Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
IDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA BUKITTINGGI Oleh: Idzurnida Ismael*) Junaidi**) *) Dosen Jurusan Teknik Sipil **) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Jalan Gajah Mada Kandis Nanggalo Padang Telp. 0751-7055202
Intisari Pelaksaaan proyek konstruksi berhasil jika hasil evaluasi baik biaya, waktu dan kualitas sesuai dengan rencana, Perencanaan sendiri suatu proses untuk membuat gambaran secara visual tentang suatu sarana yang akan dibangun yang dituangkan dalam bentuk rencana detail dan spesifikasi. Konstruksi merupakan proses identifikasi aktifitas dan sumber daya dalam membangun suatu fasilitas. Pelaksanaan proyek konstruksi tidak seluruhnya dapat diselesai tepat waktu sesuai yang telah ditetapkan dalam kontrak, banyak kendala dalam pelaksanaanya, Oleh sebab itu dilakukan penelitian Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi gedung khususnya di Kota Bukittinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode survey yang yang terlebih dahulu mengumpulkan data dari hasil studi literature dan wawancara kepada pakar, Untuk mendapatkan rangking faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan dengan pengolahan data dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil analisa data menunjukkan ada tiga faktor utama yang mempengarui keterlambatan proyek konstruksi, penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi gedung yaitu mutu material kurang dari yang dibutuhkan, mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi dan perubahan spesifikasi ikut mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi. Kata kunci : Konstruksi gedung, Keterlambatan proyek.
1. Pendahuluan berbagai tugas pekerjaan. Dan rencana pembangunan yang baik adalah dasar untuk mengembangkan anggaran, jadwal dan mutu pekerjaan. Menurut Waryanto (1998), perencanaan konstruksi secara garis besar terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yaitu : Mengumpulkan dan menganalisis informasi, mengembangkan alternatif-alternatif, Analisa dan evaluasi alternatif-alternatif, memilih alternatif, melaksanakan dan menerima umpan balik, membuat dokumentasi (terutama asumsi dan metode analisis yang dipakai).
Setiap proyek memiliki tujuan khusus, didalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi, Soeharto (1997). Perencanaan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tahapan yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran berikut menyiapkan langkah-langkah kegiatan termasuk menyiapkan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan konstruksi adalah suatu tahap yang fundamental dalam pengelolaan dan pelaksanaan proyek - proyek konstruksi. Keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh pemilihan teknologi, definisi tugas pekerjaan, estimasi sumber daya yang diperlukan dan durasi untuk tugas individu, serta identifikasi dari setiap interaksi di antara
Disamping itu sumber daya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Sumber daya material merupakan salah satu sumber permasalahan proyek yang mempengaruhi pelaksanaan proyek. Dalam
25
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
kasus, observasi dilakukan pada proyek pembangunan Gedung di Kota Bukittinggi. Pelaksanaan dari suatu proyek biasanya berhubungan dengan biaya, waktu dan mutu. ketiga itu dapat digunakan untuk mengevaluasi kesuksesan suatu proyek. Tingkat pelaksanaan dari suatu proyek dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut Dalam pelaksanaan proyek konstruksi kondisi yang idealnya adalah apabila seluruh komponen kontrak konstruksi dengan pengguna jasa diuraikan secara jelas dalam surat perjanjian, baik spesifikasi umum kontrak, spesifikasi khusus kontrak, spesifikasi teknis, gambar rencana dan daftar kuantitas. Tetapi selama masa pelaksanaan sering kali tidak sesuai dengan asumsi tersebut diatas. Sehingga perbedaan kondisi tersebut sudah pasti mempengaruhi biaya pelaksanaan proyek.
mengadakan sumber daya manajemen harus mempunyai informasi-informasi yang dapat menunjang kegiatan proyek. memiliki dokumen, prosedur dan jadwal sesuai dengan deskripsi kerja yang ada. Menurut Saleh ( 2005) Keterlambatan akan menyebabkan kerugian bagi pihak-pihak terkait terutama pemilik dan kontraktor, karena umumnya disertai konflik, tuntutan waktu dan biaya, serta penyimpangan kualitas penyelesaian proyek. 2. Perumusan Masalah Permasalahan difokuskan pada penelitian ini adalah mengindentifikasi dan mencari faktor-faktor keterlambatan dan mencari faktor utama yang menimbulkan dampak terhadap kinerja pelaksanaan konstruksi. Keterlambatan proyek mengakibatkan tidak sesuainya biaya, waktu yang telah direncanakan. Faktor – faktor keterlambatan proyek di duga disebabkab antara lain : Perencanaan, Sumberdaya ( material , tenaga, peralatan dan dana), lemahnya pengawasan, metode pelaksanaan yang tidak sesuai dsb.
4.1
Maksud penelitian ini adalah untuk indentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi, hasil penelitian yang di harapkan dapat membantu menimalisasikan keterlambatan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proyek yang akan datang. Sedangkan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : Untuk mengetahui faktor–faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi.
b. Untuk mencari rangking faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi.
4.
Proyek Konstruksi.
Setiap proyek konstruksi memiliki karateristik yang sangat berbeda satu sama lainnya, proyek konstruksi gedung memiliki karateristik yang unik sehingga tidak ada proyek yang benar-benar sama satu dan lainnya. Proyek konstruksi selama prosesnya mempunyai ketidakpastian, hal ini merupakan karakteristik utama dalam proses pelaksanaan konstruksi. Proyek konstruksi dengan dengan waktu dan sumber daya tertentu mempunyai ciri-ciri: - Memiliki tujuan yang khusus. - Jumlah biaya, Kriteria mutu dan sasaran jadwal dalarn proses mencapai tujuan telah ditentukan. - Bersifat sementara, mempunyai Titik awal dan titik akhir yang ditentukan dengan jelas . - Tidak rutin dan tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Menurut Donald S.Barrie (1990), mengatakan ada lima (6) tahapan yang memberikan sumbangan dalam pengembangan suatu proyek ( siklus hidup proyek), mulai dari gagasan sampai selesainya proyek konstruksi, adalah sebagai berikut : - Konsep dan studi kelayakan (Concept & Feasibility Study)
3. Maksud dan Tujuan Penelitian
a.
ISSN : 1693-752X
Tinjauan Pustaka
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data-data dari literature – literature yang terkait dengan judul penelitian dan dari kasus – kasus yang sering terjadi di lapangan melalui pendekatan studi
26
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
optimal dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. Disain teknis sesuai kemampuan proses (biaya dan waktu) dalam arti lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan masih dalam batas kemampuan anggaran biaya yang wajar serta ketersediaan waktu yang memadai. Didalam dokumen kontrak harus diyakini bahwa disain telah mencakup semua persyaratan produk atau spesifikasi teknis dan proses pelaksanaan pekerjaan.
-
Rekayasa dan disain (Engineering & Design) - Pengadaan (Procurement) - Konstruksi (Construction) Memulai dan penerapan ( Strart-up and implementation) - Operasi dan perawatan (Operation & Maintenance) Menurut UNIDO (United Nation Industrial Development Organization) dikutip dari Suharto (1997), UNIDO membagi proyek menjadi 2 tahapan yang dirinci sebagai berikut : a. Tahap Persiapan - Identifikasi gagasan atau analisa pendahuluan. - Pengembangan ide menjadi konsep altematif. - Formulasi lingkup proyek. - Evaluasi lanjutan dan keputusan untuk investasi.
Perencanaan biaya Menurut Iman Suharto(1999), terdiri dari serangkaian langkah untuk memperkirakan besar biaya dari sumber daya yang diperlukan oleh proyek konstruksi tersebut, termasuk mempertimbangkan alternatif yang mungkin dapat menghasilkan biaya yang paling ekonomis. 4.1.2 Pelaksanaan Proyek konstruksi Di dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan, dimana kegiatan proyek sifatnya sementara dan berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan alokasi sumber dana terbatas pula sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Banyaknya kegiatan dan pemangku kebijakan yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahan yang bersifat kompleks.( Suharto, 1999 ). Dan kompleksitas dalam proyek tergantung dari : - Jumlah macam kegiatan proyek. - Macam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) - Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) dengan pihak luar. Kompleksitas sangat tergantung pada besar kecilnya ukuran suatu proyek. Kompleksitas memerlukan pengaturan dan pengendalian yang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaan proyek, maka diperlukan adanya manajemen proyek yang handal dan tangguh untuk menopang pelaksanaan proyek. Keberhasilan proses pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak yang terlibat dalam proses konstruksi. Dan pemangku kebijakan sangat berperan dalam keberhasilan suatu proyek. ( Pemilik dibantu oleh Engineering / designer, untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh kontraktor umum atau kontraktor spesialis).
b. Tahap Implementasi - Penyiapan desain engineering terinci, jadwal induk, dan anggaran. - Pengadaan kontrak dan Pembelian - Pengerjaan pabrikasi, konstruksi uji coba, dan start-up. 4.1.1.
ISSN : 1693-752X
Perencanaan Proyek
Perencanaan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tahapan yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran serta berikutnya menyiapkan langkah-langkah kegiatan termasuk menyiapkan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan. Perencanaan yang matang pada proyek konstruksi, memerlukan pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Menurut Hendrickson (1989), Perencanaan adalah suatu proses untuk membuat gambaran secara visual tentang suatu sarana yang akan dibangun yang dituangkan dalam bentuk rencana detail dan spesifikasi. Sedangkan konstruksi merupakan proses identifikasi aktifitas dan sumber daya yang digunakan untuk membangun suatu fasilitas yang merupakan tahap lanjutan dan perencanaan dan hasilnya merupakan penerapan dari suatu rancangan. Perencanaan teknis merupakan kegiatan penyusunan dokumen rencana teknis yang berisi gambaran produk yang ingin diwujudkan, yang harus dilakukan secara
27
Vol.16 No.1. Februari 2014
4.1.3
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
pembiayaan dan jadwal pelaksanaan konstruksi akurat.
Keterlambatan proyek.
Keterlambatan proyek konstruksi akan merugikan semua pihak sebagai berikut: Owner, keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek akan menyebabkan kerugian terhadap waktu operasi hasil proyek, sehingga penggunaan hasil pembangunan menjadi terlambat. Kontraktor, penyelesaian pekerjaan proyek terlambat akan mengalami kerugian waktu dan biaya, karena keuntungan yang diharapkan oleh kontraktor akan berkurang, atau bahkan tidak mendapat keuntungan sama sekali. Selain kemungkinan keterlambatan proyek bisa berakibat kehilangan peluang pekerjaan untuk proyek konstruksi yang lain.
Di dalam kontrak konstruksi ketentuan mengenai biaya, mutu dan waktu penyelesaian proyek konstruksi sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai oleh konstraktor. Oleh sebab itu faktor biaya, waktu dan kualitas dalam proses konstruksi merupakan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat. Menurut Istiwan Dipohusodo (1996), ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas dapat dilihat seperti gambar 4.1 dibawah ini :
Penyebab keterlambatan salah satunya disebabkan kesalahan tahap perencanaan dalam melakukan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek konstruksi. Dan bermacam-macam kemungkinan keterlambatan proyek bisa disebabkan misalnya : - Manajemen yang tidak tepat. - masalah bahan material. - tenaga kerja. - Peralatan. - Keuangan. - Metode kerja - Lingkungan yang tidak mendukung sehingga terhambatnya pelaksanaan proyek. Dan dapat mengakibatkan
Gambar 4.1 Ketergantungan Biaya, Waktu, dan Kualitas
Salah satu contoh keterkaitan biaya, waktu dan kualitas dalam proses proyek konstruksi, misalnya kualitas yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak akan terjadi pembongkaran dan pekerjaan harus diulang, pengulangan sudah pasti beresiko baik dalam penambahan biaya maupun penambahan waktu pelaksanaan.
A.
Biaya proyek konstruksi
Biaya proyek konstruksi termasuk jenis definitif estimate, dimana estimasi yang paling akurat dan prosesnya memerlukan upaya dan persiapan yang besar. Menurut Asiyanto siklus defenitife estimate dapat ditunjukkan seperti Gambar 4.2 dibawah ini :
keterlambatan pekerjaan. Menurut Park (1979), Keterlambatan kontraktor didalam pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi, disebabkan oleh: - Ketidak cakapan. - Kurang pengalaman manajerial. - Ketidak seimbangan pengalaman. - Kurang pengalaman dalam bisnis konstruksi. - Kelalaian. - Penipuan dan - Bencana. Meramalkan kejadian pada proses pelaksanan serta memberi nilai pada masingmasing kejadian, berhasil jika kegiatan estimasi sebagai dasar untuk membuat sistem
Gambar 4.2. Siklus Definitve Estimate Sumber : Asiyanto, 2005
28
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
Peralatan yang diperhatikan
Defenitif estimate dari versi owner, umumnya disusun berdasarkan atas data pengalaman masa lalu dan menerapkan konsep evaraging (rata-rata) oleh cost engineer yang bekerja atas perintah owner. Sedangkan defenif estimate versi kontraktor, nantinya digunakan sebagai bid price, disusun lebih detail dengan persiapan yang cukup, karena menghadapi risiko yang tidak kecil. Meramalkan kejadian pada proses pelaksanan serta memberi nilai pada masingmasing kejadian dikatakan berhasil jika Kegiatan estimasi sebagai dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan jadwal pelaksanaan konstruksi akurat. Kegiatan estimasi dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dapat diketahui kebutuhan sumber daya yang nantinya akan digunakan. Biaya pelaksanaan proses konstruksi dibedakan sebagai berikut: 1. Direct Cost (Biaya Langsung) adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi / bangunan, antara lain seperti : a. Material bangunan, sewaktu dihitung mempertimbangkan : Bahan terbuang (Waste), Harga terbaik yang masih memenuhi syarat bestek. Cara pembayaran kepada penjual (Suplier) b. -
-
-
c.
ISSN : 1693-752X
-
dibawa
perlu
Ongkos keluar masuk garasi. Ongkos buruh untuk menjalankan alat. Bahan baku dan biaya reparasi Untuk alat yang dibawa perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.
2. Inderect Cost yaitu biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut, antara lain yaitu : a. Overhead Proyek meliputi : - Biaya personil di lapangan - Fasilitas sementara di proyek : - Bank garansi, bunga Bank, ijin bangunan, pajak dll. - Peralatan kecil-kecil habis / terbuang setelah proyek selesai. - Foto dan gambar jadi (As-built dawings), apabila diminta. - Kontril kualitas (Quality control), seperti tes kubus beton, baja, sondir dan sebagainya. - Rapat-rapat lapangan (Site meeting). - Biaya-biaya pengukuran, dll. b. Overhead Kantor Adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Misalnya : - Biaya sewa kantor, dan fasilitasnya. - Honor pegawai kantor. - Izin-izin usaha, prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi-asosiasi dll. c. Biaya Tak Terduga/ contingencies. Contigencies adalah biaya tidak terduga untuk kejadian-kejadian yang mungkin bisa terjadi, mungkin tidak. Misalnya banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Umumnya biaya ini diperkirakan antara satu sampai lima persen dari biaya total. d. Keuntungan/ profit. Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah dari hasil faktor risiko.
Upah buruh/ labor/ man power. dengan memperhatikan Upah harian, borongan per unit volume, atau borong keseluruhan untuk daerah-daerah tertentu. Faktor-faktor kemampuan dan kapasitas kerjanya. Apakah buruh dan mandor dapat diperoleh dari daerah lokasi proyek atau tidak. Undang-undang perburuhan yang berlaku. Menurut James M. W. Wong, Albert P. C. Chan (2008), mengatakan bahwa kebutuhan pekerja harus ditaksir pada preconstruction agar tujuan dan sasaran proyek dapat tercapai. Biaya peralatan/ equipments
B. Waktu Pelaksanaan Faktor-faktor yang berpotensi yang terjadinya keterlambatan proyek menurut Proboyo (1999), antara lain :
29
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
Pada proyek konstruksi, peranan sistim mutu menggunakan ISO 9001 dilakukan dengan memenuhi persyaratan dan prosedur elemen-elemennya, yang diuraikan seperti dibawah ini :
- Gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap. - Adanya perubahan perencanaan selama proses pelaksanaan. - Manajerial yang buruk dalam organisasi kontraktor - Rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu. - Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan.
- Tanggung jawab manajemen. - Sistim mutu. - Tinjauan Kontrak. - Pengendalian Desain. - Pengendalian Dokumen dan data. - Pembelian. - Pengendalian Produk. - Identifikasi dan Kemampuan Telusur Produk. - Pengendalian Proses. - Inspeksi dan pengendalian. - Pengendalian Alat Inspeksi. - Ukur dan Uji. - Status Inspeksi dan Uji. - Pengendalian mutu tidak sesuai. - Tindakan koreksi , pencegahan penanganan dan penyimpanan, Pengemasan, Pengawetan. - Penyerahan. - Pengendalian rekaman mutu. - Audit mutu Internal. - Pelatihan. - Pelayanan dan Teknik Statistik
Faktor-faktor lain yang potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan terdiri dari tujuh kategori yaitu : - Tenaga kerja. - Bahan (material).
-
Peralatan (equipment). Karakteristik tempat. Manajerial (managerial). Keuangan (financial), Faktor-faktor lainnya seperti: intensitas curah hujan, kondisi ekonomi, dan kecelakaan kerja.
C. Kualitas Konstruksi Keterkaitan mutu dengan perencanaan proyek perlu mendapat perhatian serius agar tidak mengurangi mutu konstruksi, maka diperlukan pengkajian khusus dalam proses perencanaan konstruksi agar mencapai kualitas konstruksi yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu pekerjaan konstruksi menurut Asiyanto (2005) adalah: a. Bersifat software - Kualitas perencanaan. - Sistim dari proses yang digunakan.
b.
ISSN : 1693-752X
5. Metodologi Penelitian. Menurut Sumarjono,1997, Penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan berencana, ada pola –pola tertentu yang harus diikuti dan seluruh kegiatan penelitian didasarkan pada langkahlangkah yang telah direncanakan dengan matang sebelumnya. Penelitian merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab masalah yang sedang diteliti. Dan metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara melaksanakan penelitian, meliputi kegiatan mencari, merumuskan, menganalisis sampai menyusun raporan berdasarkan fakta-fakta secara ilmiah. (Narbuko,2005) Metode penelitian yang dilakukan yaitu rneriputi pembuatan kerangka penelitian, petanyaan penelitian (research question), hipotesa penelitian, strategi penelitian, proses peneritian, variaber
Bersifat hardware - Kualitas tenaga kerja - Alat konstruksi dan material yang digunakan dalam proses produksi.
Oleh karena itu, harus dilakukan evaluasi yang efektif terhadap risiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan proyek sehari-hari. Selain itu juga harus diikuti dengan keputusan yang baik berdasarkan evaluasi, serta melakukan tindakan yang cocok untuk dilaksanakan sebagai hasil dari keputusan yang diambil. Sehingga risiko kegagalan untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan biaya, mutu dan waktu semakin kecil.
30
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
peneritan, instrumen peneritian, pengumpulan data, metode analisis dan kesimpulan. Langkah penelitian terdiri dari:
a. Kegiatan pembuatan penelitian.
ISSN : 1693-752X
orang pakar. dilakukan mengindentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan, dengan variabel permasalahan yang signifikan terhadap kinerja proyek. b. Tahap kedua adalah untuk mengidentifikasi risiko yang mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi dan mengetahui tingkat pengaruh terjadinya risiko dan ranking kinerja proyek, dengan melakukan survai dan wawancara kepada stakeholder. c. Tahap ketiga adalah melakukan survai dan wawancara kepada 5 orang pakar setelah mendapatkan prioritas faktorfaktor risiko untuk menvalidasi hasil penelitan.
rancangan
b. Pelaksanaan Penelitian. Adapun tahapan penelitian seperti kerangka pemikiran seperti terlihat pada gambar 5.1 dibawah ini :
Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada para pakar konstruksi, kriteria pakar adalah yang memiliki pengalaman minimal 15 tahun dalam memimpin suatu Instansi yang terkait, antara lain Kuasa Pengguna Anggaran, Konsultan dan kontraktor. memiliki pendidikan reputasi yang baik dalam bidang konstruksi . Gambar: 5.1 Kerangka Pemikiran
Faktor risiko yang diperoleh disusun sesuai dengan sumber risiko yang ada dan dicari persentasenya yang paling banyak, factor risiko dipilih dan ditentukan oleh para pakar. Faktor-faktor risiko ini dapat dilihat seperti Pada table 5.1 dibawah ini.
5.1 Strategi Penelitian Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan diperlukan penelitian yang tepat, menurut Yin (1994) Langkah pertama pada tahap penelitian dengan melakukan study literature untuk mengumpulkan factor risiko, yang dapat mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi. Dari sumber risiko ditentukan pula rincian sumber risiko. Rincian sumber risiko merupakan dampak yang terjadi akibat sumber risiko dan ditentukan pula tingkat prioritasnya untuk ditanggulangi. 5.1.1 Tahapan pengambilan data Pengumpulan data dilakukan dengan 3(tiga) tahap dengan mempergunakan teknik sampling yaitu sampling acak (random sampling). Sebagai berikut :
a.
Tabel 5.1 Faktor-faktor risiko Variabel Risiko X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21
Dari variabel- variabel yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan konstruksi, dilakukan survey dan wawancara kepada 5 (lima)
31
Keahlian dan sumber daya yang tidak cukup untuk melaksanakan desain spesifikasi Melakukan perubahan spesifikasi Kenaikan harga marerial bahan bangunan Material yang digunakan kurang dari yang di butuhkan. Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi Penumpukan bahan materal Ketidak tepatan waktu pemesanan bahan Kekurangan bahan konstruksi Menempatkan tenaga kerja yang kurang berpengalaman dibidangnya Jumlah tenaga kerja yang tidak mencukupi Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil Kekurangan tenaga kerja Mutu peralatan yang digunakan kurang baik Alat yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi Jumlah peralatan kurang dari yang dibutuhkan Kerusakan alat Jadwal pelaksanaan pekerjaan proyek tidak tepat Jadwal pengadaan material tidak tepat Jadwal Pengadaan tenaga kerja tidak tepat Metode pelaksanaan pekerjaan proyek tidak tepat. Metode pengoperasian alat tidak tepat
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
Format Pengumpulan Data Kuisioner Tahap II Untuk Mendapatkan Nilai Kinerja Tabel 5.5.
Dari penjelasan diatas, alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala ordinal. Alat ini merupakan instrument yang efisiensi dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
Tabel 5.5. Nilai Kinerja
Terdapat dua jenis pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel bebas, yaitu, penilaian terhadap frekuensi risiko dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
5.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP adalah merupakan sistim pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari berbagai variabel dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing variabel. Data yang telah ditabulasikan selanjutnya dianalisa dengan metode AHP yang dimulai dengan perlakukan normalisasi matriks, perhitungan konsistensi matriks, konsistensi hirarki dan tingkat akurasi, perhitungan nilai lokal pengaruh, dan perhitungan nilai lokal frekwensi, dari hasil perhitungan ini akan didapat nilai akhir risiko dan peringkat berdasarkan bobot hasil perhitungan. Adapun kaidah dari pembobotan menyatakan bahwa :
Tabel 5.2. Skala Output Frekuensi Risiko
Sumber : Tom Kendrick, 2003
Untuk variabel bebas, penilaian terhadap pengaruh risiko dapat dilihat pada Tabel 5.3. dibawah ini. Tabel 5.3. Skala Dampak/ Pengaruh Risiko
1. Nilai bobot variabel berkisar antara 0 – 1 atau antara 0 % - 100 %
Sumber : Tom Kendrick, 2003
Hasil factor-faktor risiko yang didapat, dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data mengenai tingkat pengaruh dan frekuensi terjadinya factor risiko tersebut dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Untuk mengumpulkan data ini, dilakukan survei dengan menyebarkan kuesioner kepada rerponden, Yaitu kepada Kuasa pengguna anggaran, konsultan perencana, konsultan supervisi yang melaksanakan proyek bangunan gedung, Kemudian data ini diolah dengan Analytical Hierarchy Proceess ( AHP).
Apabila menggunakan persentase 2. Jumlah total bobot semua variabel harus bernilai 1 (100%) 3. Tidak ada bobot yang negatif ( - )
Format Pengumpulan Data Kuisioner Tahap II Untuk Mendapatkan Tingkat Pengaruh dan Frekuensi seperti Tabel 5.4. ini
Pembuktian konsistensi matriks berpasangan dilakukan dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks sebagai berikut:
5.2.1
Uji Konsistensi Matriks dan Hirarki
Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai diagonal bernilai satu dan konsisten. Untuk menguji konsistensi, maka nilai eigen value maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen value sisa mendekati nol.
Tabel 5.4. Tingkat Pengaruh dan Frekuensi
32
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
Selanjutnya diambil rata rata untuk setiap baris yaitu 0.503; 0.260; 0.134; 0.068; dan 0.035. Vektor kolom (rata-rata) dikalikan dengan matriks semula, menghasilkan nilai untuk tiap baris, yang selanjutnya setiap nilai dibagi kembali dengan nilai vektor yang bersangkutan.
Karena Matriks berpasangan untuk dampak dan frekuensi adalah sama, maka hasil λmaks ini juga sama untuk dampak dan frekuensi, yaitu masing-masing matriks konsisten.
Perhitungan nilai lokal untuk frekuensi diperlihatkan pada Tabel 5.8. dibawah ini.
Untuk menguji konsistensi hirarki dan tingkat akurasi, untuk dampak danfrekuensi dengan banyaknya elemen dalam matriks (n) adalah 5, besarnya untuk n=5 sesuai dengan Tabel 5.6 dibawah ini adalah 1.12,
Tabel 5.8. Nilai lokal Frekuensi
Tabel 5.6 Nilai Random Konsistensi Indeks
Sumber : Kardi (1999)
maka : - CCI=( λmaks – n)/(n-1) - CCI sebesar 0.061. - CRH = CCI/CRI, - maka CRH = 0.061/1.12 = 0.05 - Nilai CRH = 0.05 cukup kecil atau dibawah 10 % Berarti hirarki konsisten dan tingkat akurasi tinggi. Karena Matriks berpasangan untuk dampak dan frekuensi adalah sama, maka hasilnya juga sama untuk dampak dan frekuensi, yaitu masing-masing hirarki konsisten dengan tingkat akurasi tinggi. 5.2.2
5.2.3.
Nilai Akhir faktor Risiko
Nilai akhir dari hasil pengolahan data dengan menggunakan analisa AHP, terbagi dalam level high, Significant, medium dan Law dengan 21 variabel. Perbandingan pengaruh dalam prakteknya terhadap keterlambatan proyek secara matematis didapat factor dampak dengan frekwensi berbanding 2 berbanding 1. Dengan demikian pada perhitungan nilai global pada nilai akhir factor risiko didapat dampak sebesar 0,67 sedangkan nilai global frekwensi adalah sebesar 0,33. Adapun level Risiko dari 21 Variabel seperti Tabel 5.9 sebagai berikut:
Nilai Lokal Dampak dan Frekuensi
Berdasarkan uji konsistensi, maka perhitungan lokal dampak dan frekuensi dapat dilakukan, dengan memasukkan bobot elemen masing-masing sesuai dengan hasil seperti pada Tabel 5.7 dibawah ini. Tabel 5.7. Nilai lokal dampak
33
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
Bukiittinggi, diperoleh beberapa faktor penyebab, dan faktor yang paling dominan adalah kurang tersedianya material yang akan digunakan, mutu material yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek sering melakukan perubahan spesifikasi.
Tabel 5.9. Peringkat Faktor Risiko
Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi gedung, dari awal harus mengantisipasi permasalahan dengan beberapa strategi diantaranya pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan; mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan; mengadakan tindakan pembetulan; mengubah metode kerja; menempatkan pekerja terampil sesuai bidangnya dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.
5.2.4
Dalam pembangunan proyek konstruksi, beberapa saran yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: - Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi, harus sesuai dengan standar yang berlaku. - Melaksanakan manajemen dan metoda pelaksanaan yang sesuai mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan konstruksi. - Pekerjaan dijalur kritis perlu diawasi dan di kontrol dengan ketat agar pelaksanaan tidak terlambat.
Analisa Level Risiko
Untuk meningkatkan kinerja kualitas proyek sesuai dengan tujuan manajemen risiko, diperlukan Analisa level risiko dengan indeks level risiko perkalian antara frekuensi dan dampak. Peningkatan kinerja kualitas proyek pada penelitian ini hanya difokus pada level risiko S (Significant), dan H (High) saja, adalah yang menjadi faktor risiko utama.Indeks level risiko seperti Tabel 5.10. sebagai berikut :
-
Mengantisipasi kendala- kendala awal yang mungkin timbul pada pelaksanaan pekerjaan dan segera menuntaskanya.
-
Melaksanakan rapat-rapat lapangan yang diikuti oleh unsur-unsur terkait dalam pelaksanaan proyek.
Tabel 5.10. Level Risiko
Daftar Pustaka Hasil analisa AHP yang masuk factor utama yang berpengaruh terhadap keterlambatan proyek. seperti yang tergambar pada tabel 5.11. dibawah ini : Tabel 5.11. Faktor Risiko Utama
1.
Asiyanto,(2005). Construction Project Cost Management, Jakarta : Pradnya Paramita.
2.
Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Jilid 1. Kanisius: Yogyakarta.
3.
Imam Suharto, Manajemen Proyek, Dari Konseptual sampai Operasional Jilid 2 Jakarta : Penerbit Erlangga,
4.
Narbuko,Cholid dan Ahmadi (2003), Metodologi Penelitian, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara .
5.
Praboyo, Budiman. 1999. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek: Klasifikasi
6. Kesimpulan dan Saran Hasil Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi gedung khususnya di Kota
34
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
dan Peringkat dari Penyebabpenyebabnya. Dimensi Teknik Sipil, Vol. 1 no. 2, September, Universitas Kristen Petra. 6.
Park, W. R, (1979). Construction Bidding for Profit. Canada : John Willey & Sons Inc.
7.
Robert K. Yin (2005), Studi Kasus Disain dan Metode, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
8.
Saleh, N. (2005), Faktor Yang Menyebabkan Klaim dan Penyelesaiannya Pada Industri Konstruksi. Faculty of Civil Engineering University Teknologi Malaysia.
9.
Saaty, T.L. (1986). Decision Making for Leaders, The Analytical Hierarchy Proses for Decisions in Complex World. Pitssburgh : University of Pitsburgh.
10. Waryanto, Ahmad. (1998), Construction Planning and Scheduling. Sebuah Pengantar, Program PascasarjanaBidang Ilmu Teknik Silpil, Universitas Indonesia. 11. Wong, James M. W., Albert P. C. Chan & Chiang, Y. H. (1986). Modeling and Forecasting Construction Labor Demand: Multivariate Analysis. ASCE - Journal of Construction Engineering and Management, 13, 664-672.
35
ISSN : 1693-752X
Vol.16 No.1. Februari 2014
Jurnal Momentum
36
ISSN : 1693-752X