USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM: MASTECH (MASTITIS DETECTION TECHNOLOGY) METODE DETEKSI MASTITIS BERBASIS BIOSURFAKTAN ASAL Pseudomonas sp BIDANG KEGIATAN : PKM-P
Diusulkan oleh: Faizal Agung P. Paura Rangga Z. Farras Shanda Muhammad Wildan Dimas Rizki E. P.
0911310011 0911310022 105130103111003 105130100111010 105130100111038
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
(Angkatan 2009) (Angkatan 2009) (Angkatan 2010) (Angkatan 2010) (Angkatan 2010)
17
1. Judul Kegiatan
: MASTECH (Mastitis Detection Technology) Metode Deteksi Mastitis Berbasis Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp 2. Bidang Kegiatan : (√) PKM-P ( ) PKM-M ( ) PKM-KC ( ) PKM-K ( ) PKM-T 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Faizal Agung Pratomo b. NIM : 0911310011 c. Jurusan : Pendidikan Dokter Hewan d. Universitas/Institut/Politeknik : Brawijaya e. Alamat Rumah dan No Tel.HP : Jl. Candi Kalasan II no.10 dan 085645758945 f. Alamat Email :
[email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
: 4 (Empat)
orang
6. Biaya Kegiatan Total a. Dikti b. Sumber lain (Sebutkan ...)
: Drh. Masdiana C. Padaga,M.AppSc : 0010025608 : Jl. Kol Sugiono 21 C/Kav 1 Perum Swagrya Gadang Malang 65145 : : Rp. 10.120.000 : Rp. –
7. Jangka Waktu Pelaksanaan
: 5 (Lima)
bulan Malang, 24 Oktober 2012
Menyetujui Wakil Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Program Kedokteran Hewan
(Drh. Masdiana C. Padaga, M.AppSc) NIP. 19560210 198403 2 001 Pembantu Rektor III Universitas Brawijaya
(Ir. H. RB. Ainurrasjid, MS) NIP. 19550618 198103 1 002
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Faizal Agung Pratomo) NIM. 0911310011 Dosen Pendamping
(Drh. Masdiana C. Padaga, M.AppSc) NIDN. 0010025608 ii
16
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul
…………………………………………….
i
Halaman Pengesahan
….…………………………………………
ii
Daftar Isi
…………………………………..………..
iii
A.
Judul
…………………………………………….
1
B.
Latar Belakang Masalah
………………………………………….....
1
C.
Perumusan Masalah
……………………………………….........
2
D.
Tujuan
………………………………………….....
2
E.
Luaran yang diharapkan
…………………….………………………
2
F.
Kegunaan
………………………………………….....
3
G.
Tinjauan Pustaka
…………………………………….………
3
H.
Metode Penelitian
…………………………………………….
4
I.
Jadwal Pelaksanaan
………………………………………….....
9
Program Penelitian J.
Rancangan Biaya
……………………………………….........
10
K.
Daftar Pustaka
………………………………………….....
10
L.
Lampiran
……………………………………….....…
12
iii
1
A.
JUDUL MASTECH (Mastitis Detection Technology) Metode Deteksi Mastitis Berbasis Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp B.
LATAR BELAKANG MASALAH Susu berperan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Permintaan susu dari waktu ke waktu semakin meningkat, hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang terus meningkat dan pendapatan masyarakat juga meningkat. Produksi susu secara nasional belum dapat mencukupi kebutuhan susu dalam negeri karena permintaan susu secara nasional dari segi kuantitas mungkin dapat terpenuhi tetapi secara kualitas belum dapat memenuhi keinginan produsen susu dan konsumen, sehingga produksi susu dalam negeri baru dapat diterima sebanyak 40 % sedangkan 60 % lainnya dipenuhi dari susu impor. Ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan susu tersebut dikarenakan produktivitas sapi perah Indonesia rata-rata masih rendah baik secara kuantitas maupun kualitas (Rosena, 2010). Salah satu penyakit yang berdampak terhadap produksi susu adalah mastitis atau radang ambing. Mastitis merupakan suatu peradangan pada jaringan interna kelenjar susu atau ambing yang ditandai oleh perubahan fisik maupun kimia air susu dengan disertai atau tanpa disertai patologis pada kelenjar mammae (Morin and Hurley, 2003; Salasia dkk, 2004) dan merupakan penyakit yang banyak sekali menimbulkan kerugian pada peternakan sapi perah di seluruh dunia (Subronto, 2003). Mastitis disebabkan oleh bermacam-macam penyebab (Blood and Henderson, 2007), di antaranya karena trauma atau gangguan fisiologis (Andrews, 2000), tetapi kerugian ekonomi penyakit ini seringkali disebabkan adanya infeksi bakteri (Dodd and Booth, 2001), diantaranya Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus uberis (Quinn et al., 2002, Subronto, 2003). Staphylococcus aureus menjadi perhatian khusus karena merupakan patogen utama dari penyebab mastitis pada sapi perah (Prescott et al., 2003). Menurut Sudono, Rosdiana, Setiawan (2003) mastitis yang sering menyerang sapi perah ada 2 macam yaitu mastitis klinis dan subklinis. Mastitis klinis tandatandanya dapat dilihat secara kasat mata seperti susu yang abnormal adanya lendir dan penggumpalan pada susu, puting yang terinfeksi terasa panas,bengkak dan sensitive bila disentuh saat pemerahan. Sedangkan mastitis subklinis tanda-tanda yang menunjukkan keabnormalan susu tidak kelihatan kecuali dengan alat bantu atau metode deteksi mastitis. California Mastitis Test (CMT), merupakan satu-satunya screening test untuk mastitis subklinis yang bisa digunakan di luar tubuh sapi.
2
Reaksi CMT harus dinilai selama 15 detik pencampuran karena reaksi lemah akan menghilang setelah itu (Ruegg, 2002). Reagen CMT adalah detergen plus bromcresol purple (sebagai indicator pH). Reagen terdiri dari alkyl aryl sulfonate 3%, NaOH 1,5%, dan indicator Broom kresol purple. Alkyl aryl sulfonat merupakan sebuah deterjen yang merupakan bahan kimia yang terdapat dalam reagen “Scalm Mastitis Test” dan mengandung pH indicator. Alkyl aryl sulfonat mempunyai sensitivitas yang besar pada pH susu (Subronto, 2004). Sehingga diperlukan adanya metode baru untuk mengurangi penggunaan bahan kimia, salah satunya dengan penggunaan biosurfaktan. Keuntungan yang paling signifikan penggunaan bakteri surfaktan dibanding kimia surrfaktan adalah penerimaan lingkungan, karena kemampuan biodegradasi dan tidak beracun untuk lingkungan. Beberapa keuntungan dari biosurfaktan diantaranya adalah toksisitas yang rendah, biodegradibilitas, selektif, aktivitas spesifik dalam suhu ekstrem, pH, dan Salinitas, serta produksi melalui fermentasi. Hal ini memiliki potensi dalam perlindungan dan manajemen lingkungan (Abouseoud, 2007). Biosurfaktan dihasilkan oleh mikroorganisme, adanya keanekaragaman sumber mikroorganisme menghasilkan biosurfaktan dengan struktur kimia, fungsi dan manfaat yang berbeda. Parra et al. (1989) menyatakan bahwa bakteri penghasil biosurfaktan banyak ditemukan pada daerah yang tercemar minyak maupun lemak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh isolat bakteri penghasil biosurfaktan asal susu yaitu Pseudomonas sp. C.
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan berikut: 1) Apakah Pseudomonas sp asal susu dapat menghasilkan biosurfaktan? 2) Apakah biosurfaktan bersifat lipolitik dan proteolitik? 3) Apakah biosurfaktan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan aktif deteksi penyakit mastitis? D.
TUJUAN Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui biosurfaktan yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp. 2) Membuktikan bahwa biosurfaktan asal Pseudomonas sp dapat menghasilkan proteolitik dan lipolitik
3
3) Menguji biosurfaktan asal Pseudomonas sp sebgai komponen aktif deteksi mastitis E.
LUARAN YANG DIHARAPKAN Dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan bioteknologi khususnya pemanfaatan bakteri asal susu sebagai sumber biosurfaktan. Biosurfaktan yang dihasilkan oleh mikroba diharapkan dapat digunakan sebagai bahan aktif deteksi mastitis. F. KEGUNAAN 1) Produk bakteri penghasil biosurfaktan asal susu. 2) Produk biosurfaktan untuk deteksi mastitis. 3) Produk berupa artikel ilmiah yang dapat dijadikan sebagai dasar informasi penelitian dan pengembangan selanjutnya. 4) Paten prototype bahan deteksi mastitis. G. G.1
TINJAUAN PUSTAKA Mastitis pada Sapi perah Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk radang yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau tanpa adanya perubahan patologis pada kelenjar (Subronto, 2003). Berdasar gejalanya, mastitis dibedakan menjadi dua bentuk yaitu mastitis klinis dan subklinis (Subronto 2003). Mastitis klinis ditandai dengan gejala panas, sakit, merah, pembengkakan dan penurunan fungsi pada ambing. Mastitis subklinis adalah peradangan interna jaringan ambing tanpa disertai gejala klinis baik pada susu maupun ambingnya, namun terjadi peningkatan jumlah sel radang, ditemukan mikroorganisme patogen dan terjadi perubahan kimia susu (Sudarwanto 1999). Pada umumnya mastitis subklinis akan berlanjut menjadi mastitis kronis yang kadang-kadang didahului oleh munculnya mastitis akut maupun sub-akut yang dapat menimbulkan terbentuknya jaringan ikat pada ambing (Holtenius et al. 2003). Mastitis subklinis adalah peradangan ambing yang tidak menunjukkan gejala klinis tetapi pada pemeriksaan susu secara mikroskopik terdapat peningkatan jumlah sel somatik lebih besar dari 400 000 sel setiap ml susu (Sudarwanto et al. 2006; IDF 1999). Sapi yang menderita mastitis subklinis mengalami penurunan produksi kualitas dan komposisi susu.
4
Mastitis subklinis dianggap lebih berbahaya karena tidak diketahui gejalanya dan menimbulkan kerugian yang sangat tinggi. Mastitis subklinis menyebabkan penurunan produksi susu mencapai 15%. Kerugian lain disebabkan peningkatan biaya produksi untuk pengobatan, terkadang sapi yang terkena mastitis subklinis juga harus dikeluarkan dari peternakan lebih awal karena biaya pemeliharaaan yang lebih tinggi dari produksinya. Kerugian ekonomis karena mastitis subklinis dapat mencapai Rp. 10 000 000/ekor/tahun (Rahayu 2009). Mastitis subklinis di Indonesia mencapai 97% dari keseluruhan kejadian mastitis. Mastitis subklinis merupakan penyakit kompleks yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, khamir dan kapang (Subronto, 2003). Proses terjadinya mastitis senantiasa dikaitkan dengan tiga faktor yakni ternak, penyebab peradangan (80-90% disebabkan oleh mikroorganisme) dan lingkungan (Sudarwanto 1999). Risiko untuk menderita mastitis senantiasa terletak pada keseimbangan ketiga faktor tesebut. Sapi mudah menderita mastitis bila kondisi sapi menurun akibat cekaman lingkungan yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sapi (Kleinschroth et al. 1994 yang dikutip dalam Sudarwanto 1999). G.2
Pseudomonas sp sebagai Sumber Biosurfaktan Biosurfaktan sebagian besar memang dihasilkan oleh bakteri, namun ada juga beberapa fungi yang dapat memproduksi biosurfaktan. Kosaric (2001) menyatakan jenis biosurfaktan yang dihasilkan oleh setiap mikroba berbeda-beda. Jenis-jenis mikroba penghasil biosurfaktan dan tipe biosurfaktan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Biosurfaktan merupakan metabolit yang dihasilkan oleh mikroba pada umumnya berupa produk ekstaseluler. Biosurfaktan memiliki kemampuan membentuk clear zone pada media agar darah yang mengindikasikan adanya mikroorganisme yang dapat menghasilkan biosurfaktan. Ciri khas biosurfaktan adalah adanya sisi polar (hidrofilik) dan non-polar (hidrofobik) dalam satu molekul, maka biosurfaktan memiliki sifat aktif permukaan dengan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dan sekaligus dapat berfungsi sebagai pengemulsi (emulsifer). Bagian non-polar molekul biosurfaktan biasanya berupa hidrokarbon asam lemak, sedangkan bagian non-polar meliputi, gugus ester, alkohol dari lipida netral, fosfat dan gula. (Anandaraj et al., 2010). Tabel 2.1 Mikroba penghasil biosurfaktan dan jenis biosurfaktan yang dihasilkan. No Spesies mikroba Jenis Biosurfaktan 1. Torulopsis bombicola Glikolipid (sophorosa lipid)
5
2. 3. 4. 5. 6 7. 8. 9. 10. 11.
Pseudomonas aeruginosa Bacillus licheniformis Bacillus subtilis Pseudomonas sp. DSM 2874 Arthrobacter paraffineus Arthrobacter Pseudomonas fluorescens Pseudomonas sp. MUB Torulopsis petrophilurn Candida tropicalis
12 13. 14. 15.
Acinetobacter sp. HO1-N Candida petrophilum Nocardia erythropolis Corynebacterium salvonicum
H. H.1
Glikolipid (rhamnosa lipid) Lipoprotein (surfactin) Lipoprotein (surfactin) Glikolipid (rhamnosa lipid) Sukrosa dan fruktosa glikolipid Glikolipid Rhamnosa lipid Rhamnosa lipid Glikolipid dan protein Komplek Polisakarida dan asam lemak glikolipid Asam lemak, mono dan digliserida Peptidolipid Lemak netral Lemak netral
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan desain true experimental laboratory secara deskriptif yang bertujuan untuk mengisolasi bakteri penghasil biosurfaktan asal susu. Data yang diperoleh disajikan dalam nilai rataan atau disajikan secara kualitatif jika uji yang dilakukan berkaitan dengan karakterisasi isolat yang diteliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dari hasil karakterisasi fenotipe untuk mengetahui isolat bakteri yang di koleksi dan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui karakterisasi profil protein. H.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya Malang. Sampel susu diambil langsung dari peternak disekitar Malang Raya. Pelaksanaan penelitian di laboratorium berlangsung selama 5 bulan. H.3 Subyek penelitian Subjek penelitian ini adalah sampel susu. Sampel ini dimasukkan ke dalam tabung kaca lalu dibawa ke laboratorium untuk pengujian selanjutnya. H.4 Alat dan bahan Bahan yang diperlukan adalah susu. Blood Agar Plate (BAP), oksidase stick, pepton water 0,1%, bahan-bahan untuk pewarnaan Gram (kristal violet, safranin, acetone alkohol) akuades, alkohol 70%, desinfektan.
6
Alat yang digunakan adalah cawan petri, tabung reaksi, objek glass, jarum ose, Bunsen, beacker glass, erlenmeyer, gelas ukur, pegaduk kaca, oven, vortex, kulkas, timbangan elektrik, timbangan analitik, sentrifugator, inkubator, autoklaf, lampu UV, dan Laminar Air Flow (LAF). H.5 Prosedur Penelitian H.5.1 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan H.5.1.1 Isolasi Bakteri Asal Susu Susu diambil pada peternakan di wilayah kota Malang diambil sebanyak 60 ml yang dimasukkan ke dalam botol steril. Susu diperlakukan pengenceran berseri 10-1 – 10-6 menggunakan pepton water 0,1% steril. Hasil pengenceran 10-2, 10-4, dan 10-6 ditanam menggunakan metode pour plate pada media Trypthone Soya Agar (TSA), diinkubasi pada suhu 30°C selama 48 jam. Hasil koloni yang ditumbuh dilakukan penghitungan koloni dengan target koloni 30-50 koloni serta pengamatan morfologi koloni. Pemurnian bakteri dilakukan dengan menanam pada media TSA diinkubasi pada suhu 30°C selama 48 jam. Target pemurnian adalah setiap koloni yang memiliki perbedaan morfologi. Hasil permunian ditumbuhkan pada agar miring media TSA diinkubasi pada suhu 30°C selama 48 jam. H.5.1.2 Uji Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Identifikasi dan karakterisasi masing-masing koloni berdasarkan morfologi koloni dan sifat biokimianya. Karakterisasi morfologi yang diamati adalah warna, tepi, elevasi dan bentuk koloni secara makroskopis. Secara mikroskopis karakterisasi meliputi bentuk dan penataan selnya serta sifat Gram-nya yang diamati dengan mikroskop binokuler. Pewarnaan Gram dilakukan dengan menggunakan pewarna kristal violet dan safranin. Sifat biokimia dengan uji pewarnaan Gram. H.5.2 Uji Potensi Pseudomonas sp sebagai penghasil biosurfaktan H.5.2.1 Blood Haemolysis Test Fresh culture dari isolat yang sudah murni di-streak pada Blood Agar Plate dan diinkubasi 48-72 jam pada suhu 37oC. Koloni bakteri yang diamati akan terlihat clearing zone di sekitarnya. Clearing zone mengindikasikan adanya organisme penghasil biosurfaktan (Anandaraj et al., 2010)
7
H.5.2.2 Tegangan Permukaan dengan Metode Cincin Du Nouy Penentuan tegangan permukaan dilakukan menggunakan alat tensiometer dengan metode cincin Du Nouy. Prinsipnya, gaya yang diperlukan untuk mengangkat cincin tersebut sampai ke permukaan cairan dijadikan dasar penentuan nilai tegangan permukaan. Pengukuran tegangan permukaan dilakukan menggunakan supernatan yang didapat dari isolat bakteri sebanyak 50 ml yang disentrifugasi 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC. Kemudian cairan supernatan diukur tegangan permukaannya menggunakan Tensinometer metode Du Nouy. Isolat yang menghasilkan nilai tegangan permukaan lebih rendah dari pada tegangan permukaan medium dianggap sebagai isolat positif penghasil biosurfaktan (Daniels et al. 1970). H.5.3 Uji Proteolitik dan Lipolitik Biosurfaktan H.5.3.1 Uji proteolitik Sebanyak 0,25 ml larutan enzim ditambahkan dengan 0,25 ml larutan buffer fosfat pH 7 dan dipreinkubasi pada suhu 37°C selama 5 menit. Setelah dipreinkubasi ditambahkan 0,25 ml substrat (2% kasein dalam buffer fosfat pH 7), campuran diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 0,5 ml 0,4 M asam trikhloroasetat (TCA), yang selanjutnya disentrifugasi untuk diambil supernatannya (Putri, 2012) H.5.3.2 Uji Lipolitik Uji kualitatif aktivitas lipolitik ditentukan dengan metode Smith dan Alford. Dalam uji ini, kultur diinokulasikan dengan menggoreskannya pada media basal nutrient agar (Oxoid CM3) dan diinkubasikan pada suhu 25 Cselama 10 hari (2 kali ulangan). Zona terang di sekitar pertumbuhan bakteri diukur sebagai tanda aktivitas lipolitik (Sparringa, 2000). H. 5.4 Uji Potensi Biosurfaktan sebagai Deteksi Mastitis Susu mastitis mengandung sel somatic. Prinsip kerja dari uji ini berdasarkan pada reaksi hasil dari biosurfaktan asal susu yang berikatan dengan inti DNA sel somatic sehingga terbentuk masa kental. Semakin kental masa yang terbentuk maka reaksi semakin tinggi dan susu mengandung banyak sel somatic. Tabel 1. Uji Potensi Biosurfaktan Pengenceran (%) SUSU MASTITIS Biosurfaktan 0 20 40
100
80
60
40
20
0
8
I.
JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM PENELITIAN
Kegiatan
1 Minggu ke1 2 3 4
2 Minggu ke1 2 3 4
Bulan ke3 Minggu ke1 2 3 4
4 Minggu ke1 2 3 4
5 Minggu ke1 2 3 4
I. Persiapan 1.1 Persiapan laboratorium, alat dan bahan 1.2 mengambil sampel susu mastitis dan susu segar II. Pelaksanaan 2.1 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan 2.2 Uji Potensi Pseudomonas sp sebagai penghasil biosurfaktan 2.3 Uji Proteolitik dan Lipolitik Biosurfaktan 2.4 Uji Potensi Biosurfaktan sebagai Deteksi Mastitis III. Pengumpulan Data dan Evaluasi Hasil 3.1 Evaluasi hasil 3.2 Pengumpulan data 3.3 Analisa dan pengolahan data 3.4 Penarikan kesimpulan dan penyusunan laporan kegiatan
8
9
J.
ANGGARAN BIAYA
No Kebutuhan Alat dan Bahan 1. Hand Gloves 2. Object Glass + Cover Glass 3. TSA 4. Blood Agar 5. BPW 6. Alat Uji Cincin Du-Nouy 7. Uji Bakteri dan Biokimia 8. TCA 9. Nutrien Agar Lain-lain 8. Pengambilan sampel susu segar 9. Pengambilan sampel susu mastitis 10. Peminjaman alat 11. Fee Laboratorium Biologi Molekular 12. Fee Laboratorium Mikrobiologi 13. 14. Fee Laboratorium LSIH 15. Transportasi Jumlah biaya
K.
Unit
Harga satuan
Jumlah Biaya
1 box 2 box
Rp. Rp.
50.000 35.000
Rp. Rp.
50.000 70.000
1 Botol 1 Botol 1 Botol 1 Set 7 uji 1 Botol 1 Botol
Rp. Rp Rp. Rp. Rp. Rp Rp
1.000.000 1.000.000 1.000.000 400.000 1.050.000 1.000.000 1.000.000
Rp. Rp Rp Rp. Rp Rp Rp
1.000.000 1.000.000 1.000.000 400.000 1.050.000 1.000.000 1.000.000
Rp.
200.000
Rp.
200.000
Rp. Rp.
200.000 150.000
Rp.
150.000
Rp. Rp. 100.000 Rp. Rp
2.000.000 150.000 500.000 10.120.000
5 Orang Rp.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, A.H. 2000. The Health of Dairy Cattle. Blackwell Publishing. USA. Blood, D.C. and J.A. Henderson. 2007. Disease Associated with Bacteria. In : E. H. Marth and J.L Steele. Veterinary Medicine. A Textbook of the Disease Bailliere Tindall, London Daniels et al. 1970. “Experimental Physical Chemistry 7th Ed.” p.357-365
10
Dodd, F.H. and J.M. Booth. 2001. Mastitis and Milk Production. In : E. H. Marth and J.LSteele. Applied Dairy Microbiology.2nd ed. Marcell Dekker Inc. USA. Holtenius, K., S. Agenäs, C. Delavaud and Y. Chilliard. 2003. Effects of feeding intensity during the dry period: 2. Metabolic and hormonal responses. J. Dairy Sci. 86:883-891. [IDF] International Dairy Federation. 1999. Suggested interpretation of mastitis terminology. Bull Int Dairy Fed 33: 3-26. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Edisi pertama. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Morin, D.E. and W.L. Hurley. 2003. Mastitis Lesson B. University of Illinois, USA Parra, J. L., J. Guinea, M. A. Manresa, M. Robert, M. E. Mercade, F. Comelles and M. P. Bosch. 1989. Chemical Characterization and Physicochemical Behavior of Biosurfactant. J. Am. Oil Chem. Soc. 66: 141-145. Prescott, L.M, P.H. John. and A.K. Donald. 2003. Microbiology. McGraw Hill Higher Putri, Y.S., 2012. Skrining Dan Uji Aktivitas Enzim Protease Bakteri Dari Limbah Rumah Pemotongan Hewan. Surabaya : Universitas Airlangga Quinn, P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J. Donnely and F.C. Leonard. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Ltd. UK. 63. Roosena, Yusuf. 2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian pakan yang mengandung tepung katu (Sauropus androgynus (L.) Merr) YANG BERBEDA. Samarinda: Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Ruegg,P.L.2002.http://www.uwex.edu/MilkQuality/PDF/milk%20quality%20tests 01.pdf Tanggal akses 19/04/2011. Salasia, S.I.O., Z. Khusnan, C. Lämmler and M. Zschöck. 2004. Comparative studies on phenotypic and genotypic properties of Staphylococcus aureus,
11
isolated from bovine subclinical mastitis in Central Java in Indonesia and Hesse in Germany. J. Vet. Sci. 5 (2), 103-109 Sparringa, R. 2000. Aktivitas Lipolitik Candida lipolytica dan C. catenulata Dalam Susu Kedele. Tangerang : PUSPIPTEK. Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia) I. Edisi Kedua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Pr. Sudarwanto M. 1999. Usaha peningkatan produksi susu melalui program pengendalian mastitis subklinis. Di dalam: Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner; Bogor, 22 Mei 1999. Bogor: FKH IPB. Sudarwanto, M., H. Latif and M. Noordin. 2006. The relationship of the somatic cell counting to sub-clinical mastitis and to improve milk quality. The 1st International AAVS Scientific Conference. Jakarta, July 12-13, 2006. Sudono, A. Rosdiana, F. R, Setiawan, R. S. 2003. Beternak Sapi Perah SecaraIntensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta
12
L.
LAMPIRAN
L.1
NAMA DAN BIODATA KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK
1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Faizal Agung Pratomo b. NIM : 0911310011 c. Fak/Program Studi : Program Kedokteran Hewan/Pendidikan Dokter Hewan d. Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya e. Alamat : Jl. Candi Kalasan II no 10 f. Telpon : 085645758945 g. Waktu untuk kegiatan : 8 jam/minggu PKM : h. Pengalaman Ilmiah - Pemanfaatan Tulang Ikan Hiu dalam Menghambat Perkembangan Sel Kanker
Faizal Agung Pratomo NIM. 0911310011 2. Anggota Pelaksana Anggota I a. Nama Lengkap b. NIM c. Fak/Program Studi d. e. f. g. h.
: : :
Paura Rangga Zobda 0911310022 Program Kedokteran Hewan/Pendidikan Dokter Hewan Universitas Brawijaya Jl. Candi kalasan 2 no.10 085649939577 5 jam/minggu
Perguruan Tinggi : Alamat : Telpon : Waktu untuk kegiatan : PKM Pengalaman Ilmiah : - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tulis 2009 berjudul “Penggunaan jaring laba-laba sebagai bahan penutup luka”
Paura Rangga Zobda NIM. 0911310022
13
Anggota II a. b. c. d. e. f. g. h.
Nama Lengkap NIM Fak/Program Studi
: Farras Shanda : 105130103111003 : Program Kedokteran Hewan/Pendidikan Dokter Hewan Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Alamat : Jl. Candi Kalasan 2 no.10 Telpon : 0857 909 809 79 Waktu untuk kegiatan : 5 jam/minggu PKM Pengalaman kegiatan : ilmiah -
Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tulis 2010 berjudul “Penggunaan lendir keong mas Pomacea canaliculata lamarck sebagai alternatif penyembuhan luka pada kulit”
Farras Shanda NIM. 105130103111003 Anggota III a. Nama Lengkap b. NIM c. Fak/Program Studi
: : :
d. e. f. g.
: : : :
Perguruan Tinggi Alamat Telpon Waktu untuk kegiatan PKM h. Pengalaman kegiatan ilmiah
Muhammad Wildan 105130100111010 Program Kedokteran Hewan/Pendidikan Dokter Hewan Universitas Brawijaya Jl. Gajayana 1 / 785 Malang 0856 475 278 22 5 jam/minggu
:
Muhammad Wildan NIM. 105103100111010
14
nggota IV a. Nama Lengkap b. NIM c. Fak/Program Studi d. e. f. g. h.
: Dimas Rizki E. P. : 105130100111038 : Program Kedokteran Hewan/Pendidikan Dokter Hewan Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Alamat : Jl.Bumi Asri Sengkaling Selatan tahap III blok 0Telepon : 3 Waktu untuk kegiatan : 0858 153 296 80 PKM 5 jam/minggu Pengalaman kegiatan : ilmiah - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tulis 2010 berjudul “Pemanfaatan daun ULAR (ubi jalar / Pomea bataras L) untuk alternatif pengobatan demam berdarah”
Dimas Rizki E. P. NIM. 105130100111038
15
L.2 NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING a. Nama Lengkap b. Golongan Pangkat/ NIP c. Jabatan Fungsional d. Jabatan Struktural
: : : :
e. Perguruan Tinggi f. Fakultas / Jurusan g. Bidang keahlian h. Alamat i. Telp a. Rumah b. HP j. Waktu untuk Kegiatan PKM
: : : : : : :
Drh. Masdiana C Padaga,M.App.Sc 19560210 198403 2 001 Lektor Wakil Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Universitas Brawijaya Program Kedokteran Hewan Mikrobiologi Pangan Jl. Kol Sugiono 21 C/Kav 1 Perum Swagrya Gadang Malang 65145 0341 807425 08170525511/081334148696 5 Jam/minggu
Tahun Publikasi Penelitian dan Seminar 2000 Microbial Species Associated with Defferent Sections of Broccoli Harvested from Three Regions in Australia. Int. Journal of Food Microbiology 60: 15-24. 2001 Pola Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat (BAL) Asal Usus Halus Sapi Perah pada Berbagai Suhu Lingkungan. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati (Life Sciences) 13: 103. 2003 Pengaruh Penambahan Isolat Bakteri Asam Laktat (BAL) D5J11 Sebagai Probiotik pada Pakan Lengkap Terhadap Produksi Gas, Kecernaan dan Produksi Biomasa Mikroba secara In-vitro. J.Ilmu-Ilmu Hayati (life Sciences). 15(2):168-178. 2004 Karakterisasi Isolat Bakteri Asam Laktat dari Usus Halus Sapi Perah dan Interaksinya dengan Bakteri Patogen dan Bakteri Non Patogen. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati (Life Sciences) 16(1):64-74 2005. Possibility of Intestinal Bacteria as Probiotic. SAFETY OF FUNCTIONAL FOOD. Fucntional Food: Trends and Challenges. A.T. Karosi (ed). LIPI Press. Jakarta. Pp 33-46.
(Drh. Masdiana C Padaga,M.App.Sc) NIP. 19560210 198403 2 001