REKONSTRUKSI ACEH N0. 22 ■ 27 MEI 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Bintang timu sabe meubleet-bleet Na rumah singet di kampong Jawa Alah hai po loen neupeugot beuget Bek sampe singet teuma dibungka Keu aneuk gampong beu lee neutulong Bek sabe diranggong dimoe meu-a, a Ka tujohblah bulan tsunami gulong Tan mupat gampong mantong lam tenda Wahee adoe lon bungoeng seulanga Pateh haba A bek gadoh dawa Tanyoe ta udep dalam bencana Bek sagai lupa keu Azza Wajalla
Paket Masalah Perumahan
■ HOTLI SIMANJUNTAK
AK JAILANI
2 Enggannya Warga Melapor KKN
Banyak sekali masalah perumahan pascatsunami yang masih menimbulkan tanda tanya. Maklum, hingga kini kebutuhan perumahan sangat mendesak, kendati di lapangan banyak hal yang tidak sesuai dengan teori. Baca halaman 4-5.
Ular Sendok Melata ke Tenda WiKSari
3
Aceh Besar
[email protected]
K Mereka yang Masih Menanti Rumah
7 Sebuah Kampung Baru Di Puncak Gunung
ONDISI kehidupan pengungsi di tenda-tenda darurat pengungsi tsunami selalu saja dalam kegelisahan dan keprihatinan. Lihatlah mereka yang berada di kamp pengungsi tenda Desa Mon Ikeuen, Lhoknga, Aceh Besar. Mereka harus siap tertimpa buah kelapa, atau mengkonsumsi air yang terasa asin. Termasuk kalau sewaktu-waktu didatangi ular. Pekan kemarin misalnya, pengungsi di kamp ini dikagetkan dengan kunjungan “pejabat” dari komunitas reptil. Seekor ular sendok (seudong), dengan panjang sekitar satu meter masuk ke dalam sebuah tenda, ketika si penghuni tenda tengah terlelap tidur. “Kami merasa takut. Banyak warga yang membawa anak-anak mereka keluar karena takut. Padahal semua anak-anak malam itu sedang
tidur,” kata Salmiati (45), penghuni salah satu tenda di kamp tersebut. Setelah dicari kemana-mana hampir satu jam, warga hanya menemukan sarung ular di semak-semak dekat sebuah tenda pengungsi. “Tapi mereka tidak menemukan ularnya,” kata Salmiati. Penuh semak Beberapa warga menyebutkan, mereka kerap menemukan berbagai jenis ular di kawasan kamp pengungsian mereka. Akan tetapi selama yang mereka tahu, ular itu hanya menyelinap di bawah semak-semak dan di atas dahan pohon. Meski tidak ada korban, pengalaman ini cukup membuat hampir semua pengungsi merasa was-was, takut kejadian serupa terulang kembali. Kawasan kamp pengungsian Mon Ikeun ini tampak dikelilingi oleh rawa dan semak-semak. Dulunya kawasan tersebut berupa kebun yang tidak terawat, banyak ditumbuhi tumbuhan liar. Selain semak belukar, di sekeliling
kamp pengungsian itu terdapat puluhan pohan kelapa. Keberadaan pohan kelapa ini membuat para pengungsi setiap hari harus bersikap hati-hati agar tidak tertimpa buah kelapa. Kalau sudah angin kencang semua pegungsi harus berlari keluar. Karena kekuatiran akan tertimpa buah kelapa. Banyak tenda pengungsi yang rusak, bahkan bocor karena keseringan tertimpa buah kelapa yang jatuh saat angin bertiup kencang. Ingin pindah Mereka hanya berharap bisa segera pindah dari tempat itu. Mereka mengaku sudah jenuh dengan kondisi kehidupan di tenda Jika berpegang pada janji gubernur, tentunya tak lama lagi mereka akan “pulang”. Sebab, gubernur sudah bertekad, pertengahan Juni 2006 ini semua pengungsi tenda harus pindah, kalau tidak ke rumah, paling tidak ke barak huntara. Tapi mungkinkah? ■
KORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ TANYA JAWAB Cara Mendapatkan Ceureumén
T
Dengan Hormat. Selama ini, saya sangat kesulitan saat akan men-download newsletter Ceureumén. Bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan Ceureumén secara teratur? Apakah ada format yang lain? Saya juga selalu gagal membuka websitenya. Adakah link lain yang bisa saya pergunakan? Terima kasih atas bantuannya. Amanda-Jeena <
[email protected]>
J
Anda bisa membuka di situs www.worldbank.org. Kemudian memilih ikon countries Indonesia. Selain itu, karena Ceureumén ini diedarkan bersama dengan Harian Serambi Indonesia setiap dua pekan sekali, maka pelanggan Serambi Indonesia di mana pun berada otomatis akan mendapatkan Ceureumén gratis.
Nasib SMS Centre
T
Beberapa waktu yang lalu Gubernur Provinsi NAD Mustafa Abubakar telah membuka SMS Center, yakni pusat pengaduan lewat SMS. SMS Center ini dibuka katanya untuk mewujudkan transparansi. Memang kita melihat banyak sekali warga yang mengadu seperti pernah dipublikasi oleh berbagai media massa beberapa waktu yang lalu. Jenis pengaduannya pun beragam, mulai dari soal adanya KKN, RUU-PPA, CPNS, pengungsi, guru honor, pemekaran provinsi, dan soal lainnya. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah gubernur juga menindaklanjuti berbagai keluhan itu, mengingat penyelewengan yang terjadi di depan mata saja yang disertai segepok bukti, jarang ditindaklanjuti? Mawardi Barak Kajhu No.45, Aceh Besar
J
Menurut gubernur, semua SMS yang dikirim ke nomor 08126992612 akan ditindaklanjuti. Pengaduan lewat SMS tersebut sekarang dikelola oleh Badan Pengolahan Data dan Elektronik (BPDE) Provinsi NAD. Semua pengaduan yang masuk, katanya, langsung dikirim ke empat asisten gubernur, Bawasda, dan juga kepada gubernur sendiri. Menurut gubernur, semua pengaduan ini akan ditindaklanjuti oleh bidang masing-masing.
Kedatangan Pengacara Swedia
T
Saya belum mengerti dengan rencana kedatangan pengacara Swedia ke Aceh untuk mengadvokasi para tahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) agar dapat dibebaskan dari penjara di Indonesia. Bukankah itu melanggar hukum Indonesia? Maksudnya, mestinya hal seperti itu cukup diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia dan GAM saja. Terima kasih atas jawabannya. Reza
J
Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin mengatakan, pemerintah menyambut baik rencana kedatangan pengacara asal Swedia untuk memberikan advokasi kepada 60-an anggota GAM yang masih disengketakan diberi amnesti atau tidak. Menurutnya, langkah GAM itu masih sesuai dengan MoU yang diteken bersama di Helsinki 15 Agustus 2005. Menurut pemerintah, tahanan itu kriminal murni. Sedangkan menurut GAM, mereka adalah tahanan politik. Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ke-tahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
Enggannya Warga Melapor KKN Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
K
ALAU aparat penegak hukum kini mengeluh karena tak bersemangatnya warga melapor adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), mungkin sudah merupakan kelaziman. Bagaimana tidak, pascatsunami khususnya, laporan adanya indikasi korupsi dari warga bisa dihitung dengan jari. “Masyarakat seperti kurang responsif dengan apa yang terjadi di sini,” kata Abdul Mukti, staf Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Banda Aceh. Padahal, KPK sangat melindungi identitas pelapor. “Kita sangat melindungi identitas pelapor,” katanya. Kalau dikatakan tidak ada penyelewengan, sungguh tidak masuk akal. Karena hampir tiap minggu ada saja indikasi penyelewengan yang begitu telanjang terjadi di depan mata. Sebagiannya dipublikasi langsung oleh media massa. Terlebih lagi, Aceh sedang banjir dana. Ke media massa Dr Nazamuddin, pakar ekonomi dari Unsyiah yang kini diperbantukan menjadi tenaga ahli di Dewan Pengawas badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) juga mengeluh soal malasnya warga melapor indikasi KKN. Menurutnya, pihaknya yang diberi wewenang mengawasi proyek BRR, telah beberapa kali memberi pengumuman di media massa agar masyarakat melapor ke dewan pengawas jika saja ada proyek yang diduga bermasalah. Namun kenyataannya, katanya, tidak ada warga yang melapor langsung ketika KKN terjadi di depan mata. Warga bahkan lebih tertarik melapor kepada media massa. Kejaksaan Kasi Penkum dan Humas pada Kejati (Kejaksaan Tinggi) NAD Mukhlis SH mengatakan, pascatsunami, laporan pengaduan yang diterima pihaknya hanya belasan kasus. “Itu pun bukanlah laporan yang disertai dan dilampirkan bukti yang kuat, sehingga kita kesulitan mengusutnya. Kebanyakan hanya tuduhan,” katanya. Laporan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Antikorupsi, menurutnya, kebanyakan dalam bentuk analisis masalah. Akibatnya, kata Mukhlis, kejaksaan tetap kesulitan mengusutnya.
■ MAHDI ABDULLAH
2
Penyebab Warga Enggan Melapor ■ ■ ■
Bisa jadi kepercayaan masyarakat terhadap institusi penegak hukum sangat rendah. Masyarakat tidak mengetahui bagaimana mekanisme pelaporan. Masalah citra dan perilaku aparat penegak hukum di lapangan.
Menariknya lagi, menurut Mukhlis, warga lebih senang mengadu kepada Kejaksaan Agung di Jakarta ketimbang kepadanya Saat ditanya, apa penyebab warga enggan melapor, Mukhlis mengaku tidak tahu. “Nggak tahu juga kenapa. Mungkin mereka merasa kita lamban bertindak, padahal dalam bertindak kita kan tidak bisa sembrono, tidak boleh melanggar HAM, dan harus ada bukti-bukti,” katanya memberi alasan. Tidak ada guna melapor Koordinator GeRAK Aceh Akhiruddin Mahyuddin yang mengaku sudah melapor puluhan kasus ke institusi penegak hukum mengatakan bahwa melapor kepada mereka hampir tidak ada gunanya. “Kita tidak percaya kepada institusi kejaksaan, juga kepolisian. Masyarakat lain pun mungkin begitu,” katanya.
Menurut Akhiruddin, puluhan kasus yang sudah dilaporkannya dan sudah disertai dengan bukti kuat ternyata juga tidak ditindaklanjuti. Senada dengan Udin, seorang warga lainnya bernama Mukhtar Lutfi juga menuturkan hal yang sama. Dirinya yang bekerja di Bawasda (Badan Pengawasan Daerah), pernah melaporkan beberapa kasus korupsi kepada kejaksaan, kepolisian, KPK, bahkan Kejaksaan Agung di Jakarta. Menurutnya, laporan itu cukup kuat buktinya. “Tetapi, tidak ada hasilnya. Padahal saya melampirkan bukti kuat. Dalam beberapa kasus, memang ada beberapa primpro yang dipanggil, tapi tidak jelas ujungnya. Saya tidak percaya dengan kejaksaan tinggi dan mereka semua. Ujung-ujungnya diselesaikan secara kekeluargaan,” kata pria ini. ■
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mohammad Avicenna, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Maha Studio ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
■ ASRI ZAIDIR
Menahan panas dan hujan. Saat angin kencang, harus mencari tempat yang lebih aman.
Mereka yang Masih Menanti Rumah Asri Zaidir Banda Aceh/Aceh Besar
[email protected]
M
ATAHARI betah di atas kepala. Imran (60)pengungsi asal desa Lhok Kreut, Aceh Jaya, sibuk membuat jemuran dari paralon di dalam tendanya. Pengungsian Aceh Jaya di desa Blang Mayang, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, masih terasa panas. Sudah 1,5 tahun Imran dan keluarganya tinggal di tenda. Di ‘Rumah kain’ berukuran 4x4 meter pemberian dari lembaga pengungsi UNHCR itu, dia hidup bersama isteri dan empat
anaknya. ”Sudah lebih satu tahun saya mengungsi dan tinggal dalam tenda,” ucap Imran. Selama tinggal di tenda Imrah harus menahan panas dan hujan. Bahkan saat angin kencang, dia harus rela pindah mencari tempat yang lebih aman. ”Seperti beberapa waktu lalu ada angin kencang, kami harus pindah. Tenda terbawa angin,” ucapnya. Pernah dijanjikan Imran belum berani bermimpi untuk kembali ke kampung asalnya. Karena hingga kini, belum ada kabar bahwa akan dibangun rumah
Ada 49.479 Pengungsi yang di Tenda Asri Zaidir Banda Aceh
[email protected]
M
ENURUT data Badan Pengolah Data Elektronik (BPED) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Maret lalu, jumlah pengungsi yang kini masih tinggal di tenda mencapai 49.479 jiwa. Fadli S.Kom seorang staf BPED menyatakan pengungsi itu adalah pengungsi korban bencana yang tersebar di 21 kabupaten di Aceh. Data-datanya sebagai berikut: 1. Simeuleu 3.780 2. Aceh Singkil 59 3. Aceh Selatan 198
C M Y K
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireun Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Banda Aceh Langsa Sabang Lhokseumawe
6 67 19 11.311 11.717 3.288 410 299 170 0 7 222 13.370 0 4.129 2 341 84
bantuan di sana. Menurutnya itu mungkin karena tanah tempat rumahnya berdiri sudah punah menjadi laut. “Tanahnya saja sudah menjadi laut, gimana mau dibangun rumah,” ucapnya. Beberapa waktu lalu Pensiunan Pegawai Negri Sipil (PNS) ini pernah dijanjikan akan diberikan rumah bantuan dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Asing asal Australia. Jenisnya rumah bongkar pasang, yang terletak di Ulee Kareng, Banda Aceh. “Sudah ada yang dibangun dan ada yang belum. Katanya akhir Juni sudah bisa pindah dari tenda,” terang Imran. Imran sendiri tidak yakin akan menghuni rumah bantuan tersebut dalam waktu dekat. Itu berdasarkan pengalamannya. Sudah sering dia mendapat tawaran rumah bantuan, namun tak satupun yang berhasil dia huni. “Sudah sering dijanjikan rumah, tapi sampai sekarang masih di tenda,” ucapnya pilu. Kini di pengungsian tersebut ada 160 kepala keluarga yang masih tinggal dalam tenda, menunggu rumah bantuan segera dibangun. Serba sempit Nasib Imran serupa dengan Muhammad Yusuf Mameh, 55 tahun, pengungsi Asal Peukan Bada, Aceh Besar. Hingga saat ini dia masih tinggal dalam tenda di Blok C, komplek TVRI, Gue Gajah, Aceh Besar. Yusuf dari semenjak tsunami sudah menetap di sana. Dia tinggal bersama isteri dan anaknya. Lelaki paruh baya ini memang
mengeluhkan tempat tinggalnya yang sempit. Apalagi dia juga membuka bengkel pembuatan prabot di sana. Otomatis ruang gerak di tenda semakin sempit. ”Yah, mau bagaimana lagi, sudah begini adanya,” kata Yusuf. Kerja di tenda Namun kisah Yusuf tak selalu sedih. Kendati dalam tenda, dia beruntung untuk menghidupi hidup keluarganya dia tak hanya mengharapkan bantuan semata. Dia sudah berhasil membuka usaha dengan modal bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) sebesar Rp 5 juta. “Dalam satu hari bersih saya masuk Rp 50 ribu,”ucapnya. Kini pengungsi yang berasal dari Panga, Aceh Jaya itu sedang menanti janji dari sebuah LSM yang akan membangunkan dia dan pengungsi lainnya rumah. Masih puluhan ribu Hingga saat ini, masih ada 49.479 jiwa pengungsi di Aceh yang masih tinggal di tenda. Jumlah ini memang banyak mengingat bencana tsunami sudah 15 bulan berlalu. Padahal, Penjabat Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Mustafa Abubakar sudah berjanji akan segera memindahkan semua pengungsi yang kini masih berada di tenda Juni 2006 mendatang. Sekarang ini akan menjadi pekerjaan yang berat untuk pemerintah dan BRR. Apalagi seperti kata Yusuf, “Kami akan ditinggalkan di barak dulu, baru kemudian dipindahkan ke rumah,” tuturnya. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
Saran Untuk RRI Banda Aceh
Ingat... Ingat... Nasib Mereka Mengamati situasi Aceh pascakonfik, sudah seharusnya membuka mata untuk melihat mereka yang harta bendanya hancur ataupun rusak. Tentu saja hancur dan rusak akibat konflik yang mendera bumi Serambi Makkah selama 30 tahun lamanya. Angin surga yang sudah berhembus menerpa korban konfllik hanyalah janji mafia belaka. Setelah untungnya dipetik sang agen dijadikan mangsa. Makanya sadar dan lihatlah kebelakang, ribuan rakyat jelata berada dibelakangmu ingin menagih janji yang engkau gaet dengan suara merdu. Jangan ciptakan masalah negatif yang baru disaat bayi perdamaian baru saja menginjak kakinya dibumi Serambi Makkah ini. Ingat ketika ujung sumatra sebelah barat ini menderita penyakit kronis selama 30 tahun lamanya tidak seorang dukun pun sanggup mengobatinya. Tetapi setelah rasa sakitnya hilang dengan ramuan perdamaian yang diproduksi oleh negara-negara Eropa, rakyat negeri ini seakan sudah terbangun dari mimpi yang sekian lama bersembunyi dilimbah ketakutan. Lihatlah fenomema yang sedang kita rasakan saat ini betapa terbukanya hati kita disaat rakyat tersenyum lega. Bernaung di bawah payung negeri yang penuh dengan kedamaian. Wahai pemimpin bangsa..! Tegakah kau melihat nasib anak bangsa yang masih hidup dan bernaung ditempat yang hampa. Hasanuddin B
[email protected] Aktivis Kemanusiaan di Nisam Aceh Utara
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
Paket Masalah Perumahan yang Sering Ditanyakan Said Kamaruzzaman dan Nani Afrida Banda Aceh
P
ARA pembaca sekalian, banyak sekali masalah perumahan pascatsunami yang masih menimbulkan tanda tanya. Maklum, hingga kini kebutuhan perumahan sangat mendesak, kendati di lapangan banyak hal yang
tidak sesuai dengan teori. Dibutuhkan lebih dari 120 ribu rumah baru untuk korban tsunami. Dari jumlah itu belum termasuk 85.000 rumah yang harus direhabilitasi. Tim Ceureumén mencoba mengupas beberapa pertanyaan yang sering diajukan masyarakat. Semoga cukup membantu.
1 Berhak dapatkan Rumah Siapa-siapa saja yang Berhak Dibangun Rumah ●
Korban tsunami yang mempunyai tempat tinggal sebelumnya.
●
Jika sebelum tsunami dihuni oleh beberapa Kepala Keluarga (KK) dalam satu rumah, maka kini memungkinkan untuk dibangun lebih dari satu rumah jika tersedia tanah dan didasarkan atas kesepakatan dengan seluruh
●
warga setempat. Di sebuah lokasi yang sebelum tsunami terdiri dari beberapa rumah dan dimiliki oleh satu pemilik, maka kepada pemilik yang bersangkutan hanya boleh dibangun satu rumah.
Contoh:
Sebuah keluarga memiliki lima unit rumah sebelum tsunami. Saat itu rumah tersebut disewakan. Nah, kini, kepada keluarga yang bersangkutan hanya berhak dibangun satu unit rumah, meski sebelum tsunami memiliki lima unit rumah.
■ MAHDI ABDULLAH
Indra Aliamsi Jl Sri Ratu Safiatuddin No.21-C Peunayong Banda Aceh
■ FOTO-FOTO: HOTLI SIMANJUNTAK
Proses rekonstruksi di Aceh juga sudah memberi dampak positif bagi pembangunan Aceh, termasuk RRI Cabang Muda Banda Aceh. Pada suatu hari saya menyempatkan diri melihat bangunan fisik RRI yang sudah di cat warna pink. Sebagai tanda penuh cinta dan melambangkan kelembutan plus kehangatan. Saya tidak mempersoalkan cat warna bangunan itu, sebab ada dua kemungkinan. Mungkin itu bagian dari “perintah” Pemerintah Kota Banda Aceh dalam memperingati Hari Ulang Tahun-nya beberapa waktu lalu. Kedua boleh jadi itu isyarat RRI dengan penuh cinta dalam melayani pendengarnya di Aceh. Menurut saya, yang terakhir ini kecil kemungkinan. Sementara yang menarik perhatian saya tak lain saat memasuki ruang auditorium. Saya kaget bin tak percaya. Pasalnya di pentas utama ruang auditorium saya tak melihat lagi apa yang dinamakan tabeng Aceh dengan warna khas, merah, kuning, hijau dan hitam. Apapun ceritanya itulah salah satu ciri khas dan aroma tradisional Aceh tercium di sana. Melihat ruang itu sekarang, saya kecewa. Tak ada lagi unsur tradisional di sana. Seharusnya pimpinan RRI bisa mengadopsi kearifan lokal ini dan nilai-nilai yang dianut rakyat Aceh. Singkat kata lestarikan budaya Aceh biar sekecil apapun dia. Karena itu saya menyarankan kepada Pimpinan RRI Cabang Muda Banda Aceh untuk memperhatikan masalah ini. Sepele memang, tapi sarat makna. Meski namanya bukan RRA (Radio Rakyat Aceh) kan tak ada salahnya RRI ini memberdayakan program-program lokal. Misalnya siaran dalam bahasa Aceh. Saya pikir yang ini sudah pernah dilakukan dulu. Kami berharap ini berlanjut. Demikian sedikit uneg-uneg dari saya, semoga bermanfaat hendaknya dan mendapat perhatian dari pimpinan RRI. Mohon maaf dan terima kasih atas perhatiannya.
Satu rumah sebelum tsunami dihuni oleh beberapa keluarga (KK). Nah, kini kepada beberapa KK yang masih hidup itu berhak dibangun rumah lebih dari satu unit, dengan syarat tersedianya tanah dan berdasarkan kesepakatan dengan komunitas setempat.
A SAMPUL Siapa yang berhak dibangunkan rumah terlebih dahulu? ●
●
Pemerintah melalui Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) akan membangun rumah untuk seluruh korban tsunami di Aceh. Bila Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak membangun, BRR pasti akan membangun. Akan tetapi, yang diutamakan bangun adalah bagi korban tsunami yang mempunyai tanah.
CEUREUMeN
2 Persoalan Perumahan Apa-apa saja persoalan membangun rumah: ■ ■ ■
Meterial yang langka, terutama kayu. Tenaga kerja yang susah. Status tanah. Banyak korban tsunami yang tidak memiliki tanah, atau kalau pun memiliki masih harta bersama yang masih harus diperjelas status. Sedangkan LSM hanya ingin membangun di atas tanah yang tidak bermasalah.
Berapa rumah yang kini sedang dibangun?
■
Apa-apa saja permasalahan dalam perumahan selain material? ■ ■
■
ed Nations Human Settlements Programme), jumlah warga hingga kini belum memperolehnya mencapai 78.000 KK. Ini tersebar di seluruh Aceh. Lembaga Swadaya Masyarakat atau NGO berkomitmen untuk membangun sebanyak 38.000 unit, sedangkan sisanya sebanyak 40.000 unit direncanakan akan dibangun oleh BRR.
Bardasarkan data dari UN-Habitat (Unit-
■ ■
Status penyewa, Pemberdayaan ekonomi dan kredit lunak yang memungkinkan siapa pun untuk memiliki rumah tempat tinggal.
Apa itu program up-grading? ■
■
Rehabilitasi rumah yang rusak, Up grading rumah yang belum sempurna
Ribuan unit rumah yang dibangun oleh LSM sebagiannya masih berada di bawah kualitas standar. Sebagiannya malah tidak dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti WC, kamar mandi, sumur. Kebijakan up grading atau peningkatan mutu hingga sesuai standar dan penambahan fasilitas dasar jika masih kurang. Program ini sebagiannya sudah dimulai.
Apa kewajiban LSM yang membangun rumah? ●
●
●
Menyediakan seluruh fasilitas dasar, seperti kamar mandi, WC, dan lain-lain. Membangun instalasi listrik di rumah yang dibuat. Mengajukan permintaan listrik melalui BRR atau secara langsung kepada PLN.
Mengapa Banyak Rumah tak Ditempati ● ●
●
●
Jauh dari tempat Kerja Malas pindah dari tenda atau barak dengan alasan agar dapat Jadup terus. Rumah tidak dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti WC, sumur. Rumah tidak memiliki fasilitas listrik dan sanitasi yang baik.
Bagaimana standar rumah bantuan untuk korban tsunami? ●
●
Belum ada standar yang konkret. BRR hanya menetapkan standar minimal dan maksimal. Standar minimalnya adalah tipe-36. Standar apa pun yang diputuskan donatur diharapkan melibatkan warga secara maksimal.
3 Korban Tsunami yang Penyewea Apa yang akan dilakukan pemerintah untuk menolong para penyewa yang merupakan korban tsunami? Direktur Perencanaan dan Pemrograman Perumahan dan Permukiman BRR Wisnubroto Sarosa mengatakan, BRR telah menyiapkan konsep seluk-beluk perumahan bagi korban tsunami. ■
■
Seseorang yang tergolong penyewa hanya dibantu kompensasi sebanyak 50 persen dari harga rumah BRR atau sekitar Rp 30 juta. Akan tetapi, jika yang bersangkutan ingin menggunakan dana tersebut untuk membangun rumah, tentu saja belum cukup. Pemerintah lewat BRR akan memfasilitasi lewat program lain guna membantu penyewa agar mampu mendirikan rumah sendiri. Misalnya dengan memberikan kredit lunak yang disediakan oleh lembaga lain di luar program ini. Teknisnya sedang dibuat.
Kapan para penyewa ini dibantu ? ■
■
Korban tsunami yang berstatus penyewa ini mungkin masih harus menunggu lama. Pasalnya, BRR belum memprioritaskan untuk mereka. Datanya pun masih harus dikumpulkan lebih valid. ”BRR memprioritaskan dulu membangun rumah bagi korban yang punya tanah,” kata Juru Bicara BRR, Tuanku Mirza Keumala.
Bagaimana cara menentukan apakah seseorang digolongkan sebagai penyewa atau bukan? Ini bisa dibuktikan dengan kesaksian tetangga dan komunitas di lingkungan tersebut
Ada berapa jumlah penyewa yang ada di Aceh? ■
■
Data sementara jumlah penyewa mencapai 12.385 KK dan terbanyak di Kota Banda Aceh. Wisnubroto Sarosa dari BRR mencontohkan, seseorang yang mendirikan gubuk di lokasi tanah negara dan menjadi korban tsunami, tidak tergolong kelompok yang berhak diberikan kompensasi.
Apa tantangan dalam memberikan kompensasi? ■
■
Kesulitan mendapatkan data valid. Seseorang tidak begitu sulit untuk mengklaim dirinya sebagai penyewa sekaligus sebagai korban tsunami. Mereka bisa bersekongkol dengan aparat di desa. Definisi penyewa pun tidak begitu jelas.
4 Keluhan Kemana warga mengadu bila ada keluhan soal perumahan? ■
■
Inilah pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh BRR. Lembaga ini belum membuka saluran yang efektif bagi warga untuk menyampaikan keluhan. Wisnubroto Sarosa mengatakan, pihaknya sedang merancang sebuah informasi terpusat sebagai tempat menampung berbagai informasi dari
warga. “Memang belum mempunyai mekanisme pengaduan yang terpusat, masih parsial. Sekarang kita meminta bantuan Kominfo (Kementerian Informasi dan Komunikasi, red),” kata Direktur Perencanaan dan Pemrograman Perumahan dan Permukiman BRR.
5
6
CEUREUMeN
TIPS KESEHATAN
■ REPRO: SEDAP
■ MAHDI ABDULLAH
CEK BANUN
Khasiat Bawang Putih
B
Cara membuat: Bahan I: 1. Rebus sampai mendidih sambil diaduk 2. Tuang ke tulban (cetakan), biarkan setengah beku, dan tata biskuit di atasnya.
DI RUBRIK memasak kali ini, kita coba mengolah biskuit--kerap dibagikan pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar--agar menjadi puding yang segar. Simaklah caranya: Sediakan bahan-bahannya: Bahan I, ● 1 bungkus agar-agar,
■ MULYANI
Puding Biskuit ● ● ●
500 ml santan, Gula secukupnya, Biskuit secukupnya,
Bahan II, ● 1 bungkus agar-agar, ● 500 ml santan, ● Moka atau tepung coklat secukupnya, ● Gula secukupnya.
Bahan II: 1. Rebus sampai mendidih sambil diaduk 2. Tuang ke atas tataan biskuit tadi dan bekukan. Selamat mencoba! Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
AWANG putih sudah dikenal manusia sejak 4000 tahun lebih. Orang Mesir percaya adanya 22 khasiat bawang putih untuk mengobati penyakit. Tak heran bila bawang putih ditemukan di dalam makam Raja Tutankhamun dari Mesir, dan dikonsumsi para pembangun piramida untuk meningkatkan stamina dan mencegah penyakit. Di masa lalu, orang Yunani dan Romawi menggunakan bawang putih untuk mengobati lepra dan asma, serta menhalau kalajengking. Sedangkan di dalam resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai resep untuk diet. Berikut khasiat lain bawang putih: 1. Membantu menghindari kanker. Penelitian menunjukkan bahwa risiko terkena kanker di usia tua berkurang sebanyak 50% bila mengonsumsi bawang putih secara rutin. 2. Membantu penurun kadar kolesterol. Hal ini disebabkan karena adanya zat ajoene yang terkandung di dalamnya, yaitu suatu senyawa yang bersifat antikolesterol dan membantu mencegah penggumpalan darah. 3. Ada teori yang mengatakan bahwa bila kita mengonsumsi 2-3 siung bawang putih sehari, maka kita akan terhindar dari kemungkinan berpenyakit jantung. 4. bawang putih dikenal mempunyai kandungan lebih dari 100 jenis bahan kimia alami yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Bawang putih mengandung vitamin A, B, C, kalsium, potasium, besi, antioksidan, karoten, selenium, dan berbagai bahan aktif lainnya (dbs)
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 22 Mendatar 1. Jangkar 3. Jumpa 5. Pengetahuan 6. Atom yang bermuatan Listrik 7. Sebuah bilangan 8. Perhatian ( Inggris ) 9. Jalan kereta api 10. Tidak 12. Satuan 13. Gagasan 14. Suara rendah wanita Menurun 1. Inti 2. Ihwal 3. Palajar ( Inggris ) 4. Jiwa 5. Termasuk didalamnya ( Inggris )
9. Teratur, Apik 11. Jendela lipat Jawaban TTS Ceureumen 21 Mendatar 1. Bata, 3. MAS, 5. Detektif, 7. Kecantol, 11. Kalender, 13. Not, 14. Sais. Menurun 1. Bedak, 2. Arena, 3. Mat, 4. Saf, 6. ILO, 8. Era, 9. Nenas, 10. Laris, 11. Kan, 12. Lot. Pemenang TTS Ceureumén Edisi 20, adalah 1. M Syawwalur Ridha SD Neg. 5. Jl. Tgk Chik Di Tiro Sabang
2. Anissa Febrina TK Tanjung Harapan Kembang Tanjung, Pidie 3. Ihsan Cut Putro Kampung Teungoh, Kec. Samatiga. Kab. Aceh Barat Meulaboh 23650 4. Nur Khastina Jl. Baiturrahman No. 4. Lancang Garam. Kec. Band Sakti. Lhokseumawe 24351 5. Zulfan Saerra, Sp Jl. Singgahmata No. 6 Kel. Sukaramai Banda Aceh
Mulai edisi ini, pengumuman pemenang TTS akan diumumkan setiap dua edisi berikutnya. Jawaban di kirim ke Po.Box 061 Banda Aceh. Kepada 5 (lima) pemenang akan mendapatkan kamus Bahasa Indonesia-Inggris.
KAMPUNGKU ACEH BARAT
CEUREUMeN
7
Sebuah Kampung Baru Di Puncak Gunung Firman Hadi Aceh Barat
[email protected]
IKA anda berpergian menuju kota Meulaboh dan melewati rute pegunungan, maka Anda akan menemukan perkampungan baru di antara daerah Geumpang Kabupaten Pidie dan Tutut Aceh Barat. Perkampungan itu tepat diatas puncak pegunungan yang berhawa sejuk dan baru yang ada setelah Tsunami. Padahal sebelum Tsunami tak seorang pun mau menetap di disini karena terkenal angker. Lokasi tersebut berada di tempat yang dinamakan Keubu Aneuk Manyak (kuburan anak kecil). Disebut Aneuk Manyak, karena di lokasi tersebut terdapat kuburan seorang anak-anak usia empat tahun dengan ayahnya, yang telah berusia hampir seratus tahun. Masih menurut cerita masyarakat Geumpang, mereka ini adalah korban pembunuhan yang bermotif perampokan yang terjadi pada tahun 1935. Lokasi ini mulai ramai setelah dijadikan jalur alternatif menuju pantai barat selatan. Banyak kendaraan yang menjadikan tempat itu sebagai tempat mampir jika akan berangkat dan kembali dari Meulaboh. Dimulai dari kios Adalah Usman. Lelaki yang usianya
■ FIRMAN HADI
J
Bermula dari sebuah kios.
telah berkepala empat ini pertama sekali mendirikan bangunan sederhana berupa kios di tempat itu. Sebelumnya ia bekerja pada proyek jalan yang melewati Keubu Aneuk Manyak itu. Karena ia sering ditugaskan untuk mengambil logistik ke Geumpang, maka terbesitlah ide beliau untuk mendirikan sebuah kios di lokasi Keubu Aneuk Manyak. Semula pangsa pasarnya hanya para
pekerja di proyek jalan tersebut. Tetapi, karena jalur ini sering dilewati bus angkutan akhirnya menjadi tempat persinggahan. Lambat laun usaha Usman ini terus berkembang, dan angkutan yang singgahpun semakin banyak. Kios mungil milik Usman pun akhirnya berubah menjadi sebuah warung yang lebih besar. Melihat Prospek cerah dari apa yang
dilakukan oleh Usman. Membuat ngiler warga lain yang satu daerah dengannya. Para warga pun ikut membuka usaha di tempat itu dan terus berkembang, apalagi lokasi ini banyak terdapat sumber air bersih yang menjadi ciri khas pegunungan. Dijadikan desa Hingga saat ini sudah belasan pondok berdiri, di daerah yang dulunya berupa hutan ini. Menurut pengakuan Usman, dalam sehari dia bisa memperoleh penghasilan antara Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu. Hal ini sudah sangat lumayan bagi Usman. Apalagi sebelumnya ia hanya seorang petani merangkap sebagai buruh kasar dengan penghasilan paspasan. Ada perubahan hidup dari segi perekonomian. ”Cukuplah untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari” ujarnya. Karena yang menetap di kawasan puncak ini sudah terbilang ramai. Ada warga yang telah mencoba bertani di sekitar lokasi ini, seperti yang mereka lakukan di tempat asalnya. Warga pun mengusulkan tempat ini dijadikan sebuah desa. Kini warga berharap mushalla yang sudah ada untuk diperbaiki agar lebih bagus. Karena bangunan yang sudah ada, hanya merupakan bangunan darurat yang terbuat dari papan seadanya. ■
SOSOK
Yusny Saby: Tak Mengejar Popularitas Banda Aceh
[email protected]
Dengan persaudaraan itu kita hidup dan dengan pertengkaran itulah kita menjadi binasa.
S
EJAK awal pria ini sudah berkonsentrasi dengan perdamaian. Mulai masa CoHA (Cessation of Hostilities Agreement) hingga proses damai yang dicetus di Helsinki Firlandia saat ini. Itulah Prof H Yusny Saby , Ph.D Dia bukan sembarang orang. Jabatannya kini sebagai Rektor IAIN Ar Raniry. Sejak 7 Juli 2005 dilantik oleh presiden untuk jabatan itu. Kepribadiaannya amat dekat dengan kehidupan religi. “Sepulang saya dari Jogja tahun 1966, saya langsung aktif sebagai remaja mesjid,” ujarnya membuka suara den-
BIODATA SINGKAT Nama TTL Alamat
: : :
Yusny Saby Bugak, 26 Juni 1944 Lampineung, Banda Aceh
Jabatan sekarang : ■ Rektor IAIN Ar-Ranirry (2005-2009) ■ Ketua Umum ICMI Korwil Aceh ■ Ketua Pelaksana Harian Badan Reintegrasi Damai Aceh (BRDA)
gan Ceureumén belum lama ini. Selain sebagai rektor, dia juga Ketua Umum Ikatan Cendikiawan MuslimIndonesia (ICMI) Korwil Aceh. Kini, pria kelahiran Bugak, 26 Juni 1944 itu ditunjuk gubernur menjadi Ketua Pelaksana Harian Badan Reintegrasi Damai Aceh (BRDA). Beban negara dipundaknya. Lembaga yang akrab dengan sebutan BRA itu sebelumnya dipimpin Usman Hasan, mantan duta besar Indonesia untuk Meksiko. Sebagai amanah Kenapa harus Yusny Saby? Yang pasti karena pria ini memang sudah berpengalaman. Dia pernah terlibat dalam tim monitoring masalah keamanan ketika jeda kemanusiaan. Namun jawaban yang diberikan tetap merendah, “Saya tidak mengajukan diri,” tukas Yusny. Bagi Yusny menjadi ketua BRA hanyalah amanah yang ditunjuk gubernur. Bukan maksud mencari popularitas dan aktif dibidang perpolitikan. Saya hanya ingin jadi guru dan mengajar...,” tambahnya lagi. Pria yang mengambil gelar Ph.Dnya di Dirasah Islamiyah-Temple University, USA mahfum benar akan perannya di BRA. Sebagai ketua BRA dia mengaku bukan sebagai pelaksana teknis. “Kalau ada rapat ya kita pimpin rapat serta mengakomodir pendapat dan menampung aspirasi, bukan sebagai pelaksana teknis,” jelasnya.
❞
Marilah kita insaf dan sadar untuk sama-sama berdamai dan bersaudara. YUSNY SABY
■ AK JAILANI
Boy Nashruddin Agus
Kisruh BRA Menyikapi masalah di BRA, penyuka musik klasik ini menjawab itu masalah internal organisasi. “Yang pasti kita jangan menyangka kalau BRA itu sama dengan BRR. Kalau BRR banyak memberikan dana, BRA tidak,” urai dia. Memang, lembaga ini (BRA-red) hanya menyalurkan bantuan kepada kor-
ban konflik dan mantan kombatan GAM. Pada proses ini dia menekankan agar generasi Aceh ke depan tak menyia-nyia kan kesempatan. Dia mengajak rakyat Aceh menjadi satu. Karena itu harus ikhlas dan tulus berdamai serta tidak lagi menganggap adanya perbedaan. “Marilah kita insaf dan sadar untuk sama-sama berdamai dan bersaudara,” ajak Yusny Saby. ■
DAMAI
CEUREUMeN
8
Ketika Helsinki “Lupa” Sebut Milisi Mohammad Avicena Banda Aceh
[email protected]
■ MANTOBING
T
EKA-TEKI alasan “sakit”-nya Usman Hasan, Ketua Pelaksana Badan Reintegrasi Damai Aceh mungkin sudah terjawab. Bicara BRDA —yang lazim dicatut BRA— dalam kerangka damai, rasanya tidak arif bila kita terus menutupi apa yang terjadi. Jangan seperti api dalam sekam. Para korban konflik minta semua harus diperjelas. Apalagi jika sudah menyangkut bagi-bagi fulus. Hamdani, warga Seuneubok Aceh, Kecamatan Peureulak Aceh Timur mengaku sudah mencium gelagat lain. Masuknya forum Pembela Tanah Air dalam proses reintegrasi dianggap timpang, karena tak ada dalam MoU. “Atas dasar apa,” tanya dia menjawab Ceureumén belum lama ini di Banda Aceh. Hamdani datang ke Ibu kota Provinsi Aceh dalam rangka mengurus dana reintegrasi ke BRA. PETA PETA sendiri punya ribuan massa. Bahkan bisa jadi lebih besar dari ketiga elemen yang disebut dalam MoU berhak menerima dana reintegrasi. PETA itu afiliasi dari organisasi seperti front yang ada selama darurat militer bahkan darurat sipil. (lihat box unsur PETA) Sejak saat itu kelompok-kelompok perlawanan ini disatukan dalam Forum Perlawanan Separatis GAM (FPSG) yang diketuai Sofyan Ali alias Yan PT. Pusatnya di Bireuen, wilayah Aceh pesisir yang dikategorikan “hitam” pada awal darurat militer. Tersiar kabar yang sudah menjadi rahasia umum, pemerintah melibatkan beberapa anggota forum yang dimaksud dalam BRA. GAM berjibaku tak setuju. Belum selesai di situ malahan Usman Hasan sakit. Akhirnya memilih mundur dari jabatan.
Sofyan Dawood yang mewakili Gerakan Aceh Merdeka di BRA mengatakan pada masa kepemimpinan Usman Hasan sudah dibahas mekanismenya. Di dalamnya pemerintah memang tak disebut yang namanya milisi. “Pemerintah memang mengajukan dana itu bukan atas nama milisi tetapi forum pembela tanah air,” ujarnya. Jurubicara Komite Peralihan Aceh ini minta agar tak keluar dari isi MoU Helsinki. “Kita tidak sepakat, jangan menyebutkan organisasi yang tidak menentukan. Tapi mengaculah pada kesepakatan,” sebutnya. Sofyan terlihat bagai “alergi” bila disebut group-group tentu. Jika mereka disebut korban konflik, GAM mengaku tidak membantah hal itu. Tapi, sekali lagi, Sofyan menekan jika korban konflik, siapa saja bisa bila sudah cocok syarat. Warga Indonesia Komentar sedikit arif meluncur dari Ketua Pelaksana Harian BRA, Prof H Yusny Saby, Ph.D. “BRA sendiri menganggap milisi itu adalah Warga Negara Indonesia,” katanya kepada Ceureumén .
Reintegrasi untuk Tiga Komponen Mohammad Avicena Aceh Tengah
[email protected]
K
AWASAN Aceh Tengah, boleh dibilang “gudangnya” PETA (Pembela Tanah Air). Sebuah istilah yang kemudian muncul dalam BRA. Di mana posisinya? “Lalu atas dasar apa milisi mendapatkan dana itu?” tanya Fauzan Azima. Fauzan Azima tak lain Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Linge. Dia mengatakan dalam MoU ada tiga kelompok yang mendapat dana reintegrasi; mantan Teuntra Neugara Aceh, tahanan politik, narapidana politik dan korban konflik. “Kalau menurut MoU ya tiga kelompok itu. Barangkali pemerintah punya dana lain, ya terserah pemerintah, namun untuk reintegrasi tidak boleh me-
lenceng dari MoU, apalagi sampai diserahkan kepada pihak lain,” argumen Fauzan. Lalu katanya, keterlibatan milisi dalam BRA dia tentang. “Dalam kolompok strategis apa mereka masuk ke sana,” tanya Fauzan lagi. “Apalagi mereka tidak masuk dalam ketiga kategori yang disepakati dalam MoU. Jadi kalau menurut MoU tidak berhak mendapatkan dana itu.” Ketua KPA ini berani menduga mundurnya Usman Hasan juga ada terkait dengan masuknya beberapa anggota PETA ke BRA. Lagi, lagi dia bersikukuh, kalau “masalah krusial” itu dalam nota kesepakatan damai. “Kita juga menyatakan kalau masalah anggaran tidak jelas, kita akan mengundurkan diri dari BRA,” sebut Fauzan yang beberapa waktu lalu kantornya disilang merah. ■
Yusny yang juga Rektor IAIN ArRaniry menyebutkan arti integrasi yang dimaksud dengan Warga Negara Indonesia itu adalah semua rakyat Indonesia, baik dia sebagai GAM, TNI, POLRI maupun sipil lainnya. Tapi Sofyan Dawood punya jawaban lain. Katanya, milisi itu memang masyarakat juga, sehingga siapa saja yang menjadi korban konflik di Aceh memang berhak mendapatkan dana reintegrasi. “Jangankan manusia, binatang pun jika bisa bersuara menuntut haknya dan cukup syarat, akan kita kasih,” imbuhnya. GAM bersikukuh Kembali ke MoU Solusinya?. “Kita kembali ke MoU,” ujar salah seorang Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan di BRA ini. “Kita harap kepada para pimpinan yang menandatangani MoU, harus membahas kemba-
li bagaimana reintegrasi itu.” Begitu pun, GAM mengaku positif saja, sehingga pelaksanaan reintegrasi sesuai dengan yang kita harapkan. “Tapi kita tidak ingin dikambinghitamkan dengan melibatkan GAM dalam BRA supaya nama kita ada. Apalagi jadi tameng bagi mereka,” tandas Sofyan Dawood. Yusny sendiri permasalahan sebelumnya dikarenakan GAM tidak mau mengakui milisi menjadi komponen dalam penyelesaian konflik, karena tak dicantumkan dalam kesepakatan. Memang dalam MoU Helsinki tak menyebutkan ada milisi. “Kita akan menyelesaikan kasus ini setelah melakukan rapat dengan Forum Bersama (Forbes) yang di dalamnya terdiri dari Cendikiawan, tokoh Ulama, GAM, TNI, POLRI dan pihak Muspida lainnya,” katanya. ■
Daftar Organisasi Kategori PETA No Nama Organisasi
Basis Wilayah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Banda Aceh Aceh Besar Aceh Selatan Sabang Pidie Aceh Timur Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Jaya Nagan Raya Aceh Tengah dan Bener Meriah Aceh Utara
Front Perlawanan Aceh Front Perlawanan Separatis GAM Front Perlawanan Separatis GAM Front Perlawanan Separatis GAM Gerakan Rakyat Anti Separatis GAM (GEURASA Front Penyelamatan Merah Putih Benteng Rakyat Anti Separatis GAM (BRANTAS) Pemuda Merah Putih Barisan Merah Putih Aceh (BAMERPA) Himpunan Barisan Muda Bersatu (HBMB) Front Anti Gerakan Separatis Aceh Merdeka Front Peralawanan Rakyat Garuda Merah Putih Putera Jawa Kelahiran Sumatera(Pujakesuma)
14 Kops Sipil Pemburu Separatis (SPS) 15 Forum Pemuda Indonesia Bersatu Nanggroe Aceh Darussalam (Forpib-NAD)
Aceh Timur
Isi Nota Kesepakatan 3.3.3 Pemerintah RI dan Pemerintah Aceh akan melakukan upaya untuk membantu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan GAM guna memperlancar reintegrasi mereka ke dalam masyarakat. Langkah-langkah tersebut mencakup pemberitan kemudahan ekonomi bagi mantan pasukan GAM, tahanan politik yang telah memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak. Suatu dana reintegrasi di bawah pemerintah Aceh akan dibentuk. 3.3.4 Pemerintah RI akan mengalokasikan dana bagi rehabilitasi harta benda publik dan perorangan yang hancur atau rusak akibat konflik untuk dikelola oleh Pemerintah Aceh. ■