-t- , ^ .,/ v&t, <--.-- /';"
. , . ..s? .1.--^'
,-..4.<
.- *'-
Jurnal
-V1;l+iure
3
N*mcr ? ; .Fmii 2iXl9
ISSN 1693-962X
Langgam Bahasa urnal Ilmiah Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Volume 3 Nomor 2;Jtfu2OO9
DAFTAR ISI
Pidato sebagai Teknik Betcerita dalam Novel A. Hasjmy Wildan 79-86 Usaha Meningkatkan Minat Baca di Aceh
Raiab Bahry 87-94 upaya Meningkatkan Kemanpuan Membaca Teks cepat melalui reknik skimning dm scanning pada Siswa Kelas IX SMP Negeri Loz Jznan Semester Genap Tahun pembelajaran 200g/ 2009 Imam Jarkasi 95-100
Ptofil Kecerdasan Emosi Mahasiswa Progtam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIp Univetsitas Syiah Kuala Muhammad Idham 101-109 Reduplika5i Onornatope Bahasa Gayo Netty Wary, dkk. 110-116 Pola Inversi Kalimat dalam I'uturan Bahasa Aceh Farah Fitria\ dI*- 177 -129 Sikap Bahasa Mahasiswa yang Berbahasa Ibu Nonbahasa Aceh tethadap Matakuliah Bahasa Aceh pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIp Unsyiah
Subhayni 130-136 Tokoh dan Penokohan dzlam Novel,!tat-A1at Cinta Karyz Habiburtahman El Shirazy R:aza.li 137 -156
'Osafra
amingfotun %inat . .. (aaja, tBafir1)
87
USA}IA PENINGKATAN MINAT MEMBACA DI ACEH oleh Rajab Bahry'
ABSTRAK Budaya baca masih meniadi masalah di Indonesia yair: rendahnya kebiasaan dan minat baca, teimasuk di Ptovinsi Aceh. oleh karena inr, usaha peiringkatan minat baca masih sangat relevan untuk dibahas- Banyak faktor yang terkait dalam usaha peningkatan minat baca, yaitr_r orang tua, guru, sekolah, sarana, masyatakat, pemerintah. Salah satu faktor yang dalam peningkatan membaca yang mendesak dilakukan di Aceh adalah faktot sarana baca. Satana membaca berupa taman bacaan mudak diperiukan di Aceh karena kondisi daerah dan masyarakat. selain itu, penyediaan taman bacaan saia belum cukup karena budaya baca masih rendah. Oleh karena itu, pendiri an tatnanbacaan yang cocok adalah (1) menyediakan taman bacaan beserta bahan-bah an bacaan untuk anak-anak, (2) mengundang anak-anak untuk membaca, (3) menyediakan dan melatih pehrgas urituk membimbing anak membaca, (4) melaksanakan bimbingan membaca, (5) mengusahakan agar anak-anak dapat mengerti apa yang sudah dibacanya.
i
Kata kunci: bwd.aya baca, kebiasaan dan minat baca, taman
l
bacaan
ABSTRACT l
Readhg a-rlruref s still a problem in Tndonesia, that is rhe lowness of hab.itual/and reading interest incluQ4lr- Aceh Provir:ce. Therefore. rJle eflotr 9_f .rga{ing ir terest )ne+easir{g is stilJ very relevant to discuss. There are many factors related to the effort of increasiiiof re;ding interest namely parents, teachers, schools, meals, people, and govemment. One of the important factors of u.rgent reading enhancing that has to be done in Aceh is means of reading. Means of reading such readiag room is unconditionally needed in Aceh because the condition of tegion and tle people. Besides, the providing of reading room is not sufficient enough because the reachng culrure;of the people is still low. Thus, the establishing of compatible teading toom are (1) provi&iio-ngthe readrng room along with reading books for children, (2) inviting the children to read, (3) providing and taining of funct-ionary to guide dre children to read, (4) implernenting tJre-readrng guidance. (5) attempting to make the childten understand rvhat they have red.
,.,r'
Keywotds: reading culture, habitual and reading interest, reading room 'Penulis adalah stafpengajar tetap IiKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
88 t aaggan
<EaSasa
Qot 3 t'fo. 2; Ju6 20o9:E7-94
Pendahuluan
tulis Indonesia hanya sekitar 36 persen,
Pengaiaran bahasa terdiri atas empat aspek yaitu
terendah kedua di dunia setelah Venezuela (33,9 persen). Sebagai petbandingan, di Indonesia, rasio satu buku dibaca oleh empat orang, sedangkan di negara negara maju, sedap orang membaca empat buku seka.iigus. Begitu pula
membaca, menulis, berbicara dan menendengar. Salah satu aspek yang merupakan aJat dari segala keterampilan betbahasa adalah membaca karena membaca mempakan sumbet dari segala penge-
tahuan yang dimiliki oleh rnanusia. Pata ahli sering mengatakan bahwa "buku adalah gudadng iirnu dan mcmbaca adalah kuncinya'. QleHkarena itu, membaca dapat dikatakan merupakan kunci kesuksesan dalam segala bidang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siapa saja yang
jngin berhasil, babkan negata sekdipun, hatus berusaha meningkatkan kemampuan membaca.
Agar anak didik menjadi pembaca yang baik, minat dan kebiasaan membaca harus tinggi. Minat dan kebiasaan membaca yang tinggi harus dimulai dari keluarga, sekolah, masyatakat, dan
pemetintah. Oleh karena itu, dalam pengajaran membaca harus ada usaha konkrit dari semua eiemen yang disebutl
Meskipun bangsa Indonesia sudah 60 tahun merdeka, standar dan kualitas hidup seba-
gian besar nky^tnyz masih jauh tettinggal dad bangsa-bangsa Asia lainnya. Kemampuan baca-
atau
akses surat kabar yang hanya 2,8 persefl di Indonesia, sedangkan di negara maiu, angkanya sudah mencapai 1 0-30%0.
Upaya mendongkrak minat baca, juga minat belaiar, kini memang sudah dimulai di Indonesia. Purwokerto ditunjuk meniadi salah setlt ?ikt fued di Indonesia. Namun, budaya baca masyatakat Indonesia masih jauh dai yang diharapkan. Oleh katena budaya baca yang rendah ini, mutu SDM Indonesia akan semakin tertinggal jauh dari negata lain. Banyak faktot yang tedibat dalam usaha peningkatan budaya baca, misalnya, orangtua, guru, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan tuga 'saian baca. Secata sederhana dapat dilihat pada
gambar 1. Orang tua dapat menjadi contoh di
tumah dengan membiasakan membaca apa saja ftotan, majalah, tabloid, buku, dan sebagainya), rnenyedialan bahal-balran bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku sesering mungkin, dan memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan.
Gamtrar
1
Peningkatan Budaya Baca
'Osafra
amigfortan Xthat
..
. (Raja6
Gurr: dapat mengajak sisrva untuk rnembaca/ menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan, dan memberi tugas yang sumbemya dicari di perpustakaan. Guru dapat puia
mewajibkan siswa membaca satu buah buku setiap mhgp, dan orangtua wajib menarrdatangani laporannya. Masyarakat pun dapat berperan aktif menumbuhkan minat baca
dengan mendirikan klub/forum
membaca
sepetti "Rumah Baca", "Pondok Baca", "Klab Baca", "Komunitas 001 Buku", dan "Desa Buku". Selain itu, pemerintah/negara, bagaimanapun sulit kondisi ekomoninya, idealnya, harus memperhatikan keadaan budaya membaca ini. Jika tidak, pada pasar bebas nanti maslarakat Indonesia hanya akan menjadi pembantu, Sarana baca seperti perpustakaan atau taman bacaan atau pondok baca merupakan tempat ideal bagi orang yang ingin memperoleh pengetahuan yang ti&k mau atau tidak mampu membeli buku. Sekatang ini puluhan ribu tempat tetsebut masih dibutuhkan di tanah air kita. Fungsi suatu pondok baca, antara lain, menye-
diakan sarana informasi berupa buku-buku bacaan, mengadakan program program rutin yang meiibatkan siswa dan masyarakat, mengadakan berbagai lomba, membedkan bimbrngan membaca, memberikan penghargaan kepada pengunjung setia, dan melakukan kunjungan ke tempat-tempat lain seperti muscum untuk menambah wawasan pengetahuan. Salah satu upaya peningkatan SDM pada umr.rmnya adalah melalui membaca. N{embaca
dapat membuka cakrawala berpikir manusia. Apalagi pada era globalisasi saat ini, penyebaran informasi bedangsung cepat. Suatu masyatakat tidak akan pemah maju ;ika tidak menglkrti informasi yang berkembang. Kemampuan mem-
petoleh informasi melalui media cetak makir penting dalam masyarakat yang tumbuh menjadi masyarakat yang kompleks. Teknologi canggih menunrul dngkat pendidikan lang ringgr yang
pada umumnya bergantung kepada adanya media cetak (Harjasujana dan Mulvati, 1996/ 19973).
89
infonnasi yang seharusnya sampat kepadanya. Kemampuan membaca mempunyai makna yang
penting dalam kehidupan seharj,hari. Unruk memahami iklan da.lam sulat kaba_r misalnya, dipetlukan kemampuan membaca peringkat enam dan rujuh. Unruk memahami leru;juk yang ada dalam berbagai pembungkus obat, materi bacaan yang harus diisi oleh wajib pajak, surat pe4an,ian, petunjuk dalam buhr tabanas, dan sebagainya dibutuhkan kernampuan membaca dengan tingkatan tertentu. Kenyataan di atas mengindikasikan bahwa agar masyarakat di NAD dapat berkembang
sebagai masyarakar yang berkualiras. perlu dikembangkan berbagai program sebagai kelanjutan pemberdayaan sumberdaya manusia. Sumber daya manusia merupakan ujung tombak untuk
membangun Aceh berkualitas. Untuk itu, pedu dibangun sarana dan prasarana yang dapat me-
nunjang pembangunal sumberdaya manusia dimalisud.
Selair sekolah, pesantren, Sanggar Kegiatan Belajar, dan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar; Taman Bacaan (perpustakaan) merupakan sarana terpenting untuk membangun sumber daya manusia (SDlr!. Pembangunan taman
bacaan tersebut pedu dilaksanakan dengan memperhatikan asas manfaat dan tepat guna. Dengan kata lain pengadaaa taman bacaan dimaksud harus bcna-t-bcnar tepat sasaran. Pengadaan taman bacaan, terutama, dimaksudkan untuk meningkatkan kebiasaan dan minat baca masyarakat. Budaya baca pedu dibina agar dapat tetcipta masyarakat yang gemar membaca. Membaca seharusnya dipandang se-
bagai suaru keburuhan. Bidang apa saja yang ditckuni oleh seseorang seJalu membaca. Seriap bidang ilmu yang telah betkembang melalui media cetak harus dipelajari melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahrva membaca merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan @ahry, 2000:13). Berkaitan dengan usaha penir.rgkaran bu dava baca, ada beberapa contoh yang telah dilakukan.
Hal tersebut juga berarti bahwa keter(1) Di Jepang didirikan bntka. Butko adalah sediaan bahan bacaan dan ketnampuan mengtempat untuk mernbaca yang disediakan oleh olah bahan bacaan (membaca) metupakan hal ibu ibu yang tempat ringgalnya jauh dari peryang sangat vital. Anggota rnasyarakat yang ila- pustakaan dan di siru disediakan buku buku
teral, ialah anggota masyarakat yang
ticlak
mampu membaca akan senantiasa terpencil dan merasa dipencilkan karena tidak terjangkau oleh
I
bacaan bagr kepeduan anak-anak. Masyarakat Jepang sangat respek ciengan hal itu, padahal
90 Lawam
Eafrasa Uo[
i No 2; tuE 2N9:E7-94
meteka mezupakan masyarakat yang memiliki
salahan atama adalah bagatmana membangkit-
budaya membaca yang tinggi. (2) Pondok Baca N.II. Dini yang berada di kota
kan minat baca anak-anak dr Aceh? Untuk mengkaji hal ini harus diketahui faktor yang
Semarang. Pondok baca tersebut bertujuan sreirrbantu anak agr gemar membaca. Anak dirangsang dan diarahkan agar mampu mem-
mempengaruhi minat baca. Faktor yang mempengaruhi ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor personal dan faktor instruksiona.l. Faktor
baca, dilatih untuk menikmati jenis buku yang
personal adalah umur, kelamio, inteiegensi, kemampuan membaca, sd
dlsenangi. Anggota taman bacaan
ini
adalah
anak-anak kampung asrama dan sekitarnF. 'I'aman bacaan ini sangat digemari alak-anak dari kelua4g yang kurang mampu sehingga dalam waktl singkat pesetanva sanElat banyak. (3) I4engikuti jejak N. H. Dini, sukare.lawan di frkarta dan Bandung banyak menditikan taman hacaan. Taman bacaal yang drdirikan di kota besar itu sangat digemari oleh anak-anak. ({) Peneiitian Rajab Bahry tentang pondok baca r1i Depok, Jawa Barat, juga menuniuklan bahwa pondok baca mampu meningkatkan budaya baca
tetlebih dahulu disediakan sarana baca baru bisa dilakukan kegiatan yang lain. Hal ini disebabkan oleh kurangnya (bahkan banl'ak keluarga lzng tidak memiliki) sarana baca.
bagi anak dan juga bagi masyarakat hancut seteiah musibah tsunami. Dengan demikian,
Usaha Peningkatan Minat Membaca Konsep Taman Bacaan Talnan bacaan pada hakikatnya adalah sebuah tempat yang di dalamnya tersedia bahao bacaanBahan bacaan itu dapat bempa buku-buku iimu pengetahuan, buku-buku fiksi, majalah, komilg maupun kotan. Tempat tersebut dikelola dengan sistematis oleh bebetapa orang staf. "Iempat tersebut harus ditata sedemikian rupa, sehingga setiap buku, majalah, kornik, maupun ko{an
pembangunan taman bacaan merupakan langkah
tersususn rapi pada remparn) a masing-masing.
bagi anak-anak.
'faman bacaan memang merupakan satu faktor dalam peningkatan budaya
sz.lah baca. Peran taman bacaan im tidak periu diragrkan lagi dan taman bacaan merupakan sarana yang sangat tepat bagi kondisi Aceh yang baru d:timpa musibah gempa dan tsunami. Samn baca
yang tepat d akukan, Namun, taman bacaan tidak dapat dengan "setta merta" membangkitkan minat baca. Hal ini sudah pemah dilakukan oleh Pusat Bahasa denga progtam "taman bacaan", tetapi gagal katena budaya masayarakat Indonesia adalah budaya "dengat" (Soedijarto, 1
95 5: 1).
Permasalahan yang mendasar dalam masyatakat Indonesia adalah budaya baca yang
rendah (Soedijarto, 1994:175), dalam hal ini tidak tetkecuali masyarakat Aceh. Rendahnya budaya baca akan berdampak negatif tethadap kebiasaan dan minat baca anak. Dampak ini terbukti dari hasil penelitian Elly (1992:14) yang rlenunjukkan bahwa kemampuan membaca murid SD di Indonesia rendah, yaitu berada pada peringkat ke-29 dari 30 negara yang drteliti. Hal ini sangat memprihatinkan dan dapat merugikan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pedu ada suatu usaha vang kongkret untuk meningkatkan budaya baca anak di Indonesia pada umunlnya. Berdasatkan latar belakang serta masalah
yanc cliscbutkan cli atas, yang rneniadi perma-
Pada prinsipnya tamar bacaan adalah (1)
menyediakan bahan-bahan bacaan untuk anakznak, (2) mengundang anak-anak urituk membaca, (3) membimbing anak-anak membaca, (4) mengusahakan agar anak-anak dapat mengerti apa y^ng sudah dibacanya.
Taman bacaan ini bersifat membantu anak untuk memperoleh bahan bacaan. Bahan bacaan biasanya susah dijangkau anak karena (1) jauh dari perpustakaan, (2) tidak tersedianya
bahan bacaan di perpustakaan, (3) tidak menemukan bahan bacaan yang dtinginkannya di perpustakaan.
Keberadaan taman bacaan harus dapat mefrgatasi persoalal klasik tersebut di atas, pendidikan itu harus terpecahkan dengan kehadiran taman bacaan. Artinva anak tidak lagi lauh dengan tempat membaca, harus menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat dan kamauan anak, dan membafltu anak mcnemukan bahan bacaan yang diinginkannya. Kcmudahankemudahan vanq dirasakan anak dalam mcm-
'Osafia aatingfortan gninat
..
. (epja6 Aafiry)
baca iniiah akan dapat menumbuhkembangkan
minat baca anak.
Keberadaan taman bacaan juga lebih bermanfaat bagr anak-anak yang betasal dari keluarga kurang mampu dan orang tuanya berpendidrkan rendah. Pengamatan ini tidak bersifat pengkhususan, namun lebih berorientasi pada kondisi tersebut. Kondisi tersebut sangat penting, mengingat Aceh metupakan daerah yang mengaiami bencana besar pada tahun yafrg lalu. Ditambah lagi dengan kenyataan daerahdaerah di Aceh pada umunnya belum mempunyai raman bacaan. Taman bacaan memang pada prinsipnya menyediakan buku-buku yang dibutuhkan anak, namun taman bacaan tidak banyak manfaat jika
tidak disesuaikan dengan keadaan masyarakat. Masyarakata yang telah gemar manbaca, seperti Perancis dan Jepang, dapat memanfaatkan
taman bacaan yang hanya menyediakan buku bacaan saja, namun masyarakat yang belum memiliki budaya tinggi, Indone sia misalnya, taman bacaan yang hanya menyediakan bahan bacaan tidak akan membantu peningkatan budaya baca. Oleh karena itu pedu model taman bacaan yang dikelola dengan baik agar dapat menciptakan bwdaya baca. Bahry (2000) mengadakan penelitian tentang pondok baca dan hasilnya memrnjukkan bahwa (1) pondok baca sangat efcktif dalam peningkatan kebiasaan dan minat baca anak yang berasal dari keluatga yang kuang mampu dan berpendidikan rendah, (2) kegiatan awal dalam peningkatan kebiasaan dan minat baca anak yang
91
(9) upaya peningkatan kebiasaan dan minat baca anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan berpendidikan rendah harus dilaksanakan secara berkesinambungan karena kebiasaan dan minat baca yang baru tumbuh dapat segeta berkutang jika upaya peningkatafl dihentil
Kebiasaan dan Minat Baca Untuk mengembangkan kebiasaan dan minat
baca tentunya dibutuhkan berbagai macam sarana dan prasarana serta konsep-konsep pengembangannya. Hal yang paling utama untuk menumbuhkan kebiasaan dan minat baca itu adalah adanya tempat yang berupa perpustakaan athu taman bacaan. Kemudian dilengkapi de ngan buku-buku, majalzh- naj alah, komik-komik dan bahan bacaan lainnya yang mempunyai ransangan untuk dibaca. Selain itu, konsep-
konsep yang mernberdayakan prasa-rana tersebut juga sangat dibutuhkan. Konsep itu adalah untuk
memotivasi anak agat mau dan mampu menggunakan prasarana yang tersediaFIarns (977:526) mengatakan bahwa the basit lnnciph af succesful work in deaekping rcading interels hau been admirabl1 sunmairyd at consiting o;f a lnt and a k<r . Ittre (daya tarik) berarti cara
yang dilaklukan agar anak senang membaca adalah adanyz daya tarik. Bagaimana daya tarik itu diciptakan? adalah tugas orang tua,
berasal dari keluatga kuang mampu harus berorientasi pada usaha pengalihan kebiasaan lingkungan dan pengelola taman bacaarr- Daya mendengar menjadi kebiasaan membaca, (3) tarik itu dapat diciptakan dengan menceritakan keluarga mempunyat petan yang sangat besar cerita yang menarik kepada anak. Anak akan dalam peningkatan kebiasaan dan minat baca tambah keingintauannya, dia akan mencari, kita anak, (4) penyediaan bahan bacaan bagi anak hanya mengatakan cerita itu ada dalam buku. Ledder (tangga) berarti penyediaan bahan bacaan 1.ang berasal dari keluarga kurang mampu dan berpendidikian rendah sangat tergantung pada yang pantas dan bejenjang sehingga anak bimbingan membaca, (5) kebebasan dalam menjadikan buku sebagai kebutuhan. memi[h buku yang akan dibaca betdampak i{onsep lain dalam meningkatkan minat sangat efektif dalam peningkatan minat baca, (6) baca adalah kebebasan yang dibetikan kepada kebiasaan dan minat baca anak akan meningkat anak dalam menenh.rkan bahan yang disenangi bila anak memahami makna mareri l ang nya. Hatis (1977:534) menvatakan, orc of the dibacanya, (7) konsep L.ure dan Izdder sangat nort i P 'larl itgftdieus in stim atittg ittlrerest is frvecocok dalam pcningkatan minat kebiasaan dan free line darring wbiclt the chillru are allawed to read minat baca anak, (8) peningkatan kebiasaan dan malenak of their oun choise atd t0 d^rurs whal they minat baca akan lebih efektrf bila ditangani haue nad. Arlrrr'.a. bclrkanlah kebebrsan prda -secara terpadu oleh berbagai pihak yarg terkait, lnlk m, nrlt.,ca dan nrenc..rirakln mrreri rrn:
\
92 t
aaggan aafrtsa
lot I No. z; luE zN9:Ez-94
clis-ukainya. Pnnsip lm juga dapat dianikan Hans (1977:534) mengaz.kan, "Onc oj!. bahwa selain bahan yang disediakan, anak diberi the impoftatl ingndiertr il stin itiry inanst i frei kebebasan membaca bahan yang disenanginya. frce tine duing vidt tbe children ai alkuetl to'reatJ mateials o;f their own thoire ard d*nx what thel haw
Faktor yang Mempengatuhi Kebiasaan dan naduMinat Baca I{onsep ini mengandung pengertian liebiasaan dan minat baca udak tumbuh dengan bahwa dalam peningkatan budaya baca anak sendirinya. Kebiasaan dan minat baca akat diberikan kebebasan untuk memiljh bahan yang trunbuh apabila didukung oleh berbagai macam dibaca dan bebas untuk menceritakan atau iaktor. Purves dan Beach (dalam Harris, mendis-kusikannya. Selainin:, Bums (1988:443) 1977:514) mengelompokkan faktor yang mem, me-ngatakan bahwa dalam peningkatan
dua faktor
pengaruhi kebiasaan dan minat baca menjadi
kebiasaan membaca anak bisa dilakukan dengan meng-gunakan keterampilan berceirta (storyteltnstruksionallin!. Usaha, lain yang dapat meningkatkan keFaktor personal yang mempengan:hi biasan membaca adalah dengan mendirikan l<ebiasaan dan minat lnca adalzb umur, kelamin, Pondok Baca seperti yang dilakukan oleh Nh. intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan Dini @ahry, 2000:105). pondok baca yang }<ebun-rhan psikologis. Faktor instuksional yang diditikannya di Semarang telah dapat membang' tiempengan:hi kebiasaan dan minat bacz adalab lct
kelompok yaitu faktor personal dan
izu menjadi baik atau menjadi
iJpaya Peningkatan
Eaca
buruk.
.-. rakat di Aceh. ' S^i"h satu usaha peningkatan minat baca Kebiasaan dan Minat yang sangat televan dengan kondisi Aceh adalah pendirian taman bacaan. Taman bacaan ini
Kebiasaan dan minat baca suatu bangsa pedu sangat sesuai karena kondisi masyarakat yang terus diupayakan peningkatannya. Upaya pening- masih mempunyai kemampuan yarig terbatas katan ini pedu terus ditingkat}an di Indonesia untuk mencari bahan bacaan dan juga k*^.rg.ry. mengingat kebiasaan dan minat baca di Indo- perpustakaan di daerah-daerah. Taman bacaan nesia masih rendah @ahry 2000:99). Soedirja yang dibun-rhkan saat ini dapat diJihat pada Q(ompas 6-8, 199q juga mengatakan bahwa uraian di bawah ini. masyarakat Jakarta |uga termasuk kelompok (1) Gedung taman bacaan minimal berukutan 6
masyatakat yang tingkat pendidikannya relatif cukup, belum gemar membaca. Jika dibandingkan dengan masyarakat yang beqpendidikan tendah, keadaannya tentu lebih buruk. OIeh karena itu, kebiasaan dan minat baca masih pedu (2) dttingkatkan di daerah manapun di Indonesia. Upaya peningkatan kebiasaan dan minat baca dapat dilakukan dengan berbagai cata.
Notton (1988:4) mengatakan, "Book can pa! a sigtSrcnt roh in the life of thild, b t the exten/ t0 wich thel do dQetd: e irclJ pon ed tl'. Pendapat tni mengisyaratkan bahwa buku dapat menyenang
kan bagi anak dan berpemn dalam kehidupan, (3) tetapi caranya tergantung pada orang tua yang ada di sekitar anak. Dengan demikian, peran orang tua dalam peningkatan buaya baca sangat lre"a
r.
x 8 m yang di
dalamnya terdapat tempat
penyipanan bulrr,
kusi
dan meja membaca,
serta ada ruang istirahat yang juga bisa menuju ruang jajan.
Buku yang ada di taman bacaan anak harus lengkap tentang buku anak-anak di mulai dari jenjang permulaan sampai pada buku yang bersifat logika. Prinsip buku yang di sediakan harus menyeleuruh karena dalam pembinaan minat baca buku harus berjen jang dan yang dngan (mrsalnya berisi gamba! hingga p ada tarap yang suiit. R"k buku harus diatur sedemikian rupa sesuai dengan klasifikasi bulrr yang ada. Hal in dilakukan agar memudahkan anak serta petugas untuk mencari buku dan juga untrrk menemparJ
L
dt^ at&Vagtan
L!.inat
...
(Raiab Aafiry)
93
: -{-::: dan meja membaca/membaca harus :.=::: dengan ukuran anak agar tidak :<"lqgu kesehatan. Selain itu, model meta :-r-;s rang menadk agar dapat membuat
;:ui
merasa nyaman berada di taman bacan
:l-:_
I
sangat
dipedukan
i<arena unhrk mengatur kegiatan taman bacaan. Ruangan administrasi juga harus
-
3
?
Abd. Rahman. dkk. 1985. Minat Baca Muid p3B Sekolah Dasar di Jawa Tintn Jakatta: Depdikbud.
Nurs.j dzn meja petugas juga harus dise caivLn sehingga dapat menjalankan tlrgasnra dengan baik.
i Ruang administrasi
DAFTARPUSTAKA
dilengkapi denga komputer agat masalah adminisrasi mudah ditangani. Tempat penyimpanan tas pengunjung digunalan agar menjaga barang bawaan anak dan juga agar menjaga kelestarian buku yang ada di taman bacaan. Ruang bimbhgan dipedukan unhrk memberi bimbingan kepada anak tentang suaregi membaca dan juga sangat dipedukan bagi anak jika ditemukan masalah khusus dalam membaca.
Dekorasi yang menyejukkan sangat diperlukan karena dapat membantu anak merasa ny'aman sehingga "membaca dapat dianggap
Abu bakar, A.H. 1985. "Countri Report on the Promation of Reading Habit in Brunei,,. Maka.lah the Regional Seminar on the Promation of Reading Habit by ASEAN Libraries, Bandung. Bahry, Rajab, 2000. Ertk dtas Pnndok Baca dalan Petingkatm kbiasaan dan Minat Membaca Anak. Desentasi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Bums, P.C.et
'
Ruang konsultasi dipedukan
jtka
ada
masalah yang pedu dibicarakan terutana antan pengurus dan juga dengan olang tua
l*adiry in Todq's Elenentary Schools. Boston: Hougton Mifflin Company.
Djaukasi, A.H. 1994. Pmmo$ Membaca dl lJirykugan Pe idikan Fotmal, dalan Soekarman @'d) Prosiding Seminar Nasional Promosi Gemar Mtmbaca di
I
menyenangkan". 10,)
a.ll- 1988. 'lbachirg
arerid. J^kztt^: COCL.
Dryden, Garden, dan Jeannet vds. 2002. Reaollsi Belqiar
(ilth bahasa Hemowo). Bandung:
Kaifa.
anak.
Elley, Penutup Simpulan Dari bebempa uraian yaflg telah diungkapkan di atas, pendirian taman bacaan merupakan prioritas yang sangat diutamakari dalam kondrsi ,\ceh. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya keluarga yang kurang mampu membeli buku sehingga kebunrhan membaca bukan menjadi prioritas utama mereka. Untuk mendi.rikan taman bacaan yang dapat mampu rnenimbulkan minat dan kebiasaan membaca anak banyak hal vang dibutuhkan, baik dari segi fisik maupun dari segi nonfisik. Kebutuhan fisik misalnya, gedung (tuang baca, ruang istirahat, ruang jajan), buku, rak buku, kursi dan meja membaca, ku-tsi dan meja petugas, ruang administrasi, lemari penyimpanan tas pengunjung, ruang bimbingan, dekorasi yang menyejukkan, mang konsultasi,
dan SDM yang dapat membimbing anak
membaca.
!f.B.
1992. How
in the lVcrtd
do Stade
/
Rt o & Hotnbur g: Grindeldruck Gimbh.
Harjasujana, Akhmad Slamet dan Yeti Mulyati. 1996/ 1997 . Menbaca 2. Jakarra
Depdikbud. Hards, AJ. dan Sipay, E.R. 7977. How to Increase ReadirgAbili4t. New York Dayid Mekay
Compann Inc.
Norton, D.E. 1988. Thruugh the Eyes of a Child An Introdulion ta Childrexl Lifuraure. Columbus: Chades E. Merrill publshing Company.
Soedijarto. 1994. Beberapa Pemikiran rentang Upaya Promosi N4embaca di Lingkungan Satual Pendidikan Luar Sekolah, dalam Soekarman (ed) Pruiding Senirar Nasional
Pronosi Ceruar Menbaca Jakarta: COCI.
di
fndone.ria.
94 f,angan(Mfusa Qot 3 No.
2;
lui
2W:87-94
Soedijarto. 1L)55. Some 'Ilnrgbx on kadiry Pmmotiox lVithin out of School Education Urits. Makalah. The Rdonal on the Promotion of Reading Flabit by ASEAN libnries, Bandung.
Sutan, Firmanawaty. 2004,
3 ltrykah Praktis
Mexjadikn Anak Maniak
Membaca.
Jakatta: Puspa Swata.
Tadgan, Harry Guntut. 1989. Menbau s ats KehratlPilan Berbabasa. Bandung: Anglasa.
-/ \,/
sebagoi