37
V. KONSEP
Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya kegiatan ekonomi dan rekreasi dari penggunanya. Studi ini juga merencanakan suatu lanskap yang dapat mengakomodasi suasana ketetanggaan (neighborhood) pada kawasan permukiman padat. Melalui tahap perencanaan ini diharapkan tercipta suatu lanskap yang dapat mengakomodasi kegiatan ekonomi dan rekreasi pada kawasan tersebut dan dapat menjadi ruang terbuka alternatif dalam kawasan. Konsep dasar perencanaan pedestrian shopping streets ini tidak hanya memperhatikan kualitas visual dan peningkatan aktivitas ekonomi saja, tetapi juga memperhatikan masalah kualitas lingkungan dan sosial. Dalam studi ini, skenario konsep tata ruang yang akan direncanakan pada tapak dibagi menjadi empat sub-konsep. Skenario konsep tata ruang tersebut nantinya akan membandingkan aspek- aspek sebagai berikut: a. Pertambahan luas ruang terbuka hijau, b. Perbaikan lingkungan sosial, c. Perbaikan kualitas lingkungan, d. Perbaikan aktivitas ekonomi pada tapak, e. Perbaikan kualitas visual, dan f. Perbaikan intensitas infrastruktur. Keenam aspek tersebut diukur berdasarkan kualitas aspek-aspek tersebut. Lalu dibandingkan antara konsep yang akan dikembangkan dengan kondisi eksisting tapak untuk menciptakan suatu lanskap yang lebih baik dibandingkan lanskap sebelumnya. Pengembangan Konsep Konsep dasar perencanaan pedestrian shopping streets ini terbagi ke dalam empat sub-konsep, yaitu konsep pedestrian shopping streets, konsep tata ruang, konsep ruang terbuka, dan konsep fasilitas.
38
a. Konsep tata ruang total Pengembangan konsep dasar ke dalam sub-konsep ini bertujuan untuk mendapatkan penataan ruang yang efisien sehingga dapat mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan pengguna. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan perbaikan kondisi dan kualitas lingkungan kawasan dan juga kualitas kehidupan masyarakat pengguna tapak maupun masyarakat yang tinggal di sekitar tapak. Pengembangan konsep tata ruang total ini mengacu pada kebijakan pemerintah setempat tentang RDTRK Bogor (2000) yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut tapak dibagi ke dalam tiga jenis ruang yaitu ruang bangunan umum, ruang pemukiman dan ruang terbuka. Dalam studi perencanaan ini akan dilakukan perencanaan terhadap ruang bangunan umum dan ruang terbuka pada tapak.
Gambar 8. Kondisi Lingkungan yang Diharapkan
Ruang permukiman direncanakan tetap pada fungsinya sebagai area permukiman. Perencanaan dilakukan pada perbaikan kualitas lingkungannya saja seperti perbaikan jalur jalan dan penambahan vegetasi untuk menambah estetika area tersebut (Gambar.8). Ruang bangunan umum adalah ruang permukiman yang direncanakan akan berbagi fungsi dengan ruang ekonomi berupa kawasan industri rumah tangga. Bangunan umum akan mengalami perubahan bentuk muka bangunan. Perubahan bentuk ini bertujuan menunjang kegiatan ekonomi yang akan terjadi di dalam tapak seperti bentuk etalase display produk. Ruang terbuka hijau direncanakan menyatu dengan ruang terbuka utama, dimana ruang terbuka hijau ini berbagi fungsi dengan ruang terbuka utama
39
sebagai area rekreasi dan memperbaiki kualitas lingkungan. Selain itu penanaman vegetasi di sepanjang sisi jalan, dari Jalan Roda I sampai Jalan Roda II diharapkan dapat memperbaiki kualitas lingkungan kawasan ini.
b. Konsep pedestrian shopping streets Pengembangan konsep ini bertujuan untuk menciptakan lanskap pedestrian yang dapat menjadi lanskap penunjang bagi kegiatan ekonomi dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kota Bogor dan sebagai ruang terbuka alternatif bagi aktivitas-aktivitas pengguna tapak seperti aktivitas rekreasi, berjalan kaki, window shopping dan lain sebagainya. Jenis pedestrian yang ditetapkan dalam perencanaan ini adalah jenis pedestrian street, dimana kendaraan bermotor dilarang masuk kecuali yang berkepentingan dalam pengelolaan tapak. Pedestrian shopping street ini dibagi ke dalam dua jenis lokasi perniagaan, yaitu perniagaan yang memerlukan bangunan sebagai penunjang aktivitasnya dan perniagaan yang tidak memerlukan bangunan atau lebih dikenal dengan kaki lima. Akses pedestrian dalam perencanaan ini pun dekat dengan jalan umum. Dalam Simonds (1983) disebutkan bahwa karakter dari pedestrian walk diibaratkan seperti aliran air atau sungai yang pergerakannya mencari hambatan terkecil demi mencapai aspek fungsional dan estetik. Jalur pedestrian yang masuk ke dalam kawasan permukiman berfungsi sebagai akses ke area industri rumah tangga dan display produk-produknya. Lebar jalur pedestrian ini disesuaikan dengan kondisi tapak yang sudah ada sehingga tidak ada penambahan atau pengurangan lebar jalan. Area niaga di dalam tapak diharapkan dapat menjadi alternatif lokasi niaga yang biasanya berlokasi di pinggir jalan.
c. Konsep ruang terbuka Konsep ruang terbuka dibuat untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar pengguna tapak dan masyarakat yang tinggal di sekitar tapak seperti yang telah direncanakan. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung antara ruang dan orang-orang yang berada di dalamnya (Rogers, 1999). Disebutkan pula oleh Hester (1984) bahwa penyediaan terbuka
40
umum dalam lingkungan permukiman sangat penting dilakukan karena merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Berdasarkan konsep hierarki ruang terbuka, ruang terbuka dalam studi perencanaan ini akan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ruang terbuka utama dan ruang terbuka pelengkap. Ruang terbuka utama adalah ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas-aktivitas penggunanya terutama masyarakat sekitar tapak dan pengunjung. Aktivitas pada ruang terbuka ini adalah aktivitas pasif dan aktif. Ruang terbuka utama memiliki radius pelayanan mencakup seluruh tapak yang direncanakan. Dalam ruang terbuka ini disediakan fasilitas olahraga seperti lapangan olahraga (lapangan voli dan bulutangkis) dan jogging track. Sedangkan untuk aktivitas pasif disediakan fasilitas berupa gazebo dan tempat duduk-duduk. Ruang terbuka utama berbagi fungsi dengan ruang terbuka hijau, dimana ruang terbuka hijau ini mengelilingi fasilitas-fasilitas pada ruang terbuka utama ini. Yang kedua adalah rung terbuka pelengkap. Ruang terbuka ini memiliki luas yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas ruang terbuka utama sehingga ruang terbuka ini memiliki radius pelayanan yang lebih sempit pula. Letak ruang terbuka pelengkap ini terdapat di dalam tapak dan hanya berfungsi sebagai ruang aktivitas pasif. Fasilitas yang disediakan pada ruang terbuka ini adalah fasilitas yang hanya mendukung aktivitas pasif seperti tempat dudukduduk.
d. Konsep fasilitas Konsep fasilitas dalam perencanaan kawasan ini dibuat untuk mendukung fungsi dan aktivitas pada tiap-tiap ruang yang telah direncanakan. Konsep fasilitas pada bangunan umum adalah fasilitas yang bersifat fisik yang dapat mendukung berlangsungnya aktivitas komersil, jasa, edukasi, perkantoran, ibadah, dan keamanan dalam tapak. Jenis fasilitas pada ruang ini antara lain pertokoan, sekolah, perkantoran, rumah ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas penunjang lainnya. Konsep fasilitas pada ruang terbuka didasarkan pada jenis ruang terbuka tersebut. Untuk jenis ruang terbuka utama, fasilitas yang disediakan merupakan
41
fasilitas fisik yang dapat mendukung kegiatan rekreasi dan sosial seperti lapangan olahraga, permainan dan fasilitas berupa tempat duduk-duduk dan jogging track. Ruang terbuka pelengkap fasilitas yang disediakan berupa fasilitas yang mengakomodasi aktivitas pasif yaitu bangku dan lampu penerangan. Untuk jenis ruang terbuka sebagai pedestrian, fasilitas fisik yang disediakan bertujuan agar pengunjung merasa betah dan nyaman berada di dalam tapak. Fasilitas yang disediakan dapat berupa fasilitas yang bersifat estetika seperti penyediaan bak-bak tanaman, permainan pola perkerasan dan fasilitasfasilitas seperti penunjuk arah, penerangan, tempat beristirahat dan fasilitas penunjang lainnya. Untuk semua fasilitas fisik penunjang aktivitas aktif dan pasif dipilih material yang kuat dan tahan lama (Harris and Dines,1988)