Wakaf Tunai Sebagai Salah Satu Sistem Perekonomian Islam Oleh: Taufik Rahayu Syam, SHI, MSI. (Cakim PA Tangerang)
A. Pendahuluan Islam sebagai ajaran yang lengkap, mempunyai konsep ekonomi untuk mensejahterakan umat. Salah satu sistem ekonomi islam yang
mempunyai peranan
penting bagi pengembangan kesejahteaan masayarakat adalah wakaf. Wakaf merupakan Instrumen Ekonomi Islam yang sangat unik dan sangat khas dan tidak dimiliki oleh sistem ekonomi yang lain. Masyarakat non-Muslim boleh memiliki konsep kedermawanan (philanthropy) tetapi ia cenderung 'seperti' hibah atau infaq, berbeda dengan wakaf. Kekhasan wakaf juga sangat terlihat dibandingkan dengan instrumen zakat yang ditujukan untuk menjamin keberlangsungan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat mustahiq.1 Potensi wakaf di Indonesia yang sangat besar seharusnya dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat, khususnya perkeonomian rakyat kecil. Namun
kenyataannya perwakafan di tanah air kurang diberdayakan, sehingga
implikasi dari manfaat wakaf juga kurang dirasakan oleh lapisan masayarakat. Wakaf adalah institusi ibadah sosial yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam al-qur’an dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah untuk melakukan al-khair (kebaikan).2 Konsep wakaf
seharusnya
diberdayakan dengan seoptimal mungkin supaya hasilnya dapat langsung dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dari waktu kewaktu, objek wakaf telah semakin diperluas cakupannya. Akhirakhir ini telah muncul wacana baru dalam menggali potensi ummat yang bisa didayagunakan untuk membangun solidaritas masyarakat melalaui konsep wakaf tunai ( cash waqf). Wakaf tunai ini sesungguhnya bukan hal yang baru dalam konsep perwakafan di dunia islam. Keberadaan wakaf tunai diharapkan dapat menjadi instrument untuk meningkatkan produktivitas perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat.
1
Abdul aziz setiawan. Wakaf Tunai dan Kesejahteraan Ummat. Dalam www. hidayatullah.com
2
Lihat QS Al-hajj (22):77
B. Landasan Dan Pengembangan Objek Wakaf Sistem wakaf merupakan konsep yang tidak secara jelas dan tegas disebutkan dalam al-Qur’an. Bebeda dengan zakat yang secara tegas disebutkan dalam al-Qur’an. Kendatipun demikian, dalam beberapa ayat yang memerintahkan manusia untuk berbuat baik untuk kebaikan masyarakat, dipandang oleh para ahli sebagai landasan perewakafan. 3 Dalam al-Qur’an, Allah swt. memerintahkan agar manusia berbuat kebaikan supaya hidup manusia itu bahagia.4 Dalam ayat lain Allah swt memerintahkan manusia untuk membelanjakna ( menyedekahkan ) hartanya yang baik. 5 Kemudian dalam ayat lain Allah swt menyatakan bahwa manusia tidak akan memperoleh kebaikan, kecuali jika ia menyedekahkan sebagian harta yang disenanginya (pada orang lain).6 Ayat-ayat al-Qur’an tersebut menurut pendapat para ahli, dapat dipergunakan sebagai dasar umum keberadaan lembaga wakaf.7 Selain dari ayat-ayat yang telah dikemukakan diatas, rujukan tentang keberadan wakaf dapat dilacak dalam hadis-hadis nabi, salah satu diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh yang berbunyi bahwasannya Rosulullah saw bersabda “apabila mati anak adam , maka putuslah amal-nya kecuali tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.8 Dalam sejarah tradisi muslim, kita akan dapatkan praktek-praktek perwakafan. Adalah Umar bin Khatab ra berkata kepada Rosulullah saw: Ya Rosulullah, sesungguhnya aku memiliki sebidang tanah di khaibar yang aku belum pernah memiliki tenah sebaik itu. Apa nasihat engkau kepadakau? Rosulullah menjawab “jika engkau mau mewakafkan tanah itu, sedekahkanlah hasilnya.” lalu umar mewakafkan tanahnya yang ada di khaibar (disekitar kota Madinah). Setelah umar mewakafkan hartanya, kemudian praktek tersebut juga diikuti oleh para sahabat nabi yang lain yakni Abu Thalhah
yang mewakafkan kebun
3
Mohamad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI Press. 1988.), hlm 80
4
Lihat Qs. Al-hajj (22): 77
5
Lihat Qs Al-baqoroh (2) : 267
6
Lihat Qs. Ali Imron ( 3) : 92
7
Ahmad Azhar Basyir. Hukum islam Tentang Wakaf-Ijarah-Syirkah. ( Bandung: Al-ma’arif. 1977 )
8
Jalaludin As-suyuti. Al-Jami‟ As-shoghir. ( ttp: Syirkah an-nur Asia. Tt ) hlm. 35
hlm 5
2
kesayangannya, “kebun bahira”. Selanjutnya disusul oleh Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekah yang diperuntukan kepada anak keturunannya yang datang ke Mekah. Utsman menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahanya yang subur. Muadz bin Jabal mewakafkan rumahnya yang popular dengan sebutan “Daarul Anshar”. Kemudian pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dan Aisyah istri Rosulullah saw.9 Adapun hadis yang menceritakan perwakafan yang dilakukan umar, biasanya dijadikan landasan hukum akan adnyan lembaga perwakafan.10 Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa keterangan mengenai wakaf tidak terlalu menukik diterangkan dalam al-Qur’an dan hadis. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab fiqih, para ulama berbeda dalam penulisan nomenklaktur kata wakaf. Al-Syarakhsai dalam kitab al-mabsuth, membrikan nomenklatur wakaf dengan kitab alwaqf, Imam Malik menuliskannya dengan nomenklatur kitab al-Habs wa al-shadaqat, imam al-syafi’i dalam al-umm memberikan nomenklatur wakaf dengan al-ahbas dan bahkan Imam Bukhari menyertakan hadis-hadis tentang wakaf dengan nomenklatur kitab al-washaya.11 Perbedaaan pandangan tersebut menunjukan bahwa wakaf merupakan wilayah yang dikategorikan pada wilayah ijtihadi. Dengan begitu, ketentuan-ketentuan mengenai objek wakaf yang selama ini hanya dikenal dengan barang-barang seperti tanah, rumah dapat diperluas lagi selain dari pada hal tersebut. Pemikiran-pemikiran tentang wakaf banyak tersebar disejumlah kitab-kitab fiqih. Hal ini karena fiqih merupakan bagian ajaran islam yang hidup dan berkembang di khalayak masyarakat islam di berbagai penjuru dunia. Imam Sayid Sabiq menjelaskan bahwa benda baik bersifat teteap (al-„uqar), maupun bergerak (al-manqul) seperti perlengkapan rumah, mushahif, buku-buku dan kendaraan boleh dijadikan benda wakaf. Disampiung itu, setiap benda yang boleh diperdagangkan dan dimanfaatkan (dengan tetap kekal dzatnya ) boleh juga dijadikan obyek waqaf. Sebaliknya menurut Sayid Sabiq barang-barang yang ruksak dan barang-
9
Departemen Agama. Pedoman, pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag, 2006), hlm 13 10
Mohamad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam…hlm 82
11
Dr. Jaih Mubarak. “Pengembanagn Obyek Wakaf.” Dalam Warta Hukum dan Keadilan. Membedah maslaah wakaf. Edisi 5 Juni 2004 hlm 14
3
barang yang tidak boleh dijual karena zatnya seperti anjing dan babi tidak boleh dijadikan objek wakaf.12 Muhamad Musthafa Syalabi menjelaskan bahwa syarat-syarat obyek wakaf ada empat: pertama, harta teresebut harus mutaqawwim (memungkinkan untuk dipelihara dan dimanfaatkan dengan cara tertentu ); kedua, harta yang diwakafkan dapat diketahui secara sempurna oleh wakif dan pengelola (penerima) wakaf ketika wakaf diikrarkan; ketiga, benda yang diwakafkan adalah milik wakif secara sempurna dan dapat dipindah tangankan
ketika benda tersebut diikrarkan untuk wakaf dan keempat, benda yang
diwakafkan dapat dipisahkan secara tegas tanpa terikat dengan yang lain.13 Pendapat ulama mengenai obyek wakaf memperlihatkan bahwa syarat-syarat benda wakaf ( harus benda, bermanfaat, tidak sekali pakai, tidak haram zatnya dan harus milik wakif secara sempurna ) tidak didukung oleh hadis secara khusus; dan mereka menggunakan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis bersifat umum. Oleh karena itu, penentuan syarat-syarat obyek wakaf termasuk wilayah ijtihadi. 14 Secara umum menurut Jawad Mughniyah15 wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal ( tahbis al-ashl) , lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbis al-ashl ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan
dan sejenisnya. Sedangkan cara
pemanfaatannya adalah dengan menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan Untuk melaksanakan wakaf harus dipenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf meliputi tiga unsur: 1) wakif , 2) benda yang diwakafkan (3)ikrar (pernyataan wakaf ). Dalam UU No 41 Tahun 2004btentang perwakafan (pasal 6), selain tiga unsur dimuka dimasukan juga sebagai rukun wakaf: nazir, peruntukan wakaf dan jangka waktu wakaf.16 Terkait dengan masalah wakaf tunai, sebetulnya penggunaan sebutan wakaf tunai kurang tepat. Istilah wakaf tunai berasal dari kata cash waqf yang diterjemahkan 12
Al-sayyid Sabiq. Fiqh As-Sunat. ( Beirut: Dar Al-fikr, 1983) III: 382
13
Muhamad Musthafa Syalabi. Mudharabat fi al- waqf al-washiyyat. (mesir: Dar al-Ta’lif, 1957) hlm
14
Dr Jaih Mubarak, Pengembangan obyek Wakaf, hlm 15
54-57
15
Muhamad Jawad Mughniyah. Al-fiqh “ala al-Madzahib al-Khamsah. Pen. Masykur AB dkk. Cet . XIV. ( Jakarta: Lentera, 2005 ), hlm 635 16
Prof. Dr Syamsul Anwar MA. Studi Hukum Islam Kontemporer. ( Jakarta: RM Books, 2007), hlm 80
4
kedalam bahasa Indonesia menjadi wakaf tunai. Terjemahan ini agak keliru karena mengaburkan gagasan pokoknya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. M. A. Mannan, pendiri SIBL (Social Investment Bank Ltd.), yang berjudul "Structural Adjustments and Islamic Voluntary Sector with Special Reference to waqaf in Bangladesh" (dipublikasikan oleh Islamic Development Bank/IDB, Jeddah tahun 1995), menyatakan bahwa Wakaf Tunai dikenal dalam Islam. Hal ini dapat ditemukan pada era Ottoman dan di Mesir. Sementara negara Turki memiliki suatu sejarah yang cukup panjang dalam pengelolaan wakaf. 17 Wakaf
tunai sebenarnya sudah menjadi pembahasan ulama terdahulu; salah
satunya Imam az-Zuhri yang membolehkan wakaf uang (saat itu dinar dan dirham). Bahkan sebenarnya pendapat sebagian ulama mazhab al-Syafi'i juga membolehkan wakaf uang. Mazhab Hanafi juga membolehkan dana wakaf tunai untuk investasi mudharabah atau sistem bagi hasil lainnya. Keuntungan dari bagi hasil digunakan untuk kepentingan umum. Sementara itu, Pada tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa tentang wakaf tunai, yang isinya sebagai berikut: a. Wakaf uang (cash waqaf/waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. c. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar'i. e. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Dewasa ini, uang sudah bergeser fungsinya. Pada awalnya ia hanya berfungsi sebagai alat tukar , sekarang uang sudah menajdi sesuatu yang diperjual belikan di berbagai Bank dan money changer. Oleh karena itu, uang sudah mulai sama kedudukannya dengan benda yang lainnya. Dengan demikian dengan adanya transaksi keuangan tersebut, sebenarnya akan menjadikan uang tersebut produktif. Jika uang dipergunakan untuk membeli barang, membayar hutang, membayar jasa. Maka uang tersebut akan habis. Tetapi jika diwakafkan, ia bisa dianggap sebagai 17
Prof. Dr. M.A Mannan. Sertifikasi Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam. ( Depok: CIBER – PKYII UI.,2001) hlm 36
5
harta bergerak yang berhubungan dengan asset tetap, sehingga bisa dikembangkan dan diambil profitnya saja untuk dibagikan dan difungsikan sebagai wakaf. Dalam prekteknya, penggunaan wakaf dengan uang akan lebih menjangkau masyarakat menengah kebawah. Karena hanya dengan uang yang tidak terlalu besar seseorang dapat melaksanakan wakaf dengan menyerahkan kepada lembaga/pengelola yang berwenang. Dengan uang tersebut akan dihimpun dana supaya produktif dan hasilnya akan dipergunakan untuk kepentingan umat. Ada beberapa macam bentuk wakaf tunai yang banyak dikemukaakan oleh para ulama yang membolehkannya yakni:18 (1) Bentuk pinjaman (qard atau salaf ) (2) Almudaharabah atau al-Qiradh dan (3) Ibda‟: 1. Bentuk Pinjaman ( qard atau salaf ) Bntuk wakaf ini adalah dengan mewakafkan sejumlah uang kepada nadzir atau pengelola wakaf. Kemudian uang yang diwakafkan tersebut dipinjamkan kepada orang-orang yang membutuhkan, kemudian menagihnya kembali untuk dipinjamkan kepada orang lain. Namun
bentuk
wakaf
ini
mempunyai
kelemahnanya.
Kemungkinan
pengembaliannya memakan waktu lama, atau bahkan pihak peminjam tidak mampu mengembalikan
sehingga
mengurangi
kuantitas
wakaf
bahkan
dapat
menghabiskannya. Namun kemungkinan ini dapat diatasi dengan sistem asuransi seperti peggadaian dan garansi. Hal ini jelas akan sulit dipenuhi bilamana yang meminjaam adalah orang miskin atau kurang mampu. Adakalanya juga harta yang dipinjamkan mengalami inflasi, sehingga nilai belinya berkurang seiring dengan berjalannya waktu yang menyebabkan berkurangnya nilai wakaf. 2. Al-Mudharabah atau al-qiradh Jenis wakaf ini adalah dengan menginvstasikan harta wakaf yang berupa uang tersebut untuk dihasilkan keuntungan. Misalkna saja uang tersebut diberdayakan oleh sesorang, maka keuntungannya tersebut dapat diberdayakan untuk kepentingn umat sesuai dengan pesan wakif. Namun bentuk ini mengandung resiko bilamana dalam pemberdayaan tersebut berakibat atau mengalami kerugian sehingga uang tersebut bukannya bertambah malah
18
Dr Rafieq Yunus El-mashry. Wakaf Tunai ( Cash waqf): Menuju Pengembanagn wakaf Produktif. Dalam Al-Ibroh: Jurnal Studi-studi Islam. Vol 1 Tahun 2003. hlm 19-20
6
merugi. Akan tetapi resiko ini dapat diantisipasi bilamana pengelola dapat memilih jenis usaha yang aman dan profesional. 3. Ibda‟ Yaitu dengan memberikan modal usaha kepda orang lain, dan keuntungan yang didapat menjadi milik pemodal secara utuh. Semua keuntungan inilah yang dibagikan kepada mereka yang berhak atas harta wakaf sesuai dengan amanah / pesan pewakif.
C. Pengelolaan Wakaf Tunai Suatu hal yang menjadi terobosan penting yang dilakukan oleh Prof Dr M.A Manan dari Bangladesh adalah dengan mengadakan sertifikat wakaf tunai ( cash waqf certificate) dengan keberadaan SIBL-nya ( Sosial Investment Bank Ltd.) Konsep sertifikat wakaf tunai ini merupakan inovasi dari sistem wakaf yang Selama ini hanya berbentuk benda yang tidak bergerak saja semisal tanah dan bangunan. Pola Sertifikasi Wakaf Tunai ini memberikan peluang untuk memaksimalkan potensi umat dalam kontribusinya untuk wakaf. Sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi untuk menghimpun dana melalui konsep wakaf tunai. Wakaf tunai membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi di bidang keagamaan, pendidikan dan pelayanan sosial. Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui penukaran Sertifikat Wakaf Tunai. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan wakaf tunai tersebut dapat dibelanjakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta-harta wakaf itu sendiri.19 Dana wakaf tunai yang diperoleh dari para wakif (orang yang mewakafkan hartanya) dikelola oleh nadzir (pengelola wakaf) dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Para wakif tersebut mensyaratkan ke mana alokasi pendistribusian keuntungan investasi wakaf nantinya seperti apakah ke sektor pendidikan, kesehatan, rehabilitasi keluarga, dll. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan sebagian pada instrumen keuangan syariah, sebagian lagi diinvestasikan langsung ke berbagai badan usaha yang bergerak sesuai syariah, dapat juga diinvestasikan untuk mendanai pendirian badan usaha baru yang mampu mengurangi ketergantungan rakyat kepada tengkulak. Portofolio investasi lainnya adalah menyalurkan dana melalui kredit
19
Prof Dr. M.A Mannan. Sertifikasi Wakaf Tunai…. hlm 37
7
mikro ke sektor-sektor yang mampu mengurangi pengangguran dan menciptakan caloncalon wirausaha baru.20 Dalam pengelolaan dana wakaf, seorang nadzir harus memperhitungkan keamanan investasinya tersebut. Hal ini dikarenakan apabila pengelolaan tersebut kurang professional maka dikhawatirkan dana wakaf tersebut akan hilang dikarenakan kerugian yang dialaminya. Apabila kerugian tersebut akibat kesalahan manajemen dari nadzir, maka yang paling bertanggung jawab adalah nadzir namun apabila kerugian disebabkan oleh hal-hal diluar kehendak manusia misalkan bencana alam dan lain sebaginya, maka kerugiaan ditanggung bersama antara pihak nadzir dan pengelola usaha dana wakaf. Manfaat lain dari adanya pola sertifikat wakaf tunai adalah dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat menengah kebawah untuk menginvestasikan hartanya untuk diwakafkan. Selama ini wakaf hanya mampu dilaksanakn oleh orang-orang yang mempunyai banyak harta sehingga dia dapat mewakafkan hartanya semisal tanah dan bangunannya. Namun dengan adanya sertifikat wakaf Tunai hal itu tidak dapat dirisaukan oleh kalangan menegah kebawah karena nominasi dari Sertifikat Wakaf Tunai cukup terjangkau. Misalkan saja sertifikat tersebut dapat dihargakan dengan uang Rp. 50.000, Rp.100.000 atau bahkan lebih kecil dari itu. Hal tersebut tentu saja dapat menjangkau semua kalangan untuk berinvestasi akhirat melalui wakaf tunai. Keberadaan Sertifikat Wakaf Tunai merupakan sebuah bukti keikutsertaan wakif dalam Perwakafan ini. Penerbitan Sertifikat Wakaf Tunai akan membuka peluang Penggalangan dana yang cukup besar karena21: 1. Lingkup sarana pemberi wakaf tunai (pewakif) bisa menjadi sangat luas dibandingkan dengan wakaf biasa. 2. Sertifikat Wakaf Tunai
dapat dibuat dalam berbagai macam pecahan , yang
disesuaikan dengan segmen muslim yang dituju, yang kira-kira memiliki kesadaran beramal tinggi. Mislakan Rp 10.000, Rp 25.000, Rp 50.000 dan Rp 100.000 Keberadaan Sertifikat Wakaf Tunai tidak hanya bernilai sosial ekonomi bagi kaum miskin, tetapi juga bisnis. Terutama bagi sektor perbankan islam. Dengan melihat pengalaman Dr M.A Mannan dengan SIBL-nya bisa menjadi contoh, bagaimana seharusnya sebuah lembaga keuangan (Bank) harus berinovasi dalam mengembangkan 20
Dian masyita Telaga SE MT. Wakaf Tunai Mendorong Kemandirian Bangsa. www. Pikiran Rakyat.com. Sabti 17 Mei 2003 21
Mustafa. E Nasution . Wakaf Tunai dan Sektor Volunteer. Dalam Wakaf Tunai:Inovasi Finansial Islam. ( Jakarta: PSTTI UI. 2006 ) hlm 43
8
berbagai instrument keuangan dalam upayanya menarik likuiditas yang sebesar-besarnya dari masyarakat. Disamping itu pengalaman SIBL juga bisa dijadikan pelajaran penting bagi perbankan islam di Indonesia tentang bagaimana strategi penyaluran kredit tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga bernilai sosial.
D. Potensi Wakaf Tunai Di Indonesia Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa Negara kita merupakan Negara yang mempunyai banyak potensi baik dari segi Sumber Daya Alam maupun sisi Sumber Daya Manusia itu sendiri. Namun sudah hampir enam puluh tahun Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan tidak dapat menampilkan sisi ekonomi yang kuat. Hal ini berakibat kepada kesejahteraan masyarakat Indonesia yang rendah. Indonesia sudah tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Salah satunya adalah Jepang. Dari sejarah kita tahu bahwa Jepang mengalami kehancuran setelah di bombardil oleh Amerika Serikat tahun 1945 sehingga berakibat kepada keterpurukan ekonomi. Namun dengan perjuangan yang gigih dari rakyat Jepang tersebut akhirnya sampai sekarang Jepang dapat menjadi negara yang kuat secara ekonomi di kawasan Asia bahkan Dunia. Begitu juga dengan Negara jiran Malaysia atau Singapura, yang merupakan Negara tetangga, sudah dapat mengeluarkan taringnya dalam petumbuhan ekonomi Negara tersebut. Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Terjadinya krisis multidimensi semenjak tahun 1997 telah menghantarkan Indonesia kedalam keterpurukan ekonomi, sehingga Indonesia dimasukan dalam kategori Negara miskin akibat krisis tersebut. Di Indonesia data tentang kemiskinan memang ada berbagai versi. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia berjumlah sekitar 40 juta. Data ini masih belum ditambah pengangguran terbuka yang jumlahnya mencapai diatas 10 juta.22 Salah satu efek dari kesulitan ekonomi tersebut, diberlakukanlah kebijakan hutang oleh pemerintah Indonesia. Hutang tersebut tentu saja bukan merupakan pemberian yang mengasyikan buat Negara kita. Karena yang namanya hutang, tentu saja harus dibayar dikemudian hari. Pembayaran hutang selama ini ternyata sangat membebani APBN, sehingga alokasi pembayaran hutang ini harus memangkas anggaran-anggaran untuk alokasi pendidikan, social yang seharusnya diberdayakan kearah itu. 22
Abdul Aziz Setiawan. Wakaf Tunai Investasi Abadi, Manfaatnya Mengalir Tiada Henti. www.hidayatullah.com
9
Bila dikaitkan dengan wakaf produktif khususnya wakaf tunai. Hal ini dapat menjadi sarana alternatif untuk memebrdayakan perekonomian yang ada di Indonesia. Bukankah sudah berulang kali pemerintah Indonesia menerapkan berbagai formula kebijakan ekonomi baik mikro maupun makro. Namun alih-alih memperlihatkan hasil positif, justru mengantarkan bangsa Indonesia memasuki “lorong gelap” kehidupan yang nyaris tanpa ujung. Paling tidak, pengembangan wakaf produktif sebagai starting point menuju pengembangan sektor ekonomi kerakyatan.23 Melihat potensi wakaf tunai di Indonesia, ada beberapa tujuan dilakukannya wakaf tunai diantaranya: a. Melengkapi perbankan Islam dengan produk Wakaf Tunai yang berupa suatu sertifikat berdenominasi tertentu yang diberikan kepada para wakif sebagai bukti keikutsertaan. b. Membantu penggalangan tabungan sosial melalui Sertifikat Wakaf Tunai yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal sehingga dapat memperkuat integrasi kekeluargaan di antara umat. c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar modal sosial. d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya sehingga keamanan dan kedamaian sosial dapat tercapai. Masyarakat Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam penggalangan dana melalui wakaf tunai. Jika Bangladesh dengan 120 juta jiwa , SIBL yang dibentuk Prof. M.A Mannan bisa eksis, kenapa Indonesia dengan 210 juta jiwa, perbankan islam tidak eksis. Bila kita membuat perkiraan perhitungan dana yang dapat dihimpun dari wakaf tunai. Pertama-tama kita asumsi bahwa muslim kelas menengah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk beramal. Selama ini sarana untuk beramal terutama berwakaf dari golongan ini sangat terbatas sehingga mereka hanya dapat beramal pada sector tradisional seperti amal masjid, pembangunan mushola and lain-lain. Melalui pengelolaan wakaf Tunai yang professional, tentu saja hal ini dapat memberikan peluang bagi
warga kelas menegah
kebawah
untuk ikut
serta
memberdayakan perekonomian Indonesia melalui lembaga wakaf tuanai dan tentu saja hal ini merupakan lahar baru untuk beramal. 23
Sujiat Zubaidi Saleh. Agar Wakaf Lebih Produktif. Dalam Dalam Al-Ibroh: Jurnal Studi-studi Islam. Vol 1 Tahun 2003. hlm vii
10
Asumsinya selanjutnya adalah jumlah muslim kelas menegah diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan per bulan Rp. 500.000,- hingga Rp.10.000.000,-, maka dapat dibuat perhitungan seperti tabel dibawah ini:
Tingkat Penghasilan
Jumlah
Tarif
Potensi Wakaf
Potensi wakaf
/Bulan
Muslim
Wakaf/bulan
Tuinai/bulan
tunai /tahun
Rp 500.000
4 Juta
Rp 5000,-
Rp. 20 Milyar
Rp. 240 Milyar
Rp. 1 juta-Rp 2 juta
3 juta
Rp. 10.000,-
Rp. 30 milyar
Rp. 360 Milyar
Rp. 2 juta-5 juta
2 juta
Rp. 50.000,-
Rp. 100 Milyar
Rp. 1,2 Trilyun
Rp. 5 juta-Rp 10 juta
1 juta
Rp. 100.000
Rp. 100 Milyar
Rp. 1,2 Trilyun
Total
Rp. 3 Trilyun
Paling tidak kita akan mendapatkan sekitar 3 trilyun per tahun dari wakaf tunai. Bisa dibayangkan dengan uang sebesar itu selain diinvestasikan ke portofolio investasi
seperti
lembaga
keuangan
syariah,
lembaga
pendidikan,
perusahaan
pertambangan, pertanian dan lain sebagainya, dapat pula digunakan untuk membeli saham pemerintah di Indosat sehingga Indosat tidak perlu berpindah tangan ke pihak asing. Yang pasti, kedaulatan dan harga diri bangsa dapat dipertahankan. Di lain pihak keuntungan dari perusahan-perusahan yang kita kuasai dapat kita gunakan untuk mendanai program kemiskinan di Indonesia. Dari rakyat kembali ke rakyat. Dari paparan diatas tentunya kita mengharapkan, bahwa dengan system ekonomi islam yang ada teruatma melalui wakaf tunai dapat membrikan kontribusi positif bagi pemecahan ekonomi nasional yang selama ini masih terombang ambing oleh kekuatan ekonomi kapitalis.
E. Kesimpulan dan Penutup Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian awal, bahwa wakaf merupakan system ekonomi islam yang khas. Pemberdayaan dibidang pengelolaan wakaf akan sangat membantu dalam pengembangan ekonomi umat. Dengan adanya pengelolaan wakaf yang profesional, tidak mustahil akan memebrikan kontribusi yang berharga bagi kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan di negara-negara yang telah mengembangkan sistem wakafnya secara professional seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Bangladesh dan Negara-negara lainnya.
11
Saat ini pengembangan dan pemberdayaan potensi wakaf telah mulai di laksanakan di Indonesia, salah satunya dengan mengembangkan system wakaf tunai.. Dalam pengelolaan wakaf tunai setidaknya ada beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari system wakaf tersebut, yaitu: a. Melengkapi perbankan Islam dengan produk Wakaf Tunai yang berupa suatu sertifikat berdenominasi tertentu yang diberikan kepada para wakif sebagai bukti keikutsertaan. b. Membantu penggalangan tabungan sosial melalui Sertifikat Wakaf Tunai yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal sehingga dapat memperkuat integrasi kekeluargaan di antara umat. c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar modal sosial. d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya sehingga keamanan dan kedamaian sosial dapat tercapai. Dengan banyaknya manfaat yang dapat diambil dari system wakaf tunai ini, oleh karena itu sudah saatnya Indonesia memanfaatkan wakaf tunai sebagi salah satu instrument dalam memberdayakan perekonomian umat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahnya Ali, Mohamad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press. 1988 Anwar, Syamsul. Studi Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: RM Books. 2007 As-suyuti, Jalaludin. Al-Jami‟ As-shoghir. tt: Syirkah an-nur Asia. Tt Basyir , Ahmad Azhar. Hukum islam Tentang Wakaf-Ijarah-Syirkah. Bandung: Al-ma’arif. 1977 Departemen Agama. Pedoman, pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Depag. 2006. Jurnal Al-Ibroh: Jurnal Studi-studi Islam. Vol 1 Tahun 2003 Jurnal Warta Hukum dan Keadilan. Membedah maslaah wakaf. Edisi 5 Juni 2004 Mannan. M.A. Sertifikasi Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam. Depok: CIBER – PKYII UI. 2001 Mughniyah, Muahamd Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera. 2005
Nasution , Mustafa. E . Wakaf Tunai dan Sektor Volunteer. Dalam Wakaf Tunai:Inovasi Finansial Islam. Jakarta: PSTTI UI. 2006 Sabiq, Al-sayyid . Fiqh As-Sunat. Jilid 3. Beirut: Dar Al-fikr, 1983 Syalabi , Muhamad Musthafa. Mudharabat fi al- waqf al-washiyyat. Mesir: Dar al-Ta’lif, 1957 www. Pikiran Rakyat.com www.Hidayatullah.com
13