Walikota Tri Rismaharini saat di Road Show Lomba Ciptakan Kampung Aman
Walikota Tri Rismaharini saat mengunjungi anak anak Tuna Grahita di Liponsos Kalijudan
Walikota Tri Rismaharini secara simbolis membuat lubang di acara Gerakan Sejuta Resapan untuk Surabaya di SMAN 16
Walikota Tri Rismaharini bersama para siswa peserta pertandingan futsal yang digelar Harian Surya di Mangga Dua
Walikota Tri Risma Harini menyerahkan beasiswa kepada putra pasukan kuning di Rumah Dinas Walikota
Walikota Tri Rismaharini saat menghadiri Sedekah Bumi Kec. Tandes
Surat dari Redaksi
Pembaca Gapura yang Terhormat, Dengan semangat hari pahlawan, Gapura edisi kali ini mempersem‐ bahkan kilas balik pertempuran 10 Nopember 1945. Dengan membaca dan mengenang aksi heroik arek‐arek Suroboyo tersebut, diharapkan selu‐ ruh warga kota terinspirasi untuk memperjuangkan pembangunan kota Surabaya. Disamping kilas balik pertempuran, dalam rubrik Liputan utama kami juga menyajikan aktivitas warga yang menjadi pemerhati bangunan Cagar Budaya. Bangunan peninggalan penjajah yang ada di Surabaya selain sarat dengan nilai sejarah, juga kental dengan pembelajaran baik arsitektur maupun dari segi sejarahnya kala bangunan itu didirikan. Di rubrik liputan khusus, kami sajikan tentang Forum Walikota se‐ Asean yang diselenggarakan di Surabaya. Tentunya kita patut berbangga atas ditunjuknya Surabaya sebagai tuan rumah ajang bergengsi tahunan Walikota ini. Liputan lengkapnya bisa Anda simak di halaman liputan khusus. ISSN : 1978‐3663 Vol. : XLIV No.56, Nopember 2011 Desain : Alfian Hanafi. Ket Sampul Depan: Walikota Tri Rismaharini menerima buku dari Walikota Yangon, Myanmar Foto : Ratno/Humas Pemkot Surabaya Ket Sampul Belakang: Lomba Halang Rintang dalam HUT Pramuka ke‐50 Foto : Suyadi/Humas Pemkot Surabaya
Pembaca yang budiman, Di rubrik pendidikan, kami sajikan beragam kegiatan dunia pendidikan Surabaya. Mulai dari SMKN 2 yang telah berhasil merakit netbook, hingga sekolah jurusan dalang di SMKN9 Surabaya. Begitu pula dengan sekolah inklusi baru di SMPN 39 Surabaya. Dalam edisi kali ini kami juga menyajikan wisuda Akademi Sang Bunda PAUD Angkatan I. Dalam artikel tersebut kami beberkan bagaimana dan apa saja suka duka menempuh pendidikan di sana. Akhirnya, kami segenap redaksi Gapura mengucapkan selamat mem‐ baca!
Salam Redaksi
PENERBIT Bagian HUMAS Kota Surabaya PELINDUNG Walikota Surabaya Ir. Tri Rismaharini, MT PENASEHAT Wakil Walikota Surabaya Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd Sekretaris Daerah Kota Surabaya Sukamto Hadi, SH Plt. Asisten Adm. Bidang Kesra dr. H.Muchlas Udin, M.Kes
PENANGGUNG JAWAB Kepala Bagian HUMAS Dra. Nanis Chairani, MM PIMPINAN REDAKSI Ka.Sub.Bag. Dokumentasi dan Pelaporan Dra. Sri Puri Surjandari, MSi REDAKTUR Ka.Sub.Bag. Liputan Berita dan Pers Drs.Ec. Eddy Witjahjanto EDITOR Ka.Sub.Bag. Layanan Informasi [Dra. Dayu Kade Asritami] Siti Nurhajati,SH,MHum
SIDANG REDAKSI Ari Chusnaini; Arofah,SH; Agnes Idang,SE; Endang Rahayu, SE; Ratna Pudji Astutik, S.Sos; Marlis Farida, Sumiarti; Dina Priyanti; Yayuk Pujiati; Jefry, S.Sos, Ika Septin Ayuningtyas BENDAHARA Dijah Soelistyowati WAKIL BENDAHARA Endah Susanti FOTOGRAFER FX. Ratno; Suyadi; Kusmali; Hasan Mustofa KAMERAWAN Suyatim REPORTER Riza , Dian, Winda, Putri, Novi, Laras
REDAKSI Jl.Jimerto 6‐8 Surabaya Telp.(031) 531 2144 Ext. 569, 115; (031) 547 5005; Fax. (031) 535 2736 ; E‐mail:
[email protected]
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
1
Daftar Isi
18 Liputan Khusus
4 Liputan Utama “Sampeyan mboh kroso, mboh nggak tapi ruh Surabaya sebagai kota pahlawan itu semakin lama semakin hilang,” Papar Ady. Visi misi tersebut di wujudkan roodeburg dengan berbagai cara, antara lain : membangun gift shop, paket‐paket pre‐wedding (prewed) dan membuat aksi‐aksi dengan cara merangkul komunitas‐komunitas yang ada di Surabaya dan tentunya komu‐ nitas tersebut memiliki kepedulian dengan Surabaya.
Pertemuan Pertama Forum Walikota ASEAN juga menyepakati untuk me‐ ngambil langkah‐langkah yang diperlu‐ kan untuk memformalisasi Forum dimaksud melalui kosultasi dan koordi‐ nasi dengan institusi‐institusi terkait ter‐ masuk Sekretariat ASEAN.
‐ Sentra PKL Gayungan ......................................... 34 ‐ Waspada Kebakaran ......................................... 36 ‐ Dispora Siap Bentuk FORMI Surabaya .............. 40 ‐ Sekolah Inklusi SMPN 39 Surabaya ................. 44 ‐ Hasil Karya SMKN 2 Surabaya ......................... 46 ‐ Jurusan Pedalangan SMKN 9 Surabaya ................. 48 ‐ Ludruk Tak Boleh Terpuruk ............................. 50 ‐ Gowes Malam di Taman Bungkul .................... 52
30 Program Kota “Sekarang menjelang musim hujan, oleh karena itu perka‐ kas yang menampung air hujan harap selalu dibersihkan. Kita harus canangkan Surabaya bebas demam berdarah. Itu pasti susah tetapi jika kita rajin mengkampanyekan maka hal itu bukanlah tidak mungkin. Yang paling penting adalah usaha kita.” terang Risma.
2
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
‐ Melalui Pramuka Bentuk Karakter Generasi Bangsa ............................................. 56 ‐ Wisuda Pertama Bunda PAUD .......................... 58 ‐ Semangat ‘Arek’ Surabaya Juang 2011 ............ 62 ‐ Bakso Khalifatullah .......................................... 63
Catatan dari Balaikota
Walikota Surabaya Ir. Tri Rismaharini, MT. Assalamu’alaikum Wr Wb, Warga Surabaya yang saya banggakan, Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan bukan tanpa sebab. Peristiwa pertem‐ puran 10 Nopember 1945 menjadi salah satu bukti sejarah keberanian Arek Suroboyo melawan penjajah. Surabaya memang pantas dijuluki Kota Pahlawan, karena warga Surabaya meneladani sikap kepahlawanan dari para pejuang bangsa. Di berbagai bidang telah muncul pahwalan di Surabaya. Bidang lingkungan hidup misalnya, tak hanya melahirkan penerima Kalpataru, Surabaya bahkan memi‐ liki beberapa sekolah Adiwiyata Nasional. Kiprah para ibu terhadap program pemi‐ lahan sampah mandiri juga patut diapresiasi sebagai bentuk perjuangan pelestarian lingkungan hidup. Di bidang ekonomi juga muncul pahlawan‐pahlawan ekonomi yang mampu menggerakkan roda perekonomian warga Surabaya. Berdirinya UKM‐UKM yang bisa menjadi lahan penghidupan warga Surabaya. Begitu juga dengan pahlawan sosial yang memberikan sebagian hidupnya untuk kebaikan sosial. Disamping dengan kegiatan mengisi pembangunan sebagai bentuk perlawanan Surabaya kepada kemiskinan dan lain sebagainya, kita juga harus bisa menghargai peninggalan‐peninggakan bersejarah yang ada di Surabaya. Melalui Museum di Tugu Pahlawan kita bisa belajar bagaimana kerasnya pejuang di masa lalu mem‐ perjuangkan kemerdekaan Surabaya. Sedangkan melalui karya‐karya cagar budaya kita belajar bagaimana peradaban asing yang sudah tidak kalah dengan arsitektur modern. Kiprah Surabaya yang sudah ada sekarang, tampaknya diakui oleh dunia inter‐ nasional. Hal ini terbukti Surabaya dengan ditunjuknya Surabaya sebagai tuan rumah Forum Walikota se‐Asean. InsyaAllah penunjukan ini tidak salah, karena tahun depan Surabaya akan emndaji tuan rumah pertemuan seribu Walikota se Asia dan tahun 2013, direncanakan menjadi tuan rumah pertemuan walikota se‐ Dunia. Tentu saja moment ini harus kita jadikan pelecut semangat untuk membawa Surabaya lebih baik lagi di masa depan. Tak hanya dari segi lingkungan hidup maupun perekonomian, Surabaya harus lebih baik lagi di segala bidang. Saya merasa bahwa kita mampu untuk meraih prestasdi lebih banyak lagi. Potensi yang dimiliki Surabaya sangat luar biasa untuk dikembangkan, karenanya Pemkot Surabaya akan mendukung penuh atas segala usaha yang dilakukan masyarakat. Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada seluruh warga Surabaya atas peran sertanya dalam memperjuangkan kemajuan Surabaya. Wassalamu’alaikum, Wr Wb
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
3
Liputan Utama
Ajak Generasi Muda
Kenali Sisi Historis Surabaya
oodebrug merupakan bahasa be‐ landa dari Jembatan Merah. Dulu‐ nya, Jembatan Merah meru‐ pakan ikon kota Surabaya. Roodebrug didirikan pada November 2010. Adalah Ady Erlianto Setyawan dan Bagus Kama‐ jaya yang menjadi pendiri “rumah besar” bagi para komunitas yang ada di Surabaya ini. Visi dan misi roodebrug adalah membangkitkan kembali ruh Su‐ rabaya sebagai kota pahlawan. “Sampeyan mboh kroso, mboh nggak tapi ruh Surabaya sebagai kota pahlawan itu semakin lama semakin hi‐ lang,” Papar Ady. Visi misi tersebut di wujudkan roodeburg dengan berbagai
“Roodebrug bukan komunitas”. Kalimat tersebut berulang kali ditegaskan pada saat seseorang bertanya, apa sebenarnya roodebrug? Roodebrug adalah sebuah rumah besar bagi semua kalangan di Kota Surabaya yang ingin mengenal Surabaya dari sisi historisnya.
FOTO: DOK. ROODEBURGSURABAIA
R
cara, antara lain : membangun gift shop, paket‐paket pre‐wedding (prewed) dan membuat aksi‐aksi dengan cara me‐ rangkul komunitas‐komunitas yang ada di Surabaya dan tentunya komunitas tersebut memiliki kepedulian dengan Surabaya. Giftshop mulai ada bulan April 2011. Barang‐barang yang dijual di gift shop ini berbagai macam. Mulai dari buku, kaos dengan design bertema kepahlwa‐ nan, selain itu giftshop ini juga menjadi ruang pamer bagi barang koleksi roo‐ debrug Surabaya seperti senjata yang digunakan saat pertempuran Surabaya, hingga baju‐baju perlengkapan perang.
Foto bareng reenactor
4
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
FOTO: DOK. ROODEBURGSURABAIA
Liputan Utama
FOTO: DOK. ROODEBURGSURABAIA
Aktivitas roodeburg
FOTO: DOK. ROODEBURGSURABAIA
bunker bundar
Roodebrug juga menampung kreatifitas anak‐anak Surabaya. “Giftshop ini ada aktifitasnya, nggak cuma jualan,” Jelas Ady. Giftshop yang berlokasi di Jl. Pucang Anom Timur No. 70 ini memang bukan sekedar giftshop yang menjual cinderamata. Berbagai macam even diadakan di giftshop roo‐ debrug, salah satunya layar tancap. Selain giftshop, Roodebrug juga me‐ miliki usaha Paket foto prewed. Paket yang ditawarkan oleh Roodebrug sangat unik. Dengan tema kepahlawanan, roo‐ debrug menyewakan juga kostum‐kos‐ tum serta senjata‐senjata yang mirip digunakan pada saat perjuangan Sura‐ baya. “Untuk mendapatkan replika kostum dan senjata nggak gampang, kudu sabar. Hunting. Kalaupun dapat, harganya nggak murah,” Tutur Alumni Teknik Sipil ITS angkatan 2001 ini. Untuk senjata, harga paling murah 600 ribu rupiah, pa‐ ling mahal 3,5 juta rupiah. Helm baja asli, paling murah 300 ribuan. Ady menda‐ patkan barang‐barang tersebut melalui teman‐teman komunitas yang memiliki concern yang sama dengannya. Untuk memperkenalkan roodebrug, Ady menggunakan media website den‐ gan alamat www.roodeburgsurabaia. com. Dalam website tersebut, Ady me‐
Reruntuhan Benteng di Kabupaten Gresik dibangun untuk mempertahankan Kota Surabaya dari serangan armada laut GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
5
Liputan Utama Ady. Ipung, salah satu anggota komunitas film jadul memaparkan, walaupun usia‐ nya masih muda. Roodebrug sudah per‐ nah kedatangan tamu mancanegara, antara lain dari Jepang, Australia dan Belanda. Kedatangan tamu mancane‐ gara ini juga berkat jaringan yang kuat antar anggota komunitas roodebrug. “ Biasanya mereka sharing sama kita,” imbuh Ady. Kegiatan Roodebrug, antara lain: mengadakan kunjungan ke veteran cacat, napak tilas sejarah seperti contoh mencari keberadaan gerbong maut, bunker‐bunker di masa perang, ben‐ teng‐benteng. “ Kita pernah ke Benteng Loedewijk lepas pantai itu. Kita naik kapal. Benteng itu ada di Kabupaten Gresik tapi di bangun untuk memperta‐ hankan Kota Surabaya dari serangan ar‐ mada laut,” tutur Ady. Napak tilas ini adalah salah satu cara yang digunakan untuk memperkenalkan sisi historis kota Surabaya. Roodebrug memiliki rencana untuk
membuka paket heritage tour dengan sasaran wisatawan mancanegara. Paket heritage ini akan dibagi menjadi dua, antara lain: Paket Wisata Juang, ben‐ teng dan benteng loedewijk. Pada paket wisata juang yang dikunjungi adalah titik‐titik perjuangan, siapa saja yang terlibat, pada wisata benteng para wisa‐ tawan akan di ajak menyusuri benteng‐ benteng yang ada di Surabaya semenjak abad ke 17 dengan menggunakan peta kuno. Pada bulan Oktober ini, Roodebrug punya gawe yakni pembuatan film do‐ cumenter mengenai laskar kereta Api. Ditanya mengenai rencana roodebrug kedepannya, Ady menjawab roodebrug akan terus seperti ini. Berjalan di atas rel tempat mereka sekarang berjalan. Me‐ reka akan mengadakan aksi yang lebih besar untuk terus mengedukasi masya‐ rakat Surabaya tentang sisi historis kota Surabaya. “Dengan seseorang menge‐ nali kotanya, maka Ia pasti akan mencin‐ tai negaranya,” tandas Ady mengakhiri sesi wawancara. (yaz)
FOTO: DOK. ROODEBURGSURABAIA
nuliskan tentang cerita‐cerita historikal Kota Surabaya. Tak disangka ternyata banyak yang meminati tulisan Ady. Da‐ risitulah komunitas‐komunitas mulai bergabung dengan roodebrug. Selain itu, jejaring sosial seperti fa‐ cebook juga dimanfaatkan sebagai tem‐ pat bertemunya para komunitas sekaligus sebagai media yang digunakan untuk mengumumkan agenda‐agenda roodebrug. Komunitas yang tergabung di dalam roodeburg, antara lain : Sura‐ baya Historical Re‐enacment, Komuni‐ tas film jadul, komunitas pecinta kereta api, komunitas filateli, Surabaya heri‐ tage, komunitas batik bahkan sampai komunitas KLA atau pecinta kla project juga tergabung di dalam roodeburg Su‐ rabaya. Untuk bergabung di dalam roo‐ debrug, seseorang tidak perlu menjadi komunitas terlebih dahulu. Mereka bisa datang sendiri dan mengikuti agenda‐ agenda roodebrug dan tidak dipungut biaya. “Setiap bulan kita selalu ada even. Bahkan sampai sebulan dua kali,” papar
Kembali dari benteng dengan parahu nelayan
6
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Liputan Utama
Kepahlawanan Harus Jelas Ekspresi & Tujuannya anggal 10 November mengingatkan kita pada sosok pahlawan‐pahlawan yang berjuang demi Indonesia. Mereka dengan jiwa dan raga berkor‐ ban demi merai h kemerdekaan, demi memperoleh keadilan untuk bangsa, demi Indonesia. Setelah berpuluh‐puluh tahun berlalu, apakah anak muda jaman sekarang masih memiliki semangat yang sama? Seperti apa tanggapan Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, pendiri FISIP Unair ini menyikapi hal tersebut? Bangsa ini pernah melahirkan anak‐ anak muda yang mengagumkan. Sebut saja Bung Karno, R.A Kartini, Bung Tomo, Soe Hok Gie dan lainnya. Mereka dengan usia yang masih muda mampu berpikir kritis demi kemajuan bangsa In‐ donesia. Anak‐anak muda yang juga di‐ batasi oleh ketidaktahuan mereka, namum mampu menjadi penyelamat untuk seluruh bangsa. Saat ini era teknologi dan demokrasi sudah masuk dalam kehidupan sehari anak‐anak muda. Namun terkadang hal‐ hal tersebut malah membuat anak muda semakin luntur nilai kepahlawanannya. “Kepahlawanan di anak muda sekarang hanya ekspresi kegagahan dan perlawanan. Tetapi nggak jelas siapa yang dilawan,” jelas Soetandyo yang akrab dipanggil Pak Tandyo oleh maha‐ siswanya. Ketika tahun 1945 bangsa Indonesia berjuang melawan penjajah. Disitu jelas terlihat sosok yang harus dilawan oleh
T
pahlawan‐pahlawan bangsa. Saat ini pahlawan muda telah bertransformasi. Sosok seperti Andre Hirata dengan Laskar Pelangi‐nya atau Ridwan Kamil dengan Indonesia Berkebun bisa men‐ jadi contoh. Para relawan bencana, pen‐ gajar muda di pelosok dan sosok lain yang tak pernah kita dengar namun bergerak demi kemajuan bangsa ini. Surabaya sebagai Kota Pahlawan sepertinya tidak menunjukkan tanda seperti gelar yang disandang. Ikon‐ikon kepahlawanan banyak yang tergantikan gedung baru. Anak‐anak mudanya ke‐ banyakan hanya bisa memaknai kepahlwanan dari tataran luar saja. Kepahlawanan itu kan ekspresi yang keras, sedangkan ke‐ banyakan anak
muda sekarang belum bisa memak‐ nainya. Demonstrasi yang kerap terjadi terkadang juga tidak jelas siapa yang di‐ lawan. Semua masih abstrak. Sekarang juga banyak anak muda yang mecoba memulai mengenal kem‐ bali sejarah. Hal tersebut bisa dilakukan lewat kunjungan ke temapt‐tempat bersejarah. Dengan kunjungan tersebut mereka bisa mengetahui apa saja yang menjadi tonggak terciptanya peradaban seperti sekarang ini. Hal tersebut cukup baik untuk menjadi awal terciptanya ke‐ sadaran sejarah di anak muda. Dan se‐ moga saja bukan sekedar ajang untuk gaya‐gayaan atau nostalgia tak bermakna. “Bukan sekedar ikut‐ikutan. Ketika semua teriak ganyang Malaysia, Cuma bisa ikut teriak seperti itu,” terang pria kelahiran tahun 1932 ini. Semangat kepahlawanan untuk menjadikan anak muda menyadari ada jiwa pahlawan dalam diri mereka harus dibangkitkan dari sekarang. Selain itu ekspresi dan tujuan dari semua tin‐ dakan yang dilakukan harus jelas agar tujuan bisa tercapai. Karena setiap anak muda pasti memiliki jiwa pahlawan dalam diri mereka. (pyt)
Prof. Soetandyo Wignyosoebroto
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
7
Liputan Utama
Rekam Jejak
Pertempuran Surabaya Tahun 1945 ecara garis besar, pertempuran Surabaya di bagi menjadi dua fase, yakni fase pertama dan fase kedua. Fase pertama terjadi selama tanggal 25 Oktober 1945 – 30 Oktober 1945 sedangkan fase kedua terjadi dalam bulan November, yakni tanggal 9 November 1945‐20 November 1945. Berikut ini Gapura akan menyajikan bentuk periodisasi pertempuran Surabaya yang di rangkum dari berba‐ gai sumber dan wawancara dengan Ady Erliyanto Setyawan, pendiri “Rood‐ erbrug” Surabaya yang juga menjadi pemerhati sejarah pertempuran kota Surabaya.
S
PERTAMA
25 Oktober 1945 Sebanyak 6000 pasukan Inggris‐ India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby (Brigjen Mal‐ laby) mendarat di Surabaya dengan “Surabaya di tahun empat lima.. Kami berjuang, kami berjuang bertaruh nyawa..” Cuplikan lagu berjudul Surabaya tersebut, tentunya selalu terngiang dalam telinga dan terbawa dalam ingatan. Ya, di tahun 1945 tepatnya pertengahan akhir bulan Oktober hingga pertengahan akhir Novem‐ ber, terjadi pertempuran dahsyat di Surabaya. Dua jendral Inggris tewas dalam pertempuran ini.
8
Teatrikal perang 10 Nopember di depan hotel Majapahit
perintah utama melucuti tenta‐ ra Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang meny‐ erahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20.000 pasukan In‐ donesia menolak. 26 Oktober 1945 Tercapai persetujuan antara Suryo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen AWS Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus meny‐ erahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas ten‐ tara Inggris di Jakarta yang dipimpin oleh Letnan Jendral Sir Philip Christi‐
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
son. 27 Oktober 1945 Pada jam 11.00 siang, pesawat Dakota AU Inggris dari Jakarta men‐ jatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indone‐ sia dan milisi untuk menyerahkan sen‐ jata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia marah waktu membaca sele‐ baran ini dan menganggap Brigjen Mal‐ laby tidak menepati perjanjian tanggal 26 Oktober 1945. 28 Oktober 1945 Pasukan Indonesia dan milisi meng‐ gempur pasukan Inggris di Surabaya. Pada pertempuran yang terjadi di tang‐ gal ini, pasukan Divisi 23 yang cukup
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
PERTEMPURAN FASE (OKTOBER 1945)
Liputan Utama
29 Oktober 1945 Presiden Soekarno, Wapres Mo‐ hammad Hatta dan Menteri Penera‐ ngan Amir Syarifuddin Harahap bersa‐ ma Mayjen Hawthron pergi ke Surabaya untuk berunding. Pada tang‐ gal 29 Oktober ini juga terjadi pertem‐ puran di daerah Wonokromo yakni di daerah yang kini berdiri dengan kokoh Jembatan Mayangkara. Pertempuran tersebut terjadi antara Tentara Pelajar melawan Tentara Inggris. Pertempuran tersebut berhasil membawa kembali Jembatan yang tadinya di kuasai oleh
tentara Inggris ke Tentara Pelajar Surabaya. 30 Oktober 1945 Telah dicapai persetujuan yang di‐ tanda‐tangani oleh Presiden RI Soekarno dan Panglima Divisi 23 May‐ jen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepat‐ nya. Mayjen Hawthorn dan ke 3 pet‐ inggi Republik Indonesia, meninggalkan Surabaya dan kembali menuju Jakarta. Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brig‐ jen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jem‐ batan merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung internatio.Karena mengira komandan‐ nya akan diserang oleh milisi, pasukan
Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para mil‐ isi. Para milisi mengira mereka ditem‐ baki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seo‐ rang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi In‐ donesia, tetapi meleset dan malah jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby. Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pa‐ sukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia. “Pada pertempuran fase pertama yang terkenal adalah pertempuran di RRI. Itu yang jarang orang tau, orang sekarang taunya delta,” Papar Ady. Mengingat fungsi radio sebagai media komunikasi massa yang sangat efektif sebagai alat propaganda, pada masa perang Radio menjadi objek vital yang
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
berpengalaman dalam pertempuran di Burma, mengalami kekalahan serius pada pertempuran Surabaya fase per‐ tama. Namun, untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
Lokasi perang 10 Nopember 1945, sekarang menjadi kantor Gubernur Jawa Timur GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
9
Liputan Utama
PERTEMPURAN FASE KEDUA (NOVEMBER 1945) 9 November 1945 Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diin‐ dahkan. 10 November 1945 Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 3 minggu. Dua pe‐ sawat Inggris ditem‐
bak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang Brigadir Jendral Robert Guy Loder‐Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya. Pada perang 10 November ini, pasukan Surabaya menggunakan tak‐tik yang cukup unik, yakni menukar papan nama jalan. Sehingga pasukan Inggris yang berpedoman pada peta cukup ke‐ bingungan. Pasukan Surabayapun den‐ gan mudah menyergap mereka. Tiga minggu setelah tanggal 10 No‐ vember, terus terjadi pertempuran di kota Surabaya. Minggu pertama, pa‐ sukan Inggris mulai memasuki daerah utara yakni Tanjung Perak. Tanggal 17 November, mulai memasuki daerah Sidotopo. Pertempuran di minggu per‐ tama ini termasuk pertempuran yang sangat dahsyat dan terjadi di daerah Viaduk (Tugu Pahlawan). Saat itu viaduk merupakan titik terkuat Pasukan Surabaya. Sehingga Inggris menyerang habis pertahanan viaduk. Minggu kedua, pasukan Inggris mulai mema‐ suki wilayah sekitar Tunjungan dan Darmo. Di minggu kedua ini terjadi pertempuran hebat di daerah Siola. Salah satu tokoh yang gugur dalam pertempuran ini adalah Madun. Minggu ketiga telah sam‐ pai di daerah Gu‐ nung Sari,
Wonokromo. Dua daerah ini adalah pertahanan terakhir dari pasukan Surabaya. 20 November 1945 Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur. Pasukan kota Surabaya terdesak mundur dari kota Surabaya,hingga akhirnya bergerilya ke luar kota, seperti Madiun, Nganjuk, Mojokerto, Malang selatan. Salah satu fakta sejarah yang terjadi pada pertempuran fase kedua dan belum banyak di ketahui oleh khalayak ramai adalah keberadaan tentara Jepang pada masa pertempuran 10 No‐ vember Surabaya. “ Tentara Jepang dipenjara di Koblen tapi pada masa perang besar‐besaran tanggal 10 No‐ vember, mereka (tentara Jepang) banyak yang ada di pihak kita,” Papar Ady. “Pertama kalinya dalam sejarah, Inggris adalah pemenang perang dunia kedua dan mereka mengibarkan ben‐ dera putih ya di Surabaya ini. Di kota manapun, mereka tidak pernah ada se‐ jarah tentara Inggris mengibarkan Bendera putih dan itu terjadi di pertempuran fase pertama,” Imbuh Ady. (yaz dan berbagai sumber)
Gedung Internasio
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
harus di duduki. Pada pertempuran Surabaya, Inggris berhasil menduduki RRI setelah berhasil, dari gedung RRI mereka menembaki para pejuang Surabaya. Banyak korban yang ber‐ jatuhan. “Akhirnya, salah satu panser dari Polisi Istimewa mendekati gedung RRI tapi kesulitan juga. Mereka (tentara Inggris) menembaki panser yo pensere gak mempan wong namanya panser. Kita nembaki mereka juga nggak bisa karena posisi mereka tinggi,” lanjut Ady. Panserpun akhirnya masuk ke bagian bawah gedung RRI, melempar jurigen bensin setelah itu dilempari geranat. Tanker berhasil keluar dari gedung sedangkan gedung RRI ter‐ bakar, memancing tentara Inggris untuk keluar gedung. Pada saat mereka keluar gedung, dibantai habislah mereka oleh tentara Surabaya. Tentara Inggris semua tewas dalam pertempu‐ ran RRI.
Liputan Utama
Napak Tilas Gereja Kepanjen
Menelusuri Surabaya wilayah Utara memang tak ada habisnya.
Gereja Indah di Utara Surabaya
G
“Semua orang yang pernah misa di sini selalu mengatakan bahwa tempat ini memiliki kedamaian tersendiri dan selalu ingin kembali kesini,” ujar Fredi, sekretaris gereja. Gereja Kepanjen ini juga pernah di‐ nominasikan oleh Pemerintah Provinsi untuk lomba gedung bersejarah tingkat Asia. Selain Gereja Kepanjen ada RS Darmo dan Hotel Tunjungan yang mewakili Jawa Timur. Namun karena data‐data pelengkap yang ku‐ rang, maka gereja Kepanjen tidak berhasil memenangkan kompetisi. Bangunan ini juga telah menjadi salah satu cagar budaya Pemerintah Kota Surabaya. Namun sejauh ini tidak terlalu ada perhatian dari pemerintah kota untuk kelangsungan gereja terse‐ but. Pengelola gereja berharap adanya perhatian langsung dari pemerintah
bangunan religius yang bernuansa kastil Eropa. Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria atau yang lebih dikenal dengan nama Gereja Kepanjen.
karena gereja ini masih berfungsi dan digunakan dalam kegiatan sehari‐hari. Gereja yang berada di samping SMA Frateran Surabaya ini juga memilki mu‐ seum yang berisikan pakaian‐pakaian pendeta dan barang‐barang bersejarah lainnya. Gereja yang telah berusia dua abad ini sering dikunjungi wisatawan asing maupun domestik. Mereka biasanya tertarik karena gaya arsitektur dengan batu bata yang tampak dari luar terse‐ but. Jika ingin mengunjungi gereja , dapat langsung datang ke gereja untuk melakukan konfirmasi dan menemui Fredi sebagai sekretaris gereja. (pyt)
FOTO: PUSKAKOM SURABAYA/GILANG
ereja ini Terletak di jalan Kepanjen yang dekat dengan Kantor Pos Pusat Surabaya. Gereja tertua di Kota Pahlawan ini terkenal karena memiliki bangunan yang sangat menarik, seperti bangu‐ nan di Eropa. Awalnya pada tahun 1822, gereja ini dibangun di tikungan Roomsche Kerkstraat dan Komeed‐ ieplein yang sekarang berada di sekitar Jalan Cendrawasih dan Jalan Merak. Pastor H. Weenders sering men‐ gadakan misa untuk umat Katholik di Surabaya. Karena umat yang mengikuti misa semakin hari semakin banyak maka dibangunlah gereja tersebut. Gereja sempat mengalami retak akibat gempa bumi tahun 1867, sehingga pada 4 April 1899 dibangun gereja baru yang dikenal dengan Gereja Kepanjen saat ini. Kayu Galam dari Kalimantan yang dijadikan pondasi gereja ini berjumlah 799 buah. Karakteristik Kayu galam yang akan semakin kuat jika terkena air membuat gereja ini kokoh berdiri. Itu‐ lah sebabnya di samping gereja ini ter‐ dapat dua sumur yang airnya tidak pernah surut. Dengan bentuk bangunan seperti salib, terkadang membuat sound di gereja ini tidak terdengar dengan mak‐ simal. Kaca‐kaca patri yang berada di dinding bagian atas memiliki beberapa ornamen. Detail‐detail dan warna‐ warni yang ada semakin menambah keindahan gereja tersebut. Pada tahun 1945 ketika pepera‐ ngan, gereja ini sempat terbakar dan hanya menyisakan reruntuhannya. Lantas tahun 1950‐1960 gereja ini direnovasi kembali dan dipakai hingga kini. Gereja ini memang memiliki arti tersendiri bagi masyarakat, khususnya masyarakat Katholik.
Di wilayah ini terdapat sebuah
Salah satu bangunan bersejarah yang dimiliki kota Surabaya GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
11
FOTO: PUSKAKOM SURABAYA/GILANG
Liputan Utama
Yang Terlewatkan dan Terlupakan
dari Pertempuran Surabaya MADUN, Sang Pemberani Pada pertempuran fase kedua, daerah sekitar siola digempur habis‐ habisan dengan Inggris. Unit tempur pa‐ sukan Surabaya melibatkan 1 tank dari TKR laut. Tank tersebut diserang dari pe‐ sawat tempur dan mengakibatkan tank itu rusak. Pengemudi tank 3 orang luka berat. Pertahanan pasukan Surabaya mulai melemah namun Inggris tetap saja menyerang. Untuk menahan laju serangan, Seorang pemuda di daerah Genteng kali bernama Madun memegang senapan mesin dan Ia terus menembakkan senapan mesinnya. Den‐ gan harapan, seluruh pasukan Surabaya bisa melarikan diri. Madun yang tidak mampu melarikan diri terus menembaki pasukan Inggris, hingga akhirnya tank tentara Inggris maju dan menembak Madun. Jenazah Madun hangus dengan kondisi masih memeluk senapan mesin.
12
Berikut ini adalah beberapa nama tokoh dan monumen yang menjadi saksi Pertempuran Surabaya. Mungkin beberapa dari anda familiar dengan nama-nama di bawah ini, namun ada pula yang tidak mengingat atau bahkan tidak tahu.
Tugu Alun‐Alun Contong Berlokasi di Jalan Baliwerti, keber‐ adaan Alun‐alun Contong sebenarnya sudah ada sebelum pertempuran Surabaya terjadi. Namun, pada masa pertempuran yang terjadi pada tahun 1945, tugu ini pernah hancur akibat dari serangan pihak musuh. Dulunya, di alun‐alun contong para anggota PMI
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
yang bersembunyi di dalam selokan menjadi saksi bagaimana darah berce‐ ceran, potongan tubuh bertebaran aki‐ bat serangan dari pihak musuh. Di alun‐alun contong, berdiri sebuah tugu untuk memperingati kejadian tersebut. Tugu tersebut didirikan untuk mengin‐ gatkan kembali generasi muda akan per‐ juangan para tentara Surabaya di era tersebut. Tugu Di depan RRI Mungkin, banyak dari kita yang tidak menyadari keberadaan tugu kecil di depan gedung RRI. Tugu tersebut diban‐ gun untuk memperingati keberhasilan Pasukan Surabaya merebut kembali gedung RRI yang sebelumnya telah dikuasai Inggris. Dengan taktik jitu salah satu Tim Panser Polisi Istimewa, gedung RRI terbakar dan hal tersebut membuat tentara Inggris meninggalkan gedung
Liputan Utama
Fakta Mengenai Bambu Runcing Sejarah telah membentuk opini masyarakat bahwa bambu runcing adalah senjata andalan Arek‐arek Suroboyo dalam menumpas pasukan Inggris. Faktanya, bambu runcing me‐ mang digunakan tapi hanya oleh seba‐ gian kecil Pasukan Surabaya. Kondisi Surabaya pada saat pertempuran tahun 1945 adalah surplus senjata. Namun, bambu runcing banyak di gu‐ nakan pada masa perang sebelum melawan Inggris. Laskar Kereta Api Laskar Kereta Api merupakan unit tempur dari Jawatan Kereta Api yang dibentuk oleh Saji. Tanpa di sadar Kereta Api memiliki peran yang besar
selama perang. Kereta Api sebagai sarana transportasi yang berperan penting untuk mengangkut pengungsi ke luar kota Surabaya, ataupun mem‐ bawa bantuan tempur yang masuk ke kota Surabaya. Selain itu, Kereta Api juga dijadikan sebagai alat propaganda. Dengan cara mencoret‐coret gerbong kereta dengan kata‐kata heroik, “Merdeka Ataoe Mati”. Propaganda tersebut dibaca oleh semua kalangan masyarakat yang ada di kota besar atupun kota kecil. Sehingga mereka semua mengerti bagaimana kondisi Negara saat itu. Benteng Kedung Cowek Pada saat masa perang sepertiga batalyon Tentara Surabaya meninggal di benteng ini. Benteng ini berhadapan langsung dengan kapal‐kapal perang Inggris.
Peran Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya Bung Tomo adalah orator yang menjadi buronan paling di cari oleh tentara Inggris. Namun, selama masa pertempuran Surabaya, Bung Tomo tidak pernah melakukan orasi secara terbuka dikarenakan kondisi perang yang dipenuhi dengan serangan dari segala penjuru. Bung Tomo sangat di cari oleh Tentara Inggris di karenakan Ia adalah pembentuk Pasukan Berani Mati. Selama masa perang, Bung Tomo bersembunyi dari satu rumah pendu‐ duk ke rumah penduduk lainnya. Salah satu rumah penduduk yang pernah dit‐ inggali oleh Bung Tomo berlokasi di Jl. Mawar No. 10. (Seluruh artikel diperoleh dari wawan‐ cara dengan Ady Erlianto Setyawan dan www.roodebrugsurabaia.com)
FOTO: PUSKAKOM SURABAYA/GILANG
RRI lalu mereka di bantai habis oleh Pa‐ sukan Surabaya.
Tugu Bambu Runcing, sebagai pengingat senjata Arek Suroboyo melawan penjajah GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
13
Liputan Utama
Kantor Pos Kebon Rojo
Bangunan Eksotis Berlokasi Strategis Tim gapura mendapatkan kesempatan mengikuti Komunitas Surabaya Heritage (Salah satu komunitas yang bergabung dalam Roodebrug Surabaya) blusk’an ke Kantor Pos Kebon Rojo. Bangunan Kantor Pos yang telah menjadi cagar budaya ini masih menyisakan pesona zaman kolonial yang klasik.
edung Kantor Pos Kebon Rojo memiliki sejarah yang cukup panjang., dibangun kira‐kira awal tahun 1800‐an, per‐ tama kali gedung tersebut menjadi tempat tinggal Bupati Surabaya hingga tahun 1881. Pada tahun 1881, gedung tersebut dipergunakan seba‐ gai sekolah Hogere Burger School (HBS) Soerabaia. HBS merupakan sekolah lanjutan tinggi tingkat pertama (gabungan SMP dan SMA) untuk warga negara Belanda, Eropa dan elit pribumi. Seko‐ lah ini menggunakan bahasa pengan‐ tar Belanda dengan lama belajar 7 tahun. Salah satu alumni HBS adalah
G
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Gubernur Jendral Van Mook (1906‐ 1913) dan Ir. Soekarno (1916‐1923). Gedung ini menjadi HBS selama kurun waktu 42 tahun. Setelah HBS pindah ke daerah Ketabang (sekarang gedung SMA komplek Jl. Wijaya Kusuma), gedung ini beralih fungsi sebagai Markas Hoofdcommisariat van Politie (Markas Kepala Komisaris Polisi Soer‐ abaia). Gedung ini dipergunakan se‐ bagai markas polisi hingga sekitar tahun 1926. Setelah sekian lama berdiri, baru pada tahun 1926 gedung ini di renovasi sekaligus di alih fungsikan sebagai gedung kantor pos. Pembangunan gedung kantor pos
berlangsung selama 2 tahun. Gedung kantor pos ini dirancang leh G.P.J.M. Bolsius dari Departemen Burgerlijke Openbare Werken (BOW) Batavia. Bentuk atap gedung kentor pos ini berbeda dengan bangunan peninggalan kolonial belanda lainnya. Umumnya gedung‐gedung pening‐ galan belanda, atapnya berbentuk datar sedangkan atap geding kantor pos ini berbentuk seperti prisma. Ori‐ ental dan sangat klasik. Pada masa kependudukan Jepang, gedung kantor pos tetap menjalankan fungsinya sebagai kantor pos. Ketika proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, para pejuang Post Tele‐
FOTO: JIUNKPE-NS-MMEDIA
Liputan Utama
Kantor pos Kebon Rojo jaman dulu
fone and Telegraf (PTT) berupaya merebut gedung tersebut dari tangan Jepang. Baru pada awal bulan Okto‐ ber 1945, gedung kantor pos Surabaya diambil alih oleh para pe‐ juang. Pada usaha perebutan gedung kantor pos, dua karyawan PTT gugur, yakni Soepojo dan Soeprapto. Untuk mengenang jasanya, nama kedua pe‐ juang ini diabadikan dalam sebuah plakat di bagian gedung utama. Tang‐ gal 26 Oktober 1945, satu hari setelah tentara sekutu mendarat di Surabaya, gedung kantorpos kebonrojo sudah berpindah tangan ke tangan tentara sekutu dan dijadikan markas semen‐ tara bagi tentara sekutu. Selama tiga hari, mulai dari tang‐ gal 27 ‐ 29 Oktober 1945, terjadi pertempuran yang cukup sengit di sekitar gedung kantor pos Surabaya.
Pertempuran tersebut membuat ten‐ tara sekutu kualahan. Untungnya, se‐ lama pertempuran berlangsung amunisi yang digunakan bukanlah amunisi berat. Sehingga tidak menye‐ babkan kerusakan di gedung kantor pos Surabaya. Selama terjadi pertem‐ puran, layanan pos di alihkan ke gedung kantor pos Simpang yang ter‐ letak berhadap‐hadapan dengan gedung grahadi yang tepat berada di Jalan Gubernur Suryo saat ini. Layanan kantor pos kebonrojo mulai beroperasi normal pada awal tahun 1946. Gedung kantor pos kebon rojo ini awalnya di dominasi oleh warna krem dan diberi garis warna hitam. Baru sekitar tahun 1975, ada sentuhan warna orange. Sesuai dengan SK Wa‐ likota Surabaya Nomor: 188.45/251/401. 104/ 1996 nomor
urut 19, kantor pos kebon rojo telah menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang keberadaannya di lin‐ dungi undang‐undang. Bangunan dalam dari gedung kan‐ tor pos, tidak mengalami perubahan sama sekali. Hingga saat ini ke eksoti‐ san kantor pos kebon rojo masih men‐ jadi daya tarik bagi warga kota Surabaya atupun wisatawan man‐ canegara. Sudah banyak kunjungan asing yang datang ke kantor pos per‐ tama di kota Surabaya ini. Ada yang ingin bernostalgia, ada pula yang ingin berwisata. Untuk melakukan kunjun‐ gan ke kantor pos kebon rojo, koordi‐ nator peserta kunjungan dapat terlebih dahulu berkomunikasi den‐ gan pihak kantor pos. Agar tidak ter‐ jadi penumpukan jadwal kunjungan. Setiap kunjungan memakan waktu 1 jam. (yaz)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
15
Liputan Utama
Museum Kesehatan dr. Adhyatma, MPH
Ilmiah dan Non-Ilmiah Berbaur Kemajuan teknologi yang pesat dalam bidang kesehatan membuat warisan nenek moyang harus tetap dilestarikan. Dengan adanya mu‐ seum ini diharapkan mampu menjadi media pendidikan bagi masyarakat yang pedui terhadap dunia kese‐ hatan. Karena didalam museum ini pengunjung bisa melihat seluk beluk kesehatan mulai dari sisi sejarah, bu‐ daya, ilmiah dan lainnya. Memiliki perpustakaan yang lengkap tentang dunia kesehatan, museum ini sering menjadi jujugan
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
M
Wilayah utara Surabaya memang terkenal dengan bangunan‐ban‐ gunan tua dan bersejarah. Terma‐ suk di Jalan Indrapura 17, di situ terdapat sebuah museum yang berbeda dari kebanyakan mu‐ seum. Di tempat ini berdiri se‐ buah museum yang bernama Museum Kesehatan dr.Adhy‐ atma,MPH. Bukan Cuma alat ke‐ sehatan yang dipamerkan, tapi juga alat‐alat yang berhubungan dengan dunia gaib.
FOTO: PUSKAKOM SURABAYA/GILANG
useum terlengkap dan satu‐satunya di Indonesia ini didirikan untuk menye‐ lamatkan dan memelihara warisan sejarah budaya bangsa. Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan di Surabaya merintis museum tersebut. Museum yang diresmikan pada tahun 2004 ini memamerkan benda‐benda berse‐ jarah dalam bidang upaya kesehatan sejak jaman dahulu hingga sekarang.
FOTO: PUSKAKOM SURABAYA/GILANG
para wisatawan. Buku‐buku, kaset rekam suara, majalah, video dan lain‐ nya tertata apik dalam perpustakaan tersebut. Benda‐benda bersejarah dalam bidang kesehatan dari berbagai daerah juga dipamerkan. Ada yang berupa benda asli, benda tiruan, rep‐ lika, foto atau gambar. Di dalam mu‐ seum kesehatan ini ada beberapa ruang pamer yang disebut sasana. Antara lain sasana Adhyatma, Sasana Kencana, Sasana Kespro, Sasana Genetika, Sasana Kesehatan Budaya, Sasana Fauna serta Sasan Medik dan Nonmedik. Di setiap sasana terdapat benda‐benda dengan jenis yang berbeda. Seperti Sasana Kespro yang memamerkan peralatan kesehatan reproduksi, kesehatan persalinan dan sebagainya. Museum kesehatan tersebut juga dikenal sebagai museum santet. Karena memamerkan benda‐benda yang berhubungan dengan dunia gaib dan santet. Disini secara jelas disajikan bukti adanya praktek santet di Indonesia. Salah satunya adalah kayu santen atau kayu pohon kelor. Biasanya daun kelor ini menjadi campuran sayur yang sering dikon‐ sumsi masyarakat Jawa. Namun ternyata daun ini bisa degunakan se‐ bagai alat pelet atau santet. Benda lainnya yang dipajang adalah cabang bambu, kayu kengkeng juga kayu lain yang dianggap memiliki kekuatan. Ada pula beragama kain dan jimat yang bertuliskan huruf Arab. Didalam museum ditampilkan pula berbagai media untuk menyan‐ tet. Seperti boneka yang ditusuk jarum, tanah kuburan, foto seseo‐ rang yang ditusuk paku dan lainnya. Biasanya benda‐benda tersebut di‐ dapatkan dari Banyuwangi. Daerah yang terkenal akan ilmu santetnya. Selain media untuk menyantet juga ada bukti‐bukti hasil santet. Seperti pecahan telur dalam gelas,
FOTO: PUSKAKOM SURABAYA/GILANG
Liputan Utama
usus pasien, paku yang berkarat dan lainnya. Fenomena seperti ini bisa menjadi penelitian yang ilmiah jika ada yang mau menggunakannya. Bukan sebagai sesuatu yang tidak mendidik masyarakat. Museum seperti ini mampu membuka pandangan masyarakat
tentang beragam alat dan metode kesehatan sejak dulu. Juga menjadi pembelajaran bahwa kesehatan adalah harta yang paling berharga yang dimiliki. Sehingga tidak ada se‐ orang pun yang menyia‐nyiakan ke‐ sehatan yang dimilikinya. (pyt)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
17
Kota Surabaya dipercaya untuk menjadi tuan rumah The First ASEAN City Mayors Forum (ACMF) atau forum Walikota se‐ASEAN 2011 yang digelar pada 24‐25 Oktober 2011. Pertemuan ini dipimpin oleh Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), Walikota Eddy Santana Putra, dan dihadiri oleh 92 walikota ASEAN dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapura dan Thailand.
ertemuan Pertama Forum Wa‐ likota ASEAN ini merupakan in‐ isiatif dari Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), dan diselenggarakan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Ke‐ menterian Luar Negeri, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota Surabaya, dan Asian Development Bank. Forum ini bertujuan untuk memajukan people‐to‐people contact dan kesadaran ASEAN menuju pem‐ bentukan Komunitas ASEAN 2015 serta memperkuat jaringan masyarakat sipil di kawasan. Pertemuan Pertama Forum Wa‐ likota ASEAN mengadopsi Surabaya Communiqué dan menyetujui pem‐ bentukan Forum Walikota ASEAN se‐ bagai upaya memajukan dan meningkatkan kerja sama regional di‐
P
18
antara kota‐kota di wilayah ASEAN serta dengan kota‐kota dari Mitra Wicara ASEAN. Forum juga memba‐ has sejumlah area prioritas kerja sama seperti misalnya Administrasi Publik dan Pemerintahan, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, Pelayanan Publik, Jejaring Regional, Pengembangan Sumber Daya Manu‐ sia, Kemitraan Publik dan Swasta, Pengarusutamaan Gender, dan Pen‐ didikan. Pertemuan Pertama Forum Wa‐ likota ASEAN juga menyepakati untuk mengambil langkah‐langkah yang diperlukan untuk memformalisasi Forum dimaksud melalui kosultasi dan koordinasi dengan institusi‐insti‐ tusi terkait termasuk Sekretariat ASEAN.
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Surabaya Tuan Rumah ACMF Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Edy San‐ tana Putra mengatakan pertemuan kali ini akan menindaklanjuti hasil pertemuan Apeksi yang digelar di Banda Aceh beberapa waktu lalu. “Pe‐ nunjukkan kota Surabaya sebagai tuan rumah juga telah dibahas disana. Surabaya dianggap layak menjadi tuan rumah oleh Walikota yang ter‐ gabung di Apeksi,” terangnya. Ia mewakili seluruh anggota Apeksi mengatakan terima kasih kepada Pemerintah Kota Surabaya dan warga Surabaya. Menurutnya forum ini sangat bergengsi, seperti apa yang telah dicita‐citakan oleh Presiden Republik Indonesia selaku ketua ASEAN. “Keinginan membentuk Forum
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
The First ASEAN City Mayors Forum
Walikota se‐Asia Tenggara ini untuk bersama sama membahas persoalan penting dalam mewujudkan ‘good governance’ dan ‘public service’,” kata Edy saat pembukaan ACMF di Hotel JW Marriott Surabaya. Menurut dia, ke depan forum ini akan dikembangkan menjadi “ASEAN Community” pada 2015 mendatang. “Forum ini sangat bergensi dan kami persiapkan selama empat bulan lebih dan sesuai harapan Bapak Presiden,” ujar Walikota Palembang ini. Enam negara ASEAN yang mengir‐ imkan Walikotanya di acara ini adalah Singapura, Yangon (Myanmar) dan Patayya (Thailand). Malaysia mengikutkan tujuh Wa‐ likota yakni dari Kuching, Seberang Perai, Kinabalu, Ipoh, Kuala Treng‐ ganu, Johor Baru dan Pulau Pinang. Dari Brunei Darusalam ada empat Walikota yakni Bandar Sri Begawan, Temburung, Kuala dan Belait Serian Kutong dan sisanya Walikota yang be‐ rasal dari kota‐kota seluruh Indonesia. Namun demikian, lanjut dia, event
besar yang diselenggarkan di Kota Surabaya untuk yang pertama kalinya ternyata tidak sesuai dengan harapan. Dari 231 Walikota yang di undang, hanya dihadiri 92 wali kota. “Iya Walikota yang hadir tak melampui target panitia. Sebab se‐ belumnya yang diundang sebanyak 231 Walikota. Tapi yang hadir hanya 92 wali kota,” ujarnya. Sementara itu, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menyatakan, selama ini masing‐masing Pemerintah Kota (pemkot) berjalan sendiri‐sendiri dalam mengatasi problem kotanya. Ia menuturkan dengan adanya forum ini kota‐kota yang ada di ASEAN bisa sal‐ ing bertukar informasi. “Kita bisa saling belajar dan tukar pengalaman atas perkembangan kota secara bersama sama Walikota se‐ ASEAN baik di bidang pariwisata, ekonomi, pengelolaan pemerintahan sehingga kita bisa maju bersama,” kata Risma. Dalam sambutannya Gubernur Jatim Soekarwo berharap dengan
forum ini mampu meningkatkan kea‐ manan, hubungan politik dan pen‐ ingkatan ekonomi se‐ASEAN. Tiga hal tersebut merupakan tar‐ get yang seharusnya dicapai forum ini sehingga pertemuan tersebut bisa bermanfaat bagi Surabaya khususnya dan Jatim pada umumnya. “Saya berharap demikian. Bila ingin pertemuan ini bermanfaat bagi Surabaya dan Jatim, target itu bisa di‐ jadikan target minimal. Selanjutnya, Surabaya bisa meraih target lain dari pertemuan tersebut,” katanya. Tak hanya itu, lanjutnya, target lain yang seharusnya dipenuhi dari hasil pertemuan Walikota se‐ASEAN ini adalah peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Surabaya dan Jatim. “Melalui forum ini Surabaya bisa memperkenakan wisata Surabaya ke negara‐negara ASEAN. Bahkan, kepada daerah lain di Inonesia, karena forum ini juga diikuti Walikota di seluruh Indonesia,” ujarnya.
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
19
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Walikota Tri Rismaharini menjadi narasumber bersama wakil ADB dan ketua APEKSI
Wamenlu Republik Indonesia membuka Forum Walikota se‐ASEAN dengan memukul gong
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Jalin Komunikasi Walikota se‐ASEAN Pertemuan The First Asean City Mayors Forum adalah pertemuan antar Walikota se‐Indonesia dan ne‐ gara ASEAN dengan tujuan untuk membukan komunikasi antar kota di negara ASEAN untuk sama‐sama hadapi era globalisasi. Dalam Sambutannya Wakil Menteri (Wamen) luar Negeri RI War‐ dana pertemuan ini didasari oleh “must work together” dengan tujuan bυкαη hanya berpikir regional, namun juga actionnya dalam hal ekonomi, pariwisata, budaya dan Sumber Daya Manusia (SDM) Selain itu, juga harus buka komu‐ nikasi dalam pengembangan infra‐ struktur lainnya, sesuai dengan masterplan konektivitas ASEAN yaitu pembangunan rel kereta China‐Singa‐ pura‐Surabaya. Sedangkan menurut Ngurah Suwajaya, satu di antara Pengurus ASEAN mengatakan ASEAN Mayors harus sinergi dalam hal mengem‐ bangkan infrastruktur fisik, kelemba‐ gaan dan pembangunan masyarakat. Pertemuan ini juga untuk menye‐ laraskan tiga pilar negara ASEAN ,yaitu implementasikan action plan yang ada dalam masterplan, mem‐ berikan kontribusi untuk keamanan wilayah dan mendorong ASEAN dit‐ ingkat global. Dalam forum yang berlangsung di Hotel Marriot Surabaya dari 24‐25 Ok‐ tober saya melakukan sosialisasi untuk agenda Forum Pemerintah Kota se‐Indonesia yang akan dilakasanakan di Manado, kegiatan yang berlang‐ sung pada 2012 tersebut hasil kepu‐ tusan pertemuan di Aceh beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan terse‐ but Bbeberapa kegiatan yang akan berlangsung di Manado nanti sedang disusun, satu di antaranya adalah pemilihan ketua asosiasi pemerintah kota. (rz)
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Liputan Khusus
Perwakilan dari Brunei Darussalam bertanya kepada Walikota Surabaya
20
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Liputan Khusus
Welcome Dinner di Taman Surya
92 Walikota Disambut Dadak Merak etelah dibukanya ASEAN City Mayors Forum (ACMF) oleh Wakil Menteri Luar Negeri, War‐ dana, Senin (24/10), di Ballroom JW Mariot. Malam harinya para Walikota yang tergabung dalam ACMF ini di‐ jamu makan malam oleh Walikota Su‐ rabaya, Tri Rismaharini, di Taman Surya. Sekitar pukul 18.30 wib penampi‐ lan 10 reog Ponorogo menyambut ke‐ datangan 92 Walikota di Taman Surya. Setelah turun dari para Walikota lang‐ sung diterima langsung Tri Rismaharini bersama jajaran Muspida. Satu per‐ satu Walikota yang hadir pada makan malam itu melewati karpet merah me‐ nuju tempat undangan. Ada yang menarik pada malam itu, beberapa Walikota dari luar negeri
S
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Liputan Khusus
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
satu persatu naik di pundak dadak merak. Pohon‐pohon yang berada di Taman Surya diterangi lampu‐lampu menamba suasana semarak malam itu. Atrasksi reog Ponorogo pada malam itu benar‐benar mengundang antusiasme para undangan dari luar ne‐ geri. Mereka langsung mengabadikan atraksi reog menggunakan kamera. Tak hanya reog Ponorogo yang ditampilkan untuk menghibur para Walikota malam itu. Tari remo juga turut menghibur para undangan, tari Sparklig Surabaya, Lenggang Surabaya. Juga dihibur musik karawitan cokean. Grup music keron‐ cong Tengkorak Hitam dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) juga turut menghibur para undangan. Suasana semakin meriah ketika
22
Walikota Tri Rismaharini menerima cinderamata dari Walikota Kinabalu, Malaysia
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Liputan Khusus
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
para Walikota dari luar negeri diajak menari bersama penari menarikan tari lenggang Sura‐ baya. Gerakan tari para Walikota ini, tak ayal membuat decak tawa para undangan yang lain. Karena, gerakan mereka tidak seluwes para pe‐ nari profesional. Sementara itu, dalam sambutannya Wali‐ kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan ini bisa menja‐ dikan kenangan bagi bapak dan ibu sekalian. Ia juga mengharapkan supaya para Walikota bisa kembali berkunjung ke Surabaya. “Saya ucapkan terima kasih kepada Apeksi yang telah memberi kepercayaan kepada kami telah menjadikan kota Surabaya tuan rumah ACMF 2011 ini. Semoga dari forum ini meng‐ hasilkan solusi demi kemajuan ASEAN,” ujarnya dihadapan para undangan. (rz)
Liputan Khusus
Wawancara dengan Walikota Empat Negara Asean Walikota Yangon, Myanmar,
U Hla Myint Kota Surabaya cukup bagus, menurut saya kota Surabaya hampir mirip dengan kota‐kota di China dan Jepang. Ini pertama kalinya saya berkunjung ke Surabaya, saya sangat menyukai suasana kota Surabaya pada saat malam hari. Meskipun di jalanan macet tapi saya masih bisa melihat kota Surabaya secara keseluruhan. Kalau di kota Yangon, sepeda motor tidak boleh masuk ke kota. Tapi, di sini sangat berbeda, tak salah lalu lintas disini sangat ramai sekali Ada beberapa yang akan saya pelajari dari Kota Surabaya. Seperti pengelolaan air bersih, menurut saya pengelolaan air bersih di Surabaya sangat bagus. Terutama persediaan air bersihnya dengan membangun waduk‐ waduk buat persediaan. Proyek ini akan saya terapkan di kota Yangon. Tak hanya itu, saya juga akan mengadopsi dan mempelajari pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan kota Surabaya. (rz)
Local Government Pattaya, Thailand
Mr. Tavich Chaiwangvong Dilangsungkannya forum ini sangatlah bagus untuk hubun‐ gan negera‐negara di ASEAN. Bagi saya Negara Indonesia merupakan Negara yang besar, Negara saya masih belum ada apa‐apanya dibandingkan Indonesia. Di Indonesia sebenarnya tergantung pemerintah bagaimana membuat masyarakatnya bahagia dan sejahtera. Surabaya merupakan kota yang sangat bagus dan hijau. Saya sangat suka dengan kota ini. Saya kagum dengan program yang telah dilakukan oleh Walikota Surabaya, Ibu Risma. Kepeduliannya terhadap lingkuangan sangat saya acungi jem‐ pol. (rz)
24
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Liputan Khusus
Minicipal President, Pulau Pinang, Malaysia
Ar. Patahiyah Isamail Saya sangat menyambut baik adanya forum ini. Berkat forum ini saya mengetahui jika di kota Surabaya sudah banyak melakukan perubahan dalam hal pengelolahan lingkungan. Saya sangat salut dengan apa yang telah dilakukan Ibu Risma, beliau bisa melibatkan masyarakat Surabaya untuk bersama‐ sama melakukan pengelolaan lingkungan. Saya sangat ingin sekali belajar ke Surabaya untuk bagaimana caranya mengajak masyarakat bisa mendirikan rumah kompos. Sebab, di kota saya sampah sangat banyak sekali. Namun, sampah di kota saya belum bisa terkelola baik seperti di Surabaya. Makanya, saya akan mengirimkan delegasi dari kota saya untuk belajar ke Surabaya. Saya juga sangat terkesan dengan kebersihan kota Surabaya. Tak hanya bersih, kota Surabaya juga hijau, banyak taman‐taman yang dibangun di tengah‐tengah kota Surabaya. Mengenai makanan, tak jauh berbeda dengan di Malaysia. Di sana juga ada makanan sate, soto dan sebagainya. Tapi, makanan di Surabaya sangat sedap dan pedas. (rz)
Walikota Belait and Seria, Brunei Darussalam
Ishak Abu Hanifa Dilangsungkannya forum Walikota se‐ASEAN ini sangat bagus, karena kita dapat saling belajar satu sama lain. Saya sangat men‐ gagumi penghijauan yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot). Saya akan menerapkan proyek penghijauan di Surabaya di kota saya Kuala Belait and Seria. Saya telah beberapa kali mengunjungi Indonesia, kota Surabaya sangat berbeda dengan Jakarta. Saya pernah mengunjungi Jakarta, ternyata lebih bersih dan hijau Surabaya. Namun, saya juga sangat ingin sekali mengunjungi kota Yogyakarta. Saya dengar di sana banyak tempat pariwisata. Saya tak bisa menduga bila ibu Risma ternyata mampu mengatur 2 juta jiwa lebih masyarakatnya untuk menjaga kebersihan kotanya. Saya sangat kagum kepada ibu Risma mampu membuat Surabaya bersih dan hijau. Saya pasti akan kembali ke Surabaya untuk belajar mengenai pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan Ibu Risma. Sebenarnya makanan di Surabaya tidak jauh berbeda dengan Brunei. Hanya yang membedakan makanan di sini pedas. Ternyata orang Surabaya sangat suka dengan makanan banyak cabai. Saya bersama Walikota lain dari Brunei akan berencana mengunjungi makam Sunan Ampel. (rz)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
25
V|àç gÉâÜ Walikota se‑Asean di Surabaya
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
ari terakhir Pertemuan Pertama Forum Walikota se‐ ASEAN, Selasa (25/10), para delegasi dibawa keliling kota Surabaya menyusuri keasrian dan sejarah Sura‐ baya. Lokasi pertama yang dituju para delegasi tersebut ada‐ lah Taman Ekspresi Jl. Gentengkali. Disambut dengan instrumen musik SD Laboratorium Universitas Negeri Sura‐ baya (Unesa), kemudian para delegasi membubuhkan tanda tangan di 14 prasasti. Dilanjutkan dengan penanaman 14 jenis pohon antara lain pohon Mojo oleh Eddy Santana Putra Ketua Asosiasi Pe‐ merintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), pohon Bisbul oleh Pengiran Abdul Rahman Ismail Walikota Bandar Seri Bega‐ wan Brunei Darussalam, pohon Nam‐nam oleh Haji Haris Othman Walikota Temburong Brunei Darussalam, pohon Wuni oleh Haji Ishak bin Haji Abu Hanifah, pohon Kayu La‐ nang oleh Datuk Abidin Mangkir Walikota Kinabalu Malaysia, pohon Mundu oleh Tavich Chaiswangvong anggota dewan Pattaya Thailand, pohon Jelutung oleh U Hla Myint Walikota Yangon Myanmar dan Jambu Darsono oleh Mohd Maliki Osman Walikota South East District Singapore. Setelah itu, perjalanan berlanjut ke House of Sampoerna dan Tugu Pahlawan. Di Tugu Pahlawan, para delegasi yang berjumlah sekitar 92 orang itu napak tilas perjalanan arek‐ arek Suroboyo memperjuangkan kemerdekaan Indonesia se‐ telah melakukan cetak tangan di atas paper clay. Terakhir, mereka menuju Monumen Jalasveva Jayamahe. Para delegasi akan menutup pertemuan dengan gala dinner di kapal pesiar KRI Surabaya. Di atas dek kapal KRI Surabaya,
H
26
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
sembari meniikmati makanan yang disuguhkan, para un‐ dangan menikmati suasana kota Surabaya malam hari dari tengah laut.
Walikota Tri Rismaharini mendampingi Walikota Yangoon menanam pohon
Liputan Khusus Lampu‐lampu yang menerangi kota Surabaya tampak indah dilihat dari tengah laut. Undangan juga me‐ nikmati indahnya lampu‐lampu yang terpasang di Jembatan Suramadu terpanjang di ASEAN ini. Jembatan yang membentang dari Surabaya Madura ini merupakan kebanggaan warga Jawa Timur. Dihibur Tarian Geleng Ro’om di Atas KRI Surabaya Enam penari perempuan muda nan cantik dari Sanggar Gita Maron Surabaya, tampil apik di acara gala dinner atau jamuan makan malam penutupan The First ASEAN City Mayors Forum (ACMF), Selasa (25/10) malam, di atas KRI Surabaya. Tarian Geleng Ro’om yang me‐ reka bawakan berhasil menghibur Walikota se‐ASEAN yang hadir.Apa keistimewaan tarian ini sampai di‐ tampilkan di perhelatan internasio‐ nal? Tari Geleng Ro`om menceritakan perempuan Madura yang gemar mengenakan gelang sejak zaman dulu. Semakin banyak gelang yang dikenakan, menunjuk‐ kan kelas sosial dari orang tersebut. Gelang itu mempunyai filosofi se‐ bagai pemacu semangat bekerja bagi orang Madura hingga merantau ke berbagai daerah lalu mengumpulkan jerih payahnya itu untuk membeli ge‐ lang emas sebagai tanda kesuksesan‐ nya. Geleng Ro`om yang berarti gelang yang harum, merupakan ta‐ rian yang diadaptasi dari Tari Topeng Getak dan Ronding asal Madura. Selain kostum yang menarik, unik, para penarinya perempuannya muda dan cantik, berkulit putih‐ putih. Mereka mengenakan gelang berwarna keemasan di kaki dan tangannya. Secara fisik saja penam‐ pilan mereka sudah menarik perha‐ tian. Dan yang menjadi kelebihan lain gerakan tarian ini amat variatif dan energik. Itulah yang membuat puluhan pasang mata malam itu ter‐ pikat. (rz)
Penandatanganan prasasti yang diabadikan puluhan wartawan foto
Anggota ACMF mencetak telapak tangan mereka diatas clay paper
Saat berkunjung di Museum 10 Nopember
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
27
Liputan Khusus
Bahas Pelayanan Publik
Forum Walikota se Asean akan fokus membangun kerjasama di beberapa bidang untuk kemajuan ASEAN. Kesepakatan dan kerjasama itu, akan dibahas dalam Forum Walikota se‐Asean Pertama yang mulai digelar Senin (24/10), di Surabaya.
ddy Santana Putra Ketua Apeksi, mengatakan, pertemuan Walikota se‐Asean itu merupakan agenda bergengsi dan bersejarah. Agenda yang diikuti ratusan Walikota se Asean itu di‐ siapkan khusus sebelum KTT Walikota se‐Asean digelar di Bali. Menurut Eddy, diantara bahasan yang akan diseriusi dalam Forum Walikota se‐Asean tentang tata pengelolaan pemerintahan masalah lingkungan hidup dan pelayanan publik. Forum Walikota se‐Asean itu, ke depan ada kemungkinan juga akan men‐ gembangkan mata uang bersama di Asean yang akan berdampak pada pem‐ bangunan ekonomi Asean. Bahasan‐ba‐ hasan penting lain, nanti akan ditindaklanjuti dalam forum KTT Wali‐ kota Se‐Asean yang akan digelar di Bali tahun depan sekaligus menyiapkan
rum Walikota Asean 2011 ini, setidaknya ada kesepakatan yang dihasilkan. Meski tidak menjelaskan secara rinci, namun Risma menyebutkan kesepakatan itu menyangkut tentang good governance, lingkungan dan pembangunan yang ber‐ kelanjutan, pelayanan publik dan jeja‐ ring regional. “Nantinya akan ada pengembangan city to city, juga bergabung bersama (kota‐kota lain) meningkatkan kualitas pelayanan publik seperti apa,” ujarnya Menurut Risma, saat ini Surabaya termasuk ke dalam satu diantara kota yang menjadi referensi khususnya soal pengelolaan lingkungan. Bahkan, ada pimpinan daerah dari negara lain yang mengirim stafnya ke Surabaya untuk mempelajari pengelolaan lingkungan. (*)
E
pembentukan Komunitas Asean yang bentuknya mirip Uni Eropa. Proses itu sekarang masih dibahas bersama Kementrian Dalam Negeri dan Luar Negeri untuk segera mewujudkan negara‐negara Asean yang lebih maju Walikota se‐Asean juga membentuk working group. Tugas grup ini dianta‐ ranya menjadwalkan program yang di‐ buat termasuk pelaksanaan Forum Walikota Asean secara rutin. Tri Rismaharini Walikota Surabaya mengatakan pembentukan working grup dilakukan di akhir pertemuan, Se‐ lasa (25/10). Terkait dengan pelaksa‐ naan rutin Forum Walikota Asean dan program apa yang dirancang akan dise‐ rahkan kepada wakil‐wakil negara yang masuk dalam working group tersebut. Dari hasil Pertemuan Pertama Fo‐
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Forum Walikota se‑ASEAN
Parlementaria
Tanamkan Rasa Nasionalisme Sejak Kecil 10 November setiap tahun rutin diperi‐ ngati sebagai Hari Pahlawan sebagai penghargaan terhadap para pahlawan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Hari Pah‐ lawan dikenal karena perjuangan arek‐ arek Suroboyo yang berani mati mengusir tentara Inggris dari tanah Surabaya. ntuk itu kejadiaan yang selalu men‐ jadi pengobar semangat generasi muda saat ini patut untuk selalu di‐ kenang dan diberi penghargaan tertinggi. Di era sekarang kata Pahlawan dimaknai dalam berbagai arti tidak hanya berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Memaknai Hari Pahlawan Sekretaris Komisi B DPRD Kota Surabaya, Rio Pattise‐ lanno menjelaskan bahwa Hari Pahalwan merupakan hari kebangkitan sebuah bang‐ sa. Sehingga, dampaknya bisa dirasakan sampai sekarang. Walaupun, Hari Pahla‐ wan terjadi di Surabaya, tidak hanya dira‐ yakan warga Surabaya saja. Melainkan seluruh warga Indonesia. Namun, masih kata Rio, para pahla‐ wan yang telah mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan kemerdekaan ternyata masih belum dirasakan sepe‐ nuhnya masyarakat Indonesia. “Sampai saat ini kemerdekaan belum seutuhnya se‐ luruh masyarakat Indonesia. Buktinya, masih banyak masyarakat Indonesia yang terbelenggu dalam kemiskinan. Jadi, me‐ nurut saya bangsa ini belum sepenuhnya merdeka,” terangnya. Maka itu, menyambut Hari Pahlawan harus optimis. Sebab, tak semua kota di In‐ donesia mempunyai sejarah historis se‐ perti Surabaya. Ia menuturkan peristiwa 10 Nopember 1945 merupakan kebang‐ gaan tersendiri bagi warga Surabaya. “Jadi,apa yang telah diperjuangkan para pahlawan kala itu, tidak boleh disia‐ siakan. Kita harus menjaganya dengan cara kita sendiri,” imbuh Rio yang juga Wakil Ketua Fraksi Partai Damai Se‐ jahtera kepada Gapura. Ia juga sangat menyayangkan eu‐ foria menyambut Hari Pahlawan sam‐ pai saat ini belum terasa. Menurutnya euforia Hari Pahlawan tidak seperti ke‐ tika memperingati Hari Kemerdekaan
U
17 Agustusan 1945. Dua bulan sebe‐ lumnya sudah marak kegiatan‐kegiatan menyambut Agustusan. Lomba‐lomba di‐ kampung ramai dilakukan guna menyam‐ but 17 Agustus 1945, sehingga menambah semarak perayaan. “Sebenarnya peristiwa 17 Agustus 1945 dan 10 Nopember 1945 tidak bisa di‐ pisahkan. Sebagai warga Kota Surabaya saya berharap ada penghargaan yang sama. Walaupun, paling tidak selisih bo‐ botnya tidak terlalu jauh dengan hari ke‐ merdekaan negeri ini,” harapnya. Dirinya sangat prihatin dengan pu‐ darnya rasa nasionalisme generasi muda saat ini. Ia juga masih belum mengetahui secara pasti penyebabnya. “Apa karena pengaruh budaya barat yang sekarang san‐ gat diminati pemuda di Indonesia. Seperti mereka terlalu sering dicekoki film dari eropa yang menggambarkan kehidupan anak muda disana. Atau kurangnya pendi‐ dikan dirumah maupun sekolah,” ujarnya. Ia menceritakan ketika melakukan kunjungan kerja di China. Ketika bertanya kepada anggota DPRD kota Shanghai, ke‐ napa Shanghai bisa menjadi kota metro‐ politan dan modern seperti sekarang? . Mereka menjawab butuh 13 tahun untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Ternyata mereka menanamkan kedis‐ plinan kepada anak‐anak sejak mereka se‐ kolah TK. Seperti memberikan pendidikan tentang budaya antri, tertib, dan selalu menghargai pahlawannya. Dengan mence‐ ritakan jasa‐jasa para pahlawan China. Me‐ reka diajak untuk bersyukur dan berterima kasih kepada para pahlawannya. “Saya sangat terkesan ketika saya ke‐ luar dari hotel saya menginap di Shanghai. Waktu itu, saya mau membeli makanan di‐ seberang jalan. Kondisi jalan saat itu, san‐ gat sepi, yang membuat saya terkesan orang‐orang disana menyebrang jalan me‐ nunggu lampu isyarat boleh menyebrang
baru mereka menyebrang. Padahal, saya dan kawan saya maunya langsung nye‐ brang saja. Maklum kebiasaan di Sura‐ baya,” ceritanya sambil tertawa. Menariknya lagi, simulasi seperti ber‐ prilaku antri dan tertib di jalan dilakukan di sekolah‐sekolah. Pemkot Surabaya me‐ miliki tugas untuk bisa mengembalikan dan menumbuhkan kembali rasa nasiona‐ lisme anak muda Surabaya khususnya yang mulai pudar. “Saya rasa Pemkot punya banyak ide dan inovasi‐inovasi untuk melakukan hal itu. Misalnya, setiap tahun sekali semua sekolah diwajibkan mengunjungi museum Tugu Pahlawan. Disana mereka bisa bela‐ jar sejarah diluar literatus yang mereka pe‐ lajari. Untuk menanamkan rasa menghar‐ gai, menghormati, dan syukur kepada pah‐ lawan harus dilakukan sejak mereka kecil,” ucapnya kepada Gapura. Kedepan ia mengharapkan para gene‐ rasi penerus bangsa untuk tidak melupa‐ kan sejarah. Dengan tidak melupakan sejarah mereka bisa memberikan kontri‐ busi melalui hal‐hal yang positif buat kota Surabaya. “Berjuang tidak harus ikut pe‐ rang. Bisa selalu lakukan budaya antri, menjaga kebersihan kota dengan buang sampah di tempatnya, dan selalu tertib dan mematuhi rambu‐rambu lalu lintas. Jika hal tersebut dilakukan saya yakin, kota Surabaya akan menjadi para‐ meter bagi kota‐kota lain di Indo‐ n e s i a ,” harapnya menutup pembica‐ raan. (rz)
Program Kota
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Cegah DBD Melalui Wamantik ada tahun 1967, Kota Surabaya merupakan salah satu kota di In‐ donesia yang terjangkit demam berdarah. Hingga saat ini beberapa daerah di Kota Surabaya masih belum sepenuhnya bebas dari penyakit ini. Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya guna memberantas demam berdarah di Surabaya. Salah satunya yakni den‐ gan menggelar Gebyar Siswa Peman‐ tau Jentik (Wamantik). Wamantik merupakan siswa pe‐ mantau jentik yang dibentuk di tiap‐ tiap sekolah serta memiliki peran melakukan kegiatan surveilans, pre‐ ventif serta promotif. Peran surveilans yang dilakukan meliputi identifikasi kontainer, menghitung indeks kontai‐
P
30
Demam Berdarah Dengue merupakan sakah satu penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius. Penanggulangan wabah DBD tidak hanya melibatkan sektor kesehatan tetapi juga berbagai sektor, dimana pada kegiatan kali ini sektor pendidikan terlibat langsung dengan peran aktif siswa di sekolah. ner dan indeks rumah. Peran preventif yang dilakukan adalah siswa dilatih untuk memahami pentingnya gerakan
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
3M dan mampu mengaplikasikan di lingkungan rumah khususnya, ling‐ kungan sekolah dan masyarakat pada umumnya Acara yang dibuka oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, Rabu (12/10), di Taman Flora Surabaya ini di‐ ikuti sekitar 200 siswa Sekolah Dasar (SD) dan dilaksanakan sampai tanggal 13 Oktober 2011. Pada hari pertama para siswa mengikuti lomba menggambar dengan tema “Pember‐ antasan Sarang Nyamuk”. Pada hari kedua mereka dapat hadir untuk mengikuti berbagai macam games serta mendengarkan pengumuman pemenang lomba menggambar. Pada kesempatan itu, Walikota mengajak masyarakat Surabaya untuk
berani meneriakkan Surabaya bebas demam berdarah. Risma menjelaskan penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyerang siapa saja. Ia mem‐ peringatkan agar segera memerik‐ sakan apabila suhu tubuh anak mulai meningkat walaupun tak ada bintik merah di tubuh anak. “Sekarang menjelang musim hujan, oleh karena itu perkakas yang menampung air hujan harap selalu dibersihkan. Kita harus canangkan Surabaya bebas demam berdarah. Itu pasti susah tetapi jika kita rajin mengkampanyekan maka hal itu bukanlah tidak mungkin. Yang paling penting adalah usaha kita.” terang Risma. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dr. Esty Martiana Rachmie menjelaskan bahwa selain Wamantik ada juga Rumantik (Guru Pemantau Jentik) yang telah diadakan sejak tahun tahun 2010 “Penularan penyakit demam berdarah bisa juga terjadi di sekolah. Jadi melalui acara ini diharap‐ kan perilaku hidup sehat bisa diterap‐ kan oleh para siswa dan guru.” ujarnya. Para guru juga diharapkan mampu mendidik para siswa untuk hidup sehat. “Saya harap para guru bisa men‐ jadi motivator bagi para siswa, se‐ hingga para siswa pun bisa menjadi penyuluh di sekolah dan lingkungan masing‐masing.” lanjut Esty. Esty menambahkan, berbagai cara untuk mengatasi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini telah dilakukan oleh Dinkes Kota Surabaya. Salah satunya adalah dengan menerbitkan Kartu Siswa Pe‐ mantau Jentik bagi siswa sekolah dasar di seluruh Surabaya. Kartu ini berguna untuk arsip siswa memantau jentik nyamuk di rumahnya. Kartu ini nanti akan ditandatangani oleh orang tua masing‐masing, sebagai bukti bahwa siswa yang bersangkutan telah melak‐ sanakan tugasnya. “Jadi kartu ini diperuntukkan bagi siswa SD kelas 4 dan 5. Secara teknis, setiap minggu siswa tersebut
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Program Kota
Lomba menggambar dalam rangkaian Gebyar Siswa Pemantau Jentik di Taman Flora
memeriksa rumahnya apakah ada jen‐ tik nyamuk atau tidak. Kemudian gu‐ runya memeriksa kartu tersebut apakah siswa melaksanakan tugasnya dengan bukti tandatangan orang tua,” pungkasnya. Dalam pelaksanaannya, para siswa pemantau jentik yang telah diajarkan tentang teori 3M (menguras, menutup, mengubur), akan diberi kartu setiap Sabtu dan mereka wajib memantau jentik yang mungkin berkembang di rumah masing‐masing. Pada hari Senin, kartu tersebut wajib dikumpulkan ke guru masing‐masing. Melalui kegiatan ini Dinkes Kota Surabaya berharap adanya perubahan perilaku menuju hidup sehat yang dim‐ ulai sejak dini. Sehingga kedepannya masyarakat akan lebih semakin sadar akan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk. Menurut Esty, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pemberantasan penyakit demam berdarah adalah dengan melakukan fogging atau penyemprotan. Mindset yang kurang benar itu hendaknya dirubah, karena nyamuk demam berdarah tidak bisa dibrantas hanya
dengan penyemprotan. Yang paling utama adalah menjaga kebersihan dan melakukan langkah 3M tersebut. Saat ini, banyak masyarakat yang masih ter‐ paku pada fogging sebagai solusi jika terjadi kasus DBD di wilayahnya. Bi‐ asanya, masyarakat meminta fogging kalau sudah ada warga yang terjangkit DBD, baru ramai‐ramai minta fogging. “Memang saat ini jika terjadi kasus DBD di suatu wilayah, kita melakukan pencegahan dengan fogging. Tetapi yang paling utama adalah menjaga ke‐ bersihan lingkungan masing‐masing dengan perilaku yang bersih dan sehat,” terangnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, Dinkes Kota Surabaya sejak tiga tahun lalu telah membentuk Ibu Pemantau Jentik. “Program tersebut dilaksanakan di setiap Dasawisma kelurahan di Kota Surabaya. Pada mas‐ ing‐masing dasawisma ini ada ibu pe‐ mantau jentik nyamuk, yang akan mengajak seluruh anggotanya untuk memeriksa, menguras serta member‐ antas sarang nyamuk minimal semi‐ nggu sekali dilingkungan rumahnya,” pungkasnya (rz/ev)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
31
Liputan Utama
GALERY DE
32
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Sekretariat Dekranasda Kota Surabaya: Jl. Jimerto No. 25 - 27 Lantai 3 . Telp. (031) 549
Liputan Utama
EKRANASDA
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
33
1024 l Galery Dekranasda : ITC Mega Grosir lt. LG, City of Tomorrow lt.1 Surabaya
Program Kota
Sentra PKL Gayungan
S
entra PKL merupakan wadah bagi para pedagang kaki lima agar lebih terorganisir dan tertib. Pusat kuliner ini menjadi tempat yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk makan, membuat janji dengan rekan, atau tempat berkumpul komunitas. Selain itu, sentra PKL juga menjadi referensi wisata bagi warga ibu kota. Dengan upaya untuk memenuhi fungsi-fungsi inilah, maka sentra-sentra PKL di Surabaya pun dibangun. Hampir di setiap kecamatan di Surabaya memiliki sentra PKL. Salah satu sentra PKL yang paling baru adalah sentra PKL Gayungan. Sentra PKL ini dibangun pada 20 Mei 2010 dan mulai beroperasi pada 5 Mei 2011. Bangunan ini berdiri atas kerjasama antara
34
Dulu, Pedagang Kaki Lima (PKL) identik dengan kesemrawutan dan ketidakteraturan. Kini di berbagai wilayah Kota Surabaya, PKL dikumpulkan dan difasilitasi sehingga pedagang bisa meningkatkan taraf hidupnya. Dinas Koperasi dan (Usaha Kecil dan Menengah) Kota Surabaya, UKM, serta dukungan pihak swasta. Di Sentra PKL Gayungan ini terdapat 32 stan, 30 stan milik pedagang kaki lima, 1 stan milik Program Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan 1 stan lain milik operator telepon yang mensponsori
Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
pendirian sentra PKL ini. Makanan yang dijual pun beragam, ada ronde, bakso, siomay, soto, nasi goreng, semanggi, dan kuliner nikmat lainnya. Aneka makanan di sentra PKL ini bisa dinikmati tanpa merogoh kocek terlalu dalam, karena harganya yang cukup terjangkau. Makanan termahal hanya seharga sepuluh ribu rupiah. Karena harganya yang murah. Sentra PKL ini menjadi pilihan pembeli, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar Gayungan dan pengunjung Masjid Al-Akbar. Selain bisa menikmati berbagai hidangan nikmat, pengunjung juga dimanjakan oleh irama lagu yang dilantunkan oleh penyanyi yang memang bertugas untuk menghibur para pengunjung. Pengunjung juga bisa request lagu
Program Kota yang ingin didengarnya, dan juga boleh ikut menyanyi bersama penyanyi-penyanyi lainnya di panggung. Sahari, ketua pengelola PKL Gayungan, mengungkapkan bahwa sentra PKL ini berdiri sebagai wadah bagi PKL yang awalnya berjualan di sekitar area Masjid AlAkbar Surabaya. “Dengan dibangunnya sentra PKL ini diharapkan usaha para PKL akan lebih maju dan sejahtera, tidak mengganggu aktivitas di Masjid Al-Akbar, dan pembeli merasa lebih nyaman”, ujarnya. Jam operasional yang panjang pun membuat masyarakat sekitar mengandalkan keberadaan sentra PKL Gayungan. Sentra PKL ini buka mulai pukul tujuh pagi sampai dengan pukul dua belas malam. Setiap malam tempat ini selalu ramai diserbu pengunjung, terutama pada malam minggu dan hari libur. Selain berfungsi sebagai tempat penjualan aneka makanan, sentra PKL Gayungan juga bisa menjadi tempat diselenggarakannya event. Seperti event buka bersama yang diadakan oleh salah satu produsen kendaraan. Pihak pengelola pun terbuka jika ada event yang hendak diselenggarakan di sentra PKL yang berlokasi di depan Masjid Nasional Al-Akbar ini. Sentra PKL ini merupakan sentra PKL teramai, dibandingkan dengan sentra PKL lain di Surabaya. Kebersihan tempat, lahan parkir yang luas, akses jalan yang mudah, serta harga terjangkau merupakan faktor-faktor yang membuat sentra PKL ini menjadi sentra PKL terbaik menurut Dinas Koperasi,” lanjut Sahari yang juga memiliki stan di Sentra PKL Gayungan. Terakhir, Sahari menyatakan harapannya pada keberadaan sentra PKL ini. Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan pedagang yang sudah bertempat di sentra
PKL tidak kembali berjualan di pinggir jalan. Dengan pindah ke sentra PKL, kebersihan makanan juga lebih terjaga daripada ketika berjualan di pinggir jalan. Sentra PKL Gayungan hanyalah salah satu contoh saja. Di lokasi lain Pemerintah Kota terus mengembangkan sentra PKL ini di berbagai wilayah kecamatan.
Harapannya, Dengan adanya sentra PKL, secara sosial dan ekonomi, para pedagang juga terangkat tarafnya. Sebab, tempat mereka bertransaksi jauh lebih bagus dan ”berkelas”. Dari tahun ke tahun diharapkan semakin banyak pedagang yang makin sukses setelah pindah ke sentra PKL (hil)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
35
Program Kota
Waspada Kebakaran September - Oktober Meningkat ejadian yang cukup membuat heboh warga Kota Pahlawan adalah kebakaran Gedung Balai Pemuda. Gedung yang menjadi ikon dan tempat kesenian di Surabaya ter‐ bakar pada 20 September 2011. Api berasal dari wartel di belakang gedung yang sudah tidak digunakan, namun kabel masih tersambung. Api yang awalnya kecil dan berusaha di‐ padamkan dengan air dan pasir malah merembet ke atap gedung. Dinas Ke‐ bakaran menerjunkan 12 unit mobil pemadam untuk menyelamatkan ikon Surabaya tersebut. Sebelumnya, kebakaran yang lebih hebat ternyata terjadi di Pasar Loak
K
36
Menjelang musim hujan seperti sekarang ini, Surabaya yang biasa berhawa panas menjadi semakin panas. Kebakaran terjadi disana-sini. Tersebar di berbagai wilayah. Mulai bulan September memang kebakaran menjadi lebih sering terjadi di Surabaya. Awal bulan Oktober saja sudah terjadi 20 kebakaran. Menelan kerugian yang tidak sedikit.
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Demak. Kebakaran yang terjadi akibat korsleting listrik tersebut menelan kerugian hingga ratusan juta. Ratusan stan yang berada di pasar tersebut juga hangus terbakar. Api dengan cepat menjalar karena di lokasi banyak terdapat tabung elpiji. Selain itu barang‐barang yang ada disana berpotensi mudah terbakar. Seperti gas, minyak tanah, karet, dan tinner. Kondisi bangunan yang terbuat dari papan dan triplek juga membuat api cepat membesar. Dinas Kebakaran Kota Surabaya menerjunkan 44 unit mobil pe‐ madam. Selain dari Surabaya, ban‐ tuan mobil pemadam juga didapat
Program Kota
dari Gresik, Sidoarjo, Sampoerna, Pelindo, Gudang Garam dan Pertam‐ ina. Selama lebih dari tujuh jam pe‐ madam berjuang menjinakkan api. Ketiadaan hydrant juga mempeberat tugas petugas karena mereka harus mengambil air dari sungai Asemrowo yang keruh dan banyak sampah. “Kebakaran memang terjadi mer‐ ata di semua wilayah dan jelas Septem‐ ber hingga Oktober ini adalah puncak tertinggi,” terang Nusri Farouch, Kepala Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Pada cuaca yang panas ini ke‐ bakaran memang menjadi masalah tersendiri. Cuaca panas juga bisa mem‐ buat temperamen masyarakat meningkat. Di jalan bisa terjadi tabrakan dan bisa menyebabkan ke‐ bakaran pula. Yang perlu mendapat
perhatian lebih adalah panel‐panel listrik di hotel, sekolah dan rumah sakit. Tempat publik tersebut setiap harinya pasti disinggahi banyak orang. “Ini saja kita baru ada panel listrik yang terbakar di Shangrila, bukan api sih yang keluar tapi asap yang sangat pekat dan berbahaya,”jelas Nusri. Untuk itu perbaikan pengaturan panel harus lebih diperhatikan lagi. Terkait dengan kebakaran yang ser‐ ing terjadi, Dinas Kebakaran memiliki cara guna membantu proses pe‐ madaman. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan di se‐ tiap kecamatan. Penyuluhan tersebut diikuti oleh warga setempat dan di lakukan oleh narasumber yang handal di bidangnya. Mereka diajari cara memadamkan api secara sederhana menggunakan alat‐
alat yang mudah ditemukan di sekitar rumah. Seperti bagaimanan cara mematikan kompor yang terbakar. Re‐ spon warga dan Satlakar terhadap kegiatan seperti ini sangat positif. Setiap kecamatan pada satu angkatan terdapat sekita 120 orang. Sudah ada sekitar delapan kecamatan yang mengikutinya, seperti kecamatan Mulyorejo, Ketabang dan Margomu‐ lyo. Diharapkan dengan adanya pelati‐ han semacam ini, masyarakat mampu terlebih dahulu bertindak jika petugas pemadam belum datang. Apalagi jika lokasinya sulit yang akan membuat petugas memakan waktu lebih lama untuk mencapai tempat kejadian. Nusri Farouch berpesan kepada masyarakat agar lebih sabar dan tidak emosional saat cuaca panas dan ketika menghadapi kebakaran. (pyt)
Balai Pemuda Surabaya yang terbakar 20 September 2011
FOTO: H UM AS
A/S UYA DI KOTA SU RA BAY
Tips pi kecil jadi sahabat api besar jadi lawan. Kata‐kata ini mungkin dulu sering kita dengar tetapi belum tentu benar karena api besar kita butuhkan untuk berbagai keperluan kita yang bermanfaat. Api kecil juga bisa membuat masalah yang tidak dikehendaki jika tidak sesuai dengan pemanfaatan yang kita in‐ ginkan. Agar bangunan seperti rumah, kantor, sekolah, gudang dan lain sebagainya tidak terbakar dan menimbulkan kebakaran, maka diperlukan pencegahan kebakaran dengan tips dan trik mencegah terjadinya kebakaran sebagai berikut:
A
1. Waspada Rokok Tidak membuang puntung rokok sem‐ barangan. Pastikan rokok telah mati total sebelum dibuang ke tempat sampah. Rokok 99% memberikan masalah daripada man‐ faat, sehingga sebaiknya jangan merokok agar tidak rugi. 2. Waspada Pada Penerang Api Ketika mati lampu dan menggunakan penerangan api seperti lilin dan lampu tem‐ pel semprong / petromak maka jangan per‐ nah lalai untuk mengawasi lampu tersebut dan tidak menaruh di tempat sembarang yang bisa jatuh atau berpindah tempat se‐ hingga bisa membakar benda mudah ter‐ bakar yang ada di sekitarnya. Awasi pula penggunaan anti nyamuk bakar. 3. Waspada Anak‐Anak dan Lansia Jauhkan benda‐benda yang berapi atau yang dapat mengeluarkan api. Paling tidak ada orang dewasa yang mengawasi seperti bermain korek api, korek gas, kembang api, petasan, obat nyamuk bakar serta benda‐ benda yang mengeluarkan api dan panas seperti kompor gas, kompor minyak, setrikaan, dispenser air, pemasak nasi, dan lain‐lain. Anak‐anak sangat berpotensi bertindak ceroboh yang bersifat fatal. 4. Siapkan Perangkat Pemadam Kebakaran Ringan Jika bangunan cukup besar gunakan sis‐ tem pemadam detektor asap, pemancar air, perangkat penunjang hidup saat ke‐ bakaran, hidran, selang penyemprot air, tabung pemadam semprot, dan lain seba‐ gainya. Jangan lupa berikan penyuluhan bagi penghuni bangunan dalam meng‐ hadapi bencana kebakaran. Untuk bangu‐ nan kecil minimal ada karung yang dapat dibasahi untuk meredam kebakaran ringan / kecil. Siapkan selang panjang atau ember
38
Antisipasi Kebakaran
untuk memudahkan menyiram kebakaran dengan air. 6. Melakukan Pembinaan dan Sosialisasi Kebakaran Berikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga, pegawai/karyawan kan‐ tor, siswa guru sekolah, buruh pabrik, dan sebagainya mengenai penanganan ben‐ cana kebakaran yang bisa saja terjadi kapan saja dan di mana saja agar ketika terjadi ke‐ bakaran mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan. Beritahu nomor telepon polisi dan pemadam kebakaran lokal dan sentral. 7. Waspada Lingkungan Sekitar Kebakaran juga bisa akibat dari bangu‐ nan sebelah yang terbakar sehingga bangu‐ nan kita ikut menjadi korban karena api bisa membesar dan merembet ke mana‐ mana. Tingkatkan kesadaran bencana ke‐ bakaran di lingkungan masyarakat sekitar untuk meminimalisir terjadinya kebakaran di lingkungan sekitar. Waspada juga dengan melakukan tindakan‐tindakan yang dapat memperkecil resiko kebakaran merembet dari bangunan sekitar ke bangunan kita. Cegah Kebakaran Konsleting Listrik Penyebab terjadinya kebakaran banyak disebabkan oleh korsleting listrik. Untuk itu ada beberapa hal yang harus di perhatikan untuk mencegah bahaya kebaran yang disebabkan korsleting listrik.
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
Di bawah ini kami informasikan tips mencegah bahaya kebakaran akibat ko‐ rsleting listrik: Percayakan pemasangan instalasi rumah/bangunan anda pada instalatir yang terdaftar sebagai anggota AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia) dan terdaftar di PLN. Secara legal instalatir mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan insta‐ lasi. Jangan menumpuk steker atau colokan listrik terlalu banyak pada satu tempat karena sambungan seperti itu akan terus menerus menumpuk panas yang akhirnya dapat mengakibatkan korsleting listrik. Jika sering putus jangan menyam‐ bungnya dengan serabut kawat yang bukan fungsinya karena setiap sekring telah diukur kemampuan menerima beban tertentu. Lakukan pemeriksaan secara rutin ter‐ hadap kondisi isolasi pembungkus kabel, bila ada isolasi yang terkupas atau telah menipis agar segera dilakukan penggantian. Gantilah instalasi rumah/bangunan anda secara menyeluruh minimal lima tahun sekali. pekerjaan pemeriksaan dan peng‐ gantian sebaiknya dilakukan oleh instalatir anggota AKLI dan terdaftar di PLN. Gunakan jenis dan ukuran kabel sesuai peruntukan dan kapasitas hantar arusnya. Bila terjadi kebakaran akibat korsleting listrik akibat pengaman Mini Circuit breaker (MCB) tidak berfungsi dengan baik, matikan segera listrik dari kWh meter. Jangan menyiram sumber kebakaran dengan air bila masih ada arus listrik. Anda juga perlu mengetahui bahwa hubungan arus pendek atau korsleting adalah kontak langsung antara kabel positif dan negatif yang biasanya dibarengi dengan percikan bunga api, dan bunga api inilah yang memicu kebakaran. PLN telah memasang MCB yang terpadu dengan kWh dan OA Kast yang berfungsi sebagai pem‐ batas bila pemakaian beban melebihi kap‐ asitas daya sekaligus sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek. Hindari pemakaian listrik secara illegal karena disamping membahayakan kesela‐ matan jiwa, tindakan itu juga tergolong tin‐ dak kejahatan yang dipidanakan. Jadi sebelum hal‐hal yang tak di‐ inginkan terjadi seperti musibah kebakaran menimpa Anda, sebaiknya kita melakukan tindak pencegahan. Semoga bermanfaat bagi kita semua!
Program Kota
Siapkan Kader Tanggap Bencana
U
nanggulangan bencana, di‐ maksudkan untuk menyiap‐ kan kader Linmas yang memiliki kesiapan dalam pe‐ nanganan berbagai gangguan ketertiban dan ketentraman umum. Dalam sambutannya, Muchlas berpesan kepada se‐ luruh peserta untuk selalu memperhatikan apa yang di‐ sampaikan oleh instruktur se‐ tiap kali mendapatkan materi. “Apa yang telah kalian dapat selama 10 pelatihan, hendak‐ nya bisa diterapkan di ling‐ kungan masyarakat. Bersama‐sama masyarakat untuk selalu siap dan tanggap dalam penanggulangan,” tambahnya. Kabid Perlindungan Ma‐ syarakat, Chandra RMD Orat‐ mangun menjelaskan, kursus ini bertujuan untuk memberi‐ kan pengetahuan dan kete‐ rampilan kepada masyarakat tentang kegiatan manajemen penanggulangan bencana, mulai dari masa pra bencana dengan kegiatan mitigasi, ke‐ giatan tanggap darurat sam‐ pai pasca bencana. Selain itu, pelatihan ini juga diselengga‐ rakan guna mengantisipasi adanya gangguan ketertiban
dan ketentraman umum, se‐ perti tindakan teror yang me‐ resahkan warga. “Mereka yang mengkuti Suskalak ini merupakan ang‐ katan ke 36. Mereka diberi‐ kan pengetahuan tentang tindakan penanggulangan dan penanganan situasi pasca bencana secara cepat, tepat dan terpadu sehingga korban jiwa dan kerugian yang ditim‐ bulkan dapat dicegah atau di‐ minimalkan,” ujar Chandra. Selama sepuluh hari para peserta akan dibekali sejum‐ lah materi seperti kesamap‐ taan, kejuangan, dan kepribadian masyarakat. Tak hanya itu, mereka juga dibe‐
rikan pengetahuan umum, ketrampilan kelinmasan, dan tentang pengetahuan menge‐ nai pemerintahan. “Tak hanya materi saja yang mereka dapat. Mereka juga harus me‐ lakukan praktek lapangan,” tambahnya. Masih kata Chandara, ia mengharapkan setelah mela‐ lui sepuluh hari masa pelati‐ han, diharapkan para peserta bisa menjadi kader perlin‐ dungan masyarakat yang han‐ dal, yang dapat berperan dalam penanggulangan ben‐ cana hingga deteksi dini ter‐ hadap sesuatu yang tidak diinginkan. (rz)
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
ntuk menanggulangi setiap bencana yang terjadi di Kota Sura‐ baya, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlin‐ dungan Masyarakat (Bakes‐ bangpol & Linmas) Kota Surabaya memberikan pen‐ getahuan tentang manaje‐ men penanggulangan bencana, dengan menggelar Kursus Kader Pelaksana Lin‐ mas (Suskalak Linmas). Kursus kader Suskalak ini dibuka secara resmi oleh Asis‐ ten Perekonomian dan Pem‐ bangunan, dr. Muchlas Udin, M.Kes, Kamis (6/10), di La‐ pangan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda. Dalam Sus‐ kalak tersebut peserta diberi‐ kan pengetahuan tentang penanggulangan bencana. Di‐ mulai dari masa pra bencana seperti kegiatan mitigasi juga diberikan tanggap darurat sampai pasca bencana. Suskalak yang berlangs‐ ung selama 10 hari, mulai tanggal 6 ‐ 15 Oktober 2011, dan diikuti 100 peserta, ter‐ diri dari anggota linmas dari Kecamatan dan Kelurahan serta anggota pengamanan dari SKPD maupun relawan yang melaksanakan tugas pe‐
Olahraga
Dispora Siap Bentuk Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat (FORMI) Surabaya Olahraga rekreasi masyarakat adalah salah satu aktivitas masyarakat yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dari olahragaolahraga rekreasi yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah tempat tinggalnya seperti senam, bulutangkis, sepakbola, futsal, panjat tebing, voli, dsb rasa solidaritas antar warga bisa dikembangkan secara optimal. Bahkan melalui olahraga-olahraga yang popular di masyarakat, nilai-nilai kerukunan dan sportifitas akan membentuk mental warga menjadi lebih baik. Gerakan Sport For All Global yang dicanangkan oleh dunia olahraga internasional memang layak dipahami secara komprehensif oleh sejumlah pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. eiring dengan semangat Gerakan Sport For All Global tersebut, ter‐ masuk sport untuk masyarakat umum, Dispora Kota Surabaya pada bulan Nopember ini akan membentuk FORMI Kota Surabaya atau Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indone‐ sia. FORMI adalah federasi tingkat na‐ sional yang memiliki cabang di sejumlah kota di Indonesia dan sudah diakui oleh Indonesia Sport for All Federation dalam TAFISA (The Association for Inter‐ national Sport for All). TAFISA adalah suatu organisasi dunia yang mewadahi olahraga rekreasi‐masyarakat di seluruh dunia, sehingga dengan demikian kebe‐ radaan FORMI secara nasional telah diakui secara internasional dalam per‐ gaulan gerakan Sport for All Global. FORMI didirikan sesuai dengan Un‐ dang‐Undang Nomor 3 Tahun 2005 dan sebagai induk organisasi olahraga yang merupakan satu‐satunya wadah ber‐ himpun dari organisasi‐organisasi olahraga rekreasi yang tumbuh dan ber‐ kembang di masyarakat, baik secara na‐ sional maupun di daerah. FORMI ini juga menjadi mitra strategis pemerin‐ tah, pemerintah daerah dan masyara‐ kat dalam rangka mendorong dan menggerakkan pembinaan dan pen‐
gembangan olahraga rekreasi di seluruh Indonesia. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya, Sigit Suharsono menga‐ takan memang baru tahun ini, sekitar bulan Nopember hingga Januari, Sura‐ baya akan membentuk FORMI. Di level propinsi, FORMI Jawa Timur baru resmi terbentuk sekitar bulan Maret 2011 lalu. Ada sekitar 33 induk organisasi olahraga rekreasi yang bernaung diba‐ wah FORMI pusat namun untuk Jawa Timur cabang olahraga rekreasi yang
40
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
S
Bulutangkis, olahraga rekreatif yang akan dikembangkan secara optimal
Olahraga
FORMI akana dijadikan penggodok atlet sebelum diterjunkan di PORKOT
sudah terdaftar di FORMI pusat antara lain Thaichi, Persatuan Olahraga Perna‐ fasan, Panco, Barongsai juga Jantung Sehat. FORMI Surabaya ini diharapkan bisa menjadi menjadi wadah berorganisasi untuk membangun kebersamaan dalam menyalurkan dan mewujudkan aspirasi, apresiasi dan partisipasi induk organi‐ sasi olahraga rekreasi‐masyarakat dalam pembangunan olahraga nasional dan pergaulan internasional. “Pimpinan FORMI, sesuai dengan instruksi dari Bu Walikota akan dipilih dari kalangan profesional, bukan PNS. Olahraga‐olahraga rekreasi yang ada di Surabaya bisa bergabung di FORMI Su‐ rabaya,”ujar Sigit. FORMI Surabaya nan‐ tinya diharapkan juga bisa menyediakan media komunikasi diantara organisasi olahraga rekreasi‐masyarakat untuk meningkatkan kompetensi dan kapasi‐ tasnya. Menariknya lagi, FORMI Surabaya ini nanti bisa menjadi penggodok atlet‐ atlet yang dipersiapkan untuk even Porkot. “Jika sudah ada FORMI, kami akan lebih mudah melakukan koordi‐ nasi jika akan digelar Porkot sebab olahraga‐olahraga rekreasi baik di ting‐
kat kelurahan/kecamatan sudah ter‐ koordinasikan oleh FORMI. Kami tinggal kerjasama dengan FORMI saja untuk mensuksesan Porkot di tahun‐tahun be‐ rikutnya,” imbuh Sigit. Selain itu jika FORMI bisa eksis, hal ini akan meningkatkan kualitas pelatih‐ pelatih olahraga rekreasi di masyarakat. Apa pasal? Sebab FORMI bisa mempe‐ lopori untuk melakukan sertifikasi bagi pelatih‐pelatih olahraga rekreasi den‐ gan cara bekerjasama dengan Dispora dan Dinkes, misalnya untuk sertikasi in‐ struktur senam lansia akan ada pelati‐ han dan standard‐standard yang dibuat sesuai dengan kaidah kesehatan untuk lansia. Dinkes bisa membantu untuk me‐ wujudkan sertifikasi instruktur agar me‐ mahami standard operating procedure saat melatih dan tahu apa saja yang perlu dilakukan instruktur dalam men‐ gajarkan senam pada lansia. Jika semua sudah memiliki standardisasi, bukan tak mungkin jika pengembangan olahraga rekreasi bisa menjadi jauh lebih baik dan optimal. Tak ada mimpi besar untuk mewu‐ judkan jargon memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masya‐
rakat jika tanpa diawali oleh sebuah ini‐ siatif untuk membuat struktur yang lebih terkoordinir. Dispora pun men‐ coba untuk membuat sebuah bentukan baru untuk mewadahi olahraga‐ olahraga rekreasi, pun termasuk olahraga tradisional, untuk bergabung dalam sebuah wadah yaitu FORMI. “Ini sesuai dengan himbauan dari pemerintah provinsi yang meminta ka‐ bupaten/kota segera membentuk FORMI. Saat ini di Jawa Timur, sudah ada sejumlah FORMI cabang kota/kabu‐ paten yang sudah berdiri. Diantaranya ada FORMI Nganjuk, Gresik, Tuban dan Sidoarjo,”jelasnya. Ada satu cita‐cita lagi yang ingin di‐ wujudkan. “Saya ingin di setiap sudut kota ini masyarakat menggandrungi olahraga‐olahraga rekreasi dan ada se‐ macam pusat atau center kegiatan ter‐ sebut. Misalnya nanti kita bisa bantu untuk memfasilitasi kegiatan olahraga, senam misalnya, di parkiran mall‐mall yang ada di kota ini asaltan pesertanya banyak dan consisten. Jika eksis kan kita bisa menggandeng sponsor dari pihak swasta.Ini nanti adalah pekerjaan rumah kepengurusan FORMI Surabaya dan Dispora,”imbuhnya. (wnd)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
41
Olahraga
lahraga, apapun jenisnya, jika ditekuni dengan serius selain bisa menyehatkan badan juga bisa membuahkan prestasi. Tak ter‐ kecuali olahraga rekreasi yang nota‐ bene merupakan jenis olahraga yang tumbuh dari sebuah masyarakat dan dijadikan bagian dari aktivitas sehari‐ hari. Dari olahraga yang menjadi ba‐ gian aktivitas masyarakat sehari‐hari ini, bukan tidak mungkin akan ditemu‐ kan bibit unggul‐bibit unggul baru yang dapat diarahkan menuju olahraga prestasi. Dalam rangka mencari bibit‐bibit unggul ini pada bulan Oktober 2011, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Pemerintahan Kota Surabaya meng‐ helat Pekan Olahraga Kota (Porkot) 2011. Porkot 2011 ini berlangsung mulai tanggal 16 Oktober hingga 18 Nopember 2011. Sedikit lebih lama di‐ bandingkan event Porkot tahun lalu, sebab pada Porkot tahun ini, Dispora menambah lima cabor lagi yang diper‐ tandingkan pada Porkot 2011. Jika tahun lalu cabor yang dilombakan hanya lima cabor saja, maka tahun ini jumlah cabang olahraga yang diper‐ tandingkan total ada sepuluh jenis ca‐ bang olahraga. Pekan Olahraga Kota yang ditangani oleh Dispora ini diikuti ratusan atlet perwakilan 31 kecamatan se‐Surabaya. Tahun ini Dispora memang beru‐ paya untuk lebih intensif dalam me‐ ningkatkan perkembangan olahraga prestasi. Jika dulu pada waktu Porkot 2010 yang dilombakan hanya lima cabor yaitu bulutangkis, tenis meja, catur, voli, dan futsal kini ada lima cabor lagi yang baru dilombakan tahun ini. Kelima cabor baru tersebut antara lain sepakbola U‐13, panjat tebing, at‐
O
42
letik, basket dan tennis lapangan. Ke‐ pala Dinas Pemuda Olahraga, Sigit Su‐ giharsono, punya alasan tersendiri mengapa sepakbola U‐13 dipertan‐ dingkan dalam Porkot tahun ini. “Se‐ lain bagus untuk mencari bibit‐bibit baru atlet sepakbola Surabaya, sepak‐ bola U‐13 diharapkan juga lebih ‘aman’ suporternya, karena menurut hemat saya, suporternya pasti kawan‐ kawan yang masih sekolah di menen‐ gah pertama,” jelas Sigit. Panjat tebing juga menjadi salah satu andalan baru bagi Dispora untuk bisa menemukan atlet‐atlet panjat te‐ bing yang potensial. Apalagi kota Sura‐ baya kini sudah memiliki sarana panjat tebing baru di kawasan Jl.Irian Barat. Selain itu Dispora juga punya harapan besar agar mampu menemukan bibit‐ bibit atlet baru di cabor‐cabor yang baru diturunkan di Porkot tahun ini. Misalnya saja untuk olahraga basket dan tennis lapangan. Dua jenis olahraga tersebut adalah olahraga yang tak lagi menjadi dominasi atlet khusus, tapi juga sudah dinikmati oleh masyarakat awam. Untuk mekanisme peserta dan atu‐ ran pelaksanaan pertandingan, Kepala Dispora mengaku tidak ada perubahan berarti. “Pengambilan peserta dilaku‐ kan oleh masing‐masing kecamatan. Para camat akan berkoordinasi langs‐ ung dengan kelurahan‐kelurahan yang dipimpinnya untuk mengirimkan per‐ wakilannya ke ajang ini. Semua keca‐ matan akan ikut dalam Porkot tahun ini. Untuk mekanisme penyeleksian perwakilannya kami serahkan lang‐ sung ke kelurahan‐kelurahan tersebut. Mungkin ada yang pernah menjuarai pertandingan salah satu cabang olah‐ raga antar kampung misalnya, ini men‐
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Dispora Tambah Lima Cabor
Olahraga jadi tanggung jawab kelurahan dan ke‐ camatan,”imbuh Sigit. Untuk persiapan pelaksanaan Por‐ kot ini, Peter, salah satu staf Sigit men‐ gatakan persiapan secara teknis dilakukan dua bulan sebelumnya. Mulai dari sosialisasi ke masing‐masing kecamatan hingga persiapan technical meeting (TM). Peserta untuk Porkot tahun ini juga lebih banyak sebab ca‐ bang olahraga yang dipertandingkan juga bertambah. Jika masing‐masing cabor terdapat satu perwakilan, maka jika dikalikan sepuluh cabor dan 31 ke‐ camatan maka akan ada 310 perwaki‐ lan yang ambil bagian dalam Porkot 2011. Bagi Dispora dan KONI Surabaya yang bertugas melakukan monitoring dan evaluasi, Porkot adalah event per‐ tandingan yang sangat penting. Sebab dari pertandingan yang digelar ini, bukan tidak mungkin akan muncul ba‐ nyak calon atlet baru yang bisa dipros‐ pek untuk berlatih lebih keras dan dipersiapkan untuk masuk dalam olah‐ raga prestasi. Sudah ada beberapa atlet‐atlet berprestasi Surabaya yang
awalnya berasal dari penyeleksian yang dilaksanakan antar kampung. Agar penyeleksian bibit‐bibit unggul tersebut lebih terkoordinasi, maka sejak tiga tahun lalu Dispora mengga‐ gas Pekan Olahraga Kota Surabaya. Porkot 2011 ini adalah event Porkot kali ketiga yang diadakan. Selain untuk menjaring bibit‐bibit atlet baru, Dispora juga berharap event Porkot seperti ini bisa memper‐ satukan warga dari tiap‐tiap kecama‐ tan dan menjadi semacam prestise tersendiri yang memicu kecamatan‐ke‐ camatan yang belum mencetak pres‐ tasi dalam Porkot tahun sebelumnya agar lebih memacu diri berburu pres‐ tasi di Porkot 2011 ini. ”Ini adalah se‐ buah upaya untuk memacu semangat yang positif untuk semua kecamatan dan menjadi gengsi tersendiri bagi me‐ reka. Keberhasilan dalam membina ca‐ bang olahraga juga menjadi salah satu indikator bagi kecamatan untuk men‐ golahragakan masyarakat dan mema‐ syarakatkan olahraga,”papar Sigit. Tahun ini piala bergilir Porkot 2010 akan kembali diperebutkan di Porkot
2011. Secara teknis, pelaksanaan Porkot tahun ini, seperti tahun kemarin akan dipisah tempatnya sesuai jenis cabor yang dipertandingkan. Misalnya saja untuk cabor yang baru dipertanding‐ kan seperti sepakbola U‐13 akan dige‐ lar di lapangan ITS dan Gelora 10 Nopember. Sedangakan untuk futsal diadakan di lapangan futsal Mangga Dua, catur di GNI dan panjat tebing di Irba. Cabor yang paling terakhir diper‐ tandingkan adalah panjat tebing. Tahun ini Dispora juga mengang‐ garkan dana khusus untuk menyeleksi para perwakilan dari tiap‐tiap kecama‐ tan. Bagi kecamatan yang tidak mengi‐ rimkan perwakilan, akan ada sanksi khusus yaitu dana pembinaan tidak akan dicairkan. Tahun depan, Dispora masih punya keinginan untuk menam‐ bah cabor baru yang akan dipertan‐ dingkan. ”Kita punya banyak olahraga masyarakat yang akan rencananya tahun depan akan kami masukkan dalam Porkot 2012,”kata Sigit. (wnd)
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Edukasi
Sekolah Inklusi
SMP Negeri 39 Surabaya iswa bekebutuhan khusus se‐ makin mendapat perhatian dari pemerintah Kota Surabaya. Pada tahun ajaran 2011‐2012 ini telah dibuka lima sekolah inklusi untuk jen‐ jang SMP di Surabaya. Setelah SMPN 29 Surabaya sukses menjadi sekolah inklusi SMP pertama. Kini giliran SMPN 5, SMPN 28, SMPN 39 dan SMPN 36 yang membuka sekolah inklusi. Sekolah‐sekolah tersebut menyebar di wilayah Surabaya agar siswa inklusi mampu menjangkau sekolah yang dekat dengan rumahnya. Semakin banyak sekolah inklusi yang ada juga di‐ harapkan dapat membuat rasa percaya diri siswa inklusi sama dengan siswa lain di sekolah tersebut. Salah satu sekolah yang menjadi sekolah inklusi adalah SMPN 39 Surabaya. Sekolah yang berada di
S
wilayah timur surabaya ini menampung 16 orang siswa inklusi. Mohammad Rizal selaku wakahumas di SMPN 39 Surabaya menyatakan bahwa awalnya siswa inklusi berjumlah 17 orang. Namun satu siswa mengundurkan diri karena beberapa faktor. Proses kegiatan belajar mengajar siswa inklusi di sekolah ini disamakan dengan siswa reguler lainnya. Setiap kelas masing‐masing diisi dua orang siswa inklusi yang berbaur dengan siswa reguler lainnya. Mereka juga mendapat pengajaran yang sama. Hanya saja jika siswa inklusi mulai berubah mood dan mengganggu teman sekelasnya, mereka akan dite‐ nangkan di sebuah ruangan. Ruangan tersebut bernama ruang pintar. Sebagai sekolah inklusi baru SMPN 39 belum memiliki ruang pintar yang ideal.
Anak-anak bermain riang di halaman sekolah. Siapa menyangka jika dari sekian banyak anak itu ada yang merupakan siswa berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Juga agar siswa inklusi tidak merasa berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Siswa inklusi juga memiliki guru pendamping yang selalu memantau keadaan siswa di kelas. Jika siswa inklusi tersebut rewel, guru pendamp‐ ing lah yang bertugas menenangkan. FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
“Jadi ya bukan ditemani sepanjang hari, mereka (siswa inklusi‐red) juga tidak mau kalau ditemani terus seharian,” terang Sri Setyoningsih, guru IPS. Di sekolah ini terdapat 18 orang guru yang mengurusi siswa inklusi, ditambah dua orang guru dari Galuh Handayani. Guru SMPN 39 telah mengikuti pelatihan agar tidak kaget dan lebih terbiasa. Karena kehadiran siswa inklusi me‐ mang menjadi hal yang baru buat mereka. Sejauh ini para siswa inklusi terse‐ but mampu menangkap pelajaran den‐ gan baik walaupun terkadang ada masih ketinggalan dibanding siswa reg‐ uler. Pihak sekolah telah mensosialisas‐ ikan kehadiran siswa inklusi ini. sehingga siswa reguler pun tidak keber‐ atan. Mereka malah membantu men‐ gajarkan pelajaran ataupun perilaku yang baik kepada siswa inklusi. Misal‐ nya ketika siswa inklusi memberikan salam kepada guru, jika caranya kurang sopan akan di bantu oleh siswa reguler agar bisa lebih sopan. Ujian tengah semester ataupun akhir semester juga dilakukan bersama siswa reguler. Dengan topik dan materi yang sama, hanya bobot soal yang lebih disederhanakan agar lebih mudah di‐ mengerti. Pada dasarnya siswa inklusi tidak mau dibedakan dengan siswa reg‐ uler lainnya. cara tersebut dioahami oleh guru‐guru SMPN 39 setelah men‐ dapat pembekalan dan melakukan kun‐ jungan ke SMPN 18 Malang, yang telah lebih berpengalaman. Dalam beberapa hal siswa inklusi lebih pandai daripada siswa reguler. Ke‐ hidupan sosial mereka lah yang berbeda. Guru‐guru disitu bertugas menunjukkan bahwa kehidupan bukan Cuma ada antara rumah dan sekolah yang dulu. Ada orang‐orang lain yang juga harus dikenal dan dihormati. Kedepannya juga akan diadakan perte‐ muan bersama orang tua siswa inklusi agar lebih memahami anak‐anaknya, karena selama ini orangtua hanya di‐ panggil satu persatu saja. Agar sekolah inklusi bisa berjalan lebih maksimal, Lucia Maria selaku koordinator Inklusi
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Edukasi
SMPN 39 mengyatakan bahwa peneri‐ maan siswa inklusi keedepannya harus melewati tes. Tahun ini hanya ada surat keteran‐ gann dari psikolog, namun malah ada yang sudah kadaluarsa. Harus ada stan‐ dar penerimaan. Selain itu juga fasilitas
pendukung supaya lebih diperhatikan. Juga tenaga terlatih yang dirasa masih kurang. Tidak hanya bbeberapa guru, tapi juga semua guru diberikan pem‐ bekalan untuk memantau siswa inklusi jika setiap tahunnya siswa semakin bertambah. (pyt)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
45
Edukasi
Hasil Karya SMKN 2 Surabaya ekolah yang berada di Jalan Tentara Genie Pelajar atau dulu dikenal dengan nama Jalan Patua ini, berhasil membuktikan bahwa mereka mampu untuk membuat sebuah karya prestisius yang tepat guna. Tak tangung‐ tanggung, kreativitas mereka dalam merakit laptop juga berhasil menembus rekor MURI dengan merakit sebanyak 4.484 unit netbook atau laptop mini untuk kebutuhan sendiri. Perangkat tersebut pun telah dibagikan ke sekolah‐sekolah menengah kejuruan baik negeri maupun swasta di Jawa Timur pada Januari 2011 lalu. Netbook itu dirakit 700 siswa SMK negeri dan swasta di Surabaya yang dikoordinatori oleh SMKN 2 Surabaya pada akhir November 2010 atas dukungan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan Nasional. Hari Subagiyo, humas SMKN 2 Surabaya ketika ditemui GAPURA mengatakan program perakitan laptop secara mandiri ini diawali dari kerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMK
Menyenangkan sepertinya jika kita bisa merakit laptop ataupun netbook sendiri. Lebih menyenangkan lagi jika kita bisa menjual laptop hasil rakitan kita dengan harga yang sepadan. Jargon SMK Bisa! bisa dibilang benar adanya. Dari tangan-tangan siswa SMK, karya-karya mengagumkan itu terlahir. Salah satunya adalah karya siswa-siswi SMKN 2 Surabaya.
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
S
Kemendiknas pada pertengahan 2009 silam. Waktu itu, seiring dengan mewujudkan Surabaya sebagai Kota Vokasi, SMKN 2 Surabaya menandatangani perjanjian kerjasama atau MoU (Memorandum of Understanding) dalam rangka perakitan PC, laptop dan netbook. SMKN 2 kemudian diberi komponen‐ komponen yang nantinya harus dirakit sendiri menjadi produk PC atau personal computer dan notebook. Ada sekitar 300 paket komponen untuk perakitan PC dan 50 paket komponen untuk perakitan notebook. Kemudian pada termin berikutnya Kemendiknas mengirimkan 4484 paket komponen untuk merakit netbook. Bantuan dari Kemendiknas ini pun dikerjakan bersama oleh 700 siswa SMK negeri dan swasta se Surabaya dengan dikoordinatori oleh SMKN 2 Surabaya. Total ada sekitar 400 siswa SMKN 2 Surabaya yang aktif terlibat dalam perakitan netbook tersebut, dan 300 siswa sisanya berasal dari SMK lain. Bagi para siswa, khususnya siswa SMKN 2, merakit
Siswa SMKN 2 Surabaya dengan sepeda listrik hasik rakitannya
46
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
komponen‐komponen sehingga bisa menghasilkan sebuah netbook hanya butuh waktu tak lebih dari 15 menit saja. Hasilnya dalam waktu yang relatif cepat, sebanyak 4.484 unit computer jinjing mini ini berhasil dirakit. Netbook tersebut kemudian dibagikan kepada SMK Negeri Swasta se‐Jawa Timur. Sebanyak 340 unit diberikan kepada 78 SMK Negeri Swasta di Surabaya. Adapun sisanya didistribusikan kepada 898 SMK Negeri dan Swasta di luar Surabaya, di Jatim. Setiap SMK mendapatkan 4 unit komputer jinjing mini dengan prosesor intel 1,66 GHz, perangkat keras (harddisk) 250 GB, memory 1 GB ‐ DDR 3, perangkat baca kartu 8 in 1 card reader (MMC/RSmmc/sD). Keberhasilan SMKN 2 Surabaya dalam mendidik siswa‐siswinya untuk mampu melakukan perakitan laptop mandiri tentu tak terlepas dari kerja keras para pendidik. Hari Subagiyo yang waktu itu masih menjadi Kepala Program IT mengatakan bahwa untuk membuat ratusan siswa mampu melakukan perakitan mandiri,
Edukasi tambahan untuk merakit laptop secara mandiri. ”Kesulitan terbesar dalam merakit lap‐ top hanyalah masalah ketelitian. Kabel‐ka‐ belnya kan cukup kecil, sehingga kami harus teliti dan hati‐hati saat merakitnya. Nanti saya juga ingin menjadi wirausaha dengan membuat bisnis perakitan lap‐ top,”ungkap Dicky. (wnd)
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
awal 2010 sudah ada 20 pembeli perdana yang membeli laptop ini dengan sistem kredit lunak,”ujar Hari. Pada tahun 2011 ini sudah ada 100 pemesan yang indent untuk membeli laptop hasil rakitan siswa SMKN 2 Surabaya. Dicky Wahyu, siswa kelas XII yang juga menjadi salah satu perakit laptop ini men‐ gatakan bahwa dirinya senang punya ke‐ sempatan untuk bisa memiliki ilmu
Siswa SMKN 2 Surabaya dengan mobil hasil rakitannya
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
pihaknya perlu untuk mendidik sekitar 15 guru SMKN 2 Surabaya sebelum memberi pelatihan pada siswa. Kebetulan, Hari pernah mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi selama 18 bulan (setara D4) di PENS ITS. Setelah 15 orang guru tersebut mampu untuk mendalami konsep merakit laptop secara mandiri, baru kemudian para guru memberi pelatihan intensif pada siswa. “Pada dasarnya kami tak mengalami kesulitan saat memberikan pelatihan intensif pada siswa, sebab mereka sudah memiliki dasar ilmunya. Misalnya untuk menginsertkan software mereka sudah punya basic ilmu. Pengetahuan tentang hardware sedikit banyak juga sudah punya, tinggal diintensifkan saja dalam bentuk praktek,” jelas Hari. Pelatihan maraton tersebut dilaksanakan hanya dalam waktu empat jam. Siswa diberi pemantapan teori selama empat jam, kemudian siswa langsung praktek merakit. Untuk memudahkan pemantapan materi teori dan prakteknya, siswa juga bisa belajar langsung dari rekaman video tentang teori dan langkah‐langkah perakitan laptop. Menurut Hari, sangat jarang ada sekolah kejuruan yang mengajarkan cara merakit laptop. Oleh karena itulah pelatihan merakit laptop ini sangat disukai oleh para siswa. ”Bahkan ada alumni yang merasa ’iri’ kenapa dulu kok tidak ada pelatihan merakit laptop, kenapa kok baru angkatan 2010,” imbuh Hari sambil tersenyum. Dalam satu hari usai pemantapan ma‐ teri, satu siswa mampu merakit rata‐rata sekitar lima hingga enam netbook. Net‐ book produksi SMKN 2 Surabaya tersebut diberi merk SMK Mugen, SMK Zyrex dan SMK Relion. Netbook produksi SMKN 2 Surabaya ini selain bisa dinikmati oleh SMK‐SMK se Jatim juga boleh dibeli siswa ataupun guru. Bahkan ada orang tua murid yang mem‐ beli laptop rakitan siswa SMKN 2 Surabaya. ”Kami menawarkan kredit lunak. Untuk notebook kami jual dengan harga empat jutaan dengan spek yang sudah core i 3, sedangkan netbook atau kompu‐ ter jinjing mini seharga 2,2 juta saja dan se‐ muanya bisa dicicil sebanyak 10x. Pada
Siswa SMKN 2 Surabaya dengan robot hasil rakitannya
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
47
Edukasi
Jurusan Pedalangan SMKN 9 Surabaya
Eksis dalam Gempuran Budaya Asing idampingi oleh Kaprodi Seni Peda‐ langan SMKN 9 Surabaya, Sup‐ riyono,S.Sn, rasanya cukup asing melihat puluhan anak terlihat khusyuk me‐ nyimak lakon yang sedang dimainkan oleh dalang muda dari ISI Jogja. Sesekali me‐ reka mendiskusikan dengan teman di se‐ belahnya. Tampak mereka cukup memahami kisah yang sedang diceritakan tersebut. Dan yang membuat takjub adalah, anak‐ anak yang sedang menyaksikan pertunju‐ kan wayang kulit tersebut adalah anak‐anak Surabaya berusia belasan, bukan Jogja atau Solo yang masih kental adat Jawanya. Boleh dibilang keberadaan SMKN 9 Su‐ rabaya ini cukup istimewa. Berbeda den‐ gan SMK lain yang menyediakan kejuruan bidang teknik atau ekonomi, SMKN 9 Su‐ rabaya adalah satu‐satunya sekolah keju‐ ruan di Jawa Timur yang memfokuskan pada seni pertunjukan. Ada lima jurusan yang tersedia di sekolah ini, selain jurusan pedala‐ ngan, ada jurusan karawitan, jurusan musik, jurusan teater dan jurusan tari. Supriyono, ke‐
D
Iringan gamelan sayup-sayup terdengar ketika GAPURA menginjakkan kaki di halaman sekolah ini. Suara gamelan lengkap dengan suara sinden ini berasal dari aula sekolah yang tampak penuh oleh siswa-siswi sekolah tersebut. Bukan, aula tersebut bukan sedang disewa untuk hajatan, namun sekolah tersebut, SMKN 9 Surabaya, yang dulu familiar dengan sebutan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), sedang menggelar pertunjukkan wayang kulit yang merupakan kegiatan Deseminasi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta. pala program pendidikan seni pedalangan mengatakan, untuk jurusan pedalangan, di Jawa Timur mungkin hanya ada di SMKN 9 Surabaya. Perkembangan era globalisasi yang tak dapat dipungkiri mampu meng‐ gerus sedikit demi sedikit budaya lokal bangsa ini menjadi satu tantangan sendiri bagi jurusan pedalangan dalam menjaga eksistensinya. Terlebih tak ba‐
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
nyak anak muda yang masih paham den‐ gan budaya wayang kulit. “Belajar peda‐ langan itu bukan gampang‐gampang susah, tapi memang gampang susah‐ susah,” ujar Supriono ketika menggambar‐ kan bagaimana tantangan untuk belajar ilmu budaya wayang kulit. Untuk itulah dibutuhkan minat yang besar untuk bisa mendalami ilmu di juru‐ san pedalangan. Kalau soal bakat, menu‐ rut Supriono, bisa diasah selama masih ada minat yang tinggi. Ia mengakui, minat generasi muda, khususnya generasi muda perkotaan terhadap seni pendalangan cukup rendah. Kuota jurusan pedalangan yang disediakan sebanyak 10 kursi setiap tahun terkadang tidak terpenuhi. Generas muda kerap hanya sekedar melihat wayang tanpa tahu bahasanya, dan tak mengerti filosofi yang ada dalam lakon yang tengah disajikan. Bahasa yang dipakai dalam wayang kulit memang tak hanya bahasa kromo inggil, namun juga ada perpaduan bahsa sansekerta, dan juga bahasa jawa kawi. Selain itu dalam memilih bahasa yang digunakan untuk setiap lakon anak wayang juga menganut aturan udonegoro alias ada silsilah dalam bahasa pedalangan, tidak se‐ kedar memilih bahasa yang digunakan saja tetapi juga ada filosofinya. Namun seiring
Edukasi gemar yang jelas, terbukti di Surabaya masih ada sekitar 20 orang dalang yang masih eksis. Untuk memberikan kesempatan agar para siswa mampu berpraktek sebagai da‐ lang dengan baik, SMKN 9 Surabaya punya program tahunan yaitu setiap tiga bulan sekali ada pentas internal pertunjukan wayang kulit di sekolah. Namun tidak me‐ nutup kemungkinan pentas juga diadakan di luar sekolah, misalnya di acara hajatan. ”Kami juga memberi kesempatan untuk warga masyarakat Surabaya jika ingin mengundang kami silahkan, tidak dipun‐ gut biaya sama sekali, asal ada sekedar konsumsi untuk dalang dan timnya, itu sudah cukup. Nanti sekolah bisa mem‐ bantu memfasilitasi gamelan dan perleng‐ kapan lainnya secara cuma‐cuma,” papar Supriyono. (wnd)
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
menghidupi dirinya sendiri, ketika menjadi dalang ia juga harus mampu memberikan kesejahteraan pada tim yang dipimpinnya. “Saya optimis selama masih ada anak‐anak muda yang mau belajar ndalang, budaya wayang kulit ini akan tetap eksis. Jika tak ingin menjadi dalang seusai lulus sekolah pun tak masalah, mereka masih bisa men‐ jadi MC Jawa, penulis naskah Jawa, dan bisa mengajar. Saya dulu juga lulusan dari SMKN 9 yang dulu namanya masih SMKI. Sampai saat ini pun saya masih menerima tanggapan di beberapa tempat,”ujar da‐ lang asli Surabaya ini. Saat ini ada tiga orang guru PNS yang mengajar di jurusan pedalangan. Selain guru tetap, juga ada GTT dan guru tamu yang merupakan dalang‐dalang handal di Jawa Timur. Jika diamati, budaya wayang kulit ini masih memiliki segmentasi peng‐
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/KUSMALI
perkembangan seni wayang kulit, kata Supriyono, kini bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang kulit sudah menggunakan bahasa Jawa yang lebih po‐ puler. Minat siswa terhadap jurusan ini me‐ mang tak banyak, hanya berkisar satu hingga enam siswa saja per tahun. Tahun ini di kelas X terdapat enam siswa, kelas XI ada enam siswa dan kelas XII lima siswa. Total hanya ada 17 siswa yang belajar ilmu pedalangan. Itu pun rata‐rata siswa berasal dari luar kota Surabaya seperti Sidoarjo, Gresik, Kediri dan Mojokerto. Bahkan saaat pendafataran siswa baru, SMKN 9 Surabaya pernah rela mem‐ berikan stimulus berupa uang saku seba‐ nyak Rp 100.000 untuk mendongkrak calon siswa yang mendaftar di jurusan pendalangan. “Inilah tantangan kami. Sebenarnya kami tak perlu siswa terlalu banyak, cukup memenuhi kuota saja. Namun belajar pe‐ dalangan ini adalah masalah minat. Tahun 2008 lalu bahkan pernah tak ada satu pun calon siswa yang mendaftar di jurusan pe‐ dalangan. Inilah yang menjadi tantangan kami untuk bisa membuktikan bahwa para siswa di jurusan pedalangan juga memiliki masa depan yang tak kalah cerah dari ju‐ rusan lain,”ujar Supriyono. Pada hakikatnya, belajar seni peda‐ langan adalah belajar internalisasi nilai‐ nilai budaya dalam diri manusia. Belajar dunia pewayangan menuntut seorang siswa untuk mampu menghayati khasanah budaya milik negeri sendiri. Keluhuran dan angkara murka yang terdapat dalam kisi‐ kisi kisah wayang kulit menjadi satu pen‐ gasah kelembutan hati karena pada dasarnya seni itu mampu melembutkan hati. Supriyono mengatakan belajar wayang kulit itu adalah belajar olah raga dan juga olah rasa. Olah raga karena harus mampu mengepaskan sabetan wayang agar tam‐ pak hidup, olah rasa karena sang dalang harus mampu menjadi seorang ahli mono‐ log yang unggul agar bisa menghidupkan karakter wayang yang sedang dimainkan. Sebuah kombinasi olah diri yang menarik tentunya. Supriyono menyebutkan seorang da‐ lang pada dasarnya adalah seorang entre‐ preneur. Tak hanya harus mampu
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
49
Serpung
Ludruk Tak Boleh Terpuruk M ungkin kita akan tersenyum simpul saat membaca kidun‐ gan jula‐juli diatas. Ya, jula‐juli yang dikreasikan oleh Cak Kartolo itu memang lucu, kocak dan mampu mem‐ buat orang yang mendengar atau mem‐ bacanya tertawa, setidaknya tersenyum. Jula‐juli yang lucu itu adalah bagian dari kesenian ludruk, kebu‐ dayaan khas Jawa Timur dan besar melegenda di Kota Pahlawan, Surabaya. Berbeda dengan kesenian pertun‐ jukan serupa, ludruk memiliki ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan ketoprak misalnya. Ludruk khas Surabaya ini menggunakan bahasa Jawa ngoko, bahasa yang digunakan sehari‐ hari oleh masyarakat Surabaya. Cerita yang diangkat pun cerita ten‐ tang kehidupan masyarakat sehari‐hari. Hal ini berbeda dengan ketoprak yang lebih sering mengangkat kehidupan is‐ tana dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa kromo inggil (bahasa Jawa halus). Cerita, kidungan jula‐juli (parikan
50
Selendang biru suwek ombo, ndang dondomono
Aku rabi ora milih sing ayu, senajan elek‐elek pokoke pinter nyitak boto Nyitak boto oleh rong ewu, bojoku sing kerjo aku sing turu khas Suroboyo) pun dikemas kocak dan spontan. Pertunjukan ludruk berbeda dengan seni pertunjukan lain yang menggunakan teks naskah sebagai pan‐ duannya, para pemain ludruk justru ter‐ kenal dengan improvisasi yang luar biasa di atas pentas. Hengki Kusuma, salah satu penggiat dan pemain ludruk Surabaya, ketika di‐ temui Gapura di Taman Budaya Jatim mengatakan sekarang era ludruk di Jawa Timur secara kesuluruhan, dan tak terkecuali Surabaya memang menga‐
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
lami degradasi penurunan. Terutama jenis ludruk tobongan alias ludruk yang menggelar pentas dengan membuat panggung yang berpindah‐pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Bisa di‐ bilang eksistensi ludruk jenis tobongan ini bisa dihitung dengan jari saja freku‐ ensi pentasnya. ”Padahal dulu pada era 80‐an ludruk tobongan ini adalah jenis hiburan yang paling top saat itu. Ada grup Sariwarni, Gematribrata dan Tan‐ sah Trisno yang begitu eksis. Kini para pemainnya sudah banyak yang mening‐ galkan panggung ludruk. Salah satu per‐ sonel ludruk Tansah Trisno, Eko DJ justru sekarang memilih profesi sebagai pela‐ wak dan cukup eksis di dunia lawak ibu‐ kota,” papar Hengki. Kesenian ludruk ini menurut Hengki mulai mundur pada tahun 90‐an saat TV swasta mengalami perkembangan yang begitu pesat. Seniman‐seniman ludruk yang tak mampu untuk menye‐ suaikan diri dengan perkembangan zaman terpaksa harus mundur teratur
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Budaya
Salahsatu adegan dalam sebuah pementasan ludruk
dari kesenian yang berkembang pesat di Kota Pahlawan ini. Anak‐anak wayang (sebutan untuk para seniman ludruk) yang tak mampu menangkap fenomena akhirnya harus rela tergusur sedikit demi sedikit dari popularitas pengaruh budaya asing yang kian gencar. Lalu sebenarnya dari bahasa apa kata ludruk itu berasal? Dari hasil collec‐ ting data yang dilakukan GAPURA, Cak Markaban, tokoh seniman ludruk Trip‐ rasetya Surabaya pernah mengatakan bahwa ludruk itu berasal dari kata gela‐ gelo dan gedrak‐gedruk karena anak wayang yang membawakan ludrukan kepalanya gela‐gelo (menggeleng‐ge‐ leng dalam bahasa Indonesia) dan ged‐ rak‐gedruk atau menghentakkan kaki secara berulang‐ulang ke lantai. Ada juga yang mengatakan ludruk itu berasal dari molo‐molo (mulutnya berbicara kidungan) sambil gedrak‐ged‐ ruk. Tapi di buku Soerabaia Tempo Doe‐ loe yang ditulis oleh Dukut Imam Widodo, di halaman 100 disebutkan bahwa ludruk berasal dari Bahasa Be‐ landa yaitu leuk en druk yang berasal dari ungkapan mari kita leuk en druk, yang jika diartikan dengan bahasa gaul anak muda sekarang memiliki arti mari kita tidak perduli, yang penting happy. Di masa kini, ludruk yang masih eksis menurut Hengki Kusuma adalah
ludruk tanggapan, artinya ludruk yang sengaja diundang pada saat ada hajatan manten atau ada pagelaran khusus. Kalau berbicara di lingkup Jawa Timur, kelompok ludruk yang masih eksis ad‐ alah kelompok Karya Budaya dari Mo‐ jokerto. Dalam setahun mereka mampu melayani 154 kali undangan. ”Kalau di Surabaya, ludruk tangga‐ pan yang masih eksis ya ludruknya RRI itu tapi frekuensi tanggapannya per tahun tidak terlalu sering, sekitar 25 pentas saja,”ujar Hengki. Fenomena seperti ini memang perlu mendapat perhatian ekstra dari peme‐ rintah jika tak ingin kesenian ini luntur seiring berjalannya waktu. Hengki Ku‐ suma cukup salut dengan upaya Pem‐ kot Surabaya menggelar Surabaya Gender Award 2011 yang diadakan Sep‐ tember lalu. Hengki berharap upaya melestari‐ kan kesenian ludruk tak hanya berhenti di festival ini namun juga berlangsung secara berkelanjutan. Artinya ada pem‐ binaan secara langsung hingga ke ting‐ kat kecamatan misalnya. ”Coba kalau misalnya yang kelom‐ pok terbaik yang menang dalam Sura‐ baya Gender Award kemarin seperti kelompok dari kecamatan Sawahan, Su‐ kolilo, Wiyung, Tambaksari dan Rungkut mendapatkan fasilitas untuk mengem‐
bangkan ludruk di kecamatan dan dip‐ antau secara intensif pasti ini akan men‐ jadi satu starting point yang sangat bagus,”ungkap Hengki. Jika lima kecamatan tersebut mampu menggelar pertunjukan ludruk secara konsisten di wilayahnya masing‐ masing, Hengki yakin kesenian ludruk Surabaya bisa kembali meraih kejayaan masa lalunya meski sekarang harus ber‐ saing dengan tontonan di televisi. Hengki optimis, pada dasarnya masya‐ rakat Surabaya itu masih sangat men‐ cintai ludruk sebagai kesenian yang melegenda di Surabaya. Asal para pe‐ main ludruk bisa menyesuaikan diri dengan cerita‐cerita yang ada di masya‐ rakat yang sedang populer, ia optimis ludruk masih sangat bisa menjadi pro‐ duk budaya kekinian. Saat ini Surabaya masih memiliki ba‐ nyak seniman ludruk. Kata Hengki, mungkin sesekali Pemkot perlu untuk mengundang para seniman tersebut untuk menggelar sarasehan seperti Cak Kancil, Cak Sidiq, Cak Kartolo, Cak Towo, Cak Alimin, Cak Sapari dan Cak Mu’ali. Sarasehan itu diperlukan untuk mene‐ mukan ide‐ide baru untuk mengeksis‐ kan kembali kesenian ludruk Surabaya. Para seniman tadi bisa diajak kerja‐ sama untuk melatih para warga di tiap‐ tiap kecamatan untuk belajar penyutradaraan, pelatihan menjadi aktor dan belajar tata iringan untuk pe‐ mentasan ludruk. ”Selain itu, mena‐ namkan semangat mencintai ludruk itu juga perlu kita lakukan pada generasi muda. Pemkot melalui Dinas Pendidi‐ kan misalnya bisa memotivasi muncul‐ nya esktrakurikuler ludruk di kalangan anak SMP‐SMA di Surabaya. Kemudian setelah ada eskulnya, bisa ditindaklan‐ juti dengan mengadakan festival ludruk anak muda Surabaya,”saran Hengki. Ludruk, meski bukan kesenian asli Surabaya namun seni pertunjukan ini pernah mengalami masa kejayaan yang hebat di kota ini. Jika bukan generasi muda yang peduli dengan kesenian ini, lalu siapa lagi? (wnd)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
51
Budaya
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Gowes Malam di Taman Bungkul aman bungkul adalah salah satu taman kota di Surabaya yang cukup banyak digemari oleh masyarakat. Diberi nama Taman Bungkul karena di dalam taman tersebut terdapat sebuah makam. Makam ini adalah makam salah satu sunan yang menyebarkan Agama Islam di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya. Sunan tersebut adalah Sunan Mbah Bungkul. Mbah Bungkul juga disebut Sunan oleh masyarakat Surabaya karena Mbah Bungkul dianggap sebagai wali lokal, di luar nama-nama 9 wali atau yang
T
52
biasa dikenal dengan Wali Songo, menurut konsep sejarawan Sartono Karto Dirjo. Sebutan itu diberikan karena beliau adalah tokoh Islamisasi tingkat lokal. Keberadaan Mbah Bungkul sejajar dengan Syah Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), KI Ageng Gribig (Klaten), Sunan Panggung (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), dan Wali lokal lainnya yang banyak tersebar di berbagai kota.Taman ini sangat ramai. Mulai pagi hingga malam taman
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
ini tidak pernah sepi. Banyak kaum muda, tua, laki-laki maupun perempuan yang singgah di taman ini. Ada yang sekedar hanya untuk melihat-lihat,wisata kuliner, bermain bersama keluarga, dan ada juga yang sengaja mengajak pasangannya menikmati hari. Selain taman juga terdapat tempat permainan anak muda, yaitu skate park. Di sini masyarakat pengunjung Taman Bungkul juga bisa melihat para bikers beraksi setiap Minggu pagi pukul 06.00. Tidak hanya itu, setiap Sabtu malam dari sekitar jam
Wisata
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
19.00 WIB ada acara live music di taman ini. Akhir-akhir ini ada pemandan-
gan yang cukup berbeda di Taman Bungkul saat malam hari. Banyaknya sekumpulan orang yang se-
dang asik di atas sepedahnya menyusuri jalanan di sekitar Taman Bungkul. Beraneka macam sepeda yang mereka gunakan, seperti sepeda balap, sepeda dahon/sepeda lipat, sepeda fixie, sepeda bmx, dan banyak lagi sepeda yang lain. Mereka beramai-ramai bersepedah atau sering disebut Gowes. Kegiatan ini memang sedang marak tidak hanya dikalangan anak muda tapi juga semua kalangan. Seperti yang dilakukan oleh Arwin Irawan salah satu pegawai swasta, dia rutin melakukan gowes di malam hari untuk menggantikan waktu olahraga dipagi hari yang tergantikan dengan rutinitas bekerja. Sedikit berbeda, Rais Haq salah satu siswa SMA Negeri 6 Surabaya, ia bersama teman-temanya yang menjadikan gowes untuk mempererat pertemanan mereka. (phu)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
53
Tamu Kita
Octaviar Anggraini
Dalang Perempuan SMKN 9 Surabaya seni tari, musik, karawitan dsb. Saya juga senang mendengarkan wayang di radio. Mungkin karena kakek saya da‐ lang, saya jadi menyukai wayang kulit. Itulah yang membuat saya memutus‐ kan untuk memperdalam seni peda‐ langan di SMKN 9 Surabaya,” tutur
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
E
ra globalisasi yang kian gencar, tak dapat dipungkiri sedikit demi sedikit mampu menggerus nilai‐ nilai pemahaman budaya lokal teru‐ tama di kota besar seperti Surabaya. Anak‐anak muda zaman sekarang menjadi anak‐anak yang sebagian besar diasuh televisi dan mungkin tak banyak yang masih mau memperda‐ lam atau istilah jawa nya nguri‐uri bu‐ daya Jawa. Ya, Octaviar Anggraini atau biasa dipanggil dengan nama Anggi ini ada‐ lah siswa SMKN 9 Surabaya yang men‐ gambil jurusan pedalangan, sebuah jurusan yang mungkin tak banyak dilirik oleh kawan‐kawan usianya namun faktanya jurusan pedalangan ini masih eksis dan terus eksis diantara belantara gempuran budaya asing yang menguasai negeri ini. Lebih isti‐ mewanya lagi, Anggi adalah satu‐satu‐ nya murid perempuan di kelas pedalangan SMKN 9 Surabaya. Ketertarikannya pada dunia seni pedalangan berawal sejak ia masih kecil. Orang tuanya bukan dalang. Ayahnya wiraswasta dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Meski demikian ia ternyata diwarisi darah seni dari sang kakek yang seorang da‐ lang. “Waktu kecil cita‐cita saya dulu jadi dokter. Ya seperti kebanyakan anak‐ anak kecil lainnya. Tapi saya sejak dulu juga suka sesuatu yang berbau dengan
“Nyuwun sewu panjenengan rantos sekedap kulo badhe mundhut kunci rumiyin,”. Kali‐ mat berbahasa Jawa halus ini diucapkan oleh seorang gadis berusia sekitar 16 tahun. Luwes namun bagi GAPURA cukup mengejutkan karena jarang se‐ kali anak muda yang masih mampu berbahasa kromo inggil ini. Lebih terkesan lagi karena gadis itu, Octaviar Anggraini, siswi SMKN 9 Surabaya, adalah arek Suroboyo asli.
Anggi. Awal mula masuk SMKN 9 Sura‐ baya, sebenarnya karena Anggi gagal mendaftar di SMA negeri impiannya. Karena gagal itu, akhirnya Anggi mulai berpikir apa yang harus dilakukan untuk melanjutkan sekolahnya. Salah seorang kawan ayahnya kemudian memberi tahu, kenapa kok tidak mela‐ njutkan ke sekolah pedalangan di SMKN 9 Surabaya. Mendapat infor‐ masi tersebut, Anggi pun tertarik. Ia merasa kegemarannya sejak masih kecil itu mulai menda‐ patkan jalan. “Waktu itu, pikiran saya oh iya ya kenapa tidak saya
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Tamu Kita
Anggi bersama kaprodi seni pendalangan SMKN 9 Surabaya
coba masuk pedalangan saja. Tak harus menjadi dalang, tapi saya yakin jika belajar pedalangan akan banyak hal positif yang bisa saya dapatkan. Berkat masukan dari kawan ayah saya itu, kini saya pun belajar di jurusan pe‐ dalangan dan saya tidak salah pilih,” ungkapnya. Pilihannya untuk masuk ke jurusan pedalangan ke sekolah yang dulunya bernama Sekolah Menengah Karawi‐ tan Indonesia (SMKI) ini pun didukung orang tuanya. Anak tunggal pasangan Zainil Abidin dan Retnowati, kelahiran Surabaya, 31 Oktober 1995 ini pun mantap untuk melanjutkan sekolahnya di jurusan pedalangan. Respon teman‐ teman sepermainannya pun berma‐ cam‐macam, namun menurut Anggi, rata‐rata mereka hanya bertanya seko‐ lah dimana dan ketika dijawab di juru‐ san pedalangan SMKN 9 Surabaya, kawan‐kawannya hanya mengangguk‐ angguk. Ada banyak hal yang membuatnya jatuh cinta dengan dunia pedalangan. Selain karena tak banyak dalang wa‐ nita di Jawa yang eksis, dunia pewaya‐ ngan telah mengajarkan ia banyak hal. Masuk jurusan ini, ia merasa jauh lebih santun, tidak egois dan lebih peka. Seni pedalangan telah banyak menga‐ jarinya hal baru dalam hidup. Salah satu lakon wayang yang paling ia sukai adalah kisah Semar Mbangun Kay‐
angan. Kisah yang menceritakan perju‐ angan Semar untuk meminjam Jimat Kalimasada pada Prabu Krisna dan per‐ lawanan yang dilakukan Sengkuni yang juga ingin merebut jimat tersebut me‐ miliki banyak pesan moral yang sangat luhur. Prabu Krisna yang bijaksana me‐ nasehati Sengkuni agar lembah manah dan tidak egois. “Ungkapan nasehat‐nasehat Prabu Krisna tersebut selalu terngiang‐ngiang dan menyentuh hati saya, agar belajar lembah manah dan tidak egois dalam menghadapi kehidupan,”ujar Anggi. Seni itu melembutkan hati. Hal itu diakui oleh Anggi setelah mendalami ilmu pedalangan di SMKN 9 Surabaya. Meski ia satu‐satunya siswi perem‐ puan di kelas X jurusan pedalangan namun hal itu tak membuatnya min‐ der. Ia justru terpacu untuk belajar lebih baik lagi agar bisa menguasai tek‐ nik‐teknik mendalang yang benar. Hal yang paling sulit dalam belajar dalang menurutnya adalah teknik sabet dan keprak. Teknik sabet adalah teknik meng‐ gerakkan wayang sehingga nampak hidup. Tantangan terbesar bagi seo‐ rang dalang adalah mampu menghid‐ upkan wayang yang benda mati menjadi benda yang seolah‐olah hidup. Hal itu butuh keahlian dan ket‐ rampilan intensif untuk menggerakkan wayang. Yang tak kalah sulit lagi adalah
keprak. Teknik keprak ini adalah men‐ gepaskan gerakan wayang dengan suara kecrekan di kaki dalang. Tidak boleh mendahului atau pun terlalu lambat, harus pas agar wayang terlihat makin hidup. Meski harus belajar banyak ten‐ tang sabet dan keprak, Anggi mengaku paling suka dengan materi vokal di pe‐ wayangan. Oleh karena itulah ia me‐ nyukai materi pelajaran vokal yang diajarkan di jurusan pedalangan. Seo‐ rang dalang harus ahli mengolah vokal‐ nya, sebab itu salah satu yang menjadi penentu sukses tidaknya lakon yang di‐ bawakan. Seorang dalang harus ahli mengo‐ lah vokalnya agar bisa menirukan suara Rahwana yang garang, suara Arjuna yang halus, suara perempuan yang lembut dan gemulai, suara laki‐laki yang gagah dan bijaksana dan suara‐ suara khas pada saat cangik’an dengan sempurna. Dia juga harus mampu me‐ lagukan suara sendon (sedih), odho‐ odho (menggambarkan suasana yang semangat) dan patetan ( suara agung dan berbau kerajaan). Anggi mengidolakan dalang Ki Manteb Sudarsono. Ketika ditanya apakah cita‐citanya setelah lulus seko‐ lah nanti ingin menajadi dalang? Anggi menjawab ia tak harus menjadi dalang tanggapan, namun ia ingin terus men‐ dalami ilmu dalang ini. Seusai lulus SMK nanti, ia berharap ingin melanjut‐ kan studi ke program sarjana khusus‐ nya ke jurusan seni pedalangan. ”Saya ingin kebudayaan agung Jawa ini tidak hilang dan tidak dicaplok oleh negara lain. Saya khawatir jika tidak ada generasi muda yang mau be‐ lajar dan mendalami seni pedalangan, saya khawatir justru bangsa lain yang akan mengakui seni asli Jawa ini. Siapa lagi yang akan menjaga budaya bangsa ini, jika bukan kita generasi muda,”ja‐ wabnya polos. Sebuah prinsip hidup yang luar biasa dimiliki oleh arek Suro‐ boyo berusia 16 tahun ini. Sebuah pri‐ badi luhur yang perlu diteladani oleh generasi muda lainnya. (wnd)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
55
PRAMUKA
Melalui Pramuka
Bentuk Karakter Generasi Bangsa emperingati Hari Pramuka ke‐50 Tahun 2011 atau Tahun Emas Pramuka jatuh pada 14 Agustus 2011. Kwartir Cabang Pramuka Surabaya menggelar beber‐ apa kegiatan yang bertajuk Gelar Kreatifitas Pramuka tahun 2011. Semakin istimewa, peringatan Hari Pramuka ke‐50 Tahun 2011 ini juga menandai 100 tahun kepanduan di Indonesia se‐ menjak dibawa oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Indonesia pada tahun 1911. Ini kemudian ditandai dengan lahirnya “Ned‐ erlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912 se‐ bagai organisasi kepanduan pertama di Indonesia. Kepanduan (kepramukaan) sendiri dicetuskan pertama kali oleh Robert Boden Powell seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya pada 1907. Dari Inggris kepramukaan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Belanda. Oleh pemerintah Belanda, kepramukaan diperkenalkan di ne‐ gara‐negara jajahannya termasuk Indonesia. Ada lima kegiatan yang dilakukan secara serentak pada hari ini, Minggu (30/10), diantaranya jelajah kota, halang rintang, lomba membuat taman mini kreatif, bagi penggalang dan lomba musik patrol, serta lomba gambar kolaborasi untuk siaga. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 2000 pramuka. Jelajah kota diikuti 151 regu yang diberangkatkan oleh Sekre‐ taris Kwartir Cabang Surabaya, Kakak Ikhsan, dari Taman Bungkul. Para peserta menempuh rute taman bungkul, Jalan
M
Darmo Kali, Dinoyo, Juwono, Sriwijaya, Urip Sumoharjo, Taman Apsari, kemudian finish di jalan Sedap Malam. Dalam jelajah kota ini setiap peserta harus melewati beber‐ apa pos. Disana mereka harus bisa menjawab beberapa meteri yang diberikan panitia. Menurut Ketua Panitia Gelar Kreatifitas Pramuka 2011, Kakak Andalan Bina Muda, Siti Mariyam menje‐ laskan kegiatan ini dilakukan selain memperingati HUT Pramuka ke‐50, juga memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011 dan Hari Pahlawan 10 Nopember 2011. Ia menambahkan untuk kegiatan halang lintang diikuti 38 regu dilaksanakan di Taman Ketabang didepan Grand City, Timur Jembatan dari arah WTC. Dalam halang lintang para peserta harus mampu melewati beberapa rintangan yang telah disiap‐ kan panitia. Seperti merayap, melompat, lari, memindah beba, menyebrang sungai dengan rakit, serta memanjat tebing. Sedangkan lomba membuat taman mini kreatif diikuti 38 regu yang dilaksanakan di pedestrian jalan Sedap Malam. Dalam perlombaan ini para peserta diberi waktu sekitar 3 jam untuk menyelesaikan tamannya di area 1x1 meter per regu. Untuk lomba musik patrol dan gambar kolaborasi masing‐masing di‐ ikuti 46 tim yang dilaksanakan di Taman Prestasi. “Setiap regu bebas mengkreasikan pembuatan miniatur taman dengan mengkombinasikan unsure daur ulang 40 persen dan unsur tanaman hidup serta materi yang lain 60 persen. Yang paling penting adalah taman yang dibuat harus ada unsur pra‐ FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
56
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
PRAMUKA mukanya,” terangnya saat ditemui di Taman Bungkul. Masih kata Kakak Siti Mariyam, bahwa untuk melawan ma‐ suknya budaya luar ke Indonesia yakni dengan pramuka. Karena, menurutnya di pramuka anak‐anak yang merupakan tunas bangsa diberi pendidikan moral, kedisplinan, dan berbagai kegiatan positif lainnya. Hal senada juga disampaikan, Sekretaris Kwartir Cabang Pra‐ muka, Ikhsan mengatakan mengikuti pramuka merupakan salah satu adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. “Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sudah setengah abad juga organisasi ini memberikan andilnya bagi pembentukan karakter bangsa. Setengah abad juga usaha dan upaya mempersatukan Indonesia melalui organisasi ini,” tuturnya. Ikhsan menuturkan anak‐anak yang mengikuti pramuka tidak hanya dibekali cara tali temali dan pengetehuan kepra‐ mukaan lainnya. Di pramuka mereka bermain dan bersosialisasi dalam lingkungganya. “Nah disini lah gerakan pramuka berperan, mereka bermain di alam terbuka dengan pandu oleh pembina nya namun bermain yang mengandung unsur pen‐ didikan, yang lebih diarahkan kepada pembinaan watak, mental serta karakter,” jelasnya. Ia menambahkan dengan moment ulang tahun emas ini se‐ moga Gerakan Pramuka dapat terus meningkatkan eksistensinya dan memberikan kontribusi yang lebih lagi bagi masyarakat. “Bagi orang dewasa Gerakan Pramuka sebagai ALAT pengabdian, bagi orang muda sebagai ALAT permainan, dan bagi negara ini sebagai ALAT pemersatu bangsa,” pungkasnya. Disela‐sela penutupan Gelar Kreatifitas Pramuka tahun 2011, di Jalan Sedap Malam, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Surabaya, Kakak Bambang DH mengatakan bahwa akan terus diupayakan terbentuknya Gugus Depan (Gudep) baru. “Saya selaku ketua Kwarcab pramuka Surabaya meminta Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk mendorong adanya Gudep baru. Karena hampir setiap minggunya ada permintaan untuk membentuk Gudep baru. Siapa saja bisa membentuk Gudep, karena pembentukan Gudep telah diatur Undang‐un‐ dang nomor 12 tahun 2011 tentang kepanduan,” katanya. Semenjak dilantik menjadi Ketua Kwarcab Pramuka Surabaya, Kakak Bambang DH yang juga Wakil Walikota Surabaya bersama‐sama pengurus yang lain terus berupaya melakukan terobosan. Ia juga menyambut baik adanya kegiatan ini. “Selama ini pramuka belum mendapat perhatian khusus dari orang tua. Padahal, melalui pramuka anak‐anak akan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Karena, di pramuka anak‐anak ini
diberi pendidikan memahami pancasila dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari‐hari,” imbuhnya. Selaku ketua kwarcab Surabaya, masih kata Kakak Bambang, ia akan terus mendorong para orang tua supaya anak‐anaknya ikut kegiatan pramuka. Karena, melalui pramuka, maka akan ter‐ bentuk karakter anak akan terbentuk. “Karekter tentang ke‐ sadaran berpancasila, berbangsa, dan bergotong royong,” terangnya. Menurutnya pramuka juga harus mengikuti dinamika yang terjadi saat ini. Kedepan ia akan membentuk Satuan Karya Pra‐ muka (Saka) IT. “Saya melihat IT sangat digemari anak‐anak, maka itu kedepan saya akan bentuk Saka IT. Tujuannya adalah supaya kegiatan di pramuka semakin berwarna dan merangsang anak untuk mau ikut pramuka. Bila perlu tahun depan acara seperti ini ditambah lomba membuat robot,” harapnya. (*)
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
57
PKK
Wisuda Pertama Bunda PAUD
Selamat Datang Angkatan Kedua kademi Sang Bunda atau biasa disingkat ASB, adalah tempat belajar para perempuan yang kebanyakan para ibu‐ibu, agar lebih memahami bagaimana mengasuh anak‐anak balita dalam lingkup PAUD. Perkuliahan angkatan pertama ASB ini telah dimulai pada tanggal 1 Juni 2011, dan telah melaksanakan wisuda pada tanggal 1 Oktober 2011 yang lalu di Telkom Ketintang Surabaya. Jumlah pe‐ serta perkuliahan ASB angkatan per‐ tama ini sebanyak 100 orang, namun yang dinyatakan lulus dan bisa mengikuti wisuda sebanyak 96 orang. Mereka yang tidak lulus, bukan berarti karena nilai akademis yang tidak memenuhi standar, melainkan karena alasan‐alasan krusial yang membuat mereka harus menghentikan proses belajar ditengah jalan. “Misalnya saja, ada yang mela‐ hirkan, ikut suaminya pindah tugas, atau operasi usus buntu, “ Ungkap Lita
Akademi Sang Bunda (ASB) telah berhasil mewisuda 96 lulusan di angkatan pertama. Kini, mereka siap mencetak bunda-bunda PAUD yang terampil dalam ASB angkatan kedua
“Kubaca”. Tidak mudah sebetulnya untuk bisa bergabung di ASB ini, karena peserta harus mengikuti beber‐ apa tahap seleksi terlebih dahulu se‐ belum akhirnya bisa mengikuti ASB. Salah satu, proses seleksi yang wajib diikuti adalah seleksi essay. Pada tahap seleksi essay inlah, dapat dilihat komitmen para bunda PAUD untuk
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
A
Wawali Bambang DH menyelamati salah satu wisudawan pertama Bunda PAUD
58
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
mengikuti ASB, sehingga jangan sam‐ pai ada yang mundur di tengah jalan kecuali dengan alasan yang sangat kru‐ sial. Untuk bisa mengikuti wisuda ASB, ada syarat‐syarat yang harus di tem‐ puh oleh peserta ASB. Seperti contoh, presensi (kehadiran), ketepatan serta kerajinan mengumpulkan tugas‐tugas dan hasil presentasi. Nantinya, akan ada rapat yudisium untuk menentukan apakah mereka bisa lulus atau tidak. Alur yang harus ditempuh oleh para bunda, kurang lebih sama seperti ma‐ hasiswa perguruan tinggi jika ingin mendapatkan gelar sarjana. “Dalam rapat yudisium ini dipu‐ tuskan berapa mahasiswa yang gugur, kenapa gugur. Siapa mahasiswa yang mendapat peringkat istimewa,” Ujar Lita. Setelah di putuskan melalui sidang yudisium, mereka yang dinyata‐ kan lulus, bisa mengikuti wisuda. Seperti halnya para wisudawan pergu‐ ruan tinggi lainnya, para bunda PAUD yang lulus ini pun mendapatkan serti‐ fikat dan transkrip nilai. Selama mengajar angkatan per‐ tama ASB, diungkapkan oleh Lita bahwa, tantangan terbesar yang di hadapi adalah membangun rasa per‐ caya diri dan rasa bangga pada bunda‐ bunda sebagai pengajar PAUD. Bunda PAUD memiliki nilai diri yang positif, tapi jangan sampai Over pride. Menurut Prof Dr Daniel Rosyid, se‐ laku direktur ASB masih banyak yang memandang sebelah mata terhadap bunda‐bunda PAUD ini, padahal mereka ini sangat gampang untuk dia‐ jak maju, dan lagi semangat para Bunda ini sangat luar biasa untuk memajukan PAUD. “Kita patut mem‐ berikan apresiasi kepada para bunda PAUD ini, karena merekalah ujung tombak keberhasilan PAUD”.
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Para wisudawati Bunda PAUD Angkatan Pertama
Namun demikian menurut Lita, mengajar bunda PAUD memerlukan cara tersendiri, berbeda dengan men‐ gajar anak usia dini. Lita men‐ gibaratkan “Jika mengajar anak usia dini, kita seperti menggambar di kertas polos. Namun, jika mengajar bunda‐ bunda, diibaratkan mereka adalah ker‐ tas yang sudah penuh dengan warna. Kami tidak mengubah warna yang sudah dibawa oleh bunda‐bunda, kami hanya mempertajam warna tersebut.” Papar Wanita kelahiran tahun 1974 ini. Setelah lulus ASB, diharapan bunda‐bunda PAUD kembali mengajar ke PPT, tidak bekerja di tempat lain. “Target untuk output ASB adalah bunda kembali lagi ke PPTnya, menjadi lebih percaya diri, menjadi lebih kre‐ atif, lebih menyenangkan. Bunda jadi memiliki ketrampilan dan kompetensi yang lebih unggul untuk medidik anak‐ anak PAUD,” Papar Lita. Alumni ASB juga akan selalu men‐ dapatkan update terbaru apabila ada pengetahuan ataupun ketrampilan yang baru. “ Sebulan sekali, alumni
akan kita kumpulkan. Kita refresh jika ada ilmu baru, wawasan baru, ke‐ trampilan baru akan kita berikan lagi” Papar Daniel. Sebagai direktur ASB, Daniel memi‐ liki rencana untuk melaporkan modul pengajaran ASB ke Dinas dan UNESA agar mendapat semacam kalibrasi. “Supaya, nanti apabila para bunda ini akan mengambil pendikan yang sifat‐ nya lebih formal, modul yang mereka dapatkan disini diakui,” imbuhnya. Setelah mewisuda ASB angkatan pertama, pembelajaran untuk ASB angkatan kedua sudah menanti. Jum‐ lah peserta pada ASB angkatan kedua ini 120 orang dan dibagi menjadi dua kelas. Menariknya, pada ASB angkatan kedua ini ada satu peserta laki‐laki. Ia adalah Hari Mulyono (41) peserta ASB dari kecamatan Genteng. Ketertarikan‐ nya mengikuti ASB, berawal pada saat Ia melihat salah satu bunda yang men‐ gajar di PPT di daerahnya. Rupanya cara bunda mengajar ini mengalami perubahan yang cukup signifikan. “Pada waktu ASB pertama, bunda kami ada yang ikut dan ternyata ada
perubahan pada cara mengajarnya. Kebanyakan para bunda ini berawal dari PKK, yang rata‐rata pendidikannya mungkin kurang. Dengan adanya ASB ini cara mereka mengajar sudah mulai berubah. Alhamdulillah, rupanya para bunda ini memang luarbiasa, selain se‐ bagai ibu rumah tangga juga memiliki kemampuan sebagai pendidik,” Tutur Hari. Hari yang memegang prinsip “cari‐ lah ilmu sebanyak mungkin” ini awal‐ nya risih, begitu mengetahui bahwa ia satu‐satunya peserta laki‐laki di ASB, namun Ia tidak peduli, karena baginya ASB adalah kesempatan emas yang tidak boleh di sia‐siakan. “ Saya ingin menambah ilmu, karena kan nggak semua orang bisa mendapatkan ke‐ sempatan untuk mendapatkan pen‐ didikan yang lebih tinggi,” imbuhnya. Setelah lulus nanti, Hari berharap bisa tetap berada di jalur pendidikan dan selalu dekat dengan anak‐anak, karena bagi Hari, dunia anak‐anak sudah men‐ jadi bagian dari dirinya karena dia menyukai anak‐anak. (yaz)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
59
PKK
Akademi Sang Bunda Mencetak Bunda-Bunda PAUD Terampil im Gapura kali ini mendapat kesem‐ patan untuk berkunjung ke ASB yang terletak di Jl. Ciliwung No. 72 Surabaya. Bangunan dua lantai tersebut merupakan tempat bunda‐bunda PAUD belajar, sekaligus mengasah ketrampilan mengajar anak usia dini. Keberadaan ASB saat ini memang sangat krusial, mengin‐ gat saat ini jumlah tenaga pengajar PAUD sudah sekitar 5000an bunda PAUD. Para bunda PAUD saat ini rata‐rata hanya mengandalkan pelatihan‐pelatihan yang sifatnya pelatihan dasar. Padahal Pelati‐ han dasar inipun juga belum dilak‐ sanakan secara intensif. Pelatihan dasar yang mereka terima, biasanya hanya berlangsung sehari atau dua hari, se‐ hingga materi yang diberikan belum mencukupi kebutuhan bunda‐bunda PAUD untuk mendidik anak‐anak PAUD. “Untuk menjadi guru PAUD, dibu‐ tuhkan pendidikan yang memadai, seperti S1 PAUD. Kalau mencari orang yang S1 PAUD juga susah, jumlahnya ter‐ batas dan belum tentu mau mengajar tanpa gaji,” Ujar Dyah Katarina, Ketua TP PKK Kota Surabaya. Hal tersebut di amini
Terdengar suara riuh di sebuah ruang kelas. Namun, suara tersebut bukanlah suara anak-anak kecil layaknya di taman kanakkanak. Suara tersebut adalah senda gurau bunda-bunda PAUD yang sedang menunggu kelas dimulai. Ya, bunda-bunda tersebut sedang belajar di Akademi Sang Bunda (ASB), sebuah institusi pendidikan nonformal yang didirikan untuk mengasah kemampuan mengajar dan manajerial bunda-bunda PAUD.
60
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
T
Ketua TP PKK Dyah Katarina memberikan piagam Lolos Seleksi Bunda PAUD Angk. ke‐2
oleh Prof Dr. Daniel M Rosyid, selaku di‐ rektur ASB. Ia mengatakan saat ini keberadaan PAUD kian dibutuhkan, karena itu diper‐ lukan para pengajar PAUD yang mumpun, agar PAUD memiliki bunda‐ bunda pengajar yang berkualitas “ Kebutuhan ini riil, karena begitu banyak dan begitu cepat perkembangan pos PAUD dan anak‐anak pun tidak bisa menunggu untuk untuk mendapatkan layanan PAUD yang layak. Yang kedua, kompetensi bunda jika dilihat secara umum, sak onone. Sehingga demand begitu tinggi namun supply begitu ku‐ rang,” ujar Daniel. Berarti bunda‐bunda PAUD memang sangat memerlukan sebuah wadah pen‐ didikan yang bisa menambah ketrampi‐ lan mengajar mereka. Gerakan Indonesia membaca (GAIM) menangkap akan ke‐ butuhan tersebut. Awalnya, bunda‐ bunda PAUD diberikan pelatihan “KUBACA”. Ternyata dari pelatihan tersebut dike‐ tahui bahwa, bunda‐bunda PAUD ini be‐
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
rasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda, sehingga kemampuan mereka untuk menangkap materi juga berbeda‐ beda. Lalu, tercetuslah sebuah gagasan untuk memberikan pelatihan yang lebih intens dengan materi yang bersifat lebih praktikal dibandingkan dengan pen‐ didikan S‐1. Bukan hanya materinya yang berbeda dengan S‐1, waktu yang harus ditempuh untuk menyelesaikan pen‐ didikan juga lebih singkat, yakni 3 bulan. “Untuk membiayai Akademi Sang Bunda (ASB) tidak ada dana dari APBD sama sekali. Artinya, kita mencari dana dari CSR perusahaan, antara lain : Telkom, pertamina, PDAM dan BPD Jatim. Biaya pendidikan per‐orang adalah 1 juta rupiah, dengan rincian untuk biaya dosen, modul, sewa tempat dan biaya operasional yang lain,” Papar Dyah Kata‐ rina. Dari total biaya pendidikan sebesar 1 juta rupiah, ASB mendapatkan bantuan dari CSR sebesar 700ribu rupiah. Se‐ hingga peserta ASB hanya membayar sebesar 300 ribu rupiah untuk 3 bulan masa pendidikan.
PKK Untuk diterima di akademi ini, para bunda PAUD harus melewati beberapa tahap seleksi terlebih dahulu. Seleksi ini dibutuhkan mengingat jumlah bunda PAUD yang ada di Surabaya mencapai angka 5000 orang. Seleksi tersebut meliputi seleksi administratif yang terdiri dari persyaratan umur. Bunda PAUD yang bisa menjadi peserta di ASB adalah mereka yang berusia tidak lebih dari 40 tahun. Namun, ada sekitar satu atau dua orang peserta yang usianya lebih dari ke‐ tentuan dan mereka bisa mengikuti pelatihan ini dikarenakan alas an‐alasan tertentu. “Misalnya begini, dia ketua pos PAUD kecamatan. Memiliki visi misi yang bagus. Sehingga dengan pertimbangan‐ pertimbangan tertentu, dan argumen‐ar‐ gumen yang diajukan, akhirnya bisa kami diterima, “ papar Dyah. Selain se‐ leksi administratif, terdapat seleksi yang wajib diikuti, yakni seleksi essay. Lita “Kubaca”, salah satu tim pengajar di ASB menjelaskan mengenai proses seleksi essay ini, “ Menulis essay merupakan semacam karangan lepas tentang pen‐ galaman menjadi bunda PAUD. Tentang suka dukanya menjadi bunda PAUD. Ten‐ tang visi misinya untuk Pos PAUD Ter‐ padu (PPT).” Lita lantas menguraikan, bahwa semangatnya bunda PAUD sebe‐ narnya bisa di ukur. “Tes ini tidak mencer‐ minkan seluruhnya apa yang kami inginkan, tapi kami akan mendapatkan gambaran bahwa bunda PAUD ini serius ingin bergabung di ASB, karena visinya ingin menjadikan anak‐anak menjadi lebih kreatif, lebih mandiri.,”lanjut Lita. Tidak semua yang mendaftar di ASB ini bisa diterima. Sebagai contoh, pada seleksi awal pendaftaran di angkatan per‐ tama sebanyak 300 orang . Setelah melalui beberapa seleksi, yang berhak untuk diterima di ASB hanya 100 orang. Para binda ini akan mendapatkan be‐ berapa materi, yang dibagi menjadi 4 ma‐ teri besar, antara lain Knowledge base, Skilfull base, Profesional Growth Value Base dan Manajerial Base. Dalam Knowl‐ edge base, diajarkan dasar‐dasar pen‐ didikan PAUD, Strategi pendidikan PAUD, pembangunan karakter, kesehatan dan gizi termasuk penanganann anak berke‐
butuhan khusus. “Ini pengetahuan dasar yang harus di miliki oleh bunda‐bunda yang ada di Pos PAUD Terpadu. Ini penting, karena PAUD itu Pendidikan Anak Usia Dini, bukan Per‐ mainan Anak Usia Dini, atau Percobaan Anak Usia Dini. Berarti bunda disini pro‐ fesinya sama lho seperti professor. Dia masuk di ranah pendidikan. Guru‐guru di jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan merasa terbantu dengan adanya PPT, karena para siswanya sudah memiliki pondasi dasar,” Papar Lita. Sedangkan materi Skilfull base, yang diajarkan antara lain: kemampuan atau keahlian kreatifitas, bermain dan per‐ mainan metode pengembangan kognitif, moral dan agama, metode perkem‐ ban‐ gan sosial‐emosional, pengembangan pendidikan bahasa dan lain‐lain. Untuk Profesional Growth Value Base, yakni mengajarkan tentang kemantapan ke‐ mampuan professional. Bunda PAUD akan diajarkan menjadi guru yang profes‐ sional. Bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana parenting. Khusus untuk Manajerial Base yakni mengajarkan para bunda untuk mem‐ branding PPT‐nya. Managemen PAUD‐ nya. PAUD tidak boleh di remehkan lagi. Semua materi tersebut diajarkan
dalam waktu tiga bulan. Kegiatan perku‐ liahan di lakukan seminggu 3 kali, 1 kali tatap muka durasinya 5 jam di potong 1 jam istirahat. Mulai jam 1 siang – jam 5 sore. “Jadi, tidak mengganggu jadwal mengajar di PAUD dan pekerjaan rumah tangga,” Ujar Lita.Selama satu kali perte‐ muan, bunda‐bunda PAUD akan menda‐ patkan dua mata mata kuliah. ASB tidak hanya terbuka bagi bunda‐bunda PAUD, siapapun yang ingin mempelajari ten‐ tang pendidikan anak usia dini, juga bisa mendaftar di ASB program extension. Hanya saja, biaya pendidikan yang di be‐ bankan tentunya tidak sama dengan ASB reguler. “ Siapapun yang ingin belajar ten‐ tang PAUD, monggo bisa belajar di ASB. Biaya perkuliahannya 1 juta,” Imbuh Lita. Dengan kata lain, bagi yang belajar di ASB extension, mereka tidak mendapatkan subsidi dari CSR perusahaan yang sudah bekerjasama dengan pihak ASB. Selaku direktur ASB, Prof Dr Daniel. M Rosyid mengungkapkan harapannya bagi ASB, “Pemerintah juga ikut ndan‐ dani, jangan cuma melihat kegiatan ini secara birokratik. Pemerintah juga ikut memfasilitasi. Sehingga akan banyak lem‐ baga‐lembaga semacam ASB akan bermunculan,” Tandas Daniel. (yaz) FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
Peserta Seleksi Bunda PAUD Angkatan ke‐dua
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
61
Even
Semangat Arek Surabaya Juang 2011 ari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November sesungguhnya bukan hanya milik warga kota Surabaya, melainkan milik bangsa Indonesia. Ketika kota Surabaya dikukuhkan sebagai Kota Pahlawan, maka hal itu menjadi suatu inspirasi bagi bangsa ini agar menjadi produktif menatap masa depan. Kepahlawanan bukan hanya bermakna lepas dari penja‐ jahan dan menjadi bangsa yang merdeka secara politis, namun juga harus dipahami dari perspektif ekonomi untuk mense‐ jahterakan rakyat. Memperingati Hari Pahlawan di Kota Pahlawan, adalah suatu kepentingan nasional yang dimulai di Surabaya. Atas dasar pemikiran seperti itulah maka dirancang sebuah acara yang bernama SURABAYA JUANG. Surabaya Juang akan digelar mulai 28 Oktober dan berakhir pada tanggal 20 November 2011. Sosialisasi pertama dilakukan di Rumah Kos HOS Cokroaminoto di jalan Peneleh gang VII Surabaya. dengan men‐ gadakan diskusi Kos Kebangsaan yang mengundang pembicara Joko Wahono Koordiator Kuliah Cokroaminto dari Universitas Airlangga Surabaya, Pingkie Septiandari, Cak Kartolo Seniman Ludruk dan Sigit cucu HOS Cokroaminoto. Untuk memperingati hari pahlawan sebagai simbol penya‐ tuan keberagaman budaya dan berbagai kepentingan dalam mengokohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dike‐ mas dalam sebuah Pentas seni pertunjukan Musik, tari dan Lu‐ druk SINOMAN JUANG Surabaya, Jumat, 4 November 2011, 19.00 – 22.30 WIB, di Taman Mundu Surabaya. Guna memeriahkan Surabaya Juang ada beberapa kegiatan
FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
H
Legiun Cacat Veteran dalam acara Parade Surabaya Juang 2010
seperti Parade Surabaya Juang berangkat dari Tugu Ptanggal 13 Nopember 2011 dan berakhir di Taman Surya. Surabaya Jeep Carnival dilaksanakan tanggal 11‐13 Nopember 201, start Taman Surya kemudian berkeliling kota Surabaya. Juga ada kurang lebih 500 Laskar Scoter berkumpul di Taman Prestasi, akan dilak‐ sanakan tanggal 10 Nopember 2011. Untuk menghibur warga Surabaya Pemerintah Kota Surabaya akan menggelar konser musik Simpony untuk Bangsa tanggal 20 Nopember 201, di Taman Surya. Konser ini akan dimeriahkan artis ibukota. (*)
Agenda Kegiatan Surabaya Juang 2011 ACARA
WAKTU
TAMPAT
Renungan Suci Hari Pahlawan 10 Nopember 2011 Upacara Bendera dan Mengheningkan Cipta Upacara Bendera Donor Darah Gerak Jalan Surabaya ‐ Mojokerto
09 Nopember 2011 (Pukul : 00,00 WIB) 10 Nopember 2011 (08,00 s/d 08,15 WIB) 10 Nopember 2011 (08,00 s/d 08.15 WIB) 18 Nopember 2011 19 Nopember 2011
Taman Makam Pahlawan (Irup : Gubernur Jawa Timur) Gedung Grahadi Surabaya (Irup : Gubernur Jawa Halaman Taman Surya CITO Start alun‐alun Mojokerto, Finish Tugu Pahlawan Rumah Kelahiran Bung Karno, Rumah HOS Cokroaminoto, SMP Negeri 3, Rumah WR. Supratman, Musium Jihad Taman Mundu Rumah HOS Cokroaminoto (Jl. Peneleh VII Surabaya ) Rumah HOS Cokroaminoto ‐ Kantor Pos Kebon Rojo Taman Prestasi Taman Makam Ngagel (Makam Bung Tomo) ITC
1 ‐ 9 Nopember 2011
Sekolah Kebangsaan Ludruk Sinoman Juang Diskusi Rumah Kebangsaan Peresmian Prasasti Bung Karno Surabaya Fashion Performance Aksi Arek Suroboyo Pameran 100 Foto Terbaik Surabaya Jeep Carnival Laskar Scoter Parade Surabaya Juang Pengibaran Bendera ( 1 tiang ) Pemutar film dokumenter 10 November' 45 Konser Musik Simpony Surabaya
62
04 Nopember 2011 (19.00 ‐ 22.30 WIB) 09 Nopember 2011 (19.00 WIB) 9 Nopember 2011 09 ‐ 10 Nopember 2011 10 Nopember 2011 (08.30 ‐ 10.00 WIB) 10 ‐ 13 Nopember 2011 11 ‐ 13 Nopember 2011 10 Nopember 2011 13 Nopember 2011 Bulan Nopember 2011
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
1 ‐ 10 Nopember 2011 20 Nopember 2011
Taman Surya, Jalan seputar Kota Surabaya Taman Prestasi Start : Tugu Pahlawan, Finish : Taman Surya Seluruh Warga Kota Surabaya Sekolah se‐Surabaya Taman Surya
Embun
Bakso Khalifatullah
S
etiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendis‐ tribusikan uang itu ke tiga tempat: seba‐ gian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tem‐ pat roti. “Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai‐ramai menikmati bakso beliau bersama anak‐anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang. “Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya. “Uangnya selalu disimpan di tiga tem‐ pat itu?” Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya” “Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya. “Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya, terdapat uang yang meru‐ pakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”. Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Mak‐ sudnya?”, saya mengejar lagi. “Uang yang masuk dompet itu hak anak‐anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah‐mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya”. Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi. Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang‐ guncang tubuhnya. Hati saya meneriakkan “Jazakumul‐ lah, masyaallah, wa yushlihu balakum!”,
DITULIS ULANG DARI:
EMHA AINUN NADJIB tetapi bibir saya pemalu untuk mengu‐ capkannya. Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan‐ urusannya. Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul. Untung dia tidak menyadari keunggu‐ lannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki ke‐ beranian budaya maupun ekonomi untuk hidup sebagai penjual bakso, seba‐ gaimana ia menjalankannya dengan ten‐ ang dan ikhlas. Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah men‐ capai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: “Di antara pendapatan saya ini terda‐ pat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”. Peradaban saya masih peradaban “milik saya”. Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggung jawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana ‘kapitalisme sub‐ yektif posesif’ saya. 30 tahun silam saya pernah menu‐ liskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah‐marah dan menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena “kalau
semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?” Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman‐teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga per‐ batang saya tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 ja‐ gung. “Lho, uang saya tidak cukup, Pak” “Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap” “Berarti saya hutang?” “Ndaaak. Kekurangannya itu tabun‐ gan amal jariyah saya”. Doooh adoooh…! Tompes ako tak’iye! Di pasar Khan Khalili semacam Tena‐ bang‐nya Cairo saya masuk sebuah toko, kemudian satu jam lebih pemiliknya hi‐ lang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya. Ketika datang saya protes: “Keeif Inta ya Akh…ke mane aje? Kalau saya ambilin barang‐barang Inta terus saya ngacir pigimane dong….” Lelaki tua mancung itu senyum‐senyum saja sambil nyeletuk: “Kalau mau curi barang saya ya curi saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan….” Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik‐baik ciptaan Allah, mas‐ ter‐piece.Orang‐orang besar bertebaran di seluruh muka bumi. Makhluk‐makhluk agung menghampar di jalan‐jalan, pasar, gang‐gang kampung, pelosok‐pelosok dusun dan di mana‐manapun. Bakso Khalifatullah, bahasa Jawanya: bakso‐nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kan‐ dungan keagungan. Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR. Itu baru pen‐ jual cendhol, belum Menteri dan Dirjen Irjen Sekjen. Itu baru pemilik toko kelon‐ tong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh‐tokoh Parpol. Itu baru penjual ja‐ gung bakar, belum Kiai dan Ulama. (*)
GAPURA l Vol.XLIV No. 56 l NOPEMBER 2011
63
Cangkrukan
IRENG BORES muangkel, gara‐gara entut ae dekne jadi bengkerengan karo Romlah. Lha yok opo, wong ancen entute Bores nggarai weteng munek‐munek. Waru‐ nge Romlah tutup rong ndino, gara‐ gara ambune jek mulek ae . Tapi isuk iki warunge Romlah wis buka maneh. Nang ngarep onok tulisan “DILARANG NGENTUT !” “alaa Ning.. ngentut ae kok yo dila‐ rang… atase barang gak ketok ae” Jare Bores. “Mbah, ngentut iku gak sopan… iki ngono nggone wong mangan!” jare Romlah karo mecucu. “Sopo ngomong gak sopan? Iku ngono barang apik makane kudu di bagi‐bagi ben kabeh roto entuk..” “Barang apik apane mbaah. Iku jelas elek..!” Jare Mukari ngrewangi Romlah “Lha iyo, nek barang elek makane kudu dibuang…!’ Bores ngeyel “Oooo…ancen gendheng wong iki” Mukari nggremeng. “Ta’ kandani mbah yo… nek sam‐
peyan ngentutan tambah ireng awak sampeyan. Deloken dlama’an tangan sampeyan wis mulai ireng. Mosok onok dlama’an ireng nek gak tangan sam‐ peyan” Jare Mukari karo ndemek tan‐ gane Bores sing ancen ireng mangkak. “Aku ancen keturunan wong ireng, nurut critane, buyutku iku getihe ireng. Terus buyute buyut belunge ireng” Jare Bores karo nyruput kopine. “Sampeyan lak mulai maneh, mosok onok getih ireng opo maneh belung ireng” Jare Romlah “Nek ngono mbah, sampeyan mes‐ ti getihe melu ireng?” Jare Mukari “nggak , getihku yo abang la’opo ireng” Jare Bores “Belung sampeyan sing ireng pa‐ ling” Jare Romlah “Yo nggaklah Ning…” “Terus opone sing ireng ?” takok Romlah “Nek aku ngentut maneh, warung‐ mu jadi ireng…” Jare Bores karo siap‐ siap ngangkat bokonge. l
WISUDA PAUD MULAI isuk Romlah wis umek ndik salon. Arek iku arep melu wisuda bunda PAUD. Sanggulan disasak dhuwur karo kebaya werno abang. Bores sing ngenteni ket mulai jam 06.00 isuk wis dipesen Romlah gak oleh telat ngeterno. “Awas mbah nek katik telat, sam‐ peyan gak oleh utang maneh nek ngopi ndik warungku” Jare Romlah “Bir campur es, ojok kuwatir Ning, beres karo Bores” jare Bores kemalan koyok biasane. Jam 08.00 isuk Romlah wis metu soko salon. Arek iku nggawe sandal jin‐ jit songo senti, mlaku timik‐timik marani becake Bores. “Jungkelno becak sampeyan mbah, aku gak iso munggah” jare Romlah Bores njungkelno becake. Tapi Romlah tetep gak iso munggah. “Jaritmu angkaten thitik Ning” Jare
64
Bores. Romlah manut. Jarite dicincing thi‐ tik cik iso munggah ndik becake Bores. “kurang dhuwur Ning” Jare Bores ndelok Romlah ijek gak iso munggah. “Sampeyan ojok kurang ajar mbah, iki wis tekan dengkul nyincinge” Rom‐ lah mecucu. Gak let suwi krungu sworo BREEETTTT, rupane jarite Romlah suwek. “Mbah yok opo iki jaritku suwek, sampeyan iki nduwe becak cik dhuwure” Romlah murang‐muring. “Tenang Ning, aku nduwe sarung abang cocok karo kebayamu” Jare Bores Romlah tambah mumet, sarunge Bores ambune gak uenak blass. Tapi timbangane gak melu wisuda PAUD kepekso Romlah nggawe sarunge Bores.l
Vol.XLIV No.56 l NOPEMBER 2011 l GAPURA
PARFUM Mlebu warunge Romlah irunge Bores mekrok. “Cik wangine rek, parfum opo iki?” Takok Bores “Iki ngono Bulggeri mbah, regane 500 ewu” Jare Mukari karo nyidekno tangane nang irunge Bores. “Lha awakmu nggawe parfum opo Ning?” Takok Bores nang Romlah “Iki ngono parfume Krisdayanti Mbah, regane sa’juta” Jare Romlah karo ngetokno botol parfum. Gak let suwi mambu gak uenak. Mukari karo Romlah langsung nutupi irunge. “Ambu opo iki rek” Takok Mukari. “Awakmu nduwe iwak asin bosok ta?” Mukari takok maneh nang Romlah “Gak onok iwak asin ndik kene, aku masak rawon” Jare Romlah “Iku mau mambu entut cap trasi, sa’kilo sewidak ewu, gelem tah…” Jare Bores. l SERVIS TV Sore‐sore Bores karo Mukari koyok bi‐ asane wis cangkruk ndik warunge Romlah. Kopi panas disruput karo nonton TV. “Iki paling TV ne rusak. Ri, awakmu nduwe kenalan tukang servis TV ?” “Opo’o TV ne mbah?” Mukari takok. “Wong TV gambare terang, suarane yo jelas ngene lho mbah, apane sing rusak?” Romlah nyauti. “Aku iki heran nontok TV iki. Nek pas iklan shampo sing ketok rambut ireng dowo. Nek iklan rexona, sing ketok gambar kelek. Lha tepak pas iklan pampers, kok gak ketok liyane…?” “Gambar bokong ngono maksud sam‐ peyan mbah?” Takok Mukari “Gendeng ancen wong iki, lha mosok gambar bokong ditayangno ndik TV” Jare Romlah “Bokong sampeyan sopo sing doyan nontok Mbah… sing ndelok girap‐girap” Jare Mukari “Yo gak pempers ae, iki mau pas iklan softex kok gak ketok …” Gurung mari Bores ngomong, Romlah wis nguncalno sandale ndik Bores. PLETAAAKKK… tepak kenek batuke Bores. l
Wakil Walikota Bambang DH membuka pameran bursa kerja bagi lulusan Universitas Airlangga
Wakil Walikota Bambang DH memimpin apel pagi di SMKN 6 dan menyosialisasikan penanggulangan bahaya narkoba
Wakil Walikota Bambang DH menerima Pataka dari Kwarda Jawa Timur
Wakil Walikota Bambang DH menyematkan slayer tanda Anggota Kelompok Pecinta Lingkungan Hijau
Wakil Walikota Bambang DH beramah-tamah dengan guru SMPN 16 setelah memberikan sosialisasi penanggulangan narkoba
Wakil Walikota Bambang DH melepaskan tanda peserta Latihan Dasar Kepemimpinan di Bumi Morokrembangan setelah menutup pelatihan tersebut
Pramuka merupakan salah satu proses pendidikan di luar sekolah dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka