VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA
5/14/2012
Dewi Lestari, Chandra T Putra, Muhammad Fahrial, M Hijaz Jalil, Fikri C Permana, Medi Nopiana, Arif Rahman Hakim
Maradeka Institute & Finance
Hal |2
Ringkasan Penelitian
I.
Pendahuluan
Kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu kabupaten pemekaran baru yang
dikenal memiliki keanekaragaman hayati dan daerah luasan tutupan hutan yang tinggi. Berdasarkan interpretasi citra landsat 2010 oleh Burung Indonesia, diketahui bahwa
areal Kabupaten Halmahera Timur oleh kelas tutupan hutan primer seluas 20.493 ha
atau 59 % yang sebagian besar terletak di bagian selatan berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Sementara itu hutan sekunder meliputi luas 7.292 ha atau 21% yang tersebar mulai pinggiran pantai sampai dengan bagian tengah
lokasi. Tutupan lahan lainnya berupa non hutan yang terdiri dari kebun, lahan pertanian, semak, permukiman dan tanah terbuka. Semak tersebar tidak merata
meliputi 3.002 ha atau 8,8% dari total kawasan, terutama pada bagian-bagian hutan yang terbuka kanopinya.
Selain itu, 68 jenis burung dari 31 suku yang tercatat dari survei Burung Indonesia yang dilakukan di bagian wilayah blok sungai Lolobata Kabupaten Halmahera Timur, sedikitnya 17 jenis endemik Maluku Utara dan dua jenis di antaranya endemik
Halmahera. Jenis-jenis dalam kelompok suku merpati-merpatian Columbidae merupakan jenis terbanyak dijumpai, tingginya populasi kelompok ini yang dikenal sebagai pemencar biji, sangat penting dalam proses regenerasi hutan.
Dalam rangka kesiapan Kabupaten Halmahera TImur untuk menata wilayah dengan
mempersiapkan rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK). Studi diadakan untuk memberikan masukan, pilihan, dan penguatan implementasi kebijakan tata ruang di Kabupaten Halmahera Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai ekonomi dari ekosistem dan keanekaragaman
hayati
berdasarkan
skenario-skenario
perubahan
penggunaan/tutupan lahan terkait rencana pembangunan di tingkat kabupaten dan tingkat tapak lolobata; II.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh skenario pemanfaatan lahan yang
berbeda mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat. Dengan mengetahui kepuasan
masyarakat kita dapat mengetahui pengaruh setiap skenario (Gambar 1) dan Maradeka Institute and Finance/2012
Hal |3
Ringkasan Penelitian
memperoleh informasi apakah kemudian mereka worse off atau better off berdasarkan perubahan kepuasannya.
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Kondisi Saat Ini
Pilihan Dalam Skenario Pemanfaatan Lahan: Pemukiman Perkebunan Pertanian Perhutanan (kayu) Pertambangan Pembangunan jalan Kepuasan masyarakat dipengaruhi oleh: Tetap faktor profit tutupan hutan resiko bencana ketersediaan sumber air dan biodiversitas
Kondisi Berdasar Skenario
Sumber : Tim Maradeka, 2012
Tahapan berikutnya adalah survey, yang bertujuan mengetahui derajat pentingnya (parameter) masing-masing variabel pembentuk kepuasan agen. Setelah parameter variabel pembentuk kepuasan diperoleh pada akhirnya akan dilakukan simulasi menggunakan skenario yang telah ditetapkan untuk mengetahui perubahan kepuasan
untuk setiap golongan agen di masyarakat secara total. Tahapan lengkap penelitian ini terlihat dalam alur penelitian dibawah (Gambar 2).
Gambar 2. Alur Penelitian
TAHAP I PENGUMPULAN DATA SEKUNDER
Output : faktor (variabel) pembentuk kepuasan pemanfaatan lahan simulasi Valuasi Survei penetapan skenario
TAHAP II KONSULTASI PARA AHLI
Output : derajat pentingnya (parameter) pemanfaatan lahan di Kab. Halmahera Timur
Sumber : Tim Maradeka, 2012 Maradeka Institute and Finance/2012
TAHAP III SURVEY
Output : derajat pentingnya (parameter) variabel pembentuk kepuasan agen
TAHAP IV SIMULASI
Output : besaran perubahan masing-masing variabel pembentuk kepuasan dari setiap skenario. perubahan kepuasan setiap golongan agen masyarakat secara total dari setiap skenario.
Ringkasan Penelitian
III. Temuan Studi
Hal |4
Profil Demografi Responden Studi ini memperoleh 303 responden dewasa dengan status hubungan keluarga sebagai kepala rumah tangga dan rentang usia responden yang berada dalam rentang
20 sd 75 tahun. Mayoritas responden berstatus sebagai kepala rumah tangga dengan
jenis kelamin laki-laki sebesar 99,34% sedangkan sisanya berkelamin perempuan sebesar 0.66%. Sebagian besar responden telah menikah sebesar 99.01% sedangkan sisanya masih melajang sebesar 0.66%.
Hasil survei menunjukkan mayoritas responden dalam penelitian ini berumur antara
31 hingga 40 tahun dengan persentase 32,67 %. Responden yang telah menamatkan pendidikan dasar yakni SD dan SMP sebesar 44,88 %. persentase responden yang tidak pernah mengecap bangku pendidikan dan tidak lulus SD cukup besar yakni 12,87
%. Hanya sedikit responden yang telah menempuh bangku kuliah, yaitu 6 responden atau sebesar 1,98%.
Pendapatan total rumah tangga per bulan bagi mayoritas responden yang disurvey
berkisar antara 1 sampai 2 juta rupiah sebesar 40,92 %. Responden yang berpendapatan kurang dari satu juta rupiah sebesar 38,61 %. Tapi, ada juga responden yang berpendapatan lebih dari empat juta meski kecil hanya sebesar 3,30 %.
Sebagian besar responden berprofesi sebagai pemilik kebun sebesar 61,72%.
Responden yang berprofesi sebagai pemilik kebun tersebut juga mengerjakan kebunnya sendiri. Besarnya responden yang berprofesi sebagai petani menempati
peringkat kedua sebesar 9,24%. Profesi berikutnya berturut-turut nelayan dan penambang, masing-masing sebesar 1,65% kemudian pengusaha yang bergerak dibidang perkebunan sebesar 1,32%. Persepsi Atribut
Mayoritas responden menggunakan produk hasil hutan kayu kayu bakar (98,68 persen) untuk melakukan aktivitas harian memasak. Selain itu, sungai tidak menjadi
prioritas untuk melakukan aktivitas domestik seperti minum, mck, dan irigasi. Masingmasing responden memberikan penilaian sebesar 2,64 persen untuk air minum, 12,54
persen untuk mck, dan 48,76 persen untuk irigasi. Temuan berbeda terhadap interaksi Maradeka Institute and Finance/2012
Ringkasan Penelitian
dengan sumur,
Hal |5
responden menggunakannya untuk air minum dan mck. Masing-
masing sebesar 83,17 persen dan 84,16 persen.
Hampir setengah dari responden menyatakan bahwa pemukiman mereka rawan bencana (47,6 persen). Jenis bencana yang paling sering dialami diurutkan dari
kekerapannya adalah banjir (43,89 persen), kekeringan (21,78 persen) dan tanah longsor (11,22 persen).
Responden menganggap spesies burung adalah spesies yang penting dan harus dilestarikan. Ini terlihat dari penilaian responden yang diatas 60% untuk setiap jenis
spesies burung. Mayoritas responden memberikan penilaian cukup tinggi pada spesies burung kakatua putih terkait spesies yang dianggap penting, lestari, dan bermanfaat. Burung kakatua putih menerima persentase penilaian dari responden sebesar 96,04%.
Berikutnya, penilaian yang tinggi diberikan kepada burung nuri ternate, nuri bayan, dan paruh bengkok masing-masing sebesar 89,44%, 83,17%, dan 74,59%. Persepsi Pelestarian Hutan
Lebih dari setengah responden menjawab pemukiman mereka berlokasi dekat dari
hutan dan lebih 71,05 persen menyatakan pemukiman mereka terdapat di luar kawasan hutan, sebanyak 23,76 persen menyatakan bahwa pemukiman mereka berada di tepi hutan.
Masyarakat Kabupaten Halmahera Timur yang menjadi responden dalam survey ini
menganggap penting terhadap pelestarian hutan. Ini terlihat dari mayoritas responden (sebesar 99,34 %) menjawab penting dibandingkan yang tidak (sebesar 0,66%).
Responden menganggap kegiatan pelestarian hutan berguna untuk menyelematkan
hutan di Kabupaten Halmahera Timur sangat besar mencapai 97,79 % dibandingkan yang tidak, hanya sebesar 2,31%. Meski mayoritas responden menganggap pelestarian hutan penting, masih banyak responden yang belum merasakan kegiatan pelestarian hutan. Responden yang menjawab belum pernah cukup banyak (74,26%)
dibandingkan yang pernah (25,74%). Baik responden yang pernah maupun yang belum pernah merasakan kegiatan pelestarian hutan, mayoritas ingin terlibat jika kelak diadakan kegiatan pelestarian hutan (96,04%) dibandingkan yang tidak, hanya sebesar 3,96%.
Maradeka Institute and Finance/2012
Hal |6
Ringkasan Penelitian
Responden mempunyai motivasi yang beragam untuk berkeinginan terlibat dalam pelestarian hutan. Karena responden sadar akan pentingnya hutan, kedua alasan yang menjadi mayoritas responden adalah keinginan menyelamatkan hutan di Halmahera
Timur (sebesar 54,79%) dan keinginan menyelamatkan keanekaragaman hayati di Halmahera Timur (sebesar 53,47%).
Responden tidak begitu memperhatikan format acara karena tidak menjadi perhatian
mereka. Responden yang menganggap acara menjadi daya tarik untuk kegiatan
pelestarian sangat sedikit yaitu sebesar 13,53%. Motivasi lain responden yang cukup
besar berupa adanya insentif ekonomi sebesar 54,55%, ikut-ikutan teman sebesar 22,73 %, dan tergantung kades setempat sebesar 9,09%. Responden dengan motivasi
karena kesadaran sendiri dan ingin mendapat pengetahuan masing-masing sebesar 4,55% dan 9,09%.
Harga Barang & Jasa Lingkungan Pendekatan harga implisit digunakan sebagai proksi satuan moneter untuk mengukur
harga satuan atribut dari barang dan jasa lingkungan yang diberikan oleh hutan di
Kabupaten Halmahera Timur seperti penggunaan kayu bakar, interaksi dengan sungai,
bencana banjir, serta keberadaan burung nuri. Studi menemukan bahwa jika terjadi penurunan jumlah kayu bakar, sungai, dan nuri sebesar 1 % maka satuan moneter dari
setiap barang & jasa lingkungan tersebut adalah kayu bakar (Rp 22.175,-), sungai (Rp 57.828,-), dan burung nuri (Rp 24.589,-).
Sedangkan banjir memberikan satuan
moneter sebesar Rp 578.700,- untuk setiap perubahan kenaikan frekuensi banjir sebesar 1 kali per tahun.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Burung Indonesia terhadap bantuan dana penelitian kajian ini, Tim Lapangan dari Burung Indonesia yang dikordinir oleh Pak Muslich, Pemerintah Provinsi Maluku Utara, Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, dan pihak – pihak lain yang tidak disebutkan disini.
Maradeka Institute and Finance/2012