UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN BULELENG
ARTIKEL OLEH ULIN NUHA KHOLIFATULLAH 0914041012
JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN BULELENG Oleh: Ulin Nuha Kholifatullah Dr. I Gusti Ketut Arya Sunu, M.Pd Ratna Artha Windari, S.H.,M.H Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga di kabupaten Buleleng, (2) mengetahui bagaimana dampak yang di timbulkan kekerasan dalam rumah tangga di Kabupaten Buleleng, (3) mengetahui kendala yang dihadapi penegak hukum dalam penanganan korban kekerasan dalam rumah tangga (4) mengetahui upayaupaya yang ditempuh oleh penegak hukum dalam menanggulangi kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu berdasarkan pada fenomena yang terjadi di wilayah hukum Kabupaten Buleleng. Subyek penelitian ini adalah hakim pada Pengadilan Negeri Singaraja, ketua PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) di kantor Polres Buleleng dan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Lokasi dari penelitian ini adalah kantor Pengadilan Negeri Singaraja, Kantor Polres Buleleng dan domisili terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, kepustakaan, dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan (1) faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) disebabkan lemahnya pengetahuan/ pendidikan termasuk pengetahuan hukum, lemah dan kuatnya perekonomian keluarga, kultur sosial, dan perselingkuhan/orang ketiga, (2) dampak yang signifikan terhadap terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yaitu perceraian, mengalami kekerasan fisik, dan mengalami kekerasan psikis (3) kendala yang dihadapi dalam penanganan korban kekerasan dalam rumah tangga antara lain masih kuatnya keterkaitan dan ketergantungan istri terhadap suaminya dan malu kalau kasusnya diketahui orang lain. Selain itu, persoalan ekonomi juga menjadi alasan utama korban untuk tidak melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suaminya, (4) upaya penanggulangan dapat dilakukan melalui upaya penanggulangan secara preventif, upaya penanggulangan secara kuratif, dan upaya penanggulangan secara medis. Upaya penanggulangan tersebut harus dilakukan terus menerus, dan terpadu oleh semua pihak baik itu pemerintah, aparat penegak hukum, organisasi sosial kemasyarakatan serta masyarakat dan tidak lupa pula upaya penanggulangan dapat dilaksanakan dengan pemberdayaan korban itu sendiri agar jangan sampai kekerasan itu terjadi ataupun terulang kembali dalam lingkup rumah tangga khususnya di Kabupaten Buleleng. KATA KUNCI : Kekerasan Dalam Rumah Tangga
ABSTRACT This study aims to (1) determine the factors that cause the occurrence of domestic violence in Buleleng district, (2) determine how the impact caused domestic violence in Buleleng regency, (3) determine the constraints faced by law enforcement in handling victims domestic violence (4) determine the efforts taken by the law enforcement agencies in tackling domestic violence. This study uses a qualitative descriptive approach that is based on the phenomenon that occurred in the jurisdiction of Buleleng regency. The subject of this study is that the judge in the District Court of Singaraja, chairman of the PPA (women and children) in Buleleng district police office and Victims of Domestic Violence. Location of the research office of the District Court is Singaraja, Buleleng Police Office and the domicile of Domestic Violence. Data were collected using interviews, observation, literature, documentation. These results indicate (1) the factors that cause domestic violence (domestic violence) due to lack of knowledge/ education, including knowledge of the law, the economy is weak and the strong family, social culture, and infidelity / third person, (2) a significant effect on the occurrence of domestic violence is divorce, physical abuse, and psychological violence (3) constraints encountered in handling victims of domestic violence, among others, the strength of the relationship and dependence wife against her husband and embarrassed if their case known to others. In addition, economic issues are also a major reason for the victim not to report acts of violence
committed by her husband, (4) reduction can be done through prevention efforts, preventive, curative efforts to control it, and efforts to control medically. Prevention efforts should be done continuously, and integrated by all parties, the government, law enforcement agencies, social organizations and the community and not forget also the response can be implemented by empowering victims themselves to avoid the violence that occurred within the scope or repeated households especially in Buleleng regency. KEYWORDS: Domestic Violence 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang
berdasarkan
Undang-Undang Republik
Pancasila Dasar
dan
Negara
Indonesia tahun 1945.
Dimana setiap warga negara yang sudah
berumah
tangga
berhak
mendapatkan hak dan kewajibannya didalam
menjalankan
kehidupan
dalam
suatu
bermasyarakat
yang didasarkan atas agama untuk membangun suatu keluarga yang beriman dan bertaqwa. Disamping hal tersebut Keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, dan
damai
merupakan
dambaan
setiap orang dalam rumah tangga. Keutuhan keluarga
dapat
dan
kerukunan
terganggu
jika
kualitas dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang pada akhrinya
terjadi
kekerasan
dalam
rumah
tangga. Namun pada kenyataannya, peristiwa
atau
kejadian
martabat kemanusian serta bentuk diskriminasi.
yang
Berdasarkan latar belakang
menyangkut kekerasan dalam rumah
seperti yang diuraikan diatas, maka
tangga kerap terjadi nampaknya hal
terdapat beberapa permasalahan yang
ini sudah merupakan suatu gejala
layak dikedepankan, yaitu: Faktor-
umum
faktor yang menyebabkan terjadinya
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Dengan modus atau
kekerasan
cara-cara
(KDRT) di Kabupaten Buleleng,
yang
seseorang
bermacam-macam
dapat
melakukan
dalam
Bagaimana
rumah
dampak
tangga
yang
di
kekerasan tersebut, misalnya yaitu
timbulkan tindak kekerasan dalam
kekerasan istri yang dilakukan oleh
rumah
suaminya. Maka dalam hal ini
Buleleng, Apa saja kendala yang
nantinya tanpa disadari seseorang
dihadapi
yang
melakukan
tangga
di
penegak
kabupaten
hukum
dalam
tindak
pidana
penanganan korban kekerasan dalam
rumah
tangga
rumah tangga dan Bagaimana upaya-
tersebut nantinya akan berjuang pada
upaya yang ditempuh oleh penegak
tindak perbuatan yang kriminal.
hukum
kekerasan
dalam
Untuk mencegah, melindungi korban
dan
kekerasan negara
menindak
dalam dan
pelaku
rumah
melaksanakan
wajib
menanggulangi
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 2. METODE PENELITIAN
tangga,
masyarakat
dalam
Penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif,
yaitu
pencegahan,
berdasarkan pada fenomena yang
perlindungan dan penindakan pelaku
terjadi di wilayah hukum Kabupaten
sesuai dengan falsafah Pancasila dan
Buleleng. Penentuan subjek dalam
Undang-Undang
penelitian ini menggunakan teknik
republik
Dasar
Indonesia
Negara
tahun
1945.
Purposive
Sampling.
Purposive
Negara berpandangan bahwa segala
Sampling adalah peneliti berdasarkan
bentuk
kekerasan,
pertimbangan
kekerasan
dalam
adalah
terutama
rumah
pelanggaran
hak
tangga asasi
manusia dan kejahatan terhadap
bahwa
tujuan
informan
memberikan
penelitian,
tersebut
informasi
dapat yang
dibutuhkan untuk penelitian. Dalam
hal
ini,
yang
menjadi
subjek
dasarnya merupakan penelitian yang
penelitian yaitu : 1). hakim pada
menggunakan
Pengadilan Negeri Singaraja, 2).
abstraktif (Burhan Bungi, 2003:69).
ketua PPA (Pelayanan Perempuan
Secara spesifik tahap pengumpulan
dan Anak) di kantor Polres Buleleng,
data
3) Korban Kekerasan Dalam Rumah
digunakan
Tangga.
adalah
dan
logika
analisis dalam
meliputi
induktif
data
yang
penelitian
ini
tahapan-tahapan
Penelitian ini menggunakan
yaitu: (1) pengumpulan data; (2)
dua sumber data yaitu data primer
reduksi data; (3) penyajian data; (4)
dan data sekunder. Data Primer data
Penarikan kesimpulan/verifikasi.
yang
3. HASIL PENELITIAN DAN
diperoleh
dari
peraturan
perundang-undangan
yang
kesemuanya bersifat mengikat dan
PEMBAHASAN 3.1
Faktor-Faktor
data informasi yang diperoleh di
Menyebabkan
lapangan
Kekerasan
yang
rumusan
relevan
dengan
masalah
penelitian.
Data
sekunder
Sedangkan
Tangga
yang Terjadinya
Dalam di
Rumah
Kabupaten
Buleleng
(secondary data) adalah data yang
Apabila dalam suatu rumah
diperoleh dari sumber kedua secara
tangga tidak dapat dijaga dengan
tidak langsung, diperoleh melalui
baik, hal tersebut akan menyebabkan
literatur-literatur
dokumen-
suatu keretakan/kehancuran didalam
dokumen (Netra dalam Baktiyasa,
rumah tangga baik itu hubungan
2000 : 52).
antara suami istri ataupun anak,
atau
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan
dalam
penelitian
ini,
maka dari itu dalam rumah tangga harus menjaga suatu keharmonisan
maka teknik pengumpulan data yang
didalam
digunakan yaitu metode wawancara,
menciptakan suatu keluarga yang
metode
harmonis.
observasi,
metode
dokumentasi.
rumah
tangga
untuk
Berdasarkan hasil wawancara
Teknik analisis data yang
dengan narasumber tersebut, secara
digunakan dalam penelitian ini yaitu
umum yang menyebabkan terjadinya
penelitian
kekerasan dalam rumah tangga yaitu:
Kualitatif
yang
pada
1. Lemahnya
suami dan istri yang akhirnya
pengetahuan/Pendidikan,
menimbulkan
termasuk pengetahuan hukum
dalam rumah tangga. Kedua
Dari faktor pendidikan, bisa
belah pihak tidak lagi bisa
disebabkan oleh tidak adanya
mengontrol emosi masing-
pengetahuan dari kedua belah
masing.
pihak
bagaimana
cara
kekerasan
3. Kultur sosial
mengimbangi dan mengatasi
Kultur
sifat-sifat yang tidak cocok
ketinggalan
diantara keduanya. Mungkin
memberikan andil maraknya
di
tindakan
dalam
tangga
sebuah
ada
rumah
suami
yang
sosial
juga
tidak dalam
kekerasan
dalam
rumah tangga. Dalam budaya
memiliki sifat arogan dan
masyarakat
cenderung menang sendiri,
melekat dengan kuat akan
karena
pandangan,
tidak
adanya
pengetahuan. 2. Lemah
adalah
dan
kuatnya
kita
masih
bahwa
suami
yang
harus
raja
dihormati dan diturut segala
perekonomi Keluarga
perintah. Sementara anak dan
Hukum saja tampaknya tidak
isteri,
apalagi
cukup untuk tidak melakukan
adalah
orang-orang
kekerasan,
dibela
sekali
pun
pembantu
dipenuhi
yang segala
menurut hukum tidak boleh,
keperluannya. Maka mereka
terpaksa
ia
harus
kekerasan.
Terkadang
melakukan
tunduk
dan
patuh
ada
terhadap segala perintahnya.
seorang istri yang terlalu
Jika mereka melanggar, maka
banyak menuntut dalam hal
sah-sah
untuk memenuhi kebutuhan
menghukum mereka dengan
rumah
segala bentuk kekerasan
tangga,
baik
dari
kebutuhan sandang pangan maupun pendidikan.
kebutuhan Dari
situlah
timbul pertengkaran antara
saja
suami
4. Perselingkuhan/Orang Ketiga Salah satu guncangan yang menyebabkan
terjadinya
perpecahan dalam kehidupan
rumah tangga suami istri
dilihat
karena
yang menimbulkan bekas dari
adanya
perselingkuhan
yang
dari
terjadinya
anggota
kekerasan
tubuh
seperti
dilakukan oleh salah satu
pemukulan, cekikan, tamparan
pihak
dan tendangan.
atau
pasangan.
kedua
belah
Perselingkuhan
2. Kekerasan dalam bentuk psikis
tersebut akan terjadi jika
yaitu kekerasan yang dapat
suami atau sitri yang telah
menyebabkan
terikat di dalam perkawinan
korban antaranya:
menjalin hubungan dengan
a. Trauma
trauma
fisik
pada
berulang
laki-laki maupun wanita lain.
dapat
Perselingkuhan tersebut dapat
penyakit fisik, kecacatan
memicu terjadinya kekerasan
hingga kematian
dalam rumah tangga.
b. Problem kejiwaan yaitu:
3.2 Dampak yang di Timbulkan Tindak
Kekerasan
Dalam
Rumah tangga di Kabupaten
depresi, gangguan panik, fobia,
insomnia,
psikosomatis. c. Gangguan perkembangan
Buleleng Kekerasan
menyebabkan
dalam
rumah
tangga dapat menimpa siapa saja baik itu ibu, bapak, suami, istri, anak
mental,
kelambatan
psikomotor & intelektual
3. Stigma buruk yang melekat
bahkan pembantu rumah tangga.
pada korban diantaranya:
Namun
a. Stigma
kekerasan
dalam
rumah
Internal
yaitu
tangga biasanya banyak dialami
kecenderungan
perempuan. Hal ini dapat dilihat dari
menyalahkan
beberapa dampak kekerasan dalam
menutup diri, menghukum
rumah tangga yang ada di Kabupaten
diri, menganggap dirinya
Buleleng.
aib,
Adapun dampak yang
dimbulkan akibat kekerasan dalam rumah tangga yaitu: 1. Kekerasan dalam bentuk fisik yaitu kekerasan yang dapat
dan
korban diri,
hilangnya
kepercayaan diri. b. Stigma
Eksternal
yaitu
kecenderungan masyarakat menyalahkan
korban,
media
informasi
tanpa
Selain itu dalam lingkup rumah
memberitakan
tangga sulit menggungkapkan fakta
kasus yang dialami korban
yang terjadi dalam rumah tangga
secara terbuka dan tidak
untuk mencari suatu bukti baik itu
menghiraukan hak privasi
bukti yang diperoleh dari saksi yang
korban.
mengetahui fakta tentang terjadinya
empati
3.3
Kendala
yang
Penegak
Dihadapi
kekerasan tersebut yang nantinya
dalam
guna untuk membuktikan terdakwa
Hukum
Penanganan
Korban
Kekerasan
Dalam
Rumah
dari pelaku kekerasan. Sedangkan
wawancara
Tangga
peneliti
Dalam kerukunan rumah tangga
anggota PPA yaitu Ni Wayan Remi
antara suami-istri, orang tua-anak
Asih menyatakan bahwa kendala
adalah hubungan yang diperlukan
yang dihadapi dalam menangani
untuk
dan
kasus kekerasan dalam rumah tangga
memberikan suatu kesempatan untuk
antara lain yaitu masih kuatnya
tumbuh dan berkembang dengan
ketergantungan
sesuai. Hubungan baik ini ditandai
suaminya. Persoalan yang selama ini
dengan adanya keserasian dalam
sering muncul dalam penanganan
hubungan timbal balik antar semua
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
anggota/individu dalam keluarga.
yaitu korban hanya ingin membuat
saling
menghormati
yang
hasil
dilakukan
istri
dengan
terhadap
Berdasarkan hasil wawancara
suaminya jera dengan perbuatan
peneliti dengan hakim I Wayan Eka
yang dilakukannya serta dengan
Mariarta
bahwa
mendapatkan suatu peringatan pihak
terjadinya kekerasan dalam rumah
penegak hukum atas perilaku yang
tangga
dilakukannya.
menyebutkan
kebanyakan sering dialami
oleh perempuan pada umunya yang
3.4 Upaya-Upaya yang Ditempuh
dilakukan
Oleh
oleh
suami
atau
Penegak
Hukum
Dalam
pasangannya. Maka dari itu satu
Menanggulangi Kekerasan Dalam
pendekatan
Rumah Tangga
untuk
mengatasi
permasalahan ini nantinya harus dapat dilihat dari penegak hukum.
Upaya-upaya penanggulangan
kekerasan
dalam
rumah
tangga
sangat
penting
hukum melakukan suatu sosialisasi
pelaksanaannya, dimana melibatkan
tentang
berbagai pihak yaitu penegak hukum
tangga agar dengan diberikannya
dalam
suatu sosialisasi ini masyarakat dapat
mengupayakan
penanggulangan
kekerasan
kekerasan
dalam
rumah
dalam
mengetahui sejauh mana kekerasan
rumah tangga, maka dalam hal ini
dalam rumah tangga tersebut dan
dapat diupayakan sebagai berikut:
bagaimana
1. Upaya
Penanggulangan
secara Preventif Yang upaya
saksi
hukum
yang
diberikan terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga sesuai dengan
dimaksud
dengan
penanggulangan
secara
Preventif yaitu upaya yang dilakukan secara dini melalui kegiatan edukatif
pasal yang menagatur mengenai kekerasan
dalam
rumah
tangga
tersebut. 2. Upaya
Penanggulangan
dengan sasaran mempunyai faktor-
secara Kuratif
faktor
penyebab
Yang dimaksud yaitu upaya
faktor
peluang
kekerasan
dalam
pendorong dari
dan
kejahatan
rumah
tangga,
penanggulangan
kekerasan
dalam
rumah tangga secara kuratif yaitu
sehingga
terciptanya
suatu
tindakan
yang
dilakukan
untuk
kesadaran,
kewaspadaan
daya
menangani korban secara terpadu.
tangkal, serta terbina dan terciptanya
Dalam wawancara peneliti dengan
kondisi perilaku atau norma hidup
anggota PPA Ni Nyoman Remi Asih
anti kekerasan terhadap perempuan.
mengatakan Sebenarnya ada banyak
Dalam wawancara peneliti
cara yang dapat dilakukan oleh
dengan anggota PPA Ni Nyoman
kedua belah pihak dalam kekerasan
Remi
bahwa
dalam rumah tangga agar dapat
tangga
terhindar dari kekerasan yaitu antara
Asih
kekerasan
mengatakan
dalam
rumah
adalah merupakan suatu cerminan ketidakberhargaan
perempuan
lain: a. Perlunya
keimanan
yang
dimata suaminya dan penghinaan
kuat dan akhlaq yang baik
terhadap
dan berpegang teguh pada
harkat
dan
marabat
perempuan yang harus dijamin hakhaknya. Maka dalam hal ini penegak
agamanya.
b. Mengetahui kekerasan tangga
dalam
tersebut
suatu
bahwa
mekanisme
rumah
program
memiliki
dampak
buruk
dalam
rumah
nantinya
sama
pelayanan
melibatkan
yang
pihak
yang
mudah diaskes oleh korban. c. Memberikan
tangga.
bagi
c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan
kerja
perlindungan
pendamping
saksi,
keluarga, dan teman korban. 3. Upaya Penaggulangan secara
istri, agar tercipta sebuah
Medis
rumah tangga yang rukun
Dalam upaya menanggulangi
dan harmonis.
kekerasan
d. Butuh rasa saling percaya, pengertian,
saling
dalam
rumah
tangga,
kembali
maka
diberikan
suatu
layanan
tenaga
kesehatan
untuk
menghargai dan sebagainya
menjalani terapi pemulihan secara
antar anggota keluarga.
medis agar korban dapat beraktivitas
e. Untuk
istri
nantinya
kembali
dalam
melakukan
diharapkan dapat berbuat
kegiatannya sehari-hari yang telah
baik terhadap suami, Untuk
diatur dalam UU RI No 23 Tahun
Suami setidaknya berlaku
2004.
lemah lembut terhadap istri.
Hasil
wawancara
peneliti
Selain itu wawancara peneliti dengan
dengan anggota PPA Ni Nyoman
Hakim
I Wayan Eka Mariarta
Remi Asih upaya penanggulangan
Adapun
usaha
kekerasan
dalam
pemerintah untuk penyelenggaraan
terutama
dalam
pelayanan
merupakan partisispasi, bantuan dan
yang
dilakukan
terhadap
korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
kerja
yaitu sebagai berikut:
masyarakat luas.
a. Menyediakan aparat, tenaga
b. Pembuatan
pengembangan sistem dan
pelaksanannya
yang
baik
dari
Berdasarkan hasil penelitian yang
dan
tangga
3.5 PEMBAHASAN
kesehatan, pekerja sosial, dan pembimbing Rohani.
sama
rumah
terbukti
dipaparkan bahwa
faktor-faktor
sebelumnya,
banyak
penyebab
terdapat terjadinya
tindak
kekerasan
dalam
rumah
yang
menyebabkalam
perempuan
tangga diantaranya seperti Lemahnya
dalam rumah tangga harus menturuti
pengetahuan/Pendidikan
segala perintahnya.
termasuk
pengetahuan hukum, Lemah dan kuatnya
Dari
berbagai
jenis-jenis
perekonomi
Keluarga,
kejahatan memiliki dampak yang
sosial
dan
berbeda dari setiap jenis tindak
Ketiga.
kejahatan yang dilakukan. Dampak
Pernyataan seperti hal tersebut di
dari tindak kejahatan tersebut ada
atas
yang
Kultur
Perselingkuhan/Orang
tampaknya
membenarkan
berbentuk
dampak
fisik
pendapat yang dikemukakan oleh
maupun non fisik yang nantinya akan
Maidin Gultom, (2012: 23) yang
didapatkan oleh si pelaku tindak
menyatakan bahwa tindak kejahatan
kejahatan dan korban dari pelaku
yang terjadi tidak hanya dipengaruhi
kejahatan. Dampak kejahatan yang
oleh
berbentuk fisik itu seperti bekas
satu
faktor
dipengaruhi oleh
melaikan faktor.
kekerasan yang terdapat di bagian
Dimana faktor terjadinya kekerasan
tubuh korban pelaku kejahatan baik
dalam rumah tangga kebanyakan
itu akibat dari pemukulan, cekikan,
diakibatkan oleh faktor ekonomi
tamparan dan tendangan. Sedangkan
yang mendorong mereka untuk tidak
dampak
bisa melawan kekerasan karena terus
kejahatan itu seperti trauma fisik,
bergantung pada kemampuan suami
gangguan mental dan depresi yang
untuk
dialami
mencari
banyak
nafkah
hingga
non
oleh
fisik
dari
korban
tindak
pelaku
akhirnya menerima saja diperlakukan
kejahatan. Kemudian dampak yang
kasar oleh pasangan, karena takut
didapatkan oleh sipelaku kejahatan
tidak
selain
bisa
menafkahi
diri
jika
dia
akan
mendapatkan
pasangan tidak lagi memberikan
hukuman dia akan mendapatkan
uang serta adanya kultur sosial yang
stigma atau cap buruk masyarakat
menganggap perempuan nurut-nurut
tentang kepribadian maupun nama
saja perintah kaum laki dalam artian
baik dari si pelaku tindak kejahatan.
bahwa kaum laki dalam rumah
Dalam
tangga memiliki kedudukan lebih
membenarkan dari pendapat E. Kristi
tinggi dibandingkan
Poerwandi (dalam Achie Sudiarti
perempuan
hal
ini
tampaknya
Luhulima, 2000:11) bahwa dampak
meminimalisir
dari adanya kekerasan dalam rumah
kekerasan
tangga tersebut dapat menimbulkan
dimana korban kekerasan dalam
dampak
rumah tangga masih tetap bertahan
fisik
seperti
memukul,
terjadinya
dalam
dan
melempar barang ke tubuh korban,
karena beberapa alasan yaitu masih
menginjak, melukai dengan tangan
memiliki ketergantungan terhadap
kosong
suaminya
membunuh
alat serta
senjata
dan
meninggalkan
tangga
menampar mencekik, menendang,
atau
tidak
rumah
kasus
sehingga
suami
sulit
mengakibatkan
menggungkapkan terjadinya kasus
nantinya korban tersebut mengalami
kekerasan dalam rumah tangga, serta
rasa takut termasuk nantinya yang
terjadinya kekerasan dalam rumah
diarahkan kepada orang-orang dekat
tangga dianggap sebagai aib keluarga
korban. Korban kekerasan dalam
yang tidak harus diketahui oleh
rumah
mencari
banyak orang, dan faktor utama
suatu pertolongan dan datang ke
karena faktor ekonomi penyebab
shelter. Korban kekerasan tersebut
terjadinya kekerasan dalam rumah
yang banyak dialami oleh perempuan
tangga
biasanya tidak jarang tampil sebagai
bergantung pada suaminya. Hal ini
perempuan
tampaknya
tangga
biasanya
yang
menunjukan kekhawatiran
sangat
ketakutan
dan
pendapat
istri
masih
membenarkan E.
Kristi
dari
Poerwandari
berlebihan,
(dalam Achie Sudiarti Luhulima,
terkesan sangat emosional (labil,
2002:31) yang mengatakan bahwa
banyak menangis) atau sebaliknya
alasan
terkesan sulit diajak berkomunikasi
rumah tangga tidak meninggalkan
dan
istrinya yaitu kesulitan ekonomi
terpaku
yang
pasif,
dimana
pada
pemikiran-
pemikirannya sendiri.
yang
Rasa takut yang dialami oleh korban
kekerasan
dalam
rumah
korban
cukup
sepenuhnya
kekerasan
banyak
dalam
perempuan
bergantung
kepada
suami untuk memenuhi kebutuhan
tangga untuk melaporkan kepada
dasarnya dan untuk
pihak berwajib menimbulkan suatu
anak-anaknya karena kekhawatiran
kendala-kendala
tidak
penegak
yang hukum
dihadapi dalam
dengan
dapat baik
menghidupi
membesarkan tanpa
anak
kehadiran
pasangan atau keyakinan bahwa
dan
apapun yang terjadi, keluarga dengan
kejahatan
orang tua lengkap masih lebih baik
rumah
daripada keluarga dengan orang tua
terciptanya suatu kesadaran,
tunggal serta memiliki perasaan malu
kewaspadaan
dan
menghadapi
serta terbina dan terciptanya
kekerasan yang terjadi dalam rumah
kondisi perilaku atau norma
tangga.
hidup anti kekerasan terhadap
kebingunagn
Dalam
menangani
faktor
peluang
kekerasan tangga,
dari dalam
sehingga
daya
tangkal,
setiap
perempuan yaitu dengan sikap
tindak kejahatan baik itu tindak
tegas untuk menolak terhadap
kekerasan maupun tindak kejahatan
kejahatan
lainnya memiliki trik atau cara
rumah tangga.
tersendiri untuk menangani kasus kejahatan
tersebut.
Dalam
hal
2. Upaya
kekerasan
Penanganan
dalam
secara
Kuratif yaitu suatu tindakan
kejahatan terhadap “kekerasan dalam
yang
rumah tangga di wilayah hukum
menangani
Kabupaten
memiliki
terpadu. Dimana pemerintah
upaya khusus yang harus dilakukan
dan masyarakat luas dapat
oleh pemerintah kabupaten Buleleng
melakukan
dalam menangani kasus kekerasan
korban kekerasan dalam rumah
tersebut.
macam-macam
tangga secara terpadu dapat
upaya yang harus dilakukan oleh
dimulai dari LSM, organisasi
pemerintah
Buleleng
perempuan,
untuk menangani tindak kejahatan
keagamaan
kekerasan dalam rumah tangga yaitu
bahkan pihak kepolisian pun
seperti:
ikut untuk menangani masalah
Buleleng”
Adapun
1. Upaya
kabupaten
untuk
korban
suatu
secara
penangan
organisasi dan
lain-lain
secara
kekerasan dalam rumah tangga
Preventif yaitu upaya yang
ini yang bekerja sama dan
dilakukan secara dini melalui
mengundang
kegiatan
edukatif
dengan
perempuan, organisasi wanita,
sasaran
mempunyai
faktor-
LSM, dan mahasiswa yang ada
faktor
Penanganan
dilakukan
penyebab
pendorong
di kabupaten tersebut.
aktivis
3. Upaya
Penanganan
secara
kepercayan
pada
dirinya
serta
Medis dapat diberikan suatu
merawat dan menyembuhkan cidera
layanan
tenaga
kesehatan
yang dialaminya dan diberlakunya
untuk
menjalani
terapi
prosedur khusus dalam lembaga
pemulihan secara medis agar
penegak hukum terutama kepolisian
korban
dapat
beraktivitas
dalam penanganan kasus-kasus yang
kembali
dalam
melakukan
berkenaan dengan tindak kekerasan
kegiatannya sehari-hari yang
terhadap
telah diatur dalam UU RI No
memperdayakan
23 Tahun 2004.
organsiasi baik pemerintah maupun
Dalam
hal
ini
tampaknya
perempuan
serta organisasi-
masyarakat
untuk
memang dibenarkan dari pendapat
memperdulikan
masalah
Harkristuti
kekerasan terhadap perempuan.
Harkrisnowo
(dalam
Achie Sudiarti Luhulima, 2000:94)
lebih tindak
4. PENUTUP
bahwa upaya yang dapat dilakukan
Sesuai dengan pembahasan
dalam menangani korban kekerasan
pokok permasalahan tersebut diatas,
yaitu dengan pengaturan kembali
maka dapat ditarik simpulan bahwa
mengenai tindak kekerasan terhadap
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
perempuan
ketentuan
adalah setiap perbuatan sewenang-
perundangan, sehingga lebih dapat
wenang baik secara fisik maupun
mencangkupi banyak perilaku yang
non
sampai kini belum dicakupi dalam
seorang terhadap orang lain yang
perundangan,
diberlakukannya
berakibat timbulnya kesengsaraan
ketentuan hukum yang memberikan
atau penderitaan secara fisik, seksual
perlindungan khusus terhadap korban
psikologi dan/atau pelantaran rumah
kekerasan yaitu mendapatkan suatu
tangga termasuk ancaman untuk
perlindungan aparat yang berwenang
melakukan
atas perilaku yang mungkin akan
atau perampasan kemerdekaan secara
dilakukan si pelaku yang dilaporkan
melawan
oleh korban, mendapatkan bantuan
lingkup rumah tanggga. Adapun
medis, psikologis, hukum dan sosial,
faktor-faktor
terutama
tindak
dalam
untuk
mengembalikan
fisik
yang
dilakukan
perbuatan,
hukum
oleh
pemaksaan
dalam
ruang
yang mempengaruhi
kekerasan
dalam
rumah
tangga
adalah
lemahnya
Baik pemerintah, penegak hukum,
termasuk
organisasi
pengetahuan/Pendidikan pengetahuan kuatnya
hokum,
lemah
perekonomi
masyarakat,
dan
dan
organisasi agama karena kekerasan
Keluarga,
dalam rumah tangga bertentangan
Kultur social, Perselingkuhan/Orang
dengan
Ketiga. Dampak yang ditimbulkan
masyarakat tidak lupa pula upaya
dari kekerasan dalam rumah tangga
penanggulangan dapat dilaksanakan
adalah kekerasan dalam bentuk fisik,
dengan pemberdayaan korban itu
kekerasan
psikis,
sendiri agar jangan sampai kekerasan
Stigma buruk yang melekat pada
itu terjadi ataupun terulang kembali
korban.
dalam
dalam
Kendala
bentuk
yang
dihadapi
dalam penanganan kekerasan dalam
perikemanusiaan,
lingkup
serta
rumah
tangga
khususnya di Kabupaten Buleleng.
rumah tangga antara lain masih kuatnya
keterkaitan
ketergantungan
istri
dan terhadap
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi
suaminya dan malu kalau kasusnya
Penelitian Kualitatif.
diketahui orang lain. Selain itu,
Jakarta: PT Raja Grafindo
persoalan ekonomi juga faktor utama
Persada.
penyebab terjadinya kekerasan dalam
Gultom, Maidin. 2012. Perlindungan
rumah tangga karena apabila mereka
Hukum
melaporkan
dan Perempuan. Bandung:
kepihak
berwajib
mereka akan takut nantinya tidak dinafkahi masih
oleh
suaminya
menggantungkan
karena materi
Terhadap
Anak
PT Refika Aditama. Luhulima,
Achie
Sudiarti.2000.
Pemahaman
Bentuk-
kepada suaminya dan takut apabila
Bentuk Tindak Kekerasan
mereka sampai bercerai nantinya
Terhadap Perempuan dan
mereka tidak bisa melanjutkan nasib
alternatif
hidupnya apabila nantinya mereka
Jakarta: P.T Alumni.
bercerai.
Upaya
penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga harus dilakukan secara terus menerus baik itu dilakukan oleh semua pihak.
Pemecahannya.
Netra. 1974. Metodelogi Penelitian. Usaha Nasional Surabaya.