DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Volume 1, Nomor1., Tahun 2012, Halaman1-14.
ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM MEMILIH PROFESI SEBAGAI AKUNTAN (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi UNDIP, UNIKA, UNNES, UNISSULA, UDINUS, UNISBANK, STIE TOTALWin dan Mahasiswa PPA UNDIP ) William Andersen, Anis Chariri1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone, +6224746486851
ABSTRACT This research aim to identify the perception of accountingstudents about the factors which differentiate of career selection as a accountan, public accountants, government accountants, private accountants and teachers accountants. The factors used as variabel is salary, professional training,professional confession, social values, work environment, consideration of labor market need and gender. The data was collect from surveyed respondentswith interview methods at several campuses in Semarang City ( UNDIP, UNIKA, UNNES, UNISSULA, UDINUS, UNISBANK, STIE TOTALWin serta PPA UNDIP).Theamount of accounting students were 440 respondents. This research use SPSS version 17 and data analysis by Kruskal Wallis. The result shows that the difference of student’s perception about factorswhich influencing career choice are financial reward, professional training,professional confession, social values, consideration of labor market need. There is no differences perception of work enviroment and gender factor. Key word: career choice, salary, professional training, professional confession,social values, work environment, consideration of labor market need and personality. Keywords: perception, career choice, salary, professional training, professional
confession, social values, work environment, consideration of labor market need and gender. PENDAHULUAN Sejalan dengan kemajuan pesat dunia teknologi dan informasi, ilmu akuntansi berkembang dengan sangat baik. Peranan profesi akuntan menjadi sangat penting dalam perkembangan ini. Profesi sebagai akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan perusahaan maupun akuntan pendidik masih menyediakan peluang kerja yang besar bagi lulusan jurusan akuntansi di Indonesia, tidak mengherankan jika profesi ini diatur oleh pemerintah dari berbagai regulasi, terutama untuk akuntan publik. Pemerintah pada bulan Mei 2011, mengeluarkan UU No. 5 Tahun 2011 tentang profesi akuntan publik. Pemerintah secara jelas memperbaharui dan merivisi beberapa peraturan kembali tentang profesi akuntan publik. Undang-Undang ini berisikan ruang lingkup jasa akuntan publik, perizinan akuntan publik dan KAP, hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP, kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA), Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Komite Profesi Akuntan Publik, pembinaan dan pengawasan oleh Menteri, sanksi administratif dan ketentuan pidana. Peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai syarat menjadi seorang akuntan yang harus mengikuti pendidikan profesi akuntan setelah lulus sarjana ekonomi akuntansi, membuat jumlah profesi akuntan meningkat dari tahun ke tahun. Pada awalnya, mahasiswa jurusan 1
William Andersen, Anis Chariri
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
akuntansi adalah mahasiswa yang memiliki kesempatan besar untuk langsung melanjutkan program pendidikan akuntansi. Namun, berdasarkan UU No. 5 Tahun 2011, seluruh lulusan sarjana dari berbagai macam jurusan dapat menjadi seorang akuntan, yakni akuntan publik manakala sudah mengikuti ujian sertifikasi secara khusus yang dilaksanakan oleh pemerintah. Gambaran diatas menunjukkan bahwa mahasiswa/i akuntansi dihadapkan dalam beberapa pilihan untuk menjadi seorang akuntan. Dengan berbagai macam persyaratan dan mekanisme yang harus dilalui untuk menjadi seorang akuntan, sedikit banyak mempengaruhi persepsi seorang mahasiswa untuk menjadi seorang akuntan. Waktu dan biaya yang sangat besar menjadi salah satu faktor yang menghambat mahasiswa untuk tidak menjadi seorang akuntan. Profesi akuntan (Themas, 2008) menuntut seseorang untuk memiliki intensitas waktu kerja yang sangat tinggi tapi belum diimbangin dengan bonus ataupun income yang memadai. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan jumlah akuntan masih sangat kurang di Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Diperlukan adanya hubungan yang sinergi antara penghargaan finansil/gaji dengan tingkat kinerja akuntan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa riset yang sudah ada. Menurut Yendrawati (2007) perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi terlihat pada faktor pertimbangan pasar kerja, sedangkan untuk faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial dan lingkungan kerja tidak terdapat perbedaan pandangan. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini hanya menggunakan kuesioner yang bersifat closed ended questionair, sehingga kesimpulan yang dapat diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui kuesioner tersebut dan pertanyaan mengenai kesetaraan gender belum ada dalam penelitian ini. Responden yang digunakan hanya mahasiswa akuntansi yang berada di Perguruan Tinggi Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga hasil penelitian ini hanya dapat mewakili daerah Yogyakarta.
Penelitian Widyasari (2010) memiliki kesamaan dalam faktor-faktor yang digunakan sebagai kajian penelitian namun Widyasari (2010) menambahkan faktor personalitas. Hasil penelitian Widyasari menunjukkan bahwa faktor finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar kerja memiliki pengaruh dalam perbedaan pandangan mahasiswa tentang pemilihan karir namun dari faktor personalitas secara keseluruhan tidak menunjukkan perbedaan pandangan. Penelitian ini berfokus pada isu kesetaraan gender. Isu ini masih menjadi salah satu bahan pembahasan didalam dunia pendidikan, terkhusus akuntansi. Apakah ada perbedaan kesetaraan gender yang cukup signifikan dalam pendidikan dan profesi akuntan ? Baik dari segi kualitas serta nilai seorang pria dan wanita dalam sebuah pengambilan keputusan. Adanya persepsi dalam masyarakat bahwa karakter pria yang dianggap kurang konsisten dan kurang disiplin dibandingkan dengan keuletan dan ketelatenan wanita dalam mengerjakan sebuah pekerjaan. Di lain sisi, wanita dianggap kurang tegas dan berani dalam bertindak dan mengambil keputusan yang kuat dibanding dengan pria yang menggunakan logika bukan perasaan ataupun hati. Berdasarkan kelemahan dan keterbatasan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini lebih fokus terhadap penambahan variabel mengenai kesetaraan gender. Penelitian ini bermaksud untuk menghasilkan bukti empiris mengenai persepsi mahasiswa dan mahasiswi akuntansi dalam pemilihan profesi sebagai akuntan. Serta penelitian ini melibatkan 6 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta serta Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi yang terakreditasi di Jawa Tengah khususnya Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang karena belum ada penelitian sejenis yang membahas isu gender sebagai variabel ataupun faktor yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Berdasarkan urutan dan penggunaan teori dan informasi dari penelitian terdahulu, faktor gaji, pelatihan profesional, pelatihan profesional, nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar dan kesetaraan gender disini dijelaskan menjadi bentuk kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat sebagai berikut :
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
Gaji/salary merupakan salah faktor yang mendorong seseorang untuk memilih pekerjaan sebagai akuntan. Pertimbangan dengan menyesuaikan pada pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh mendorong para sarjana muda lebih selektif dan mencocokkan dengan kemampuan yang dimiliki. H1 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor gaji. Seorang mahasiswa lulusan pendidikan profesi akuntan tidak serta merta dapat langsung terjun ke dalam dunia seorang akuntan. Dalam praktek sebenarnya, seorang akuntan membutuhkan banyak informasi baik formal maupun nonformal guna melakukan suatu pemerikasaan dan pengesahan akan kesimpulan akhir. H2 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor pelatihan profesional. Pengakuan profesional mencakup sesuatu yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi dan keberhasilan dari suatu pekerjaan. Dengan diakuinya prestasi kerja akan dapat meningkatkan kualitas pekerjaan yang dihasilkan dan dapat meningkatkan motivasi dalam pencapaian karir yang lebih baik. Faktor ini dapat meningkatkan dan menumbuhkan perkembangan perusahaan atau individu sendiri. H3 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor pengakuan profesional. Pekerjaan akuntan membutuhkan lingkungan dan situasi sekitar yang baik. Nilai-nilai sosial mendorong pekerjaan akuntan lebih dihargai dan mendapat tempat distrata sosial masyarakat. Kepedulian dan perhatian pada sekitar oleh seorang akuntan akan meningkatkan nilai instrinsik dan nilai jual akuntan. H4 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor nilai-nilai sosial. Lingkungan kerja merupakan suasana kerja yang meliputi sifat kerja (rutin, atraktif dan sering lembur), tingkat persaingan antar karyawan dan tekanan kerja merupakan faktor dari lingkungan pekerjaan. Karakter yang keras dan komit dibutuhkan oleh seorang akuntan dalam menghadapi lingkungan pekerjaan. Deadline waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan mendorong akuntan untuk dapat menguasai lingkungan kerjanya agar nyaman dan tenang dalam bekerja. H5 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor lingkungan kerja.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
Era globalisasi yang membuka kesempatan bagi orang luar Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan di Indonesia, secara tidak langsung memaksa mahasiswa/i yang berasal dari dalam negeri untuk lebih aktif dan tanggap dalam menentukan masa depannya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dunia kerja pada era ini menuntut nilai lebih dari seseorang untuk dapat menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki nilai jual dipasaran. Nilai jual maksudnya adalah harga / price dari pekerjaan yang akan dilakukan. Seorang tamatan SMA memiliki nilai jual yang berbeda dengan para sarjana, terkecuali sudah memiliki pengalaman dan prestasi yang sangat baik. H6 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor pertimbangan pasar kerja. Kultur masyarakat pada era sebelum Kartini yang melarang wanita untuk berkerja pada saat ini sudah sangat jauh hilang dari persepsi masyarakat. Wanita sekarang sudah dianggap sama peran dan haknya dalam seluruh aspek kehidupan sosial. Wanita boleh bekerja dan membantu menambah pendapatan keluarga, tidak hanya pria saja yang bekerja guna menghidupi kebutuhan keluarga. Dalam bidang akuntansi, seorang wanita dapat menjadi seorang akuntan, baik akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan perusahaan maupun akuntan pemerintah. Namun ada beberapa karakter dasar yang tidak dapat disamaratakan antara pria dan wanita yakni emosi dan pola pemikiran yang cukup berbeda antara wanita dan pria. .H7 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir antara sebagai akuntan publik akuntan perusahaan, akuntan pemerintah atau akuntan pendidik ditinjau dari faktor kesetaraan gender. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel proportionate random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak, anggota populasi berdasarkan proporsi jumlah di masing-masing kelompok populasi menggunakan cara undian (dalam Wicaksono,Erik 2011) Sampel diambil dari beberapa universitas di Kota Semarang yaitu UNDIP, UNNES, UNISSULA, UNIKA, UNISBANK, PPA UNDIP, UDINUS dan STIE TOTAL WIN. Alasan dipilihnya sampel ini adalah peneliti ingin mewakili keseluruhan persepsi mahasiswa akuntansi di Jawa Tengah khususnya Kota Semarang dan secara khusus penelitian mengenai pengaruh gender dalam persepsi pemilihan karir sebagai akuntan belum diteliti secara mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan metode survey yang meneliti tentang persepsi seseorang, sehingga data yang digunakan termasuk data primer. Metode pengambilan data yang digunakan yaitu kuesioner, wawancara, dan studi pustaka. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a five point likertscale kuesioner dengan jawaban dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju sekali, dimana kuesioner tersebut dibagikan secara langsung dan dilakukan secara lisan (wawancara). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner,suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table untuk tingkat signifikansi 5 persen dari degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sample. Jika r hitung > r table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid, begitu juga sebaliknya bila r hitung < r table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyataka tidak valid (Ghozali, 2005). Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya suatu variabel dilakukan uji statistik dengan melihat nilai Cronbach Alpha. Dalam Ghozali (2011), kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut ini: a. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,70 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah “reliabel” b. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,70 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah “tidak reliabel” Uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) satu sampel merupakan uji goodness of fit. Uji ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara distribusi sampel (skor observasi) dan distribusi
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
teoritisnya. Uji K-S menentukan apakah skor dalam sampel berasal dari populasi yang memiliki distribusi teoritis. Jika signifikansi < 0.05 maka data terdistribusi tidak normal dan jikalau > 0.05 maka data terdistribusi normal (Ghozali, 2005). Uji Kruskal-Wallis merupakan uji nonparametrik yang dikembangkan oleh William Kruskal dan W. Allen Wallis. Uji Kruskal-Wallis merupakan perluasan dari uji nonparametrik Mann-Whitney. Uji Kruskal-Wallis merupakan alternatif dari uji parametrik analisis variansi satu arah. Uji Kruskal-Wallis merupakan uji nonparametrik yang digunakan unttuk menguji tiga atau lebih sampel independen. Hipotesis nol yang diajukan adalah terjadi kesamaan nilai parameter ratarata dari masing-masing populasi. Uji statistik yang digunakan pada uji Kruskal-Wallis adalah uji statistik chi kuadrat. Nilai dari uji statistik chi kuadrat digunakan untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Apabila hasilnya < 0.05 maka signifikan dan apabila >0.05 maka hasilnya tidak signifikan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Distribusi Sampel Mahasiswa Berdasarkan Perguruan Tinggi Jumlah
Persen
PPA UNDIP
51
11.6
STIE TOTALWIN
40
9.1
UNISBANK
55
12.5
UDINUS
50
11.4
UNDIP (S1)
72
16.4
UNIKA
50
11.4
UNISSULA
59
13.4
UNNES
63
14.3
440
100.0
Total
Tabel 4.1 menunjukkan proporsi sampel mahasiswa dari semua Perguruan Tinggi sampel. Diperoleh bahwa mahasiswa S1 UNDIP memiliki jumlah yang paling banyak yaitu sebanyak 72 orang atau 16,4% sedangan mahasiwa STIE Total Win menunjukkan jumlah yang paling sedikit. Tabel 4.2 selanjutnya menunjukkan bahwa mahasiswa wanita lebih banyak dibanding dengan mahasiswa pria yaitu dengan perbandingan keseluruhan sebanyak 57,8% mahasiswa wanita dibanding dengan 42,3% mahasiswa pria. Proporsi mahasiswa wanita lebih banyak ada pada universitas negeri maupun swasta. Namun demikian perbedaan jumlah mahasiwa pria dan wanita tidaklah cukup besar, sehingga sampel penelitian cukup representatif dalam mewakili populasi penelitian.
Diskripsi Variabel Variabel Gaji Pelatihan Profesional Pengakuan Profesional Nilai-Nilai Sosial Lingkungan Kerja Pertimbangan Pasar Kerja Kesetaraan Gender
Teoritis Kisaran Mean 3 – 15 9 12 4 – 20 12 4 – 20 18 6 – 30 7 – 35 21 9 3 – 15 4 – 20 12
Kisaran 6 – 15 8 – 20 8 – 20 12 – 30 14 – 35 6 – 15 8 – 20
Sesungguhnya Mean 10,27 15,23 15,33 22,23 25,05 10,73 15,04
SD 2,15 2,71 2,59 3,70 4,50 2,27 2,39
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat disajikan hasil statistik deskriptif tentang variabelvariabel penelitian sebagai berikut:
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
1.
Gaji Skala pengukuran variabel gaji yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan memiliki gaji yang baik dan cenderung tinggi, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan memiliki gaji yang kurang baik. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 3–15 dengan rata-rata teoritis sebesar 9, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 6-15 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 10,27 dan standar deviasi 2,15 menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan memiliki gaji yang baik. 2. Pelatihan Profesional Skala pengukuran variabel pelatihan profesional yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan akan memiliki pelatihan profesional, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan cenderung tidak memiliki pelatihan profesional. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 4–20 dengan rata-rata teoritis sebesar 12, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 8-20 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 15,23 dan standar deviasi 2,71 menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan memiliki pelatihan profesional sebelum bekerja. 3. Pengakuan Profesional Skala pengukuran variabel pengakuan profesional yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan akan mendapatkan pengakuan profesional, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan cenderung tidak mendapatkan pengakuan profesional. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 4–20 dengan rata-rata teoritis sebesar 12, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 8-20 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 15,33 dan standar deviasi 2,59 menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan publik akan mendapatkan pengakuan profesional dari pihak lain. 4. Nilai-Nilai Sosial Skala pengukuran variabel nilai-nilai sosial yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan akan memiliki aturan dan tindakan yang berkaitan nilai-nilai sosial yang berlaku, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan cenderung tidak memiliki aturan sosial yang berlaku. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 6–30 dengan rata-rata teoritis sebesar 18, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 12-30 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 22,23 dan standar deviasi 2,70 menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan memiliki peraturan dan nilai-nilai sosial dalam pekerjaan mereka. 5.
Lingkungan Kerja Skala pengukuran variabel lingkungan kerja yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan memiliki lingkungan kerja yang baik, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan memiliki lingkungan kerja yang kurang baik. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 7–35 dengan rata-rata teoritis sebesar 21, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 14-35 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 25,05 dan standar deviasi 4,50 menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan memiliki liangkungan kerja yang baik. 6. Pertimbangan Pasar Kerja Skala pengukuran variabel pertimbangan pasar kerja yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan memiliki peluang dan pasar kerja yang luas, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan cenderung tidak memiliki pasar kerja yang luas. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 3–15 dengan rata-rata teoritis sebesar 9, sedangkan kisaran aktual bobot jawaban partisipan adalah antara 6-10 dengan rata-rata jawaban partisipan sebesar 10,73 dan
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
standar deviasi 2,27 menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan memiliki peluang dan pasar kerja yang luas. 7. Kesetaraan Gender Skala pengukuran variabel kesetaraan gender yang tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan akan memiliki kesetaraan gender yang baik, dan skala yang rendah menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki pandangan bahwa akuntan cenderung memiliki kesetaraan gender yang lemah. Jawaban yang diberikan partisipan mempunyai kisaran teoritis bobot jawaban antara 8–20 dengan rata-rata teoritis sebesar 15,04 dan standar deviasi 2,39 yang menunjukkan bahwa responden mahasiswa secara umum memiliki pandangan bahwa akuntan memiliki kesetaraan gender yang kuat. Pilihan karir di bidang akuntansi sebagaimana dipersepsikan oleh mahasiswa disajikan dalam 4 bentuk pilihan karir yaitu akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Distribusi pilihan karir mahasiswa adalah sebagai berikut.
Distribusi Pilihan Karir Karir Akuntan Publik Akuntan Pendidik Akuntan Perusahaan Akuntan Pemerintah Total
Jumlah 146 42 157 95 440
Persentase 33.2 9.5 35.7 21.6 100.0
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi product moment. Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien korelasi antara masing-masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan tersebut. Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh r masih harus diuji signifikansinya bisa menggunakan uji t atau membandingkannya dengan r tabel. Bila t hitung > dari t tabel atau r hitung > dari r tabel, maka nomor pertanyaan tersebut valid. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas untuk masing-masing variabel yang diringkas pada tabel 4.4. Hasil pengujian menunjukkan masing-masing item penyusun konstruk variabel menunjukkan nilai korelasi yang berada diatas nilai 0,30. Dengan demikian, item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian statistik. Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaji X1.1 X1.2 X1.3 Pelatihan Profesional X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 Pengakuan Profesional X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 Nilai-Nilai Sosial X4.1 X4.2
R
r tabel
Keterangan
0.820 0.802 0.835
0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid
0.816 0.805 0.815 0.799
0,300 0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid Valid
0.752 0.782 0.759 0.798
0,300 0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid Valid
0.709 0.721
0,300 0,300
Valid Valid
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 Lingkungan Kerja X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7 Pertimbangan Pasar Kerja X6.1 X6.2 X6.3 Kesetaraan Gender X7.1 X7.2 X7.3 X7.4
0.744 0.727 0.744 0.703
0,300 0,300 0,300 0,300
Valid
0.756 0.702 0.693 0.621 0.761 0.733 0.762
0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.855 0.865 0.832
0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid
0.774 0.723 0.674 0.731
0,300 0,300 0,300 0,300
Valid Valid Valid Valid
Valid Valid Valid
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat pengukur untuk dapat digunakan lagi untuk penelitian yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Pengujian validitas instrumen dilakukan pada seluruh sampel penelitian. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel yang diringkas pada tabel 4.5 berikut ini dan informasi selengkapnya ada pada Lampiran. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Gaji Pelatihan Profesional Pengakuan Profesional Nilai-nilai Sosial Lingkungan Kerja Pertimbangan Pasar Kerja Kesetaraan Gender
Alpha 0,754 0,824 0,775 0,819 0,844 0,808 0,690
Batasan 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Hasil tersebut menunjukkan masing-masing variabel menunjukkan nilai Cronbach Alpha yang > 0,70 (Ghozali, 2011). Dengan demikian, masing-masing konsep variabel tersebut adalah reliabel sehingga layak digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian statistik. Uji normalitas data dimaksudkan untuk menentukan distribusi data yang selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan alat analisis yang paling tepat. Hasil pengujian normalitas data diperoleh sebagai berikut :
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
Uji Normalitas Data KolmogorovSmirnov Z
N Gaji Pelatihan Profesional Pengakuan Profesional Nilai-Nilai Sosial Lingkungan Kerja Pertimbangan Pasar Kerja Kesetaraan Gender
440 440 440 440 440 440 440
Asymp. Sig. (2tailed)
2.249 2.596 2.521 1.712 1.584 2.185 2.357
.000 .000 .000 .006 .013 .000 .000
Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa semua variable memiliki nilai signifikansi di bawah (<) 0,05. Hal ini berarti bahwa semua data tidak berdistribusi normal. Dengan demikian teknik Analisis Non-Parametrik Kruskal Wallis selanjutnya digunakan untuk analisis perbedaan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Uraian berikut akan membahas mengenai pengujian perbedaan persepsi mahasiswa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Gaji Var/indicator
Mean Rank Akuntan Publik 203.53 194.96 201.62 193.96
X1.1 X1.2 X1.3 Total X1
Akuntan Pendidik 200.74 192.52 179.45 186.42
Akuntan Perusahaan 239.89 238.31 243.04 245.59
Akuntan Pemerintah 223.27 242.69 230.42 234.89
Kruskal WallisH 8.251 15.490 14.884 17.058
Prob
0.041 0.001 0.002 0.001
Hasil pengujian perbedaan persepsi berdasarkan gaji antara akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berada di bawah 0,05, sesuai Ghozali (2005). Dengan demikian Hipotesis 1 diterima. Responden cenderung lebih memilih profesi sebagai akuntan perusahaan dilihat dari sektor gaji (X1). Hal ini ditunjukkan dengan hasil mean rank sebesar 245, 59 lebih dibanding profesi akuntan publik, akuntan pendidik dan akuntan pemerintah. Responden menilai perusahaan swasta memiliki jaminan gaji yang lebih baik dibandingkan dengan pemerintah (akuntan pemerintah), pendidikan (akuntan pendidik) dan perseorangan ( akuntan public ). Hipotesis 1 diterima menunjukkan bahwa variabel gaji memiliki pengaruh yang signifikan dalam pemilihan karir oleh mahasiswa. Penelitian Yendrawati (2007) menunjukkan secara keseluruhan ada perbedaan pandangan diantara mahasiswa ditinjau dari faktor gaji dengan probabilitas 0,015. (<0.05). Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Pelatihan Profesional Var/indicator
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 Total X2
Akuntan Publik 247.29 241.72 236.28 240.33 249.09
Akuntan Pendidik 221.98 221.25 221.12 202.23 216.61
Mean Rank Akuntan Perusahaan 201.75 213.72 222.40 221.17 212.20
Akuntan Pemerintah 209.67 198.76 192.83 197.00 192.00
Kruskal WallisH 11.772 8.274 7.676 8.813 13.050
Prob
0.008 0.041 0.053 0.032 0.005
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
Secara umum berdasarkan tabel 4.10 pada nilai TOT.X2 (pelatihan profesional) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai persepsi berdasarkan pelatihan professional. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Hipotesis 2 diterima. Responden lebih memilih untuk menjadi akuntan publik dibanding menjadi akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Ini ditunjukkan dengan hasil mean rank akuntan publik paling tinggi yaitu 249.09 lalu diikuti akuntan pendidik senilai 216.61, akuntan perusahaan senilai 212.20 dan akuntan pemerintah senilai 192.00. Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Pengakuan Profesional Var/indicator
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 Total X3
Akuntan Publik 239.27 228.67 243.22 232.89 243.08
Akuntan Pendidik 238.45 223.39 219.98 213.57 223.49
Mean Rank Akuntan Perusahaan 222.56 225.58 214.54 218.75 218.81
Akuntan Pemerintah 180.30 198.27 195.66 207.42 187.27
Kruskal WallisH 15.583 4.258 9.613 2.870 11.297
Prob
0.001 0.235 0.022 0.412 0.010
Pengujian persepsi mengenai pengakuan profesional (X3) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan berdasarkan pengakuan profesional yaitu dengan signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai mean rank yang diperoleh pilihan karir akuntan public adalah yang paling besar. Dengan demikian Hipotesis 3 diterima. Berdasarkan tabel 4.11 (Total X3) responden lebih memilih profesi akuntan publik dan akuntan pendidik karena memiliki anggapan adanya pengakuan profesionalitas dibandingkan dengan akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Hal ini sesuai dengan nilai akuntan publik dan akuntan pendidik senilai 243.08 dan 223.49 lebih dibanding akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah senilai 218.81 dan 187.27. Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Nilai-Nilai Sosial Var/indicator
Mean Rank
X4.1
Akuntan Publik 191.03
Akuntan Pendidik 254.55
Akuntan Perusahaan 232.40
X4.2
203.62
250.81
229.77
X4.3
194.71
262.67
X4.4
203.13
X4.5 X4.6 Total X4
Kruskal WallisH Akuntan Pemerintah 231.07
Prob
14.391
0.002
217.72
6.584
0.086
235.02
217.49
14.506
0.002
268.05
221.39
224.69
9.838
0.020
201.20
261.26
226.66
221.95
9.008
0.029
204.34 192.16
261.52 274.06
228.81 233.00
213.47 219.71
8.629 16.342
0.035 0.001
Secara keseluruhan pengujian terhadap total X4 (nilai-nilai sosial) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Hipotesis 4 diterima. Berdasarkan total X4, responden memilih akuntan pendidik dan akuntan perusahaan dengan anggapan memiliki nilai-nilai sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan akuntan publik dan akuntan pemerintah. Total X4 akuntan pendidik senilai 274.06 dan akuntan perusahaan senilai 233.00 lebih tinggi dibandingkan akuntan publik senilai 192.16 dan akuntan pemerintah senilai 219.71.
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Lingkungan Kerja Var/indicator
X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7 Total X5
Akuntan Publik 226.03 204.48 214.67 216.98 211.01 215.79 214.10 210.95
Mean Rank Akuntan Akuntan Pendidik Perusahaan 228.85 226.88 247.08 221.27 227.00 232.50 212.06 233.98 233.17 223.38 250.54 223.05 252.57 221.22 235.83 231.47
Akuntan Pemerintah 197.77 232.11 206.75 207.36 224.73 210.24 214.96 210.26
Kruskal WallisH
Prob
3.368 3.238 4.168 3.872 1.663 3.199 2.931 2.913
0.338 0.356 0.244 0.276 0.645 0.362 0.402 0.405
Pengujian terhadap nilai Total X5 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan mengenai persepsi berdasarkan lingkungan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,405 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Hipotesis 5 ditolak. Berdasarkan hasil total X5 dapat disimpulkan bahwa responden lebih memilih profesi akuntan pendidik dan akuntan perusahaan dibanding akuntan public dan akuntan pemerintah. Hasil mean rank nilai akuntan pendidik 235.83 dan akuntan perusahaan 231.47 lebih tinggi dibanding hasil mean rank akuntan publik senilai 210.95 dan akuntan pemerintah 210.26. Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Pertimbangan Pasar Kerja Var/indicator
X6.1 X6.2 X6.3 Total X6
Akuntan Publik 202.68 211.68 200.38 200.58
Akuntan Pendidik 282.43 276.05 275.71 294.12
Mean Rank Akuntan Perusahaan 224.63 218.83 226.80 224.09
Akuntan Pemerintah 213.68 212.26 216.59 212.64
Kruskal WallisH 14.715 10.220 14.511 18.462
Prob
0.001 0.017 0.004 0.000
Pengujian terhadap nilai Total X6 (pertimbangan pasar kerja) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai persepsi terhadap pertimbangan pasar kerja dimana persepsi yang dimiliki oleh akuntan pendidik menunjukkan nilai yang paling besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Hipotesis 6 diterima. Berdasarkan total X6 responden memilih akuntan pendidik dengan anggapan bahwa pertimbangan pasar kerja yang lebih menjanjikan dibanding dengan akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Hasil total X6 pada profesi akuntan pendidik jauh lebih tinggi senilai 294.12 dibanding akuntan public senilai 200.58, akuntan perusahaan senilai 224.09 dan akuntan pemerintah senilai 212.64. Pengujian Perbedaan Persepsi Berdasarkan Kesetaraan Gender Var/indicator
X7.1 X7.2 X7.3 X7.4 Total X7
Akuntan Publik 203.66 215.33 205.07 213.16 207.47
Akuntan Pendidik 217.79 229.00 204.69 249.02 229.66
Mean Rank Akuntan Perusahaan 226.49 223.77 230.67 226.39 227.90
Akuntan Pemerintah 236.20 219.00 232.48 209.39 223.24
Kruskal WallisH 4.849 0.610 5.253 4.001 2.326
Prob
0.183 0.894 0.154 0.261 0.508
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan persepsi berdasarkan kesetaraan gender menunjukkan bahwa tidak diperoleh adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,508 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Hipotesis 7 ditolak. Hasil penelitian hipotesis 7 yang ditolak menunjukkan bahwa isu perbedaan gender dikalangan profesi akuntan dinilai tidak terjadi dan tidak terbuktikan. Kesetaraan gender masih menjadi azas yang dijunjung tinggi dalam profesi akuntan, baik akuntan publik, perusahaan, pemerintahan dan pendidik. Berdasarkan hasil total X7 responden memilih pada profesi akuntan pendidik terjamin adanya kesetaraan gender lebih tinggi dibanding profesi akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi mengenai pemilihan karir sebagai akuntan, meskipun secara deskriptif mahasiswa memiliki pandangan bahwa pekerjaan akuntan memiliki gaji yang baik, ada pelatihan profesional sebelum bekerja, akan mendapatkan pengakuan profesional pada saat bekerja, adanya nilai dan peraturan sosial pada saat bekerja, lingkungan kerja yang baik, peluang dan pasar kerja yang luas serta adanya kesetaraan gender yang kuat. Dari pengujian hipotesis disimpulkan bahwa adanya persepsi yang berbeda antara mahasiswa akuntansi dilihat dari sisi gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial serta pertimbangan pasar kerja. Namun dilihat dari sisi faktor lingkungan kerja dan kesetaraan gender, tidak terdapat hasil yang signifikan. Adanya perbedaan persepsi dinilai dari sisi gaji dipengaruhi adanya pandangan mahasiswa akan mendapatkan gaji awal yang lebih tinggi, ada dana pensiun dan kenaikan gaji yang diberikan lebih. Dari sisi pelatihan profesional adanya anggapan bahwa akan mendapatkan pelatihan kerja sebelum memulai pekerjaan, akan sering mengikuti pelatihan di luar lembaga untuk meningkatkan profesional, akan sering mengikuti pelatihan rutin di dalam lembaga serta memperoleh pengalaman kerja yang bervariasi. Perbedaan persepsi mahasiswa yang didapat jikalau dilihat dari sisi pengakuan profesional karena diasumsikan akan lebih banyak memberikan kesempatan untuk berkembang, adanya pengakuan apabila berprestasi, memerlukan banyak cara untuk naik pangkat dan memerlukan keahlian tertentu untuk mencapai sukses. Sedangkan dari faktor nilai-nilai sosial, mahasiswa menilai akan lebih banyak diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial, dapat berinteraksi dengan orang lain, ada kesempatan untuk melakukan hobi, memperhatikan perilaku individu, pekerjaan lebih bergengsi dari karir yang lain dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang yang lain. Mahasiswa juga melihat dari sisi pertimbangan pasar kerja dunia akuntan. Mahasiswa menilai keamanan kerjanya lebih terjamin dibanding profesi yang lain, lapangan kerja yang mudah dan informasi yang luas. Pola pikir dan daya saing yang akan menjadi faktor penentu seberapa besar peran dan kemampuan mahasiswa saat ini dengan situasi pasar kerja yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dilihat dari sisi lingkungan kerja dan kesetaraan gender , tidak didapatkan perbedaan persepsi yang signifikan. Mahasiswa menilai lingkungan kerja akuntan tidak sesuai dengan yang mereka inginkan serta mahasiswa menilai tidak ada perbedaan perlakuan sikap antara pria dan wanita pada profesi akuntan. KESIMPULAN, KETERBATAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir sebagai akuntan, maka selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan faktor gaji responden memilih untuk menjadi akuntan perusahaan. 2. Berdasarkan faktor pelatihan profesional dan pengakuan profesional responden memilih untuk menjadi akuntan publik 3. Berdasarkan nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan kesetaraan gender responden lebih memilih menjadi akuntan pendidik.
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
4. Tidak ditemukan perbedaan persepsi antara responden mahasiswa dan mahasiswi mengenai profesi akuntan, baik akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini secara teoritis berguna bagi akademisi dan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan pendidikan profesi akuntansi dimasa yang akan datang. Salah satunya adalah perlu ada pembelajaran tambahan bagi mahasiswa S1 akuntansi seperti Kerja Praktik (KP) atau magang layaknya mahasiswa D3 akuntansi dan pajak sehingga ilmu teori yang didapatkan bisa diaplikasikan dalam dunia kerja. Penelitian ini bermanfaat bagi para praktisi dibidang akuntansi, seperti dalam lembaga/organisasi terkait yakni IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia) sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan akuntansi. 1. Objek penelitian harus dapat diperluas sehingga dapat mewakili keseluruhan daerah Jawa Tengah. 2. Instrumen penelitian dapat menggunakan instrument penelitian terdahulu (hasil penelitian), sehingga dapat membandingkan hasil akan adanya perubahan persepsi mahasiswa dari tahun ke tahun tentang profesi akuntan.
REFERENSI Achmat, Zakarija. Theory Of Planned Behavior, (www.google.com) diakses tanggal: 26-12-2011
Masihkah
Relevan.
Available
at
Aprianti, Diana. 2006. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Lingkungan Publik. Available at (www.google.com) diakses tanggal: 28-05-2012
Kerja
Akuntan
Ghozali, Imam. 2002. Statistik Non-Parametrik. Semarang : BP Universitas
Diponegoro
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro
Semarang : BP
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:BP Universitas Diponegoro Hansen dan Mowen, 2006. Akuntansi Manajemen.Edisi 7.Jakarta : Salemba
Empat.
Icuk, RB., Novelsyah, M., dan Lutfia, Arum. 2006. Persepsi Mahasiswa S1 Akuntansi Reguler Dan Ekstensi Tentang Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak).Skripsi, FE Universitas Jenderal Soedirman Available at : (www.google.com) diakses tanggal: 09-092011 Ikbal, Muhamad. 2011. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Ppak: Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi, FEB Universitas Diponegoro
Akuntansi
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Umum. Bandung : Mandar Maju Luthans, Fred. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Yendrawati, Yeni. 2007. Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi Mengenai FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Sebagai Akuntan. UII Yogyakarta. Available at (www.google.com) diakses tanggal: 02-10-2011 Mayasari, Linda. 2008. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Akuntansi di Sumatera Barat Pada Profesi Akuntan Publik Terhadap Minat Untuk Mengikuti Pendidikan Profesii Akuntansi.Skripsi, Universitas Andalas Padang Available at (www.google.com) diakses tanggal: 09-09-2011 Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat Octavia, Melani. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Pemilihan Karir Bagi Mahasiswa Akuntansi. Skripsi, FE Universitas Widyatama Bandung Available (www.google.com) diakses tanggal: 09-09-2011 Rizal. Perkembangan Etika Profesi. Available at (www.google.com) diakses 25-05-2012
at:
tanggal:
Robbins, Stephen P.,1996. Perilaku Organisasi. Jilid 1 dan 2. Prehallindo. Jakarta Setyawardani, Lydia. 2009. Persepsi Mahasiswa Senior dan Junior Terhadap Profesi Akuntan. Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya Available at (www.google.com) diakses tanggal: 09-09-2011 Soemarso, S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat
Widyasari, Yuanita. 2010. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai FaktorFaktor yang Membedakan Pemilihan Karir. Skripsi, FEB Universitas Diponegoro Yulianti, Fitriani. 2007. Perbedaan Persepsi Antara Mahasiswa Senior Dan Junior Mengenai Profesi Akuntan Pada Program S-1 Reguler, S-1 Ekstensi Dan Program Diploma 3. Simposium Nasional Akuntansi X
14