USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENGARUH PERENDAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP DEGRADASI SENYAWA TANIN PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorgum bicolor L.) YANG DITANAM DI LAHAN KERING
Bidang Kegiatan : PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh: Arina Saniaty
A24080162
2008 (Ketua)
M. Nurhuda N
A34070052
2007 (Anggota)
Dian Pratiwi
A24080015
2008 (Anggota)
Siti Maesaroh
A24080031
2008 (Anggota)
Desi Sakawulan
F24090061
2009 (Anggota)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
i
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul kegiatan
: Pengaruh Perendaman Asam Jawa (Tamarindus indica L.) terhadap Degradasi Senyawa Tanin pada
Beberapa Varietas Sorgum (Sorgum bicolor L.) yang Ditanam di Lahan Kering : (√) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKMKC ( ) PKM-T ( ) PKM-M 3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian ( ) MIPA (√) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan 4. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Arina Saniaty b. NRP : A24080162 c. Jurusan : Agronomi dan Hortikultura d. Universitas/ Institut : Institut Pertanian Bogor e. Alamat : Wisma Ramadhan Balebak f. Alamat email dan hp :
[email protected]/ 085695112928 5. Anggota Pelaksana : 4 orang 6. Dosen Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, M.Sc b. NIP : 19620102 199702 1 001 c. Alamat dan NoHP : Permata Pamulang G-23/11 Cisauk Tangerang/ 7. Biaya Kegiatan Total DIKTI : Rp 6.997.500,00 8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan Bogor, Oktober 2011 2. Bidang Kegiatan
Menyetujui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Ketua Pelaksana Kegiatan
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Arina Saniaty NIM. A240800162
Wakil Rektor Bidang Akedemik dan Kemahasiswaan
Yonny Koesmaryono NIP. 19581228 198503 1 003
Dosen Pembimbing,
Dr.Ir.Trikoesoemaningtyas, M.Sc NIP. 19620102 199702 1 001 ii
A. JUDUL
Pengaruh Perendaman Asam Jawa (Tamarindus indica L.) terhadap Degradasi Senyawa Tanin pada Beberapa Varietas Sorgum (Sorgum bicolor L.) yang Ditanam di Lahan Kering B. LATAR BELAKANG MASALAH Sorgum merupakan sereal bahan pangan penting di Afrika, Asia dan beberapa negara di dunia. Sebagai bahan pangan dunia, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley (ICRISAT/FAO, 1991). Komposisi kimia penyusun biji sorgum sebenarnya tidak kalah dengan sereal lain. Menurut Duodu (2003) Sorgum bicolor memiliki potensi protein yang tinggi namun sangat terbatas penggunaannya sebagai sumber pangan. Pembatas penggunaan sorgum adalah rendahnya daya cerna protein sorgum. Rendahnya daya cerna ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah keberadaan senyawa fenol, terutama tanin. Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan karakterstiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul
lainnya
(Waghorn
n
McNabb,
2003;Westendarp,
2006).
Kandungan tanin pada varietas sorgum sebesar 2,7 dan 10,2 catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan taninnya berkisar antara 0,05-3,67% (catechin equivalent). Tanin pada sorgum terdapat pada lapisan epicarp dan testanya. Fungsi tanin sebagai proteksi terhadap lingkungandan hama penyakit tanaman (Puspitasari, 2011) sehingga aspek budidaya sorgum dapat berpengaruh terhadap kadar tanin. Kandungan tanin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Adanya tanin pada sorgum membuat sorgum kurang dilirik karena menyebabkan rasa pahit pada produk olahan dari tepung sorgum. Cara yang pernah dilakukan adalah dengan penyosohan kulit luar biji. Namun apabila penyosohan yang terlalu tebal dimungkinkan dapat sampai ke lapisan lebih dalam yang banyak mengandung zat gizi. Oleh karena itu, perlu
iii
adanya alternatif pengolahan sorgum. Salah satunya adalah dengan perendaman setelah panen. Perendaman yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan gum dari keping biji asam jawa dan ekstrak buah asam jawa. Keping biji asam jawa yang digiling disebut sebagai “tamarind kernel powder” . Sifat khusus gum didasarkan pada kental bila ditambahkan ke dalam air.Fungsi gum sebagai pengikat, pelapis, pensuspensi, penstabil, pembentuk gel, pengemulsi dan pengental (Glicksman, 1969). Fungsi sebagai pengikat yang dimanfaatkan untuk mengikat lapisan senyawa tanin pada sorgum sehingga daya cerna sorgum terhadap protein tinggi. Penelitian ini akan membandingkan keefektifan dengan menggunakan larutan tepung asam jawa dengan air rendaman buah asam jawa pada biji beberapa varietas sorgum yang ditanam di lahan kering.
C. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah dikemukakan, hipotesis yang dapat diambil adalah lahan kering berpengaruh terhadap kadar tanin karena cekaman lingkungan akan membuat tanaman proteksi terhadap cekaman tersebut. Pengaruh tanin yang menyebabkan rendahnya daya cerna protein menjadi penting untuk diteliti sehingga dapat mengetahui cara penghilangan tanin yang paling baik dan mudah. D. TUJUAN Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk membandingkan kadar tanin pada pasca panen primer dari beberapa varietas sorgum yang ditanam di lahan kering dan uji kadar tanin yang diberi perlakuan perendaman tepung biji asam jawa dan ekstrak daging buah asam jawa sebagai pengolahan pasca panen sekunder. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi cara yang efektif dan muda dalam penghilangan tanin pada biji sorgum sehingga untuk pengolahan sorgum menjadi produk olahan selanjutnya tidak mengandung rasa pahit dan daya cerna terhadap protein menjadi lebih tinggi.Program ini juga diharapkan memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pasca iv
panen produk pertanian seperti sorgum yang cenderung belum banyak dilirik sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian tersebut yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan menjadi produk olahan seperti mie dan bakery.
F. KEGUNAAN Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat dalam bidang pertanian, sehingga dapat memajukan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas. Hasil penelitian ini tentunya akan memberikan alternatif pengolahan penghilangan tanin pada biji sorgum. Penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan ilmu dan teknologi yang dipelajari sehingga merangsang mahasiswa untuk berpikir kreatif, inovatif, dan dinamis.
G. TINJAUAN PUSTAKA Botani Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor (L) Moech) merupakan tanaman pangan yang masuk kedalam famili Graminae seperti padi dan gandum. Sorgum termasuk kedalam genus Shorgum, Ordo Cyperates, Kelas Liliopsidal monokotiledon, divisi Magnoliophyta, super divisi Spermatophyta, subkingdom Traechobionta, dan kingkom Plantae. Disetiap daerah pengembangannya, sorgum dikenal dengan nama Geat Millet dan Guinea Cora (Afrika barat), Kafir Corn (Afrika selatan), Milo Sorgo (Amerika serikat), Kaoliang (Cina), Durra (Sudan), dan Chotam (India). Di Indonesia pun, sorgum dikenal dengan beberapa nama lokal seperti „cantel‟ di daerah Jawa tengah dan Jawa timur serta „jagung cantik‟ di daerah Jawa barat (Deptan, 1990). Komposisi kimia/gizi sorgum Di banyak negara, sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri seperti etanol, bir, sirup, dan modifikasi pati (D Retno 2009). Untuk bahan pangan, sorgum mempunyai nilai gizi yang cukup memadai yakni mengandung 83% karbohidrat, 3,5% lemak, dan 10% protein (Suarni 2004) yang artinya lebih besar dibandingkan dengan protein beras giling (6-7%), beras pecah kulit (7-8%), jagung (9%), dan sedikit dibawah gandum (12%) (Susila_). v
Meskipun memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, namun pemanfaatan sorgum sebagai pangan di Indonesia belum berkembang. Hal tersebut terjadi karena sorgum mempunyai senyawa tanin yang menyebabkan rasa sepat sehingga tidak disukai oleh konsumen. Disamping itu, biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan tekhnologi penyosohan yang dilengkapi dengan silinder gurita batu (Sirappa, 2003). Senyawa Tanin Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum matang, batang, dan kulit kayu. Tanin yang banyak pada tanaman adaah tanin yang terkondensasi (Redaksi, 2007 ). Pada buah yang belum matang, tanin digunakan sebagai energi dalam proses metaboliesme dalam bentuk oksidasi tanin. Tanin sering dinamakan dengan asam tanat yang memiliki berat molekul 1,701. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1984). Tanin mempunyai senyawa polifenol yang sulit untuk dipisahkan karena substrat ini sulit untuk mengkristal, oleh karena itu untuk mengisolasi senyawa tanin sangat sulit. Dengan berat molekul antara 500-3000, tannin bisa mengendapkan protein dari larutan (Nursiam, 2011). Tanin terbagi 2 kelas secara kimia yaitu berdasarkan adanya gugus fenolik pada masing-masing kelas. Kelas pertama terdiri dari gugus gallic yang berhubungan dengan ikatan polyhidrik yang merupakan esterifikasi dari glukosa. Sedangkan kelas kedua menunjukkan banyaknya nonhydrooable yang mengandung gugus fenol, namun jarang berikatan dengan karbohidrat dan protein (Nenden, et al., 2007). Tanin mempunyai beberapa sifat, yakni: 1) dalam air membentuk larutan kolodial yang bereaksi asam dan sepat, 2) mengendapkan lrutan gelatin dan alkaloid, 3) tidak dapat mengkristal, 4) mampu mengoksidasi oksigen, 5) dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan berikatan dengan protein tersebut. Tanin pada sorgum umumnya terdapat pada lapisan epicarp dan testanya. Pengaruh tanin pada sorgum ini dapat dapat ditanggulangi dengan pembasahan atau perendaman sebelum biji digiling kemudian dikeringkan. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas sorgum, sehingga sorgum mudah untuk dicerna. Ketika sorgum akan diolah menjadi tepung sorgum, warna tepung menjadi salah satu vi
kriteria penting. Varietas sorgum dengan warna kulit yang lebih terang akan menghasilkan tepung dengan warna yang lebih terang dengan proses pengolahan manual. Sedangkan varietas sorgum dengan warna kulit yang lebih gelap akan menghasilkan tepung dengan warna yang lebih gelap dan memiliki rasa yang agak pahit. Lahan Kering Lahan kering selalu dikaitkan dengan usaha budidaya non sawah yang dilakukan oleh masyarakat di hulu sungai atau lahan atas dan wilayah kering yang kekurangan yang kebutuhan airnya bergantung pada hujan sebagi sumber airnya. Namun definisi lahan kering yang diartikan pada saat ini adalah lahan kering yang sumber airnya hanya berasal dari air hujan. Luasan lahan kering di Indonesia sekitar 148 juta ha (78%), namun lahan yang berfungsi sebagai lahan pertanian hanya 76,22 juta ha yang sebagian besar terletak didataran rendah sebesar 70,71 juta ha (Abdurahman et al., 2008), 60,7 juta Ha atau 88,6% dari luas lahan seluruhnya, sebagian besar tersebar di dataran rendah 0-700 mdpl sebesar 60,65%, an di dataran tinggi >700 mdpl sebesar 39,35%. Menurut penggunaannya, lahan kering dapat dibagi kedalam 9 kelompok, meliputi usaha tani tegalan/kebun, padang rumput, tanah tidak diusahakan, tanah hutan rakyat, tanah rawa, perkebunan, pekarangan, kolam, dan tambak. Secara umum, lahan kering daerah tropika basah dan setengah kering didominasi oleh jenis tanah alfisol, ultisol, dan oksisol. Lahan kering umummnya dicirikan dengan tingkat kemasaman yang tinggi dan mempunyai kandungan hara yang rendah seperti rendahnya kandungan Ca, Mg, dan K serta banyaknya kandungan Al. Asam jawa Asam jawa (Tamarindus indica)merupakan salah satu tanaman tropis yang berpolong. Asam jawa mempunyai pohon yang tinggi (25 m), tajuk rindang, dan berdaun lebat (Dorthe, 2001). Buah asam mengandung kadar air yang rendah, mengandung protein dan karbohidrat, vitamin, asam nikotin, dan karoten. Umumnya asam jawa dimanfaatkan dengan cara mengolah buahnya menjadi obatobatan seperti obat untuk asma, batuk, demam, sakit panas, rematik, sakit perut, serta sariawan. Saat ini telah diduga bahwa asam jawa memberikan pengaruh vii
terhadap penurunan tanin pada sorghum. Keping biji asam jawa yang telah dikeringkan menjadi tepung biji asam dapat diproses menjadi gum (Glicksman, 1969). Sifat gum yang kental ketika dicampur dengan air dapat berfungsi sebagai pengikat tanin. Gum biji asam pun bersifat non ionik yang stabil pada kisaran pH yang luas, dan berperan sebagai pektin buah. H. METODE PELAKSANAAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, lahan Leuwikopo serta Laboratorium SEA FAST Institut PertanianBogor. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama ± 4 bulan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian pada lahan dan laboratotium. Bahan untuk di lahan adalah sorgum (varietas numbu, kawali, dan mandau), pupuk (urea, SP-36, dan KCl), karbofuran 3 G, sedangkan bahan yang di laboratorium adalah buah asam jawa, dan air. Alat yang digunakan di lahan adalah alat budidaya, seangkan pada laboratorium adalah ember, mesin penggiling atau penumbuk, pisau, ayakan. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan di lapang adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan menggunakan dua perlakuan. Perlakuan pertama adalah varietas sorgum. Perlakuan kedua adalah intensitas penyiraman. Kombinasi perlakuan adalah Numbu disiram, Numbu kering, Kawali disiram, Kawali kering, Mandau disiram, dan Mandau kering. Masing-masing pelakuan tersebut terdiri atas 3 ulangan (1 baris dianggap 1 ulangan). Model aditif yang digunakan adalah : Yij = µ + Uk + Vi + τj + εijk Yijk
= hasil biji sorgum
µ
= Rataan umum hasil biji sorgum viii
Uk
= Pengaruh ulangan ke-k
Vi
= Pengaruh varietas ke-i
τj
= Pengaruh penyiraman ke-j
εijk
= Pengaruh galat
Rancangan percobaan dengan perendaman biji sorgum dari tiap varietas adalah dengan perlakuan perendaman dengan ekstrak buah asam (daging) dan perendaman dengan pelarutan tepung biji asam. Lama perendaman juga menjadi perlakuan, yaitu selama 12 jam dan 24 jam. Kombinasi perlakuan yang didapat adalah Numbu disiram perendaman ekstrak daging buah asam selama 12 jam (P1), Numbu kering perendaman ekstrak daging buah asam selama 24 jam (P2), Numbu disiram perendaman larutan tepung biji asam selama 12 jam (P3), Numbu kering perendaman larutan tepung biji asam direndam selama 24 jam (P4). Tiap varietas ada 4 perlakuan (P) sehingga ada 12 satuan unit percobaan uji tanin dengan perendaman. Analisis data pengamatan kuantitatif menggunakan uji F untuk melihat perbedaan diantara percobaan perlakuan terhadap pengamatan kuantitatif yang diamati. Uji lanjutan dengan menggunakan uji perbandingan berganda Duncan (DMRT, Duncan Multiple Range Test) untuk menganalisis perlakuan mana yang menyatakan berbeda nyata (Gomez dan Gomez, 1995). Analisis data menggunakan software SAS. Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapang tentang aspek budidaya dan laboratorium tentang pengujian kimia. Penanaman sorgum Tiap varietas sorgum ditanam pada 3 m x 2 m dengan jarak tanam 75 cm x 15 cm dengan tiga ulangan. Lahan yang dibutuhkan 104 m2. Pemeliharaan seperti pemupukan, hama penyakit sesuai dengan aspek budidaya sorgum. Setelah 4 bulan sorgum dipanen biji, dan biji akan diuji kadar tanin secara langsung karena pengaruh budidaya. Pengujian kadar tanin (pasca panen primer)
ix
Pengujian dilakukan dengan penambahan metanol dan vanili (cara yang ditulis dalam Price et al., 1978). Pengukuran dengan kurva standar D-katekin. Sorgum yang diuji sebanyak 250 gram tiap varietas dan perlakuan dan tiap ulangan. Selain pengujian kadar tanin juga dilakukan pengujian terhadap karbohidrat, kadar protein, dan kadar abu di awal. Perendaman biji sorgum Biji sorgum dari ketiga varietas diberi perlakuan seperti pada metode. Kemudian sorgum ditiriskan dan dilihat perubahan warna biji. Biji yang direndam tiap perlakuan dan ulangan adalah 250 gram. Pengujian kadar tanin Biji sorgum yang sudah direndam digiling menjadi tepung sorgum. Kemudian dilakukan uji kadar tanin, dan dapat ditambakan pengujian organoleptik dan uji proximat lain. Uji organoleptik dengan scoring mengenai rasa, warna, tekstur ketika menjadi tepung. Metode yang dilakukan dengan kuisioner terhadap 50 responden. Uji proximat yang dilakukan adalah dengan menghitung kadar karbohidrat, kadar protein dan daya cerna melalui fermentasi, dan kadar abu. Pengujian ini dilakukan pada biji sorgum yang sudah digiling menjadi tepung. Hal ini untuk membandingkan apakah dengan cara perendaman juga mengurangi kandungan yang ada pada biji sorgum.
x
Persiapan Alat dan Bahan
Penanaman Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Alat dan Bahan
Pemeliharaan
Persiapan Alat dan Bahan Persiapan Panen Alat dan Bahan
Uji Kadar Tanin (Pasca Panen Primer)
Perendaman
Pembuatan Tepung Sorgum
Uji kadar tanin
Pengolahan data
Rekomendasi
Gambar 1 Diagram alir penelitian
xi
I. No.
JADWAL KEGIATAN Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kegiatan
Bulan ke 1
1
Bulan ke Bulan ke Bulan ke 2
3
4
Perencanaan, pengumpulan data dan informasi
2
Analisis penilitian
3
Persiapan alat dan bahan
5
Penanaman
6
Pemeliharaan
7
Panen
8
Persiapan penilaian dan pengujian kadar tanin
9
Proses evaluasi dan laporan
8
Konsultasi dosen
J.
RANCANGAN BIAYA
Nama Bahan atau Alat Benih sorgum KCl Urea NPK SP-36 Furadan Vanilin KOH Asam Jawa
Sewa Lahan Sewa Laboratorium Pengolahan tanah Sewa alat budidaya Ember Tali
Jumlah
Satuan Bahan 3 varietas kg 3 kg 3 kg 10 kg 3 kg 0,5 kg 1 unit 1 unit 5 kg Sub Total Peralatan 108 m2 2 Lab 108 m2 1 paket 10 buah 2 gulung
Harga Satuan Total 40000 12000 2500 3000 4000 10000 600000 500000 25000
120000 36000 7500 30000 12000 5000 600000 500000 125000 1435500
10000 300000 4000 50000 10000 5000
1080000 600000 432000 50000 100000 10000 xii
Label Papan Plastik Kantong plastik besar Tenaga kerja
1 buah 1 paket 2 paket 5 bungkus 30 HOK Sub Total Pengujian 1 paket Sub Total Lain-lain 1 paket 1 paket 5 paket 5 paket 10 buah 10 buah Sub Total Total
Pengujian tanin
Alat tulis Dokumentasi Tranportasi Komunikasi Proposal Laporan
5000 150000 5000 5000 30000
5000 150000 10000 25000 900000 3362000
500000
500000 500000
50000 200000 200000 30000 10000 20000
50000 200000 1000000 150000 100000 200000 1700000 6997500
K. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman A, A. Dariah, A.Mulyani. 2008. Strategi dan tekhnologi pengolahan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Litbang Pertanian 27(2) D Endah Retno, Phiong Sunarto, dan Berta RF. 2009. Kinetika reaksi hidrolisa tepung sorgum dengan katalis asam klorida. Ekuilibrium 7:2 (71-75) Departemen
Pertanian.
1990.
Teknologi
Budidaya
Sorgum.
http://www.deptan.go.id. [13 september 2011] Departemen
Pertanian.
1991.
Sorgum.
http://www.deptan.go.id.
[13
september 2011] Dorthe. 2002. Tamarindus indica ( L.). Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Informasi Singkat Benih No. 21 Duodu, K.G., J.R.N. Taylor, P.S. Belton and B.R.Hamaker.2003. Factors AffectingSorgum Protein Digestibility. J. CerealScie. 38(2003)117-131 FAO
.1991.
Sorgum
and
Millets
in
HumanNutrition.
http://www.fao.org/DOCREP/T0818e / T0818E01.htm xiii
Gafar, Sapuan. 2010. Diversifikasi pangan berbasis tepung: belajar dari pengelolaan
kebijakan
terigu.
http://www.majalahpangan.com/2010/04/diversifikasi-pangan-berbasistepung-belajar-dari-pengelolaan-kebijakan-terigu/. [24 September 2011] Nende, S.Z. , N. Anny, S. Astuti, F. Pujiastuti , Nila . 2007. Penentuan indeks kepedasan, indeks pengembangan, dan kadar tanin dalam simplisia. Sains dan Teknologi Farmasi. Intitut Teknologi Bandung Nursiam.2011.
Anti
nutrisi
dan
http://intannursiam.wordpress.com/tag/cara-kerja-tannin/
mycotoksin. (6
Oktober
2011) Puspitasari, W. 2011. Pendugaan Parameter Genetik dan Seleksi Karakter Agronomi dan Kualitas Sorgum di Lahan Kering. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. 94 hal Redaksi. 2007. Tannin. CP-Buletin Service. N0. 96. Tahun VIII Sirappa M.P. 2003. Prospoek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komodits alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Litbang Pertanian 22(4). Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorgum untuk produk olahan. Litbang pertanian 23(4). Susila B.A. _. Keunggulan mutu gizi dan sifat fungsional sorgum (Sorgum volgare).Prosiding seminar nasional tekhnologi inovatif pasca panen untuk pengembangan industri berbasis pertanian. Balai besar litbang pasca panen Bogor. Waghron, G.C. & W.C. Mc Nabb. 2003. Consequenses of plant phenolic compounds for productivity and health of ruminants. Proc. Ntr. Soc. 62:383:392
xiv
L. LAMPIRAN 1. NAMA DAN BIODATA KETUA DAN ANGGOTA 1.Ketua Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap
: Arina Saniaty
NRP
: A24080162
Fakultas
: Pertanian
Program Studi
: Agronomi dan Hortikultura
Waktu untuk PKM
: 14 jam/minggu Ttd,
Arina Saniaty 2. Anggota Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap
: Siti Maesaroh
NRP
: A24080031
Fakultas
: Pertanian
Program Studi
: Agronomi dan Hortikultura
Waktu untuk PKM
: 14 jam/minggu Ttd,
Siti Maesaroh 3. Anggota Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap
: Dian Pratiwi
NRP
: A24080015
Fakultas
: Pertanian
Program Studi
: Agronomi dan Hortikultura
Waktu untuk PKM
: 14 jam/minggu
Ttd
Dian Pratiwi
xv
4. Anggota Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap
: Muhamad Nurhuda Nugraha
NRP
: A34070052
Fakultas
: Pertanian
Program Studi
: Proteksi Tanaman
Waktu untuk PKM
: 14 jam/minggu Ttd,
M. Nurhuda Nugraha 5. Anggota Pelaksana Kegiatan Nama Lengkap
: Desi Sakawulan
NRP
: F24090061
Fakultas
: Teknologi Pertanian
Program Studi
: Ilmu dan Teknologi Pangan
Waktu untuk PKM
: 14 jam/minggu Ttd,
Desi Sakawulan
xvi
2. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING 1. Nama Lengkap dan Gelar
: Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, M.Sc
2. NIP
: 19620102 199702 1 001
3. Gol pangkat
: IIIc
4. Jabatan Fungsional
: Lektor
5. Jabatan Struktural
:-
6. Fakultas/ Departemen
: Pertanian/ Agronomi dan Hortikultura
7. Waktu untuk Kegiatan PKM
: 3 jam / minggu
Ttd,
Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, M.Sc
xvii