh umat Islam membuat keadaan umat Islam yang aqidahnya kuatdan ilmu pengetahuannya luas dan dalam itulah akan melahirkan khoiru ummah yang disebutkan oleh Allah dalam QS Al Imron serta menjadi umat yang dijanjikan Allah diangkat derajatnya karena beriman dan commit to user 8
Muslih Usa (ed), op.cit, halaman 9-10.
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berilmu pengetahuan. Lebih jauh lagi bahwa mereka yang paling taat menjualankan ibadah wajib Islam justru ditemukan di kalangan muslim yang lebih terdidik.9 Kurikulum
yang
digunakan
sekolah-sekolah
MTA
menyesuaikan
kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dengan penambahan aspek keagamaan Islam. Penambahan kurikulum dari Yayasan MTA Pusat yang mencangkup aspek diniyah (keagamaan) seperti materi tentang Al Qur’an, Hadits, Fiqih, Akhlak, Tarikh, dan Bahasa Arab. Penambahan aspek diniyah tersebut bertujuan untuk menanamkan aqidah Islam sejak usia dini sehingga diharapkan anak lulusan dari sekolah-sekolah MTA mempunyai aqidah Islam yang lurus dan kuat serta mempunyai akhlaqul karimah. Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas yang dikelola MTA juga memberikan kegiatan ekstrakurikuler untuk memperkaya ilmu yang kurang didapatkan dalam pelajaran formal. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain: sepak bola, basket, bulu tangkis, jurnalistik/KIR, musik/band, pramuka, [pecinta alam,
Bahasa
Inggris,
Bahasa
Arab,
teater,
dan
komputer.
Kegiatan
ekstrakurikuler di bidang olahraga, teater, dan musik diselenggarakan untuk mengembangkan bakat siswa. Bidang bahasa dan jurnalistik diselenggarakan untuk meningkatkan kreativitas siswa. Kegiatan pramuka dan pecinta alam melatih siswa agar dapat menghadapi sesuatu dengan mandiri serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kedisiplinan. Agar siswa tidak ketinggalan dalam perkembangan teknologi diadakan pelajaran ekstrakurikuler komputer.
commitIslam, to user Syaipul Mujani, Muslim Demokrat: Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik Indonesia Pasca Orde Baru, 2007, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, halaman 111. 9
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada jenjang pendidikan SMP dan SMA terdapat fasilitas asrama. Asrama putra SMP MTA Gemolong terletak di sebelah timur SMP MTA Gemolong dan asrama putrinya terletak di belakang SMP MTA Gemolong. Siswa SMP dan SMA merupakan siswa yang berusia remaja, mereka merupakan masa transisi antara anak-anak dengan dewasa. Mereka senang meniru dan coba-coba, belum bisa membedakan yang baik dengan yang jelek. Dalam perkembangan sosialnya mereka melakukan dua arah gerakan, yaitu arah memisahkan diri dari orang tua dan arah menyatukan diri dengan teman-temanya. Arah menyatukan diri dengan teman-temannya apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak terarah dapat menyebabkan terjadinya kenakalan remaja seperti kasus tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba serta kasus ‘’anak dugem’’ (dunia gemerlapan).10 Agar gerak remaja yang memisahkan diri dari orang tua mendapat tempat yang aman, nyaman, dan berada dalam lingkungan sekolah, maka SMP dan SMA MTA membangun asrama untuk siswa yang rumahnya jauh dari sekolah, dengan tinggal di asrama diharapkan mereka bisa nyaman bergaul dengan temantemannya dan aman dari pengaruh negatif yang ada di lingkungan pergaulannya. 11 Melalui pendidikan Islam siswa dibiasakan untuk melaksanakan syariat Islam seperti sholat 5 waktu, puasa, tilawah Qur’an, dzikir, dan doa-doa harian. Selain itu siswa juga diajarkan untuk menjadi manusia yang mempunyai akhlaqul karimah dengan menampilkan perilaku yang santun, tertib, menghormati orang yang lebih tua dan peduli terhadap sesama. Melalui dakwah yang dilakukan MTA di bidang pendidikan, masyarakat dapat terangkat aspek pendidikannya, mereka bisa menggunakan akal pikirannya 10
Al Mar’ah edisi April-Mei 2008/1429 H, halaman 09.
11
Ibid.
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam menyelesaikan masalah. Pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk melakukan perubahan.12 Melalui pendidikan generasi muda dapat melihat banyak alternatif pemikiran. Generasi muda lebih suka menggunakan etos daripada mitos dalam penyelesaian masalah. Sebab, sudah menjadi tugas akal dan pikiran manusia untuk mencari solusi atas masalah hidup yang diberikan Allah swt. Intelegewnsi dan rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok. Intelegensi menjadikan manusia mampu mengarahkan dirinya sendiri.
C. Peranan di Bidang Kesehatan dan Ekonomi 1. Peran di Bidang Kesehatan Pendirian BP/RB MTA dijadikan sebagai sarana untuk menyelenggarakan upaya pemeriksaan dan perawatan kesehatan, hal itu dikarenakan kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berguna. Pendirian BP/RB ini juga menjadi strategi dakwah untuk mengurangi kepercayaan masyarakat Surakarta yang berobat ke dukun. Melalui bidang ini, masyarakat lebih memilih pengobatan umum
daripada pengobatan dukun, karena
mempercayai
dukun
dapat
menyembuhkan berbagai penyakit termasuk syirik. Dukun adalah orang yang dianggap tahu segalanya dan bisa memenuhi apa yang diinginkan oleh orang yang meminta bantuan. Dukun biasanya memberikan mantra-mantra tertentu dan tindakan-tindakan tertentu. Ada juga yang harus memberikan imbalan tertenru. Sampai sekarang banyak orang yang masih datang ke dukun untuk meminta dapat disembuhkan penyakitnya, minta dapat pekerjaan, userPendidikan Multikultural: Konsep dan Ngainum Naim dan Ahmadcommit Syauqi,to2008, Aplikasi, Yogyakarta: Arus Media, halaman 35. 12
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
meminta dukun untuk menyantet orang yang dibenci, dan lain-lain. Praktek magis atau supranatural ini dipelajari dari nenek moyang Indonesia. Tindakan perdukunan ini dilakukan seseorang, apabila mereka merasa menghadapi kesulitan-kesulitan, ketika frustasi terhadap penyakit yang dideritanya biasanya meminta tolong kepada dukun atau ahli nujum. Dukun dianggap bisa menjadi perantara orang biasa untuk meminta pertolongan dari dunia gaib. Islam sangat tidak membenarkan bagi orang yang sakit mendatangi dukun. Para dukun tersebut menganggap dirinya mengetahui hal-hal yang ghoib, yang menyebabkan seseorang terkena penyakit yang disebabkan gangguan makhluk halus. Islam juga tidak membolehkan seorang muslim mempercayai dan membenarkan apa yang dukun ucapkan. Sesuatu yang mereka katakan mengenai hal-hal yang ghoib tersebut hanyalah didasarkan pada sangkalan-sangkalan belaka atau dengan cara meminta bantuan jin. Dengan cara demikian dukun-dukun tersebut telah melakukan perbuatan kufur dan sesat. Banyak Hadits nabi yang berisi tentang larangan mempercayai dukun. Hadits-hadits tersebut berbunyi ‘’ Barang siapa yang mendatangi ‘arraf (tukang ramal), kepadanya tidak diterima sholat empat puluh hari (HR Muslim). Barang siapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW (HR Abu Dawud)’’13. Hadits-hadits tersebut membuktikan tentang kekufuran para dukun dan tukang ramal. Mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghoib, padahal mereka tidak sampai pada maksud yang diinginkan, melainkan dengan cara menyembah jin. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan kufur dan syirik to user ‘’ Larangan Berbuat Syirik’’, commit dalam Brosur Pengajian Ahad Pagi, tanggal 26 Februari 2006/27 Muharram 1427. 13
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada Allah SWT. Orang-orang membenarkan atas pengakuan mereka, hukumnya sama seperti mereka. 2. Peran di Bidang Ekonomi Bidang ekonomi yang dijalankan MTA mempunyai peranan penting dalam menggerakkan warga MTA dan masyarakat untuk menjalankan prinsip ekonomi Islam. Penekanan dakwah pada bidang ini adalah memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Untuk usaha yang berupa pertokoan, persewaan, percetakan, AMDK, biro perjalanan dan biro jasa konstruksi dituntut memberikan hasil yang memuaskan bagi konsumen dengan tidak menyalahi perjanjian, berlaku jujur, dan dapat tepat waktu. Contohnya AMDK Kaafur harus berlaku jujur sesuai dengan apa yang tertera, keadaan air jernih harus benar-benar jernih serta tidak mengurangi takaran yang tertera dalam kemasan. Perintah berbuat jujur terdapat dalam Hadits nabi yang bunyinya: Hendaklah kamu sekalian berbuat jujur. Sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada hentihentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kejujuran sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang jujur dan hindarilah perbuatan dusta sebab dusta membimbing ke arah kejelekan dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta. (HR Bukhori Muslim). Bidang ekonomi dalam bentuk lembaga keuangan UB dan koperasi memberikan bimbingan bagi anggotanya dalam usaha di bidang ekonomi. Peranan bidang ini adalah mengangkat kaum lemah untuk berusaha, berwiraswasta, berdagang kecil-kecilan. UB dan koperasi berfungsi untuk membebaskan kaum miskin dari pemerasan lintah darat, menolong mereka agar mampu hidup mandiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
serta menerapkan sistem ekonomi syariah melalui kegiatan keuangan Islam serta menjauhi riba. Dalam institusi keuangan Islam ini dipertimbangkan mengadakan transaksi yang berdasrkan prinsip-prinsip Islam, seperti harus menghindari riba yang bunganya meningkat terus secara tidak wajar, harus berdasarkan prinsip halal (diperbolehkan secara agama) dan secara umum harus berprinsipkan pada keadilan, norma dan etika agama. Mengenai riba, para ustadz dalam MTA berpendapat bahwa sistem perbankan konvensional yang menggunakan bunga dalah haram karena termasuk jenis riba. Bank dan pegadaian konvensional termasuk usaha riba karena semua usaha tersebut memungut tambahan uang atas pinjaman yang diberikan. Untuk pegadaian bahkan bunga yang dikenakan bisa lebih besar karena perhitungan bunga pada pegadaian per 15 hari sehingga apabila pembayaran dilakukan pada akir hari ke-16, maka bunga yang harus dibayar menjadi duakali lipat.14 Sistem seperti ini tentu sangat memberatkan peminjam. Sedangkan asuransi mengandung unsur gharar yang termasuk dalam praktek riba. Mengenai bunga bank dan perbankan. MUI pada tahun 1990 mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank bisa haram maupun halal. Haram karena dalam bunga bank terdapat unsur riba yaitu unsur tambahan pembayaran atas modal yang dipinjamkan, mensyaratkan tambahan dalam aqad, dan dapat menimbulkan pemerasan. Sedangkan alasan bahwa bunga bank halal karena ada kesukarelaan kedua belah pihak dalam aqad, tidak ada unsur pemerasan, dan
to user Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offeset, Suhrawadi K. Lubis, 2000, commit Hukum Ekonomi halaman 111. 14
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengandung kemaslahatan umum.15 Selain kedua hukum tersebut, beberapa ahli hukum Islam berpendapat bahwa hukum bunga bank adalah musytabihat yakni kedudukan hukumnya masih meragukan. Dalam hal ini, ulama MTA mengambil sikap yang pertama bahwa bunga bank adalah haram. Untuk bank syariah yang memakai prinsip bagi hasil atau asuransi syariah hukumnya halal karena badan usaha syariah dianggap sesuai dengan hukum Islam. Hal-hal yang membedakan antara sistem bagi hasil dalam usaha syariah dengan sistem bunga adalah penentuan bagi hasil dibuat pada waktu aqad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh, apabila ada kerugian ditanggung bersama, dan jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. Larangan tentang riba terdapat dalam ayat-ayat dalam Al Qur’an yang antara lain: Orang-orang yang makan (mengambil riba) tidak dapat berdiri melainkan berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang kembali menggulangi mengambil riba maka orang itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya, Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allahtidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. (Al Baqoroh :275-276). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat gandadan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Al Imron: 130). Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan bathil. menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu. Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi Allah. (Ar Rum: 39).16 15
Ibid, halaman 45-46.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
Ketika seorang muslim meminjamkan uangnya, dia diminta untuk mengambilnya kembali sebatas modalnya saja, dan mengikhlaskannya jika tidak mampu membayar. Riba dapat menghapus keridhoan Allah terhadap harta kekayaan tersebut. Riba dapat disamakan dengan mengambil kekayaan milik orang lain. Seorang muslim selayaknya menjauhi riba demi kesejahteraan mereka. Para ulama mengklasifikasikan riba menjadi dua jenis, yakni riba al fadl, yaitu riba yang terjadi karena adanya penambahan yang tidak sah terhadap salah satu dari nilai imbang. Riba al Nasi’ah adalah riba yang terjadi karena penangguhan atau penundaan penyelesaian pertukaran nilai-nilai imbangan. Untuk menghindari riba, UB MTA dan KSU Dirgantara mengganti sistem bunga bank dengan pripsip ekonomi syariah melalui sistem bagi hasil. Prinsip ekonomi syariah antara peminjaman terhadap peminjaman dari nilai yang berbeda dari nilai peminjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha orang yang meminjam dana. Unsur gharar (ketidakpastian) tidak dibolehkan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. Investasi hanya boleh diberikan pada usahausaha yang tidak diharamkan dalam Islam contohnya usaha minuman keras tidak boleh didanai perbankan syariah. Prinsip ekonomi syariah telah diatur berbagai macam transaksi yang tidak merugikan kedua belah pihak, karena jika sampai ada yang dirugikan maka sudah melanggar ajaran Islam. Prinsip ekonomi syariah bersumber dari Al Qur’an dan Hadits.17
16
Ibrahim Wade, 2009, Keuangan Islam dalam Perekonomian Global, Yogyakarta: commit to user Pustaka Pelajar, halaman 123-126.
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam ekonomi syariah, sistem bagi hasil bukan bunga, karena bagi hasil sebenarnya sesuai dengan iklim usaha yang memiliki kewajaran untung atau rugi. Tidak seperti sifat bunga yang memaksa agar hasil usaha selalu pasti. Sistem bagi hasil pada hakekatnya menjaga prinsip keadilan tetap berjalan dalam perekonomian. Jadi solusi ekonomi Islam terhadap bunga bank yang dianggap riba dalam sistem pinjam meminjam dana untuk berbisnis adalah sistem bagi hasil, bail melalui bentuk mudharabah atau musyarakah. Selain dalam bentuk bagi hasil, solusi Islam untuk menggantikan bunga dapat memakai produk jual beli (bai’) Secara umum, sistem bagi hasil ini ada yang disebut dengan mudharabah, yaitu bentuk usaha bisnis yang dilakukan oleh dua pihak, dimana dalam menjalankan usaha bisnis ini satu pihak bertindak sebagai pemodal dan pihak lainnya bertindak sebagai pelaksana bisnis. Sementara musyarakah dimaksudkan sebagai suatu bentuk usaha bisnis yang modalnya dibiayai oleh semua pihak yang terlibat dalam bisnis tersebut. Kedua bentuk bisnis ini jauh lebih berkeadilan dibandingkan dengan bentuk bisnis dalam ekonomi konvensional, sebab apapun keuntungan atau resiko yang terjadi terhadap bisnis ini memiliki hak yang sama terhadap hasil usaha yang diperoleh. Bila bisnih mereka berhasil, maka semua pihak akan menerima keuntungan dan bila bisnis mereka bangkrut, maka kerugianpun harus ditanggung bersama. Oleh karena itu, UB MTA dan KSU Dirgantara menerapkan kerjasama dalam bentuk mudharabah dan musyarakah yang lebih berkeadilan bagi pemilik modal dan pelaksana bisnis.18
17
Wawancara dengan Muhammad Al Faruq tanggal 9 Maret 2011.
18
Wawancara dengan Medi tanggal 12 Maret 2011.
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jumlah keuntungan yang akan diperoleh didasarkan pada perjanjian bersama, misalnya 60% untuk pemilik modal dan sisanya 40% untuk mereka yang menjalankan bisnis. Bila usaha bisnis tersebut mengalami kerugian, maka pelaksana tidak bertanggung jawab atas kehilangan modal yang diberikan pemilik modal. Ini tidak berarti pelaksana tidak mengalami kerugian apapun, mereka juga dirugikan atas jerih payahnya yang disumbangkan untuk memajukan bisnisnya. Dengan kata lain, pemodal rugi atas modalnya dan pelaksana rugi atas usaha dan jerih payahnya.19 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah MTA MTA adalah organisasi Islam yang memfokuskan kegiatannya pada bidang dakwah. Dalam melakukan aktivitas dakwahnya tentu ada hal-hal yang mendukung maupun yang menghambatnya. Adapun faktor pendukung dan penghambatnya adalah: 1. Faktor Pendukung Dakwah adalah seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan agama. Para penyiar atau ustadz mempunyai peranan penting kegiatan tersebut. Melalui mereka, ajaran Islam dapat tersiar ke semua lapisan masyarakat. Faktor pendukung lainnya adalah gedung pengajian, gedung pengajian mempunyai peranan penting sebagai tempat penyelenggaraan dakwah. Setiap cabang MTA memiliki satu gedung pengajian yang dijadikan sebagai tempat kegiatan pengajian.dakwah MTA ditentukan melalui media cetak dan media elektronik yang dimiliki MTA. Media cetak yang dimiliki MTA berupa Majalah Respon yang mulai diterbitkan pada tahun1992 dan Majalah Mar’ah yang diterbitkan pada commit to user 19
Ibid.
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun 2000. Respon merupakan media dakwah MTA yang terbit tiap bulan sekali. Majalah ini membahas kajian Islam secara jelas, dengan membaca Respon, pembaca dapat menemukan bahasan tentang tafsir Al Qur’an maupun Hadits dengan disertai keterangan pendapat para ulama. Sama halnya dengan Respon, Majalah Mar’ah juga merupakan media cetak untuk mendukung kegiatan dakwah MTA, namun majalah ini lebih dikhususkan dalam bidang pendidikan. Majalah ini lebih dikhususkan untuk wanita guna meningkatkan pengetahuannya tentang agama dan hal-hal yang bersifat keduniaan. Majalah Mar’ah bergerak di bawah naungan seksi Pendidikan dan Keputrian Yayasan majlis Tafsir Al Qur’an. Latar belakang diterbitkan majalah ini adalah adanya ketertarikan ibu-ibu untuk membeli majalah dan membaca majalah wanita, namun majalah wanita yang beredar masih ada kekurangan dalam hal pembinaan nilai agama Islam20 Media elektronik yang menjadi faktor pendukung bagi kelancaran dakwah MTA antara lain berupa radio, televisi dan situs internet. Salah satu media yang sangat efektif dan efisien untuk memberikan berbagai macam informasi adalah dengan radio yang bisa didengarkan setiap saat dan kondisi apapun. Radio MTA FM merupakan sebuah radio dakwah yang mengudara pada frekuensi 107,9 MHz. pembangunan radio dakwah didorong oleh kenyataan lemahnya pemancar radio yang dipergunakan untuk menyiarkan Pengajian Umum Ahad Pagi. Pada waktu dulu, saat pengajian berlangsung, siarannya masih menumpang pada radio amatir Hizbullah FM, namun lemahnya daya pancar radio
commit to user 20
Al Mar’ah, edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 14.
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut, maka banyak pendengar yang mengeluh terhadap susahnya mencari frekuensi radio tersebut. Permasalahan tersebut menyebakan ustadz Ahmad Sukina merespon keluhan tersebut dengan menawarkan kepada warga MTA untuk mendirikan pemancar radio dakwah dan warga MTA menyetujuinya. Sebagian relawan pada waktu itu ada yang bertugas untuk menghimpun dana guna membangun stasiun radio yang cukup kuat untuk berdakwah. Daya pancar radi yang dimiliki saat itu hanya 60 watt, sehingga jangkauannya sangat pendek, namun terjadi kesepakatan untuk membeli sebuah pemancar dengan kapasitas 2000 watt, yang kira-kira menghabiskan dana sekitar 200 juta rupiah. Radio ini mulai aktif mengudara setiap hari sejak bulan Maret 2007.21 Keberadaan radio MTA FM ternyata mampu menarik para pendengar untuk setia mendengarkan radio ini. Format siaran yang dibuat dalam nuansa dakwah mampu menarik minat para pendengar yang ingin menambah pangetahuan mereka terhadap ajaran Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits. Siaran radio MTA FM menjangkau wilayah yang cukup luas, dari wilayah eks karesidenan Surakarta seperti Kabupaten Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri dan Kodya Surakarta sampai sebagian wilayah Semarang Selatan, Gunung Kidul, Pacitan, Bojonegoro, Ngawi, Blora, Purwadadi, Cepu, Rembang dan Tuban. Selain itu radio MTA FM juga dapat didengarkan di seluruh dunia melalui live streaming.22 Dalam perkembangannya, radio MTA FM juga menyajikan siaran berupa informasi dan hiburan bagi pendengarnya. Informasi yang disiarkan berupa 21
Wawancara dengan Medi tanggal 15 Juli 2010.
22
Al Mar’ah edisi Februari-Maret 2009/1430 H, halaman 10.
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan, ekonomi dan bisnis, kesehatan, teknologi dan pertanian. Informasi yang disiarkan dalam bentuk news dan talk show. Hiburan yang disiarkan berupa lagu nasyid. Dalam perkembangannya, radio MTA FM juga menyajikan siaran berupa informasi dan hiburan bagi pendengarnya. Informasi yang disiarkan berupa pendidikan, ekonomi dan bisnis, kesehatan, teknologi dan pertanian. Informasi yang disiarkan dalam bentuk news dan talk show. Hiburan yang disiarkan berupa lagu nasyid. Keberhasilan
pengembangan
dakwah
melalui
radio
menyebabkan
Pimpinan Majlis Tafsir Al Qur’an mempunyai keinginan untuk mengembangkan dakwah melalui siaran televisi, selain itu juga adanya keprihatian warga MTA terhadap tayangan televisi Indonesia yang mayoritas kurang mendidik bagi anakanak serta tayangannya yang jauh dari ajaran Islam. Proses terbentuknya dimulai dari kegiatan dokumentasi foto dan video dengan bertekad pengalaman para petugas dokumentasi MTA berkeinginan mengelola media televisi, dengan visi memberi tuntunan dan tontonan kepada masyarakat agar berkepribadian, berwawasan, bersikap dan berjiwa Islam. MTA TV mulai mengudara bulan Agustus 2007.23 Semakin berkembangnya teknologi di era globalisasI, MTA juga mengembangkan dakwahnya dalam bidang internet dengan mendirikan website pada tahun 2003. Awalnya website yang dimiliki MTA bernama www.mta.or.id, dalam perjalanannya ternyata website tersebut kosong. Akhirnya website www.mta.or.id diperbarui dengan nama www.mta-online.com dan diluncurkan commit to user 23
Wwancara dengan Lintang tanggal 22 Juli 2010.
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada bulan Juni 2004. Melalui situs ini, MTA dapat mengembangkan dakwah ke luar negeri. Beberapa artikel tentang Islam disajikan dalam bahasa Inggris pada situs ini, situs ini juga digunakan oleh warga MTA yang berada di luar negeri, baik yang sedang bekerja maupun sedang menuntut ilmu untuk tetap bisa bersilaturahmi dengan warga MTA di Indonesia Materi yang dapat diakses adalah brosur Ahad Pagi, live streaming MTA FM, dan mp3 jihad pagi. Melalui situs ini juga, warga MTA yang berada di luar negeri dapat mengakses kegiatan pengajian umum Ahad pagi dan mereka juga dapat berkomunikasi langsung dengan Ustadz Ahmad Sukina serta bertanya mengenai masalah-masalah amalan ajaran Islam yang mereka hadapi di luar negeri. Suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan tanpa didukung oleh pendanaan yang cukup. Dana juga menjadi faktor pendukung kegiatan dakwah MTA. Sumber dana untuk kegiatan dakwah MTA berasal dari warga yang diperoleh melalui infaq, shadakoh dan zakat secara kesadaran. Ketiga jenis tersebut dikumpulkan secara rutin lalu disimpan oleh bendahara. Cara pengumpulan shodakoh dilakukan dengan memasukkan uang ke kotak infaq pada saat pengajian, baik pengajian umum, cabang, maupun gelombang. Shodakoh tidak hanya dilakukan pada saat pengajian tetapi juga pada saat sholat ied. Banyak sedikitnya jumlah uang yang warga MTA infaqkan tergantung pada keikhlasan hati mereka dan tidak ada aturan dan paksaan dari pemimpin MTA tentang jumlah nominal uang yang diinfaqkan untuk seluruh kegiatan dakwah MTA. commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber dana lain dalam MTA adalah zakat. Kewajiban umat Islam untuk membayar zakat terdapat dalam QS Al Baqoroh ayat 43 yang bunyinya’’ Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.24 Mengenai golongan yang berhak menerima zakat tercantum dalam QS At Taubah ayat 60. Golongan tersebut adalah: fakir, miskin, pengurus zakat, muallaf, memerdekakan budak, orang yang berhutang untuk keperluan agama, orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat serta membutuhkan pertolongan, fi sabilillah (pada jalan Allah). Dalam MTA, penggunaan uang zakat ditempatkan pada golongan terakhir, yakni digunakan untuk membiayai kegiatan dakwah organisasi. Setiap aktivitas dakwah MTA yang membutuhkan dana, yayasan tidak mengharapkan bantuan dari pihak luar atau non warga MTA, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan dapat menerima bantuan dari pihak luar yang ingin membantu dengan catatan sifat bantuan yang diberikan tidak bersyarat, ikhlas dan pengelolaannya diserahkan kepada yayasan.25 2. Faktor Penghambat Sejak berdirinya hingga tahun 2009, kegiatan dakwah MTA selalu mendapat hambatan dari orang-orang yang tidak suka dengan organisasi Islam ini. Hambatan-hambatan dakwah MTA antara lain berupa pemboikotan masyarakat terhadap warga MTA, penganiayaan fisik warga MTA serta melontarkan fitnah terhadap Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA). Sebagai organisasi yang berusaha mengembalikan kemurnian ajaran Islm dari penyimpangan nilai-nilai tauhid Islam, MTA banyak mendapat reaksi keras dari masyarakat. Masyarakat 24
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, halaman 16.
25
Widodo, op.cit, halaman 41.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tidak suka dengan dakwah MTA, terutama kegiatan pengajiannya melakukan pemboikotan terhadap warga MTA. Pemboikotan tersebut antara lain: pada tahun 2000, sekitar 35 warga MTA di Brumbung, Sukoharjo diusir dari kampung halamannya selama kurang lebih 2,5 tahun hanya karena mereka mengadakan aktivitas pengajian dan dianggap tidak umum di masyarakat. Selama diusir mereka tinggal di Perwakilan MTA Sukoharjo. Pada tahun 2001 warga desa Manyaran, Wonogiri menolak kegiatan pengajian MTA yang dianggap kegiatan tersebut telah merusak adat setempat. Masyarakat Manyaran memboikot warga MTA dengan melarang mereka menggunakan masjid untuk pengajian, mereka juga dilarang melaksanakan ibadah sholat di masjid. Masyarakat Manyaran bahkan menyebut warga MTA sebagai masyarakat yang tidak menganut adat. Pemboikotan terhadap warga MTA juga di Bangkerep, Blora pada tahun 2004, sekitar 50 warga MTA diboikot oleh masyarakat setempat hanya karena mereka mengadakan aktivitas pengajian dan mengamalkan ajaran Islam dengan tidak datang dalam acara kondongan yang diadakan oleh salah satu warga masyarakat setempat. Masyarakat Bangkerep memboikot warga MTA dengan melarang warga MTA membeli kebutuhan rumah tangga di toko-toko milik warga Bangkerep, masyarakat Bangkerep juga memboikot warga MTA dengan tidak membantu warga MTA, apabila warga MTA mempunyai acara hajatan, mereka juga menolak menghadiri undangan pada acara-acara yang diadakan warga MTA.26
commit to user 26
Wawancara dengan Medi tanggal 12 Maret 2011.
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain pemboikotan, masyarakat yang tidak menyukai MTA juga ada yang melakukan tindakan anarkis yang berupa pemukulan terhadap warga MTA dan pengerusakan gedung pengajian. Kejadian tersebut antara lain terjadi pada tanggal 23 Juli 1999 gedung pengajian MTA cabang Bulu 2, Sukoharjo dilempari batu pada saat pengajian berlangsung. Peristiwa tersebut diulangi lagi tanggal 30 Juli 1999 dan 10 Desember 1999 oleh warga Masyarakat yang tidak sepaham dengan MTA. Pelemparan batu ini juga terjadi di rumah warga MTA pada saat pengajian kelompok berlansung.27 Pada tahun 2001 sekelompok masyarakat Gemolong, Sragen menghadang dan memukuli beberapa warga MTA sepulang pengajian dan pada tanggal 27 Desember 2002 terjadi penganiayaan yang berupa pemukulan dengan tongkat terhadap dua orang pengurus MTA cabang Kalijambe, Sragen oleh sekelompok masyarakat yang merasa dirugikan oleh kegiatan pengajian MTA. Beberapa kejadian tersebut, yang menjadi faktor penyebab penentangan masyarakat terhadap kegiatan MTA adalah faktor budaya, terutama budaya yang bercampur dengan kemusyrikan yang masih dipegang erat oleh masyarakat yang menganutnya. Upaya yang dilakukan MTA agar kegiatan dakwahnya dapat diterima oleh masyarakat dan tidak mendapat reaksi keras dari orang yang tidak menyukai organisasi ini adalah dengan tetap menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Selain itu, penyelesaian konflik dilakukan dengan meminta bantuan dari bupati dan polisi setempat untuk menjadi pihak penengah yang dapat membujuk orangorang yang tidak sepaham dengan MTA agar mau menerima keberadaan MTA. commit to user 27
Wawancara dengan Zaenal Ahmad tanggal 10 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Pusat Surakarta merupakan sebuah lembaga keagamaan yang berbadan hukum. Maksud didirikannya lembaga ini adalah mengajak umat Islam untuk mempelajari dan menghayati Al Qur’an dan Hadits serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga ini didirikan oleh K.H Abdullah Thufail Saputro pada tahun 1972. Berdirinya MTA dilaterbelakangi oleh kondisi umat Islam di Indonesia yang sebagian besar masih melakukan praktek-praktek keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti bi’ah dan khurafat. Sumber ajaran Islam yang digunakan dalam kegiatan dakwah MTA adalah Al Qur’an dan Hadits. Keduanya merupakan sumber ajaran Islam yang utama dan dijadikan sebagai pedoman hidup dengan tujuan supaya manusia tidak tersesat. Sebagai ormas Islam yang bergerak dalam bidang dakwah, aktivitas dakwah MTA meliputi bidang keagamaan, sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dakwah di bidang keagamaan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengajian. Kegiatan pengajian di MTA meliputi pengajian umum, pengajian cabang/ perwakilan, dan pengajian khusus (khususi), di samping itu juga terdapat kegiatan pengajian lainnya, yaitu nafar fi sabilillah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan dan pengajian-pengajian lain yang sifatnya insidental seperti pengajian akbar saat peresmian cabang/ perwakilan MTA dan pengajian dalam rangka PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). Metode pengajian di MTA disampaikan melalui ceramah dan tanya jawab. Meteri utama dalam pengajian adalah Al Qur’an dan hadits.
commit to user
125
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dakwah dalam bidang sosial dilaksanakan dengan melakukan kegiatan berbagai macam kegiatan sosial di masyarakat seperti kegiatan kerja bakti, donor darah, penyantunan fakir miskin, penanganan korban bencana alam, dan reboisasi. Dakwah bidang pendidikan, dengan menyelenggarakan pendidikan secara formal maupun non formal. Pada pendidikan formal mengikuti kurikulum nasional dengan penekanan pada ilmu agama Islam. Pada pendidikan non formal, MTA menyelenggarakan berbagai kursus keterampilan dan sekolah diniyah. Dakwah bidang kesehatan dan ekonomi, MTA Pusat Surakarta telah menggabungkan dua bidang tersebut di bawah naungan CV Al Abror pada bulan April 2003. Usahausaha yang dijalankan oleh CV Al Abror antara lain: balai pengobatan, lembaga keuangan, percetakan, pertokoan, biro perjalanan, AMDK, koperasi, penyewaan sound system dan kajang deklit serta biro jasa konstruksi. Agar dakwah Islam sampai kepada semua kelompok, MTA mengadakan kerjasama dengan pemerintah, MUI serta ormas Islam lain di Surakarta. Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan dengan mengundang tokoh dari pemerintah, MUI, serta ormas Islam lain dalam kegiatan dakwah MTA seperti mengundang mereka dalam pengajian umum Ahad pagi, peresmian cabang/ perwakilan MTA, pelaksanaan nafar fi sabilillah. Bentuk kerjasama tersebut juga diwujudkan dengan diundangnya MTA pada acara sosial keagamaan yang diselenggarakan MUI dan ormas Islam lain di Surakarta. Sebagai bentuk kerjasama dengan ormas islam lain Surakarta, MTA juga tergabung dalam Forum Komunikasi Dakwah Surakarta yang terbentuk pada tahun 2007. Forum ini mewadahi lembagalembaga dakwah yang ada di Surakarta. commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melalui dakwah yang dilakukan MTA di bidang sosial keagamaan mempunyai pengaruh bagi masyarakat. Masyarakat mengalami perubahan dalam beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari mereka menjadi simpati dengan MTA dan mengikuti kegiatan pengajian MTA. Semakin bertambahnya warga MTA di Surakarta dapat mengurangi praktek-praktek keagamaan umat Islam yang menyimpang dari ajaran Islam seperti bi’ah, khurafat, tahayul, dan syirik. Bidang pendidikan yang dikelola MTA mempunyai peranan penting dalam mewujudkan generasi muda yang memiliki kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Islam serta berprestasi di bidang akademik. Bidang kesehatan yang dikelola MTA mempunyai peranan penting dalam memberikan
pelayanan
kesehatan
serta
dapat
mengurangi
kepercayaan
masyarakat yang berobat dukun. Melalui bidang ini, masyarakat lebih memilih pengobatan umum daripada pengobatan dukun karena mempercayai dukun dapat menyembuhkan penyakit termasuk syirik. Bidang ekonomi mempunyai peranan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat serta menerapkan sistem ekonomi syariah Islam dengan menjauhi riba.
commit to user