708 Desain Komunikasi Visual
USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
TANDA VISUAL SURYA MAJAPAHIT DALAM RELIEF MASJID SEBAGAI KONSEP KOMUNIKASI VISUAL (Studi Kasus Relief Masjid Mantingan Jepara Jawa Tengah)
Oleh:
Agus Setiawan, M.Sn (Ketua)
NIDN: 0615058302
Puri Sulistiyawati, S.Sn. M. Kom (Anggota)
NIDN: 0606018902
Henry Bastian, M.Kom (Anggota)
NIDN: 0606037601
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG MEI 2016
i
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... IDENTITAS DAN URAIAN UMUM .......................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ RINGKASAN ............................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 1.5 Kontribusi .............................................................................................. 1.6 Target Luaran ........................................................................................ BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2.1 Tinjauan tentang Relief .......................................................................... 2.2 Tinjauan tentang Surya Majapahit .......................................................... 2.3 Tinjauan tentang Tanda Visual ............................................................... 2.4 Penelitian Relevan ................................................................................. 2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 3.1 Strategi Penelitian .................................................................................. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................. 3.3 Sumber Data .......................................................................................... 3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ............................................ 4.1 Anggaran Biaya ..................................................................................... 4.2 Jadwal Penelitian ................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
iv
i ii iii iv v 1 1 3 3 3 4 4 5 5 6 6 9 12 15 15 15 15 15 16 17 17 17 18 20
Ringkasan Upaya pemuasan akan keindahan ditentukan secara budaya dan terpadu pula dengan aspek-apek kebudayaan lainnya. Surya Majapahit menjelma dalam bentuk tanda visual dan tetap hadir dalam tata nilai yang berbeda. Islam di Nusantara telah mewujud menjadi kesatuan dan kekuatan tersendiri, ketika dihadapkan pada budaya rupa yang secara khas dan unik memiliki kedudukan pengucapan berkesenian. Hal menarik dalam konsep komunikasi visual adalah melihat dari bingkai budaya rupa yaitu tanda visual Surya Majapahit. Realitas budaya rupa yang terjadi di Jawa walisongo menggunakan budaya rupa sebagai media dakwah. Budaya rupa tersebut dapat dilihat dari perwujudan relief, ornamen, wayang, dan masjid. Seiring perkembangan zaman, kini bentuk arsitektur-arsitektur pada Masjid banyak menambahkan ornamen-ornamen di dalamnya, namun masih banyak yang tetap mempertahankan nilai budaya perpaduan antara gaya Islam, Jawa. Adapun wujud budaya rupa dapat dilihat pada mesjid Mantingan, Demak, Kudus, Cirebon, dan Sendang dhuwur Lamongan dalam lambang Surya Majapahit adalah lambang Majapahit yang beragama Hindu. Wujud budaya rupa yang memiliki kekhasan dan pengucapan yang sesuai dengan zamannya yaitu Islam. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendiskripsikan wujud dan nilai-nilai tradisi dalam lambang Surya Majapahit sebagai tanda visual. 2) Mengetahui tanda visual Surya Majapahit dalam relief mesjid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang akan menjelaskan permasalahan melalui pengambilan data dari beragam sumber yang telah ditentukan. Sehingga penelitian ini akan akan menghasilkan data deskriptif berkaitan dengan bentuk budaya rupa yang digunakan sebagai tanda visual dan sarana media dakwah di Nusantara. Tanda visual Surya Majapahit memiliki kekuatan, keunikan dan nilai-nilai tradisi yang tetap dipertahankan dalam mewarnai karakteristik seni Islam. Hasil dari penelitian yang dilakukanakan dipublikasikan dalam Jurnal Nasional ber-ISSN dan diterapkan pada pengayaan bahan ajar terkait tanda, identitas, logo maupun budaya visual Nusantara. Kata Kunci: Tanda Visual, Surya Majapahit, Relief Masjid, Komunikasi Visual
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat senantiasa mengembangkan kesenian sebagai ungkapan dan pernyataan rasa keindahan yang merangsangnya sejalan dengan pandangan, aspirasi, kebutuhan, dan gagasan-gagasan yang mendominasinya. Upaya pemuasan akan keindahan ditentukan secara budaya dan terpadu pula dengan aspek-apek kebudayaan lainnya. Keindahan diatur oleh seperangkat nilai dan asas budaya yang berlaku dalam masyarakat. Lazimnya, inti nilai dan asas tersebut jarang berubah, kecuali jika pada masanya perangkat nilai dan azas tersebut tidak lagi berfungsi secara berselaras atau sulit diterima akal para pendukungnya (Soegeng Toekio, 2007: 1). Hal ini tidak mustahil karena pernyataan keindahan itu berkaitan dengan keberadaan dan keyakinan masyarakat pendukungnya; berkait pula dengan pernyataan budaya masyarakatnya. Keberadaan dan keyakinan masyaramesjidkat membentuk lingkungan budaya. Aktivitas dan budaya rupa tradisi selalu berada dalam lingkungan budaya yang pada akhirnya menjadi bingkai budaya (culture frame). Lingkungan budaya sebagai bingkai budaya yang mengerangkai bentuk, fungsi, dan makna budaya rupa adalah dalam rangka mempelajari seni. Lingkungan budaya berpengaruh terhadap karakter, bentuk, fungsi, dan makna karena memiliki jalinan erat dengan pola pikir yang dianut sebagian masyarakat (Tjetjep dalam Soegeng Toekio, 2007: 4). Jika kita menengok pada perjalanan budaya rupa di Nusantara pada setiap periode zaman memiliki karakter budaya rupa yang berbeda-beda. Budaya rupa yang menunjukkan saling keterhubungan dari setiap periode. Periode prasejarah memiliki keterhubungan dengan periode Hindu-Buddha, demikian pula periode Hindu-Buddha memiliki keterhubungan dengan periode Islam. Proses berkesinambungan dalam bingkai budaya. Itulah sebabnya, karakter bentuk, fungsi, dan makna yang diusung sebuah budaya rupa dapat menjadi cermin dari pola pikir yang dianut sebagian masyarakat. Sebaliknya pola pikir tentunya ikut mengerangkai karakter bentuk, fungsi, dan makna karya yang
1
dihasilkan. Saking eratnya budaya rupa yaitu aktivitas kreasi dan artifak dengan kerangka budaya, bingkai budaya banyak tradisi yang hidup di masa sekarang sulit lepas dari keberadaan dengan lingkungan budaya asalnya, meski pengaruh dari segala disiplin ilmu dan sistem budaya telah berubah (Soegeng Toekio, 2007: 4). Surya Majapahit atau Matahari Majapahit adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. Simbol tersebut membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena itulah, para ahli arkeologi menyebutnya "Surya Majapahit" dan diduguga simbol ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit. (Diantika PW, Suara Merdeka, 23 Juli 2012). Berkembangnya kebudayaan bercorak Hindu bahkan sebagian besar masih meneruskan tradisi kebudayaan aslinya dari zaman prasejarah. Kebudayaan asli ini sampai datangnya agama Islam masih ada yang bertahan. Islam di nusantara yang mewujud dalam kekuasaan sesuai dengan kepentingan strategi politik dan kebudayaannya berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tradisi kebudayaan lama selama tidak bertentangan dengan azas ajaran Islam. Sikap Islam tidak mendesak kebudayaan pra-Islam untuk diganti dengan yang baru. Sebaliknya, kebudayaan lama justru dikembangkan sesuai dengan kebutuhan baru. Tidak sedikit budaya rupa yang mengandung nilai budaya lama masih terpelihara, bahkan mencapai bentuk klasiknya pada zaman Islam. Simbol budaya lama yaitu Surya Majapahit tetap menjadi kekuatan, menjelma dalam tanda visual salah satunya adalah di dalam perwujudan relief Masjid Mantingan. Islam Nusantara telah mewujud menjadi kesatuan dan kekuatan tersendiri, ketika dihadapkan pada budaya rupa yang secara khas dan unik memiliki kedudukan pengucapan berkesenian. Islam Nusantara dalam bingkai budaya rupa mungkin merupakan suatu persoalan yang kadangkala memerlukan musyawarah bersama dikalangan cendikiawan, ulama, dan budayawan. Ketegangan yang mucul berkaitan dengan budaya rupa adalah wujud dan nilai-nilai tradisi itu
2
dengan pegengan agama.Tokoh budayawan memiliki kecenderungan lebih mempertahankan ciri-ciri tradisi masyarakatnya. Hal menarik dalam konsep komunikasi visual Surya Majapahit yang tetap dimunculkan pada nilai-nilai Islam. Peran walisongo dalam menyebarkan agama Islam Di Jawa menggunakan budaya rupa sebagai sarana media dakwah. Budaya rupa tersebut dapat dilihat dari perwujudan relief, ornamen, wayang, dan masjid. Adapun wujud budaya rupa dapat dilihat pada Masjid Mantingan adalah relief yang menggambarkan stilasi mahkluk hidup. Unsur-unsur visual tertata membentuk komunikasi visual yang mampu menggambarkan makna visual. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana wujud Surya Majapahit sebagai tanda visual? 2. Bagaimana konsep komunikasi visual Surya Majapahit dalam relief masjid? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendiskripsikan wujud Surya Majapahit sebagai tanda visual. 2. Mengetahui konsep komunikasi visual Surya Majapahit dalam Relief masjid. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu desain khususnya Desain Komunikasi visual tentang konsep tanda, ikon, dan identitas. b. Menambah wawasan tentang konsep tanda, ikon, dan identitas sebagai wujud pengembangan budaya visual. c. Sebagai acuan dalam penelitian lanjutan berkaitan kajian visual dan pengembangan desain berbasis budaya lokal. 2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru terhadap budaya visual dan pengembangan tanda-tanda visual lama ke dalam pengembangan budaya visual masa kini. 3
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca untuk menambah wawasan terhadap budaya visual. 1.5 Kontribusi Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi para perancang, seniman akan tanda-tanda visual dalam konteks makna visual. 1.6 Target Luaran Pemikiran dan pandangan berkaitan dengan budaya visual dalam hal ini adalah lambang Surya Majapahit adalah lambang Majapahit yang beragama Hindu tetap ada dalam relief masjid pada masa Islamisasi Jawa. Berkaitan dengan wujud dan nilai-nilai tradisi yang ada dalan tanda-tanda visual. Maka target pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi: 1. Mendapatkan bentuk budaya visual Surya Majapahit sebagai sarana tanda visual di Nusantara. 2. Tanda visual Surya Majapahit memiliki kekuatan, keunikan dan nilai-nilai tradisi yang tetap dipertahankan. 3. Mempublikasikan dalam Jurnal Nasional ber-ISSN. 4. Menghasilkan pengayaan bahan ajar terkait tanda, identitas, logo dan budaya visual Nusantara. Adapun, rencana target capaian dalam penelitian ini tersusun dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 target capaian penelitian No Jenis Luaran
Indikator capaian
1
Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN)
Published
2
Pemakalah dalam temu ilmiah
Nasional
Draf
Lokal
Draf
3
Bahan ajar
4
Luaran
lainnya
Draf jika
(teknologi
tepat
guna, Tidak ada
model/purwarupa/desain/karya seni/rekayasa sosial) 5
Tingkat kesiapan teknologi (TKT)
4
Skala 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Relief Istilah relief diambil dari bahasa Inggris, atau relievo dalam bahasa Itali, dalam bahasa Indonesia adalah peninggian, yaitu kedudukannya lebih tinggi dari latar belakangnya, karena peninggian-peninggian itu ditempatkan di atas suatu dataran (Sahman, 1992: 91). Menurut kamus umum bahasa Indonesia, relief adalah pahatanyang menampilkan perbedaan bentuk dan gambar dari permukaan batudisekitarnya, gambar timbul (pada candi dan sebagainya). Relief pada dasarnya merupakan seni pahat, yaitu suatu lukisan timbul atau ukir-ukiran pada suatu papan atau dinding yang digambari dengan cara ditatah (Asmito,1988: 124). Relief seringkali menggambarkan suatu kisah atau cerita yang dapat bersumber darikarya sastra karangan para pujangga maupun dari kitab suci agama Hindu dan Budha. Seni relief merupakan ungkapan perasaan dan pikiran yang dituangkan pada suatu bidang datar melalui susunan garis, bidang atau bentuk, warna, tekstur dan ruang atas hasil pengamatan dan pengalaman estetis seseorang, yang menampilkan bentuk dekoratif, sehingga hasilnya seperti lukisan yang timbul dari permukaan. Relief sebagai salah satu fenomena karya seni yang terdiri dari unsur garis, bentuk, bidang, ruang, dan lain sebagainya itu tidak lain adalah simbol atau tanda yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi medium yang mampu menyampaikan makna tertentu. Menurut Cleaver dalam (Rondhi, 2008: 69), didalam seni rupa terdapat tiga macam simbol yaitu: (a) simbol faktual, merupakan simbol yang paling dangkal karena hanya melukiskan objek secara harfiah, (b) simbol konvensional, mempunyai makna yang lebih dalam karena mengandung nilai-nilai budaya masyarakat pemiliknya, (c) simbol subjektif adalah jenis simbol yang maknanya tergantung pada subjek penciptanya. Sehingga dari uraian tersebut menjelaskan bahwa simbol merupakan lambang
5
yang diciptakan oleh masyarakat atau seniman yang memiliki makna penting dan mendalam (Andi Usman, 2009). 2.2 Tinjauan tentang Surya Majapahit Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas "Surya Majapahit (Bullough Nigel,1995). Variasi lain dari Surya Majapahit berupa Matahari bersudut delapan dengan gambar dewa Surya di tengah lingkaran tengah mengendarai kuda atau kereta perang. Ukiran Surya Majapahit biasanya dapat ditemukan di tengah langitlangit Garbhagriha (ruangan tersuci) dari beberapa candi seperti Candi Bangkal, Sawentar, dan Candi Jawi. Ukiran Surya Majapahit juga kerap ditemukan pada stella, ukiran Halo atau Aura, pada bagian belakang kepala arca yang dibuat pada masa Majapahit. Ukiran ini juga ditemukan di batu nisan yang berasal dari masa Majapahit, seperti di Trowulan. Surya Majapahit atau Matahari Majapahit adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. Simbol tersebut membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena itulah, para ahli arkeologi menyebutnya "Surya Majapahit" dan diduguga simbol ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit. (Diantika PW, Suara Merdeka, 23 Juli 2012).
2.3 Tinjauan tentang tanda Visual Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebutmenyampaikan
suatu
informasi
sehingga
bersifat
komunikatif.
Keberadaannya mampumenggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau
6
dibayangkan. Semula cabang ilmu ini berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidangdesain dan seni rupa (Tinarbuko, 2003). Semiotika
berasal
dari
kata
Yunani:
semeion,
yang
artinya
tanda.
Sedangkansemiotika/semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (Fiske, 2004). Dua tokoh pelopor metode semiotika yakni Ferdinand de Saussure(18571913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Menurut Saussure semiology didasarkan pada anggapan bahwa perbuatan dan tingkah laku manusia akanmembawa sebuah makna, serta makna suatu tanda bukanlah makna bawaanmelainkan dihasilkan lewat sistem tanda yang dipakai dalam kelompok orangtertentu (Sunardi,2004). Sedangkan Peirce, berpendapat bahwa penalaran manusiasenantiasa dilakukan lewat tanda, artinya manusia hanya mampu bernalar melaluitanda
(Sunardi,
2004).
Sebagai
metode
kajian
semiotika
telah
memperlihatkan kekuatannya di dalamberbagai bidang seperti antropologi, sosiologi, politik, kajian media, cultural studies.Sedangkan sebagai metode pencitraan semiotika mempunyai pengaruh terhadap bidang-bidang seni rupa, seni film, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual, dan pemasaran.(Piliang dalam Tinarbuko, 2008). Tiga studi utama dalam semiotika diantaranya yang pertama, semiotika dalam tandayaitu studi tentang tanda yang mampu menyampaikan makna. Tanda dalam hal ini dimaknai sebagai konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya(Fiske, 2004). Kedua, kode adalah studi yang mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat budaya. Ketiga, kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja, dimana tanda terkait dengan manusia yang menggunakannya. Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda.Jadi kesimpulan Yasraf
7
berdasar rumusan Saussure adalah satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial di antara komunitas pengguna bahasa tentang makna tersebut (Tinarbuko, 2003). Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda.Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, diantaranya huruf dan angka.Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya. Teori semiotika pierce menurut Danesi (2010:36), yang mengartikan bahwa tanda terdiri atas representamen (sesuatu yang melakukan representasi) yang merujuk ke objek (yang menjadi perhatian representamen), membangkitkan arti yang disebut sebagai interpretant (apapun artinya bagi seseorang dalam konteks tertentu). Hubungan antara representamen, objek dan interpretant bersifat dinamis.Merujuk teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol.Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya, atau disebut juga tanda sebagai bukti. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama.Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Ikon, indeks dan simbol merupakan perangkat hubungan dasar antara bentuk, objek, dan konsep.Saat objek melihat bentuk maka munculah suatu konsep. Proses ini merupakan proses kognitif yang terjadi dalam memahami suatu objek. Contohnya ketika kita menemukan simbol-simbol seperti kerisyang dimaknai sebagai Simbol kesaktian, meja makansebagai simbol keakraban keluarga (Barthes dalam Sunardi, 2004).
8
Tabel 2.1 Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol IKON INDEK
TANDA Ditandai dengan
Persamaan
SIMBOL
Hubungan Sebab-
Konvensi
akibat Contoh
GambargambarPatungpatung Dapat dilihat
Proses
Asap-ApiGejalaPenyakit
Kata-kataIsyarat
Dapat
Harus dipelajari
diperkirakan Sumber : Berger (2000 dalam Soubur, 2006, p.34) 2.4 Penelitian Relevan Kajian yang berkaitan dengan pemaknaan visual Surya Majapahit secara umum pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Seperti pada penelitian berikut : Irfa’ina Rohana Salma yang berjudul Kajian Estetika Desain Batik Khas Mojokerto “Surya Majapahit”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nilai-nilai keindahan dan kekhasan pada karya desain batik mojokerto. Kajian tersebut mendapatkan hasil bahwa karya desain batik mojokerto memiliki nilai-nilai keindahan yang unik sebagai motif batik yang digali dari artefak majapahit (surya majapahit) yang dikomposisikan dengan motif daun, bunga, padi dan kapas. Bambang Supriyadi yang berjudul Kajian Ornamen Pada Masjid BersejarahKawasan Pantura Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ornamen-ornamen pada masjid di kawasan pantura jawa tengah yaitu masjid agung demak dan masjid menara kudus. Hasil kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa masjid agung demak dan masjid kudus meskipun keduanya sama – sama berada di Pantura namun masjid-masjid tersebut memiliki persamaan dan perbedaan karakter ornament dan saling berpengaruh dalam hal motif yang digunakan. Seperti motif bentuk cakra yang merupakan lambsng kerajaan majapahit (surya majapahit) yang hanya dapat ditemukan pada masjid agung
9
demak. Dari kedua masjid tersebut dapat mewakili karakteristik ornamen masjid di Pantura Jateng karena kedua masjid merupakan masjid tertua dan bersejarah. Achmad Sjafi’i, “Studi Tentang Aspek Simbolis Pada Relief Mesjid Mantingan”, Skripsi, Yogyakarta: STSRI “ASRI” (1983). Laporan penelitian lebih terfokus pada relief yang terdapat pada Mesjid Mantingan. Secara metode menggunakan penelitian kualitatif. Tetapi penelitian tersebut masih terbingkai pada hipotesis (seharusnya tidak perlu ada) “ada hubungan antara makna simbolis relief dengan fungsi mesjid”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa relief Mesjid Mantingan mempunyai simbol-simbol Hindu-Islam. Disinggung juga mengenai panel-panel berukir bolak-balik (dwimuka), namun kurang adanya penjelasan secara detail. Pembahasan relief Mesjid Mantingan yang tampak, secara identifikasi
dan
klasifikasi
pada
aspek
simbolis
belum
seluruhnya
mengungkapkan “motif-motif tersembunyi” pada relief tersebut. Penelitian di atas lebih mengarah pada pembuktian hipotesis tentang adanya keterpengaruhan Hindu-Islam, sehingga pembahasan makna relief belum diungkapkan secara mendalam. Kerangka tafsir berdasarkan teori simbol presentasionalnya Susane K. Langer dalam Problem of Art dengan kaca mata yang mengarah pada eksistensi seni murni (seni Patung). Tulisan Achmad Sjafi’i dipandang cukup relevan dengan penelitian penulis, karena relief Mesjid Mantingan seagai cikal-bakal ukiran di Jepara. Agus Setiawan “Ornamen Mesjid Mantingan di Jepara Jawa Tengah”, Tesis, Surakarta: ISI Surakarta (2009). Fokus pada penelitian ini lebih mengungkapkan keberadaan ornamen Mesjid sebagai hiasan dan ajaran, karakteristik seni Islam, pemuatan unsur budaya (Hindu, Cina, Islam, dan local genius), dan makna mendalam terhadap motif ornamen Mesjid Mantingan dengan pendekatan historis dan estetika Jawa. Agus Setiawan membahas motif stilasi dan maknanya, sedangkan penelitian ini membahas relief masjid dan tanda visual Sura majapahit sebagai konsep komunikasi visual. Pada dasarnya tulisan Agus setiawan dapat sebagai rujukan pembendaharaan data terkait dengan motif seni ukir Jepara.
10
Abdul Khadir, Risalah dan Kumpulan Data Tentang Perkembangan Seni Ukir Jepara (1979). Buku ini berisi tentang perkembangan seni ukir Jepara antara tahun 1879 sampai tahun 1979 dengan disertai contoh-contoh hasil seni ukir Jepara mulai dari yang klasik sampai modern. Penjelasan tentang perkembangan seni ukir yang mempunyai latar belakang sejarah Mesjid dan Makam Mantingan dapat memberikan pengkayaan kajian bentuk motif seni ukir Jepara. SP. Gustami, Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara (2000). Buku ini lebih terfokus pada pembahasan seni kerajinan mebel ukir Jepara dari pendekatan multidisiplin. Hasil penjelasannya terdapat tiga tokoh wanita penting yang mendorong perkembangan ukiran Jepara. Di antaranya Ratu Shima periode Hindu, Ratu Kalinyamat Periode Islam dan R.A Kartini periode kolonial. Pendekatan historis dipadu dengan pendekatan antropologis, estetis, dan juga metode perbandingan. Pengungkapan tulisan ini secara tidak langsung menjadi landasan pemikiran terkait keberadaan motif seni ukir Jepara. Kusen, Kreativitas dan Kemandirian Seniman Jawa Dalam Mengolah Pengaruh Budaya Asing: Studi Kasus Tentang Gaya Seni Relief Candi di Jawa antara Abad IX-XVI Masehi (1985). Buku ini menguraikan tentang gaya relief candi di Jawa yang menunjuk beberapa relief pada candi kemudian di analisis menurut komponen relief dan susunan komponen relief. Di sisi lain, aspek kreativitas dan kemandirian seniman Jawa terhadap faktor di luar diri seniman dengan faktor diri seniman. Diungkapkan juga bagaimana seniman Jawa dalam menerima budaya luar dalam mewujudkan ukiran. Khusus relief Mesjid Mantingan yang diukir bolak-balik, menjadi salah satu bahan kajiannya. Pengungkapan tulisan ini secara tidak langsung menjadi landasan pemikiran dalam kajian yang memfokuskan pada bentuk motif seni ukir Jepara. Kajian historis yang menunjukkan hubungan Mesjid Mantingan dan Ratu Kalinyamat di antaranya tulisan Chusnul Hayati, Dewi Yulianti, Sugiyarto dengan judul Peranan Ratu Kalinyamat di Jepara Pada Abad XVI (2000) dan Tulisan Hartojo dan Amen Budiman dengan judul Kompleks Makam Ratu Kalinyamat Mantingan-Jepara: Segi-segi Sejarah dan Arsitektur (1982). Kedua buku ini menjelaskan peranan Ratu Kalinyamat di Jepara yang memiliki keterhubungan
11
dengan kerajaan Demak dan situs peninggalan yang berupa makam dan mesjid. Dijelaskan pula tentang situs peninggalannya yang memiliki seni hias yang memiliki keunikan berupa motif yang di-stilasi. Pada tulisan Hartojo dan Amen Budiman mengungkapkan beberapa ornamen mesjid dengan cara mengidentifikasi motif-motif tersebut melalui identifikasi tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar mesjid maupun tanaman yang dianggap dari Cina. Pengungkapan tulisan ini sangat membantu dalam memahami keterhubungan Ratu Kalinyamat dengan Mesjid Mantingan dan mambantu mengidentifikasi lebih lanjut terhadap motifmotif lain yang belum teridentifikasi. 2.5 Kerangka Berpikir Budaya rupa merupakan produk hasil dari system budaya yang erat kaitanya dengan aktivitas dalam system sosial. Budaya rupa nusantara sangat bervariasi di antaranya memiliki wujud dua dimensi dan tiga dimensi.Wujud rupa yang syarat dengan makna.Ketika beberapa budaya saling berhadapan, maka ada tiga kemungkinan proses yang terjadi, yaitu: perlawanan (konfrontasi), saling menyerap (asimilasi) hingga muncul yang baru, dan menyesuaikan diri (adaptasi). Penyesuaian diri akan terjadi bila satu budaya lebih kuat daya penyesuaiannya sehingga yang baru disesuaikan dengan mencangkokkan pada yang ada atau yang menyesuaikan diri dengan yang baru bila fisik tak berdaya. Namun demikian, roh budaya akan mampu beradaptasi. Adakalanya ungkapan simbol dan ekspresi dalam budaya rupa menyesuaikan diri namun isi jati roh tetap bertahan (Mudji Sutrisno, 2012 : 36). Berdasarkan apa yang diungkapkan di atas, budaya rupa dalam Islam Nusantara adalah sebuah proses berkelanjutan yang di dalamnya terjadi proses perlawanan, saling menyerap, hingga penyesuaian. Sebagai contohnya adalah budaya rupa sebagai sarana media dakwah dalam hal ini adalah peninggalan para Walisongo dalam konteks nusantara. Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai papua.Kata ini tercatat pertama kali dalam literature berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut majapahit. Setelah 12
sempat terlupakan pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu nama alternatif untuk Negara merdeka pelanjut Hindia-Belanda yang belum terwujud. Ketika nama Indonesia (berarti Kepulauan Hindia) disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara tetap dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Akibat perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian dipakai pula untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina. Adapun pengertian yang lain, Nusantara merupakan badanan bagi kepulauan Melayu (Malay Archipelago), satu istilah yang popular pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama dalam literature berbahasa Inggris (Justus M. Van Der Kroef, 1951 : 166-171). Penelitian terdahulu berkaitan dengan pemaknaan visual Surya Majapahit yang telah dilakukan menjadi titik awal gambaran penelitian yang diusulkan. Gambaran secara umum konsep penelitian yang akan dilakukan berkaitan dengan tanda visual Surya Majapahit dalam relief masjid sebagai tanda, lambang komunikasi visual dapat dilihat pada roadmap kerangka penelitian berikut : PENELITIAN PENDAHULUAN Kajian Ornamen Pada Mesjid Bersejarah Kawasan Pantura Jawa Tengah(2008)
Ornamen masjid Mantingan, Jepara Jawa Tengah(2009)
PENELITIAN YANG DIUSULKAN Tanda Visual Surya Majapahit Dalam Relief Masjid Sebagai Konsep Komunikasi Visual (yang diusulkan)
Kajian Estetika Desain Batik Khas Mojokerto “Surya Majapahit”(2012)
Gambar 2.1 Roadmap penelitian
13
Pengembangan desain kemasan makanan khas Jepara berbasis relief Mesjid Mantingan sebagai upaya pelestarian nilai budaya (penelitian Lanjutan)
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan menjelaskan permasalahan melalui pengambilan data dari beragam sumber yang telah ditentukan. Metode kualitatif merupakan proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pendekatan akan menghasilkan suatu gambaran permasalahan dengan meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan informan atau narasumber, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998: 15). Penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif permasalahan yang diangkat. Sehingga dapat dilihat secara garis besar bagan penelitian secara utuh dalam pentahapannya dalam table di bawah ini: Aspek yang diteliti
Target luaran yang dicapai
Surya Majapahit
Ditemukan unsur-unsur rupa pembentuk sebagai tanda visual Ditemukan berbagai
Tanda
visual
Surya
Majapahit
bentuk pengembangan lambang surya majapahit Ditemukan
Relief Masjid
tanda-tanda
visual Surya Majapahit dan pemaknaannya
Hasil yang dicapai dari penelitian 1. Mendapatkan bentuk budaya rupa yang digunakan sebagai tanda visual dan
14
sarana media dakwah di Nusantara. 2. Tanda visual Surya Majapahit memiliki kekuatan, keunikan dan nilai-nilai tradisi yang tetap dipertahankan dalam mewarnai karakteristik seni Islam. 3. Mempublikasikan dalam Journal Nasional ber-ISSN. 4. Menghasilkan pengayaan bahan ajar terkait tanda, identitas, logo dan budaya visual Nusantara.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai November 2017. Penelitian akan mengambil lokasi di Masjid Mantingan. Keberadaan Masjid Mantingan dipilih karena sejumlah relief menunjukan masa transisi Hindu ke Islam. Beberapa relief menunjukkan stilasi dari makhluk hidup. Perwujudannya disamarkan namun dibalik tanda-tanda visual mengandung konsep surya majapahit. 3.3 Sumber Data Sumber data diperoleh dari sumber tertulis (tulisan), dokumen (arsip), aktivitas, peristiwa, dan gagasan mengenai permasalahan yang telah ditentukan. 3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara dilakukan secara mendalam (indepth interview) yang bersifat terbuka terhadap narasumber dari kalangan praktisi desain visual, artis, juru kunci makam masjid mantingan.Wawancara menggunakan jenis pertanyaan substantif untuk mendapatkan data tentang tanda-tanda visual yang ada dalam relief masjid Mantingan.Tanda-tanda visual dalam relief diteliti sebagai identitas, lambing surya majapahit. b. Pengamatan (observasi) Pengamatan dilakukan untuk menyajikan gambaran mengenai relief masjid Mantingan untuk menjelaskan permasalahan penelitian. c. Dokumentasi
15
Pengumpulan data melalui dokumen berupa bentuk-bentuk relief Masjid Mantingan hingga memahami interpretasi bentuk, makna, dan tanda-tanda visual.. 3.5 Teknik Analisis Data Menggunakan langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yang meliputi: a. Mengorganisir informasi. b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode. c. Membuat uraian mengenai kasus dan konteksnya. d. Menetapkan pola dan mencari hubungan antar kategori. e. Menginterpretasi temuan f. Menyajikan secara naratif. Teknik analisis dilakukan secara siklis dan dapat diulang untuk mendapatkan hasil penelitian yang memadai.
16
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya Anggaran Biaya dalam penelitian ini dapat diketahui secara ringkasan anggaran biaya (lampiran 1) dengan komponen sebagai berikut:
No
Jenis
Biaya yang diusulkan (Rp)
1
Honorarium (25%)
6.360.000
2
Pembelian bahan habis pakai (25%)
6.360.000
3
Perjalanan (27%)
6.600.000
4
Sewa( 23%)
5.675.000
Jumlah
24.995.000
4.2 Jadwal Penelitian No
Jenis Kegiatan
Tahun I 1
1
Persiapan penelitian (koordinasi Tim dan pembuatan proposal)
2
Perijinan
3
Pelaksanaan Penelitian §
Pengumpulan data - Observasi - Wawancara
§
Pengolahan dan analisis data
4
Penulisan Laporan kemajuan
5
Perbaikan Laporan
6
Penulisan Laporan Akhir
7
Seminar dan Publikasi
17
2
3
4
5
6
7
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang: IKIP Press.
Asa Berger, Arthur. 2000. Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana. Azis Deraman. 1978. Islam dan Pengucapan Kesenian: Tinjauan Mengenai Kesenian Alam Melayu. Kuala Lumpur: Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan Malaysia. Bullough Nigel. 1995. Historic East Java, Remains in Stone, 50th Anniversary of Indonesia Commemorative Edition. Jakarta: ADLine Communications. Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Dharsono. 2012. Prosiding Seminar Nasional: Estetika Nusantara. Surakarta: ISI Press Surakarta. Dharsono. 2012. “Perguruan Tinggi Seni Dalam Era Ekonomi Kreatif” .dalam Prosiding Seminar Nasional: Estetika Nusantara. Surakarta: ISI Press Surakarta. Diantika PW. “Menyusuri Jejak Majapahit di Masjid Agung Demak”. Suara Merdeka, 23 Juli 2012 Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Justus M. van der Kroef. Jounal of the American Oriental Society. Vol.71,No.3 Juli-September 1951. Hal. 166-171 Mudji Sutrisno. 2012. “Seni itu (demi) merawat Kehdupan” dalam Prosiding Seminar Nasional:Estetika Nusantara. Surakarta: ISI Press Surakarta. Rondhi, M. “Makna Seni: Kajian dalam Konteks Seni Rupa”, dalam Jurnal Seni. II/8- Januari 2008. Semarang: FBS UNNES. Sahman, H. 1992. Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press. Salma, irfa’ina Rohana . 2012. “Kajian Estetika Desain Batik Khas Mojokerto
“Surya Majapahit”Jurnal Ornamen Vol 9, No 12 :. Surakarta : STSI. Sobur, Alex. 2006 Semiotika Komunikasi, Bandung ,PT. Remaja Rosdakarya.
18
Soegeng Toekio dkk. 2007. Kekriyaan Nusantara. Surakarta: ISI Press Surakarta. Sunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Buku Baik. Supriyadi, Bambang. 2008 “Kajian Ornamen Pada Mesjid Bersejarah Kawasan
Pantura”.Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman: Enclosure Volume 7 No. 2. Taufik Murtono dan Handriyotopo. 2012. dalam Prosiding Seminar Nasional: Perguruan Tinggi Seni Dalam Era Ekonomi Kreatif. Surakarta: ISI Press Surakarta. hlm109-110. Tinarbuko, Sumbo. 2003 “Semiotika Analisis Tanda Pada Karya Desain Komunikasi Visual”. Nirmana Vol. 5, No. 1, 31 – 47 Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta. Jalansutra. Usman, Andi. 2009. Seni Relief Karya Sutrisno : Kajian Proses Penciptaan, Nilai Estetis, Dan Simbolis. Semarang: FBS UNNES. Wiyoso Yudhoseputro. 2008. Jejak-Jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama. Jakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia (YSVI).
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Justifikasi anggaran dalam penelitian ini terperinci sebagai berikut: 1. Honorarium Honor
Honor/Jam
Waktu
Minggu Honor per Tahun (Rp)
(Rp)
(jam/minggu)
Ketua
25.000
4
Jam
24
2.400.000
Anggota
20.000
4
Jam
24
1.920.000
20.000
4
Jam
24
1.920.000
Pembantu 10.000
3
Jam
4
Th I
Th II Th n
1 Anggota 2 270.000
Lapangan Sub Total (Rp)
6.360.000
2. Bahan Habis Pakai Material
Justifikasi
Kuantitas
Pemakaian
Harga
Honor/tahun (Rp)
satuan
Th I
(Rp) Kertas A4
Pembuatan
3
Rim
50.000
150.000
4
warna
190.000
760.000
Printer
1
buah
250.000
250.000
Printer
1
buah
275.000
275.000
Pencatatan
9
Buah
35.000
315.000
25
paket
70.000
1.400.000
Laporan Tinta Print
Mencetak dokumen
Cartridge Canon Black Cartridge Canon colour Buku
lapangan ATK
Bahan
20
Th II Th n
Penelitian CD Kaset
Penyimpan
10
Data Pulsa
Kepin
6.000
60.000
g
Sarana
3
paket
100.000
300.000
1
buah
300.000
300.000
3
buah
150.000
450.000
disk Backup data 1
buah
1.000.00
1.000.000
komunikasi Modem
Registrasi, download
Flasdisk
16 Perpindaha
GB
n
berkas
antar computer Hard Eksternal
1 penelitian
0
TB Penjilidan
Hasil
5
Eks
10.000
50.000
500.000
500.000
penelitian Publikasi
Jurnal
dan 1
paket
dokumentas i Penyusunan
Pengajuan
5
Eks
30.000
150.000
Proposal
Penelitian
Laporan
Pemantauan 5
Eks
30.000
150.000
Kemajuan
Penelitian
Laporan Akhir
Hasil
5
Eks
30.000
150.000
2
Eks/
50.000
100.000
Sub Total (Rp)
6.360.000
Penelitian Langganan
Pembelian
Jurnal
jurnal
tahun
3. Perjalanan
21
Material
Justifikasi
Kuantitas
Pemakaian
Harga
Honor/tahun (Rp)
satuan
Th I
Th II Th n
(Rp) Perjalanan
Perijinan
3
Semarang –
untuk
Jepara
pengambilan
Hari
data
800.000
2.400.000
800.000
3.200.000
(untuk 3 orang) Perjalanan
Pengumpulan 4
Semarang –
data
Jepara
(untuk 3 orang)
Seminar
Akomodasi
1
paket
500.000
500.000
Registrasi
1
paket
500.000
500.000
Sub Total (Rp)
6.600.000
4. Sewa Material
Justifikasi
Kuantitas
Pemakaian
Sewa
Observasi
Kamera
Lapangan
Sewa
Alat
Scanner
Peminda
Harga
Honor/tahun (Rp)
satuan (Rp)
Th I
14 Hari
50.000
700.000
1
75.000
75.000
350.000
4.900.000
paket
gambar dan surat Sewa Mobil
Perijinan
14 Hari
observasi
22
Th
Th
II
n
Lapangan Sub Total (Rp)
Total anggaran yang diperlukan setiap tahun (Rp) Total anggaran yang diperlukan seluruh tahun (Rp)
23
5.675.000
24.995.000 24.995.000
Lampiran 2 Identitas ketua dan anggota peneliti A. Identitas Diri Ketua 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK/identitas lainnya NIDN Tempat dan tanggal lahir Email Nomor telepon/Hp Alamat kantor
10 11 12
Nomor telepon/faks Lulusan yang telah dihasilkan Mata Kuliah yang di ampu
Agus Setiawan, M.Sn Laki-laki 0686.11.2013.519 0615058302 Jepara, 15 Mei 1983
[email protected] 085328337343 Universitas Dian Nuswantoro Jl. Imam Bonjo No. 205-207 Semarang (024)3517261/(024)3569684 S1= 0 Orang 1. Sejarah Seni Rupa Indonesia (2010-2015) 2. Metodologi Penelitian (2010-2015) 3. Estetika (2010- -) 4. Seminar (2014) 5. Sejarah DKV (2015- -) 6. Pengantar DKV (2015- -) 7. Tinjauan Desain (2015- -)
B. Riwayat Pendidikan 2 1
S1 perguruan ISI Surakarta
3 4 5
Nama tinggi Bidang Ilmu Tahun masuk-lulus Judul Skripsi/Tesis
6
Nama Pembimbing
S2 ISI Surakarta
Kriya Seni 2002-2007 Motif Hias Warana Kaputran dan Kaputren Peninggalan R.A Kartini Di Museum Kamar Pengabdian R.A Kartini Pendopo Rumah Dinas Bupati Rembang Drs. Karju, M.Pd
24
Pengkajian Seni Rupa 2007-2009 Ornamen Masjid Mantingan Jepara-Jawa Tengah
Prof. Dr. Dharsono, M.Sn.
Riwayat Penelitian dalam 5 Tahun Terkhir
No 1
Tahun 2015
Pendanaan Sumber Jml Juta (Rp) Pengembangan Desain Motif Ukir DIKTI 11.600.000 Untuk Aktualisasi Identitas Jepara Sebagai Kota Ukir Judul Penelitian
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terkhir Tahun No 1
2014
Pendanaan Judul Penelitian Sumber Jml Juta (Rp) Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) LPPM 2.500.000 Desain Grafis Dasar Untuk Siswa dan UDINUS Guru MA I’Anatuth Thullab, Wedung Demak.
D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terkhir No 1 2
Volume/no/tahun Sumber Ornamen Masjid Mantingan Jepara Dewa Ruci Vol.6 no.2 Juli Jawa Tengah ISI Surakarta 2010 Strategi Kreatif Iklan Layanan Andharupa Vol.1 no.1 Februari Masyarakat(Tinjauan Perancangan DKV Udinus 2015 ILM Karya Mahasiswa DKV Udinus) Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian denagan kenyataan, saya sanggup me nerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula.
Semarang, 26 Mei 2016 Pengusul
(Agus Setiawan, M.Sn)
25
A. Identitas Diri Anggota 1 1. Nama Lengkap
Puri Sulistiyawati, S.Sn, M.Kom
2. Jenis Kelamin
Perempuan
3. Jabatan Fungsional
-
4. NPP
0686.11.2013.521
5. NIDN
0606018902
6. Tempat dan Tanggal Lahir
Wonogiri, 6 Januari 1989
7. Alamat e-mail
[email protected]
8. Nomor Telepon/HP
085641757582
9. Alamat Kantor
Jl. Nakula I no 5-11 Semarang
10. Nomor Telepon/Faks
(024) 70793727 / (024) 3547038
11. Lulusan yang telah dihasilkan 12. Mata Kuliah yang diampu
1. 2. 3. 4. 5.
Huruf dan Tipografi I Huruf dan Tipografi II Nirmana Desain Komunikasi Visual II Desain Komunikasi Visual IV
B. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Judul Skripsi/Tesis
Nama Pembimbing
S1 Universitas Dian Nuswantoro Desain Komunikasi Visual 2007-2011 Menanamkan Budaya Membuang Sampah Pada Tempatnya Melalui Game Edukasi 2 Dimensi “Throw Trash” Sugiyanto, M.Kom
26
S2 Universitas Dian Nuswantoro Magister Komputer 2011-2014 Pengenalan Citra Batik Menggunakan Fitur Fraktal Berdasarkan Metode Support Vector Machine (SVM)
Dr. Pulung Nurtantio A, S.T, M.Kom.
C. Riwaya t Penelitian dalam 5 Tahun Terkhir No
Tahun Judul Penelitian
-
-
Pendanaan Sumber Jml Juta (Rp) -
-
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat No
1
Tahun
2015
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp)
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pelatihan Multimedia Untuk Meningkatkan Kualitas Softskill Bagi Siswa Smk Ky Ageng Giri Demak
LPPM UDINUS
Rp 3.000.000,-
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal Tahun 2016
Judul Karya Ilmiah Publikasi Vol/no/tahun Analisis Semiotika Makna Pesan Pada Jurnal Vol. 2 No. 1 Iklan Axis Versi “Iritologi – Menatap Andharupa Februari Masa Depan” UDINUS 2016
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah penelitian dosen pemula Semarang, 26 Mei 2016 Pengusul
(Puri Sulistiyawati, S.Sn, M.Kom)
27
A. Identitas Diri Anggota 2 1
Nama Lengkap (dengan gelar)
Henry Bastian, M.Kom
2
Jenis Kelamin
Laki – laki
3
Jabatan Fungsional
-
4
NIP/NIK/No. Identitas Lainnya
0686.11.1996.088
5
NIDN
0606037601
6
Tempat dan Tanggal Lahir
Kudus, 06 Januari 1976
7
E-mail
hnrbast@gmail,com /
[email protected]
8
Nomor Telepon / HP
081326054009
9
Alamat Kantor
Jl.Imam Bonjol No.205 – 207 Semarang
10 Nomor Telepon/Faks
(024) 3517261
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan
5
12 Mata Kuliah yang Diampu
Multimedia Desain Web Pengantar Teknologi Informasi Komputer Grafis Audio Visual
B. Riwayat Pendidikan S-1 Nama Perguruan Tinggi
STMIK Dian Nuswantoro
Bidang Ilmu
Ilmu Komputer
Tahun Masuk-Lulus
1994 -1999 Pengembangan Sistem
JudulSkripsi/Thesis/Disertasi Pembayaran Mahasiswa di STMIK Dian Nuswantoro
28
S-2 Universitas Dian Nuswantoro Teknik Informatika 2007-2012 Peningkatan Pemahaman Cara Kerja Kompressor Ac Untuk Siswa Smk Jurusan Listrik
Nama Pembimbing/Promotor
Ir. Edi Noersasongko, M.Kom
DR.Yuliman Puwanto , M.Eng
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan No.
Tahun
Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta) Rp)
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan No. 1
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
2016
Branding Prosuk pada Kemasan Usaha LP2M Tempe Bapak Slamet Di Desa Krobokan UDINUS Semarang
Sumber*
Jml (Juta Rp) 3.000.000
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir No. 1 2
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal
Volume/ Nomor/Tahun
Penanaman Pendidikan karakter Pramuka Andharupa Kepada Remaja Dalam Kajian Komunikasi Visual Andharupa Dampak Digital Game Terhadap
01.01.2015 02.01.2016
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian dosen pemula. Semarang, 26 Mei 2016 Pengusul
(Henry Bastian, S.Kom, M.Kom) 29
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pemberian Tugas No
1
Nama/NIDN
Instansi asal
Bidang
Alokasi
Ilmu
waktu
Agus Setiawan/
Program Studi Desain
Desain
0615058302
Komunikasi Visual S1
Estetika
Uraian Tugas
24 minggu - Ketua peneliti
Universitas Dian
- Perijinan
Nuswantoro
- Observasi, wawancara - analisis - Publikasi ilmiah
2
Puri
Program Studi Desain
Desain
Sulistiyawati/
Komunikasi Visual S1
Grafis
0606018902
Universitas Dian
24 minggu
- Anggota - Observasi - Analisis
Nuswantoro
- Keuangan dan Laporan Anggaran
3
Henry Bastian/
Program Studi Desain
Multime- 24 minggu
- Anggota
0606037601
Komunikasi Visual S1
dia dan
- Observasi
Universitas Dian
Desain
- Perekaman
Nuswantoro
Grafis
- Pengambilan gambar - Kesekretariat an - Administrasi
30
31