Potensi Manusia Manusia mempunyai banyak kelebihan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Sayangnya banyak manusia yang tidak menyadari akan kelebihannya. Yang terlihat hanya kekurangannya, sehingga muncul rasa rendah diri. Apa saja kelebihan manusia? Banyak sekali. Diantaranya adalah: – Jantung manusia berdenyut 100.000 ribu kali perhari – Jantung manusia memompa 25.000 liter darah perhari – Pembuluh darah manusia panjangnya mencapai 100.000 kilometer – Mata manusia bisa membedakan sedikitnya 10 juta warna – Jika semua potensi manusia itu dikumpulkan, maka manusia bisa menarik beban seberat 25.000 ton – Potensi otak manusia. Otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Otak kanan untuk hal-hal yang bersifat imajiniasi (gambar, seni, musik). Sedangkan otak kiri untuk hal-hal yang bersifat logika (berhitung, matematika, fisika). Itu baru sebagian “kecil” saja potensi yang dimiliki manusia. Masih banyak potensi lainnya. Untuk itu sudah semestinya kita sebagai manusia bersyukur atas karunia Tuhan tersebut, dan memanfatakan potensi tersebut dengan sebaik-baiknya. Manusia harus menggali potensi yang ada dalam dirinya. Untuk menggali potensi diri, ada beberapa hal yang perlu dilakukan: 1. Tanamkan sikap mental positif. 2. Tanamkan keyakinan positif. Untuk mempunyai sikap mental postif, kita harus mengembalikan “state” (kondisi/keadaan/mood) ke posisi yang baik atau positif. Kalau mood kita bagus, maka kita akan mampu melakukan banyak hal. Menanamkan keyakinan positif akan mendatangkan sikap optimis dan tidak mudah menyerah. Setiap kejadian dilihat dari kacamata positif. Misalnya: melihat kegagalan sebagai sukses yang tertunda, bukan sebagai tanda kegagalan berikutnya.
Alangkah ruginya, jika kita membiarkan potensi yang ada dalam diri kita “terkubur” begitu saja. Mari kita gali dankembangkan potensi diri kita, sekecil apapun itu Sumber : http://inspirasijiwa.com/
Banyak Bicara Amsal 10:19 : Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. Mahatma Gandhi adalah salah satu pemimpin dunia yg mempengaruhi jalannya sejarah, yg banyak dipuji karena kebijakannya. Tapi jauh sebelum ia terkenal, ia adalah seorang yg pendiam dan pemalu. Dalam buku yg ditulisnya, “My Experiment with Truth” ia menceritakan tentang latar belakang kehidupannya yg menarik. Karena pemalu, maka ia sering gugup ketika berhadapan dengan banyak orang, tak heran kalau ia selalu sedikit berbicara. Ia pernah diundang untuk menyampaikan gagasannya, tapi ia tidak pernah bisa membaca apa yg sudah ditulisnya, hingga orang lainlah yg kemudian membacakan gagasannya. Meski demikian, ia berkata bahwa kelemahannya itu memiliki nilai positif bagi hidupnya. Karena ia jadi terbiasa untuk menahan gagasan-gagasannya sebelum menyampaikannya ke publik. Itu sebabnya sampai sekarang Mahatma Gandhi terkenal dengan cara pidatonya yg penuh arti, hemat kata, dan hampir bisa dipastikan ia jarang mengatakan sesuatu yg salah akibat satu kata yg tak dipikirkannya lebih dulu. Kita justru seringkali menjadi kebalikannya, yaitu berkata dulu baru berpikir, karena kita rajin mengobral kata, yg pada akhirnya menjadi bumerang. Berpikir sebelum berkata-kata adalah ciri orang bijak, sebaliknya orang bodoh selalu gegabah dalam perkataannya. Salomo berkata bahwa di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi. Bukan berarti tidak boleh berbicara atau berbicara seadanya saja, tetapi kita belajar agar lebih berhati-hati dalam berkata-kata. Jangan sampai kata-kata kita menjadi bumerang bahkan pempermalukan kita sendiri atau merusak citra kita sendiri. Sedikit kata tetapi bermakna dan bisa menjadi berkat bagi orang yang
mendengar lebih berarti daripada ribuan kata sia-sia.. Sumber : http://www.ceritakristen.com/renungan-harian-kristen-online
Maria dan Martha Renungan Harian Kristen mengajak saudara sekalian untuk merenungkan bersama sebuah perikop yang tentunya sudah tidak asing lagi. Maria dan Marta, Lukas 10 : 38 – 42. Sebuah cerita yang saya percaya semua pernah membacanya. Di sini diceritakan Tuhan sedang singgah ke rumah Maria dan Marta. Dalam menyambut kedatangan Tuhannya, mereka memiliki cara yang berbeda. Marta sibuk melayani Tuhan sedangkan Maria memilih untuk duduk dekat kaki Tuhan dan mendengar setiap perkataanNya. Mana yang berkenan di hadapan Allah? Seperti halnya Maria dan Marta, setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menjalani hidupnya. Dan semuanya tentu baik buat mereka. Tapi ingat, yang dibutuhkan bukan saja yang terbaik menurut manusia, tapi yang terbaik menurut Tuhan. Marta juga merasa sudah melakukan yang baik, dia melayani Tuhan, dia menyibukkan diri dengan kesibukan-kesibukan untuk memberi yang terbaik untuk Tuhan. Tapi apa yang terjadi? Yang terbaik menurut ukuran manusia bukanlah yang terbaik menurut Tuhan. Dan satu hal yang perlu kita ketahui, yang terbaik menurut Tuhan pasti itu yang terbaik untuk kita. Tapi jangan diartikan berarti kita tidak boleh melakukan apaapa. Setiap hari hanya duduk dengan Tuhan, membaca firman, memuji, menyembah, dll. Tidak bekerja tidak belajar tidak melakukan apapun juga. Bukan seperti itu yang dimaksudkan Tuhan. Di sini Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memprioritaskan Tuhan di prioritas pertama. Bukannya yang dilakukan Marta itu salah, tapi kurang tepat. Tuhan ingin setiap kita untuk memprioritaskan Tuhan seperti yang dilakukan oleh Maria. Jangan jadikan Tuhan sebagai prioritas kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya. Tuhan ingin sesibuk apapun kita, seberat apapun kesibukan kita, kita tetap memprioritaskan Tuhan. Jadilah Maria-Maria masa kini, yang duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya.. Source : http://www.renunganhariankristen.net/
Makan Malam Bersama Yesus Ruth menatap sebuah amplop surat yang didapat dikotak pos depan rumahnya. tidak ada cap pos, hanya nama dan alamatnya. Dia membaca surat itu sekali lagi … yang terkasih Ruth, Aku akan berada di rumahmu Sabtu sore dan aku ingin mampir untuk berkunjung. salam kasih, Yesus Tangannya gemetar saat dia meletakkan surat itu di atas meja. “Mengapa Tuhan ingin mengunjungi aku? tidak ada yang istimewa dengan diriku. aku tidak punya sesuatu untuk diberikan.” Dengan pikiran itu, Ruth teringat lemari dapur yang kosong. “Ya ampun, aku benar-benar tidak memiliki apa-apa untuk dipersembahkan. Aku harus pergi ke toko dan membeli sesuatu untuk makan malam.” Dia meraih tasnya dan menghitung isinya. Tujuh dolar dan empat puluh sen. “Yah, setidaknya aku bisa mendapatkan beberapa makanan.” Dia memakai mantel dan bergegas keluar pintu. Sepotong roti Prancis, setengah pon irisan kalkun, dan sekotak susu … tersisa uang 12 sen bagi Ruth yang dapat dia pakai hingga hari Senin. Meskipun demikian, dia merasa puas saat ia pulang ke rumah, belanjaannya terselip di bawah lengannya. “Hei, dapatkah kau membantu kami,?” karena sedang membayangkan
makan malamnya bersama Yesus, Ruth bahkan tidak memperhatikan dua orang sedang menggigil kedinginan di sebuah gang. Seorang pria dan seorang wanita, keduanya berpakaian hanya berpakaian compang-camping. “Lihat..kami tidak punya pekerjaan, aku dan istriku telah tinggal di sini dan sekarang suhu semakin dingin dan kami lapar dan. apakah kamu bisa membantu kami? “ Ruth menatap mereka berdua. Mereka kotor, berbau . Ruth yakin bahwa mereka bisa mendapatkan pekerjaan jika mereka benarbenar ingin. “Pak, aku ingin membantumu, tapi aku seorang wanita miskin. Yang saya miliki sekarang hanyalah beberapa potong roti, dan aku memiliki tamu penting untuk makan malam bersamaku malam ini. “ “Yah, baiklah, aku mengerti. Terima kasih.” Pria itu merangkul tangannya di bahu isterinya, berbalik dan menuju kembali ke gang. Saat dia melihat mereka pergi, Ruth merasa terharu. “Pak, tunggu!” Pasangan itu berhenti dan berbalik saat ia berlari menyusuri gang mengejar mereka. “Dengar, ambilah makanan ini. Aku akan mencari sesuatu yang lain untuk melayani tamu saya.” Dia menyerahkan pria itu tas belanjaan nya. “Terima kasih …. Terima kasih banyak!” kata istri pria itu, dan Ruth bisa melihat sekarang bahwa dia menggigil. “Kau tahu, aku punya mantel lain di rumah. Mari, kenapa kamu tidak mengambil satu ini.” Ruth membuka kancing mantelnya dan memakaikannya kebahu wanita itu. Lalu tersenyum, ia berbalik dan berjalan kembali ke jalan. . . Tanpa mantel dan dengan apa-apa untuk melayani tamunya. “Terima kasih! Terima kasih banyak!” Ruth merasa dingin pada saat ia sampai di pintu depan rumahnya, dan khawatir juga. Tuhan datang untuk mengunjungi dan dia tidak memiliki apa-apa untuk diberikan. Dia merabaraba melalui tasnya mencari kunci pintu rumahnya. Kemudian dia melihat amplop lain di kotak suratnya. ” aneh…. Tukang pos biasanya tidak datang dua kali dalam satu hari.” Dia mengambil amplop itu dari kotak dan membukanya. Yang terkasih Ruth, Senang melihatmu. Terima kasih untuk makanan yang indah. Dan terima kasih juga, untuk mantel bulu yang indah. Salam kasih, Yesus
Udara di luar terasa sangat dingin, tetapi meskipun tanpa mantel, Ruth tidak lagi merasakan dinginnya udara pada waktu itu. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku Matius 25:37-40
Wortel, Telur, Dan Kopi Seorang anak perempuan mengeluh pada sang ayah tentang kehidupannya yang sangat berat. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan bermaksud untuk menyerah. Ia merasa capai untuk terus berjuang dan berjuang. Bila satu persoalan telah teratasi, maka persoalan yang lain muncul. Lalu, ayahnya yang seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air kemudian menaruh ketiganya di atas api. Segera air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama dimasukkannya beberapa wortel Ke dalam panci kedua dimasukkannya beberapa butir telur. Dan, pada panci terakhir dimasukkannya biji-biji kopi. Lalu dibiarkannya ketiga panci itu beberapa saat tanpa berkata sepatah kata. Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan menunggu dengan tidak sabar. Ia keheranan melihat apa yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit, ayahnya mematikan kompor.
Diambilnya wortel-wortel dan diletakkannya dalam mangkok. Diambilnya pula telur-telur dan ditaruhnya di dalam mangkok. Kemudian dituangkannya juga kopi ke dalam cangkir. Segera sesudah itu ia berbalik kepada putrinya, dan bertanya: “Sayangku, apa yang kaulihat?” “Wortel, telur, dan kopi,” jawab anaknya. Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Ia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya si anak mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya menghirup kopi. Ia tersenyum saat mencium aroma kopi yang harum. Dengan rendah hati ia bertanya “Apa artinya, bapa?” Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda telah merasakan penderitaan yang sama, yakni air yang mendidih, tetapi reaksi masing-masing berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar, ternyata setelah dimasak dalam air mendidih menjadi lembut dan lemah. Telur yang rapuh, hanya memiliki kulit luar tipis yang melindungi cairan di dalamnya. Namun setelah dimasak dalam air mendidih, cairan yang di dalam itu menjadi keras. Sedangkan biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak dalam air mendidih, kopi itu mengubah air tawar menjadi enak. “Yang mana engkau, anakku?” sang ayah bertanya. “Ketika penderitaan mengetuk pintu hidupmu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?” Bagaimana dengan ANDA, sobat? Apakah Anda seperti sebuah wortel, yang kelihatan keras, tetapi saat berhadapan dengan kepedihan dan penderitaan menjadi lembek, lemah, dan kehilangan kekuatan? Apakah Anda seperti telur, yang mulanya berhati penurut? Apakah engkau tadinya berjiwa lembut, tetapi setelah terjadi kematian, perpecahan, perceraian, atau pemecatan, Anda menjadi keras dan kepala batu? Kulit luar Anda memang tetap sama, tetapi apakah Anda menjadi pahit, tegar hati,serta kepala batu?
Atau apakah Anda seperti biji kopi? Kopi mengubah air panas, hal yang membawa kepedihan itu, bahkan pada saat puncaknya ketika mencapai 100 C. Ketika air menjadi panas, rasanya justru menjadi lebih enak. Apabila Anda seperti biji kopi, maka ketika segala hal seolah-olah dalam keadaan yang terburuk sekalipun Anda dapat menjadi lebih baik dan juga membuat suasana di sekitar Anda menjadi lebih baik. Bagaimana cara Anda menghadapi penderitaan? Apakah seperti wortel, telur, atau biji kopi?
Kemalasan Dan Akibatnya Baca: Amsal 26:13-16 “Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.” Amsal 26:14 Kesuksesan senantiasa hinggap dalam diri orang yang mau bekerja keras. Orang-orang hebat yang ada di dunia ini adalah tipe orang yang rajin dan pekerja keras. Kesuksesan yang diraihnya adalah akibat dari ketekunan dan hasil perjuangan yang tidak mengenal lelah, bukan datang ‘seperti durian runtuh’, tetapi melalui proses yang panjang. Tidak ada dalam kamus hidupnya berpangku tangan sepanjang hari. Contohnya adalah seorang atlit, ia tidak akan mampu meraih prestasi yang tinggi tanpa ada kedisiplinan atau latihan yang keras. Beda halnya bila orang itu malas dan tidak mau bekerja keras, sudah bisa dipastikan semua yang diimpikan atau cita-citakan mustahil terwujud, tetapi angan-angan belaka, ibarat ‘menegakkan benang basah’. Jadi “Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.” (Amsal 21:25). Tuhan sangat tidak suka terhadap orang-orang Kristen yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja, karena “Bapaku bekerja
sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17). Malas adalah sahabat kemiskinan dan kekurangan; kemalasan juga akan menjauhkan kita dari berkat-berkat Tuhan. bagaimana kita bisa menikmati dan meraih janji Tuhan bila kita sendiri malas untuk melayani Tuhan, malas berdoa, malas baca Alkitab? Seorang pemalas biasanya suka sekali menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan pada waktu itu; suka meremehkan tugas dan sangat lamban dalam menyelesaikan apa saja yang dipercayakan kepadanya. Bila kita menangkap gejalagejala demikian, kita harus segera berbenah diri supaya tidak berlarut-larut dan menjadi kebiasaan hidup. Penulis Amsal juga sangat geram melihat orang malas sehingga dengan keras menegur, “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.” (Amsal 6:9-11). Seorang pemalas enggan untuk membajak dan bekerja, akibatnya ia pun tidak akan menuai apa-apa ketika musim tuai itu tiba. Sumber : http://airhidupblog.blogspot.com/
Tanda Peringatan Ayat Bacaan: 2 Pet 3:10 =================== “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” Begitu banyaknya bencana alam di hari2 terakhir ini. Gempa yang mengguncang Aceh dan Sumatera Utara kemarin adalah yang
terbaru. Sementara pulau Jawa masih disibuki oleh banjir dimana2. Saya melihat di TV betapa kepanikan melanda banyak orang ketika terjadi gempa. Dan hal tersebut selalu terlihat tiap kali terjadi bencana alam, bukan saja di Indonesia tapi juga di segala penjuru bumi. Saya percaya, jika tanda peringatan, katakan lah alarm atau seruan yang memerintahkan penduduk yang berpotensi terkena dampak bencana alam itu dibunyikan sebelum bencana itu terjadi, orang akan bergegas menyelamatkan diri secepat mungkin, keluar dari daerah rawan atau mencari daerah aman. Tuhan telah mengingatkan kita mengenai hal yang lebih mengerikan sejak jauh2 hari. Sayangnya, bukan cuma saudara2 kita yang belum bertobat, kita yang mengaku anak2Nya pun seringkali lalai dan masih bergelimang dosa, tidak patuh pada firmanNya, pada apa yang menjadi kehendakNya, dan tidak memperhatikan apa yang menjadi isi hati Tuhan. Aneh memang, jika tanda peringatan untuk sebuah bencana alam akan serta merta kita patuhi, tapi hari penghakiman yang telah diingatkan sejak dulu tidak kita pedulikan. Ketika hari Tuhan datang, yang akan datang tiba2, disaat itulah akan terlihat bagaimana selama ini kita mempersiapkan diri kita, apakah kita peka dan peduli pada peringatan Tuhan yang telah Dia berikan sejak lama. Adalah penting bagi kita untuk hidup kudus sesuai dengan firman Tuhan. Adalah penting bagi kita untuk mempersiapkan diri kapan saja. Tanda2 akhir jaman jelas disebutkan dalam kitab Wahyu, dan kita sedang menuju kesana. Sebagai anak2Nya, kita harus selalu siap untuk itu. Jangan lalai, dan jangan tunda lagi. Jika diantara kita masih merasa punya banyak hal yang dapat mengecewakan Dia, datanglah padaNya dan bertobatlah. Mari kita semua memulai hidup baru, hidup yang diberkati, agar ketika hari Tuhan datang, kita akan kedapatan sebagai anak2Nya yang setia. Saatnya kita peduli pada tanda peringatan dari Tuhan Source : http://renungan–kristen.blogspot.com/
MELAYANI TUHAN DENGAN TULUS! Baca:
1 Tesalonika 2:1-12
“juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasulrasul Kristus.” 1 Tesalonika 2:6 Kata ‘pelayanan’ tidaklah asing di telinga setiap orang Kristen, bahkan hampir semua anak Tuhan kini sudah terlibat dalam pelayanan, tidak hanya melayani di gereja di mana mereka berjemaat, namun kini sudah melangkah ke luar menjangkau jiwa-jiwa yang tinggal di daerah-daerah: desa terpencil, lereng pegunungan atau pedalaman. Pertanyaannya: apa yang menjadi motivasi kita sehingga kita rela berjerih lelah untuk pekerjaan Tuhan? Melalui renungan ini kita diingatkan tentang motivasi kita dalam pelayanan, jangan sampai ada ambisi pribadi atau tendensi mencari pujian, hormat, popularitas, keuntungan untuk diri sendiri. Jangan pula kita mengerjakan tugas pelayanan ini hanya sebatas aktivitas rohani atau rutinitas belaka. Mari kita belajar dan meneladani Rasul Paulus. Melalui suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus menegaskan keberadaannya dalam melayani Tuhan. ia menekankan kembali perihal motivasinya dalam melayani, “…karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (ayat 4). Jangan sampai kita melayani Tuhan hanya karena sungkan dengan bapak gembala atau hanya untuk menyenangkan manusia sehingga kita selalu bermulut manis atau berkata yang muluk-muluk. Apa yang dilakukan Paulus?” “…kami tidak pernah bermulut manis-hal itu kamu ketahui-dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi-Allah adalah saksi-” (ayat 5). Hal ini jelas menunjukkan bahwa Rasul Paulus memiliki motivasi yang tulus dalam melayani: tidak mempunyai maksud yang tidak murni, tidak ada tipu daya, bukan untuk menyukakan manusia. Mari harus berhati-hati dalam pelayanan, jangan sampai kita menyampaikan kebenaran Injil tapi kita memiliki motivasi atau ambisi yang tidak benar, “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.” (Kisah 24:16). Dipercaya Tuhan untuk dapat melayaniNya dalam anugerah, maka segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan saja. “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Yohanes 3:30
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2012 –
Kritik Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencanaAmsal 24:16 Suatu kali seorang pemusik muda mengadakan konser perdana, namun setelah konser ia dicela habis-habisan oleh banyak kritikus. Rasa depresi segera melanda pemuda itu. Hingga Jean Sibelius, komposer Finlandia yang terkenal menghiburnya. “Ingat Nak, tidak ada satupun kota di seluruh dunia yang mendirikan patung penghargaan untuk kritikus.” Mungkin kita juga pernah dicela dan dikritik oleh orang di sekitar kita. Apapun yang kita perbuat, sang kritikus siap “bernyanyi” dengan nada-nada sumbang. Tapi saya teringat pada Elvis Presley yang pernah dipecat oleh manajer Grand Ole Opry dengan komentar, “Kamu tidak terkenal, Nak. Sebaiknya kamu kembali menjadi supir truk.” Clint Eastwood juga pernah dipecat dari Universal Pictures hanya karena giginya cuwil. Decca Records pernah menolak 4 pemuda yang gugup ketika bermain untuk rekaman pertamanya. Mereka berkata, “Kami tidak suka mereka. Kelompok gitaris tidak begitu populer.” Keempat pemuda itu adalah The Beatles. Itulah contoh dari orang-orang yang pernah dikritik, dicela bahkan ditolak. Tetapi dari kritik itu, mereka bangkit sehingga hari ini, kita pasti mengenal nama-nama di atas sebagai legenda dalam bidangnya. Mungkin saat ini sebagai karyawan atau usahawan yang baru dalam perintisan, Anda sudah mendapat kritikan. Satu yang bisa saya tulis untuk Anda, “Teruslah maju mencari peluang!” Percayalah Allah sedang mengerjakan rencana hebat untuk pekerjaan Anda. Saatnya kita melihat kritik sebagai dorongan
orang lain agar kita tetap bersemangat dan mengembangkan potensi diri. Dari kritikan kita bisa melihat kelemahankelemahan yang mungkin belum kita sadari. Kritik juga melatih kita menjadi bermental unggul. Jangan lupa juga, seorang tokoh terbesar pun lahir di antara kritikan dan cemooh. Dialah Yesus yang kini telah menebus dosa kita. Ia-lah yang akan menjadi pelatih mental kita agar dapat menggunakan kritik sebagai pemacu untuk meraih kesuksesan. Kritikan adalah satu rahasia kesuksesan. Jangan bunuh suara-suara kritik tetapi peliharalah demi keberhasilan pekerjaan Anda. Tetaplah optimis! Kritik bisa membuat kita melihat kelemahan yang sering belum kita sadari.
KETAATAN ABRAHAM Baca:
Kejadian 12:1-9
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” Kejadian 12:2 Pemazmur menegaskan bahwa “Janji Tuhan adalah janji yang murni bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, Tuhan, yang akan menepatinya,” (Mazmur 12:7-8a). Janji Tuhan adalah ya dan amin, tidak ada yang tidak ditepatiNya. Tuhan tidak hanya berjanji akan memberkati Abraham secara melimpah, tapi juga berjanji hendak menjadikannya berkat bagi bangsabangsa, dan janji itu pun tergenapi. Bahkan setiap kita yang beriman kepada Yesus Kristus disebut sebagai keturunan Abraham dan kita pun berhak menerima janji Allah (baca Galatia 3:29). Kehidupan Abraham sampai pada masa tuanya diberkati Tuhan
secara luar biasa. Sungguh nyata benar apa yang tertulis dalam Yesaya 46:4 bahwa, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” Mengapa Abraham mengalami dan menikmati berkat-berkat yang luar biasa dari Tuhan? Apa yang telah diperbuat olehnya? Ketika diperintahkan Tuhan untuk pergi dari negerinya dan juga dari sanak saudaranya ke suatu negeri yang belum diketahui secara pasti, Abraham taat: “…pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya,” (Kejadian 12:4). Setiap kita yang rindu masuk ke dalam rencana Tuhan, baik dalam hidup di dunia ini maupun untuk yang akan datang, biarlah kita mau belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh Abraham. Mari kita belajar taat karena ketaatan adalah kunci mengalami terobosan baru! Namun sebelum memberkati, Tuhan meminta milik Abraham yang paling berharga dan yang terbaik, yaitu anak semata wayangnya. FirmanNya, “Ambillah anakmu yang tungal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian 22:2). Abraham tidak kecewa, mengeluh atau membantah dengan Tuhan, dipersembahkanlah Ishak kepada Tuhan. Sudahkah kita memberi yang terbaik dari hidup kita (waktu, tenaga, talenta, materi) untuk Tuhan.