VALIDITAS DAN RELIABILITAS
A. Pendahuluan Dalam penelitian pendidikan, untuk mengukur suatu variabel diperlukan alat ukur yang biasa disebut instrument. Instrumen yang digunakan dalam penelitian haruslah valid dan reliabel. Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. 1. Definisi Validitas Menurut Azwar (1997) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Kesimpulan dari kelompok penyaji menyatakan bahwa validitas adalah derajat ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam penelitian yang didukung oleh fakta empiris dan alasan teoritis, artinya antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti sesuai. 2. Definisi Reliabilitas Menurut Mehrens & Lehmann (1973) dalam Retnawati (2016) reliabilitas merupakan derajat kekonsistensian di antara dua skor hasil pengukuran pada objek yang sama, meskipun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala yang berbeda. Kesimpulan dari kelompok penyaji menyatakan bahwa reliabilitas adalah derajat kekonsistensian antara dua skor hasil pengukuran pada obyek yang sama meskipun instrumennya berbeda. 3. Perbedaan Validitas dan Reliabilitas pada Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitian, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu, kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas. B. Penelitian kuantitatif 1. Validitas Terdapat tiga tipe validitas dalam instrument (Nunnally, 1978, Allen & Yen, 1979, Fernandes, 1984, Woolfolk & McCane, 1984, Kerlinger, 1986, dan Lawrence, 1994 dalam Retnawati, 2016: 16) yaitu: 1) Validitas Isi Validitas isi suatu instrumen adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Nunnally, 1978; Fernandes, 1984). A) Langkah-langkah untuk membuktikan validitas isi:
(1) Memberikan kisi-kisi dan butir instrumen, berikut rubrik penskorannya jika ada kepada beberapa ahli yang sesuai dengan bidang yang diteliti untuk mohon masukan. Banyaknya ahli yang dimohon untuk memberi masukan paling tidak 3 orang ahli dengan kepakaran yang relevan dengan bidang yang diteliti. (2) Masukan yang diharapakan dari ahli berupa kesesuaian komponen instrumen dengan indikator, indikator dengan butir, benarnya substansi butir, kejelasan kalimat dalam butir, jika merupakan tes, maka pertanyaan harus ada jawabannya/kuncinya, kalimatkalimat tidak membingungkan, format tulisan, simbol, dan gambar yang cukup jelas. Proses ini sering disebut telaah kualitatif yang meliputi aspek substansi, bahasa, dan budaya. (3) Berdasarkan masukan ahli tersebut, kisi-kisi dan atau instrumen kemudian diperbaiki. (4) Meminta ahli untuk menilai validitas butir, berupa kesesuaian antara butir dengan indikator. Penilaian ini dapat dilakukan misalnya dengan skala Likert (Skor1: Tidak Valid, Skor 2= kurang valid, Skor 3= cukup valid, skor 4= valid, skor 5 = sangat valid). Dapat pula penskoran dengan melihat relevansi butir dengan indicator (Skor1: Tidak Relevan, Skor 2= kurang relevan, Skor 3= cukup relevan, skor 4= relevan, skor 5 = sangat relevan). (5) Menghitung indeks kesepakatan ahli (rater agreement) dengan indeks Aiken V atau indeks Gregory, yang merupakan indeks untuk menunjukkan kesepakatan hasil penilaian para ahli tentang validitas, baik untuk butir maupun untuk perangkatnya. B) Membuktikan Validitas Isi Instrumen Setelah memberikan kisi-kisi dan butir instrumen, serta rubrik penskorannya kepada para ahli, peneliti juga memberikan format penilaian ahli untuk mengetahui kesesuaian butir dengan indikator.
Setelah itu peneliti mengumpulkan hasil penilaian dari para ahli tersebut:
Dengan menggunakan Indeks Validasi Aiken Indeks Aiken merupakan indeks kesepakatan para ahli terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut. Indeks V ini nilainya berkisar diantara 0-1. Dari hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat dapat dikategorikan berdasarkan indeknya. Jika indeksnya kurang atau sama dengan 0,4 dikatakan validitasnya kurang, 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang, dan jika lebih besar dari 0,8 dikatakan sangat valid.
Dengan menggunakan Indeks Validasi Gregory Dari hasil penilaian para ahli pada tabel 3., kemudian skor tersebut dikategorikan ulang. Kategori pertama: tidak relevan (skor 1) dan kurang relevan (skor 2) diketagorikan ulang mejadi kategori relevansi lemah, dan kategori kedua: cukup relevan (skor 3) dan sangat relevan (skor 4) dikategorikan ulang menjadi kategori relevansi kuat. Koefisien validitas isi dihitung dengan formula:
Selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan, Jika indeks kesepakatan tersebut kurang dari 0,4 maka dikatakan validitasnya rendah, diantara 0,4-0,8 dikatakan validitasnya sedang (mediocare) dan jika lebih dari 0,8 dikatakan tinggi. Pada
kasus ini karena koefisien validitas isinya 0,6, maka dikatakan validitasnya sedang. 2) Validitas konstruk Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang hendak diukurnya (Nunnally, 1978, Fernandes, 1984). Jadi validitas konstruk merupakan salah satu tipe validitas internal rasional suatu instrumen yang menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut mengungkap suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya. Dalam hal ini konstruk merupakan kerangka dari suatu konsep. Pengertian konstruk ini bersifat terpendam dan abstrak sehingga berkaitan dengan banyak indikator perilaku empiris yang menuntut adanya uji analisis seperti analisis faktor. a) Hal-hal yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis faktor (1) Variabel dependennya harus berupa data kuantitatif pada tingkat pengukuran interval atau ratio karena data kategori tidak dapat dilakukan analisis faktor (2) Data harus berdistribusi normal bivariat untuk tiap pasangan variabel dan pengamatan harus saling bebas. b) Langkah-langkah melakukan uji validitas konstruk dengan menggunakan analisis faktor (1) Memilih variabel yang akan dianalisis (2) Ekstraksi awal seperangkat faktor (3) Ekstraksi akhir seperangkat faktor dengan rotasi (4) Menyusun skala untuk digunakan analisis lanjut c) Prosedur menggunakan program SPSS for windows untuk melakukan analisis faktor (1) Bukalah file yang akan dianalisis (2) Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian submenu Data Reduction, lalu pilih Factor (3) Pada kotak Variables isikan variabel yang akan dianalisis (4) Pilih Descriptives dan aktifkan semua pilihan yang ada khususnya KMO and Barlett’s test of sphericity, kemudian pilih Continue (5) Pilih Rotation dan aktifkan pilihan Varimax, lalu pilih Continue dan abaikan pilihan lainnya, lalu tekan Continue (6) Tekan Ok 3) Validitas kriteria Validitas kriteria dibuktikan dengan melihat kebermanfaatan dari interpretasi skor hasil pengukuran (usefulness).Validitas kriteria diketahui dengan mengestimasi korelasi skor tes peserta dengan skor kriteria. Korelasi ini disebut dengan koefisien validitas, yang menyatakan derajat hubungan antara prediktor dengan kriteria. Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas. (1) Validitas Konkuren: Jika kriteria yang telah ada saat skor penilaian diperoleh atau rentang waktu perolehan kedua data tidak terlalu lama.
(2) Validitas Prediktif: Jika kriteria keberhasilan ditunggu beberapa lama, misalnya kurun waktu tertentu. Langkah-langkah validitas kriteria: 1. Menyiapkan kriteria yang mengukur konstruk yang bersesuaian. 2. Sampel diminta mengerjakan tes/instrumen yang akan dibuktikan validitasnya juga tes yang menjadi kriteria. 3. Menghitung koefisien korelasi antara skor instrumen yang akan dibuktikan validitasnya dengan instrumen kriteria dengan rumus.
2. Reliabilitas Dalam Retnawati (2016: 86-92) proses penghitungan reliabilitas disebut dengan estimasi. Berikut akan dibahas tiga estimasi reliabilitas instrumen kuantitatif, yaitu: (1) Konsistensi Eksternal (2) Konsistensi Internal (3) Reliabilitas Komposit. Estimasi konsistensi eksternal terdiri dari tes ulang, paralel, dan gabungan dari keduanya. 1. Metode Tes Ulang (Test-Restest-Method) Pengukuran dengan metode tes ulang perlu dilakukan dua kali, pengukuran pertama dan pengukuran kedua atau ulanganya. Berikut adalah rumusnya.
2. Metode Bentuk Paralel (Equivalent) Pada metode ini diperlukan dua instrumen yang dikatakan paralel untuk mengestimasi koefisien reliabilitas. Dua buah tes dikatakan paralel atau equivalent adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan dalam pengukuran, tingkat kesukaran dan susunan juga sama, namun butir-butir soalnya berbeda, atau dikenal dengan istilah alternateforms method atau parallel forms. 3. Metode gabungan Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali kepada responden yang sama. Metode ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu, dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang (Sugiyono, 2014: 184). 4. Metode belah dua
Pada metode belah dua ini, dalam satu instrumen dikerjakan satu kali oleh sejumlah subjek (sample) suatu penelitian. Butir-butir pada perangkat dibagi menjadi dua. Pembagian dapat menggunakan nomor ganjil-genap pada instrumen, atau separuh pertama maupun separuh kedua, maupun membelah dengan menggunakan nomor acak atau tanpa pola tertentu. Ada beberapa formula untuk mengestimasi reliabilitas dengan metode belah dua, antara lain rumus Spearman-Brown, rumus Flanagan, dan rumus Rulon. Berikut adalah rumus Spearman-Brown.
5. Reliabilitas Komposit Reliabilitas komposit untuk mengestimasi reliabilitas instrumen yang terdiri dari banyak butir. Dimana butir-butir ini merupakan butir yang berbeda-beda namun membangun suatu konstruk yang sama. Ada 3 formula yang dapat digunakan untuk mengestimasi reliabilitas dengan cara ini, yaitu: a. Rumus Alpha Cronbach Digunakan untuk mengestimasi reliabilitas instrumen dengan penskoran 1 dan 0, skala politomus (misalnya angket dengan skala Likert 1-2-3-4-5), atau soal uraian. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
b. Rumus Kuder-Richardson (KR) Ada dua jenis KR yaitu KR-20 dan KR-21. KR-20 digunakan untuk analisis butir dikotomi, intrumen dengan penskoran 1-0, benar-salah, ya-tidak, dan lain-lain. Rumus KR-20 sebagai berikut.
Sedangkan KR-21 digunakan untuk instrumen dengan penskoran 1 dan 0, skala politomus (misalnya angket dengan skala Likert 1-2-3-4-5), atau soal uraian. Rumus KR-21 sebagai berikut.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Reliabilitas (Retnawati, 2016: 99-100) Faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung, yaitu: 1. Waktu penyelenggaraan pengumpulan data pertama dan kedua. 2. Panjang instrumen, semakin panjang suatu instrumen pengumpul data, semakin banyak butir yang termuat di dalamnya. 3. Penyebaran skor perolehan responden. 4. Tingkat kesulitan butir instrumen. 5. Objektivitas penskoran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung, yaitu: 1. Panjang tes dan kualitas butir-butir instrument 2. Kondisi penyelenggaraan pengumpulan data atau administrasi. a. Sebagai contoh pada pelaksanaan tes, petunjuk yang diberikan sebelum tes dimulai dan petunjuk ini disajikan dengan jelas, penyelenggaraan tes akan berjalan lancar dan tidak akan banyak terdapat pertanyaan atau komentar dari responden b. Pengawas yang tertib akan mempengaruhi skor hasil perolehan responden c. Suasana lingkungan dan tempat pengumpulan data (tempat duduk yang tidak teratur, suasana disekelilingnya gaduh atau tidak tenang, dan sebagainya) akan mempengaruhi reliabilitas.
C. Penelitian kualitatif Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan serta analisis data dilakukan dnegan cara yang benar. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu antara lain (Bungin, 2007): a. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif. b. Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi) c. Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data hasil penelitian dapat dikatakan valid jika tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan oleh peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Keabsahan data hasil penelitian kualitatif dinilai berdasarkan empat kriteria, dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Kredibilitas Suatu hasil penelitian kualitatif dikatakan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi terletak pada keberhasilan studi tersebut mencapai tujuannya mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang majemuk atau kompleks. Uji kredibilitas data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan cara: a. Perpanjangan pengamatan Dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peneliti kembali ke lapangan untuk pengamatan/observasi kembali dengan narasumber, mengecek kembali hasil data. Bila selama perpanjangan pengamatan data yang diperoleh sudah benar dan tidak berubah, maka data tersebut kredibel. Waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian Meningkatkan ketekunan dengan peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang diperoleh benar atau tidak. Selain itu peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis terhadap apa yang diamati. Membaca berbagai refrensi buku, hasil penelitian, atau dokumentasi terkait dengan temuan yang diteliti. c. Triangulasi 1) Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yabg diperoleh melalui bebrapa sumber. 2) Triangulasi Teknik Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3) Triangulasi Waktu Triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengecek melalui wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda d. Analisis kasus negatif Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penlitian hingga pada saat tertentu. Dengan melakukan analisis kasus negatif berarti penelit mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. e. Menggunakan bahan referensi Peneliti menggunakan bahan pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. f. Member check Member Check dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data hasil temuan peneliti disepakati oleh narasumber maka data tersebut kredibel. 2. Transferability Transferability berhubungan dengan hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Tranferabilitas dalam penelitian kualitatfi tidak dinilai sendiri oleh penelitinya melainkan oleh para pembaca hasil penelitian tersebut. Jika pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang laporan penelitian (konteks dan foku penelitian), hasil penelitian itu dapat dikatakan memiliki transferabilitas yang tinggi (Bungin, 2003; Morse, Barrett, Mayan, Olson & Spiers, 2002). 3. Dependability Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah dependabilitas. Tingkat dependabilitas yang tinggi pada penelitian kualitatif dapat diperoleh dengan melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan berupaya untuk menginterpretasikan hasil penelitian dengan baik sehingga peneliti lain akan dapat membuat kesimpulan yang sama dalam menggunakan perspekif, data mentah, dan dokumen analisis penelitian yang sedang dilakukan (Sterubert & Carpenter, 2003). Brink (1991) menyatakan ada tiga jenis uji atau tes yang dapat dilakukan untuk menilai reliabilitas atau dependabilitas data penelitian kualitatif, yaitu: a. Stabilitas Stabilitas dapat dinilai atau diuji ketika menanyakan berbagai pertanyaan yang identik dari seorang partisipan pada waktu yang berbeda menghasilkan jawaban yang sama. b. Konsistensi
Konsistensi dapat dinilai jika interview script yang digunakan peneliti dapat menghasilkan suatu jawaban partisipan yang terintegrasi dan sesuai dengan pertanyaan atau topik yang diberikan. c. Ekuivalensi Ekuivalensi dapat diuji dengan penggunaan bentuk-bentuk pertanyaan alternatif yang memiliki kesaman arti dalam satu wawancara tunggal dapat menghasilkan data yang sama atau dengan menilai kesepakatan hasil observasi dari dua orang peneliti. 4. Confirmability Objektivitas atau konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif lebih diartikan sebagai konsep transparansi, yaitu kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka tentang proses dan elemen-elemen penelitiannya sehingga memungkinkan pihak lain atau peneliti lain melakukan penelitian tentang hasil temuannya.