Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
WACANA-WACANA TAKDIR KEMANUSIAAN : EKSPLORASI LUAR ANGKASA Nama Mahasiswa : Nurrachmat Widyasena
Nama Pembimbing : Aminudin TH Siregar, M.Sn
Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : Space Age, teknologi, wacana
Abstrak Space Age merupakan sebuah periode waktu yang mencakup kemajuan besar dalam teknologi penjelajahan luar angkasa dalam sejarah umat manusia. Namun penulis tidak melihat Space Age sebagai sebuah kemajuan dalam bidang teknologi saja, penulis melihat bagaimana Space Age dengan bantuan teknologi dan ilmu pengetahuan, mencoba mempertajam, memperbarui, dan membentuk baik secara budaya dan politik akan mimpi masa depan umat manusia untuk hidup lebih baik secara global. Space Age yang penulis angkat dalam karya Tugas Akhir ini adalah sebuah bentuk pembahasaan atas situasi atau permasalahan. Dilandasi dengan lunturnya semangat Space Age di penghujung dekade 80-an, penulis mencoba menarik kembali ke masa sekarang ide-ide lama yang terlupakan, khususnya mengenai penjelajahan luar angkasa sebagai sebuah takdir kemanusiaan. Karya ini diharapkan mampu menjadi sebuah pandangan baru yang dapat memberikan sebuah probabilitas
Abstract Space Age is a period that includes major advances in the technology of space exploration in human history. But the author does not see the Space Age as an advance in technology alone, the authors look at how the Space Age with the help of technology and science, trying to refine, improve, and reshape both culturally and politically of the dream of the humanity to live a better life globaly. Space Age that the author adopted in this final project work is a form of submission of the situation or problem.Based on the spirit of the Space Age that becoming stale in the late 80’s, the author tries to draw back to the present old but forgotten ideas, especially about space exploration as a destiny of humanity. The work is expected to be a new paradigm that can give a probability.
1. Pendahuluan Despite the tremendous technological leaps of the past several decades, in many ways our vision of the future remains just the same as it was 40 years ago. As we hurtle into 1999, a distinct nostalgia for the unfulfilled promise of the future — mostly the idea that we would one day be liberated from the mundane — lies at the core of much of our popular culture....Some call it "retrofuturism." James Sullivan, "Visions of Tomorrowland; How past concepts of the future are taking over pop culture," The San Francisco Chronicle, January 3, 1999
Kebenaran dari masa depan masih menjadi hal yang bias meskipun dalam otak-otak cemerlang para pemikir visioner. Tetapi ini tidak membuat mimpi akan masa depan yang lebih baik menjadi pudar, banyak sekali prediksi, ilustrasiilustrasi, dan usaha-usaha yang dilakukan. Para visioner berusaha memprediksi seperti apa masa depan yang akan datang baik melalui usaha yang serius dengan menggunakan proyeksi teknologi yang telah berkembang atau dalam ilustrasi-ilustrasi karya visual, cerita, dan film-film bertemakan sicence fiction. Penulis memiliki ketertarikan khusus dalam menggali wilayah science fiction, khususnya dalam segi teknologi dan ilmu science yang mengedepankan wacana-wacana masa depan. Motif awal tersebut kemudian dilanjutkan oleh ketertarikan penulis akan sebuah konsep atau trend yang berkembang pada tahun 1960-an, dimana pada industri kreatif pada masa tersebut muncul sebuah gaya yang dikenal dengan sebutan retro futurism. Sebuah gaya yang menggabungkan gaya klasik masa lampau atau retro dengan teknologi–teknologi masa depan yang futuristik. Sebut saja film buatan tahun 1968 oleh Stanley Kubrick, 2001: A Space Odyssey dimana pendaratan di bulan merupakan sebuah hal yang rutin, konsep “meal in pill” dimana banyak peneliti pada masa-masa
tersebut bermimpi akan makanan sintetis yang dapat dikonsumsi hanya dalam bentuk pil kapsul saja, atau ilustrasiilustrasi di masa depan bagaimana mobil terbang sudah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Pada karya kali ini, penulis mengkhususkan diri pada salah satu sub topik sekaligus konsepsi yang cukup mudah diidentifikasi sebagai bagian dari tema besar yang penulis angkat , yaitu Space Age. Space Age yang ditekankan oleh penulis merupakan sebuah masa waktu pada tahun 1940-an hingga tahun 1980-an dimana manusia berlomba-lomba dan tertuju perhatiannya pada pengembangan teknologi penjelajahan luar angkasa (space race, space technology, space exploration), dan perkembangan kultur yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa tersebut. Banyak sekali janji-janji modernisme yang menyebutkan Space Age sebagai sebuah takdir kemanusiaan untuk hidup yang lebih baik. Titik utama yang menjadi ajuan penulis untuk mengedepankan Space Age disebabkan karena hal tersebut banyak sekali muncul serta memiliki kecendrungan yang kuat dalam wacana-wacana, ilustrasi-ilustrasi, yang dilontarkan oleh para pemikir visioner dan Space Age menjadi sebuah penanda yang menarik bagi penulis untuk mendalaminya. Selain itu penulis mengangkat sub topik ini karena penulis menyayangkan lunturnya semangat Space Age sebagai sebuah takdir kemanusiaan untuk masa depan yang lebih baik. Semangat tersebut luntur karena perlombaaan besarbesaran akan teknologi luar angkasa antara Uni Soviet dan Amerika Serikat pada masa Perang Dingin berakhir dengan hancurnya Uni Soviet sehingga Amerika Serikat merasa sudah “menaklukan” teknologi penjelajahan luar angkasa. Selain itu semangat, perhatian dan wacana-wacana akan Space Age yang ikut dirayakan oleh sebagian besar umat manusia di dunia pada masa tersebut seolah memudar dan mulai terlupakan dengan berakhirnya Space Age. Penulis akhirnya mencoba menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat global, menagih kembali janji-janji modernisme serta wacana-wacana masa depan yang diutarakan pada masa lampau, seperti apa masa depan atau dunia alternatif, dengan cara menarik kembali ide-ide lama yang walaupun samar kejelasannya, seperti halnya yang penulis kutip dari seniman Pablo Picasso, “You have to have an idea of what you are going to do, but it should be a vague idea” http://vagueidea.co.uk/, 12 Oktober 2012
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2
Nama Penulis ke-1
2. Proses Studi Kreatif
Yesterdays Tomorrow Is Still The Future
Landasan Teori
Rumusan Masalah -
Mengapa janji-janji modernisme dimana space age adalah sebuah takdir kemanusiaan untuk hidup yang lebih baik tidak tercapai pada masa ini?
Literatur Space Age& Cold War Literatur Retro Futurisme Literatur teknik drawing, kolase, dan artefak.
Sejauh manakah ide-ide / wacana lama mengenai masa depan khususnya space age dapat ditarik lagi ke masa kini? Bagaimana membahasakan permasalahanpermasalahan tentang space age menjadi karya seni, dalam hal ini secara lebih khusus menjadi karya tugas akhir seni grafis? Batasan Masalah -
Objek-objek space age baik secara realitas dan fantasi Teknik-teknik grafis khususnya drawing, etching, cetak digital, dan cetak saring.
Tujuan Berkarya -
Pelengkap syarat mata kuliah Tugas Akhir Seni Grafis SR4099. Memekakan apresiator terhadap terhadap isu-isu yang mengedepankan wacana masa depan khususnya space age.
Proses Berkarya -
Media fotografi dan internet digunakan untuk mendapatkan acuan objek yang akan dijadikan karya. Hasil foto dan internet diolah dengan komputer dan dijadikan sketsa atau gambar acuan. Gambar acuan kemudian diolah ke atas media plat, kertas, dan kayu dengan menggunakan berbagai teknik seperti cetak saring, drawing, cetak digital, dan etching.
Karya akhir
Kesimpulan Gambar 3.1 “Retrospect : The New Sea Heroes”, 67 x 100 cm, cetak saring di atas alumunium (5 buah), 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3
3. Hasil Studi dan Pembahasan Retrospect : The New Sea Heroes
Gambar 3.1 “Retrospect : The New Sea Heroes”, 67 x 100 cm, cetak saring di atas alumunium (5 buah), 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Karya ini menampilkan lima buah plat alumunium yang diremukkan seolah membentuk kertas yang telah diremas dan dibuka kembali. Secara berjajar, plat-plat alumunium ini didisplay secara melayang dengan menggunakan benang nylon. Pada masing-masing plat, terdapat sebuah komposisi visual yang dibuat dengan menggunakan teknik cetak saring. Pada plat pertama penulis menghadirkan tiga sosok figur yang kerap disebut sebagai bapak sci-fi dunia. Kemudian pada plat kedua terdapat beberapa ikon-ikon budaya pop yang kerap dikaitkan dengan semangat Space Age. Plat ketiga menampilkan serangkaian tokoh-tokoh politik dan peniliti yang turut berperan dalam Space Age. Beberapa visual hewan seperti anjing dan kera yang dikirim untuk kepentingan penejalajahan luar angkasa dihadirkan pada plat keempat. Sedangkan pada plat yang terakhir, penulis menampilkan sosok-sosok astronot yang turut mewarnai sejarah penjelajahan luar angkasa umat manusia. Melalui karya ini, penulis menarik kembali ke masa kini beberapa motif dan peran yang terjadi semasa Space Age. Hal ini direpresentasikan dari bentuk plat yang seolah membentuk kertas yang baru dibuka setelah diremas dan dibuang. Pada plat pertama penulis menampilkan motif Space Age sebagai sebuah tempat ideal untuk menguraikan berbagai visivisi utopia dan distopia dari masa depan melalui paradigma teknologi. Kemudian pada plat kedua penulis mengangkat fenomena Space Age yang memanifestasi kedalam budaya populer yang terus berpengaruh hingga hari ini. Plat ketiga menampilkan fungsi Space Age sebagai sebuah alat untuk melayani kepentingan negara. Pengorbanan hewan-hewan yang dianggap sebagai bentuk kepahlawanan ditampilkan pada plat keempat. Pada plat terakhir, penulis mengangkat peran astronot sebagai sosok garis depan umat manusia dalam penjelajahan luar angkasa.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4
Nama Penulis ke-1
The Falcon & The Eagle
Gambar 3.2 “The Falcon & The Eagle”, 60 x 120 cm, media campur di atas multiplex (2 buah), 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Karya ini berbicara mengenai mimpi manusia di masa lampau akan penjelajahan luar angkasa sebagai sebuah takdir kemanusiaan yang masih sekedar mimpi di masa sekarang. Visual pesawat yang dimunculkan pada karya ini dianggap merepresentasikan gagasan penjelajahan luar angkasa yang diangkat oleh penulis.Penggunaan plat asam dan sketsa ungkah dari pesawat luar angkasa, memperkuat pencapaian kesan wacana serta ide lama yang sudah terlupakan. Sketch Studies Of The Old But Forgotten Ideas : Space Age
Gambar 3.3 “Sketch Studies Of The Old But Forgotten Ideas : Space Age” 370 x 180 cm, media campur di kalkir (24 buah), 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada karya ini penulis menampilkan sejumlah kolase di atas kalkir yang dipajang menggunakan bingkai-bingkai berbagai ukuran dan sebuah buku. Kolase ini terdiri dari berbagai ukuran kalkir dengan A3 sebagai acuan dimensi terbesar. Pada setiap kalkir, penulis mengkomposisikan solasi kertas, tulisan-tulisan tangan atau gambar menggunakan pensil dan spidol putih, dan hasil cetakan dijital yang telah dipersiapkan sebelumnya menggunakan komputer. Cetakan dijital yang ditampilkan dalam elemen karya ini cukup beragam, mulai dari pakaian astronot, mainan luar angkasa, poster film sci-fi, pesawat penjelajah baik yang fiktif maupun tidak, dan masih banyak lagi.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5
Gambar 3.4 “Sketch Studies Of The Old But Forgotten Ideas : Space Age” – Detil Buku. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada karya ini penulis mencoba melakukan sebuah studi dan merepresentasikan kembali ide-ide lama yang sudah terlupakan dengan cara mencorat-coret, menggambar ulang, menyalin, dan membayangkan kembali berbagai konteks yang telah diajukan dalam Space Age. Penulis menghadirkan jukstaposisi konteks realitas Space Age yang telah dicapai dan konteks fantasi dari visi-visi atau wacana yang pernah dilontarkan di masa Space Age. Selain itu penulis juga mencoba menghadirkan dualitas peran Space Age dimana Space Age berperan sebagai alat untuk melayani kepentingan negara dan Space Age sebagai sebuah semangat jaman yang merepresentasikan umat manusia. Hal ini direpresentasikan dengan penggunaan kertas kalkir, solasi kertas, coretan, dan hasil cetakan dijital yang representatif dengan kontekskonteks gagasan yang diangkat.
Yesterday’s Tomorrow Is Still The Future
Gambar 3.5 “Yesterday’s Tomorrow Is Still The Future”, 160 x 350 x 100 cm (terbuka) & 160 x 210 x 12 cm (tertutup), instalasi, 2012. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Karya ini menggunakkan lemari kayu berbahan multiplex sebagai sebuah wadah untuk menampilkan artefak-artefak arkaik yang berhubungan dengan tema Space Age. Pada bagian tengah dari lemari ini, terdapat susunan kertas-kertas berbagai ukuran yang dikomposisikan hingga membentuk sebuah pesawat penjelajah luar angkasa USS Enterprise yang kita kenal dari serial populer Star Trek. Pada bagian kiri pintu lemari, penulis menampilkan sebuah plat alumunium yang terlah diasam bervisualkan peta bulan berukuran 75 x 38 cm dan 24 buah gambar hasil cetak foto berukuran 11 x 18 cm. Di sisi pintu yang lain, penulis menampilkan 40 buah plat-plat alumunium yang juga telah melewati proses asam bervisualkan logo-logo departemen luar angkasa dari berbagai penjuru dunia dan logo-logo misi eksplorasi luar angkasa. Selain itu pada sisi kanan pintu lemari ini, penulis juga menampilkan kutipian pidato dari Presiden Kennedy mengenai Space Age.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6
Nama Penulis ke-1
Gambar 3.6 “Yesterday’s Tomorrow Is Still The Future” – Detil depan saat posisi tertutup. Pada karya ini penulis memaparkan kembali semangat, perhatian dan wacana-wacana akan Space Age sebagai sebuah takdir kemanusiaan yang telah memudar dan mulai terlupakan di masa sekarang. Menggunakan lemari sebagai sebuah simbol penyimpanan, penulis membuka kembali lemari tersebut dan menampilkan artefak- artefak arkaik yang berhubungan dengan Space Age sebagai sebuah takdir kemanusiaan. Hal tersebut ditandai dengan dimunculkannya medium plat-plat asam, foto-foto, dan kutipan pidato dari Presiden John F. Kennedy. Pesawat U.S.S. Enterprise yang ditampilkan pada bagian tengah karya ini merupakan simbol kuat yang menurut penulis cukup merepresentasikan semangat penjelajahan luar angkasa.Hal tersebut didukung dengan slogan film Star Trek dimana pesawat ini berasal, “To go where no man has gone before.”
4. Penutup / Kesimpulan Space Age merupakan tema yang diangkat oleh penulis dalam karya ini. Penulis melihat Space Age sebagai sebuah masa yang menarik untuk diinterpretasikan ke dalam karya seni khususnya karya seni dengan bermedium teknik grafis. Penulis menyadari bahwa Space Age yang penulis angkat pada awal pengajuan karya ini dan apa yang pada akhirnya tidaklah identik sama. Pada awalnya penulis mengangkat tema ini sebagai sebuah respon terhadap kejemuan yang dimiliki penulis terhadap teknologi umat manusia pada saat ini yang belum mencapai tahap “ajaib” seperti yang dilontarkan oleh para visioner pada masa lampau. Seiring dengan pendalaman penulis terhadap penciptaan karya ini, penulis melihat adanya kemungkinan-kemungkinan lain dalam melihat Space Age, khususnya pada nilai substansi filsafat. Dalam mengangkat tema ini, penulis mencoba mengangkat kembali Space Age sebagai sebuah cara pandang lain dalam melihat sebuah masa waktu dalam peradaban manusia. Dalam hal ini, Space Age bukan hanya sebagai sebuah kemajuan dalam bidang teknologi saja, penulis melihat bagaimana Space Age dengan bantuan teknologi dan ilmu pengetahuan, mencoba mempertajam, memperbarui, dan membentuk baik secara budaya, sosial, dan politik akan takdir kemanusiaan untuk hidup lebih baik secara global. Sayangnya, dengan berakhirnya Space Age, semangat dan janji-janji modernisme yang dilontarkan pada masa tersebut seolah luntur dan hanya menjadi sebuah bagian dari sejarah yang telah lalu. Penciptaan karya Tugas Akhir ini merupakan segala upaya penulis dalam menafsirkan pengetahuan yang penulis miliki. Segala yang muncul dalam karya dan penulisan mengenai karya ini adalah upaya penulis dalam memaparkan kesadaran-kesadaran yang penulis miliki. Melalui karya ini penulis seolah bermain-main dengan persimpangan realitas dan fantasi. Mencoba bermimpi dan “menciptakan” seperti apa masa yang akan datang atau dunia alternatif mengenai luar angkasa melalui paradigma penulis sebagai seorang seniman dan juga menarik kembali ke masa kini “older but now forgotten ideas” dengan cara penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa seni, khususnya seni rupa tidak dapat menjadi solusi atau kiblat yang memberikan jawaban yang jelas benar. Namun penulis percaya bahwa seni merupakan salah satu perangkat bahasa yang dapat mengajak manusia untuk berbuat sesuatu yang lebih baik melalui visual yang ditampilkan. Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Bidang Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Bapak Aminudin TH Siregar, M.Sn. .
Daftar Pustaka -
Atkins, Robert. Art Speak: A Guide to Contemporary Ideas, Movements, and Buzzwords. Abbeville Press, 1997.
-
Avery, John. Space Age Science and Stone Age Politics. Danish Pugwash Group & Danish Peace Academy, 2005
-
Dick, Stephen J. Remembering Space Age. Washington DC : Nasa History Division, 2009.
-
Phaidon. Vitamin D : New Perspectives in Drawing. New York : Phaidon Press Inc, 2005.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 8