perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DENGAN ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI (Studi pada Pemerintah Kabupaten/ Kota di Indonesia Tahun 2008-2010)
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : SUSILO PRASETYO UTOMO F0305019
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO & PERSEMBAHAN MOTTO
“Tetapi (ikutilah Allah). Allahlah pelindungmu dan Dialah sebaik-baik penolong” (Ali-Imron: 105)
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (Ath-Thalaq : 2-3) “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”
(Ar-Rahman: 13) ”Aku mencintai orang-orang yang shalih meskipun diriku bukan dari kalangan mereka, mudah-mudahan aku mendapat syafa’at karena mereka” (Imam Syafi’i)
”Do the Best, Get the Best, and Do it for Allah” (Penulis)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sungguh tidak ada Dzat yang lain yang menyebabkan akhir ini berbuah manis kecuali nikmat itu datang dari Engkau Ya Allah… “Maaf atas segala nikmat yang kudustakan… Ampuni segala dosa hamba…. Sujud syukur untuk-Mu Ya Robb….”
Karya sederhana ini penulis
persembahkan teruntuk : Z Ibuku tercinta - dengan segala kasih dan sayangmu - dengan kesabaran dan ketabahanmu yang senantiasa mendoakanku di tengah tangis malammu dan mencintai apa adanya diriku… ridhomu adalah surga bagiku… cium kaki dan tangan dari Ananda untuk Ibu… (maaf sudah banyak mengecewakan Ibu …) Z Ayahku terhormat - dengan segala kerja keras, tanggung jawab, pengertian, didikan, doa, dan masukan yang akan senantiasa menjadi petuah dalam hidupku… Mas banyak belajar dari Bapak… cium kaki dan tangan dari Ananda untuk Bapak… (maaf sudah banyak mengecewakan Bapak …) Z Dek Harto “Terima kasih telah menjadi seseorang yang senantiasa mendukung Mas dan percaya Mas di saat-saat sulit ... engkau lebih dari sekedar adek yang selalu ada mengingatkan Mas, menginspirasi Mas, Mas bangga denganmu …. (maaf belum bisa jadi teladan yang baik)” Z Dek Shinta “Si kecil yang selalu membuat seisi rumah menjadi gaduh, sungguh Mas tidak ingin melihat kamu kesepian dan menangis lagi... keceriaanmu adalah kebahagiaan bagi Mas, engkau berhak atas kasih sayang yang utuh dari kami semua” Z Mbak Wahyu, Mbak Ary, dan Mas Roni, (sungguh Allah mengirimkan kalian hadir di tengah-tengah kesulitan dan kesempitanku, memberi support moril, materiil, dan spiritual, sungguh masa-masa mengerjakan skripsi dengan kalian menjadi proses yang menyenangkan, meski saya sering tanya, maaf sudah banyak merepotkan… maaf atas waktu lembur tesisnya yang terlalu berharga… terutama Mbak Wahyu yang selalu “ngoyak-ngoyak ” untuk segera diselesaekan sambil promo
radiopengajian.com. Selalu siap sedia, bahkan jemput bola untuk berkonsultasi.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terima kasih atas terornya Mbak. (merci d’ averci).. Semoga mendapat balasan yang terbaik dari Allah SWT. Betapa dengan kalian aku belajar menghargai arti dari sebuah proses. Selalu ada harga pengorbanan yang harus dibayar di muka untuk hasil manis yang didapat. Alhamdulillah dapat nilai rata-rata 85 dari ketiga penguji alias (A) Mas/Mbak. Terima kasih sudah membantu melewati 3 bulan melelahkan dengan penuh percaya diri dan rendah hati). Z Keluarga kecil di Wisma Artha – atas tumpangan di saat hijrah “ngenger” fokus pengejaran 3 bulan untuk menyelesaikan skripsi… Muhson atas diskusi dan segala info karirnya, Dek Adnan si Ganteng atas sharing pengalamannya, Dek Arif atas hiburan galau dan renungannya, Daeng Lutfal atas perhatian dan supportnya, meski kadang sering “ribut-ribut kecil” tapi itulah “benci-benci tapi rindu” seperti katamu, spesial untuk Dek Mail “ MONOD” atas fasilitasnya dalam pengerjaan skripsi, yang harus rela berkorban tergusur dari kamar tercinta.. Maafkan Mas banyak merepotkan Mail…. Keluarga Mas Ruddy, Mbak Ning, Si kecil Farel, Nea dan tetangganya Dhandi dan Isma. Z Teman di saat input data (Bardjos, Akh Dedi Al Barokah, Dek Farid, Dek Suryanto, Dek Apin, Dek Zulfikar, Dek Lucky, Dek Anggel)- atas kerelaan waktu berkenan part timer membantu Mas input data yang melelahkan saat itu.. Spesial buat Bardjos yang sudah datang malam-malam dan jadi teman di saat sama-sama sedang kelaparan malam itu … (maaf Jos belum bisa menjamu dengan baik kala itu). Z Teman se-angkatan kompre dan skripsi (Suryo, Habib, Condro, Mariska)– atas inspirasi ide skripsi, referensi jurnal, kepusingan yang mengesankan, waktuwaktu sharingnya, terima kasih turut membersamai proses dari awal kompre, skripsi, hingga pendadaran… meski hanya Suryo yang akhirnya InsyaAllah wisuda bareng September nanti. Yang jelas pintu gerbang terbuka lebar untuk kemenangan kita… Z Trio Kwek-Kwek – Dek Finik, Dek Rini (akhirnya tuntas), dan Dek Tri Haryana yang selalu cerewet ngingatkan dan monitor perkembangan studi Mas by phone or SMS... terima kasih untu kalian
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
Z Mbak Indah Noor dan Mbak Fitri
digilib.uns.ac.id
– terima kasih atas pembelajaran singkat
tentang bagaimana mengawali mengerjakan skripsi yang baik, meski hanya sebentar tapi yang sedikit itu menjadi awal yang baik untuk saya berproses… Z Duo Dek Farid dan Dek Sugeng – teman asyik di saat butuh hiburan, dan hang out bareng, terima kasih sudah banyak belajar memahami Mas dan menemani di saat masa-masa kritis Mas… Z Akuntansi 2005 – Fijri, Yoga, Pram, Dhinar, Dhoni, Febby Subhan, dkk Z BEM FE Kabinet Kontribusi – Mbak Sifa dan Dek Ayum yang sedang berbahagia menanti si buah hati (katanya dulu Mas Pras yang duluan, kok malah sekarang kalian yang duluan berkeluarga), Barjos yang selalu “merdeka”, (kedatanganmu kutunggu), Dek Finik yang sering teriak-teriak dan cerewet ngingetin Mas (Tunggu aku di Jakartamu), Dek Asri (Bu Dosen dan Asistennya Kabag Keuangan kita, makasih atas coaching singkatnya Sri), Dek Ayut dan Dek Eri (yang lagi di Palembang), Dek Hermawan (yang lagi jadi businessman), Spesial buat Bu Lina, yang sudah pulang ke tanahnya, (anak baik, gak suka neko-neko, partner yang tangguh, meski sedikit galak tapi sebenarnya sosok yang sabar… mungkin itu wujud kepeduliaan dan cara terbaik beliau dalam mengingatkan) terima kasih untuk kalian atas semua kesabaran dan kerelaan membersamai perjuangan di rumah perjuangan. Maaf sudah banyak menzhalimi hak-hak kalian dan maaf atas segala kewajiban yang tidak tertunaikan dengan baik…. Z PHT BEM UNS Kabinet Perlawanan – Pak Zuhud (Rozaki Suami Idaman, yang studi lanjut ke Jepang), Aji, Dede, Diaz, Charla, dan Nina (yang kompak banget di SOSMA dan SSC), Mbak Yunita (ayo smangat … lulus2 !! ), Sifa, dan Mbak Ria (PSDM yang sering galau), Mbak Lia Adhedia (maaf jurnalnya ga jadi saya translate Mbak, takut merepotkan), Amin, Anang, dan Aziz Proklamatu (salam GAMBUZZ), Sofie (maaf ga bisa datang nikahannya Sof), Dek Tya Bendum kita (dapet orang mana Ty? Ternyata temen deketnya Pak Susilo), Dzakiyya (PHT yang paling sering galau), Bozded (hilang tuk kembali … dan akhirnya pergi lagi), Spesial buat Pak Pres Gunawan, sosok hebat, sobat dari Cirebon, 10 tahun bersama bukan hal yang mudah dilupakan, terima kasih atas inspirasi, pembelajaran, dan pengalaman suka duka yang terukir, biar orang berkata apa, manusia tiada yang
commit to user sempurna, kau tetap Sobat selamanya).
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Z BRANDAL (Barisan Anak Deplu Handal) Kabinet Perlawanan – Adit yang jadi Pimred STAN, Yogie dan Febri (yang jadi tokoh pergerakan di IMM, saluut..saluut...), Tono (diem-diem menghanyutkan… politisi sunyi), Arif Kuncung (Sejarah Presiden BEM UNS yang jadi Korfak), Faisal (diem-diem tapi cekatan), Fitta si periang (mantan personel Lab UCYD dan Marching Band yang Sanguinis abiiz ), Ndukma (yang jadi CEO HMJ Akuntansi), Murti Mumun (Penerus ANJALA dari Pati), Indi (yang lagi Co.Ass, mantan Mendagri BEM FK, Miss.Choleric sekaligus calon tokoh muda wanita dari Jakarta), Warih (jadi mau lanjut?), Botay (Dagri yang sering ngikut DepLu), Linda (kapan diskusi lagi Lin?), Wachid (the
golden boy yang mirip Rhoma-Irama, pembelajar cepat yang choleric, punya daya tarik khas, terima kasih sudah menjadi bagian dari Deplu dan menjalankan peran dengan baik, maaf atas waktu-waktu yang terlewatkan membersamaimu), Spesial buat Noy-Noy (Kastrat yang jadi Ibunya anak-anak di Deplu, wajahnya polos sekilas mirip orang ga tau apa-apa tapi sebenarnya pinter dan memperhatikan, orangnya rame, sosok misterius, yang mau jadi Psikolog Anak, terima kasih atas supportnya) pengalaman dengan kalian sungguh mengesankan dan kurindukan… You’re AMAZING … Z Temen-Temen BEM SI – Yudha UNDIP, Pidi, Safa, Alfian (UNY), Agung Baskoro, Qodhar dan Lakso (UGM), Bang Nana (UNIBRAW), Mas Wahyu Suranto dan Gemma (IPB), Yusuf dan Iksan (ITB), Sapri (Riau), Fadli, Hadi (UNJ), Imad dan Tiko (UI), Meichy (UII), dan semua temen2 lain di BEM SI. Rindu berjuang bersama kalian… Z BEM FE Kabinet Bercahaya – Mbak Astri Dyah (yang berbahagia dengan Mas Drajat), Mbak Putri (adeknya jadi masuk pesantren di Demak Mbak?), Mbak Andree (maaf ga bisa datang nikahannya Mbak), Mas Herman (yang menggandeng Kabiro Riset, dan ga izin dulu sama saya), Mbak Dita (jadi keluarga bahagia kayaknya, setiap saat denger Nasyid, sosok yang keibuan dan tegas), spesial buat Mas Krisna (sosok berwibawa yang banyak fans-nya, yang kadang saya ga suka caranya, tapi sebenarnya banyak yang saya praktekkan, makasih atas ilmu dan pengalamannya Mas, maaf banyak merepotkan).
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Z BEM FE Kabinet Totalitas dan Progressif – Mbak Andri Rahma, Mbak Catur Dang, Mbak Lusi, Mbak Nurul, Mbak Farida, Mbak Via, Mas Iston, Mas Putu, Mas Miko, Mbak Sari dan Mbak Mitha, Mas Wahyu, Mas Faisal, Kang Odoy BPK (terima kasih atas doa dan supportnya Kang Odoy), Mas Fitra Jaya Saleh, beserta DUSBINnya – Mas Jarwo, Mas Iman, Mbak Nury, Mbak Septi DEMA, Mbak Wulan, Mbak Ima, Mbak Uci, dan Mbak2 lainnya). Z KAMMDA, KOMSAT dan anggotanya– Mas Samsul, Mas Saras, Mas Ridwan, Mas Heri SuSanto, maaf tidak bisa seteguh kalian, Mbak Nunik, Mbak Fenti, Mbak Ulfa, Pak Agung (kapan lulus Pak Agung? Semangat ya !! ), Bozded dan Pak Ircham (keep fight rindu trainingnya, terima kasih dah sering ngingatkan skripsi), Berry, Aziz, Ivan, Imam, Vera, Hamsih, Yayuk, Ulfa dan Catur FISIP, Udin Lahore, Pebbry, Wicak, Wahyu Wahnuri, Wahid Yahya, Wahid FISIP). Z BPPI dan KEI FE UNS dari masa ke masa – Mas Syaiful, Mas Imdad dan Mas Afran (terima kasih sudah menyambut dan mengantarkanku di pintu hijau kampus), Mas Agus, Mas Irfani, Mas Wardoyo, Mas Yuni, Mas Kholib, Mas Sani, Mas Samboga, Mas Nanang, Mas Musa (Kabidku), Mas Khayat, Mas Hijar, RamCes, Mas Riki Ganesha, Mas Sofyan, Mas Taufik dan Mbak2 akhwatnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu). Z BPPI dan
KEI 2005
– (Sapto, Sidik, Bagus, Ahmad, Hariyanto, Aziz,
Tastaftiyan, Rahmat, Udin (smangat Din), Mbak Indah, Wilis, Isti, Emma (smangat Mbak Emma), Tanti, Okti, Eria (pegawai pajak kita), spesial untuk Alm. Adi Wardhana (kepergianmu begitu membekas dan membuatku iri, semoga kita dipertemukan di jannah-Nya). Z Iksan Ciptadi dan Iksan Subekti – 2 orang sahabat selama perjalanan di FE UNS, banyak kenangan, suka dan duka, semoga bertemu kembali. Z Tsaqofi – Firdaus dari masa ke masa – Bang Pendi, Mas Dedhi Hendro, Riza, Thomas, Pak Chen, Mas Suryono, Mas Budhi, Mas Totok, Wawan, Dek Amri, Dek Awang, Dek Ricky Kaka (wisuda bareng), Akh Sugi, Akh Zizi (siap menyusul), Dek Oka Sastian, Dek Basri, Dek Fitrah, Dek Yoga, Syekh Ian) special Alm. Dek Dian Tri Cahyono (semoga Allah mempertemukan kita di jannah-Nya). Z Penghuni Griya Sehat – Alhamdulillah LULUS juga Cik Gu, Dek Lukman, Puji
commit to user (ngeeng), Kholiq (ayo Liq, sungguh Ibu menunggumu), Mas Udin, Edi, dan Oksi.
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Z Adek- adek 2006-2009 – Dek Toni (sudah ada asisten kok belum selesai Ton?), Mbak Kiki sesama bimbingan Pak Agus (maaf saya duluan Mbak), Puspa dan Alfina, Syukron, Zulfikar, Hudi, Anggel, Bahtiar, Lucky, Hananto (ayo segera selesaikan), David (kompre dulu baru pendadaran, smoga lancar), Rahman, Adhib, Lukman (wisuda bareng InsyaAlllah), Elsana (yang lagi di Papua), Arif, Dhoni, (wisuda duluan malah), Galih, TPU, Farid, ABH, Suryanto, Eggar, Umam (ayo diselesaikan), As’ad, Deni, Yasjudan, dan yang lain yang belum saya sebutkan. Maaf belum bisa jadi teladan yang baik…. Z FOKATAMA-TAMAFOKA- semua ikhwan dan akhwat yang tidak bisa saya sebut satu persatu-satu, terima kasih atas doa semuanya, maaf apabila ada interaksi atau akhlak yang kurang berkenan…Spesial Alm. Adi Wardhana dan Alm. Silman (selalu ada doa yang terpanjat untuk kalian). Z Takmir NH dan Para Pejuang Kampus – Mas Warto (trima kasih saya banyak belajar dari Mas), Mas Tyo, Mas Edi, dan Mas Catur (Pejuang LAZIS), Septo, Setyo, Azis, Achrudin, Chasan, Anang Son, Catur, Aldin, Ardi Amsir, Wiwid, Insan, dan takmirohnya (salut bagi semuanya), Luhur, Bima, Ogi, cs dan barisan pejuang yang lainnya (kelelahan itu akan terganti dengan yang baik) semoga Allah memberi balasan yang terbaik untuk kalian. Maaf atas segala interaksi dan akhlak yang kurang berkenan. Z Lingkaran Kecilku – Untuk Bapak, dan temen-temen semuanya, baik yang masih bersama atau yang terpisah, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas quality time, bimbingan, doa, dan kebersamaan yang sudah kulewatkan bersama kalian, jujur kadang ada rasa inferior bersanding dengan orang-orang baik dan hebat seperti kalian, melewati masa perjuangan dengan kalian akan selalu kurindukan, meski kadang tak seirama tapi itulah manisnya persaudaraan, semoga jalinan ukuwah senantiasa terjalin dalam doa-doa sunyi kita. Terima kasih banyak atas semuanya, maaf atas segala interaksi dan akhlak yang kurang berkenan… Z Yoga, Mbak Fanny, dan Mas Yunus – terima kasih diperkenankan mengenal kalian dan diterima di keluarga kalian. Yoga (ingat prosesi wisuda berarti inget tuntutan harus CUMLAUDE Yog), jangan menyerah… Z Konsultan – Ustadz Bambang Kustati, dan Mas Doddy FK (memang nikmat sehat amat berharga sebelum sakit). commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Z Saudaraku Para Pemilik Masa Depan yang Gemilang- Mbak Novi kecil (Alhamdulillah dah lulus Mbak), Dek Lukman, Dek Adri, Kholiq, Nofal, Ngatijo, Mas Udin, Akh Dedi, maaf sempat meninggalkan kalian, Bu Qori dan Pak Trijantoro, Mbak Novi dan Mas Hanif, Mbak Happy (maaf mengecewakan kalian), Bang Kholid (terima kasih atas ketulusannnya, maaf segala khilaf) Edi, Anja, Zezen, Afif, Ratno, Iqbal (kok ga ada matinya), Mas Imam dan keluarga Salatiga, Pak Dwi dan keluarga, Pak Arya Sutedja dan keluarga, (mohon maaf belum bisa jadi yang terbaik). Z Ustadz Yusuf Mansur (atas buku dan tausiyahnya, kebersamaan jam 5 sampai setengah enam pagi selalu kunantikan di AnTV, terima kasih atas ilmunya, Alhamdulillah resepnya terbukti jitu Ustadz), Pak Mario Teguh (atas inspirasi dan beragam mindsetnya, terima kasih telah mengajarkan untuk melihat sesuatu dengan sederhana dan positif. Ahad Malam jam 7 sampai setengah 9 di Metro TV selalu kunantikan, Salam Super !!), Bong Chandra, Ippho Santosa, Reza M. Syarif (atas buku dan pemikiran positifnya yang mambantu diri ini lebih optimis). Z Maher Zein dan Fadli (InsyaAllah), Citra Scholastika (Aku Pasti Bisa), SNADA (Ketika Tangan dan Kaki Bicara), Ebiet G. Ade (Perjalanan dan Lagu untuk Ayah), Koes Plus (Buat Apa Susah), ini adalah deretan lagu-lagu yang menemani proses mengerjakan skripsi. Z Rembulan di langit hatiku- untuk seseorang yang kelak Allah takdirkan menjadi pendamping hidupku, semoga sapa ini menemuimu dalam kesibukan yang cantik, kesibukan yang mengindahkan bagi perbaikan kualitas diri dan kehidupan, semoga Allah memberikan untukmu isi jiwa dan mata hati yang terbuka untuk mau mendengar nasihat, berbuat kebaikan, untuk mau melihat bahwa hidup tak selamanya indah, kelembutan hati untuk mau memahami orang lain, kesediaan untuk mau melayani dan menemani perjuangan suci nanti, keikhlasan untuk menerima apa adanya diri ini, menjadi Ibu yang hebat bagi pejuang-pejuang tangguh yang mengindahkan kehidupan kelak, akankah diri ini bisa jadi Imam yang baik untukmu nanti... Kapankah hari itu tiba? Sungguh ku tak tahu, semoga Allah mempertemukan kita dalam kondisi dan cara yang baik. Amiin… Z Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang belum
to user– terima kasih atas semuanya. disebut dan tidak bisa disebutcommit satu persatu
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Alhamdulillahi Rabbil’aalamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DENGAN ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI (Studi pada Pemerintah Kabupaten/ Kota di Indonesia Tahun 2008-2010). Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak dan Ibu Sri Murni, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Agus Budiatmanto, Msi, Ak selaku pembimbing skripsi atas kesediaan, keluangan waktu, saran dan pemikiran, serta kesabarannya membimbing commit to user penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik.
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Dr. Payamta, M.Si, Ak, CPA dan Bapak Anis Widjajanto, SE, M.Si, Ak selaku tim penguji skripsi. 6. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak, Drs. Sri Hanggana, M.Si, Ak, dan Drs. Hanung Triatmoko, M.Si, Ak selaku tim penguji komprehensif. 7. Bapak M. Syafiqurrahman, SE, Ak selaku pembimbing akademik. 8. Bapak-Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terima kasih atas segala ilmu yang diberikan. 9. Bapak-Ibu karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terutama Pak Timin yang telah banyak membantu dan mengingatkan penulis dengan penuh kesabaran. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari, Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 31 Juli 2012
Penulis
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv KATA PENGANTAR.......................................................................................... xii DAFTAR ISI......................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B.
Perumusan Masalah ...................................................................... 7
C.
Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8 BAB II. TELAAH PUSTAKA A.
Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Daerah..................................................... 10 2. Belanja Modal.................................. .................................... 14 3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah............................................. 15
B. C.
Kerangka Penelitian..................................................................... . 16 commit to user Pengembangan Hipotesis .......................................................... 18
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III.METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...................................................................... 27 B.
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ................................... 28
C.
Jenis dan Sumber Data .............................................................. 31
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................ 32 E.
Metode Analisa Data 1. Analisis Deskriptif ............................................................. 37 2. Uji Asumsi Model ............................................................. 37 3. Uji Hipotesis ...................................................................... 40
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Data ......................................................................... 43
B.
Uji Asumsi Model 1. Normalitas Data .................................................................... 49 2. Evaluasi Outliers .................................................................. 51 3. Mulitikolinearitas .................................................................. 54
C.
Uji Hipotesis 1. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit) .................. 56 2. Modifikasi Model ............................................................... 59 3. Analisis Koefisien Jalur ..................................................... 62
D.
Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 66
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 77 B. Implikasi .................................................................................... 83 C. Keterbatasan .............................................................................. 84 D. Saran............................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
86- 88
LAMPIRAN
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
TABEL 1. III. 1
Goodness-of-fit Indices ............................................................... 42
2. IV.1
Deskripsi Proses Pemilihan Daerah Penelitian .......................... 44
3. IV.2
Statistik Deskriptif ....................................................................... 46
4. IV.3
Hasil Uji Normalitas ................................................................... 50
5. IV.4
Descriptive Statistics ................................................................ 52
6. IV.5
Jarak Mahalanobis Data Penelitian ........................................... 53
7. IV.6
Korelasi Antar Variabel Penelitian ............................................ 55
8. IV.7
Kriteria Goodness-of-Fit Model ................................................ 56
9. IV.8
Kriteria Goodness-of-Fit Setelah Modifikasi ........................... 61
10. IV.9
Regression Weights .................................................................... 63
11. IV.10 Standardized Direct Effect-Estimates ....................................... 63 12. IV.11 Standardized Indirect Effect-Estimates...................................... 64 13. IV.12 Standardized Total Effect-Estimates .......................................... 64
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. II.1
Kerangka Penelitian ..................................................................... 17
2. IV.1 Modifikasi Model ........................................................................ 60
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DENGAN ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI (Studi pada Kabupaten/ Kota di Indonesia Tahun 2008-2010) SUSILO PRASETYO UTOMO NIM : F0305019 Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menguji pengaruh kinerja keuangan pada alokasi belanja modal, (2) untuk menguji pengaruh alokasi belanja modal pada pertumbuhan ekonomi daerah, (3) untuk menguji pengaruh mediasi belanja modal dalam hubungan antara kinerja keuangan dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Sampel penelitian ini adalah pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia sebanyak 59 kabupaten/ kota. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Berdasarkan pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : (1) Apakah kinerja keuangan memiliki pengaruh pada alokasi belanja modal, (2) Apakah alokasi belanja modal memiliki pengaruh pada pertumbuhan ekonomi daerah, (3) Apakah alokasi belanja modal memediasi hubungan antara kinerja keuangan dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Alat analisis yang digunakan untuk menguji kesesuaian model dan hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan metode path analysis dengan bantuan program AMOS 6. 01. Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya nilai-nilai yang terdapat dalam goodness of fit adalah: Chi-Square (5, 649) dengan tingkat signifikansi (0,227), CMIN/DF (1,412), GFI (0,991), AGFI (0,937), TLI (0,984), CFI (0,997) dan RMSEA (0,048) menunjukkan bahwa model penelitian baik. Untuk estimasi parameter kinerja keuangan, menunjukkan bahwa jalur yang diestimasi, yaitu (1) pengaruh kemandirian pada alokasi belanja modal, (2) pengaruh efektivitas PAD pada alokasi belanja modal, (3) pengaruh kontribusi BUMD pada alokasi belanja modal, memiliki nilai C.R lebih besar dari ±1,96 pada signifikansi 0,05 menunjukkan nilainya signifikan. Sementara (4) pengaruh ketergantungan keuangan pada alokasi belanja belanja modal, dan (5) pengaruh desentralisasi keuangan pada alokasi belanja modal memiliki nilai C.R lebih kecil dari ±1,96 pada signifikasi 0,05 menunjukkan nilainya tidak signifikan. Untuk (6) pengaruh alokasi belanja modal pada pertumbuhan ekonomi daerah memiliki nilai C.R lebih besar dari ±1,96 pada signifikasi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi belanja modal dipengaruhi oleh kinerja keuangan, alokasi belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung dipengaruhi oleh kinerja keuangan daerah. Implikasi dan saran dari penelitian ini adalah bahwa pemerintah daerah harus senantiasa meningkatkan kinerja keuangannya karena berdampak pada peningkatan belanja modal sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi daerah. commit to user Kata kunci : kinerja keuangan, alokasi belanja modal, pertumbuhan ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada awal tahun 1996 dan mencapai puncaknya pada tahun 1997 mendorong pemerintah pusat untuk mendelegasikan sebagian wewenang dalam hal pengelolaan keuangan kepada daerah sehingga diharapkan daerah dapat membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Azhar, 2008). Dengan diterbitkannya UU No.22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 dan UU No. 33 tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan dari pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 beserta penjelasannya yaitu bahwa penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan melalui asas desentralisasi dan dekonsentrasi. Berdasarkan asas ini lahirlah daerah otonom dan wilayah administratif yang mencerminkan pembagian tugas dan wewenang atau fungsi pemerintahan. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Hal ini juga menegaskan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sumber daya ke dalam belanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan, dan kemampuan daerah (Nugroho, 2010). Pengelolaan keuangan yang harus dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah menuntut adanya kemandirian daerah dalam menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya. Kemandirian daerah ini dicerminkan dengan kemampuan daerah menghasilkan penerimaan pendapatan yang diperoleh daerah tersebut yang berasal dari potensi-potensi ekonomi daerah. Potensi-potensi ekonomi daerah ini juga disebut dengan Pendapatan Asli daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Bahrul, 2010). PAD dapat dialokasikan untuk kegiatan pelayanan kepada publik yang merupakan salah satu harapan masyarakat kepada pemerintah di era desentralisasi fiskal ini (Pati Kawa, 2011). Bila PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah (Harianto dan Adi, 2007). Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat, karena tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka pemerintah pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonominya. Hal ini tidak hanya terlihat dalam konteks kerangka hubungan politis wewenang daerah, namun juga terlihat dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah (Simanjuntak, 2001 dalam Christy, dan Adi, 2009). commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada akhirnya pemerintah akan melakukan transfer dana. Transfer dana ini berupa dana perimbangan (dana transfer) dari pemerintah pusat yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah. Alokasi dana transfer ini bagi sebagian besar daerah justru menjadi sumber utama pendapatan daerahnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemandirian bagi daerah belum sepenuhnya terlaksana, karena masih menggantungkan dengan adanya aliran dana dari pemerintah pusat (Christy dan Adi, 2009). Hal ini menjadi bukti bahwa otonomi daerah yang saat ini sudah berjalan di tiap kabupaten dan kota di Indonesia tetap menimbulkan persoalan baru, karena ternyata potensi fiskal pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang lainnya masih sangat beragam. Perbedaan yang terjadi ini akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula (Nodiawan, Iswahyudi, dan Maulidah, 2007 dalam Pati Kawa, 2011). Pemberian
otonomi daerah
berpengaruh
terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu daerah karena memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakankebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut.
Pertumbuhan
ekonomi
ini
ditandai
dengan
meningkatnya
produktivitas dan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk sehingga commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi perbaikan kesejahteraan (Kuncoro, 2004). Kenyataan yang terjadi dalam pemerintah daerah saat ini adalah dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak selalu diikuti oleh peningkatan alokasi belanja modal yang dianggarkan lebih kecil dari belanja pegawai dari total anggaran belanja tiap tahunnya. Padahal belanja modal adalah salah satu stimulus bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan kata lain cara untuk meningkatkan pelayanan publik salah satunya adalah dengan memberikan porsi belanja modal yang lebih besar (Nugroho, 2010). Seperti yang dikemukakan oleh Lin dan Liu (2000) bahwa pemerintah perlu untuk meningkatkan belanja modal guna membiayai kegiatan investasi yang alokasinya
untuk
pembangunan
dan
perbaikan
infrastruktur
dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah (dalam Pati Kawa, 2011). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara tidak langsung sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan pemerintah daerah. Definisi kinerja itu sendiri merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Hamzah, 2008). Untuk menganalisa kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan. Ada beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan daerah, antara lain yaitu derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service to coverage ratio, dan rasio pertumbuhan (Halim, 2008). Rasio keuangan sebagai indikator commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kinerja keuangan daerah ini diidentifikasi dari APBD dan Laporan Keuangan Pemerintah daerah (LKPD) (Mahmudi, 2007: 92-96 dalam Suyono 2010). Hasil dari beberapa penelitian mengenai pengaruh antara kinerja keuangan, belanja modal, dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hasil yang beragam. Pengaruh kinerja keuangan yaitu efektivitas PAD terhadap belanja modal menunjukkan hasil yang signifikan seperti yang diungkapkan oleh Yustikasari dan Darwanto (2007) namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Nugroho (2010) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan hasil yang signifikan seperti yang diungkapkan oleh Harianto dan Adi (2007) namun, berdasarkan penelitian Fitriyanti dan Pratolo (2009) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Penelitian mengenai kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi sebelumnya juga pernah dilakukan, dan hasil pengujian secara
langsung
kinerja
keuangan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan rasio kemandirian, dan rasio efisiensi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektivitas PAD tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Hamzah, 2008). Pengujian pengaruh secara tidak langsung juga dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menemukan kinerja keuangan berpengaruh terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjadikan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi masih sangat menarik untuk dilakukan. commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, maka penelitian ini merupakan replikasi dengan berbagai perkembangan dan perbedaan, yaitu: 1. Daerah penelitian yang diambil merupakan pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia yang memenuhi kriteria tertentu. Alasan pemilihan ini dikarenakan untuk lebih menggeneralisasi hasil temuan, agar diperoleh hasil yang lengakap dan akurat. Serta mengakomodir keterbatasanketerbatasan dari penelitian-penelitian sebelumnya. 2. Periode waktu penelitian yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Alasan
pemilihan
ini (1) penggunaan
format
APBD setelah
dikeluarkannya Permendagri No. 13/2006, data tahun 2007 tidak digunakan karena sebagian kabupaten dan kota belum siap menerapkan Permendagri No. 13/2006 sehingga banyak data yang tidak lengkap, dan (2) ketersediaan data. 3. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), dengan alat ini dimungkinkan pengujian simultan (efek langsung dan tidak langsung) sebuah variabel terhadap variabel-variabel lain. 4. Variabel
yang
digunakan:
kinerja
keuangan,
belanja
modal,
pertumbuhan ekonomi. Pemilihan variabel ini didasarkan pada masih terdapatnya hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara kinerja keuangan, belanja modal, dan pertumbuhan ekonomi. 5. Menggunakan variabel mediasi belanja modal dalam mencari pengaruh antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yustikasari dan Darwanto (2007); commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Harianto dan Adi (2007); Hamzah (2008); Sularso dan Restianto (2011), dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap belanja modal, kinerja keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga, dapat diprediksi di awal bahwa belanja modal memenuhi asumsi untuk dapat menjadi variabel pemediasi dalam mencari pengaruh antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka penelitian ini mencoba untuk menguji kembali hubungan variabel-variabel tersebut ke dalam satu model tunggal (single model), dimana belanja modal diposisikan sebagai variabel pemediasi. Dari keseluruhan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN
EKONOMI
DAERAH
DENGAN
ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI (Studi pada Pemerintah Kabupaten/ Kota di Indonesia Tahun 20082010)”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah
kinerja
keuangan
(berupa
rasio
desentralisasi
fiskal,
commit to user ketergantungan keuangan, kemandirian, efektivitas PAD dan derajat
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kontribusi BUMD) secara langsung berpengaruh terhadap alokasi belanja modal? 2. Apakah alokasi belanja modal secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi? 3. Apakah alokasi belanja modal memediasi pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menguji pengaruh kinerja keuangan (rasio derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan, kemandirian, efektivitas PAD dan derajat kontribusi BUMD) terhadap alokasi belanja modal. 2. Untuk menguji pengaruh alokasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. 3. Untuk menguji pengaruh mediasi alokasi belanja modal dalam hubungan antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan bagi dunia pendidikan akuntansi sektor publik mengenai studi atas Anggaran Pendapatan dan Belanja commit Daerah to(APBD) user khususnya dalam hal kinerja
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keuangan pemerintah daerah, alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Manfaat Praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat secara konkrit dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah secara mandiri di era otonomi daerah saat ini untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan daerah dan kualitas pelayanan kepada masyarakat. terutama bagi para pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang terlibat khususnya pemerintah daerah di Indonesia
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Daerah Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Hamzah, 2008). Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan maka kinerja yang dilakukan terlaksana dengan baik. Apabila pencapaian melebihi dari apa yang direncanakan commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dikatakan kinerjanya sangat baik. Sementara apabila pencapaian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau kurang dari apa yang direncanakan maka kinerjanya buruk (Sularso dan Restianto 2011). Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut. Menurut Halim (2008) analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan yang tersedia. Dalam organisasi pemerintah daerah untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service to coverage ratio, dan rasio pertumbuhan.
a.
Rasio Desentralisasi Fiskal Derajat desentralisasi fiskal menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi (Halim, 2008).
b.
Rasio Kemandirian Daerah Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan commit to user kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama PAD (Halim, 2008).
c.
Rasio Ketergantungan Keuangan Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk
membiayai
kebutuhan
pengeluarannya
dalam
rangka
pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. commit to useryang cukup signifikan di dalam Dengan demikian terjadi transfer
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah digunakan untuk member pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting (Yustikasari, dan Darwanto, 2007). Ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan jumlah pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat propinsi (Halim, 2008). d.
Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan pemerintah
daerah dalam
menjalankan
tugas
dan
fungsinya
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 100%. Namun demikian, semakin tinggi rasio efektivitas maka kemampuan pemerintah daerah pun semakin baik (Halim, 2008). Pengertian efektivitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Semakin besar realisasi penerimaan PAD, maka dapat dikatakan semakin efektif, begitu pula commitdiperoleh to user dari perbandingan sebagaimana sebaliknya. Nilai efektivitas
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut di atas, diukur dengan kriteria penilaian kinerja keuangan (Budiarto, 2007 dalam Sularso, dan Restianto, 2011). e.
Rasio Kontribusi BUMD Menurut Nurlan Darise (2004:130) dalam bukunya “Pengelolaan Keuangan Daerah” menyatakan bahwa: “Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.” Derajat kontribusi BUMD digunakan untuk mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah/BUMD dalam mendukung pendapatan daerah. Semakin tinggi rasio ini berdampak pada naiknya pendapatan daerah (Sularso, dan Restianto, 2011).
2. Belanja Modal Dalam PP No. 58 Tahun 2005 disebutkan bahwa belanja modal adalah pengeluaran pemerintah daerah yang dilakukan dalam rangka pembelian/ pengadaan asset tetap dan asset lainnya yang mempunyai pengaruh yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan
mesin,
gedung
dan
bangunan,
jaringan,
buku
perpustakaan, dan hewan. Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja commit to user yang dilakukan dalam rangka modal didefinisikan sebagai pengeluaran
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelian pengadaan atau pembangunan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan asset tetap lainnya. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 2 Laporan Realisasi Anggaran mendefinisikan belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan asset tak berwujud. Hampir semua anggaran belanja modal mengandung komitmen adanya pengeluaran dalam jangka yang cukup panjang.
3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat juga meningkat. Pertumbuhan
ini
akan
terjadi
apabila
seluruh
pemangku
kepentingan di daerah bekerjasama dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi seperti meningkatkan investasi. Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendapatan yang dimiliki dan salah satunya dengan memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan di sektor-sektor yang produktif (Sularso dan Restianto 2011). Menurut Kuncoro (2004) pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Todaro (1997) dalam Adi (2007) secara spesifik menyebutkan ada tiga faktor atau komponen utama pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor yang dapat mendorong semakin tingginya kemampuan daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Saragih (2003) mengemukakan bahwa kenaikan PAD merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi. Sependapat dengan hal itu, Bappenas (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua pendapat ini menyiratkan perlunya prioritas kebijakan yang lebih tinggi terhadap upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan yang lebih menekankan pada upaya peningkatan PAD secara langsung (dalam Sularso, dan Restianto, 2011).
B. Kerangka Penelitian Konsekuensi
logis
diberlakukannya
otonomi
daerah
adalah
commit to user fiskal. Dengan desentralisasi menyebabkan diberlakukannya desentralisasi
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fiskal maka pemerintah daerah mempunyai wewenang lebih luas dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang baik akan ditunjukkan dengan kinerja keuangan yang baik pula. Alokasi belanja modal yang memadai akan memberikan kontribusi terhdap pertumbuhn ekonomi daerah. Kinerja keuangan akan dapat meningkatkan alokasi belanja modal pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kinerja keuangan yang baik juga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif alat untuk memprediksi kontribusi anggaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian
untuk
mencapai
suatu
kesimpulan.
Sekaran
(2003:86)
mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan perumusan masalah dan eksplorasi tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka peneliti mengembangkan model pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan alokasi belanja modal sebagai variabel pemediasi pada pemerintah daerah kabupaten/ kota di Indonesia, sebagai berikut:
Kinerja Keuangan
Gambar II.1 Kerangka Penelitian commit to user
Kemandirian 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketergantungan Desentralisasi
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Alokasi Belanja Modal
Efektivitas PAD Kontribusi BUMD
Sumber: Sularso, dan Restianto (2011). Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kota/ Kabupaten di Jawa Tengah. Jurnal Media Riset Akuntansi Vol.2. Dipublikasikan. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Variabel independen
:kinerja
keuangan
derah
berupa
(kemandirian,
ketergantungan, desentralisasi fiskal, efektivitas PAD, kontribusi BUMD) Variabel dependen
: pertumbuhan ekonomi daerah
Variabel pemediasi
: alokasi belanja modal
C. Pengembangan Hipotesis 1. Hubungan Antara Kemandirian Daerah dengan Belanja Modal Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat kemandirian daerah belum memperlihatkan kemajuan yang berarti bahkan cenderung menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007), mengindikasikan kurang seriusnya daerah dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki, dengan lebih mengandalkan penerimaan DAU yang bersifat hibah. Sebagai pertimbangan praktis, upaya ini lebih dipilih daripada meningkatkan PAD commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara signifikan, sehingga sebagai konsekuensinya PAD yang diterima menjadi lebih kecil. Kondisi ini membuat kemandirian daerah semakin rendah. Sejalan dengan pandangan para pakar ekonomi, dominannya peran dana transfer terhadap pendapatan daerah dalam membiayai pengeluaran daerah pada dasarnya tidak efektif dalam memberikan bantuan bagi pemerintah daerah terhadap aliran transfer itu sendiri (Kuncoro, 2004). Pemerintah daerah harus mampu mengoptimalkan pendapatan dari pengelolaan sumber daya selain dari bantuan pemerintah. Dengan total penerimaan daerah yang didapatkan dari pengelolaan sumber daya daerah dan juga bantuan dari pemerintah yang berupa DAU, maka alokasi dana untuk mensejahterakan masyarakat juga akan semakin baik (Christy dan Adi, 2009). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H1: Kemandirian berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
2. Hubungan Antara Ketergantungan Keuangan dengan Belanja Modal Holtz-Eakin et, al. (1985) menyatakan bahwa ada keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah (dalam Yustikasari dan Darwanto, 2007). Sebagai konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat dan daerah, terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN berkaitan dengan dana perimbangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting ( Yustikasari dan Darwanto, 2007). Tingginya tingkat ketergantungan belanja daerah terhadap pendanaan dana perimbangan, menunjukkan tingginya ketergantungan keuangan daerah terhadap pendanaan pemerintah pusat (Bahrul, 2010). Menurut Fischer (1996) intergovernmental transfer yang disebut juga sebagai dana transfer pemerintah pusat ke daerah ini juga merupakan sumber penerimaan yang dominan bagi pemerintah daerah di banyak negara, seperti Amerika Serikat, negara-negara Afrika, Nigeria, dan Meksiko. Amerika sebagai negara maju memiliki persentase dana transfer mencapai 50 persen dari total pendapatan negara federalnya dan 60 persen pada pemerintah daerah (dalam Christy dan Adi, 2009). Sementara di negara-negara lain, persentase dana transfer atas pengeluaran pemerintah daerah adalah 85 persen di Afrika Selatan, 67-95 persen di Nigeria, dan 70-90 persen di Meksiko. Indonesia sendiri memiliki proporsi dana transfer sekitar 80 persen dari total pengeluaran (Simanjuntak 2001, dalam Christy dan Adi, 2009). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H2: Ketergantungan keuangan berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
3. Hubungan antara Desentralisasi Fiskal dengan Belanja Modal commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Besarnya nilai transfer yang diberikan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan, seharusnya menjadi insentif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan fungsinya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan aspek penting dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan adanya desentralisasi fiskal (Bahrul, 2010). Kenyataan yang terjadi adalah dana transfer dijadikan sumber utama penerimaan utama daerah dibandingkan dengan PAD. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai PAD yang mampu dikumpulkan daerah tidak sebanding dengan besarnya dana perimbangan yang diterima daerah. Hal ini oleh Dollery Worthington (1999) diindikasikan sebagai ilusi fiskal dimana peningkatan PAD yang tidak seimbang dengan peningkatan dana perimbangan terhadap belanja, sehingga belanja didominasi oleh dana perimbangan (dalam Bahrul, 2010). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H3: Desentralisasi fiskal berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. 4. Hubungan antara Efektivitas PAD dengan Belanja Modal Berdasarkan Undang -Undang No. 32 tahun 2004, salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Menurut Nugroho (2010) peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik. Yustikasari, dan Darwanto (2007) juga mengemukakan bahwa peningkatan PAD akan memberikan dampak meningkatnya pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan alokasi belanja modal. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H4: Efektivitas PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
5. Hubungan antara Kontribusi BUMD dengan Belanja Modal Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah dengan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat setempat bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (UU No. 32/2004). Kemampuan keuangan daerah untuk menyediakan sumber-sumber pendapatan yang berasal dari daerah sangat bergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi daerah setempat menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan penerimaan daerah untuk membiayai pembangunan daerah tersebut. Menurut
Nurlan
Darise
(2004:130)
dalam
bukunya
“
Pengelolaan Keuangan Daerah” menyatakan bahwa “ Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, dan/ atau pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.” Derajat kontribusi BUMD digunakan untuk mengetahui tingkat commit to user dalam mendukung pendapatan kontribusi perusahaan daerah/BUMD
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daerah. Semakin tinggi rasio ini berdampak pada naiknya pendapatan daerah (Sularso, dan Restianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H5: Kontribusi BUMD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
6. Hubungan antara Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Otonomi
daerah
mendorong
pemerintah
daerah
untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Tetapi, perbedaan kemampuan daerah yang satu dengan yang lainnya dalam mengelola potensi lokalnya dan ketersediaan sarana prasarana serta sumber daya menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah antar satu daerah dengan daerah lainnya tidak sama (Yustikasari, dan Darwanto, 2007). Tuntutan untuk mengubah struktur belanja daerah dengan memberikan alokasi belanja modal yang proporsional menjadi semakin kuat, tuntutan pergeseran ini terjadi khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah ( Halim, 2001 dalam Bahrul 2010). Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk asset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik, karena asset tetap yang dimiliki commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Kuncoro (2004) mengemukakan bahwa salah satu stimulus pertumbuhan ekonomi adalah belanja modal. Menurut Semenescu (2006) pertumbuhan ekonomi yang selama ini terjadi juga ditentukan oleh alokasi belanja modal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang selama ini terjadi sangat ditentukan oleh faktor belanja pembangunan daerah. Postole et.al (2009) juga menemukan bahwa belanja modal pembangunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah. H6: Belanja Modal berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
7. Hubungan antara Kemandirian Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan dimediasi Belanja Modal Rasio
kemandirian
menggambarkan
ketergantungan
daerah
terhadap sumber dana dari luar. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi partisipasi masyarakat maka semakin tinggi rasio kemandirian, dimana tersedia dana yang cukup bagi alokasi belanja modal. Semakin tinggi rasio kemandirian maka pembangunan daerah akan semakin maju, sehingga pertumbuhan ekonomi pun dapat meningkat commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Halim, 2002, dalam Sularso, dan Restianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H7: Belanja Modal memediasi hubungan antara kemandirian dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
8. Hubungan antara Ketergantungan Keuangan dengan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan dimediasi Belanja Modal Tingginya tingkat
ketergantungan
belanja daerah
terhadap
pendanaan dana perimbangan, menunjukkan tingginya ketergantungan keuangan daerah terhadap pendanaan pemerintah pusat (Bahrul, 2010). Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan bahwa porsi dana transfer dalam pendapatan daerah semakin tinggi dan demikian pula sebaliknya. Semakin rendah rasio ketergantungan menunjukkan bahwa porsi dana transfer semakin rendah yang berarti kemampuan daerah semakin meningkat untuk melaksanakan pembangunan daerahnya (Sularso, dan Restianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H8: Belanja Modal memediasi hubungan antara ketergantungan keuangan dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
9. Hubungan
antara Desentralisasi
Fiskal
dengan
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah dengan dimediasi Belanja Modal commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Desentralisasi fiskal memungkinkan daerah untuk dapat mengelola kemampuan keuangannya sendiri dalam rangka membiayai pembangunan di daerahnya tersebut. Pembangunan berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah (Yustikasari, dan Darwanto, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Brasoveanu (2007) menemukan hubungan antara kenaikan fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H9: Belanja Modal memediasi hubungan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
10. Hubungan antara Efektivitas PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan dimediasi Belanja Modal Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarakan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan efektif apabila rasio yang dicapai sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Semakin tinggi kemampuan daerah merealisasikan PAD yang ditargetkan maka semakin dapat memenuhi kebutuhan belanja pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut (Sularso, dan Restianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H10: Belanja Modal memediasi hubungan antara efektivitas PAD dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
11. Hubungan antara Kontribusi BUMD dengan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan dimediasi Belanja Modal Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD dapat melakukan investasi dalam bentuk saham, modal pada Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau Milik Swasta. Derajat kontribusi BUMD digunakan untuk mengetahui
tingkat
kontribusi
perusahaan
daerah/BUMD
dalam
mendukung pendapatan daerah. Semakin tinggi rasio ini berdampak pada naiknya pendapatan daerah yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah (Sularso, dan Restianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah: H11: Belanja Modal memediasi hubungan antara kontribusi BUMD dengan pertumbuhan ekonomi daerah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian meliputi serangkaian pilihan pengambilan keputusan yang rasional yang secara sederhana bisa dilihat dari beberapa aspek, aspek tersebut adalah sebagai berikut: (Sekaran, 2003: 166) 1. Tujuan Penelitian
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan penelitian ini merupakan hypothesis testing (pengujian hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan
yang diukur dengan
rasio
kemandirian, rasio
ketergantungan, rasio desentralisasi, rasio efektivitas PAD, rasio kontribusi BUMD terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Tipe Penyelidikan Tipe penyelidikan hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen).
Dalam
penelitian
ini
variabel
dependen-nya
adalah
pertumbuhan ekonomi daerah yang dipengaruhi oleh variabel independen kinerja keuangan dengan alokasi belanja modal sebagai variabel pemediasi.
3. Rumusan Penelitian Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting) penelitian ini adalah lingkungan yang natural, yaitu dengan mengambil subyek penelitian pemerintah daerah yang terdiri dari kabupaten/ kota di Indonesia. 4. Unit Analisis
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah tingkat organisasi, yaitu data yang dianalisis berasal dari pemerintah daerah kabupaten/ kota di Indonesia 5. Horison Waktu Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi silang tempat (cross-sectional), yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu dan mencerminkan keadaan pada suatu saat tertentu.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadiankejadian, atau hal menarik perhatian peneliti untuk diteliti atau diselidiki (Sekaran, 2003: 24). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang disusun berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi commit No. to user Pemerintahan dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelolaan Keuangan Daerah yang diterbitkan oleh BPK tahun 20082010) sejumlah 1479 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (dari 493 Kabupaten/ Kota) di Indonesia. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasinya) (Djarwanto dan Pangestu, 2000:108). Ferdinand (2005:75) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu: a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumah indikator dikali 5-10 d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi. Berdasarkan pedoman di atas maka jumlah sampel minimum dapat ditentukan adalah antara 100-200. Dengan response rate yang diharapkan 75%, maka sampel yang diambil adalah 177 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (dari 59 Kabupaten/Kota) di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Indonesia yang telah terpilih. 3. Teknik Sampling commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2003:266). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu pengambilan
sampel
dengan
menggunakan
kriteria-kriteria
yang
ditentukan berdasarkan kebijakan dari peneliti. Kriteria ini digunakan karena tidak semua pemerintah daerah menyediakan informasi yang dibutuhkan. Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Sampel adalah laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) atau wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Adapun laporan keuangan dengan opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak memberi opini (disclaimer opinion) tidak digunakan dalam sampel penelitian ini dengan pertimbangan bahwa informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dengan opini tersebut tidak wajar dan tidak dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. 2. Pada sampel tersebut, tersedia juga data-data non keuangan seperti PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto), dan Pertumbuhan Ekonomi daerah.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Jenis, dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sekaran (2006), data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari individu-individu, kelompok-kelompok tertentu, dan juga responden yang telah ditentukan secara spesifik yang memiliki data secara spesifik. Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang kemudian dikumpulkan sebagai bahan penelitian. Penelitian ini mengumpulkan data sekunder dari website pihak-pihak terkait seperti BPK RI dan BPS. Alasan penggunaan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mempunyai validitas data yang dijamin oleh pihak lain sehingga handal untuk digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2008-2010 berikut data non keuangan, seperti PDRB, dan pertumbuhan ekonomi daerah serta data perundang-undangan dan peraturan lain yang terkait
dengan
penyusunan,
penyajian,
dan
pelaporan
keuangan
pemerintah daerah Data LKPD yang dikumpulkan oleh peneliti diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK RI. Instrumen penelitian ini menggunakan data Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD), neraca, dan laporan realisasi angggaran tahun 2008-2010 dari setiap pemerintah commit to user kabupaten/kota di Indonesia.
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek yang berbeda (Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel independen dan dependen. Adapun definisi dan pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
Variabel Independen Variabel
independen
merupakan
salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh secara positif maupun negatif (Sekaran, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah. Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik pribadi maupun organisasi
(Hamzah,
2008).
Pengukuran
kinerja
(performance
measurement) adalah proses pengawasan secara terus menerus dan pelaporan capaian kegiatan, khususnya kemajuan atas tujuan yang direncanakan (Westin, 1998 dalam Pati Kawa, 2011). Alat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (Azhar, 2008). Menurut Halim (2008) analisis keuangan commitciri-ciri to user keuangan yang tersedia. Dalam adalah usaha mengidentifikasi
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organisasi pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan, rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas PAD, dan derajat kontribusi BUMD. a. Rasio Kemandirian Kemandirian keuangan adalah kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah dihitung dengan formula sebagai berikut:
b. Rasio Ketergantungan Keuangan Ketergantungan keuangan dihitung dengan membandingkan jumlah pendapatan transfer dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat propinsi. Ketergantungan keuangan dihitung dengan formula sebagai berikut :
c. Rasio Derajat Desentralisasi commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Derajat desentralisasi dihitung dengan
d. Rasio Efektivitas PAD Efektivitas PAD adalah kemampuan daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Rasio efektivitas dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut :
e. Rasio Kontribusi BUMD Derajat kontribusi BUMD digunakan untuk mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung pendapatan daerah. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut:
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau terpengaruh oleh variabel lain (Sekaran, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun (Kuncoro, 2004). Pertumbuhan ekonomi diukur menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk provinsi dan kabupaten/kota. PDRB ini didasarkan pada pendekatan perhitungan harga konstan yang dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, karena menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar tahun yang digunakan saat ini setelah dikurangi inflasi tahun tersebut untuk dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun (BPS, 2010). Perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Kuncoro, 2004):
G
: laju pertumbuhan PDRB
PDRBt
: PDRB kuartal t commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PDRBt-1 : PDRB kuartal t-1
Variabel Pemediasi Variabel pemediasi adalah variabel yang mempengaruhi hubungan langsung antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga akan terjadi hubungan yang tidak langsung (Sekaran, 2006). Variabel pemediasi dalam penelitian ini adalah alokasi belanja modal. Alokasi Belanja Modal adalah alokasi pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dibandingkan dengan total belanja dalam APBD. Alokasi belanja modal dihitung dengan formula sebagai berikut:
Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Statistik deskritif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004: 142).
2. Uji Asumsi Model
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Normalitas data Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et al. dalam Ghozali dan Fuad, 2005:36). Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias. Normalitas dibagi menjadi dua, yaitu: 1. univariate normality 2. multivariate normality Untuk menguji asumsi normalitas dengan membandingkan nilai Critical ratio skewness dan kurtosis dengan nilai kritis pada tingkat signifikansi tertentu. Rules of thumb yang digunakan adalah bila nilai Critical ratio skewness dan kurtosis lebih dari ± 2.58 pada level 0.01 berarti distribusi data tidak normal. Dalam output AMOS 18.01, uji normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai C .r dengan nilai kritis ± 2.58 pada level 0.01. Jika terdapat nilai C. r yang lebih besar dari nilai kritis maka distribusi datanya adalah tidak normal (Ferdinand, 2005). Disamping itu, Curran et al. (dalam Ghozali dan Fuad, 2005:37-38) membagi distribusi data menjadi tiga bagian: a. Normal, apabila nilai z statistik (Critical Ratio atau C.R.) skewness < 2 dan nilai C.R. kurtosis < 7. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Moderately non-normal, apabila nilai C.R. skewness berkisar antara 2 sampai 3 dan nilai C.R. kurtosis berkisar antara 7 sampai 21. c. Extremely non-normal, apabila nilai C.R. skewness > 3 dan nilai C.R. kurtosis > 21. Dalam penelitian ini uji normalitas dihitung dengan bantuan program AMOS 18.01. b. Evaluasi outlier Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal (univariate outlier) atau variabel kombinasi (multivariate outlier) (Hair et al. dalam Ferdinand, 2005:146). Untuk sample besar (>80 observasi), pedoman evaluasi outliers adalah bahwa nilai kritis dari z-score berada pada rentang 3 – 4 (Hair et al., 2006: 75), sehingga, kasus-kasus atau observasi-observasi dengan nilai z ≥ 4.0 dianggap sebagai outlier univariat. Untuk mengidentifikasi univariate outlier dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows 17.00. Sedangkan evaluasi outliers multivariat perlu dilakukan karena meski pada tingkat univariat tidak terjadi outliers, tetapi observasiobservasi itu dapat menjadi outliers bila sudah dikombinasikan. Uji outliers multivariate dilakukan dengan kriteria Jarak Mahalanobis commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada tingkat p < 0,05. Jarak Mahalanobis (Mahalanobis Distance) ini dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah indikator variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2005: 147). Jika dalam penelitian digunakan 7 variabel, maka semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari c2 (7, 0,05) = 24,322 adalah outliers multivariat. c. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat melalui matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (di atas 0,9), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005:91). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 17.0.
3. Uji Hipotesis Untuk menguji pengaruh antara variabel kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan melibatkan variabel mediasi alokasi belanja modal digunakan
analisis jalur (path analysis). Path analysis
merupakan perluasan dari analisis
regresi
linier berganda, atau
penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2005:160). Path analysis dapat dilakukan dengan bantuan program commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komputer AMOS 18.01 (Ferdinand, 2005:324). Penggunaan program AMOS 18.01 dimaksudkan untuk menguji apakah model yang diestimasi mempunyai kesesuaian yang baik dan apakah terdapat hubungan kausalitas seperti yang dihipotesiskan. Pengujian yang dilakukan meliputi: a. Analisis kesesuaian model (Goodness-of-fit) Model struktural dikategorikan sebagai “good fit”, bila memenuhi beberapa persyaratan berikut ini:
1).
Memiliki degree of freedom (df) positif
(Hair et al., 2006:608) 2). Nilai level probabilitas minimum yang disyaratkan adalah 0,1 atau 0,2,
tetapi
untuk
level
probabilitas
sebesar
0,05
masih
diperbolehkan (Hair et al., 2006:613). 3). Mengukur chi-square (c2) statistic untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan antara matriks kovarian data sampel dan matriks kovarian populasi yang diestimasi. Nilai chi-square (c2) sangat sensitive terhadap besarnya sampel dan hanya sesuai untuk ukuran sample antara 100 – 200. Jika lebih dari 200, maka chi-square (c2) statistic ini harus didampingi alat uji lainnya (Hair et al.; Tabachnick & Fidell dalam Ferdinand, 2005:8). Model yang diuji akan dipandang baik bila nilai c2-nya rendah dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0.05 atau commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
p > 0.1, sehingga perbedaan matriks aktual dan yang diperkirakan adalah tidak signifikan (Hulland et al. dalam Ferdinand, 2005:85). 4). CMIND/DF, adalah statistik chi-square dibagi DFnya, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Nilai yang diterima adalah kurang dari 2 atau bahkan kadang kurang dari 3 (Arbuckle dalam Ferdinand, 2005:88). 5). Menguji kesesuaian model dengan beberapa indeks tambahan, seperti: Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), Tucker-Lewis Index (TLI), Comparative Fit Index (CFI), dan Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA).
Indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model dapat diringkas dalam tabel berikut ini:
Tabel III.1 Goodness-of-fit Indices Goodness-of-fit Indices Cut-off Value Diharapkan kecil Chi-square (c2) commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Significance Probability (p) CMIN/DF GFI AGFI TLI CFI RMSEA Sumber: Ferdinand (2005:92)
³ 0,05 £ 2,00 ³ 0,90 ³ 0,90 ³ 0,95 ³ 0,95 £ 0,08
b. Analisis koefisien jalur Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model. Kriteria bahwa jalur yang dianalisis signifikan adalah apabila memiliki nilai C.R. ³ nilai t tabel. Pedoman umum nilai t tabel untuk sampel lebih besar dari 150 dengan level signifikansi 5% adalah ± 1,96 (Ghozali dan Fuad, 2005:40). Analisis ini juga menunjukkan besaran dari efek total, efek langsung serta efek tidak langsung dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Efek langsung adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara (mediasi) dan efek total adalah efek dari berbagai hubungan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Data Dalam deskripsi data ini akan dijelaskan mengenai populasi data, jumlah sampel, dan persentase masing-masing sampel yang digunakan dan analisis deskriptif dari data yang telah diperoleh. 1. Seleksi Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2008-2010 di Indonesia. Data tersebut diperoleh dari pengajuan data ke kantor BPK RI Pusat di Jakarta. Hasil dari pengajuan data ini, pihak BPK menyanggupi dengan memberikan data LKPD dalam format digital yang ada dalam database kantor humas, data yang kami peroleh sejumlah 1479 LKPD auditan BPK dari 493 Kabupaten/ Kota di Indonesia. Total populasi adalah 493 kabupaten/ kota di 33 propinsi Indonesia (Data BPK RI, 2010). Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 59 kabupaten/ kota di 33 propinsi Indonesia. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel IV.1 berikut ini.
Tabel IV. 1 Proses Pemilihan Daerah Penelitian Kriteria Pemerintah daerah kabupaten commit dan kota di Indonesia yang telah to user menerbitkan LKPD tahun 2008 hingga 2010
Jumlah 493
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah diaudit BPK RI selama tahun 2008 hingga 2010 dengan opini disclaimer atau adverse
(281)
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah diaudit BPK RI selama tahun 2008 hingga 2010 dengan opini unqualified atau qualified
212
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah diaudit BPK RI selama 2008 hingga 2010 dan mendapat opini unqualified atau qualified namun tidak tersedia data lengkap dengan kriteria yang dibutuhkan (baik itu data keuangan, daerah tidak memiliki website BPS atau tidak ditemukan data PDRB)
(153)
Jumlah Kabupaten dan Kota sebagai daerah penelitian 59 Sumber : Hasil Pengolahan Data BPK RI
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) selama tahun 2008 hingga tahun 2010 berjumlah 493 kabupaten dan kota dari 33 propinsi. Dari 493 data LKPD yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hanya terdapat 59 kabupaten/kota yang memenuhi kriteria pengambilan sampel oleh penulis, yaitu LKPD yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian atau wajar dengan pengecualian dan tersedia informasi keuangan yang lain yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama tiga tahun yaitu 2008-2010. Oleh karena data yang dianalisis meliputi 59 pemerintah daerah kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria pengambilan daerah penelitian, yang mencakup periode pengamatan dalam periode ini dari tahun 2008 hingga 2010 (3 periode). commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka data analisis dalam penelitian ini menggunakan pooled data. Pooled data atau data panel adalah gabungan antara data cross section dengan data time series (Jogiyanto, 2005). Dengan demikian observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 177 observasi (59 pemerintah kabupaten dan kota selama 3 periode). 2. Statistik Deskriptif Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data dan penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran data yang dimaksud meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum) serta nilai standar deviasi yang menggambarkan penyebaran data penelitian ini. Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai kinerja keuangan Kabupaten/ Kota di Indonesia Tahun 2008 hingga 2010, maka statistik deskriptif yaitu nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi variabel penelitian ini dapat dilihat dalam tabel IV.2 berikut.
Tabel IV. 2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N mand gant
Minimum
Maximum
177commit .013058 to user .735012 177 .709285 .984148
Mean .17304431 .89305901
Std. Deviation .160220824 .056493688
46
perpustakaan.uns.ac.id
dscr efek bumd rbm pdrb Valid N (listwise)
digilib.uns.ac.id
177 177 177 177 177 177
.012251 .485433 .006042 .003753 -.012169
.288225 8.452278 .238730 .498071 .109507
.07844255 1.83866118 .06793659 .16148641 .04933630
.049849007 1.615279842 .046713860 .120546107 .015467088
Sumber: data yang diolah, 2012 Berdasarkan Tabel IV.2 Pertumbuhan Ekonomi dari kota terpilih pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 memiliki nilai rata-rata sebesar 0.049 dengan nilai minimal sebesar -0,012 yang dimiliki oleh Kabupaten Ketapang tahun 2009 dan nilai maksimal sebesar 0,109 yang dimiliki oleh Kabupaten Karawang Tahun 2010. Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki rata-rata sebesar 1, 838, dengan nilai minimal sebesar 0, 485 yang dimiliki oleh Kabupaten Bone Tahun 2009 dan nilai maksimal sebesar 8, 452 yang dimiliki oleh Kota Probolinggo Tahun 2010. Menurut Halim (2008) kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila memiliki rasio sebesar 1 (satu) atau 100%. Semakin
tinggi rasio
efektivitas,
menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Dari statistik di atas secara keseluruhan kinerja pemerintah kabupaten/ kota yang ada di Indonesia jika diukur dengan rasio efektivitas telah efektif karena memiliki rasio rata-rata lebih dari 1 (satu). Hal ini menunjukkan pemerintah kabupaten/ kota telah berhasil mencapai PAD yang ditargetkan di dalam commit anggarannya. to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio kemandirian daerah memiliki rata-rata sebesar 0, 173 dengan nilai minimal sebesar 0, 013 yang dimiliki oleh Kabupaten Seluma Tahun 2008 dan nilai maksimal 0, 735 yang dimiliki oleh Kabupaten Pinrang Tahun 2010. Nilai rata-rata sebesar 0, 161 atau sebesar 16,1% menandakan bahwa secara keseluruhan kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat masih tergolong rendah. Rasio kemandirian keuangan daerah ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah sebagai komponen utama PAD, dan demikian pula sebaliknya. Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah di Indonesia jika diukur dengan rasio ketergantungan keuangan memiliki rata-rata sebesar 0, 893 dengan nilai minimal sebesar 0, 709 yang dimiliki oleh Kota Denpasar Tahun 2010 dan nilai maksimal sebesar 0, 984 yang dimiliki oleh Kabupaten Seluma Tahun 2010 Menurut Halim (2008) semakin tinggi rasio ini maka semakin besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat/ provinsi. Nilai rata-rata sebesar 0, 904 atau sebesar 90,4% menandakan bahwa secara keseluruhan kemampuan daerah dalam membiayai sendiri daerahnya masih sangat tergantung dengan sumber dana eksternal. Dengan kata lain bahwa angka commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketergantungan kabupaten/ kota terhadap bantuan pihak eksternal (terutama dana perimbangan/ transfer dari pemerintah pusat dan provinsi) tergolong sangat tinggi. Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah di Indonesia jika diukur dengan rasio desentralisasi fiskal memiliki rata-rata sebesar 0, 078 dengan nilai minimal sebesar 0, 012 yang dimiliki oleh Kabupaten Seluma Tahun 2008 dan nilai maksimal sebesar 0, 288 yang dimiliki oleh Kota Denpasar Tahun 2010. Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD berarti semakin tinggi kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi (Halim, 2008). Nilai rata-rata sebesar 0, 078 atau sebesar 7,8% menunjukkan bahwa derajat desentralisasi pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia tergolong rendah. Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah di Indonesia jika diukur dengan rasio kontribusi BUMD memiliki 0, 068 dengan nilai minimal sebesar 0, 006 yang dimiliki oleh Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008 dan nilai maksimal sebesar 0, 238 yang dimiliki oleh Kabupaten Simalungun Tahun 2010. Nilai rata-rata sebesar sebesar 0, 068 atau sebesar 6,8% menunjukkan bahwa derajat kontribusi BUMD sebagai salah satu sumber pemasukan PAD bagi kabupaten/ kota di Indonesia tergolong masih rendah. commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui bahwa rasio belanja modal yang dialokasikan oleh pemerintah daerah di Indonesia memiliki rata-rata 0, 161 dengan nilai minimal sebesar 0, 003 yang dimiliki oleh Kabupaten Bulukumba Tahun 2010 dan nilai maksimal sebesar 0, 498 yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2008. Secara nasional nilai ratarata belanja modal sebesar 0, 161 atau hanya sebesar 16, 1% dari total belanja daerah membuktikan bahwa sebagian besar dana yang dimiliki pemerintah daerah di Indonesia masih diprioritaskan untuk belanja operasional pemerintah daerah sehingga rasio belanja modal terhadap APBD masih kecil.
Uji Asumsi Model Sebelum melakukan pengujian model, perlu dilakukan evaluasi atas asumsi-asumsi dalam model yang meliputi asumsi normalitas data, outlier, dan multikolinieritas. Evaluasi atas dipenuhinya asumsi-asumsi ini digunakan dengan bantuan program AMOS 18.01 dan SPSS 17 for windows. Normalitas Data Normalitas adalah bentuk distribusi data variabel yang mendekati distribusi normal yaitu, distribusi data dalam bentuk lonceng. Uji terhadap normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan nilai critical ratio skewness
dan
kurtosis
yang
berturut-turut,
merupakan
ukuran
penyimpangan dari distribusi normal yang simetris dan ukuran kecuraman dari distribusi data. Nilai dari critical ratio skewness dan kurtosis adalah commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data akan terdistribusi secara normal jika critical ratio skewnees dan kurtosis dibawah harga mutlak 2,58 (Ferdinand, 2005:139). Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan program AMOS 18.01. Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam tabel IV. 3 berikut ini. Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Variable min Max skew bumd ,006 ,239 1,710 efek ,485 8,452 2,362 dscr ,012 ,288 1,746 gant ,709 ,984 -1,078 mand ,013 ,735 1,494 rbm ,004 ,498 ,537 pdrb -,012 ,110 ,075 Multivariate Sumber: data yang diolah (2012)
c.r. 9,290 12,827 9,482 -5,856 8,115 2,915 ,405
kurtosis 2,667 5,307 3,637 1,090 1,577 -,312 2,030 18,247
c.r. 7,244 14,412 9,877 2,961 4,284 -,849 5,514 10,814
Dari tabel IV. 3 terlihat hasil pengujian normalitas data dalam penelitian ini. Evaluasi normalitas diidentifikasi baik secara univariate maupun multivariate. Secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r skewness, terdapat enam item yang menunjukkan nilai diatas harga mutlak ± 2,58 yaitu mand, gant, efek, dscr, bumd, dan rbm. Sedangkan untuk nilai-nilai dalam C.r kurtosis, terdapat enam item yang menunjukkan nilai diatas harga mutlak ± 2,58 yaitu mand, efek, dscr, bumd, gant, dan pdrb. Sehingga dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa data tidak terdistribusi normal secara univariate. Sementara nilai yang tertera di commit to user pojok kanan bawah pada tabel IV. 3 menandakan bahwa data dalam
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian ini juga tidak terdistribusi normal secara multivariate, karena nilai 10,814 lebih besar dari harga mutlak 2,58. Sehingga bisa dikatakan bahwa data dalam penelitian ini tidak normal tapi ketidaknormalannya masih moderat (sedang) karena C.r kurtosis masih diantara 7-21 (Ghozali dan Fuad, 2005:37). Analisis terhadap data yang tidak normal dapat mengakibatkan pembiasan intrepretasi karena nilai chi-square hasil analisis cenderung meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil. Namun demikian, menurut Hair et al. (2006: 82) ukuran sampel yang besar cenderung untuk mengurangi efek yang merugikan (distorsi hasil analisis) dari non-normalitas data yang akan dianalisis. Disamping itu, teknik Maximum Likelihood Estimates yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang tidak normal (Ghozali dan Fuad, 2005:37) sehingga analisis selanjutnya masih dapat dilakukan.
2. Evaluasi Outliers Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi lainnya. Outlier dalam bentuk ekstrim dapat muncul dalam suatu variabel tunggal (univariate outlier) maupun dalam kombinasi beberapa variabel (multivariate outlier). Identifikasi adanya univariate outlier dilakukan dengan cara mengkonversi skor masing-masing data penelitian ke dalam standar score atau z-score yang mempunyai rata-rata nol dan standar deviasi sebesar commit to user satu. Pedoman evaluasi untuk sampel besar (diatas 80 observasi) adalah
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa nilai ambang batas dari z-score berada pada rentang 3-4. Oleh karena itu observasi-observasi yang mempunyai z-score ≥ 4 maka akan dikategorikan sebagai univariate outlier (Hair et al, 2006: 75). Untuk mengidentifikasi univariate outlier dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows 17.00. Tabel IV. 4
Descriptive Statistics Descriptive Statistics N Zscore(mand) Zscore(gant) Zscore(dscr) Zscore(efek) Zscore(bumd) Zscore(rbm) Zscore(pdrb) Valid N (listwise)
Minimum 177 177 177 177 177 177 177 177
-.99853 -3.25301 -1.32784 -.83777 -1.32498 -1.30849 -3.97653
Maximum 3.50746 1.61237 4.20836 4.09441 3.65617 2.79217 3.89024
Mean
Std. Deviation
.0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000
1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000
Sumber: data yang diolah (2012) Dari tabel IV. 4 nampak bahwa semua nilai yang telah distandardisir dalam bentuk z-score mempunyai rata-rata sama dengan nol dengan standar deviasi sebesar satu. Dari hasil komputasi terlihat bahwa terdapat dua kasus dengan nilai z-score yang ≥ 4. Dapat disimpulkan bahwa terdap[at dua kasus yang dikategorikan sebagai outliers, namun kasus tersebut tidak perlu dikeluarkan. Hal ini dikarenakan dalam analisis penelitian, apabila tidak terdapat alasan khusus untuk mengeluarkan kasus yang mengindikasikan adanya outliers, maka kasus tersebut harus tetap diikutsertakan dalam analisis selanjutnya commit to user (Ferdinand, 2005:153).
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara itu, identifikasi adanya multivariate outliers juga dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariate, tetapi observasi-observasi dapat menjadi outlier bila sudah dikombinasikan. Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,05. Jarak Mahalanobis dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2005:142). Jika dalam penelitian ini digunakan 7 variabel, semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari c2 (7, 0.05) = 24,322 adalah multivariate outlier. Tabel IV.5 berikut menyajikan hasil hasil evaluasi Jarak Mahalanobis dengan memperhatikan output dari program AMOS 18.01.
Tabel IV.5 Jarak Mahalanobis Data Penelitian Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
142 125 161 135 -
22,683 22,559 21,819 21,437 -
,002 ,002 ,003 ,003 -
,290 ,051 ,013 ,003 -
4,322
,742
1,000
130 Sumber: data yang diolah (2012)
Dari tabel diatas terlihat tidak ada data yang memiliki nilai mahalanobis lebih besar dari 24,322 sehingga dapat disimpulkan bahwa commit to user tidak terdapat kasus yang dikategorikan sebagai outlier.
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Multikolinearitas Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat melalui matrik korelasi antar variabel independen. Nilai korelasi tidak boleh melebihi batas 0,9 sementara nilai yang melebihi 0,8 dapat menjadi indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005:91). Korelasi antar variabel independen dapat dilihat pada tabel IV. 6 berikut ini.
Tabel IV. 6 Korelasi Antar Variabel Penelitian Correlations
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mand mand
Pearson Correlation
gant 1 -.200
Sig. (2-tailed) N gant
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
dscr
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
efek
-.598
.214**
.001
.020
.006
.000
.004
177
177
177
177
177
177
**
-.053
**
.112
-.066
.000
.486
.000
.136
.380
177
177
177
177
.044 -.371**
-.142
.007
.000
.059
.923
177
177
177
-.117 -.603**
.371**
1 -.885
177
177
.246** -.885**
1
.001
.207
Pdrb **
.008
.008 177
.174
rbm **
.000
.557
.352
177
177
177
177
-.053
.044
1
Sig. (2-tailed)
.020
.486
.557
177
177
177
**
**
**
.000
.121
177
177
177
-.142 -.603**
.090
1 -.355** .000
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N pdrb
-.200
**
.246
bumd *
.174*
Sig. (2-tailed)
rbm
177
efek **
Pearson Correlation
N bumd
dscr **
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.207
.006
.352
.000
-.371
.121
.000
.000
177
177
177
177
-.117
1
.090
.037
.232
.621
177
177
177
177
-.598**
.112
.000
.136
.059
.000
.232
177
177
177
177
177
**
177
177
**
1
**
-.066
.007
.004
.380
.923
.000
.621
.000
177
177
177
177
177
177
.214
.371
.037 -.355
177
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: data diolah, 2012 Dari tabel IV. 6 terlihat bahwa nilai korelasi antara mand-gant adalah 0,200, berikutnya nilai korelasi antara mand-dscr adalah -0,246, nilai korelasi antara mand-efek adalah 0,174, nilai korelasi antara mand-bumd adalah 0,207, nilai korelasi antara gant-dscr adalah – 0, 885, nilai korelasi antara gant-efek adalah – 0, 053, nilai korelasi antara gant-bumd adalah 0, 352, nilai korelasi antara dscr-efek 0, 044, nilai korelasi antara dscr-bumd adalah – 0, 371 dan commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai korelasi antara efek-bumd adalah – 0, 117. Dengan demikian dapat dilihat bahwa nilai korelasi antar variabel independen tidak ada yang melebihi 0,9 sehingga dapat disimpulkan tidak ada problem multikolinearitas dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis Teknik pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dan menghasilkan suatu model yang baik. Untuk mengujinya digunakan path analysis (analisis jalur) dengan bantuan program AMOS 18.01. 1. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit) Sebelum melakukan teknik pengujian hipotesis, langkah yang pertama adalah menilai kesesuaian goodness of fit. Untuk mengujinya akan digunakan bantuan program AMOS versi 18.01. Hasil dari nilai-nilai goodness of fit dapat dilihat pada tabel IV.7 berikut ini. Tabel IV. 7. Kriteria Goodness of Fit Goodness of Fit Indeks X 2 Chi-Square
Nilai yang Diharapkan
Diharapkan kecil X 2 dengan df 5 adalah 11,070 Probabilitas > 0,05 CMIN/df ≤ 2,00 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,95 RMSEA ≤ 0,08 Sumber : data di olah (2012)
Hasil
Evaluasi
13,655 dengan df 5 ,018 2,731 ,979 ,883 ,932 ,984 ,099
Marginal Marginal Marginal Baik Marginal Marginal Baik Marginal
Tujuan analisis Chi-Square (c2) adalah mengembangkan dan menguji 2 model yang sesuai dengancommit data. Dalam to userpengujian ini nilai c yang rendah
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan menghasilkan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara matriks kovarian data dan matriks kovarian yang diestimasi. Chi-Square sangat sensitif terhadap ukuran sampel. Nilai c2 pada penelitian ini sebesar 13, 655 dengan degree of freedom 5 adalah signifikan secara statistik pada level signifikansi 0,018. Probabilitas sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05 hal ini merupakan indikasi yang kurang baik. Dengan demikian, masih terdapat perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang diamati. Normed Chi-Square (CMIN/DF) adalah ukuran yang diperoleh dari nilai Chi-Square dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodness-of-fit model dengan jumlah koefisien-koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai CMIN/DF pada model ini adalah 2,731 menunjukkan bahwa model penelitian ini belum fit. Goodness of Fit Index (GFI) mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai yang mendekati 1 mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik. Dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan ³ 0,9, dapat disimpulkan bahwa model memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai GFI sebesar 0,979. commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah GFI yang disesuaikan dengan rasio antara degree of freedom dari model yang diusulkan dan degree of freedom dari null model. Nilai AGFI dalam model ini adalah 0,883 menunjukkan bahwa model belum fit. Tucker Lewis Index (TLI) merupakan alternatif incremental fit index yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI merupakan indeks kesesuaian model yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel. . Nilai yang direkomendasikan ³ 0,95, dapat disimpulkan bahwa model menunjukkan tingkat kesesuaian yang buruk dengan nilai TLI sebesar 0,932. Comparative Fit Index (CFI) adalah indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan null model. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Dengan memperhatikan nilai yang direkomendasikan ³ 0,95, maka nilai CFI sebesar 0,984 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang baik. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah indeks yang digunakan untuk mengkompensasi nilai Chi-Square dalam sampel yang besar. Nilai penerimaan yang direkomendasikan £ 0,08, maka commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai RMSEA sebesar 0,099 menunjukkan tingkat kesesuaian yang kurang baik. Dari keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut di atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima. Karena model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima maka peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model untuk membentuk model alternatif yang mempunyai goodness of fit yang lebih baik.
2. Modifikasi Model Modifikasi model dilakukan selain untuk mendapatkan kriteria goodness of fit dari model yang dapat diterima, juga untuk mendapatkan hubungan-hubungan baru yang mempunyai pijakan teori yang kuat. Karena SEM ditujukan untuk menguji model yang mempunyai pijakan teori yang “benar” dan bukan untuk menghasilkan teori (Ferdinand, 2005:97). Melalui nilai modification indices dapat diketahui ada tidaknya kemungkinan
modifikasi
terhadap
model
Modification indices yang dapat diketahui
yang
dapat
diusulkan.
dari output amos akan
menunjukkan hubungan-hubungan yang perlu diestimasi yang sebelumnya tidak ada dalam model supaya terjadi penurunan pada nilai chi-square untuk mendapatkan model penelitian yang lebih baik. Nilai modification indices yang mengakibatkan penurunan yang signifikan pada chi-square commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jika suatu hubungan diestimasi, adalah nilai yang mencapai lebih besar atau sama dengan 4,0 (Ferdinand, 2005:98). Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti melakukan revisi model yang didasarkan pada modification indices yang ditunjukkan pada hasil komputasi, korelasi, dan terori yang mendasarinya seperti yang ditunjukkan pada gambar IV. 1 berikut.
Kinerja Keuangan Kemandirian
CR: -11,321 CR: -0,676
Ketergantungan Desentralisasi CR: 0,316 Fiskal Efektivitas PAD Kontribusi BUMD
Alokasi Belanja ModalCR:-2,382
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
CR: -10,439 CR; 2,862 CR: 3,564
Gambar IV.1 Modifikasi Model Dalam hubungannya dengan teori, pengajuan konsep efektivitas PAD mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung didasarkan pada hasil penelitian Harianto dan Adi (2007) yang menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian peneliti telah melakukan sebanyak satu penambahan jalur baru pada model penelitian, sehingga akan diperoleh kriteria goodness of fit yang baru. Tabel IV. 8 merupakan hasil goodness of fit model yang telah dimodifikasi. Tabel IV. 8 Kriteria Goodness of Fit Setelah Modifikasi Goodness of Fit Indeks X2 ChiSquare
Probabilitas CMIN/df GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Nilai yang Diharapkan
Hasil Sebelum Modifikasi
Evaluasi
13,655 dengan df 5
Hasil Setelah Modifikasi 5,649 dengan df 5
Diharapkan kecil 2 X dengan df 5 adalah 11,070 > 0,05 ≤ 2,00 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,95 ≥ 0,95 ≤ 0,08
0,018 2,731 0,979 0,883 0,932 0,984 0,099
0,227 1,412 0,991 0,937 0,984 0,997 0,048
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Baik
Sumber : data yang di olah (2012) Pada tabel IV. 8 terlihat chi-square yang bernilai 5,649 dengan degree of freedom sebesar 5 adalah signifikan secara statistik pada level signifikansi 0,227. Nilai c2 pada penelitian ini sebesar 5,649 dengan probabilitas 0,227 menunjukkan bahwa model penelitian yang diajukan dapat diterima.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk indeks goodness of fit lain yaitu CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI, CFI, dan RMSEA semua menunjukkan nilai yang baik yaitu telah memenuhi kriteria yang ditentukan. Masing-masing nilai tersebut adalah 1,412, 0,991, 0,937, 0,984, 0,997, dan 0,048. berdasarkan keseluruhan pengukuran tersebut diatas, mengindikasikan bahwa model diterima dengan baik. 3. Analisis Koefisien Jalur Setelah kriteria goodness of fit dapat terpenuhi atas model struktural yang diestimasi, selanjutnya analisis terhadap hubunganhubungan struktur model (pengujian hipotesis) dapat dilakukan. Hubungan antar konstruk dalam hipotesis ditunjukkan oleh nilai standardized regression weights. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi hubungan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan pada nilai C.R (z-hitung) lebih besar dari atau sama dengan nilai z-tabel (z-hitung ³ z-tabel). Kemudian, dengan melihat standardized structural (path) coefficients dari setiap hipotesis terutama pada kesesuaian arah hubungan path dengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan sebelumnya. Jika arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai critical ratio-nya juga memenuhi persyaratan maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diuji terbukti. Tabel IV. 9
Regression Weigths
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Estimate rbm <--- mand -,431 rbm <--- gant -,140 rbm <--- dscr ,077 rbm <--- efek -,036 rbm <--- bumd ,482 pdrb <--- rbm -,026 pdrb <--- efek ,002 Sumber : data yang diolah (2012)
S.E. C.R. P Keterangan ,038 -11,321 *** Signifikan ,208 -,676 ,499 Tidak Signifikan ,242 ,316 ,752 Tidak Signifikan ,003 -10,439 *** Signifikan ,135 3,564 *** Signifikan ,011 -2,382 ,017 Signifikan ,001 2,862 ,004 Signifikan
Dari tabel diatas IV. 9 dapat dilihat bahwa hasil pengujian menunjukkan semua jalur yang dianalisis memiliki hubungan kausalitas yang signifikan, terlihat dari besarnya koefisien jalur dengan nilai C.R. yang lebih dari ±1,96 atau tingkat signifikansi uji hipotesis yang lebih kecil dari 5%. Analisis ini juga menunjukkan besaran dari efek total, efek langsung serta efek tidak langsung dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Hasil dari analisis ketiga jenis efek tersebut dapat dilihat berturut-turut pada tabel IV.10, IV.11, dan IV.12 berikut ini. Tabel IV. 10 Standardized Direct Effects – Estimates rbm pdrb
bumd efek dscr gant mand ,187 -,487 ,032 -,066 -,573 ,000 ,247 ,000 ,000 ,000 Sumber : data yang diolah (2012)
rbm ,000 -,206
Tabel IV. 11 Standardized Indirect Effects – Estimates rbm pdrb
bumd efek dscr gant mand ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 -,038 ,100 -,007 ,014 ,118 Sumber : data yangtodiolah commit user (2012)
rbm ,000 ,000
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 12 Standardized Total Effects – Estimates rbm pdrb
bumd efek dscr gant mand ,187 -,487 ,032 -,066 -,573 -,038 ,347 -,007 ,014 ,118 Sumber : data yang diolah (2012)
rbm ,000 -,206
Tabel IV. 10 menunjukkan bahwa terdapat efek langsung dari kontribusi BUMD (bumd) terhadap rasio belanja modal (rbm) sebesar 0, 187. Efek langsung dari efektivitas PAD (efek) terhadap rasio belanja modal (rbm) sebesar -0,487. Efek langsung dari desentralisasi fiskal (dscr) terhadap rasio belanja modal (rbm) sebesar 0, 032. Efek langsung dari ketergantungan keuangan (gant) terhadap rasio alokasi belanja modal (rbm) sebesar - 0,066. Efek langsung dari rasio kemandirian (mand) terhadap rasio alokasi belanja modal (rbm) sebesar - 0,573. Efek langsung dari rasio belanja modal (rbm) terhadap rasio pdrb (pdrb) sebesar – 0, 206. Tabel IV. 11 menunjukkan bahwa terdapat efek tidak langsung dari kontribusi BUMD (bumd) terhadap rasio pdrb (pdrb) sebesar - 0, 038. Efek tidak langsung dari efektivitas PAD (efek) terhadap rasio pdrb (pdrb) sebesar 1, 000. Efek langsung dari desentralisasi fiskal (dscr) terhadap rasio belanja pdrb (pdrb) sebesar -0,007. Efek tidak langsung dari ketergantungan keuangan (gant) terhadap rasio alokasi pdrb (pdrb) sebesar 0,014. Efek tidak langsung dari rasio kemandirian (mand) terhadap rasio alokasi pdrb (pdrb) sebesar 0,118. commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 12 menunjukkan bahwa terdapat efek total dari kontribusi BUMD (bumd) terhadap rasio belanja modal (rbm) sebesar 0,187 (sama besarnya dengan efek langsungnya). Efek total dari kontribusi BUMD (bumd) terhadap rasio pdrb (pdrb) sebesar - 0, 038 (sama besarnya dengan efek tidak langsungnya). Efek total dari efektivitas PAD (efek) terhadap rasio belanja modal (rbm) sebesar -0,487 (sama besarnya dengan efek langsungnya). Efek total dari efektivitas PAD (efek) terhadap rasio pdrb (pdrb) sebesar 0, 347 (sama besarnya dengan efek tidak langsungnya). Efek total dari desentralisasi fiskal (dscr) terhadap rasio belanja modal (rbm) sebesar 0,032 (sama besarnya dengan efek langsungnya). Efek total dari desentralisasi fiskal (dscr) terhadap rasio belanja pdrb (pdrb) sebesar -0,007 (sama besarnya dengan efek tidak langsungnya). Efek total dari ketergantungan keuangan (gant) terhadap rasio alokasi belanja modal (rbm) sebesar - 0,066 (sama besarnya dengan efek langsungnya). Efek total dari ketergantungan keuangan (gant) terhadap rasio alokasi pdrb (pdrb) sebesar 0,014 (sama besarnya dengan efek tidak langsungnya). Efek total dari rasio kemandirian (mand) terhadap rasio alokasi belanja modal (rbm) sebesar - 0,573 (sama besarnya dengan efek langsungnya). Efek total dari rasio kemandirian (mand) terhadap rasio alokasi pdrb (pdrb) sebesar 0,118 (sama besarnya dengan efek tidak langsungnya). Efek total dari rasio belanja modal (rbm) terhadap rasio pdrb (pdrb) sebesar – 0, 206 (sama besarnya dengan efek langsungnya).
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembahasan Hasil Penelitian Setelah menilai model secara keseluruhan dan menguji hubungan kausalitas seperti yang dihipotesiskan, tahap selanjutnya adalah pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: Hipotesis 1:
rasio kemandirian daerah berpengaruh signifikan terhadap
alokasi belanja modal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio kemandirian memiliki pengaruh signifikan terhadap rasio alokasi belanja modal. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana nilai C.R. sebesar – 11,321 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa rasio kemandirian memang mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio alokasi belanja modal dengan pengaruh hubungan yang negatif. Dimana semakin tinggi angka kemandirian daerah alokasi belanja modal semakin menurun. Hal ini dimungkinkan karena kenaikan PAD lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja pegawai dibandingkan untuk membiayai belanja modal atau bisa jadi daerah lebih mengandalkan penerimaan DAU dibanding dengan upaya untuk meningkatkan PAD. Hal ini menandakan bahwa naiknya tingkat kemandiran suatu daerah harus memperhatikan alokasi untuk belanja modal daerah tersebut. Hal ini konsisten dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menemukan tingkat kemandirian daerah berpengaruh terhadap alokasi commit to user belanja modal. Harianto dan Adi (2007) juga memberikan fakta empirik
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sama dimana PAD dan transfer mempunyai pengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah.
Hipotesis 2: rasio ketergantungan berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio ketergantungan memiliki pengaruh signifikan terhadap rasio belanja modal. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana nilai C.R. sebesar -,676 signifikan pada p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa tenyata rasio ketergantungan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio belanja modal. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Holtz-Eakin et al (1994) yang menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal (dalam Yustikasari dan Darwanto, 2007). Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menemukan bahwa ketergantungan keuangan berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumadewi, dan Arif Rahman (2007) menemukan bahwa dana transfer (DAU) pemerintah pusat tidak mempunyai pengaruh terhadap alokasi belanja modal pemerintah daerah. Hal ini dimungkinkan karena penelitian Sularso dan Restianto hanya dilakukan pada pemerintah kabupaten/ kota di Jawa Tengah
sedangkan
penelitian ini mengambil sampel pemerintah commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kabupaten/ kota di Indonesia yang porsi dana transfernya tentu lebih beragam.
Hipotesis 3: rasio desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio desentralisasi fiskal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio belanja modal. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh rasio desentralisasi terhadap rasio belanja modal dengan nilai C.R. sebesar 0,316 signifikan pada p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa tenyata rasio desentralisasi fiskal tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio belanja modal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso, dan Restianto (2011) yang menemukan bahwa derajat desentralisasi tidak memiliki pengaruh terhadap belanja modal. Bahrul (2010) juga menemukan bahwa peningkatan fiskal tidak diimbangi dengan peningkatan alokasi belanja modal.
Hipotesis 4: rasio efektivitas PAD berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio efektivitas PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap rasio alokasi belanja modal. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana nilai C.R. sebesar – commitmaka to user 10,439 signifikan pada p<0,05, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa rasio efektivitas PAD memang mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio alokasi belanja modal dengan pengaruh hubungan yang negatif. Dimana kenaikan efektivitas PAD menyebabkan alokasi belanja modal menurun. Hal ini dimungkinkan karena penetapan target PAD ditetapkan terlalu rendah sehingga mudah dicapai, atau bisa jadi upaya penggalian potensi PAD ini belum maksimal sebagai sumber pendapatan dalam membangun daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustikasari dan Darwanto (2007) yang menunjukkan bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa efektivitas PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
Hipotesis 5: rasio kontribusi BUMD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio kontribusi BUMD memiliki pengaruh signifikan terhadap rasio alokasi belanja modal. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana nilai C.R. sebesar 3, 564 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 5 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa rasio kontribusi BUMD memang mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio alokasi belanja modal dimana hubungan pengaruhnya commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan rasio kontribusi BUMD suatu daerah mengakibatkan rasio belanja modal meningkat atau dengan kata lain semakin tinggi rasio kontribusi BUMD suatu daerah maka rasio belanja modal semakin tinggi. Hal ini menandakan bahwa pengalokasian belanja modal suatu daerah harus memperhatikan tingkat rasio kontribusi BUMD daerah tersebut. Hasil ini sejalan dengan temuan Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa derajat kontribusi BUMD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
Hipotesis 6: rasio alokasi belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio belanja modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh rasio belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R. sebesar –2, 382 signifikan pada p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 6 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa tenyata rasio alokasi belanja modal memang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengaruh hubungan yang negatif. Dimana kenaikan belanja modal menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun. Hal ini dimungkinkan karena dalam periode penelitian ini porsi belanja modal tidak digunakan sebagaimana commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mestinya untuk membangun sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat secara tepat sasaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Postole, et.al (2009) yang menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menemukan bahwa alokasi belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Hipotesis 7: rasio belanja modal memediasi hubungan antara kemandirian daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah belanja modal memediasi
hubungan
antara
rasio
kemandirian
daerah
dengan
pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh kemandirian daerah terhadap belanja modal dengan nilai C.R. sebesar –11, 321 signifikan pada p<0,05 dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R. sebesar -2, 382 signifikan pada p<0,05. Sementara efek tidak langsung kemandirian daerah
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
daerah
sebesar
0,
118
dibandingkan dengan efek langsungnya sebesar 0, 000 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 7 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan
bahwa
belanja
modal
memediasi
hubungan
antara
kemandirian daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki tingkat kemandirian tinggi commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maka daerah tersebut tingkat pertumbuhan ekonomi daerahnya tinggi tetapi juga harus dilihat dari tingkat belanja modal yang dialokasikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daerah yang tingkat kemandiriannya tinggi harus ditingkatkan alokasi belanja modalnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal memediasi pengaruh kemandirian terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis 8: rasio belanja modal memediasi hubungan antara ketergantungan keuangan dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah belanja modal memediasi hubungan antara rasio ketergantungan keuangan dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh ketergantungan keuangan terhadap belanja modal dengan nilai C.R. sebesar –0, 676 signifikan pada p>0,05 dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R. sebesar 2, 382 signifikan pada p<0,05. Sementara efek tidak langsung ketergantungan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0, 014 dibandingkan dengan efek langsungnya sebesar 0, 000 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 8 tidak didukung. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal memediasi pengaruh ketergantungan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumadewi, dan Arif Rahman (2007) menemukan bahwa dana transfer (DAU) pemerintah pusat tidak mempunyai
pengaruh
terhadap
belanja
modal
sebagai
stimulus
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dimungkinkan karena penelitian Sularso dan Restianto hanya dilakukan pada pemerintah kabupaten/ kota di Jawa Tengah
sedangkan
penelitian
ini mengambil sampel pemerintah
kabupaten/ kota di Indonesia yang porsi dana transfernya tentu lebih beragam.
Hipotesis 9: rasio belanja modal memediasi hubungan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio belanja modal memediasi hubungan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh desentralisasi fiskal terhadap belanja modal dengan nilai C.R. sebesar 0, 316 signifikan pada p>0,05 dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R. sebesar -2, 382 signifikan pada p<0,05. Sementara efek tidak langsung desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebesar -0, 007 dibandingkan dengan efek langsungnya sebesar 0, 000 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 9 tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa belanja modal tidak memediasi hubungan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian yang dilakukan oleh Brasoveanu (2007) yang menemukan hubungan antara kenaikan fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal tidak memediasi pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis 10: rasio belanja modal memediasi hubungan antara efektivitas PAD dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio belanja modal memediasi hubungan antara efektivitas PAD dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh efektivitas PAD terhadap belanja modal dengan nilai C.R. sebesar –10, 439 signifikan pada p<0,05 dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R. sebesar -2, 382 signifikan pada p<0,05. Sementara efek tidak langsung efektivitas PAD terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0, 100 dibandingkan dengan efek langsungnya sebesar 0, 247 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 10 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa belanja modal memediasi hubungan antara efektivitas PAD dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki tingkat efektivitas PAD tinggi maka daerah tersebut tingkat pertumbuhan ekonomi daerahnya tinggi tetapi juga harus dilihat dari tingkat belanja modal yang dialokasikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal memediasi pengaruh efektivitas PAD terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis 11: rasio belanja modal memediasi hubungan antara kontribusi BUMD dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah rasio belanja modal memediasi hubungan antara kontribusi BUMD dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.9 dimana pengaruh kontribusi BUMD terhadap belanja modal dengan nilai C.R. sebesar 3, 564 signifikan pada p<0,05 dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R. sebesar -2, 382 signifikan pada p<0,05. Sementara efek tidak langsung kontribusi BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebesar -0, 038 dibandingkan dengan efek langsungnya sebesar 0, 000 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 11 didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa belanja modal
memediasi
hubungan
antara
kontribusi
BUMD
dengan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah yang memiliki tingkat kontribusi BUMD tinggi maka daerah tersebut tingkat pertumbuhan ekonomi daerahnya tinggi tetapi juga harus dilihat dari tingkat belanja modal yang dialokasikan. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa belanja modal memediasi hubungan antara kontribusi BUMD dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian ini sejalan commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal memediasi pengaruh kontribusi BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa efektivitas PAD mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai C.R sebesar 2,862 signifikan pada p<0,05 dan efek langsung sebesar 0,247. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa efektivitas PAD mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Temuan ini didukung oleh penelitian
Harianto dan Adi (2007) yang menyatakan
bahwa dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja modal memediasi secara parsial hubungan antara efektivitas PAD dengan pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain efektivitas PAD dapat mempengaruhi petumbuhan ekonomi daerah baik secara langsung maupun melalui mediasi alokasi belanja modal.
BAB V PENUTUP commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan saran sebagai bagian akhir dari penelitian ini. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data yang telah dilakukan dan akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain kesimpulan akan disertakan saran-saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. A. Kesimpulan Hasil
pengujian
goodness-of-fit
atas
model
yang
diajukan
menunjukkan hasil yang baik. Berikut ini adalah urutan hasil pengukuran model penelitian ini: c2 = 5, 649; probabilitas = 0,227; CMIN/DF = 1,412; GFI = 0,991; AGFI = 0,937; TLI = 0,984; CFI = 0,997; RMSEA = 0,048. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis
pertama didukung atau dapat
dikatakan
bahwa
kemandirian daerah berpengaruh negatif dan signifikan pada belanja modal. Dimana semakin tinggi angka kemandirian daerah tinkat
alokasi belanja modal semakin
menurun. Hal ini
dimungkinkan karena kenaikan PAD lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja pegawai dibandingkan untuk membiayai belanja modal atau bisa jadi daerah lebih mengandalkan penerimaan DAU dibanding dengan upaya untuk meningkatkan PAD. Hal ini menandakan bahwa naiknya tingkat kemandiran commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu daerah harus memperhatikan alokasi untuk belanja modal daerah tersebut. Hal ini konsisten dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menemukan tingkat kemandirian daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Harianto dan Adi (2007) juga memberikan fakta empirik yang sama dimana PAD dan transfer mempunyai pengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah. 2. Hipotesis kedua tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa ketergantungan keuangan tidak berpengaruh signifikan pada belanja modal. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian HoltzEakin et al (1994) yang menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal (dalam Yustikasari dan Darwanto, 2007). Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menemukan bahwa ketergantungan
keuangan
berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumadewi, dan Arif Rahman (2007) menemukan bahwa dana transfer (DAU) pemerintah pusat tidak mempunyai pengaruh terhadap alokasi belanja modal pemerintah daerah. Hal ini dimungkinkan karena penelitian Sularso dan Restianto hanya dilakukan pada pemerintah kabupaten/ kota di Jawa Tengah sedangkan penelitian ini commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengambil sampel pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia yang porsi dana transfernya tentu lebih beragam. 3. Hipotesis ketiga tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa desentralisasi fiskal tidak berpengaruh signifikan pada belanja modal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso, dan Restianto (2011) yang menemukan bahwa derajat desentralisasi tidak memiliki pengaruh terhadap belanja modal. Bahrul (2010) juga menemukan bahwa peningkatan fiskal tidak diimbangi dengan peningkatan alokasi belanja modal. 4. Hipotesis keempat didukung atau dapat dikatakan bahwa efektivitas PAD sebagai alat ukur kinerja keuangan daerah berpengaruh negatif dan signifikan pada belanja modal. Dimana kenaikan efektivitas PAD menyebabkan alokasi belanja modal menurun. Hal ini dimungkinkan karena penetapan target PAD ditetapkan terlalu rendah sehingga mudah dicapai, atau bisa jadi upaya penggalian potensi PAD ini belum maksimal sebagai sumber pendapatan dalam membangun daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustikasari dan Darwanto (2007) yang menunjukkan bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa efektivitas PAD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Hipotesis kelima didukung atau dapat dikatakan bahwa kontribusi BUMD sebagai alat ukur kinerja keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan pada belanja modal. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan rasio kontribusi BUMD suatu daerah mengakibatkan rasio belanja modal meningkat atau dengan kata lain semakin tinggi rasio kontribusi BUMD suatu daerah maka rasio belanja modal semakin tinggi. Hal ini menandakan bahwa pengalokasian belanja modal suatu daerah harus memperhatikan tingkat rasio kontribusi BUMD daerah tersebut. Hasil ini sejalan dengan temuan Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa derajat kontribusi BUMD berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. 6. Hipotesis keenam didukung atau dapat dikatakan bahwa alokasi belanja
modal
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Dimana kenaikan belanja modal menyebabkan
pertumbuhan
ekonomi
menurun.
Hal
ini
dimungkinkan karena dalam periode penelitian ini porsi belanja modal tidak digunakan sebagaimana mestinya untuk membangun sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat secara tepat sasaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Postole, et.al (2009) yang menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Sularso dan Restianto (2011) commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menemukan bahwa alokasi belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. 7. Hipotesis ketujuh, kesepuluh, dan kesebelas didukung atau dapat dikatakan bahwa belanja modal memediasi pengaruh kemandirian daerah, efektivitas PAD, dan kontribusi BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan pengaruh tidak langsung kemandirian daerah, efektivitas PAD, dan kontribusi BUMD terhadap pertumbuhan ekonomi melalui alokasi belanja modal. 8. Hipotesis kedelapan tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa alokasi belanja modal tidak memediasi pengaruh ketergantungan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal memediasi
pengaruh
ketergantungan
keuangan
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumadewi, dan Arif Rahman (2007) menemukan bahwa dana transfer (DAU) pemerintah pusat tidak mempunyai pengaruh terhadap belanja modal sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi. Hal ini dimungkinkan karena penelitian Sularso dan Restianto hanya dilakukan pada pemerintah kabupaten/ kota di Jawa Tengah sedangkan penelitian ini mengambil sampel commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia yang porsi dana transfernya tentu lebih beragam. 9. Hipotesis kesembilan tidak didukung atau dapat dikatakan bahwa alokasi belanja modal tidak memediasi pengaruh desentralisasi fiskal pada pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brasoveanu (2007) yang menemukan hubungan antara kenaikan fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sularso dan Restianto (2011) yang menunjukkan bahwa belanja modal tidak memediasi pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. 10. Pengalokasian belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia dipengaruhi oleh kinerja keuangan khususnya rasio kemandirian, efektivitas PAD, dan derajat kontribusi BUMD. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan indikasi bahwa rasio ketergantungan keuangan dan derajat desentralisasi fiskal tidak memiliki pengaruh terhadap alokasi belanja modal. 11. Hasil analisis mengindikasikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung adalah kinerja keuangan daerah. Pengaruh tidak langsung terbesar dari kinerja keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah efektivitas PAD. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan otonomi daerah, muncul indikator lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi yaitu kinerja keuangan daerah, selain tiga faktor utama pertumbuhan ekonomi menurut Kuncoro (2004), yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan angkatan kerja. 12. Penelitian ini juga menemukan bahwa alokasi belanja modal memediasi secara parsial pengaruh efektivitas PAD pada pertumbuhan ekonomi, yang artinya efektivitas PAD dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung maupun melalui mediasi alokasi belanja modal. Temuan ini didukung oleh penelitian Harianto dan Adi (2007) yang menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi
daerah
dan
akhirnya
akan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap dimensi pertumbuhan ekonomi daerah baik secara langsung maupun melalui mediasi belanja modal. commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis a) Hasil penelitian ini yang menyatakan kinerja keuangan mempunyai pengaruh tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi daerah yaitu melalui belanja modal, memiliki implikasi bagi daerah dimana dapat diambil kesimpulan belanja modal adalah stimulus perekonomian daerah, bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah harus meningkatkan alokasi belanja modalnya. b) Pemerintah kabupaten/ kota harus meningkatkan kinerja keuangan karena memiliki pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah meskipun secara tidak langsung.
C. Keterbatasan Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah banyaknya data penelitian yang tidak memenuhi kriteria penelitian sehingga hasil penelitian kurang bisa digeneralisir.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Saran Berdasarkan keterbatasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian berikutnya sebagai berikut : 1. Memperpanjang periode penelitian sehingga dalam jumlah sampel juga lebih mampu untuk dapat dilakukan generalisasi atas hasil penelitian
tersebut, dimana data laporan keuangan daerah yang
digunakan paling tidak lima tahun terakhir. 2. Menambahkan indikator untuk mengukur variabel kinerja keuangan daerah.
commit to user
86