UPAYA PENURUNAN KEPADATAN LALU LINTAS DI KOTA DENPASAR MELALUI PENDEKATAN PARTISIPASI Arya Sena,G.; Mandi, M.; Sutjana, D.P.; Adiputra, N.; Lab.Fisiologi/PS.Ergonomi Program Pascasarjana Un.Udayana Denpasar ABSTRAK Denpasar adalah pusat pemerintahan Propinsi Bali, kota dan kabupaten, pusat pendidikan, pusat perkantoran, perusahaan swasta maupun pusat pariwisata maka mobilitas penduduk terpusat di kota Denpasar. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat yang disertai peningkatan kepadatan lalu lintas. Peningkatan kepadatan lalu- lintas sangat dirasakan di jalan-jalan menuju sekolah, perkantoran maupun daerah wisata terutama pada saat berangkat atau pulang kerja maupun pulang sekolah. Di samping itu adanya parkir kendaraan di jalan-jalan di depan atau di sekitar sekolah mempersempit badan jalan yang sering disertai dengan kemacetan lalu-lintas. Adanya kemacetan lalu-lintas menyebabkan waktu tempuh makin lama, kelambatan sampai di tempat tujuan baik di tempat kerja, kantor maupun sekolah. Kondisi demikian jelas menyebabkan berbagai kerugian karena akan menimbulkan kelelahan selama mengemudi yang disertai dengan penurunan produktivitas kerja. Di samping itu juga menimbulkan ketegangan bagi para pengemudi. Sementara pada waktu liburan sekolah lalu-lintas pada jalan-jalan tersebut cukup lancar tanpa kemacetan. Menyadari bahwa kepadatan maupun kemacetan lalu lintas hanya dapat diatasi oleh semua komponen masyarakat, maka sejak tahun 2000 telah diupayakan untuk menurunkan kepadatan lalu lintas di kota Denpasar melalui pendekatan partisipasi kepada seluruh masyarakat. Upaya ini dimulai dengan: 1) menyelenggarakan lokakarya yang diikuti oleh berbagai komponen transportasi. 2) Pertemuan dengan berbagai komponen masyarakat 3) Pertemuan antara Bali HESG dengan Walikota dan Dinas Perhubungan Denpasar. 4) Pertemuan Dinas Perhubungan Denpasar, Bali HESG dengan Pengelola dan Yayasan sekolah-sekolah yang rawan macet. 5) Pertemuan Dinas Perhubungan Denpasar, Bali HESG dengan orang tua murid di sekolah Cipta Darma. Dari berbagai pertemuan tersebut diperoleh beberapa cara yang murah yang kiranya dapat menurunkan kepadatan lalu lintas al: Dengan Dinas Pendidikan pengaturan jam mulai pelajaran sekolah pada pukul 07.30. Dengan Pimpinan Univ.Udayana Pengaturan jam kuliah mahasiswa yang ada praktikum pukul 08.30, yang tidak praktikum pada pukul 09.00. Dengan pengelola sekolah dan orang tua murid untuk mengatur tempat parkir kendaraan penjemput serta pengaturan tempat menunggu. Dengan upaya tersebut secara kwalitatif telah berhasil menurunkan kepadatan lalu lintas terutama pada jam berangkat sekolah pagi hari dan saat pulang siang hari di beberapa jalan seperti jalan P.B.Sudirman, Jalan Kamboja, jalan Diponogoro dan Jalan Cokroaminoto. Dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan partisipasi ternyata mampu menurunkan kepadatan lalu lintas di kota Denpasar dengan biaya murah. Kata kunci : kepadatan lalu lintas, Pendekatan partisipasi
PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan sektor pariwisata Bali telah membuka perkembangan sektor lainnya seperti sektor jasa, industri kecil, perdagangan, pendidikan, transportasi dsb. serta telah terbukti sebagai pemacu pertumbuhan perekonomian di Bali. Sebagai akibatnya kota Denpasar sebagai ibu kota Propinsi Bali merupakan pusat pemerintahan propinsi, kota dan kabupaten tumbuh sangat pesat, karena sebagai pusat perkantoran baik untuk kantor pemerintah maupun swasta, pusat pendidikan, pusat perdagangan dan pusat pemasaran produks industri kecil. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan mobilitas yang tinggi yang disertai peningkatan kepadatan lalu lintas. Peningkatan kepadatan lalu lintas sangat dirasakan di jalan-jalan menuju sekolah, perkantoran, pusat perdagangan, maupun daerah tujuan wisata terutama pada saat jam berangkat karena jam kerja dan mulai pelajaran sekolah sama pada pukul 08.00 WITA. Di samping itu terjadi kemacetan lalu lintas pada waktu pulang sekolah karena saat itu pegawai keluar untuk makan siang, sedangkan masyarakat umum sudah mulai melakukan aktivitas seperti berdang, angkut barang dsb. Di samping itu adanya parkir kendaraan di jalan-jalan di depan maupun di sekitar sekolah, pusat perdangan, perkantoran makin mempersempit badan jalan yang sering disertai kemacetan lalu lintas. Adanya kemacetan lalu-lintas menyebabkan waktu tempuh makin lama, kelambatan sampai di tempat tujuan baik sekolah, kantor, toko, maupun tujuan wisata. Di samping kelambatan sampai ke tempat tujuan juga akan menyebabkan ketegangan selama mengemudi yang mempercepat timbulnya kelelahan yang pada akhirnya disertai penurunan produktivitas kerja. Sedangkan pada waktu liburan sekolah atau pada hari Sabtu di mana pegawai libur, lalu lintas cukup lancar karena jarang mengalami kemacetan. Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas sejak tahun 1980 Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bali telah melakukan beberapa kali lokakarya dengan beberapa usulan seperti penertiban pada para pengemudi, pemakai jalan, perbaikan sarana jalan serta perbaikaaan peraturannya (1). Pusat Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana pada tahun 1986 telah mengadakan seminar dan lokakarya untuk menciptakan lalu lintas yang tertib dan serasi di kota Denpasar (4). Program Studi Teknik Sipil Universitas Udayana bekerjasama dengan DLLAJ Propinsi Bali, Poltek Negeri Bali, PUSTEK UNUD dan Public Transport Study pada tanggal 19 April 2000 telah mengadakan Seminar masa depan angkutan umum di kawasan SARBAGITA (5). Pemerintah propinsi Bali melalui Dinas Perhubungan bersama POLDA Bali, Organda, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) juga telah melakukan berbagai usaha seperti memperbaharui rambu-rambu lalu lintas, beberapa kali mengubah arus lalu lintas, melakukan diskusi untuk mengatasi kemacetan dsb. hasilnya hanya memindahkan lokasi kemacetan bahkan sering menimbulkan protes masyarakat. Menyadari bahwa masalah lalu lintas adalah tanggung jawab seluruh masyarakat maka untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di jalan-jalan di kota Denpasar perlu melibatkan partisipasi seluruh komponen masyarakat Denpasar khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya.
Materi dan metoda Materi: sebagai subyek dalam pembahasan ini adalah kepadatan lalu lintas di jalan Diponogoro, P.B.Sudirman, Tjokroaminoto, Melati, Hayam wuruk di depan sekolah yang rawan macet. Metoda: Lokakarya, diskusi, dialog dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Hasil ; dianalisa secara deskriptif
HASIL Peningkatan petumbuhan perekonomian masyarakat di Bali memacu peningkatan jumlah kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Menurut Dinas perhubungan Kota Denpasar (dalam diskusi ) jumlah kendaraan bermotor di kota Denpasar sudah melebihi kapasitas jalan, sebab apabila semua kendaraan bermotor di jejerkan dijalan raya sampai 600 km sementara panjang jalan-jalan di kota Denpasar hanya 400 km. Berarti masih kurang pajang jalan lagi 200 km. Dalam usaha mengatasi kemacetan lalu lintas di kota Denpasar berbagai usaha telah dilakukan seperti membangun jalan-jalan baru, memperlebar jalan tetapi belum mampu mengejar pertambahan jumlah kendaraan. Berbagai wacana telah dilakukan, banyak para pakar telah mengemukakan idea-ideanya melalui media masa maupun dalam diskusi-diskusi namun kemacetan lalu lintas makin menjadi-jadi. Berawal dari kurang berhasilnya usaha-usaha tersebut Bali-HESG bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bali, Kabupaten Badung, Kota Denpasar, POLDA Bali menyelenggarakan Lokakarya yang berjudul “Mengefektifkan Angkutan Umum, Kendaraan Pribadi Dan Kapasitas jalan di Kota Denpasar Melalui Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat” pada tanggal 11-12 Maret 2000 di Denpasar yang dihadiri oleh 150 orang terdiri dari berbagai komponen masyarakat seperti DPRD Tk.I dan II, PEMDA Tk.II dan POLRES (SARBAGITA), POLDA Bali, ORGANDA, LSM, DLLAJ, organisasi perusahaan angkutan umum, organisasi terminal, supir angkutan umum dan taxsi, Perguruan tinggi, pemuka masyarakat (3). Dari lokakarya tersebut telah dihasilkan beberapa usulan cara mengatasi kemacetan lalu lintas khususnya di kota Denpasar. Salah satu usulannya adalah untuk mengatur jam kerja kantor dan jam mulai sekolah/kuliah. Selanjutnya Masyarakat transportasi Indonesia (MTI) Bali mengadakan diskusi juga bertujuan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di kota Denpasar yang dilaksanakan di Gedung Jaya Saba yang dihadiri oleh berbagai komponen masyarakat seperti ORGANDA, Dinas Perhubungan, Polantas, Perguruan Tinggi, Bali-HESG, LSM, pemuka masyarakat. Salah satu diskusi yang kiranya cepat bisa dilaksanakan serta murah biayanya adalah usulan untuk mengatur jam kerja pegawai dan jam mulai pelajaran sekolah serta kuliah mashasiswa. Pertemuan dengan pemerintah kota Denpasar pada tanggal 10 Januari 2002, dihadiri bapak walikota, Sekwilda, Ketua BAPPEDA, Dinas Perhubungan dengan BaliHESG juga membahas masalah lalu lintas di kota Denpasar. Pada pertemuan tersebut disepakati untuk penataan traffic light, reklame yang mengganggu rambu lalu lintas, pengaturan arus laalu lintas, penataan trayek angkutan umum. Untuk mengatasi kemungkinaan kemacetan lalu lintas oleh karena adaanya upacara adapt / agama seperti
ngaben pemerintah kota mendirikan radio lalu lintas yang memberikan informasi kepada mengguna jalan untuk memilih jalaan aalternatif. Berdasarkan hasil lokakarya dan diskusi tersebut Bali HESG megusulkan ke Dinas Perhubungan kota Denpasar untuk mengadakaan pertemuan dengan pimpinan Universitas Udayana, pengelola dan Pimpinan Sekolah yang rawan mengalami kemacetan lalu lintas di kota Denpasar. Pertemuan dengan pimpinan Universitas Udayana disepakati untuk mengatur jam kuliah sbb.: untuk mahasiswa yang ada praktikum jam kuliah mulai pukul 08.00 WITA dan yang tidak ada prkatikum kuliah mulai pada pukul 09.00 WITA. Dengan pengatauran tersebut diharapkan keberaangkatan mahasiswa ke Bukit Jimbaran tidak bersamaan, sehingga mahasiswa tidak berebut naik bus, dan kemacetan di depan Universitas Udayana diharapkan tidak ada lagi. Pertemuan dengan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Bali, untuk mengatur jam mulainya pelajaran di sekolah Menengah. Disepakati untuk mengubah daari pukul 08.00 menjadi pukul 07.30 WITA, sehingga keberangkatan anak-anaka sekitar pukul 07.0007.30 WITA dan pulangnya sekitar pukul 12.00 WITA untuk sekolah dasar dan 13.00 WITA untuk SLTP dan SMU, pukul 13.30 WITA untuk SMK. Dan mulainya jam kantor pemerintah tetap pada pukul 08.00 WITA dan kantor-kantor swasta pukul 08.30 WITA dan pulang kerja pada pukul 15.00-16.00 WITA sehingga terdapat perbedaan waktu antara anak-anak sekolah dengan pegawai kantor. Pertemuan di kantor Wali Kota Denpasar tanggal 12 September 2002 yang dihadiri oleh pengelola dan Pimpinan Sekolah Santo Yosef, Sekolah Anugrah Denpasar, Sekolah Yayasan Mahatma Gandhi, Sekolah Cipta Dharma Denpasar, serta Bali-HESG, Dinas Perhubungan Kota Denpasar, Polantas POLTABES Badung. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati untuk menertibkan para pengantar/penjemput anakanak, menertibkan parkir kendaraan pengantar/penjemput, mengatur penjemputan bersama baik oleh pihak sekolah maupun diantara orang tua murid. Pertemuan dengan orang tua murid sekolah Cipta Dharma pada tanggal 9 Desember 2002 yang dihadiri oleh para orang tua murid anak-anak sekolah Cipta Dharma, Bali-HESG, Dinas Perhubungan Kota Denpasar dan Polantas POLTABES Badung. Hasil dari pertemuan tersebut disepakati untuk menertibkan para pengantar/penjemput anak-anak sekolah, memasang rambu-rambu lalu lintas (2) di depan pintu sekolah sehingga pada pukul 007.00-12.00 WITA arus lalu lintas satu jurusan. Dari pengaturan tersebutterbukti bahwa kemacetan lalu lintas terutama pada jam berangkat sekolah dan pulang sekolah di jalan-jalan di depan sekolah tersebut secara kwalitastif telah menurun, namun data secara kwantitatif belum dapat di tampilkan. SIMPULAN Dari rangkaian lokakarya, diskusi, serta dialog (pertemuan) dengan berbagai komponen masyarakat telah disepakati untuk mengatur mulai jam pelajaran sekolah, jam kuliah serta jam kantor sbb.: jam pelajaran sekolah dimulai pada pukul 07.30 WITA, jam mulainya kuliah untuk yang ada praaktikum mulai pukul 08.30 dan yang tidaak ada praktikum pada pukul 09.00 WITA. Sedangkaan jam kantor dimulai pada pukul 08.00 WITA untuk kantor pemerintah dan pukul 08.30 WITA untuk kantor swasta. Dan jam pulang sekolah sbb.: pukul 12.30 WITA untuk SD, 13.00 untuk SLTP dan SMU, 13.30 WITA untuk SMK, sedangkan jam pulang kantor antara pukul 15.00-16.00 WITA.
Dengan pengaturan tersebut terbukti dapat menurunkan kemacetan lalu lintas terutama pada jalan-jalan di sekitar sekolaah yang rawan macet. Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan partisipasi dengan melibatkan komponen masyarakat maka kemacetan lalu lintas dapat diturunkan dalam waktu cepat serta biaya sangat murah. Untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di tempat lainnya seperti di sekitar pasar kiranya juga bisa diatasi melalui pendekatan partisipasi antara lain dengan penertiban parker, pedagang kaki lima di depan pasar serta melaksanakan sangsi kepada par pelanggar rambu rambu lalu lintas. KEPUSTAKAAN 1. Anonim 1985. Himpunan Hasil-hasil Loka Karya Higene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diselenggarakan oleh Balai Hiperkes dan Keselamatan Bali-NUSRA tahun 1980-1981 di Denpasar. 2. Anonim. 1993. Peraturan Pemerintah RI no.43 th 1993 Tentang Prasarana dan lalu lintas jal;an. Diterbitkan oleh Dept.Perhubungan RI. 3. Bali-HESG. 2000. Prosiding Lokakarya Mengefektifkan Angkutan Umum, Kendaraan Pribadi dan Kapasitas Jalan di kota Denpasar Melalui Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat. Dilaksanakan atas kerjasama antara Bali-HESG, Lemlit Unud, BAPPEDA Propinsi Bali, DLLAJ Propinsi Bali, POLDA Bali, pada tanggal 11-12 Maret di Denpasar. 4. Manuaba, A. 1986. Pemikiraan Pemecahan Kelalu-lintasan Yang Tertib, Aman dan Nyaman Secara Konseptual di kota Denpasar Bali. Disampaikan pada Seminal dan Lokakarya Menciptakan LATU Lintas Yang tertib dan Serasi di kota Denpasar yang dilaksanakan oleh Pusat Pengabdian pada masyarakat Universitas Udayana. 5. Suparsa, I Gst.Pt. 2000. Masa Depan Angkutan Umum di Wialayah ”SARBAGITA”. Disampaikan pada seminar Masa Depan Angkutan Umum di Kawasan SARBAGITA, 19 April di Denpasar.