STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY.M DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI PRE EKLAMPSIA SEDANG DI BANGSAL BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH :
WAHYU RATNAWATI P.09053
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY.M DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI PRE EKLAMPSIA SEDANG DI BANGSAL BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
WAHYU RATNAWATI P.09053
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: WAHYU RATNAWATI
NIM
: P.09053
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.M dengan Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Pre Eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut engan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Maret 2012 Yang Membuat Pernyataan
WAHYU RATNAWATI NIM. P.09053
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis ini diajukan oleh : Nama
: WAHYU RATNAWATI
NIM
: P.09053
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.M dengan Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Pre Eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di
:
Hari/Tanggal
:
Pembimbing : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns NIK . 201187085
iii
(…………………...)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis ini diajukan oleh : Nama
: WAHYU RATNAWATI
NIM
: P.09053
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.M dengan Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Pre Eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di
:
Hari/Tanggal
:
DEWAN PENGUJI Penguji I
: Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns NIK. 201187085
(…………………….)
Penguji II
: Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns NIK. 200179001
(…………………….)
Penguji III
: Anissa Cindy N. A, S.Kep.,Ns NIK. 201187086
(…………………….)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK : 201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.M dengan Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Pre eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile
Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat : 1. Bapak Setiyawan, S. Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada. 2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta menfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
4. Ibu Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns, selaku penguji II yang memberikan masukan – masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta menfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Ibu Anissa Cindy, S.Kep.,Ns, selaku penguji III yang memberikan masukan – masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta menfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman – teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu, yang telah memberikaan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012 Penulis
WAHYU RATNAWATI P.09053
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME.............................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
viii
BAB 1
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................
1
B. Tujuan Penulisan ........................................................
3
C. Manfaat Penulisan ......................................................
4
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ............................................................
5
B. Pengkajian ..................................................................
5
C. Perumusan Masalah Keperawatan...............................
10
D. Perencanaan Keperawatan ..........................................
10
E. Implementasi Keperawatan .........................................
11
F. Evaluasi Keperawatan ................................................
14
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ................................................................
16
B. Simpulan dan Saran ....................................................
24
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien Lampiran 4 Log Book Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Wahyu Ratnawati
Tempat,tanggal lahir : Boyolali, 12 Juni 1991 Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Maluan Rt 4/Rw 3 Teras Boyolali
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Teras, lulus tahun 2004 2. SLTP Negeri 2 Teras, lulus tahun 2006 3. SMK Dwija Dharma Mojosongo Boyolali, lulus tahun 2009 4. DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada, Surakarta
Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya-benarnya.
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pre eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Pre eklampsia ditandai hipertensi dengan kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg, di atas yang biasa ditemukan disertai edema pada ektremitas, proteinurin atau kedua-duanya. (Soekimin, 2001). Pre eklampsia dibedakan menjadi 3 yaitu: pre eklampsia ringan, pre eklampsia sedang, dan pre eklampsia berat. Pada pre eklampsia sedang ditandai tekanan darah 160 mmHg-180 mmHg, terjadi kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau tekanan diastolik 100 mmHg, protein urin positif 2, oedem, pada kaki, jari tangan dan muka, disertai kenaikan berat badan lebih dari 1 kg tiap minggu (Mary Billington, 2009). Pre eklampsia dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu eklampsia yang ditandai dengan timbulnya kejang. Penyebab terjadinya pre eklampsia akan mengakibatkan menurunnya produksi progesteron yang merupakan antagonis dari aldosteron, sehingga menyebabkan retensi natrium dan cairan dan akhirnya terjadi tekanan darah meningkat dan oedem sel endotel pembuluh darah yang berperan penting dalam mengatur tonus dan permeabilitas pembuluh darah (Soekimin, 2001).
1
2
Pada ibu hamil dengan pre eklampsia proses persalinan diindikasikan untuk dilakukan operasi sectio caesaria, karena bila dipaksakan pervagina berisiko terjadi kejang pada ibu, sehingga dapat menyebabkan kematian ibu, bahkan janin yang dikandungnya. Sectio caesaria merupakan salah satu jenis pembedahan obstetrik. Tindakan pembedahan menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri pada bagian abdomen (Benson, Ralph C. 2008) Pada nyeri pasca bedah disebabkan oleh rangsangan mekanik, yaitu luka (insisi). Tindakan insisi akan merangsang mediator-mediator kimia dari nyeri, yaitu bradikinin, histamin, asetilkolin, dan substansi prostaglandin, sehingga menimbulkan sensori nyeri. Rasa nyeri yang timbul akibat operasi dinding abdomen biasanya dengan intensitas presentasi: nyeri ringan lebih dari 50 %, nyeri sedang 10–15 %, nyeri lebih berat 30–50 %, nyeri pada pasien meningkat rata-rata 1-3 hari, menjadi nyeri yang sangat hebat biasanya terjadi pada satu hari pasca operasi (Oxorn Harry dan Forte R.William, 2010). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar atau pokok yang harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan hidup. Salah satu yang merupakan kebutuhan fisiologis adalah terbebas dari nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan individual, karena respon individu terhadap sensasi nyeri berbeda. Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron, dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor
3
pada ujungnya, sehingga menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sumsum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh (Alimul Hidayat, 2006). Hasil studi kasus pada Ny. M dengan post sectio caesaria ditemukan masalah nyeri. Pada tindakan operasi sectio caesaria timbul rasa nyeri dengan awitan yang cepat, intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung dalam waktu yang singkat, karena ujung syaraf reseptor nyeri mengalami kerusakan (Asmadi. 2008). Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny. M dengan Post Operasi Sectio caesaria atas Indikasi Pre eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.”
B. Tujuan Penulis 1. Tujuan umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada Ny.M dengan post sectio caesaria atas indikasi Pre eklampsia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post sectio caesaria.
4
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post sectio caesaria. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post sectio caesaria. d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post sectio caesaria. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post sectio caesaria. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri pada pasien post sectio caesaria.
C. Manfaat Penulisan 1. Penulis Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post sectio caesaria atas indikasi pre eklampsia sedang. 2. Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan post sectio caesaria akibat komplikasi pada kehamilan.
BAB II LAPORAN KASUS
Bab II ini merupakan resume “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny. M dengan Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Pre Eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.” Asuhan Keperawatan pada Ny. M yang meliputi identitas klien, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi sesuai masalah keperawatan, implementasi yang telah dilakukan, dan evaluasi.
A. Identitas Klien Nama Ny. M, umur 38 tahun, jenis kelamin perempuan, status perkawinan kawin, pekerjaan karyawan, latar belakang pendidikan SMP, agama islam, suku bangsa jawa. Tanggal masuk Rumah Sakit 04 April 2012, pukul 09.00 WIB, dengan diagnosa medis post sectio caesaria atas indikasi pre eklampsia sedang.
B. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Jumat, tanggal 06 April 2012 jam 15.00 WIB, dengan menggunakan metode anamese auto dan allo anamese. Riwayat kesehatan sekarang pasien mengatakan kehamilan usia 40 minggu lebih 2 hari, hari pertama terakhir menstruasi tanggal 26 Juni 2011, hari perkiraan lahir tanggal 2 April 2012. Pada tanggal 04 April 2012, pukul 05.30 WIB, klien mengatakan merasa mulas, keluar rembesan cairan air
5
6
ketuban dari jalan lahir, oleh keluarga dibawa ke Puskesmas pukul 07.45 WIB, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 160/110 mmHg, karena tekanan darahnya tinggi pihak Puskesmas tidak bisa melakukan tindakan dari Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo, saat di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo pasien dilakukan pemeriksaan di IGD: pasien mengatakan kehamilan usia 40 minggu lebih 2 hari, hari pertama terakhir menstruasi tanggal 26 Juni 2011, hari perkiraan lahir tanggal 2 April 2012, pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah: 160/110 mmHg, nadi: 100x/menit, respirasi: 24x/menit, suhu: 37ºC, edema pada tangan dan kaki, pemeriksaan laboratorium protein urin positif 2, pasien mendapatkan obat captopril 250 mg, tindakan pacuan melalui infus tetapi tidak berhasil, cairan air ketuban keluar banyak, karena tidak adanya perubahan yang baik maka dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan janin, pada tanggal 5 April 2012 pukul 09.00 WIB – pukul 11.00 WIB, operasi selesai dilakukan. Pukul 11.30 WIB dibawa ke ruang rawat gabung keluhan pasien mengatakan Ny. M mengatakan nyeri pada perut bekas operasi sectio caesaria, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan agak panas, nyeri pada bekas operasi bawah umbilikus dengan garis vertikal, skala nyeri 7, nyeri pada saat miring kanan atau miring kiri, mau duduk, dan saat bergerak, nyeri hilang timbul, kurang dari 10 menit. Riwayat penyakit dahulu Ny. M mengatakan mempunyai riwayat hipertensi selama 3 tahun, tetapi tidak pernah alergi dengan obat dan makanan. Dalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu
7
dari ibu pasien seperti: hipertensi, berdasarkan riwayat pasien digambarkan genogram sebagai berikut:
Ny. M
Keterangan : : laki-laki : perempuan : pasien : dalam satu rumah : garis pernikahan : garis keturunan
Riwayat persalinan dan kehamilan dahulu pasien dengan G (getasi) 2, P (partus) 2, A (abortus) 0, selama kehamilan pertama pasien rutin periksa ke bidan terdekat, pasien mempunyai riwayat hipertensi, maka persalinannya dilakukan tindakan sectio caesaria. Di Rumah Sakit PKU, tidak ada masalah pada bayi, keadaan anak saat ini sehat dan berumur 3 tahun. Pola kesehatan fungsional menurut gordon, pola persepsi sensori Ny. M mengatakan nyeri: nyeri pada perut bekas operasi, nyeri seperti tertusuktusuk dan agak panas, nyeri pada bekas operasi bawah umbilikus dengan garis vertikal, skala nyeri 7, nyeri pada saat miring kanan atau miring kiri, mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
8
mau duduk, dan saat bergerak, nyeri hilang timbul, kurang dari 10 menit, pasien tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah klien tampak gelisah dan seperti menahan sakit. Pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas (activity daily living) secara mandiri, tingkat aktivitas 0, selama sakit pasien dapat melakukan aktivitas (activity daily living) dibantu keluarga, tingkat aktivitas 2, hingga hari pertama pasien mampu melakukan latihan gerak miring kanan dan kiri 2-3 x/hari. Pola istirahat pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur tapi sering terbangun karena ingin BAK, dan dapat kembali tidur setelah BAK, tidur ± 7 jam, mulai dari pukul 21.00 - 04.00 WIB tidak ada masalah dalam tidur. Selama sakit setelah post operasi sectio caesaria hari pertama pasien mengatakan tidak dapat tidur karena nyeri, bisa tidur kira-kira hanya 2 jam. Pola seksualitas reproduksi pasien mengatakan umur 15 tahun menstruasi teratur setiap bulan, tidak desminore, tidak ada keluhan, jumlah darahnya dalam sehari ganti pembalut 2-3x/ hari, menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sekali dan tidak ada keluhan. Pemeriksaan Fisik keadaan umum pasien lemah dan tingkat kesadarannya komposmentis, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah: 150/100 mmHg, nadi: 100x/menit, suhu: 37ºC, pernafasan: 24x/menit. Kepala: berbentuk mesocepal, rambut lurus hitam agak kusam. Mata: konjungtiva tidak anemis, simetris. Hidung: bersih, tidak ada sekret tidak ada polip. Telinga: kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen. Mulut : gigi bersih
9
tidak bau mulut dan tidak ada stomatitis. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan paru didapatkan hasil inspeksi: pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, palpasi vocal vremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Pemeriksaan jantung didapatkan hasil: inspeksi Ictus Cordis tidak nampak, palpasi: Ictus Cordis tidak teraba, perkusi pekak, auskultasi Bj I= Bj II. Payudara papilla mamae menonjol, hiperpigmentasi pada aerola, asi keluar sedikit, belum lancar, tidak ada pembengkakan. Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil: inspeksi ada luka bekas post operasi sebelumnya bawah epigastrum, garis horizontal, tedapat luka post operasi sectio caesaria, dibawah umbilikus dengan garis vertikal terdapat luka bekas post operasi sectio caesaria sepanjang 12 cm, luka tertutup kasa, tidak ada rembesan, kering, auskultasi bising usus 12 x/menit, palpasi nyeri tekan sekitar luka bekas post operasi sectio caesaria dibawah umbilikus garis vertikal. Pada Pemeriksaan Genetalia didapatkan hasil: Lokhea rubra, dengan pengeluaran pervagina kurang lebih 50 cc/3 jam, terpasang kateter, perineum bersih dan tidak ada luka bekas episiotomi didaerah jalan lahir. Ekstermitas tangan kanan terpasang infus Rl 20 tpm, terdapat oedem pada tangan dan kaki, tidak ada varises di kaki.
10
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 06 April 2012 dengan hasil hemoglobin 11,2 g/dl (12,3 – 15,3 g/ dl), hematokrit 33,3% (35 – 47%), leukosit 10,3 103/ul (4,0 – 11,3 103/ul). Terapi yang dilakukan mendapatkan: infus RL 20 tpm, Cefotraxon 1gr/12 jam, Antalgin 500 mg/8 jam, Captopril 250 mg.
C. Diagnosa keperawatan Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2012, maka didapatkan rumusan masalah yang meliputi data fokus: pasien mengatakan nyeri post sectio caesaria, seperti tertusuk-tusuk dan terasa agak panas, Ny. M mengatakan nyeri pada bekas operasi bawah umbilikus garis vertikal, skala nyeri 7, nyeri dirasakan waktu bergerak, miring, dan saat mau duduk. Dari data objektif ekspresi wajah pasien tampak gelisah dan seperti menahan sakit, dengan tekanan darah : 150/100 mmHg, pernapasan : 24 x/ menit, nadi : 100 x/menit, suhu : 37 0C. Hasil dari data fokus, maka didapatkan diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
D. Intervensi Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dibuat intervensi keperawatan.
Perencanaan
dan
tujuan
dari
tindakan
keperawatan
menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (jelas), Measureable (dapat diukur), Acepptance, Rasional, dan timming. tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
11
masalah nyeri dapat teratasi, dengan kriteria hasil: mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang menggunakan manajemen nyeri dari skala 7 menjadi kurang dari 3, mampu mengenal nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 16-24 x/menit, suhu 36-37o C, nadi 60-100 x/menit). Berdasarkan masalah keperawatan diatas maka dapat dilakukan intervensi keperawatan meliputi: 1. Monitor tanda – tanda vital klien, rasionalisasinya memberikan gambaran lebih lengkap tentang sistem kardiovaskuler. 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, rasionalisasinya untuk mengetahui respon pasien terhadap nyeri. 3. Lakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T) secara komprehensif, rasionalisasinya untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan. 4. Ajarkan non farmakologi
dengan
teknik
relaksasi
nafas
dalam,
rasionalisasinya
melepaskan tegangan emosional dan otot. 5. Motivasi penggunaan teknik relaksasi saat nyeri. 6. Kolaborasi pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam), rasionalisasinya mengurangi nyeri (Wilkinson, 2007).
E. Implementasi Implementasi yang sudah penulis lakukan pada tanggal 06 April 2012, pukul 15.00 WIB pada diagnosa pertama, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, penulis melakukan tindakan keperawatan memonitor tandatanda vital dengan respon, pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan. Data yang didapat dari pengukuran tekanan darah : 150/100 o
mmHg, pernapasan : 24x/menit, nadi : 100 x/menit, suhu : 37 C. Jam 15.30
12
WIB, mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan, dengan respon pasien mengatakan nyeri pada daerah bekas luka jahitan, data obyektif pasien tampak meringis kesakitan dan seperti menahan sakit. Jam 16.00 WIB, melakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T) pasien, data subjektif yang didapat adalah pasien mengatakan: nyeri disebabkan karena post operasi sectio caesaria, dengan kualitas nyeri seperti tertusuk – tusuk dan agak panas pada daerah abdomen, skala nyeri 7 dan dirasakan saat anggota tubuh digerakkan, data obyektif : pasien tampak meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak memengangi perutnya. Jam 16.30 WIB, mengajarkan non farmakologi dengan teknik relaksasi nafas dalam, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diajarkan nafas dalam, data obyektif pasien tampak kooperatif dan rileks. Jam 17.00 WIB Memotivasi pasien dalam penggunaan teknik relaksasi saat nyeri, dengan respon pasien mengatakan bersedia melakukan teknik relaksasi nafas dalam saat nyeri dirasakan, data obyektif, pasien melakukan teknik relaksasi dengan benar. Jam 20.00 WIB, melakukan tindakan keperawatan kolaborasi pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip) dan respon subjektif: pasien mau diinjeksi, data obyektif obat masuk melalui intra vena tanpa adanya alergi. Implementasi pada tanggal, 07 April 2012, pukul 08.00 WIB, melakukan pengkaji skala nyeri pasien (P, Q, R, S, T) data subyektif: pasien mengatakan nyeri karena disebabkan post operasi sectio caesaria, kualitas nyeri seperti tertusuk – tusuk pada daerah abdomen, skala nyeri 6 dan dirasakan saat anggota tubuh digerakkan, data obyektif : pasien tampak
13
meringis, pasien tampak gelisah, pasien tampak memegangi perutnya. Jam 09.00 WIB, memotivasi dalam melakukan non farmakologi dengan teknik relaksasi saat nyeri, dengan respon data subyektif pasien mengatakan: mampu melakukan teknik relaksasi saat nyeri dirasakan, data obyektif pasien bisa melakukan teknik relaksasi secara mandiri. Jam 11.30 WIB, memonitor tanda-tanda vital dengan respon data subyektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan, data obyektif tekanan darah : 140/90 mmHg, nadi : o
90 x/menit, pernapasan : 22 x/menit, suhu : 36 C. Jam 13.00 WIB, kolaborasi memberikan analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip) dan respon subjektif: pasien mau diinjeksi, data obyektif obat masuk melalui intra vena tanpa adanya alergi. Implementasi pada tanggal, 08 April 2012, pukul 14.30 WIB, melakukan pengkaji skala nyeri (P, Q, R, S, T) dengan respon pasien mengatakan nyeri karena post operasi sectio caesaria, dengan kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 5 dan dirasakan saat bergerak, data obyektif : ekspresi wajah gelisah, pasien tampak memengangi perutnya. Jam 15.00 WIB, memonitor tanda-tanda vital dengan respon data subyektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan, data obyektif didapatkan pengukuran tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi: 80 x/menit, pernapasan: 20 o
x/menit, suhu: 36 C. Jam 19.30 WIB, memberikan analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip) dan respon subjektif: pasien mau diinjeksi, data obyektif obat masuk melalui intra vena tanpa adanya alergi.
14
F. Evaluasi Tindakan keperawatan selanjutnya, dilakukan evaluasi hari pertama tanggal 06 April 2012, jam 20.00 WIB, didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi sectio caesaria, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk agak panas pada daerah abdomen, dengan skala nyeri 7, dirasakan saat anggota tubuh digerakkan, data obyektif npasien tampak meringis kesakitan, gelisah, tampak memegangi perutnya, analisa masalah nyeri belum teratasi, planning intervensi dilanjutkan yaitu monitor tandatanda vital, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, lakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T), motivasi dalam teknik mengontrol nyeri, kolaborasi pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip). Evaluasi dilakukan hari kedua pada tanggal 7 April 2012, jam 13.30 WIB, didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi sectio caesaria, dengan kualitas nyeri seperti tertusuk–tusuk pada daerah abdomen, skala nyeri 6 dan dirasakan saat anggota tubuh digerakkan, data obyektif pasien tampak gelisah, tampak memengangi perutnya, analisa masalah nyeri belum teratasi, planning intervensi dilanjutkan yaitu monitor tanda-tanda vital, observasi respon non verbal dari ketidaknyamanan, lakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T), motivasi cara mengontrol nyeri, kolaborasi pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip). Evaluasi dilakukan hari ketiga pada tanggal 8 April 2012, jam 20.00 WIB, dengan data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post operasi sectio caesaria, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk berkurang, skala nyeri 5
15
dan dirasakan saat anggota tubuh bergerak, data obyektif pasien tampak memegangi perutnya, ekspresi wajah gelisah. Analisa masalah nyeri belum teratasi, planning intervensi dilanjutkan yaitu monitor tanda-tanda vital, observasi respon non verbal dari ketidaknyamanan, lakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T), kolaborasi pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip).
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Dalam bab ini akan membahas “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny. M dengan Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Pre Eklampsia Sedang di Bangsal Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.” Disamping itu penulis akan membahas faktor pendukung, mampu penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada Ny. M sesuai dengan proses keperawatan yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pembahasan Pre Eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Pre eklampsia ditandai hipertensi dengan kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg, di atas yang biasa ditemukan disertai edema pada ektremitas, proteinurin atau kedua-duanya (Mary Billington, 2009). Pada pengkajian didapatkan hasil studi kasus pada Ny. M pada pengkajian riwayat penyakit sekarang klien mengatakan kehamilan usia 40 minggu 2 hari, pemeriksaan ditemukan tekanan darah : 160/110 mmHg, edema pada tangan dan kaki, pemeriksaan laboratorium protein urin positif 2, Kasus yang ditemukan pada Ny. M kesenjangan dengan teori karena dari
16
17
kehamilan pertama Ny. M memiliki riwayat hipertensi, karna faktor keturunan dari keluarga, tanda-tanda vital pasien meningkat karena terjadi peningkatan tekananan darah, nadi, dan pernafasan, diaforesis, akibat stimulasi sistem saraf simpatis ( Rothrock, 2003). Pada ibu hamil dengan pre eklampsia proses persalinan diindikasikan untuk dilakukan operasi sectio caesaria, karena bila dipaksakan pervagina berisiko terjadi kejang pada ibu, sehingga dapat menyebabkan kematian ibu, bahkan janin yang dikandungnya (Benson, Ralph C., 2008). Pada Ny. M dengan kehamilan cukup bulan disertai pre eklampsi serta ditandai cairan air ketuban yang keluar banyak oleh dokter sudah dilakukan tindakan pacuan tidak ada kemajuan persalinan maka Ny. M dilakukan tindakan sectio caesaria. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan. Batasan karakteristik perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, mengekspresikan perilaku (seperti gelisah, merengek,
menangis,
iritabilitas,
mendesah),
melindungi
area
nyeri
(T. Heather Herdman, PhD, Rn, 2010). Ketika dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri pada perut bekas operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan agak panas, nyeri pada bekas operasi di abdomen bawah umbilikus dengan
18
garis vertikal, skala nyeri 7, nyeri pada saat miring kanan atau miring kiri, mau duduk, dan saat bergerak, nyeri hilang timbul, kurang dari 10 menit. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Penulis memprioritaskan diagnosa ini sebagai diagnosa utama karena sesuai dengan teori yang telah dijelaskan (T. Heather Herdman, 2010). Terdapat batasan karakteristik nyeri yaitu melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal, menunjukkan kerusakan, posisi untuk mengurangi nyeri, tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, waspada, nafas panjang dan mengeluh nyeri). Penulis memprioritaskan masalah nyeri akut kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar atau pokok yang harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan hidup. Salah satu yang merupakan kebutuhan fisiologis adalah terbebas dari nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan individual, karena respon individu terhadap sensasi nyeri berbeda. Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel saraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron, dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel saraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya, sehingga menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sumsum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh (Alimul Hidayat, 2006).
19
Diagnosa ini ditegakkan atas data yang didapat dari pasien yang mengatakan merasakan nyeri setelah dilakukan sectio caesaria dan dirasakan pada daerah abdomen dengan skala nyeri 7 dan dirasakan ketika pasien bergerak. Alasan kenapa penulis mengangkat nyeri sebagai diagnosa utama, karena nyeri yang dirasakan pasien dapat mempengaruhi aktifitas pasien dan menimbulkan masalah lain yaitu gangguan mobilitas fisik dan gangguan pola tidur akibat nyeri yang dirasakan. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas. Kemajuan fisik atau psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena pasien memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi nyeri. Setelah nyeri teratasi, maka pasien dan tim perawat kesehatan dapat memberikan perhatian penuh pada upaya penyembuhan pasien (Oxorn Harry dan Forte R.William, 2010). Intervensi penulis melakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang berdasarkan masalah keperawatan di atas maka dapat dilakukan intervensi keperawatan meliputi: 1. Monitor tanda – tanda vital klien, rasionalisasinya memberikan gambaran lebih lengkap tentang sistem kardiovaskuler. 2. Lakukan pengkajian skala nyeri ( P, Q, R, S, T) secara komprehensif, rasionalisasinya untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan. 3. Ajarkan non farmakologi dengan teknik relaksasi nafas dalam, rasionalisasinya melepaskan tegangan emosional dan otot. 4. Kolaborasi pemberian Analgetik, penelitian menunjukkan bahwa membantu pasien untuk mengembangkan koping psikologis (pemberian posisi, napas
20
dalam), memberi informasi sensori (penjelasan tentang rasa tidak nyaman yang akan dirasakan), dan memberi informasi tentang prosedur membuat pasien lebih sedikit mengalami komplikasi yang melaporkan nyeri berkurang dan menggunakan sedikit analgetik (Wilkinson, 2007). Disini penulis akan membahas mengenai keberhasilan intervensi yang dilakukan dalam waktu 3x24 jam, didalam kasus pasien berada dalam skala nyeri 7, dimana skala 7 adalah nyeri berat. Nyeri berat yang dirasakan pasien disebabkan karena luka insisi bedah yang telah dilakukan terhadap pasien akan mengalami nyeri berat selama beberapa hari, ajarkan tehnik relaksasi yaitu untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tujuan dari teknik ini akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang (Wilkinson, 2007). Implementasi pada tanggal 6 April 2012 Pukul 13.20. Penulis melakukan tindakan keperawatan yaitu pertama melakukan pengkajian skala nyeri, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Pasien diminta untuk menunjukan titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi di rentang garis vertikal sepanjang 12 cm, dimana terdapat 10 angka yang mempunyai masing-masing kriteria skala nyeri, meliputi nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri paling hebat. Dari tindakan yang dilakukan didapatkan hasil skala nyeri 7. Pasien juga menggambarkan karakteristik nyeri yang dialaminya, yaitu nyeri yang dialaminya setelah sectio
21
caesaria dirasakan seperti tertusuk-tusuk dibagian abdomen dengan skala nyeri 7 dan dirasakan ketika klien bergerak. Kedua mengajarkan tehnik relaksasi Pasien diminta melakukannya dengan memejamkan mata dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi menghirup satu, dua, tiga, dan ekshalasi dengan menghembuskan satu, dua, tiga. Sehingga dari hasil tindakan teknik relaksasi pasien tampak rileks. Ketiga Memonitor tanda-tanda vital, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Mengukur suhu tubuh pasien, mengukur nadi, mengukur tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Hal ini sebagai indikator status kesehatan, ukuran-ukuran yang menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, serta neurologis dan endokrin tubuh. Sehingga didapatkan hasil tanda-tanda vital : tekanan darah 150/100 mmHg, pernafasan : 24 kali per menit, suhu : 37ºC, nadi : 100 kali per menit. Keempat kolaborasi pemberian analgetik, pasien juga diberikan Antalgin (500 mg/8 jam secara drip). Pasien untuk mengembangkan koping psikologis (pemberian posisi, napas dalam), memberi informasi sensori (penjelasan tentang rasa tidak nyaman yang akan dirasakan), dan memberi informasi tentang prosedur membuat pasien lebih sedikit mengalami komplikasi yang melaporkan nyeri berkurang dan menggunakan analgetik. Pada tanggal 7 April 2012 pukul 14.30 WIB. Penulis melakukan motivasi tehnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, adanya persamaan
22
tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien sudah bisa melakukannya dengan memejamkan mata dan bernapas dengan perlahan dan nyaman, irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi menghirup satu, dua, tiga, dan ekshalasi dengan menghembuskan. Sehingga dari hasil tindakan teknik relaksasi pasien tampak rileks. Memonitor tanda-tanda vital, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori, mengukur suhu tubuh pasien, mengukur nadi, mengukur tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Hal ini sebagai indikator status kesehatan, ukuran-ukuran yang menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, serta neurologis dan endokrin tubuh. Sehingga didapatkan hasil tanda-tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, pernafasan : 22 kali per menit, suhu : 36ºC, nadi : 90 kali per menit. Melakukan pengkajian skala nyeri dengan hasil nyeri disebabkan karena luka post sectio caesaria yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk pada abdomen bawah umbilikus dengan skala nyeri 6 dan dirasakan pada saat pasien bergerak. Kolaborasi pemberian analgetik, pasien juga diberikan Antalgin (500 mg/8 jam secara drip), pasien untuk mengembangkan koping psikologis (pemberian posisi, napas dalam), memberi informasi sensori (penjelasan tentang rasa tidak nyaman yang akan dirasakan), dan memberi informasi tentang prosedur membuat klien lebih sedikit mengalami komplikasi yang melaporkan nyeri berkurang dan menggunakan analgetik.
23
Pada tanggal 8 April 2012 pukul 08.00 dilakukan kembali melakukan pengkajian skala nyeri dengan hasil nyeri disebabkan karena luka post sectio caesarea yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk pada abdomen bawah umbilikus dengan skala nyeri 5 dan dirasakan pada saat pasien bergerak. Memonitor tanda-tanda vital, adanya persamaan tindakan yang dilakukan penulis dengan teori. Mengukur suhu tubuh pasien, mengukur nadi, mengukur tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Hal ini sebagai indikator status kesehatan, ukuran-ukuran yang menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, serta neurologis dan endokrin tubuh. Sehingga didapatkan hasil tanda-tanda vital : tekanan darah : 130/80 mmHg, pernafasan: 20 kali per menit, suhu : 36ºC, nadi : 80 kali per menit. Kolaborasi pemberian analgetik, pasien juga diberikan Antalgin (500 mg/8 jam secara drip), pasien untuk mengembangkan koping psikologis (pemberian posisi, napas dalam), memberi informasi sensori (penjelasan tentang rasa tidak nyaman yang akan dirasakan), dan memberi informasi tentang prosedur membuat klien lebih sedikit mengalami komplikasi yang melaporkan nyeri berkurang dan menggunakan sedikit analgetik. Evaluasi hari pertama masalah belum teratasi dilihat dari skala nyeri 7, secara verbal pasien mengatakan nyeri seprti tertusuk - tusuk, ekspresi wajah meringis, gelisah, tampak memegangi perutnya. Evaluasi hari kedua masalah belum teratasi dilihat dari skala nyeri berkurang menjadi 6, secara verbal pasien mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan tindakan teknik nafas dalam. Evaluasi hari ketiga masalah teratasi sebagian dilihat dari skala nyeri
24
berkurang menjadi 5, secara verbal pasien mengatakan lebih nyaman setelah diberikan analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip). Intervensi masih dilanjutkan yaitu pertama lakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T) secara komprehensif. Kedua monitor tanda-tanda vital meliputi pengukuran suhu, pengukuran nadi, pengukuran tekanan darah, pengukuran frekuensi pernafasan. Ketiga kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam secara drip). Penulis mencantumkan pada evaluasi dengan hari terakhir, alasannya karena untuk mengetahui berhasil atau tidaknya asuhan keperawatan penulis selama 3 hari ditentukan oleh keadaan pasien pada hari terakhir.
B. Kesimpulan Dan Saran Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada Ny. M dengan post caesaria, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan studi kasus adalah sebagai berilkut : 1. Kesimpulan Pengkajian pada Ny. M ditemukan masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Perencanaan tindakan keperawatan pada klien dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman antara lalin : monitor tanda – tanda vital, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, lakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R , S, T,), ajarkan non farmakologi dengan teknik relaksasi, kolaborasi pemberian analgesik, diharapkan dalam waktu 3x24 jam diharapkan masalah teratasi.
25
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yaitu: menonitor tanda – tanda vital, melakukan pengkajian skala nyeri (P, Q, R, S, T), mengajarkan non farmakologi dengan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian analgetik (Antalgin 500 mg/8 jam). Hasil evaluasi tidak sesuai tujuan yang diharapkan, namun masalah pada pasien belum teratasi. Ny. M mengalami penurunan skala nyeri 7 menjadi skala nyeri 5. Tetapi masalah belum teratasi karena pasien masih berada pada tingkat skala nyeri sedang yaitu skala nyeri 5.
2. Saran a. Institusi Pendidikan Agar
dapat
memotivasi
mahasiswa
untuk
lebih
mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pengelolaan kasus yang lebih inovatif lagi dan waktu pengelolaan pada pasien post sectio caesaria ditambahkan agar bisa lebih detail melakukan asuhan keperawatan. b. Rumah Sakit Diharapkan di dalam memberikan tindakan keperawatan dan untuk mencapai hasil evaluasi yang maksimal tentu perlu adanya kerja sama dengan tim kesehatan lain seperti dokter, fisioterapi, ahli gizi dan yang lainnya, sehingga penulis mengharapkan agar mencapai hasil yang maksimal tentu perlu adanya kerja keras dalam melaksanakan tindakan baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
26
c. Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, dalam manajemen keperawatan untuk mengatasi nyeri tidak hanya secara farmakologi dengan pemberian analgetik tetapi dapat juga dilakukan manajemen nyeri secara non farmakologi dengan teknik relaksasi nafas dalam agar lebih efektif, selain teknik relaksasi nafas dalam dapat dilakukan manajemen nyeri secara non farmakologi seperti teknik distraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Benson,Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi: 9. Alih Bahasa Martin L. Pernool. Jakarta : EGC. Billington Mary, Mandy Stevenson. 2009. Kegawatan dalam KehamilanPersalinan. Edisi 7. Alih Bahasa Mandy Stevenson. Jakarta : EGC. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa Jensen. Jakarta : EGC. Boyle, Maureen. 2007. Kedaruratan Dalam Persalinan. Edisi 3. Alih Bahasa Maureen Boyle. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih Bahasa Alice C Geissler. Jakarta : EGC. Hanifa Wiknjosastro. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1. Alih Bahasa Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : EGC. HK Joseph, M. Nugroho S. 2001. Ginekologi dan obstetri (obsgyn). Nuha Medika. Yogyakarta. Oxorn Harry dan Forte R William. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Edisi 3. Alih Bahasa Trijatmo Rachimhadhi. Yogyakarta : EGC. Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Alih Bahasa Anne Griffin Perry. Jakarta : EGC. Pinzon, Rizaldy. 2007. Breakthrough in Management of Acute Pain. Dexa Media Yogyakarta. Diakses tanggal 10 April 2012. Simkin P.T dkk. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi, Arcan. Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih Bahasa Brenda G. Bare. Jakarta : EGC. Stoppard Miriam. 2009. Buku Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan Modern. Yogyakarta : Media Abadi. Uliyah Musrifatul, A. Aziz A.H. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson M Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic ddan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Widyawati, Editor Edisi Bahasa Indonesia : Eny Meiliya, Monica, Ester, edisi 7. Jakarta : EGC. Witlin AG, Sibia BM. Hypertension in pregnancy: current concept of preeclampsia. Available at: http:/home.md.consult.com/das/article/body 1/jorg=journal&source.