1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VCT UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN DI SD
VCT LEARNING MODEL APPLICATION INCREASE SOCIAL ATTITUDE PKN STUDIES IN ELEMENTARY SCHOOL Khoirunnisa Aprilia Nur H1, Solihin Ichas H2, Nenden Ineu H3 S1- Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pengetahuan, Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaterbelakangi oleh rendahnya sikap sosial yang dimiliki siswa yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara hasil belajar dengan sikap siswa pada pembelajaran PKn di kelas IV SDN Sipatahunan. Hal ini terlihat dari berkurangnya sikap sosial siswa di dalam kelas yang disebabkan penggunaan metode ceramah saja dalam pembelajaran. Untuk menangani hal tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan meningkatkan sikap sosial siswa dengan menggunakan model Value Clarification Technique (VCT) pada pembelajaran PKn di SD. Model pembelajaran dari John Jarolemik ini merupakan model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menanamkan sikap sosial pada siswa. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penemuan di lapangan dari pengumpulan instrumen berupa catatan lapangan, lembar observasi, wawancara, dokumentasi, skala sikap, penilaian proses, LKS dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan model VCT sikap sosial siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata skoring rubrik Siklus 1 yaitu 9,55; Siklus 2 yaitu 11,15 dan Siklus 3 yaitu 12,55. Penilaian skala sikap juga mengalami peningkatan Siklus 1 yaitu 24,36 Siklus 2 yaitu 26,73 dan Siklus 3 yaitu 30,58. Hasil belajar siswa secara kelompok dan individupun mengalami peningkatan, nilai rata-rata kelompok Siklus 1 yaitu 72,6. Siklus 2 yaitu 82,93 dan Siklus 3 yaitu 87,53. Sedangkan nilai ratarata individu Siklus 1 yaitu 59,33 , Siklus 2 yaitu 72,9 dan Siklus 3 yaitu 89,68. Dapat disimpulkan, pembelajaran PKn di SD dengan menggunakan model VCT dapat meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis menyarankan model VCT sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan sikap sosial dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD.
Kata Kunci: Value Clarification Technique (VCT), Sikap Sosial, Pembelajaran PKn
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
2|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
ABSTRACT This research building on the low social attitude that students have which become cause there are disequilibrium between learning output with students attitude on PKN studies in IV class Sipatahunan Elementary School. This case can be seen by how the social attitude falling of in the class because classic learning model that teacher use in class. Therefore, to take in hand this case this research be carried that purpose for increase students social attitude by using Value Clarification Technique (VCT) method on PKN studies in Elementary School. John Jerolemik said that this learning model it’s a learning model which grafity and can ingrain social attitude for students. This research carried by described the analysis result in class from instruments gathering like classbook, activitypapers, and evaluations. The result showed value average by using VCT working for increase students social attitude. On first cycle got 9,55; Second cycle 11,5 and Third 12,55. Assessment attitude scale also increase, on first cycle 24,36; second cycle 26,73 and 30,58 on third cycle. Learning outcome group and individu also increase, group average got 72,6 on first cycle. 82,93 on second cycle and 87,53 on third cycle. Whereas individu average value 59,33 on first cycle; 72,9 on second cycle; and 87,53 on third cycle. In conclusion, PKn studies in elementary school by using VCT model can increase the students social attitude and learning outcome. Therefore, writer suggest VCT model as on of many alternative on effort increase the social attitude onPKn studies in IV class elementary school.
Keyword : Value Clarification Technique(VCT), Social Attitude, PKn Studies
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
3|Antologi UPI
Volume
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi diri manusia yang telah ada sejak dirinya dilahirkan, membentuk manusia agar menjadi dewasa dan mengembangkan segala aspek baik kognitif, afektif dan psikomotor ke arah yang lebih baik sesuai tujuan dari pendidikan itu sendiri. . Seperti tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dalam Willis (2012, Hlm.96) yang menyatakan bahwa : ‘Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.’ Demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut tidak hanya diperlukan manusia yang ingin belajar saja, namun diperlukan pula sistem pendidikan yang memuat kurikulum dan materi pembelajaran serta tenaga ahli seperti guru yang profesional untuk menjadi jembatan pencapaian tujuan tersebut. Kurikulum sendiri misalnya, menurut Sukirman, et all (2006, Hlm 81) merupakan “ seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum yang saat ini digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006. Dimana, salah satu materi pembelajaran yang wajib 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
dibelajarkan pada kurikulum ini ialah materi pembelajaran PKn. Dalam upaya memenuhi tuntutan abad 21, diperlukan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir salah satunya yaitu pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan wajib untuk diajarkan dan dipelajari, karena memiliki kedudukan dan fungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Pada hakekatnya pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi baik secara lisan atau tulisan dan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. PKn itu sendiri menurut Depdiknas (2006:49), yaitu “Mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”. Pada pembelajarannya PKn bukanlah mata pelajaran yang hanya mengedepankan aspek kognitif siswa, tetapi juga lebih kepada adanya keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Terutama aspek afektif atau sikap yang dimiliki siswa agar berkembang ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan cerminan jati diri bangsa yang terkandung dalam Pancasila. Sehingga pembelajaran menekankan kepada penanaman nilainilai sikap sesuai tujuan dari mata pelajaran PKn yang berusaha mewujudkan karakter bangsa yang baik, rasa bela negara dan rasa bangga terhadap status warga negara Indonesia. Peran guru dalam pembelajaran PKn disini ialah sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran untuk membimbing siswa sesuai dengan karakteristik siswa
4|Antologi UPI
Volume
sekolah dasar yang berada pada tingkat operasional kongkret. Sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Danim dan Khairil (2011, Hlm78) bahwa, ‘Tahap operasional kongkret (concrete operational stage), yang berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada fase ini anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat di aplikasikan pada contoh khusus atau kongkret’. Dengan tahapan tersebut, disinilah peran guru menyiapkan proses pembelajaran dengan menghadirkan media pembelajaran kongkret agar pembelajaran yang berlangsung efektif dan mudah dipahami oleh siswa. Kenyataan yang terjadi dilapangan, pendidikan yang terjadi masih banyak mendominasi ranah kognitif siswa dibandingkan dengan ranah afektifnya. Sehingga adanya ketidakseimbangan antara kognitif dan afektif yang dimiliki. Hal ini menimbulkan berbagai permasalahan, contohnya dapat dilihat dengan adanya dampak globalisasi. Salah satu dampak dari globalisasi ialah dengan adanya pengetahuan yang tinggi menciptakan teknologi yaitu internet namun tidak didampingi dengan sikap yang baik dalam penggunaannya sehingga penggunaan teknologi yang ada pun membuat manusia terlena dan mengabaikan dunia sekitar dan jarang berinteraksi dengan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Selain itu, dampak lainnya dari pengetahuan yang tidak seimbang dengan adanya sikap yang dimiliki siswa ialah berkurangnya sikap santun terhadap orang yang lebih dewasa usianya. Serta berkurangnya rasa empati terhadap orang yang mengalami kesulitan. . Dampak globalisasi tersebut didasari dari observasi yang dilakukan kepada kelas 4 di salah satu Sekolah Dasar yang menunjukkan adanya sikap individualitas yang tinggi dimana saat 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
pembelajaran berlangsung siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri dan berkurangnya interaksi dan sikap sosial yang ada. Sikap sosial yang terlihat dari siswa sekolah terlihat dengan adanya kurang kerja sama dalam proses kegiatan diskusi, kurangnya sopan santun terhadap orang yang lebih dewasa saat berada di dalam kelas dan berhadapan dengan gurunya, kurangnya kasih sayang terhadap teman sebaya yang ditunjukkan dengan adanya sikap acuh ketika teman sekelasnya tidak memiliki pensil ataupun alat tulis lainnya, dan sikap-sikap sosial lainnya yang memudar terhadap lingkungannya. Melalui observasi yang dilakukan tersebut terdapat gambaran bahwa akar permasalahan yang terjadi bukan hanya karena adanya efek dari masuknya proses globalisasi saja, tetapi dalam pembelajaran kurangnya penanaman sikap oleh guru juga dirasa menjadi salah satu faktor pendukung melemahnya karakter tersebut. Selain itu, metode pembelajaran yang dilaksanakan saat pembelajaran PKn berlangsung cenderung monoton dengan penggunaan ceramah dan hanya menekankan kepada materi-materi yang begitu banyak tanpa meberikan pengarahan mendalam dan model bervariatif kepada siswa. Sehingga, pembelajaran sikap ini kurang bermakna dan kurang berkesan di dalam diri siswa. Melihat kenyataan di lapangan tersebut, perlu diadakannya upaya melalui pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas. Salah satu upaya yang peneliti lakukan ialah dengan penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ini merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh John Jarolemik, dimana model ini
5|Antologi UPI
Volume
digunakan untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi permasalahan yang ada disekitar siswa. Melalui penggunaan model Value Clarification Technique (VCT) ini diharapkan siswa akan dapat menggali nilai-nilai agar dapat mengaplikasikan sikap sosial yang baik dan menanamkan kembali karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia melalui permasalahanpermasalahan yang selama ini berkembang. Karena dilihat dari tujuannya model ini bertujuan agar guru dapat mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran siswa tentang sikap sosial yang baik didalam kehidupan bermasyarakat, guru juga dapat menuntun siswa agar sikap sosial yang ada dalam dirinya dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik, dan untuk menanamkan sikap-sikap tertentu yang belum dimiliki siswa agar dapat mengambil keputusan dalam menghadapai permasalahan. Maka atas dasar itulah pembelajaran dengan menggunkan model Value Clarification Technique (VCT) ini akan menjadi alternatif penanaman sikap sosial pada diri siswa didalam pembelajaran PKn. Untuk mengetahui proses belajar siswa dengan menggunakan model Value Clarification Technique (VCT), maka peneliti menjabarkan pemecahan masalah tersebut dengan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dimaksudkan untuk meningkatkan sikap sosial siswa pada pembelajaran PKn di SD untuk menanamkan sikap dan nilai budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dengan cara yang variatif dan lebih berkesan kepada siswa. METODE Metode penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
Suharsimi, dkk. (2015, Hlm.194) memaparkan PTK merupakan “suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam PTK diperoleh dari persepsi/renungan seorang peneliti”. Dalam pengertian tersebut permasalahan yang muncul langsung dari kelas bukan dibuat oleh guru, hal yang secara sengaja dibuat oleh guru adalah cara mengatasi masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas itu sendiri. Dalam Hermawan, suwandi (2007, Hlm. 80) “penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik problema yang harus dipecahkan yaitu bahwa problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru”. Pada karakterisiknya, prinsip dari penelitian tindakan kelas adalah memecahkan masalah dan mengatasi permasalahan yang timbul di dalam kelas. Dan persoalan yang diangkat untuk dipecahkan ini harus datang dari kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam pembelajaran. Jadi, kata kunci untuk penelitian tindakan kelas ini yaitu pemecahan problema yang terjadi di dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran. Demikian, PTK ini disusun sebagai upaya guru memecahkan dan mengatasi permasalahn yang muncul yang diakibatkan ketidakpuasan guru terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan hasil yang didapatkan siswa dari materi pembelajaran yang dilaksankan. Kekurangan-kekurangan yang ada pada proses pembelajaran diperbaiki oleh guru dengan cara merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Desain penelitian yang digunakan pada PTK ini adalah model John Elliott.
6|Antologi UPI
Volume
Peneliti memilih model John Elliot karena dari satu siklus terdiri dari beberapa tindakan, yaitu tindakan 1, tindakan 2 dan tindakan 3 sehingga dalam melaksanakan penelitian memungkinkan peneliti lebih dalam mengimplementasikan tindakan yang diterapkan dibandingan model penelitian yang lain. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan PTK ini disesuaikan dengan desain model Elliot Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti ialah penelitian tindakan kelas dengan model John Elliot. Dalam desain model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh John Elliot yang akan peneliti gunakan, terdapat beberapa tahapan diantaranya tahap ide awal, tahap temuan dan analisis, tahapan perencanaan umum, tahap implementasi, tahap monitoring implementasi dan efeknya, tahap penjelasan kegagalan tentang implementasi, dan tahap revisi perencanaan umum. Pada tahapan ide awal, peneliti berusaha memikirkan pembelajaran PKn yang efektif yang dapat berimplikasi pada sikap sosial siswa. Kemudian, pada tahap temuan dan analisis Peneliti berupaya menemukan cara mengatasi permasalahan yang muncul di dalam pembelajaran PKn kelas IV SD, dengan menentukan penerapan model VCT. Kemudian, peneliti menganalisis temuan model tersebut dari mulai pengertian, tujuan dan sintaks yang terdapat dalam model tersebut. Pada tahap perencanaan umum, peneliti menyusun strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan dari mulai metode dan persiapan media pembelajaran. Selanjutnya yaitu tahapan implementasi, pada tindakan ini peneliti melaksanakan penelitian yang telah dirancang berdasarkan RPP yang telah disusun. Lalu tahapan monitoring 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
implementasi, pada tahapan ini dilakukan pengamatan hal-hal yang terjadi pada saat pembelajaran, baik itu hal-hal yang dapat membangkitkan semangat siswa maupun hal-hal yang menimbulkan kebalikannya. Tahap terakhir yaitu tahap revisi perencanaan umum yaitu tahapan penemuan permasalahan yang muncul saat pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti menemukan permasalahan yang menyebabkan kurang kondusif, kurang aktifnya siswa di dalam kelas maupun permasalahan lainnya. Kemudian, peneliti mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut agar dapat menjadi perbaikan bagi tindakantindakan selanjutnya dan menjadi acuan keberhasilan penerapan model VCT. Apabila, keberhasilan belum terlihat maka akan dilaksanakan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Pada setiap tindakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa adalah menyimak video sebagai media stimulus untuk merangsang siswa menentukan sikap sosial di dalamnya. Kegiatan siswa yaitu, menyimak video, memberikan penilaian terhadap sikap yang ditunjukan dalam tayangan video, menentukan sikap yang baik bagi dirinya, bangga akan pilihannya dan kemudian di aplikasikan dengan melakukan mini sosiodrama secara berkelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sipatahunan 1 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 35 orang siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Instrumen yang digunakan peneliti adalah penilaian yang terdiri dari catatan lapangan, lembar observasi, lembar wawancara, lembar penilaian proses, lembar evaluasi, skala sikap dan dokumentasi. Penilaian proses menggunakan skoring rubrik dengan skor
7|Antologi UPI
Volume
4, 3, 2, 1. Indikator yang digunakan pada penilaian proses adalah sikap kerja sama dalam berkelompok, sikap santun dalam berbicara, sikap disiplin saat pembelajaran dan aktif ikut serta dalam kegiatan tanya jawab. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik kuantitatif, teknik kualitatif, dan teknik triangulasi. Data yang berupa deskripsi diperoleh dari teknik kualitatif, kemudian data yang berupa angka-angka diperoleh dari teknik kuantitatif, sedangkan teknik triangulasi data adalah penggabungan antara teknik kualitatif dan kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran PKn materi pokok globalisasi dengan menggunakan model Value Clarification Technique (VCT), peneliti menemukan beberapa temuantemuan pada setiap siklusnya. Temuan yang didapatkan pada proses pembelajaran di siklus I yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model VCT mengalami beberapa kesulitan, hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan model VCT yang menerapkan pembelajaran dengan cara berkelompok dan menampilkan mini sosiodrama. Pada awal pertemuan sikap santun dan percaya diri belum muncul pada diri siswa, sehingga sebagian besar siswa terlihat pasif dan siswa masih menggunakan kata-kata yang kurang baik dalam berbicara pada saat pembelajaran. Untuk memotivasi siswa maka diberikanlah penghargaan berupa bintang prestasi untuk siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Dan hukuman bagi siswa yang menggunakan kata-kata tidak santun dengan pemberian bintang hitam pada saat pembelajaran. 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016
Pembelajaran kelompok pada siklus I tidak berjalan dengan efektif. Hal ini diakibatkan karena adanya beberapa siswa yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompok yang sudah ditentukan, bahkan ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu. Sehingga guru memberikan motivasi dan arahan agar siswa selalu mengerjakan tugasnya secara berkelompok. Pada Kegiatan menyimak video, siswa terlihat sangat antusias menyaksikan video yang diberikan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan media yang digunakan oleh guru sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang berada pada operasional kongkret, dimana siswa dapat memahami materi dengan melihat secara langsung hal yang ia pelajari. Sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Danim dan Khairil (2011, Hlm78) bahwa, ‘Tahap operasional kongkret (concrete operational stage), yang berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada fase ini anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat di aplikasikan pada contoh khusus atau kongkret’. Pada kegiatan bertanya jawab mengenai isi dari video yang ditayangkan, siswa kesulitan untuk memahami isi dari video-video yang diberikan. Hal ini dikarenakan belum terbiasanya siswa menganalisis isi dari video, sehingga guru memberikan petunjuk pancingan kepada siswa agar siswa dapat menemukan dan menjelaskan isi dari video yang dimaksud. Pada kegiatan menampilkan mini sosiodrama, siswa mengalami beberapa kesulitan. Siswa menyajikan mini sosiodrama dengan mengimitasi cerita dari video yang disimaknya tanpa melakukan penilaian baik isi cerita maupun penggunaan kata-kata dalam berbicara. Sehingga mini sosiodrama
8|Antologi UPI
Volume
yang ditampilkan terkesan kurang baik dan kurang kreatif. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukannya penilaian pada setiap penampilan kelompok oleh kelompok lain, sehingga adanya refleksi dan perbaikan pada setiap kelompok. Kemudian, pada awal tindakan siswa kesulitan saat diminta menampilkan mini sosiodrama yang telah dibuat dikarenakan kurangnya rasa percaya diri pada siswa. sehingga guru memberikan motivasi kepada siswa untuk percaya diri dan tidak takut salah dalam menampilkan mini sosiodrama. Kemudian, seperti yang telah dipaparkan guru selalu melakukan apresiasi dan penguatan atas penampilan siswa dengan memberikan tepuk tangan dan penghargaan berupa bintang prestasi. Hal tersebut dilakukan untuk dapat meningkatkan keikutsertaan siswa dan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan pemaparan mengenai kendala-kendala yang peneliti alami pada siklus I, pada siklus II peneliti juga mengalami kendala yang hampir sama. Namun perbedannya, kendala yang dihadapi pada siklus II sudah cukup berkurang beberapa kendala sudah dapat teratasi seperti kendala kerja sama, keaktifan siswa dan pemahaman siswa terhadap isi dari video. Adapun kendala yang masih terjadi pada Siklus II dilakukan perbaikan yang sama dengan perbaikan pada Siklus I, namun lebih mendalam. Dalam proses pembelajaran pada siklus III diperoleh data yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah memiliki perubahan sikap kerja sama, santun dan menghargai orang lain dengan baik. Selain itu, siswa juga telah menunjukkan peningkatan 15 10
Nilai Rata-rata Penilaian Proses Siswa Siklus 1,2 dan 3
12.55
Edisi No.
pemahaman materi yang terlihat dari hasil evaluasi siswa selama pembelajaran. Adapun hasil dari penelitian yang telah peneliti laksanakan dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 1.1 Grafik Nilai Rata-rata Penilaian Proses Siswa Siklus 1, 2 dan 3
Pada grafik 1.1 tersebut, terlihat secara jelas bahwa sikap siswa selama proses pembelajaran dari siklus 1 hingga siklus 3 mengalami peningkatan secara bertahap. Penilaian proses tersebut mencakup 4 sikap yaitu disiplin, kerja sama, santun dan aktif saat pembelajaran. Pada siklus 1 nilai rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran siswa yaitu 9,55. Pada siklus 2 nilai rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran siswa yaitu 11,15 dimana nilai tersebut menunjukkan adanya peningkatan sikap siswa selama proses pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 3 nilai rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran siswa yaitu 12,55 dimana nilai tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan nilai sikap siswa dari siklus 2 ke siklus 3. Dengan demikian, nilai tersebut menggambarkan sikap siswa mengalami peningkatan seperti halnya meningkatnya nilai rata-rata sikap siswa selama pembelajaran. Sebagai hasil dari proses pembelajaran maka, diperlukannya skala sikap sosial untuk mendapatkan gambaran sejauh mana siswa dapat menerapkan sikap selama proses pembelajaran berlangsung. Perolehan rata-rata nilai skala sikap sosial siswa pada siklus 1, 2 dan 3 dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.2 Grafik Nilai Rata-rata Sikap Sosial Siswa Siklus 1, 2 dan 3 40
Nilai rata-rata Sikap Sosial Siswa Siklus 1,2 dan 3
30 30.58
11.15
penulis9.55 penulis penanggungjawab 5 3 penulis penanggungjawab 1
Juni 2016
20 24.36
26.73
2
10 0
0 SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Nilai Rata-Rata Penilaian Proses Siswa
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Nilai Rata-Rata Skala Sikap Sosial Siswa
9|Antologi UPI
Volume
Pada gambar 1.2 diatas, jelas memperlihatkan adanya peningkatan sikap sosial siswa pada setiap siklusnya dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Pada siklus 1 nilai ratarata skala sikap sosial yang diperoleh oleh siswa yaitu 24,36. Sementara itu, pada siklus 2 nilai rata-rata skala sikap sosial yang diperoleh siswa yaitu 26,73 dimana pada angkat tersebut terlihat adanya peningkatan sikap sosial siswa dari siklus 1 kepada siklus 2. Dan pada siklus 3 nilai rata-rata skala sikap sosial siswa yang diperoleh yaitu 30,58 angka tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi dari siklus 2 ke siklus 3. Pada akhirnya, hasil dari nilai rata-rata skala sikap sosial siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan yang terlihat secara jelas pada grafik diatas. Berdasarkan uraian kedua hasil penilaian baik penialain proses maupun skala sikap tersebut, terjadi peningkatan pada kedua grafik yang menunjukkan bahwa model Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan sikap sosial siswa pada pembelajaran PKn materi pokok globalisasi pada kelas IV sekolah dasar. Penggunaan model Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas IV sekolah dasar. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya mendapatkan hasil bahwa penggunaan model VCT dapat meningkatkan sikap sosial siswa saja tetapi penggunaan model ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa selama penelitian berlangsung dalam 3 siklus atau 9 tindakan proses pembelajaran. Sesuai dengan pemaparan tersebut, hasil belajar yang dimaksudkan meningkat tidak hanya hasil belajar berupa evaluasi individu saja tetapi juga terhadap hasil pengerjaan LKS kelompok siswa dalam membuat mini sosio drama. Karena pada hakikatnya, hasil pengerjaan LKS kelompok ini akan 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
mempengaruhi hasil belajar siswa pada saat evaluasi, berikut hasil belajar kelompok siswa dalam pengerjaan LKS membuat mini sosio drama: Nilai Rata-rata Kelompok Mini Sosio Drama Siswa Siklus 1,2 dan 3
100 72.6
82.93
87.53
0 SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Nilai Rata-Rata Mini Sosio Drama Kelompok Siswa
Gambar 1.3 Grafik Nilai Rata-rata Kelompok Mini Sosio Drama Siswa Siklus 1,2 dan 3
Pada Gambar 1.3 tersebut, menunjukkan bahwa hasil nilai kelompok siswa dari siklus 1 hingga siklus 3 mengalami peningkatan. Pada siklus 1, nilai rata-rata kelompok siswa hanya mendapat 72,6. Pada siklus 2, nilai ratarata kelompok siswa terjadi peningkatan menjadi 82,93 dimana nilai tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari hasil tindakan 1 ke tindakan 2. Pada siklus 3, nilai rata-rata kelompok siswa terjadi peningkatan kembali menjadi 87,53. Dengan demikian, dari hasil tersebut nilai rata-rata kelompok siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, karena siswa mulai terbiasa dan senang melaksanakan kegiatan menampilkan mini sosio drama. Dari hasil tersebut, maka dapat dilihat pula nilai rata-rata hasil belajar siswa secara individu dari hasil evaluasi pada akhir pembelajaran sebagai berikut : Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus 1,2 dan 3
100
59.33
72.9
89.68
50 0 SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
10 | A n t o l o g i U P I
Volume
Gambar 1.4 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus 1, 2 dan 3
Pada Gambar 1.4 diatas terlihat bahwa nilai rata-rata dari hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya seperti halnya pada hasil belajar kelompok siswa. Pada siklus 1 niai rata-rata hasil belajar siswa memperoleh 59,33 dimana nilai ini jauh dari nilai KKM pelajaran PKn yaitu 70. Pada siklus 2 nilai rata-rata hasil belajar siswa diperbaiki dan mengalami peningkatan menjadi 72,9. Pada Siklus 3 nilai rata-rata hasil belajar siswa kembali meningkat menjadi 89,68. Dari penjabaran tersebut, hasil belajar siswa dari siklus 1 hingga siklus 3 mengalami peningkatan secara terus menerus meskipun pada siklus 1 nilai rata-rata siswa jauh dari nilai ketuntasan yang telah ditentukan. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan sikap sosial dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas IV sekolah dasar. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa dari hasil penilaian proses pembelajaran, skala sikap siswa, lembar kerja mini sosio drama dan hasil belajar evaluasi siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Sejalan dengan pendapat menurut Simon dalam Adisusilo (2012 hlm, 155) mengenai manfaat pengimplementasian model VCT dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk : (1) memilih, memutuskan, mengkomunikasikan, mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasannya;(2) berempati (memahami perasaan orang lain;melihat dari sudut pandang orang lain);(3) memecahkan masalah; (4)menyatakan sikap:setuju, tidak setuju, menolak atau menerima 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
pendapat orang lain;(5) mengambil keputusan;(6) mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini. Peningkatan sikap sosial yang telah ditunjukkan oleh siswa berupa sikap santun, sikap kerja sama dan sikap menghargai orang lain. Sedangkan pada hasil belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan dalam LKS mini sosio drama dan hasil belajar evaluasi pemahaman materi globalisasi oleh siswa. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah dan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Sikap sosial siswa dengan menggunakan model Value Clarification Technique (VCT) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Sikap sosial siswa yang dikembangkan dalam pembelajaran yaitu sikap santun, kerja sama dan sikap menghargai orang lain. Dalam sikap santun, aspek yang dikembangkan ialah cara siswa menggunakan kata-kata yang lembut saat berbicara dan nada bicara siswa kepada orang yang lebih dewasa, sebaya dan lebih muda. Dalam sikap kerja sama, aspek yang dikembangkan ialah sikap siswa saat bekerjasama dalam diskusi kelompok dan dalam sikap menghargai orang lain aspek yang dikembangkan ialah sikap siswa menghormati dan menghargai orang lain ketika sedang berbicara. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sikap sosial siswa dari penilaian proses dan skala sikap. Pada siklus 1 nilai rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran siswa yaitu 9,55 dimana
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
menunjukkan sikap kurang santun, kurang bekerja sama dan kurang dapat menghargai orang lain. Pada siklus 2 nilai rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran siswa meningkat yaitu 11,15 dimana siswa mulai menunjukkan perubahan sikap santun, kerja sama, aktif dan disiplin. Pada siklus 3 nilai rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran siswa kembali meningkat yaitu 12,55 menunjukkan sikap siswa aktif, disiplin, bekerja sama dan santun saat pembelajaran. Sedangkan Pada siklus 1 nilai rata-rata skala sikap sosial yang diperoleh oleh siswa yaitu 24,36 berada pada rentang sikap sosial menengah. Sementara itu, pada siklus 2 nilai rata-rata skala sikap sosial yang diperoleh siswa meningkat yaitu 26,73 berada pada rentang sikap sosial awal. Pada siklus 3 nilai rata-rata skala sikap sosial siswa yang diperoleh yaitu 30,58 berada pada rentang sikap sosial atas. Hal ini membuktikan bahwa model Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan sikap sosial siswa pada pembelajaran PKn di kelas IV sekolah dasar. 2. Hasil belajar siswa secara individu maupun kelompok dengan menggunakan model Value Clarification Technique (VCT) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus 1, nilai ratarata kelompok siswa mendapat 72,6. Pada siklus 2, nilai rata-rata kelompok siswa terjadi peningkatan menjadi 82,93. Pada siklus 3, nilai rata-rata kelompok siswa terjadi peningkatan kembali menjadi 87,53. Selanjutnya, nilai rata-rata hasil belajar siswa secara individu pada siklus 1 niai rata-rata hasil belajar siswa memperoleh 59,33 dimana nilai ini jauh dari nilai KKM pelajaran PKn yaitu 70. Pada siklus 2 1 penulis 2 penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
nilai rata-rata hasil belajar siswa diperbaiki dan mengalami peningkatan menjadi 72,9. Pada Siklus 3 nilai rata-rata hasil belajar siswa kembali meningkat menjadi 89,68. Pada setiap siklus terdapat beberapa siswa yang mencapai nilai KKM , pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM sebanyak 34,2%, pada siklus 2 siswa yang mencapai KKM meningkat sebanyak 82,75% dan pada siklus 3 siswa yang mencapai KKM meningkat kembali sebanyak 98,09%. Berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa model Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas 4 sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, Sutarjo (2012) Pembelajaran Nilai-Karakter Kontruktivisme dan VCT sebagai Inovasi pendekatan pembelajaran Afektif . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Arikunto , suharsimi ( 2015) Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : BUMI AKSARA Dalyono, M (2012), Psikologi Pendidikan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta Danim dan Khairil (2011). Psikologi Pendidikan (dalam Perspektif Baru) . Bandung : ALFABETA Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian Nasional. (2003). Penilaian Tingkat Kelas. Jakarta. Djaali (2013). Psikologi Pendidikan . Jakarta. PT Bumi Aksara.
12 | A n t o l o g i U P I
Volume
Huda, Miftahul (2013) model-model Pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR Hermawan, ruswandi, dkk. (2007) Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS
Edisi No.
Juni 2016
Sundawa, Dadang et.all (2009), Pembelajaran Kewarganegaraan . Bandung: UPI PRESS Sumadayo, Samsu (2013) Penelitian Tindakan Kelas Yogyakarta: Graha Ilmu Suryabrata, Sumadi (2013). Psikologi pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers
Khairil, H dan Danim, Sudarwan (2010). Psikologi pendidikan (dalam perspektif baru) . Bandung. Alfabeta
Susatim, Markum dan Aryani, Ine (2010). Pendidikan kewarganegaraan berbasis nilai . Bogor . Penerbit Ghalia Indonesia
Komalasari, kokom (2011) Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama
Suyono dan Hariyanto (2012) Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar) . Bandung : PT Remaja Rosdakarya
PERMENDIKNAS No. 22 tahun 2006 Rahayu, Wardani. Dkk. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Solihatin, etin. (2012). Pembelajaran PPKN. Bumi Aksara
Strategi Jakarta :
Sobandi, dkk (2010) Tempat, Ruang dan Sistem Sosial . Bandung : UPI PRESS Sudaryono, dkk (2013) Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sudijono, A. (2012). Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Evaluasi PT Raja
Sukirman, dadang ett.all. (2006) Perencanaan Pembelajaran . Bandung : UPI PRESS Sukmadinata, Nana S (2011). Landasan psikologi proses pendidikan . Bandung . PT Remaja Rosdakarya 1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Syam, nina (2012) Psikologi Sosial sebagai akar ilmu komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Taniredja, tukiran, dkk (2012) Pendidikan Kewarganegaraan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. .Bandung : CV. ALFABETA Taniredja, tukiran, dkk (2013) Modelmodel Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung : CV ALFABETA. Wilis, ratna (2011) Teori-teori Belajar & Pembelajaran . Bandung : Erlangga Willis, sofyan (2012) Psikologi Pendidikan . Bandung : CV ALFABETA Winarno (2013). Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan)isi, strategi dan penilaian). Jakarta. PT Bumi Aksara Skripsi atau thesis: Hamid, SI (2014). Nilai Moral Kewarganegaraan dalam Artefak Kehidupan Sosial
13 | A n t o l o g i U P I
Volume
Kultural Masyarakat Sunda: Studi Eksploratif Nilai Moral Kewarganegaraan dalam Ungkapan, Artikulasi seni dan Ritual Adat Budaya Sunda. (Thesis). Sekolah Pacasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
Edisi No.
Juni 2016