V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega 5.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega Perkembangan pajak di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dimana pada waktu itu sudah ada pemungutan pajak yang dikenal dengan nama Oorlogs Avergangs Blastik yang berarti “pajak peralihan”. Seperti layaknya pemungutan pajak saat ini, pemungutan pajak pada zaman dulu dipungut berdasarkan undang-undang yang berlaku saat itu. Pemungutan ini dilaksanakan oleh badan yang bernama Inspectie Vinantie yang memiliki wewenang untuk mengurus dan mengawasi masalah pemungutan pajak yang dilakukan secara paksa pada rakyat. Keluar dari masa penjajahan Belanda, Indonesia masuk dalam masa penjajahan Jepang istilah Oorlogs Avergangs Blastik diganti dengan Zaimuba yang diberi tugas untuk mengurus masalah keuangan Jepang di Indonesia. Lepas dari tangan penjajah Jepang Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 pemerintah baru Indonesia mengganti istilah Zaimuba dengan “Inspeksi Keuangan”. Badan ini bertempat di Corcodia (Gedung Merdeka) Bandung yang terletak di Jalan Raya Barat atau untuk sekarang dikenal dengan nama jalan Asia Afrika. Inspeksi Keuangan Bandung meliputi daerah swatantra tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar. Melalui Surat Keputusan Menkeu RI No. 276/KMK/1989 terhitung mulai tanggal 1 April 1989 seluruh Kantor Inspeksi Pajak di Indonesia berubah
namanya
menjadi
“Kantor
Pelayanan
Pajak”.
Kemudian
berdasarkan Surat Keputusan Menkeu RI No 561/KMK.01/1992 tanggal 21 Mei 1992 Organisasi Direktorat Jenderal Pajak diadakan reorganisasi sehingga jumlah KPP yang ada menjadi 120 KPP. Jumlah KPP di kodya Bandung sendiri menjadi 4 KPP yaitu:
36
1. KPP Bandung Timur yang terletak di jalan Kiaracondong No 372 Bandung. 2. KPP Bandung Tengah yang terletak di jalan Purnawarman No 21 Bandung. 3. KPP Bandung Barat yang terletak di jalan Soekarno Hatta Bandung. 4. KPP Cimahi yang terletak di jalan Raya Cimahi Bandung. Untuk meningkatkan penerimaan dan pemberian pelayanan pajak kepada masyarakat secara selektif dan efisien maka perlu diadakan kembali penetapan mengenai organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal pajak. Oleh karena itu, diberlakukanlah Surat Keputusan Menkeu RI No 756/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993 yang disempurnakan lagi dengan Surat Keputusan Menkeu RI No 94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994 serta penyesuaian dengan wilayah. Keberadaan KPP Pratama Bandung Tegallega dimulai pada tanggal 1 Januari 1980, saat Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi dua bagian yaitu: 1. Inspeksi Pajak Bandung Timur yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika Nomor 114 Bandung 2. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang pada waktu itu berkedudukan di Jalan Purnawarman Nomor 21 dan mulai Januari 1981 pindah menempati gedung baru yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta Nomor 216 Bandung Pada tanggal 1 April 1989 seluruh kantor Inspeksi Pajak di seluruh Indonesia diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK/89 tanggal 25 Maret 1989, istilah Inspeksi Pajak diubah menjadi tiga bagian yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kantor bertugas menangani masalah pemberian Nomor Wajib Pajak (NPWP), masalah Surat Pemberitahuan (SPT), Penagihan Pajak dan Keberatan serta Pengukuhan Kena Pajak (PKP).
37
2. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan (UPP) Unit ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria untuk diperiksa sebagaimana diatur dalam PP No. 31 tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan. 3. Kantor Penyuluhan Perpajakan Kantor ini bertugas memberikan penyuluhan kepada Wajib Pajak atau pada masyarakat agar seluruhnya mengetahui hak dan kewajiban sebagai Warga Negara Republik Indonesia untuk membayar pajak. Berdasarkan surat Keputusan DJP Nomor KEP.112/PJ/2007, tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beropersinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi di lingkungan Kantor Wilayah DJP Banten, Kanwil Jawa Barat I dan II tanggal 28 Agustus 2007, terhitung mulai 9 Agustus 2007, KPP di Bandung dibagi menjadi: 1.
KPP Karees yang beralamat di jalan Kiaracondong No 372 Bandung
2.
KPP Cibeuning yang beralamat di jalan Purnawarman No 21 Bandung
3.
KPP Tegallega yang beralamat di jalan Soekarno Hatta No 216 Bandung
4.
KPP Bojonagara yang beralamat di jalan Asia Afrika No 114 Bandung
5.
KPP Cicadas yang beralamat di jalan Soekarno Hatta No 781 Bandung Adapun wilayah kerja untuk KPP Bandung Tegallega meliputi:
1.
Kecamatan Bandung Kulon
2.
Kecamatan Astana Anyar
3.
Kecamatan Babakan Ciparay
4.
Kecamatan Bojong Kaler
5.
Kecamatan Bojongloa Kidul
5.1.2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama KPP Pratama merupakan salah satu badan pelaksana Direktorat Jenderal Pajak di bidang pelayanan pajak yang berada di bawah wewenang Kantor Wilayah Pajak
38
Dasar pemikiran dibentuknya KPP Pratama adalah sebagai berikut (Liberti Pandiangan, 2008): 1. Struktur penerimaan pajak saat ini masih bertumpu pada Wajib Pajak Badan (PPh dan PPN). 2. Kontribusi penerimaan PPH Wajib Pajak Orang Pribadi perlu ditingkatkan sebagaimana lazimnya di negara maju. 3. Pelayanan dan pengawasan yang lebih baik dengan cara membentuk kantor yang terintergrasi dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan lebih dekat ke Wajib Pajak. 4. Pengawasan dan konsultasi perpajakan yang lebih intensif melalui pendekatan teritorial (dilakukan oleh Account Representative). 5. Sistem administrasi perpajakan yang lebih tertib 6. Sistem informasi yang terintegrasi dan pemanfaatan data secara maksimal. 7. Peningkatan kualitas pelayanan yang berkesinambungan. 8. Penerapan praktek Good Governance secara konsisten. Karakteristik KPP Pratama sebagai berikut: 1. Gabungan dari tiga unit kanor (KPP, KP PBB dan Karipka). 2. All Taxes- mengadministrasikan PPh, PPN, PBB dan BPHTB. 3. Mengadministrasikan Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi. 4. Jumlah Wajib Pajak yang ditangani sangat banyak (ribuan). 5. Kontribusi pajak per Wajib Pajak kecil. 6. Penerapan konsep teritorial (penguasaan wilayah). 7. Terdapat seksi Ekstensifikasi Perpajakan- jumlah Wajib Pajaknya dapat terus bertambah. Pada tanggal 28 Agustus 2007 terjadi penggabungan KPP, KP PBB dan Karipka menjadi KPP Pratama Bandung Tegallega. Tugas dan fungsi yang ada pada KPP, KP PBB dan Karipka bergabung pada seksi-seksi yang ada pada KPP Pratama sehingga ada beberapa perubahan baik dalam struktur organisasi, tugas dan fungsi, sistem kerja, sumber daya manusia dan sarana kantor.
39
5.1.3 Visi, Misi, Motto, Slogan dan Etos Kerja Pelayanan KPP Pratama Bandung Tegallega Visi KPP Pratama Bandung Tegallega adalah Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Penjelasan mengenai visi tersebut sebagai berikut: 1. Menjadi model pelayanan masyarakat merefleksikan cita-cita untuk menjadi contoh pelayanan masyarakat bagi unit-unit instansi pemerintah lainnya. 2. Berkelas dunia berarti keinginan untuk mencapai tingkatan standar dunia atau standar internasional baik untuk kualitas aparatnya maupun kualitas kinerja dan hasil-hasilnya. 3. Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat merefleksi cita-cita untuk mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa eksistensi dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan akurat, mampu memenuhi harapan masyarakat serta cita-cita yang baik dan bersih. Misi KPP Pratama Bandung Tegallega adalah menghimpun dana dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Motto KPP Pratama Bandung Tegallega adalah Wujudkan Masyarakat Sadar dan Peduli Pajak. Slogan KPP Pratama Bandung Tegallega adalah Tekad Kami Pelayanan Prima. KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki panduan kualitas pelayanan yang disebut Tujuh Etos Kerja Pelayanan, yang terdiri dari: 1. Komitmen terhadap janji pelayanan. 2. Mempertahankan profesionalisme
demi kepentingan
bangsa
dan
masyarakat. 3. Peduli kepada keindahan dan kebersihan. 4. Menjaga semangat kerjasama yang kokoh. 5. Menghormati perbedaan dan menjaga kesetaraan. 6. Bekerja dengan semangat menyelesaikan masalah wajib pajak dengan cepat,akurat dan profesional. 7. Menjaga nilai-nilai luhur budaya lokal dan nasional.
40
5.1.4 Struktur Organisasi, Fungsi dan Tugas KPP Pratama Bandung Tegallega Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Tegallega terdiri dari : 1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum a. Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian b. Urusan Keuangan c. Urusan Rumah Tangga 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Penagihan a. Sub Seksi Tata Usaha Piutang pajak (TUPP) b. Sub Seksi Penagihan Aktif 5. Seksi Pemeriksaan 6. Seksi Pelayanan 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 8. Seksi Pengawasan dan Kosultasi (Waskon) a. Sub Seksi Waskon I dengan wilayah kerja di Kecamatan Bandung Kulon b. Sub Seksi Waskon II dengan wilayah kerja di Kecamatan Babakan Ciparay c. Sub Seksi Wakon III dengan wilayah kerja di Kecamatan Bojongloa Kaler dan Bojong Kidul d. Sub Seksi Wakon III dengan wilayah kerja di Kecamatan Astana Anyar 9. Kelompok Jabatan Fungsional KPP Pratama merupakan salah satu badan pelaksana Direktorat Jenderal Pajak di bidang pelayanan pajak yang berada di bawah wewenang Kantor
Wilayah
Pajak.
KPP
Pratama
Bandung
Tegallega
mengklasifikasikan fungsi dan tugasnya sebagai berikut: 1. Kepala KPP Pratama mempunyai fungsi dan tugas untuk memberikan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan dalam pemeriksaan dan penagihan.
41
2. Sub Bagian Umum mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan urusan keuangan, kepegawaian, rumah tangga, tata usaha dan perlengkapan. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi dan tugas untuk mengumpulkan dan mengolah data, menyajikan informasi perpajakan, merekam dokumentasi perpajakan, mengurus tata usaha penerimaan pajak, pengalokasian dan penatausahaan penerimaan PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, memantau aplikasi e-SPT dan eFilling serta menyiapkan laporan kinerja. 4. Seksi Penagihan mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak. 5. Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penertiban
dan
penyaluran
SP3
dan
administrasi
pemeriksaan lainnya. 6. Seksi Pelayanan mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penetapan dan penertiban
hukum
pajak,
penerimaan
dan
pengolahan
surat
pemberitahuan dan surat lainnya, memberikan penyuluhan pajak, pelaksanaan registrasi wajib pajak dan kerjasama perpajakan. 7. Seksi Ekstensifikasi mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi pajak, pendataan subjek dan objek pajak, penilaian objek dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai fungsi dan tugas untuk melaksanakan
pengawasan
kepatuhan
wajib
pajak,
memberikan
bimbingan dan himbauan pada wajib pajak, konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak menyusun profil wajib pajak analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding.
42
9. Kelompok
Jabatan
Fungsional
mempunyai
fungsi
dan
tugas
untukmelaksanakan koordinasi dengan seksi pemeriksaan pejabat fungsional, penilai dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi. 5.1.5 Tata Ruang, Sarana dan Fasilitas KPP Pratama Bandung Tegallega Saat ini KPP Pratama Bandung Tegallega yang beralamat di jalan Soekarno Hatta No 216 Bandung memiliki gedung kantor yang terdiri dari dua lantai yaitu : 1. Lantai satu terdiri dari : a. Ruang Pelayanan b. Ruang Pengolahan Data dan Informasi c. Ruang Pemeriksaan d. Mushola 2. Lantai dua terdiri dari : a. Ruang kepala kantor b. Ruang kesekretariatan c. Ruang Bagian Umum 5.2. Karakteristik Karyawan Seluruh karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega berjumlah 90 orang baik pimpinan maupun non pimpinan. Karakteristik karyawan dapat dilihat pada Tabel 3. Karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terdiri dari 65 orang lakilaki (72%) dan 25 orang perempuan (28 %). Berdasarkan usia, responden terbanyak berusia 31-40 tahun sebanyak 36 orang (40%). Berdasarkan masa kerja, responden terbanyak telah bekerja selama 1-2 tahun sebanyak 85 orang (94%). Masa kerja yang digunakan adalah masa kerja karyawan yang dihitung sejak terjadi pembentukan KPP Pratama Bandung Tegallega tanpa menghitung masa kerja sebelumnya meskipun sebagian besar karyawan telah bekerja di bidang sejenis. Berdasarkan tingkat pendidikan, responden terbanyak lulusan D4/S1 sebanyak 36 orang (40%). Berdasarkan golongan, responden terbanyak berada pada golongan IIIa-IIId sebanyak 54 orang
43
(60%). Berdasarkan bidang atau seksi, responden terbanyak berada di seksi pengawasan dan konsultasi sebanyak 27 orang (30%). Tabel 3. Karakteristik karyawan No 1.
Karakteristik Jenis Kelamin
2.
Usia
3
Masa Kerja
4.
Tingkat Pendidikan
5.
Tingkat Jabatan/Golongan
6.
Sub/Seksi
Perbedaan Laki-laki Perempuan 21-30 31-40 41-50 >50 1< tahun 1-2 tahun SMA D1-D3 D4/S1 S2-S3 IIa- IId IIIa-IIId IVa-IVd Kepala Kantor Bagian Umum PDI Penagihan Pemeriksaan Pelayanan Ekstensifikasi Perpajakan Waskon Fungsional
Jumlah 65 25 21 36 17 16 5 85 17 23 36 14 34 54 2 1 9 10 6 3 17 5 27 12
Persentase 72 28 23 40 19 18 6 94 19 26 40 15 38 60 2 1 10 11 7 3 19 6 30 13
5.3. Analisis Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega 5.3.1 Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Dinamika pembelajaran merupakan sub sistem pertama dari model sistem organisasi pembelajaran. Hasil jawaban karyawan terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega berdasarkan karakteristik karyawan dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai range result diperoleh dari hasil perkalian setiap skala dengan jumlah responden yang memilih skala tersebut. Hasil perkalian tersebut kemudian dibagi dengan jumlah responden dalam penelitian. Adapun contoh perhitungan untuk range result sub sistem dinamika pembelajaran dengan responden karyawan laki-laki sejumlah 65 orang dapat dilihat pada Tabel 4.
44
Tabel 4. Contoh perhitungan range result sub sistem dinamika pembelajaran dengan responden karyawan laki-laki Sub Indikator Pertanyaan Pemilih 1 = Pemilih 2 = Pemilih 3 = Pemilih 4 = Jumlah
Perhitungan
Hasil perhitungan
Pembelajaran 1 8 14 35 8 65
2 1 13 37 14 65
3 3 12 37 13 65
Individu 4 5 7 8 18 30 33 24 7 3 65 65
6 2 14 38 11 65
Jumlah 29 101 204 56
[ (1x29) + (2x101) + (3x204) + (4x56)] : 65
16,42
7 1 15 38 11 65
Kelompok 8 9 Jumlah 4 1 6 11 20 46 27 31 96 23 13 47 65 65
[ (1x6) + (2x46) + (3x96) + (4x47)] : 65
8,83
Organisasi 10 Jumlah 4 4 24 24 26 26 11 11 65 [ (1x4) + (2x24) + (3x26) + (4x11)] : 65 2,68
Nilai Range Result Sub Sistem Dinamika Pembelajaran = (16,42 + 8,83 + 2,68) = 27,92
Berdasarkan perhitungan di atas maka sub sistem dinamika pembelajaran dengan responden laki-laki telah diterapkan dengan baik. Hal tersebut didasarkan pada range result menurut Marquardt. Bila nilai ratarata akhir (range result) di atas 32 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran sangat baik, 24-31 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran baik, 16-23 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran cukup dan di bawah 16 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran kurang (Marquardt, 1996). 1. Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran bila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan laki-laki dengan hasil jawaban karyawan perempuan. Hal tersebut menunjukan bahwa penerapan pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan pembelajaran organisasi dilakukan tanpa membedakan jenis kelamin karyawan. 2. Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Berdasarkan Usia Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran bila dilihat dari usia menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan
45
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia lebih dari 50 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa penerapan pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan pembelajaran organisasi dilakukan tanpa membedakan usia karyawan. Tabel 5. Persepsi karyawan terhadap penerapan sub sistem dinamika pembelajaran berdasarkan karakteristik karyawan Karakteristik Karyawan
Jenis Kelamin
Range Result Sub Sistem Dinamika Pembelajaran
Nilai Range Result
Interpretasi
Pembelajaran Individu
Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran Organisasi
Laki-laki
16,42
8,83
2,68
27,92
Baik
Perempuan
14,96
8,60
2,56
26,12
Baik
21-30
15,48
8,43
2,57
26,48
Baik
31-40
16,42
9,08
2,67
28,17
Baik
41-50
16,41
9,18
2,71
28,29
Baik
>50
15,44
8,06
2,63
26,13
Baik
1< tahun
13,80
6,60
2,60
23,00
Cukup Baik
1-2 tahun
16,14
8,89
2,65
27,68
Baik
SMA
14,53
8,24
2,53
25,29
Baik
D1-D3
14,83
8,17
2,61
25,61
Baik
D4/S1
16,81
9,36
2,75
28,92
Baik
S2-S3
17,71
8,86
2,57
29,14
Baik
IIa- IId
14,15
8,06
2,47
24,68
Baik
IIIa-IIId
17,05
9,20
2,72
28,96
Baik
IVa-IVd
20,00
9,00
3,50
32,50
Sangat baik
13,00
7,00
2,60
22,90
Cukup Baik
Usia
Masa Kerja
Tingkat Pendidikan
Tingkat Golongan
Kepala Kantor & Bagian Umum
Sub/Seksi
PDI
14,70
7,60
2,60
24,90
Baik
Penagihan
17,83
9,00
2,33
29,17
Baik
Pemeriksaan
16,33
8,67
2,33
27,33
Baik
Pelayanan
14,59
8,65
2,59
25,82
Baik
18,00
8.,60
2,60
29,20
Baik
Waskon
17,52
9,67
3,11
30,30
Baik
Fungsional
16,17
9,33
2,00
27,50
Baik
Ekstensifikasi
3. Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Berdasarkan Masa Kerja Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran bila dilihat dari masa kerja kurang dari 1 tahun menunjukkan persepsi yang cukup baik dan masa
46
kerja 1-2 tahun menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan karyawan dengan masa kerja 1-2 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun belum mengenal dan memahami KPP Pratama Bandung Tegallega lebih dalam dan masih minimnya
keterlibatan
dalam
penerapan
pembelajaran
individu,
pembelajaran kelompok, dan pembelajaran organisasi. 4. Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran bila dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan tingkat pendidikan SMA, D1-D3, D4/S1 dan S2-S3. Hal tersebut menunjukan bahwa penerapan pembelajaran individu,
pembelajaran
kelompok,
dan
pembelajaran
organisasi
dilakukan tanpa membedakan tingkat pendidikan karyawan. 5. Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Berdasarkan Tingkat Golongan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran bila dilihat dari golongan IIa-IId menunjukkan persepsi yang baik, golongan IIIa-IIId menunjukkan persepsi yang baik dan golongan IVa-IVd. menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan perbedaan persepsi yang signifikan antara hasil jawaban karyawan golongan IIa-IId, golongan IIIa-IIId dan golongan IVa-IVd. Hal tersebut dapat dimungkinkan terjadi karena semakin tinggi tingkat golongan karyawan maka keterlibatan dalam penerapan pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan pembelajaran organisasi semakin tinggi.
47
6. Tingkat Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Berdasarkan Sub/Seksi Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran bila dilihat dari sub/seksi pengolahan data dan informasi (PDI), penagihan, pemeriksaan, pelayanan, ekstensifikasi, pengawasan dan konsultasi (WasKon), dan fungsional menunjukkan persepsi yang baik. Sedangkan bila dilihat dari persepsi kepala kantor dan bagian umum menunjukkan persepsi yang cukup baik. Hal tersebut dapat dimungkinkan terjadi karena pekerjaan di bagian umum tidak membutuhkan keahlian khusus dan seringkali bersifat rutinitas sehingga keterlibatan dalam penerapan pembelajaran individu, pembelajaran kelompok, dan pembelajaran organisasi dipersepsikan cukup oleh bagian umum. Pembelajaran individu penting untuk transformasi organisasi yang berkelanjutan, untuk memperluas kemampuan inti organisasi, dan untuk mempersiapkan semua orang menghadapi masa yang akan datang. Pembelajaran individu menjadi penting dilakukan agar kemampuan setiap anggota organisasi dapat berkembang dengan optimal. Pembelajaran individu yang telah dilaksanakan oleh KPP Pratama Bandung Tegallega diantaranya adalah menempatkan pembelajaran secara kontinyu pada setiap karyawan sebagai prioritas utama, selalu berusaha mendorong karyawannya untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya sendiri dan melakukan pelatihan mengenai cara belajar yang benar kepada karyawan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap karyawan harus mengikuti proses pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pelatihan yang dilakukan ada yang bersifat umum dan bersifat khusus. Pelatihan yang umum biasanya diikuti oleh calon karyawan sebelum mulai bekerja. Pelatihan khusus disesuaikan dengan tugas-tugas pada bidang-bidang atau seksi-seksi tertentu saja, misalnya pelatihan yang berhubungan dengan pelayanan maka, KPP Pratama Bandung Tegallega akan mengikutsertakan karyawan seksi pelayanan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Selain itu, beberapa karyawan KPP Pratama Bandung
48
Tegallega ada yang melanjutkan studinya baik dengan biaya sendiri maupun beasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas individu. Pembelajaran kelompok penting untuk dilakukan karena suatu organisasi terdiri dari berbagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pembelajaran kelompok yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Bandung Tegallega diantaranya adalah mensosialisasikan dan melakukan pelatihan bagaimana sebuah kelompok/tim bekerja sebagai sebuah tim yang saling berbagi dan belajar, mengadakan rapat lintas seksi, dan membuat tim fungsional lintas seksi. Pembelajaran organisasi di KPP Pratama Bandung Tegallega menekankan pada bagaimana mencapai peningkatkan kemampuan organisasi, peningkatkan cara pandang dan produktivitas serta komitmen bersama. KPP Pratama Bandung Tegallega melakukan perencanaan dan evaluasi terhadap kemampuan organisasi setiap tahunnya. Selain itu, beberapa kegiatan formal maupun non formal dilakukan secara bersama untuk meningkatkan cara pandang, produktivitas dan komitmen bersama misalnya melalui kegiatan studi banding ke KPP Pratama lain. Hasil nilai range result (rata-rata akhir) pada sub sistem dinamika pembelajaran secara umum dinilai baik oleh karyawan dari berbagai karakteristik. Hanya karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun dan sub/seksi bagian umum yang menilai cukup baik dan karyawan dengan tingkat golongan IVa-IVd yang menilai sangat baik. Hal tersebut mengindikasikan mayoritas karyawan
menyatakan bahwa sub sistem
dinamika pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega sebagian besar telah diterapkan (range result 24-31). 5.3.2 Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Transformasi organisasi merupakan sub sistem kedua dari model sistem organisasi pembelajaran. Hasil jawaban karyawan terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi pada KPP Pratama Bandung Tegallega berdasarkan karakteristik karyawan dapat dilihat pada Tabel 6.
49
Tabel 6. Persepsi karyawan terhadap penerapan sub sistem transformasi organisasi berdasarkan karakteristik responden Karakteristik Karyawan
Jenis Kelamin
Range Result Sub Sistem Transformasi Organisasi
Nilai Range Result
Interpretasi
Visi
Budaya
Strategi
Struktur
Laki-laki
9,38
8,32
5,82
5,46
28,98
Baik
Perempuan
8,64
8,04
5,24
4,88
26,80
Baik
21-30
8,67
7,95
5,62
5,05
27,29
Baik
31-40
9,67
8,50
5,86
5,50
29,53
Baik
41-50
9,53
8,53
5,94
5,24
29,24
Baik
>50
8,38
7,75
4,94
5,25
26,31
Baik
1< tahun
7,40
6,80
5,20
5,20
24,60
Baik
1-2 tahun
9,28
8,33
5,68
5,31
28,60
Baik
SMA
8,82
7,47
5,18
4,47
26,24
Baik
D1-D3
8,04
7,57
5,22
5,09
25,91
Baik
D4/S1
9,81
8,83
6,08
5,58
30,31
Baik
S2-S3
9,86
8,79
5,86
5,57
30,07
Baik
IIa- IId
8,41
7,56
5,21
4,91
26,09
Baik
IIIa-IIId
9,59
8,59
5,91
5,50
29,59
Baik
IVa-IVd
11,00
10,50
6,50
6,50
34,50
Sangat baik
Kepala Kantor & Bagian Umum
8,10
6,60
5,10
5,00
24,80
Baik
Usia
Masa Kerja
Tingkat Pendidikan
Tingkat Golongan
Sub/Seksi
PDI
8,00
6,80
5,30
4,90
25,00
Baik
Penagihan
10,83
8,17
6,33
6,00
31,33
Baik
Pemeriksaan
8,67
8,33
6,33
4,67
28,00
Baik
Pelayanan
8,12
8,35
4,88
4,82
26,18
Baik
Ekstensifika si
10,00
7,60
5,00
5,20
27,80
Baik
Waskon
10,30
9,33
6,44
6,37
32,44
Sangat Baik
Fungsional
9,00
8,50
5,50
4,00
27,00
Baik
1. Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi bila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan laki-laki dengan hasil jawaban karyawan perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki visi, budaya, strategi dan struktur yang jelas dan telah
50
diterapkan dengan baik serta dipahami oleh karyawan laki-laki dan karyawan perempuan. 2. Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Berdasarkan Usia Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi bila dilihat dari usia menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia lebih dari 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki visi, budaya, strategi dan struktur yang jelas dan telah diterapkan dengan baik serta dipahami oleh semua karyawan dengan usia yang berbeda. 3. Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Berdasarkan Masa Kerja Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi bila dilihat dari masa kerja menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan karyawan dengan masa kerja 1-2 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki visi, budaya, strategi dan struktur yang jelas dan telah diterapkan dengan baik serta dipahami oleh semua karyawan dengan masa kerja yang berbeda. 4. Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi bila dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan tingkat pendidikan SMA, D1-D3, D4/S1 dan S2-S3. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki visi, budaya, strategi dan struktur yang jelas dan
51
telah diterapkan dengan baik serta dipahami oleh semua karyawan dengan tingkat pendidikan yang berbeda. 5. Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Berdasarkan Tingkat Golongan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi bila dilihat dari golongan IIa-IId menunjukkan persepsi yang baik, golongan IIIa-IIId menunjukkan persepsi yang baik dan golongan IVa-IVd menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan perbedaan persepsi yang signifikan antara hasil jawaban karyawan golongan IIa-IId, golongan IIIa-IIId dan golongan IVa-IVd. Hal tersebut terjadi karena golongan IVa-IVd merupakan perumus dan penentu kebijakan sehingga memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik tentang visi, budaya, strategi dan struktur KPP Pratama Bandung Tegallega. 6. Tingkat Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Berdasarkan Sub/Seksi Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi bila dilihat dari sub/seksi bagian umum, pengolahan data dan informasi (PDI), penagihan, pemeriksaan, pelayanan, ekstensifikasi, dan fungsional menunjukkan persepsi yang baik. Sedangkan bila dilihat dari persepsi sub/seksi pengawasan dan konsultasi (WasKon) menunjukkan persepsi yang sangat baik. KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki visi yang jelas dan telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan. Pimpinan dan non pimpinan KPP Pratama Bandung Tegallega menyadari pentingnya arti dari sebuah visi sebagai visi bersama yang menyediakan energi dan fokus terhadap pembelajaran, menciptakan tujuan dan nilai-nilai bersama, memberikan panduan perencanaan dan pemikiran strategis bagi organisasi. Budaya yang berlaku di suatu organisasi akan menjadi petunjuk bagi anggota untuk berpikir, bertindak dan bersikap. Budaya organisasi membantu anggota untuk menemukan jati diri dan memiliki peranan
52
penting dalam pencapaian keberhasilan organisasi. Hal ini menyebabkan pemahaman tentang budaya organisasi penting diketahui, dipahami dan dibudayakan oleh setiap anggota. Budaya organisasi yang berlaku di KPP Pratama Bandung Tegallega tertuang dalam Tujuh Etos Kerja Pelayanan. Etos kerja pelayanan ini menjadi panduan bagi karyawan untuk mengedepankan kualitas pelayanan yang sebagian besar telah diterapkan di KPP Pratama Bandung Tegallega. Hasil jawaban pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega selalu berusaha untuk menciptakan strategi-strategi yang dapat meningkatkan kemampuan organisasi. Strategi yang telah diterapkan dengan baik salah satunya berupa peningkatan kinerja pelayanan dengan mempersingkat mekanisme pembayaran pajak dan jangka waktu pelayanan. KPP Pratama Bandung Tegallega terus berusaha menciptakan strategi-strategi baru guna menghadapi perubahan lingkungan internal maupun eksternal. KPP Pratama Bandung Tegallega berusaha untuk meningkatkan komunikasi hubungan kerja antar karyawannya. Upaya tersebut dapat dilihat dari proses penggabungan KPP, KP PBB dan Karipka sehingga terjadi perubahan baik dalam struktur organisasi, tugas dan fungsi, sistem kerja, sumber daya manusia dan sarana kantor yang mempermudah proses komunikasi. Selain itu, karyawan melakukan koordinasi satu sama lain atas dasar tujuan pembelajaran yang sama dan tidak mengkotakkotakkan diri dalam lingkup seksi saja, tetapi juga melakukan proses belajar dari seksi ke seksi lain yang ada. Hasil nilai range result (rata-rata akhir) pada sub sistem transformasi organisasi secara umum dinilai baik oleh karyawan dari berbagai karakteristik. Hanya karyawan dari tingkat golongan IVa-IVd dan karyawan dari sub/seksi pengawasan dan konsultasi yang menilai sangat baik. Hal tersebut tersebut mengindikasikan mayoritas karyawan menyatakan bahwa transformasi organisasi pada KPP Pratama Bandung Tegallega sebagian besar telah diterapkan (range result 24-31).
53
5.3.1. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Pemberdayaan manusia merupakan sub sistem ketiga dari model sistem organisasi pembelajaran. Hasil jawaban karyawan terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia pada KPP Pratama Bandung Tegallega berdasarkan karakteristik karyawan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Persepsi karyawan terhadap penerapan sub sistem pemberdayaan manusia berdasarkan karakteristik responden Karakteristik Karyawan Jenis Kelamin
Range Result Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Pegawai Manajer Pelanggan Supplier
Mitra Kerja
Masya rakat
Nilai Range Interpreta Result si
Laki-laki
5,74
9,43
5,37
2,57
2,37
2,26
27,74
Baik
Perempuan
4,96
8,44
5,00
2,16
2,12
1,84
24,52
Baik
21-30
5,19
9,00
5,14
2,43
2,14
2,14
26,05
Baik
31-40
5,18
9,58
5,53
2,47
2,39
2,22
28,00
Baik
41-50
5,59
9,00
5,12
2,35
2,41
2,12
26,59
Baik
>50
5,25
8,56
5,00
2,56
2,19
2,00
25,56
Baik
Usia
1< tahun
4,60
7,60
4,60
1,80
1,60
1,60
21,80
Cukup Baik
1-2 tahun
5,58
9,25
5,31
2,49
2,34
2,18
27,14
Baik
SMA
5,06
8,18
4,59
2,18
2,06
1,88
23,94
Cukup Baik
D1-D3
4,78
7,96
5,09
2,35
2,04
1,78
24,00
Baik
D4/S1
6,03
9,92
5,47
2,56
2,42
2,33
28,72
Baik
S2-S3
6,00
10,36
5,86
2,71
2,71
2,57
30,21
Baik
IIa- IId
5,00
8,21
4,97
2,29
2,00
1,79
24,26
Baik
IIIa-IIId
5,80
9,67
5,43
2,54
2,46
2,35
28,24
Baik
IVa-IVd
7,00
11,50
6,00
3,00
3,00
2,50
33,00
Sangat baik
Kepala Kantor & Bagian Umum
5,00
8,10
4,20
1,90
1,90
1,80
23,00
Cukup Baik
PDI
5,10
7,90
5,00
1,90
1,80
1,70
23,40
Cukup Baik
Penagihan
6,17
10,33
6,33
3,00
3,00
3,00
31,83
Baik
Pemeriksaan
6,33
9,67
3,33
3,00
1.,33
2,00
24,67
Baik
Pelayanan
4,65
7,94
5,12
2,41
2,06
1,53
23,71
Cukup Baik
Ekstensifikasi
5,80
8,40
5,00
2,80
3,20
2,40
27,60
Baik
Waskon
6,00
10,30
6,26
2,93
2,74
2,59
30,81
Baik
Fungsional
5,83
9,83
4,42
2,08
1,92
2,17
26,25
Baik
Masa Kerja
Tingkat Pendidikan
Tingkat Golongan
Sub/Seksi
1. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia bila dilihat dari jenis
54
kelamin menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan laki-laki dengan hasil jawaban karyawan perempuan. 2. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Berdasarkan Usia Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia bila dilihat dari usia menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia lebih dari 50 tahun. 3. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Berdasarkan Masa Kerja Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia bila dilihat masa kerja kurang dari 1 tahun menunjukkan persepsi yang cukup baik dan masa kerja 1-2 tahun menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan karyawan dengan masa kerja 1-2 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun belum mengenal dan memahami KPP Pratama Bandung Tegallega lebih dalam dan hanya melihat sebagian kecil pemberdayaan manusia yang telah dilakukan. 4. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia bila dilihat dari tingkat pendidikan D1-D3, D4/S1 dan S2-S3 menunjukkan persepsi yang baik dan tingkat pendidikan SMA menunjukkan persepsi yang cukup baik. Hasil jawaban karyawan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan tingkat pendidikan SMA dengan tingkat pendidikan D1-D3, D4/S1 dan S2-S3.
55
5. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Berdasarkan Tingkat Golongan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia bila dilihat dari golongan IIa-IId menunjukkan persepsi yang baik, golongan IIIa-IIId menunjukkan persepsi yang baik dan golongan IVa-IVd. menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan golongan IIaIId, golongan IIIa-IIId dan golongan IVa-IVd. Hal tersebut terjadi karena golongan IVa-IVd merupakan perumus dan penentu kebijakan sehingga menganggap pemberdayaan manusia telah dilakukan dengan baik oleh KPP Pratama bandung Tegallega. 6. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Berdasarkan Sub/Seksi Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pemberdayaan manusia bila dilihat dari sub/seksi penagihan, pemeriksaan, ekstensifikasi, pengawasan dan konsultasi (WasKon) dan fungsional menunjukkan persepsi yang baik. dan bila dilihat dari persepsi kepala kantor, sub/seksi bagian umum, pengolahan data dan informasi (PDI), dan pelayanan menunjukkan persepsi yang cukup baik. KPP Pratama Bandung Tegallega berupaya mengembangkan dan memberdayakan karyawan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kinerja dengan cara mendelegasikan wewenang pada setiap pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan maupun kegiatan belajarnya, pegawai diberi kesempatan untuk ikut dalam hal pengambilan keputusan, membuat rencana-rencana kerja, dan target-target individu. Manajer/pimpinan KPP Pratama Bandung Tegallega memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk bekerja bersama-sama dalam melakukan proses belajar dan mengikutsertakan karyawan dalam memecahkan suatu masalah bersama. Pimpinan berperan aktif dalam melatih, mendampingi, dan memfasilitasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh karyawan. Selain itu pimpinan KPP Pratama Bandung
56
Tegallega
terus
berusaha
meningkatkan
kesempatan
belajar,
bereksperimen, dan mempraktekkan apa yang telah dipelajari dan didapat oleh karyawan sehingga pengetahuan baru yang mereka peroleh dapat terus digunakan. KPP Pratama Bandung Tegallega telah melakukan pemberdayaan pelanggan dengan baik dalam rangka perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan. Pelanggan KPP Pratama Bandung Tegallega terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang tersebar di Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Astana Anyar, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojong Kaler, dan Kecamatan Bojongloa Kidul. Kegiatan pemberdayaan pelanggan yang dilakukan adalah dengan berbagi informasi dengan pelanggan untuk mendapatkan saran-saran dari mereka yang berguna untuk perbaikan kualitas pelayanan melalui kotak saran dan kontak pengaduan. Selain itu, KPP Pratama Bandung Tegallega juga memberikan penyuluhan dan mengedukasi pelanggan melalui penyebaran pamflet, poster, kegiatan seminar maupun pelatihan. Supplier bagi KPP Pratama Bandung Tegallega umumnya memasok alat tulis kantor, software dan hardware komputer maupun perlengkapan perpajakan lainnya. Supplier melakukan kerjasama secara langsung dengan KPP atau melalui Kantor Wilayah Pajak terkait. Pemberdayaan supplier telah diterapkan dalam proses pembelajaran yang terjadi di KPP Pratama Bandung Tegallega. Hal ini mencerminkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega juga memperhatikan supplier yang dapat berkontribusi terhadap kegiatan organisasi dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan. Pemberdayaan mitra kerja telah dilakukan KPP Pratama Bandung Tegallega dalam rangka peningkatan pelayanan kepada pelanggan. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemberdayaan mitra kerja adalah dengan memberi kesempatan kepada karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega untuk mengikuti seminar dan pelatihan yang diadakan oleh mitra kerja dengan harapan karyawan dapat belajar dari mereka dan pembelajaran ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
57
ketrampilan baru yang berguna bagi karyawan. Mitra kerja dari KPP Pratama Bandung Tegallega adalah bank-bank pemerintah seperti Bank BRI, kantor pos, ditjen pajak, dan instansi pemerintah seperti pemda dan pemkot. KPP Pratama Bandung Tegallega telah melakukan pemberdayaan masyarakat
dengan
cara
memberikan
informasi-informasi
yang
berhubungan dengan produk-produk mereka, melakukan edukasi dan penyadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak melalui media cetak dan media elektronik. KPP Pratama Bandung Tegallega memandang masyarakat sebagai salah satu sumber informasi yang dapat digunakan
untuk
memprediksi
perubahan-perubahan
di
sekitar
masyarakat yang sebagian juga merupakan pelanggan mereka. Hasil nilai range result (rata-rata akhir) pada sub sistem pemberdayaan manusia secara umum dinilai baik oleh karyawan dari berbagai karakteristik. Hanya karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun, tingkat pendidikan SMA, bagian umum, pengolahan data dan informasi (PDI) dan pelayanan menunjukkan persepsi yang cukup baik serta karyawan dengan tingkat golongan IVa-IVd menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hal tersebut mengindikasikan mayoritas karyawan menyatakan bahwa pemberdayaan manusia pada KPP Pratama Bandung Tegallega sebagian besar telah diterapkan (range result 24-31). 5.3.3 Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Pengelolaan pengetahuan merupakan sub sistem keempat dari model sistem organisasi pembelajar. Hasil jawaban karyawan terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan pada KPP Pratama Bandung Tegallega berdasarkan karakteristik karyawan dapat dilihat pada Tabel 8. 1. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan
58
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan laki-laki dengan hasil jawaban karyawan perempuan. Tabel 8. Persepsi karyawan terhadap penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan berdasarkan karakteristik responden
Jenis Kelamin
Range Result Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Akuisisi
Penciptaan
Penyimpanan
Penyebaran
Nilai Range Result
Laki-laki
8,71
8,08
5,29
6,09
28,17
Baik
Perempuan
8,04
7,56
5,12
5,68
26,40
Baik
21-30
8,33
7,76
5,05
5,90
27,05
Baik
31-40
8,81
8,11
5,39
6,17
28,47
Baik
41-50
8,47
8,18
5,53
6,06
28,24
Baik
>50
8,19
7,50
4,88
5,56
26,13
Baik
1< tahun
7,20
6,60
4,00
4,80
22,60
Cukup Baik
1-2 tahun
8,60
8,01
5,32
6,05
27,98
Baik
SMA
7,76
7,53
5,18
5,53
26,00
Baik
D1-D3
7,78
7,48
4,91
5,61
25,78
Baik
D4/S1
9,11
8,22
5,42
6,31
29,06
Baik
S2-S3
9,14
8,43
5,43
6,29
29,29
Baik
IIa- IId
7,91
7,65
5,09
5,71
26,35
Baik
IIIa-IIId
8,81
8,04
5,30
6,11
28,26
Baik
IVa-IVd
11,00
10,00
6,50
7,00
34,50
Sangat baik
Kepala Kantor & Bagian Umum
7,50
6,50
4,20
4,80
23,00
Cukup Baik
PDI
7,60
7,30
4,60
5,40
24,90
Baik
Penagihan
9,00
8,83
6,00
7,00
30,83
Baik
Pemeriksaan
10,33
8,33
5,67
6,67
31,00
Baik
Pelayanan
7,71
7,65
5,35
5,88
26,59
Baik
Karakteristik Karyawan
Interpretasi
Usia
Masa Kerja
Tingkat Pendidikan
Tingkat Golongan
Sub/Seksi
Ekstensifikasi
8,20
8,40
5,60
5,60
27,80
Baik
Waskon
9,15
8,56
5,74
6,74
30,19
Baik
Fungsional
9,33
7,92
4,75
5,33
27,33
Baik
2. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Berdasarkan Usia Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari usia menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia lebih dari 50 tahun.
59
3. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Berdasarkan Masa Kerja Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun menunjukkan persepsi yang cukup baik dan karyawan dengan masa kerja 1-2 tahun menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan karyawan dengan masa kerja antara 1-2 tahun. 4. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan tingkat pendidikan SMA, D1-D3, D4/S1 dan S2-S3. 5. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Golongan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari golongan IIa-IId menunjukkan persepsi yang baik, golongan IIIa-IIId menunjukkan persepsi yang baik dan golongan IVa-IVd menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan perbedaan persepsi yang signifikan antara hasil jawaban karyawan golongan IIa-IId, golongan IIIa-IIId dan golongan IVa-IVd. 6. Tingkat Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Berdasarkan Sub/Seksi Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari sub/seksi pengolahan data dan informasi (PDI), penagihan, pemeriksaan, pelayanan, ekstensifikasi, pengawasan dan konsultasi (WasKon) dan
60
fungsional menunjukkan persepsi yang baik dan bila dilihat dari persepsi sub/seksi bagian umum menunjukkan persepsi yang cukup baik. KPP Pratama Bandung Tegallega telah menyadari arti pentingnya pengetahuan dan kemampuan dalam memanfaatkan informasi yang ada untuk
meningkatkan
kinerja
organisasi.
Akuisisi
(penguasaan)
pengetahuan berkaitan dengan pengumpulan informasi dan data yang ada dari dalam dan luar organisasi. KPP Pratama Bandung Tegallega memberi kesempatan yang sama bagi setiap karyawan untuk aktif mencari informasi yang berguna bagi organisasi baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. KPP Pratama Bandung Tegallega memberikan kesempatan bagi setiap karyawan untuk mengakses informasi melalui internet, studi banding ke organisasi lain, mengikuti pelatihan dan seminar yang dapat menambah pengetahuan setiap karyawan. Penciptaan pengetahuan melibatkan pengetahuan baru yang diciptakan dalam organisasi melalui wawasan dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh organisasi. KPP Pratama Bandung Tegallega telah melakukan penciptaan pengetahuan baru dengan cara mempersingkat proses pelayanan perpajakan dan meningkatkan kinerja karyawan sehingga terjadi peningkatan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan. Penyimpanan pengetahuan merupakan kegiatan pengkodean dan pemeliharaan pengetahuan organisasi agar dapat dengan mudah diakses oleh karyawan yang berkepentingan. Hasil jawaban responden tersebut memperlihatkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega telah menerapkan penyimpanan pengetahuan dengan baik. KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki sistem dan prosedur untuk memastikan bahwa pengetahuan (informasi) yang penting tersimpan dan tersedia agar setiap karyawan dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan baik yang berkaitan dengan pelanggan maupun pekerjaan karyawan, sehingga pekerjaan mereka dapat mereka selesaikan dengan baik.
61
Penyebaran dan penggunaan pengetahuan di KPP Pratama Bandung Tegallega telah dirasakan baik oleh karyawannya dan tidak hanya terpusat pada beberapa karyawan. Penyebaran informasi dan pengetahuan dilakukan melalui berbagai kegiatan baik secara formal maupun informal dengan cara pemberian buku atau lembar informasi, diskusi sesama karyawan, kegiatan seminar dan pelatihan. KPP Pratama Bandung Tegallega terus berusaha mengembangkan strategi dan mekanisme baru dalam penyebaran dan penggunaan pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi. Hasil nilai range result (rata-rata akhir) pada sub sistem pengelolaan pengetahuan secara umum dinilai baik oleh karyawan dari berbagai karakteristik. Hanya karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun dan sub/seksi bagian umum menunjukkan persepsi yang cukup baik serta karyawan dengan tingkat golongan IV.a-IVd menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hal tersebut mengindikasikan mayoritas karyawan menyatakan bahwa pengelolaan pengetahuan pada KPP Pratama Bandung Tegallega sebagian besar telah diterapkan (range result 24-31). 5.3.4 Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Penerapan teknologi merupakan sub sistem kelima dari model sistem organisasi pembelajaran. Hasil jawaban karyawan terhadap tingkat penerapan sub sistem penerapan teknologi pada KPP Pratama Bandung Tegallega berdasarkan karakteristik karyawan dapat dilihat pada Tabel 9. 1. Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Berdasarkan Jenis Kelamin Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem penerapan teknologi bila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan laki-laki dengan hasil jawaban karyawan perempuan.
62
Tabel 9. Persepsi karyawan terhadap penerapan sub sistem penerapan teknologi berdasarkan karakteristik responden Range Result Sub Sistem Penerapan Teknologi Teknologi Informasi
Pembelajaran berdasar Teknologi
Sistem Pendukung Kinerja Elektronik
Nilai Range Result
Laki-laki
6,28
7,60
14,20
28,08
Baik
Perempuan
5,68
6,80
13,36
25,64
Baik
21-30
5,90
7,29
13,33
26,52
Baik
31-40
6,39
7,89
14,78
29,06
Baik
41-50
6,12
7,00
14,12
27,24
Baik
>50
5,75
6,75
12,50
25,00
Baik
1< tahun
5,20
7,20
12,40
24,80
Baik
1-2 tahun
6,16
7,39
14,00
27,25
Baik
SMA
5,53
6,71
13,18
25,41
Baik
D1-D3
5,39
6,74
12,30
24,43
Baik
D4/S1
6,56
7,79
15,17
29,69
Baik
S2-S3
6,86
7,71
14,21
28,79
Baik
IIa- IId
5,56
7,03
13,09
25,68
Baik
IIIa-IIId
6,41
7,52
14,33
28,26
Baik
Karakteristik Karyawan
Jenis Kelamin
Interpretasi
Usia
Masa Kerja
Tingkat Pendidikan
Tingkat Golongan
Sub/Seksi
IVa-IVd
7,50
9,50
16,50
33,50
Sangat baik
Kepala Kantor & Bagian Umum
5,30
5,50
11,50
22,30
Cukup Baik
PDI
5,20
7,20
12,30
24,70
Baik
Penagihan
3,50
7,83
13,83
25,17
Baik
Pemeriksaan
8,00
7,67
14,00
29,67
Baik
Pelayanan
5,18
6,24
12,56
24,06
Baik
Ekstensifikasi
6,00
8,60
14,00
28,60
Baik
Waskon
6,52
8,52
15,42
30,44
Baik
Fungsional
7,08
7,33
15,67
30,08
Baik
2. Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Berdasarkan Usia Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem penerapan teknologi bila dilihat dari usia menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia lebih dari 50 tahun.
63
3. Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Berdasarkan Masa Kerja Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem penerapan teknologi bila dilihat dari masa kerja menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan karyawan dengan masa kerja antara 1-2 tahun. 4. Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karyawan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem penerapan teknologi bila dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan persepsi yang baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil jawaban karyawan dengan tingkat pendidikan SMA, D1-D3, D4/S1 dan S2-S3. 5. Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Berdasarkan Tingkat Golongan Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem penerapan teknologi bila dilihat dari golongan IIaIId menunjukkan persepsi yang baik, golongan IIIa-IIId menunjukkan persepsi yang baik dan golongan IVa-IVd menunjukkan persepsi yang sangat baik. Hasil jawaban karyawan menunjukan bahwa terdapat perbedaan perbedaan persepsi yang signifikan antara hasil jawaban karyawan golongan IIa-IId, golongan IIIa-IIId dan golongan IVa-IVd. 6. Tingkat Penerapan Sub Sistem Penerapan Teknologi Berdasarkan Sub/Seksi Persepsi karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega terhadap tingkat penerapan sub sistem pengelolaan pengetahuan bila dilihat dari sub/seksi pengolahan data dan informasi (PDI), penagihan, pemeriksaan, pelayanan, ekstensifikasi, pengawasan dan konsultasi (WasKon) dan fungsional menunjukkan persepsi yang baik dan bila dilihat dari persepsi sub/seksi bagian umum menunjukkan persepsi yang cukup baik.
64
Teknologi informasi berkaitan dengan pemanfaatan komputer dalam pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyebaran data dan informasi lintas organisasi dan lintas dunia. KPP Pratama Bandung Tegallega menyediakan sistem informasi berbasis komputer
secara
online dan offline yang efektif dan efisien sehingga dapat diakses oleh karyawan maupun stakeholder yang lain untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega telah memanfaatkan teknologi sebagai sarana pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan teknologi melibatkan penggunaan video, audio, dan pelatihan multimedia dengan komputer untuk maksud pengiriman dan berbagi pengetahuan dan keahlian. KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki dan menyediakan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang dilengkapi dengan sarana multimedia elektronik seperti komputer, LCD, video dan audio. Semua bagian/seksi kerja di KPP Pratama Bandung Tegallega telah menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam menyelesaikan pekerjaan mereka sekaligus sebagai sarana belajar bagi karyawan. Karyawan KPP Pratama Bandung Tegallega telah memanfaatkan sistem
pendukung
kinerja
elektronik
untuk
mempermudah
menyelesaikan pekerjaan. Akan tetapi, pemanfaatan sistem pendukung kinerja elektronik belum maksimal karena tidak semua karyawan memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi. 5.4. Perbandingan Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega dengan Hasil Penelitian Marquadt Tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega dan hasil penelitian Marquardt terhadap lebih dari 500 organisasi di dunia dapat dilihat pada Tabel 10. Penelitian Marquardt dilakukan pada tahun 1996 terhadap 500 organisasi dengan berbagai karakteristik baik organisasi di sektor publik maupun privat. Semakin baik tingkat penerapan organisasi pembelajar dapat dilihat dari nilai range result (rata-rata akhir) yang semakin tinggi. Bila nilai ratarata akhir di atas 32 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi
65
pembelajar sangat baik, 24-31 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajar baik, 16-23 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajar cukup dan di bawah 15 berarti tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran baik kurang. Tabel 10. Penerapan model sistem organisasi pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega berdasarkan karakteristik karyawan dan hasil penelitian Marquardt pada 500 organisasi dunia
Sub/Seksi
Tingkat Golongan
Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
Usia
Jenis Kelamin
Hasil Penelitian di KPP Pratama Bandung Tegallega
Nilai Range Result Sub Sistem Dinamika Transformasi Pemberdayaan Pengelolaan Pembelajaran Organisasi Manusia Pengetahuan
Penerapan Teknologi
Ratarata
Interpretas i
Laki-laki
27,92
28,98
27,74
28,17
28,08
28,18
Baik
Perempuan
26,12
26,80
24,52
26,40
25,64
25,90
Baik
21-30
26,48
27,29
26,05
27,05
26,52
26,68
Baik
31-40
28,17
29,53
28,00
28,47
29,06
28,65
Baik
41-50
28,29
29,24
26,59
28,24
27,24
27,92
Baik
>50
26,13
26,31
25,56
26,13
25,00
25,83
Baik
1< tahun
23,00
24,60
21,80
22,60
24,80
23,36
Baik
1-2 tahun
27,68
28,60
27,14
27,98
27,25
27,73
Baik
SMA
25,29
26,24
23,94
26,00
25,41
25,38
Baik
D1-D3
25,61
25,91
24,00
25,78
24,43
25,15
Baik
D4/S1
28,92
30,31
28,72
29,06
29,69
29,34
Baik
S2-S3
29,14
30,07
30,21
29,29
28,79
29,50
Baik
IIa- IId
24,68
26,09
24,26
26,35
25,68
24,41
Baik
IIIa-IIId
28,96
29,59
28,24
28,26
28,26
28,66
Baik
IVa-IVd
32,50
34,50
33,00
34,50
33,50
33,60
Sangat baik
Kepala Kantor & Bagian Umum
22,90
24,80
23,00
23,00
22,30
23.,20
Cukup Baik
PDI
24,90
25,00
23,40
24,90
24,70
24,58
Baik
Penagihan
29,17
31,33
31,83
30,83
25,17
24,63
Baik
Pemeriksaan
27,33
28,00
24,67
31,00
29,67
28,13
Baik
Pelayanan
25,82
26,18
23,71
26,59
24,06
25,27
Baik
Ekstensifikasi
29,20
27,80
27,60
27,80
28,60
28,20
Baik
Waskon
30,30
32,44
30,81
30,19
30,44
30,84
Baik
Fungsional
27,50
27,00
26,25
27,33
30,08
27,63
Baik
27,22
28,11
26,57
27,65
27,15
26,07
Baik
22,00
Cukup Baik
Rata-rata Hasil penelitian Marquardt
23,20
22,40
21,80
21,60
21,00
Tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega bila dilihat dari jenis kelamin, usia, masa kerja, tingkat pendidikan, tingkat golongan dan pembagian kerja karyawan
66
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Marquardt terhadap 500 perusahaan di dunia, hanya pada karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun dan sub/seksi bagian umum, tingkat penerapan sub sistem dinamika pembelajaran pada KPP Pratama Bandung Tegallega lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Marquardt terhadap 500 perusahaan di dunia. Tingkat penerapan sub sistem transformasi organisasi, pemberdayaan manusia, pengelolaan pengetahuan dan penerapan teknologi pada KPP Pratama Bandung Tegallega bila dilihat dari jenis kelamin, usia, masa kerja, tingkat pendidikan, tingkat golongan dan pembagian kerja karyawan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Marquardt terhadap 500 perusahaan di dunia. Data pada Tabel 10 memperlihatkan secara keseluruhan tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega telah diterapkan dengan baik bahkan sangat baik menurut karyawan dengan tingkat golongan IVa-IVd dan hanya bagian umum yang mempersepsikan cukup baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa KPP Pratama Bandung Tegallega telah menerapkan prinsip-prinsip penerapan model sistem organisasi pembelajar menurut Marquardt. Persepsi karyawan yang baik terhadap tingkat penerapan model sistem oragnisasi pembelajar pada KPP pratama Bandung Tegallega dapat dicapai karena setiap anggota organisasi baik pimpinan maupun non pimpinan memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus melakukan pembelajaran baik secara individu, kelompok maupun organisasi. Penerapan transformasi organisasi juga telah berjalan dengan baik melalui visi yang jelas, budaya yang mendukung, struktur yang ramping dan strategi yang inovatif sehingga organisasi selalu siap untuk mengahadapi perubahan yang terus terjadi. KPP Pratama Bandung Tegallega melakukan pemberdayaan terhadap orang-orang baik yang berasal dari dalam maupun luar organisasi secara maksimal untuk memperoleh pengetahuan dan informasi yang diharapkan bisa menjadi bahan pembelajaran untuk perbaikan di masa yang akan datang. KPP Pratama Bandung Tegallega
melakukan pengelolaan
pengetahuan pimpinan dan non pimpinan melalui proses akuisisi,
67
penciptaan, penyimpanan, transfer dan penggunaan pengetahuan karena menyadari arti penting pengetahuan sebagai daya saing dan keunggulan kompetitif. KPP Pratama Bandung Tegallega memiliki sistem informasi berbasis komputer yang dapat membantu karyawan dalam melaksanakan pekerjaan mereka dan untuk mempermudah proses pembelajaran. 5.5. Analisis Persepsi Pimpinan dan Non Pimpinan Hasil perhitungan menggunakan uji Mann-Withney dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan KPP Pratama Bandung Tegallega mengenai tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajar dalam beberapa sub indikator yang dapat kita lihat dalam Tabel 11. Hasil perhitungan perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan dengan menggunakan uji Mann-Withney dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 11. Persepsi pimpinan dan non pimpinan terhadap tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajar pada KPP Pratama Bandung Tegallega Dimensi dan Sub Indikator A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. 4. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. D. 1. 2. 3. 4. E. 1. 2. 3.
Dinamika Pembelajaran Pembelajaran Individu Pembelajaran Kelompok Pembelajaran Organisasi Transformasi Organisasi Visi Budaya Strategi Struktur Pemberdayaan Manusia Pegawai (non pimpinan) Manajer (pimpinan) Pelanggan (wajib pajak) Supplier Mitra Kerja Masyarakat Pengelolaan Pengetahuan Akusisi Penciptaan Penyimpanan Penyebaran dan Penggunaan Penerapan Teknologi Teknologi Informasi Pembelajaran berdasarkan Teknologi Pendukung Kinerja Sistem Elektronik
Nilai Hitung
Nilai Tabel
Perbedaan Persepsi
0,060 0,205 0,148
0,05 0,05 0,05
tidak ada tidak ada tidak ada
0,452 0,012 0,037 0,108
0,05 0,05 0,05 0,05
tidak ada ada ada tidak ada
0,002 0,039 0,301 0,378 0,787 0,362
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
ada ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
0030 0,143 0,155 0,152
0,05 0,05 0,05 0,05
ada tidak ada tidak ada tidak ada
0,059 0,326 0,190
0,05 0,05 0,05
tidak ada tidak ada tidak ada
68
Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan KPP Pratama Bandung Tegallega mengenai sub indikator budaya, strategi, pegawai, manajer dan akuisisi pengetahuan. Perbedaan persepsi dapat terjadi karena banyak faktor diantaranya karena perbedaan karakteristik karyawan, perbedaan lama bekerja, kurang tersosialisasikannya indikator tersebut, perbedaan tanggung jawab dan perbedaan tingkat pemahaman. Pimpinan bekerja pada tataran perumusan konsep dan kebijakan organisasi serta memiliki tanggung jawab yang besar dari pada non pimpinan. Sedangkan non pimpinan bekerja pada tataran operasional yang langsung berhubungan dengan pelanggan dan masyarakat serta memiliki tanggung jawab yang lebih kecil dibandingkan pimpinan. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan permasalahan di masa mendatang. Oleh karena itu, perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan harus segera diatasi melalui peningkatan intensitas komunikasi dengan cara berbagi informasi dan pengetahuan untuk menyamakan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
VI. IMPLIKASI MANAJERIAL
Kelangsungan
hidup
suatu
organisasi
dapat
dilihat
dari
kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal. Organisasi yang mampu bertahan tentu akan mempelajari perubahan lingkungan strategik dan segera beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis hasil penelitian, maka ada beberapa rekomendasi program untuk meningkatkan penerapan model sistem organisasi pembelajaran di KPP Pratama Bandung Tegallega. Program yang sudah dilakukan dan rekomendasi program bagi KPP Pratama Bandung Tegallega dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 maka rekomendasi yang sebaiknya menjadi prioritas adalah program pemberdayaan manusia, dinamika pembelajaran, pengelolaan pengetahuan, penerapan teknologi, dan transformasi organisasi. Prioritas program disusun dari program yang dianggap lebih dibutuhkan oleh organisasi berdasarkan analisis terhadap penerapan model sistem organisasi pembelajaran. Penerapan model sistem organisasi pembelajaran seharusnya dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh elemen yang ada dalam suatu organisasi baik pimpinan maupun non pimpinan. Pada beberapa organisasi seringkali terjadi perbedaan persepsi mengenai penerapan model sistem organisasi pembelajar dilihat dari persepsi pimpinan dengan non pimpinan. Berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan KPP Pratama Bandung Tegallega mengenai penerapan model sistem organisasi pembelajaran pada beberapa sub indikator yaitu budaya, strategi, pegawai, manajer dan akuisisi pengetahuan. Oleh karena itu, KPP Pratama Bandung Tegallega perlu mengadakan pertemuan antara pimpinan dengan non pimpinan baik secara formal maupun informal untuk menyamakan persepsi sehingga tujuan organisasi akan tercapai secara efektif dan efisien. Pertemuan lintas seksi, bimbingan dan konseling karyawan, pelatihan dan pendidikan dapat dilakukan untuk menyamakan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan.
70
Tabel 12. Program yang sudah dilakukan dan rekomendasi program bagi KPP Pratama Bandung Tegallega No 1.
2.
Sub Indikator Program yang sudah dilakukan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Pendelegasian wewenang dan a. Pegawai penyertaan pegawai dalam pengambilan keputusan Pendampingan pegawai dan b. Manajer (pimpinan) kemitraan antara pimpinan dan pegawai dalam bekerja Penyuluhan tentang perpajakan, c. Pelanggan penyediaan layanan informasi, kotak saran dan pengaduan d. Supplier Berbagi Informasi, kritik dan saran perbaikan Kerjasama dalam seminar dan e. Mitra Kerja pelatihan Penyuluhan dan penyebaran informasi f. Masyarakat baik secara langsung maupun melalui media. Misal pemasangan poster pajak Sub Sistem Dinamika Pembelajaran a. Individu Pelatihan, diklat dan beasiswa bagi pegawai Team building, rapat lintas seksi dan b. Kelompok pembentukan tim fungsional lintas seksi c. Organisasi
3.
4.
4
5.
Studi banding, evaluasi tahunan
perencanaan
&
Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Penyediaan sumber-sumber informasi, a. Akusisi misal : akses internet, pembelian koran, majalah dan buku serta memberi kesempatan menambah informasi dari luar melalui seminar dan pelatihan Efisiensi dan efektivitas pelayanan b. Penciptaan perpajakan Penyediaan ruang khusus untuk c. Penyimpanan penyimpanan dokumen d. Penyebaran & Penyebaran informasi lewat selebaran Penggunaan maupun intranet Sub Sistem Penerapan Teknologi Ruang kerja yang dilengkapi dengan a. Teknologi Informasi komputer dan akses internet b. Pembelajaran Melengkapi fasilitas pembelajaran berdasarkan dengan komputer, LCD, video dan Teknologi audio Sub Sistem Penerapan Teknologi c. Sistem Pengadaan dan pemeliharaan sistem Pendukung informasi direktorat jenderal pajak Kinerja dan software perpajakan Elektronik Sub Sistem Transformasi Organisasi a. Visi Pemasangan dan sosialiasi visi organisasi serta pembagian buku pedoman pegawai
b. Budaya
Tujuh etos kerja pelayanan
c. Strategi
Modernisasi admnistrasi perpajakan
d. Struktur
Merampingkan struktur dan lintas fungsi
Rekomendasi program Lomba pegawai teladan Pratama Bandung Tegallega
KPP
Meningkatkan fungsi pimpinan sebagai pendamping dan mitra dalam bekerja Meningkatkan responsibilitas terhadap masukan dari pelanggan Meningkatkan intensitas komunikasi Meningkatkan kerjasama dalam seminar dan pelatihan Meningkatkan penyuluhan dan penyebaran informasi perpajakan secara langsung kepada masyarakat Meningkatkan kesempatan beasiswa bagi pegawai Mengadakan program pelatihan team building secara informal dan berkala dan meningkatkan intensitas kegiatan lintas seksi Studi banding ke KPP lain dan berbagi informasi mengenai perpajakan di luar negeri Pembuatan kliping koran atau majalah dengan tema tertentu
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan pajak Menyediakan perpustakaan mini baik secara online maupun offline Menyediakan papan informasi dan membuat buletin khusus Mengadakan pelatihan pemanfaatan teknologi informasi Meningkatkan pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran
Mengadakan pelatihan pemanfaatan software perpajakan bagi pegawai
Mengadakan sosialisasi kembali dalam bentuk seminar maupun workshop untuk meningkatkan pemahaman dan membuat renstra pengembangan organisasi Sosialisasi dan pemantapan kembali tujuh etos pelayanan secara berkala Reformasi sumber daya manusia untuk mendukung moderniasi admnistrasi perpajakan Menghapus sekat ruangan antar seksi atau sekat dalam satu seksi