Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
URGENSI MANAJEMEN DISPLAY CLASS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK Samsinar S.* Abstract : This article discusses about the urgency of the display management class to improve students' motivation. Display management class is very important for teachers to organize and create a fun learning for students, and can increase student motivation. Display class is the pictures on display in the classroom that provide information about objects and images. With display class will speed up memory and sharpen visual skills. Classes are designed with the display will make learning resource for students in the classroom, because the display is an assistant teacher in the classroom. Thus, educators must organize his class with the display so that the class doesn’t become a prison for students but become a second home for students. With the display also will provide a good self-motivation for students. Keywords: Display Management Class, Student Motivation Pada dasarnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Dalam proses tersebut, pendidik dituntut untuk mampu membimbing dan menfasilitasi peserta didik agar mereka dapat memahami kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki. Untuk dapat memfasilitasi agar peserta didik dapat lebih mengenal kemampuannya maka langkah awal yang perlu dilakukan pendidik adalah berusaha mengenal secara mendalam peserta didiknya baik mengenai bakat, minat, motivasi, harapan-harapannya, dan dimensi-dimensi khusus kepribadiannya (Anurrahman, 2009:13). Selain itu, pendidik juga harus mampu mengelola kelas dengan baik sebagai bagian dari memfasilitasi peserta didik dalam belajar sehingga memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat memberdayakan dirinya dalam belajar. Pemberdayaan peserta didik dalam belajar dimulai dengan pendidik memanage lingkungan belajarnya atau mendayagunakan potensi kelas dengan baik. Memanage kelas merupakan keterampilan pendidik untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2008:91). Arikunto dalam Muhammat Rahman mengemukakan bahwa manajemen kelas yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam membantu peserta didik sehingga *
Samsinar S.: Dosen Tetap STAIN Watampone 107
Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
dicapai kondisi optimal pelaksanaan pembelajaran seperti yang diharapkan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam memanage kelas, ada dua kegiatan utama yaitu manajemen yang berkaitan dengan siswa; seperti besar kecilnya ukuran atau jumlah siswa dalam kelas, dan manajemen yang berkaitan dengan fisik; seperti ruangan, perabot, dan alat pembelajaran (Rahman dan Amri, 2014: 31). Manajemen kelas dapat ditinjau dari beberapa pandangan yaitu pandangan otoriter, permisif, behaviour modification, penciptaan iklim sosioemosional, dan proses kelompok. Pandangan otoriter, bahwa manajemen kelas sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik atau seperangkat kegiatan pendidik untuk mempertahankan ketertiban kelas. Pandangan permisif mengemukakan bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan pendidik untuk memaksimalkan kebebasan peserta didik. Pandangan behaviour modification, adalah seperangkat kegiatan pendidik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau proses pengubahan tingkah laku ke arah yang positif. Pandangan penciptaan iklim sosio-emosional, bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan pendidik untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional yang positif. Pandangan proses kelompok, bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan pendidik untuk menumbuhkan dan memperhatikan organisasi kelas yang efektif (Rahman dan Amri, 2014: 125). Dari berbagai pandangan di atas dapat dikemukakan bahwa kegiatan manajemen kelas adalah kegiatan pendidik agar pembelajarannya berhasil dengan baik. Karena itu, kelas harus dikelola dengan baik dengan cara pendidik memanfaatkan alat-alat yang tepat, memperbaiki dan menciptakan situasi kelas yang menyenangkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka cara yang tepat yang dapat dilakukan pendidik dalam mengelola kelasnya yaitu dengan display kelas. Display adalah segala benda yang secara visual dapat dilihat dan dirasakan oleh pancaindra, serta dapat memberikan stimulasi positif terhadap emosi peserta didik. Eric Jensen dalam Chatib mengemukakan bahwa lingkungan belajar mengajar yang sengaja didesain secara artistik dapat menyumbang 25% kesuksesan mengajar (Chatib dan Fatimah, 2013:48). Untuk itu, kelas sebagai lingkungan belajar harus ditata sedemikian rupa sehingga terlihat indah, cantik, dan peserta didik memiliki gairah dalam belajar. Oleh karena itu, pendidik sebagai pengelola kelas harus memiliki kemampuan dan kreativitas dalam mendesain kelas sehingga kelas menjadi nyaman dan peserta didik betah berada di dalam kelas. Dengan adanya display, kelas akan lebih hidup, menyenangkan, dan dapat meningkatkan motivasi atau selera belajar peserta didik.
108 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
Konsep tentang Manajemen Display Class Kelas adalah lingkungan belajar. Kelas yang baik adalah kelas yang bukan sebagai penjara yang membuat peserta didik tertekan tetapi sebagai rumah yang menyenangkan, penuh penataan yang rapi, indah dan menarik. Untuk menjadikan kelas yang menyenangkan maka pendidik harus menggunakan display dalam kelasnya sehingga siswa merasa nyaman dan betah berada di dalam kelas. Smaldino mengemukakan bahwa a display is an array of objects, visuals, and printed material. Most displays include descriptive information about the objects or visual shown. Instructional displays can be used in the classroom, in museums, and in many other settings. Student assembly of a display can be a motivating learning experience. It can foster retention of subject matter and shapen visual skills (Smaldino, 2007: 233). Display adalah benda-benda yang dipamer, gambar-gambar, dan bahan yang telah dicetak. Display memberikan gambaran informasi tentang objek dan gambar. Display pembelajaran dapat digunakan di dalam kelas, museum dan berbagai tempat lainnya. Dengan display akan memberikan motivasi peserta didik dalam belajar dan mempercepat ingatan dan mempertajam keterampilan visual. Display kelas yaitu penataan kelas dengan memberikan gambargambar yang menarik yang memuaskan indra peserta didik. Display digunakan sebagai sarana informasi dan pengetahuan yang menarik bagi peserta didik. Display ini bervariasi mulai dari benda sesungguhnya (real object) sampai kepada benda tiruan atau replica dan model. Penggunaannya dilakukan dengan memamerkannya di suatu tempat tertentu sehingga pesan atau informasi yang terdapat di dalamnya dapat diamati dan dipelajari oleh peserta didik (Pribadi, 2011:93). Bentuk-bentuk display kelas diantaranya: 1) Display tema kelas, misalnya “Aku Anak Hebat”, “Rumahku Surgaku”, “Alat Transportasi”, dan “Gunung Berapi”; 2) Display tema kurikulum sekolah, misalnya “Sepeda itu Sehat” untuk tema transportasi; 3) Display tema informasi terkini, misalnya “Stop Kekerasan Anak”, “Kapan tidak ada banjir lagi?”, dan “Jangan lagi ada narkoba!”, 4) Display lukisan abstrak ala mindmap (peta pikiran), misalnya cara menulis puisi, cara membuat keramik, semuanya dipetakan; 5) Display dengan afirmasi (penegasan atau peneguhan), misalnya “Ujian itu mudah, kuncinya belajar”, “Belajar itu memahami, bukan menghafal”, “Ujian itu masalah kecil, masalah yang besar adalah malas belajar!”, dan “Jika kelas sebelah berhasil juara, kenapa kelas kita tidak?”; 6) Display hasil karya peserta didik; 7) Display prestasi peserta didik; 8) Display peraturan kelas: 9) Display karakter; 10) Display tokoh; 11) Display emosi, misalnya tentang klarifikasi konflik, permohonan maaf atau pengakuan bersalah dan ucapan terima kasih. (Chatib dan Fatimah, 2013:90-107). Ada beberapa manfaat ketika seorang pendidik menggunakan display di dalam kelas yaitu : 1) Display kelas dapat menjadi barometer 109 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
kreativitas pendidik mengajar di kelas; 2) Display kelas dapat menunjukkan baik tidaknya pendidik mengajarkan setiap subjek pelajaran kepada peserta didiknya; 3) Display kelas dapat memacu anak secara optimal karena mereka tahu karyanya akan ditampilkan; 4) Display kelas dapat melatih siswa berani tampil dan kritis akan hasil kerja mereka; 5) Display kelas dapat melatih kepekaan estetika dan kemampuan apresiasi terhadap karya orang lain; 6) Display kelas dapat menjadi alat ukur kerjasama pendidik dan peserta didik dinilai dari karya mereka dengan cara membandingkan hasil karya kelas tersebut dengan kelas lainnya; 7) Display kelas dapat dijadikan bahan koreksi pendidik terhadap hasil karya mereka, apakah pendidik tersebut telah mengajar dengan menarik dan berhasil; 8) Display kelas dapat dijadikan bahan promosi atau etalase (showcase) sekolah secara visual bagi masyarakat (Lendo Novo dalam Chatib dan Farimah, 2013: xvi) Berbagai manfaat display kelas di atas memberikan petunjuk kepada pendidik untuk mengelola kelasnya dengan menggunakan display, karena dengan display maka proses pembelajarannya dapat berkualitas. Oleh karena itu, pendidik harus memahami dan memperhatikan display kelas yang membawa pada pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan kreatif. Beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan oleh pendidik dalam mendisplay kelasnya yaitu 1) Jadikanlah lingkungan belajar itu seluas samudra, semua lingkungan adalah kelas, kelas bukan terbatas ruang yang dibatasi dinding-dinding saja, namun lebih luas lingkungan sekolah pun adalah kelas yang digunakan untuk belajar, tidak lupa untuk menghijaukan sekolah agar kinerja otak peserta didik maksimal; 2) Ruang kelas bukan penjara, harus nyaman. Display yang menarik dan cantik akan membuat peserta didik nyaman berada di kelas. Perhatikan selalu kelas dan isinya, tampilkan kelas agar selalu menarik; 3) Kreativitas dahsyat display ruang kelas, mulai dari materi pembelajaran sampai peraturan kelas pun dibuat dengan display, hal tersebut akan lebih menarik dan selalu dirindukan oleh peserta didik (Elawati, 2015). Dengan display kelas maka pendidik telah menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Motivasi Belajar Di dalam kelas, seorang pendidik akan menemukan berbagai tingkah laku dan problem yang dihadapi peserta didiknya. Ada peserta didik yang tekun belajar, ada yang biasa saja dan ada pula yang malas untuk belajar. Dalam hal ini, pendidik harus memposisikan dirinya dengan baik sebagai motivator bagi peserta didik. Tanpa adanya motivasi yang diberikan oleh pendidik maka peserta didik akan jenuh dan bosan dalam belajar. Motivasi dapat diartikan sebagai kondisi yang dapat mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan atau bahkan menghindarinya. Motivasi juga diartikan suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energi) atau suatu keadaan yang kompleks dan 110 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Bila tidak ada motivasi maka proses belajar tidak akan terjadi dan motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Uno dan Nurdin Mohamad, 2012:193-194). Motivasi dapat dikategorikan ke dalam motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang didorong oleh faktor yang diminati oleh seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang didorong bukan karena tugas atau pekerjaan atau minat tetapi faktor dari luar dalam bentuk imbalan atau reward (Pribadi, 2011:53-54). Dengan imbalan atau reward tersebut maka seseorang akan memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dan kualitas pekerjaannya. Begitu juga dalam hal belajar, jika peserta didik memiliki motivasi intrinstik dan ekstrinsik dalam belajar maka peserta didik akan berhasil dalam belajarnya. Motivasi berfungsi mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. Selain itu, berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan. Terakhir, berfungsi sebagai penggerak, yaitu seperti mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu kegiatan (Hamalik, 2008:161). Pada fungsi yang terakhir ini, Suparman memberikan istilah filterisasi perbuatan, sehingga seseorang yang ingin berbuat berdasarkan motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai (Suparman, 2010:52). Berdasarkan ketiga fungsi ini maka motivasi dapat menentukan berhasil tidaknya proses belajar. Muqowim dalam Agus Wibowo dan Hamrin mengemukakan beberapa prinsip yang harus dikuasai dalam memotivasi peserta didik, yaitu kebermaknaan, pengetahuan dan keterampilan prasyarat, model, komunikasi terbuka, keaslian dan tugas menantang, latihan yang tepat dan aktif, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak mungkin indera, dan keseimbangan pengaturan pengalaman kerja (Wibowo dan Hamrin, 2012:229-233). Prinsip kebermaknaan artinya peserta didik akan tertarik untuk belajar apabila materi yang dipelajarinya itu memiliki kegunaan bagi dirinya. Olehnya itu, pendidik harus bisa menyajikan pembelajaran yang membuat peserta didik merasa bahwa itu berguna bagi dirinya. Peserta didik juga akan lebih terdorong dalam belajar jika materi pelajaran yang akan diterimanya terkait dengan sejumlah pengetahuan yang sudah mereka miliki sebagai prinsip pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Peserta didik juga akan lebih menguasai pengetahuan atau keterampilan baru, jika diberi contoh (model) untuk dilihat dan ditiru. Oleh karena itu, peserta didik akan lebih mempercayai bukti daripada ucapan atau perkataan.
111 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
Prinsip selanjutnya adalah komunikasi terbuka. Komunikasi yang sifatnya terbuka dan berlangsung secara dua arah akan mendukung pembelajaran efektif. Pendidik harus mampu melibatkan peserta didik baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki. Selain itu, pemberian materi baru dan berbeda memicu peserta didik untuk belajar. Di samping itu, pendidik juga dapat memberikan tugas secara menantang untuk dipecahkan, latihan yang tepat dan aktif, dan mengembangkan berbagai kemampuan atau kecerdasan peserta didik dalam pembelajaran. Pendidik tidak hanya terfokus pada satu kecerdasan saja melainkan berbagai kecerdasan dioptimalkan dalam pembelajaran. Bukan hanya itu, pendidik juga harus menggunakan sebanyak mungkin indera guna berinteraksi dengan isi pembelajaran sehingga menguasai hasil belajar secara optimal. Pengalaman belajar harus diatur sedemikian rupa agar peserta didik memiliki kesempatan untuk membuat refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang telah dipelajari. Pengalaman belajar hendaknya menyediakan proporsi yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya. Agar prinsip di atas terwujud maka pendidik harus memulai dari dirinya dengan adanya kemauan yang kuat dan kemampuan dari diri pendidik itu sendiri untuk memotivasi peserta didiknya. Selain prinsip motivasi belajar di atas, pendidik dan peserta didik harus mengetahui pentingnya motivasi dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:85-86). Bagi pendidik, motivasi dapat membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat peserta didik untuk belajar sampai berhasil; mengetahui dan memahami ragam motivasi belajar peserta didik sehingga pendidik dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran; meningkatkan dan menyadarkan pendidik untuk memilih berbagai peran baik penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi dan seterusnya; memberi peluang pendidik untuk unjuk kerja. Bagi peserta didik, motivasi belajar penting untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir; menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; mengarahkan kegiatan belajar; membesarkan semangat belajar; dan menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan bekerja yang berkesinambungan. Dengan demikian, pemberian motivasi belajar sangat bermanfaat dan memiliki nilai positif bagi pendidik dan peserta didik. Pendidik dan peserta didik akan berhasil dalam proses pembelajaran, terutama dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Manajemen Display Class dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pendidik adalah aktor yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan baik maka ia harus berusaha agar proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien. 112 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh pendidik agar proses pembelajaran berhasil dengan baik yaitu memanaje kelas dengan baik. Manajemen kelas merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam setiap pembelajaran di kelas, pendidik menghadapi dua masalah yang saling berkaitan. Pertama, masalah yang berkaitan dengan kesuksesan dalam memimpin proses pembelajaran dan mengantarkan para peserta didik kepada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kesuksesan pendidik dalam memimpin proses pembelajaran terkait dengan penguasaannya terhadap materi yang diajarkannya dan keterampilan dalam menyampaikan kepada peserta didik. Kedua, masalah yang berkaitan dengan penciptaan keadaan kelas yang mendukung berjalannya kegiatan pembelajaran secara tertib. Penciptaan kelas yang demikian terkait dengan upaya mengendalikan, menguasai, menertibkan, mengatur, dan menciptakan kondisi kelas yang tertib, aman, damai, dan serasi yang mendorong terlaksananya kegiatan pembelajaran yang memadai (Nata, 2011:340-341). Lebih lanjut, manajemen kelas bukan hanya mencakup kemampuan pendidik menciptakan dan mengendalikan keadaan kelas yang tertib, aman, dan tenang, melainkan mencakup kegiatan perencanaan, pengadministrasian, pengaturan, penataan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap seluruh kelas (Arikunto, 1990:2). Terkait dengan pengaturan dan penataan kelas, pendidik dapat menggunakan display kelas demi membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Selain itu, membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik tidak hanya dengan display tetapi pemberian reinforcement (penguatan) dengan angka, pujian, dan hadiah juga dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Olehnya itu, jika pendidik ingin menumbuhkan dan membangkitkan motivasi peserta didik maka pendidik dituntut untuk lebih kreatif dalam mengajarnya termasuk dalam mengelola kelasnya dengan display. Turner mengemukakan bahwa display kelas dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, ruang kelas dapat didesain lebih kreatif dengan membuat miniatur-miniatur alam raya seperti habitat binatang, gunung berapi, monumen dan lain-lain (Turner, 2008:46). Dengan display ini maka akan menjadikan sumber belajar bagi peserta didik di dalam kelas. Manajemen display kelas menuntut kreativitas dan imajinasi pendidik agar peserta didik tetap termotivasi dalam belajar sehingga memiliki self motivation yang baik. Display merupakan asisten pendidik ketika mengajar di kelas. Asisten pendidik itu adalah dinding-dinding kelas yang diam dan membisu. Dinding itu, dipenuhi dengan display dengan berbagai gambar atau poster. Gambar atau poster tersebut, harus selalu diganti. Jangan sampai bertahun-tahun tidak pernah diganti, sudah usang, kertasnya menguning, dan rusak masih tetap dipajang sehingga peserta didik tidak berselera ketika masuk kelas. Kalau pendidik tidak memiliki kreativitas dalam kelasnya maka peserta didik akan mengganggap kelas sebagai penjara. 113 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
Pendidik harus bisa menyulap kelasnya menjadi menyenangkan dan menjadikan ruang kelas sebagai tempat idaman yang dicintai peserta didik (Nova, 2014:1). Oleh karena itu, ruang kelas harus ditata sedemikian rupa karena tempat yang paling lama dikunjungi oleh peserta didik adalah ruangan kelas. Ruang kelas harus disetting. Setting kelas diperlukan agar peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia, memudahkan peserta didik ke bagian lain dalam kelas, memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta didik maupun antar peserta didik, dan memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok. Pendidik juga harus memperhatikan dalam mensetting kelasnya, terutama dalam hal ukuran kelas, bentuk kelas, jumlah peserta didik di kelas, pola pengelompokan peserta didik, komposisi peserta didik dalam kelompok, mengurangi kepadatan di tempat tertentu, memastikan pendidik agar mudah melihat semua siswanya, materi pelajaran dan perlengkapan peserta didik harus mudah diakses, dan memastikan peserta didik dengan mudah dapat melihat semua presensi kelas. Munif Chatib dan Irma Nurul Fatimah mengemukakan bahwa belajar sama dengan hidangan makanan. Artinya, peserta didik harus memiliki selera agar tertarik dalam belajar. Jika dia tidak punya selera belajar maka bagian penting dari proses belajar yaitu berpikir terhambat. Untuk membangkitkan selera belajar peserta didik maka pendidik harus menggunakan display. Display kelas sangat berhubungan dengan pintu pertama otak yaitu reptil. Jika otak reptil dipuaskan maka informasi akan lancar sampai ke neo-korteks Chatib dan Fatimah, 2013:7). Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, pendidik mengajar dan mengisi otak peserta didiknya. Olehnya itu, pendidik harus memahami tentang konsep triune brain. Konsep triune brain adalah pembagian tiga otak manusia yaitu otak reptil, limbik dan neokorteks (Chatib dan Fatimah 2013:4-5). Otak reptil berfungsi mengatur gerak refleks dan keseimbangan koordinasi pada tubuh manusia. Otak inilah yang memerintahkan tubuh bergerak jika terjadi bahaya atau melindungi kita dari bahaya fisik. Otak inilah yang mengendalikan dunia fisik. Otak reptil disebut juga sang penjaga. Ibarat penjaga pintu gerbang, jika kita memuaskan otak reptil, ia akan membukakan pintu masuk arus informasi ke bagian otak berikutnya. Sang penjaga akan terpuaskan jika lingkungan fisik di sekelilingnya nyaman dilihat dan dirasakan. Otak limbik yaitu otak yang berfungsi sebagai pengendali emosi, membantu mempertahankan keseimbangan hormonal, rasa halus dan lapar, dorongan seksual, pusat kesenangan, metabolisme, dan bagian penting untuk ingatan jangka panjang. Otak limbik sebagai pengatur emosi dan ingatan. Jika seseorang sering menggunakan otak ini maka ia cenderung lebih sabar dan dapat mengendalikan emosi. 114 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
Selanjutnya, otak neokorteks tugasnya adalah berpikir, berbicara, melihat, dan mencipta. Otak ini merupakan tempat kecerdasan. Tempat kecerdasan yang lebih tinggi (intuisi) yaitu kemampuan menerima informasi yang tidak dapat diterima oleh pancaindra. Triune brain di atas merupakan saluran arus informasi. Informasi masuk melalui otak reptil. Apabila otak reptil terpuaskan maka informasi tersebut akan masuk ke otak limbik. Apabila otak limbik terpuaskan, informasi tersebut akan diolah oleh otak neokorteks dalam aktivitas berpikir. Sebaliknya jika otak reptil tidak terpuaskan, informasi yang masuk ke otak limbik tidak akan sempurna. Jadi, ketika diteruskan ke neokorteks, akan terjadi proses berpikir yang kurang sempurna. Dalam proses pembelajaran, antara pendidik dan peserta didik terjadi arus informasi seperti di atas. Jika otak reptil peserta didik tidak terpuaskan dalam proses belajar, selera belajar tidak akan optimal, dan jika selera belajar rendah, motivasi belajar dan hasil belajar akan cenderung rendah pula. Oleh karena itu, pendidik harus memberikan stimulus pada otak reptil. Awie Suwandi dalam Munif Chatib dan Irma Nurul Fatimah mengemukakan beberapa stimulus yang memiliki akses langsung terhadap otak reptil yaitu stimulus yang fokus pada diri individu yang bersangkutan, stimulus yang mengandung kontras, stimulus yang bersifat konkret, nyata, dan bisa diterima secara langsung oleh pancaindra, stimulus yang merupakan awal dan akhir sebuah proses, dan stimulus yang bersifat visual (Chatib dan Fatimah, 2013:7-8). Display merupakan stimulus yang bersifat visual, konkret, nyata dan dapat diterima langsung oleh pancaindra. Display merupakan media yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran. Pembelajaran yang diawali dengan merangsang modalitas visual maka akan menjadikan pembelajaran yang menakjubkan dan menyalakan jalur syaraf seperti kembang api di malam lebaran (Kosasih dan Sumarna, 2013:132). Display adalah menampilkan hasil karya peserta didik, baik untuk di kelasnya sendiri maupun untuk dipertontonkan pada lingkungan terbatas (Sampurno, 2015). Display tidak hanya berasal dari pendidik tetapi juga berasal dari peserta didik. Pendidik dapat mendisplay hasil karya peserta didik agar mereka termotivasi dalam belajar. Hasil karya peserta didik disusun sedemikian rupa sehingga memiliki nilai artistik. Bentuk karyanya juga harus bervariasi. Display hasil karya tersebut akan memberikan informasi kepada peserta didik sebagai hiasan yang dapat memperindah kelas, sebagai bahan evaluasi bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua tentang hasil kekayaan kelas (Nurdin, 2015). Ada beberapa tips memajang karya peserta didik, yaitu : 1) Diberi judul dan sub judul (penting bagi yang membacanya apa yang peserta didik kerjakan, dan pendidik menuliskan mata pelajaran apa); 2) Dicantumkan tujuan pembelajaran agar yang membacanya mengerti maksud dan tujuan dari display tersebut; 3) Dicantumkan tanggal agar mudah diketahui kapan 115 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
display tersebut dibuat, sehingga pendidik dapat mengganti display tersebut jika terlalu lama; 4) Dijelaskan dengan dua bahasa agar peserta didik belajar bahasa dengan cara visual; 5) diganti secara berkala (setiap 6-8 minggu); 6) Rapi (kertas pekerjaan peserta didik dilapisi kertas lain sebelum di tempel dan segera dibetulkan jika ada yang terlepas); 7) ada karakter yang tertera (misalnya ada tulisan yang di display “saat membuat pekerjaan ini peserta didik belajar untuk mandiri, bertanggung jawab dan kreatif’; 8) Ada refleksi peserta didik (penting untuk mengetahui suasana hati dari peserta didik saat ia sedang membuat karya yang ditampilkan di display (Sampurno, 2015). Selain tips di atas, Munif Chatib juga memberikan saran praktis ketika mendisplay kelas yaitu 1) Gunakan sebagian besar hasil karya peserta didik sebagai bahan display utama; 2) Buat display yang berhubungan dengan background dan border display, juga isinya, seperti kata-kata motivasi atau tema-tema pelajaran di kelas 3) Gunakan warna polos untuk latar belakang display. Warna hitam adalah pilihan yang baik untuk display karena warna materi display akan mencuat lebih terang; 4) Gunakan unsur display yang memberi efek tiga dimensi; 5) Gunakan jenis huruf sesederhana mungkin, jelas dilihat, dan tidak lebih dari dua kombinasi huruf untuk display tulisan motivasi; 5) Ukuran huruf untuk kata-kata motivasi sebaiknya paling kecil 72 point agar tulisan mudah terbaca; 6) Gunakan teknik display dengan cara menggantung atau menggunakan papan buletin agar tahan lama dan tidak merusak dinding kelas atau dinding sekolah (Chatib, 2013:116-117). Manajemen display kelas sangat penting diketahui dan diterapkan oleh pendidik. Jika pendidik telah menerapkan manajemen display kelas ini maka ia telah menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan membuat peserta didik termotivasi dalam belajar. Jika motivasi belajar peserta didik baik maka akan menjadikan pembelajaran berkualitas. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki kreativitas dalam menata atau mendesain kelasnya dengan display kelas. PENUTUP Display kelas merupakan upaya pendidik dalam mengelola kelas sehingga kelas menjadi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Kelas yang didesain dengan display menjadikan peserta didik betah dan nyaman berada dalam kelas. Peserta didik akan menjadikan kelasnya sebagai rumah kedua dan tidak mengganggap kelasnya sebagai penjara. Display adalah kebutuhan otak. Informasi pertama yang ditangkap oleh otak adalah gambar, visual atau display. Jika pendidik mampu memanfaatkan dan memiliki kreativitas dalam mendesain kelasnya dengan display maka akan memudahkan dalam proses pembelajaran dan peserta didik pun akan bergairah atau termotivasi dalam belajar. Display kelas bukan hanya berasal dari pendidik tetapi juga berasal dari peserta didik. Display adalah ajang kreativitas pendidik dan peserta 116 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
didik. Peserta didik dapat mendisplay berbagai hasil karyanya di tempat yang telah ditentukan oleh pendidik. Oleh karena itu, manajemen display sangat penting dan memiliki nilai positif baik pendidik maupun peserta didik. DAFTAR RUJUKAN Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2009. Chatib, Munif dan Irma Nurul Fatimah. Kelasnya Manusia: Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen Display Kelas. Cet. I; Bandung: Kaifa, 2013. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Elawati dalam http://www.academia.edu/7083295/manajemen-display-kelassebagaialternatif-dalam-membangun-selera-belajar-anaktunalaras, diakses 22 Januari 2015. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Cet. VII; Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Kosasih, Nandang dan Dede Sumarna. Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2013. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Cet. VII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: Kencana, 2011. Nova, Hendri. Resensi tentang Manfaat dan Manajemen Display Kelas dalam http://www.google.com. Diakses 20 Januari 2015. Nurdin, Herdin. http://www.slideshare.net/display-kelas, diakses 22 Januari 2015. Pribadi, Benny A. Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Cet. I; Jakarta: Dian Rakyat, 2011. Rahman, Muhammat dan Sofan Amri. Model Pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction Terintegratif (ARIAS) dalam Teori dan Praktik untuk Menunjang Penerapan Kurikulum 2013. Cet. I; Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2014. 117 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Urgensi Manajemen Display Class Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik (Samsinar S.), h. 107-118
Sampurno. http://gurukreatif. wordpress. com/2013/07/22/display-sebagaisarana-belajar-dan-memperkuat-penampilan-fisik-di-kelas/diakses 22 Januari 2015. Smaldino, Sharon E. Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey Columbus, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008. Suparman. Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa. Cet. I; Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2010. Turner, Anita Moultrie. Resep Pengajaran Hebat: 11 Bahan Utama. Jakarta: Indeks, 2008. Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik (PAILKEM). Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Wibowo, Agus dan Hamrin. Menjadi Guru Berkarakter: Strategi Membangun Kompetensi dan Karakter Guru. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
118 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015