Edisi Juni.indd 1
6/16/2011 8:26:06 PM
2
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 2
6/16/2011 8:26:08 PM
www.tniad.mil.id
Jurnal Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Vol. 31 No. 2 Juni 2011
6 D A F T A R I S I
SPMO Surat Persetujuan Mendahului Otorisasi
15
10 Peran Intelejen TNI Dalam Mendukung Tugas Pokok TNI Dalam Rangka Penanggulangan Aksi Teror di Indonesia
22
Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia
29 Strategi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan dalam Upaya Menjamin Keutuhan NKRI
45 Membentuk Pemimpin TNI AD yang Berkualitas di Masa Depan
Kiprah TNI AD dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Nasional Cabang Atletik dan Panahan
38 Konkritisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup Bangsa dan Negara
53 Revitalisasi Komitmen Kebangsaan Demi Tegaknya NKRI Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 3
3
6/16/2011 8:26:13 PM
Kata Pengantar Susunan Redaksi Jurnal Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat STAF AHLI : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad, Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad, Koorsahli Kasad. PEMIMPIN REDAKSI : Brigjen TNI Wiryantoro NK. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Inf Pandji Suko Hari Judho DEWAN REDAKSI : Kolonel Arm Gatot Eko Puruhito, Kolonel Inf Dedy Agus Purwanto, Letkol Arh Erwin Septiansyah, Letkol Caj Moh. Noor KETUA TIM EDITOR : Kolonel Inf Made Datrawan SEKRETARIS TIM EDITOR : Letkol Caj Priyo Purwoko, BA, SH, Letkol Caj M.Yakub ANGGOTA TIM EDITOR : Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, Mayor Inf Dodi Fahrurozi, Mayor Inf Achmad Siswahadi, Kapten Caj Luther Bangun, Lettu Caj (K) Besarah SM., S.S DISTRIBUSI : Mayor Inf Ibnu Yudo Prawiro DESAIN GRAFIS : Serka Enjang TATA USAHA : Peltu (K) Ety Mulyati, PNS Suwarno, PNS Supriyatno REDAKTUR FOTO : Lettu Inf Suwandi ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300, Alamat email :
[email protected]
4
D
engan penuh rasa syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan berkat dan perlindunganNya, staf redaksi dapat menghadirkan kembali Jurnal Yudhagama Volume 31 Nomor 2 Juni 2011 dengan tulisan-tulisan yang aktual yang tentu saja dapat menambah khasanah pengetahuan dan wawasan kita. Pembaca Jurnal Yudhagama yang budiman, sesuai dengan kalender program kerja TNI Angkatan Darat, tak terasa kini kita sudah memasuki bulan Juni, itu artinya kita sudah akan mengakhiri program kerja triwulan kedua tahun anggaran 2011 dengan terus mengevaluasi dan meningkatkan kinerja dalam menghadapi berbagai tantangan tugas yang semakin kompleks dan beragam. Pada edisi Juni 2011, Jurnal Yudhagama hadir dengan topik aktual yang diangkat redaksi di lembaran awal mengenai pengadaan barang/jasa. Pengadaan barang/jasa di lingkungan TNI AD, pada umumnya dilaksanakan setelah Kotama/Balakpus menerima KOP (Keputusan Otorisasi Pelaksanaan), selanjutnya Pangkotama/Kabalakpus akan melaksanakan proses pengadaan barang/jasa, mulai dari pembentukan Panitia Pengadaan atau Penunjukan Pejabat Pengadaan sampai dengan melaksanakan tahap-tahapnya. Untuk membahas tentang pengadaan barang dan jasa di lingkungan TNI Angkatan Darat, Asrena Kasad Mayjen TNI Ir Mulhim Asyrof mengupasnya dalam tulisan berjudul “ SPMO (Surat Persetujuan Mendahului Otorisasi). Selanjutnya masih jelas dalam ingatan kita, pada 11 September 2001 dunia dikejutkan dengan adanya serangan terhadap menara kembar WTC di New York dan gedung Pentagon di Arlington Amerika Serikat. Menyusul kemudian, beberapa serangan aksi teror yang mengguncangkan masyarakat Indonesia antara lain Legian Bali yang di bom pada 12 Oktober 2002, teror bom buku serta bom bunuh diri yang dilakukan pada 15 April 2011, saat sholat Jum’at di Mesjid Az-Dzikro Markas Polresta Cirebon. Untuk membahas tentang aksi teror ini, Kabais Laksda TNI Soleman B Ponto, ST menguraikannya dalam tulisan berjudul “Peran Intelijen TNI Dalam Mendukung Tugas Pokok TNI Dalam Rangka Penanggulangan Aksi teror di Indonesia”.
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 4
6/16/2011 8:26:15 PM
Topik menarik lainnya adalah tentang ekspedisi Bukit Barisan. Rangkaian Pegunungan Bukit Barisan merupakan salah satu gugusan pegunungan-pegunungan besar di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera, merupakan sebuah masalah yang harus dipecahkan melalui pemantauan secara langsung di lapangan dengan menggunakan kemampuan teknologi terkini dan diawaki oleh pionir-pionir Indonesia yang tangguh dan berjiwa Nasional. TNIAD dengan gagasannya menunjuk Kopassus untuk merencanakan dan melaksanakan Ekspedisi, sekaligus melatih Prajurit bersama dengan Elemen masyarakat lainnya sebagai bentuk pembinaan teritorial dalam menjaga kelestarian alam dengan mencari data dan menelusuri secara langsung di lapangan segala potensi yang ada di rangkaian pegunungan melalui suatu kegiatan “Ekspedisi Bukit Barisan Tahun 2011”. Untuk melihat secara cermat tentang ekspedisi Bukit Barisan, Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F.Paulus menuangkannya dalam tulisan berjudul ”Ekspedisi Bukit Barisan 2011 Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia”. Selain itu, dalam rangka ikut meningkatkan prestasi olahraga
nasional, TNI AD membentuk dan mengesahkan organisasi keolahragaan dengan nama Komite Olahraga TNI AD (KOMORAD) yaitu merupakan organisasi non struktural di dalam jajaran TNI AD yang berkedudukan langsung di bawah Kepala Staf Angkatan Darat merupakan wadah pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga dan prestasi prajurit atlit di lingkungan TNI AD dalam rangka ikut serta memajukan keolahragaan nasional. Untuk membahas mengenai olahraga tersebut, Dansecapa Brigjen TNI Ridwan mengupasnya dalam tulisan “Kiprah TNI AD Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga Nasional Cabang Atletik dan Panahan”. Masalah nilai kebangsaan merupakan sistem nilai yang bersumber dari dalam budaya bangsa Indonesia dan disepakati yang dinamakan Pancasila. Mengenai nilai-nilai kebangsaan ini, Kepala Dinas Sejarah Angkatan Darat Brigjen TNI Marsono, SE dalam tulisan berjudul “Strategi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam Upaya Menjamin Keutuhan NKRI”. Selain tulisan di atas masih ada beberapa tulisan yang redaksi hadirkan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kita, diantaranya Marsma TNI (Purn) H.A.Gani Yusuf, S.IP dalam tulisan dengan judul “Konkritisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup Bangsa dan Negara dilanjutkan dengan tulisan Kolonel Inf Syaiful Ilyas, S.IP dalam tulisan berjudul “Membentuk Pemimpin TNI AD yang Berkualitas di Masa Depan” dan diakhiri dengan tulisan tentang “Revitalisasi Komitmen Kebangsaan Demi tegaknya NKRI oleh Letkol Inf Mu’tamar. Akhirnya segenap redaksi Jurnal Yudhagama menyampaikan terima kasih atas sumbangsih tulisan, gagasan dan ide yang sangat berguna bagi kemajuan TNI Angkatan Darat. Redaksi dengan kerendahan hati menerima berbagai kritik dan saran dari pembaca tercinta bagi perkembangan dan kemajuan Jurnal Yudhagama ini. Selamat membaca
REDAKSI
Jurnal Yudhagama adalah media komunikasi internal Angkatan Darat, yang mengemban misi: a. Menyebarluaskan kebijaksanaan Pimpinan Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran Angkatan Darat. b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat. c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijaksanaan Pimpinan Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupun dari luar lingkungan Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis. Karangan yang dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip seluruh atau sebagian dengan menyebut sumbernya. Bidang topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi.
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 5
5
6/16/2011 8:26:15 PM
jurnal yudhagama
Surat Persetujuan Mendahului Otorisasi Oleh : Mayjen TNI Ir. Mulhim Asyrof (Asrena Kasad)
Pendahuluan.
P
roses pengadaan barang dan jasa pemerintah, diatur berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI, semula diatur oleh Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, kemudian diadakan perubahanperubahan menyesuaikan dengan perkembangan yang berlaku. Khusus untuk jajaran Kementerian Pertahanan/TNI, Keppres nomor 80/2003 tersebut, dijabarkan menjadi Permenhan nomor : Per/06/M/VII/2006 tanggal 6 Juli 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Militer di lingkungan Departemen Pertahanan dan TNI. Khusus untuk jajaran TNI AD, telah dikeluarkan Buku Petunjuk Administrasi tentang Pengadaan Barang/Materiil dan Jasa di lingkungan Angkatan Darat yang disahkan dengan Perkasad nomor: Perkasad/90/XII/2008 tanggal 12 Desember 2008 Mengingat tuntutan yang ada, maka Keppres nomor 80/2003 dengan perubahan-perubahannya tersebut, diperbaharui dengan Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010, namun secara umum, untuk jajaran Kemhan/TNI tidak mengalami banyak perubahan, justru mengenai masalah Swakelola
6
lebih diperjelas lagi. Peraturan yang mengatur proses pengadaan barang/jasa pemerintah bertujuan agar pelaksanaannya efektif, efisien, transparan serta dapat dipertanggungjawabkan. Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan TNI AD. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, maka Kasad selaku Kepala Unit Organisasi (Ka UO) TNI AD, mengeluarkan program kerja yang akan dilaksanakan selama Tahun Anggaran Berjalan (TAB). Progja ini meliputi berbagai macam kegiatan, misalnya latihan (mulai latihan dalam satuan sampai latihan bersama dengan negara sahabat), organisasi, pengamanan, pembinaan teritorial, pembinaan satuan, pembinaan intel, pendidikan (Secata, Secaba, Secapa, Akmil, dan berbagai macam pendidikan lainnya) serta kegiatan pengadaan barang/jasa (pengadaan kaporlap, munisi, senjata, aloptik, pembangunan pangkalan, renovasi bangunan, harpraslat dsbnya). Sesuai dengan ketentuan yang ada, semua program/kegiatan ini
harus dapat diselesaikan dalam TAB (pada bulan Desember TAB), jadi untuk program TA. 2011, semua program dan kegiatan harus selesai pada Desember 2011. Namun dalam kenyataannya, khusus untuk kegiatan pengadaan barang/jasa, sangat banyak kendala yang dihadapi maupun prosesnya yang memang memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga penyelesaian program/ kegiatan tersebut berpotensi akan melampaui TAB. Permasalahan di bidang administrasi misalnya, keterlambatan turunnya otorisasi dari Komando Atas (KOM-KOP-P3) dan proses administrasi penunjukan pihak ketiga. Proses penunjukan pihak ke-3 yang akan melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut cukup panjang, dimulai dari pengumuman, pendaftaran dan pengambilan dokumen, penjelasan (aanwijzing), pemasukan penawaran, pembukaan dokumen penawaran, evaluasi, penilaian,
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 6
6/16/2011 8:26:17 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD usulan calon pemenang, penetapan, pengumuman pemenang, masa sanggah, penunjukan pemenang dan penandatanganan kontrak, kesemuanya tersebut memakan waktu sekitar 2 bulan. Sedangkan kendala yang dapat mengakibatkan keterlambatan pelaksanaan di lapangan, misalnya lokasi yang jauh dan terpencil sehingga sulit dalam pendorongan material, masalah transportasi, faktor cuaca, tenaga kerja, alat peralatan dsbnya. Demikian juga halnya dengan adanya faktor non teknis, sehingga penyelesaian program/ kegiatan pengadaan barang/jasa dijajaran TNI AD ada kemungkinan akan mengalami keterlambatan penyelesaiannya, sehingga melampaui TAB.
untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN”. Dalam Permenhan No. 06/2006, masalah ini dijabarkan dan tertuang dalam Pasal-9, yang bunyinya sebagai berikut : a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan Penyedia Barang/ Jasa, apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBN. b. PPK dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa sebelum dokumen anggaran disahkan, sepanjang anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa Militer (SPPBJM) dan penandatanganan kontrak pengadaan dilakukan
Foto Dispenad
Upaya yang Ditempuh. Pengadaan barang/ jasa di lingkungan TNI AD, pada umumnya dilaksanakan setelah
Kotama/Balakpus menerima KOP (Keputusan Otorisasi Pelaksanaan), selanjutnya Pangkotama/Kabalakpus akan melaksanakan proses pengadaan barang/jasa, mulai dari pembentukan Panitia Pengadaan atau Penunjukan Pejabat Pengadaan sampai dengan melaksanakan tahap-tahapnya. Mengingat adanya kendala yang dapat mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pengadaan barang/ jasa tersebut, maka dalam Keppres 80/2003 telah diadakan pasal yang mengatur masalah ini. Demikian juga pada Perpres 54/2010, masalah ini diatur pada Pasal 13 yang bunyinya sebagai berikut: “PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani kontrak dengan Penyedia Barang/ Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia
»
Pengarahan tentang pengadaan barang/jasa di satuan
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 7
7
6/16/2011 8:26:18 PM
jurnal yudhagama setelah dokumen anggaran untuk kegiatan tersebut di sahkan.
Prosedur dan Tata Cara Pengajuan SPMO. Kegiatan yang dapat dilaksanakan mendahului otorisasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Kegiatan tersebut ada didalam program kerja TAB, sehingga dapat dipastikan sudah dialokasikan anggarannya, dapat berupa kegiatan belanja barang, belanja pegawai, belanja modal maupun belanja lainnya.
Foto Dispenad
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa proses pengadaan barang/ jasa di lingkungan TNI AD dapat dilaksanakan, meskipun otorisasi (KOP) belum diterbitkan oleh Kasad, namun harus mendapat Surat Persetujuan Mendahului Otorisasi (SPMO) dari Kasad.
»
Pencocokan pengadaan barang/jasa
a. Pilah kegiatan dalam PPPA yang akan dilaksanakan mendahului otorisasi atau akan diajukan untuk mendapatkan SPMO.
c. Setelah KOP diterbitkan, dilakukan addendum kontrak kerja sebagai berikut:
b. Pelaksana Program secara bottom-up mengajukan permohonan ijin kepada Kasad.
2) Cara pembayaran, yang semula menunggu terbitnya KOP, diubah menjadi : misalnya pembayaran dilaksanakan sesuai dengan kemajuan pekerjaan (termijn).
b. Pekerjaan bersifat kompleks. c. Kegiatan bersifat darurat dan harus segera dilaksanakan, karena menyangkut kebutuhan anggota yang mendesak (misalnya kegiatan operasi). d. kegiatan yang apabila dilaksanakan menunggu diterbitkannya otorisasi dapat dipastikan akan melampaui tahun anggaran berjalan. e. Kegiatan yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi dan membutuhkan waktu pelaksanaan lama. f. Kegiatan yang mempunyai skala prioritas tinggi. Adapun prosedur atau tata cara untuk mendapatkan SPMO adalah sebagai berikut:
8
c. Apabila Kasad menyetujui usulan tersebut, maka akan diterbitkan SPMO. Pelaksanaan Kegiatan dengan SPMO. Kegiatan yang akan dilaksanakan dengan menggunakan SPMO, tidak berbeda dengan pelaksanaan kegiatan yang menggunakan otorisasi (KOP), perbedaan prinsipnya adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan sistem kontrak. a. SPMO digunakan sebagai dasar kontrak. b. Dalam kontrak kerja harus mencantumkan pasal yang mengatur tentang pembayaran akan dilaksanakan setelah diterbitkannya KOP/P3.
1) Dasar kontrak yang semula SPMO, diubah menjadi KOP.
2. Untuk kegiatan lain yang tidak menggunakan kontrak, dukungan biaya dilakukan dengan menggunakan UUDP (Uang Untuk Dipertanggungjawabkan). 3. Proses selanjutnya sesuai dengan pelaksanaan yang sudah berjalan selama ini di jajaran Kemhan/TNI (pedomani Permenhan No. 06/2006 tentang pedoman pengadaan barang/jasa di lingkungan Dephan/TNI). Penutup 1. SPMO merupakan kemudahan yang diberikan oleh Pimpinan, agar semua program/kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu dan tidak melewati TAB (Tahun Anggaran Berjalan).
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 8
6/16/2011 8:26:19 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD 2. SPMO bukan hanya untuk kegiatan konstruksi saja, tetapi dapat dimanfaatkan untuk semua kegiatan yang terdapat dalam program kerja, namun telah melalui seleksi yang mendalam, sehingga memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Foto Dispenad
3. Proses kegiatan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan SPMO, tidak berbeda dengan proses kegiatan yang dilaksanakan dengan KOP, perbedaan hanya pada kontrak kerja saja. Selamat Bertugas.
»
Penerimaan, pemeriksaan dan pengadaan barang/jasa
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. II.
Data Pokok Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
III. : : : : : : :
Ir. Mulhim Asyrof Mayjen TNI/28560 Metro/23-07-1954 Islam Kawin AKABRI/1976 Asrena Kasad
Riwayat Pendidikan Militer
Dikbangum 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Akabri Sussarcab Zi Diklapa II/Zeni Seskoad Sesko Komp (Malaysia) Sesko ABRI Lemhannas
: 1976 : 1977 : 1988 : 1992 : 1993 : 1998 : 2007
Dikbangspes 1. 2. 3. 4. 5.
Susjurpa Kon Pur : 1979 Sus Bahasa Inggris : 1982 Combat Engineer (USA) : 1982 Combat Instr Course : 1982 Sus Danrem : 2002
Riwayat Penugasan
1. Ops. Timor Timur 2. Ops. Timor Timur 2. Ops. Timor Timur IV.
: 1978 : 1981 : 1982
Riwayat Jabatan
1. Danton-2/B Yonzipur-5 Dam VIII/Brw 2. Danton-1/A Yonzipur-5 Dam VIII/Brw 3. Danton Jemb Kiban Yon Zipur-5 Dam VIII/Brw 4. Danton Pal Kiban Yonzipur-5 Dam VIII/Brw 5. Danki Ban Yonzipur-5 Dam VIII/Brw 6. Kasi-2/Ops Yonzipur-5 Dam V/Brw 7. Danki-C Yonzipur-5 Dam V/Brw 8. Kabeng Gatrik & Nubika Bengpuszi 9. Wadanyonzikon-11 Menzikon 10. Pamen Ditziad/Dik Seskoad 11. Kabag Rendal Binkonpur Ditziad 12. Danyonzipur-3 Dam III/Slw 13. Pamen Dam III/Slw Sesko Komperatif 14. Pbdya-4/Anev Paban I/Ren Sopsad 15. Kadep Mipatek Akmil 16. Asrendam I/Bukit Barisan 17. Danrem-041/Gamas 18. Danrem-042/Gapu Dam II/Swj 19. Paban II/Renproggar Srenad 20. Dirkon Ditjen Ranahan Dephan 21. Asrena Kasad
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 9
9
6/16/2011 8:26:20 PM
jurnal yudhagama
PERAN INTELIJEN TNI
DALAM MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN AKSI TEROR DI INDONESIA Oleh : Laksda TNI Soleman B. Ponto, ST (Ka BAIS TNI)
P
ada tanggal 11 September 2001 dunia dikejutkan dengan adanya serangan terhadap menara kembar WTC di New York dan gedung Pentagon di Arlington Amerika Serikat. Menyusul kemudian tidak ketinggalan pula Indonesia ikut diserang, beberapa serangan aksi teror yang mengguncangkan masyarakat Indonesia antara lain Legian Bali yang di bom pada tanggal 12 Oktober 2002, teror bom buku serta bom bunuh diri yang dilakukan pada tanggal 15 April 2011, saat sholat Jum’at di Mesjid Az-Dzikro di Markas Polresta Cirebon. Sejak kejadian itu masyarakat dunia dan masyarakat Indonesia tersadarkan bahwa “aksi teror” adalah musuh bersama yang harus ditanggulangi bersama. Kesadaran itu pada akhirnya menggiring pemerintah Indonesia untuk menanggulangi aksi teror dengan membuat Undang-undang RI nomor 34 tahun 2004 tentang TNI dan Undang-undang RI nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme. Dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang ada itu sudah banyak pelaku
10
aksi teror yang ditangkap, diadili dan dihukum. Namun pada kenyataannya, aksi teror masih terus terjadi. Hal itu merupakan bahwa aksi teror tidak bisa diberantas hanya dengan melakukan penindakan, baik itu tindakan menangkap, menghukum bahkan membunuh para pelaku aksi teror, akan tetapi kegiatan pencegahan tidak kalah pentingnya harus pula dilaksanakan. Dengan demikian untuk penanggulangan aksi teror meliputi 2 (dua) kegiatan yaitu: penindakan dan pencegahan 1. Penindakan. Untuk melakukan penindakan ini pemerintah Indonesia telah mengeluarkan dua Undang-undang yaitu Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, dan Undang-undang RI Nomor 15 tahun 2003 tentang pemberantasan terorisme. a. Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI Undang-undang RI nomor 34 tahun 2004 tentang TNI,
memberikan kewenangan kepada TNI untuk menindak aksi teror. Tata cara penindakan aksi teror itu diatur dalam beberapa pasal yaitu pasal 5, pasal 6, dan pasal 18. 1) Dalam Pasal 7 telah diatur dengan jelas tentang tugas pokok TNI dan cara menjalankan serta persyaratan yang harus dipenuhi ketika akan menjalankan tugas itu. Dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah serta menyelamatkan bangsa, TNI melaksanakannya dengan cara melakukan operasi militer, yaitu bentuknya terdiri dari Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Cara OMSP dilakukan salah satunya adalah untuk mengatasi terorisme. Dalam melaksanakan
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 10
6/16/2011 8:26:21 PM
Foto Dispenad
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
»
Kecepatan dan ketepatan mengatasi aksi teror
kedua bentuk operasi itu tidak bisa dilakukan secara otomatis, tetapi dibutuhkan satu persyaratan yaitu adanya kebijakan dan keputusan politik negara, sebagaimana yang telah diatur pada pasal 5 dan pasal 7 ayat 3 dalam Undang-undang yang sama. 2) Dijelaskan juga dalam pasal 5 bahwa pelaksanaan tugas TNI harus selalu atas sepengetahuan dan seijin DPR. Setiap pelaksanaan operasi militer baik untuk perang maupun selain perang harus seijin dan sepengetahuan DPR. Oleh karena itu untuk melakukan operasi dalam rangka mengatasi terorisme harus mendapat ijin dan persetujuan dari DPR terlebih dahulu. 3) Sesuai dengan pasal 6 pada dasarnya TNI difungsikan untuk
menangkal dan menindak segala bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata baik dari dalam maupun luar negeri, serta sebagai pemulih kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan. Fungsi TNI sebagai penindak segala bentuk ancaman militer diperkuat dan sudah sesuai dengan Undangundang RI Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pada pasal 7 ayat 2 yang berbunyi : “sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung”. 4) Dalam pasal 18 dijelaskan bahwa operasi pemberantasan terorisme adalah karena aksi teroris termasuk salah
satu diantara ancaman militer dan/atau ancaman bersenjata. Presiden untuk melakukan pemberantasan terorisme dapat langsung mengerahkan kekuatan TNI tanpa meminta persetujuan DPR terlebih dahulu. Namun, setelah waktu 2 x 24 jam presiden harus melaporkan pengerahan kekuatan TNI tersebut kepada DPR. Selanjutnya apabila DPR tidak menyetujuinya maka operasi tersebut harus dihentikan. b. Undang-undang RI Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme. Undang-undang RI Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme, memberikan kewenangan kepada Polri untuk menindak para pelaku aksi teror. Pada pasal 6 telah dinyatakan bahwa pelaku teror dipidana maksimal pidana mati. Yang perlu mendapat perhatian pada Undang-undang tersebut adalah kata dipidana. Kata ini membawa konsekuensi bahwa pelaku teror harus dihukum, bukannya langsung dibunuh. Para pelaku teror nanti dibunuh berdasarkan proses persidangan, bukan dibunuh dalam proses penangkapan atau di dalam proses penghentian aksi teror. Dengan demikian, polisi sebagai pelaksana amanat Undang-undang RI tersebut dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pelakunya terbunuh. Polisi harus berusaha agar supaya pelaku aksi teror itu tertangkap hidup-hidup, bukannya terbunuh. Apabila Polri merasa
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 11
11
6/16/2011 8:26:21 PM
jurnal yudhagama tidak sanggup untuk menangkap hidup-hidup para pelaku aksi teror, maka Polri harus segera, melaporkan kepada presiden atau kepada Menkopolhukam dan DPR. Sehingga selanjutnya presiden dapat segera memberi instruksi kepada TNI atau keputusan politik dapat segera diambil oleh pemerintah. Menkopolhukam dan DPR untuk segera menugaskan TNI dalam menindak aksi teror tersebut. Dengan demikian polisi tidak boleh disiapkan untuk membunuh para pelaku aksi teror. Dari isi kedua Undangundang itu terlihat jelas perbedaan pelaksanaan penindakan aksi terorisme antara Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2004 dengan Undang-undang RI Nomor 15 Tahun 2003. Perbedaan itu adalah sebagai berikut :
Adanya perbedaan yang mendasar pada kedua Undangundang tersebut mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam pelaksanaannya. Akan tetapi pada kenyataannya, ketika melaksanakan tugasnya, baik TNI maupun Polisi belum sepenuhnya melaksanakan seperti apa yang diamanatkan oleh kedua Undangundang tersebut. Sebagai produk hukum, kedua Undang-undang RI itu harus dihormati keberadaanya. Pelaksanaan tugas pokok bila tidak memperhatikan amanat yang diatur di dalam Undang-undang pada akhirnya akan menghasilkan masalah baru. Oleh karena itu, maka kedua Undang-undang RI ini mutlak untuk dijadikan pedoman di dalam pelaksanaan penindakan aksi teror di Indonesia. Peran intelijen termasuk Intelijen TNI dalam konteks upaya penindakan aksi teror adalah mengidentifikasi pelaku aksi teror, melokalisir area, menentukan sasaran, mengamankan lingkungan sekitar sasaran kemudian memberi informasi kepada unsur-unsur pemukul. Paska tindakan eksekusi dilakukan, maka aparat intelijen tetap melakukan monitoring terhadap wilayah tersebut dan membantu masyarakat di wilayah itu untuk lebih peduli dalam menjaga keamanan lingkungannya. Kondisi ini perlu dilaksanakan mengingat ruang gerak terorisme sebagian besar berada di bawah tanah dan ideologi mereka sulit untuk dihilangkan begitu saja. Di daerah kritis intelijen harus lebih tajam dan menguatkan jaringan karena upaya penindakan dapat menimbulkan serangan balik.
b. Cara memberantas terorisme yang dilakukan oleh TNI dilakukan dengan cara operasi militer yang dalam pelaksanaannya pelaku aksi teror boleh terbunuh. Hal tersebut dikarenakan dalam operasi militer yang ada hanya membunuh atau dibunuh. Sedangkan Polri dalam mengatasi aksi teror harus dapat menangkap hidup-hidup pelaku aksi teror tersebut, untuk kemudian dibawa ke pengadilan guna mendapatkan hukumannya.
Foto Istimewa
a. TNI dalam memberantas terorisme dilakukan dengan cara melaksanakan Operasi Militer dalam bentuk Operasi MIliter
Selain Perang (OMSP) yang harus mendapat persetujuan DPR sebelumnya atau dapat segera melaksanakan operasi atas perintah presiden. Namun dalam waktu 2x24 jam presiden harus melaporkan operasi ini kepada DPR. Bilamana DPR tidak menyetujui, maka operasi harus segera dihentikan. Sedangkan untuk Polri dapat segera melakukan operasinya untuk menangkap pelaku aksi teror tanpa seijin DPR.
» 12
Simulasi latihan pembebasan sandera oleh pasukan anti teror
2. Pencegahan. Pencegahan aksi teror adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan niat serta menghilangkan kemampuan para teroris dalam melakukan aksi teror.
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 12
6/16/2011 8:26:22 PM
Akibat aksi teror meluluhlantakan infra struktur yang ada
Atase Pertahanan RI dan di dalam negeri tersebar sampai di desadesa melalui struktur organisasi TNI AD, seperti Kodam, sampai Babinsa, struktur organisasi TNI AL seperti Koarma sampai Lanal dan struktur organisasi TNI AU seperti pangkalan-pangkalan udara. Besarnya organisasi dan banyaknya personel TNI yang bekerja pada organisasi intelijen TNI
Foto Istimewa
Untuk itu maka unsur-unsur yang dapat mendukung terbentuknya seperti rekrutmen, pendidikan, latihan, keuangan, logistik, komando dan pengendalian, jaringan/network, daya pemersatu, pemimpin/tokoh, sanctuary/save haven harus ditemukan, diputuskan mata rantainya dan ditiadakan. Untuk menemukan memutus dan meniadakan unsur-unsur pendukung terbentuknya organisasi teror ini diperlukan intelijen. Dalam hal inilah peran intelijen termasuk intelijen TNI sangat diperlukan karena hal ini hanya bisa dilakukan oleh intelijen. Unsur-unsur pendukung terbentuknya organisasi teroris ini terdapat diseluruh lapisan masyarakat, baik itu masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Oleh karena itu untuk menemukannya diperlukan adanya organisasi intelijen yang besar. Intelijen TNI terstruktur dengan rapi, mengikuti struktur organisasi TNI, karena intelijen adalah fungsi komando. Dengan demikian, petugas intelijen TNI di dunia internasional tersebar di 32 negara mengikuti struktur kantor
Foto Istimewa
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
»
dengan sendirinya memperbesar pula kemungkinan penemuan halhal yang dibutuhkan bukan saja untuk dalam rangka melaksanakan pencegahan, tetapi juga untuk pelaksanaan penindakan, seperti menemukan tempat-tempat persembunyian pelaku aksi teror. Selain itu, intelijen TNI sebagai bagian dari organisasi TNI adalah membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dengan memberikan gambaran, masukan serta saran dan kemungkinan adanya ancaman teroris baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Peran intelijen TNI disini tidak terlepas dari “intelijen sebagai fungsi komando” artinya intelijen TNI merupakan alat dari komandan dan pimpinan TNI dalam melaksanakan tugas pokoknya. Demikian tulisan ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita di dalam melanjutkan pengabdian kepada bangsa dan Negara tercinta ini. Semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Hotel Rotz Carlton hancur lebur akibat ledakan bom oleh teroris
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 13
13
6/16/2011 8:26:22 PM
jurnal yudhagama
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Data Pokok
IV.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
: : : : : : :
Soleman B. Ponto, ST Laksda TNI/7617/P Sangir/Tahuna/6-11-1955 Protestan Kawin Akabri AL/1978 KA BAIS TNI
II. Riwayat Pendidikan Dikbangum 1. AAL-24 2. Diklapa 3. Dik Sperspa 4. Seskoal Angkatan-31 5. Lemhanas PPSA XVI RI
1978 1990 1990 1994 2009
Dik Bangspes 1. Sus NBCD 1989 2. Sus Athan RI 1994 3. Sus Bahasa Inggris 1999 4. Militair Parachutist 2002 5. Civil Military Response To Terorism 2004 III.
Riwayat Penugasan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Delegasi RI Sipadan Ligitan (Den Haag) Military Yurisdiction (Yunani) Small Arm Marking Wina (Austia) Delegasi RI Human Right Abuse (Genewa) Delegasi HAM RI dan Norwegia (Norwegia) International Ship dan Port Security (ISPS) Code (Jakarta) 7. Merumuskan Isi MoU Helsinki (Helsinki) 8. Implementasi Mou Helsinki (Aceh) 9. Anggota Forum (Polhukam) (Jakarta)
2000 2001 2001 2002 2004
Riwayat Jabatan
1. DPB Denma Armada 2. Padiv Luar KRI TBO Armada 3. Padiv MPK KRI LAM Armada 4. Ps. Kadepsin KRI SGU Armada 5. Padiv KRI Yos Armada 6. Padiv Kawah ABK TCL Armada 7. Padiv Elektronika KRI MKT-331 Satkor Armatim 8. Kadepsin KRI TKL-813 Satrol Armatim 9. Diklapa-II Denmako Makoarma Armatim 10. Kadepsin KRI SNA (Singa) Satkat Armatim 11. Kadepsin KRI KRS (Keris-624) Armatim 12. Dik Seskoal DPB Denmako Makoarma Armatim 13. Kadepsin KRI BDK (Badik-623) Satkat Armatim 14. Kadepsin KRI HSN (Hasanudin-333) Satkor Armatim 15. Sus Athan RI DPB Denmako Makoarma Armatim 16. As Athan RI Ur laut di ew Delhi/India 17. Paban Utama B-2 Dit B BAIS TNI 18. Athan RI di Den Haag Belanda 19. Pamen Mabes TNI 20. Paban Utama B-6 Dit B BAIS TNI 21. Waaspam Kasal 22. Aspam Kasal 23. Ka BAIS TNI
2004 2005 2007 2007
Keluarga Besar Letkol (Purn) Supari Mengucapkan
KEPALA KANTOR PERTANAHAN KAB. PEMALANG BESERTA STAF & JAJARANNYA
Selamat dan sukses Pelaksanaan PORAD
MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS PELAKSANAAN PORAD
14
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 14
6/16/2011 8:26:23 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
PEDULI DAN LESTARIKAN ALAM INDONESIA
I
pionir-pionir Indonesia yang tangguh dan berjiwa nasional. Selain kekayaan alam, kawasan yang berada pada jalur lingkar gunung api Mediterania di benua Asia ini, juga dikenal sebagai kawasan yang rawan letusan gunung berapi, gempa bumi, maupun tsunami. Selain disebabkan oleh faktor alam, kerawanan ini perlu diketahui melalui pendeteksian secara langsung potensi-potensi penyebab terjadinya bencana seperti penggundulan hutan, penambangan liar dan lainlain. TNI-AD dengan gagasannya menunjuk Kopassus untuk merencanakan dan melaksanakan ekspedisi, sekaligus melatih prajurit bersama dengan elemen masyarakat lainnya sebagai bentuk
Foto Istimewa
ndonesia merupakan negara kepulauan yang menyimpan potensi sumber daya alam yang besar, unik dan endemik sebagai salah satu ciri “mahatma mutu manikam” Indonesia. Kekayaan flora dan fauna serta kandungan bahan tambang yang tak ternilai harganya tersimpan mulai dari Sabang sampai Merauke. Namun kekayaan alam yang sangat besar tersebut baru sebagian kecil
yang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Kekayaan sumber daya alam tersebut sebagian besar diantaranya terdapat di wilayah kepulauan Sumatera. Eksplorasi kekayaaan alam di wilayah Sumatera belum optimal dilakukan oleh berbagai pihak karena luasnya wilayah pegunungan dan kondisi alam Sumatera yang sulit terjangkau. Rangkaian Pegunungan Bukit Barisan merupakan salah satu gugusan pegunungan-pegunungan besar di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera. Hal ini merupakan sebuah masalah yang harus dipecahkan melalui pemantauan secara langsung di lapangan dengan menggunakan kemampuan teknologi terkini dan diawaki oleh
Foto Istimewa
Oleh : Mayjen TNI Lodewijk F. Paulus (Danjen Kopassus)
»
Upacara pemberangkatan Tim Ekspedisi Bukit Barisan di lapangan upacara Mabesad dengan irup Wakasad Letjen TNI Johanes Suyro Prabowo tanggal 28-2-2011
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 15
15
6/16/2011 8:26:23 PM
jurnal yudhagama sumbangsih TNI-AD kepada pemerintah. Sedangkan untuk sasaran ekspedisi adalah: Pertama terpeliharanya naluri tempur prajurit di hutan. Kedua dikuasainya medan
Gn. Leuser (Aceh) - 3.404 m
pecinta alam seperti WANADRI, MAPALA UNAND, PA DAERAH dan instansi setempat terlibat langsung. Dinas Kehutanan, ESDM, Dinas Sosial Budaya, Ditjen Planologi, Puslitbang Kelautan, LIPI, PVMBG, BAKOSURTANAL, PMI/SATGANA, DEPSOS/TAGANA, BASARNAS, BPBD dan PRAMUKA bergabung beberapa waktu kemudian.
Gn. Sinabung (Sumut) - 2.460 m Gn. Kerinci (Jambi) – 3.805 m
Gn. Singgalang (Sumbar) - 2877 m
Gn. Dempo (Sumsel) – 3.159 m Gn. Tanggamus (Lampung) – 2.400 m
pembinaan teritorial dalam menjaga kelestarian alam dengan mencari data dan menelusuri secara langsung di lapangan segala potensi yang ada di rangkaian pegunungan melalui suatu kegiatan “Ekspedisi Bukit Barisan Tahun 2011”. Pelaksanaan Ekspedisi Bukit Barisan yang dilaksanakan mempunyai Tujuan: Pertama memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit agar memiliki naluri tempur di hutan. Kedua membangkitkan kesadaran teritorial sehingga dikelola menjadi keunggulan teritorial. Ketiga mendata dan meneliti segala potensi di rangkaian Pegunungan Bukit Barisan bersama dengan elemen masyarakat lainnya sebagai 16
di rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Ketiga terwujudnya jiwa persatuan dan kesatuan antara TNI, Polri dan seluruh elemen masyarakat. Keempat terdatanya kerusakan hutan, kemungkinan potensi bencana, potensi sumber daya alam dan mineral, flora fauna dan sosial budaya. Kelima terwujudnya rasa cinta tanah air dengan terpelihara dan terjaganya kelestarian alam. Pelaksanaan Ekspedisi. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh tim gabungan dari pusat yang sebelumnya sudah ada ditambah komponen masyarakat lainnya dari daerah seperti mahasiswa UNSYAH, USU, UNAND, UNJAB, UNSRI dan UNILA. Beberapa organisasi
Gn. Seblat (Bengkulu) – 2.382 m
Begitu banyak elemen yang ikut mendukung sehingga membuat Tim Ekspedisi Bukit Barisan memiliki kekuatan tersendiri dalam hal keanekaragaman sumberdaya manusia yang terlibat langsung di dalamnya. Kegiatan penjelajahan dan penelitian pun dimulai. Pendataan dilaksanakan ke beberapa puncak gunung yang tersebar di sekitar ring of fire pulau Sumatera. Beberapa aspek yang diteliti antara lain kondisi kerusakan hutan, sumber daya mineral, pendataan flora dan fauna, pendataan potensi bencana dan pendataan sosial budaya. Sasaran-
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 16
6/16/2011 8:26:23 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD sasaran penjelajahan di beberapa puncak gunung diantaranya adalah: - Gunung Leuser, Propinsi NAD dengan ketinggian 3.404 m. - Gunung Sinabung, Propinsi Sumut dengan ketinggian 2.480 m. - Gunung Singgalang, Propinsi Sumbar dengan ketinggian 2.877 m - Gunung Kerinci, Propinsi Jambi dengan ketinggian 3.800 m. - Gunung Seblat, Propinsi Bengkulu dengan ketinggian 2.382 m. - Gunung Dempo, Propinsi Sumsel dengan ketinggian 3.173 m. - Gunung Tanggamus, Propinsi Lampung dengan ketinggian 2.012 m dan TWNC (Tambling Wildlife Nature Conservation). Tim Penjelajah. Selain penelitian, Ekspedisi Bukit Barisan juga memiliki tim Penjelajah yang berperan dalam
Pulau Sumatera. Keanekaragaman spesies flora dan fauna tersebut masih ada yang belum terungkap sehingga memerlukan penelitian yang lebih dalam dari sisi ilmiah. Diharapkan melalui ekspedisi ini bisa menambah data tentang seluruh spesies flora fauna, termasuk flora fauna yang langka atau hampir punah serta penyebab kepunahan atau berkurangnya spesies tersebut.
Kucing Emas / Golden Cat Tim Kehutanan. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pemerintah juga menentukan hutan dengan istilah
Tim Penjelajah melatih dan mengaplikasikan kemampuan bidang kemiliteran seperti: navigasi darat, taktik patroli di hutan, survival, mengesan jejak, dan lain-lain. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memelihara naluri tempur prajurit di hutan, penguasaan medan serta dapat membantu menemukan sampel yang berada di medan yang cukup sulit dijangkau oleh peneliti. Tim Flora dan Fauna. Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna yang begitu luar biasa. Berbagai flora dan fauna endemik bahkan binatang-binatang buas/besar masih cukup banyak berada di
Reboisasi bersama elemen masyarakat
Penemuan lokasi perambahan hutan
Kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Selama kegiatan, tim akan mengumpulkan data secara riil tentang luas kerusakan hutan yang terjadi serta termasuk penyebab kerusakan hutan dan pelaku pengrusakan ekosistem hutan tersebut. Setelah diketahui maka akan
Spesies baru disampaikan bagaimana dampak dari terjadinya kerusakan hutan dan langkah-langkah apa yang bisa disumbangkan kepada pemerintah untuk mencegah kerusakan yang terjadi. Dalam kesempatan yang sama, dilaksanakan pula kegiatan Reboisasi oleh Tim Ekspedisi bersama elemen masyarakat setempat. Tim Geologi. Salah satu aspek yang diteliti selama pelaksanaan Ekspedisi adalah aspek geologi. Bukit Barisan yang memanjang dari barat laut hingga ke tenggara menyimpan kandungan kekayaan alam mineral dan sumber energi yang luar biasa. Berdasarkan struktur lapisannya, Pulau Sumatera tersusun atas dua bagian besar. Sebelah barat didominasi keberadaan lempeng Samudera Hindia, sedangkan di sebelah timur didominasi keberadaan lempeng (benua) Sumatera. Setelah melihat kembali sejarah geologi Sumatera maka wilayah ini sangat berpotensi sebagai penghasil
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 17
17
6/16/2011 8:26:23 PM
jurnal yudhagama bencana karena posisinya yang terletak di sepanjang jalur tabrakan antara dua lempeng Samudera Hindia yang bergerak dan menunjam ke arah bawah lempeng Benua Sumatera, sehingga kedua
batulempun g
Pengamatan singkapan batuan
minyak dan gas, panas bumi serta mineral ekonomis yang bernilai strategis. Eksplorasi mengenai potensi minyak dan gas bumi serta mineral ekonomis di Sumatera telah dimulai sejak tahun 1885 dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Said di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 1709 Belanda juga menemukan potensi tambang timah di Pulau Bangka. Setelah ditemukannya potensi sumber daya alam di Pulau Sumatera, eksplorasi gencar dilakukan di pulau ini. Ekspedisi Bukit Barisan yang melibatkan beberapa pakar geologi, berusaha menguak apa yang sesungguhnya terkandung di Pulau Sumatera untuk dilaporkan kepada pemerintah. Sehingga penggalian sumberdaya alam di Pulau Sumatera bisa lebih terkontrol dan terkendali yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tim Potensi Bencana. Pulau Sumatera tercatat memiliki banyak riwayat potensi
Potensi longsor
18
batupasir
batulempun g
batubara
Penemuan lapisan batubara lempeng tersebut melekat dan terus bergesekan menimbulkan guncangan yang dapat menyebabkan gempa bumi. Tim Ekspedisi Bukit Barisan bertugas mengumpulkan data-data tentang berbagai potensi bencana yang ada untuk dilaporkan kepada pemerintah dan segera ditindaklanjuti dengan sosialisasi kepada masyarakat luas. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya mitigasi bencana untuk meminimalisir korban bila bencana sewaktu-waktu terjadi. Tim Sosial Budaya. Selama pelaksanaan ekspedisi, bidang sosial budaya juga menjadi sasaran penelitian. Tujuannya adalah untuk menggambarkan keadaan masyarakat di Sumatera.
Adat nikah suku Pabarin di Lampung
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Diharapkan Tim Ekspedisi dapat mengumpulkan data mengenai kebudayaan maupun adat masyarakat setempat dan bahkan bisa menemukan dan mengungkap legenda atau cerita rakyat lama sehingga bisa dibuktikan kebenarannya. Tim Komunikasi Sosial. Dari hasil penelitian yang telah diperoleh berupa potensi bencana, kerusakan hutan, flora fauna langka dan lainnya, Tim Komunikasi Sosial berperan dalam mensosialisasikan kegiatan Ekspedisi Bukit Barisan, mencari tahu oknum pelaku pencurian kayu, menyampaikan tentang kemungkinan/ potensi bencana kepada masyarakat, sehingga dapat mengantisipasi bahaya bencana yang ada disekitarnya, termasuk juga menyadarkan masyarakat untuk turut memelihara keseimbangan alam melalui kegiatan reboisasi dan melindungi flora fauna langka dan yang dilindungi oleh pemerintah. Pada tanggal 20 Mei 2011 Tim Ekspedisi mengajak semua elemen masyarakat untuk melaksanakan upacara bendera di 7 puncak gunung secara serempak untuk memeperingati Hari Kebangkitan Nasional. Kegiatan tersebut mengandung makna penanaman nilai-nilai nasionalisme dan persatuan bangsa, dengan rangkaian kegiatan pengibaran
Pelaksanaan panen raya
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 18
6/16/2011 8:26:24 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD bendera merah putih dan pembacaan Ikrar Hari Kebangkitan Nasional diakhiri dengan do’a untuk keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa. Tahap Akhir dan Sumbangsih Kegiatan. Kegiatan Ekspedisi Bukit Barisan direncanakan selesai pada akhir Juli 2011. Sebagai wujud dari hasil pelaksanaan kegiatan itu, Tim Ekspedisi Bukit Barisan akan menyusun sebuah buku dalam
bentuk reportase sebagai laporan hasil pelaksanaan ekspedisi. Buku tersebut akan diserahkan kepada Presiden RI pada 17 Agustus 2011. Ekspedisi Bukit Barisan 2011 adalah sebuah gagasan baru. Di dalamnya mengandung pesan kecintaan dan kepedulian terhadap hutan dan alam Indonesia. Kegiatan yang dilakukan oleh para prajurit dan para peneliti di lapangan sampai saat ini masih berlangsung dimana kerjasama antara para prajurit dan peneliti menjadi ritme
rutin kegiatan ekspedisi di berbagai titik di tujuh wilayah pulau Sumatera. Tulisan yang menggambarkan kegiatan ekspedisi ini diharapkan bisa memberikan gambaran sebuah gagasan dan kepedulian pimpinan TNI AD. Pelaksanaan Ekspedisi Bukit Barisan dapat dievaluasi dan dijadikan model untuk melaksanakan Ekspedisi berikutnya ditahun 2012 yang akan dilaksanakan apakah di Pulau Kalimantan atau di tempat lainnya untuk terjaganya kelestarian alam.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS Data Pokok
I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
: : : : : : :
Lodewijk F. Paulus Mayjen TNI/29290 Manado/27-07-1957 Islam Kawin Akabri/1981 Danjen Kopassus
II. Riwayat Pendidikan Dikbangum 1. 2. 3. 4.
Akabri Susarcab If Suslapa II Seskoad
1981 1981 1990 1996
Dik Bangspes 1. Para 1981 2. Komando 1981 3. Sus Danki 1984 4. Gultor 1984 5. Bahasa Perancis 1988 6. Suspa Intel Sus-1 1989 7. Technical Intlligence Course (Amerika Serikat) 1990 8. Technical OPT Course (Inggris) 1991 9. Suspa Intel Sus-2 1992 10. KSPS 2007 11. PPSA-16 Lemhannas RI 2008 III. 1. 2. 3.
Riwayat Penugasan Ops Seroja Tim-Tim Ops Seroja Tim-Tim Seroja Tim-Tim
1983 1987 1988
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Ops Aceh Seroja Tim-Tim Seroja Tim-Tim Seroja Tim-Tim Pam Presiden Pam Wapres Tugas Belajar Tugas Belajar OJT Seminar OJT Latma Jaulat Brazen Chariots Latma KKM Seminar Tim Normalisasi
IV. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
1990 1993 1995 1996 1986 1987 1990 1991 1993 1993 1997 2000 2008 2008 2008 2010
Riwayat Jabatan Danton Kopassandha Pa Log Grup-3 Danki-323/32/3 Dansub Tim-2/2 Den-81 Dantim-3 Den-86 Dantim-3 Den-81 Dansatdik Sandha Grup-3/P.P Dan Susko Grup-3/P.P Danyon-22 Grup-2 Kopassus Waasops Danjen Kopassus Asops Danjen Kopassus Dan Grup-5 Kopassus Dan Sat-81 Kopassus Asops Kasdam I/BB Danrindam I/BB Danrem-052/WKR Dan Jaya Dirlat Kodiklat TNI AD Danjen Kopassus
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 19
19
6/16/2011 8:26:24 PM
jurnal yudhagama
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
H. ABDULLAH AZWAR ANAS, M.Si
SEKKAB
YUSUF WIDIYATMOKO, S.Sos
Mengucapkan
TERIMAKASIH KEPADA SELURUH JAJARAN TNI MENJAGA DAN MEMPERTAHANKAN NKRI DAN PANCASILA BUPATI BANYUWANGI H. ABDULLAH AZWAR ANAS, M.Si
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
AKBP DRS. SOFYAN NUGROHO, SH, M.Si KAPOLRES PEMALANG
Mengucapkan SELAMAT ATAS DILANTIKNYA LETJEN TNI BUDIMAN SEBAGAI WAKIL KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
H. JUNAEDI, S.H., M.M. BUPATI PEMALANG
MUKTI AGUNG WIBOWO, S.T WAKIL BUPATI PEMALANG
Mengucapkan SELAMAT ATAS DILANTIKNYA LETJEN TNI BUDIMAN SEBAGAI WAKIL KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
20
AKBP YUDHA GUSTAWAN, S.IK, SH., MH KAPOLRES PONOROGO
Mengucapkan SELAMAT ATAS DILANTIKNYA LETJEN TNI BUDIMAN SEBAGAI WAKIL KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 20
6/16/2011 8:26:32 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
RUMKIT TK. II dr. SOEDJONO Mengucapkan SELAMAT ATAS DILANTIKNYA LETJEN TNI BUDIMAN SEBAGAI WAKIL KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
Jl. Urip Sumohardjo No. 48 Wates 56113 Magelang Terakreditasi, NSS : 3308010 Email :
[email protected], Website : www.smkkesdam.blogspot.com PROGRAM KEAHLIAN : • KEPERAWATAN • ANALIS KESEHATAN
SELAMAT DATANG CALON SISWA BARU SMK KESDAM IV/DIPONEGORO TP. 2011/2012
DANDIM-0815/MOJOKERTO LETKOL ARM SUMARTONO
Mengucapkan SUKSES PELAKSANAAN PORAD JUNI 2011 SUKARNI, SH, MH SEKRETARIS DPRD
Mengucapkan SELAMAT ATAS DILANTIKNYA LETJEN TNI BUDIMAN SEBAGAI WAKIL KEPALA STAF ANGKATAN DARAT
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA Jl. RE. Martadinata No. 334 Tasikmalaya Telp/Fax: 0265-313094
Mengucapkan
DIRGAHAYU HUT KODAM III/SILIWANGI 20 MEI 2011 Semoga Tetap Jaya Mempertahankan NKRI dan Pancasila Ketua, Drs. Otong Koswara, M.Si Wakil Ketua, dr. H. Wahyu Sumawidjaya, M. Kes
Wakil Ketua, Drs. H. Ade Lukman
Wakil Ketua, Drs. Denny Romdhony
Sekretaris DPRD, Drs. Ronny Mulyawan
INSTITUT AGAMA ISLAM SURAKARTA
Mengucapkan Selamat dan Sukses Kepada Brigjen TNI Nugroho Widyotomo Sebagai Kasdam IV/Diponegoro Semoga Dapat Mengemban Amanat Rakyat dan Selamat Bertanding kepada Kontingen PORAD Kodam IV/Diponegoro Pimpinan Dr. Imam Sukardi, M.Ag
Direksi dan Staf RSUD Wangaya Denpasar Mengucapkan Selamat Bertugas Mayjen TNI Leonard Sebagai Pangdam IX/Udayana Selamat Bertanding kepada Kontingen PORAD Kodam IX/Udayana Direktur Prof.Dr.dr.I Gde Raka Widiana, SP.PD.,KGH
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 21
21
6/16/2011 8:26:34 PM
jurnal yudhagama
KIPRAH TNI AD
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI OLAH RAGA NASIONAL CABANG ATLETIK DAN PANAHAN Oleh : Brigjen TNI Ridwan (Komandan Secapaad)
1. Pendahuluan.
P
restasi olah raga nasional belakangan ini telah menunjukan peningkatan yang cukup menggembirakan. Prestasi tersebut dicapai karena adanya fondasi yang kokoh dan prestasi olahraga tidak dapat terbentuk secara tiba-tiba dan instan. Prestasi olah raga harus dibangun melalui proses pembinaan dan pengembangan yang terencana, berjenjang dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknik keolahragaan. Karena memajukan prestasi olahraga nasional bukanlah semudah membalikan telapak tangan, tetapi perlu kerja keras dan waktu yang cukup, dan yang terpenting adalah komitmen dan dukungan yang sinergis dari seluruh unsur masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, keolahragaan TNI AD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan jasmani, rohani dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat, selain itu juga keolahragaan TNI AD bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi,
22
kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh pertahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Dalam rangka ikut meningkatkan prestasi olahraga nasional, TNI AD membentuk dan mengesahkan organisasi keolahragaan dengan nama Komite Olahraga TNI AD (KOMORAD) yaitu merupakan organisasi non struktural di dalam jajaran TNI AD yang berkedudukan langsung di bawah Kepala Staf Angkatan Darat. Komite Olahraga TNI AD (KOMORAD) merupakan wadah pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga dan prestasi prajurit atlet di lingkungan TNI AD dalam rangka ikut serta memajukan keolahragaan nasional.
dan mengembangkan kegiatan olahraga dan prestasi prajurit atlet di lingkungan TNI AD dalam rangka ikut serta memajukan keolahragaan nasional, dalam melaksanakan tugasnya Komite Olahraga berfungsi: - Menyelenggarakan pembinaan organisasi cabang olahraga di lingkungan TNI AD. - Menyelenggarakan pembinaan prestasi olahraga umum dan militer di lingkungan TNI AD. - Mengadakan kegiatan penelitian dan pengembangan olahraga guna menunjang pencapaian prestasi atlet TNI AD. - Menyusun program dan anggaran pembinaan keolahragaan TNI AD. - Menyelenggarakan kegiatan lomba dan membina perwasitan tingkat TNI AD.
2. Komite Olahraga TNI AD (Komorad). Organisasi keolahragaan ini dibentuk dan disyahkan berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/151/IV/1994 tanggal 25 April 1994. Komite Olahraga TNI AD (Komorad) bertugas membina
Unsur pelaksana pusat organisasi olahraga TNI AD dan organisasi cabang olahraga di lingkungan TNI AD dalam membina bakat dan minat para prajurit atlet sesuai dengan cabang olahraga yang diminati maka dapat disalurkan melalui organisasi yang telah
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 22
6/16/2011 8:26:35 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD dibentuk, yaitu sebagai berikut: - Persatuan Sepakbola Angkatan Darat (PSAD). - Persatuan Tenis lapangan Angkatan Darat (PTAD). - Persatuan Bolavoli Angkatan Darat (PBVAD). - Persatuan Atletik Angakatan Darat (PAAD). - Persatuan Menembak Angkatan Darat (PERBAKAD). - Persatuan Boling Angkatan Darat (PBLAD). - Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD). - Persatuan Golf Angkatan Darat (PGAD). - Persatuan Pendaki Gunung Angkatan Darat (PPGAD). - Persatuan Yudo Angkatan Darat (PYAD). - Persatuan Karate Angkatan Darat (PKAD). - Persatuan Tinju Angkatan Darat (PERTINAD). - Persatuan Silat Angkatan Darat (PSLAD).
3. Pembinaan dan Program Atlet Atletik Angkatan Darat.
a. Pembinaan atlet atletik. Olahraga merupakan aktivitas fisik untuk mencapai kebugaran jasmani secara utuh. Latihan olahraga yang dilakukan mempunyai banyak tujuan yang ingin dicapai, salah satunya adalah prestasi olahraga. Prestasi yang merupakan hasil dari proses pembinaan yang sistematis, teratur dan berkesinambungan. Strategi yang paling mendasar dalam upaya mewujudkan peningkatan sumber daya manusia Indonesia, khususnya di bidang olahraga adalah dengan memusatkan perhatian dan orientasi pengembangan olahraga sedini mungkin, yaitu dengan melakukan pembinaan dan pengembangan bagi para prajurit TNI AD. Tujuan Pembinaan Atlet Atletik Angkatan Darat yaitu untuk menjamin agar
Foto Istimewa
Dalam pembinaan keolahragaan di lingkungan TNI AD pada dasarnya menganut ketentuan yang berlaku di KONI, oleh karena itu Komite Olahraga TNI AD (Komorad)
mempunyai hubungan koordinasi dengan KONI Pusat dan KONI Daerah.
Serda Agus Prayogo (depan) saat mengikuti kejuaraan Army Half Marathon
pembinaan prestasi olahraga khususnya atletik mencapai sasaran sesuai dengan yang diharapkan, dan memudahkan untuk menentukan status atlet, baik dalam kelompok junior maupun senior sesuai dengan prestasi yang dicapai, sehingga Pembinaan Atlet Atletik Angkatan Darat yaitu untuk pencarian bakat prajurit TNI AD yang berbakat. Bahwasanya prestasi optimal olahraga seseorang tidaklah selalu tetap, akan terjadi regenerasi oleh yang lain secara berkesinambungan terus-menerus. Oleh karena itu perlu selalu pencarian bibit-bibit baru yang berbakat sebagai pengganti atlet-atlet yang lama. Bibit-bibit baru ini kemungkinan dapat ditingkatkan prestasinya lebih baik dari atlet yang sebelumnya agar prestasi selalu berkembang dari tahun ketahun. Sehingga TNI AD akan selalu berkontribusi dalam meningkatkan prestasi olahraga nasional. Untuk memberikan arah dan pedoman dalam pembinaan atletik di lingkungan TNI AD dibentuklah Persatuan Atletik Angkatan Darat (PAAD) yang diketuai oleh Komandan Secapa Angkatan Darat, sehingga pelaksanaan pembinaan olahraga atletik sesuai dengan tujuan dan prioritas pembinaan. Persatuan Atletik Angkatan Darat (PAAD) bertugas membina dan mengembangkan kegiatan olahraga dan prestasi atlet di lingkungan TNI AD serta membina potensi seluruh atlet baik yang di pusat atau di Kotama dengan sasaran berprestasi ditingkat nasional dan internasional yang bekerjasama dengan PB. PASI dalam rangka ikut memajukan olahraga nasional khususnya
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 23
23
6/16/2011 8:26:35 PM
Foto Istimewa
jurnal yudhagama
Serda Agus Prayogo (depan) di kejuaraan Sea Games 2009
cabang atletik, dengan sasaran sebagai berikut : - Tersalurkannya bakat prajurit beserta keluarganya untuk menjadi atlet berprestasi dalam cabang atletik. - Tercapainya prestasi prajurit atlet dalam cabang atletik pada tingkat daerah, nasional maupun internasional. - Terangkatnya harga diri (prestise) TNI AD, TNI, Negara dan Bangsa pada forum internasional. Untuk mencapai prestasi terbaik maka program dan kegiatan PAAD yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan, yaitu sebagai berikut: 1) Kaderisasi atlet dan pelatih. 24
Kaderisasi atlet. Kemampuan untuk mempertahankan prestasi dibatasi oleh faktor usia, saat ini atlet PAAD yang berprestasi sebagian besar berumur di atas 30 tahun, sehingga perlu kaderisasi atlet dengan langkahlangkah, sebagai berikut: - Rekrutmen atlet umum yang berprestasi menjadi prajurit melalui pendidikan Tamtama, Bintara dan Perwira. Langkah ini akan jelas dan cepat karena membina atlet sampai mampu berprestasi pada tingkat nasional dan internasional tidak cukup dilakukan hanya dengan waktu 1 atau 2 tahun, tetapi memerlukan waktu
yang cukup panjang, kegiatan yang dilakukan: (a) Pemantauan bakat/ prestasi para atlet umum yang berusia muda dilakukan bekerjasama dengan PASI pusat maupun daerah. (b) Kampanye rekrutmen atlet berprestasi menjadi prajurit TNI AD. (c) Mengajukan rekomendasi bagi atlet yang berminat menjadi prajurit TNI AD. (d) Membina prajurit atlet untuk berprestasi optimal. Rekrutmen atlet dari prajurit aktif yang berpotensi untuk berprestasi baik Tamtama, Bintara, dan Perwira. Langkah ini memerlukan waktu pembinaan yang cukup panjang (lama),
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 24
6/16/2011 8:26:35 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD perlombaan pada tingkat daerah, nasional dan internasional. 2) Kaderisasi Pelatih. Pembinaan atlet atletik membutuhkan keuletan dan teknik-teknik tertentu, sehingga diperlukan pelatih-pelatih yang berkemampuan khusus. Kegiatan yang dilakukan dalam kaderisasi pelatih. (a) Penunjukan pelatih yang berbakat, untuk selanjutnya dilakukan standarisasi kemampuan berdasarkan ketentuan PASI. (b) Penunjukan pelatih dari mantan atlet yang berprestasi dan telah mencapai usia purna. (c) Peningkatan kualitas pelatih agar berkualifikasi nasional dan internasional sesuai standarisasi PASI pusat. b. Program pembinaan. 1)
Pembinaan
teknis.
Untuk mendapatkan prestasi yang optimal bagi atlet dibutuhkan suatu program latihan yang terencana dengan baik, disamping itu program pembinaan disesuaikan dengan kalender tahunan PB. PASI, juga untuk kepentingan PB dan Pengprov PASI dalam rangka kejuaraan nasional, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : a) Persiapan umum. (1) Pendataan ulang atlet PAAD yang potensial. (2) Seleksi masuk TC (latihan terpusat). (3) Membentuk fisik secara umum dengan latihan-latihan daya tahan, kekuatan, kecepatan, koordinasi, teknik dan pleksibilitas yang mengutamakan kegiatan gerak secara menyeluruh. (4) Sasaran latihan berupa partisipasi prajurit atlet pada lomba-lomba dibeberapa daerah.
Foto Istimewa
perlu keuletan, kesabaran dan keseriusan melalui pembinaan yang terprogram, kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan atlet prajurit. (a) Penyelenggaraan latihan yang terprogram, terus menerus dan berkesinambungan baik didaerah maupun dipusat bekerjasama dengan PASI. (b) Pemberian pengalaman untuk mengikuti berbagai perlombaan, untuk menambah kepercayaan atau keyakinan diri baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional. (c) Memberikan asistensi latihan dan saran dalam pembinaan latihan, pemberian waktu berlatih secara terus-menerus dan tidak terganggu oleh kegiatan lain yang dapat menghambat program latihan. (d) Mengevaluasi hasil pembinaan atlet melalui program-program
Atlet panahan Angkatan Darat sedang berlatih
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 25
25
6/16/2011 8:26:36 PM
jurnal yudhagama b) Persiapan khusus. (1) Pengembangan latihan menuju kepada kemampuan gerak pada setiap nomor baik lari, lompat, lempar dan jalan secara teknis dan strategis. (2) L a t i h a n untuk menghadapi kompetisi, para atlet PAAD memperkuat Kotama masing-masing. (3) Tes parameter. (4) Sasaran latihan berupa partisipasi prajurit atlet pada kejuaraan nasional atletik. c) Kompetisi. (1) L a t i h a n diarahkan kepada pemantapan nomor individu baik aspek fisik, teknik, taktik dan mental bertanding. (2) Kemandirian atlet dalam menjalankan berbagai kegiatan merupakan tujuan utama, untuk itu kepada setiap prajurit atlet di Kotama perlu mengadakan uji coba (try out). (3) Pembinaan prestasi. Kompetisi adalah sebagai media untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan atau kegagalan suatu program pembinaan prestasi, karena latihan tanpa mengikut sertakan dalam perlombaan adalah sia-sia dan sebaliknya mengikuti perlombaan tanpa latihan tidak ada artinya. Untuk itu perlu disusun kegiatan kompetisi atau perlombaan yang teratur dengan mengedepankan skala prioritas yang akan diikuti atletatlet PAAD, baik kejuaraan tingkat nasional maupun tingkat internasional. 4. Pembinaan Atlet Panahan Angkatan Darat. Olahraga panahan merupakan salah satu cabang olahraga yang telah dikembangkan ditingkat nasional maupun internasional dan selalu diperlombakan pada even-even nasional maupun internasional. Komandan Secapa Angkatan Darat merintis olahraga 26
panahan dari tahun 1988 yaitu untuk berpartisipasi meningkatkan prestasi olahraga nasional dan menyalurkan bakat maupun minat para prajurit TNI AD dalam cabang olahraga tersebut. a. Sasaran yang ingin dicapai dalam olahraga panahan ini adalah : - Meningkatkan kemampuan atlet panahan. - Tersalurkannya bakat prajurit di cabang olahraga panahan. - Terbentuknya para prajurit atlet panahan yang profesional. b. Kegiatan yang dilaksanakan untuk pengembangan dan peningkatan fisik, skill dan mental para prajurit atlet panahan, yaitu dengan melaksanakan program. - Masa persiapan atau pemantapan. Diarahkan untuk peningkatan kegiatan fisik (40-60 %), skill (35-60 %) dan mental (10-20%). - Masa pematangan. Diarahkan untuk pertahanan kemampuan, kegiatan fisik (30 %), skill (60-70 %) dan mental (try out). - Masa kompetisi. Kemampuan fisik, skill dan mental secara maksimal. c. Proses latihan. Secara sistematis untuk mengembangkan kualitas fisik, teknik dan mental prajurit atlet panahan. d. Evaluasi program. Diadakan tes untuk mengukur kemampuan para prajurit atlet panahan. - Tes awal, yaitu mengukur tingkat kualitas fisik, daya tahan umum dan kekuatan serta daya
tahan otot serta kualitas teknik dan mental melalui tes prestasi. - Tes tengah, yaitu untuk mengukur peningkatan fisik, skill dan mental prajurit atlet panahan. - Tes akhir, yaitu untuk mengetahui tingkat kualitas fisik, skill dan mental prajurit atlet saat menjelang perlombaan. 5. Prestasi yang diraih. a. Atlet PAAD (Persatuan Atletik Angkatan Darat). 1) Serda Agus Prayogo, kejuaraan yang diikuti dan meraih prestasi. Tingkat Nasional. (1) Juara I Bali Merrys tour 10 K. (2) Juara I Popnas Makassar 1500 M. (3)Juara I Jakarta Internasional 10 K. (4) Juara I POM Nasional 3000 M Steplachase. (5) Juara I Porda Jateng 1500 M dan 10.000 M. (6) Juara I Banjarnegara dan Tulung Agung 10 K. (7) Juara I HUT TNI Kodim 0722, 10 K. (8) Juara I HUT TNI Kodam IV/Dip 10 K. (9) Juara I Jatim open Sidoarjo 5000 M. (10) Juara I Kota Baru, Kodam III/ Slw 10 K. (11) Juara I Salatiga, Bali TV dan Wonosobo, Unggaran 10 K, Kejurnas atletik 10.000 M di Jakarta. (12) Juara I Kaltim, Cirebon/tol Kanci, Cibinong, Jakarta Internasional, HUT TNI, Boston di bogor, Koba Bangka Belitung 10 K. Tingkat Internasional. (1) Juara I Asean School Thailand 5000 M dan 1500 M. (2) Juara I Asean School Brunai 5000 M. (3) Juara I Asean School Jakarta 5000 M (4) Juara I Malaysia Open 10.000
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 26
6/16/2011 8:26:36 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Foto Istimewa
Makopassus Cijantung dan Pekan Olah Raga Nasional serta memecahkan Tiga rekon PON dan rekor nasional.
Foto Serda Agus Prayoga (tengah belakang) bersama para pelatih
M. (5) Juara I Sea Games XXV di Viantiane. (6) Juara I perorangan Umum putra AHM Singapura. (7) Memecahkan rekor nasional 5000 M pada Asian Games XVI. (8) Juara I Asean University Games XV Thailand 5000 M dan 10.000 M, serta prestasi lainnya yang diraih. 2) Praka Nicolas A Sila. Kejuaraan yang di ikuti dan meraih prestasi. - Tingkat Nasional, Juara I kejurnas atletik 10.000 M di Jakarta, Juara II umum Cibinong 10K di Bogor, Juara III umum Probolingo 10 K, Juara III elit Jakarta Internasional, Juara III Bali Internasional Sport Week. Tingkat Internasional. Juara I lari 21 K Asean SCB, Juara II beregu AHM di Singapura. Juara III Suramadu 10 K. 3) Lettu Inf I G Gede Karangasem, Serda Farrel
Oktaviandi, Serda Sukarno, Serma Reinhard Jacky Tallane, Serma Raguel Pierra, Serda Nazriah, Pratu Galih Catur Saputra, Sertu Agustinus Dehotman, Sugeng, Serda Sudirman, Serda Kaharudin, Lettu Inf Subakir, Serda M. Patoniah, Serda Randi Hermawan, Lettu Caj (K) Supriati, adalah para atlet PAAD yang berprestasi di tingkat nasional maupun tingkat internasional yang telah mengharumkan bangsa dan negara. b. Atlet Panahan. 1) Serda Gusmardi, Prestasi yang diperoleh dalam mengikuti kejuaraan panahan yaitu memperoleh 11 medali emas, 4 medali perak dan 4 medali perunggu pada kejuaran panahan Indoor di Bojonegoro Jatim, Porda IX di Indramayu, Porda X Jabar, Jarak 30 m, 40 m dan 50 m Piala Kasad di
2) Serda Zulqodri, prestasi yang diraih selama mengikuti kejuaran panahan tahun 2010 dan tahun 2011 yaitu memperoleh 2 medali emas, Pada kejuaraan panahan Indoor Ganesha Open di Bandung. 3) Serka (K) Puji Rahayu, prestasi yang diraih selama mengikuti kejuaraan panahan yaitu memperoleh 1 medali emas dan 3 medali perunggu, pada kejuaraan panahan Porda XI di Bandung, Indoor Ganesha Open di Bandung, jarak 50 m Piala Kasad di Makopassus Cijantung. 4) Serda Syaiful Anwar, prestasi yang diraih selama mengikuti kejuaraan panahan yaitu memperoleh 1 medali emas dan 1 medali perunggu, Pada kejuaraan Indoor Ganesha Open di Bandung, jarak 40m Beregu Piala Kasad di Makopassus Cijantung. 5) Kopda Amir Mahmud, prestasi yang diraih selama mengikuti kejuaraan panahan yaitu memperoleh 1 medali emas, 1 medali perak dan 1 medali perunggu, pada kejuaraan panahan Porda IX di Bandung, jarak 40 m beregu Piala Kasad di Makopassus Cijantung.
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 27
27
6/16/2011 8:26:36 PM
jurnal yudhagama 6) Pratu Rizki Kurniawan, prestasi yang diraih selama mengikuti kejuaraan panahan yaitu memperoleh 1 medali emas dan 2 medali perunggu, pada kejuaraan panahan Porda XI di Bandung, Indoor Ganesha Open di Bandung. 7) Pratu Rian Kurniawan, prestasi yang diraih selama mengikuti kejuaraan panahan yaitu memperoleh 2 medali
emas, kejuaraan panahan Indoor Bupati Cup Indramayu, jarak 40 m Porda XI Jabar di Bandung. 6. Kesimpulan. Kiprah TNI AD dalam meningkatkan prestasi olahraga nasional cabang atletik dan panahan melalui organisasi Komite Olahraga TNI AD (Komorad) khususnya Persatuan Atletik Angkatan Darat (PAAD), sangat memberikan kontribusi yang besar untuk ikut mengharumkan nama bangsa dan negara. Hal ini terbukti
dengan para prajurit atlet atletik dan prajurit atlet panahan yang berprestasi dalam setiap mengikuti ajang kejuaraan baik tingkat daerah, nasional maupun internasional. 7. Penutup. Demikian tulisan sederhana ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi prajurit TNI AD dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi untuk mencapai prestasi keolahragaan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Data Pokok Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
IV. : : : : : : :
Ridwan Brigjen TNI/ Kisaran, Sumut/05-08-1956 Islam Kawin Akabri/1981 Dansecapaad
II. Riwayat Pendidikan Dikbangum 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. III. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
28
Akabri Sussarcab If Suslapa Seskoad Sesko TNI Sus Danrem KSPS
: 1981 : 1981 : 1984 : 1996 : 2003 : 2005 : 2007
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Riwayat Jabatan Danton Yonif-327 Danki B Yonif-327 Kasi-2/Ops Yonif-327 Wadan Yonif Linud-612 Kasdim-0907/Tarakan KaIlo Sabah Serawak Kasdim-1204/SGU Dan Yonif Linud-330 Waaslog Kas Divif-1 Kasbrigif-13/1 Kostrad Danbrigif-15/Kjg Dam III/Slw Asops Kasdam III/Slw Danmensis Secapaad Danrindam IM Danrem-033/WP Dam I/BB Wadan Secapaad Dirlat Kodiklatad Komandan Secapaad
Riwayat Penugasan Ops. Rah Sumbagsel Sus Joccit Australia KaIlo Sabah-Serawak Ops. Seroja Rotasi Ops. Pamwil Timtim Ops. Pamwil Aceh
1983 1984 1994 1985,1988 1998 2000,2002
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 28
6/16/2011 8:26:36 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
STRATEGI PEMANTAPAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN Dalam Upaya Menjamin Keutuhan NKRI
Oleh: Brigadir Jenderal TNI Marsono, S.E. (Kadisjarahad)
Latar Belakang.
K
eutuhan negara merupakan tuntutan yang fundamental dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila dilihat dari fakta sejarah, berawal dari sebelum abad ke-16 di mana wilayah Nusantara yang terdiri dari beberapa kerajaan, antara lain: kerajaan Kutai (Kalimantan), Taruma Negara (Jawa Barat), Sriwijaya (Sumatra), Mataram (Jawa Tengah), Singhamandawa (Bali), Singosari dan Majapahit (Jawa Timur) berjalan dengan rukun dan damai. Kemudian dalam perkembangannya, datanglah bangsa Barat seperti Portugis, Spanyol dan Belanda yang awalnya mencari rempah-rempah kemudian menjajah wilayah Nusantara. Selanjutnya mereka melakukan penindasan dan pemerasan seperti rakyat harus tunduk kepada sistem perdagangan monopoli, rakyat dipaksa membayar bermacammacam pajak, tanam paksa, kerja rodi, pembuatan jalan dan kegiatan-
kegiatan lain yang membuat rakyat menderita, bahkan para penjajah khususnya Belanda menggunakan politik adu domba, menghasut, dan memecah belah. Kondisi ini membawa dampak terjadi perang saudara dan berjuang masingmasing secara kedaerahan, seperti Sultan Iskandar Muda dan Teuku Umar di Aceh, Sultan Hasanudin di Sulawesi, Patimura di Maluku, Sultan Mahmud Baharudin II di Palembang, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Pangeran Diponegoro di Yogyakarta dan lain-lain. Akibat penindasan tersebut, akhirnya pada tahun 1908 timbul kesadaran untuk bangkit mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia hal ini ditandai dengan lahirnya Boedi Oetomo. Kebangkitan kebangsaan Indonesia ini dalam perkembangannya melahirkan kesadaran akan rasa kesatuan kebangsaan yang selanjutnya berkembang menjadi Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yaitu tekad rakyat Indonesia untuk hidup sebagai satu bangsa dalam satu tanah air dengan satu bahasa persatuan bahasa Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan proklamasi
sebagai pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia telah bangkit, bersatu, dan bertekad untuk hidup dalam satu negara yang utuh yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebangkitan dan bersatunya bangsa Indonesia menjadi satu negara dalam wadah NKRI ini dapat terwujud karena dibangun dari nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari dan mengakar serta mengkristal dalam budaya bangsa Indonesia, yang dinamakan Pancasila. Adapun fenomena yang berkembang saat ini, ada kecenderungan terjadi keretakan dalam kehidupan berbangsa. Di bidang ideologi, masih adanya golongan radikal baik radikal kiri (Komunis), radikal kanan (Islam garis keras) maupun radikal lainnya yang terlihat secara terbuka atau tertutup tidak setuju dengan dijadikannya Pancasila sebagai ideologi negara. Di bidang politik, masih adanya berbagai aksi unjuk rasa akibat dari penyelenggaraan negara belum sesuai yang diharapkan. Di bidang ekonomi, masih adanya kejahatan penyalahgunaan wewenang utamanya merajalelanya KKN, mencoloknya kesenjangan kondisi
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 29
29
6/16/2011 8:26:41 PM
jurnal yudhagama banyak lagi. Berbagai fenomena ini dimungkinkan salah satunya oleh melemahnya pemahaman dan penghayatan nilai-nilai kebangsaan di dalam diri anak bangsa. Bila hal ini dibiarkan terus akan membawa dampak terancamnya keutuhan NKRI baik secara fisik maupun non fisik. Maka tantangan terbesar bangsa ini adalah bagaimana memantapkan nilai-nilai kebangsaan di tengah erosi zaman, agar keutuhan NKRI terjamin. Maksud penulisan ini adalah memberikan gambaran tentang sejauh mana pemantapan nilainilai kebangsaan dapat menjamin keutuhan NKRI. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca terkait bagaimana menjamin keutuhan NKRI melalui pemantapan nilai-nilai kebangsaan. Metode pendekatan yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan
mengacu pada studi kepustakaan. Permasalahan dibatasi pada bagaimana strategi pemantapan nilai-nilai kebangsaan dalam upaya menjamin keutuhan NKRI melalui pendekatan sejarah, dengan ruang lingkup bahasan : latar belakang, nilai kebangsaan, keutuhan bangsa, kondisi saat ini dan yang diharapkan, strategi pemantapan nilai-nilai kebangsaan, dan penutup. Nilai Kebangsaan. Nilai kebangsaan adalah sistem nilai yang bersumber dari dan mengakar dalam budaya bangsa Indonesia dan disepakati dinamakan Pancasila. Nilai dasar bangsa itu meliputi nilai-nilai integratif dari: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan yang rumusan lengkapnya tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Bahkan pemerintah
Foto Istimewa
sosial ekonomi antara si kaya dan si miskin. Di bidang sosial-budaya, masih adanya penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan hukum oleh aparat hukum, muncul di mana-mana konflik sosial berbasis SARA serta menguatnya semangat primordialisme (mengutamakan kepentingan daerah). Di bidang pertahanan dan keamanan, masih adanya gerakan pengacau liar bersenjata di Papua yang menginginkan disintegrasi dan separatis terhadap Indonesia. Belum lagi rongrongan dari luar negeri di mana ada usaha-usaha negara asing yang mengupayakan agar Indonesia lemah di semua bidang, contohnya sebagian masyarakat dunia selalu mengidentikkan terorisme dengan Islam, akibatnya bagi negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Indonesia dituduh sebagai sarang teroris, dan masih
»
30
Ragam budaya menunjukan Bhineka Tunggal Ika
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 30
6/16/2011 8:26:41 PM
Foto Istimewa
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
»
Menanamkan semangat nasionalisme bagi rakyat
telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/1968 tanggal 13 April 1968 yang menetapkan bahwa rumusan Pancasila falsafah dasar Negara adalah yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dikembangkan dalam rangka menjawab pengaruh perubahan lingkungan strategis serta tantangan jaman yang bergerak dinamis. Nilai-nilai kebangsaan tersebut meliputi :
- Jati diri sebagai bangsa Indonesia, dalam wujud sikap untuk selalu percaya kepada kemampuan sendiri, jujur, memiliki harga diri, bertanggung jawab, optimistik, konsekuen, satunya kata dengan perbuatan, keterbukaan, percaya diri, tidak mengeluh, malu berbuat cela dan mampu menyelesaikan setiap tugas yang diberikan secara ikhlas, kerja keras, tuntas, berkualitas, dan cerdas.
- Iman dan taqwa kepada Tuhan YME, dalam wujud kehidupan menyakini adanya Tuhan (tidak atheisme) yang berwawasan luas, menghormati orang lain, menghargai kepercayaan dan keyakinan pihak lain yang berbeda, kerukunan hidup beragama, rajin dan secara sadar beribadat, tidak fanatik sempit dan selalu mengembangkan sikap tenggang rasa, berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia.
- Semangat kompetitif dalam kemitraan, diwujudkan dalam sikap dan sifat pantang menyerah, berani menghadapi tantangan, menguasai Iptek, etos kerja, inovatif, ulet, tabah, tangguh, efektif, efisien, kreatif, produktif, kemitraan kerja, profesional, menghargai waktu dan taat asas serta saling membantu/ gotong royong.
- Cinta tanah air, dalam wujud sikap untuk selalu mengembangkan persatuan dan kesatuan, cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, rela berkorban, cinta produksi nasional, dan semangat bela negara yang tinggi.
Nilai dasar kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tersebut, selanjutnya menjadi dasar negara, ideologi nasional, dan jati diri bangsa, dan secara dinamika (dalam kegiatannya) menjadi semangat kebangsaan. Sebagai
dasar negara nilai-nilai kebangsaan tersebut melandasi segala kegiatan pemerintahan negara dan menjadi etika bagi penyelenggara Negara. Sebagai ideologi nasional nilainilai kebangsaan tersebut menjadi kesepakatan dalam membangun kebersamaan dan menjadi etika dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta sekaligus menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia. Sebagai jati diri bangsa nilai-nilai kebangsaan tersebut berwujud menjadi sikap dan perilaku yang nampak pada atau ditunjukkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupannya. Sedang secara dinamik nilai-nilai kebangsaan yang mewujud dalam semangat kebangsaan menjadi penggerak perjuangan bangsa Indonesia menuju arah cita-cita yang telah disepakati bersama. Keutuhan Bangsa. Bila mengacu pada sejarah bangsa Indonesia maka ada beberapa landasan pemikiran yang dapat dijadikan acuan dalam menjamin keutuhan NKRI, yaitu: - Sumpah Palapa. Sumpah ini pada hakekatnya merupakan embrio dan kekuatan spiritual bangsa Indonesia untuk hidup bersatu, menjadi bangsa yang satu, walaupun terdiri dari berbagai jenis nilai sosial budaya yang beraneka ragam. Isi sumpah palapa tersebut kurang lebih “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa”, atau dalam bahasa Indonesia kurang lebih “Aku tidak akan makan buah palapa sebelum daerah di seluruh Nusantara dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit”. - Gerakan Budi Utomo. Kalangan sejarawan sepakat bahwa gerakan nasional Budi Oetomo (20 Mei 1908) dianggap sebagai titik tonggak sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia. Saat itu timbul
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 31
31
6/16/2011 8:26:42 PM
jurnal yudhagama rasa semangat kesadaran bersama untuk merdeka dan membentuk satu bangsa dari berbagai suku bangsa di Indonesia yang saat itu terjajah. Masa itulah awal dari terbentuknya pula eksistensi jati diri bangsa yang sebelumnya berasal dari beragam suku bangsa. - Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II. Momentum ini digunakan untuk mendeklarasikan semangat bersatu ke dalam sebuah tekad untuk menjadi satu bangsa yang merdeka sekaligus juga menjadi tonggak bersatunya beragam eksistensi dari berbagai suku bangsa di Indonesia. - Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Makna Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah telah lahir sebuah negara dan bangsa baru yang merdeka dan berdaulat. Dalam paradigma nasional, ada empat landasan pemikiran yang tidak boleh dilepaskan dalam menjamin keutuhan NKRI, yaitu: Pancasila sebagai landasan idiil, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai landasan konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, dan Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional. Sebagai landasan idiil, ideologi negara Pancasila menjadi perekat keutuhan bangsa dan negara dalam rangka mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai landasan konstitusional, UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan aspirasi dari seluruh cita-cita bangsa Indonesia. Semua aturan dan produk hukum yang berlaku di Indonesia harus bersumber pada UUD 1945. 32
Kondisi ini memiliki konsekuensi UUD 1945 diharapkan mampu mewadahi dan mengakomodasi semua aspirasi dan cita-cita bangsa Indonesia, walaupun saat ini telah diamandemen oleh MPR sebanyak 4 kali. Sebagai landasan visional, Wawasan Nusantara adalah pandangan politik bangsa Indonesia yang memandang tanah airnya sebagai satu kesatuan wadah beserta isinya secara utuh dan bulat untuk menciptakan tanggung jawab dan motivasi serta dorongan bagi seluruh bangsa Indonesia dalam upaya mencapai tujuan nasional guna mewujudkan cita-cita nasional. Sebagai landasan konsepsional, Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang merupakan integrasi dari tiap-tiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek alamiah, geografi, demografi, sumber daya alam, maupun aspek sosial yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan negara. Hakekatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negaranya. Kondisi NKRI Saat Ini dan yang Diharapkan. Bila dicermati kondisi nyata NKRI saat ini dapat dijelaskan bahwa: di bidang ideologi, masih adanya golongan radikal baik radikal kiri, radikal kanan maupun radikal lainnya yang terlihat secara terbuka atau tertutup tidak setuju dengan dijadikannya Pancasila sebagai ideologi. Masih ada kelompok oportunis yang mencari-cari kelemahan Pancasila. Di bidang politik, masih ada berbagai macam aksi unjuk rasa dan keluhan masyarakat terhadap lemahnya kehidupan berpolitik. Berkembangnya sikap
anti kemapanan politik. Gugatan terhadap lembaga legislatif karena tidak sedikit anggota DPR yang terkena kasus korupsi, kolusi, asusila dan lain-lain. Bahkan saat ini marak teror bom, unjuk rasa yang mengarah pada tindakan anarkis dan lain-lain. Di bidang ekonomi, KKN makin membudaya. Masih besarnya angka pengangguran yang dapat menimbulkan kerawanan sosial ekonomi. Krisis ekonomi dan moneter berkembang menjadi krisis multidimensi (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan) serta krisis akhlak, etika dan moral. Di bidang sosial budaya, masih banyak para legislatif yang menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan hukum untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Para eksekutif masih sering ditemukan menyalahgunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Penegakan hukum masih bagaikan menegakkan benang basah. Konflik sosial berbasis SARA muncul di mana-mana contohnya: konflik sosial antar ras - terjadinya penjarahan pertokoan, pembunuhan dan pemerkosaan non pribumi bulan Mei 1998 (Jakarta); konflik sosial antar agama - terjadinya pembakaran gereja (peristiwa Ketapang, Jakarta) dan pembakaran masjid (Kupang, Nusa Tenggara Timur); konflik sosial antar suku perkelahian dengan pembunuhan antar suku (Sambas, Kaliantan Barat); konflik antar daerah dan pusat - gugatan masyarakat Aceh dan Riau terhadap pemerintah pusat. Menguatnya semangat primordialisme (mengutamakan kepentingan daerah, mengklaim kalangan daerah sendiri dan sebagainya). Melunturnya budaya menghormati/menghargai simbolsimbol negara (bendera, lambang negara, presiden dan sebagainya). Di bidang pertahanan dan keamanan, masih ada gerakan pengacau liar bersenjata yang
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 32
6/16/2011 8:26:43 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD menginginkan disintegrasi. Tak kalah krusialnya adalah para pelaku tindak pidana atau kejahatan dan kriminalitas yang terorganisasi dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam semakin berani melakukan aksinya secara langsung atau tidak langsung dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat dan negara. Kondisi tersebut terjadi karena adanya pengabaian nilainilai kebangsaan yang dulunya begitu dominan mewarnai kehidupan masyarakat pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Terjadinya erosi nilai kebangsaan tersebut akan membahayakan integritas dan keutuhan bangsa Indonesia. Kondisi yang diharapkan ke depan adalah NKRI tetap utuh dan tidak ada konflik walaupun ada beberapa perbedaan serta tidak kehilangan identitas dan kepribadian bangsa, tetap eksis di tengah-tengah lajunya perubahan dunia dewasa ini. Nilai-nilai kebangsaan harus dipahami dan diaktualisasikan, karena nilai-nilai kebangsaan merupakan bagian dari kesadaran sejarah Indonesia yaitu kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan, norma-norma dan perilaku-perilaku kejuangan di masa lampau. Sejarah mengajarkan bahwa bila bangsa Indonesia ingin tetap eksis dan dapat bersaing dengan bangsa lain, maka harus berpandangan tridimensional, yaitu retropeksi ke masa lalu, realisasi ke masa kini dan proyeksi ke masa depan. Tridimensional ini mencerminkan niat agar bangsa Indonesia selalu introspeksi dengan tujuan melanjutkan citacita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Strategi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan. Bung Karno selalu menanamkan kejayaan dan kebesaran bangsa Indonesia melalui pemahaman sejarah kebangsaan. Bangsa yang tidak memahami sejarah kebangsaannya bagaikan wayang kulit yang tiada gagangnya. Ia akan lemas, lunglai dan tidak mampu berdiri tegak dengan gagahnya. Bangsa yang tidak menghayati sejarah kebangsaannya tidak akan mampu menyerap nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi bangsa berikutnya. Untuk memantapkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia dalam menjamin keutuhan NKRI dapat dilakukan antara lain dengan cara: Ø Mengerti dan Memahami Sejarah Bangsa. Nilai-nilai kebangsaan untuk dapat melekat pada diri individu bangsa, memerlukan proses pembinaan yang panjang sejalan dengan sejarah perjuangan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu mengerti dan memahami sejarah harus dibangkitkan dan disosialisasikan terus secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Dengan mengemas materi sejarah yang baik dan metode penyampaian yang tepat, maka sejarah akan menarik dan berpengaruh pada pembinaan motivasi juang. Menyosialisasikan sejarah secara berkesinambungan akan mampu mempengaruhi dan membentuk sikap dan watak anak bangsa, sehingga semangat juangnya tetap tinggi dan terpelihara. Melalui pemahaman sejarah dapat tumbuh jiwa kesatria dalam diri individu, sehingga diharapkan dirinya akan menjadi pejuang yang militan untuk bangsa
dan negaranya. Mengerti dan memahami sejarah dapat memberikan inspirasi atau ilham. Tindakan-tindakan kepahlawanan dan peristiwaperistiwa besar pada masa lampau dapat mengilhami individu bangsa yang hidup pada masa kini supaya melakukan tindakan-tindakan besar pula. Dalam dunia militer, guna inspiratif ini untuk memperkuat jiwa korsa, moril dan kreatifitas dalam bekerja. Berbagai prestasi yang pernah dicapai oleh suatu angkatan atau kesatuan dapat memainkan peranan penting dalam pembinaan semangat juang terhadap anggota angkatan atau kesatuan tersebut dari generasi ke generasi. Sejarah memberikan wawasan supaya setiap individu arif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau yang mungkin juga terjadi di masa kini. Sejarah dapat digunakan juga sebagai salah satu alat untuk kepentingan kegiatan penerangan pasukan dan penerangan masyarakat tentang berbagai nilai kebangsaan. Dengan melukiskan kegemilangan, penderitaan, sukses dan kegagalan pada masa lalu, maka sejarah merupakan sumber kebanggaan dan identifikasi pribadi yang dapat digunakan untuk mencapai banyak sasaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, sejarah cocok digunakan dalam kegiatan-kegiatan penanaman nilai-nilai kebangsaan, seperti: dalam pameran dan pertunjukan-pertunjukan, hari ulang tahun, pidato-pidato, menyusun kisah-kisah baru, program-program radio dan televisi, dan lain-lain. Sejarah dapat digunakan untuk pengembangan Doktrin. Doktrin adalah azas-azas, kebijaksanaan dan konsep yang timbul dari pengalaman dan teori yang disusun serta diajarkan sebagai pedoman profesi sehingga dalam menentukan apa yang dilakukan di masa depan, harus berlandaskan kepada
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 33
33
6/16/2011 8:26:43 PM
jurnal yudhagama pengalaman-pengalaman masa lalu dan masa kini. Sejarah juga berguna dalam apresiasi strategis dan teknik. Dengan mempelajari teori-teori, rencana-rencana penyelesaian masalah serta pelaksanaannya pada masa lalu, kita dapat menarik kesimpulan dan pelajaran untuk menyusun atau memilih strategi dan teknik serta dengan cara yang tepat dalam setiap penyelesaian masalah. Ø Memperkokoh Wawasan Kebangsaan. Dalam menumbuhkan, memelihara dan memantapkan wawasan kebangsaan, maka harus mengenal dan menghayati tiga dimensinya yaitu: rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan. ”rasa kebangsaan” merupakan akar dari persatuan dan kesatuan, yaitu kesadaran berbangsa yang mekar secara alamiah dalam diri seseorang karena kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah dan aspirasi, serta perjuangannya. Rasionalisasi (penalaran) rasa kebangsaan akan melahirkan ”paham kebangsaan”, yaitu pikiranpikiran rasional tentang hakekat dan cita-cita kehidupan dan perjuangan yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Selanjutnya rasa dan paham kebangsaan secara bersama akan menumbuhkan ”semangat kebangsaan”, yang merupakan tekad sejati seluruh masyarakat untuk membela dan rela berkorban bagi kepentingan bangsa dan negaranya. Pembinaan rasa kebangsaan. Pembinaan ini diarahkan untuk meningkatkan rasa kebangsaan kepada masyarakat terhadap kondisi bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya agar memiliki rasa persatuan dan kesatuan, ulet, tahan uji, sehingga menjadikan bangsa yang kuat dihormati dan disegani di antara bangsa-bangsa di dunia yang berdasarkan Pancasila 34
dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembinaan ini juga diharapkan dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan menyadari bahwa bangsa Indonesia dibangun dengan dilandasi rasa kebersamaan dalam berjuang untuk merebut kemerdekaan dan tidak dibangun atas dasar asal usul keturunan, suku bangsa dan agama. Pembinaan paham kebangsaan. Pembinaan ini diarahkan agar terbentuknya pemahaman yang sama terhadap bangsa dan negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini tercermin pada pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membela negara yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 30. Diharapkan pembinaan pemahaman ini dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap kekayaan sumber daya alam, bangga akan kemajemukan bangsa dan mencintai tanah air Indonesia dan paham akan posisi Negara Republik Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudra, sangat rawan bagi perkembangan bangsa bila tidak selalu bersatu dan menyatu. Pembinaan semangat kebangsaan. Kegiatan Pembinaan semangat kebangsaan diarahkan guna terbentuknya kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban dan mempunyai semangat jiwa patriotik. Ketangguhan bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman, dapat dilihat pada sejarah perjuangan bangsa di antaranya Palagan Ambarawa di mana terdapat semboyan “hidup atau mati” dijadikan sebagai motivasi bangsa Indonesia untuk melawan penjajah dan ketidak adilan demi mewujudkan cita-cita bangsa serta untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari pembinaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
nilai-nilai kebangsaan Indonesia, sehingga bangsa Indonesia mempunyai tekad, semangat dan perilaku yang secara keseluruhan mencerminkan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka dan utuh. Ø Memperkokoh Ketahanan bangsa. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang merupakan integrasi dari tiap-tiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara berupa kemampuan dan ketangguhan untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional/ketahanan bangsa tersebut harus senantiasa dibina terus menerus sepanjang masa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup bangsa, dan senantiasa perlu dikembangkan dan ditingkatkan sehingga semakin kuat posisi bangsa tersebut baik ke luar maupun ke dalam. Ketahanan nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia bertumpu pada budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sehingga berbagai ciri ketahanan nasional yang dikembangkan tidak dapat dilepaskan dari tata kehidupan bangsa Indonesia. Ketahanan nasional merupakan prasyarat utama bagi bangsa yang sedang membangun menuju bangsa yang maju dan mandiri dengan semangat tidak mengenal menyerah akan dapat memberikan dorongan dan rangsangan untuk berbuat dalam mengatasi tantangan, hambatan dan gangguan yang timbul. Ø M e n g i n t e r n a l i s a s i k a n Kesadaran Bela Negara. Kesadaran akan bela negara perlu diinternalisasikan (dihayati atau didalami) kepada setiap individu, sehingga terwujud
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 34
6/16/2011 8:26:43 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD warga negara yang memiliki tekad, sikap dan tindakan yang dilandasi kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari dalam maupun luar negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa serta keutuhan wilayah NKRI. Cinta tanah air, yaitu dengan mengenal dan mencintai wilayah nasional kita, sehingga selalu waspada dan siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara oleh siapapun dan darimanapun. Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia, yaitu selalu membina kerukunan, persatuan dan kesatuan di lingkungan keluarga, pemukiman, pendidikan dan pekerjaan serta mencintai budaya bangsa dan selalu mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan serta sadar bernegara Indonesia, yaitu sadar bertanah air, bernegara dan berbahasa satu yaitu Indonesia, menghayati, mengakui, menghargai dan menghormati bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, lambang negara Garuda Pancasila dan Kepala Negara serta mentaati seluruh perundangundangan yang berlaku. Keyakinan akan Pancasila, sebagai falsafah dan ideologi dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional, secara historis telah terbukti walaupun berkali-kali telah dikhianati, namun Pancasila tetap menunjukkan eksistensinya dalam menghadapi rongrongan dan tantangan, baik yang sifatnya pemberontakan,
maupun gerakan-gerakan politik lainnya. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, yaitu rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum, sehingga pada saatnya siap mengorbankan jiwa dan raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Di samping itu yang tidak kalah pentingnya diharapkan memiliki sifat disiplin, ulet, kerja keras, mentaati segala peraturan perundangundangan yang berlaku, percaya akan kemampuan sendiri, tahan uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional. Ini semua merupakan internalisasi nilai-nilai kebangsaan yang harus ditanamkan dalam diri individu bangsa. Ø Membangun Karakter Anak Bangsa. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menggambarkan bahwa karakter bangsa Indonesia adalah: Selalu mampu beradaptasi di tengah arus perubahan, mampu membaca tanda-tanda jaman, mampu mengikuti angin sejarah untuk kebaikan negara dan bangsa, mempunyai semangat perjuangan yang tinggi, dan mampu bersatu sebagai bangsa, sebagai saudara senasib dan sepenanggungan. Untuk mewujudkan karakter bangsa yang diharapkan. Pendidikan merupakan langkah paling sistematik untuk menjadi media utama dalam membangun karakter bangsa, yang dilakukan secara simultan. Pendidikan merupakan media internalisasi nilai-nilai kebangsaan yang paling strategis. Dimulai dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga-lembaga pendidikan formal dengan langkahlangkah yang sistematik yang muatan utamanya nilai-nilai luhur kebangsaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
· Menanamkan kembali kebanggaan sebagai anak bangsa yang bermartabat, berdaulat, dan berkepribadian mulia. · Pendidikan agama, akhlak atau budi pekerti, dan pendidikan kewargaan dirancang-bangun secara lebih sistematik dan komprehensif. · Menanamankan nilai-nilai kepribadian bangsa melalui pranatapranata sosial di masyarakat dengan berbagai pendekatan yang bersifat kultural. Melalui kegiatan pengajian, karang taruna, remaja masjid, dan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya ditanamkan nilai-nilai akhlak atau kepribadian bangsa yang utama. · Meningkatkan tata nilai yang mengutamakan kesadaran saling membantu/gotong royong dalam upaya membangun bangsa dan negara. Ø Menumbuhkan Kembali Jati Diri Bangsa Indonesia. Menumbuhkan jati diri bangsa berarti memahami dan melaksanakan nilai-nilai kebangsaan, sehingga nilainilai kebangsaan tersebut teraktualisasikan oleh segenap anak bangsa dalam keseharian, yakni memantulkan pola dan sikap hidup yang: · Religius; setiap warga bangsa harus berkeyakinan kepada Tuhan YME, mampu menciptakan kerukunan dalam kehidupan antar umat beragama yang dilandasi sikap toleran terhadap pluralitas bangsa (Bhinneka Tunggal Ika). · Humanis; hubungan antara warga diliputi oleh rasa saling menghormati dan menghargai, toleran dan rukun. · Nasionalis dan Patriotis; memiliki wawasan kebangsaan yang mengamanatkan kesatuan dan persatuan dalam segala aspeknya dilandasi oleh rasa cinta
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 35
35
6/16/2011 8:26:43 PM
jurnal yudhagama bangsa dan tanah air, sehingga rela mengorbankan jiwa raganya. · Demokratis; mengedepankan musyawarah dalam memutuskan secara bersama untuk mencapai mufakat yang dilandasi semangat hikmah kebijaksanaan. · Pro-keadilan; menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan mengupayakan tegaknya keadilan sosial demi kesejahteraan bersama. Ø Membantu Mengantisipasi Terjadinya Disintegrasi Bangsa. Langkah yang perlu dilakukan antara lain adalah: · Membangun semangat kebangkitan nasional untuk meningkatkan kinerja birokrasi dan secara nyata mewujudkan Good Governnance. · Seluruh punggawa birokrasi mewujudkan kinerja yang berbasis kompetensi secara konsisten, kontekstual dan mandiri di setiap kehidupan masyarakat. Yang terkait dengan cita-cita reformasi melalui pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN. · Membangun komitmen dan solidaritas terhadap semangat kebersamaan dalam mengentaskan kemiskinan yang semakin mengoyak eksistensi bangsa ini, menghormati pluralitas (kemajemukan) bangsa. · Melakukan pencegahan dan penanggulangan agar konflik antar etnis tidak lagi tumbuh dan berkembang merajalela. · Aparat bersama-sama warga masyarakat bahu membahu mewujudkan stabilitas politik yang mantap, demi kekompakan menghadapi konflik yang akan terjadi. · Meningkatkan kemampuan dan kekuatan militer serta penegak hukum sehingga memiliki profesionalitas dan kompetensi. · Membangun komitmen bersama seluruh masyarakat dengan seluruh aparat penegak 36
hukum untuk melibas setiap bentuk kejahatan utamanya korupsi dan aksi terorisme secara profesional sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparat negara dalam melindungi, mengayomi dan upaya menyejahterakan masyarakatnya. · Mengobarkan jiwa dan semangat nasionalisme dengan upaya mewujudkan Indonesia minded. Penutup. Bangsa Indonesia yang plural (majemuk) lahir dari keberagaman suku, agama, budaya, bahasa menyepakati cara hidup secara utuh dan menyatu dalam bingkai NKRI walaupun terdapat kebhinnekaan. Namun pada saat ini cenderung terjadi keretakan karena terancam oleh adanya erosi nilai kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan yang dulunya begitu dominan mewarnai kehidupan masyarakat pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sekarang sudah mulai diabaikan. Agar keutuhan NKRI tidak terus terancam, maka perlu adanya pemantapan nilai-nilai kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan tersebut merupakan bagian dari kesadaran sejarah Indonesia yaitu kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Adapun langkah-langlah pemantapan nilai-nilai kebangsaan dalam menjamin keutuhan NKRI antara lain dilakukan dengan: Pertama membangkitkan kembali dan menyosialisasikan pengertian dan pemahaman sejarah secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Nantinya diharapkan akan mampu mempengaruhi dan membentuk sikap dan watak anak bangsa sehingga semangat juang mereka tetap tinggi dan tetap terpelihara. Kedua memperkukuh wawasan
kebangsaan dengan melakukan pembinaan rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan. Ketiga memperkukuh ketahanan bangsa; Menginternalisasikan kesadaran bela negara; Membangun karakter anak bangsa. Keempat menumbuhkan kembali jati diri Bangsa Indonesia yang meliputi cinta tanah air, cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, rela berkorban demi tanah air bangsa dan negara, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, menghargai dan toleransi dalam kebhinekaan. Kelima para penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) harus dapat memberikan contoh dan selalu berupaya menjadi suri tauladan dalam setiap gerak langkah baik ucapan dan tindakannya sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Sejarah mengajarkan bahwa bila bangsa Indonesia ingin tetap eksis dan dapat bersaing dengan bangsa lain maka harus melaksanakan retropeksi ke masa lalu, realisasi ke masa kini dan proyeksi ke masa depan. DAFTAR PUSTAKA 1. Abdullah Suara, Drs,1977, Pancasila Falsafah Dasar Negara RI, Yayasan Semangat Baru, Ujung Pandang. 2. A. Kadarmanta, 2008, Antisipasi Disintegrasi Negeri ini (Sebuah wacana mengantisipasi terjadinya perpecahan negeri ini), PT Forum Media Utama, Jakarta. 3. Aktualisasi nilainilai kejuangan dalam rangka menyukseskan Pembangunan Nasional Jangka Panjang Kedua, Makalah awal seminar, Jakarta, 1995, halaman 8 s.d. 10. 4. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993 “Sejarah Nasional Indonesia II”, Edisi ke – 4, Depdikbud, Balai
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 36
6/16/2011 8:26:43 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Pustaka, Jakarta. 5. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993, “Sejarah Nasional Indonesia V”, Edisi ke – 4, Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta. 6. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993, “Sejarah Nasional Indonesia VI”, Edisi ke – 4, Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta. 7. Materi Sosialisasi Wawasan Kebangsaan oleh Badan Perlindungan Masyarakat Kesatuan Bangsa dan Polisi Pamong Praja Propinsi Kalimantan Tengah tahun 2003. 8. Nilai-nilai kebangsaan adalah masa kini dan masa depan bangsa oleh Hernowo Hadiwonggo
(LPPKB), http://lppkb.wordpress. com/2010/07/07/nilai-nilaikebangsaan-adalah-masa-kini-danmasa-depan-bangsa/). 9. Surat Keputusan Kapusbintal TNI Nomor Skep/47/IX/1999 tanggal 3 September 1999 tentang Bujukbin Mental Trajuang. 10. Surat Keputusan Kapusbintal TNI Nomor Skep/33/XI/2005 tanggal 18 Nopember 2005 tentang Peranan Sejarah dalam Pembinaan Trajuang. 11. Surat Keputusan Kapusbintal TNI Nomor Skep/7/III/2005 tanggal 3 Maret 2005 tentang Nilai-nilai Sejarah Perjuangan Bangsa. 12. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/180/VII/2005 tanggal 29 Juli 2005 tentang Bujuknik
tentang Pembinaan Wawasan Kebangsaan. 13. http://akarfoundation.wordpress. com/2008/01/09/membangunkarakter-bangsa/. 14. h t t p : / / u i n - a l a n g . a c . i d / index.php?option=com_ content&view=article&id= 1282%3Amembangun-karakterbangsa&catid=25%3Aartikelrektor&Itemid =165 15. J Suryo Prabowo, Letjen TNI, 2010, Ideologi Nasionalisme dan Karakter Bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI, Makalah Wakasad pada Seminar Nasional Forum Komunikasi dan Kerjasama Mahasiswa Ilmu pemerintahan Unjani, Cimahi.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS Data Pokok
I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
IV. : : : : : : :
Marsono, S.E Brigjen TNI/28831 Surakarta/04-07-1956 Islam Kawin Akabri/1978 Kadisjarahad
II. Riwayat Pendidikan Dikbangum 1. 2. 3. 4.
Akabri Sussarcab Ajen Suslapa Ajen Seskoad
: 1978 : 1979 : 1990 : 1994
Dikbangspes
Riwayat Jabatan
1. Katu Rominpersmil Ajen Kostrad 2. Ps Kaurtap Persip Rominpersip 3. Ws Kabag Pam Ajen Kostrad 4. Dankima Ajen Kostrad 5. Kaurtap Persmil Ajen Kostrad 6. Ws. Kaajen Divif-1 Kostrad 7. Ws. Kasi Sahmil Ajen Kostrad 8. Kasimindiasah Ajendam VI/Tpr 9. Pabandya MPP Pabandya-3 PB-II Spersad 10. Kabagtap Minpersmil Ditajenad 11. Pabandya Binpers Spersdam Jaya 12. Pabandya Rendiaga Spers ABRI 13. Pabandya-2/Lurjahril Spersad 14. Kasubditmindiasahpra Ditajenad 15. Kaajendam III/Slw 16. Danpusdikajen Kodiklat TNI AD 17. Paban V/Bin PNS Spersad 18. Kadisjarahad
1. Susjurpa Minpersmil : 1983 2. Susjurpa Pers : 1985 3. Sussar Para : 1990 III.
Riwayat Penugasan
1. Ops. Seroja 2. Kekar Malindo (Malaysia) 3. Studi Banding Kesejarahan (Belanda)
: 1979, 1981 : 1983 : 2010
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 37
37
6/16/2011 8:26:44 PM
jurnal yudhagama
KONKRITISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP BANGSA DAN NEGARA Oleh : Marsma TNI (Purn) H. A. Gani Jusuf, S.IP. (Tenaga Profesional Lemhannas RI)
“Mengamalkan Nilai-nilai Spritual Pancasila secara utuh, akan mencegah seseorang dalam perbuatan melanggar hukum”
A. Pendahuluan
P
ancasila sebagai falsafah hidup Bangsa Indonesia, digali dari nilai-nilai luhur bangsa, baik nilai budaya, adat istiadat, nilai agama, maupun nilainilai perjuangan, terutama nilainilai dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang berlangsung ratusan tahun lamanya. Keterpaduan nilai yang mengkristal dalam rumusan lima sila yang saling jiwa menjiwai mulai dari sila kesatu sampai dengan sila kelima, merupakan satu sistem nilai dalam sistem filsafat kemanusiaan. Suatu nilai yang bersifat “abstrak” yang melekat pada diri setiap anak Bangsa Indonesia, dimana unsur-unsur inti mutlak yang secara keseluruhan dan bersamasama merupakan kesatuan dan menjadikan Pancasila ada. Untuk kongkritnya, Pancasila adalah dasar filsafat, asas kehormatan, ideologi bangsa dan Negara Republik Indonesia (Prof. Drs. Sunarjo Wiroksosuhardjo/ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan). Sebagai ideologi, Pancasila merupakan keterpaduan dari diri manusia sebagai makhluk individu
38
yang tidak dapat dipisahkan dengan dirinya sebagai makhluk sosial, yang menjadikan Pancasila terpisah dan berbeda dengan liberalisme, terpisah dan berbeda dengan komunisme, terpisah dan berbeda dengan kapitalisme. Keterkaitan manusia sebagai makhluk individu dalam Pancasila,
mencerminkan asas hidup yang berpangkal pada tingkat hubungan kodrat kemanusiaan yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (sila kesatu), hubungan manusia dengan manusia (sila kedua), dan hubungan manusia dengan alam/lingkungan (sila ketiga). Sedang keterkaitan manusia sebagai makhluk sosial, mencerminkan hubungan manusia dalam dinamika kehidupan yaitu
hubungan manusia dengan berbagai perbedaan dan permasalahan yang harus dipecahkan dan diselesaikan secara demokratis (sila keempat), dan hubungan manusia sebagai Pemimpin/Khalifah yang “adil” dalam pengambilan keputusan (sila kelima). Keterpaduan hubungan filosofi Pancasila, mengharuskan pentingnya nilai-nilai Pancasila ditanamkan pada diri setiap Pemimpin /Negarawan, untuk menjadikannya sebagai Pemimpin yang beriman dan bertaqwa (sila 1), bermoral dan berakhlak (sila 2), mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi atau golongan (sila 3), mampu dan mau memecahkan/menyelesaikan masalah secara demokratis (sila 4), mampu dan mau mengambil keputusan yang seadil-adilnya tanpa keberpihakan (sila 5). Pemahaman, penghayatan dan pengamalan Pancasila, pada dasarnya sangat ditentukan oleh adanya kesamaan persepsi tentang makna/arti dari suatu “Nilai” dimana “Nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada obyek”. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya “melekat” pada diri setiap pribadi manusia Indonesia dalam
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 38
6/16/2011 8:26:44 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Foto Dispenad
didalam dirinya mengandung nilainilai Spritual Pancasila yang harus dipahami, dihayati, dan diamalkan. Suatu nilai yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa, terutama nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama yang dimiliki Bangsa Indonesia, yang melekat pada setiap sila, mulai dari sila pertama sampai dengan sila kelima.
»
Membangun kebersamaan antara TNI dan rakyat
sistem nilai Filsafat kemanusiaan. Terdapat tiga nilai yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan dalam Pancasila yang merupakan “margin of appresiation”, yaitu: 1. Nilai Spritual Pancasila. Merupakan nilai yang melekat pada diri manusia Indonesia dalam dimensi pemikiran idealis yang dijadikan sebagai nilai dasar Pancasila yang dirumuskan/tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. 2. Nilai Material Pancasila. Merupakan konkritisasi dari nilai-nilai spritual Pancasila sebagai nilai Instrumental, dalam dimensi pemikiran fleksibilitas, yang dirumuskan dalam berbagai norma/ peraturan perUndang-Undangan (Peraturan Per-UU-an). 3. Nilai Vital Pancasila. Merupakan ketaatan atau kepatuhan terhadap norma (peraturan/per-UU-an), sebagai nilai praktis dalam dimensi pemikiran realitas, yang tercermin dalam perbuatan atau perilaku (etika dan moral). Semua nilai-nilai pancasila yang didalamnya mengandung 45 butir bahan penataran, Pedoman,
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P-4) sebagaimana tertuang dalam lampiran TAP MPR No. II/MPR/1978, harus tertanam dan terpatri dalam diri atau jiwa setiap anak bangsa, terutama kepada semua pemimpin sebagai penentu kebijakan. Nilainilai spiritual Pancasila yang sifatnya abstrak (Nilai Dasar), yang melekat pada diri setiap penentu kebijakan, yang dikongkritkan melalui norma/peraturan per-UUan (Nilai Instrumental) sebagai Nilai Materialnya Pancasila, dan diwujudkan melalui ketaatan/ kepatuhan terhadap semua peraturan per-UU-an sebagai Nilai Vitalnya Pancasila (Nilai Praktis). B. Nilai Spritual Pancasila (Nilai Dasar) Pancasila sebagai suatu sistem nilai dalam sistem filsafat kemanusiaan diyakini sebagai suatu kebenaran hakiki oleh seluruh anak Bangsa Indonesia, dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu sistem filsafat kemanusiaan yang memadukan keberadaan manusia sebagai makhluk individu yang tidak dipisahkan dengan keberadaannya sebagai mahluk sosial, yang
1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Kunci dan titik sentral pemikiran dari kelima sila ada pada sila pertama, yaitu tentang “Ketuhanan”. Semua agama di NKRI ini, meyakini keberadaan Tuhan. Tuhan Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala sesuatu yang ada dan terjadi dalam kehidupan ini, adalah ciptaan dan atas kehendak Tuhan. Kaum Kristiani menyatakan bahwa Tuhan ada dalam diri setiap orang. Kaum Hindu/Budha menyatakan, bahwa diri manusia merupakan rumah Tuhan yang harus dijaga kebersihannya dan dijauhkan dari hal-hal yang bertentangan dengan agama. Sedang kaum Islam, sesuai dengan Firman Tuhan (Allah) dinyatakan, bahwa “Allah ada sangat dekat dengan dirimu, tidak lebih dari kedua urat nadi lehermu”. Keberadaan dan keesaan Tuhan ini, mendasari suatu kesepakatan untuk menempatkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai Sila Pertama, yang menjiwai semua sila-sila dibawahnya. (Belief in God). 2. Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) Semua agama meyakini, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, lebih sempurna dari binatang. Kalau binatang diberi makanan, cenderung rebutan bahkan cakarcakaran. Sedang manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 39
39
6/16/2011 8:26:44 PM
jurnal yudhagama
3. Sila Ketiga (Persatuan Indonesia) Pada umumnya semua agama meyakini, bahwa kehadiran manusia di dunia ini, sematamata bertugas untuk menyembah dan mencintai “Pencipta”. Hal ini sesuai firman Tuhan dalam salah satu Kitab Suci (Al-Quran), mengatakan “Tiada Ku ciptakan Jin dan Manusia selain untuk beribadah kepadaKu”. Sehubungan dengan ini, manusia diharuskan berjuang mempertahankan hidup, bersamasama manusia lainnya secara rukun, tentram dan damai, sehingga dengan tenang beribadah menyembah dan mencintai Pencipta. Untuk ini, Tuhan menganugerahkan “Alam” dengan segala isinya, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan bersama. Nikmat dan Anugerah Tuhan yang sangat besar ini, harus dijaga, dipelihara dan dimanfaatkan sebaikbaiknya, serta jangan sampai terjadi pengrusakan terhadap alam ciptaan Tuhan. Agar tidak terjadi kerusakan maka bangsa ini “harus bersatu”, tidak memperebutkan ruang hidup diatas nikmat Tuhan yang 40
memberikan sumber kehidupan bagi Bangsa Indonesia dan bangsabangsa lain di dunia. Adanya ketenteraman, kedamaian dan kerukunan dalam hidup ini, memungkinkan Bangsa ini dapat beribadah dengan tenang dan khusuk menyembah dan mencintai Pencipta (Tuhan). Dasar pemikiran ini, secara filosofis dituangkan dalam rumusan “Persatuan Indonesia” sebagai sila ketiga. Bangsa Indonesia cinta akan bangsanya dan seluruh bangsa di dunia (Internationalism). 4. Sila Keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan). Firman Tuhan dalam salah satu Kitab Suci (Al-Qur’an), yang intinya mengatakan bahwa “Manusia sengaja diciptakan Tuhan berbeda-beda”, supaya saling mengenal. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dengan adanya perbedaan, pasti ada ketidaksesuaian, ada gesekan, bahkan bisa meluas pada pertengkaran atau permusuhan. Sebagai manusia yang Ber-Tuhan dan beradab, yang menginginkan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan, ketentraman, ke-
damaian dan kerukunan hidup bersama, seyogianya dalam setiap menghadapi berbagai masalah sekecil apapun, diselesaikan secara “musyawarah”, demi tetap utuhnya persatuan dan kesatuan. Hitorogenitas masyarakat atau rakyat Indonesia dengan beragam aspirasi dan kepentingan, telah menempatkan penyelesaian secara musyawarah menjadi sangat penting, terutama dalam memelihara Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Bertolak dari pemikiran ini, dengan mempertimbangkan kemajemukan dari bangsa Indonesia dan menempatkan kedaulatan berada di tangan rakyat, maka dirumuskan sila keempat, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dari rakyat diputuskan oleh rakyat dalam bentuk peraturan per-UU-an, dan dikembalikan kepada rakyat untuk ditaati (Democracy). 5. Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) Pada hakekatnya manusia diciptakan Tuhan dimuka bumi adalah sebagai “Khalifah” atau pemimpin yang bertugas mengelola alam dengan segala isinya, sehingga berada dalam kehidupan
Foto Dispenad
akal, akan membaginya secara “adil”. Binatang bila telah besar (dewasa) mau menggauli induknya, sedang manusia sebagai makhluk yang beradab tak akan mungkin sebiadab yang dilakukan binatang. Sehubungan dengan ini, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang “adil dan beradab”, yang taat dan patuh pada ajaran agama, serta norma yang berlaku yang telah disepakati bersama yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Didasarkan pada pemikiran ini, Bangsa Indonesia bersepakat, merumuskan “Kemanusiaan yang adil dan beradab” sebagai sila kedua. Bangsa Indonesia sangat menentang ketidakadilan dan perbuatan yang tidak manusiawi, serta menentang penjajahan dalam bentuk apapun (Nationalism).
»
Sikap tolong menolong merupakan cerminan dari Pancasila
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 40
6/16/2011 8:26:47 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD yang aman, tenteram, dan damai, yang memungkinkan manusia melaksanakan kewajibannya dengan khusyuk dalam menyembah dan mecintai pencipta/Tuhan. Khalifah/pemimpin yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk memecahan dan menyelesaikan berbagai masalah secara musyawarah, terhadap beragam macam kebutuhan manusia, baik kebutuhan sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini diperlukan pemimpin yang mampu dan mau mangambil keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak dengan keputusan yang seadil-adilnya tanpa keberpihakkan. Didasarkan pada pemikiran ini, bangsa Indonesia bersepakat secara filosofis merumuskan ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’. Semua keputusan yang telah disepakati bersama, ditaati sebagai produk hukum yang harus ditegakkan dan dikenakan tindakan tegas/keras bagi siapa yang melanggarnya (Social Justice). C. Nilai Material Pancasila (Nilai Instrumental) Rumusan lima sila yang secara harfiah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, pada hakekatnya merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai spritual Pancasila kedalam nilai-nilai material Pancasila, sebagai ”sumber dasar hukum” dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan UUD 1945 (Pasal-pasal UUD 1945) sebagai sumber hukumnya. Kongkritisasi dari nilai-nilai material Pancasila dirumuskan dalam berbagai Peraturan per-UU-an sebagai hasil pemikiran yang luwes dan fleksibel, disesuaikan dengan pandangan Geopolitik dan Geostrategi serta perkembangan kemajuan Iptek yang relatif berubah dengan cepat. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya pemimpin
penentu kebijakan (pilihan rakyat), yang dalam dirinya melekat nilainilai spritual Pancasila, yang mampu dan mau membuat aturan, menerapkan aturan, dan menguji aturan yang didalamnya melekat Nilai-nilai Material Pancasila sebagai Nilai Instrumental. Menyikapi pengaruh arus globalisasi dan situasi dalam negeri yang cenderung mengarah pada pembusukan ideologi Pancasila, bahkan terdapat sebagian golongan tertentu yang masih menginginkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII), sangat diperlukan adanya pedoman baku yang jelas dan tegas dalam bentuk peraturan per-UU-an yang didalamnya memancarkan nilai-nilai material Pancasila. Hal ini bisa terjadi, apabila para penentu kebijaksanaan betul-betul memahami nilai dasar Pancasila dalam dimensi pemikiran idealis, maupun nilai insrumental Pancasila dalam dimensi pemikiran fleksibilitas sebagai landasan Ideal dalam membuat peraturan perUU-an. Dalam hal ini mau tidak mau untuk menghadapi Indonesia dimasa depan, kita butuhkan dan kita harus menyiapkan untuk memiliki pemimpin/negawaran yang Pancasilais yang dalam dirinya melekat nilai-nilai Pancasila. Suatu nilai yang terpatri dalam diri setiap anak bangsa, yang ditanamkan sejak dini, melalui pendidikan, pengajaran maupun pelatihan, baik melalui kegiatan formal, non formal maupun informal, terutama mulai dari organisasi terkecil dalam keluarga. Nilai-nilai spritual Pancasila dengan 45 butir bahan P-4 seharusnya ditanamkan dari usia dini sebagai suatu kebiasaan atau habit yang akhirnya menjadi suatu karakter, yang dengan sendirinya mudah memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia. Ke-45 butir bahan P-4 ini bukan merupakan suatu ukuran
salah benarnya perbuatan seseorang, akan tetapi ke-45 butir ini melekat pada diri setiap orang yang membuatnya terhindar dari perbuatan melanggar hukum atau melanggar peraturan per-UU-an yang didalamnya memancar nilainilai material Pancasila. Dengan kata lain: ”Mengamalkan nilai-nilai Spritual Pancasila secara utuh, akan mencegah seseorang dalam perbuatan melanggar hukum”. Terkait dengan pembangunan karakter setidaktidaknya terdapat 6 (enam) unsur pokok kebiasaan atau habit yang perlu ditanamkan dan dilatihkan kepada setiap anak bangsa sejak usia dini, yang sesuai atau tidak bertentangan dengan ajaran agama, antara lain; 1. Karakter baik, adalah; a. Orang yang jujur, tidak bohong. b. Orang yang rendah hati, tidak sombong. c. Orang yang bertanggung jawab. 2. Karakter kuat, adalah; a. Orang yang berani dalam kebenaran. b. Orang yang disiplin dalam keteraturan. c. Orang yang memengang teguh komitmen. Karakter baik dan kuat semacam ini, sulit untuk diajarkan dan ditanamkan kepada orang dewasa, apalagi sudah berada dalam posisi kekuasaan, karena otaknya atau pikirannya sudah terpolusi oleh lingkungan, kecuali dilaksanakan dalam suatu pendidikan dan latihan yang relatif keras dan terarah, dengan merubah mindset (pola
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 41
41
6/16/2011 8:26:47 PM
jurnal yudhagama yang pada setiap sila mengandung butir-butir Pancasila yang terdiri dari: 1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa :
Foto Dispenad
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
»
Musyawarah untuk menentukan keputusan
pikir) atau merubah kebiasaan ke arah karakter yang diharapkan seperti selama ini dilaksanakan TNI/ POLRI pada awal-awal pendidikan. Namun demikian bisa saja terjadi di lapangan, adanya ketidak sesuaian dengan karakter yang telah dibangun, karena pengaruh dari watak yang dibawa sejak lahir, akan mempengaruhi dan bisa muncul pada setiap saat yang terdesak. Berbagai macam cara dapat dilaksanakan dalam membangun karakter, terkait dengan ditanamkannya nilai-nilai spritual Pancasila (45 butir bahan P-4) dalam diri setiap anak bangsa, antara lain seperti yang dicontohkan oleh seorang Ibu rumah tangga asal Pare-Pare (Sulawesi Selatan). Seorang ibu (single parent) yang berstatus janda, yang relatif tidak sempat mengikuti pendidikan formal, namun mampu dan berhasil menanamkan nilai-nilai spritual kepada 15 orang anaknya, sebagai modal dasar dan bekal dalam perjuangan hidup didunia dan akhirat kelak. Sebagai seorang Ibu yang beragama Islam, kepada setiap anak pada usia sampai dengan 6 (enam) tahun, ditanamkan untuk khatam kitab suci (Al-Quran). Dari usia 6 tahun sampai 12 tahun selama Sekolah Dasar (SD) 42
ditanamkan adanya kejujuran. Lanjut ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditanamkan kesabaran dan selama di Sekolah Menengah Atas (SMA) ditanamkan adanya disiplin yang kuat. Kemudian selesai SMA, dengan bermodalkan kejujuran, kesabaran dan disiplin setiap anak mengembangankan sendiri bakatnya, yang dengan sendirinya mampu dan mau memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila. Alhamdulillah kesemuanya berhasil dalam mengabdikan diri bagi bangsa dan negara melalui profesinya masing-masing, dimana salah satu diantaranya ada yang jadi profesor/Guru Besar. (Kick Andy/Metro TV). D. Nilai-Nilai Vital Pancasila (Nilai Praktis) Ketaatan terhadap semua peraturan per-UU-an yang didalamnya melekat nilai-nilai material Pancasila, merupakan suatu perwujudan nyata dari pengamalan nilai-nilai spiritual Pancasila kedalam nilai-nilai vital atau nilai praktis Pancasila yang tercermin dalam berbagai perbuatan atau perilaku (etika dan moral). Suatu perilaku yang menggambarkan pengejawantahan dari pengamalan kelima sila secara utuh dan terpadu
b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan pengamat kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. d. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya. f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masingmasing. g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 42
6/16/2011 8:26:50 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD 2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membedabedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesuatu manusia.
kepentingan golongan.
pribadi
atau
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa, apabila diperlukan. c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. d. Mengembangkan rasa kebangsaan berkembangsaan dan bertanah air Indonesia. e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial.
d. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepu selira.
f. Mengembangkan peraturan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
f. Menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan:
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. h. Berani membela kebenaran dan keadilan. i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. 3. Sila Indonesia:
ketiga,
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Persatuan
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah. f. Dengan itikad baik d a n rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau golongan. h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan. 5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. d. lain.
Menghormati hak orang
e. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. f. Tidak menggunakan hak milik untuk tanda-tanda yang
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 43
43
6/16/2011 8:26:50 PM
jurnal yudhagama bersifat pemerasan terhadap orang lain. g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. h. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang berkepentingan dengan atau merugikan kepentingan umum. i.
Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial. Dengan tetap berpedoman pada lima sila yang telah dirinci kedalam 45 butir (lampiran TAP MPR No. II/MPR/1978) sebagai
angka yang bersifat simbolik, tidak menutup kemungkinan terdapat beberapa pemahaman pada setiap butir, atau pembulatan beberapa butir penting dan mendesak, yang harus dikedepankan dalam menghadapi masa depan Bangsa Indonesia, terutama yang saat ini telah mengarah pada terjadinya benturan peradaban. Butir-butir ini harus ditanamkan dan dijadikan kebiasaan atau habit dalam diri setiap anak bangsa sebagai suatu karakter yang tidak tergoyahkan oleh pengaruh apapun yang dapat memperkuat jati diri Bangsa sebagai Bangsa yang Pancasilais, terutama kepada seluruh pemimpin yang mendapat amanah dalam mewujudkan rasa aman dan harapan hidup sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemimpin yang memiliki kemampuan dan kemauan menegakkan hukum yang tegas, konsisten dan tidak memihak sesuai nilai-nilai Pancasila, sebagai
pemimpin yang patut diteladani. e. PENUTUP Demikianlah tulisan ini dibuat, sebagai suatu sumbangan pemikiran dalam meningkatkan Pemahaman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang dewasa ini cenderung terlupakan atau terabaikan. Untuk itu perlu segera dibentuk satu badan pengganti kantor BP-7, baik berdiri sendiri maupun berada dalam satu kementrian, yang jelas kedudukan, tugas, fungsi dan tanggung jawabnya, sebagai badan yang mensosialisasikan dan melaksanakan penataran P-4, serta merumuskan materi yang sangat diperlukan dalam pembangunan karakter, termasuk dalam pembentukan jati diri, sebagai bangsa yang Pancasilais. Semoga bermanfaat.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I.
Data Pokok
1. Nama 2. Pangkat/NRP 3. Tempat/Tgl. Lahir 6. Sumber Pa/Th 7. Jabatan II.
IV. : : : : :
H. A. Gani Jusuf, S.IP Marsma TNI (Purn) Tinombo, Sulteng/25-04-1940 Akabri/1963 Tenaga Profesional Lemhannas RI
Riwayat Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pendidikan Militer 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
44
Akademi Angkatan Udara Squadron Officer School USA Academic Instructor Course USA SEKKAU SESKO Angkatan Laut Kursus Intel Strategi Sussisjemen Hankam KRA XXI Lemhannas RI Manggala BP-7 Angkatan XII
1963 1972 1972 1974 1978 1979 1980 1988 1995
10. 11. 12. 13.
Riwayat Jabatan Dandenma Kodikau 1972 Kadis Ops Lanud Atang Sanjaya 1974 Ka Ops Satgas Udara Timtim 1977 Karo Intai/Foto Udara Spam MBAU 1979 Kadep Gunkuat Seskoau 1984 Dirdik Seskoau 1986 Paban Utama Dalprogar Srena AU 1989 Tenaga Ahli Tk. II Lemhannas RI 1993 Widyaiswara Madya Bidang SARA Lemhannas RI 1994 Tenaga Ahli Kehormatan Lemhannas RI 1995 Widyaiswara Lemhannas RI Kelompok Ahli Geopolitik dan Geostrategi Lemhannas RI Tenaga Profesional Lemhannas RI
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 44
6/16/2011 8:26:50 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
MEMBENTUK PEMIMPIN TNI AD YANG BERKUALITAS DI MASA DEPAN Oleh : Kolonel Inf Syaiful Ilyas, S.IP. (Pamen Ahli Seskoad Bid. Kepemimpinan)
kepemimpinan merupakan faktor penting dalam hubungan satuan dan pelaksanaan tugas yang diberikan oleh komando atas guna mewujudkan kualitas kepemimpinan perwira TNI AD yang adil, jujur, bersih dan berwibawa
K
epemimpinan TNI AD dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan TNI AD yang identik dengan sejarah nasional dalam memperjuangkan cita-cita bangsa. Oleh karenanya dalam mengembangkan kepemimpinannya, setiap pemimpin TNI AD harus dapat meningkatkan peran dan fungsi TNI AD sebagai prajurit pejuang dan pejuang prajurit serta harus pula dapat mengakomodasikan harapan masyarakat seiring dengan perubahan yang terjadi akibat perkembangan lingkungan strategis yang multidimensional. Di dalam tubuh TNI AD proses kepemimpinan sudah berlangsung sejalan dengan perkembangan organisasi, akan tetapi kepemimpinan senantiasa selalu menjadi topik kajian yang hangat, hal itu mencerminkan bahwa kualitas dan efektifitas kepemimpinan dari waktu ke waktu dituntut untuk selalu ditingkatkan agar tidak terjadi penurunan. Perwira sebagai unsur pimpinan pada organisasi TNI AD merupakan kunci keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas kemiliteran, hal ini disebabkan karena keputusan yang diambil oleh
seorang perwira akan berdampak terhadap motivasi anak buahnya yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya tugas yang harus dilaksanakan. Dewasa ini kita tengah memasuki era globalisasi yaitu suatu era saling ketergantungan, yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana komunikasi dan interaksi serta perkembangan pesat di bidang teknologi dan informasi. Perubahan dan dinamika tersebut telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan termasuk tuntutan dan perkembangan komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan. Oleh sebab itu setiap perwira dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamis, sehingga seorang perwira sebagai pemimpin harus memiliki kualitas kepribadian yang mampu membangkitkan kekuatan emosional maupun rasional kepada anak buahnya dengan didasari sifat adil, jujur dan berwibawa. Kualitas pribadi yang kuat tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan
baik, tidak akan menemui kesulitan dalam berinteraksi dengan keluarga, lingkungan sekitarnya maupun lingkungan yang lebih luas baik nasional maupun internasional, hal ini karena didasari oleh sikap jujur dan tulus dalam membina hubungan sinergi dengan orang lain. Kepercayaan tulus yang diberikan oleh seorang pemimpin akan membuat yang dipimpin bersikap terbuka kepada pemimpinnya, sikap ini akan menimbulkan sikap saling percaya dari kedua belah pihak yang merupakan suatu batu loncatan untuk memulai suatu langkah dalam meraih tujuan secara bersamasama. Kualitas pemimpin TNI AD yang profesional dan proposional, diharapkan mampu menjawab tuntutan jaman, dapat mendukung terwujudnya soliditas TNI AD dan kembalinya kepercayaan masyarakat terhadap TNI AD, dengan membuktikan kepada masyarakat bahwa komitmen TNI AD tidak pernah berubah sesuai dengan jati dirinya yaitu tetap mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Dalam merespon tuntutan perubahan, TNI AD telah melaksanakan reformasi internal, yang pada tingkat kebijakan dikenal
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 45
45
6/16/2011 8:26:51 PM
jurnal yudhagama terutama dihadapkan kepada penerapan kebijakan yang telah dikeluarkan tapi tidak sesuai dengan sistem yang sudah ada. Disamping itu masih belum terwujudnya suatu koordinasi yang sinkron baik antar pimpinan TNI AD maupun antar pimpinan masing-masing angkatan dalam penyampaian suatu statemen/pendapat yang menyangkut masalah institusi TNI atau angkatan masing-masing. Kedua, masalah pembinaan karier perwira khususnya tentang penempatan jabatan personel perwira yang belum sesuai dengan ketentuan aturan yang sudah ada, sebagaimana prinsip tentang Tour Of Duty (TOD) dan Tour Of Area (TOA), serta talent scotting yang dimiliki seorang perwira yang akan dipromosikan untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Penempatan jabatan personel perwira saat ini masih berorientasi kepada istilah “like and dislike” (suka dan tidak suka), atau “know and unknow” (kenal dan tidak kenal) bukan kepada “the right man on the right place” (tempatkan orang yang tepat pada posisi/jabatan yang tepat), dalam hal ini berdampak terhadap kinerja
perwira tersebut menjadi tidak optimalnya pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Ketiga, masih mengutamakan loyalitas dari pada integritas, hal ini dapat dilihat dari adanya gaya kepemimpinan asal bapak senang (ABS) yang secara buta mengikuti apa yang diinginkan oleh pemimpin atasannya, dimana hal yang dilaporkan dengan yang dilakukan/nyata tidak sesuai, pemimpin tersebut tidak perduli dengan hasil nyata dari setiap kegiatannya, yang penting laporan yang diterima maupun laporan yang disampaikan ke pimpinan atasnya harus baik dan membanggakan institusinya atau dirinya. Keempat, masih kurangnya rasa kepedulian pemimpin dalam memikirkan kesulitan dan kesejahteraan anggota atau bawahannya, tetapi justru berkembangnya prinsip hedonisme (mengejar pemuasan sesaat) dan oportunis (mengejar pemanfaatan peluang untuk kepentingan pribadi tanpa kepekaan terhadap kondisi lingkungan, satuan dan orang lain/ anggota), menyebabkan sebagian pemimpin ada yang menyikapi jabatan yang diembannya hanya sebagai batu loncatan untuk meraih
Foto Dispenad
dengan istilah “Paradigma Baru” merupakan salah satu langkah dan upaya strategis yang harus dilakukan oleh TNI AD. Langkahlangkah tersebut ditempuh untuk mengangkat citra TNI AD guna mendapatkan simpatik dan diterima dihati rakyat. Kondisi saat ini, kepemimpinan yang diterapkan oleh para perwira TNI AD sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan, sehingga aplikasi dari kepemimpinannya menjadi sangat jauh dari harapan yang diinginkan pimpinan TNI AD. Nilai-nilai kepemimpinan militer seperti azas-azas, prinsip, sifat-sifat dan tehnik kepemimpinan militer yang bersifat universal maupun yang dianut oleh TNI AD telah diajarkan kepada perwira mulai dari pendidikan terendah hingga pendidikan tertinggi di lingkungan TNI AD. Akan tetapi melihat kondisi kualitas kepemimpinan saat ini, masih banyak terjadi permasalahan akibat lemahnya kepemimpinan, diantaranya yang menonjol adalah: Pertama, terjadinya krisis kepercayaan dikalangan pemimpin yang meliputi hampir di setiap lini/ strata tugas dan tanggung jawab
»
46
Mempersiapkan kader pimpinan TNI AD yang handal dan profesional
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 46
6/16/2011 8:26:52 PM
Foto Dispenad
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
»
Petunjuk dan perencanaan dalam menentukan tindakan
jabatan yang lebih tinggi. Para pemimpin tersebut cenderung lebih mengutamakan kegiatan protokoler di daerah tugasnya dibandingkan langkah-langkah taktis maupun strategis dalam rangka penyelesaian permasalahan di satuannya. Hal tersebut berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas sekaligus optimalisasi kinerja organisasi satuannya melalui pembinaan satuan. Bahkan masih ada terjadi pemotongan hak-hak anggota yang tidak transparan, sehingga menyebabkan timbulnya rasa ketidak percayaan anggota terhadap pemimpinnya. Dari beberapa fakta-fakta tersebut di atas dapat disikapi bahwa lemahnya kepemimpinan tidak terlepas dari adanya interaksi yang terjadi pada proses kepemimpinan, yaitu faktor pemimpin, faktor yang dipimpin, faktor komunikasi dan faktor lingkungan. Keempat faktor tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya. Keempatnya harus saling mendukung dan seiring sejalan dengan harmonis, apabila salah satu tidak dapat mendukung, maka kepemimpinan tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Tinjauan faktor pertama adalah faktor pemimpin, saat ini masih ada beberapa pemimpin yang mempertahankan pola pikir dan pola tindak paradigma lama seperti gaya kepemimpinan “Pokoknya” atau saya adalah pemimpin dan saya adalah “Boss” atau juga pemahaman yang salah dengan ungkapan “Senior tidak pernah salah” dan “Lakukan apa yang saya katakan”. Faktor kedua adalah komunikasi, apabila komunikasi antara pemimpin dengan yang dipimpin berjalan baik maka apapun yang dikehendaki oleh seorang pemimpin akan dapat berjalan dengan baik pula. Komunikasi akan didapat apabila seorang pemimpin mampu untuk mengetahui kondisi anak buahnya dan sebaliknya dia dapat dijadikan panutan bagi anak buahnya. Kondisi saat ini banyak diantara para pemimpin yang tidak mengetahui keadaan anak buahnya, apa yang diperbuat selepas berdinas, bagaimana keluarganya, apa kesulitannya, sehingga para pemimpin mengenal anak buahnya hanya sebatas saat pada jam dinas saja, motto “Di hatiku terdapat anak buahku” saat ini sudah tidak ada
lagi. Faktor ketiga adalah yang dipimpin, kondisi saat ini keterikatan batin antara pemimpin dengan yang dipimpin sudah semakin memudar, hubungan yang terjalin hanya sebatas rekan kerja belaka, sehingga soliditas anggota dan kekompakan satuan kurang dapat terjalin. Hal ini terlihat dari menurunnya rasa kebanggaan satuan, menurunnya kecintaan terhadap profesi yang diembannya serta menipisnya penghargaan terhadap tradisi satuan. Faktor keempat, lingkungan yang sangat mempengaruhi baik lingkungan di dalam satuan maupun lingkungan di luar satuan, rasa individualis dari setiap prajurit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya membuat masingmasing orang lebih memprioritaskan kepentingan dirinya dibanding kepentingan tugas satuannya, akibatnya antara pemimpin dengan yang dipimpin tidak terjalin hubungan yang harmonis. Menghadapi perkembangan kepemimpinan perwira TNI AD saat ini serta makin berkembangnya tantangan tugas yang akan dihadapi oleh setiap unsur pimpinan khususnya perwira, diperlukan pola kepemimpinan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dan menjamin terciptanya kondisi yang berdasarkan azas-azas, sifat-sifat dan prinsip-prinsip kepemimpinan. Karena kepemimpinan merupakan faktor penting dalam hubungan satuan dan pelaksanaan tugas yang diberikan oleh komando atas guna mewujudkan kualitas kepemimpinan perwira TNI AD yang adil, jujur, bersih dan berwibawa. Penyiapan perwira sebagai pemimpin, pada hakekatnya merupakan penyiapan kader pimpinan yang diharapkan agar para perwira TNI AD pada masa mendatang dapat meneruskan tongkat estafet kepemimpinan, adalah perwira yang memiliki kemampuan di bidang penguasaan
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 47
47
6/16/2011 8:26:55 PM
jurnal yudhagama ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis pada kecerdasan emosional dan dan spiritual sehingga mampu memimpin organisasi/satuan sesuai dengan perkembangan lingkungan. Peningkatan kualitas kepemimpinan perwira TNI AD yang dilakukan secara terus menerus melalui pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan, mengembangkan kemampuan emosional yang berbasis pada kecerdasan spiritual akan dapat menumbuhkan pola dan sikap kepemimpinan yang handal, oleh karena itu di masa depan perwira TNI AD hendaknya dapat mengorientasikan diri pada tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Untuk menciptakan kepemimpinan TNI AD yang berkualitas, perlu dilaksanakan upaya-upaya antara lain: Pertama. melaksanakan rekruitmen sesuai dengan kriteria. Pelaksanaan Werving (penyaringan) dalam penerimaan calon perwira TNI AD harus terarah dan konsisten pada aturan dimana proses seleksi menjadi sangat penting dan menentukan untuk memperoleh masukan yang lebih baik dan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pembinaan TNI AD. Oleh karena itu, upaya perbaikan manajemen operasional dalam proses tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan meninjau kembali kegiatan administrasi proses seleksi pendidikan pembentukan. Standarisasi dan persyaratan harus diarahkan pada upaya untuk menyaring calon yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan di lapangan. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, maka perlu dipertimbangkan penyaringan calon pemimpin yang berpendidikan memadai dan potensi untuk dikembangkan serta melihat 48
aspek psikologi dan kategori kepribadian yang dewasa. Disamping itu harus selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan baik kurikulum maupun materi yang diajarkan secara bertahap bertingkat dan berlanjut sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta adanya keseimbangan antara materi kepemimpinan dengan materi lainnya. Kedua. Memiliki karakter dan keberanian. 2 (dua) karakteristik fundamental ini harus dimiliki seorang pemimpin, seorang pemimpin harus selalu memegang teguh konsistensi antara ucapan dan perbuatannya. Melalui karakterlah kepemimpinan bisa dilatihkan dan menjadi contoh, para pemimpin harus dapat mengimplementasikan “karakter kepemimpinan konstitusional” yaitu suatu karakter kepemimpinan yang berdisiplin, demokratis dan memiliki sifat hangat dalam bergaul tanpa meninggalkan etika berkomunikasi, disamping itu pemimpin yang berkarakter mampu memadukan realitas emosi dengan apa yang mereka lihat, sehingga dapat menghasilkan pengaruh yang mendalam bagi bawahannya dan menjadikan visi yang mampu membangkitkan inspirasi. Sedangkan pemimpin yang memiliki keberanian adalah pemimpin yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga membuat dia yakin dan berani bertanggung jawab, karena dia tahu akan resiko dari apa yang dia perintahkan. Keberanian seperti ini yang membuat bawahan tidak pernah ragu-ragu dalam melaksanakan tugas atau perintah, karena pemimpinnya berani menanggung resiko dan bertanggung jawab dari apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh anak buahnya. Seorang pemimpin juga membutuhkan keberanian yang
di atas rata-rata untuk membuat keputusan-keputusan sulit, sangat diperlukan keberanian yang luar biasa untuk mengabaikan hari kemarin, meninggalkan hal-hal di mana anda sebagai pemimpin memiliki kepentingan pribadi, atau untuk mengubah arah saat di tengah jalan. Ketiga, memiliki rasa kepercayaan. Salah satu syarat yang penting juga untuk menjadi seorang pemimpin adalah meraih suatu kepercayaan dari pimpinan bawahan atau anggotanya. Saat seorang pemimpin kehilangan kepercayaan, maka ia akan kehilangan bawahannya sehingga akan mustahil terjadinya proses kepemimpinan yang efektif. Mempercayai pemimpin bukan berarti menyukainya, bukan pula senantiasa setuju dengannya. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa seorang pemimpin untuk selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya. Tindakan seorang pemimpin dan kepercayaan yang dianutnya harus selalu seimbang (balance) atau setidaknya sesuai dengan norma yang ditentukan. Kepemimpinan seseorang tidak hanya didasarkan pada kepandaian memimpinnya saja, tapi lebih mengutamakan pada komitmen dan konsistensinya terhadap semua kebijakan yang telah ditetapkan. Lingkungan yang memiliki nuansa trust (kepercayaan) tinggi akan membuat setiap bawahan merasa bebas mengungkapkan segala perasaannya. Dengan demikian mereka akan dengan leluasa menyumbangkan setiap pemikirannya dan secara bersama akan mencapai tingkat pemikiran yang tinggi dalam memajukan satuannya. Keempat, memiliki visi dan misi yang jelas. Dengan visi dan misi yang jelas seorang pemimpin dapat menentukan arah dan tujuan apa dan bagaimana caranya untuk menentukan arah agar dapat
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 48
6/16/2011 8:26:55 PM
Foto Dispenad
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
»
Mengumpulkan data dan informasi yang akurat
mencapai tujuan serta untuk apa setelah tujuan itu tercapai, dengan demikian hasil dari pekerjaannya dapat terus terpelihara dan ditingkatkan, seorang pemimpin tidak boleh berhenti memacu imajinasinya untuk memperluas visi dan misi dalam menghadapi setiap perubahan situasi, sehingga dapat menentukan langkah apa yang harus dilakukan agar dapat mengatasi dampak dari perubahan tersebut. Membentuk pemimpin yang memiliki visioner dapat ditempuh melalui metoda pendidikan dan latihan, antara lain dengan meningkatkan kualitas pendidikan di bidang teknologi informasi dan penguasaan bahasa, serta mewajibkan kepada setiap perwira sebagai calon-calon komandan satuan untuk berlatih membuat karya tulis yang berisi gagasan, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari seorang perwira dalam menyikapi setiap perkembangan situasi sesuai dengan strata jabatan dan kepangkatannya. Dihadapkan dengan tantangan tugas dimasa mendatang, kualitas perwira atau pemimpin TNI AD dituntut untuk memiliki kemampuan
visioner (berwawasan kedepan), yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Satu. Pelopor. Perwira adalah prajurit dalam gerakan untuk berubah yang memiliki fungsi untuk menggerakan anggotanya untuk maju. Dalam kondisi kritis, perwira harus mampu mengembangkan dan berbagi kesadaran arah yang ditentukan secara jelas. Dua. Penentu arah (direction setter). Seorang pemimpin harus mampu menjelaskan sasaran masa yang akan datang bagi organisasi satuan yang dipimpinnya. Menentukan alur jalan agar anggota bisa mengenalinya sebagi gambaran kemajuan organisasi satuannya (melangkah kedepan secara efektif dan efisien). Pemimpin visioner adalah perwira yang memiliki tekad dan yakin terhadap kesadaran arahnya, tidak takut mengambil resiko, tegas dan berani, merangsang semangat dan meningkatkan moral prajuritnya. Tiga. Pengubah (agent of change). Seorang pemimpin harus mampu menjadi katalisator perubahan dalam organisasi satuannya yang meliputi personel, sumber daya dan fasilitas untuk mencapai visi, mampu mengantisipasi perkembangan
dunia luar, menilai implikasinya terhadap organisasi, menciptakan sense of urgency dan prioritas bagi perubahan, serta membangun fleksibilitas di dalam organisasi satuannya dan cara beroperasinya serta mendorong pengambilan resiko yang bijaksana. Empat. Juru Bicara (spokesperson). Seorang pemimpin harus mampu menjadi juru bicara yang terampil dan pendengar yang penuh perhatian. Seorang pemimpin merupakan negosiator utama dengan instansi/ organisasi lainnya (organisasi militer maupun non militer), mampu membangun jaring hubungan eksternal, untuk mendapatkan gagasan, sumber daya, dukungan dan informasi yang bermanfaat bagi organisasi/satuannya. Lima. Pelatih (coach). Seorang pemimpin harus mampu menjadi pelatih bagi satuannya yang berperan sebagai pengembang tim yang memberdayakan anggotanya untuk menghidupkan visi, selain bertindak sebagai mentor dan contoh dalam mewujudkan visi satuannya menjadi kenyataan, seorang pemimpin visioner juga menggugah anggotanya untuk mengetahui posisi satuannya. Makna visi satuan bagi anggotanya dan apa yang akan dilakukan bersama untuk mewujudkannya. Seorang pemimpin harus mampu menunjukan komitmen terhadap keberhasilan setiap anggota, menghargainya, membangun rasa percaya, mambantunya belajar dan berkembang serta memberi contoh bagaimana terus meningkatkan kemampuan untuk mencapai visi satuannya. Kelima. Memiliki Integritas yang kuat. Bagi seorang pemimpin, yang paling penting adalah integritas, dimaksud disini tidak bersikap berpura-pura (kamuflase) saja, tetapi harus selalu konsisten antara perkataan dan perbuatan. Integritas bukan menunjukkan apa yang dilakukan
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 49
49
6/16/2011 8:26:57 PM
jurnal yudhagama bawahan, hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab seorang pemimpin. Semakin tinggi jabatan yang dipegang maka akan semakin besar pula tanggung jawabnya dan sebaliknya. Tiga. Integritas akan menghasilkan reputasi dan citra yang kuat. Seorang pemimpin yang mendapat kepercayaan dari bawahan berarti memiliki reputasi dan citra dari bawahannya, karena dengan memiliki integritas pada dasarnya pemimpin memiliki ketulusan hati dan itikad yang baik. Keenam, memiliki rasa ke-pedulian. Memiliki rasa kepedulian dari seorang pemimpin tidak diukur dari segi finansial saja tetapi lebih dititikberatkan kepada rasa empati (ikut merasakan) dari seorang pimpinan terhadap segala kesulitan bawahannya khususnya masalah perhatian pimpinan terhadap aspek kesejahteraan bawahan, karena kesejahteraan bawahan/anggota sangat menentukan optimalisasi dari keberhasilan dalam me-
laksanakan tugas pokok. Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan lahir batin dalam arti dapat terpenuhinya kebutuhan minimal, baik yang bersifat materiil maupun spiritual untuk pribadi serta keluarganya. Begitu juga kesejahteraan dalam bentuk prospek karier dan sebagainya merupakan hal sangat penting, agar setiap bawahan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan tenang dan penuh konsentrasi. Ketujuh, memiliki Intelektual. Kemampuan pemimpin untuk dapat mempengaruhi, membawa dan mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sangat tergantung dari pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan agar mampu membuat rencana pelaksanaan tugas yang dipercayakan kepadanya,
Foto Dispenad
akan tetapi lebih kepada jati dirinya. Perlu di ingat bahwa anak buah atau bawahan yang sering melihat pemimpinnya konsisten dalam perkataan dan tindakannya, maka mereka juga akan menunjukkan loyalitasnya yang lebih. V. Gilbert Beers mengatakan bahwa seseorang yang memiliki integritas adalah orang yang mampu dan berani menetapkan sistem norma dalam kehidupannya. Faktor integritas adalah sangat penting karena dapat menentukan kredibilitas seorang Pemimpin, karena; Satu Integritas mampu memberikan kepercayaan. Agar supaya menjadi seorang pemimpin yang harus mendapat kepercayaan dari anak buah, tanpa integritas berarti tidak ada kepercayaan dari anak buah, sehingga kepemimpinan tidak berhasil. Dua. Integritas memiliki nilai pengaruh yang tinggi. Tugas pokok akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila di dukung integritas yang tinggi dari
»
50
Petunjuk yang tepat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 50
6/16/2011 8:27:00 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD mampu mengambil keputusan yang tepat dari alternatif-alternatif cara bertindak yang dihasilkan dalam proses perencanaan dan mampu mengawasi pelaksanaan tugas agar dapat berjalan dan terlaksana sesuai dengan rencana. Prinsipprinsip yang berkaitan dengan Intelektual, adalah: Satu, berpikir kreatif. Mengembangkan imajinasi untuk merealisasikan gagasangagasan dan isi pikiran, dalam rangka mencapai kondisi dimasa depan sebagaimana yang diharapkan. Dua, perhatian yang terkendali. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran pada suatu pokok masalah sampai dapat menguasainya. Sekalipun mungkin terdapat banyak persoalan yang harus diselesaikan, kita harus dapat menentukan skala prioritas. Tiga, berpikir secara akurat. Pemikiran yang cermat akan belajar mempercayai keputusan yang dibuat, dan berhati-hati terhadap siapapun yang mempengaruhinya. Mampu mengumpulkan sekaligus memilah berbagai fakta yang relavan sekaligus memilah kondisi emosi ataupun realita dalam keputusannya secara bijaksana. Kedelapan, profesional dalam tugas dan jabatannya. Tingkat profesionalisme dapat diukur dari kemampuan menyelesaikan tugas dan fungsinya sesuai jabatan yang diemban, baik di satuan maupun dalam setiap penugasan. Dalam pengertian seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan (soko guru) bagi bawahannya dan memiliki kesadaran etika dan moral yang tinggi. Banyak terjadinya pelanggaran hukum dan banyaknya korban dalam penugasan karena rendahnya profesionalisme pemimpin dalam membina dan mengembangkan kemampuan prajuritnya menuju keberhasilan dalam setiap pelaksanaan tugas. Pembinaan dan peningkatan profesionalisme harus dilakukan secara berkesinambungan
melalui suatu sistem dan pola yang baku sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas yang berkembang saat ini dan harus dihindari caracara yang berorientasi kepada selera individu (pimpinan). Berdasarkan hakikat profesionalisme menurut Samuel P.Huntington dalam bukunya ”Teori dan Politik: Hubungan Militer dan Sipil” menyebutkan bahwa pengertian profesionalisme itu tidak terlepas dari kriteria: keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility) dan kebersamaan (corporateness), yang dikaitkan dengan tuntutan peran pemimpin saat ini dan tantangan yang dihadapi pemimpin masa depan, maka dalam diri seorang pemimpin diharapkan memiliki jiwa patriotik yang melekat kuat sepanjang masa pengabdiannya, memiliki keahlian dan kemampuan untuk memimpin serta mampu membina dan berpikir kreatif sesuai dengan pangkat dan jabatannya. Perilaku Pemimpin Profesional. Terdapat 5 (lima) kriteria perilaku atau tindakan pemimpin profesional dan dikatakan profesional apabila dapat menerapkan kriteria tersebut secara bersama-sama dan bukan hanya parsial/sebagian saja, yaitu: Satu, mampu menunjukan proses kinerja dan hasil kerja yang maksimal dan terbaik. Sepenuhnya dan tidak setengah-setengah (all out). Dua, mengetahui dan menyadari batas-batas kemampuan dan kewenangannya. Tiga, mengikuti standar norma yang berlaku dan mempertimbangkan etika dalam setiap tindakannya. Empat, menerapkan dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini atau mutakhir. Lima, selalu berupaya mengembangkan diri untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, melalui proses belajar dan berlatih secara formal maupun non formal. Dikaitkan dengan tantangan tugas
dan perilaku profesional diatas, maka pemimpin profesional yang dimaksud adalah pemimpin yang memiliki kemampuan menjawab tantangan tugas di masa depan, yaitu pemimpin yang mempunyai kompetensi yang tinggi dibidang tugasnya saat ini dan memiliki wawasan kedepan untuk mampu menjangkau tantangan strategis dimasa mendatang. Kesembilan. Memiliki rasa nasionalisme tantangan tugas masa depan diprediksi masih dihadapkan dengan ancaman separatisme, terorisme dan radikalisme yang mengarah pada ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan NKRI, hal tersebut menuntut seorang pemimpin yang dibekali semangat nasioalisme, patriotisme dan bela negara yang tinggi. Kepemimpinan TNI AD harus berwawasan nasional, melihat Indonesia secara komprehensif dan holistik dari Sabang sampai Merauke tanpa adanya pandangan sempit dan parsial. Seorang pemimpin juga harus meninggalkan pemikiran yang berorientasi pada primordial (asalusul), fanatisme yang sempit dan perbedaan-perbedaan berdasarkan ras, agama, suku/ kedaerahan guna tetap terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa. Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi ataupun golongan serta turut berpartisipasi aktif untuk menyatukan cara pandang dari masing-masing elemen kelompok masyarakat yang berbeda untuk kepentingan bangsa dan negara guna mewujudkan citacita nasional. Berdasarkan dari uraian diatas dapat diambilah kesimpulan bahwa; Pertama, Menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan masa depan serta dihadapkan kepada tantangan tugas yang harus dilaksanakan, seorang pemimpin dituntut untuk memiliki karakter dan keberanian, integritas yang kuat dengan didukung oleh
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 51
51
6/16/2011 8:27:00 PM
jurnal yudhagama kemampuan intelektual yang memadai serta dijiwai oleh rasa nasionalisme, rasa kepedulian dan rasa kepercayaan, disamping itu juga harus disertai dengan tekad yang kuat untuk menjadi pemimpin TNI AD yang profesional. Kedua, Dalam menyiapkan kualitas pemimpin TNI AD dimasa depan, seorang pemimpin tidak lagi bersandar kepada pendekatan trial and error (mencoba-coba), namun harus
dilakukan dengan perencanaan yang sesempurna mungkin, melalui tahap seleksi dan pendidikan yang dapat ditempuh secara formal atau non formal, penugasan dan belajar sendiri. Ketiga, Kualitas seorang pemimpin TNI AD akan meningkat dengan baik apabila ada keyakinan dan sekaligus menyadari bahwa menjadi pemimpin itu adalah suatu kepercayaan dan kehormatan yang memiliki konsekuensi tugas yang
harus dipertanggung jawabkan kepada negara dan bangsa. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan tugasnya seorang pemimpin senantiasa berpedoman kepada 11 azas kepemimpinan, sifat-sifat kepemimpinan dan prinsip-prinsip kepemimpinan yang harus selalu di pahami dan diaktualisasikan secara nyata.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I.
Data Pokok
IV.
1. Nama : Syaiful Ilyas, S.IP 2. Pangkat/NRP : Kolonel Inf/30435 3. Tempat/Tgl. Lahir : P. Sambu, 22 Juli 1962 4. Agama : Islam 5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : Akabri/1985 7. Jabatan : Pamen Ahli Seskoad Bid. Kepemimpinan II. Riwayat Pendidikan Militer Dikbangum 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Akmil Sussarcab If Suslapa I Suslapa II Seskoad Sesko TNI
1985 1985 1990 1995 2001 2010
Dikbangspes 1. Tartih Inti Oli 2. Tar Nik Garlat 3. Sus Gumil 4. Sus Bahasa Inggris 5. Sus Sar Para 6. Sus Danyon 7. Susstaf Renstra 8. Sus Danbrigif
1986 1987 1989 1992 1998 2000 2006 2008
III. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
52
Riwayat Jabatan
1. Danton Yonif-201/Jaya 2. Danton Satprot Mabes ABRI 3. Dan Kelas/Tih Madya Satdik Secapa AD 4. Gumil Gol VII Deptik/Staf Secapa AD 5. Dansat Demlat Secapa AD 6. Dansatsis Satdik Secapa AD 7. Ps. Kasi-2/Ops Brigif Linud Kostrad 8. Kasi Binpers Divisi-2 Kostrad 9. Kasi 3/Pers Divisi-6 Kostrad 10. Wadan Yonif-515/Kostrad 11. Pabandya Kumtaltibprot Kostrad 12. Danyonif-515/Kostrad 13. Pabandya Lat Sopsdam II/Swj 14. Dandim-0421/Lamsel 15. Waasops Kasdam II/Swj 16. Dosen Madya Seskoad 17. Pamen Mabesad (Dik Sesko TNI) 18. Pamen Ahli Gol IV Seskoad Bid. Kepemimpinan
1985 1987 1989 1990 1992 1993 1995 1995 1996 1998 1999 2000 2002 2002 2005 2009 2010 2010
Riwayat Penugasan Ops Irian Jaya Ops Pam Ambon Ops Irian Jaya One The Job Training Kekar Malindo (Malaysia) Indopura (Singapura) Pertukaran Pa Senior (Singapura) KKLN Sesko TNI (Korea Selatan)
1996/1997 1999 2000/2001 1993 1995 1997 2007 2010
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 52
6/16/2011 8:27:00 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Oleh : Letkol Inf Mu’tamar (Dandim-0805/Ngawi)
Latar Belakang Masalah.
R
asa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dahsyat luar biasa kekuatannya. Kemudian apa itu rasa kebangsaan? Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional di mana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan maupun semangat patriotisme. Bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis adanya. Dalam kedinamisannya, antarpandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan bangsa
lainnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan benturan budaya dan kemudian bermetamorfosa dalam campuran budaya dan sintesanya, maka derajat kebangsaan suatu bangsa menjadi dinamis dan tumbuh kuat dan kemudian terkristalisasi dalam paham kebangsaan (Kartasasmita, 1994). Paham kebangsaan berkembang dari waktu ke waktu, dan berbeda dalam satu lingkungan masyarakat dengan lingkungan lainnya. Rasa kebangsaan yang telah membangun paham kebangsaan sekelompok masyarakat, dilandasi semangat kebangsaan pada gilirannya akan melahirkan wawasan kebangsaan yang merupakan jiwa, cita-cita, atau falsafah hidup yang tidak lahir dengan sendirinya. Ia sesungguhnya merupakan hasil konstruksi dari realitas sosial dan politik (Anderson,1991). Selaras dengan derasnya arus demokratisasi yang telah menyentuh sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ada indikasi kuat semakin melemahnya pemahaman masyarakat suatu bangsa terhadap wawasan kebangsaan. Hal tersebut mengingat kuatnya arus globalisasi
yang salah satunya mengusung issu demokratisasi telah melahirkan indikator semakin menguat dan berkembangnya semangat ethnic nationalism atau micro nationalism, hal itulah yang disebut Naisbitt dalam bukunya Global Paradox bahwa globalisasi telah melahirkan fenomena paradoks. Di satu sisi telah berkembang semangat universalisme dalam tataran global dan pada sisi yang lain justru bertumbuh subur semangat etnik maupun tuntutan yang bernuansa SARA di dalam kehidupan masyarakat suatu bangsa. Sebagai salah satu upaya untuk menjawab kepentingan tersebut penulis berasumsi dapat dilaksanakan melalui upaya revitalisasi atau menajamkan kembali nilai-nilai yang terkandung dan menjadi ruh dari komitmen kebangsaan. Dalam tulisan ini akan disajikan dua rumusan masalah; (1) Apa sebenarnya komitmen kebangsaan masyarakat Indonesia yang sudah dibangun selama ini? (2) Bagaimana langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka merevitalisasi komitmen kebangsaan sebagai pilar tetap tegak kokohnya NKRI ? Meretas Komitmen Kebangsaan.
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 53
53
6/16/2011 8:27:01 PM
jurnal yudhagama Ada 3 (tiga) hal mendasar tentang komitmen kebangsaan yang lahir saat itu, yakni komitmen tentang satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Memasuki periode berikutnya, komitmen kebangsaan Indonesia yang telah dicetuskan para pemuda pada 1928 tersebut telah mewujud menjadi komitmen kenegaraan, yakni dengan dicetuskannya proklamasi kemerdekaan tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan tekad satu berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan wilayah dari Sabang sampai Merauke. Sebagai bangsa yang sangat muda, bangsa Indonesia masih perlu mencari jejak atau pondasi yang kuat dalam memahami apa yang disebut konsepsi wawasan kebangsaan. Paham kebangsaan berkembang dari waktu ke waktu dan berbeda dalam lingkungan masyarakat dengan lingkungan lainnya. Pun jika berbicara masalah geografis, wilayah kekuasaan RI senantiasa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keadaan pada zamannya hingga kini terbentuklah wilayah kekuasaan Indonesia
Foto Istimewa
Selama ini bangsa Indonesia selalu memperingati hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei. Hari yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional ini merupakan tanggal berdirinya satu perkumpulan yang bernama Budi Utomo. Perkumpulan ini didirikan tepatnya pada 20 Mei 1908, oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dkk, seorang dokter priyayi Jawa yang merakyat. Tujuan didirikannya organisasi ini seperti yang tercantum dalam bukubuku cetak pelajaran di sekolah antara lain untuk meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di Pulau Jawa saat itu. Momentum kebangkitan nasional pada 1908 yang lalu, dengan demikian dalam kadar yang masih sederhana dapat dikatakan sebagai cikal bakal tumbuhnya komitmen kebangsaan masyarakat Indonesia paska berdirinya kerajaan-kerajaan di bumi nusantara ini. Dalam perkembangannya semangat dan komitmen kebangsaan Indonesia bertumbuh lebih matang, terutama sejak lahirnya deklarasi pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.
»
54
dari Sabang hingga Merauke dimana masih belum begitu jelas bagaimana proses penggabungan wilayah-wilayah ini, merujuk pada masa-masa awal berdirinya RI. Justru karena itulah, dalam rangka merekatkan rasa satu bangsa, pada masa Presiden Soeharto wawasan kebangsaan diinduksikan ke dalam setiap warga Negara Indonesia pada saat penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang ditetapkan melalui keputusan TAP MPR No. II tahun 1978 dalam bentuk 45 butir Pancasila. Kini setelah era Soeharto berlalu maka sadarlah kita tentang wawasan kebangsaan itu. Kita bisa berdebat apa saja tentang definisi dan makna wawasan kebangsaan. Membicarakan bangsa artinya kita juga wajib membicarakan rumpun-rumpun suku bangsa yang ada di dalamnya. Suku bangsa membentuk mozaik negara sehingga tampak indah, bervariasi, saling memperkaya dan melengkapi. Konsekuensi dari membicarakan suku bangsa kita membicarakan nasib suku bangsa itu juga. Apakah suku bangsa tertentu telah hidup layak dalam negara Indonesia yang sudah merdeka selama 65 tahun. Atau jangan-jangan setelah bernaung dalam Negara Kesatuan Indonesia dan mendapat kuliah wawasan kebangsaan berhari-hari ternyata kehidupan tidak membaik malah makin memburuk, ditandai dengan untuk sekedar memenuhi kebutuhan dasar air, listrik, pendidikan dan kesehatan saja tidak bisa. Ada satu hal menarik tentang paham kebangsaan di antara Bapak pendiri Indonesia. Mohammad Hatta pernah mengatakan bahwa sulit memperoleh kriteria yang tepat apa yang menentukan bangsa. Bangsa bukanlah didasarkan pada
Rasa kebangsaan lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan dan sejarah
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 54
6/16/2011 8:27:02 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
»
Prajurit TNI senantiasa selalu siap menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI
kesamaan asal, persamaan bahasa dan persamaan agama. Menurut Hatta kembali, “bangsa ditentukan oleh sebuah keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak” (Hatta, 1992 : 21). Revitalisasi Komitmen Kebangsaan Secara jujur diakui bersama, bahwa komitmen kebangsaan masyarakat Indonesia pada prinsipnya adalah kesadaran dan keyakinan terhadap tekad yang terwujud dalam kebersamaan kolektif dalam kerangka satu cinta tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia. Dewasa ini komitmen
kebangsaan tersebut telah mengalami pasang surut, bahkan menghadapi cobaan demikian berat dengan berkembangnya semangat etnik dan semangat separatis di beberapa daerah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah instrumen atau perangkat apakah yang dapat menyatukan kembali kesemuanya itu dalam konteks ke-Indonesiaan yang begitu beragam? Seandainya instrumen atau perangkat pemersatu tersebut telah ditemukan jawabnya secara benar, pertanyaan lanjutan yang menuntut jawaban dengan segera adalah; Bagaimana langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam rangka merevitalisasi nilainilai yang terkandung dalam instrumen atau perangkat pemersatu tersebut? Dengan sebuah pertanyaan kritis dan mendalam, pada materinya, sampai kapan Bangsa Indonesia boleh/akan/harus tetap ada, pada 50 tahun ke depan, atau 100 tahun,
atau 500 tahun atau selamanya. Pertanyaan itu perlu dijawab dengan topik-topik seperti Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika. Jangan lupa ada sejumlah bangsa yang punah, setelah eksis selama kurun waktu tertentu. Visi Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur yang sudah ada dalam Pembukaan UUD 1945 sehingga Bangsa Indonesia tahun 3000 pun tetap harus bisa menerima dan melaksanakan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai instrumen pemersatu bangsa. Para pendiri bangsa ini sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar negara sekaligus alat pemersatu. Namun seiring perjalanan waktu nilai-nilai luhur yang dimanifestasikan dalam lima butir silanya perlahan pudar. Pancasila tak ubahnya sebuah simbol tanpa makna. Pancasila sebagai nilai dasar negara dalam kondisi sekarang, seharusnya tetap
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 55
55
6/16/2011 8:27:04 PM
jurnal yudhagama diakui sebagai alat pemersatu bangsa. Tidak ada nilai atau entitas lain untuk mempersatukan bangsa kita selain Pancasila. Secara historis, dilihat dari segi kemunculannya, terlepas dari penggunaannya sebagai suatu ideologi, Pancasila merupakan penanda berdirinya Negara Republik Indonesia. Apabila kita mendelegasikan Pancasila itu sebenarnya mendelegasikan pendirian republik ini. Pada titik ini, pendirian negara kita sebagai suatu bangsa diikat oleh Pancasila. Kalau menolak Pancasila, berarti menolak pendirian kita sebagai suatu bangsa. Di era Orde Baru itu memang banyak sekali Pancasila digunakan sebagai alat untuk melegitimasi politik. Pada titik reformasi mendekonstruksi Orde Baru, Pancasila pun turut didekonstruksi kebenarannya sebagai alat pemersatu bangsa. Padahal Pancasilanya sendiri tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah penggunaan politik Orde Baru terhadap Pancasila. Ini juga melahirkan suatu situasi yang melemahkan gagasan Pancasila sebagai satu visi kebersamaan. Di luar yang lain, praktik-praktik Orde Baru seperti menindas kelompok miskin, menindas kelompokkelompok buruh, memang menjadikan Pancasila seolah-olah bertentangan dengan segi-segi kerakyatan, kemaslahatan umum. Tapi bagaimanapun Orde Baru telah berupaya mendefinisikan Pancasila sesuai kepentingan jaman saat itu, terlepas sudah tepat atau belum dalam menjabarkannya. Di sinilah perlunya langkah-langkah untuk merevitalisasi, merestorasi dan menggali segi-segi azali-nya dari Pancasila. Di situlah akan dapat ditemukan orientasi atau kesatuan etis dari bangsa Indonesia dari segenap warga negara Indonesia. Persoalan jati diri bangsa mengingatkan bahwa, jati diri bangsa Indonesia adalah Pancasila, namun 56
»
Kegiatan Pramuka menumbuhkan semangat kebangsaan
dalam perjalanan Bangsa Indonesia, setelah kemerdekaan direbut, dalam mengisi kemerdekaan ada berbagai tantangan, penyimpangan, dalam implementasi Pancasila, antara lain karena, penyelenggaraan negara masih sangat dipengaruhi feodalisme, diwarnai KKN, hingga era reformasi dengan euforia dan kebebasan yang nyaris tanpa batas, semakin pudarnya jati diri atau lunturnya wawasan kebangsaan. Persoalan bangsa terasa lebih berat dengan rapuhnya, kepemimpinan dan terutama keteladanan pada setiap level dan segmen masyarakat serta rendahnya daya kendali dan daya kelola Pemerintah terhadap aneka problematika apalagi arus globalisasi tidak terhindarkan. Salah satu jalan keluar yang ideal, strategis, rasional, realistis, dan visioner namun berat adalah rekonstruksi jati diri bangsa dalam bingkai besar reinvensi keIndonesiaan. Untuk itu dalam konteks revitalisasi terhadap komitmen kebangsaan ini, kesadaran bersama perlu digugah kembali bahwa eksistensi suatu bangsa dan negara sesungguhnya karena adanya
kesepakatan, komitmen dan tujuan hidup bersama. Di sinilah perlunya membangun komitmen bersama, untuk pelembagaan Pancasila dengan mengelindingkan gerakan moral/kolektif nasional yang secara ringkas dielaborasi dalam 3 langkah; Penyadaran kembali (re-konsientisasi) terhadap segala tantangan bangsa, terutama disintegrasi di Aceh, Papua, Maluku; penegasan kembali dan pembenahan ulang (re-afirmasi dan re-konsolidasi) Pancasila sebagai ideologi payung dan rumah bersama. Dengan menajamkan komitmen kebangsaan kita melalui perwujudan “Pancasila sebagai Rumah Bangsa”. Mempelajari secara kritis dan cerdas, tanpa sikap apriori, dari pengalaman proses sosialisasi P-4 yang dilakukan melalui pendekatan penataran kiranya perlu ditinjau kembali apakah pendekatan itu efektif bagi upaya sosialisasi Wawasan Kebangsaan. Apabila memang cukup efektif tidak ada salahnya dalam rangka merevitalisasi komitmen kebangsaan agar senantiasa segar dan aktual, penyelenggaraan P4
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 56
6/16/2011 8:27:05 PM
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD dihidupkan kembali. Namun apabila hal tersebut sudah tidak menjaman lagi, maka berbagai pendekatan lain secara teknis bisa dilakukan dengan cara yang lebih menggugah dan partisipatif, antara lain dengan Focused Group Discussion (FGD), Out Bound Orientation (OBO), Public Debate Simulation/Exercise, atau melalui cara-cara yang lazim dikenal seperti lokakarya atau seminar yang sifatnya lebih dua arah. Di samping itu, upaya sosialisasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan media massa termasuk kreatif ide dari profesional di bidangnya, dan melalui saluransaluran pendidikan baik formal maupun informal, serta diseminasi melalui pamflet, liflet, brosur dan sebagainya. Terkait dengan upaya sosialisasi dan pelembagaan nilai-nilai luhur Pancasila, maka kenyataan menunjukkan bahwa lembaga pendidikan dan kegiatan keagamaan juga mempunyai andil yang besar dalam menanamkan nilai-nilai positif itu. Dihadapkan pada tantangan jaman dewasa ini, seharusnya lahir kesadaran kolektif secara nasional, bahwa demi tetap tegak kokohnya NKRI maka pembinaan dan pengembangan seluruh aspek kehidupan nasional (ideologi, politik, eknomi, sosial budaya maupun lainnya) harus senafas dan dapat diakomodasi dalam kepentingan pembangunan pertahanan negara. Namun hingga kini belum dapat diwujudkan sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh, kepentingan ekonomi, politik, sosial budaya maupun lainnya terkadang pengembangannya hanya didasarkan oleh masingmasing kepentingan aspek tersebut, sehingga manakala dihadapkan pada kepentingan aspek lainnya (aspek pertahanan khususnya) bukan hanya tidak adanya sinergitas, sekaligus dapat mewujudkan pola pembangunan yang melemahkan
aspek pertahanan negara, yang akhirnya akan mengancam komitmen kebangsaan dan meluluhlantakkan eksistensi NKRI. Penutup. Mencermati seluruh rangkaian anilisis di atas segenap anak bangsa sangat menyadari bahwa komitmen kebangsaan yang sejak awal telah berhasil membangun tegak berdirinya NKRI adalah adanya kesadaran kolektif segenap warga negara Indonesia yang mencintai tanah air satu, mengakui kebangsaan yang satu dan juga menjunjung tinggi bahasa yang satuIndonesia. Dalam perkembangannya, komitmen kebangsaan tersebut semakin direkatkan dengan diakuinya Pancasila sebagai pemersatu bangsa, meskipun dalam pasang surut dinamika sejarah nasional, Pancasila telah mengalami pahit getir dalam mempertahankan eksistensinya sebagai satu-satunya ideologi negara di bumi Indonesia. Berbagai ancaman dan tantangan yang hendak menggantikan ideologi Pancasila dalam konteks NKRI telah tercatat dalam tinta hitam sejarah nasional bangsa Indonesia. Perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam mempertahankan komitmen kebangsaan di mana Pancasila sebagai pemersatu bangsa sungguh tidak boleh bergeser dimana dan sampai kapanpun, 50 tahun lagi, 100 tahun lagi, 1000 tahun atau bahkan selama masih ada kehidupan ini, komitmen kebangsaan segenap warga negara Indonesia harus tetap dipegang teguh dengan Pancasila sebagai alat pemersatunya. Justru karena itulah, di tengahtengah derasnya pengaruh nilainilai globalisasi saat ini upaya dalam merevitalisasi komitmen kebangsaan sangat tidak arif bila mengabaikan penajaman kembali terhadap nilainilai luhur Pancasila. Satu-satunya obat mujarab untuk menajamkan
kembali wawasan kebangsaan dan komitmen kebangsaan adalah melalui langkah-langkah penyegaran kembali atas nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Upaya penajaman kembali tersebut, sebagaimana telah dikupas dalam pembahasan di atas adalah antara lain melalui sosialisasi, terutama melalui jalur pendidikan maupun jalur struktur pemerintahan secara formal, meskipun tidak harus dilaksanakan melalui penyelenggaraan P-4 bila memang tidak sesuai dengan jamannya lagi. Masih ada dan banyak alternatif lain yang dapat diambil dalam rangka menyegarkan kembali nilai-nilai Pancasila ditengahtengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini. Persoalannya, semua tergantung dari `goodwill` (niat dan tekad baik) pemerintah yang didukung oleh seluruh komponen dan lapisan masyarakat Indonesia untuk mewujudkannya secara lebih terhormat dan bertanggung jawab. Kita semua menunggu, goodwill itu benar-benar akan menjadi langkah nyata di tengah-tengah kehidupan kenegaraan kita saat ini dan harus terwujud sebagai penyempurna komitmen kebangsaan kita demi tetap tegaknya NKRI yang teramat kita cintai. Semoga!*** DAFTAR PUSTAKA Nasdep, GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGIS, Seskoad, Bandung, 2007. Nasdep, WAWASAN NUSANTARA, Seskoad, Bandung, 2007. Nasdep, KETAHANAN NASIONAL, Seskoad, Bandung, 2007. Ginandjar Kartasasmita, PEMBANGUNAN NASIONAL DAN WAWASAN KEBANGSAAN, Jakarta 1994. Bennedict Anderson, IMAGINED COMMUNITY : REFLECTIONS ON THE ORIGIN AND SPREAD
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 57
57
6/16/2011 8:27:05 PM
jurnal yudhagama OF NATIONALISM, Yale University, 1991. MOHAMMAD HATTA : BEBERAPA POKOK PIKIRAN; Jakarta UI-Press, 1992. Soemiarno, Slamet dkk, 2008, MPKT Buku Ajar III: BANGSA, NEGARA DAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA, Penerbit FEUI: Depok. Beberapa artikel tulisan Mu’tamar yang diterbitkan di berbagai Media Cetak (Hr. Angkatan Bersenjata, Hr. WASPADA, Hr. ANALISA dan lainnya).
PIMPINAN BANK JATIM CABANG JOMBANG BESERTA STAF DAN SEGENAP KARYAWAN MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS DILANTIKNYA LETJEN TNI BUDIMAN SEBAGAI WAKASAD
Letkol Arm Ruly Chandrayadi, S.H Nrp. 11930087920272
BAMBANG WALUYO PIMPINAN CABANG
Dandim-0716/Demak Beserta Staf dan Jajaran Mengucapkan Selamat Bertanding Kontingen PORAD Kodam IV/Diponegoro
www.bankjatim.co.id Kantor Pusat: Jl. Basuki Rachmad 98-104, Surabaya 60271 Telp. (031) 5310090-99 (hunting) Fax. (031) 5311056 PO. BOX. 917
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS Nama : Pangkat/Nrp : Tempat./Tgl lahir : Jabatan : Kesatuan : Status : Pendidikan militer : Pendidikan umum : Pengalaman organisasi : Pengalaman menulis :
Mu’tamar Letkol Inf/1910016430364 Kebumen/9-03-1964 Dandim-0805/Ngawi Kodim-0805 Rem-O81/DSJ Dam V/Brw K-2 Seskoad 2006 1. 2.
Fisip UNS Mahasiswa S-2 UGM
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ketua Fodisma Fisip UNS Ketua Kabid IV KMA PBS UNS Sekretaris YSK Sekretaris Pakkes Sekretaris Pakkem Pernah Aktif di HMI dan GMNI Surakarta
1. Pernah Aktif Menulis di Hr. Waspada dan Hr. Analisa Medan, Tabloid Bina Semarang dan Hr. Angkatan Bersenjata Jakarta. 2. Juara I Lomba Karya Tulis Teritorial Jajaran TNI AD Kategori Pamen Satkowil. Tahun 2008 3. Juara I Lomba Karya Tulis dalam rangka HUT Ke-65 TNI Tahun 2010.
58
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 58
6/16/2011 8:27:05 PM
Edisi Juni.indd 59
6/16/2011 8:27:07 PM
jurnal yudhagama
60
Volume 31 No. 2 Juni 2011
Edisi Juni.indd 60
6/16/2011 8:27:08 PM