BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tidur Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Lilis & Tailor, 2001). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energy dan kesehatan, memiliki manfaat untuk memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (foreman & wykle, 1995). Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari-hari dapat menurun ( potter & perry, 2003 ). 1. Fisiologi tidur Siklus tidur dan terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (potter & perry, 2003). Lama siklus sebagai bagian dari kehidupan manusia setiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24 jam. Siklus tidur dan bangun diatur secara terpusat di otak dan dipengaruhi oleh kebutuhan sehari-hari dan faktor lingkungan (white, 2003). Tailor, lilis, dan lemond (2001) menyatakan pengaruh tidur tergantung pada keselarasan hubungan timbal balik antara dua mekanisme otak yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR), yang bekerja bersamasama untuk mengatur system alami dari tidur. RAS memfasilitasi reflex dan aktifitas yang sadar seperti aktifitas kortikal yang berhubungan dengan kesadaran. Terjaga atau terbangun terjadi ketika RAS diaktifkan oleh stimulus dari korteks serebral dan sensasi luar tubuh. Sedangkan Bulbar Synchronizing Region (BSR) menyebabkan tidur.
Universitas Sumatera Utara
System Aktivasi Reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada pada posisi rileks, stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih yang menyebabkan tidur (Potter dan Perry, 2003).
Fungsi dan tujuan tidur masih belum diketahui secara jelas, meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan (uliyah, 2006). Salah satu teori mengatakan bahwa tidur adalah saat memulihkan dan mempersiapkan energy untuk periode bangun berikutnya, denyut nadi saat tidur juga menurun yang dapat memelihara jantung (McCante dan Hueter, 2002 dalam potter & perry, 2003). Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM Tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaruhi sel epitel dan khusus seperti sel otak (Home, 1983; dalam Potter & Perry, 2003). Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah cerebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan dapat membantu penympanan memori dan pembelajaran (potter & perry, 2003) 2. Tahapan Tidur Tahapan tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Non Rapid Eye Movement (NREM), dan Rapid Eye Movement (REM). Tidur NREM terdiri dari 4 tahapan. Kualitas dari tahapan 1 sampai 4 menjadi semakin dalam. Tidur yang dangkal merupakan merupakan karakteristik dari tahapn 1 dan 2 dan pada tahap ini seseorang lebih mudah terbangun. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang
Universitas Sumatera Utara
dalam, disebut tidur gelombang rendah, dan seorang sulit terbangun. Tidur REM merupakan fase terakhir siklus tidur, dan terjadi pemulihan psikologis (perry dan potter, 2003). Pada tahap tidur REM seseorang biasanya lebih sukar dibangunkan dari pada waktu tahap gelombang lambat (guyton dan hill, 1997).
a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) Tidur NREM adalah periode tidur yang berlangsung lama dan tanpa mimpi. Pada periode tidur ini, gelombang otak berlangsung lambat dan bervoltase
tinggi,
sementara
aktivitas
otonomnya
(denyut
jantung
danpernafasan) rendah dan teratur (Desy, 2010). Tidur NREM dibagi atas 4 tahapan, yaitu tahap 1 adalah tidur ringan, tahap 2 adalah tidur konsolidasi, dan tahap 3 dan 4 adalah tidur dalam atau tidur gelombang lambat. Tahap 1 : keadaan mengantuk, tidur ringan, pupil mata berkonstriksi dan dilatasi secara lambat, bola mata bergerak pelan bolak-balik, kelopak mata menutup mata sebagian atau semuanya. Bila pada saat tahap 1 ini diukur waktu reaksi terhadap rangsang, terlihat melamban dan ketajaman intelektual menurun. Tahap 2 : Individu yang berada dalam tahap ini, bila dibangunkan ia merasa bahwa ia memang tertidur. Pada stadium ini gerakan badan berkurang dan ambang bangun terhadap rangsang taktil dan bicara lebih tinggi dan juga terhadap rangsang menggerakkan badan. Tahap 3 dan 4 : tidur gelombang lambat stadium ini merupakan tingkat tidur yang paling dalam, ditandai oleh imobilitas dan lebih sulit dibangunkan, dan terdapat gelombang lambat pada gelombang EEG. Fase tidur ini sering
Universitas Sumatera Utara
disebut juga sebagai tidur –gelombang-delta atau tidur dalam (S.M. Lumbantobing, 2008).
b. Tidur Rapid Eye Movement (REM) Tidur REM adalah periode tidur yang dengan gelombang otak yang cepat dalam voltase rendah disertai aktivitas otonom (seperti denyut jantung dan pernafasan) yang tidak teratur. Pola tidurini berhubungan dengan mimpi, denyutan otot involunter rinan dan gerakan mata yang cepat. Pada orang dewasa, periode tidur REM terjadi setiap 90 menit, sedangkan pada anakanak terjadi setiap 60 menit. (desy, 2010) Aktivitas EEG waktu tidur REM menyerupai aktifitas waktu terbangun, keadaan ini disebut tidur yang desinkronisasi, atau tidur paradoksikal, dank arena fase ini berasosiasi dengan bermimpi pada manusia, ia sering disebut juga tidur-mimpi. Pola tidur REM didapatkan yaitu gambaran EEG serupa dengan keadaan bangun, dengan aktifitas, cepat dan amplitude rendah, dan gerakan bola mata serupa dengan keadaan bangun, terdapat bukti peningkatan penggunaan energy olah otak, tonus otot skelet berada dalam keadaan atoni. Tidur REM yang ditandai oleh dominasi parasimpatetik, tidur REM berasosiasi dengan aktivitas simpatetik yang intens. Hal ini bermanifestasi pada peningkatan irama jantung dan napas, demikian juga variabilitasnya dan peningkatan vasokonstriksi perifer dan tekanan darah sistemik lebih jauh lagi.
3. Siklus Tidur Pada saat seseorang tidur akan melewati 4 sampai 6 siklus tidur yang lengkap dimana setiap satu siklus terdiri dari 4 stadium NREM dan 1 tahapan REM.
Universitas Sumatera Utara
Siklus tidur setiap orang berbeda karena memiliki total waktu tidur yang berbeda pula (potter dan perry, 2003). Siklus tidur meliputi rangkaian tidur yang dimulai dengan 4 tahap tidur NREM secara berurutan, dan kembali lagi ketahap tidur NREM ke tiga kemudian tahap tidur NREM kedua dan selanjutnya diikuti dengan tahap tidur REM. Lamanya satu siklus tidur keseluruhan sekitar 70-90 menit (white, 2003) durasi untuk masing-masing tahap tidur berbeda, tahap 1 yaitu 5% tidur, tahap 2 yaitu 46% tidur, tahap 3 yaitu 12% tidur, tahap 4 yaitu 12% tidur, REM 25% tidur (postawski dalam rizasaputra, 2008). Skema 1. Siklus tidur normal (lilies dan taylor, 2001)
Mengantuk
NREM tahap III
REM
NREM tahap I
NREM tahap IV
NREM tahap II
NREM tahap II
NREM tahap III
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkardian yang merupakan siklus dari 24 jam dari kehidupan manusia sehari-hari. Keteraturan irama sirkardian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu maka fungsi fisiologik dan psikologi dapat terganggu. (potter dan perry, 2003).
B. Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur yang cukup dari tidur
Universitas Sumatera Utara
REM dan NREM (Kozier, & erb, 1987). Kualitas tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif (Craven & Hirnle, 2000). Data subjektif merupakan kriteria yang sangat penting untuk menetukan kualitas tidur seseorang melalui pernyataan subjektif mengenai kualitas tidur yang dialaminya. Pernyataan subjektif ini sangat bervariasi pada individu. Contohnya, ada seorang yang tidur selama 4 jam namun sudah merasa puas dengan tidurnya sementara yang lain membutuhkan tidur selama 10 jam untuk merasa puas akan tidurnya (potter & perry, 2001). Dalam pernyataan subjektif, individu biasanya melaporkan pengalaman tidur yang dialami berkaitan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, total waktu tidur, frekuensi seringnya terbangun pada malam hari, kepuasan tidur dimalam hari dan perasaan waktu bangun dipagi hari (Craven &Hirnle, 2000). Data objektitif dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostic. Pemeriksaan fisik dapat diobservasi dari penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam sekitar mata, mata sayu dan konjungtiva merah. Dapat juga dilihat dari perilaku dan tingkat energi individu seperti kurang perhatian, respon lambat, sering menguap, bingung dan kurang koordinasi. (Tarwoto & Wartonah, 2003). C. Pola Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relative menetap dan meliputi jadwal masuk tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, kepuasan tidur (Depkes dalam wahyuni, 2007). Pola tidur normal berdasarkan usia, yaitu bayi baru lahir membutuhkan tidur 14-18 jam/hari, pernafasan teratur, 50% tidur REM, infant membutuhkan tidur 12-14 jam/hari 20-30% tidur REM, toodler tidur sekitar 11-
Universitas Sumatera Utara
12jam/hari 25% tidur REM, Preschooler tidur sekitar 11 jam 20% tidur REM, Usia sekolah tidur sekitar 10 jam/hari 18,5% tidur REM, Adolescent tidur sekitar 8,5 jam/hari 20% tidur REM, usia dewasa tidur sekitar 7-8 jam/hari 20-25% tidur REM, usia dewasa tengah sekitar 7 jam/hari 20% tidur REM, usia lanjut tidur kira-kira 6 jam/hari 20-255 tidur REM (Kozier, 2004). Pola tidur yang dapat diidentifikasi berdasarkan jumlah jam dan total tidur normal pada malam hari, jumlah terbangun pada malam hari, lama waktu untuk tidur malam hari dan tidur pada siang hari. Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau menganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, Uliyah, 2006). Gangguan ini terlihat dengan adanya perasaan lelah dan gelisah, lesu, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap dan mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme tubuh, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, dan sebagainya (uliyah, 2006). D. Pola Tidur Ibu Hamil Pola tidur akan berubah selama kehamilan dan sedikit tidur dimalam hari menjadi hal yang biasa bagi ibu hamil, terutama masa kehamilan akhir. Gangguan tidur akan menjadi hal biasa dalam kehamilan, sehingga kesehatan ibu mungkin dapat terganggu. Pada malam hari ibu hamil akan khawatir, cemas, depresi dan semua perasaan yanag akan menggangu kemampuan untuk tidur. Banyak wanita hamil mendapat pola tidurnya berubah. Pada usia kehamilan lanjut, banyak wanita takut bayinya akan lahir cacat atau bahwa persalianannya membahayakan atau sakit. Beberapa wanita risau bahwa setelah melahirkan mereka tidak dapat pulih kembali
Universitas Sumatera Utara
kebentuk tubuh sebelum hamil. Wanita yang memperoleh dukungan sosial dan psikologis selama kehamilan lebih sedikit mengalami perasaan negatif tentang kehamilan dan persalinan yang akan dating dibandingkan dengan wanita yang tidak mendapatkannya. Menurut Bobak (2004) perubahan pola tidur ibu yang dimulai sejak masa kehamilan khususnya selama trimester akhir terjadi karena ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin yang seringkali menggangu istirahat ibu, dispnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises yang dialami oleh kebanyakan wanita pada hamil trimester akhir. Peningkatan abdomen mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan posisi yang nyaman sulit didapat. E. Kehamilan Kehamilan merupakan suatu proses yang normal dan alamiah, tetapi seseorang akan mengalami perubahan fisik, psikologis, dan emosional selama kehamilan. Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnhya janin. Lamanya kehamilan yang normal adalah 380 hari atau 40 minggu, dihitung dari hari pertama haid yang terakhir (syaifudin, 2001). Seiring dengan pertumbuhan janin dalam rahim, muncul berbagai tanda yang menunjukkan terjadinya kehamilan. Pada kehamilan, terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna, serta pada payudara (mammae). Hal ini disebabkan karena peran hormone somatomamotropin, estrogen, dan progesterone dalam kehamilan (Vivian, 2011). Perubahan fisik ibu hamil trimester I. tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada beberapa ibu adalah perdarahan sedikit atau spoting sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat embrio melekat pada lapisan uterus. Perdarahan implantasi ini biasanya kurang dari lamanya menstruasi yang normal. Setelah terlambat menstruasi,
Universitas Sumatera Utara
perubahan fisik berikutnya biasanya adalah nyeri dan pembesaran payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang kronis/menetap dan sering BAK. Ibu akan mengalami dua gejala yang terakhir selama tiga bulan berikutnya. Morning sickness atau mual muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan mungkin berakhir sampai 12 minggu. Pada usia kehamilan 12 minggu, pertumbuhan uterus diatas simfisis pubis dapat dirasakan. Dan ibu akan mengalami kenaikan berat badan 1-2 kg selama trimester I. Pada trimester II uterus akan terus tumbuh. Pada usia kehamilan 16 minggu, uterus biasanya berada pada pertengahan antara simfisis pubis dan pusat. Penambahan berat badan sekitar 0,4-0,5 kg. Ibu mungkin akan merasa banyak energi. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus berada dekat dengan pusat. Payudara mulai akan mengeluarkan kolostrom. Ibu dapat merasakan gerakan janin dan juga mengalami perubahan yang normal pada kulitnya, meliputi adanya chloasma, linea nigra, dan striae gravidarum. Pada trimester III, pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada pertengahan antara pusat dan sifodeus. Pada usia kehamilan 32-36 minggu, fundus mencapai prosesus sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sering BAK kembali terjadi. Sekitar 38 minggu bayi masuk/turun kedalam panggul. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Ibu mungkin menjadi sulit tidur. Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester I, seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiaknnya. (Pusdiknakes, 2003). Hasrat untuk melakukan hubungan seksual pada wanita trimester pertama ini berbeda walaupun beberapa wanita mengallami gairah seksual yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini
Universitas Sumatera Utara
menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakn kuat untuk mencintai, namun tanpa melakukan hubungan seksual. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Semua ini proses yang normal dari proses kehamilan pada trimester pertama. Pada trimester kedua, biasanya adalah saat ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada masa ini pula ibu sudah mulai merasakan gerakan janinnya dan kehadiran bayinya. Pada trimester ketiga, seringkali disebut periode menuggu kelahiran bayinya. Terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Keadaan ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan. Seringkali ibu merasakan khawatir atau takut apabila bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi tidur Banyak faktor yang mempengaruhi tidur seperti faktor fisik, psikologis, dan lingkungan (Potter & Perry, 2001). Faktor fisik dimana tidur dan kualitas tidur tidak sama pada setiap tahap perkembangan dimana semakin menua usia seseorang kemampuannya untuk dapat mempertahankan kualitas tidur berkurang. Faktor psikologis respon emosional seperti stress, kecemasan dapat mengakibatkan seseorang terbangun pada malam hari, sedangkan faktor lingkungan dimana suara bising adalah gangguan lingkungan yang sangat berpotensial dalam mengganggu tidur. Parameter yang dapat menggangu tidur adalah sebagai berikut : 1. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (Sleep Latency)
Universitas Sumatera Utara
Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur adalah waktu yang dihabiskan oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai tercapainya tidur tahap Rapid Eye Movement. Orang yang dapat beristarahat dengan baik memerlukan waktu lima belas hingga dua puluh menit untuk tertidur (Maas, 2002). Tetapi, jika seseorang sering membutuhkan waktu 30 menit sampai berjam-jam untuk bisa tetidur di malam hari maka kemungkinan mengalami salah satu masalah tidur (Rafknowledge, 2004). Gangguan tidur sering terjadi pada wanita hamil, terutama pada bulanbulan terakhir. Gangguan tidur ini mungkin terjadi karena kecemasan, mungkin pula terjadi karena terlalu asyiknya seorang wanita hamil dalam mempersiapkan diri untuk menjadi ibu, seolah-olah bayi akan lahir satu atau dua minggu mendatang. Keasyikan wanita hamil dalam melakukan semua pekerjaan, bisa timbul dari kecemasan tidak bisa menjadi ibu yang baik, bisa juga karena terlalu bahagia, sehingga wanita tidak ingat waktu. Terjaga sampai dini hari membuat wanita hamil tidak segera bisa jatuh tidur. Keinginan yang kuat untuk segera tidur, karena kecemasan akan kelelahan sepanjang hari, semakin membuatnya tidak bisa tidur (Adhim, 2006).
2. Total Jam Tidur Total jam tidur adalah lamanya waktu tidur dikurangkan dengan lamanya waktu terbangun saat tidur. Masa kehamilan dan sesudah melahirkan merupakan masa yang rawan bagi seorang wanita untuk mengalami gangguan tidur. Pada awal kehamilan, seorang wanita biasanya lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
menghabiskan waktu untuk tidur, biasanya tidur 6-7 jam bisa menjadi 8-10 jam seharinya. Mendekati saat melahirkan, posisi tidur yang serba sulit dan juga seringnya buang air kecil (Prasadja, 2006). Menurut Stopard (2002) bahwa selama kehamilan sangat perlu unntuk beristirahat secara cukup dan harus selalu tidur setidaknya delapan jam setiap malam, tetapi karena merasa lelah dan letih wanita hamil sulit untuk tidur. Istirahat dan tidur harus dilakukan kapanpun, baik itu siang maupun malam, khususnya setelah bayi lahir, karena ibu hamil mengalami kelelahan yang hampir bersifat universal., khususnya pada masa awal kehamilan dan berulang lagi pada akhir kehamilan. Pada awal karena tubuh berusaha membiasakan dengan sirkulasi level hormone kehamilan, kemudian nantinya disebabkan oleh meningkatnya berat badan dan masalah gangguan tidur (Tiran, 2007). Tidur siang hanya dianjurkan jika memang malam sebelumnya kekurangan tidur. Karena tidur siang akan mengurangi hutang tidur, padahal hutang tidur diperlukan untuk meningkatkan dorongan homeostatic untuk tidur. Tidur siang selama 15 menit biasanya sudah cukup memberikan kesegaran untuk beraktivitas (Prasadja, 2006).
3. Frekuensi Terbangun Frekuensi terbangun adalah sering atau tidaknya seseorang terbangun dari tidurnya yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan ataupun akibat adanya keinginan untuk buang air kecil (Hayashi, 2003). Terbangun pada malam hari berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur atau lamanya tertidur. Frekuensi terbangun pada malam hari ini meningkat sesuai penambahan usia. Pemotongan tidur
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap kualitas kualitas tidur yang tidak adekuat atau kualitas tidur yang rendah. Kesulitan untuk kembali tertidur berpengaruh secara nyata terhadap penurunan jumlah tidur (Lueckenotte, 2000). Pada kehamilan lanjut, saat perut sudah membesar dan disertai kondisi lain, seperti bertambahnya frekuensi buang air kecil, kram, nyeri pinggang, meningkatnya tekanan darah, kurang teraturnya ritmik pernapasan, menyebabkan ibu sering sekali terbangun dimalam hari (Putri, 2006). Ibu semakin sulit tidur karena bayi sudah dapat menendang dan berputar sepanjang malam. Waktu tidur mungkin tidak sama, tetapi karena sering bangun, ibu jarang bisa tidur nyenyak (Musbikin, 2005). Selama tidur malam, seorang dewasa muda
normal akan
terbangun sekitar 2-4 kali (Amir, 2004).
4. Kepuasan Tidur Tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu seseorang memiliki energy dan gairah dalam menjalani akifitas sehari-hari. Setiap manusia menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk tidur (Prijoksaksono, 2002). Waktu tidur seorang wanita lebih sedikit dari pada waktu tidur seorang pria, ini disebabkan oleh faktor fisiologis yang selalu terjadi pada seorang wanita, sehingga membuatnya merasa kurang dalam merasakan tidur yang nyenyak (Ibrahim, 2007). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa wanita hamil umumnya mengalami kesulitan tidur disebabkan perubahan fisiologis dan psikologis, sehingga faktor tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur (Rafknowledge,
2004).
Kepuasan
tidur
tergantung
dengan
kondisi
lingkungan, kesehatn fisik, dan kesehatan jiwa (Neubauer, 1999). G. 3 Penyebab Sulit Tidur Saat Hamil
Universitas Sumatera Utara
1. Perubahan Fisik Rahim yang membesar terutama pada trimester III membuat ibu mengalami kesulitan dengan kondisi posisi tidur. Selain itu, perut yang semakin membesar akan menekan usus ke atas sehingga mendesak diafragma, akibatnya gerak nafas jadi terbatas. Tentunya dengan adanya penambahan bobot ini akan memunculkan sederet keluhan dan rasa tidak nyaman, seperti terasa sesak, pegalpunggung, nyeri dibagian belakang termasuk pinggang. Janin yang semakin membesar sering kali menekan kandung kemih ibu. Akibatnya ibu ingin buang air kecil dan bolak balik ke kamar mandi. Keadaan ini yang membuat ibu hamil jadi sulit tidur. CARA MENGATASI a. Atur Posisi Tidur -
Secara ilmu kedokteran, ibu hamil dianjurkan tidur dengan posisi miring kiri. Posisi ini dianggap baik untuk janin, karena rahim tidak menekan pembuluh darah besar yang dapat mengganggu aliran darah dari ibu ke janin. Asupan untuk pertumbuhan janin pun tetap berjalan baik.
-
Hindari posisi tidur telentang karena dapat menghambat aliran darah dari ibu ke janin, selain itu membuat napas menjadi sesak.
-
Hindari pula posisi mringkuk dan tengkurap. Posisi tidur meringkuk juga membuat berat janin menekan jaringan-jaringan di dalam rahim yang berhubungan dengan paha dan punggung. Akibatnya bisa timbul sakit di perut, pinggul, dan rasa pegal di punggung. Sedangkan tidur tengkurap tak akan mungkin bila perut
Universitas Sumatera Utara
semakin membesar, karena sudah pasti sangat tidak nyaman dilakukan. -
Bila ingin lebih rileks, cobalah ganjal kaki dengan bantal, dari tumit hingga betis dengan dua bantal, dan dari lutut hingga pangkal paha di ganjal dengan satu bantal. Tidur dengan posisi ini memungkinkan ibu hamil merasa lebih nyaman karena seluruh bagian kakinya memiliki penahan.
b. Tidak banyak minum sebelum tidur -
Agar ibu hamil tidak sering bolak-balik ke kamar mandi di waktu malam, sebaiknya tidak minum 2-3 jam sebelum tidur, juga jangan lupa untuk mengosongkan kandung kemih.
-
Lakukan olah napas dan gerakan senam hamil. Jika ibu merasa pegal-pegal atau tubuh terasa kaku, lakukan gerakan-gerakan ringan seperti yang disarankan dalam senam hamil, sehingga otototot menjadi rileks. Lakukan juga olah napas teratur.
2. Perubahan Hormon Biasanya di awal – awal kehamilan, ada ibu hamil yang mengalami mualmuntah, pusing, suhu tubuh sedikit naik, merasa kepanasan atau kedinginan, dan lainnya sebenarnya kondisi yang dialami wajar. CARA MENGATASI
Universitas Sumatera Utara
-
Jaga asupan makanan yang bergizi. Upayakan untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi. Kecukupan nutrisi membuat tubuh jadi bugar dan tidur menjadi nyenyak dan minum susu 2-3 jam sebelum tidur dan sikapi semua dengan senang hati
3. Kondisi psikis Jika dikaitkan dengan perubahan tubuh, penampilan ibu mungkin dirasa tidak lagi sempurna. Karena perut yang membuncit dan pinggul yang melebar. Yang akan menimbulkan kekhawatiran akan kehilangan perhatian dari pasangan. CARA MENGATASI -
Uraikan masalah satu-persatu. Jika ibu sulit tidur lihat dari apa penyebab masalahnya dan kemudian diatasi masalah ibu tersebut.
-
Berpikir positif. Hilangkan pikiran-pikiran negatif, usahakan bersikap santai.
-
Diperlukan dukungan dan dorongan dari pasangan. Suami harus member perhatian kepada istri agar istri tidak merasa dijauhkan atau ditinggalkan dengan kondisi saat hamil.
Universitas Sumatera Utara