Artikel Reguler _____________________________________________________________________________
UNJUK - KERJA LAYANAN BEST EFFORT PADA LTE DENGAN PAKAI – ULANG FREKUENSI FRAKSIONAL TIGA JENJANG Annacardiana Sekarsari1, Budi Setiyanto2, Mulyana3 Abstract— In mobile communications, frequency spectrum is a limited natural resource that must be used efficiently. The solution to improve efficiency of frequency allocation is using a frequency reuse pattern. In the LTE network, there is a new idea about frequency reuse pattern, that is Fractional Frequency Reuse (FFR). This paper presents about simulation results on the quality of the LTE network used LTE-Sim simulator. The purpose is increasing the quality and efficiency of LTE networks by using frequency reuse technique, such as FFR. This research is conducted on the LTE network with 3MHz bandwidth, 6 watt transmit power, and used six- cells configuration with a fractional frequency reuse three layers then simulated seven frequency reuse patterns, two patterns of non- fractional (FRF = 1/3 and FRF = 1) and five fractional patterns (with a variety of power). Comparison of quality is tested using the BE application with goodput parameter. The test results show that the FFR technique improves those qualities of the LTE network. The results obtained using FFR scheme is able to exceed the results obtained using FRF = 1 or FRF = 1/3. When compared with FRF = 1/3, FFR increases the goodput up to 119 % and up to 14 % when compared with FRF = 1. Intisari— Dalam komunikasi seluler, spektrum frekuensi merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga harus digunakan secara efisien. Salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi alokasi frekuensi yaitu dengan pemakaian pola pakai-ulang frekuensi. Pada jaringan LTE muncul ide baru tentang pola pakaiulang frekuensi ini, yakni pola pakai-ulang frekuensi secara fraksional (Fractional Frequency Reuse, FFR). Makalah ini menampilkan hasil simulasi pada kualitas jaringan LTE menggunakan simulator LTE-Sim. Tujuannya yaitu meningkatkan kualitas dan efisiensi jaringan LTE dengan menerapkan sebuah teknik FFR. Penelitian dilakukan pada jaringan LTE dengan lebar pita 3 MHz, daya pancar 6 watt, dan menggunakan konfigurasi enam sel dengan pakai-ulang frekuensi secara fraksional tiga jenjang, kemudian disimulasikan tujuh pola pakai-ulang frekuensi, yakni dua pola takfraksional (FRF = 1/3 dan FRF = 1) dan lima pola 1Mahasiswa, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Dadapan, Godean, Sleman,Yogyakarta 55564 (tlp: 085729196315; e-mail:
[email protected]) 2, 3Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM. Jln Grafika No.2 Kampus UGM Yogyakarta
fraksional (dengan berbagai variasi daya). Perbandingan kualitas diuji menggunakan aplikasi BE dengan parameter goodput. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa teknik FFR memperbaiki kualitas pada jaringan LTE. Hasil yang diperoleh menggunakan skema FFR mampu melebihi hasil yang diperoleh saat menggunakan skema pakai-ulang frekuensi dengan faktor pengulangan 1 dan 1/3. Bila dibandingkan dengan FRF = 1/3, FFR dapat meningkatkan goodput hingga 119 % dan mencapai 14 % bila dibandingkan dengan FRF = 1. Kata Kunci— LTE, FRF, FFR, BE, kualitas, goodput.
I. PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan pihak penyedia jasa layanan telekomunikasi seluler dituntut untuk berkembang guna memenuhi keragaman kebutuhan konsumennya. Salah satu hal yang terlihat sangat berkembang adalah kebutuhan akan komunikasi paket data. Long Term Evolution (LTE) merupakan salah satu teknologi komunikasi selular generasi keempat yang dikembangkan The 3rd Generation Partnership Project (3GPP) untuk memberikan pesat data yang lebih tinggi, waktu tunda yang rendah, serta spektrum yang lebih efisien. Seiring dengan kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi yang terus meningkat maka diperlukan kapasitas sel yang semakin besar sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas sel. Selain itu, diperlukan upaya juga untuk mengoptimalkan pemanfaatan frekuensi karena dalam bidang komunikasi, frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas. Salah satu upaya adalah penggunaan pakaiulang frekuensi. Untuk mengurangi aras interferens, frekuensi yang sama tidak diperkenankan dipakai di sel yang berdampingan, harus di sel yang lain. Meski penggunaan skema pakai-ulang frekuensi ini dapat menekan aras interferens, namun jika penggunaan faktor pengulangan semakin kecil akan mengakibatkan berkurangnya kapasitas kanal yang tersedia. Oleh karena itu, dirancang suatu skema pakai-ulang frekuensi secara fraksional yang tidak hanya mengurangi masalah interferens antar sel (Inter-Cell Interference, ICI), namun juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi spektrum.
105 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi _______________________________________________________________________________ Terdapat tiga pola utama pemakaian ulang frekuensi untuk mengurangi adanya interferensi dari sel lain yaitu hard frequency reuse, fractional frequency reuse (FFR) , dan soft frequency reuse [1]. Dalam sistem selular, FFR membagi sel menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah dalam dan wilayah luar. Setiap wilayah mengalokasikan pita frekuensi yang berbedabeda sehingga pola ini dapat mengurangi interferensi antar kanal dan memberikan kapasitas sistem yang lebih besar [2]. II. LONG TERM EVOLUTION (LTE) Arsitektur jaringannya sudah menggunakan IP seluruhnya. Gbr. 1 mendeskripsikan arsitektur jaringan LTE. Terdapat empat tingkatan utama, yaitu UE (User Equipment), E-UTRAN (Evolved Universal Terrestrial Radio Access Network), EPC (Evolved Packet Core), dan Service Domain. A. Arsitektur Jaringan LTE
2) Teknik Akses Jamak: Pada arah DL teknik akses yang digunakan adalah Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) dan pada arah UL teknik akses yang digunakan adalah Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA). Teknik OFDMA menggunakan lebar-pita subpembawa yang lebih kecil dan bersifat saling ortogonal sehingga dapat mengurangi adanya efek interferens antar simbol (Inter Symbol Interference, ISI) dan efek interferens antar sub-pembawa (Sub-Carrier Interference, SCI. Namun, selain masalah ISI dan SCI, teknik OFDMA juga memberikan sebuah masalah lain, yaitu interferens antar sel (ICI) dan interferens antar kanal (Co-Channel Interference, CCI). Masalah ICI dan CCI ini terutama timbul pada pengguna yang berada di tepian sel. Hal ini terjadi karena pada tepian sel, para pengguna akan mengalami suatu radiasi daya dari sel-sel tetangga sehingga kualitas yang diterima pengguna pada tepian sel akan semakin menurun [5]. 3) Mode Transmisi MIMO: Dengan teknologi MIMO, sebuah pemancar atau penerima dapat menggunakan lebih dari satu antena. Jadi, sistem antena jamak ini untuk mendukung kepesatan dalam pengiriman data. 4) Modulasi yang digunakan: Adaptive Modulation and Coding (AMC) merupakan salah satu teknologi pendukung pada LTE. Teknik ini memvariasikan teknik modulasi dan pengkodean yang digunakan sesuai dengan kondisi kanal dari masing-masing pengguna. Sistem modulasi adaptif melakukan perubahan jenis modulasi sesuai dengan kondisi sinyal saat itu.
Gbr.1 Arsitektur Jaringan LTE [3]
UE, E-UTRAN, dan EPC koneksi layernya menggunakan Internet Protokol (IP). Bagian dari sistem ini disebut juga Evolved Packet System (EPS). Fungsinya adalah menyediakan koneksi berbasis IP dan bertujuan pada pengoptimalan yang tinggi [3]. B. Antarmuka Udara LTE Spesifikasi LTE telah ditetapkan oleh 3GPP untuk UE dan eNodeB. Adapun spesifikasi teknik LTE yang telah ditetapkan meliputi, mode akses radio, teknik akses jamak, mode transmisi MIMO (Multiple Input Multiple Output), dan modulasi yang digunakan [4]. 1) Duplexing: FDD merupakan teknik duplex yang menggunakan dua frekuensi yang berbeda untuk melakukan komunikasi dalam dua arah. Dengan menggunakan FDD dimungkinkan untuk mengirim dan menerima sinyal secara simultan dengan frekuensi yang berbeda-beda. Sedangkan TDD menggunakan frekuensi tunggal dan frekuensi tersebut digunakan oleh semua kanal untuk melakukan pengiriman dan penerimaan data. Setiap kanal tersebut dijamakkan dengan menggunakan basis waktu sehingga setiap kanal memiliki time slot yang berbeda [4].
C. Spesifikasi LTE Tabel 1 menunjukkan besar resource block (RB) untuk tiap lebar pita operasinya. RB adalah elemen terkecil alokasi sumber yang diberikan oleh eNB kepada UE [6]. TABEL 1 SPESIFIKASI LTE [6] Lebar pita kanal (MHz)
1.4
3
5
BW tiap RB Jumlah RB (NRB) BW tiap subpembawa Jumlah subpembawa yang digunakan Ukuran FFT
10
15
20
75
100
180 kHz 6
15
25
50 15 kHz
72
180
300
600
900
1200
128
256
512
1024
1536
2048
Teknologi LTE mendukung fleksibilitas stasiun pelanggan dengan lebar pita antara 1,4 MHz – 20 MHz untuk sistem LTE dan pemakaian ulang frekuensi [7]. C. Layanan Best-Effort Layanan BE merupakan model layanan untuk koneksi yang bersifat non-real time, keberhasilan data
106 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Artikel Reguler _____________________________________________________________________________ yang dikirim untuk sampai ke tujuan menjadi target utama. Layanan BE dapat dikatakan mempunyai tingkat kebutuhan QoS (Quality of Service) masih rendah. Disamping itu, layanan BE biasanya tidak memerlukan jaminan sehingga dalam sistem antrian yang digunakan adalah FIFO (First In First Out). Pada dasarnya layanan BE adalah mengirimkan sesegera mungkin dan sebanyak – banyaknya paket data yang hendak dikirimkan untuk sampai ke tujuan tanpa ada jaminan paket tersebut sampai secara sempurna, paket tersebut akan segara dikirim begitu media perantarannya siap dan sudah tersedia. Layanan BE dapat dianalisis dari nilai goodput. Goodput merupakan hasil dari total ukuran file (dalam bit) yang diterima dalam suatu satuan waktu tertentu [8], dinyatakan sebagai berikut. Goodput
total paket terima (bit) waktu DL (s)
(1)
III. PAKAI-ULANG FREKUENSI Inti dari pakai-pakai ulang frekuensi ini yaitu frekuensi yang telah dipakai di suatu sel akan dipakai lagi di sel lain asalkan interferensnya masih dapat ditoleransi. Gbr. 2 menunjukkan konsep pakai-ulang frekuensi. R merupakan radius sel yang dihitung dari pusat sel ke titik terjauh dalam sel. D merupakan jarak minimum sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama. Pengaturan jarak D ini harus sebaik mungkin untuk mengurangi adanya interferens kanal berdampingan (Adjacent Channel Interference, ACI) dan interferens sekanal (CCI). Jarak minimum penggunaan pakai-ulang frekuensi ini dapat didekati dengan. D R
3N
A. Pakai-Ulang Frekuensi Secara Fraksional Skema FFR merupakam skema pakai-ulang frekuensi yang membagi area cakupan dibagi menjadi dua bagian, yaitu sel tengah dan sel tepian. Sel tengah adalah area cakupan sel sebesar Ro, menggunakan FRF sebesar 1 dan menggunakan daya pancar P o, sedangkan sel tepian adalah area cakupan sel sebesar R, menggunakan FRF sebesar 1/3 dan daya pancar sebesar P > Po [9].
(3.1)
Gbr.3 Pola Pakai-Ulang Frekuensi Fraksional dua Jenjang [10]
Gbr.3 merupakan contoh dari pola pakai-ulang frekuensi secara fraksional dua jenjang dengan konfigurasi tiga sel. Pada gambar tampak bahwa tepian sel mengoperasikan frekuensi yang berbeda dengan sel-sel tetangga yang bersebelahan, yakni F1, F2, dan F3. Jadi, frekuensi tersebut dialokasikan untuk pengguna yang berada pada tepian sel. Sedangkan bagian tengah sel mengoperasikan semua frekuensi yang tersedia, sehingga F merupakan gabungan dari F1, F2, dan F3. Gabungan frekuensi tersebut dialokasikan untuk pengguna yang berada di tengahtengah sel.
(2)
Gbr.4 Pola Pakai-Ulang Frekuensi Fraksional Tiga Jenjang
Berdasar Gbr.4 terdapat tiga jenjang pada pola FFR, yaitu jenjang A, B, dan C. Masing-masing jenjang memiliki daya pancar yang berbeda-beda dengan pengaturan PA> PB> PC. Gbr.2 Jarak Minimum Penggunaan Pakai-Ulang Frekuensi (9) Pada jenjang A mengoperasikan satu frekuensi yang Apabila kanal frekuensi radio absolut (Absolute berbeda dengan frekuensi pada sel-sel yang berdekatan, Radio Frequency Channel, ARFC) dipilah menjadi N pada jenjang B diaktifkan satu frekuensi lagi sehingga kelompok, maka N dapat disebut kluster (cluster), dan jenjang B mengoperasikan dua frekuensi dari tiga 1/N merupakan faktor pakai-ulang frekuensi frekuensi yang tersedia, dan pada jenjang C (Frequency Reuse Factor, FRF). Semakin besar nilai mengoperasikan seluruh frekuensi yang tersedia, yaitu N maka jarak antar sel yang sekanal akan semakin jauh. F1, F2, dan F3. Kondisi ini tentu akan sangat mengurangi interferens LTE – Sim versi 4.0 ini belum secara langsung yang terjadi, namun semakin besar nilai N dapat mensimulasikan skema FFR sehingga dilakukan mengakibatkan jumlah kanal tiap sel berkurang karena suatu cara yaitu dengan membagi skema FFR tersebut FRF yang semakin kecil. Hal ini mengakibatkan menjadi beberapa skenario. Jadi, karena adanya kapasitas trafik per sel akan menjadi lebih kecil. katerbatasan pada simulator, maka dirancang sebuah konfigurasi jaringan skema FFR yang setara dengan konfigurasi jaringan skema FFR yang asli. Gbr.5
107 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi _______________________________________________________________________________ memperlihatkan rancangan konfigurasi jaringan FFR yang asli. Konfigurasi jaringan skema FFR pada simulator diperlihatkan pada Gbr.6. Berdasar gambar tersebut konfigurasi jaringan pada simulator dibagi menjadi tiga skenario yaitu skenario A, B, dan C. Pembagian pemodelan jaringan ini dilakukan karena simulator hanya dapat digunakan untuk pengaturan sel dengan parameter yang seragam. Beberapa parameter simulasi adalah sebagai berikut. - Jarak antar pusat sel : 866 m (Radius = 500 m) - Total lebar pita : 3 MHz - Jumlah RB yang tersedia : 15 RB - Total daya pancar tiap sel : 6 Watt - Model kanal udara : ITU Ped-A
Skema pakai-ulang frekuensi secara fraksional dibagi menjadi lima skema yang diuji dengan berbagai variasi daya yaitu skema FFR [I], FFR [II], FFR [III], FFR [IV], dan FFR [V] sedangkan skema pakai-ulang frekuensi tidak fraksional dibagi menjadi dua skema, yaitu skema FRF = 1 dan skema FRF = 1/3 seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2. Pengaturan daya ini merupakan perbandingan daya pancar PA, PB, dan PC, untuk mempertahankan agar daya pancar total tetap sebesar 6 watt maka diberlakukan syarat bahwa PA + PB + PC = 6 watt dan PA > PB > PC sesuai dengan yang diilustrasikan pada Gbr.7.
Gbr 7. Perbandingan Daya Pancar
Gbr.5 Konfigurasi Jaringan FFR Asli
Gbr.6 Konfigurasi Jaringan FFR pada Simulator
Pengujian dilakukan menggunakan perbandingan daya pancar BS dengan total daya pancar sebesar 6 watt. Pemilihan total daya pancar 6 watt ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pembagian daya pada PA , PB, dan PC. Variasi daya pancar BS ini dilakukan untuk memperoleh perbandingan kapasitas pengguna dengan skema pakai-ulang frekuensi secara fraksional dan pakai-ulang frekuensi tidak fraksional.
Dengan pengaturan daya pancar seperti Gbr.7 maka penggunaan daya pancar pada daerah tepian sel menggunakan daya yang paling besar. Total goodput pada layanan BE diperlihatkan pada Gbr 7. Berdasar Gbr 7.tampak bahwa nilai goodput pada skema pakai-ulang frekuensi secara fraksional memberikan nilai goodput yang tinggi dan dapat dikatakan seragam pada skema FFR [III], FFR [IV], dan FFR [V]. Meski penggunaan skema FFR dapat meningkatkan kualitas, namun penggunaan variasi perbandingan daya pancar yang tepat juga dapat mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Pada skema FFR interferens yang terjadi dapat ditekan sehingga jaringan dapat memberikan layanan yang maksimum, berbeda dengan skema FRF = 1. Pada skema FRF = 1 ini, interferens yang terjadi cukup tinggi sehingga mengakibatkan data yang diterima tidak maksimum sehingga goodput menjadi kecil.
TABEL 2 PEMBAGIAN DAYA PANCAR DENGAN TOTAL DAYA 6 WATT SKEMA
PA (watt)
PB (watt)
PC (watt)
FRF = 1/3
6
0
0
FFR [I] FFR [II]
5.97 5
0.015 0.6
0.014 0.4
FFR [III]
3.5
2
0.5
FFR [IV]
3
2
1
FFR [V]
2.5
2
1.5
FRF = 1
2
2
2
Gbr 8.Total Goodput Enam Sel
Berdasar Gbr.8 terlihat bahwa goodput dari setiap pengujian untuk jumlah pengguna yang berbeda-beda diperoleh goodput pada nilai kisaran yang sama. Pada skema FFR = 1 untuk jumlah pengguna 180 pengguna hingga 900 pengguna didapat nilai goodput yang hampir sama yaitu sekitar 20 Mbps. Hal ini
108 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Artikel Reguler _____________________________________________________________________________ menunjukkan bahwa jumlah pengguna tidak mempengaruhi total goodput yang dihasilkan. Penggunaan skema FFR ini menggabungkan tiga skema pakai-ulang frekuensi, jadi skema FRF = 1/3 meskipun interferens yang terjadi juga dapat ditekan tapi goodput yang dihasilkan tetap lebih kecil dari hasil goodput skema FFR. Pada skema FRF = 1 alokasi BW yang tersedia digunakan seluruhnya sehingga dapat melayani paket data yang lebih banyak jika dibandingkan dengan skema FRF = 1/3 yang hanya menyediakan alokasi BW sepertiga dari alokasi BW total. Hal ini mengakibatkan goodput yang diterima pada skema FRF = 1/3 paling kecil seperti yang diperlihatkan pada Gbr 8. Gbr.9 memperlihatkan rerata goodput yang diterima setiap pengguna pada layanan BE. Berdasar Gbr.9 terlihat perbandingan rerata goodput yang diterima untuk setiap pengguna.
Gbr.10 menunjukkan kualitas goodput maksimum yang dihasilkan oleh masing-masing skema pakai-ulang frekuensi. Total goodput diperoleh berdasarkan total keseluruhan gootput yang diterima oleh seluruh pengguna. Hasil simulasi berdasar total goodput menunjukkan bahwa goodput maksimum diperoleh dengan menggunakan skema FFR [IV]. Pemakaian skema FFR [IV] dapat meningkatkan goodput sebesar 119 % jika dibandingkan dengan goodput yang dihasilkan dengan skema FRF = 1/3 dan dapat meningkatkan goodput hingga 14 % bila dibandingkan dengan skema FRF = 1. Berdasar hasil pengujian yang diperoleh nampak bahwa pemakaian skema FFR berpengaruh terhadap kualitas pada jaringan LTE.
Gbr 10. Total Goodput pada Berbagai Skema
Gbr 9. Rerata Goodput tiap Pengguna
Semakin banyak pengguna yang mengakses sebuah BS, maka rerata goodput yang diterima setiap pengguna akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin banyak pengguna yang mengakses sebuah BS, maka alokasi RB yang tersedia digunakan untuk sejumlah pengguna tersebut. Jumlah RB yang sama digunakan untuk SS yang semakin banyak tentunya akan menurunkan kualitas dan kinerja dari RB sehingga rerata goodput yang diterima pasti menurun seiring bertambahnya pengguna yang mengakses sebuah BS. Tabel 3 menunjukkan kualitas goodput maksimum yang dihasilkan oleh masing-masing skema pakaiulang frekuensi. TABEL 3 PERBANDINGAN RERATA TOTAL GOODPUT BERBAGAI SKEMA Total Goodput (Mbps)
Rerata Total Goodput (Mbps)
Rerata Goodput / SS (Mbps)
FRF = 1/3
80.2934
16.0587
0.0297
FFR [I]
102.1236
20.4247
0.0378
FFR [II]
147.4218
29.4844
0.0546
FFR [III]
173.2399
34.6480
0.0642
FFR [IV]
175.5415
35.1083
0.0650
FFR [V]
173.7773
34.7555
0.0644
FRF = 1
154.0314
30.8063
0.0570
Skema
Hasil yang diperoleh menggunakan skema FFR mampu menghasilkan nilai goodput yang lebih baik karena dengan pemakaian skema FFR, penggunaan BW akan lebih efisien dan kualitas dari sinyal terima lebih maksimal sehingga dapat memberikan hasil rerata goodput yang lebih baik. IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian mengenai pengoperasian skema pakai-ulang frekuensi secara fraksional tiga jenjang dengan menggunakan perangkat lunak LTESim versi 4.0, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. LTE-Sim versi 4.0 tidak secara langsung dapat mensimulasikan FFR karena simulator hanya dapat digunakan untuk pengaturan sel dengan parameter yang seragam sehingga diperlukan cara tersendiri, yakni dengan membagi skema FFR menjadi beberapa skenario. 2. Jumlah pengguna tidak mempengaruhi nilai total goodput yang diperoleh. 3. Skema FFR terindikasi mampu meningkatkan kualitas jaringan LTE. Pada layanan BE, pemakaian skema FFR [IV] dapat meningkatkan goodput sebesar 119 % bila dibandingkan dengan skema FRF = 1/3 dan dapat meningkatkan goodput hingga 14 % bila dibandingkan dengan skema FRF = 1.
109 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi _______________________________________________________________________________ UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis berikan sebesarbesarnya pada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan segenap dukungannya baik secara moril dan materiil. Ir. Budi Setiyanto, M.T. selaku dosen pembimbing pertama dan Ir.Mulyana selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, dukungan, masukan, dan nasihatnya. Serta semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan tugas akhir ini. REFERENSI [1]
R. Ghafar, R.Knopp, 2010, Fractional Frequency Reuseand Interference Suppression for OFDMA Networks, IEEE Conference Publications, Perancis, Mei – Juni 2010 (hal : 273-277). [2] B.Dimitrios, B.Christos, K.Vasileios, P.Andreas, T.Georgia, 2012, Optimization of Fractional Frequency Reuse in Long Term Evolution Networks, IEEE Wireless Communication and Networking Conference, 2012. [3] Anonim, 2012, LTE, http://xa.yimg.com/kq/groups/51615199/2078763031/ name/LTE (diakses tanggal 4 November 2013). [4] Siburian, S., 2011, Pengenalan Teknologi Long Term Evolution (LTE), Universitas Sumatra Utara. [5] Liu, L., G. Zhu, and D. Wu, 2011, A Novel Fractional Frequency Reuse Structure Based on Interference Avoidance Scheme in Multi-cell LTE Networks, Beijing Jiatong University, China. [6] Usman, U. K., Galuh P., Denny K.H., Sigit D. P., 2012, Fundamental Teknologi Selular LTE, Rekayasa Sains, Bandung. [7] Piro, G., L.A. Grieco, G. Boggia, F. Capozzi, and P. Camarda, 2010, Simulating LTE Cellular Systems: an Open Source Framework, IEEE Trans. Veh. Technol., Oktober. 2010. [8] Dewo, E.S., 2003, Bandwidth dan Throughput, UNDIP, Semarang. [9] Institut Teknologi Telkom, 2012, Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler, Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi Telkom, Bandung. [10] Anonim, ____, Fractional Frequency Reuse in Mobile WiMAX, http://www.conniq.com/WiMAX/fractionalfrequency-reuse.htm (diakses 2 September 2013 )
110 Volume 1 Nomor 2, Juli 2014 _______________________________________________________________________________