ISLAM DAN PESANTREN
2
ALMenciptakan Masyarakat Ideal sesuai Tuntunan AlMuh. Luthfi Al-Firdaus / XI H
“Ayat Al-Qur’an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut yang lainnya, dan tidak mustahil jika kita mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibanding apa yang kita lihat”. Demikian kalimat indah yang diungkapkan Abdullah Darraz dalam bukunya an-naba’ Al Azhim sebagai bentuk pujian terhadap keagungan Al-Qur’an. Al-Qur’an secara bahasa berarti bacaan, sedangkan secara istilah, Al-Qur’an adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat jibril yang sampai kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, disusun mulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri surah An-Nas dan membacanya sebagai ibadah. Al-Qur’an merupakan kitab pedoman bagi umat islam, dimana didalamnya dijelaskan mengenai berbagai hal yang berhubungan degan kehidupan manusia, mulai dari akidah, muamalah, hablum minallah, hablum minannas dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu tujuannya untuk membimbing manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia supaya bisa mendapatkan kebahagiaan dan endingnya bisa berjumpa dengan rabnya.
3
Maka tidaklah heran apabila Al-Qur’an banyak membicarakan tentang kehidupan manusia (masyarakat) karena ini disebabkan untuk mendorong lahirnya perubahanperubahan positif dalam masyarakat, atau dalam istilah AlQur’an: “litukhriju Al-Mas mina al-zulumati ila An-nur” (untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju terang benderang). Yang perlu kita ketahui yang menjadi konteks permasalahan di negeri kita saat ini, dimana Indonesia merupakan negara dengan berpenduduk islam terbesar di dunia tetapi kenyataannya nilai yang terkandung dalam AlQur’an belum bisa diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Contoh konkrit, mengenai meningkatnya tindak kriminal, korupsi yang masih merajalela, terorisme dan lain sebagainya yang semuanya itu membuktikan bahwa nilai-nilai Al-Qur’an belum bisa memberikan warna yang terang terhadap kehidupan masyarakat negeri ini. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dan memahami tatanan masyarakat seperti apasi yang terdapat dalam AlQur’an yang bisa membawa manusia ke zaman yang terang benderang. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan mengenai tatanan masyarakat yang ideal seperti yang disebutkan dalam surat Al-imran ayat 110:
كنتم خير امة اخرجت لمناس تامرون بالمعروف و تنهون عن المنكر وتؤمنون باهلل ولو امن اهل الكتاب لكان خي ار لهم منهم المؤمنون واكثرهم الفاسقون “Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu baik bagi mereka, diantara mereka 4
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. Berdasarkan ayat di atas, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa masyarakat yang terbaik atau ideal menurut Al-Qur’an pertama harus menyuruh kepada ma’ruf yang kedua mencegah dari yang mungkar dan yang ketiga beriman kepada Allah. Ciri masyarakat terbaik/ideal ) )خير امةdalam Al-Qur’an 1. Amar ma’ruf Ciri masyarakat terbaik dalam Al-Qur’an adalah amar ma’ruf. Kata ma’ruf adalah isim maf’ul, kata kerjanya adalah ‘arafa yang mengandung arti mengetahui (to know) mengenal atau mengetahui (to recognize), melihat dengan tajam atau mengenali perbedaan (to discern). Kata ma’ruf kemudian diartikan sebagai sesuatu yang mengetahui yang dikenal atau yang diyakini. Sedangkan Al-Rahib Al-asfahani mengartikan sebagai ( “ )يعرف بالعقل اوالشرع حسنةapa yang dianggap baik oleh syariat dan akal dari beberapa pengertian, maka bisa diambil kesimpulan, bahwa ma’ruf adalah mengajak kepada kebaikan yang sudah diketahui melalui nas agama maupun akal yang tidak bertentangan dengan syariat, kalau lebih simpelnya yaitu mengajak kepada kebaikan. 2. Nahi Mungkar Ciri kedua dari masyarakat terbaik dalam Al-Qur’an yaitu nahi mungkar, yang secara umum diartikan mencegah perbuatan yang mungkar. Secara bahasa kata mungkar berasal dari nakara yang berasal dari akar kata, nun, kaf, ra. Akar kata ini mengandung arti aneh , sulit, buruk , tidak dikenal (lawan ma’ruf) dan juga mengingkari. Secara bahasa mungkar
5
6