Dian Mursyid"h.
Information reuolution is being thrilled joints ofpeople around the utorld. This phenornenon is increasingly imagined in a uariay oJ irregularities such as changes in social behauior public perception of cuhural unlues, traditions and social institutions. Public broadcasting as an SOE should be able to becorne one ofthe agents deuelopment of national cultural ualues. Similarly the mission should be carcied fu the mass media or public broadcast media in general. This article utill explore hout the media influence public lrrna).zrti-o tn tho ln"zl *rhnr.o
Kqruords:
A.
Broadcast Media, Local Culture
Pendahuluan
Revolusi informasi sedang menggetarkan sendi-sendi masyarakat di seluruh dunia. Gemanya semakin rerasa di semua negara berkembang. Hal itu dapat dilihat pada kenyataan semakin menyebarnya hasil-hasil teknologi komunikasi canggih di semua negara. Dalam hiruk pikuk semua bangsa menyongsong tibanya tiupan badai revolusi informasi dan komunikasi, maka semakin besarnya kebergantungan berbagai segi kehidupan ummar manusia kepada peranan informasi. Teknologi komunikasi yang semakin tinggi murunya membuar pengiriman dan pembagian (penyaluran) informasi juga semakin memiliki muru yang tinggi. Jaiak semakin jauh, lebih teliri, lebih cepat tiba pada penerima di seluruh dunia. Dasawarsa mendatang
dunia akan menyaksikan loncaranloncatan lebih lanjut dari kemajuan teknologi komunikasi. Keca'ggihan teknologi komunikasi itu dapar diramalkan akan * Pe'ulis adalah Dosen Ilmu Kornunikasi pada Fakultas ushuiudclin IAtN Jambi
srs
l_
1'.\.|DID Vol. IX, No.
2,.f
ULI-DESEAIBEU.2010
145
Kqruords:
A.
Broadcast Media, Local Cuhure
Pendahuluan
Revolusi informasi sedang menggetarkan sendi-sendi masyarakat di seluruh dunia' Gemanya semakin terasa di semua negara berkembang. Hrl itu dapat dilihat pada kenyataan semakin menyebarnya hasil-hasil teknologi komunikasi canggih di semua negara. Dalam hiruk pikuk semua bangsa menyongsong tibanya tiupan badai revolusi informasi dan komunikasi, maka semakin besarnya kebergantungan berbagai segi kehidupan ummat manusia
kepada peranan informasi. Teknologi komunikasi yang semakin tinggi mutunya membuat pengiriman dan pembagian (penyaluran) informasi juga semakin memiliki muru yang tinggi. Jarak semakin jauh, lebih teliti, lebih cepat tiba pada penerima di seluruh dunia-
dunia akan menyaksikan loncatanloncatan lebih lanjut dari kemajuan teknologi komunikasi. Kecanggihan teknologi komunikasi itu dapat diramalkan akan Dasawarsa mendatang
* Peuulis adalah Dosen Ilmu Komunikasi pada Fakulus Ushuluddin IAIN STS Jambi t,
'I''UDID \oL IX, No. 2,.IULI-DESENItsIIR 2010
t45
terus berlanjut dan terus menimbulkan kegoncangan-kegoncangan dan pergeseran-pergeseran pada sistem-sistem komunikasi yang ada
di dunia ini.
kini semakin terbayang dalam berbagai macam penyimpangan perilaku sosial; berubahnya persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya, tradisi dan pranata-Pranata sosial. Fenomena itu
Teknologi informasi yang modern juga membawa banyak nilainilai baru yang tidak lagi mendukung nilai-nilai budaya masyarakat penerima informasi. Sudah tentu perubahan perilaku sosial masyarakat penerima informasi tidak hanya dipengaruhi oleh pesan-pesan atau informasi media komunikasi massa itu, tetapi juga oleh pengaruh komunikasi sosial. Namun paling tidak secara hipotetik dapat dinyatakan bahwa banyak sekali kejadian baru bagi masyarakat-masyarakat yang sedang berkembang diketahui melalui media penyiaran publik modern yang semakin berciri global itu. Jasa penyiaran publik merupakan sistem penyiaran yang bersifat nirlaba dan tidak komersial, ditunjang oleh dana publik, yang tanggungjawabnya terutama ditujukan kepada penduduk, bertujukan menyediakan jasa bagi seluruh penduduk dan sistem ini tidak menerapkan prinsip-prinsip komersial sebagai alat untuk menentukan pembuatan program siarannya.r Senada dengan defenisi ini Pasal 12 ayar I RUU Penyiaran yang lebih bersifat operasional, mengatakan bahwa media penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk BUMN, independent, bersifat tidak komersial dan berfungsi memberikan pelayanan untuk kepentingan masyarakat. Penyiaran publik sebagai BUMN (atau perjan) dapat menjadi salah satu agen pengembangan nilai-nilai budaya nasional. Dan status penyiaran publik yang non-komersial dan dikontrol oleh publik (pemerintah bersama lembagaJembaga masyarakat) dapat
mengembangkan program-program siaran yang relevan dengan tunututan budaya lokal. Demikian misi yang seharusnya diemban oleh media-media massa atau media penyiaran publik pada umumnya. Masalah selanjutnya yang memerlukan pemecahan I
Dikutip
oleh A. Muis, 2001 , Komunikasi Islami, Bandung : Remaja Rosdakarya.
H.t22.
r46
'r'-\tDID YoL IX, No
2,-f
ULI-DESIINItsER 20i0
KE'TERPURTJIi{N BUD\Y;\ LOIC,\I-..-
adalah bagaimana pengaruh media penyiaran publik terhadap budaya lokal ?
B.
Pembahasan
l.
Media Penyiaran Publik dan Lingkungan Semu Salahsaru reori komunikasi massa2 yang bernuansa teori efek media ( Iheories ofrnedia efeas) sebagaimana dijeraskan oleh
Straubhaar dan La Rose3 dalam kaitannya dengan lingkungan semu ini adalah teori Peluru atau jarum Hipodermik.
Gori peluru ini merupakan konsep awal efek komunikasi massa yang dinamakan Hypdermic needle theory (Teori Jarum Hypodermik). Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikannya dianggap pasif atau tidak tahu ape-apa. Asumsi dari teori
ini
dapat digambarkan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepadakhal ayak yang tidak berdaya (pasif)a
Dalam hal ini sebenarnya manusia (khalayak) sebagai komunikan menanggapi sesuatu ridak hanya secara naluriah. Manusia mengolah berbagai gagasan baik bersifat artistik, mistis araupun religius. Manusia akan rersentak dengan pendapat dan bayangannya sendiri renrang benda-benda tersebut.5 Kemudian manusia mengorganisasikan sensasisensasi yang terdiri dari rangkaian simbol atau dunia semu yang diterimanya melalui media dan memberi makna pada simbol yang diterimanya rersebut. Dunia oblekrifyang dihadapi manusia sebagai komunikan 2
Terdapar beberapa teori komunikasi massa yaitu : rcori peluru arau teori jarum .hipodermik,
reori arus banyak tahap, teori prosesselektif;, Teori pcmbelajaral social, teori difusi Inofasi, Teori Kultivasi. 3 straubhaar, Jepseph dan Rober LaRose, 2000, Media Now : commanication Media h rhe Information Age, Belmo't, cA : wadsv'orth/ Thomson Learning. a Elvinaro Ardia'to, Lukiati Konrala Erdi'aya, 2004, Komunihasi Massa suatu
Pengantar, Bandung, Renraja Rosdakarya, h.60. 5 twilliarn L. fuvers-Jay wiJensen, Theod orpeterson, Media fuIassa dan Masyarahat _
Modern, Terj.Haris Mu'andar
'lnlDID \bl: IX, No.
2.
da' Dudy priatna, 2003, Jakara: Ke'ca'a, h.27.
JULI-DII,SEN{RIiR2010
147
,',,'itui l'tak terjangkau, tak terlihat dan tak terbayangkan"' Karenanya manusia menciptakan sendiri dunia di fikirannya Karena dalam uiaya sedikit memahami dunia oblektif tersebut. pul" perilaku manusia tidak didasarkan pada kenyataan
iru y"rri r.r,rrrgguhnya, meiainkan
kenyataan ciptaannya sendiri'
.-:,Pfoses penggambaran kenyataan
di benak manusia tentu
dip..rg"r,rf,i oleh pernak pernik pengalamannya sendiri' bersandar ,,.',,,N'n-.rn teiap saia dalam menafsirkan sesuatu kita kepentingan awal, prasangka' motivasi dan ,.,,.pedu'ptr,d".rg* ^kit* ri.rdiri. Penafsiran i",' ptngt*b"ngan bayangan ini pula saie,
memunculkan stereoryPe dan melandasi cara pandang manusia terhadap dunia luar' Sebagai sumber pengetahuan' media #nyajikan informasi di dunia luar kepada orangoring" u"rr* k -,rdian digunakan untuk membentuk atau .^.ni.rt"ili"" gambaran Lt"t"l"y" tentang dunia' Maka massa (p"enyi"ran publik) juga dianggap menciptakan -.di" 'lirrgli,rrrgrr, ,.-t i.rs."di'i di antara manusia (komunikan)
'selaniutnya
' ' ' '
" ian d,ttti" "nyata" objektif' Media telah mempercePat' memperkuat dan melekatkan 'o.r"r, tradisional komunikasi sehingga bisa diartikan media jarak antara menebalkan dunia semu sehingga menambah manusia modern dengan dunia ny^ta' Di sisi lain sebagai bisa membentuk nilai. control sosial yang do-i"""t, media pandari'g". l"*" di suatu masyarakat dan bisa ' ,ril"i dan r,"grr""n. Media memang bisa memperkuat polamembua,ty" 'pola fikir d"r, p.iit"ku lama sehingga menyulitkan masyarakat ' 'yang b.rr".rgk.rtan menaPaki kemajuan' M.elal:i gambaran d,rn]" m.l"lui Media massa (penyiaran publik) pada teori :.r .,':jai'uln'hipodermik ini membuat manusia sebagai komunikan pasif d"r, -.mbentuk dunia sesuai dengan alam -fikirannya oleh simbol-simbol yang dibuat oleh , , ,;;rrdiri yang dipengaruhi media.
.
2.' Agenda Mediavs Agenda Publik ' Ag.rrda media sangat sulit terlepas dari ageld.a internet media orr lii-r. (jurnalisme DotCom)' Sebab media . atau "[.td" on lin-e sangat kaya dengan kejadian-kejadian yang bernilai
r48
t''$l9lD Yol: lX, No. 2,.|ULI-DESIII\{BIiR
2010
KEI'ERPURUKAN BLIDAY,\ LOK\L,..
berita besar. Grutama jurnalisme DotCom arau websites yang bersifat lintas negara. Agenda publikpun terbentuk oleh ag.nd"
media onJine. Grapi
di lain pihak kebijakan
komuiikasi
nasional harus bertahan mati-marian terhadap serangan nilai-
nilai
internet. Masalahnya lebih lanyut adalah _asing.melalui terjadinya benturan anrara "budaya nasional" (local) dengan "budaya internasional" (budaya barat) pada diri indiviluindividu dan kelompok media. Sedemikian besarnya agenda media sehingga tergambar bahwa media telah memainkan peran penting dalrm m.romb"k tatanan sosial menjadi masyarakat serba missal. Lebih dari itu media juga kian penting sebagai alar kekuasaaan kaum erite, Media juga tidak hanya menyaring pengalaman eksternal manusia, melainkan ikut membentuk pengalaman iu sendiri. Media menyajikan aneka informasi lenrang dunia, namun karena media menyajikannya dengan bahasa, stereotype dan harapannya sendiri, media sering membuat manusia frustrasi dalam upayanya mengaitkan kehidupan pribadinya clengan kenyataan dunia sekelilingnya. Manusia kian terg"n,u.rg pld" media untuk memperoleh informasi dan kian rapuh ,"rh"d"p manipulasi dan eksploitasi kalangan rertenru di masyar"kat yang menguasai media.
"Media menggunakan kekuatan bcsarnya untuk
mempromosikan kepentingan pemiliknya saja. Mereka bersiteguh pada pandangan-pandangan politik d"n "konominy, senddiri. Mereka mengabaikan arau bahkan memberangus pendapat lain. Media mengganjal perubahan sosial J"" mempertahankan starus quo. Media, dalam melakukan pemberiraan cenderung menonjolkan aspek sensasinya saja ketimbang esensinya. Yang disediakannya hanya lriburan semu yang jauh dari unsur artistik. Media membahavakan moralpublik.6 Pembicaraan renrang agenda media vs agenda publik tak terlepas dari upaya mengaitkan isi pesan p"d" d"," ,,eksrra 6
william L. fuvers-Jay vJensen,
Mod.ern, op.cit, h. 323.
Theodo r peterson, I4edia Massa dan A[asyamkat
'I',\JDID \bl. IX. No. 2. f ULI-DIjStiNII]i"tR 2010
149
meola - yallu au(llelrs alau llrasy.{larldl ),drr6 urdydllu4u6 bergantung pada media. Analisis isi pesan media ini sebaiknya dipandang bertujuan evaluatifi Karena ia didahului dan memperoleh masukan dari uadisi kesusastraan dan kritik estetik serta komentar dan penimbangan "budaya popular". Disamping itu tujuannya juga lebih menekankan penilaian yang telah diupayakan dalam kerangka ilmu sosial, vang berusaha menyediakan penimbangan objektif terhadap prestasi dan kecenderungan media. Penilaian tersebut didasarkan padaT:
1. Pengaturan dan pengenCalian media berdasarkan kriteria moral tertentu misalnya penggarnbaran kekerasan atau seks;
Z.Kadar sejauhmana media menyesuaikan diri dengan kriteria professional atau kelembagaan tertentu-khususnya kriteria yang berkaitan dengan hal-hal seperti kebhinnekaan, keseimbangan, objektivitas, keinformasian, kelengkapan, kecermatan dan sebagainYa;
3. Penimbangan bias dari kecenderungan ideology,khususnya dalam konteks dimana media diharapkan bersikap netral dan objektif. Tirjuan penilaian oblektif merupakan tantangan yang sukar bagi analisis isi untuk mengetahui agenda media saat ini. Agenda ini harus diketahui public. Istilah yang beredar dewasa ini adalah hak publik untuk tahu dan tanggungjawab pers. Ini mengisyaratkan pergeseran teoritis atas konsepsi kebebasan Pers' yakni dari yang semula bertumpu pada individu ke masyarakat. Kebebasan Pers yang semula dianggap sebagai kebenaran universal, kini hanya diartikan sebagai akses publik, atau hak masyarakat untuk tahu.
Sulit dipastikan kapan par? pengelola media mulai mengaitkan tanggungjawab dengan kebebasan- Seiring dengan waktu, kian banyak jurnalis yang berpendapat bahwa tanggungjawab itu sama pentingnya dengan kebebasan.
7 Derris McQuial, 1987, Tbori Komunibasi Massa, Alih bahasa, Agus Dharma, Aminuddin Ram, Erlangg a, h.177 .
i50
'li\IDID \kt. tX, No. 2,-f UI.I-DESLII\'IBER
2010