USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SABANA (Desa Mandiri Bencana) Gunungapi Indonesia Berdasar Tata Wilayah Morfologi Erupsi Vulkanik dan Awan Panas
Bidang Kegiatan : PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh : Wahyu Kusdyantono
12/335275/PA/15075
Dina Sari Handayani
12/331327/PA/14594
Hendra Guna Wijaya
12/334624/PA/14857
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii RINGKASAN ...................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 2 Latar Belakang ............................................................................................ 2 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 4 GAGASAN .......................................................................................................... 4 Kondisi Kekinian Gunungapi di Indonesia dan Masyarakat Sekitarnya .... 4 Desa dalam Kebijakan Tata Ruang Wilayah di Sekitar Gunungapi ........... 6 SABANA (Desa Mandiri Bencana Gunungapi Indonesia) ......................... 7 Pihak-pihak yang Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan ....... 9 Langkah-langkah Strategis .......................................................................... 9 KESIMPULAN .................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 11 Lampiran 1 Biodata Ketua dan Anggota ..................................................... 11 Lampiran 2 Surat Pernyataan Ketua ........................................................... 16
iii
RINGKASAN
Tulisan ini merupakan refleksi dari kepekaan penulis terhadap kondisi masyarakat Indonesia dan kerawanan bencana gunungapi yang menyelimutinya. Berada pada daerah lempeng tektonik aktif dunia, Indonesia menjadi negara dengan jumlah gunungapi terbanyak di dunia. Dengan jumlah masyarakat yang lebih dari dua ratus juta jiwa dan lima juta jiwa dari masyarakat Indonesia hidup pada wilayah potensial bencana gunungapi, tentunya Indonesia menanggung beban berat dalam menjamin hajat hidup seluruh rakyatnya. Tak ayal, bencana gunungapi yang hampir terjadi setiap tahunnya menjadi ancaman utama bagi masyarakat dan pemerintah Indoenesia. Dengan masyarakat yang hidup pada wilayah potensial bencana gunungapi yang begitu besar, penanganan bencana secara preventif menjadi jawaban dari permasalahan kebencanan yang kurang sistemis di Indonesia. Pengaturan tata wilayah pemukiman pada daerah gunungapi berdasar morfologi erupsi vulkanik dan luncuran awan panas serta pembentukan sikap kemandirian pada masyarakatnya merupakan gagasan utama yang diajukan penulis. Gagasan program SABANA (Desa Mandiri Bencana) gunungapi di Indonesia diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan mitigasi di Indonesia dengan konsep penataan tata ruang wilayah berdasarkan morfologi erupsi vulkanik dan awan panas. Harapannya, dengan pola penataan tata ruang wilayah yang baik akan membentuk suatu masyarakat yang mandiri dan membentuk kehidupan masyarakat yang aman dan harmonis dengan gunungapi.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Terbentang jauh dari Sabang sampai Merauke, terdapat 17.508 pulau mengapung di atas tiga lempeng tektonik aktif dunia. Lempeng Indo-Australia di sebelah selatan, Eurasia di sebelah utara, dan Pasifik di sebelah timur. Itulah Indonesia, negara kepulauan dengan tingkat kerawanan akan bencana yang sangat tinggi karena berada pada lempeng yang terus bergerak. Secara geografis, Indonesia sendiri didominasi oleh gunungapi yang terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Berada pada sirkum Mediterania dan sirkum Pasifik, terajut memanjang hingga jauh ke timur 129 Kerajaan Gunung Berapi yang membuat Indonesia dan lebih dari dua ratus juta penduduknya hidup dan tinggal pada wilayah cincin api Pasifik atau yang biasa kita kenal sebagai Pacific Ring of Fire. Kenyataan untuk hidup di negara yang berada pada cincin api Pasifik tentunya membuat ratusan juta masyarakat Indonesia selalu berada pada kewaspadaan. Menurut analisis resiko global oleh Bank Dunia (2009), Indonesia merupakan salah satu dari tiga puluh lima negara yang memiliki risiko kematian yang tinggi dari berbagai bahaya dengan sekitar empat puluh persen dari populasi yang beresiko. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa, maka jumlah nominal korban yang beresiko adalah sekitar 90 juta jiwa. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di salah satu area sumber panas (hot spot) bencana yang paling aktif. Tak ayal bila hal itulah yang membuat Indonesia hampir selalu mengalami bencana setiap tahunnya, terutama bencana gunung berapi. Meski erupsi gunung berapi silih berganti, namun ikatan antara masyarakat dan gunungapi tidak akan pernah diakhiri. Gunungapi memberikan kesuburan dan kebermanfaatan bagi bumi pertiwi. Terbentang hingga ke Merauke, hampir 20% tanah bumi pertiwi ini tertutup oleh batuan vulkanik, lapukan batuan, dan sedimen vulkanik. Tanah ini menghidupi ratusan juta penduduk Indonesia hingga saat ini. Tetapi, pertumbuhan penduduk yang kian mendekati morfologi erupsi vulkanik gunungapi menjadikan ikatan ini tak lagi harmoni. Berdasar data PVMBG, diketahui bahwa sekitar 3 % dari seluruh jumlah penduduk Indonesia menghuni daerah-daerah
2
yang dekat dengan gunungapi. Penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana gunungapi di Indonesia diperkirakan sebanyak 5,5 juta orang (perhitungan tahun 2004). Dengan mempertimbangkan frekuensi letusan gunungapi, maka diperkirakan tiap tahunnya terdapat sekitar 585.000 orang terancam bencana letusan gunungapi. Jumlah ini pada masa datang tentu saja akan bertambah karena tingkat kepadatan penduduk yang tinggal di sekitar gunungapi dari tahun ke tahun terus naik seiring dengan pertambahan penduduk Indonesia. Memahami hal tersebut, hubungan antara masyarakat dan gunungapi haruslah memiliki aturan dan sikap, serta permasalahan bencana gunungapi di Indonesia haruslah diselesaikan dengan by design bukan lagi by default. Karena bukanlah salah dari gunungapi bila musibah terjadi, namun terkadang masyarakat kita tidak memahami sifat dari gunungapi itu sendiri. Masyarakat kita terlalu jauh bermukim mendekati wilayah hidup gunung api dan masyarakat kita belumlah mengakar sifat mandiri dalam menghadapi bencana seperti ini. Nyatanya, dibalik aktif dan bergolaknya gunungapi di bumi pertiwi hingga kini, tersembunyi keberkahan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia yang terbentang jauh hingga ke timur khatulistiwa negeri ini.
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan gagasan ini adalah 1. Memberikan sebuah gagasan untuk terbentuknya sikap masyarakat yang mandiri akan bencana gunungapi di Indonesia yang dimulai dari lingkungan tempat tinggalnya. 2. Memberikan sebuah solusi jangka panjang bagi kebijakan pemerintah terkait proses mitigasi kebencanaan gunungapi di Indonesia. 3. Mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan proses mitigasi bencana gunungapi yang preventif di Indonesia. 4. Menjadikan Indonesia sebagai daerah yang aman dan mandiri dalam menghadapi bencana gunungapi.
3
Manfaat Penulisan Bagi Pemerintah 1. Mempermudah pemerintah dalam melaksanakan mitigasi kebencanaan gunungapi di Indonesia. 2. Terbentuknya mitra pemerintah dalam pelaksanaan mitigasi kebencanaan gunungapi di Indonesia . 3. Terciptanya proses mitigasi bencana gunungapi yang lebih mandiri dan terkoordinasi dengan baik antara masyarakat dan pemerintah. Bagi Masyarakat 1. Meminimalisasi jumlah korban jiwa dan kerugian materi akibat bencana gunungapi di Indonesia. 2. Pemberdayaan sumber daya masyarakat dan terbentuknya sikap mandiri dalam melaksanakan mitigasi kebencanaan gunungapi di Indonesia. 3. Terciptanya masyarakat yang teredukasi dan lebih mandiri terhadap bencana gunungapi di Indonesia. Bagi Penulis 1. Mengasah kepekaan dan cara berfikir dalam menyikapi permasalahan di Indonesia, terutama dalam hal penanganan bencana.
GAGASAN Kondisi Kekinian Gunungapi di Indonesia dan Masyarakat Sekitarnya Tertanggal 22 Maret 2014, tercatat 23 gunung api di Indonesia yang statusnya di atas normal, yaitu Gunung Sinabung dengan status Awas (Level IV); Gunung Karangetang, Rokatenda, dan Lokon dengan status Siaga (Level III); Gunung Slamet, Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono dan Kerinci dengan status Waspada (Level II) (PVMBG, 2014). Setidaknya sebanyak 700.000 jiwa masuk dalam kawasan rawan bencana erupsi vulkanik di 23 gunung api tersebut (BNPB, 2012). Sementara, penduduk Indonesia yang tinggal di
4
dalam kawasan rawan bencana gunung api yang merupakan wilayah dengan kemungkinan ancaman yang cukup besar berjumlah lebih dari lima juta jiwa. Dari 127 gunung api di Indonesia, 77 diantaranya merupakan prioritas pengamatan (Badan Geologi, 2011). Sejumlah gunung api tersebut merupakan gunung api tipe A yang merupakan gunung api yang pernah mengalami erupsi setidaknya sekali setelah tahun 1600 Masehi. Di lain hal, masalah tata ruang di sekitar wilayah gunung api di Indonesia merupakan masalah penting, karena menyangkut penduduk yang tinggal di sekitarnya. Karena hampir tidak mungkin bagi masyarakat untuk mencegah terjadinya erupsi gunung api, sebab erupsi gunung api adalah peristiwa alami yang ada saat baginya untuk mengeluarkan material magmatik dari dalam bumi. Berkaca pada erupsi Sinabung pada tahun 2010 dan berlanjut pada tahun 2013 hingga 2014, permasalahan tata ruang menjadi fokus utama, selain masalah mengenai kurang siapnya instansi pemerintah terkait dalam menghadapi bencana. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunungapi di Pulau Sumatera yang hingga kini masih bergejolak, dengan status Awas (level 4). Pola tata ruang di sekitar Sinabung mestinya mengalami perubahan, karena pada tahun 2010, Sinabung mendadak kembali beraktivitas, setelah 400 tahun lebih tidak mengalami aktivitas vulkanik yang tercatat. Radius lima kilometer dari kawah gunungapi adalah wilayah yang sangat beresiko. Ancaman material erupsi berupa abu vulkanik yang mengganggu pernapasan, jatuhan kerikil, awanpanas, hingga banjir lahar dapat menghantui warga di dalam radius lima km tersebut. Faktanya, ada 17 desa dan dua dusun yang berada dalam radius lima km, yaitu Desa Guru Kinayan, Desa Sukameriah, Desa Berastepu, Desa Bekerah, Desa Gamber, Desa Simacem, Desa Perbaji, Desa Mardinding, Desa Kuta Gugung, Desa Kuta Rakyat, Desa Sigarang-garang, Desa Sukanalu, Desa Temberun, Desa Kuta Mbaru, Desa Kuta Tonggal, Desa Tiga Nderket, Desa Slandi dan Dusun Sibintun serta Dusun Lau Kawar. Potensi penduduk terpapar akibat terjangan aliran awan panas, lava atau lahar hujan yang berada dalam kawasan rawan bencana III hingga I berjumlah 2112 jiwa (BNPB, 2012). Dari fakta jumlah penduduk terpapar di 23 gunung api di atas dan fakta dari salah satu contoh erupsi di Indonesia (erupsi Gunung Sinabung) tersebut menunjukkan
5
bahwa pola tata ruang belum tertata dengan baik apabila mengacu pada pola erupsi dan wilayah yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Desa dalam Kebijakan Tata Ruang Wilayah di Sekitar Gunungapi Berada pada wilayah dengan potensi bencana yang besar, Pemerintah Indonesia tentunya tidak tinggal diam. Pemerintah telah merancang berbagai kebijakan dan peraturan terkait penanggulangan bencana, di antaranya adalah UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang merubah paradigma penanggulangan bencana dari responsif (terpusat pada tanggap darurat dan pemulihan) menjadi preventif (pengurangan resiko dan kesiapsiagaan). Selain itu, Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan lain dalam Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan peraturan-peraturan lain sebagai hasil turunan dari UU No.24 tahun 2007. Demi melaksanakan penanggulangan bencana yang terpadu, Pemerintah membuat Rancangan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2010 – 2014 yang mengatur tentang penanggulangan bencana-bencana yang ada di Indonesia, salah satunya bencana gunungapi. Dalam Rancangan Nasional Penanggulangan Bencana yang diterbitkan oleh BNPB tersebut, disebutkan bahwa Pemerintah memberikan anggaran hingga 64 trilyun rupiah untuk melakukan penanggulangan bencana selama lima tahun. Dari jumlah tersebut, 6,6 trilyun dianggarkan untuk program pencegahan dan mitigasi berupa penyusunan pedoman tata ruang dan tata guna lahan serta peraturan lainnya. Kementerian Pekerjaan Umum juga telah membuat pedoman tata ruang wilayah di kawasan rawan bencana gunung berapi dan rawan gempa bumi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21 tahun 2007. Kementerian Pekerjaan Umum telah menggolongkan gunung berapi menjadi beberapa tipe berdasarkan tipologinya, dan pembangunan area pemukiman maupun industri di kawasan gunung berapi tersebut harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan yang mengacu kepada tingkat kerentanan masing-masing tipe gunung berapi.
6
Dari total 64 trilyun rupiah yang dianggarkan Pemerintah untuk program penanggulangan bencana, sebesar 368,5 milyar dianggarkan untuk program pendidikan, penelitian, dan pelatihan. Program pelatihan yang dimaksud adalah berupa sistem pendidikan publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di 33 provinsi dan 275 kabupaten/kota, pelatihan 4.000 guru, pembentukan sekolah siaga bencana di 275 kabupaten/kota, dan 5 lokakarya tahunan tentang PRB berbasis komunitas. Melalui data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemerintah menyadari pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Namun, untuk melaksanakan mitigasi bencana di tingkat masyarakat, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Tantangannya adalah mensosialisasikan hal tersebut agar dapat menjelma menjadi peraturan maupun prosedur tetap hingga ke tingkatan pemerintah paling rendah. Tantangan yang sangat berat lainnya bagi pemerintah adalah mengatur pola persebaran pemukiman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar gunung berapi. Selain itu, tantangan yang acapkali dihadapi pemerintah adalah tidak terkoordinasinya penyelenggaraan bantuan pada saat terjadi bencana, sehingga hal yang dijumpai adalah semua orang ingin ikut membantu, tapi terkadang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Peran masyarakat sebagai mitra pemerintah juga dirasa sangatlah kurang, sehingga kemandirian dalam menghadapi bencana gunungapi sangatlah diperlukan bila bencana ini melanda beberapa daerah di Indonesia.
SABANA (Desa Mandiri Bencana Gunungapi Indonesia) SABANA merupakan gagasan jangka panjang dalam menangani bencana gunungapi di Indonesia dengan memperhatikan harmonisasi antara wilayah hidup gunungapi dan wilayah hidup masyarakat sekitarnya. Dengan adanya SABANA, proses mitigasi secara sistemis yang diharapkan semua pihak akan terwujud dan kemandirian sikap masyarakat dalam menghadapi bencana gunungapi akan tercapai. SABANA sendiri bukanlah desa biasa yang berdiri begitu saja pada kawasan rawan bencana gunungapi. SABANA merupakan desa yang berdiri dan dibangun dengan memperhatikan karakteristik setiap gunungapi di Indonesia. Setiap gunungapi
7
tentunya memiliki sejarah letusan, tipe letusan, dan kawasan bencananya sendiri. Namun, yang menjadi faktor utama berdirinya SABANA adalah bahwa desa mandiri yang dibangun ini berdiri berdasarkan wilayah morfologi erupsi vulkanik, seperti lahar dan morfologi sebaran awan panas pada setiap gunungapi di Indonesia. Dengan berdasar pada penetapan wilayah Zona Hunian yang dibuat tim referensi UGM belum lama ini, bahwa wilayah hunian masyarakat desa harus berada pada lebih dari 10 km, yakni zona hunian waspada. SABANA sendiri berdiri pada wilayah lebih dari 10 km, namun tidak selalu melingkari seluruh wilayah gunungapi (ring zone) dengan rentang wilayah yang sama. SABANA berdiri dengan memperhatikan morfologi zona luberan erupsi vulkanik, seperti luberan lahar dan juga berdiri pada wilayah yang jauh dari lereng-lereng gunungapi yang merupakan wilayah aliran awan panas serta jauh dari sungai yang merupakan daerah aliran lahar dingin atau lahar hujan yang merupakan bencana sekunder dari gunungapi. Desa-desa yang berdiri pada wilayah bahaya dan bukan merupakan satu dari wilayah yang ditetapkan sebagai SABANA, akan dilakukan transmigrasi lokal untuk dipindahkan ke wilayah SABANA. Wilayah desa yang telah dipindahkan ke dalam wilayah SABANA akan ditetapkan sebagai zona potensial bahaya. Dalam wilayah SABANA, juga dibangun infrastruktur untuk evakuasi dini menghadapi bencana gunungapi, seperti jalan yang tidak memotong jalur aliran awan panas maupun lahar dingin, serta dibangun infrastruktur mengenai kondisi gunungapi di wilayah tersebut. Selain itu, dalam program SABANA, dibentuk organisasi lokal
sebagai wujud
kemandirian dalam menghadapi bencana gunungapi di Indonesia. Program SABANA juga melatih kemandirian mitigasi bencana gunungapi dengan simulasi mitigasi bencana yang melibatkan organisasi lokal sebagai “aktor” utama sebagai wujud terbentuknya mitra pemerintah. Program ini dilakukan agar masyarakat tahu dan mandiri bila bencana gunungapi itu datang. Nantinya, masyarakat akan bersikap mandiri dalam mengevakuasi dirinya karena adanya organisasi lokal yang bertindak sebagai mitra pemerintah, dan diharapkan tidak menunggu respon pemerintah terlalu lama. Program SABANA, selain pada program pengaturan wilayah pemukiman
8
masyarakat gunungapi di Indonesia, juga merupakan program untuk mendidik masyarakat gunungapi dalam menghadapi bencana tersebut. Dengan wilayah SABANA yang berdiri jauh dari wilayah potensial bencana, akan memberikan rasa aman dan kewaspadaan yang lebih kepada masyarakat. Selain itu, dengan adanya peran masyarakat sebagai mitra pemerintah dalam menghadapi bencana gunungapi akan membuat sistem mitigasi bencana di Indonesia akan sangat tertata, sebab masyarakat telah memiliki sikap mandiri karena mereka berdiri pada wilayah yang jauh dari potensi bencana.
Pihak-pihak yang Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan Pihak-pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan program SABANA (Desa Mandiri Bencana) antara lain pemerintah selaku pemangku kekuasaan, meliputi pemerintah pusat maupun daerah dan peran para tokoh masyarakat serta peran masyarakat itu sendiri. Pemerintah sendiri memiliki peran yang sangat penting dikarenakan pemerintah memiliki keberhakan dalam membuat kebijakan mengenai mitigasi kebencanaan gunungapi. Selain itu, peran badan bentukan pemerintah dalam menangani bencana akan membantu pemerintah pusat maupun daerah dalam memetakan wilayah kebencanaan gunungapi, terutama wilayah SABANA. Selain pemerintah, peran para tokoh masyarakat dapat menjadi teladan bagi masyarakat lainnya dalam menyikapi bencana. Tokoh masyarakat dapat menjadi tokoh utama dalam organisasi lokal dan juga bagi mitra pemerintah. Dan yang terakhir, yang memiliki peran dalam mewujudkan program ini adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat dan kemandiriannya dapat menjadi indikator utama terwujudnya program SABANA.
Langkah-langkah Strategis Terwujudnya program SABANA dapat terlaksana dengan langkah awal dimulai dari dibuatnya anggaran belanja negara atau daerah yang dianggarkan khusus untuk program Desa Mandiri Bencana (SABANA). Langkah strategis berikutnya
9
adalah penetapan wilayah SABANA di setiap gunungapi di Indonesia dengan memperhatikan morfologi erupsi vulkanik dan luncuran awan panas serta karakteristik setiap gunungapi. Langkah strategis berikutnya adalah dilaksanakannya transmigrasi lokal bagi masyarakat yang hidup pada zona potensial bahaya erupsi vulkanik gunungapi ke dalam wilayah SABANA gunungapi. Dengan dilaksanakannya langkah-langkah strategis tersebut, SABANA pada seluruh wilayah gunungapi di Indonesia akan terwujud dan terlaksana.
KESIMPULAN Kondisi kekinian gunungapi di Indonesia dan masyarakat sekitarnya belumlah tertata dengan baik. Dari 200 juta lebih masyarakat Indonesia, sebanyak lima juta jiwa masyarakatnya hidup menetap di wilayah potensial bahaya bencana gunungapi. Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan solusi jangka panjang dalam proses mitigasi bencana gunungapi di Indonesia. Program SABANA (Desa Mandiri Bencana) digagas berdasarkan morfologi erupsi vulkanik dan awan panas melalui penataan pemukiman pada masyarakat yang hidup di sekitar gunungapi tersebut. Pihak pemerintah baik pusat maupun daerah serta masyarakat turut ambil bagian demi terwujudnya program SABANA (Desa Mandiri Bencana). Melalui prosedur penataan wilayah yang masuk dalam kawasan rawan bencana gunungapi dan dilakukannya transmigrasi lokal bagi masyarakat yang berada pada daerah tersebut serta edukasi mitigasi bencana gunungapi bagi masyarakat diharapkan akan membentuk sebuah desa yang mandiri terhadap bencana gunungapi di Indonesia. Harapannya, program SABANA dapat mengurangi kerugian, baik korban jiwa maupun materi, bagi masyarakat yang hidup di bawah bayang-bayang gunungapi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Bronto, S. 2006. Fasies Gunungapi dan Aplikasinya. Bandung: Pusat Survei Geologi. Suprapto, et. al. 2012. Baseline Kegunungapian Indonesia. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
10
Tim Penyusun Lintas Kementerian dan Lembaga. 2010. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana. UU No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Biodata Ketua dan Anggota A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Program Studi NIM Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP
Wahyu Kusdyantono Laki-Laki Geofisika 12/335275/PA/15075 Jakarta, 26 November 1993
[email protected] 085213744488
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk-Lulus
SD SDN Kaliabang Tengah III 2000 – 2006
SMP
SMA
SMPN 19 Bekasi
SMAN 2 Bekasi
2006 – 2009
IPA 2009 – 2012
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No 1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar -
Judul Artikel Ilmiah -
Waktu dan Tempat -
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No
Jenis Penghargaan
1 2
Pramuka Garuda OSIS Terfavorit Bekasi Delapan Besar Lomba Debat Politik se - Yogyakarta
3
Institusi Pemberi Penghargaan Kwartir Nasional Ikosi (Ikatan OSIS Bekasi) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Tahun 2008 2011 2014
11
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-DIKTI.
Yogyakarta, 22-03-2014 Pengusul,
Wahyu Kusdyantono
A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Program Studi NIM Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP
Hendra Guna Wijaya Laki-Laki Geofisika 12/334624/PA/14857 Ujung Pandang, 3 Desember 1994
[email protected] 085729599509
B. Riwayat Pendidikan SD
SMP
Nama Institusi
SDN 50 Kota Palembang
SMPN 1 Kota Sungai Penuh
Jurusan Tahun Masuk-Lulus
2000 – 2006
2006 – 2009
SMA SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti IPA 2009 – 2012
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No 1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar -
Judul Artikel Ilmiah -
Waktu dan Tempat -
12
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) Institusi Pemberi Penghargaan
Tahun
1
Juara Umum Pramuka Penggalang Putra, LT. 2 Sungai Penuh
Kwartir Ranting Sungai Penuh
2009
2
Finalis Lomba Pra-Olimpiade Sains Se-Sumatera SMAPSiC VI Bidang Kebumian
SMAN 1 Kota Padang
2011
3
Juara 1 LCC 4 Pilar Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara Tingkat Provinsi
Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
2011
4
Peraih Medali Perunggu Olimpiade Sains Nasional keX - Manado, Sulawesi Utara
Departemen Pendidikan Nasional RI
2011
5
30 Besar Pelatnas International Earth Science Olympiad - Argentina 2012 (Seleksi Tahap I)
Departemen Pendidikan Nasional RI
2011
6
Siswa Terdisiplin 2012
7
Siswa Terfavorit 2012
No
Jenis Penghargaan
SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti SMAN Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti
2012 2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-DIKTI.
13
Yogyakarta, 22-03-2014 Pengusul,
Hendra Guna Wijaya
A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Program Studi NIM Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP
Dina Sari Handayani Perempuan Geofisika 12/331327/PA/14594 Jakarta, 14 April 1994
[email protected] 085697860765
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk-Lulus
SD SDN Jatirasa III 2000 – 2006
SMP SMPN 9 Bekasi 2006 – 2009
SMA SMAN 2 Bekasi IPA 2009 – 2012
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No 1
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar -
Judul Artikel Ilmiah -
Waktu dan Tempat -
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No 1 2
Jenis Penghargaan Juara III Olimpiade Sains Kota Bekasi Juara III Engineering Physics Week ITS tingkat Jabodetabek
Institusi Pemberi Penghargaan Departemen Pendidikan Nasional Institut Teknologi Sepuluh November
Tahun 2011 2012
14
3
Semifinalis Engineering Physics Week ITS tingkat Jawa-Bali
Institut Teknologi Sepuluh November
2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-DIKTI.
Yogyakarta, 22-03-2014 Pengusul,
Dina Sari Handayani
15