Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
WOMEN VEGETABLE TRADERS IN IMPROVING CHILDREN’S EDUCATION IN WEST PADANG Oleh: Nurlina, SE, M.Si Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa, Padang
ABSTRACT
Padang city is a place where the women had a role in economic activity in the market as a vegetable trader. They sell vegetable in supporting their family financial and their children school-fee in traditional markets around west Padang.The aims of this research to find out how do the women vegetable trades support and improve their family financial and children’s education successfully.This research is analyzed by technique analysis. There are 3 steps of this analysis. First data reduction, second data delivery third, the conclution or verification.The finding of this research is womwn vegetable traders can improve their family financial and education such as senior high school and university.They sometimes get a loan from the loandlord. Keyword : women vegetable traders, Family financial, Children school-fee.
PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini, peranan wanita dalam menopang ekonomi keluarga semakin dirasakan dan ekstensinya sulit untuk ditolak. Kenyataan yang demikian sesuai dengan ramalan Naisbit & Aburdene (1987), bahwa mulai dasawarsa 1990-an merupakan dasawarsa wanita dalam bisnis. Hal tersebut didukung oleh terdapatnya kecendrungan semakin tingginya wanita dalam berbagai lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kecendrungan yang demikian, sejalan dengan arah kebijaksanaan yang dirumuskan dalam GBHN 1993 yang menyatakan bahwa wanita, baik sebagai warga Negara maupun sebagai sumberdaya insani bagi pembangunan, mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
43
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
Sesuai dengan perkembangan zaman yang dapat mengantarkan rakyat Indonesia semakin mengerti arti pentingnya pendidikan, karena dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sehubungan itu, maka ibu-ibu rumah tangga ikut menyumbangkan andilnya untuk dapat membantu biaya pendidikan anaknya. Dimana ibu-ibu rumah tangga tidak mau kelak anaknya menderita seperti mereka. Namun hal ini tidak hanya cukup usaha dari keluarga saja, tetapi peran pemerintah juga ikut bagian, karena pendidikan ana-anak Indonesia juga menjadi tanggunng jawab Pemerintah. Jika kita lihat peran pemerintah terhadap pedidikan telah banyak usaha yang dilakukan dalam memajukan dunia pendidikan seiring globalisasi, di antaranya yang terkait dengan pendidikan anak wajib belajar 9 tahun, dimana pemerintah memberikan subsidi biaya pendidikan terhadap pendidikan 9 tahun seperti subsidi SPP, dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bantuan ini diberikan kesekolahsekolah bertujuan agar anak-anak Indonesia secara adil mengecap pendidikan minimal tamat SLTP dan kepada orang tua anak agar tidak lagi dipungut biaya sekolah. Tetapi tidak bisa kita pungkiri, bahwa ternyata kita temukan di lapanngan masih banyak sekolah-sekolah yang memungut biaya pada sekolah-sekolah Negeri tertentu dengan berbagai alasan. Terkadang guru mengadakan pendidikan di luar jam sekolah dengan alasan tidak cukupnya waktu pada jam sekolah untuk menyelesaikan materi pembelajaran. Dari kegiatan belajar yang dilaksanakan di luar jam sekolah guru mendapat honor dari murit tersebut, namun yang sangat menyedihkan yang kita temukan bahwa bagi anak yang tidak ikut belajar di luar jam sekolah dengan kata lain yang tidak ikut membayar honor guru kepadanya hanya diberikan nilai paling tinggi angka 6. Karena adanya fenomena ini, ibu-ibu rumah tangga sangat memahami akan artinya belajar di luar jam sekolah, karena mereka tidak ingin anaknya mendapat nilai rendah, dan bukan hanya itu mereka juga takut jika anaknya akan kehilangan motivasi belajar dan akhirnya mereka hanya berfikir untuk bermain, dan akan berkurang perhatiannya terhadap pelajaran. Anak yang kehilangan perhatian pada pelajaran, karena dalam pikirannya yang teringat hanya bermain
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
44
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
(Yuniawati;2007). Kehilangan perhaian pada pelajaran tersebut, karena orang tuannya tidak mampu membayar uang belajar di luar jam sekolah, dan dia akan merasa terkucil dari teman-temannya yang ikut belajar, dan akhirnya dia akan lebih senang bermain. Kota Padang adalah salah satu tempat dimana para wanita ikut berperan dalam kegiatan ekonomi di pasar yaitu salah satunya adalah sebagai pedagang sayur. Seperti adanya wanita-wanita berdagang sayur di pasar-pasar tradisional yang berada di sekitar Pasar Raya Padang, Pasar Purus, dan Pasar Lubuk Buaya. Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang, terlihat bahwa ditemukan banyak para wanita penjual sayur, mereka biasanya berjualan pada umumnya mulai jam 5.30 pagi sampai sore harinya. Meraka datang pagi karena melayani pembeli yang datang dari berbagai pelosok di Kota Padang terutama yang dekat dari Pasar Lubuk Buaya yang berjualan di warung untuk dijualnya kembali di lokasi dimana dia bertempat tinggal. Hal ini juga mereka lakukan karena mereka tidak ingin suatu saat anaknya akan hidup menderita seperti mereka. Ibu-ibu rumah tangga ini berusaha menanam sayur-sayuran di sawah atau di ladangnya untuk dijual kepasar, dan bahkan sayur yang dijualnya bukan sayur hasil dari ladangnya karena mereka tidak punya lahan perkebunan atau sawah, tetapi sayur yang juga dibeli dari orang lain yang hanya dapat potongan harga sedikit sekali. Namun mereka tetap berusaha untuk melanjutkan pendidikan anaknya.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah; 1). Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh wanita pedagang sayur dalam menunjang pendidikan anak-anak mereka, 2). Untuk mengetahui straegi apa
yang
dilakukan
oleh
wanita-wanita
pedagang
sayur
dalam
menunjangkeberhasilan pendidikan anak-anak mereka.
Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Dalam Keluarga
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
45
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
Dari konsep dasar bahwa Ibu sebagai orang tua harus dapat memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana belajar anaknya. Sarana belajar adalah alat bantu atau perlengkapan yang langsung berpengaruh terhadap kelacaran proses belajar anak. Sarana belajar tidak hanya menyangkut yang dimiliki anak tetapi lembaga pendidikan tempat belajar anak juga harus diperhatikan, lengkapnya sarana dan
prasarana
belajar merupakan hal yang penting yang dapat
mendukung kondisi belajar yang lebih baik.
2. Wanita sebagai Penunjang Ekonomi Keluarga Dewasa ini di Indonesia, sejalan dengan semakin tingginya aspirasi terhadap kehidupan, maka tuntutan akan kebutuhan hidup juga semakin tinggi. Kondisi yang demikian menuntut semua potensi keluarga dikerahkan untuk berproduksi di luar rumah tangga, termasuk ibu. Adalah suatu kenyataan bahwa pada zaman modern dan globalisasi ekonomi ini, semakin banyak ibu-ibu yang bekerja, sehingga hari-hari wanita sebagai minoritas dalam dunia kerja sudah berlalu (Naisbits dan Aburdene, 1990). Disamping itu terjunnya wanita di dunia public atau sebagai pekerja di luar rumah, adalah untuk menhilangkan pandangan bahwa wanita adalah pelaku ekonomi mikro, yang menurut Murniati (2001;27) bahwa ; Dalam ekonomi mikro setiap manusia adalah konsumen, yaitu pemakai kebutuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan diperlukan produsen yang membuat atau memproduksi benda atau jasa untuk kebutuhan hidup. Agar barang kebutuhan dapat sampai pada yang membutuhkan, diperlukan distribusi dan pertukaran. Dengan arti kata, manusia hanya sebagai pemakai barang jadi yang telah diproduksi oleh produsen. Kelihatannya, pembagian kerja antara wanita dan pria di Minang kabau seimbang. Sebab, dalam budaya Minang Kabau yang menganut garis keturunan matrilineal, tanggung jawab wanita terhadap keluarga tidak kalah besarnya dari tanggung jawab pria. Arif budiman (1985), mengemukakan bahwa wanita dari golongan miskin lebih mandiri secara ekonomi bagi keluarga, walaupun mereka tidak
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
46
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
punya tanah dan mereka dapat lebih lincah mencari kerja. Sayogyo (1983) menyatakan bahwa perilaku ekonomi rumah tangga harus diukur.
3. Wanita Sebagai Ibu Peranan wanita sebagai ibu dalam rumah tangga sangat kompleks. Ibu berusaha agar keluarga sendiri dapat merupakan kesatuan/unit yang kompak dan keluarga yang terhormat. Dan yang mengatur segala keperluan dari rumah tangga adalah wanita. Sebagai sorang istri ia sebagai pendamping suami selalu berusaha agar segala kebutuhan dan keperluan suaminya dipenuhi. Seorang ibu adalah pemelihara rumahtangga, dan juga ia sebagai pengasuh serta pendidik terhadap anak-anaknya, mulai bayi itu dikandungnya sampai usia dewasanya, bahkan sampai pada waktu akan kawinnya, sampai beranak cucu, cinta kasih sorang ibu pada anaknya tidak kunjung henti dan habisnya. Memang benar bahwa, dalam kalangan masyarakat tidak jarang menyatakan bahwa soranng ibu berfungsi sebagai mamak (bermamak, macak/bersolek, berdandan, berhias) dan memasak. (Hardjito otopuro, 1979). Semua tugas dari wanita ini adalah sangat mulia sekali. Demikian mulianya kedudukan dan tugas wanita sebagai ibu, Ki Hajar Dewantara (1961) memberikan nama seorang ibu adalah sebagai “Ratu Rumah Tangga”. Tanpa adanya ibu, anggota tidak akan damai dan aman. Ibu yang menyediakan sarapan pagi, makan siang dan makan malam, ibu yang mengurusi segala keperluan anak-anaknya (karena ibu lebih mngetahui kebutuhan anaknya), ibu tempat mencurahkan perasaan (ibu lebih dekat dengan anak-anaknya dan suami), ibu sebagai pendidik anak-anak ( ibu lebih tahu karakteristik anak) dan semua peran rumah tangga dilakoni oleh ibu, agar rumah tangga tersebut merasa aman dan damai.
1).Wanita Sebagai Ratu Rumah Tangga
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
47
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
Peranan wanita sebagai ibu dalam rumah tangga sangat kompleks. Ibu berusaha agar keluarga sendiri dapat merupakan kesatuan/unit yang kompak dan keluarga yang terhormat. Dan yang mengatur segala keperluan dari rumah tangga adalah wanita. Sebagai sorang istri ia sebagai pendamping suami selalu berusaha agar segala kebutuhan dan keperluan suaminya dipenuhi. Seorang ibu adalah pemelihara rumahtangga, dan juga ia sebagai pengasuh serta pendidik terhadap anak-anaknya, mulai bayi itu dikandungnya sampai usia dewasanya, bahkan sampai pada waktu akan kawinnya, sampai beranak cucu, cinta kasih sorang ibu pada anaknya tidak kunjung henti dan habisnya. Memang benar bahwa, dalam kalangan masyarakat tidak jarang menyatakan bahwa soranng ibu berfungsi sebagai mamak (bermamak, macak/bersolek, berdandan, berhias) dan memasak. (Hardjito otopuro, 1979).
2). Wanita sebagai Penunjang Pendidikan Anak Ibu adalah orang pertama dan utama dalam mendidik anak. Semenjak anak dalam kandungan, pendidikan telah diterima oleh anak melalui sikap dan tingkah laku ibu. Ibu berkewajiban menanamkan nilai-nilai ke-Tuhanan sedini mungkin kepada putra putrinya. Jika seorang ibu tidak mampu menumbuh suburkan nilainilai agama kepada anak melalui perkataan , sikap dan tingkah laku sehariharinya tentunya tidak akan lahir manusia yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Bahkan sampai anaknya besarpun, ibu mempunyai peranan penting dalam pendidikan anakanaknya. Disamping itu, dalam agama Islam seorang ibu harus mencemaskan apa yang disembah anak-anaknya kelak sebelum ia meninggal dunia (Q.S 2:123), harus membentuk anak menjadi sehat, tauhid, tunduk dan patuh kepada Allah, suka beribadah, suka berbuat baik, jujur, rendah hati dan berbakti kepada Ibu Bapak (QS. 13;12-19) dan QS/17;23-24) Meskipun kegiatan pendidikan berkangsung secara formal, didalamnya terdapat upaya pengalihan keterampilan yang ditingkat pengetahuan atau nilainilai tertentu melalui pembelajaran di satu pihak dan melalui belajar atau latihan
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
48
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
di pihak lain. Kegiatan pendidikan yang demikian boleh berlangsung dalam batas kesadaran atau tidak, baik dari pihak pengajar maupun pelajar (Nordin dkk, 1981) Ibu sebagai pendidik dapat dilihat dalam perannya yang menanamkan kebiasaan dan nilai-nilai pada anak-anaknya, mengajarinya bersikap dan bertingkahlaku dalam kehidupan sehari-hari, mengajarinya baca tulis dan hitung sejak usia dini. Fungsi dan peranan ibu dalam mendidik dan membina sikap dan perilaku anak-anaknya tidaklah dapat digantikan dengan apapun dan siapappun. Hal ini menuntut wanita untuk lebih berwawasan dan mampu membagi waktu dan kesempatan untuk kebahagiaan anak-anaknya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan meskipun seorang wanita bekerja, jika dia memberikan perhatian dalam kaualitas yang memadai, tentu anak-anak yang bersangkutan tidak dapat dikatakan terabaikan. Dengan sendirinya anak-anak yang ibunya bekerja di luar rumah tidak selalu akan menjadi anak yang bermasalah. Pemikiran yang demikian, sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Soetjipto (1993), bahwa meskipun sang ibu sibuk, bukan berati dia harus kehilangan perananya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak dalam keluarganya. Terdapat upaya lain yang mungkin ditempuh para wanita yang bekerja di luar rumah agar anaknya tidak menjadi anak yang terabaikan, antara lain dengan mempertinggi intensitas dan kualitas interaksi dengan anak.
3). Wanita Sebagai Warga Masyarakat Wanita sebagai seorang ibu mempunyai peran ke dalam yaitu untuk kesejahteraan anggota keluarga dan peran keluar yaitu membina hubungan dan menciptakan hubungan dan suasana persahabatan, kekeluargaan dengan keluarga sehingga dapat hidup berdampingan damai dan harmonis. Untuk menciptakan itu, wanita dalam hidupnya harus mampu menempatkan diri pada kelompok-kelompok soial yang ada di masyarakat. Karena berperan dan bekerjasama dengan keluarga lain, kedamaian dan kenyamanan akan tercipta. Kerjasama I ; misalnya membezok kalau anggota masyarkat yang meninggal,
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
49
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
kalau ada pesta perkawinan, serta kegiatan gotong royong masyarkat dan lainnya dan termasuk kegiatan PKK di daerah setempat. Pada zaman globalisasi sekarang ini, segala perubahan-perubahan kebudayaan sangat cepat terjadi. Perubahan tersebut akan melanda dimanapun ia berada. Karena dengan kelommpok-kelompok sosial di masyarakat wanita akan mampu berbagi pengalaman dan mencari jalan keluar dari permasalahanpermasalahan yang ditemui. Terjunnya
dalam
berorganisasi,
diharapkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan keluarga khususnya dan kesejahterraan masyarakat pada umumnya. Seperti yang dijelaskan oleh Hardjito Notopuro (1979) bahwa organisasi wanita sekarang ini, titik beratnya hendaklah ditujukan kepada dua hal, yaitu : 1. Berprioritas pada pembangunan, terutama kepada usaha yang produksitif
serta
ekonomi
untuk
meningkatkan
taraf
hidup
masyarakat baik di desa maupun di kota. 2. Berorientasi kepada kesejahteraan anggota keluarga. Organisasi wanita yang ideal adalah suatu organisasi yang secara teratur memberikan bimbingan kepada anggotanya serta membina dengan menanamkan kesadaran akan tugas dan kewajiban serta hal-hal yang dimilikinya sebagai ibu dalam rumah tangga dan sebagai anggota masyarakat.
4). Wanita Sebagai Pengembang Misi Sosial Sesuai dengan GBHN (1999-2004) arahan tentang kedudukan dan peran perempuan yaitu : 1.
Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.
2.
Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
50
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
nilai historis perjuangan kaum perempuan dalam melanjutkan usaha pemberdayaan
perempuan
serta
kesejahteraan
keluarga
dan
masyarakat. Pemerintah bersama masyarakat dan swasta ditugaskan membentuk mekanisme untuk mempercepat perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, dalam berbagai aspek dan kehidupan publik di semua tingkatan. 3.
Meningkatkan
kualitas
perempuan
dalam
berbagai
bidang
pendidikan dan pelatihan terpadu yang terdiri atas pendidikan spiritual, intelektual dan praktikal : Kesehatan Keluarga Berencana; Ekonomi dan Ketenagakerjaan; Politik dan Hukum; Sumberdaya Pembangunan dan Informasi; Kesejahteraan Sosial dan Agama; Sosialisasi Kesetaraan dan Keadilan Gender. 4.
Penghapusan segala bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan yang dilandasi dengan “Zero Tolerance Policy”.
5.
Penghormatan terhadap martabat dan Hak Asasi Manusia bagi Perempuan serta penghargaan dan perlindungan terhadap fungsi reproduksi perempuan.
6.
Kesejahteraan dan Perlindungan Anak; Pemantapan mekanisme nasional pemberdayaan perempuan melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi lembaga pemerintah di Pusat dan di Daerah.
Strategi pembangunan yang digunakan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dengan melakukan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.
Metode Penelitian 1). Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
51
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Sedangkan lokasi penelitian adalah di Pasar bagian Barat Kota Padang, yaitu Pasar Raya Padang, Pasar Purus (Pasar pagi, dan Pasar Lubuk Buaya). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April tahun 2010 sampai bulan September 2010.
2). Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah para wanita penjual sayur-sayuran yang ada di Pasar Raya Padang, Pasar Purus dan Pasar Lubuk Buaya. Penentuan informan penelitian menggunakan cara purposive sampling. Purpose sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut cirri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh sampel itu, sehingga dapat dianggap cukup refrensip dari populasi. Sampling purposive adalah sample yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan desain penelitian.
3). Teknik dan Alat Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga cara pengmpulan data tersebut adalah untuk mengumpulkan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penelitian tentang usaha wanita pedagang sayur dalam meningkatkan pendidikan anaknya. Mengingat penelitian ini adalah kualitatif, maka alat pengumpulan data adalah kamera sedangkan instrument penelitian adalah peneliti sendiri dimana peneliti langsung mewawancarai wanita pedagang sayur yang ada di Pasar pantai barat Kota Padang. Peneliti juga mengambil fotofoto sayur-sayur yang dinyatakan sebagai barang dagangan penjual sayur. 1. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh imformasi tentang usaha wanita pedagang sayur dalam meningkatkan pendidikan anaknya. Dengan observasi diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang ingin kita teliti. Observasi diperlukan untuk menjajaki, dan berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini akan didapat gambaran yang jelas tentang
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
52
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
masalah yang terjadi dan ini dapat di jadikan sebagai pedoman untuk memecahkan permasalahan. Adapun yang peneliti observasi dalam penelitian ini adalah beberapa orang wanita pedagang sayur yang sedang berjualan sayur di Pasar bagian barat Kota Padang. bagaimana usaha wanita pedagang sayur dalam menjual sayurnya, bagaimna usaha mereka jika sayur yang dibawanya ke pasar tidak terjual atau terjual tetapi hanya sebagian. Bagaimana usaha wanita pedagang sayur ini mendapatkan uang jika kebutuhan biaya sekolah anaknya mendesak, usaha apakah yang dilakukannya ? apakah meminjam kepada keluarga atau meminjam kepada orang lain. 2. Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal atau tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, jadi semacam percakapan yang betujuan untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara dengan wanita-wanita pedagang sayur yang ada di Pasar Barat Kota Padang (Pasar Raya Padang, Pasar Purus dan Pasar Lubuk Buaya). 3. Dokumentasi Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, serta foto-foto yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu bagaimana wanita-wanita pedagang sayur berusaha memaksimalkan penjualan dan keuntungan mereka untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto selama melakukan penelitian, diantaranya foto-foto para wanita para pedagang sayur dengan barang dagangannya pada tiga lokasi pasar.
4). Teknik Analisa Data
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
53
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
Data yang terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis. Miles dan huberman (1992) serta S. Nasution (1988) menjelaskan bahwa dalam penelitian ada tiga tahapan analisis yang berbentuk aliran air, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan data/verifikasi. Ketiga tahapan analisis ini dilakukan selama proses penelitian mulai dari awal sampai akhir sebagai suatu kelompok yang sejajar. Artinya bahwa setiap kali ada analisis data ketiga unsur ini yakni proses reduksi, sajian, penarikan kesimpulan akan berjalan sekaligus. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi bukanlah suatu hal yang
terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang diringkas dari bagian yang terbesar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang, semuanya
itu
menggolongkan,
merupakan
suatu
mengarahkan,
bentuk membuang
analisis
yang
menajamkan,
yang
tidak
perlu,
dan
mengorganisasi data dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat dicarik dan diverivikasi. Kegiatan analisis yang ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diversifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatancatatan lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sebagian dari ibu-ibu pedagang sayur membeli bahan sayurannya di daerah kampungnya masing-masing seperti di lubuk minturun, sungai sapiah, namun ada juga yang membeli dagangan sayurnya di pasar, seperti pasar Siteba. Dalam menjual sayurannya selalu berusaha semaksimal mungkin agar sayurannya habis terjual, terkadang jika sipembeli menawar harga sayuran hanya
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
54
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
mendapatkan keuntungan yang tipis, misalnya Rp. 100,- terkadang ibu-ibu ini terpaksa juga menjualnya agar dagangannya habis terjual, apalagi jika hari sudah sore harga modal sekalipun ditawar pembeli tetap di jualnya. Dalam berdagang sayur terkadang sayurnya habis terjual dan terkadang tidak, apalagi modal dari sayurannya agak mahal dan ibuk ini juga harus menjual lebih mahal. Khusus untuk lokasi pasar Ulakkarang berada di linggkungan ekonomi masyarakat yang ekonominya menengah ke atas maka sayuran dapat juga terjual dengan harga yang agak mahal dibanding harga sayuran di pasarpasar yang lain. Jika dagangan sayuran ibuk-ibu ini tidak habis, ibu-ibu ini berusaha untuk menjual sayurannya pada esok harinya walaupun dengan harga modal atau dibawah modal, dan yang terpenting bagi Ibu-ibu ini dagangan sayurannya habis terjual, karena jika tidak habis maka ibu-ibu ini mengalami kerugian yang lebih besar. Dalam membiayai uang sekolah dan keperluan lainnya untuk kepentingan pendidikan dalam usahanya meningkatkan pendidikan anak-anaknya, terkadang harus meminjam pada koperasi simpan pinjam bajapuik. Dimana simpan pinjam bajapuik yang dimasudkan adalah koperasi yang berbadan hukum namun prakteknya seperti bank, karena memungut bunganya melebihi 2% perbulannya. Tetapi ibu-ibu ini
senang juga meminjaman pada kopeasi ini, walaupun
bunganya tinggi tetapi proses pencairannya cepat sekali, dan yang terpenting bagi ibu-ibu pedagang sayur ani adalah kebutuhan biaya sekolah anaknya dapat dipenuhi. Namun kadang-kadang ada juga yang meminjam ke seseorang yang istilahnya julo-julo tembak, dinamakan julo-julo tembak karena julo-julo ini semuanya nomor satu, kapan saja meminjam atau menerima tetap langsung uangnya diterima. Julo-julo ini menerima dulu misalnya sebanyak Rp. 1.000.000,- kemudian di bayar per hari sebanyak Rp. 12.000,- selama 100 hari. Jika hari itu dagangan sayurnya tidak habis atau jika pada hari itu ibu-ibu ini tidak sanggup membayar julo-julonya bagi induk/sipemberi julo-julo tidak apa pula, karena adanya rasa percaya si pemberi julo-julo kepada Ibu-ibu-ibu itu dan
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
55
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
terkadang seharusnya 100 hari yang telah ditetapkan julo-julo sudah lunas namun terkadang bisa bertambah harinya menjadi lebih dari seratus hari Tetapi dengan semua yang dilakukan ibu-ibu itu adalah dengan keihlasan, tanpa mengenal lelah setiap hari mereka lakukan, sehingga para ibu-ibu merasa bahagia dan bangga karena pada umumnya ibu-ibu ini dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai ke Perguruan Tinggi, ada yang kuliah di Universitas Andalas (UNAND), Universitas Negeri Padang (UNP), dan bahkan ada yang sanggup membiayai anaknya kuliah di perguruan Tinggi Swasta, seperti Universitas Putra Indonesia (UPI), Sekolah Tinggi Keguruan dan ilmu Pendidikan (STKIP), dan beberapa perguruan Tinggi Swasta Lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
56
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2013 ISSN : 2086 - 5031
Abdullah, Irwan (1990). Wanita Ke Pasar. Study Tentang Perubahan Sosial Ekonomi Pedesaan. Buletin Populasi PPK UGM. Yogyakarta. Danunjaya, James, 1987. Antrhpologi Psikologi Sosial. Jakarta, Rajawali Press Departemen Agama . Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta; Lembaga Penyelenggaraan Penterjemahan Kitab Suci Al-Qur’an Gunawan, Indrawati. (1992). Wanita di Sektor Informal. Prisma LP3ES, Jakarta Manan, Imran. 1989. Anthropologi Pendidikan Suatu Pengantar. Debdikbud Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi proyek Pengembangan Lembaga Kependidikan Tenaga kependidikan Jakarta. Miles, Matthew B dan A. Mitchel Huberman 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta. Universitas Indonesia Press Moleong, Lexy. J.1992. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Rosda Karya Murniati, Nunuk P (2001), Gerakan Ekonomi Perempuan Sebagai basis Ekonomi rakyat. Jakarta; Bina Rena Pariwara Nachorwi dan Muhiddin A, Salahuddin (1997) Pekerja Anak dan Industri. Prisma. No.2/1997 Naisbit, Jhon dan Aburdene, Patricia (1990). Mergetrend 2000 (Terjemahan FX. Budijanto. Jakarta – Binarupa Aksar Nasution, S (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung Tarsito.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
57