SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | DISKURSUS
Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten Maretta Arninda Dianty
[email protected] P rogram S tudi A rsitektur; S ekolah A rsitekur, P erancangan, dan P erencanaan Kota; Institut Teknologi Bandung.
Abstrak Suatu kawasan cagar budaya tentunya membutuhkan preservasi yang dilakukan untuk melestarikan cagar budaya it u sendiri. Preservasi suatu cagar budaya tidak hanya melingkupi aspek fisiknya, namun juga melingkupi aspek lain yang terlibat dalam n ilai-nilai kebudayaan yang ada pada cagar budaya tersebut. Preservasi arsitektur masjid dilihat dari perspektif bagaimana fasilitas mendukung fungsi ibadah shalat. Aktivitas rutin yang dilakukan pengguna masjid se hari-hari pun dikatakan sebagai salah satu bentuk upaya melestarikan cagar budaya itu sendiri selain preservasi dalam bentuk fisik. Pada Masjid Jami Kalipasir, pengurus DKM telah melakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk melestarikan masjid secara swadaya sebelum masjid tersebut ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya. Semenjak Masjid Jami Kalipasir ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya berdasarkan Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, terdapat campur tangan pemerintah dalam upaya preservasi Masjid Jami Kalipasir. Pada paper ini akan dibahas usaha preservasi yang sudah dilakukan kepada Masjid Jami Kalipasir. Namun pengurus DKM Masjid Jami Kalipasir dan Pemerintah Kota Tangerang mempunyai pandangan yang berbeda tentang preservasi Masjid Jami Kalipasir ini. Sehingga dibutukan diskusi-d iskusi, kerjasama, dan keselarasan dalam preservasi Masjid Jami Kalipasir. Kata-kunci : arsitektur, arsitektur islam , masjid, preservasi
Pendahuluan Tangerang merupakan kota yang berada di daerah paling timur dari Provinsi Banten. Kota Tangerang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di sebelah timur. Di dalam kota ini h idup berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Salah satunya adalah adanya pemukiman etnis Tionghoa yang dilengkapi dengan sarana ibadah pada akhir abad ke-17. Salah satu bangunan yang merupakan arsitekt ur masjid yang dianggap berpengaruh secara historis d i Kota Tangerang yaitu Masjid Jami Kalipasir. Berdasarkan Undang -Undang RI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Masjid Jami Kalipasir telah ditetapkan menjadi salah satu dari sembilan cagar budaya di Kota Tangerang. Suatu kawasan cagar budaya tentunya membutuhkan preservasi yang dilakukan untuk melestarikan cagar budaya it u sendiri. Preservasi suatu cagar budaya tidak hanya melingkupi aspek fisiknya, namun juga melingkupi aspek lain yang terlibat dalam n ilai-nilai kebudayaan yang ada pada cagar budaya tersebut. Preservasi arsitektur masjid dilihat dari perspektif bagaimana fasilitas mendukung fungsi ibadah shalat. Aktivitas rutin yang dilakukan pengguna masjid sehari-hari dikatakan sebagai salah satu bentuk upaya melestarikan cagar budaya itu sendiri. Dalam paper ini akan dibahas mengenai Masjid Jami Kalipasir yang merupakan salah satu arsitektur masjid yang dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa dan berpengaruh secara historis di Kota Tangerang. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 273
Usaha Preserv asi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten
Arsitektur Masjid Jami Kalipasir Lokasi tapak Masjid Jami Kalipasir berbatasan langsung dengan pemukiman padar Kampung Kalipasir, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Di sebelah barat masjid terdapat area pemakaman dan Sungai Cisadane yang mempunyai peran historis sebagai arus transit perdagangan terbesar ketiga setelah Batavia dan Banten. Masjid Jami Kalipasir dikelola dari sejak berdiri hingga sekitar tahun 1918 secara turun temurun. Masjid diperkirakan dibangun pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamitriwidjaja dari Kahuripan. Sekitar tahun 1712, masjid dikelola oleh putranya yang bernama Raden Bagus Uning Wiradilaga. Pada tahun 1740, pengelolaan masjid diserahkan kepada Tumenggung Aria Ramdon yang merupakan putra dari Raden Bagus Uning W iradilaga. Aria Ramdon meninggal pada tahun 1780 dan dimakamkan di sebelah barat masjid. Sepeninggal Aria Ramdon, pengelolaan masjid diserahkan kepada putranya, Aria Tumenggung Sutadilaga.
Gambar 1 Masjid Jami Kalipasir Tangerang dengan area pemakaman pada sisi barat masjid. Sumber: http://wartatangerang.com
Selain menjadi tempat ibadah dan syiar agama, Masjid Kali Pasir memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masjid in i menjadi tempat akulturasi budaya dan saksi perjuangan anak bangsa melawan penjajah. Selain itu, dari segi bangunan, menara masjid in i mirip dengan pagoda Tiongkok. Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh M. Asy Syahid kepada Bapak Syairodji selaku Ketua DKM Masjid Jami Kali Pasir, tidak ada campur tangan etnis Tiongkok pada pembuatan masjid tersebut dan tidak adanya keterkaitan langsung elemen-elemen arsitektural masjid dengan kebudayaan Tionghoa. Hal tersebut juga dinyatakan tertulis pada artikel berjudul “ Nyukcruk Galur Mapay Patilasan: Masjid Jami Kali Pasir” yang menarasikan sejarah masjid menggunakan tutur bahasa pribadi dengan mengingat -ngingat memori masa lampau yang disusun oleh pengurus DKM. Hal unik lain adalah bentuk saf yang miring dibandingkan dengan arah masjid. Bentuk saf tersebut ada sejak awal pendirian masjid. Hal in i dikarenakan jika masjid d ibangun sesuai arah kiblat maka rumah di sekitar masjid akan terbongkar. Bangunan masjid Kalipasir berdenah persegi dengan menara di sisi timur laut bangunan masjid. Di bagian dalam masjid terdapat mimbar, mihrab, dan beberapa lemari.. Ruang mihrab terdapat pada dinding yang diapit dua pilar. Dinding utara A 274 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Maretta Arninda Dianty
memisahkan ruang utama dengan serambi utara. Pada dinding timur terdapat sebuah jendela dengan lubang angina pada bagian atasnya dan sebuah pintu dengan dua daun pintu. Jendela dan pintu masjid sudah mengalami pergantian material baru. Gambar 2. Menara yang bercorak Tionghoa pada Masjid Jami Kalipasir (kiri) dan kolom soko guru asli yang diberi besi untuk membantu menopang (kanan). Sumber: Dokumen M. Asy Syahid
Hal yang menarik dari masjid in i adalah adanya empat saka guru yang terbuat dari kayu. Kondisi saka guru sudah mulai lapuk, sehingga ditopang oleh besi. Bagian dasar atau dudukan saka guru berupa pasangan bata dan semen yang diplester. Selain saka guru, terdapat 11 kolom yang berbentuk seperti ladam kuda, yakni 5 kolom di sisi selatan dan 6 kolom di sisi timur. Deretan kolom sisi timur, di bagian atas lengkungan terdapat list berbentuk setengah lingkaran dengan diameter ± 2-3 cm, yang dicat berwarna-warni. Menara masjid menyerupai bentuk pagoda dengan tinggi ± 10 m. Area makam Kalipasir terletak di sisi barat bangunan Masjid Kalipasir. Makam-makam tersebut memiliki ukuran 6 m x 2 m dan 4 m x 2 m. Kondisi nisan-n isan pada makam tersebut sudah tidak beraturan dan berantakan. Terdapat beberapa bentuk nisan, antara lain berbentuk gada dan persegi.
Gambar 2. Mihrab dengan ornament khas (kiri) dan pondasi beton yang dilapisi keramik (kanan). Sumber: Dokumen M. Asy Syahid
Preservasi Masjid Jami Kalipasir Semenjak masjid difokuskan menjadi bangunan bersejarah, pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) mulai menelusuri secara mendalam mengenai sejarah da nasal muasal masjid di masa awal pembangunannya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh M. A sy Syahid kepada ketua DKM Masjid Jami Kalipasir yaitu Bapak Syairodji, salah satu usaha yang dilakukan pengurus DKM adalah Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 275
Usaha Preserv asi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten
mengadakan kunjungan resmi ke pengurus keratin pusat di Cirebon untuk mengkaji tipologi umum masjid tradisional yang dibangun oleh ulama kesultanan Islam pada abad ke -15 di Pulau Jawa untuk mencari kesamaan yang kemudian akan dibandingkan dengan Masjid Jami Kalipasir sendiri. Usaha pendokumentasian bangunan masjid baru dilakukan oleh keturunan engurus dengan mengoleksi data-data yang tersisa dalam satu buku rapi. Usia bangunan diukur dengan mengandalkan sejarah peristiwa sebagai patokan sebelum dihadirkannya tim ahli arkeologi untuk meneliti sejarah masjid ini.
Gambar 3 Elemen arsitektur masjid yang masih asli sejak awal dibangun. Sumber: Dokumen M. Asy Syahid
Masjid Jami Kalipasir mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam di Kota Tangerang. Namun bagi masyarakat muslim di sekitar Masjid Jami Kalipasir, bangunan masjid in i sejak awal tidak diniatkan untuk menjadi monumen khusus yang perlu diistimewakan dan sebisa mungkin menghindari intervensi arsitektural yang tidak diperlukan. Terdapat pondasi struktural utama yaitu empat kolom soko guru yang terbuat dari kayu yang kondisinya sudah mulai lapuk sehingga sekarang ditopang masing-masing dengan 3 buah besi silinder berwarna kuning. Proses renovasi bangunan sepert i pengecatan bangunan masjid menjadi berwarna hijau dan penambahan elemen baru dilakukan secara berkala oleh pengurus DKM yang mewakili arsitektur lokal awal abad ke -20, salah satunya bangunan menara. Meskipun tidak asli dari awal, bangunan menara ini telah berdiri sejak tahun 1904 sehingga saat ini telah berusia lebih dari 100 tahun dan memenuhi syarat bangunan cagar budaya. Tindakan preservasi pada Masjid Jami Kalipasir telah lama d ilakukan oleh pengurus DKM Masjid Jami Kalipasir dengan sifat swadaya sebelum bangunan ini ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya oleh pemerintah melalui undang-undang. Apresiasi pengurus DKM terhadap arsitektur masjid terfokus pada subyek jamaah atau pengguna yang beraktivitas di dalamnya sesuai fungsi asalnya daripada terfokus pada objek dan material bangunannya semata. Sebabnya berbagai kerusakan dan penambahan detail pada elemen arsitektural masjid kerap ditemukan dan kurang diperhatikan. Perhatian pengurus DKM lebih dit ekankan pada fungsi objek secara umum seperti penggantian material langit-langit menara yang sudah lapuk.
A 276 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Maretta Arninda Dianty
Gambar 4 Kerusakan yang terdapat pada langit-langit menara. Sumber: Dokumen M. Asy Syahid
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh M. Abdu kepada ketua DKM Masjid Jami Kalipasir, disebutkan pada Februari 2016 pengurus DKM sempat dipertemukan dengan Pemerintah Kota Tangerang untuk membicarakan arah dan visi preservasi bangunan Masjid Jami Kalipasir ke depannya. Terdapat wacana pemerintah untuk mengganti atau menambah fungsi masjid seiring dengan tuntutan akan status masjid sebagai bangunan cagar budaya. Untuk itu, diperlukan adanya keselarasan dan kerjasama antara pihak pemerintah dengan masyarakat dan pengurus dalam preservasi Masjid Jami Kalipasir. Kesimpulan Dalam perspektif masyarakat lokal yang menjadi pengguna ruang, aktivitas rutin yang terjadi di dalam Masjid Jami Kalipasir merupakan salah satu langkah preservasi itu sendiri. Melestarikan suatu bangunan cagar budaya dengan cara melestarikan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam bangunan tersebut. Di sisi lain, Masjid Jami Kalipasir yang ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya berdasarkan undang-undang oleh pemerintah menimbulkan isu dan perdebatan mengenai status dan langkah atau upaya preservasi Masjid Jami Kalipasir ini. Perlu dilakukan kajian tetang asal muasal memori desain Masjid Jami Kalipasir agar kaidah preservasi arsitektural dapat lebih dit elusuri. Masyarakat setempat dan Pemerintah Kota Tangerang perlu menyamakan presepsi agar mempermudah melakukan langkah-langkah preservasi ke depannya.
Acknowledgement Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bambang Setiabudi, ST., MT., Dr.Eng. selaku dosen pengampu mata kuliah Arsitektur Islam yang memberikan ilmu dan arahan terkait tugas ini. Daftar Pustaka Anon. (Juni 2012). “Masjid Jami' Kali Pasir”. http://kekunaan.blogspot.co.id/2012/06/masjidjami-kalipasir.html (diakses pada Maret 2017) Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang, September 2015. “Masjid dan Makam Kali Pasir Tangerang”. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbserang/2015/09/01/masjid-danmakam-kalipasir-tangerang/ (diakses pada Maret 2017) Fanzy. (6 Januari 2015). “Masjid Kali Pasir: Bukti Akulturasi dan Kerukunan Beragama”. http://jakarta.panduanwisata.id/beyond-jakarta/tangerang/masjid-kalipasir-buktiakulturasi-dan-kerukunanberagama/ (diakses pada Maret 2017)
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 277
Usaha Preserv asi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten Fitrianto, R. (21 Juni 2015). “Ukiran Bunga Tertai Hiasi Kubah Masjid Jami Kali Pasir”. http://news.merahputih.com/megapolitan/2015/06/21/ukiran-bunga-teratai-hiasi-kubahmasjid-jamikalipasir/17830/ (diakses pada Maret 2017) Syahid, M. Abdu Asy. (2016). Dinamika Preservasi & Konservasi Arsitektur Masjid Jami’ Kali Pasir, Kota Tangerang – Banten. Surat Keputusan Walikota Tangerang Nomor 430 tentang Bangunan Cagar Budaya tahun 2011. Anon. (17 Januari 2017). “Masjid Jami Kali Pasir, Masjid Tertua di Kota Tangerang”. http://wartatangerang.com/tangerang/kota-tangerang/masjid-jami-kali-pasir-masjid-tertua-di-kota-tangerang/ (diakses pada Maret 2017)
Catatan i i
Cenderung memberikan penilaian spt hakikat, manfaat, kelebihan/kekurangan, positif/negatif. Cenderung netral dan mengelaborasi persoalan tertentu. 3 Pembahasan akan lebih mudah apabila dibatasi atau fokus pada persoalan ( issue) tertentu yang terkait dengan perencanaan, perancangan, penggunaan, atau pengelolaan lingkungan binaan. 4 Data objek/subjek dikumpulkan dengan detail/lengkap dan dianalisis menggunakan metode tertentu. Kritik/diskusi menafsirkan dan mengelaborasi secara mendalam/panjang/lebar hasil analisis. 5 Objek/subjek diamati atau ditanyai secara detail, tanpa dianalisis menggunakan metode tertentu. Kritik/diskusi berdasarkan hasil pengamatan/pendengaran. 6 Objek/subjek tidak diamati atau ditanyai secara langsung atau data tidak dikumpulkan dengan lengkap. Kritik/diskusi berdasarkan data sekunder, pernyataan-pernyataan tentang objek/subjek yang disusun oleh rekan sejawat, atau penalaran/opini penulis. 2
A 278 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017