UNIVERSITAS INDONESIA
UNGKAPAN SERAPAH DALAM NOVEL POPULER: KAJIAN LINGUISTIK BERPERSPEKTIF GENDER
SKRIPSI
SYALITA NPM 0806466361
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI INDONESIA DEPOK JULI 2012
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
UNGKAPAN SERAPAH DALAM NOVEL POPULER: KAJIAN LINGUISTIK BERPERSPEKTIF GENDER
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
SYALITA NPM 0806466361
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI INDONESIA DEPOK JULI 2012
ii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, Juli 2012
Syalita
iii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Syalita
NPM
: 0806466361
Tanda tangan: Tanggal
: 2 Juli 2012
iv Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. atas segala rahmat, nikmat, dan kasih sayang-Nya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Humaniora Program Studi Indonesia pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini, tidak mudah bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Sri Munawarah, M.Hum selaku pembimbing skripsi saya. Terima kasih, Bu atas segala kebaikan, kesabaran, dan kemurahan hati Ibu dalam memberikan bimbingan untuk skripsi saya. 2. Ibu Prof. Dr. Multamia R.M.T Lauder, S.S., Mse,. DEA, sebagai dosen penguji sekaligus dosen pembimbing akademis saya dan Ibu Dr. Maria Yosephine Mantik, M.Hum selaku dosen penguji. Terima kasih atas kebaikan dan kesediaan Ibu untuk dapat membimbing saya menyelesaikan skripsi ini. Suatu kehormatan bagi saya dapat diuji oleh Ibu Mia dan Ibu Vina. 3. Para dosen Program Studi Indonesia FIB UI atas ilmu yang bermanfaat, nasihat, dan bimbingan yang telah diberikan selama saya kuliah. Terima kasih banyak Bapak dan Ibu. 4. Keluarga tersayang. Papa, Mama, Uni Sissy, dan Aga. Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, dan semangatnya yang telah diberikan selama saya mengerjakan skripsi ini. Terima kasih juga kepada om, tante, dan para sepupu. Terutama kepada Aunty Titi, Uni Rina, Mas Anom, Cibil, dan Mas Rian yang sudah mendengarkan curahan hati, membantu dalam penulisan abstrak serta memberikan hiburan yang menyenangkan selama penulisan skripsi ini. Terima kasih saya ucapkan juga kepada Tante Ira, Bapak, Teteh, Kakak, Mba Ade yang juga telah memberi semangat selama saya menyusun skripsi ini.
vi Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
5. Sahabat terbaik di dunia perkampusan Nandafitri, Areispine Dymussaga Sevilla Miraviori, Fian Sulyana, dan Dimaz Kusuma N. Samil. Terima kasih atas kebahagiaan yang telah diberikan selama saya menjalani perkuliahan. 6. Teman-teman terbaik IKSI 2008!!! Terima kasih atas tawa, bahagia, sedih, dan air mata yang telah kita lewati bersama selama empat tahun. Big thanks to Idha Umamah atas kebaikan hatinya meminjamkan novel karya Raditya Dika, Arnita, Harli, Agung, Dipta, Rani, Boti, Bepe, Anita Rima, Keke, Vigi, Tyas, Lucky, dan teman-teman seperjuangan skripsi yang lain. Terima kasih telah berbagi ide, informasi, dan juga camilan. Terima kasih atas perhatiannya selama ini. 7. Kakak-kakak IKSI 2006 dan IKSI 2007, teman-teman IKSI 2009 dan IKSI 2010 terima kasih atas warna yang telah diberikan dalam dunia perkuliahan saya. 8. Nadya Amanda yang telah peduli dengan skripsi saya dan selalu menanyakan jadwal sidang saya. Terima kasih kepada Apri Nugroho dan Farissa Luthfia (adik Icha) atas kebaikannya meminjamkan novel Ninit Yunita kepada saya. Terima kasih teman-teman, maaf merepotkan. 9. Dia yang telah menemani, menyemangati, memberi dukungan dan motivasi tiada henti. Terima kasih atas kesabaran, kebaikan hati, dan perhatian selama ini. Thank you, R! Saya berharap Allah Swt. berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 2 Juli 2012
Penulis
vii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Syalita NPM : 0806466361 Program Studi : Indonesia Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul Ungkapan Serapah dalam Novel Populer: Kajian Linguistik Berperspektif Gender beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 2 Juli 2012
Yang menyatakan
Syalita
viii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
ABSTRAK Nama
: Syalita
Program studi : Indonesia Judul
: Ungkapan Serapah dalam Novel Populer: Kajian Linguistik Berperspektif Gender
Penelitian ini membahas perbedaan penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan dalam bahasa gaul pada novel populer tahun 2000-an. Perbedaan tersebut ditinjau dari beberapa hal, yaitu sumber (rujukan) ungkapan serapah, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk dan jenis penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan dalam bahasa gaul yang dikaitkan dengan stereotipe gender dalam masyarakat mengenai cara berbahasa laki-laki dan perempuan. Sebagai upaya pendokumentasian ungkapan serapah, penelitian ini juga mengklasifikasikan ungkapan serapah berdasarkan kelas kata dan perubahan makna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kelas kata, teori makian, teori perubahan makna, fonotaktik, dan teori gender. Kata kunci: ungkapan serapah, gender, sosiolinguistik
ix Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
ABSTRACT Name
: Syalita
Study Program: Indonesian Literature Title
: Cursing Phrases in Popular Novels: A Lingustic Study with Gender Perspective
This study discusses the different uses of the curse phrases of men and women in slang argot in popular novels of the year 2000s. These differences are reviewed from the source (reference) of the curse expressions, functions and phonotactic changes. This study aims to describe the shape and type of curse expressions used by men and women in the slang associated with gender stereotypes in society about how men and women speak. In an effort to document the curse phrases, this study also classifies them based on the word level and the change of its meanings. Theories used in this study is the word level theory, the theory of insults, the change of meaning theory, phonotactic, and gender theory. Key words: curse phrases, gender, sociolinguistic
x Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
iv
HALAMAN PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
viii
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
9
1.3 Tujuan Penelitian
10
1.4 Batasan Penelitian
10
1.5 Metodologi Penelitian
11
1.5.1 Metode Penelitian
11
1.5.2 Sumber Data
12
1.6 Langkan Penelitian
12
1.7 Manfaat Penelitian
13
1.8 Sistematika Penelitian
13
BAB II KERANGKA TEORI
15
2.1 Pengantar
15
2.2 Penelitian Terdahulu
15
2.3 Landasan Teori
19
2.3.1 Teori Kelas Kata
20
2.3.2 Teori Kata Makian
26
2.3.3 Teori Perubahan Makna
31
2.3.4 Fonotaktik
36
2.3.5 Teori Gender
39
2.4 Kerangka Penelitian
43
xi Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
BAB III PENGKLASIFIKASIAN KELAS KATA, SUMBER, JENIS PERUBAHAN MAKNA, FUNGSI, DAN FONOTAKTIK UNGKAPAN SERAPAH PADA NOVEL TAHUN 2000-AN
45
3.1 Pengantar
45
3.2 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Kelas Kata
46
3.2.1 Ungkapan Serapah Berkategori Nomina
47
3.2.2 Ungkapan Serapah Berkategori Ajektiva
50
3.2.3 Ungkapan Serapah Berkategori Verba
52
3.3 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber
59
3.3.1 Keadaan Sesuatu
60
3.3.2 Jenis Hewan
64
3.3.3 Makhluk Halus
71
3.3.4 Jenis Benda
71
3.3.5 Bagian Tubuh
73
3.3.6 Kekerabatan
73
3.3.7 Profesi
74
3.3.8 Istilah Agama
76
3.3.9 Jenis Makanan
78
3.3.10 Keadaan Makanan
80
3.3.11 Sifat Manusia
82
3.3.12 Kekurangan Fisik Manusia
94
3.3.13 Tiruan Bunyi
95
3.3.14 Emosi
95
3.3.15 Nama Tokoh
101
3.3.16 Pengalaman Negatif Manusia
101
3.3.17 Bahasa Daerah
105
3.3.18 Bahasa Asing
110
3.3.19 Jenis Penyakit
114
3.4 Perubahan Makna
121
3.5 Perubahan Fungsi
143
3.5.1 Penggunaan Kata Dasar dan Sumpah Sebagai
xii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Ungkapan Serapah
148
3.6 Perubahan Fonotaktik
151
BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN UNGKAPAN SERAPAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP STEREOTIPE GENDER DALAM MASYARAKAT
157
4.1 Pengantar
157
4.2 Bahasa dan Gender
158
4.3 Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan
159
4.3.1 Penggunaan Ungkapan Serapah Antara Laki-laki dengan Perempuan Berdasarkan Sumber
160
4.3.2 Penggunaan Ungkapan Serapah Antara Laki-laki dengan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fungsi
191
4.3.3 Penggunaan Ungkapan Serapah Antara Laki-laki dengan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fonotaktik
194
4.4 Perbedaan Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan
197
4.5 Stereotipe Gender di Masyarakat Terhadap Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan BAB V PENUTUP
220 221
5.1 Kesimpulan
221
5.2 Saran
224
DAFTAR PUSTAKA
226
GLOSARIUM UNGKAPAN SERAPAH
230
LAMPIRAN
236
xiii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
DAFTAR TABEL Tabel 2.3.4.1 Konsonan 37 Tabel 2.3.4.2 Vokal 38 Tabel 2.4.1 Kerangka Berpikir Penelitian Ungkapan Serapah Laki-laki Dan Perempuan dalam Novel Populer Tahun 2000-an 43 Tabel 3.2.1.1 Klasifikasi Kelas Kata Nomina dan Frase Nominal Ungkapan Serapah dalam Novel Populer Tahun 2000-an 46 Bagan 3.2.1.2 Persentase Frekuensi Kemunculan Enam Besar Ungkapan Serapah Berkategori Nomina 48 Tabel 3.2.2.1 Klasifikasi Kelas Kata Ajektiva dan Frase Ajektival Ungkapan Serapah dalam Novel Populer Tahun 2000-an 49 Bagan 3.2.2.2 Persentase Frekuensi Kemunculan Lima Besar Ungkapan Serapah Berkategori Ajektiva 51 Tabel 3.2.3.1 Klasifikasi Kelas Kata Verba dan Frase Verbal Ungkapan Serapah dalam Novel Populer Tahun 2000-an 52 Bagan 3.2.3.2 Persentase Frekuensi Kemunculan Tiga Besar Ungkapan Serapah Berkategori Verba 53 Tabel 3.2.1 Ungkapan Serapah Berbentuk Kata dan Frase dengan Kategori Nomina, Ajektiva, dan Verba 54 Bagan 3.2.2 Persentase Variasi Ungkapan Serapah Berkategori Nomina, Ajektiva, dan Verba 56 Bagan 3.2.3 Persentase Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berkategori Nomina, Ajektiva, dan Verba 56 Bagan 3.2.4 Persentase Frekuensi Kemunculan Tujuh Besar Ungkapan Serapah Berkategori Nomina, Ajektiva, dan Verba 57 Tabel 3.3.1.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Sesuatu 59 Tabel 3.3.1.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Sesuatu 62 Tabel 3.3.2.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Hewan 63 Tabel 3.3.2.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Hewan 69 Tabel 3.3.4.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Benda 70 Tabel 3.3.4.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Benda 71 Tabel 3.3.7.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Profesi 73 Tabel 3.3.7.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Profesi 74 Tabel 3.3.8.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Istilah Agama 75 Tabel 3.3.8.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Istilah Agama 76 Tabel 3.3.9.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Makanan 77 Tabel 3.3.9.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Makanan 79 xiv Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Tabel 3.3.10.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Makanan 80 Tabel 3.3.10.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Makanan 81 Tabel 3.3.11.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Sifat Manusia 81 Tabel 3.3.11.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Sifat Manusia 91 Tabel 3.3.12.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Kekurangan Fisik Manusia 92 Tabel 3.3.12.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Kekurangan Fisik Manusia 93 Tabel 3.3.13.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Tiruan Bunyi 93 Tabel 3.3.13.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Tiruan Bunyi 96 Tabel 3.3.14.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Emosi 97 Tabel 3.3.14.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Emosi 98 Tabel 3.3.16.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Pengalaman Negatif Manusia 100 Tabel 3.3.16.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Pengalaman Negatif Manusia 101 Tabel 3.3.17.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Bahasa Daerah 103 Tabel 3.3.17.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Bahasa Daerah 107 Tabel 3.3.18.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Bahasa Asing 108 Tabel 3.3.18.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Bahasa Asing 112 Tabel 3.3.19.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Penyakit 112 Tabel 3.3.19.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Penyakit 113 Tabel 3.3.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber 114 Bagan 3.3.2 Persentase Variasi Jenis Empat Besar Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber 118 Bagan 3.3.3 Persentase Frekuensi Kemunculan Lima Besar Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber 118 Tabel 3.4.1 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Sesuatu 120 Tabel 3.4.2 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Hewan 122 Tabel 3.4.3 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Benda 127 Tabel 3.4.4 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan xv Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Sumber Istilah Agama 128 Tabel 3.4.5 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Makanan 130 Tabel 3.4.6 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaaan Makanan 132 Tabel 3.4.7 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Sifat Manusia 133 Tabel 3.4.8 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Pengalaman Negatif Manusia 135 Tabel 3.4.9 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Penyakit 135 Tabel 3.5.1.1 Kata Dasar yang Bergabung dengan Nomina dan Frase Nominal 146 Tabel 3.5.1.2 Kata Dasar yang Bergabung dengan Ajektiva dan Frase Ajektival 147 Bagan 3.6.1 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Gila dan Anjing Variasi Bentuk Lebih Dari Satu Kata 150 Bagan 3.6.2 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Goblok, Dodol, Sumpah, Kacau, Kerbau, Najis, dan Lebih dengan Perubahan Fonem 151 Bagan 3.6.3 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Bodoh dan Cape deh Dengan Penghilangan Fonem 151 Bagan 3.6.4 Proses Perubahan Fonotaktik Kasihan deh lo dengan Dua Kali Proses Perubahan 152 Bagan 3.6.5 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Ilfil, Cupu, dan Bete (Pemendekan Kata) 153 Tabel 4.3.1.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Keadaan Sesuatu 157 Tabel 4.3.1.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Hewan 159 Tabel 4.3.1.3 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Nama Tokoh, Makhluk Halus, Kekerabatan, dan Bagian Tubuh Manusia 161 Tabel 4.3.1.4 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Benda 162 Tabel 4.3.1.5 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Profesi 163 Tabel 4.3.1.6 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Istilah Agama 164 Tabel 4.3.1.7 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Makanan 165 Tabel 4.3.1.8 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Keadaan Makanan 166 Tabel 4.3.1.9 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Sifat Manusia 167 Tabel 4.3.1.10 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Kekurangan Fisik Manusia 169 Tabel 4.3.1.11 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Tiruan Bunyi 169 xvi Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Tabel 4.3.1.12 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Emosi 171 Tabel 4.3.1.13 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Pengalaman Negatif Manusia 172 Tabel 4.3.1.14 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Bahasa Daerah 173 Tabel 4.3.1.15 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Bahasa Asing 174 Tabel 4.3.1.16 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Penyakit 176 Tabel 4.3.1.17 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber 177 Tabel 4.3.1.18 Total Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber 182 Bagan 4.3.1.19 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber 185 Bagan 4.3.1.20 Variasi Jenis Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber 186 Tabel 4.3.2.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fungsi 187 Tabel 4.3.3.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fonotaktik 192 Tabel 4.4.1 Penggunaan Kata Gila Oleh Tokoh Laki-laki dan Tokoh Perempuan dalam Novel Populer 194 Tabel 4.4.2 Penggunaan Kata Mampus Oleh Tokoh Laki-laki dan Tokoh Perempuan dalam Novel Populer 203 Tabel 5.5.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul pada Novel Populer (Tahun 2000-an) 219
xvii Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaum muda merupakan sebutan bagi sekelompok orang yang termasuk dalam kategori remaja atau di dalam dirinya memiliki hasrat-hasrat yang kuat untuk mencari atau mencoba hal baru. Daya imajinasi dan kreativitas yang dimiliki kaum muda memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berbahasa dengan sesamanya. Salah satu bentuk fenomena berbahasa yang diciptakan oleh kaum muda adalah penggunaan bahasa gaul sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa gaul merupakan sebuah istilah untuk ragam bahasa yang lahir setelah penerbitan Kamus Bahasa Gaul karya Debby Sahertian pada tahun ’90-an akhir. Bahasa gaul merupakan representasi kebebasan berkomunikasi kaum muda setelah runtuhnya rezim Soeharto. Sampai saat ini belum ada ahli linguistik yang memberikan batasan atau definisi bahasa gaul. Namun, James Danandjaja, seorang ahli antropologi, (dalam Sahertian, 1999:v) memberikan penjelasan mengenai bahasa gaul sebagai berikut. “bahasa gaul adalah salah satu bentuk (genre) folklor yang disebut ‘ujaran rakyat’ (folk speech). Dalam ujaran rakyat, ia termasuk dalam bentuk yang disebut slang1 (ucapan populer). Slang selanjutnya dapat dipertegas lagi ke dalam bentuk cant, yakni bahasa slang yang bersifat rahasia. Bahasa gaul termasuk dalam bentuk cant tersebut. Cant yang merupakan induk bahasa gaul adalah yang berfungsi sebagai bahasa rahasia dari sekelompok orang, dalam hal ini adalah kelompok orang usia muda (dan orang yang merasa dirinya masih muda). Selain dari cant pada kelompok orang usia muda, bahasa gaul juga merupakan cant dari kalangan homoseksual.”
Bahasa gaul mulai digunakan sekitar tahun 1997 oleh kalangan homoseksual Medan yang kemudian berkembang ke Jakarta. Kalangan homoseksual banyak yang bekerja di salon maka penggunaan bahasa gaul pun meluas di berbagai salon di Jakarta.
1
Ragam bahasa tak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok-kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti; berupa kosakata yang serba baru dan berubah-ubah (Kridalaksana, 2008:225). Universitas Indonesia 1
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
2
Kemudian penggunaan bahasa gaul tersebut meluas di kalangan artis karena mereka sering berhubungan dengan orang-orang salon. Penggunaan istilah bahasa gaul ini sendiri muncul bersamaan dengan adanya kecenderungan di kalangan artis untuk berkomunitas di kafe-kafe gaul pada sekitar tahun 1998—19992. Bahasa gaul kemudian berkembang baik dari segi bentuk, bunyi maupun jenisnya seperti yang digunakan oleh kaum muda saat ini. Kini, bahasa gaul dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk identitas kelompok kaum muda. Penggunaan bahasa gaul pada industri penerbitan, pertelevisian, film remaja, dan kini merambah hingga media online, seperti social media, blog, dan milis semakin menyuburkan pertumbuhan bahasa gaul di kalangan kaum muda. Perkembangan bahasa gaul yang demikian pesat telah membuktikan bahwa bahasa gaul diterima oleh masyarakat luas. Namun, di sisi lain sebagian masyarakat menganggap bahasa gaul sebagai bahasa yang tidak baik. Anggapan ini muncul karena bahasa gaul kaya dengan ungkapan serapah yang digunakan oleh kaum muda dalam berkomunikasi. Kata serapah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kutuk atau sumpah (KBBI, 2008:1064). Ungkapan serapah berarti ungkapan yang digunakan untuk mengutuk atau menyumpahi sesuatu hal. Ungkapan serapah atau swear word digunakan secara spontan untuk memaki sebagai wujud kekesalan atau kemarahan terhadap sesuatu. Hughes (1991:3) menyatakan bahwa jika seseorang memaki, lazimnya orang lain akan menganggapnya sebagai orang yang tidak sopan, kasar, dan tidak berpendidikan. Ungkapan serapah sering diidentikkan dengan orang yang tidak berpendidikan sehingga jarang kita temui dalam ragam formal. Ungkapan serapah yang digunakan dalam makian umumnya dianggap sebagai penggunaan bahasa yang tidak baik, merupakan fitur linguistik yang tidak baik dan merusak bahasa, terdengar sangat tidak menyenangkan, dipakai oleh orang yang tidak berpendidikan, dan sebaiknya tidak digunakan (Montagu, 1967:2; Andersson, 1985:110; Andersson dan Trudgill, 1990:8 dalam Rosidin, 2010:2).
2
Wawancara dengan Debby Sahertian, Hotel Crowne, 21 November 2001 (Dewi, 2002:10) Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
3
Namun, pendapat masyarakat terhadap ungkapan serapah sebagai ucapan yang tidak baik mengundang ketidaksetujuan. Menurut Andersson dan Trudgill (1990:35) yang dikutip oleh Stensrom (1996:76) dalam Yuwono (2010:61) tidak ada kata yang tidak baik; sebuah kata dipandang tidak baik hanya di mata masyarakat yang menilainya. Jay (1992:55) yang dikutip oleh Stensrom (1996:77) juga dalam Yuwono (2010:61) menyatakan bahwa ungkapan serapah yang tidak baik adalah ungkapan serapah yang tidak pada tempatnya dilontarkan; yang penting diperhatikan adalah pragmatik pemakaiannya alih-alih kategori etimologis dan susunan gramatikalnya. Selain itu, tingginya produktivitas pemakaian bentuk-bentuk ungkapan serapah membuat pakar bahasa memuat bentuk-bentuk tersebut dalam kamus bahasa Indonesia dan buku-buku tata bahasa baku, seperti Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi pertama, 1988 (Yuwono, 2010: 64). Kini, ungkapan serapah tidak lagi hanya sebagai ungkapan untuk menyatakan emosi penutur, tetapi juga untuk memperintim hubungan antarpeserta komunikasi seiring kemunculan bahasa gaul di kalangan kaum muda Indonesia. Bahkan di sebagian kebudayaan, penggunaan ungkapan serapah seringkali difungsikan untuk mengungkapkan pujian, keheranan, dan menciptakan suasana pembicaraan yang akrab (Allan, 1986:1; Tannen, 2002:184; Wijana dan Rohmadi, 2007:110 dalam Rosidin, 2010:5). Crawford (1995:173) menyatakan bahwa makian, dalam hal ini ungkapan serapah, dapat digunakan untuk menunjukkan identitas dalam suatu kelompok, untuk mengaget-ngageti, menakut-nakuti, menghina, menunjukkan keakraban, menciptakan jarak, atau untuk menjalin solidaritas sosial. Hughes (1991:32) yang dikutip oleh Rosidin (2010:6) menyatakan makian dapat pula digunakan untuk menunjukkan keakraban, persahabatan, atau identitas di antara suatu komunitas. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kata makian atau ungkapan serapah tidak hanya digunakan pada saat marah atau kesal, tetapi juga untuk menunjukkan keakraban dan menjalin solidaritas. Penggunaan kata serapah sebagai salah satu bentuk keakraban terlihat dari kutipan kalimat berikut ini. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
4
Anaz: OOHHHH!! I know I know.. RAMBO kan? Iyahhh.. aku tau legenda RAMBO itu.. di Kamboja itu… aku tahu.. Semua: Huakakakakkk… Gw: EH GEMBELLLL… Rambo itu kagak benerannnn! (Dika, 2005:51).
Pada kalimat di atas kata gembel tidak digunakan untuk memaki atau menghina layaknya seseorang menghina perilaku atau penampilan orang lain. Kata tersebut memang digunakan untuk mencela, tetapi celaan tersebut merupakan ekspresi spontan sebagai tanggapan dari jawaban yang diberikan oleh seorang tokoh ke tokoh lainnya. Celaan tersebut dapat terjadi karena ada hubungan keakraban antara kedua tokoh sehingga penggunaan kata tersebut menjadi sebuah ungkapan serapah yang wajar dan berfungsi bukan untuk menghina melainkan sebagai bentuk keakraban. Baik laki-laki maupun perempuan berbeda dalam menggunakan ungkapan serapah. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bahasa antara laki-laki dan perempuan. Menurut Kuntjara (2003:1), perbedaan bahasa antara laki-laki dengan perempuan meliputi perbedaan suara, pilihan kata (leksikal), kalimat (gramatikal), dan cara penyampaian (pragmatis). Dari hal tersebut terlihat tidak hanya kualitas atau topik pembicaraaan yang dibicarakan oleh laki-laki dan perempuan, tetapi juga masalah kesopanan berbahasa antara laki-laki dan perempuan. Hipotesis yang selama ini dianut secara universal menyatakan bahwa ‘wanita lebih sopan dari pada laki-laki dalam berbahasa’ (Ohoiwutun, 1997:89). Penelitian mengenai permasalahan jenis kelamin dan bahasa selalu menarik untuk diteliti. Penelitian-penelitian dalam bentuk skripsi, tesis atau berupa artikel tersebut menghasilkan temuan bahwa terdapat perbedaan berbahasa antara laki-laki dan perempuan. Beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan latar belakang budaya, lingkungan, dan pendidikan (Fasold, 1990:116). Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dikelilingi dengan anggapan atau stigma bahwa laki-laki dan perempuan memiliki cara yang berbeda dalam bersikap dan berbahasa. Laki-laki lebih sering membicarakan olahraga dan otomotif sedangkan perempuan identik dengan bergosip dan membicarakan hal-hal yang sepele. Laki-laki senang membanggakan dirinya sendiri, perempuan senang mencari perhatian lakilaki; laki-laki lebih banyak bicara, perempuan lebih banyak mendengarkan; laki-laki Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
5
asertif, perempuan submisif; laki-laki menggunakan logika, perempuan terkadang melakukan hal yang tidak masuk akal (Speer, 2005:30). Anggapan tersebut berkembang menjadi stereotipe yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri, termasuk masyarakat Indonesia. ‘Perempuan harus berbicara layaknya seorang putri’, ‘Seorang perempuan tidak boleh memaki’ atau ‘Laki-laki tidak boleh menangis’ merupakan beberapa stereotipe yang dibuat oleh masyarakat sehingga memengaruhi mereka dalam bersikap, khususnya dalam berbahasa (Speer, 2005:31). Bila kita berbicara mengenai jenis kelamin, erat kaitannya dengan gender. Sebagian masyarakat menganggap gender dan jenis kelamin adalah hal yang sama. Namun, sebenarnya kedua hal tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki atau perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Sementara itu, jenis kelamin adalah kodrat atau ketentuan Tuhan yang tidak dapat diubah, seperti pada perempuan memiliki payudara, vagina, ovum dan pada laki-laki memiliki jakun, janggut, penis, dan sebagainya (Fakih,1997:8). Berbagai perbedaan cara didik dan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan memengaruhi karakter serta cara berbahasa mereka dalam bersosialisasi. Lakoff yang dikutip oleh Kuntjara (2003:4) menggambarkan bahwa perempuan menempati kedudukan yang sangat tersudutkan dalam hal berbahasa. Perempuan dituntut untuk berbicara seperti seorang lady, yaitu lemah lembut dan sopan. Bahasa perempuan menunjukkan ketidakberdayaan mereka. Apabila mereka tidak berbicara seperti seorang lady, mereka akan dikritik sebagai tidak feminin. Namun, apabila mereka berbicara lemah lembut dan sopan, mereka akan dinilai sebagai kaum yang lemah, yang tidak mampu berpikir jernih dan berbicara masalah-masalah yang serius. Supaya perempuan masuk ke wilayah publik, relasi sosial mereka dengan sesamanya dan dengan laki-laki perlu dimutasi secara budaya, khususnya secara kebahasaan (Irigaray, 2005:87). Perbedaan penggunaan bahasa seperti ini kemudian melahirkan variasi atau ragam bahasa dalam suatu kelompok. Menurut Chaer (2004:68) variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu penutur dan penggunaannya. Penutur berkaitan dengan siapa yang menggunakan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
6
bahasa tersebut, di mana pemakaiannya, bagaimana tingkat sosialnya dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan ia menggunakan bahasa tersebut. Sementara itu, penggunaan bahasa berkaitan dengan untuk apa bahasa itu digunakan, dalam bidang apa, bagaimana situasinya, dan sebagainya. Fenomena kemunculan
ungkapan serapah dalam bahasa gaul merupakan
sebuah perkembangan dari variasi bahasa. Penggunaan ungkapan serapah yang dibedakan berdasarkan gender ini dapat diteliti dengan menggunakan salah satu cabang ilmu dalam bidang linguistik, yaitu sosiolinguistik. Menurut Chaer (2004:68), sosiolinguistik merupakan salah satu bidang ilmu antardisiplin yang menggabungkan antara disiplin sosiologi dengan disiplin linguistik. Kehadiran perbedaan ungkapan serapah antara laki-laki dan perempuan dalam bahasa gaul merupakan salah satu bukti adanya hubungan antara bahasa dengan faktor luar bahasa. Dalam perkembangannya, bahasa tidak dapat dipisahkan dari faktor luar bahasa, seperti latar belakang penutur yang meliputi kelas sosial, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, umur, dan etnisitas (Chaer, 2004:1). Berdasarkan awal kemunculannya, ungkapan serapah ditemukan pada media tulis, yaitu novel-novel populer karya Motinggo Busye dan Ashadi Siregar pada tahun 1970-an. Kemudian pada tahun 1980-an hingga 1990-an, Hilman menghentak dunia pernovelan remaja Indonesia dengan kehadiran serial Lupus yang dipenuhi dengan bahasa gaul, termasuk ungkapan serapah (Yuwono, 2010: 64). Kini, dunia pernovelan populer diramaikan dengan kehadiran novel-novel nonfiksi yang bertema kehidupan remaja atau disebut teenlit dan chicklit. Di dalam teenlit atau chicklit ungkapan serapah lebih banyak digunakan dan mengalami perkembangan variasi jenis dibandingkan ungkapan serapah pada tahun 70-an atau 80-an. Penggunaan ungkapan serapah dalam novel-novel tersebut tidak hanya sebagai ungkapan makian, tetapi juga sebagai ungkapan untuk memperintim hubungan antarpengguna, seperti kata sapaan dan pujian. Selain teenlit dan chicklit, dunia pernovelan remaja juga dihebohkan dengan kehadiran catatan harian seorang blogger. Salah satu blogger yang membukukan catatan hariannya adalah Raditya Dika. Radit, begitu ia biasa disapa, memiliki sebuah Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
7
blog
bernama
www.kambingjantan.com
yang
kini
berubah
menjadi
www.radityadika.com. Ia telah menulis enam buah buku yang menceritakan kesehariannya. Buku pertamanya adalah Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh yang hanya dalam kurun waktu tiga tahun (2005—2008) telah mencapai cetakan ketigapuluh. Karya-karya Radit lainnya antara lain, Cinta Brontosaurus (2006), Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa (2007), Babi Ngesot; Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang (2008), Marmut Merah Jambu (2010), dan Manusia Setengah Salmon (2011). Selain itu, Radit juga pernah menulis komik bersama Dio Rudiman yang berjudul Komik Kambing Jantan (2008) dan Komik Kambing Jantan 2 (2011) serta menulis satu skenario film berjudul Maling Kutang (2009). Buku-buku Raditya Dika selalu mendapat gelar best-seller pada setiap penjualannya di toko buku. Radit juga pernah mendapat penghargaan The Online Inspiring Award 2009 yang diberikan oleh Indosat dan Best Indonesian Blog Award pada tahun 2003. Selain Raditya Dika, seorang penulis wanita yang sukses dengan blog pribadi dan mengembangkan hobi menulisnya dengan membuat buku adalah Ninit Yunita. www.istribawel.com adalah blog Ninit yang mendapat penghargaan pemenang Favourite Blog Category Personal pada Pesta Blogger 2007 dan diakui sebagai salah satu blog terbaik dalam Top 100 Blog in Bahasa Indonesia. Kok Putusin Gue? (2004) adalah novel pertama Ninit dan mendapat sambutan baik di masyarakat. Buku kedua Ninit adalah Test Pack (2005) yang telah mencapai cetakan kesebelas hingga tahun 2011. Karya Ninit lainnya adalah Kamar Cewek (2006) yang ditulis bersama Okke ‘Sepatumerah’, Chocoluv (2007), serta Traveler’s Tale: Belok Kanan, Barcelona! (2007) yang ditulis bersama tiga penulis lain, yaitu Adhitya Mulya, Alaya Setya, dan Iman Hidajat. Selain Ninit, ada penulis perempuan lain yang karyanya saya gunakan dalam penelitian ini, yaitu Dewi Rieka atau Dedew. Sama halnya dengan Ninit dan Radit, Dedew
juga
aktif
menulis
dalam
blog-nya
yang
bernama
www.dedew80.multiply.com. Dedew telah melahirkan tetralogi buku berjudul Anak Kos Dodol: Catatan Mahasiswa Von Djokdja (2008), Anak Kos Dodol Kumat Lagi Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
8
(2009), Anak Kos Dodol Lagi (2010), dan Anak Kos Dodol Tamat (2011). Seri Anak Kos Dodol yang juga telah dibuat dalam bentuk komik ini, menceritakan pengalaman sehari-hari Dedew bersama teman-teman kosnya ketika ia kuliah di Yogyakarta. Selain seri Anak Kos Dodol, Dedew juga menulis beberapa buku, yaitu Keajaiban Bunga Cinta (2006), Kenapa Harus Melajang? (2007), Kisah Satwa dan Puspa dalam Al Quran (2009), Melacak Penulis Misterius (2009), Bocah-bocah Galaksi (2009) dan beberapa buku yang ia tulis bersama teman-teman penulis, seperti Makan Tuh Cinta! (2008), Ramuan Jomblo (2008), La Tahzan for Brokenhearted Muslimah (2008), dan Anak Kos Dodol Bareng Konco (2010). Karya Dedew yang saya gunakan adalah seri Anak Kos Dodol dari tahun 2009—2011. Saya memilih novel tersebut agar terlihat perbandingan penggunaan ungkapan serapah yang seimbang antara penulis laki-laki dan perempuan dalam kurun waktu 2004—2011. Persamaan antara novel-novel karya Raditya Dika, Ninit Yunita, dan Dewi Rieka adalah menggunakan
bahasa gaul, terutama ungkapan serapah dan
menceritakan kehidupan kaum muda. Usia mereka yang tidak terpaut jauh memengaruhi pilihan tema penulisan mereka dalam menceritakan kehidupan kaum muda. Persamaan tema dalam novel, perbedaan usia yang tidak terlalu jauh, penggunaan bahasa gaul, khususnya ungkapan serapah tahun 2000-an, dan kontinuitas penulis dalam menghasilkan karya menjadi latar belakang saya memilih penggunaan novel karya ketiga penulis tersebut sebagai sumber data dalam penelitian ini. Novel merupakan sebuah karya sastra yang merepresentasikan keadaan atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pemilihan novel sebagai sumber data cukup relevan untuk menunjang penelitian ini. Di dalam novel mereka, cukup banyak saya temukan kata-kata serapah yang digunakan tidak hanya untuk memaki sesuatu, tetapi juga digunakan untuk menyapa atau hanya sekadar berceloteh spontan sebagai bentuk keintiman hubungan dalam pertemanan kaum muda. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai fenomena perkembangan ungkapan serapah dalam bahasa gaul, saya akan meneliti bentuk-bentuk ungkapan serapah yang terdapat dalam novel populer dan mendeskripsikan jenis-jenis ungkapan serapah yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
9
digunakan oleh laki-laki dan perempuan dalam situasi tertentu. Tidak selamanya ungkapan serapah digunakan hanya untuk memaki atau menyumpahi. Selain itu, saya juga akan meneliti adanya kemungkinan pengaruh stereotipe gender yang tercipta di masyarakat mengenai cara berbahasa laki-laki dan perempuan dalam memilih penggunaan ungkapan serapah dalam berkomunikasi. 1.2 Rumusan Masalah Ungkapan serapah biasa digunakan oleh kaum muda untuk mengekspresikan kemarahan atau kekesalannya terhadap sesuatu hal. Namun, seiring perkembangan zaman, ungkapan serapah digunakan untuk memperintim hubungan antarpeserta komunikasi (Ljung (1986) dalam Stensrom, 1996:76 seperti yang dikutip oleh Yuwono, 2010:62). Perubahan ini terjadi seiring dengan perubahan media penyebaran ungkapan serapah yang semula dari novel, kini merambah media online sehingga mudah untuk diakses oleh siapapun. Selain itu, faktor luar bahasa, seperti latar belakang budaya penutur, turut memengaruhi perubahan penggunaan ungkapan serapah dalam berkomunikasi. Menurut Trudgill (1995:129) walaupun ada perbedaan yang jelas antara wicara laki-laki dan perempuan, hanya sejumlah unsur kosakata yang dilibatkan. Perbedaan bahasa antara laki-laki dengan perempuan terletak hanya pada ragam bahasa, khususnya pemilihan kosakata. Begitu pula dengan pilihan ungkapan serapah yang diungkapkan oleh laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk ungkapan serapah bahasa gaul yang terdapat dalam novel populer Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan jenis ungkapan serapah antara tokoh laki-laki dengan tokoh perempuan pada situasi tertentu? 3. Adakah pengaruh stereotipe gender pada tokoh laki-laki dan tokoh perempuan dalam menggunakan ungkapan serapah tersebut?
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
10
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk ungkapan serapah yang terdapat dalam novel populer. Kemudian, penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh stereotipe gender antara laki-laki dan perempuan yang terjadi di masyarakat dalam menggunakan ungkapan serapah sebagai sebuah ekspresi, baik ekspresi emosi maupun ekspresi diri dalam memperintim hubungan pertemanan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan menguji kesesuaian makna kata serapah yang terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan situasi kebahasaan pada saat ini. 1.4 Batasan Penelitian Perbedaan jenis kelamin berpotensi menghasilkan variasi bahasa. Salah satu variasi bahasa yang berkembang saat ini adalah bahasa gaul yang digunakan oleh kaum muda dalam berkomunikasi. Bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari kaya akan ungkapan serapah. Penelitian ini terbatas pada kosakata serapah yang digunakan oleh tokoh laki-laki dan tokoh perempuan dalam novel-novel populer karya Raditya Dika, Ninit Yunita, dan Dewi Rieka yang banyak memuat ungkapan-ungkapan serapah dalam komunikasi antara tokoh satu dengan tokoh lainnya. Ungkapan serapah yang diteliti dalam penelitian ini adalah kata serapah yang diungkapkan oleh tokoh laki-laki dan tokoh perempuan baik secara langsung maupun tidak langsung (dalam hati) sebagai ekspresi untuk memaki atau mengomentari sesuatu hal. Ungkapan serapah sebagai referen atau merujuk pada hal tertentu, seperti kata serapah yang menggunakan partikel si tidak saya gunakan sebagai data dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
11
1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif adalah metode yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman, mengembangkan teori, dan menggambarkan realitas yang kompleks (Soejono dan Abdurrahman, 2005:28) sedangkan metode kuantitatif adalah metode yang menunjukkan hubungan antara variabel dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai (Soejono dan Abdurrahman, 2005:28). Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan perbedaan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dan perempuan dalam novel. Kemudian metode kuantitatif digunakan untuk menghitung frekuensi kemunculan dan penggunaan ungkapan serapah dalam novel populer tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sebagai metode penulisan. Metode deskriptif adalah prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki (Nawawi dan Hadari, 1992:67). Istilah deskriptif itu menyarankan penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturpenuturnya sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa biasa dikatakan sifatnya potret: paparan seperti adanya (Sudaryanto, 1992:62). Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan pengaruh stereotipe gender laki-laki dan perempuan dalam pilihan kata serapah dan menjelaskan berbagai jenis ungkapan serapah yang terdapat dalam novel populer. Bentuk penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena pengambilan data menggunakan 13 novel (enam novel karya Raditya Dika, empat novel karya Ninit Yunita, dan tiga novel karya Dewi Rieka). Menurut Bogdan dan Bikien (1982, seperti yang dikutip oleh Ardhana, 2008 dalam Juwita, 2009:7) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar/satu orang subjek/satu tempat penyimpanan dokumen/satu peristiwa tertentu. Pada penelitian ini akan dianalisis penggunaan kosakata serapah dalam novel populer tahun 2000-an karya Raditya Dika, Ninit Yunita, dan Dewi Rieka. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
12
1.5.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kosakata serapah yang terdapat dalam enam novel karya Raditya Dika, yaitu Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005), Cinta Brontosaurus (2006), Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa (2007), Babi Ngesot; Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang (2009), Marmut Merah Jambu (2010), Manusia Setengah Salmon (2011), empat novel karya Ninit Yunita, yaitu Kok Putusin Gue? (2004), Test Pack (2005), Kamar Cewek (2006) yang ditulis bersama Okke ‘Sepatumerah’, dan Chocoluv (2007), dan tiga novel karya Dewi Rieka, yaitu Anak Kos Dodol Kumat Lagi (2009), Anak Kos Dodol Lagi (2010), dan Anak Kos Dodol Tamat (2011). Karya yang saya pilih untuk diteliti hanya karya yang berbentuk novel (bukan komik, skenario, atau novel yang diadaptasi dari film) buah pikiran Raditya Dika, Dewi Rieka, dan Ninit Yunita beserta rekan perempuannya, yaitu Okke ‘Sepatumerah’. Pemilihan tersebut saya lakukan agar terlihat jelas perbedaan penggunaan ungkapan serapah penulis laki-laki dan penulis perempuan dalam kurun waktu tahun 2004—2011. Kemudian dalam pengklasifikasian ungkapan serapah, kata-kata yang saya gunakan hanya kata-kata serapah yang diucapkan oleh tokoh laki-laki dalam novel karya Raditya Dika dan kata-kata serapah tokoh perempuan dalam novel-novel karya Ninit Yunita dan Dewi Rieka. Hal ini saya lakukan agar terlihat dengan jelas penggunaan ungkapan serapah perempuan dan laki-laki berdasarkan jenis kelamin penulis novel tersebut. 1.6 Langkah Penelitian Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan novel-novel populer berbahasa gaul yang di dalamnya terdapat ungkapan serapah. Setelah itu saya memilih tiga novel terbaik berdasarkan latar belakang penulis dan prestasi yang telah mereka dapat dalam bidang penulisan. Proses pemilihan ini berlangsung kurang lebih selama 3 bulan (Desember 2011—Februari 2012) sampai akhirnya memutuskan novel karya Raditya Dika, Dewi Rieka, dan Ninit Yunita sebagai data untuk diteliti karena sesuai dengan kriteria data yang saya harapkan. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
13
Langkah selanjutnya, saya mengumpulkan kata-kata yang termasuk dalam bentuk ungkapan serapah kemudian saya klasifikasikan berdasarkan kelas kata dan sumber. Kemudian saya menghitung frekuensi kemunculan dan persentase penggunaan ungkapan serapah berdasarkan kelas kata dan sumber. Setelah itu, saya memisahkan kata-kata yang mengalami perubahan makna, fungsi, dan fonotaktik untuk kemudian diteliti perubahan yang terjadi pada kata-kata tersebut. Selanjutnya, saya melakukan analisis penggunaan ungkapan serapah oleh lakilaki dan perempuan tersebut berdasarkan stereotipe gender di masyarakat. Terakhir, saya menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah saya lakukan. Kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir dan jawaban dari rumusan masalah yang saya ajukan pada awal penelitian ini. 1.7 Manfaat Penelitian Penelitian ungkapan serapah dalam bahasa gaul ini menghasilkan variasi bentuk ungkapan emosi antara laki-laki dengan perempuan. Selain itu, ada pula ungkapan serapah yang digunakan sebagai sapaan untuk memperintim hubungan dalam berkomunikasi. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu upaya pengdokumentasian bahasa gaul, khususnya ungkapan serapah dan menguji kesesuaian makna kata serapah yang terdapat dalam KBBI dengan pengaplikasian ungkapan serapah saat ini serta memperkaya khazanah ilmu sosiolinguistik dan gender. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk membantu memahami hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan gender. 1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Bab satu adalah pendahuluan yang menjelaskan latar belakang pemilihan penelitian ini, perumusan masalah, dan tujuan penelitian ini. Selanjutnya, saya juga menjelaskan batasan dan langkah penelitian dengan memberikan keterangan sumber data dan metode penelitian yang dijelaskan dalam bagian metodologi penelitian. Selain itu, saya juga memasukkan manfaat Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
14
penelitian dan sistematika penulisan pada bab ini. Selanjutnya, pada bab dua saya menjelaskan landasan teori yang saya gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini dan memasukkan penelitian terdahulu mengenai penelitian sejenis. Pada bab tiga, saya melakukan pengklasifikasian data berdasarkan kelas kata, sumber, jenis-jenis perubahan makna, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Pada bab ini saya menghitung frekuensi kemunculan dan jumlah penggunaan kata serapah berdasarkan kelas kata dan sumbernya. Selain itu, saya juga menjelaskan jenis-jenis perubahan makna yang dialami oleh kata-kata tersebut serta perubahan fungsi dan perubahan fonotaktiknya. Pada bab empat, saya menganalisis penggunaan ungkapan serapah oleh laki-laki dan perempuan yang dikaitkan dengan stereotipe gender. Pada bab terakhir, bab lima, berisi kesimpulan. Pada bagian ini saya akan menyimpulkan hasil analisis dari bab sebelumnya dan kesimpulan dari penelitian ini.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
15
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengantar Penelitian mengenai ungkapan serapah telah beberapa kali dilakukan, baik penelitian mengenai unsur leksikal dan gramatikal maupun penelitian mengenai penggunaan dan fungsi ungkapan serapah. Beberapa peneliti mengaitkan penggunaan ungkapan serapah dengan perbedaan jenis kelamin dan gender. Umumnya, penelitian tersebut merupakan studi lapangan dengan metode kuantitatif. Namun, penelitian yang menggunakan karya sastra seperti novel sebagai sumber data belum pernah dilakukan. Pada bagian ini akan disajikan beberapa penelitian terdahulu mengenai topik sejenis agar terlihat perbedaan antara penelitian yang saya lakukan dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, saya sajikan juga beberapa teori yang menjadi landasan saya dalam meneliti, yaitu teori kelas kata, teori kata makian, teori perubahan makna, teori fonotaktik, dan teori gender. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai ungkapan serapah atau kata makian pernah dilakukan oleh Kiswandono pada tahun 1995 dalam sebuah tulisan yang berjudul “The Use of Taboo Words by Mechanical Engineering Students at Petra Christian University”. Kiswandono mengklasifikasikan kata-kata makian, situasi, dan motivasi penggunaan makian. Penelitian ini menggunakan teori SPEAKING dari Del Hymes. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) sebagian besar responden menggunakan kata makian yang berhubungan dengan fungsi anggota tubuh; (2) sebagian besar responden menyetujui penggunaan makian sebagai ekspresi keakraban antarpenggunanya. Selain itu, pada tahun 2006 Japutri melakukan penelitian dengan menggunakan dialog dalam film. Japutri menggambarkan kategori makian dan menjelaskan tujuan penggunaan makian dalam oleh tokoh-tokoh dalam film The Nutty Professor. Penelitian yang berjudul “A Study of Swear Words Used by All Characters in the Movie The Nutty Professor” ini menghasilkan temuan bahwa istilah anggota tubuh 15
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
16
adalah jenis makian yang paling banyak digunakan dan alasan penggunaan makian yang paling banyak adalah makian untuk menghina. Penelitian mengenai jenis atau kategori makian juga pernah diteliti oleh Fägesten, Dalama, dan Sweden (2007). Penelitian ini memaparkan jenis-jenis makian yang dipakai dalam interaksi sosial oleh mahasiswa di Universitas Florida, Amerika Serikat dan mengurutkan kata-kata makian berdasarkan tingkat kekasarannya. Kemudian pada tahun 2008, Yuwono melakukan tinjauan dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 2010 berjudul “ “Ilfil Gue Sama Elu!” Sebuah Tinjauan Atas Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul Mutakhir”. Yuwono dalam penelitian ini menampilkan bentuk-bentuk ungkapan serapah yang populer digunakan dalam bahasa gaul mutakhir. Penggunaan kata mutakhir tersebut mengacu pada data yang digunakan Yuwono, yaitu ungkapan serapah dalam sumber data tulis terbaru, seperti milis dan blog. Bahasan tentang ungkapan serapah dipersempit pada klasifikasi medan makna dan cara-cara pembentukan ungkapan serapah. Tinjauan ini menghasilkan klasifikasi pembentukan ungkapan serapah berdasarkan medan makna, yaitu (1) emosi, (2) jenis hewan yang dekat dengan kehidupan manusia, (3) jenis makanan, (4) keadaan makanan, (5) jenis makhluk gaib, (6) keadaan sesuatu, (7) sifat manusia, (8) kekurangan fisik manusia, (9) pengalaman negatif manusia, (10) tiruan bunyi, (11) nama tokoh, dan (12) bagian tubuh yang dianggap tabu atau yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Kemudian cara-cara spesifik pembentukan ungkapan serapah, yaitu (1) Pemendekan dan penyingkatan dengan motivasi penghematan, (2) persamaan bunyi dengan motivasi variasi, (3) pelemahan vokal pada suku terakhir dengan motivasi perelaksan artikulasi, (4) perubahan vokal pada suku terakhir dengan motivasi variasi bunyi, (5) perubahan vokal pada suku pertama dan suku terakhir dengan motivasi variasi bunyi, (6) perubahan vokal pada suku pertama disertai perubahan suku kedua dengan motivasi variasi bunyi, (7) perubahan konsonan akhir suku tertutup dengan motivasi pengayaan (pemiripan bunyi bahasa asing), (8) perubahan bunyi suku terakhir, (9) perubahan suku kedua dengan motivasi pengayaan (pemiripan bunyi bahasa asing), (10) leksemisasi dengan penggabungan ungkapan serapah dalam satu kata dengan motivasi variasi, (11) asosiasi makna Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
17
dengan motivasi penggayaan, (12) peminjaman ungkapan serapah berbahasa daerah dengan motivasi variasi, dan (13) peminjaman ungkapan serapah berbahasa asing dengan motivasi penggayaan atau penghematan. Letak persamaan penelitian saya dengan berbagai penelitian di atas adalah topik penelitian, yaitu ungkapan serapah atau kata makian. Penelitian di atas tidak mengaitkan penggunaan ungkapan serapah dengan jenis kelamin sedangkan saya membedakan penggunaan ungkapan serapah berdasarkan jenis kelamin. Selanjutnya, penelitian mengenai ungkapan serapah yang dikaitkan dengan gender atau jenis kelamin pernah dilakukan oleh Tyler pada tahun 1977 dalam artikel “Why Ladies Don’t Swear?” yang meneliti penggunaan makian oleh perempuan. Penelitian ini menguji hipotesis bahwa perempuan mendatangkan persepsi lebih negatif daripada makian yang dipakai oleh laki-laki. Kesimpulan dari penelitian ini adalah makian yang digunakan perempuan dan laki-laki dipersepsikan secara berbeda. Latar belakang penilai dan persepsi atas konteks pembicaraan cukup berperan dalam penilaian kata makian. Penelitian mengenai ungkapan serapah dan gender semakin banyak dilakukan dengan memperlihatkan perbedaan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bentuk dan situasi yang dilakukan oleh Veronica (1997) dalam sebuah tulisan berjudul “Social Attitudes Towards Swearing and Taboo Language”. Veronica menyelidiki sikap sosial masyarakat terhadap makian dan tabu dalam kaitan gender, umur, dan agama. Hal tersebut dikaitkan dengan UU Hongkong yang mengontrol penggunaan bahasa di media massa. Hasil dari penelitian ini adalah kata tabu dan makian dapat diterima apabila digunakan sesuai dengan situasi dan konteksnya. Pada tahun 2008 Gao gao melakukan penelitian mengenai makian laki-laki dan perempuan dengan menganalisis perbedaan dan persamaan kata-kata tabu yang digunakan dalam pembicaraan yang berkaitan dengan perbedaan gender. Gao gao meneliti percakapan antara laki-laki dengan laki-laki; perempuan dengan perempuan; dan laki-laki dengan perempuan dalam film Sex and The City. Penelitian ini menjelaskan penggunaan kata-kata tabu untuk memaki dan kata-kata yang mengandung eufimisme oleh laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menghasilkan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
18
temuan bahwa baik laki-laki maupun perempuan menggunakan bahasa tabu dalam konteks jenis kelamin yang sama. Namun, laki-laki lebih sering menggunakan makian verbal saat berbicara dengan teman laki-lakinya dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki lebih banyak menggunakan bahasa tabu dibandingkan perempuan. Laporan hasil penelitian ini terdapat dalam artikel berjudul “Taboo Language in Sex and The City An Analysis of Gender Differences in Using Taboo Language in Conversation”. Di tahun 2010, Rachmania memanfaatkan sumber data tulis terbaru, yaitu status pada social media facebook sebagai sumber data penelitiannya. Rachmania membahas variasi bahasa remaja laki-laki dan perempuan dalam mengungkapkan kemarahan dan kesedihan dalam status facebook. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan memiliki cara yang sama dalam mengungkapkan kemarahan dan kesedihannya tanpa dipengaruhi stereotipe gender di masyarakat. Di tahun yang sama Rosidin melakukan penelitian mengenai bentuk, kategori, sumber makian, dan alasan penggunaan makian oleh laki-laki dan perempuan. Data yang digunakan adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. Rosidin menggunakan teori dari Wijana dan Rohmadi mengenai klasifikasi bentuk dan kategori makian serta klasifikasi sumber makian dan kemudian menganalisis alasan para responden menggunakan makian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan, khususnya mahasiswa, lazim menggunakan kata makian. Dari segi bentuk makian laki-laki dan perempuan ditemukan bentuk yang sama, yaitu kata dan frase. Berdasarkan kategori makian, baik laki-laki maupun perempuan menggunakan makian berkategori nomina, frase nominal, verba, ajektiva, dan frase ajektival. Kemudian berdasarkan sumber makian, baik laki-laki maupun perempuan menggunakan istilah kotoran, alat kelamin, binatang, makian yang berhubungan dengan agama, mental dan kebodohan, perbuatan pengecut, berhubungan dengan makhluk halus atau gaib, istilah kematian, dan makian yang berhubungan dengan aktivitas seks. Dari penelitian tersebut ditemukan pula kata makian yang tidak diklasifikasikan oleh para ahli, yaitu sumber makian baru, seperti makian yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
19
berhubungan dengan kerusakan fungsi bagian tubuh, berhubungan dengan penyakit, sikap negatif, berhubungan dengan makanan, profesi, kemiskinan, pengalaman negatif manusia, warna kulit, alat musik, nama tokoh, dan kecacatan fisik. Alasan penggunaan makian juga tidak selalu negatif. Dari penelitian Rosidin ditemukan alasan positif penggunaan makian oleh para responden, yaitu sebagai bentuk keakraban, candaan, memberi motivasi, mencairkan suasana hingga untuk membangun rasa percaya diri. Penelitian Rachmania dan Rosidin memiliki kesamaan dengan penelitian yang saya lakukan, yaitu meneliti ungkapan serapah atau makian yang dibedakan berdasarkan gender. Namun, perbedaan penelitian saya dengan Rachmania terletak pada sumber data dan fokus penelitian. Rachmania menggunakan status facebook sebagai sumber data sedangkan saya novel dan bahasan Rachmania adalah variasi ungkapan kemarahan dan kesedihan sedangkan saya klasifikasi ungkapan serapah baik dari bentuk, maupun sumber. Kemudian perbedaan penelitian saya dengan Rosidin juga terletak pada data dan fokus penelitian. Rosidin fokus pada bentuk, kategori, sumber, dan alasan penggunaan makian sedangkan saya fokus pada variasi ungkapan serapah laki-laki dan perempuan berdasarkan kategori, sumber, perluasan makna, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik kata makian tersebut. 2.3 Landasan Teori Pada bagian ini saya akan menjelaskan penggunaan beberapa teori sebagai landasan saya dalam meneliti. Teori-teori tersebut antara lain, teori klasifikasi kelas kata oleh Harimurti Kridalaksana, pengklasifikasian kata makian oleh I Putu Wijana dan M. Rohmadi, Untung Yuwono serta Ronald Wardhaugh, teori perubahan makna oleh Abdul Chaer, fonotaktik oleh F.X. Rahyono, dan teori gender oleh Esther Kuntjara, Peter Trudgill serta Jennifer Coates. Berikut penjelasan teori-teori tersebut.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
20
2.3.1 Teori Kelas Kata Kelas kata adalah golongan kata yang mempunyai kesamaan dalam perilaku formalnya (Kridalaksana, 2008:116). Tujuan pembagian kelas kata adalah menjelaskan perilaku satuan abstrak dalam satuan yang lebih besar (Kridalaksana, 2008:33). Pembagian kelas kata tersebut berbeda-beda, tergantung pada sudut pandang ahli yang mengklasifikasikannya. Beberapa ahli linguistik membagi kelas kata dalam bahasa Indonesia, yaitu Sutan Takdir Alisjahbana, I.R. Poedjawijatna dan P.J. Zoetmulder, Slametmuljana, Anton M. Moeliono, S. Sojowasito, M. Ramlan, Samsuri, dan Harimurti Kridalaksana. Berikut penjelasan pembagian kelas kata oleh para ahli tersebut. 1. Sutan Takdir Alisjahbana (1953) Dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia membagi bahasa Indonesia ke dalam enam kelas, yaitu (1) kata benda atau substantiva (termasuk di dalamnya pronominal), (2) kata kerja atau verba, (3) kata keadaan atau ajektiva (termasuk di dalamnya numeralia dan adverbia), (4) kata sambung atau konjungsi (termasuk di dalamnya preposisi), (5) kata sandang atau partikel, dan (6) kata seru atau interjeksi. 2. I.R. Poedjawijatna dan P.J. Zoetmulder (1955) Kedua ahli ini dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia membagi ke dalam delapan kelas, yaitu (1) kata sebut, (2) kata tambah, (3) kata ganti, (4) kata keterangan tambahan, (5) kata bilangan, (6) kata depan, (7) kata seru, dan (8) kata perangkai. Dalam kategori kata keterangan tambahan, kedua ahli tersebut memasukkan nama waktu, adverbia, frase preposisional, dan demonstrativa sebagai bagian dari kelas kata tersebut. 3. Slametmuljana (1957) Slametmuljana dalam bukunya Kaidah Bahasa Indonesia membagi kata-kata ke dalam empat “regu”, yaitu (1) kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan jabatan gatra sebutan (termasuk kata keadaan dan kata kerja), (2) kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan (termasuk di dalamnya kata Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
21
benda, kata ganti benda, dan kata bilangan), (3) kata-kata pembantu regu 2, dan (4) kata-kata pembantu pertalian. 4. Anton M. Moeliono (1967) Moeliono memberi istilah rumpun dalam pembagian kelas kata bahasa Indonesia. Dalam karangannya yang berjudul “Suatu Reorientasi dalam Tata Bahasa Indonesia”, Moeliono membagi ke dalam tiga rumpun, yaitu (1) rumpun nominal, (2) rumpun verbal, dan (3) rumpun partikel. Rumpun nominal dibagi menjadi nominal bernyawa dan nominal tak bernyawa. Rumpun verbal dibagi menjadi verbal transitif, verbal tak transitif, dan verbal ajektif. Dalam rumpun partikel digolongkan preposisi, konjungsi, penunjuk modalitas, penunjuk aspek, dan penunjuk derajat. 5. S. Wojowasito (1978) Dalam Ilmu Kalimat Strukturil, Wojowasito membagi kata ke dalam sembilan kelas, yaitu (1) kata benda, (2) kata kerja, (3) kata sifat, (4) kata tambah, (5) kata penghubung, (6) kata seru, (7) kata bilangan, (8) kata ganti, dan (9) kata depan. 6. M. Ramlan (1985) Ramlan menggunakan ciri fungsional dalam membagi kelas kata, yaitu dengan melihat bagaimana kedudukan tiap golongan itu dalam satuan yang lebih besar (Kridalaksana, 2008:20). Ramlan membagi kata ke dalam 12 kelas yaitu (1) kata verbal, (2) kata nominal, (3) kata keterangan, (4) kata tambah, (5) kata bilangan, (6) kata penyukat (kata bantu bilangan), (7) kata sandang, (8) kata tanya, (9) kata suruh (verba imperatif), (10) kata penghubung, (11) kata depan, dan (12) kata seruan. 7. Samsuri (1985) Samsuri membagi kata berorientasi kepada teori transformasi-generatif (Kridalaksana, 2008:20). Pengklasifikasian kata tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kata utama
: (a) kategori nomina (b) kategori verbal: i. kategori verba ii. kategori ajektiva (c) kategori numeralia
2. Kata sarana
: (a) kata sarana nomina (b) kata sarana verba Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
22
(c) kata sarana ajektiva (d) kata sarana numeralia Kata utama bersifat alam, budaya, tempat dan terbuka sedangkan kata sarana bersifat tertutup dan bersatu dengan kata utama untuk membentuk frase-frase. 8. Gorys Keraf (1969) Tata Bahasa Indonesia buku karya Gorys Keraf yang dipakai secara luas di sekolah, membagi kata ke dalam empat kelas, yaitu (1) kata benda, (2) kata kerja, (3) kata sifat, dan (4) kata tugas. Ciri yang digunakan oleh Keraf adalah morfologi, ia melihat kemungkinan suatu kata untuk memperoleh afiks tertentu (Kridalaksana, 2008:25). 9. Harimurti Kridalaksana (1994) Dalam buku Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Kridalaksana membagi kata atas 12 kelas kata. Berikut penjelasan pembagian kelas kata menurut Kridalaksana. a. Verba Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba memiliki ciri morfologis, seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah (Kridalaksana, 2008:254). Berdasarkan bentuknya, verba dibedakan menjadi: 1. Verba dasar bebas, yaitu verba yang berupa morfem bebas. 2. Verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. -
Contoh verba berafiks: ajari, bernyanyi, melahirkan.
-
Contoh verba bereduplikasi: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
-
Contoh verba berproses gabung: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum.
-
Contoh verba majemuk: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
b. Ajektiva Ajektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Alwi, dkk, 2003:171). Menurut Kridalaksana (2008:4), ajektiva adalah kata yang menerangkan kata benda. Ajektiva Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
23
adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an (Kridalaksana, 2008:59). Dari bentuknya, ajektiva dapat dibedakan menjadi: 1. Ajektiva dasar, dapat berdampingan dengan kata sangat, lebih, misalnya, adil, bangga, dan cemburu atau ada pula beberapa kata yang tidak dapat berdampingan dengan kata sangat dan lebih, seperti buntu, cacat, gaib, ganda, genap, interlokal, kejur, lancing, langsung, laun, musnah, niskala, pelak, tentu, dan tunggal. 2. Ajektiva turunan, yaitu ajektiva yang mengalami afiksasi, reduplikasi, dan gabungan proses. 3. Ajektiva majemuk atau frase ajektiva, seperti buta huruf, keras hati, panjang tangan, aman sentosa, baik buruk, cantik jelita, dan sebagainya. c. Nomina Nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain yang dibendakan dalam alam di luar bahasa (Kridalaksana, 2008:63). Dari bentuknya, nomina dibedakan menjadi: 1. Nomina dasar, yaitu nomina yang terdiri hanya dari satu morfem; 2. Nomina turunan, yaitu nomina yang mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, perpindahan kategori; 3. Nomina paduan leksem, seperti daya juang, loncat indah, jejak langkah 4. Nomina
paduan
leksem
gabungan,
seperti
pengambilalihan,
pendayagunaan, ketatabahasaan. d. Pronomina Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Sebagai nomina, kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa direduplikasikan, seperti kami-kami, dia-dia, beliau-beliau, mereka-mereka dengan pengertian meremehkan atau merendahkan (Kridalaksana, 2008:76). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
24
e. Numeralia Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan kata tidak atau sangat. f. Adverbia Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi
dalam
konstruksi
sintaksis
(Kridalaksana,
1999:94).
Berdasarkan
bentuknya, adverbia terbagi menjadi adverbia bebas dan adverbia turunan. Contoh adverbia bebas adalah agak, akan, cuma, dapat, boleh, bukan, sangat, masih, memang, mungkin, selalu, pernah, pula, paling dan lain-lain. Adverbia turunan dibagi menjadi adverbia reduplikasi, gabungan, berafiks, dan adverbia dari kategori lain karena reduplikasi, adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina, adverbia deverbal gabungan, adverbia de-ajektival gabungan, dan gabungan proses. g. Interogativa Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara (Kridalaksana, 1999:100). Berdasarkan bentuknya, interogativa dibagi menjadi interogativa dasar (apa, bila, bukan, kapan, mana, masa) turunan (apabila, apakah, apaan, manakah, ke mana, mengapa, dan lain-lain) dan terikat (kah dan tah). h. Demonstrativa Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana (Kridalaksana, 1999:102). Demonstrativa dibagi menjadi demonstrativa dasar (itu dan ini), turunan (berikut dan sekian), dan demonstrativa gabungan (di sini, di situ, di sana, ini itu, di sana-sini). i. Preposisi Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif (Kridalaksana, 1999:105). Ada tiga jenis preposisi berdasarkan bentuknya, yaitu preposisi dasar (preposisi yang tidak Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
25
dapat mengalami proses morfologis), preposisi turunan, dan preposisi yang berasal dari kategori lain. Preposisi turunan terbagi lagi menjadi (1) gabungan preposisi dan preposisi, dan (2) gabungan preposisi dan nonpreposisi. Preposisi yang berasal dari kategori lain, yaitu pada, tanpa, selain, sesuai, sepanjang dan sebagainya. j. Konjungsi Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Kridalaksana, 1999:109). Konjungsi menghubungkan bagianbagian ujaran yang setara maupun tidak setara. Konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, dan klausa dengan klausa disebut konjungsi intrakalimat, seperti agar, apabila, jika, jangan-jangan, padahal, dan sebagainya. Konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf disebut konjungsi intratekstual, seperti akan tetapi, dan, bahkan, selanjutnya, selain itu, dan sebagainya. Konjungsi ekstratekstual menghubungkan dunia di luar bahasa dengan wacana, seperti maka, adapun, begitu, mengenai, dan sebagainya. konjungsi intratekstual dan ekstratekstual termasuk di dalam konjungsi ekstrakalimat. k. Kategori fatis Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana, 1999:119). Kategori fatis biasa ditemukan dalam konteks dialog. Kategori fatis mempunyai wujud bebas, seperti kok, deh, atau selamat dan wujud terikat, seperti – lah atau pun. l. Interjeksi Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara; dan secara sintaktis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran (Kridalaksana, 1999:123). Interjeksi dibagi menjadi interjeksi dasar dan interjeksi turunan. Interjeksi dasar misalnya, aduh, ah, hai, idih, ih, lho, oh, sip, dan sebagainya sedangkan interjeksi turunan seperti, astaga, brengsek, buset, syukur, dan sebagainya. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
26
2.3.2
Teori Kata Makian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata serapah berarti kutuk atau
sumpah (KBBI, 2008:1426). Dengan demikian, ungkapan serapah berarti ungkapan yang digunakan untuk menyumpahi atau mengutuk sesuatu. Sebuah kutukan atau sumpah serapah terjadi karena adanya rasa benci atau ketidaksukaan seseorang terhadap sesuatu hal. Pada saat mengekspresikan rasa tersebut, seseorang menggunakan kata makian untuk menyumpahi atau mengutuk. Kata makian berarti kata keji yang diucapkan untuk memarahi (KBBI, 2008:990). Morehead dan Morehead (1981:85) menyatakan bahwa kata makian adalah sumpah serapah. Oleh karena itu, kata makian erat kaitannya dengan ungkapan serapah. Hughes (1991:252) menyatakan bahwa kata makian (swear words) merupakan kata-kata yang bersifat cabul atau kasar yang digunakan untuk memaki dan dianggap tidak senonoh dalam suatu masyarakat; kata-kata tersebut dipakai untuk menghina, memaki, mengutuk, atau mengejek sesuatu ketika penuturnya merasakan emosi yang sangat kuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ungkapan serapah adalah ungkapan yang berisi makian dan sumpah serapah untuk meluapkan emosi kemarahan seseorang terhadap sesuatu dan berpotensi menyakiti perasaan orang lain. Wijana dan Rohmadi (2006) mengklasifikasikan makian berdasarkan bentuk dan referennya. Berdasarkan bentuknya, makian dibagi menjadi makian berbentuk kata, frase, dan klausa. Makian berbentuk kata dibagi menjadi dua, yaitu makian bentuk dasar dan makian bentuk jadian. Makian bentuk dasar adalah makian yang berwujud kata-kata monomorfemik, seperti babi, bangsat, setan, dan sebagainya. Makian bentuk kata jadian adalah makian yang berupa kata-kata polimorfemik. Makian yang berbentuk polimorfemik dibedakan menjadi makian berafiks, makian bentuk ulang, dan makian bentuk majemuk. Makian berbentuk frase dapat dibentuk dengan menggunakan kata dasar ditambah kata makian, seperti dasar sial, dasar kampungan atau kata makian ditambah –mu, seperti matamu dan kakekmu. Menurut Wijana dan Rohmadi, secara kategorial makian dalam bahasa Indonesia digolongkan menjadi makian berkategori nomina atau frase nominal, makian berkategori verba, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
27
makian berkategori interjeksi, dan makian berkategori ajektiva (Wijana dan Rohmadi, 2006:118). Makian berbentuk klausa dibentuk dengan menambahkan pronomina (pada umumnya) di belakang makian dari berbagai referensinya, sepert gila kamu, sundal kamu, atau gila bener dia! Pemberian pronomina di belakang makian di maksudkan untuk memberikan penekanan kepada bentuk-bentuk makian. 2.3.2.1 Klasifikasi Makian Berdasarkan Referen Berdasarkan referennya kata makian dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi keadaan, binatang, benda, bagian tubuh, kekerabatan, makhluk halus, aktivitas, profesi, dan seruan. Berikut penjelasan berbagai referen tersebut. 1. Keadaan Kata-kata yang menunjukkan keadaan yang tidak menyenangkan agaknya merupakan satuan lingual yang paling umum dimanfaatkan untuk mengungkapkan makian. Secara garis besar ada tiga hal yang dapat atau mungkin dihubungkan dengan keadaan tidak menyenangkan ini, yaitu keadaan mental, seperti bego, tolol, gila, sinting, dan sebagainya, keadaan yang tidak direstui Tuhan atau agama, seperti jahanam, terkutuk, kafir, dan sebagainya, keadaan yang berhubungan dengan peristiwa yang tidak menyenangkan, seperti celaka, sialan, mampus, mati, dan sebagainya. Dalam hal ini sering kali beberapa di antara kata tersebut digunakan untuk mengekspresikan rasa terkejut, keheranan, dan kekaguman. 2. Binatang Penggunaan makian binatang bersifat metaforis. Artinya, hanya sifat-sifat tertentu dari binatang itulah yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan individu atau keadaan yang dijadikan sasaran makian. Dalam hal ini, tentu saja tidak semua binatang dapat digunakan untuk sarana memaki dalam penggunaan bahasa. Binatangbinatang yang dipilih atau digunakan sebagai kata makian adalah binatang yang memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat yang mengacu pada hal yang menjijikan, menganggu, menyakiti dan diharamkan oleh agama. Bila digunakan sebagai makian, sifat-sifat pada binatang tersebut diterapkan kepada manusia. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
28
Terdapat ragam formal dan nonformal dalam penggunaan nama binatang tersebut. Salah satunya adalah kata monyet yang memiliki sebutan lain kunyuk dan kera. Kata monyet dan kunyuk sering digunakan untuk memaki karena kata tersebut termasuk dalam kata ragam nonformal sedangkan kata kera tidak pernah digunakan untuk memaki karena termasuk dalam ragam formal. 3. Makhluk Halus Penggunaan jenis makhluk halus sebagai makian berdasarkan keberadaan mereka yang sering mengganggu kehidupan manusia. Oleh karena itu, penggunaan kata setan, iblis, atau setan alas adalah kata yang sering digunakan dalam memaki. 4. Benda Tidak jauh berbeda dengan nama-nama binatang dan makhluk halus, nama-nama benda yang lazim digunakan untuk memaki juga berkaitan dengan keburukan referennya, seperti bau yang tidak sedap (tai dan tai kucing), dan kotor dan usang (gembel), 5. Bagian Tubuh Anggota tubuh yang lazim diucapkan untuk mengekspresikan makian adalah anggota tubuh yang erat kaitannya dengan aktivitas seksual. Hal ini karena aktivitas seksual adalah hal yang bersifat pribadi dan dilarang dibicarakan secara terbuka kecuali dalam forum-forum tertentu. Namun, ada juga anggota tubuh lain yang tidak berkaitan dengan aktivitas seksual dijadikan kata makian dengan menambahkan –mu di belakangnya, seperti matamu! 6. Kekerabatan Sejumlah kata-kata kekerabatan mengacu pada individu-individu yang dihormati, atau individu-individu yang biasanya mengajarkan hal-hal yang baik kepada generasi berikutnya (anak dan cucunya), seperti ibu, bapak, kakek, nenek, dan lain-lain. Sebagai individu yang dihormati, kata-kata tersebut tidak layak disebutkan tidak pada tempatnya. Akan tetapi, untuk mengumpat atau mengungkapkan kejengkelan kepada lawan bicara penutur menambahkan –mu di belakang kata-kata tersebut, seperti dalam kalimat Memangnya ini jalan nenekmu? Bawa mobil ngebut seenaknya. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
29
7. Aktivitas Kata makian yang mengacu pada aktivitas berhubungan dengan aktivitas seksual. Dilihat dari afiks yang digunakan yaitu, di-, secara semantik ungkapanungkapan ini lebih berkadar keadaan daripada tindakan. Kata-kata itu misalnya, diamput dan diancuk. Kata diancuk lazim digunakan oleh para penutur bahasa Indonesia dari Jawa Timur. Sementara itu, diamput, dilihat dari kesamaan maknanya, diduga merupakan perubahan fonologis dari diancuk. Fenomena seperti ini lazim terjadi dalam usaha penutur memperhalus ucapan. 8. Profesi Profesi seseorang, terutama profesi rendah dan yang diharamkan oleh agama, sering digunakan oleh para pemakai bahasa untuk mengumpat dan mengekspresikan rasa jengkelnya, seperti maling, sundal, lonte, dan sebagainya. Di samping itu ada pula profesi-profesi dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimetaforakan dengan perbandigan binatang, yaitu buaya darat, lintah darat, dan sebagainya. 2.3.2.2 Klasifikasi Makian Berdasarkan Sumber Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengklasifikasian makian berdasarkan sumbernya. Trudgill (1983) membagi kata makian sebagai berikut. a. “tangan kiri”, istilah ini merujuk pada simbol hubungan seksual dengan menunjukkan jari tengah dari tangan kiri, seperti fuck you atau screw you!; b. Nama binatang, istilah ini merujuk pada berbagai jenis binatang yang digunakan untuk mengejek atau membandingkan manusia dengan binatang, seperti pig you, bitch!; c. Kotoran, istilah ini dihubungkan dengan kotoran manusia, seperti shit!; d. Istilah agama, istilah ini berhubungan dengan Tuhan, seperti Gosh dan Goddamn.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
30
Kemudian Wardhaugh (1986) juga membuat klasifikasi makian sebagai berikut. a. one’s mother in law, istilah ini digunakan untuk menggambarkan seorang wanita yang memiliki skandal (berhubungan seks) dengan banyak pasangan. Contohnya, mother fucker atau bitch; b. certain game animal, istilah ini dihubungkan dengan kepercayaan agama dan praktik agama di masa prasejarah. Dalam beberapa agama, kata bull ‘sapi jantan’ yang disebut Apis dianggap sebagai wakil Dewa Osiris; c. seks, istilah ini merujuk pada aktivitas seksual, misalnya fuck; d. kematian, istilah ini merujuk pada sesuatu yang membat orang takut menghadapinya, misalnya go to hell; e. kotoran, istilah ini dihubungkan dengan kotoran manusia, misalnya shit; f. fungsi anggota tubuh, istilah ini dihubungkan dengan anggota tubuh atau alat kelamin manusia; g. hal-hal keagamaan, istilah ini dihubungkan dengan Tuhan atau dewa, seperti Gee! Jinggo! Jez! yang merujuk pada Yesus atau God damn you! h. “the left hand” atau “tangan kiri” istilah ini merujuk pada simbol hubungan seksual dengan menunjukkan jari tengah dari tangan kiri, misalnya fuck you! Selain itu, Yuwono (2008) juga mengklasifikasikan ungkapan serapah berdasarkan medan makna, (1) emosi, (2) jenis hewan yang dekat dengan kehidupan manusia, (3) jenis makanan, (4) keadaan makanan, (5) jenis makhluk gaib, (6) keadaan sesuatu, (7) sifat manusia, (8) kekurangan fisik manusia, (9) pengalaman negatif manusia, (10) tiruan bunyi, (11) nama tokoh, dan (12) bagian tubuh yang dianggap tabu atau yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Selain berdasarkan medan makna, Yuwono juga mengklasifikasikan ungkapan serapah berdasarkan caracara spesifik pembentukan ungkapan serapah. Namun, dalam penelitian ini saya tidak menggunakan klasifikasi berdasarkan cara pembentukan tersebut melainkan hanya berdasarkan medan makna. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
31
Dalam penelitian ini saya menggunakan pendapat Wardhaugh, Yuwono, Wijana dan Rohmadi mengenai klasifikasi kata makian berdasarkan sumber. Wijana dan Rohmadi mengklasifikasikan kata makian berdasarkan referennya sedangkan Yuwono mengklasifikasikan kata makian berdasarkan medan makna. Walaupun berbeda istilah, keempat ahli tersebut sama-sama mengklasifikasikan kata makian berdasarkan sumber acuannya. Hasil dari sintesis pendapat para ahli tersebut yang saya gunakan sebagai landasan dalam meneliti, yaitu (1) keadaan sesuatu, (2) binatang, (3) makhluk halus, (4) benda, (5) bagian tubuh, (6) kekerabatan, (7) profesi, (8) istilah agama, (9) jenis makanan, (10) keadaan makanan, (11) sifat manusia, (12) kekurangan fisik manusia, (13) tiruan bunyi, (14) emosi, (15) nama tokoh, dan (16) pengalaman negatif manusia. 2.3.3
Teori Perubahan Makna Makna sebuah kata secara sinkronis tidak akan berubah, tetapi secara
diakronis ada kemungkinan bisa berubah (Chaer, 2002:131). Sama halnya dengan kata makian, bila dulu hanya digunakan untuk memaki kini kata tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan kekerabatan, mengungkapkan penyesalan, atau sebagai candaan yang bertujuan untuk melucu, dan lain-lain. Pada penelitian ini ungkapan serapah ditinjau tidak hanya dari sumber atau kelas katanya, tetapi juga meneliti potensi perubahan makna kata makian yang semula digunakan untuk memaki atau mengutuk berfungsi untuk hal lain. Teori yang saya gunakan adalah pendapat Abdul Chaer mengenai perubahan makna, yaitu faktor penyebab sebuah makna kata berubah dan jenis perubahan makna, seperti meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan (eufimisme), dan pengasaran. Menurut Chaer, ada sembilan hal yang menjadi faktor penyebab sebuah makna kata dapat berubah. Berikut penjelasan kesembilan faktor tersebut. 1. Perkembangan dalam Ilmu Teknologi Perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan makna pada sebuah kata. Dalam hal ini, sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
32
dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dari kemajuan teknologi. Kata sastra dulu memiliki makna ‘tulisan’ kemudian maknanya berubah menjadi ‘karya imajinatif’ merupakan salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Selain itu, kata manuskrip yang mulanya berarti ‘tulisan tangan’ kini kata tersebut masih digunakan untuk menyebut naskah yang akan dicetak, meskipun hampir sudah tidak ada lagi naskah yang ditulis tangan karena sudah ada mesin tulis. 2. Perkembangan Sosial dan Budaya Perubahan makna kata karena perkembangan sosial dan budaya tidak jauh berbeda dengan perubahan makna kata yang disebabkan oleh perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi. Bentuk kata tetap sama, tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Contohnya, kata saudara dalam bahasa Sansekerta bermakna seperut atau satu kandungan. Kini, kata tersebut dapat pula digunakan untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial sama. Misalnya dalam kalimat Surat Saudara sudah saya terima atau Di mana Saudara dilahirkan? Selain kata saudara, hampir semua kata atau istilah kekerabatan seperti, bapak, ibu, kakak, adik, kakek, dan nenek mengalami perubahan makna dengan digunakan sebagai kata sapaan. Kata bapak dan ibu tidak hanya digunakan untuk menyebut orang yang usianya lebih tua, tetapi untuk menyebut orang yang status sosialnya lebih tinggi meskipun usianya lebih muda dari orang yang menyapanya. Hal ini terjadi karena pada zaman kemerdekaan dulu memanggil orang yang status sosialnya lebih tinggi adalah tuan dan nyonya. Kedua kata tersebut terdengar berbau kolonial sehingga kita mengubahnya dengan kata bapak dan ibu. 3. Perbedaan Bidang Pemakaian Dalam bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang digunakan hanya pada bidang tersebut. Kata-kata yang menjadi kosakata dalam bidang-bidang tertentu tersebut dapat digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosakata umum. Misalnya, kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian, seperti menggarap sawah, tanah garapan, dan petani penggarap kini banyak Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
33
digunakan dalam bidang lain dengan makna ‘mengerjakan’, seperti menggarap skripsi dan menggarap naskah drama. Kata-kata perpindahan bidang tersebut mempunyai arti lain yang tidak sama dengan arti dalam bidang atau lingkungan aslinya. Namun, makna baru kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna asli yang digunakan dalam bidang asalnya. Kata-kata tersebut digunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara perbandingan. 4. Adanya Asosiasi Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang lain, di sini makna baru yang muncul berkaitan dengan hal ata peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Misalnya, kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat, makna asalnya adalah ‘sampul surat’. Amplop digunakan untuk menyimpan surat atau bisa juga digunakan untuk menyimpan benda lain, seperti uang. Oleh karena itu, dalam kalimat Beri saja amplop maka urusan pasti beres, kata amplop di sini bermakna ‘uang’ karena amplop yang dimaksud diisi dengan uang untuk sogokan. Asosiasi antara amplop dengan uang ini mengenai wadah. Jadi, hanya dengan menyebut wadahnya, yaitu amplop yang dimaksud adalah isinya, yaitu uang. 5. Pertukaran Tanggapan Indera Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya, seharusnya ditanggap dengan indera perasa lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh indera pendengaran, seperti dalam kalimat Omongannya cukup pedas. Keadaan pertukaran alat indera penanggap ini disebut sinestesia. 6. Perbedaan Tanggapan Setiap unsur leksikal atau kata secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun, akibat pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, banyak kata menjadi memiliki nilai rasa yang rendah atau kurang menyenangkan. Di samping itu, ada juga kata yang menjadi memiliki nilai rasa tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang menjadi rendah maknanya dari Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
34
makna awal disebut peyoratif sedangkan kata-kata yang mengalami peninggian makna disebut amelioratif. Contohnya, saat ini kata bini dianggap peyoratif dan kata istri dianggap amelioratif. 7. Adanya Penyingkatan Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan—karena sering digunakan—kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu, orang banyak menggunakan singkatan katanya saja daripada menggunakan bentuk utuhnya. Misalnya, penggunaan kata berpulang tentu maksudnya adalah berpulang ke rahmatullah. Selain itu, ada juga singkatan dok dari kata dokter, let dari kata letnan atau akronim, seperti tilang ‘bukti pelanggaran’, satpam ‘satuan pengamanan’, dan sebagainya. Sebenarnya dalam kasus penyingkatan ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi karena makna atau konsepnya tetap melainkan perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh (panjang) disingkat menjadi bentuk tidak utuh yang pendek. 8. Proses Gramatikal Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (penggabungan kata) akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Namun, dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna karena bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal. Jadi, dalam hal ini tidak dapat dikatakan terjadi perubahan makna karena yang terjadi adalah proses gramatikal yang telah melahirkan makna-makna gramatikal. 9. Pengembangan Istilah Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan cara memberi makna baru, baik dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan maupun memberi arti baru. Contohnya, kata papan yang semula bermakna ‘lempengan kayu dan tipis’ kini diangkat menjadi istilah untuk makna ‘perumahan’. Selanjutnya, Chaer membagi jenis perubahan makna menjadi lima jenis, yaitu meluas, menyempit, perubahan total, penghalusan, dan pengasaran. Berikut penjelasan mengenai lima jenis tersebut. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
35
1. Meluas Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna menjadi memiliki makna lain karena berbaga faktor. Contohnya, kata saudara yang semula bermakna ‘seperut’ atau ‘satu kandungan’ kini meluas menjadi sapaan untuk orang yang sederajat atau status sosial yang sama. 2. Menyempit Perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas berubah menjadi terbatas hanya pada satu makna saja. Contohnya, kata sarjana yang semula bermakna ‘orang pandai’ atau ‘cendekiawan’ kini bermakna ‘orang yang lulus dari perguruan tinggi’. 3. Perubahan Total Perubahan total adalah perubahan keseluruhan makna sebuah kata dari makna asalnya. Namun, ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada kaitannya dengan makna asalnya. Contohnya, kata ceramah yang semula bermakna ‘cerewet’ atau ‘banyak cakap’ kini memliki arti ‘pidato atau uraian mengenai sesuatu hal yang disampaikan di depan orang banyak’. 4. Penghalusan (eufimisme) Dalam pembahasan mengenai perubahan makna meluas, menyempit, dan berubah secara total, bentuk dari sebuah kata adalah tetap atau sama dengan kata sebelumnya hanya konsep makna mengenai kata atau bentuk itu yang berubah. Dalam jenis penghalusan, gejala yang ditampilkan adalah kata atau bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau sopan dari kata yang akan digantikannya. Contohnya, kata penjara atau bui digantikan dengan kata lembaga pemasyarakatan, kata pemecatan digantikan dengan kata Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan sebagainya. 5. Pengasaran (disfemia) Pengasaran merupakan usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang bermakna kasar. Bentuk pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
36
kejengkelan. Contohnya, kata mencaplok digunakan untuk mengganti mengambil dengan begitu saja seperti dalam kalimat Dengan seenaknya Malaysia mencaplok warisan kebudayaan Indonesia atau kata mendepak dipakai untuk mengganti kata mengeluarkan seperti dalam kalimat Dia berhasil mendepak ketua PSSI dari kedudukannya. 2.3.4
Fonotaktik Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2007:102). Seseorang dapat menghasilkan bunyi bahasa yang benar apabila orang tersebut mematuhi kaidah bunyi bahasa yang bersangkutan, yaitu dengan melatih keterampilan artikulasi alat ucap dalam merealisasikan bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut (Kushartanti, dkk, 2005:37). Cara berartikulasi—dalam bahasa Indonesia—dapat dikelompokkan menjadi tujuh jenis artikulasi. Perbedaan cara-cara artikulasi ini ditentukan oleh jenis hambatan dan tempat artikulasi dilakukan yang melibatkan artikulator aktif dan pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang secara aktif bergerak membentuk hambatan aliran udara, seperti bibir bawah dan lidah sedangkan artikulator pasif adalah alat ucap yang diam (tidak aktif), seperti bibir atas, gigi atas, gusi, langit-langit keras, dan langit-langit lunak (Kushartanti, dkk 2005: 34). Jenis-jenis hambatan artikulasi berperan dalam penamaan bunyi-bunyi yang dihasilkan. Berikut jenis-jenis hambatan artikulasi tersebut (Kushartanti, dkk, 2005:37). 1. Letupan (plosive/stop) Artikulasi ini dilakukan dengan cara menghambat total aliran udara oleh artikulator aktif dan melepaskan secara meletup. Bunyi-bunyi letupan yang dihasilkan dengan artikulasi ini antara lain [p], [b], [t], [d], [k], [g], dan [?] 2. Geseran (fricative) Artikulasi ini dilakukan dengan cara menghambat aliran udara sebagian (tidak total). Udara tetap dapat mengalir melalui celah sempit yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
37
dibentuk oleh artikulator aktif dan artikulator pasif. Bunyi-bunyi geseran yang dihasilkan antara lain adalah [θ], [s, [z], [ʒ], dan [ʃ]. 3. Paduan (affricate) Artikulasi ini merupakan paduan antara artikulasi letupan dan geseran. Aliran udara yang dihambat secara total diletupkan melalui celah sempit yang dibentuk oleh artikulator aktif dan artikulator pasif. Bunyi-bunyi paduan yang dihasilkan antara lain [c] dan [j]. 4. Sengau (nasal) Artikulasi ini dilakukan dengan cara menghambat secara total aliran udara melalui rongga mulut oleh artikulator dan membuka jalur aliran udara menuju rongga hidung. Bunyi-bunyi nasa antara lain [m], [n], [ƞ], dan [ň]. 5. Getaran (trill) Artikulasi ini dilakukan dengan cara menyetuhkan artikulator aktif ke artikulator pasif secara beruntun sehingga membentuk seperti getaran. Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi getaran yang dihasilkan adalah bunyi [r]. 6. Sampingan (lateral) Artikulasi ini dilakukan dengan cara menghambat aliran udara di bagian tengah dan memberikan jalan aliran udara melalui samping-samping lidah. Dalam bahasa Indonesia, bunyi sampingan adalah [l]. 7. Hampiran (approximant) Artikulasi ini dilakukan dengan cara mempersempit aliran udara di rongga mulut tanpa menghasilkan geseran. Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif dan kemudian bergerak menjauh kembali di saat udara mengalir ke luar. Bunyi-bunyi hampiran antara lain [w] dan [j]. Jenis-jenis hambatan di atas, terjadi pada daerah-daerah artikulasi yang melibatkan artikulator aktif dan pasif untuk menamakan bunyi-bunyi yang dihasilkan. Dalam bahasa Indonesia, daerah artikulasi dikelompokkan menjadi enam. Daerah artikulasi tersebut adalah sebagai berikut (Kushartanti, dkk, 2005: 38). 1. labial, yaitu artikulasi yang dilakukan di bibir atas; Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
38
2. dental, yaitu artikulasi yang dilakukan di gigi atas; 3. alveolar, yaitu artikulasi yang dilakukan di gusi atas; 4. palatal, yaitu artikulasi yang dilakukan di langit-langit keras; 5. velar, yaitu artikulasi yang dilakukan di langit-langit lunak; dan 6. glottal, yang tidak dihasilkan oleh artikulator, tetapi oleh penutupan glottis secara total. Secara garis besar, bunyi bahasa dikelompokkan menjadi dua, yaitu konsonan dan vokal. Pengelompokkan dua jenis bunyi tersebut didasarkan atas ada atau tidaknya hambatan aliran udara dalam proses produksi bunyi. Konsonan adalah satuan bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari paru-paru mengalami hambatan. Vokal adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara jika aliran udara yang keluar dari paru-paru tidak mengalami hambatan. Berikut tabel bunyi konsonan dan vokal dalam bahasa Indonesia dengan istilah artikulator dan cara berartikulasinya. Tabel 2.3.4.1 Konsonan Bilabial Letupan Nasal
Labio dental
pb m
Alveolar
Retrofleks
Palatal
Velar
td
ɭ ʠ
cɟ
kg
ɲ
ƞ
n fv
Frikatif
sz
lateral
ʔ
h ç ʝ
Afrikat
Aproksiman
Glotal
r
Trill
Aproksiman
Faringal
w
j l
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
39
Tabel 2.3.4.2 Vokal
Depan Atas
Pusat
Belakang
i
u I
ʊ e
Tengah
o
ə
Ɛ
ɔ Æ
Bawah
a
ɑ
ɒ
Dari berbagai proses bunyi bahasa di atas, dihasilkan berbagai fonem seperti yang sekarang kita gunakan untuk merangkai kata-kata. Urutan fonem-fonem tersebut sangat mungkin untuk dipertukarkan dan menghasilkan kata baru. Perubahan ini disebut perubahan fonotaktik. Fonotaktik adalah urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa; deskripsi tentang urutan tersebut; gramatika stratifikasi (Kridalaksana, 1993: 205). 2.3.5
Teori Gender Perbedaan gender merupakan sebuah masalah sosial yang tidak pernah ada
ujung penyelesaiannya. Hal ini terjadi karena perbedaan peranan laki-laki dan perempuan sudah mendarah daging tidak hanya di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Permasalahan ini akan terus ada selama masyarakat masih membedakan peranan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial. Salah satu perbedaan gender yang sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan bahasa antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan linguistik semata-mata merupakan suatu cerminan perbedaan sosial. Selama masyarakat memandang lakilaki dan perempuan berbeda atau tidak setara maka perbedaan dalam bahasa laki-laki dan perempuan akan terus ada (Coates dalam Graddol dan Swann, 1989:13). Stereotipe perempuan dan laki-laki yang diciptakan oleh masyarakat telah membangun batasan-batasan mengenai peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sosial. Cara didik dan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan dalam Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
40
keluarga memengaruhi cara bersikap mereka dalam bersosialisasi. Contohnya, cara berbahasa seorang
perempuan harus lemah lembut dan sopan. Apabila seorang
perempuan tidak berbahasa santun, maka ia dianggap tidak feminin dan citranya sebagai perempuan menjadi buruk. Kaum perempuan secara umum akan berbicara lebih formal dan lebih sopan karena kaum perempuan secara kultural diposisikan pada status yang relatif sekunder terhadap laki-laki dan karena tingginya kadar kesopanan yang dimunculkan dari bawahan ke atasan (Brown dalam Garrold dan Swann, 1989:145). Hipotesis yang selama ini dianut secara universal menyatakan bahwa ‘wanita lebih sopan dari pada laki-laki dalam berbahasa’ (Ohoiwutun, 1997:89). Lakoff (1975, 1977) yang dikutip oleh Ohoiwutun (1997:89) menegaskan bahwa ciri-ciri bahasa kaum wanita bersifat intuitif dan penuh pertimbangan. Kata, bunyi, dan tata kalimat pada bahasa kaum wanita memberi sumbangan cukup besar dalam membangun gaya berkomunikasi yang lebih sopan (Ohoiwutun, 1997:89). Sementara itu, laki-laki dapat menggunakan kata-kata kasar dalam berbicara dalam mengekspresikan emosinya karena hal itu dianggap sebagai karakter laki-laki yang agresif, penuh percaya diri, kompetitif, lebih suka berterus terang, dan sebagainya. Jaspersen dalam Kuntjara (2003:85) berspekulasi bahwa dalam bahasa Inggris bahasa perempuan bahasa perempuan dikatakan sebagai bahasa yang sifatnya halus, eufimistik, dan hiperbolik sedangkan bahasa laki-laki lebih sering menggunakan bahasa slang dan inovatif. Walaupun harus berbicara sopan, perempuan dianggap suka membicarakan hal-hal yang tidak masuk akal, suka bergosip, dan tidak bermutu. Perempuan lebih banyak memakai perasaan yang kadang tidak logis sehingga orang menganggap pembicaraan mereka tidak bermutu. Perempuan cenderung senang membicarakan hal-hal yang tidak penting bagi laki-laki. Orang juga sering berasumsi bahwa laki-laki cenderung berpikir rasional dan memakai logika dalam berbicara sehingga pembicaraan laki-laki dinilai lebih bermutu (Kuntjara, 2003:21). Berikut empat kelompok masalah temuan para ahli dan penulis mengenai bahasa laki-laki dan perempuan yang disimpulkan oleh Kuntjara (2003:6—8). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
41
1. Masalah penggunaan bahasa atau fungsi bahasa. Dikemukakan bahwa perempuan biasanya lebih peka pada apa yang diucapkannya. Perempuan cenderung memperhatikan fungsi afektif dalam berinteraksi. Mereka lebih peka terhadap perasaan yang mungkin ditimbulkan dari bahasa yang dipakai. Apa yang terjadi pada laki-laki justru sebaliknya, mereka
biasa
cenderung
lebih
memperhatikan
informasi
yang
disampaikan dibanding fungsi afektif dari interaksi itu sendiri. 2. Masalah yang berkaitan dengan hubungan keakraban antara masing-masing pembicara. Penemuan mereka menunjukkan bahwa perempuan lebih sering menggunakan bahasa yang menunjukkan sifat keakraban sedangkan laki-laki cenderung kurang memperhatikan penggunaan bahasa yang bisa diinterpretasikan sebagai keakraban. Bahasa laki-laki lebih menunjukkan sikap dominannya atau sikap yang menunjukkan kekuasannya atau dominasinya atas lawan bicaranya. 3. Masalah yang berkaitan dengan kekuasaan. Dikemukakan dalam beberapa
penelitian
bahwa
laki-laki
sering
menginterupsi
dan
mendominasi pembicaraan, terutama dalam situasi di mana kekuasaan dan status perlu ditonjolka, seperti ketika berargumentasi atau berdebat dalam pertemuan rapat-rapat umum. Perempuan dalam kondisi tersebut biasanya lebih sering mengalah dan diam. Namun demikian, penemuan mereka juga menunjukkan bahwa perempuan lebih mendominasi percakapan di dalam rumah atau di dalam situasi yang lebih informal sedangkan laki-laki biasanya lebih banyak diam apabila di rumah atau dalam situasi informal. 4. Masalah yang berhubungan dengan status. Penemuan mereka menunjukan bahwa perempuan lebih sering menggunaan bahasa baku dibandingkan laki-laki dalam konteks sosial yang sama. Bahasa baku sering dikaitkan dengan tingginya status sosial penggunanya. Perempuan sering danggap memiliki status sosial yang lebih rendah dibanding lakilaki, mereka cenderung menggunakan bahasa yang baku dan sopan agar Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
42
status sosialnya terangkat. Laki-laki merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi tidak terlalu membutuhkan sarana bahasa untuk mengangkat stastusnya. Dengan demikian, mereka bisa lebih bebas menggunakan bahasanya. Dari berbagai pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan penggunaan bahasa laki-laki dan perempuan terjadi karena dari sejak lahir setiap individu mendapat perlakuan yang berbeda sehingga hal tersebut mempengaruhi sikap dan cara berbahasanya. Karakter laki-laki yang cenderung berterus terang dan percaya diri dalam berbicara memungkinkan mereka lebih sering menggunakan ungkapan serapah atau makian dalam berbahasa. Trudgill (1983) menyatakan bahwa secara tradisional makian dipandang sebagai ciri bahasa laki-laki. Bagi perempuan, makian terlarang untuk digunakan karena bertentangan dengan aturan kesopanan. Perempuan lebih sadar akan bahasanya dan berupaya lebih keras untuk menghindari penggunaan makian. Namun, Trudgill juga menemukan bahwa kelas sosial menjadi faktor penentu penggunaan kata makian. Dalam hal ini, Trudgill menemukan bahwa perempuan kelas pekerja (buruh) ternyata lebih sering menggunakan bahasa tabu. Temuan ini membuktikan pula bahwa tidak semua perempuan menghindari makian karena ada juga perempuan yang menggunakan makian sama halnya dengan laki-laki, terutama perempuan yang berprofesi sebagai buruh. Coates (1993) yang dikutip oleh Rosidin (2010:58) menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki menggunakan makian yang lebih banyak ketika mereka berada dalam lingkungan teman-teman yang berjenis kelamin sama. Selain itu, penelitian Eckert juga menunjukkan bahwa di beberapa komunitas, perempuan juga menggunakan kata-kata yang tidak sopan atau tidak pantas (Coates, 2004:81). Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya laki-laki yang menggunakan kata makian, tetapi perempuan juga telah menggunakannya, terutama perempuan pada tingkat sosial rendah. Perempuan menggunakan beberapa kosakata yang identik dengan laki-laki seperti ungkapan serapah atau kata makian sebagai salah satu upaya agar dapat pengakuan kesetaraan derajat dengan laki-laki yang distereotipekan masyarakat sebagai makhluk superior. Selain itu, perempuan juga kerap menggunakan humor Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
43
untuk meneguhkan solidaritas kelompok dan persahabatan di tempat kerja. Bahkan, Mullany menemukan bahwa humor sering terjadi dalam pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh banyak perempuan (Coates, 2004:203). Seiring dengan fenomena tersebut, laki-laki dan perempuan menyesuaikan diri dengan norma-norma perasaan lawan jenis mereka dalam konteks percakapan yang melibatkan perbedaan jenis kelamin. Dengan demikian, laki-laki akan menggunakan lebih sedikit kata tabu dalam konteks percakapan berbeda jenis kelamin. Perempuan, apabila dibandingkan dengan laki-laki, akan menggunakan banyak kata tabu dalam latar percakapan berbeda jenis kelamin untuk mengikuti norma-norma bahasa tabu yang dimiliki pria (Coates, 2004:98). 2.4
Kerangka Penelitian Pada bagian ini saya menjelaskan bagan sistematika penelitian yang saya
lakukan. Bahasa gaul sebagai fenomena variasi bahasa melahirkan sebuah ungkapan untuk memaki, yaitu ungkapan serapah. Kemudian dalam ungkapan serapah tersebut terbagi beberapa klasifikasi, yaitu klasifikasi kelas kata, klasifikasi sumber, perubahan makna, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik yang terjadi pada kata-kata makian tersebut. Selanjutnya, lima klasifikasi tersebut saya kaitkan dengan permasalahan gender dalam masyarakat Indonesia. Antara laki-laki dengan perempuan memiliki ekspresi yang berbeda dalam berbahasa sehingga perbedaan penggunaan ungkapan serapah berdasarkan gender menarik untuk diteliti. Setelah semua hal tersebut saya analisis akan ditemukan kesimpulan perbedaan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dan perempuan.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
44
Bagan 2.4.1 Kerangka Berpikir Penelitian Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan dalam Novel Populer
Bahasa Gaul
Ungkapan Serapah
Klasifikasi Berdasarkan Kelas Kata
Klasifikasi Berdasarkan Sumber/Referen
Perubahan
Perubahan
Perubahan
Fungsi
Fonotaktik
Makna
Penggunaan Ungkapan Serapah Berdasarkan
Gender
Kesimpulan
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
45
BAB III PENGKLASIFIKASIAN KELAS KATA, SUMBER, JENIS PERUBAHAN MAKNA, FUNGSI, DAN FONOTAKTIK UNGKAPAN SERAPAH PADA NOVEL TAHUN 2000-AN 3.1 Pengantar Setiap manusia memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan suasana hatinya baik ketika marah, sedih, maupun gembira. Kata serapah yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1426) berarti kutuk atau sumpah mengalami perluasan fungsi seiring dengan perkembangan zaman. Kini, kata serapah tidak hanya digunakan untuk memaki atau mengutuk seseorang, tetapi juga sebagai cara untuk menunjukkan identitas suatu kelompok, menciptakan keakraban, dan menjalin solidaritas sosial. Ungkapan serapah muncul dengan berbagai variasi bentuk, kelas kata, dan sumber acuan. Ungkapan serapah tidak hanya berbentuk kata, tetapi juga dalam bentuk frase dan klausa. Selain itu, bentuk kelas kata ungkapan serapah juga bervariasi, yaitu nomina, verba, dan ajektiva. Sumber acuan sebagai rujukan sebuah ungkapan serapah terbentuk juga bermacam-macam, seperti sumber acuan dari keadaaan sesuatu hal, jenis makanan, keadaan makanan, jenis hewan, pengalaman negatif manusia, dan sebagainya. Rujukan tersebut memengaruhi perubahan makna dan fungsi ungkapan serapah. Kata-kata tersebut berubah makna menjadi meluas, menyempit, halus (eufimisme), atau kasar (pengasaran). Namun, ada pula kata yang maknanya tetap dan menjadi ungkapan serapah. Selain perubahan makna, ungkapan serapah juga mengalami perubahan fungsi pemakaian. Apabila selama ini penggunaan ungkapan serapah hanya sebagai ungkapan untuk memaki, dalam penelitian ini ditemukan beberapa kata yang mengalami pergeseran fungsi dalam tujuan penggunaannya. Fungsi dari ungkapan serapah tersebut, antara lain sebagai ekspresi keintiman atau keakraban, ekspresi keheranan atau keterkejutan, candaan, dan sebagainya. 45
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
46
Beberapa ungkapan serapah ada yang mengalami perubahan fonotaktik untuk tujuan tertentu. Bentuk perubahan fonotaktik tersebut adalah variasi perpindahan dan penggantian fonem serta pemendekan kata. Tujuan dari perubahan fonotaktik ini memudahkan penutur dalam pengucapan kata tersebut dan mudah untuk diingat dalam penggunaannya. Pada bagian ini saya akan menjelaskan klasifikasi kelas kata, sumber acuan, perubahan makna, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik yang terjadi pada berbagai bentuk ungkapan serapah yang terdapat dalam novel-novel populer. Penjelasan tersebut juga dilengkapi dengan contoh kalimat yang mengandung ungkapan serapah agar terlihat perubahan fungsi kata serapah melalui konteks kalimat yang ada. 3.2 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Kelas Kata Dalam penelitian ini ditemukan bentuk ungkapan serapah berupa kata dan frase. Menurut Kridalaksana (2008:32) istilah bentuk diartikan (1) sebagai penampakan atau rupa satuan bahasa; (2) penampakan atau rupa satuan gramatikal atau leksikal dipandang secara fonis atau grafemis. Dengan demikian, bentuk ungkapan serapah dalam penelitian ini merujuk pada satuan gramatikal berupa kata, frase, dan klausa. Ungkapan serapah berbentuk kata dibedakan menjadi dua, yaitu ungkapan serapah berbentuk kata dasar dan ungkapan serapah berbentuk kata jadian. Ungkapan serapah berbentuk kata jadian dibagi menjadi tiga, yakni kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk. Dalam penelitian ini tidak hanya ditemukan berbagai ungkapan serapah berbentuk kata dasar, tetapi juga ungkapan serapah berbentuk kata jadian. Sebuah kata memiliki kelas kata yang membedakan kegunaan antara satu kata dengan kata lainnya. Kelas kata adalah golongan kata yang mempunyai kesamaan dalam perilaku formalnya (Kridalaksana, 2008:116 ). Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kelas kata ungkapan serapah, yaitu nomina, verba, dan ajektiva.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
47
3.2.1 Ungkapan Serapah Berkategori Nomina Menurut Kridalaksana (2008:63), seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain yang dibendakan dalam alam di luar bahasa. Selain kata berkategori nomina, dalam penelitian ini ditemukan juga frase modikatif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk atau disebut frasa nominal (Kridalaksana, 1999:156). Berikut tabel klasifikasi kelas kata ungkapan serapah nomina dan frase nominal beserta frekuensi kemunculannya dalam 13 novel yang saya teliti. Tabel 3.2.1.1 Klasifikasi Kelas Kata Nomina dan Frase Nominal Ungkapan Serapah dalam Novel Populer Tahun 2000-an
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1.
Anjing
1
0,63%
33.
Demit
1
0,63%
2.
Autis
2
1,26%
34.
Dodol
13
8,22%
3.
Bolot
5
3,16%
35.
Dragonohmygod
1
0,63%
4.
Buaya
2
1,26%
36.
Ember
1
0,63%
5.
Buaya darat
1
0,63%
37.
Freak
1
0,63%
6.
Cheater
1
0,63%
38.
Gembel
3
2%
7.
Chicken
1
0,63%
39.
Gosh
1
0,63%
8.
Cucian deh lo
3
2%
40.
Idiot/idiots
3
2%
9.
Damn
10
6,32%
41.
Kadal
1
0,63%
10.
Damn it/dammit
2
1,26%
42.
Kadal gila
1
0,63%
11.
Dasar badut bego
1
0,63%
43.
Kampret
10
6,32%
12.
Dasar buaya
1
0,63%
44.
1
0,63%
13.
Dasar buaya darat
1
0,63%
45.
1
0,63%
14.
Dasar cewek berantakan
Kerbau (kebo) Kecebong kampret
1
0,63%
46.
Kotak
1
0,63%
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
48
15.
Dasar cewek dodol
1
16.
Dasar cewek dudul
1
0,63%
48.
2
1,26%
49.
1
0,63%
50.
1
0,63%
1
21.
Dasar cowok Dasar cowok cemen Dasar cowok edan Dasar cowok pangsit Dasar dodol
Kuda liar goreng saos mentega Kutu kupret
22.
1
0,63%
1
0,63%
1
0,63%
Mbahmu
1
0,63%
51.
Monyet
3
2%
0,63%
52.
Oh my god
7
4,4%
2
1,26%
53.
Orang gila
2
1,26%
Dasar hipertensi
1
0,63%
54.
6
3,8%
23.
Dasar ibu tiri
1
0,63%
55.
1
0,63%
24.
Dasar kadal
3
2%
56.
S**t (shit) Sambal (sambel) Sapi
1
0,63%
25.
Dasar kebo
1
0,63%
57.
Sialan
25
15,82%
1
0,63%
58.
Sompret
1
0,63%
1
0,63%
59.
Sumpah
11
7%
Titit Trenggiling kampret
1
0,63%
1
0,63%
17. 18. 19. 20.
0,63%
47.
Kuda
27.
Dasar mahasiswi nakal Dasar pemalas
28.
Dasar pengecut
1
0,63%
60.
29.
Dasar penjahat
1
0,63%
61.
1
0,63%
62.
Tukang ngibul
1
0,63%
1
0,63%
63.
Tukang pelet
1
0,63%
1
0,63%
Total
158
100%
26.
30. 31. 32.
Dasar tante durhaka Dasar tukang gosip Dasar tukang peres
Berdasarkan tabel klasifikasi di atas, kata sialan merupakan kata berkategori nomina paling banyak digunakan—dengan frekuensi kemunculan 25 kali atau 15,82%--dari keseluruhan ungkapan serapah berkategori nomina yang ada dalam novel-novel populer tersebut. Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia (2006:315) kata sialan berasal dari bahasa Betawi atau Jakarta yang memiliki kesamaan arti dengan kata-kata bajingan, bedebah, jahanam, keparat, kurang ajar, atau sompret. Kata Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
49
sialan digunakan dalam ragam tak baku dan termasuk golongan kata kasar dalam bahasa Betawi. Jumlah ungkapan serapah berkategori nomina adalah 63 buah yang terdiri dari 29 buah berbentuk kata dan 34 buah berbentuk frase. Sementara itu, jumlah kemunculan dari seluruh ungkapan tersebut sebanyak 158 kali dengan rincian frekuensi kemunculan terlihat pada tabel di atas. Dari seluruh ungkapan serapah tersebut terdapat enam jenis ungkapan serapah yang sering muncul dalam novelnovel yang saya teliti, yaitu sialan (25 kali), dodol (13 kali), sumpah, (11 kali), damn dan kampret (10 kali) serta oh my god (7 kali). Berikut adalah bagan persentase frekuensi kemunculan lima besar ungkapan serapah
berkategori nomina
dibandingkan dengan ungkapan serapah berkategori nomina lainnya. Kata yang termasuk dalam bagan lima besar adalah kata yang memiliki frekuensi kemunculan paling signifikan dibandingkan kata lainnya. Bagan 3.2.1.2 Persentase Frekuensi Kemunculan Lima Besar Ungkapan Serapah Berkategori Nomina 4.40% 6.32%
7.00%
15.82%
8.22% Sialan Dodol Sumpah Damn dan Kampret Oh my God
Selain bahasa Indonesia, ditemukan pula beberapa kata berbahasa asing, yaitu Inggris sebagai ungkapan serapah. Pada tabel di atas, terlihat satu buah kata dan satu buah frase nominal yang paling banyak muncul sebagai ungkapan serapah berkategori nomina, yaitu damn dan oh my God. Kata damn dalam bahasa Inggris merupakan sebuah makian kasar dan digunakan sebagai ekspresi keterkejutan atau mengungkapkan kekecewaan. Sementara itu, frase oh my God memiliki kemiripan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
50
makna dengan Ya Tuhan! dalam bahasa Indonesia. Frase oh my God digunakan sebagai ekspresi keterkejutan atau kekaguman terhadap sesuatu hal. Selain itu, ditemukan pula kata serapah yang terbentuk secara manasuka, yaitu dragonohmygod yang digunakan juga untuk mengekspresikan keterkejutan. 3.2.2
Ungkapan Serapah Berkategori Ajektiva Kelas kata ajektiva berfungsi untuk menjelaskan nomina. Ciri utama ajektiva
adalah dapat berdampingan dengan partikel tidak, lebih, sangat, dan agak serta dapat menjadi nomina apabila digabungkan dengan konfiks ke-an. Selain kata, saya juga menemukan ungkapan berbentuk frase ajektival yang berarti frase berinduk ajektiva dengan memodifikasi kategori apapun atau gabungan beberapa kata berkelas apa pun yang keseluruhannya berperilaku sebagai ajektiva (Kridalaksana, 1999:154). Umumnya, kelas kata ajektiva lebih sering digunakan untuk memuji atau penghalusan (eufimisme), seperti cantik, bagus, lembut, pintar, menarik, dan sebagainya. Namun, dalam novel-novel tersebut ditemukan beberapa ungkapan serapah berkelas kata ajektiva yang digunakan untuk memaki atau pun sebagai candaan dalam percakapan sehari-hari. Tabel 3.2.2.1 Klasifikasi Kelas Kata Ajektiva dan Frase Ajektival Ungkapan Serapah dalam Novel Populer Tahun 2000-an
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1.
Asam
5
2,66%
22.
Jelek
1
0,52%
2.
Basi
5
2,66%
23.
Kaco
1
0,52%
3.
Bawel
1
0,52%
24.
Kasihan deh lo
1
0,52%
4.
Bego
13
7%
25.
Kesal (kesel)
4
2,10%
5.
Bencih (benci)
1
0,52%
26.
Konyol
1
0,52%
6.
Binal
2
1,05%
27.
Kurang ajar
1
0,52%
7.
Bodo
10
5,23%
28.
Kurang asem
2
1,05%
8.
Bodoh
2
1,05%
29.
Lebih (lebay)
1
0,52%
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
51
9.
Cape deh Culun punya (cupu)
1
0,52%
30.
Najis
1
0,52%
1
0,52%
31.
Norak
3
1,57%
11.
Dasar gendeng
1
0,52%
32.
Parah
3
1,57%
12.
Dasar gila
4
2,10%
33.
Payah
3
1,57%
13.
1
0,52%
34.
Pelit
1
0,52%
1
0,52%
35.
Risih (rese)
7
3,66%
15.
Dasar jelek Dasar kampungan Dasar licik
1
0,52%
36.
Sakit jiwa
1
0,52%
16.
Dasar pelit
1
0,52%
37.
Sebal
4
2,10%
17.
Edan
3
1,57%
38.
Sial
26
13,61%
18.
Geblek
4
2,10%
39.
Sinting
7
3,7%
19.
Gila
45
23,56%
40.
3
1,57%
20.
Goblok
13
7%
41.
Sok tahu (sotoy) Superkesal
1
0,52%
21.
Jahanam
2
1,05%
42.
Tolol
1
0,52%
191
100%
10.
14.
Total
Berdasarkan tabel di atas, kata gila merupakan kata berkategori ajektiva yang paling sering muncul sebagai ungkapan serapah dalam novel populer tersebut. Frekuensi kemunculan kata tersebut mencapai 45 kali atau 23,56%. Penggunaan kata gila sebagai ungkapan untuk memaki lebih jarang digunakan dibandingkan sebagai ungkapan untuk mengekspresikan keterkejutan atau untuk mengungkapkan kekaguman terhadap sesuatu hal. Jumlah ungkapan serapah berkategori ajektiva adalah 42 buah, yang terdiri atas 36 buah berbentuk kata dan 6 buah berbentuk frase. Dari 42 jenis tersebut menghasilkan 191 kali kemunculan ungkapan serapah berkategori ajektiva. Dari jumlah tersebut, terdapat lima buah kata yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan kata berkategori ajektiva lainnya. Kata-kata tersebut adalah gila (45 kali), sial (26 kali), bego dan goblok (13 kali), bodo (10 kali), rese dan sinting (7 kali). Kata bodo adalah bentuk variasi tulis dari kata banyak muncul pada novel-novel tersebut. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
52
Bagan 3.2.2.2 Persentase Frekuensi Kemunculan Lima Besar Ungkapan Serapah Berkategori Ajektiva
5.26%
3.66% 23.56%
7.00%
13.61%
Gila
Sial
Bego dan Goblok
Bodo
Rese dan Sinting
Dari bagan di atas terlihat, kelas kata ajektiva lebih sering muncul dalam bentuk kata dibandingkan bentuk frase. Ajektiva memiliki frekuensi kemunculan ungkapan serapah paling banyak dibandingkan dengan kelas kata lainnya, yaitu nomina dan verba. Hal ini membuktikan bahwa kata berkategori ajektiva tidak hanya dapat digunakan sebagai ungkapan untuk memuji, tetapi juga sebagai ungkapan untuk berserapah. 3.2.3 Ungkapan Serapah Berkategori Verba Sebagai kelas kata yang biasanya digunakan sebagai predikat, kepopuleran verba sebagai ungkapan serapah tidak seperti kelas kata nomina dan ajektiva yang banyak digunakan dalam 13 novel tersebut. Namun, penggunaan verba sebagai ungkapan serapah, baik untuk memaki atau ekspresi spontanitas terhadap sesuatu hal, perlu diperhitungkan sebagai perbandingan variasi kelas kata dalam penggunaan ungkapan serapah, seperti kata mampus yang cukup sering muncul dalam novel-novel tersebut. Tidak berbeda dengan kelas kata nomina dan ajektiva, kelas kata verba juga ditemukan dalam bentuk frase, yaitu frase verbal, yakni frase yang terjadi dari verba dengan verba, atau verba dengan kelas kata lain, yaitu adverbial atau preposisi gabungan (Kridalaksana, 1999:151).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
53
Tabel 3.2.3.1 Klasifikasi Kelas Kata Verba atau Frase Verbal Ungkapan Serapah dalam Novel Populer Tahun 2000-an
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Bocor
1
1,923%
2.
Go to hell
1
1,923%
3.
Hilang feeling (ilfil)
3
5,77%
4.
42
80,77%
1
1,923%
6.
Mampus Mampusbangetlupantatkudagigino ngolmatajendoljidatnongnong Mati
1
1,923%
7.
Ngaco (mengacau)
2
3,85%
8.
Shut up
1
1,923%
52
100%
5.
Total
Sebagai kelas kata yang berfungsi menempati posisi predikat, jumlah ungkapan serapah berkategori verba tidak sebanyak kelas kata lain (nomina dan ajektiva). Terlihat pada tabel di atas variasi bentuk verba hanya sejumlah 8 buah dengan total frekuensi kemunculan sebanyak 52 buah. Namun, dari variasi tersebut ada satu jenis verba, yaitu kata mampus yang paling sering muncul dalam novelnovel tersebut. Jumlah kemunculaannya mencapai 80,77% atau 42 kali. Kata mampus dalam bahasa Betawi memiliki kesamaan arti dengan kata mati dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata tersebut termasuk ke dalam kategori verba. Kata mampus ditemukan pula dengan bentuk yang berbeda. Pada salah satu novel tersebut, ditemukan sebuah kata mampus yang berdampingan dengan beberapa kata yang ditulis secara berdekatan (menempel) sehingga gabungan kata-kata tersebut membentuk
satu
buah
kata
serapah,
yaitu
Mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong. Dari delapan jenis ungkapan serapah berkategori verba tersebut, ditemukan tiga buah kata yang kemunculan lebih banyak dibanding kata lainnya, yaitu mampus, ngaco, dan ilfil. Jumlah kemunculan kata-kata tersebut masing-masing adalah Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
54
mampus (42 kali), ilfil (3 kali), dan ngaco (2 kali). Kata ilfil merupakan akronim dari frase hilang feeling yang bermakna tidak memiliki perasaan atau tidak bersimpati lagi terhadap sesuatu hal. Sama halnya dengan kelas kata nomina, di dalam kelas kata verba juga ditemukan kata berbahasa Inggris sebagai ungkapan serapah, yaitu frase go to hell dan shut up yang masing-masing muncul sebanyak satu kali. Kata-kata tersebut digunakan sesuai dengan makna sebenarnya, yaitu untuk memaki seseorang. Bagan 3.2.3.2 Persentase Frekuensi Kemunculan Tiga Besar Ungkapan Serapah Berkategori Verba
5.77% 3.85%
80.77%
Mampus
Ilfil
Ngaco
Berdasarkan klasifikasi di atas, jumlah seluruh ungkapan serapah yang berkategori nomina, ajektiva, dan verba adalah sebanyak 113 jenis yang terdiri dari 73 buah berbentuk kata dan 40 buah berbentuk frase. Sementara itu, total kemunculan ungkapan serapah dengan berbagai variasi kata tersebut sejumlah 401 kemunculan kata dan frase. Kelas kata yang paling sering muncul adalah ajektiva dengan total frekuensi kemunculan 191 kali. Berikut adalah tabel gabungan dari seluruh ungkapan serapah berkelas kata nomina, ajektiva, dan verba.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
55
Tabel 3.2.1 Ungkapan Serapah Berbentuk Kata dan Frase dengan Kategori Nomina, Ajektiva, dan Verba
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1.
Anjing
1
0,25%
58.
Gila
45
11,22%
2.
Asam
5
1,25%
59.
Go to hell
1
0,25%
3.
Autis
2
0,50%
60.
Goblok
13
3,24%
4.
Basi
5
1,25%
61.
Gosh
1
0,25%
5.
Bawel
1
0,25%
62.
Idiot/idiots
3
0,75%
6.
Bego
13
3,24%
63.
Ilfil
3
0,75%
7.
Bencih (Benci)
1
0,25%
64.
Jahanam
2
0,50%
8.
Binal
2
0,50%
65.
Jelek
1
0,25%
9.
Bocor
1
0,25%
66.
Kaco (kacau)
1
0,25%
10.
Bodo
10
2,50%
67.
Kadal
1
0,25%
11.
Bodoh
2
0,50%
68.
Kadal gila
1
0,25%
12.
Bolot
5
1,25%
69.
Kampret
10
2,5%
13.
Buaya
2
0,50%
70.
Kasihan deh lo
1
0,25%
14.
Buaya darat
1
0,25%
71.
Kebo
1
0,25%
15.
Cape deh
1
0,25%
72.
1
0,25%
16.
Cheater
1
0,25%
73.
Kecebong kampret Kesal
1
0,25%
17.
Chicken
1
0,25%
74.
Konyol
4
1%
18.
Cucian deh lo
3
0,75%
75.
Kotak
1
0,25%
19.
Cupu
1
0,25%
76.
1
0,25%
20.
Damn
10
2,5%
77.
1
0,25%
21.
Damn it/dammit
2
0,50%
78.
Kuda Kuda liar goreng saos mentega Kurang ajar
1
0,25%
1
0,25%
79.
Kurang asem
2
0,50%
1
0,25%
80.
Kutu kupret
1
0,25%
22. 23.
Dasar badut bego Dasar buaya
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
56
24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Dasar buaya darat Dasar cewek berantakan Dasar cewek dodol Dasar cewek dudul Dasar cowok Dasar cowok cemen Dasar cowok edan Dasar cowok pangsit
1
0,25%
81.
Lebih (lebay)
1
0,25%
1
0,25%
82.
Mampus
42
10,47%
1
0,25%
1
0,25%
83.
Mampusbangetl upantatkudagigi nongolmatajend oljidatnongnong
1
0,25%
84.
Mati
1
0,25%
2
0,50%
85.
Mbahmu
1
0,25%
1
0,25%
86.
Monyet
3
0,75%
1
0,25%
87.
Najis
1
0,25%
1
0,25%
88.
Ngaco
2
0,50%
32.
Dasar dodol
2
0,50%
89.
Norak
3
0,75%
33.
Dasar gendeng
1
0,25%
90.
Oh my god
7
1,74%
34.
Dasar gila
4
1%
91.
Orang gila
2
0,50%
35.
Dasar hipertensi
1
0,25%
92.
Parah
3
0,75%
36.
Dasar ibu tiri
1
0,25%
93.
Payah
3
0,75%
37.
Dasar jelek
1
0,25%
94.
Pelit
1
0,25%
38.
3
0,75%
95.
Rese
7
1,74%
1
0,25%
96.
S**t (shit)
6
1,50%
40.
Dasar kadal Dasar kampungan Dasar kebo
1
0,25%
97.
Sakit jiwa
1
0,25%
41.
Dasar licik
1
0,25%
98.
Sambal (sambel)
1
0,25%
1
0,25%
99.
Sapi
1
0,25%
1
0,25%
100.
Sebal
4
1%
39.
43.
Dasar mahasiswi nakal Dasar pelit
44.
Dasar pemalas
1
0,25%
101.
Shut up
1
0,25%
45.
Dasar pengecut
1
0,25%
102.
Sial
26
6,50%
46.
Dasar penjahat
1
0,25%
103.
Sialan
25
6,23%
47.
Dasar tante durhaka
1
0,25%
104.
Sinting
7
1,75%
42.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
57
50.
Dasar tukang gosip Dasar tukang peres Dragonohmygod
51.
Demit
1
0,25%
108.
Superkesal
1
0,25%
52.
Dodol
13
3,24%
109.
Titit
1
0,25%
53.
Edan
3
0,75%
110.
1
0,25%
54.
Ember
1
0,25%
111.
Tolol Trenggiling kampret
1
0,25%
55.
Freak
1
0,25%
112.
Tukang ngibul
1
0,25%
56.
Geblek
4
1%
113.
Tukang pelet
1
0,25%
57.
Gembel
3
0,75%
401
100%
48. 49.
1
0,25%
105.
Sok tahu (sotoy)
3
0,75%
1
0,25%
106.
Sompret
1
0,25%
1
0,25%
107.
Sumpah
11
2,74%
Total
Bagan 3.2.2 Persentase Variasi Jenis Ungkapan Serapah Berkategori Nomina, Ajektiva, dan Verba
7.07%
37.16%
55.75%
Nomina
Ajektiva
Verba
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
58
Bagan 3.2.3 Persentase Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berkategori Nomina, Ajektiva, dan Verba
13.00% 39.40%
47.63%
Nomina
Ajektiva
Verba
Berdasarkan bagan di atas, terlihat perbedaan antara jumlah variasi ungkapan serapah dengan frekuensi kemunculannya. Kelas kata nomina memiliki lebih banyak variasi atau jenis ungkapan serapah yaitu 55,75% atau 63 buah sedangkan intensitas kemunculan nomina tidak mendominasi dalam novel-novel tersebut, yaitu sejumlah 158 kali. Sementara itu, kelas kata ajektiva mendominasi kemunculan ungkapan serapah dalam 13 novel tersebut dengan jumlah 191 kali atau 47,63%. Namun, jenis ungkapan serapah dari kelas ajektiva tidak memiliki banyak variasi, yaitu sejumlah 42 buah. Dari seluruh jumlah kemunculan frekuensi ungkapan serapah tersebut, terdapat tujuh kata yang memiliki frekuensi kemunculan terbanyak, yaitu gila (45 kali), mampus (42 kali), sial (26 kali), sialan (25 kali), dan bego, dodol, dan goblok (13 kali). Berikut bagan persentase lima besar frekuensi kemunculan ungkapan serapah yang berkategori nomina, ajektiva, dan verba.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
59
Bagan 3.2.4 Persentase Frekuensi Kemunculan Lima Besar Ungkapan Serapah Berkategori Nomina, Verba, dan Ajektiva
3.24% 6.23%
6.48%
11.22%
10.47%
Gila (Ajektiva) Mampus (Verba) Sial (Ajektiva) Sialan (Nomina) Bego dan Goblok (Ajektiva), Dodol (Nomina),
3.3 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Menurut Wijana dan Rohmadi (2006), kata makian dibedakan menjadi keadaan, binatang, benda, bagian tubuh, kekerabatan, makhluk halus, aktivitas, profesi, dan seruan. Wijana dan Rohmadi membedakan kata makian berdasarkan referennya sedangkan Wardhaugh (1986) membedakan kata makian berdasarkan sumbernya, yaitu one’s mother in law, certain game animal, seks, kematian, kotoran, fungsi anggota tubuh, hal-hal keagamaan, dan the left hand (“tangan kiri”). Setelah Wardhaugh, Wijana, dan Rohmadi membagi kata makian berdasarkan referen dan sumbernya, Yuwono (2008) membagi ungkapan serapah berdasarkan medan makna, yaitu (1) emosi, (2) jenis hewan yang dekat dengan kehidupan manusia, (3) jenis makanan, (4) keadaan makanan, (5) jenis makhluk gaib, (6) keadaan sesuatu, (7) sifat manusia, (8) kekurangan fisik manusia, (9) pengalaman negatif manusia, (10) tiruan bunyi, (11) nama tokoh, dan (12) bagian tubuh yang dianggap tabu atau yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Pada penelitian ini saya mengklasifikasikan ungkapan serapah berdasarkan sumbernya dengan mensintesiskan pendapat para ahli tersebut. Dengan demikian, didapatkan hasil dari sintesis tersebut, yaitu (1) keadaan sesuatu, (2) jenis hewan, (3) makhluk halus, (4) jenis benda, (5) bagian tubuh, (6) kekerabatan, (7) profesi (jenis Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
60
pekerjaan), (8) istilah agama, (9) jenis makanan, (10) keadaan makanan, (11) sifat manusia, (12) kekurangan fisik manusia, (13) tiruan bunyi, (14) emosi, (15) nama tokoh, dan (16) pengalaman negatif manusia. Selain klasifikasi pendapat ahli di atas, terdapat pula ungkapan serapah yang belum diklasifikasikan oleh para ahli. Klasifikasi ungkapan serapah baru tersebut adalah (17) bahasa daerah, (18) bahasa asing, dan (19) jenis penyakit. 3.3.1 Keadaan Sesuatu Makian atau ungkapan serapah yang bersumber dari keadaan sesuatu adalah ungkapan yang mendeskripsikan sebuah keadaan untuk mengomentari dan menilai orang ataupun keadaan yang tidak menyenangkan baik dalam situasi serius maupun santai sebagai candaan (Yuwono, 2010: 75). Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang memiliki referen keadaan sesuatu hal dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.1.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Sesuatu No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Legend banget tuh acara nikahannya Teh Kok
Putusin
Nia kemaren. Orang-orang masih pada Gue?, 244 sering ngomongin. Trus baru kali ini di 1.
Bocor
acara keluarga gua ada yang nari poco-poco segembrong-gembrong
gitu.
Ternyata
keluarga suaminya Teh Nia juga sama aja, penggemar poco-poco juga. Bocor abis deh!” 2.
Kaco
‘Jadi, Mbip itu nama anak cewek pindahan
Radikus
di kelas gue ama Aryo. Baru masuk minggu
Makankakus,
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
61
47
lalu. Tau gak?’ ‘Gak tau, siapa?’ Gue bingung. ‘Ada gitu orang yang namanya Mbip?’ ‘Bukan bego, nama aslinya bukan Mbip! Kita berdua ngasih nama dia Mbip! Kaco banget anaknya!’
Setiap daerah pasti punya legendanya Kambingjantan, masing”, seperti legenda Sangkuriang dari 104 3.
Ngaco
Tanah Toraja. Eh.. emang Sangkuriang dari tanah toraja?? Ngaco deh lo dith! *digampar orang Batak* ‘Tadi nama gue udah gue save ke
Radikus
hape lo ya,’ kata Christie sambil
Makankakus,
ngembaliin hape gue.
43
‘Oh ya? Lo ngasih nama lo apa di hape gue?’ gue nanya. ‘Nama gue di situ Christie Martin,’ kata Christie, kalem. Zaman-zaman itu emang Coldplay 4.
Najis/Najong
lagi terkenal banget. ‘Najis, Coldplay gak jadi lo!’ gue sewot. ‘Kalo nama gue… udah ada belom di hape lo?’ ‘Ada,’ kata Christie. ‘Nama lo Cikatomas Gila.’ “Kenapa sih Dian melulu, Sha? Kan Anak temanmu enggak hanya dia.” “Hehe.. kamu cemburu ya?”
Dodol
Kos Tamat,
92
“Ih, najong!” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
62
“Abisnya, dia baek banget sih Dew. Kuliah dia rela nyamperin, pulang juga dianter. Aku sakit, dia yang ngurusin, beli obat, makanan. Jadinya, aku enggak enak kalau nolak ajakan Dian.” “Tadi pagi pukul 7, saya udah sarapan
Kamar Cewek,
bubur ayam sih… Dua mangkuk gitu lagi.
142
Tapi ko perut saya masih tetep menimbulkan bunyi-bunyi yang ngga jelas 5.
Orang gila
gini ya?” “Kalo mau ketemuan di rumah makan padang, minggu depan aja. Pokoknya minggu ini tetep ngumpul di sini sampe lumutan.” “Orang gila!” ujar Lona dengan santai.
6.
Parah
Gue ngebayangin di program Tali Beha itu,
Radikus
Aryo (dengan memakai beha) akan bilang
Makankakus,
ke pemirsa, ‘Mbip pulang lah. Beha ini
54
takkan kulepas sampai kau pulang, Sayang.’ Gue berusaha ngembaliin Hugo ke jalan yang benar. ‘Parah lu, Go. Udah ilang gini masih dikatain. Ntar kena karma lagi, Goblok.’ Mas
7.
Payah
Emka
cuma
cengengesan.
Lalu, Manusia
sembari menepuk pundak gue, dia berkata, Setengah ‘Payah lo, Dith. Lo gak ngerti makanan Salmon, 89 enak.’
8.
Sial
“Mau ngga nih? Sayang kalo dibuang. Chocoluv, 187 Mahal.” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
63
Bambang menyodorkan Lily itu pada saya. “Sial!
Saya
dijadiin
tempat
sampah.” Kami berdua tertawa. Tulus. Bahagia. Pada penelitian ini ditemukan 8 buah kata yang bersumber dari keadaan sesuatu hal dengan total kemunculan sejumlah 41 kali. Terdapat beberapa kata yang mengalami perubahan fonem setelah menjadi ungkapan serapah. Salah satunya adalah kata najis yang mengalami variasi urutan fonem menjadi najong sehingga total jenis ungkapan serapah dari sumber ini berjumlah 9 buah. Dari 9 kata tersebut ada satu buah kata yang paling banyak digunakan, yaitu kata sial, yang digunakan sebanyak 26 kali atau 63,414% dari keseluruhan ungkapan serapah yang bersumber dari keadaan sesuatu hal. Tabel 3.3.1.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Keadaan Sesuatu
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Bocor
1
2,44%
2.
Kaco
1
2,44%
3.
Ngaco
2
4,878%
4.
Najis
1
2,44%
5.
Najong
2
4,878%
6.
Orang gila
2
4,878%
7.
Parah
3
7,317%
8.
Payah
3
7,317%
9.
Sial
26
63,414%
41
100%
Total
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
64
3.3.2 Jenis Hewan Klasifikasi yang kedua adalah ungkapan serapah yang bersumber dari jenis hewan. Tidak hanya jenis hewan peliharaan yang akrab dengan manusia, seperti anjing, tetapi juga jenis hewan lain, seperti kuda, kadal, trenggiling, dan sebagainya. Penggunaan ungkapan serapah jenis ini digunakan sebagai ungkapan kekesalan, candaan, dan dapat juga sebagai ungkapan keterkejutan terhadap sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari jenis hewan yang ada di sekitar manusia dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.2.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Hewan No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Emang kenapa freak?’ kata adeknya Anas. Radikus ‘Penyiarnya, aneh banget.
Makankakus,
Ngomongin gay melulu.’
180—181
‘Penyiar radio X? Si David?’ kata adenya Anas. Anjing 1.
Anjir Anjrit Anjrot
‘Bener! Lo kenal?’ ‘Hyaaa. Itu kan emang gay, tauk!’ ‘Anjing, tangan gue dikitik-kitik abis siaran!’ “Dapat berapa juta, Na?”
Anak
Etna tersenyum pahit, “Lihat saja,
Dodol Tamat, 224
Mbak.” Sarah
Kos
merebut
amplop
yang
dipegang Etna dan melongok isinya. Busyet, 150 ribu perak! Buat beli apaan? Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
65
Kami terperangah. Anjir, tega juga tuh cowok! ‘Iya, iya tuh,’ Hugo langsung
Radikus
nyamber. ‘Dia bilang, waktu di NTB dulu
Makankakus,
temen-temennya baik-baik, gak pernah
52
ada yang ngomongin dia. Kalau di Jakarta tuh anaknya jahat-jahat suka ngomongin dia semua.’ ‘Anjrit. Gila lo.. lo sih! Ngomongin orang sampe ketauan orangnya gitu!’ gue bilang ke Hugo. Ehm,
ternyata
berakhir
sampai
kemalangan di
situ.
gw
gak Kambingjantan
Ceritanya , 59
kemaren si Muti minjem kamera gw, mo nonton Christmast pagean. Ok. Gw pinjemin deh. Dan tadi gw ketemu dia di MSN messenger. Dan pas lagi di tengah” chat gitu dia tiba” mengganti display picnya dia, vanilla yummy: DICK. gw: Hoh? vanilla yummy: *ganti display pic dia* sekarang... gambar apaan dik? gw: ANJROT. SIALANNNN. 2.
Buaya darat
“Buaya darat tuh orang! Berani macem-
Kok
macem sama sobat gua,” maki Rini.
Gue?, 48
Setelah beberapa menit dalam 3.
Buaya
Putusin
Kok Putusin
diam, Maya mengeluarkan foto Hari dan
Gue?, 56
meraih spidol hitam yang biasa digunakan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
66
untuk white board. “Dasar kadal! Cheater! Buaya!” Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli.
4.
Dasar buaya
Lagi-lagi dia mutusin telpon sebelum gue
Kok
sempet ngomong dan nyindir-nyindir dia
Gue?, 59
Putusin
lagi. Ini bener-bener ngeselin. DASAR BUAYA LO, HAR!
5.
6.
Dasar buaya darat
Huh! Dasar buaya darat gagal.
Chocoluv, 19
Jadi, copy-paste ceritanya? Ngga kreatif banget sih jadi orang.
Dasar kadal
“Gila, dia langsung mutusin telpon gue
Kok
sebelum gue sempet ngomong,” Maya
Gue?, 43
Putusin
tercengang. “Dia buru-buru gitu Rin nutup telpon. Ngakunya lagi rapat di himpunan.” “Huh rapat di himpunan dimana? Di Hongkong? Dasar kadal!” “Wooiii… kamu tidur ya, Dew? Dasar Anak
7.
Dasar kebo
kebo. Sempat-sempatnya!”
Dodol
Kos Kumat
Lagi, 142 “Orang macem Hari harus dikasih pelajaran tuh,” Rini geram. “May, udah 8.
Kadal gila
deh… Mendingan sekarang elu turun… Samperin tuh kadal gila yang katanya lagi rapat di himpunan. Penasaran gua pengen liat ekspresi dia.”
9.
Kadal
Tiba-tiba Maya dikagetkan dengan deringan handphone.
Kambingjantan , 34—35
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
67
--Beep beep— Muncul nama Prince Charming di layar. “Halo…” “Hai…” Hari. Si Penghianat. Suaranya tenang banget, seperti biasa. Kadal! ‘Badut, kau lepas dulu sana topengmu!
Radikus
Anak bayiku nangis lihat kau!’ kata si ibu
Makankakus,
tiba-tiba dari kejauhan.
20
Gue menggeleng-gelengkan kepala tanda tak setuju. 10.
Kampret
‘Takut kali, Bu,’ kata si anak,’Soalnya mukanya lebih jelek dari topengnya!’ Satu keluarga ketawa ngedenger celetukan si anak. Kampret. ‘Jadi… Elisabeth udah ngaku?’
Marmut Merah
Aha… Mampus lo kecebong kampret! Lo Jambu, 37 sudah terjebak dalam kegeniusan (dan 11.
Kecebong
keberuntungan) gue. Gue nahan ketawa
kampret
sebentar. Lalu gue berkata dengan penuh kemenangan, ‘Terima kasih, sekarang gue tahu lo dan Elisabeth adalah orang yang bertanggung jawab untuk surat ini.’ Yang paling parah, kemarin gw tidur dari
12.
Kerbau (Kebo)
jam 3 pagi sampe 5 sore. Yang berarti gw tidur 14 selama 14 jam! Kebo banget. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
68
Gw
menggosok
punggung
sambil Kambingjantan
menyanyi yang sumpah ancur. Karena gw , 58 menggosok
panggung
maka
gw
membelakangi shower, dengan kepala ngeliat ke bawah. Pas gw menaikkan kepala ke atas…. Ada
benda
kecil.
Lumayan
Berbentuk kotak. Di 13.
Kuda
kecil.
tengahnya ada
bolongan. Setelah gw mencerna gambar yang gw terima. Gw nyadar. Benda itu adalah kamera. JEPRET! Telat. Gw tereak. Gw: KUDAAAA LO JAAA!!!!!! Eja: *lari dari kamar mandi, masi ngakak* Bujug dah. Kurang asem. Klo mo ngambil poto
panas
gw
seharusnya
lewat
manajemen gw dulu dunk. vanilla yummy: huaahahahahhahahha
Kambingjantan,
gw: KUDA LIAR GORENG SAOS 59 Kuda liar 14.
MENTEGA.
goreng saos mentega
vanilla yummy: sumpah sakit perut gw. Dia mengganti display pic dari gambar temen”nya jadi gambar gw yang dipotret pas lagi mandi. Well, hal kayak gitu agak biasa aja sih Kambingjantan, sebenernya
15.
Kutu kupret
di
sini,
gw
aja
pernah 34—35
ninggalin cucian gw seperti itu untuk beberapa lama. Ok, akhirnya gw balik lagi ke kamar, gw nonton selama setengah Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
69
jam. Trus gw balik lagi ke tempat mesin cuci, eh gak taunya tuh kutu kupret belom ngambil” cuciannya yang udah selese dicuci itu! Tapi, perlu diingat, dengan kostum gue
Radikus
yang ketat itu, gaya lambaian tangan gue
Makankakus, 9
malah kayak robot. Bener-bener kaku. Sialnya, meskipun beberapa kali ngelambaiin tangan, eh bajajnya engga 16.
Monyet
juga berhenti. Tuh bajaj malah ngelewatin gue gitu aja dan muka si abang bajaj ngeliatin gue sambil mangap. ‘MONYET LO! GUE DOAIN GAK ADA BADUT LAIN YANG NAEK!’ Gue teriak penuh amarah. “Suittt suiwww… duh, gelap-gelap gini
Kok
kok pake kacamata item sih, lagi sakit
Gue?, 73
Putusin
mata yaaa…” goda salah satu seorang dari mereka yang disambut dengan riuh tawa teman-temannya. 17.
“Hahahahaa..”
Sapi
“Mau ngegaya ya? Nunggu mbesok siang dong mbak biar panas…” ujar seseorang dari mereka dengan logat Jawa yang medok. “Hahahahaha…” Sapi!
18.
Trenggiling
Ternyata… KELAS MATEMATIKA SI
Radikus
kampret
ALF TRENGGILING KAMPRET ITU
Makankakus,
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
70
KELAS BUAT ANAK-ANAK TEKNIK
173
LANJUTAN. Pantesan aja susah! Otak gue yang masih level sempoa gini dipaksa buat ngitung-ngitung tetek bengek kayak gitu.
Dalam penelitian ini ditemukan 18 ungkapan serapah yang bersumber atau berhubungan dengan jenis hewan. Kata-kata tersebut ada yang berbentuk kata dan ada pula yang berbentuk frase. Namun, ada salah satu kata—anjing—memiliki tiga jenis variasi bentuk, yaitu anjrit, anjrot, dan anjir. Hal ini merupakan salah satu bentuk variasi bahasa gaul. Selain itu, ada pula kata kuda yang digabungkan dengan kata lain sehingga membentuk ungkapan serapah baru. Kemudian ada pula kata kadal dan buaya yang masing-masing digabungkan dengan kata gila dan darat sehingga membentuk sebuah frase yang memiliki makna tersendiri. Hal ini menjadikan ungkapan serapah yang bersumber dari jenis hewan memiliki 21 jenis kata dan 46 kali kemunculan. Dari 21 jenis ungkapan serapah yang bersumber dari jenis hewan tersebut, ditemukan satu buah kata yang banyak digunakan, yaitu kata anjrit—yang merupakan variasi lain dari kata anjing—sejumlah 11 kali atau sebesar 24% dari total keseluruhan ungkapan serapah yang bersumber dari jenis hewan. Tabel 3.3.2.2 Frekuensi Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Hewan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1.
Anjing
1
2,17%
12.
Kadal gila
1
2,17%
2.
Anjir
1
2,17%
13.
10
21,7%
3.
Anjrit
11
24%
14.
1
2,17%
4.
Anjrot
2
4,34%
15.
Kampret Kecebong kampret Kerbau (Kebo)
1
2,17%
5.
Buaya
2
4,34%
16.
Kuda
1
2,17%
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
71
6.
Buaya darat
1
2,17%
17.
Kuda liar goreng saos mentega
7.
1
2,17%
18.
Kutu kupret
1
2,17%
1
2,17%
19.
Monyet
3
6,52%
9.
Dasar buaya Dasar buaya darat Dasar kadal
3
6,52%
20.
Sapi
1
2,17%
10.
Dasar kebo
1
2,17%
21.
Trenggiling kampret
1
2,17%
11.
Kadal
1
2,17%
Total
46
100%
8.
1
2,17%
3.3.3 Makhluk Halus Makhluk halus atau makhluk gaib digunakan sebagai ungkapan serapah karena sifatnya yang mengacu pada hal negatif atau buruk. Ungkapan tersebut digunakan untuk memaki atau menghina seseorang atas perlakuannya yang tidak menyenangkan atau karena kesalahan yang ia lakukan. Pada penelitian hanya ditemukan satu jenis makhluk gaib yang digunakan sebagai ungkapan serapah yang bertujuan untuk mengumpat, yaitu demit. Dedemit atau demit adalah jenis makhluk jahat atau setan dalam bahasa Jawa (KBBI, 2008:336). Dalam penelitan ini demit, muncul hanya sebanyak satu kali. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan kata demit sebagai ungkapan serapah. Karena penasaran, gw menyibakkan tirai shower gw. dan pas saat itulah gw melihat kepala Eja nongol dengan muka mesum sambil ketawa ngakak. KURANG ASEM. Ternyata, dia ngebuka kunci pintunya make koin. Demit (Dika, 2005:58). 3.3.4 Jenis Benda Penggunaan jenis benda sebagai ungkapan serapah digunakan untuk menghina atau merupakan pinjaman bahasa gaul karya Debby Sahertian sebagai ungkapan untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak bisa menjaga rahasia, seperti kata ember.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
72
Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari jenis benda dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.4.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Benda
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Iya nih, jangan ngikutin Juju ya Rin. Kok
Putusin
Gue?, 145
Punya pacar lebih dari satu.” “Ah, ngga apa-apa lagi. Yang ngga boleh itu kalo punya pacar lebih dari satu 1.
Ember
tapi ketauan.” “Kalo Emir tau bisa gawat tuh, Ju.” “Ah Sidik, ngga usah ember deh bo. Juju sih kalo sama Emir setia kok, kalo sama yang laen sih cuma iseng aja.”
2.
Kotak
“I’m Dika.”
Kambingjantan,
“Nice to meet u.. NIKE”
150
Pala lu kotak! Mabok” masi bolot juga. Pada penelitian ini, hanya ditemukan dua jenis benda yang digunakan sebagai ungkapan serapah, yaitu kata ember dan kotak. Penggunaan ungkapan serapah yang bersumber dari jenis benda ini tidak begitu sering digunakan terbukti dari frekuensi kemunculan kata-kata tersebut masing-masing hanya sebanyak satu kali.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
73
Tabel 3.3.4.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Benda
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Ember
1
50%
2.
Kotak
1
50%
2
100%
Total 3.3.5 Bagian tubuh
Anggota tubuh yang lazim diucapkan untuk mengekspresikan makian adalah anggota tubuh yang erat kaitannya dengan aktivitas seksual. Hal ini karena aktivitas seksual adalah hal yang bersifat pribadi dan dilarang dibicarakan secara terbuka kecuali dalam forum-forum tertentu (Wijana dan Rohmadi, 2006:122). Dalam penelitian ini hanya ditemukan satu kata yang bersumber dari anggota tubuh yang tabu atau berhubungan dengan aktivitas seksual, yaitu kata titit yang frekuensi kemunculannya hanya sebanyak satu kali. Berikut kutipan kalimat yang memuat kata titit tersebut. Jadi wiken kemaren gw menghabiskan total 15 jam naek Garuda Indonesia. Dan gw masi kesel banget ama Garuda, soalnya mereka (masih aja) telat mulu. Gak cocok ama namanya, burung garuda kan gagah, keren, gak pernah telat. Mendingan tuh maskapai penerbangan ganti nama aja pake nama burung” yang laen, Perkutut Indonesia kek ato Titit Indonesia sekalian. Huhuhuuh. *masi kesel (Dika, 2005:164). 3.3.6 Kekerabatan Sejumlah kata-kata yang mengacu pada hubungan anggota keluarga atau kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakek, nenek, dan sebagainya adalah sosok yang harus dihormati dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak jarang kata-kata semacam itu juga digunakan untuk menghina atau memaki seseorang dengan menambahkan partikel –mu di belakang kata tersebut, seperti kata mbahmu dalam kalimat Aku bergidik. “Sori ya! Aku sukanya cowok klimis tanpa bulu sehelaipun! Eh, kita kan sahabat. Tak hanya saling menjerumuskan tapi juga kudu saling Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
74
mengingatkan kayak gini. Kamu malas, aku rajin, aku rajin kamu malas… namanya keseimbangan kosmik!” Sofia menjulingkan matanya. “Apaan kosmik? Mbahmu!” (Rika, 2009:58). Kata ini hanya muncul sebanyak satu kali dan tidak ditemukan bentuk ungkapan serapah yang bersumber dari hubungan kekerabatan lainnya. 3.3.7 Profesi (Jenis Pekerjaan) Profesi seseorang, terutama profesi rendah dan yang diharamkan oleh agama, sering digunakan oleh para pemakai bahasa untuk mengumpat dan mengekspresikan rasa jengkelnya, seperti maling, sundal, lonte, dan sebagainya (Wijana dan Rohmadi, 2006:124). Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari jenis pekerjaan atau profesi dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.7.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Profesi
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Meski tidak terlalu jelas, Maya yakin
Kok
perempuan itu adalah Junissa Daniarti.
Gue?, 71
Putusin
Rambutnya lurus melebihi pundak. Tingginya mungkin sekitar 1.65 M, berkaki 1.
Dukun
panjang, mengenakan jeans biru gelap dan
(tukang pelet)
kaos pink ketat dengan lengan sesikut yang bertuliskan ‘COOL’ IS MY MIDDLE NAME. Tukang Pelet is YOUR middle name and that is not cool at all.
2.
Dasar tukang
“Atau…
jangan-jangan
yang Anak Kos Dodol Tamat, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
75
gosip
dipanggil Ibu oleh Rasti itu sebenarnya 252 kakaknya? Dia hamil sebelum menikah!” Aku menjotos lengannya. Dasar tukang gosip. Memang sih, Ibunya Rasti muda banget. Bagaimana nggak, ibunya menikah usia 14 tahun! Aku umur segitu masih ngompol kaleee… “… Perjanjiannya kan kalo tiramisu udah Kok
Putusin
jadi, gua baru ngasih tau informasi penting Gue?, 151 3.
Dasar tukang
yang gua dapet kemaren.”
peres
Maya
menarik
nafas
panjang,
tersenyum kesal, “Dasar tukang peres!” Maya melemparkan bantal ke arah Rini. Anaz:
OOHHHH!!
I
know
I
know.. Kambingjantan,
RAMBO kan? Iyahhh.. aku tau legenda 51 4.
Gembel
RAMBO itu.. di Kamboja itu… aku tahu.. Semua: Huakakakakkk… Gw: EH GEMBELLLL… Rambo itu kagak benerannnn! Aku, Tere, dan Sasha berulangkali mencoba Anak menghubungi majikan Betty, perempuan Dodol
5.
Penipu
yang tega menelantarkan peliharaannya. Si Lagi, 87
(tukang
Alisha yang sudah dua hari nggak pulang ke
ngibul)
kosan. Perempuan yang sudah bersumpah
Kos Kumat
bakal mengutamakan kepentingan Betty di atas segalanya. Huh, tukang ngibul! Dalam penelitian ini ditemukan 5 buah kata yang bersumber dari jenis pekerjaan, yaitu gembel, tukang ngibul, tukang pelet, tukang gosip, dan tukang peres. Dua jenis pekerjaan terakhir bergabung dengan kata dasar menjadi dasar tukang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
76
gosip dan dasar tukang peres. Kedua ungkapan ini secara harafiah bukan jenis pekerjaan yang wajar. Namun, penggunaan kata tukang menjelaskan bahwa kata tersebut memiliki makna layaknya sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Kelima pekerjaan tersebut bukanlah sebutan untuk sebuah jenis pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kelima kata tersebut digunakan sebagai ungkapan serapah. Dari kelima jenis pekerjaan tersebut, ada satu buah kata yang paling banyak muncul dan digunakan sebagai ungkapan serapah dalam novel-novel tersebut, yaitu gembel yang muncul sebanyak tiga kali atau 42,8% dari total ungkapan serapah yang bersumber dari jenis pekerjaan. Tabel 3.3.7.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Pekerjaan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Dukun (Tukang pelet)
1
14,3%
2.
Dasar tukang gosip
1
14,3%
3.
Dasar tukang peres
1
14,3%
4.
Gembel
3
42,8%
5.
Tukang ngibul
1
14,3%
7
100%
Total 3.3.8 Istilah Agama
Ungkapan serapah yang termasuk dalam jenis istilah agama adalah kata serapah yang berhubungan dengan agama atau hal gaib. Dalam penelitian ini ditemukan dua buah kata yang termasuk dalam ungkapan serapah yang bersumber dari istilah agama, yaitu sumpah dan jahanam. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari istilah agama dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
77
Tabel 3.3.8.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber yang Berkaitan dengan Istilah Agama
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Di sebelah kiri duduk Deta, temen
1.
Jahanam
Radikus
di majalah tempat gue kerja. Kebetulan kita
Makankakus,
baru dari Taman Mini Square untuk
149
ketemuan sama seorang penulis. Perut gue bergejolak lagi. Mampus. Pasti gara-gara pizza jahanam yang tadi gue makan. Sumpah yah, satu kelas gw langsung pada Kambingjantan, cekikikan semua ngeliatin gw yang dengan 108 tampang cengok, bego, lugu, dan tak
2.
Sumpah
berdaya berdiri di depan kelas sambil pelan” ngunyah kentang goreng dan bawa” kantong gede berisi kentang goreng di tangan kanan.
Agama bukanlah hal yang lazim digunakan sebagai ungkapan serapah. Pada penelitian ini istilah agama yang digunakan bukan berhubungan dengan Tuhan secara langsung melainkan hal-hal yang ada kaitannya dengan ajaran dalam agama. Istilah agama yang digunakan sebagai ungkapan serapah dalam penelitian ini ditemukan sebanyak dua buah, yaitu sumpah dan jahanam. Kata sumpah ditemukan sebanyak 11 kali atau 85% sedangkan kata jahanam hanya 2 kali atau 15% dari total yang bersumber dari istilah agama. Total kemunculan ungkapan serapah dari sumber ini berjumlah 13 kali.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
78
Tabel 3.3.8.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Istilah Agama
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Jahanam
2
15%
2.
Sumpah
11
85%
13
100%
Total 3.3.9 Jenis Makanan
Jenis makanan yang mempunyai sifat tertentu dan tidak disukai oleh sebagian orang, seperti lembek, pedas, atau atau terlalu manis merupakan referen dari penggunaan ungkapan serapah jenis ini. Bentuk-bentuk makanan tersebut diasosiasikan dengan sifat atau keadaan tertentu yang tidak menyenangkan baik dalam keadaan serius atau santai sebagai candaan (Yuwono, 2010:72). Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber jenis makanan dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.9.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Makanan
No.
1.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Dasar cewek
“Dasar cewek dodool… bisa-bisanya lupa Anak Kos barang sepenting ini! Padahal jam 7 besok Dodol Kumat Lagi, 214 mau dipakai! Kamu ini nggak berubah dari
dodol/ dasar
jaman KKN!”
cewek dudul
Anak-anak
melotot.
Orang
sakit
kok Anak
disuruh berenang? Ngetrek? Dasar cewek Dodol dudul! 2.
Dasar cowok pangsit
Kos Kumat
Lagi, 39
“Halah, dasar cowok pangsit! Nggak Anak Kos punya nyali. Tiru gue dong. Cool, calm, and Dodol Kumat Lagi, 165 confident. Kita ambil genteng pecah, ganti Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
79
baru gampang banget!” katanya menepuk dada. “Kebaca dari muka lo…”
Kamar Cewek,
“Udahlah, Ratu udah gede… dia bisa jaga
104
diri. Lagian, biarin ajalah, dia refreshing, kalian kan tau, gimana gentingnya 3.
Dasar dodol
hubungan dia dan keluarga Lang.” “Huhuhuhuhu, gara-gara akyu jugaaa kali yaaa, ngobrolin yang enggak-enggak di kasir waktu itu.” “Iya, gara-gara elo tuh, dasar dodol!” Lona menyeringai geli. “Heh, enak saja kucing kok namanya Ipung! Anak Terlalu kereeen! Robert Pattinson kek, Dodol
Kos Kumat
Matthew McCoughney!” aku nggak terima. Lagi, 90 Wong kecenganku yang item tapi manis itu 4.
Dodol
kan jauh lebih keren dari Cemot, huh. “Wedeew.. maksudku, kucing di kosannya si Ipung, dodol! Duuhhh… yang cinta mati!”
anak-anak
cekikikan.
Hiks,
keceplosan. Lalu, dengan perasaan riang gembira gw Kambingjantan, ngambil bantal dan gw taro di depan tipi. 7 5.
Sambal
Gw ambil DVD Silence of The Lamb, lalu
(Sambel)
memasukkannya ke DVD player gw…. sialnya… gantian DVD player gw yang rusaaaaaakkkkkkk…. SAMBELLLLL!!!!!
Dalam penelitian ini, ditemukan 3 jenis makanan yang dijadikan ungkapan serapah, yaitu dodol, pangsit dan sambal. Selain dapat berdiri sendiri, kata dodol juga Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
80
dapat digabungkan dengan kata lain, seperti kata dasar dan cewek sebagai penekan. Kata dodol juga ditemukan mengalami perubahan fonotaktik menjadi dudul yang digunakan dalam ungkapan serapah dasar cewek dudul. Kemudian kata pangsit disandingkan dengan kata dasar dan cowok yang juga berfungsi sebagai penekan menjadi dasar cowok pangsit. Kehadiran ungkapan yang menggunakan kata dasar dan mengalami perubahan fonotaktik menjadikan ungkapan serapah yang bersumber dari jenis makanan berjumlah 6 buah. Kemunculan ketiga jenis makanan ini sangat jauh berbeda. Para penulis tersebut lebih banyak menggunakan kata dodol sebagai ungkapan serapah dari pada kata pangsit dan sambal. Kemunculan kata dodol mencapai jumlah 16 kali sedangkan kata pangsit dan sambal hanya 1 kali. Tabel 3.3.9.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Makanan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Dasar cewek dodol
1
5,26%
2.
Dasar cewek dudul
1
5,26%
3.
Dasar cowok pangsit
1
5,26%
4.
Dasar dodol
2
10,53%
5.
Dodol
13
68,43%
6.
Sambal (sambel)
1
5,26%
19
100%
Total 3.3.10 Keadaan Makanan
Kurang asem adalah salah satu bentuk ungkapan serapah yang telah lama digunakan. Kata ini merupakan frase dari bahasa Betawi yang memiliki kesamaan arti dengan kata kurang ajar. Pada perkembangan saat ini, ungkapan serapah yang memiliki referen keadaan makanan muncul dengan bentuk lain, seperti basi dan garing. Dalam penelitian ini ditemukan tiga buah ungkapan serapah yang bersumber dari keadaan makanan, yaitu asem, basi dan kurang asem. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
81
Di bawah ini adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber jenis makanan dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.10.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Makanan
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Boro-boro, Mbak. Etna tuh kudu makan Anak
Kos
dulu di kampus sebelum ke sini. Dia mah Dodol
Tamat,
hanya suguhin aqua gelas, gimana pun 225 lamanya meeting,” Etna menyusut matanya. “Kita
pulang,
yuk…
aku
traktir
gorengannya Mbak Nem saja ya? Maaf ya, 1.
Asem (Asam)
Mbak.. aku kelewat ge-er.” “Buset, pelit amat! Enggak jadi naksir aku ah!” kata Sarah naik ke motornya. Asem. Ada yah makhluk yang setega ini? Kayak apa sih orang yang namanya Sofyan itu? kalau ketemu bakal kami keroyok.
2.
Basi
Oh.. okay.. Sorry aku gak tau kalo kamu
Kok
rapat, abis handphone-nya gak mati.”
Gue?, 58
Putusin
“Iya, aku lupa banget matiin. Makanya telpon kamu masuk.” Masih mo ngadalin gue nih, Har? BASI tau nggak!
3.
Kurang asem
Karena penasaran, gw menyibakkan tirai Kambingjantan, shower gw. dan pas saat itulah gw melihat 58 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
82
kepala Eja nongol dengan muka mesum sambil ketawa ngakak. KURANG ASEM. Ternyata, dia ngebuka kunci pintunya make koin. Demit. Tidak hanya kata basi—yang umum digunakan sebagai ungkapan serapah— tetapi ditemukan pula kata seperti kurang asem—serapah dalam bahasa Betawi yang telah lama digunakan—dan asem. Kata yang bersumber dari keadaan makanan ini muncul tidak sebanyak kata basi. Masing-masing kata tersebut memiliki frekuensi kemunculan sejumlah 5 kali (basi dan asem) dan 2 kali (kurang asem). Tabel 3.3.10.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Keadaan Makanan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Asam (asem)
5
41,67%
2.
Basi
5
41,67%
3.
Kurang asem
2
16,66%
12
100%
Total 3.3.11 Sifat Manusia
Sifat manusia merupakan rujukan yang paling banyak menghasilkan ungkapan serapah dalam penelitian ini. Kata-kata seperti gila, goblok, bodoh, bego, dongo (dungu), kurang ajar telah lazim digunakan sebagai ungkapan serapah yang telah dibakukan dalam kamus-kamus bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut digunakan untuk mengungkapkan kekesalan terhadap kawan tutur atau dapat juga sebagai celaan yang bertujuan untuk membuat suasana keakraban dalam situasi tertentu. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
83
Tabel 3.3.11.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Sifat Manusia
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Iihh.. Tiara, gua ngga nyangka,
Kamar Cewek,
deh. Pantes dari tadi kok berasa
156
ada demit di sini. Ternyata eloooo!” Lagi-lagi Ratu dengan komentar gilanya.… “Heran, deh, perempuan yang 1.
satu ini, bawel banget sih!” Ratu
Bawel
protes. “Gue ngga ada janji ketemu cowok hari ini. Jadi buat apa mandi? Lagiannn… aduuhhh, please, deh, Hon. Gue ngga mandi aja cowok-cowok dari tadi ngelirik gue terus.” Ada apa, Ras? Kamu kenapa kemakan Anak
2.
Bego
rayuan cowok buaya darat, air, dan Dodol udara itu? Bego!” semprotku
Kos Kumat
Lagi, 15
Hebat banget??!! HEBAT BANGET??? Kambingjantan, Iyah kalo ada perlombaan bolot”an 117—118 3.
Benci (bencih)
kaga-bangun-oleh-suara-jam-weker trus ge jadi juara satu dapet bantal berlapis emas mah baru bisa dibilang hebat banget. Bencih aku. Benciihhh. Nahh.. salah satu sistem keamanannya Kambingjantan,
4.
Binal
adalah, buat masuk pintu paling depan 31 apartemen gw, gw harus ngasih liat Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
84
kartu akses gw ke mesin keamanan, baru bisa masuk dan naik ke lift… dan gw lupa membawa kartu binal itu turun!!!! Buset… saking lapernya kali yah? “Ini sepatu mahal mbak e, tahan di Anak segala cuaca!” katanya manis.
Dodol
Kos Kumat
Aih, namanya saja orang jualan! Bodoh! Lagi, 66 Sofia terbahak puas. “Hahahahhaa… alasanmu
dangkal
banget!
Sudah
kuduga, Dedew tak kan semudah itu insap. “Ratuuuu… bersahabat
kamu dikit
tuh!
sama
Cobalah Kamar Cewek,
orang-orang, 40
masa sih udah enam bulan, temen-temen 5.
Bodoh/Bodo
kantor kamu, ya, sesama junior aja.” “Bodo ah. Gue nggak cocok sama pergaulan mereka.” “Gak harus cocok buat beramah tamah. Kamu tuh kayak orang autis deh ngomong-ngomong,
di
mana-mana
sibuk sama dunianya sendiri dan gak bersosialisasi.” “Bodo.” “Ya udah, cabut, yuk. Anak-anak udah pada nungguin.” Alhasil, dengan begitu kartu nama gue Marmut Merah 6.
Cupu
jadi: RADITYA DIKA – PENYIDIK Jambu, 26 UTAMA
dengan
gambar
Garfield Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
85
tiduran di pojok kanan atas. Cupu abis. Gue buru-buru nutup kaca mobil
Radikus Makankakus, 13
sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Mereka masih ngejar-ngejar. Malah, meskipun temen-temennya yang 7.
Dasar badut
laen udah nyerah dan berhenti, masih
bego
ada satu anak tuyul yang tetep kekeuh loncat-loncat di samping kaca mobil. Yah, akhirnya sih si tuyul berhenti, berteriak, ‘DASAR BADUT BEGO!’
8.
Dasar cewek berantakan
Daan.. aku juga sempat membongkar Anak arsip foto-foto yang terlantar di dalam Dodol lemari lho! *dasar cewek berantakan!
Kos Kumat
Lagi, 16
“Suuiittt… suiitt… mau dong Anak Kos aku booking jadi istri!” celetuk Kodir Dodol Tamat, kurang ajar. 9.
Dasar cowok
199
Tapi, begitu Sarah melotot dia kabur masuk kosan. Dasar cowok
cemen
cemen. Ibu kos sebelah, mba Apik, dan anak-anak kosannya langsung sibuk bisik-bisik, bergosip panas. Huhuhu… setelah 15 menit meyakinkan Kambingjantan, kedua asisten ibuku, akhirnya mereka 18 10.
Dasar gendeng
percaya kalo gw ini bukan setan dengan dan ga jadi manggil polisi… dasar gendengggg!!!! Nasib gw sial banget yah hari ini?
11.
Dasar gila
“Cewek itu.. pacarnya Hari ya, May?” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
86
Beberapa saat Maya diam, tidak menjawab pertanyaan Rini. Ada awan hitam mengambang diatas kepala. Ini seperti mimpi buruk. … “Iyah kali, Rin…” jawab Maya lemah. “Dasar gila tuh orang!” “Nah itu dia, Rin. Sorry banget
Kok Putusin Gue?, 99
gue nggak bisa.” “Mau ngapain? Besok-besok elu 12.
Dasar giling
mau nyewa sniper ya?” “Hahahaha… Yah, dalam pertimbangan.” “Dasar giling!” “Ngg.. maaf Ne, Vera sudah bilang ke Anak anak-anak kalau dia yang bakal bayarin Dodol
Kos Kumat
iuran gas! Dan semuanya kegirangan..” Lagi, 31 13.
Dasar licik
timpal Anggi takut-takut, bersembunyi di belakangku, hihi. “What the? Dasar licik, menggunakan kekayaannya untuk menyogok kaum jelata!”
Dasar 14.
mahasiswi nakal
15.
Dasar pelit
“Nah gitu dong, jadi kan ngga Chocoluv, 101 bolos kuliah lagi. Dasar mahasiswi nakal!” Nadin lalu dengan bahagia cekikikan di sana. “Duh, kalau lagi emosi bawaannya Anak pengen menghabiskan air segalon!” kata Dodol
Kos Kumat
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
87
Tere.
Lagi, 105
“Ih, padahal kalau di kosan, minum ari galonnya irit-irit!” ledekku. “Dasar pelit!” “Iya juga sih, belum lagi kamu Anak Kos kudu tanda tangan surat perjanjian Dodol Tamat, 286 pinjam barangnya, hihihi. Tapi, dengan pakaian rapi itu berarti kamu harus 16.
Dasar pemalas
melakukan hobimu… menyetrika!” “Huhuhhuu. Besok saja, ah. Pagi-pagi
sebelum
berangkat
wawancara!” “Dasar pemalas!” serang Tere dengan muka masih memerah lombok. Setelah
capek
wara-wiri,
akhirnya kami nongkrong di Dunkin’ Donuts. Edgar mulai merengek entah 17.
Dasar tante durhaka
kehausan atau kecapaian jadi penghibur *ditowel orang melulu. Mana Okti cuek banget lagi maenan hape. Dasar tante durhaka. Aku keringetan menenangkan bayi ndut itu. Nasib, jadi mbok emban bergaji donat Dunking, hiks. Mad chat in a hat Dia: Dick, nyanyiin lagi donk lagu yang
18.
Geblek
kemaren
itu,
yang
ada
Kambingjantan, 126
tormento-
tormentooo.. Gw: Eh?? Yang ada bagian “u say”-nya itu yah? Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
88
Dia: iyaah.. gw ingetnya da tormentonya dehh.. Gw: itu TOMATO, geblek. “Tapi gila, yah, harganyaa… jalan
Kamar Cewek,
miskin secara instan, ya, beli produk-
175
produk kecantikannya Unique.” Ratu kembali menyulut rokok. 19.
Gila/Giling
Eh giling… lo onlen lama gini apa ngga Kamar Cewek, 102 mahal? Jangan lupa liat penghitung waktu pemakaiannyaaaa… gue tau di sana warnetnya mahal banget, pake standar bulelebo gitu… “IIIHHH… ini penghinaan kelas
Kamar Cewek,
beratttt.”
159
“Hahahahahhahahaaa… makan tuh tampil cantik.” Lona tertawa bahagia. Aku superkesal melihat tingkah mereka. Kesal (kesel)/ 20.
superkesal
“Ihhh… kesel, kesel, kesel!” “IIIHHH… ini penghinaan kelas
Kamar Cewek,
beratttt.”
159
“Hahahahahhahahaaa… makan tuh tampil cantik.” Lona tertawa bahagia. Aku superkesal melihat tingkah mereka. “Ihhh… kesel, kesel, kesel!” Dan bagi gue, sebuah bahasa yang memberikan jenis kelamin terhadap 21.
Konyol
setiap benda itu tidak bisa dianggap
Cinta Brontosaurus, 104
menarik, konyol banget malah. Kenapa meja dikategorikan sebagai laki-laki? Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
89
Apakah setiap meja punya titit nongol di bagian bawah? Kesal. Marah. Sebal. Semua rasa itu
Kok
membuat kening Maya berkerut. Ia
Gue?, 68
Putusin
berteriak memaki Hari. Selama ini ternyata Hari telah membohonginya. 22.
Mug yang berisi kopi nyaris terjatuh
Kurang ajar
saat Maya menggebrak meja keraskeras. APAAAAAA?! Gue? Demit? Sialan!!! Kurang ajar!!! Jadi, kalau kami ke Burjo, jalannya Anak Kos enggak pernh bareng apalagi gandengan Dodol Tamat, tangan. Tere atau Alisha memilih 23 menyeberang
atau
jauuuhh…
di
belakangku. Duh, lebay deh ah kalian. Pokoknya, penampilanku enggak 23.
Lebih (lebay)
banget deh. Kalau mamaku sampai melihat penampakanku saat itu, aku pasti langsung dipaketin pulang ke Palembang pakai super-ekspres, sehari nyampe. Beraninya memalukan nama baik
keluarga
turun
temurun!
*di
banned dari daftar penerima angpau lebaran. Sekarang aku, Lona, dan Safina 24.
Norak
menyerang oleh-oleh lucu tersebut
Kamar Cewek, 105—106
bagaikan ikan piranha di Sungai Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
90
Amazon menyerang daging segar. Gerakan kami menimbulkan keributan. Beberapa kepala menoleh dengan tatapan terganggu. “Gals, please deh… norak tau…” Ratu mendelik. Kami bertiga terkekeh. Aku melongo. “Heeh.. buat isi rumah? Anak Memangnya kamu mau kawin bulan Dodol
Kos Kumat
depan? Itu sih bukan berpikiran jangka Lagi, 95 panjang namanya Ras, tapi boros! Mending duitnya buat beli keperluan 25.
Nyolot
lain yang mendesak, buku kuliah kek, komputer, atau ntraktir aku sepatu Gosh!” Rasti mendengus. “Ihh.. kok kamu yang nyolot! Ini kan uangku sendiri bukan uang bapakmu, weeeekkk “Itu, si Udin, anak kelas sebelah. Dia
Anak
mau kok datang tiap hari merawat kebun Dodol anak-anak, asal duitnya memuaskan,”
Kos Tamat,
112
saran Elsa sambil menyebut nominal jasa Udin. 26.
Pelit
Gila! Mahal juga tarif Udin! Enggak sesuai dengan namanya yang ndeso, ups… membumi! Alisha mencibir. “Idih, mending duitnya aku pakai beli baju dan makan demi program menggemukkan bodi, El.” “Pelit lu! Daripada saban hari turun Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
91
kebun, ntar ada jin botol nyolek-nyolek lho,” cetus Elsa sewot. “Rese lu, Dew! Jangan membuatku Anak 27.
teringat berat badan dong, bikin nafsu Dodol
Rese
Kos Kumat
makan surut saja!” balas Tere semakin Lagi, 90 aktif mengunyah. “Huhuhu, ingat! Akyu belum pernah Kamar Cewek, punya
pacar…
Sebaaalll!”
Safina 6
merajuk. “Hey. Sudahlah…, sama, saya juga 28.
Sebal (sebel)
nggak punya pacar.” Tiara memeluk Safina. “Tapi, at least, kamyu kan pernah pacaran?” “Iya sih Saf. Emang mending saya ke mana-mana.” “Kambing guling kaleee..” kata Anna Anak sewot. Ia mengendus-endus rambut dan Dodol
Kos Kumat
bajunya yang kebauan asap masakan Lagi, 30 tumis cumi kangkung. Kamarnya kan termasuk paling dekat dengan TKP 29.
Sinting
hingga ia selalu jadi korban asap kiriman chef kesasar. “Mbaak, akhirnya aku berhasil keramas setelah sejam mengantri kamar mandi… eehh, tuh malah kirimin asap pagi-pagi! Sinting!” teriaknya emosi. “Gimana mau kuliah coba kalo kek gini?”
30.
Sok tahu
‘Fine? Hehehhee..’ Gue ketawa kecil.
Cinta Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
92
(sotoy)
‘What?’
Brontosaurus,
‘No, it’s just… the way you say “fine”.
51
Doesn’t sound fine enough for me.’ Dia diem sebentar, ‘Well, in our life there’s always some problem, mate.’ ‘Love problem?’ Gue nanya. Yes, sotoy abis. Mendingan gue tutup mulut deh daripada nyerocos sotoy dan end up digampar bolak-balik sama bule kandidat pemenang WWF ini.. ‘Kok diem?’ tanya Dora. ‘Gue berani Marmut Merah Jambu, 30—31
bayar mahal.’ Begitu gue mau membuka suara, Bayu tiba-tiba nyamber, ‘Goceng.’ ‘Sip. Goceng,’ kata Dora sambil mengeluarkan 31.
Tolol
memberikannya
gocengan kepada
dan
Christopher.
Dora pun pergi. Hening. ‘Goblok lo, tolol!’ jerit gue. ‘Kenapa goceng? Goceng kita bagi empat masing-masing juga cuman dapet seribu dua ratus lima puluh, bego!’ Berdasarkan klasifikasi di atas, ditemukan 31 ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia. Dari kata-kata tersebut, tiga di antaranya memiliki variasi lain, seperti kata gila yang memiliki variasi giling, bodoh yang memiliki variasi bodo, dan kesal yang memiliki variasi superkesal sehingga total jenis kata serapah dari sumber ini adalah 34 buah. Selain itu, kata-kata serapah tersebut ada pula yang disandingkan dengan kata dasar dan kata penjelas lain, seperti badut, cowok, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
93
dan cewek. Penggunaan kata-kata tersebut sebagai penekanan atas serapah yang mereka ucapkan. Ungkapan serapah yang paling banyak muncul adalah kata gila dengan frekuensi kemunculan 45 kali atau sejumlah 34,35% dari 131 kali jumlah kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia. Tabel 3.3.11.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Sifat Manusia
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1
0,76%
4
3,05%
1.
Bawel
1
0,76%
18.
2.
Bego
13
10%
19.
Ungkapan Serapah Dasar tante durhaka Geblek
3.
Benci (bencih)
1
0,76%
20.
Gila
45
34,35%
4.
Binal
2
1,52%
21.
Giling
3
2,30%
5.
Bodo
10
7,63%
22.
Kesal (kesel)
4
3,05%
6.
Bodoh
2
1,52%
23.
Konyol
1
0,76%
7.
Cupu
1
0,76%
24.
Kurang ajar
1
0,76%
1
0,76%
25.
Lebay
1
0,76%
1
0,76%
26.
Norak
3
2,30%
1
0,76%
27.
Nyolot
1
0,76%
1
0,76%
28.
Pelit
1
0,76%
No.
11.
Dasar badut bego Dasar cewek berantakan Dasar cowok cemen Dasar gendeng
12.
Dasar gila
4
3,05%
29.
Risih (rese)
7
5,34%
13.
Dasar giling
1
0,76%
30.
Sebal (sebel)
4
3,07%
14.
1
0,76%
31.
Sinting
7
5,34%
1
0,76%
32.
Sok tahu (sotoy)
3
2,30%
16.
Dasar licik Dasar mahasiswi nakal Dasar pelit
1
0,76%
33.
Superkesal
1
0,76%
17.
Dasar pemalas
1
0,76%
34.
Tolol
1
0,76%
131
100%
8. 9. 10.
15.
Total
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
94
3.3.12 Kekurangan Fisik Manusia Kekurangan fisik manusia merupakan jenis klasifikasi untuk kata yang mendeskripsikan keadaan tidak baik atau tidak menyenangkan pada keadaan fisik manusia. Dalam penelitian ini ditemukan satu buah kata ungkapan serapah yang bersumber dari kekurangan fisik manusia, yaitu jelek. Selain berdiri sendiri, kata jelek juga ditemukan bersanding dengan kata dasar yang berguna sebagai penekan. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari kekurangan fisik manusia dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.12.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Kekurangan Fisik Manusia
No.
1.
2.
Ungkapan Serapah Dasar jelek
Jelek
Judul Buku,
Kalimat
Halaman
Tere melirik dengan tatapan membunuh.
Anak
“Aku sudah mandi kembang tujuh rupa,
Dodol
dasar jeleekkkk!”
139
Ratu jeleeekkk…
Kamar Cewek,
Bagus ya liburan. Gue dong, baru kemarin
96
Kos Kumat,
taun baru, sekarang udah masuk gawe lagi. Ugh, nistanya. So, how’s the vacation, dear?
Dalam penelitian ini, penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan keadaan fisik manusia tidak banyak, yaitu dua buah kata. Frekuensi kemunculan kata jelek dan dasar jelek masing-masing sejumlah satu kali. Berikut ini tabel frekuensi kemunculan ungkapan serapah bersumber dari kekurangan fisik manusia.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
95
Tabel 3.3.12.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Kekurangan Fisik Manusia
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Dasar jelek
1
50%
2.
Jelek
1
50%
2
100%
Total 3.3.13 Tiruan Bunyi
Penggunaan tiruan bunyi seperti cuih, hueks, dan argh sebagai ungkapan serapah telah lazim dilakukan. Bunyi tersebut bersumber dari tiruan bunyi artikulasi manusia ketika melihat hal yang tidak menyenangkan, menjijikan, atau ekspresi kemarahan terhadap sesuatu. Kini, tiruan bunyi tersebut berkembang dengan kehadiran bunyi lain, seperti gubrak, gedubrak, atau gedumbreng sebagai tiruan bunyi benda jatuh dan jeger sebagai tiruan bunyi dua buah benda keras yang bertubrukan. Selain itu, ada pula kata tulalit sebagai tiruan suara nada sambung telepon yang menandakan sambungan tersebut terputus (tidak menyambung). Kata tulalit tersebut digunakan sebagai ungkapan untuk mencela seseorang yang tidak menyambung saat diajak berbicara. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari tiruan bunyi dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.13.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Tiruan Bunyi
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Begitu gue sadar bahwa SMS itu telah Marmut Merah 1.
Gedubrak
terkirim, gue stres. Apa yang barusan gue Jambu, 61 lakuin? Gue gak berani ngeliat hape, karena takut
jawabannya
tidak,
atau
Ina Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
96
menganggap gue aneh. Gue menaruh hape gue terbalik, gak berani ngeliat sama sekali. Setelah mondar-mandir dengan perasaan was-was gue akhirnya kembali lagi ke hape. Gue lihat nama pengirimnya: Ina. Gue makin stress. Gue memberanikan membuka inbox dan ngeliat jawaban dari Ina: ‘Ini siapa?’ Gedubrak. Gue lupa ngasih nama. Gue bales, ‘Mutun.’ Lima meter dari tempat saya duduk, ada Chocoluv, 9 laki-laki berambut cepak yang mengenakan kemeja putih kotak-kotak dan jeans hitam gombrong. Lumayan ganteng juga sih…, tapi…, 2.
Gedumbreng
eh!
Bentar…,
bentar….
Kok
kayaknya saya ken… HUAAA!!! GEDUMBRENG! Saya nyaris berdiri dari posisi duduk nyaman tadi. Ada Bambang!!!! Mantan pacar yang sangat menyebalkan.
3.
Gubrak
Keesokan harinya nyokap gue dateng.
Cinta
Nyokap gue karena saking paniknya
Brontosaurus,
langsung terbang dari Jakarta ke Adelaide.
81
Gue masih tergeletak lemes. Nyokap gue dateng dengan rasa khawatir sambil bilang, ‘Tenang, Kung, sekarang ada mama. Kamu gak usah khawatir. Mama di sini nemenin kamu.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
97
Hati menjadi riang dan senang. Setengah jam kemudian, dia ngeliatin gue terus bilang. ‘Kung, tempat shopping udah pada buka belom, ya? Pengen shopping nih.’ Gubrak. ‘Jadi soal untuk ulangan susulan kali Cinta
4.
Jeger
ini,’ Ibu Ambarwati berdiri dari meja guru,
Brontosaurus,
‘soalnya adalah, tuliskan angka satu sampai
105
seratus dalam bahasa Prancis.’ Jeger. Gimana gue mo nulis angka satu sampe seratus. Angka satu aja gue kaga tau bahasa Prancisnya apaan! “Christian Bautista cakep banget, ya, di
Kamar Cewek,
Jomblo?” seru Tiara.
117
“Heh? Christian Bautista? Main Jomblo?” Ratu berhenti berjalan, menoleh ke arah Tiara dengan pandangan “Nggak salah orang?”—dan bertahan dalam posisi demikian selama beberapa detik. 5.
Tulalit
Kemudian gue, Ratu, dan Safina ngakak. Ni anak pasti tulalit lagi, deh. “Kenapa sih?” “Maksud lo, Christian Sugiono kaleeee…” Gue mendorong bahu Tiara. “Oh, bukan Bautista, ya?” Tiara cengarcengir. Aduh, Miss Bolot ini… Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
98
Kelima kata tiruan bunyi tersebut, memiliki frekuensi kemunculan yang berbeda. Tiruan bunyi yang paling banyak muncul adalah kata gubrak dengan jumlah kemunculan sebanyak 4 kali atau 44,44% . Selanjutnya, di urutan kedua terbanyak muncul adalah kata jeger sebanyak dua kali dan diikuti dengan kata gedubrak, gedumbreng, dan tulalit dengan jumlah kemunculan satu kali. Jumlah kemunculan ungkapan serapah bersumber dari tiruan bunyi mencapai 9 kali. Tabel 3.3.13.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Tiruan Bunyi
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Gedubrak
1
11,11%
2.
Gedumbreng
1
11,11%
3.
Gubrak
4
44,45%
4.
Jeger
2
22,22%
5.
Tulalit
1
11,11%
9
100%
Total 3.3.14 Emosi
Kata-kata emosi menunjukkan suasana hati penutur kepada kawan tutur atau diri sendiri. Dalam hal ungkapan serapah, suasana hati lazimnya tidak menyenangkan (Yuwono, 2010:68). Pada perkembangan saat ini, ungkapan serapah yang bersumber dari bentuk emosi seseorang muncul dengan berbagai variasi, seperti pemendekan, perubahan fonotaktik, dan emotikon yang muncul seiring dengan efisiensi penggunaan bahasa karena kehadiran Short Message Service (SMS) pada telepon seluler. Dalam penelitian ini, ditemukan 4 buah kata yang mendeskripsikan perasaan atau suasana hati manusia yang tidak menyenangkan dalam menghadapi atau mengomentari sesuatu hal, yaitu bete (bad time/boring time), ilfil (ilang feeling), kasihan deh lo (cucian deh lo), dan cape deh.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
99
Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari emosi dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.14.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Emosi
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Bete deh ih! Kalo lagi buru-buru pastiii
Kok
ada aja yang aneh-aneh,” sungut Maya. Ia
Gue?, 38
Putusin
mengarahkan mobil ke sisi trotoar. 1.
Bete
“Udah.. tenang aja. Tuh, untung ban mobilnya kempes deket tukang tambal ban,” Rini menunjuk sebuah kios tambal ban di tepi Jalan Siliwangi.
2.
Ilfil
Gue selalu grogi dengan hal-hal seperti ini.
Cinta
Untungnya gue gak punya masalah berat
Brontosaurus,
seperti kontrol pembuangan, gak seru aja
90
tiba-tiba kalo gue lagi nembak Cyn terus tau-tau creeeeettt creeettt eh kecepirit di clana. Bisa-bisa nanti dia ilfil. “Awas kowe. Kalau aku sih, bukan Anak Kos masalah kucingannya, Sar. Tapi, makan di Dodol Tamat, situ tuh enggak kenyang. Tahu sendiri kan 127
Kasihan deh 3.
loe/ Cucian deh lo
porsinya seiprit! Pulang makan dengan Rivan, pasti harus makan di burjo lagi. Kalau
enggak
dituruti,
malam-malam
cacingku bisa memberontak… Mbok’e, mbok minta makan..” Sarah tergelak. “Kasihan deh, loe! Enggak ngirit Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
100
deh, hahahah!” Yak, waktu si Agnes masuk SMU, dia gak berhenti-berhenti cerita gimana stress dan menderitanya dia dalam
Cinta Brontosaurus, 122
menghadapi masa MOS. …. Gue yang waktu itu ngedenger ceritanya Agnes cuman bisa manggutmanggut sambil bilang, ‘Cucian, deh, lo.’ Dalam penelitian ini, ditemukan tiga jenis kata yang bersumber dari bentuk emosi manusia. Saat dalam keadaan emosi, manusia cenderung mengeluarkan kekesalan, kesedihan, atau kekecewaan dengan menggunakan kata-kata tersebut. Kata bete dan ilfil merupakan akronim dari kata bad time atau boring time dan ill feel. Namun, kini kata ilfil lebih dikenal sebagai akronim dari kata hilang feeling yang berarti tidak memiliki rasa simpati atau suka terhadap sesuatu. Selain itu, ada satu buah frase, yaitu kasihan deh loe yang memiliki bentuk lain menjadi cucian deh lo. Frase cucian deh lo lebih banyak muncul untuk digunakan sebagai ekspresi mengejek atau mencela seseorang karena kemalangan yang menimpa diri orang tersebut. Dengan kemunculan frase cucian deh lo, jumlah jenis ungkapan serapah dari sumber ini adalah empat buah. Jumlah kemunculan keempat kata tersebut masing-masing adalah 5 kali (bete), 3 kali (cucian deh lo dan ilfil), dan 1 kali (kasihan deh lo). Total kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari emosi ini berjumlah 12 kali. Tabel 3.3.14.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Emosi
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Bete
5
41,67%
2.
Cucian deh lo
3
25%
3.
Ilfil
3
25% Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
101
4.
Kasihan deh lo
Total
1
8,33%
12
100%
3.3.15 Nama Tokoh Nama tokoh yang digunakan sebagai ungkapan serapah umumnya adalah nama para pelawak yang memiliki karakter atau ciri khas tertentu dalam berperan. Misalnya, Oneng, tokoh perempuan Betawi dalam serial komedi Bajaj Bajuri yang lambat bereaksi dan berpikir. Kemudian kata oneng dijadikan celaan untuk orang yang lambat dalam berpikir. Selain itu, ada pula Bokir, seniman Betawi, yang mempunyai ciri khas penampilan mulut menganjur ke depan dan mempunyai sifat lambat berpikir (Yuwono, 2010:79). Kata bokir digunakan untuk menghina seseorang apabila memiliki kemiripan penampilan fisik seperti tokoh Bokir tersebut. Adapula kata jayus berasal dari nama seorang komedian, Djajusman Soepadmo, yang tidak lucu ketika melawak. Kata jayus ditujukan bagi orang yang ingin melawak, tetapi lawakannya tidak lucu. Dalam penelitian ini, saya menemukan hanya satu buah nama tokoh yang digunakan sebagai ungkapan serapah, yaitu kata bolot referen dari seorang pelawak Betawi yang memiliki kekurangan pada indera pendengarannya. Kemudian bila ada seseorang yang kurang mendengar ketika diajak berbicara, orang tersebut diejek dengan sebutan bolot. Kata bolot muncul sebanyak 5 kali dalam 13 novel tersebut. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan kata bolot sebagai ungkapan serapah. Satu hal yang gw ga bisa lewatkan di Jakarta adalah ngobrol ama nyokap + bokap gw di meja makan. Klo kita bertiga udah ngumpul di meja makan, apa aja bisa kejadian. Kemaren pas kita lagi ngobrol”… Nyokap: (lagi di tengah” ngobrol) iyahh.. tau gak Dik.. masa yah dia tuh bolot banget! (Dika, 2005:183). 3.3.16 Pengalaman Negatif Manusia Kata yang bersumber dari pengalaman negatif manusia adalah kata-kata bermakna negatif bersumber dari pengalaman tidak menyenangkan yang pernah Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
102
dialami oleh seseorang. Kata yang lazim digunakan sebagai ungkapan serapah, yaitu mampus dan mati. Pada perkembangannya saat ini, kata-kata tersebut semakin bervariasi dengan munculnya penggunaan kata dasar sebagai penekan. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari pengalaman negatif manusia dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.16.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Pengalaman Negatif Manusia
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Pak Prayit adalah guru seni rupa kita. 1.
Marmut
‘Kenapa gak sekarang?’ tanya Dora.
Capai deh
Merah
Bayu terdiam lama. Lalu dia bilang, Jambu, 28
(Cape deh)
‘Ya udah, sekarang aja.’ Cape deh. Sejak putus sama Toni, ya gitu..gue jadi Kamar seneng dan sering bikin cowo patah hati. Jalan Cewek, 15 beberapa kali. Kasih perhatian-perhatian dikit dan langsung gue tinggal. Besoknya udah ada
2.
Dasar cowok
sepuluh missed calls di handphone gue. Inbox penuh sama SMS-SMS kangen. Udah ada sebuket bunga di atas meja kerja plus diselipin kartu dengan kata-kata romantis. Alah! Dasar cowok! Kalau dalam situasi biasa sih, dia menghilang Anak
Kos
seminggu juga nggak bakalan ada yang nyari Dodol 3.
Dasar ibu tiri
*kecuali Pak Say kalau mau nagih bayar Kumat Lagi, kosan,
hihi..
Tapi
ini…
dia
keluyuran 87
meninggalkan buah hatinya di kosan. Dan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
103
tetangga kamarnya yang kena batunya kudu merawat Jeng Betty! Dasar ibu tiri! “Sial, percuma gua ngabisin duit buat traktir lu Anak 4.
Dasar kampungan
Kos
pada. Ini balasannya, dasar kampungan!” Dodol Helen menyusut matanya. Dadanya naik turun Tamat, 106 menahan emosi. Dan
5.
Dasar pengecut
tiga
bulan
lalu,
cowok
jelek
itu Anak Kos memutuskanku tiba-tiba. Lewat telepon pula. Dodol Kumat Lagi, Alasannya tak jelas. Sibuk kerja, bosan, atau 205 ketemu putri Solo yang ayu dan anggun, nggak sepertiku. Entahlah. Dasar pengecuuut… Maya lalu menceritakan kejadian bagaimana
Kok Putusin
dia mengintai Hari mulai dari kampus, BIP dan
Gue?, 98
sampai bagaimana Maya mengempeskan semua ban mobil Hari di depan sebuah rumah 6.
Dasar penjahat
yang dicurigai sebagai rumah si Nenek Sihir itu. “Dasar penjahat!” Rini berkomentar sambil disusul dengan gelak tawa. “Gimana cara tuh sih Hari balik?” “Bodo! Mudah-mudahan sih jalan kaki sampe gempor.” Aku cepat-cepat ke posisi semua sambil Kamar membaca daftar menu. Sesekali aku masih
Cewek, 231
mencuri pandang. Eh! Cowok beralis tebal itu 7.
Mampus
sekarang malah tertawa lebar. Aduh! Malu! Malu! Trus sekarang dia bangkit dari kursi dan datang mendekati aku! Mampus! Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
104
Dia menahan napasnya sambil gigit” bibir Kambingjan bawah. Grand total??? Grand total??? Kenapa tan, 119 dia harus memakai kata” itu? Wadoh. Mampus gw. Ada yang ga beres. Kasir: ok, its $23!!!! Mampusbangetlupantatkudagiginongolmata jendoljidatnongnong.
8.
“Nak Ratu… tante duluan ya?”
Kamar
Jantung gua berhenti berdetak. Gua noleh, si
Cewek, 92
tante dan Trini di belakang gue, tersenyum
Mati
ramah sambil liat dari atas sampe bawah trus pergi ke kasir sebelah. MATIIIIIII!!!!!
Dalam penelitian ini ditemukan 8 ungkapan serapah yang bersumber dari pengalaman negatif manusia dengan total frekuensi kemunculan sejumlah 51 kali. Dari sumber ini ditemukan sebuah kata yang mengalami perubahan fonotaktik atau variasi bentuk, yaitu kata mampus yang digabungkan dengan beberapa kata lain secara
berdekatan
sehingga
menjadi
sebuah
kata
mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong.
serapah, Dengan
kemunculan kata ini, total jenis ungkapan serapah yang bersumber dari pengalaman negatif manusia berjumlah 9 buah. Kata mampus menduduki peringkat pertama pada sumber ini sebagai ungkapan serapah yang paling banyak digunakan dari sumber pengalaman negatif manusia dalam novel-novel populer tersebut, yaitu sejumlah 42 kali atau 82,35%.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
105
Tabel 3.3.16.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Pengalaman Negatif Manusia
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Cape deh
1
1,96%
2.
Dasar cowok
2
3,93%
3.
Dasar ibu tiri
1
1,96%
4.
Dasar kampungan
1
1,96%
5.
Dasar pengecut
1
1,96%
6.
Dasar penjahat
1
1,96%
7.
Mampus Mampusbangetlupantatkudagiginongol matajendoljidatnongnong Mati
42
82,35%
1
1,96%
1
1,96%
51
100%
8. 9. Total
Selain klasifikasi sumber ungkapan serapah hasil penelitian para peneliti di atas, terdapat beberapa ungkapan serapah yang belum memiliki klasifikasi sumber pada penelitian sebelumnya. Klasifikasi ungkapan serapah baru tersebut terdiri atas bahasa daerah, bahasa asing, dan jenis penyakit. 3.3.17 Bahasa Daerah Kata buset, bujug buneng, atau edan merupakan deretan kata yang lazim digunakan sebagai ungkapan serapah. Kata-kata tersebut merupakan pinjaman dari bahasa daerah, seperti Betawi dan Jawa. Kata-kata tersebut umumnya tidak memiliki arti yang konkret. Kata buset, misalnya, hanya digunakan sebagai seruan untuk memaki (Chaer, 1976:89) tanpa ada arti sebenarnya. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari bahasa daerah dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
106
Tabel 3.3.17.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Bahasa Daerah
No. 1.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Padahal besoknya gw ada kelas buat Kambingjantan, 97 pukul 8 pagi!! Ajigile bener dah.
Ajigile
Setelah mengambil absen satu per satu, gue pun mulai mengajar. Namanya 2.
Bodo amat
sih mengajar, padahal gue ngebacot
Radikus Makankakus,
114
setengah mati. Mereka gak lulus UAN? Bodo amat. Muahahahaha. Trus
studionya
di
sini
tuh Kambingjantan,
baaannnyyyaaakkkkk banget, gak kayak 3.
37
di PIM Cuma 6 (bener gak?) studio. Di
Bujug
sini tuh ada 30 studio!!!! Bujug, gw udah kayak orang udik gitu ngeliat bioskop yang segitu gede. Wahhh… udah deh… kalo udah gini kaco Kambingjantan, 15 urusannya, gw udah mulai ada gelagat ga enak ama pria kotak ijo ini, selain
4.
Bujug buset
pertanyaan yang aneh, pas gw angkat kaki gw untuk mengusir tangannya dia dari paha gw… eehhhh… sikunya malah disengaja menyentuh
****** gw!!!!!
BUJUG BUSET!!!!! Dua kata yang tepat menggambarkan Radikus Hugo adalah: patung Asmat. Tau kan? Makankakus, 40 5.
Buset/ busyet
Patung yang versi ceweknya punya tete kayak pepaya gepeng itu. Engga, tete Hugo gak gepeng, tapi kayaknya sih ada Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
107
enam (Buset, orang apa anjing?) Ternyata, banyak cerita menarik di kosan Anak Kos Dodol Kumat Puri Cantika yang agak lupa-lupa ingat Lagi, 15 detilnya. Maklum, dakuw seorang perempuan cantik yang agak lemot. Untunglah, (lumayan)
sobat-sobat kiyut
dan
kosku
yang
berbudi
kayak
Destiyana Endah, Rosmartina Suri, Ratna Yuniarti
dan
lainnya
berbaik
hati
mnceritakannya lewat sms, hehehe… *busyet dah, jiwa anak kos banget, pengiritan maksimal! “Sebagai permohonan maafmu, mau enggak jogging di bunderan UGM besok pagi? Aku jemput pukul setengah enam di kosanmu ya. Bye.” 6.
Dasar cowok edan
Telepon ditutup. Aku tercengang. Wah, besok kencan pertamaku di Djokdja! Tapi, aku kan belum menjawab iya. Mana ketemuannya pagi-pagi, lagi… aku belum bangun! Dasar cowok edan! “Jadi… cewek itu bukan siapa-siapamu? Anak Edan! Kok nekat banget sih ngasih kunci Dodol
7.
Edan
Kos Kumat
kamar dan ngebiarin dia berkeliaran di Lagi, 82 kosan! Kalau dia psikopat atau maling gimana? Kelakuannya saja tengil begitu.” jerit Anna. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
108
8.
Gile
Saat gue tahu apa yang digambar Marmut Merah Jambu, 5 Aldi, gue bilang, ‘Gile, norak amat lo.’ Besoknya, gue ikutan bikin.
9.
Goblok
Pas sampe bawah ternyata gw LUPA Kambingjantan, 153 BAWA BARANGNYA KE BAWAH. Goblok banget dah lu Dith. Gw: aduh Sab.. barangnya di atas “Iya, sih… siang aja banyak banget yang suka usil, ingat nggak sih, zamannya kita
Kamar Cewek, 108
di Bandung, di daerah-daerah sekitar Pasar Baru banyak banget gua denger cerita temen-temen cewek kita yang dapet 10.
Ngehe
pelecehan seksual,” Lona menyetujui. “Oh, iya iya, dicolek-colek, minimal diteriakin-lah… padahal itu siang-siang, dan rame pula.” “Lo pernah kan, Lon?” “Iya, ngehe.. dicolek.” “Nah itu, kala mengandalkan teknologi Kamar Cewek, kayaknya kita bakal kehilangan Tiara nih, 3
11.
Sialan
dia kan gaptek…” “Ah iya, ya?” “Sialan, kalian…” Tiara melemparkan tissue ke arah gue. Pas pagi harinya, gw bangun… lalu
Kambingjantan, 116
melihat ke arah 12.
Sompret
SiJamYangHarganyaMayanMahalTapiSu aranyaCempreng, dan terkejut melihat ternyata… Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
109
UDAH PUKUL 9 PAGI DAN KELAS GW PUKUL 8.30 DAN KUTU KUPRET ITU SEHARUSNYA BANGUNIN GW PUKUL 7.30. SOMPRET LU UDAH GW BELI MAHAL” TAPI GA BISA BANGUNIN ORANG. Ungkapan serapah bersumber dari bahasa daerah yang banyak digunakan dalam novel-novel populer tersebut adalah kata buset dan sialan yang merupakan pinjaman dari bahasa Betawi. Dua kata tersebut muncul sebanyak 25 kali atau 24,75%. Ungkapan serapah berikutnya yang banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah kata goblok yang juga merupakan bahasa Betawi sejumlah 13 kali atau 12,88%. Kata buset memiliki variasi lain yang muncul sebanyak 9 kali, yaitu kata busyet. Total kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia ini mencapai jumlah 101 kali. Tabel 3.3.17.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Bahasa Daerah
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Ajigile
3
2,97%
2.
Bodo amat
8
7,92%
3.
Bujug
2
1,98%
4.
Bujug buset
2
1,98%
5.
Buset
25
24,75%
6.
Busyet
9
8,91%
7.
Dasar cowok edan
1
0,99%
8.
Edan
3
2,97%
9.
Gile
8
7,92%
10.
Goblok
13
12,88% Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
110
11.
Ngehe
1
0,99%
12.
Sialan
25
24,75%
13.
Sompret
1
0,99%
101
100%
Total 3.3.18 Bahasa Asing
Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa ungkapan serapah dalam bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Ungkapan-ungkapan tersebut berbentuk kata dan frase. Penggunaan kata asing ini secara tidak langsung menunjukkan kelas sosial atau tingkat pendidikan penutur yang menggunakannya. Tujuan lain dari penggunaan ungkapan serapah yang merujuk pada bahasa asing agar ekspresi diri si penutur tepat sasaran dan terwakilkan dengan benar karena ada beberapa bentuk serapah dalam bahasa Inggris yang kurang tepat apabila menggunakan bahasa Indonesia, seperti kata disaster yang berarti bencana atau malapetaka. Berikut adalah tabel klasifikasi ungkapan serapah yang bersumber dari bahasa asing dengan salah satu contoh penggunaan kata tersebut sebagai ungkapan serapah dalam kalimat. Tabel 3.3.18.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Bahasa Asing
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Setelah beberapa menit dalam diam, Kok Putusin Maya mengeluarkan foto Hari dan meraih
Gue?, 56
spidol hitam yang biasa digunakan untuk 1.
Cheater
white board. “Dasar kadal! Cheater! Buaya!” Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli.
2.
Chicken/Ciken
“Pokoknya sekarang gua minta
Kok Putusin Gue?, 52 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
111
penjelasan!” Rini kebali menyerang Maya. Ia terlihat penasaran dengan sikap Maya yang menurutnya ‘tak bernyali’. “Gua ga percaya ngeliat lu tadi. Bukannya ngelabrak malah kabur. Chicken banget sih lu… Petoook.” “Sof, kamu memang wanita pemberani… Anak Kos Dodol Kumat Lagi, 79
kita serbu yok!” “Ogaaahhh… orangnya judes begitu! Itu sih bermain-main dengan maut namanya!” balas Sofia cepat. “Ah, ciken lu!” “Itu bukan pengecut bu… tapi realistis…” “Dan sekarang… jawabannya, Hilman jadi
Kamar
calon suami orang.”
Cewek, 152
“Say…, the thing is.. you went a thousand 3.
Damn
miles for an answer to a question that he didn’t know!” Giliran saya yang diam. DAMN! She’s right! Harianto:
KUKUMU
DIKUTEX? Kambingjan
HAHAHAHAH!!!
tan, 228
Dammit. Ada apa dengan seorang pria yang mencoba untuk berpenampilan seperti 4.
Dammit/Damn it
wanita??!! Sekarang ini adalah masa kesetaraan pria dan wanita. Sang Ibu memandangi gua dari atas ke
Kamar
bawah.
Cewek, 88
Damn it. Gua merasa makin jengah. Safina Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
112
yang gua harap bisa menjadi penyelamat keadaan ternyata menghilang. Dan baru aja pagi ini ada pasangan lainnya Kambingjant yang dateng ke apartemen gw. Ya udah, gw
an, 162
tinggalin aja mereka di sofa gw dan gw pun mandi, setelah gw mandi, si cewek bilang 5.
Dragonohmygod
ke gw…, “Gila Dik, hihihi.. hihihi.. gw baru aja dicium ama dia dan di *sensor* hihihi.. hihihi..!” dragonohmygod. Lha dia enak abis ciuman ama pacarnya, lha gw? Mentok” juga nyium kulkas, itu juga kalo kulkasnya mao dicium. Pulangnya dari stasiun radio, gue makan siang bareng sama Anas, temen gue
Radikus Makankakus, 180—181
di Surabaya. Di sebuah rumah makan pinggir jalan kita duduk bertiga, dengan adeknya Anas juga. 6.
Freak
‘Gimana tadi, Dik, talkshow-mu di radio itu?’ ‘Freak,’ kata gue singkat. Gue sambil melihat-lihat makanan apa judulnya enak. ‘Sumpah, itu talkshow paling freak yang pernah gue datengin! Seketika Maya mematung. Pandangannya Kok Putusin terus membeku memperhatikan Hari Gue?, 225
7.
Gosh (God)
diiringi suara mas wedding singer yang sedang menyanyikan lagu request Teh Nia. Gosh! Itu
Hari…
Aduuhhh..
Gimana Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
113
dong…
Bukannya
Ibu
sama
Bapak
Prabowo yang diundang Go to hell! Lagi-lagi dia mutusin telpon Kok Putusin 8.
Go to hell
sebelum gue sempet ngomong dan nyindir- Gue?, 58 nyindir dia lagi. Ini bener-bener ngeselin. DASAR BUAYA LO, HAR! Oke, yang paling menyakitkan adalah di Test Pack, 68 kala kita selesai bercinta Kakang langsung ngeloyor ke ruang TV untuk menonton
9.
pertandingan sepak bola. As if nothing
Idiots
happened. Para suami nih gak pernah nyadar ya kalau hal terpenting sesudah bercinta itu adalah bersama istri. Do the afterplay, you idiots! Trus gw ngeliat jam yang ada di depan Kambingjan kelas. Terpampang gede”, pukul 11.30. tan, 107 Pukul sebelas tiga puluh. OH MY GOD.
10.
Oh my God
GW SALAH NYETEL JAM DI IPOD GUE!!!! Ternyata gw nyetel jam di ipod gw ketelatan 1 jam dari waktu yg sesungguhnya. Goblok banget dah. “Heh??? Aduuuhhh Ratu, please deh,
Kamar
Honey! Kamu tuh mau mencoba untuk
Cewek, 87
membunuh akyu, ya, dengan nyeret-nyeret 11.
S**t (Shit)
begini?” “Elo diem, kenapa?” “Iihh, kamyu tuh! Aneh!..” Dan Safina tetep berisik, sampai dua orang yang mau gua hindari itu menoleh. S**t. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
114
12.
Shut up
“Ciyee, ada yang pengen ditembak.
Kamar
Ceritanya pengen berlabuh di satu hati
Cewek, 211
yang tetap nih?” gua nggak puas menggodanya. “Shut up!”
Bahasa asing sebagai ungkapan serapah tidak dapat dikatakan jarang dalam penggunaannya. Dalam penelitian ini, ditemukan 12 jenis ungkapan serapah berbahasa Inggris. Namun, ada dua buah kata yang memiliki variasi bentuk, yaitu kata chicken menjadi ciken dan damn it menjadi dammit. Kata yang paling banyak digunakan atau muncul adalah kata damn yang memiliki kesamaan arti dengan kata brengsek dalam bahasa Indonesia. Jumlah kemunculan kata damn mencapai 10 kali atau 29,41%. Ungkapan serapah selanjutnya yang banyak muncul adalah frase oh my God dengan jumlah kemunculan 7 kali atau 20,6%. Pada penelitian ini juga ditemukan sebuah kata berbahasa Inggris yang dimodifikasi dengan menggabungkan kata lainnya, yaitu dragonohmygod. Total kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari bahasa asing adalah 34 kali. Tabel 3.3.18.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Bahasa Asing
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1.
Cheater
1
2,94%
8.
Freak
1
2,94%
2.
Chicken
1
2,94%
9.
Go to hell
1
2,94%
3.
Ciken
1
2,94%
10.
Gosh
1
2,94%
4.
Dammit
1
2,94%
11.
Idiots
1
2,94%
5.
Damn it
1
2,94%
12.
Oh my god
7
20,6%
6.
Damn
10
29,41%
13.
S**t (Shit)
6
17,7%
7.
Dragonohmygod
1
2,94%
14.
Shut up
1
2,94%
34
100%
Total
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
115
3.3.19 Jenis Penyakit Ada beberapa jenis penyakit yang umumnya berhubungan dengan kejiwaan atau mental seseorang digunakan sebagai ungkapan serapah untuk mengejek atau memaki, seperti penyakit jiwa (gila), autis, dan down syndrome (idiot). Namun, seiring berjalannya waktu dan intensitas penggunaan yang tidak jarang, penggunaan penyakit tersebut sebagai candaan, mendapat protes dari berbagai kelompok karena dianggap melecehkan dan mencemooh penderita penyakit tersebut. Meskipun demikian, dalam penelitian ini ditemukan penggunaan jenis penyakit tersebut sebagai ungkapan serapah dengan jumlah yang tidak banyak, yaitu sejumlah enam kali. Tabel 3.3.19.1 Klasifikasi Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Penyakit
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Memang sih suasana Plaza Senayan, Jumat Kamar malam cukup ramai. Tapi nggak segitunya Cewek, 44 sampai bisa membuat suara kami tidak bisa 1.
Autis
terdengar satu sama lain. Ini Tiara aja yang sering nggak fokus, asyik sendiri. “Alaa, berisik nggak berisik lo mana denger sih? Lo kan autis…suka asyik sendiri…” ledek Lona sambil menyesap earl grey tea-nya. “Fin! Kasian, tuh Tiara kelaperan. Udah kita pindah ke rumah makan padang aja, kenapa
Kamar Cewek, 141
sih? Gue deh yang nyetir kalo lo males. Tiara 2.
Dasar hipertensi
butuh makanan, gue butuh pria-pria tampan.” “LONA! Kamu tuh bisanya cuma mikirin cowok terus sih! Apa ngga cukup jelas yang udah aku bilang tadi?” “…” “Huh! Dasar hipertensi!” Lona berbisik ke Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
116
gua.
3.
Idiot
‘Berarti gue jago banget, dong!’ Gue ngerasa
Cinta
dapat angin. ‘Soalnya gue udah nabrak mobil
Brontosaur
yang lagi parkir, nyerempet bajaj, dicium bis,
us, 3—4
nyerempet barel, nabrak bemper, nyerempet mobil pas lagi macet, sampai mecahin kaca depan.’ Dia bengong. Dia lalu bilang, ‘Lo itu idiot.’
4.
Sakit jiwa
APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Kok Putusin
AAAA????
Gue?, 168
Gue gampang histeris? Posesif? Suka ngelarang-larang Hari? Banyak permintaan? SAKIT JIWA!!!
Jenis penyakit dapat dijadikan sebuah ungkapan serapah apabila tujuannya untuk menghina atau mencela seseorang. Jenis penyakit yang digunakan sebagai ungkapan serapah berasosiasi dengan permasalahan kesehatan mental atau kejiwaan manusia. Dalam penelitian ini ditemukan empat jenis kata serapah yang bersumber dari jenis penyakit, yaitu autis, hipertensi, idiot, dan sakit jiwa. Kata hipertensi digabungkan dengan kata dasar menjadi dasar hipertensi. Total kemunculan ungkapan serapah yang berasal dari sumber ini berjumlah 6 kali.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
117
Tabel 3.3.19.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Penyakit
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemunculan
Persentase
1.
Autis
2
33,33%
2.
Dasar hipertensi
1
16,67%
3.
Idiot
2
33,33%
4.
Sakit jiwa
1
16,67%
6
100%
Total
Berdasarkan klasifikasi di atas, jumlah seluruh ungkapan serapah yang bersumber dari (1) keadaan sesuatu, (2) jenis hewan, (3) makhluk halus, (4) jenis benda, (5) bagian tubuh, (6) kekerabatan, (7) profesi (jenis pekerjaan), (8) istilah agama, (9) jenis makanan, (10) keadaan makanan, (11) sifat manusia, (12) kekurangan fisik manusia, (13) tiruan bunyi, (14) emosi, (15) nama tokoh, (16) pengalaman negatif manusia, (17) bahasa daerah, (18) bahasa asing, dan (19) jenis penyakit adalah 136 jenis dan 493 kali kemunculan baik frase maupun kata. Berikut adalah tabel klasifikasi seluruh ungkapan serapah berdasarkan sumbernya. Tabel 3.3.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi Kemuncul an
Persen tase
1.
Ajigile
3
0,60%
70.
Gedubrak
1
0,20%
2.
Anjing
1
0,20%
71.
Gedumbreng
1
0,20%
3.
Anjir
1
0,20%
72.
Gembel
3
0,60%
4.
Anjrit
11
2,23%
73.
Gila
45
9,12%
5.
Anjrot
2
0,40%
74.
Gile
8
1,62%
6.
Asam (Asem)
5
1,01%
75.
Giling
3
0,60%
7.
Autis
2
0,40%
76.
Go to hell
1
0,20%
8.
Basi
5
1,01%
77.
Goblok
13
2,63%
9.
Bawel
1
78.
Gosh
1
0,20%
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
118
10.
Bego
13
2,63%
79.
Gubrak
4
0,80%
11.
Benci
1
0,20%
80.
Idiot
2
0,40%
12.
Bete
5
1,01%
81.
Idiots
1
0,20%
13.
Binal
2
0,40%
82.
Ilfil
3
0,60%
14.
Bocor
1
0,20%
83.
Jahanam
2
0,40%
15.
Bodo
10
2,02%
84.
Jeger
2
0,40%
16.
Bodo amat
8
1,62%
85.
Jelek
1
0,20%
17.
Bodoh
2
0,40%
86.
Kaco
1
0,20%
18.
Bolot
5
1,01%
87.
Kadal
1
0,20%
19.
Buaya
2
0,40%
88.
Kadal gila
1
0,20%
20.
Buaya darat
1
0,20%
89.
10
2,02%
21.
Bujug
2
0,40%
90.
1
0,20%
22.
Bujug buset
2
0,40%
91.
1
0,20%
23.
Buset
25
5,07%
92.
1
0,20%
24.
Busyet
9
1,82%
93.
Kampret Kasihan deh loe Kecebong kampret Kerbau (kebo) Kesal
4
0,80%
25.
Cape deh
1
0,20%
94.
Konyol
1
0,20%
26.
Cheater
1
0,20%
95.
Kotak
1
0,20%
27.
Chicken
1
0,20%
96.
Kuda
1
0,20%
1
0,20%
1
0,20%
28.
Ciken
1
0,20%
97.
29.
Cucian deh lo
3
0,60%
98.
Kuda liar goreng saos mentega Kurang ajar
30.
Cupu
1
0,20%
99.
Kurang asem
2
0,40%
31.
Dammit
1
0,20%
100.
Kutu kupret
1
0,20%
32.
Damn it
1
0,20%
101.
Lebay
1
0,20%
33.
Damn
10
2,02%
102.
42
8,51%
34.
Dasar badut bego
1
0,20%
Mampus Mampusbang etlupantatkud 103. agiginongol matajendolji
1
0,20%
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
119
datnongnong 35.
1
0,20%
104.
Mati
1
0,20%
1
0,20%
105.
Mbahmu
1
0,20%
1
0,20%
106.
Ngaco
2
0,40%
1
0,20%
107.
Monyet
3
0,60%
1
0,20%
108.
Najis
1
0,20%
Dasar cowok Dasar cowok cemen Dasar cowok edan Dasar cowok pangsit
2
0,40%
109.
Najong
2
0,40%
1
0,20%
110.
Ngehe
1
0,20%
1
0,20%
111.
Norak
3
0,60%
1
0,20%
112.
Nyolot
1
0,20%
44.
Dasar dodol
2
0,40%
113.
Oh my god
7
1,41%
45.
Dasar gendeng
1
0,20%
114.
Orang gila
2
0,40%
46.
Dasar gila
4
0,80%
115.
Parah
3
0,60%
47.
Dasar giling
1
0,20%
116.
Payah
3
0,60%
48.
Dasar hipertensi
1
0,20%
117.
Pelit
1
0,20%
49.
Dasar ibu tiri
1
0,20%
118.
Rese
7
1,41%
50.
Dasar jelek
1
0,20%
119.
S**t (Shit)
6
1,21%
51.
Dasar kadal Dasar kampungan
3
0,60%
120.
1
0,20%
1
0,20%
Sakit jiwa Sambal 121. (sambel)
1
0,20%
53.
Dasar kebo
1
0,20%
122.
Sapi
1
0,20%
54.
1
0,20%
123.
Sebal (sebel)
4
0,80%
1
0,20%
124.
Shut up
1
0,20%
56.
Dasar licik Dasar mahasiswi nakal Dasar pelit
1
0,20%
125.
Sial
26
5,25%
57.
Dasar pemalas
1
0,20%
126.
Sialan
25
5,07%
58.
Dasar pengecut
1
0,20%
127.
Sinting
7
1,41%
59.
Dasar penjahat
1
0,20%
128.
Sok tahu
3
0,60%
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
52.
55.
Dasar buaya Dasar buaya darat Dasar cewek berantakan Dasar cewek dodol Dasar cewek dudul
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
120
(sotoy)
63.
Dasar tante durhaka Dasar tukang gosip Dasar tukang peres Demit
64.
Dodol
13
2,63%
133.
65.
Dragonohmygod
1
0,20%
134.
66.
Edan
3
0,60%
67.
Ember
1
0,20%
Trenggiling kampret Tukang 135. ngibul 136. Tukang pelet
68.
Freak
1
0,20%
137.
69.
Geblek
4
0,80%
Total
60. 61. 62.
1
0,20%
129.
Sompret
1
0,20%
1
0,20%
130.
Sumpah
11
2,23%
1
0,20%
131.
Superkesal
1
0,20%
1
0,20%
132.
Titit
1
0,20%
Tolol
1
0,20%
1
0,20%
1
0,20%
1
0,20%
1
0,20%
494
100%
Tulalit
Dari 137 jenis ungkapan serapah berdasarkan sumber di atas, 34 jenis di antaranya berasal dari sumber sifat manusia. Selanjutnya, ungkapan serapah yang bersumber dari jenis hewan sejumlah 21 jenis, bahasa asing sejumlah 14 jenis, dan bahasa daerah sejumlah 13 jenis. Kemudian dari 494 kemunculan ungkapan serapah tersebut, terdapat lima ungkapan serapah yang banyak digunakan atau muncul pada penelitian ini, yaitu gila (bersumber dari sifat manusia) sejumlah 45 kali, mampus (bersumber dari pengalaman negatif manusia) sejumlah 42 kali, sial (bersumber dari keadaan sesuatu) sejumlah 26 kali serta buset dan sialan (bersumber dari bahasa daerah) sejumlah 25 kali.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
121
Bagan 3.3.2 Persentase Variasi Jenis Empat Besar Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber 9.48% 24.81%
10.21%
15.32% Sifat Manusia Jenis Hewan Bahasa Asing Bahasa Daerah
Bagan 3.3.3 Persentase Frekuensi Kemunculan Empat Besar Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber 5.06%
9.10%
5.26% 8.50% Gila
Mampus
Sial
Buset dan Sialan
3.4 Perubahan Makna Setiap kata memiliki makna yang membedakan penggunaan kata tersebut dengan kata lainnya. Chaer (2002:32) mengatakan makna adalah gejala dalam ujaran. Makna yang terdapat pada ungkapan serapah dalam novel populer tersebut tidak seluruhnya sesuai dengan makna kata sebenarnya. Hal ini terjadi karena adanya perubahan makna oleh berbagai faktor yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Contohnya adalah kata autis pada kalimat berikut. Memang sih suasana Plaza Senayan, Jumat malam cukup ramai. Tapi nggak segitunya sampai bisa membuat suara kami tidak bisa terdengar satu sama lain. Ini Tiara aja yang sering nggak fokus, asyik sendiri. “Alaa, berisik nggak berisik lo mana denger sih? Lo kan autis…suka asyik sendiri…” ledek Lona sambil menyesap earl grey tea-nya (Yunita, 2006:44).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
122
Kata autis pada kutipan kalimat di atas bukanlah makna sebenarnya yang berarti sebuah gangguan perkembangan manusia yang ditandai dengan hambatan dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. 3 Penderita autis cenderung memiliki ‘dunia’-nya sendiri sehingga terkadang ia tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Pada kalimat di atas, kata autis dimaksudkan sebagai ejekan yang menunjukkan keakraban atau keintiman hubungan antarpenutur. Tiara, tokoh yang sedang asyik sendiri dan tidak mendengarkan perbincangan teman-temannya, diledek oleh Lona, tokoh lain yang juga teman Tiara, dengan sebutan autis karena Tiara suka sibuk sendiri dan terkadang tidak fokus. Dalam hal tersebut perubahan makna terjadi karena adanya asosiasi antara kata autis sebagai penyakit atau gangguan mental dengan kata autis sebagai sebutan bagi orang yang suka sibuk sendiri tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya. Jenis perubahan makna yang terjadi adalah meluas karena tidak hanya bermakna sebagai penyakit, kata tersebut bermakna juga manusia yang sibuk dengan ‘dunia’nya sendiri. Pada bagian ini saya akan menjelaskan berbagai makna yang tercipta dari sebuah kata yang digunakan sebagai ungkapan serapah. Berikut ini adalah tabel-tabel klasifikasi ungkapan serapah berdasarkan sumber dengan contoh kalimat yang menjelaskan penggunaan sebuah kata sebagai ungkapan serapah yang berubah maknanya. Tabel 3.4.1 Perubahan Makna Kata sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Keadaan Sesuatu
No.
Ungkapan Serapah
Judul Buku,
Kalimat
Halaman
“Legend banget tuh acara nikahannya Teh Kok 1.
Bocor
Putusin
Nia kemaren. Orang-orang masih pada Gue?, 244 sering ngomongin. Trus baru kali ini di
3
Diunduh dari http://www.kesehatan123.com/2543/mengenal-penyakit-autisme, pada 12 Mei 2012, pukul 20.15 WIB Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
123
acara keluarga gua ada yang nari poco-poco segembrong-gembrong
gitu.
Ternyata
keluarga suaminya Teh Nia juga sama aja, penggemar poco-poco juga. Bocor abis deh!” ‘Tadi nama gue udah gue save ke hape lo
Radikus
ya,’ kata Christie sambil ngembaliin hape
Makankakus, 43
gue. ‘Oh ya? Lo ngasih nama lo apa di hape gue?’ gue nanya. ‘Nama gue di situ Christie Martin,’ kata Christie, kalem. Zaman-zaman itu emang Coldplay lagi terkenal banget. ‘Najis, Coldplay gak jadi lo!’ gue sewot. ‘Kalo nama gue… udah ada belom 2.
Najis/najong
di hape lo?’ ‘Ada,’ kata Christie. ‘Nama lo Cikatomas Gila.’ “Kenapa sih Dian melulu, Sha? Kan Anak Kos Dodol Tamat, 92
temanmu enggak hanya dia.” “Hehe.. kamu cemburu ya?” “Ih, najong!” “Abisnya, dia baek banget sih Dew. Kuliah dia rela nyamperin, pulang juga dianter. Aku sakit, dia yang ngurusin, beli obat, makanan. Jadinya, aku enggak enak kalau nolak ajakan Dian.” 3.
Parah
Gue ngebayangin di program Tali Beha itu,
Kambingjantan,
Aryo (dengan memakai beha) akan bilang
132
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
124
ke pemirsa, ‘Mbip pulang lah. Beha ini takkan kulepas sampai kau pulang, Sayang.’ Gue berusaha ngembaliin Hugo ke jalan yang benar. ‘Parah lu, Go. Udah ilang gini masih dikatain. Ntar kena karma lagi, Goblok.’ Berdasarkan tabel di atas, ditemukan sejumlah 4 kata ungkapan serapah yang memiliki referen keadaan sesuatu hal. Kata bocor memiliki arti berlubang sehingga udara atau air dapat masuk (KBBI, 2008:211). Kata bocor biasanya digunakan sebagai deskripsi terhadap sesuatu benda. Namun, dalam penelitian ini kata bocor berarti seseorang yang lucu, bebas, dan asal saja dalam bersikap serta berbicara. Sikap atau cara berbicara orang tersebut mengalir apa adanya seperti tanpa ada batasan (bocor) sehingga mengundang tawa orang lain. Oleh karena itu, orang yang suka asal berbicara atau bersikap (tidak memiliki batasan dalam berbicara atau bersikap) disebut orang yang bocor. Asosiasi dari kedua makna tersebut adalah sesuatu hal yang tidak memiliki batasan atau pembatas. Pada benda, hal tersebut diartikan sebagai lubang. Dengan adanya makna lain tersebut, jenis perubahan makna yang terjadi pada kata bocor adalah meluas. Ungkapan serapah berikutnya adalah kata najis yang berarti kotor yang menyebabkan terhalangnya seseorang untuk melakukan ibadah (KBBI, 2008:1064). Dalam kalimat di atas, kata najis dan najong berarti sesuatu hal yang menjijikan tetapi tidak membatalkan seseorang dalam melakukan ibadah. Kata tersebut digunakan hanya sebagai ekspresi jijik seseorang dalam bentuk keintiman atau kekerabatan. Memiliki kemiripan makna sebagai sesuatu yang menjijikan menjadikan kata najis digunakan sebagai ungkapan serapah. Jenis perubahan yang terjadi pada kata najis adalah pengasaran. Kata najis yang semula dikaitkan dengan masalah agama dan tidak ada orientasi menjadi kata kasar, setelah digunakan sebagai Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
125
ungkapan serapah dengan tujuan tertentu berubah maknanya menjadi umpatan yang kasar. Selanjutnya, kata parah dalam KBBI (2008:1124) berarti berat (tentang luka), payah (tentang penyakit), dalam keadaan sulit yang sangat; sukar diatasi. Dalam kalimat di atas kata parah berarti sikap yang sulit diatasi. Seorang tokoh menganggap sikap tokoh lainnya yang menjadi lawan bicaranya sudah keterlaluan dan sulit untuk diatasi. Oleh karena itu, tokoh tersebut menggunakan kata parah sebagai ekspresi dari sikap lawan bicaranya tersebut. Asosiasi dari makna kata parah tersebut adalah sukar atau sulit diatasi. Jenis perubahan pada kata ini adalah meluas. Kata parah memiliki makna lain, yaitu suatu sikap yang telah melewati batas norma sopan santun atau yang biasa disebut kurang ajar atau keterlaluan. Tabel 3.4.2 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Berdasarkan Sumber Jenis Hewan
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Emang kenapa freak?’ kata adeknya Anas.
Radikus Makankakus, 181
‘Penyiarnya, aneh banget. Ngomongin gay melulu.’ ‘Penyiar radio X? Si David?’ kata 1.
Anjing
adenya Anas. ‘Bener! Lo kenal?’ ‘Hyaaa. Itu kan emang gay, tauk!’ ‘Anjing, tangan gue dikitik-kitik abis siaran!‘ Setelah beberapa menit dalam
Kok putusin gue?, 56
diam, Maya mengeluarkan foto Hari dan 2.
Buaya
meraih spidol hitam yang biasa digunakan untuk white board. “Dasar kadal! Cheater! Buaya!” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
126
Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli. “Orang macem Hari harus dikasih
Kok
pelajaran tuh,” Rini geram. “May, udah
Gue?, 48
Putusin
deh… Mendingan sekarang elu turun… Samperin tuh si kadal gila yang katanya lagi rapat di himpunan. Penasaran gua pengen liat ekspresi dia.” (Yunita, 2004:48) 3.
Kadal/Kadal gila
Tiba-tiba Maya dikagetkan dengan deringan handphone.
Kok
Putusin
Gue?, 57
--Beep beep— Muncul nama Prince Charming di layar. “Halo…” “Hai…” Hari. Si Penghianat. Suaranya tenang banget, seperti biasa. Kadal! (Yunita, 2004:57) ‘Jadi… Elisabeth udah ngaku?’
Marmut
Merah
Aha… Mampus lo kecebong kampret! Lo Jambu, 37 sudah terjebak dalam kegeniusan (dan 4.
Kecebong
keberuntungan) gue. Gue nahan ketawa
kampret
sebentar. Lalu gue berkata dengan penuh kemenangan, ‘Terima kasih, sekarang gue tahu lo dan Elisabeth adalah orang yang bertanggung jawab untuk surat ini.’
5.
Kerbau
Yang paling parah, kemarin gw tidur dari Kambingjantan,
(Kebo)
jam 3 pagi sampe 5 sore. Yang berarti gw 223 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
127
tidur 14 selama 14 jam! Kebo banget. Gw
menggosok
punggung
sambil Kambingjantan,
menyanyi yang sumpah ancur. Karena gw 58 menggosok
panggung
maka
gw
membelakangi shower, dengan kepala ngeliat ke bawah. Pas gw menaikkan kepala ke atas…. Ada
benda
Berbentuk 6.
Kuda
kecil.
kotak.
Lumayan
Di
kecil.
tengahnya
ada
bolongan. Setelah gw mencerna gambar yang gw terima. Gw nyadar. Benda itu adalah kamera. JEPRET! Telat. Gw tereak. Gw: KUDAAAA LO JAAA!!!!!! Eja: *lari dari kamar mandi, masi ngakak* Bujug dah. Kurang asem. Klo mo ngambil poto
panas
gw
seharusnya
lewat
manajemen gw dulu dunk. Well, hal kayak gitu agak biasa aja sih Kambingjantan, sebenernya di sini, gw aja pernah ninggalin 34—35 cucian gw seperti itu untuk beberapa lama. 7.
Kutu kupret
Ok, akhirnya gw balik lagi ke kamar, gw nonton selama setengah jam. Trus gw balik lagi ke tempat mesin cuci, eh gak taunya tuh
kutu
kupret
belom
ngambil”
cuciannya yang udah selese dicuci itu! 8.
Monyet
Padahal waktu kecil dulu gue selalu
Radikus
nganggep masak itu pekerjaan gampang.
Makankakus,
…
117 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
128
Ternyata
yang
‘Ah,
beginian
doang’ berubah menjadi ‘Monyet, susah abis’ dalam kurun waktu beberapa belas tahun. “Suittt suiwww… duh, gelap-gelap gini
Kok
kok pake kacamata item sih, lagi sakit
Gue?, 73
Putusin
mata yaaa…” goda salah satu seorang dari mereka yang disambut dengan riuh tawa teman-temannya. 9.
Sapi
“Hahahahaa..” “Mau ngegaya ya? Nunggu mbesok siang dong mbak biar panas…” ujar seseorang dari mereka dengan logat Jawa yang medok. “Hahahahaha…” Sapi!
10.
Trenggiling kampret
Ternyata… KELAS MATEMATIKA SI
Radikus
ALF TRENGGILING KAMPRET ITU
Makankakus,
KELAS BUAT ANAK-ANAK TEKNIK
173
LANJUTAN. Pantesan aja susah! Otak gue yang masih level sempoa gini dipaksa buat ngitung-ngitung tetek bengek kayak gitu.
Jenis hewan kutu kupret, kerbau (kebo), kampret, kecebong kampret, dan trenggiling kampret digunakan sebagai ejekan kepada seseorang. Jenis hewan tersebut memiliki definisi yang berbeda-beda, tetapi semua kata tersebut memiliki asosiasi yang sama, yaitu hewan yang buruk (kampret, kutu, kecebong, dan trenggiling) dan hewan yang malas (kerbau). Kemudian hewan sapi, kuda, dan anjing dalam kalimat di atas digunakan sebagai ekspresi kekesalan terhadap sesuatu hal atau kepada seseorang. Sapi, anjing, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
129
dan kuda dapat dikategorikan sebagai hewan yang memiliki bentuk tubuh yang bagus, bersahabat dengan manusia, lucu, dan sebagainya. Namun, jenis hewan tersebut dapat pula digunakan sebagai ungkapan serapah seperti pada kalimat di atas. Kata anjing adalah jenis hewan yang paling sering digunakan sebagai bentuk makian karena anjing memiliki beberapa sifat negatif, seperti galak, buang air sembarangan, dan sebagainya. Sementara itu, hewan kuda dan sapi memiliki asosiasi sebagai hewan yang memiliki wajah buruk saat menyeringai (kuda) dan hewan besar yang malas (sapi). Hewan lain yang digunakan sebagai ungkapan serapah adalah hewan monyet, kadal, dan buaya. Masing-masing fungsi dari penggunaan jenis hewan tersebut adalah sebagai ekspresi seruan atas ketidakmampuan melakukan sesuatu hal, hinaan dan kemarahan kepada seseorang. Hewan monyet digunakan sebagai ungkapan serapah karena bentuk wajah dan karakter monyet yang buruk. Sementara itu, hewan kadal diasosiasikan dengan penipu karena struktur kulit kadal yang licin sehingga sulit dipegang. Sama halnya dengan penipu yang pandai bersilat lidah, licin, dan omongannya tidak dapat dipegang. Kemudian hewan buaya diasosiasikan dengan laki-laki mata keranjang. Karakter buaya yang tenang tetapi berbahaya mirip dengan karakter seorang laki-laki mata keranjang, yaitu tenang tetapi memiliki banyak wanita yang menjadikannya berbahaya dibalik ketenangannya. Asosiasi makna dari semua jenis hewan tersebut dengan makna yang digunakan dalam ungkapan serapah adalah keburukan yang dimiliki oleh hewanhewan tersebut yang telah dijelaskan di atas. Kemudian jenis perubahan makna yag terjadi adalah meluas dan pengasaran. Hewan-hewan tersebut memiliki makna selain makna dasar mereka sebagai hewan. Selain itu, penggunaan hewan-hewan tersebut sebagai pengganti kata-kata sifat yang bermakna biasa atau halus, seperti malas, lelaki mata keranjang, penipu, dan sebagainya. Selain sebagai ejekan atau hinaan, dalam penelitian ini ditemukan pula jenis hewan yang digunakan sebagai sapaan atau seruan bentuk dari hubungan kekerabatan atau keintiman. Berikut contoh kutipan kalimat yang menggunakan jenis hewan sebagai sapaan. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
130
Geraham bungsu adalah geraham yang tumbuh di keempat pojok belakang rahang atas dan bawah pada saat usia 17—30 tahun. Munculnya juga pelan-pelan, sedikit demi sedikit merobek gusi sampai akhirnya geraham tersebut muncul dengan sempurna. Dengan kata lain… sakit nyet. (Dika, 2011:188). Dalam kalimat tersebut, terdapat penggalan dari kata monyet, yaitu nyet. Penggalan tersebut digunakan sebagai sapaan kepada orang lain dalam hal ini pembaca untuk menciptakan suasana keintiman dan keakraban saat penulis menceritakan pengalamannya tersebut. Tabel 3.4.3 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Benda
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Iya nih, jangan ngikutin Juju ya Rin. Kok
Putusin
Gue?, 145
Punya pacar lebih dari satu.” “Ah, ngga apa-apa lagi. Yang ngga boleh itu kalo punya pacar lebih dari satu 1.
Ember
tapi ketauan.” “Kalo Emir tau bisa gawat tuh, Ju.” “Ah Sidik, ngga usah ember deh bo. Juju sih kalo sama Emir setia kok, kalo sama yang laen sih cuma iseng aja.”
2.
Kotak
“I’m Dika.”
Kambingjantan,
“Nice to meet u.. NIKE”
150
Pala lu kotak! Mabok” masi bolot juga. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan dua buah ungkapan serapah yang bersumber dari jenis benda, yaitu ember dan kotak. Kata ember berarti tempat air yang terbuat dari plastik, seng, dan sebagainya (KBBI, 2008:387). Ember dapat berlubang atau bocor apabila muatan air terlalu banyak atau menampung beban yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
131
berlebih. Pada contoh kalimat di atas, orang yang tidak dapat memegang rahasia dikatakan sebagai ember. Asosiasi dari kedua makna tersebut adalah kemiripan tidak mampu menahan muatan yang berlebih sehingga membocorkannya. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kata tersebut adalah meluas. Kata ember memiliki makna lain, yaitu sifat seseorang yang tidak dapat menjaga rahasia. Kemudian kata kotak berarti ruang (bidang) empat persegi (KBBI, 2008:815). Pada contoh kalimat di atas seorang tokoh memaki tokoh lainnya dengan berkata Pala lu kotak!. Ungkapan tersebut sudah sangat jelas sebagai ungkapan serapah yang berfungsi untuk menghina dan mencela seseorang karena bentuk kepala bukan kotak melainkan bulat. Selain itu, kotak biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan barang dan multifungsi sedangkan kepala manusia bukanlah sebuah benda yang dapat digunakan untuk menyimpan barang dan bukan sebuah benda multifungsi yang dapat digunakan untuk berbagai hal. Asosiasi dari makna dasar kotak dengan makna dalam ungkapan serapah adalah sebuah bidang atau ruang yang bervolume. Jenis perubahan makna dari kata ini adalah pengasaran. Kata kotak yang memiliki makna biasa saja digunakan untuk memaki sehingga maknanya menjadi kasar. Tabel 3.4.4 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Bersumber dari Istilah Agama
No.
Ungkapan Serapah
Judul Buku,
Kalimat
Halaman
Di sebelah kiri duduk Deta, temen
1.
Jahanam
Radikus
di majalah tempat gue kerja. Kebetulan kita
Makankakus,
baru dari Taman Mini Square untuk
149
ketemuan sama seorang penulis. Perut gue bergejolak lagi. Mampus. Pasti gara-gara pizza jahanam yang tadi gue makan. Sumpah yah, satu kelas gw langsung pada Kambingjantan,
2.
Sumpah
cekikikan semua ngeliatin gw yang dengan 108 tampang cengok, bego, lugu, dan tak Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
132
berdaya berdiri di depan kelas sambil pelan” ngunyah kentang goreng dan bawa” kantong gede berisi kentang goreng di tangan kanan. Kata sumpah berarti pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci; pernyataan disertai melakukan tekad yang sungguh-sungguh; kata-kata buruk (makian) (KBBI, 2008:1554). Dalam contoh kalimat di atas, kata sumpah berfungsi sebagai penekanan dan tidak bermakna pernyataan dengan bersaksi kepada Tuhan atau melakukan tekad yang sungguh-sungguh. Kata sumpah tersebut menguatkan pernyataan selanjutnya yang dikatakan oleh penutur. Asosiasi dari makna dasar kata sumpah dengan makna jadiannya adalah sesuatu hal yang sungguh-sungguh dilakukan atau diucapkan. Kata berikutnya adalah jahanam yang berarti terkutuk; laknat; celaka (KBBI, 2008:607). Kata jahanam erat kaitannya dengan dunia akhirat, yaitu neraka. Namun, ada contoh kalimat di atas kata jahanam digunakan untuk menjelaskan kata pizza. Maksud dari penggunaan kata jahanam tersebut adalah sebagai ekspresi kemarahan seorang tokoh terhadap pizza yang dimakannya sehingga mengakibatkan tokoh tersebut sakit perut. Dengan kata lain, tokoh tersebut ‘mengutuk’ atau ‘melaknat’ pizza yang telah merugikan dirinya. Asosiasi yang terlihat dari kedua makna tersebut adalah sesuatu hal yang laknat dan terkutuk. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kedua kata tersebut adalah meluas. Kata sumpah memiliki makna selain janji yang diucapkan dengan tekad sungguhsungguh, yaitu seruan untuk menekankan pernyataan dari seorang penutur. Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata sumpah juga memiliki makna berupa kata makian seperti yang telah dijelaskan di atas. Kemudian kata jahanam memiliki makna lain, yaitu sesuatu hal yang buruk (terkutuk) yang digunakan tidak hanya pada istilah keagamaan, tetapi dapat juga pada hal lain, seperti keadaan makanan. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
133
Tabel 3.4.5 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Makanan
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Heh, enak saja kucing kok namanya Anak Kos Dodol Ipung! Terlalu kereeen! Robert Pattinson Kumat Lagi, 90 kek, Matthew McCoughney!” aku nggak terima. Wong kecenganku yang item tapi 1.
Dodol
manis itu kan jauh lebih keren dari Cemot, huh. “Wedeew.. maksudku, kucing di kosannya si Ipung, dodol! Duuhhh… yang cinta mati!”
anak-anak
cekikikan.
Hiks,
keceplosan. Cepetan, mau maghrib! Ntar ada yang Anak Kos Dodol halus-halus menemani kita disini lhoo… Tamat, 116 bukan Sarah, bukan Alisha!” 2.
Dasar cowok
“Halah, dasar cowok pangsit! Nggak
pangsit
punya nyali. Tiru gue dong. Cool, calm, and confident. Kita ambil genteng pecah, ganti baru gampang banget!” katanya menepuk dada. Lalu, dengan perasaan riang gembira gw Kambingjantan,7 ngambil bantal dan gw taro di depan tipi.
3.
Sambal (Sambel)
Gw ambil DVD Silence of The Lamb, lalu memasukkannya ke DVD player gw…. sialnya… gantian DVD player gw yang rusaaaaaakkkkkkk…. SAMBELLLLL!!!!! Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
134
Jenis makanan yang digunakan sebagai ungkapan serapah dalam novel populer tersebut adalah dodol dan sambal. Kata dodol yang berarti sebuah makanan khas daerah garut dengan tekstur kenyal, lengket, dan lembek digunakan sebagai celaan kepada orang yang dianggap bodoh atau lambat dalam berpikir. Orang yang lemah dalam berpikir dianggap memiliki otak yang lembek sehingga orang tersebut memiliki keterlambatan dalam bertindak dan berpikir. Asosiasi dari makna kata dodol tersebut adalah sesuatu yang lembek (kelembekan). Kemudian kata pangsit berarti makanan yang terbuat dari daging cincang yang dibungkus dengan selaput dari adonan tepung terigu lalu digoreng atau direbus (KBBI, 2008:1119). Pada contoh kalimat di atas kata pangsit digabungkan dengan kata dasar dan cowok menjadi dasar cowok pangsit. Kata pangsit tersebut digunakan untuk mendeskripsikan laki-laki penakut atau tidak mampu dalam melakukan sebuah pekerjaan seperti mengganti genteng rumah. Pangsit sebagai makanan ringan dan memiliki bentuk lunak (pangsit rebus) merupakan asosiasi penggunaan kata pangsit sebagai ungkapan serapah. Sifat penakut pada manusia tersebut memiliki kemiripan makna dengan bentuk pangsit yang lunak dan hanya sekedar makanan ringan atau sesuatu hal yang tidak penting. Selanjutnya, kata sambal berarti saus yang terbuat dari cabai dan memiliki rasa yang pedas. Pada kalimat di atas kata sambal digunakan sebagai seruan atas kesialan yang menimpa seseorang. Tidak ada asosiasi tertentu penggunaan kata sambal sebagai ungkapan serapah dalam kalimat di atas dengan makna sambal sebenarnya. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kata dodol, pangsit, dan sambal adalah meluas. Ketiga kata tersebut selain memiliki makna berupa makanan dan saus, tetapi bermakna juga seseorang yang lemah dalam berpikir (dodol), orang yang memiliki sifat penakut atau tidak jantan (pangsit), dan kata seruan (sambal).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
135
Tabel 3.4.6 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Bersumber dari Keadaan Makanan
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
“Boro-boro, Mbak. Etna tuh kudu makan Anak dulu di kampus sebelum ke sini. Dia mah Dodol
Kos Tamat,
hanya suguhin aqua gelas, gimana pun 225 lamanya meeting,” Etna menyusut matanya. “Kita
pulang,
yuk…
aku
traktir
gorengannya Mbak Nem saja ya? Maaf ya, 1.
Asam (Asem)
Mbak.. aku kelewat ge-er.” “Buset, pelit amat! Enggak jadi naksir aku ah!” kata Sarah naik ke motornya. Asem. Ada yah makhluk yang setega ini? Kayak apa sih orang yang namanya Sofyan itu? kalau ketemu bakal kami keroyok. (Rika, 2011:225) Bukan gosip Sarah yang semester depan Anak terancam nggak bisa kuliah karena ngembat Dodol
Kos Kumat
duit SPP lagi, atau Sofia yang kikikannya Lagi, 46 makin mirip Mbak Kunti karena rajin 2.
Basi
berlatih. Itu sih so last year, sista… basi. Yang jadi topik panas minggu ini adalah berita kalau ada anak Puri Cantika yang terjaring
razia
narkoba
polisi!
(Rika,
2009:46) Karena penasaran, gw menyibakkan tirai Kambingjantan, 3.
Kurang asem
shower gw. dan pas saat itulah gw melihat 58 kepala Eja nongol dengan muka mesum Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
136
sambil ketawa ngakak. KURANG ASEM. Ternyata, dia ngebuka kunci pintunya make koin. Demit. Kata basi berarti mulai berbau tidak sedap atau masam karena sudah mengalami proses pembusukan (KBBI, 2008:141). Dalam kalimat di atas kata basi bermakna sesuatu hal yang sudah lama diketahui atau ketinggalan zaman. Asosiasi dari kedua makna tersebut adalah sebuah keadaan yang telah lama terjadi. Kata selanjutnya adalah kurang asem yang dalam kalimat di atas memiliki kesamaan makna dengan kata kurang ajar dalam bahasa Indonesia. Asam adalah sebuah rasa yang kecut seperti cuka. Tidak banyak orang yang menyukai jenis rasa ini sehingga kata ini digunakan sebagai ungkapan serapah yang berfungsi untuk mengekspresikan kekesalan dan seruan atas kemalangan yang menimpa diri sendiri. Kata asam digunakan untuk mendeskripsikan keadaan tidak menyenangkan bagi seseorang. Asosiasi makna kata asam sebagai ungkapan serapah dengan keadaan makanan adalah sesuatu yang tidak enak (kecut) dan tidak menyenangkan. Jenis perubahan yang terjadi pada kata asam dan basi adalah meluas. Kata asam dan basi tidak hanya bermakna makanan yang telah busuk dan makanan yang memiliki rasa kecut, tetapi sesuatu hal yang telah ketinggalan zaman atau sudah lama (basi) dan kata seruan untuk sesuatu hal yang tidak menyenangkan (asam). Tabel 3.4.7 Perubahan Makna Kata Ungkapan Serapah Bersumber dari Sifat Manusia
No.
Ungkapan Serapah
Judul Buku,
Kalimat
Halaman
Nahh.. salah satu sistem keamanannya Kambingjantan, adalah, buat masuk pintu paling depan 31 1.
Binal
apartemen gw, gw harus ngasih liat kartu akses gw ke mesin keamanan, baru bisa masuk dan naik ke lift… dan gw lupa membawa kartu binal itu turun!!!! Buset… Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
137
saking lapernya kali yah? “Gila ya, baru bulan lalu nikah, istri lu udah Kok 2.
Gila
Putusin
hamil. Emang perkasa nih temen gue yang Gue?, 60 satu
ini.
Gak
sia-sia
deh
gue
jadi
temennya.” Gue menepuk pundak Juki. Pada contoh kalimat di atas ditemukan dua ungkapan serapah yang mengalami perubahan arti dari makna aslinya, yaitu gila dan binal. Kata gila memiliki arti sakit ingatan; tidak masuk akal (KBBI, 2008:487). Pada contoh kalimat di atas, kata gila bermakna tidak biasa atau tidak masuk akal. Kata tersebut digunakan sebagai ekspresi keterkejutan terhadap sesuatu hal bukan untuk menjelaskan sebuah penyakit. Asosiasi makna kata tersebut adalah tidak masuk akal. Selanjutnya, kata binal memiliki arti bengal; tidak menurut perintah; liar atau tidak jinak (KBBI, 2008:201). Pada contoh kalimat di atas kata binal memiliki makna liar. Kartu binal seolah-olah bermakna kartu yang ‘liar’ dan tidak ‘menurut perintah’ pemiliknya karena tidak terbawa oleh si pemilik kartu. Si pemilik kartu bermaksud untuk membawa kartu miliknya, tetapi pada kenyataannya ia lupa membawa kartu tersebut dan memaki dengan menggunakan kata binal. Asosiasi dari kedua makna tersebut adalah liar atau tidak menurut perintah. Jenis perubahan makna yang terjadi dari kata gila dan binal adalah meluas. Kata gila memiliki makna selain sakit ingatan atau sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi juga sebagai sifat seseorang yang tidak masuk akal dan kata seruan. Sementara itu, kata binal tidak hanya bermakna makhluk hidup yang liar, bengal, atau tidak jinak, tetapi juga kata seruan yang digunakan pada benda mati.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
138
Tabel 3.4.8 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Bersumber dari Pengalaman Negatif Manusia
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Pak Prayit adalah guru seni rupa kita. ‘Kenapa 1.
Cape deh
gak
sekarang?’
Marmut Merah tanya Jambu, 28
Dora. Bayu terdiam lama. Lalu dia bilang, ‘Ya udah, sekarang aja.’ Cape deh. “Nak Ratu… tante duluan ya?”
Kamar Cewek,
Jantung gua berhenti berdetak. Gua noleh,
92
si tante dan Trini di belakang gue, tersenyum ramah sambil liat dari atas sampe bawah trus pergi ke kasir sebelah. 2.
Mati
MATIIIIIII!!!!! Muka gua panas, saking kagetnya gua hampir menjatuhkan keranjang berisi bahan makanan yang sedang gua pegang. “Bo, mereka denger ga sih, kita ngomong apa?” gua panik.
Kata capai berarti letih; lelah (KBBI, 2008:259). Cape deh merupakan variasi dari kata capai deh. Dalam contoh kalimat di atas, cape deh bukan bermakna kelelahan melainkan ekspresi kemalasan atau kekesalan terhadap sesuatu hal. Asosiasi kedua makna tersebut adalah sebuah ekspresi kemalasan atau kekesalan terhadap seseorang karena sudah ‘lelah’ menanggapi pembicaraan lawan bicaranya. Selanjutnya, kata mati berarti sudah hilang nyawa (KBBI, 2008:998). Pada contoh kalimat di atas kata mati digunakan sebagai umpatan atas kemalangan yang menimpa diri seseorang. Tokoh tersebut seolah-olah ingin menghilangkan nyawanya karena Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
139
kesialan yang menimpa dirinya, yaitu takut pembicaraannya mengenai seseorang didengar oleh orang tersebut. Asosiasi dari kedua makna tersebut adalah hilang nyawa. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kata capai deh dan mati adalah pengasaran. Kata capai deh digunakan untuk menggantikan kata yang bermakna biasa saja, yaitu lelah. Kemudian kata mati yang bermakna dasar hilang nyawa digunakan sebagai kata seruan yang berorientasi pada kata yang kasar. Tabel 3.4.9 Perubahan Makna Kata Sebagai Ungkapan Serapah Bersumber dari Jenis Penyakit
No.
Ungkapan
Judul Buku,
Kalimat
Serapah
Halaman
Memang sih suasana Plaza Senayan, Jumat Kamar malam cukup ramai. Tapi nggak segitunya Cewek, 44 sampai bisa membuat suara kami tidak bisa 1.
Autis
terdengar satu sama lain. Ini Tiara aja yang sering nggak fokus, asyik sendiri. “Alaa, berisik nggak berisik lo mana denger sih? Lo kan autis…suka asyik sendiri…” ledek Lona sambil menyesap earl grey tea-nya. Gua cukup takjub melihat Safina yang lembut
Kamar
dan manja itu marah-marah. Sumpah! Jarang
Cewek, 144
banget ngeliat dia hipertensi kayak gini. … 2.
Dasar
“Fin! Kasian, tuh Tiara kelaperan. Udah kita
hipertensi
pindah ke rumah makan padang aja, kenapa sih? Gue deh yang nyetir kalo lo males. Tiara butuh makanan, gue butuh pria-pria tampan.” “LONA! Kamu tuh bisanya cuma mikirin cowok terus sih! Apa ngga cukup jelas yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
140
udah aku bilang tadi?” “…” “Huh! Dasar hipertensi!” Lona berbisik ke gua.
3.
Idiot
‘Berarti gue jago banget, dong!’ Gue ngerasa
Cinta
dapat angin. ‘Soalnya gue udah nabrak mobil
Brontosaur
yang lagi parkir, nyerempet bajaj, dicium bis,
us, 4
nyerempet barel, nabrak bemper, nyerempet mobil pas lagi macet, sampai mecahin kaca depan.’ Dia bengong. Dia lalu bilang, ‘Lo itu idiot.’
4.
APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Kok Putusin
AAAA????
Gue?, 168
Sakit jiwa
Gue gampang histeris? Posesif? Suka ngelarang-larang Hari? Banyak permintaan? SAKIT JIWA!!!
Keempat kata di atas adalah jenis penyakit yang berkaitan dengan mental manusia. Autis
seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya
merupakan
sebuah gangguan
perkembangan manusia yang ditandai dengan hambatan dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Penderita autis cenderung memiliki ‘dunia’-nya sendiri sehingga terkadang ia tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kata autis tersebut digunakan sebagai ungkapan serapah untuk menyebut orang yang suka sibuk atau asyik dengan ‘dunia’nya sendiri. Berikutnya adalah penyakit idiot yang tidak jauh berbeda dengan autis, yaitu menyerang sistem perkembangan tubuh dan pola pikir seseorang. Berbeda dengan autis, orang idiot memiliki ciri khas dari bentuk muka mereka. Orang idiot kadang bersikap di luar kebiasaan manusia normal pada umumnya. Oleh karena itu, pada contoh kalimat di atas kata idiot digunakan sebagai Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
141
celaan atas perilaku aneh oleh seorang tokoh. Kata selanjutnya adalah hipertensi yang bergabung dengan kata dasar menjadi dasar hipertensi. Penyakit hipertensi disebabkan oleh tekanan darah lebih tinggi dari normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya (KBBI, 2008:549). Penderita hipertensi cenderung mudah marah dan memiliki kadar emosional yang lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak menderita hipertensi. Penggunaan kata hipertensi pada kalimat di atas adalah sebagai deskripsi dan ejekan bagi orang yang suka atau mudah marah karena terpancing emosinya. Kata selanjutnya adalah sakit jiwa yang berarti memiliki gangguan kejiwaan karena lupa atau hilang ingatan. Efek dari seseorang yang mengidap penyakit ini adalah berkelakuan aneh dan di luar kontrol manusia. Penggunaan kata sakit jiwa sebagai ungkapan serapah dalam contoh kalimat di atas digunakan sebagai ekspresi kekesalan dan hinaan kepada seseorang yang berperilaku tidak rasional. Asosiasi dari ketiga makna kata autis, idiot, dan sakit jiwa di atas dengan makna yang terkandung dalam kata serapahnya adalah gangguan jiwa atau mental seseorang. Sementara itu, asosiasi makna kata hipertensi dengan makna serapahnya adalah seseorang yang mudah marah karena terpancing emosinya. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kata autis, hipertensi, dan idiot adalah meluas. Ketiga kata tersebut memiliki makna selain jenis penyakit, yaitu sifat seseorang. Sementara itu, kata sakit jiwa mengalami perubahan makna penghalusan. Kata sakit jiwa digunakan untuk menggantikan kata gila yang memiliki makna lebih kasar. Selain kata-kata di atas, terdapat pula kata yang mengalami perubahan makna dari sumber lainnya, yaitu kata bolot yang bersumber dari nama tokoh, kata titit yang bersumber dari bagian tubuh, kata demit yang bersumber dari makhluk halus, dan kasihan deh loe yang bersumber dari emosi. Kata bolot digunakan sebagai ungkapan serapah karena jelas asosiasinya dengan pelawak yang memiliki kekurangan pada indera pendengaran. Oleh karena itu, bila ada orang yang kurang mendengar atau tidak menyambung saat diajak bicara dikatakan sebagai bolot. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kata bolot adalah meluas. Kata bolot tidak hanya bermakna nama seorang pelawak yang memiliki kekurangan pendengaran, tetapi juga sebutan untuk Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
142
orang yang memiliki gangguan dalam pendengaran. Berikut contoh kalimat yang menggunakan kata bolot. Christian Bautista cakep banget, ya, di Jomblo?” seru Tiara. “Heh? Christian Bautista? Main Jomblo?” Ratu berhenti berjalan, menoleh ke arah Tiara dengan pandangan “Nggak salah orang?”—dan bertahan dalam posisi demikian selama beberapa detik. Kemudian gue, Ratu, dan Safina ngakak. Ni anak pasti tulalit lagi, deh. “Kenapa sih?” “Maksud lo, Christian Sugiono kaleeee…” Gue mendorong bahu Tiara. “Oh, bukan Bautista, ya?” Tiara cengar-cengir. Aduh, Miss Bolot ini… (Yunita, 2007:117)
Selanjutnya adalah kata titit digunakan sebagai hinaan karena kesal atau marah terhadap sesuatu hal. Titit adalah nama lain dari penis, alat kelamin laki-laki. Kata titit digunakan sebagai ekspresi kekecewaan seorang tokoh terhadap maskapai penerbangan yang digunakannya. Sebagian orang mengatakan titit adalah ‘burung’. Oleh karena itu, tokoh tersebut memaki maskapai penerbangan tersebut dengan menggunakan kata titit karena memiliki kemiripan dengan nama asli maskapai tersebut yang berlambang burung garuda. Jenis perubahan makna yang terjadi pada kata ini adalah pengasaran. Kata titit yang memiliki makna dasar biasa saja, yaitu alat kelamin pria, digunakan untuk menggantikan kata burung. Berikut contoh kalimat yang menggunakan kata titit tersebut. Jadi wiken kemaren gw menghabiskan total 15 jam naek Garuda Indonesia. Dan gw masi kesel banget ama Garuda, soalnya mereka (masih aja) telat mulu. Gak cocok ama namanya, burung garuda kan gagah, keren, gak pernah telat. Mendingan tuh maskapai penerbangan ganti nama aja pake nama burung” yang laen, Perkutut Indonesia kek ato Titit Indonesia sekalian. Huhuhuuh. *masi kesel (Dika, 2005:164).
Perubahan makna selanjutnya adalah kata demit yang bersumber dari makhluk halus. Kata demit memliki arti makhluk halus yang jahat (KBBI, 2008:336). Pada penelitian ini kata demit digunakan untuk menghina orang lain atau mengekspresikan kekesalan dalam berserapah. Asosiasi dari makna dasar kata demit dengan makna kata serapahnya adalah makhluk yang jahat. Jenis perubahan makna yang terjadi pada Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
143
kata ini adalah meluas. Kata demit tidak hanya bermakna makhluk halus yang jahat, tetapi orang atau manusia yang jahat juga dapat dikatakan demit. Berikut ini kutipan kalimat yang mengandung kata demit. Karena penasaran, gw menyibakkan tirai shower gw. dan pas saat itulah gw melihat kepala Eja nongol dengan muka mesum sambil ketawa ngakak. KURANG ASEM. Ternyata, dia ngebuka kunci pintunya make koin. Demit (Dika, 2005:58).
Perubahan makna terakhir terjadi pada frase kasihan deh loe. Alih-alih sebagai ekspresi kemalangan atau belas kasihan, frase tersebut digunakan untuk mengejek keadaan orang lain dengan intonasi tertentu. Kasihan berarti iba hati atau membangkitkan rasa belas (KBBI, 2008:690). Kata tersebut digunakan sebagai seruan untuk menyatakan iba hati. Namun, dalam ungkapan serapah kata tersebut berubah fungsi menjadi kata seruan untuk mengejek. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan frase kasihan deh loe. “Awas kowe. Kalau aku sih, bukan masalah kucingannya, Sar. Tapi, makan di situ tuh enggak kenyang. Tahu sendiri kan porsinya seiprit! Pulang makan dengan Rivan, pasti harus makan di burjo lagi. Kalau enggak dituruti, malam-malam cacingku bisa memberontak… Mbok’e, mbok minta makan..” Sarah tergelak. “Kasihan deh, loe! Enggak ngirit deh, hahahah!” (Rika, 2011:127)
Berdasarkan penjelasan perubahan makna di atas, kata-kata tersebut berubah karena faktor adanya asosiasi. Kemiripan antara makna asli dengan makna dalam ungkapan serapah merupakan faktor utama sebuah kata dapat menjadi ungkapan serapah. Kemudian jenis perubahan makna yang terjadi adalah meluas. Semua kata yang berubah maknanya dalam ungkapan serapah menjadi memiliki makna lain dari makna aslinya. 3.5 Perubahan Fungsi Dalam penelitian ini, ungkapan serapah tidak hanya digunakan untuk memaki, tetapi ditemukan pula beberapa fungsi lain. Seperti yang telah dijelaskan pada bab Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
144
sebelumnya, ungkapan serapah memiliki beberapa tujuan dan fungsi, yaitu identitas dalam suatu kelompok, mengaget-ngageti, menakut-nakuti, menghina, menunjukkan keakraban, menciptakan jarak, atau untuk menjalin solidaritas sosial (Crawford, 1995:173). Bahkan di sebagian kebudayaan, ungkapan serapah digunakan untuk mengungkapkan pujian, keheranan, dan menciptakan suasana keakraban. Beberapa perubahan fungsi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah ekspresi keterkejutan, kekhawatiran atau kepanikan, candaan, ujaran keakraban atau keintiman, ekspresi ketidakpedulian, umpatan, seruan, identitas sosial bahkan pujian. Sebuah kata serapah dapat memiliki beberapa fungsi, seperti kata mati, anjrit, mampusbangtelupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong, dan oh my god yang memiliki fungsi untuk mengekspresikan kekhawatiran atau kepanikan dan kata mampus yang memiliki fungsi sebagai umpatan, dan ekspresi kekhawatiran.
Mati Mampus
Ekspresi Kepanikan/kekha watiran
Umpatan
Berikut ini adalah kutipan kalimat yang menggunakan kata mampus dan mati sebagai ekspresi kekhawatiran dan umpatan. Gue juga inget waktu buku Kambingjantan pertama kalinya masuk ke Gramedia. Begitu nyampe Gramedia, langsung ngelihat ke kiri kanan, nyariin buku gue didisplay di mana. Anehnya, gak ketemu-ketemu. Gue panik dan bergumam, ‘Anjrit! Jangan-jangan ditaro di rak bagian buku ternak!’ (Dika, 2007:v). “Nak Ratu… tante duluan ya?” Jantung gua berhenti berdetak. Gua noleh, si tante dan Trini di belakang gue, tersenyum ramah sambil liat dari atas sampe bawah trus pergi ke kasir sebelah. MATIIIIIII!!!!! Muka gua panas, saking kagetnya gua hampir menjatuhkan keranjang berisi bahan makanan yang sedang gua pegang. “Bo, mereka denger ga sih, kita ngomong apa?” gua panik (Rika, 2007:92). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
145
Semakin memasuki daerah persawahan, gue semakin was-was. Gue bertanya, ‘Di sawahsawah kayak gini, ada ular sawah gitu gak, sih?’ Joe berkata santai, ‘Ada-lah.’ ‘Mampus gue,’ kata gue panik. Langsung celingukan nyari ular (Dika, 2011:213).
“Sstt… nggak usah buka aib, napa!” Alisha melotot.
Ia mengulurkan sebatang coklat untuk Gilang. Kami berkumpul di depan kamar Alisha sambil jongkok. Kayak orang lagi main gaple. “Tante mau menyogok Gilang ya, biar enggak melapor ke Mbah Buyut!” “Mampus loe, Sha!” kataku puas. (Rika, 2009:211—212).
Selanjutnya adalah kata dodol. Dodol sebagai kata serapah yang menunjukkan orang yang lemah dalam berpikir memiliki fungsi bukan untuk memaki, melainkan untuk mengejek orang lain dalam hubungan keakraban. Jadi, dapat dikatakan kata dodol ini berfungsi sebagai ejekan, candaan, dan ujaran keakraban. Tidak jarang ditemukan dalam novel ini, seorang tokoh memanggil tokoh lainnya dengan sebutan dodol. Ejekan Dodol
Candaan Ujaran keakraban
Selain, kata dodol, ditemukan pula kata-kata lain yang memiliki fungsi seperti kata dodol, yaitu bodoh, najis, najong, parah, kuda, ember, mbahmu, geblek, jelek, bolot, orang gila, kasihan deh lo, cucian deh lo, chicken, dodol, dasar cewek berantakan, dasar cewek dodol, dasar cewek dudul, dasar cowok edan, dasar cowok pangsit, dasar dodol, dasar gendeng, dasar gila, dasar giling, dasar hipertensi, dasar ibu tiri, dasar jelek, dasar kebo, dasar licik, dasar mahasiswi nakal, dasar pelit, dasar pemalas, dasar tante durhaka, dasar tukang gosip, dasar tukang peres, gile, gembel, giling, goblok, idiot, lebay, norak, sapi, dan autis sebagai ujaran keakraban untuk menciptakan keintiman antarpenggunanya. Dari 44 kata di atas, penggunaan serapah dengan kata dasar sangat mendominasi dengan kemunculan 20 kali. Walaupun kata-kata tersebut digunakan untuk mengejek orang lain, hal ini merupakan bentuk dari ujaran keakraban. Berikut Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
146
adalah contoh kutipan kalimat yang menggunakan beberapa kata di atas sebagai ujaran keakraban. “Yang ini, saya beli waktu saya ulang tahun kemarin. Yang kemarin saya pakai ke PIM, dibeli waktu mau liburan ke Anyer. Every shoe tells a story! Saya inget banget semua momen kenapa sepatu dibeli.” “Orang gila.” Tetta lalu tertawa. (Rika, 2009:56). “AHAHAHAHA… geblek.. dasar gila…” tiba-tiba Lona tertawa. “Enak aja!” protes Tiara. “Deuh, bukan lo, Sayang…” Lona mengerling, lalu kembali sibuk dengan laptopnya. Suara kuku jemari lentik Lona yang tersaput kuteks pearly shine keluaran Unique yang beradu dengan tuts-tuts keyboard menimbulkan bunyi tak-tik-tuk tidak beraturan. Lalu Lona tersenyum lagi. Aku jadi penasaran. Lagi ngapain sih dia? “Lagi ngapain sih kamu?” “Gue? Chatting lah..masa lagi bungee jumping?” (Yunita, 2007:65).
Selain kata sial, ada pula kata anjrot, gila, sambel, sialan, kampret, asem dan kurang asem yang digunakan sebagai seruan untuk menyatakan kekesalan dan kesialan yang dialami oleh seseorang. Namun, 3 dari 5 kata tersebut berfungsi juga sebagai ungkapan keakraban, yaitu kata sial, sialan, dan kampret. Bahkan kata kampret juga digunakan sebagai kata sapaan.
Sial
Seruan menyatakan kesialan
Ujaran keakraban
Berikut adalah kutipan kalimat yang menyatakan penggunaan kata sial dan sambel sebagai seruan kesialan yang dialami seseorang. “Mau ngga nih? Sayang kalo dibuang. Mahal.” Bambang menyodorkan Lily itu pada saya. “Sial! Saya dijadiin tempat sampah.” Kami berdua tertawa. Tulus. Bahagia. (Yunita, 2007:187). Lalu, dengan perasaan riang gembira gw ngambil bantal dan gw taro di depan tipi. Gw ambil DVD Silence of The Lamb, lalu memasukkannya ke DVD player gw…. sialnya… gantian DVD player gw yang rusaaaaaakkkkkkk…. SAMBELLLLL!!!!! (Dika, 2005:7) Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
147
Di rumah sakit, gue masuk ke emergency. Gelagat gak beres udah mulai keliatan. Gue disuruh nunggu ampe empat jam. EMPAT JAM. Darah gue keburu abis duluan, kampret. … Rino dengan bijaknya bilang, ‘Oh emang gitu, kan kalo di ostrali orang yang bakal diperhatiin itu dirawat berdasarkan tingkat serius sakitnya.’ (Dika, 2005:79).
Kata gila selain digunakan untuk memaki, ditemukan pula dalam bentuk lain, yaitu sebagai ekspresi keterkejutan atau keheranan dan kekaguman. Fungsi yang sama juga dimiliki oleh kata anjir dan anjrot untuk berserapah. Selain itu, beberapa kata yang bersumber dari bahasa daerah, bahasa asing, dan semua kata tiruan bunyi juga memiliki fungsi yang sama dengan kata anjir dalam penggunaanya sebagai ungkapan serapah, yaitu kata ajegile, bujug buset, edan, buset, dragonohmygod, oh my god, dan gedubrak, gedumbreng, jeger, gubrak, tulalit. Berikut adalah kutipan penggunaan beberapa kata tersebut sebagai ungkapan serapah yang berfungsi untuk mengekspresikan keterkejutan dan keheranan. “Dapat berapa juta, Na?” Etna tersenyum pahit, “Lihat saja, Mbak.” Sarah merebut amplop yang dipegang Etna dan melongok isinya. Busyet, 150 ribu perak! Buat beli apaan? Kami terperangah. Anjir, tega juga tuh cowok! (Rika, 2009:214). Saat ini, gue ngerasa mampu membuat masakan super-keren-mega-dahsyat apa pun hanya dengan menggunakan microwave. Siapa tau suatu saat nanti Rudy Choirudin bakal ngeliat masakan gue dan nanya, ‘Gila, gimana caranya lo bikin masakan ini?’ (Dika, 2006:120). “Duh! Gila ya, Aldi bisa sabar gitu sama elo. Gua aja udah sering hipertensi, deh, ngadepin perempuan labil kayak elo ini.” (Yunita, 2007:8). Buset, masa sih mereka berdua betul-betul meninggalkanku sendirian? Sungguh teganya…..! kampus arahnya utara atau selatan ya? *mahasiswi buta arah. (Rika, 2011:69). Lima meter dari tempat saya duduk, ada laki-laki berambut cepak yang mengenakan kemeja putih kotak-kotak dan jeans hitam gombrong. Lumayan ganteng juga sih…, tapi…, eh! Bentar…, bentar…. Kok kayaknya saya ken… HUAAA!!! GEDUMBRENG! Saya nyaris berdiri dari posisi duduk nyaman tadi. Ada Bambang!!!! Mantan pacar yang sangat menyebalkan (Yunita, 2007:29) Dan baru aja pagi ini ada pasangan lainnya yang dateng ke apartemen gw. Ya udah, gw tinggalin aja mereka di sofa gw dan gw pun mandi, setelah gw mandi, si cewek bilang ke Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
148
gw…, “Gila Dik, hihihi.. hihihi.. gw baru aja dicium ama dia dan di *sensor* hihihi.. hihihi..!” dragonohmygod. Lha dia enak abis ciuman ama pacarnya, lha gw? Mentok” juga nyium kulkas, itu juga kalo kulkasnya mao dicium. (Dika, 2005:162).
Fungsi berikutnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah penggunaan kata bodo dan bodo amat sebagai ekspresi ketidakpedulian terhadap sesuatu hal. Berikut adalah kutipan kalimat penggunaan kata bodo dan bodo amat sebagai ekspresi ketidakpedulian. “Sst… jangan teriak-teriak napa? Ini sudah malam.” Sarah naik darah. “BODO AMAT! LU YANG DULUAN JAHATIN GUA! ENGGAK USAH BACOT!” “EH ITU MULUT DIJAGA YA, YANG SOPAN SAMA KAKAK KOS!” Sarah terpancing. (Rika, 2011:106). “Hah? Jadi lo nggak ngantor?” Lona terpengarah. “Huehehehhehe, ngantor kok, setengah hari. Bodo ah. Kalo besok ditanyain gua bilang aja, gua makan siang di Baghdad.” Ratu menyeringai lucu. (Yunita, 2006:144).
Fungsi terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai ungkapan pujian. Kata yang termasuk dalam fungsi ini adalah kata bocor. Dari salah satu novel tersebut, yaitu novel Kok Putusin Gue? (2004) karya Ninit Yunita, kata bocor digunakan untuk memuji kelucuan dan keakraban yang tercipta antarkeluarga dalam satu pernikahan melalui sebuah tarian. Berikut kutipan yang mengandung kata bocor tersebut. “Legend banget tuh acara nikahannya Teh Nia kemaren. Orang-orang masih pada sering ngomongin. Trus baru kali ini di acara keluarga gua ada yang nari poco-poco segembrong-gembrong gitu. Ternyata keluarga suaminya Teh Nia juga sama aja, penggemar poco-poco juga. Bocor abis deh!” (Yunita, 2004:224).
3.5.1 Penggunaan Kata Dasar dan Sumpah Sebagai Ungkapan Serapah Dalam
penelitian
ini
ditemukan
sejumlah
ungkapan
serapah
yang
menggunakan kata dasar untuk memaki, menghina, atau mengejek seseorang. Kata dasar dalam KBBI (2008:318) memiliki beberapa arti, yaitu (1) tanah yang di bawah air (kali, laut, dan sebagainya), (2) bagian yang terbawah (kuali, botol, dan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
149
sebagainya), (3) lantai, (4) latar (warna yang menjadi alas gambar), (5) yang menjadi lapisan yang paling bawah, (6) bakat atau pembawaan sejak lahir, (7) alas fundamen, (8) pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan); asas, (9) cak memang begitu (adat, tabiat, kelakuan, dan sebagainya). Dari kesembilan definisi di atas, sebagian besar referen kata dasar adalah lapisan terbawah, latar belakang, atau alas. Namun, ada satu definisi yang menjelaskan kata dasar sebagai kata cakapan yang berarti ‘memang begitu’. Kata yang berlabel cakapan dalam KBBI berarti kata yang digunakan dalam ragam tak baku. Lazimnya, kata dasar digunakan untuk memaki atau menghina sesuatu hal. Namun, tidak jarang kata dasar dapat digunakan juga untuk memuji seseorang, seperti Dasar anak rajin! Kerjanya belajar mulu. Dalam novel-novel tersebut ditemukan beberapa kata dasar yang bergabung dengan kata lain sebagai penekanan terhadap ekspresi makian, hinaan, atau pun candaan. Kata dasar dalam pengaplikasiannya harus digabungkan dengan kelas kata lain, seperti nomina atau ajektiva agar jelas penggunaanya dan tepat sasaran. Berikut bagan kata dasar yang bergabung dengan kelas kata nomina atau frase nominal dan kata dasar yang bergabung dengan ajektiva atau frase ajektival. Tabel 3.5.1.1 Kata Dasar yang Bergabung dengan Nomina atau Frase Nominal
Dasar cowok, dasar badut bego, dasar tukang peres, dasar sopir bego, dasar mahasiswi nakal, Dasar +
dasar cewek berantakan, dasar cewek dudul,
Nomina/Frase
dasar cowok pangsit, dasar pengecut, dasar
Nominal
cewek dodol, dasar dodol, dasar kadal, dasar penjahat, dasar kebo, dasar buaya.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
150
Tabel 3.5.1.2 Kata Dasar yang Bergabung dengan Ajektiva atau Frase Ajektival
Dasar +
Dasar gila, dasar giling, dasar licik, dasar
Ajektiva/Frase
pelit, dasar jelek, dasar kampungan, dasar
Ajektival
gendeng.
Namun, ditemukan pula kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Hal ini terjadi karena adanya pelesapan kata dari frase yang sebenarnya, seperti dalam kutipan berikut. “Eh tau nggak sih, Matt?” “Matt DeMeza?” “Yup. Ternyata bokapnya bule, cakep lho! Kemarin gue ketemu pas pertemuan orang tua. Guess what, he’s divorced. Jadi pengen ngebungkus bokapnya Matt ke rumah.” “Dasar!” “Huaahahahha…” (Yunita, 2006:147)
Kutipan di atas adalah percakapan dua orang perempuan dalam novel Kamar Cewek karya Ninit Yunita. Penggunaan kata dasar dalam kutipan tersebut berdiri sendiri tanpa ada kata lain yang mendampingi sebagai penjelasan. Namun, dengan melihat konteks pembicaraan yang dilakukan oleh dua perempuan tersebut kita dapat langsung memahami apa yang dimaksud oleh tokoh yang mengatakan dasar tersebut. Perempuan tersebut menggoda temannya dengan menggunakan kata dasar yang dapat digabungkan dengan kata genit, centil, ganjen, atau sebagainya. Penggunaan kata dasar tersebut bukanlah untuk memaki atau menghina, tetapi sebagai candaan atau godaan yang membuktikan hubungan keakraban. Selain kata dasar, kata sumpah juga ditemukan dalam penelitian ini sebagai cakapan. Kata sumpah memiliki arti pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci; pernyataan disertai melakukan tekad yang sungguh-sungguh; kata-kata buruk (makian) (KBBI, 2008:1554). Kata sumpah digunakan sebagai penekanan terhadap pernyataan selanjutnya dalam sebuah ujaran atau kalimat. Berdasarkan hal ini, kata sumpah Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
151
mengalami perubahan makna dan fungsi yang semula merupakan pernyataan resmi yang dilakukan dengan tekad sungguh-sungguh menjadi sebuah kata cakapan untuk meyakinkan lawan bicara pada apa yang dikatakan penutur. Berikut kutipan kalimat yang menggunakan kata sumpah sebagai penekanan. Sumpah yah, satu kelas gw langsung pada cekikikan semua ngeliatin gw yang dengan tampang cengok, bego, lugu, dan tak berdaya berdiri di depan kelas sambil pelan” ngunyah kentang goreng dan bawa” kantong gede berisi kentang goreng di tangan kanan. (Dika, 2005:108).
3.6 Perubahan Fonotaktik Bahasa bersifat arbitrer. Keadaan ini memungkinkan sebuah bentuk kata muncul tanpa pola dan tanpa tujuan tertentu. Ungkapan serapah dalam bahasa gaul merupakan perwujudan dari sifat bahasa tersebut. Dalam penelitian ini saya menemukan beberapa kata yang mengalami perubahan atau perpindahan urutan fonem sehingga menghasilkan bentuk kata dan bunyi yang berbeda dari kata asalnya. Perubahan fonem tersebut dikenal dengan istilah perubahan fonotaktik. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, fonotaktik adalah urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa; deskripsi tentang urutan tersebut; gramatika stratifikasi (Kridalaksana, 1993: 205). Salah satu fenomena perubahan fonotaktik yang umum diketahui oleh masyarakat Indonesia adalah bahasa prokem. Pada tahun 80-an remaja Indonesia dihebohkan dengan penggunaan bahasa prokem sebagai bahasa percakapan seharihari. Bahasa prokem diciptakan oleh pencopet, bandit, atau preman (Sumarsono dan Partana, 2002: 88). Bahasa prokem merupakan sebuah slang yang berubah menjadi jargon. Awalnya, bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa rahasia para preman atau penjahat kemudian berubah menjadi bahasa yang secara terbatas digunakan oleh kelompok sosial tertentu, seperti kelompok remaja (Chaer dan Agustina, 2002:45). Kehadiran bahasa prokem cukup diperhitungkan sebagai variasi sosial dengan diterbitkannya kamus bahasa prokem pada tahun 1988 dan diangkat sebagai salah
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
152
satu topik dalam seminar Sosiolinguistik II di Jakarta, Desember 1988 oleh Lita Pamela Kawira (Sumarsono dan Partana, 2002: 89). Bahasa prokem memiliki pola urutan fonem yang unik. Rumusan pembentukan bahasa prokem sebagian memakai penyisipan –ok- di tengah kata yang sudah disusutkan. Hal ini mirip dengan apa yang sudah kita kenal pada bahasa waria di Surabaya. Rumus bahasa waria adalah (1) setiap kata diambil tiga fonem, misalnya kata banci diambil ban- saja, (2) vokal di tengah diubah menjadi /e/ menjadi ben-, dan (3) bentuk terakhir –cong dimasukkan manasuka. Ada pula variasi lain dengan menghilangkan vokal terakhir kemudian disisipi –ok- di belakang tiga fonem pertama atau disebut dengan apokop, yaitu penghilangan satu bunyi. Selain itu, metatesis, yaitu penggunaan satu suku kata, seperti bo’! juga salah satu pola pembentukan bahasa prokem (Sumarsono dan Partana, 2002: 91). Kemunculan bahasa prokem tersebut menyusupi penggunaan bahasa kaum muda khususnya dalam percakapan sehari-hari tak terkecuali dalam penggunaan ungkapan serapah. Dalam penelitian ini ditemukan 21 kata yang mengalami perubahan fonotaktik sebagai variasi bunyi dan sebagai bentuk variasi bahasa gaul yang diciptakan oleh kaum muda. Kata-kata tersebut, antara lain giling, gile, geblek, cupu, sotoy, anjrot, anjir, bodo, kebo, anjrit, ngaco, najong, kaco, dudul, cape deh, bete, cucian deh lo, ilfil, lebay, ciken, dan busyet. Jenis perubahan fonotaktik pertama adalah pelesapan atau perubahan urutan fonem yang tidak jauh berbeda dari kata asalnya. Kata-kata yang mengalami proses tersebut antara lain, gila, goblok, sok tahu, anjing, bodoh, kerbau, najis, kacau, capai deh, kasihan deh lo, dan lebih. Berikut ini bagan perubahan fonotaktik kata-kata tersebut beserta proses perubahannya.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
153
Bagan 3.6.1 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Gila dan Anjing Variasi Bentuk Lebih dari Satu Kata
Gile Gila
Anjir Anjing
Giling
Anjrit Anjrot
Kata gila dan anjing di atas mengalami perubahan fonotaktik dengan penggantian fonem. Kata gila berubah menjadi kata giling--yang termasuk dalam kosakata dalam Kamus Gaul karya Debby Sahertian—dengan mengubah fonem terakhir /a/ dengan tiga fonem lain, yaitu /i/, /n/, dan /g/. Kemudian kata anjing berubah menjadi kata anjir, anjrit, dan anjrot. Penggantian fonem yang terjadi pada kata anjir adalah mengganti fonem /n/ dan /g/ dengan fonem /r/ sedangkan pada kata anjrit dan anjrot masing-masing mengganti fonem /i/, /n/, dan /g/ dengan fonem /r/, /i/, /t/ dan fonem /r/, /o/, /t/. Penggantian fonem tersebut sebagai upaya penghalusan dalam penggunaan serapah anjing. Bunyi [j] pada kata anjing memiliki kesamaan bunyi dengan kata [j] pada anjir, anjrit, dan anjrot. Jenis hambatan ini disebut paduan (affricate). Kemudian ketiga kata yang telah mengalami perubahan fonotaktik tersebut memiliki kesamaan letak penghasil bunyi di artikulator, yaitu palatal, artikulasi yang dilakukan di langitlangit keras. Hal ini menyebabkan kata anjing memiliki variasi bentuk menjadi anjir, anjrit, dan anjrot. Bagan 3.6.2 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Goblok, Dodol, Sumpah, Kacau, Kerbau, Najis, Mengacau dan Lebih dengan Perubahan Fonem
Goblok
Geblek
Dodol
Dudul
Kerbau
Kebo
Kacau
Kaco
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
154
Lebih Buset Sok tahu
Lebay Busyet Sotoy
Najis
Najong
Chicken
Ciken
Mengacau
Ngaco
Kata-kata di atas mengalami perubahan urutan fonem dan menggantinya dengan fonem lain agar pelafalan dan penyebutan kata tersebut lebih nyaman pada artikulator. Contohnya adalah kata kacau yang berubah menjadi kaco. Kedekatan bunyi [w] dengan [o] menyebabkan kata kacau yang berbunyi [kacaw] menjadi [kaco]. Hal tersebut juga terjadi pada perubahan kata kerbau menjadi kebo dan kata mengacau menjadi ngaco. Setelah terjadi penghilangan afiks me- kata mengacau tidak kembali menjadi kata dasarnya, yaitu kacau, tetapi berubah menjadi ngaco. Jenis hambatan artikulasi ini disebut hampiran (approximant) dengan letak terjadinya bunyi di bilabial. Kemudian kata chicken yang berbunyi [ciken] juga ditulis sesuai dengan tulisan fonetisnya, yaitu ciken. Berikutnya adalah kata goblok dan dodolyang mengalami penggantian fonem karena kedekatan daerah artikulasi. Kata goblok berubah menjadi geblek terjadi karena bunyi [o] terletak di tengah belakang dan bunyi [e] terletak di tengah pusat pada daerah artikulasi vokal. Kemudian kata dodol menjadi dudul karena bunyi [o] terletak di tengah belakang dan bunyi [u] terletak di atas belakang. Kata berikutnya adalah kata lebay, sotoy dan najong yang merupakan hasil perubahan fonem dari kata lebih, sok tahu, dan najis. Perubahan kata lebih menjadi lebay karena adanya kedekatan daerah artikulasi bunyi [i] dengan bunyi [a], yaitu atas depan dan bawah depan. Kemudian kata sok tahu berubah menjadi sotoy juga karena ada kedekatan daerah artikulasi bunyi [w] dari fonem /a/ dan /u/ pada kata tahu dengan bunyi [o] dari fonem /o/ dan /y/ pada kata sotoy, yaitu atas belakang dan tengah belakang. Kata najis berubah menjadi najong mengikuti pola perubahan rumus pada bahasa prokem, yaitu penggantian dua fonem terakhir dengan tiga fonem /o/, /n/, dan /g/. Kemudian kata buset mendapat sisipan fonem lain, yaitu /y/ yang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
155
bertujuan menghaluskan pengucapan kata tersebut atau juga hanya sebagai variasi bunyi. Bagan 3.6.3 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Bodoh dan Capek deh dengan Penghilangan Fonem
Capai deh
Capek deh Bodoh
Cape deh
Bodo
Kata bodoh dan capek deh mengalami penghilangan fonem menjadi bodo dan cape deh. Penghilangan fonem terjadi pada fonem terakhir kata bodoh, yaitu /h/. Kata bodoh digunakan untuk mendeskripsikan sifat seseorang yang tidak mudah mengerti sedangkan kata bodo digunakan mengekspresikan ketidakpedulian terhadap sesuatu hal. Kemudian frase capai deh mengalami proses perubahan dengan berganti fonem /a/ dan /i/ menjadi /e/ karena kemiripan daerah artikulasi bunyi, yaitu atas depan dan tengah depan. Setelah itu, terjadi penghilangan fonem /k/ sehingga kata capek yang memiliki bunyi [cape] ditulis sesuai dengan bunyinya, yaitu cape. Bagan 3.6.4 Proses Perubahan Fonotaktik Kasihan deh Lo dengan Dua Kali Proses Perubahan
Kasihan deh loe
Kacian deh loe
Cucian deh loe
Frase kasihan deh loe mengalami perubahan urutan fonem sebanyak dua kali. Pertama kata kasihan berubah menjadi kacian. Tidak ada rumus pasti mengenai perubahan fonem /s/ menjadi /c/ karena daerah artikulasi kedua bunyi tersebut berbeda, yaitu alveolar [s] dan palatal [c]. Kata ini terjadi secara manasuka. Kemudian kata kacian tersebut mendapat penyesuaian lagi menjadi kata cucian Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
156
sehingga secara harafiah perubahan makna yang terjadi sangat jauh, yaitu dari makna perasaan iba (kasihan) menjadi tumpukan barang yang belum dicuci (cucian). Bagan 3.6.5 Proses Perubahan Fonotaktik Kata Ilfil, Cupu, dan Bete (Pemendekan Kata)
Hilang feeling
Ilfil
Boring Time/Bad Time
Culun punya
Cupu
Bete
Kata-kata di atas mengalami proses pemendekan kata. Hilang feeling mengalami penghilangan fonem /h/ di awal kata hilang menjadi ilang kemudian mendapat proses penyingkatan sehingga terbentuk kata ilfil. Sama halnya dengan kata ilfil, kata cupu yang merupakan kependekan dari kata culun punya sebagai ungkapan serapah untuk seseorang yang berpenampilan culun, aneh, atau tidak mengikuti perkembangan gaya modern. Kata berikutnya adalah bete yang merupakan kependekan dari boring time atau bad time. Singkatan tersebut ditulis sesuai dengan cara pengucapannya, yaitu dengan memasukkan fonem /e/ sehingga ditulis bete alihalih BT.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
157
BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN UNGKAPAN SERAPAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP STEREOTIPE GENDER DALAM MASYARAKAT 4.1 Pengantar Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bentuk-bentuk ungkapan serapah berdasarkan kelas kata, sumber, perubahan makna, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ketika menggunakan ungkapan serapah. Jenis sumber, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik dapat dijadikan indikator untuk mengidentifikasi karakter berbahasa laki-laki dan perempuan dalam menggunakan ungkapan serapah. Hal ini akan memberikan pandangan baru mengenai stereotipe cara berbahasa laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Pada bagian ini, saya akan menjelaskan hubungan antara bahasa dan gender yang kemudian saya kaitkan dengan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dan perempuan. Dari lima klasifikasi ungkapan serapah yang telah saya jelaskan pada kerangka berpikir di bab dua, hanya tiga jenis klasifikasi yang memengaruhi dalam penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan. Saya akan menjelaskan perbedaan penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan berdasarkan sumber, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Ketiga klasifikasi ini saya pilih karena terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam menggunakan ungkapan serapah berdasarkan sumber, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik dibandingkan dengan kelas kata dan perubahan makna. Setelah itu, saya akan mengaitkan stereotipe cara berbahasa perempuan dan laki-laki di masyarakat dengan penggunaan ungkapan serapah oleh laki-laki dan perempuan yang saya temukan dalam penelitian ini. Hal ini akan memperlihatkan apakah stereotipe tersebut masih berlaku dalam novel-novel populer yang saya teliti atau tidak.
157
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
158
4.2 Bahasa dan Gender Peranan bahasa sebagai alat komunikasi sangat memengaruhi kehidupan sosial seseorang. Saat seseorang berbicara dengan kata-kata kasar dan bahasa yang tidak baik, maka ia akan dianggap sebagai154 orang yang tidak berpendidikan atau tidak memiliki sopan santun. Bila kita berbicara mengenai bahasa, maka kita bicara mengenai peserta tutur, yaitu laki-laki dan perempuan. Cara berbahasa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Bukan saja terletak pada perbedaan suara, pemakaian atau pemilihan kata (leksikal), dan kalimat (gramatikal), melainkan juga pada cara penyampaian (pragmatis) (Kuntjara, 2003:1). Perbedaan bahasa ini kemudian berkembang menjadi permasalahan gender. Perempuan sebagai makhluk inferior mengalami tekanan dari perbedaan penggunaan bahasa ini. Perempuan adalah kelompok yang dirugikan dengan adanya diskriminasi bahasa. Lakoff (1975) dalam Kuntjara (2003:3) mengatakan bahwa perempuan mengalami diskriminasi bahasa dalam dua hal, yaitu (1) dalam hal bagaimana mereka diajar untuk berbahasa dan (2) bagaimana bahasa pada umumnya memperlakukan kaum perempuan. Diskriminasi tersebut terlihat pada beberapa bahasa di dunia, seperti dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Dalam bahasa Inggris, kata bachelor digunakan untuk laki-laki yang belum menikah sedangkan kata spinster digunakan untuk perempuan yang belum menikah. Namun, kata spinster memiliki konotasi negatif karena lebih merujuk pada perawan tua dibandingkan dengan kata bachelor yang berkonotasi positif dan memiliki arti pria single. Dalam bahasa Indonesia, diskriminasi bahasa juga terjadi pada penggunaan kata dengan akhiran –wan yang merujuk pada laki-laki, seperti dermawan, wirausahawan, karyawan, dan sebagainya. Sementara itu, kata dermawati, wirausahawati, atau karyawati yang merujuk pada perempuan lebih jarang digunakan. Penggunaan kata-kata yang berbentuk atau identik dengan laki-laki tersebut sudah menjadi intimidasi terselubung bagi kaum perempuan. Bahkan beberapa peneliti mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh laki-laki menunjukkan dominasi laki-laki sedangkan bahasa perempuan merefleksikan subordinasi mereka (Kuntjara, 2003:6). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
159
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, berdasarkan penggunaan atau fungsi bahasa, perempuan biasanya lebih peka pada apa yang diucapkannya. Perempuan cenderung memerhatikan fungsi afektif dalam berinteraksi. Mereka lebih peka terhadap perasaan yang mungkin ditimbulkan dari Sementara
itu,
laki-laki
cenderung
lebih
bahasa yang dipakai.
memerhatikan
informasi
yang
disampaikannya, tanpa memprioritaskan perasaan yang mungkin timbul dari kata yang mereka gunakan pada lawan bicaranya. Perempuan lebih sering menggunakan bahasa yang menunjukkan keakraban sedangkan laki-laki cenderung menunjukkan sikap mendominasi dan kekuasaan. Kemudian perempuan lebih sering menggunakan bahasa yang baku dibandingkan laki-laki dalam konteks yang sama. Hal ini terjadi karena perempuan sering memiliki status sosial yang lebih rendah dibanding laki-laki sehingga mereka menggunakan bahasa baku dan sopan agar status sosialnya terangkat. Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi stereotipe penggunaan bahasa laki-laki dan perempuan mengalami pegeseran. Perempuan sudah mampu dan berani menduduki posisi yang semula dikategorikan sebagai profesi laki-laki, seperti supir taksi, mekanik atau insinyur, presiden, dan sebagainya. Fenomena yang terjadi kini perempuan mampu berbicara dengan nada tinggi atau menggunakan kata kasar seperti laki-laki di depan umum untuk mengekspresikan perasaannya. Walaupun hal tersebut tetap dianggap negatif oleh masyarakat, perempuan telah mampu mengikis stereotipe masyarakat mengenai cara berbahasa perempuan. 4.3 Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Pengikisan stereotipe perempuan dan laki-laki di masyarakat dibuktikan dengan penggunaan ungkapan serapah oleh kaum perempuan. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa ungkapan serapah adalah kata makian yang digunakan hanya untuk memaki, menghina, mengejek, mencela, dan sebagainya. Ungkapan serapah juga akrab dengan bahasa laki-laki karena banyak kata kasar di dalamnya. Namun, kini ungkapan serapah mengalami perubahan baik dari segi pengguna maupun fungsinya. Ungkapan serapah tidak lagi berkonotasi negatif yang identik dengan kata Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
160
makian dan laki-laki, tetapi juga digunakan oleh perempuan dan berfungsi untuk candaan, sebagai identitas kelompok, menunjukkan keakraban, ekspresi keterkejutan, dan sebagainya. Berikut ini saya akan menjelaskan perbedaan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan sumber, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Terdapat 19 sumber ungkapan serapah yang menjadi rujukan penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan. Namun, ternyata hanya 17 sumber yang berbeda yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan untuk berserapah. Laki-laki lebih berinovasi dalam menghasilkan ungkapan serapah dengan berbagai perubahan fonotaktik dan leksemisasi penggabungan ungapan serapah dalam satu kata dibandingkan perempuan. Terbukti dari 21 kata yang mengalami perubahan fonotaktik, 13 di antaranya digunakan oleh laki-laki dan ditemukan 2 buah kata yang mengalami leksemisasi penggabungan kata serapah. Sementara itu, perempuan lebih produktif dalam menggunakan ungkapan serapah. Hal ini dibuktikan dengan frekuensi penggunaan ungkapan serapah oleh perempuan sejumlah 280 kali sedangkan laki-laki sejumlah 214 kali. 4.3.1 Penggunaan Ungkapan Serapah Antara Laki-laki dengan Perempuan Berdasarkan Sumber Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perbedaan penggunaan bahasa antara laki-laki dan perempuan tidak terkecuali dalam penggunaan ungkapan serapah. Pada bagian ini, saya akan menjelaskan perbedaan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan sumbernya. Kemudian akan terlihat pula pemilihan kata ungkapan serapah antara laki-laki dan perempuan serta fungsinya dalam percakapan sehari-hari yang tercermin dalam novel. Fungsi ungkapan serapah tidak semata-mata digunakan untuk memaki, menghina, mengejek atau hal negatif lainnya melainkan untuk mengekspresikan keterkejutan, mempererat hubungan keakraban, keintiman, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
161
Tabel 4.3.1.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Keadaan Sesuatu
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Bocor
1
-
2.
Kaco
-
1
3.
Ngaco
1
1
4.
Najis
-
1
5.
Najong
2
-
6.
Orang gila
2
-
7.
Parah
1
2
8.
Payah
1
2
9.
Sial
26
-
Total:
34
7
Pada tabel di atas terlihat perbedaan penggunaan ungkapan serapah berdasarkan sumber keadaan sesuatu oleh laki-laki dan perempuan. Pada sumber ini, variasi jenis ungkapan serapah yang digunakan oleh perempuan dan laki-laki berbeda. Perempuan menggunakan 7 kata, yaitu kata bocor, ngaco), najong, orang gila, parah, payah, dan sial sedangkan laki-laki menggunakan 5 kata kacau (kaco), ngaco, najis, parah, dan payah. Dari 9 kata tersebut terdapat 3 kata yang digunakan baik oleh lakilaki maupun perempuan, yaitu ngaco, parah, dan payah. Kemudian kata najis digunakan oleh laki-laki sedangkan kata najong digunakan oleh perempuan. Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, tetapi digunakan dengan bentuk berbeda. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya mengenai stereotipe perempuan yang berbicara lebih sopan dari pada laki-laki, penggunaan kata najong merupakan upaya penghalusan dari serapah yang digunakan oleh kaum perempuan.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
162
Tingkat produktivitas ungkapan serapah yang dihasilkan perempuan tersebut membuktikan bahwa ungkapan serapah tidak hanya digunakan oleh laki-laki dan bukan lagi sebagai bahasa laki-laki. Total kemunculan ungkapan serapah yang signifikan antara laki-laki dan perempuan—laki-laki sejumlah 7 kali dan perempuan—sebanyak 34 kali, membuktikan bahwa perempuan sudah mulai menggunakan kata-kata serapah sebagai bahasa sehari-hari. Bahkan pada sumber ini ada satu kata yang digunakan oleh perempuan dengan jumlah kemunculan yang besar, yaitu kata sial yang muncul sebanyak 26 kali. Sementara itu, kata ini tidak digunakan oleh laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa perempuan berani berserapah layaknya laki-laki. Tabel 4.3.1.2 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Hewan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Anjing
-
1
2.
Anjir
1
-
3.
Anjrit
1
10
4.
Anjrot
-
2
5.
Buaya
2
-
6.
Buaya darat
1
-
7.
Dasar buaya
1
-
8.
Dasar buaya darat
1
-
9.
Dasar kadal
3
-
10.
Dasar kebo
1
-
11.
Kadal
1
-
12.
Kadal gila
1
-
13.
Kampret
1
9 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
163
14.
Kecebong kampret
-
1
15.
Kerbau (Kebo)
-
1
16.
Kuda
-
1
17.
Kuda liar goreng saos mentega
-
1
18.
Kutu kupret
-
1
19.
Monyet
-
3
20.
Sapi
1
-
21.
Trenggiling kampret
-
1
15
31
Total:
Pada sumber jenis hewan, perempuan tidak terlalu produktif dalam menghasilkan kata serapah. Hal ini dibuktikan dengan frekuensi kemunculan kata pada perempuan hanya berjumlah 15 kali sedangkan pada laki-laki sebanyak 31 kali. Dari 21 kata serapah tersebut, 11 di antaranya digunakan atau dihasilkan oleh lakilaki. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai karakter bahasa laki-laki yang lebih inovatif dibandingkan perempuan dan cenderung menggunakan bahasa slang, pada tabel di atas terlihat bahwa laki-laki lebih variatif dalam mengeksplorasi penggunaan kata serapah yang bersumber dari jenis hewan. Laki-laki menggunakan jenis-jenis hewan yang di luar dari kebiasaan untuk berserapah, seperti kecebong, trenggiling, dan kuda. Sementara itu, perempuan menggunakan jenis hewan yang lazim digunakan sebagai ungkapan serapah dan bermetafora, seperti kadal yang bermakna orang yang suka menipu dan buaya atau buaya darat yang bermakna laki-laki mata keranjang. Pada sumber ini kembali terlihat karakter perempuan yang cenderung menggunakan bahasa lebih sopan atau lebih halus. Alih-alih menggunakan kata anjing, perempuan lebih memilih menggunakan bentuk lain dari kata anjing, yaitu anjrit atau anjir dan kata sapi untuk menggantikan kata kebo. Perempuan menggunakan kata dasar sebagai penekan dan juga sebagai upaya penghalusan ungkapan serapah yang mereka ucapkan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
164
lebih peka pada apa yang diucapkannya dan mementingkan perasaan yang akan timbul pada lawan bicaranya atas ucapan yang mereka katakan. Tabel 4.3.1.3 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Nama Tokoh, Makhluk Halus, Kekerabatan, dan Bagian Tubuh
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Bolot
3
2
2.
Demit
-
1
3.
Mbahmu
1
-
4.
Titit
-
1
Total Nama Tokoh:
3
2
Total Makhluk Halus:
-
1
Total Kekerabatan:
1
-
Total Bagian Tubuh:
-
1
Tabel di atas adalah gabungan dari 4 sumber yang hanya memiliki satu jenis kata serapah, yaitu nama tokoh, makhluk halus, kekerabatan, dan bagian tubuh. Dari 4 kata di atas, 2 kata digunakan oleh perempuan dan 3 kata digunakan oleh laki-laki. Terdapat satu buah kata yang sama-sama digunakan oleh laki-laki dan perempuan, yaitu kata bolot. Total frekuensi kemunculan 4 sumber ungkapan serapah tersebut adalah 8 kali. Dari 13 novel yang saya teliti, tidak satu pun ditemukan kata serapah yang berasal dari sumber makhluk halus dan bagian tubuh digunakan oleh perempuan. Dengan kepekaannya atas kata yang diucapkan dan memerhatikan fungsi afektif dalam berinteraksi, perempuan menghindari kata yang berkonotasi buruk, seperti titit dan demit. Sementara itu, laki-laki dengan karakter yang senang berterus terang dan cenderung menunjukkan sikap dominasi ketika berbicara, lebih berani menggunakan kata-kata kasar atau berkonotasi negatif , seperti titit dan demit untuk mengekspresikan kekecewaannya pada suatu hal. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
165
Tabel 4.3.1.4 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Benda
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Ember
1
-
2.
Kotak
-
1
Total:
1
1
Jenis benda merupakan salah satu sumber yang tidak produktif menghasilkan ungkapan serapah dalam penelitian ini. Baik perempuan maupun laki-laki hanya menggunakan satu kali ungkapan serapah dari sumber ini dengan kata yang berbeda. Perempuan menggunakan kata ember yang secara harafiah bermakna wadah untuk menampung air sedangkan laki-laki menggunakan kata kotak yang bermakna bidang empat persegi. Perempuan menggunakan kata ember untuk mengdeskripsikan orang yang tidak dapat menjaga rahasia. Sementara itu, laki-laki menggunakan kata kotak untuk memaki dengan menggabungkannya dengan kata lain. Pengaplikasian kata-kata ini dapat dilihat pada bab sebelumnya. Pada sumber ini, perempuan dan laki-laki tidak terlalu mengeksplorasi kemampuan mereka dalam berserapah. Tidak ada ciri khas atau stereotipe dari karakter masing-masing yang menonjol dalam penggunaan kata-kata tersebut. Kedua kata tersebut sangat mungkin dipertukarkan penggunaannya pada laki-laki maupun perempuan.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
166
Tabel 4.3.1.5 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Profesi (Jenis Pekerjaan)
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Dasar tukang gosip
1
-
2.
Dasar tukang peres
1
-
3.
Dukun (Tukang pelet)
1
-
4.
Gembel
-
3
5.
Tukang ngibul
1
-
Total:
4
3
Pada tabel di atas terlihat ungkapan serapah yang bersumber dari profesi atau jenis pekerjaan ada 5 jenis, yaitu dukun (tukang pelet), tukang gosip, tukang peres, gembel, dan penipu (tukang ngibul). Total kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari sumber ini adalah 7 kali dengan frekuensi kemunculan penggunaan ungkapan serapah lebih banyak oleh perempuan, yaitu 4 kali. Pada sumber ini, perempuan lebih bervariasi dalam menghasilkan ungkapan serapah dibandingkan laki-laki yang hanya menggunakan satu jenis pekerjaan. Sesuai dengan karakter ungkapan serapah yang berkonotasi negatif, jenis pekerjaan yang dijadikan ungkapan serapah bukanlah jenis pekerjaan yang baik dan wajar.
Seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya,
perempuan
cenderung
membicarakan hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Apabila kita melihat pada bab sebelumnya, pengaplikasian jenis pekerjaan ini oleh perempuan adalah untuk menunjukkan kekesalan mereka kepada seseorang dalam pembicara yang ringan. Oleh karena itu, jenis pekerjaan yang mereka gunakan juga pekerjaan yang dekat dengan lingkungan mereka. Sementara itu, pada laki-laki ungkapan serapah dari sumber jenis pekerjaan ini digunakan tidak hanya untuk berseru sebagai ekspresi kekesalan, tetapi juga untuk mengejek lawan bicara yang memiliki keintiman hubungan dengan penutur sebagai bukti hubungan keakraban. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
167
Tabel 4.3.1.6 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Istilah Agama
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Jahanam
1
1
2.
Sumpah
4
7
Total:
5
8
Penggunaan kata sumpah sebagai ungkapan kepastian dalam berjanji, digunakan oleh laki-laki dan perempuan untuk berserapah. Dari 2 jenis kata tersebut, kata sumpah memiliki jumlah kemunculan terbanyak, yaitu 11 kali. Baik laki-laki maupun perempuan tidak menggunakan kata sumpah untuk memaki atau menghina, melainkan sebagai penekanan terhadap suatu pernyataan atau peristiwa dan juga sebagai ekspresi dari keterkejutan atau kekecewaan terhadap sesuatu hal. Pengaplikasian kata sumpah ini dapat dilihat pada bab sebelumnya. Pada tabel di atas terlihat, perempuan menggunakan kata sumpah untuk berserapah dengan frekuensi kemunculan sebanyak 4 kali. Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih sadar akan bahasa atau kata yang diucapkannya dari pada laki-laki. Perempuan berusaha menghindari pernyataan secara berlebihan dengan menggunakan kata sumpah sebagai penekanan dalam kalimatnya. Kepekaan dalam berbahasa tersebut, dibuktikan pula oleh perempuan dengan menghindari penggunaan kata jahanam. Kata ini berasosiasi dengan neraka—tempat terburuk di akhirat dan tidak disukai oleh manusia—yang digunakan hanya oleh laki-laki untuk berserapah dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
168
Tabel 4.3.1.7 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Makanan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Dasar cewek dodol
1
-
2.
Dasar cewek dudul
1
-
3.
Dasar cowok pangsit
1
-
4.
Dasar dodol
2
-
5.
Dodol
10
3
6.
Sambal (sambel)
-
1
15
4
Total:
Dodol, pangsit, dan sambal merupakan tiga jenis makanan yang dekat dengan kehidupan manusia dan memiliki karakteristik yang berbeda. Dodol adalah makanan yang kenyal dan manis sedangkan sambal merupakan bumbu dapur yang pedas. Sementara itu, pangsit merupakan makanan ringan seperti kerupuk berisi daging yang rasanya gurih. Ketiga jenis makanan ini digunakan oleh laki-laki dan perempuan untuk berserapah. Total frekuensi kemunculan kata dodol lebih banyak apabila dibandingkan dengan kata pangsit dan sambal. Pada tabel di atas terlihat bahwa perempuan lebih banyak menggunakan kata dodol untuk berserapah dibandingkan laki-laki. Sementara itu, perempuan tidak sekalipun menggunakan kata sambal yang muncul hanya satu kali dan digunakan oleh laki-laki. Begitu pula dengan kata pangsit yang digunakan oleh perempuan dengan penambahan kata dasar dan cowok, tidak sama sekali ditemukan penggunaannya oleh laki-laki. Perempuan menggunakan kata dodol dan pangsit sebagai bentuk penghalusan ungkapan serapah yang mereka gunakan. Penggunaan kata dodol merupakan penghalusan dari kata bodoh, tolol, atau goblok sedangkan kata pangsit merupakan penghalusan untuk mencela lawan jenis yang penakut atau tidak jantan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan sadar akan bahasa yang digunakannya. Perempuan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
169
lebih sadar untuk menjaga perasaan lawan bicaranya agar tetap terbangun suasana kekakraban dalam pembicaraan mereka. Penggunaan kata dodol dan pangsit tidak semata-mata untuk memaki, melainkan untuk mengejek sebagai candaan kepada orang yang dianggap akrab. Tabel 4.3.1.8 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Keadaan Makanan
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Asam (asem)
4
1
2.
Basi
5
-
3.
Kurang asem
-
2
Total:
9
3
Pada sumber keadaan makanan, perempuan lebih banyak menghasilkan dan menggunakan kata serapah. Total frekuensi kemunculan ungkapan serapah tersebut mencapai 9 kali sedangkan laki-laki hanya 3 kali. Baik laki-laki maupun perempuan menggunakan 2 jenis kata serapah dari sumber ini, yaitu kata asem dan basi oleh perempuan sedangkan laki-laki menggunakan kata asem dan kurang asem. Dari ketiga kata tersebut tidak ada kata yang berkonotasi lebih buruk atau lebih negatif dari kata lainnya sehingga penggunaan kata-kata tersebut sangat mungkin dipertukarkan pada laki-laki dan perempuan. Pada sumber ini perempuan membuktikan kemampuan mereka dalam berserapah dan menggunakan kata-kata yang tidak jauh berbeda dengan laki-laki.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
170
Tabel 4.3.1.9 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Sifat Manusia
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Bawel
1
-
2.
Bego
3
10
3.
Benci (bencih)
-
1
4.
Binal
-
2
5.
Bodo
9
1
6.
Dasar badut bego
-
1
7.
Dasar cewek berantakan
1
-
8.
Dasar cowok cemen
1
-
9.
Dasar gendeng
-
1
10.
Dasar gila
4
-
11.
Dasar giling
1
-
12.
Dasar licik
1
-
13.
Dasar mahasiswi nakal
1
-
14.
Dasar pelit
1
-
15.
Dasar pemalas
1
-
16.
Dasar tante durhaka
1
-
17.
Bodoh
2
-
18.
Cupu
-
1
19.
Geblek
2
2
20.
Gila
30
15
21.
Giling
3
-
22.
Kesal
3
1
23.
Konyol
-
1
24.
Kurang ajar
1
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
171
25.
Lebay
1
-
26.
Norak
1
2
27.
Nyolot
1
-
28.
Pelit
1
-
29.
Risih (rese)
7
-
30.
Sebal
4
-
31.
Sinting
7
-
32.
Superkesal
1
-
33.
Sok tahu (sotoy)
-
3
34.
Tolol
-
1
Total:
89
42
Dari 34 kata yang bersumber dari sifat manusia di atas, 26 kata digunakan oleh perempuan sedangkan laki-laki menggunakan 14 kata. Perempuan juga lebih banyak memunculkan ungkapan serapah dari sumber ini dengan frekuensi kemunculan 89 kali sedangkan laki-laki sejumlah 42 kali. Terdapat satu buah kata yang memiliki frekuensi kemunculan paling besar di antara kata yang lain, yaitu kata gila. Kata ini muncul sejumlah 30 kali oleh perempuan dan 18 kali oleh laki-laki. Kemunculan kata gila sebanyak 30 kali oleh perempuan menunjukkan bahwa perempuan juga menggunakan kata-kata tidak sopan seperti yang dikemukakan oleh Coates (2004:81) pada bab sebelumnya mengenai penggunaan bahasa oleh laki-laki dan perempuan. Kemudian jumlah variasi ungkapan serapah yang lebih banyak dihasilkan oleh perempuan pada sumber ini membuktikan bahwa perempuan dapat berinovasi untuk menggunakan kata-kata serapah, seperti lebay, nyolot, rese, dan giling.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
172
Tabel 4.3.1.10 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Kekurangan Fisik Manusia
No.
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perepuan
pada Laki-laki
Ungkapan Serapah
1.
Dasar jelek
1
-
2.
Jelek
1
-
Total:
2
-
Kekurangan fisik manusia sangat mudah dijadikan celaan untuk orang lain. Hal ini dimanfaatkan oleh perempuan untuk berserapah dengan menggunakan katakata pada tabel di atas. Kekurangan fisik manusia merupakan hal yang sangat sensitif untuk diutarakan sehingga tidak mungkin lebih banyak digunakan oleh perempuan mengingat karakter perempuan yang sangat perasa. Namun, ternyata seluruh kata serapah dari sumber ini digunakan oleh perempuan. Walaupun dengan frekuensi kemunculan yang sedikit, yaitu satu kali untuk masing-masing kata, perempuan secara perlahan menyamarkan karakter ungkapan serapah sebagai bahasa laki-laki. Bahkan pada penelitian ini tidak ditemukan penggunaan kata serapah oleh laki-laki yang bersumber dari kekurangan fisik manusia. Tabel 4.3.1.11 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Tiruan Bunyi
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Gedubrak
-
1
2.
Gedumbreng
1
-
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
173
3.
Gubrak
2
2
4.
Jeger
-
2
5.
Tulalit
1
-
Total:
4
5
Karakter ungkapan serapah yang terbentuk secara manasuka oleh kaum muda menjadi potensi kata-kata yang bersumber dari tiruan bunyi digunakan untuk berserapah. Hal ini terbukti bahwa pada penelitian ini ditemukan 5 kata yang bersumber dari tiruan bunyi benda. Perempuan dan laki-laki sama-sama menggunakan 3 jenis variasi tiruan bunyi. Perempuan memiliki frekuensi kemunculan sebanyak 4 kali sedangkan laki-laki sebanyak 5 kali. Laki-laki mendeskripsikan bunyi benda jatuh dengan kata gedubrak, gubrak, dan jeger untuk berserapah dalam tulisan. Sementara itu, perempuan menggunakan tiruan bunyi lain, seperti bunyi sambungan telepon (tulalit) untuk mengejek orang yang lemah dalam berpikir. Perempuan
menggunakan
alternatif
kata
lain,
yaitu
tulalit
untuk
mendeskripsikan orang yang lambat dalam berpikir atau bodoh. Kata ini digunakan kepada orang yang sudah dianggap dekat dan memiliki hubungan keakraban. Dari pilihan kata tiruan bunyinya, terlihat laki-laki lebih menyukai hal-hal berbahaya atau berbunyi keras. Hal tersebut diwakilkan dengan penggunaan kata jeger seperti bunyi benturan dua benda keras dan kata gubrak seperti bunyi benda keras yang jatuh. Hal ini membuktikan bahwa laki-laki lebih menunjukkan sikap agresivitasnya dan aktivitas yang mengarah pada kekuasaan dan status.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
174
Tabel 4.3.1.12 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Emosi
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Bete
5
-
2.
Cucian deh lo
-
3
3.
Ilfil
-
4.
Kasihan deh lo
1
3 -
Total:
6
6
Perempuan yang memiliki karakter mementingkan perasaan dan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, ternyata tidak lebih produktif dari laki-laki dalam menggunakan kata yang bersumber dari emosi. Dari 4 kata di atas, baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama menggunakan 2 jenis kata dengan kesamaan frekuensi kemunculan, yaitu 6 kali. Terdapat satu buah kata yang memiliki frekuensi kemunculan terbesar dan kata tersebut digunakan oleh perempuan, yaitu kata bete. Kata ini digunakan perempuan untuk mengekspresikan kebosanan atau kekesalan terhadap sesuatu hal. Namun, tidak menutup kemungkinan kata bete tersebut digunakan oleh laki-laki seperti frase kasihan deh lo yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan meskipun laki-laki menggunakan bentuk lain dari frase tersebut. Pada sumber ini, perempuan tidak membuktikan bahwa bahasa yang mereka gunakan lebih sopan dan santun. Posisi kaum perempuan yang relatif sekunder tidak menekan mereka dalam menghasilkan ungkapan-ungkapan serapah. Namun, perempuan tetap memerhatikan penggunaan ungkapan serapah tersebut agar tidak semakin memperburuk status sosialnya di masyarakat. Penggunaan kata seperti bete, dan kasihan deh lo masih dalam batasan wajar untuk digunakan kaum perempuan dalam berserapah.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
175
Tabel 4.3.1.13 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Pengalaman Negatif Manusia
Ungkapan Serapah
No.
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Cape deh
-
1
2.
Dasar cowok
2
-
3.
Dasar ibu tiri
1
-
4.
Dasar kampungan
1
-
5.
Dasar pengecut
1
-
6.
Dasar penjahat
1
-
7.
Mampus Mampusbangetlupantatkudagiginon golmatajendoljidatnongnong Mati
7
35
-
1
1
-
Total:
14
37
8. 9.
Dari 9 bentuk ungkapan serapah yang bersumber dari pengalaman negatif manusia, 7 di antaranya digunakan oleh perempuan sedangkan laki-laki hanya menggunakan 3 kata. Akan tetapi, frekuensi kemunculan ungkapan serapah perempuan hanya berjumlah 14 kali sedangkan laki-laki berjumlah 37 kali. Kata serapah yang paling banyak digunakan oleh perempuan adalah kata mampus dengan total kemunculan tidak terlalu besar, yaitu 7 kali. Sebaliknya, penggunaan kata mampus merupakan kata yang paling banyak digunakan oleh laki-laki, yaitu sejumlah 35 kali. Penggunaan kata dasar sebagai pendamping dalam berserapah sangat banyak digunakan oleh perempuan dalam penelitian ini. Total variasi kata dasar yang digunakan pada sumber ini adalah 5 kata. Makna kata dasar yang berarti memang dan merupakan cakapan yang berfungsi sebagai penekanan, dimanfaatkan oleh perempuan sebagai bentuk penghalusan ungkapan serapah. Sementara itu, laki-laki Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
176
yang memiliki ujaran lebih agresif dan bersikap rasional, lebih banyak menggunakan kata-kata langsung, seperti mampus dari pada kata yang menggunakan dasar. Frekuensi kemunculan kata mampus yang mengintimidasi kemunculan kata tersebut oleh perempuan membuktikan bahwa laki-laki tidak memerhatikan perasaan lawan bicara, melihat pada fakta, dan cenderung menonjolkan agresivitasnya. Tabel 4.3.1.14 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Bahasa Daerah
Ungkapan Serapah
No.
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Ajigile
-
3
2.
Bodo amat
4
4
3.
Bujug
-
2
4.
Bujug buset
-
2
5.
Buset
9
16
6.
Busyet
9
-
7.
Dasar cowok edan
1
-
8.
Edan
3
-
9.
Gile
3
5
10. Goblok 11. Ngehe
-
13
-
1
12. Sialan 13. Sompret
19
6
-
1
48
53
Total:
Bahasa daerah merupakan sumber yang kerap digunakan untuk berserpah dalam penelitian ini. Dengan total kemunculan 101 kali, sumber bahasa daerah termasuk sebagai sumber yang mendominasi penggunaan ungkapan serapah. Sebagian besar kata yang digunakan berasal dari bahasa Betawi, seperti bujug, buset, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
177
goblok, gile, sialan, dan sebagainya. Namun, ada pula satu kata yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu edan. Penggunaan kedua sumber daerah tersebut karena Jakarta— latar yang digunakan pada sumber data—merupakan ibukota Indonesia yang memiliki penduduk asli orang Betawi dan banyak didatangi oleh pendatang, khususnya dari daerah Jawa. Oleh karena itu, bahasa yang mereka gunakan sedikit banyak memengaruhi penggunaan bahasa masyarakat daerah lain yang hidup di Jakarta. Pada tabel di atas, ditemukan satu buah kata yang memiliki frekuensi kemunculan paling banyak, yaitu sialan. Total frekuensi kemunculan kata sialan adalah 25 kali dan 19 kali muncul atau digunakan oleh perempuan. Dalam bahasa Betawi, kata sialan memiliki makna kasar dan digunakan sebagai makian. Pada penelitian ini, kata sialan tidak sepenuhnya digunakan oleh perempuan untuk memaki, tetapi ada pula yang digunakan untuk mengekspresikan kekesalan sebagai umpatan dalam hati. Penggunaan kata sialan ini kembali mematahkan stereotipe karakter bahasa perempuan yang santun, baku, dan lebih peka terhadap perasaan lawan bicara. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak lagi terintimidasi dengan ujaran-ujaran laki-laki yang bersifat mendominasi. Tabel 4.3.1.15 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Bahasa Asing
Ungkapan Serapah
No.
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Cheater
1
-
2.
Chicken
1
-
3.
Ciken
1
-
4.
Dammit (Damn it)
-
1
5.
Damn it
1
-
6.
Damn
10
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
178
7.
Dragonohmygod
-
1
8.
Freak
-
1
9.
Go to hell
1
-
10. Gosh
1
-
11. Idiots
1
-
12. Oh my god
2
5
13. S**t (Shit)
6
-
14. Shut up
1
-
26
8
Total:
Pada tabel di atas, terlihat 14 variasi kata yang berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris sebagai ungkapan serapah. Perempuan menggunakan 11 kata sedangkan laki-laki menggunakan hanya 4 kata. Frekuensi kemunculan ungkapan serapah perempuan juga lebih banyak, yaitu 26 kali sedangkan laki-laki hanya 8 kali. Terdapat satu buah kata yang paling sering muncul dan digunakan oleh perempuan dibandingkan kata lainnya, yaitu kata damn. Total kemunculan kata damn adalah 10 kali sedangkan pada laki-laki kata ini tidak ditemukan sama sekali. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Holmes (1955) mengatakan bahwa kata-kata kasar seperti damn merupakan kata-kata yang lebih sering digunakan oleh laki-laki. Namun, pada penelitian ini keadaan yang terjadi adalah sebaliknya. Kata damn lebih banyak digunakan oleh perempuan dan tidak digunakan oleh laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan kini cenderung menggunakan bahasa yang tidak sopan atau tidak pantas layaknya laki-laki.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
179
Tabel 4.3.1.16 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Bersumber dari Jenis Penyakit
Ungkapan Serapah
No.
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
pada Perempuan
pada Laki-laki
1.
Autis
2
-
2.
Dasar hipertensi
1
-
3.
Idiot
-
2
4.
Sakit jiwa
1
-
Total:
4
2
Penggunaan jenis penyakit sebagai ungkapan serapah merupakan upaya untuk menciptakan variasi kata lain untuk mencela mental atau sifat seseorang. Hal ini terlihat dari penggunaan jenis penyakit yang berhubungan dengan kesehatan mental dan kejiwaan seseorang. Pada tabel di atas ditemukan 4 kata serapah yang bersumber dari jenis penyakit, yaitu autis, hipertensi, idiot, dan sakit jiwa. Perempuan lebih banyak menghasilkan atau menggunakan ungkapan serapah dalam sumber ini. Dari 4 variasi kata tersebut, 3 di antaranya digunakan oleh perempuan dan laki-laki menggunakan sisanya. Perempuan menggunakan kata autis dan sakit jiwa kepada lawan bicara yang berbeda. Pengaplikasian kata-kata ini dapat dilihat pada bab sebelumnya. Kata autis yang memiliki nilai rasa lebih baik digunakan perempuan untuk berbicara dengan sesama perempuan dan orang yang sudah dianggap akrab. Sementara itu, kata sakit jiwa yang memiliki nilai rasa lebih buruk dibandingkan kata autis digunakan untuk memaki laki-laki. Keadaan ini membuktikan bahwa perempuan masih mementingkan perasaan yang akan timbul pada lawan bicaranya dan memahami situasi berbahasa laki-laki dan perempuan.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
180
Tabel 4.3.1.17 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber
No.
Ungkapan Serapah
Frekuensi
Frekuensi
Total
Kemunculan
Kemunculan
Kemunculan
pada
pada Laki-
Perempuan
laki
1.
Ajigile
-
3
3
2.
Anjing
-
1
1
3.
Anjir
1
-
1
4.
Anjrit
1
10
11
5.
Anjrot
-
2
2
6.
Asam (asem)
4
1
5
7.
Autis
2
-
2
8.
Basi
5
-
5
9.
Bawel
1
-
1
10.
Bego
3
10
13
11.
Benci (bencih)
-
1
1
12.
Bete
5
-
5
13.
Binal
-
2
2
14.
Bocor
1
-
1
15.
Bodo
9
1
10
16.
Bodo amat
4
4
8
17.
Bodoh
2
-
2
18.
Bolot
3
2
5
19.
Buaya
2
-
2
20.
Buaya darat
1
-
1
21.
Bujug
-
2
2
22.
Bujug buset
-
2
2 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
181
23.
Buset
9
16
25
24.
Busyet
9
-
9
25.
Cape deh
-
1
1
26.
Cheater
1
-
1
27.
Chicken
1
-
1
28.
Ciken
1
-
1
29.
Cucian deh lo
-
3
3
30.
Cupu
-
1
1
31.
Dammit
-
1
1
32.
Damn it
1
-
1
33. 34.
Damn
10
-
10
Dasar badut bego
-
1
1
35.
Dasar buaya
1
-
1
36.
Dasar buaya darat
1
-
1
37.
Dasar cewek berantakan
1
-
1
38.
Dasar cewek dodol
1
-
1
39.
Dasar cewek dudul
1
-
1
40.
Dasar cowok
2
-
2
41.
Dasar cowok cemen
1
-
1
42.
Dasar cowok edan
1
-
1
43.
Dasar cowok pangsit
1
-
1
44.
Dasar dodol
2
-
2
45.
Dasar gendeng
-
1
1
46.
Dasar gila
4
-
4
47.
Dasar giling
1
-
1
48.
Dasar hipertensi
1
-
1
49.
Dasar ibu tiri
1
-
1
50.
Dasar jelek
1
-
1
51.
Dasar kadal
3
-
3 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
182
52.
Dasar kampungan
1
-
1
53.
Dasar kebo
1
-
1
54.
Dasar licik
1
-
1
55.
Dasar mahasiswi nakal
1
-
1
56.
Dasar pelit
1
-
1
57.
Dasar pemalas
1
-
1
58.
Dasar pengecut
1
-
1
59.
Dasar penjahat
1
-
1
60.
Dasar tante durhaka
1
-
1
61.
Dasar tukang gosip
1
-
1
62.
Dasar tukang peres
1
-
1
63.
Demit
-
1
1
64.
Dodol
10
3
13
65.
Dragonohmygod
-
1
1
66.
Dukun (Tukang pelet)
1
-
1
67.
Edan
3
-
3
68.
Ember
1
-
1
69.
Freak
-
1
1
70.
Geblek
2
2
4
71.
Gedubrak
-
1
1
72.
Gedumbreng
1
-
1
73.
Gembel
-
3
3
74.
Gila
30
15
45
75.
Gile
3
5
8
76.
Giling
3
-
3
77.
Go to hell
1
-
1
78.
Goblok
-
13
13
79.
Gosh
1
-
1
80.
Gubrak
2
2
4 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
183
81.
Idiot
-
2
2
82.
Idiots
1
-
1
83.
Ilfil
-
3
3
84.
Jahanam
1
1
2
85.
Jeger
-
2
2
86.
Jelek
1
-
1
87.
Kaco
-
1
1
88.
Kadal
1
-
1
89.
Kadal gila
1
-
1
90.
Kampret
1
9
10
91.
Kasihan deh lo
1
-
1
92.
Kecebong kampret
-
1
1
93.
Kerbau (Kebo)
-
1
1
94.
Kesal
3
1
4
95.
Konyol
-
1
1
96.
Kotak
-
1
1
97.
Kuda Kuda liar goreng saos mentega Kurang ajar
-
1
1
-
1
1
1
-
1
100. Kurang asem
-
2
2
101. Kutu kupret
-
1
1
102. Lebay
1
-
1
103. Mampus Mampusbangetlupantatk 104. udagiginongolmatajendol jidatnongnong 105. Mati
7
35
42
-
1
1
1
-
1
106. Mbahmu
1
-
1
107. Ngaco
1
1
2
98. 99.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
184
108. Monyet
-
3
3
109. Najis
-
1
1
110. Najong
2
-
2
111. Ngehe
-
1
1
112. Norak 113. Nyolot 114. Oh my god
1
2
3
1
-
1
2
5
7
115. Orang gila 116. Parah
2
-
2
1
2
3
117. Payah 118. Pelit
1
2
3
1
-
1
119. Risih (rese) 120. S**t (Shit)
7
-
7
6
-
6
121. Sakit jiwa 122. Sambal (sambel)
1
-
1
-
1
1
123. Sapi 124. Sebal
1
-
1
4
-
4
125. Shut up 126. Sial
1
-
1
26
-
26
19
6
25
7
-
7
129. Sok tahu (sotoy) 130. Sompret
-
3
3
-
1
1
131. Sumpah 132. Superkesal
4
7
11
1
-
1
133. Titit 134. Tolol
-
1
1
-
1
1
135. Trenggiling kampret 136. Tukang ngibul
-
1
1
1
-
1
127. Sialan 128. Sinting
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
185
137. Tulalit Total ungkapan serapah:
1
-
1
280
214
494
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat penggunaan ungkapan serapah oleh laki-laki dihasilkan dari 17 sumber, yaitu (1) keadaan sesuatu, (2) jenis hewan, (3) makhluk halus, (4) jenis benda, (5) bagian tubuh, (6) profesi (jenis pekerjaan), (7) istilah agama, (8) jenis makanan, (9) keadaan makanan, (10) sifat manusia, (11) tiruan bunyi, (12) emosi, (13) nama tokoh, (14) pengalaman negatif manusia, (15) bahasa daerah, (16) bahasa asing, dan (17) jenis penyakit. Total frekuensi kemunculan ungkapan serapah berdasarkan sumber adalah 214 kali. Pada laki-laki tidak ditemukan ungkapan serapah yang bersumber dari kekurangan fisik manusia dan kekerabatan. Sama halnya dengan laki-laki, perempuan juga menggunakan ungkapan serapah dari 17 sumber yang berbeda, yaitu (1) keadaan sesuatu, (2) jenis hewan, (3) jenis benda, (4) kekerabatan, (5) profesi (jenis pekerjaan), (6) istilah agama, (7) jenis makanan, (8) keadaan makanan, (9) sifat manusia, (10) tiruan bunyi, (11) kekurangan fisik manusia, (12) emosi, (13) nama tokoh, (14) pengalaman negatif manusia, (15) bahasa daerah, (16) bahasa asing, dan (17) jenis penyakit. Namun, pada perempuan tidak ditemukan ungkapan serapah yang bersumber dari makhluk halus dan bagian tubuh manusia. Total kemunculan ungkapan serapah berdasarkan sumber yang digunakan oleh perempuan adalah 280 kali. Tabel 4.3.1.18 Total Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber
Total Frekuensi No.
1.
Sumber Ungkapan Serapah Ungkapan Serapah yang bersumber dari Keadaan Sesuatu
Total Frekuensi
Kemunculan pada Kemunculan pada Perempuan
Laki-laki
34
7
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
186
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Jenis Hewan Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Makhluk Halus Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Jenis Benda Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Jenis Makanan Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Keadaan Makanan Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Nama Tokoh Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Kekerabatan
15
31
-
1
1
1
15
4
9
3
3
2
1
-
-
1
4
3
89
42
14
37
6
6
2
-
Ungkapan Serapah yang 9.
Bersumber dari Bagian Tubuh Manusia Ungkapan Serapah yang
10.
Bersumber dari Profesi (Jenis Pekerjaan)
11.
Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Sifat Manusia Ungkapan Serapah yang
12.
Bersumber dari Pengalaman Negatif Manusia
13. 14.
Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Emosi Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Kekurangan Fisik
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
187
Manusia 15. 16. 17. 18. 19.
Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Istilah Agama Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Tiruan Bunyi Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Bahasa Daerah Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Bahasa Asing Ungkapan Serapah yang Bersumber dari Jenis Penyakit
5
8
4
5
48
53
26
8
4
2
Laki-laki lebih banyak menggunakan ungkapan serapah bersumber dari bahasa daerah. Jumlah kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari bahasa daerah mencapai 53 kali. Jumlah terbanyak adalah kata buset yang muncul sebanyak 16 kali. Namun, variasi ungkapan serapah yang digunakan oleh laki-laki lebih banyak dihasilkan dari sifat manusia. Laki-laki menghasilkan 14 buah jenis variasi ungkapan serapah dari jenis ini. Karakter laki-laki yang cenderung berterus terang, percaya diri, dan agresif dalam berbicara membuat mereka secara apa adanya menggunakan ungkapan yang berhubungan dengan sifat manusia sebagai ungkapan serapah. Sama halnya dengan laki-laki, perempuan banyak menghasilkan jenis ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia, yaitu sejumlah 25 buah. Dari 25 variasi tersebut, 9 di antaranya menggunakan kata dasar sebagai penekanan. Sifat manusia juga merupakan sumber rujukan yang paling banyak digunakan atau muncul sebagai ungkapan serapah oleh perempuan. Dari 280 kali kemunculan ungkapan serapah oleh perempuan, frekuensi kemunculan ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia mencapai jumlah 89 kali. Kata yang paling sering muncul adalah kata gila sebanyak 30 kali. Kemudian diikuti dengan ungkapan serapah yang bersumber dari bahasa daerah sebanyak 48 kali dan bahasa asing sebanyak 26 kali. Perempuan menggunakan ungkapan serapah yang bersumber dari bahasa asing lebih Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
188
banyak dari pada laki-laki yang hanya berjumlah 8 kali. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Kuntjara (2003:32) mengatakan bahwa perempuan menggunakan bahasa standar atau sopan agar status mereka terangkat. Penggunaan bahasa asing merupakan salah satu determinasi tingkat pendidikan atau status sosial seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut membuktikan bahwa perempuan menggunakan bahasa asing sebagai upaya pengangkatan status sosialnya yang dianggap berada pada posisi sekunder dibandingkan laki-laki. Berikut ini adalah bagan variasi jenis ungkapan serapah yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan. Pada bagan tersebut terlihat bahwa perempuan lebih produktif menggunakan ungkapan serapah. Baik laki-laki maupun perempuan banyak menggunakan variasi ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia dengan jumlah masing-masing sebanyak 26 buah dan 14 buah.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
189
Bagan 4.3.1.19 Variasi Jenis Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber
25 20 15 10 5 0 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S Perempuan Keterangan: A: Keadaan Sesuatu B: Jenis Hewan C: Makhluk Halus D: Jenis Benda E: Jenis Makanan F: Keadaan Makanan G: Nama Tokoh H: Kekerabatan I: Bagian Tubuh Manusia J: Profesi (Jenis Pekerjaan)
Laki-laki
K: Sifat Manusia L: Pengalaman Negatif Manusia M: Emosi N: Kekurangan Fisik Manusia O: Istilah Agama P: Tiruan Bunyi Q: Bahasa Daerah R: Bahasa Asing S: Jenis Penyakit
Kemudian pada bagan frekuensi kemunculan serapah yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan terlihat bahwa perempuan lebih banyak menggunakan ungkapan serapah yang bersumber dari sifat manusia dengan gambar diagram yang menjulang tinggi sedangkan frekuensi kemunculan pada laki-laki lebih banyak dari sumber bahasa daerah.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
190
Bagan 4.3.1.20 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S Perempuan Keterangan: A: Keadaan Sesuatu B: Jenis Hewan C: Makhluk Halus D: Jenis Benda E: Jenis Makanan F: Keadaan Makanan G: Nama Tokoh H: Kekerabatan I: Bagian Tubuh Manusia J: Profesi (Jenis Pekerjaan)
Laki-laki
K: Sifat Manusia L: Pengalaman Negatif Manusia M: Emosi N: Kekurangan Fisik Manusia O: Istilah Agama P: Tiruan Bunyi Q: Bahasa Daerah R: Bahasa Asing S: Jenis Penyakit
Berdasarkan kedua bagan di atas menunjukkan bahwa perempuan mendominasi dalam penggunaan ungkapan serapah dalam novel-novel populer tersebut. Perempuan lebih produktif baik dari segi variasi maupun dari segi kuantitas penggunaan ungkapan serapah. Hal ini merupakan bukti bahwa perempuan kini secara perlahan
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
191
mampu berbahasa layaknya laki-laki dengan menggunakan kata-kata kasar sebagai ekspresi emosinya baik emosi positif maupun emosi negatif. 4.3.2 Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fungsi Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ungkapan serapah telah mengalami pergeseran fungsi. Pada awalnya, ungkapan serapah dikenal sebagai kata makian atau hinaan yang berfungsi untuk mengekspresikan kemarahan seseorang. Namun, kini fungsi penggunaan ungkapan serapah meluas, antara lain sebagai ekspresi keterkejutan atau keheranan, kekhawatiran atau kepanikan, penekanan, ujaran keakraban atau keintiman, ekspresi ketidakpedulian, seruan, identitas sosial bahkan pujian. Perbedaan fungsi tersebut juga memengaruhi penggunaan ungkapan serapah terhadap laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hal ini, akan terlihat karakter berbahasa perempuan dan laki-laki pada masa sekarang yang tercermin dalam novel populer. Hal ini juga merupakan pembuktian atas pendapat-pendapat para ahli yang mengatakan bahwa bahasa perempuan lebih sopan dibandingkan laki-laki. Berikut adalah tabel frekuensi kemunculan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan berdasarkan perubahan fungsi yang dilengkapi dengan kata-kata serapah yang digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Tabel 4.3.2.1 Frekuensi Kemunculan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fungsi
No.
1.
Fungsi
Ekspresi kepanikan atau kekhawatiran
Frekuensi
Frekuensi
Kemunculan
Kemunculan
Oleh
Oleh Laki-
Perempuan
laki
Anjrit
-
10
Gila
2
2
Mati
1
-
Ungkapan Serapah
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
192
Mampus
6
34
-
1
Oh my God
2
5
Ajegile
-
3
Anjir
1
-
Asem
1
-
Bujug buset
-
2
Buset
9
16
Dragonohmygod
-
1
Edan
1
-
Gedubrak
-
1
Gedumbreng
1
-
Gila
22
10
Gubrak
2
2
Jeger
-
2
Oh my god
1
5
Tulalit
1
-
Bodo
9
1
Bodo amat
4
4
Autis
2
-
Bodoh
2
-
Bolot
3
-
Chicken
1
-
Cucian deh lo
-
1
1
-
1
-
Mampusbangetlupantat kudagiginongolmatajen doljidatnongnong
Ekspresi 2.
keterkejutan atau keheranan
3.
4.
Ekspresi ketidakpedulian
Ujaran keakraban
Dasar cewek berantakan Dasar cewek dodol
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
193
Dasar cewek dudul
1
-
Dasar cowok edan
1
-
Dasar cowok pangsit
1
-
Dasar dodol
2
-
Dasar gendeng
-
1
Dasar gila
4
-
Dasar giling
1
-
Dasar hipertensi
1
-
Dasar ibu tiri
1
-
Dasar jelek
1
-
Dasar kebo
1
-
Dasar licik
1
-
Dasar mahasiswi nakal
1
-
Dasar pelit
1
-
Dasar pemalas
1
-
Dasar tante durhaka
1
-
Dasar tukang gosip
1
-
Dasar tukang peres
1
-
Dodol
9
2
Ember
1
-
Geblek
2
2
Gembel
-
3
Gile
3
5
Giling
3
-
Goblok
-
8
Idiot
-
2
Jelek
1
-
Kasihan deh lo
1
-
Kuda
-
1 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
194
5.
Seruan
6.
Ungkapan pujian
7.
Penekanan
Lebay
1
-
Mbahmu
1
-
Najis
-
1
Najong
2
-
Norak
2
1
Orang gila
2
-
Parah
-
2
Sapi
1
-
Anjrot
-
2
Asem
1
1
Gila
2
2
Kampret
-
7
Kurang asem
-
2
Sambel
-
1
Sial
26
-
Sialan
9
2
Bocor
1
-
Sumpah
4
7
165
152
Total:
Berdasarkan penjelasan di atas, ditemukan delapan jenis bentuk perubahan fungsi ungkapan serapah. Dari 74 kata yang mengalami perubahan fungsi, 58 di antaranya digunakan oleh perempuan sedangkan laki-laki menggunakan 37 kata. Perubahan fungsi yang paling banyak menghasilkan kata adalah ujaran keakraban. Pada fungsi tersebut, terlihat perempuan mendominasi penggunaan ungkapan serapah untuk menciptakan keakraban. Dari 317 kali kemunculan ungkapan serapah yang mengalami perubahan fungsi, 165 kali di antaranya digunakan oleh perempuan. Dari penjelasan di atas, menguatkan pendapat para ahli bahwa perempuan cenderung menjaga perasaan lawan bicaranya demi menciptakan dan menjaga Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
195
hubungan keakraban yang baik. Hal tersebut terlihat dari kemunculan jenis fungsi ujaran keakraban didominasi oleh perempuan. Sementara itu, laki-laki lebih mendominasi pada fungsi ekspresi kepanikan dengan total kemunculan ungkapan serapah sebanyak 52 kali. Hal tersebut membuktikan bahwa laki-laki dengan karakter yang agresif dan asertif, mengekspresikan kepanikannya dengan berserapah. 4.3.3 Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fonotaktik Dalam penelitian ini, selain berdasarkan sumber, perbedaan ungkapan serapah antara laki-laki dengan perempuan terlihat dari perbedaan penggunaan kata yang mengalami perubahan fonotaktik. Jespersen (1922) seperti yang dikutip oleh Kuntjara (2003:85) berspekulasi bahwa dalam bahasa Inggris bahasa perempuan dikatakan sebagai bahasa yang sifatnya halus, eufimistik, dan hiperbolik sedangkan bahasa lakilaki lebih sering menggunakan slang dan lebih inovatif. Pernyataan tersebut saya terapkan dalam bahasa Indonesia melalui penelitian ini untuk melihat kemungkinan perbedaan bahasa tersebut. Berikut adalah tabel perbedaan penggunaan ungkapan serapah antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan perubahan fonotaktiknya. Tabel 4.3.3.1 Perbedaan Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Perubahan Fonotaktik
No.
1.
2.
Kata Asal
Anjing
Boring Time/Bad Time
Kata setelah
Frekuensi
Frekuensi
Mengalami
Kemuncul
Kemuncul
Perubahan
an pada
an pada
Fonotaktik
Perempuan
Laki-laki
Anjir
1
-
1
Anjrit
1
10
11
Anjrot
-
2
2
Bete
5
-
5
Total Kemuncul an
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
196
3.
Bodoh
Bodo
9
1
10
4.
Buset
Busyet
9
-
9
5.
Capai deh
Cape deh
-
1
1
6.
Chicken
Ciken
1
-
1
7.
Kasihan deh lo
Cucian deh lo
-
3
3
8.
Culun punya
Cupu
-
1
1
9.
Dodol
Dudul
1
-
1
10.
Goblok
Geblek
2
2
4
11.
Gila
Gile
3
5
8
Giling
3
-
3
Ilfil
-
3
3
12.
Hilang feeling (ilfil)
13.
Kacau
Kaco
-
1
1
14.
Kerbau
Kebo
-
1
1
15.
Lebih
Lebay
1
-
1
16.
Najis
Najong
2
-
2
17.
Mengacau
Ngaco
1
1
2
18.
Sok tahu
Sotoy
-
3
3
39
34
73
Total:
Pada tabel di atas, terlihat baik perempuan maupun laki-laki memiliki produktivitas yang sama dalam menghasilkan ungkapan serapah yang mengalami perubahan fonotaktik, yaitu sejumlah 13 buah. Total frekuensi kemunculan ungkapan serapah yang mengalami perubahan fonotaktik oleh perempuan sebanyak 39 kali sedangkan laki-laki sebanyak 34 kali. Tabel di atas memperlihatkan bahwa perempuan mampu berinovasi dengan menggunakan kata-kata yang mengalami perubahan fonotaktik dalam berserapah. Namun, dari 18 jenis kata tersebut, terdapat 5 kata yang sama-sama digunakan oleh laki-laki dan perempuan, yaitu kata anjrit, bodo, geblek, gile, dan ngaco. Tidak Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
197
dapat dipastikan pengguna pertama dari kata-kata tersebut, apakah laki-laki atau perempuan. Inovasi perubahan fonotaktik yang tidak banyak pada kata-kata tersebut mengakibatkan keempat kata tersebut sulit ditelusuri milik atau identik dengan lakilaki atau perempuan. Hal ini membuktikan bahwa ungkapan serapah tidak hanya milik laki-laki dan penggunaan kata-kata tersebut dapat dipertukarkan—baik dari laki-laki ke perempuan atau dari perempuan ke laki-laki—tergantung kebutuhan, situasi, dan lawan bicaranya. Kemudian dalam penelitian ini ditemukan juga kata yang mengalami leksemisasi dengan penggabungan ungkapan serapah dalam satu kata dengan motivasi variasi yang dihasilkan oleh laki-laki, yaitu kata dragonohmygod dan mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong. Sementara itu, pada perempuan kata yang mengalami proses ini hanya ditemukan satu buah, yaitu kata superkesal. Hal ini memperlihatkan bahwa laki-laki lebih berinovasi dalam menghasilkan ungkapan serapah. Laki-laki dengan sifat asertifnya lebih berani mengatakan apa adanya dan sesuai dengan pikiran mereka tanpa mempedulikan perasaan lawan bicaranya. Perempuan lebih mementingkan norma kesopanan sehingga dalam pikiran mereka tidak terlintas kata-kata jenaka atau ungkapan serapah yang kasar karena mereka menjaga perasaan lawan bicaranya untuk membina hubungan yang baik dengan sesamanya. 4.4 Perbedaan Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam menggunakan ungkapan serapah pada ragam tulis. Berdasarkan sumber rujukan ungkapan serapah, perempuan lebih mendominasi dalam menggunakan ungkapan serapah baik dari segi variasi maupun dari segi kuantitas. Kemudian dari perubahan fungsi ungkapan serapah, perempuan lebih banyak menggunakan ungkapan serapah sebagai ujaran keakraban sedangkan laki-laki sebagai ekspresi kepanikan. Dari 136 jenis ungkapan serapah tersebut, terdapat 2 buah kata yang banyak digunakan oleh laki-laki dan perempuan, yaitu kata mampus dengan total jumlah kemunculan 42 buah dan kata gila dengan total jumlah kemunculan 45 buah. LakiUniversitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
198
laki menggunakan kata mampus sebanyak 35 kali dan kata gila sebanyak 15 kali sedangkan perempuan menggunakan kata mampus sebanyak 7 kali dan kata gila sebanyak 30 kali. Berikut ini adalah contoh perbedaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan dalam menggunakan 2 buah kata yang paling mendominasi dalam 13 novel tersebut. Tabel 4.4.1 Penggunaan Kata Gila Oleh Tokoh Laki-laki dan Tokoh Perempuan dalam Novel Populer No.
1.
Tokoh Perempuan
Tokoh Laki-laki
“Kok putus sih? Aku boleh tau kenapa
Gue, setelah inget kata-kata Pito, langsung
kamu pengen kita temenan aja, Har?” mata
menjulurkan kepala ke jok depan dan teriak
Maya terasa panas dan kakinya lemas.
dengan antusiasme tinggi, ‘Eh, lo tau gak apa
Putus?
arti nama gue?!’
Nggak bisa! Nggak bisa!
Aryo terlihat bingung dan memandang muka
Gue kan sayang banget sama dia… Gila
gue, ‘Apaan?’
apa kalo dia mutusin gue? (Yunita,
Hugo terlihat penasaran. Christie menyimak.
2004:12).
‘Matahari!’ kata gue bangga. ‘Arti nama gue matahari! Gila, keren ya?’ (Dika, 2007:46).
2.
“Ah, jangan ngajak gua becanda, May.”
‘Yah, soalnya… panjang deh ceritanya. Biar
Rini masih tidak percaya mendengar Maya
gak ketauan pas lagi ngomongin dia!’ kata
membuat pengakuan bahwa hubungannya
Hugo.
dengan Hari sebagai pacar sudah berakhir.
‘Gila lo, Go. Ngegosipin orang.’
“HAH? Gila lu.. Kok setaun ngerayain
‘Bukan, kita juga niatnya gak mau
jadian, kalian malah putus sih say?”
ngomongin dia,’ kata Hugo. ‘Tapi mau
(Yunita, 2004:29—30).
gimana lagi, orangnya aneh banget soalnya!’ ‘Emang gimana?’ gue penasaran. (Dika, 2007:48).
3.
“Oh… baek kok, baek-baek aja…” ujar
‘Iya, iya tuh,’ Hugo langsung nyamber. ‘Dia
Hari, seperti biasa, tenang.
bilang, waktu di NTB dulu temen-temennya
“Mmm.. Baek-baek aja ya?” ujar Maya
baik-baik, gak pernah ada yang ngomongin
kesal.
dia. Kalau di Jakarta tuh anaknya jahat-jahat
“Aku lagi di himpunan nih, lagi rapat. Ntar
suka ngomongin dia semua.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
199
malem aku telpon ya.”
‘Anjrit. Gila lo.. lo sih! Ngomongin orang
--KLIK—
sampe ketauan orangnya gitu!’ gue bilang ke
Mulut Maya menganga membentuk huruf
Hugo. (Dika, 2007:52).
O besar. “Gila, dia langsung mutusin telpon gue sebelum gue sempet ngomong,” Maya tercengang. “Dia buru-buru gitu Rin nutup telpon. Ngakunya lagi rapat di himpunan.” “Huh rapat di himpunan dimana? Di Hongkong? Dasar kadal!” (Yunita, 2004:43).
4.
Selingkuh
Saat ini, gue ngerasa mampu membuat
“HARI nyebeliiiiiiiiiiiiin!” maki Maya
masakan super-keren-mega-dahsyat apa pun
keras-keras.
hanya dengan menggunakan microwave.
“Tukang boong nomor satu di Bandung,”
Siapa tau suatu saat nanti Rudy Choirudin
tambah Rini.
bakal ngeliat masakan gue dan nanya, ‘Gila,
“GILA!!! Jadi selama ini….? Ya
gimana caranya lo bikin masakan ini?’ (Dika,
ampuuuun…”
2007:120).
Maya mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. (Yunita, 2004:47). GILAAAAAAAAAAAAAAAA!!! GAK
5.
Pertama-tama gue kira itu lintah
BISA! GAK BISA!
yang bisa berenang. Gak taunya nih orang
GUE GAK TERIMA! GUE HARUS
melihara ikan di bak mandi! Gila. Apa gak
NGEBALES SEMUA INI!
ada WC normal yang bisa gue temuin di
Awas yah Har… Gue bakal jadi mimpi
tempat seperti ini? (Dika, 2007:156).
buruk buat elo! (Yunita, 2004:69). “Gue sih ngerasa udah cocok banget sama
6.
7.
Panik karena habis kena kram otak
dia… Gila apa, setaun jadian tuh hebat
mengikuti pelajaran si Alf, gue langsung
banget loh buat gue, Rin. Selama ini gue
membeli buku yang dia rekomendasikan di
ngerasa Hari yang terbaik… Tapi…
kelas. Gue nemu di toko buku kampus, dan
mmmmhh.. Mungkin gak ya suatu saat gue
harganya ternyata $168 (1,2 jutaan dengan
dapetin yang lebih baik dari Hari?”
rate waktu itu). Gila, mahal banget. (Dika,
(Yunita, 2004:77).
2007:171—172).
“Gue gak sengaja ketemu Indra. Trus lo
‘Kamu harus sunat sekarang,’ kata nyokap
tau ngga? Ternyata Hari ngakunya kalo
pas gue masih SD. Dia lalu menakut-nakuti, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
200
gue yang mutusin dia… Gara-gara gue
‘Temen mama ada yang telat disunat pas
udah punya cowok laen!”
udah tua dan dia memang harus disunat pake
“Gilaaaaa… Tukang ngarang banget sih
kampak! Lima jam!’ Gila, pake kampak, lima
tuh orang!” (Yunita, 2004:89).
jam pula. Hal ini menimbulkan salah satu asumsi di antara dua pertanyaan: 1) sealot apakah tititnya, atau 2) setumpul apakah kampaknya. (Dika, 2010;41—42).
8.
Maya membalikkan tubuh.
Begitu gue sadar bahwa SMS itu telah
“Ini bukan salah gue, Rin. Semua ini salah
terkirim, gue stres. Apa yang barusan gue
Hari. Dia yang bikin gue kayak gini. Buka-
lakuin? Gue gak berani ngeliat hape, karena
buka inbox dia, ngebuntutin dia pacaran
takut jawabannya tidak, atau Ina menganggap
sama si Nenek Sihir…”
gue aneh. Gue menaruh hape gue terbalik,
…
gak berani ngeliat sama sekali. Setelah
“Hah? Elu mesen pizza atas nama dia?”
mondar-mandir dengan perasaan was-was
“Err…”
gue akhirnya kembali lagi ke hape. Gue lihat
“Udah.. Ngaku aja.”
nama pengirimnya: Ina. Gue makin stress.
“Sembilan kotak pizza ukuran large.”
Gue memberanikan membuka inbox dan
“Gila lu!” (Yunita, 2004:125—126).
ngeliat jawaban dari Ina: ‘Ini siapa?’ Gedubrak. Gue lupa ngasih nama. Gue bales, ‘Mutun.’ Beberapa menit kemudian SMS tersebut dia bales kembali,
‘Oh Mutun. Mau keluar?
Ayok.’ Dibales seperti itu, gue makin stress lagi. Dia beneran mau pergi sama gue! Gila! Apakah ini mimpi! Gue mencubit pipi gue. (Dika, 2010:61).
9.
Maya hampir tersedak saat mendengar Rini
Masih ngomongin judul film. Judul film
berkata,
nomor
hantu yang membuat naluri kemanusiaan gue
handphone plus alamat rumah elu sama
terusik sampai hampir menangis adalah film
Eko.”
Pocong vs Kuntilanak. Gila. Ini jelas tidak
“Cowok kurus kacamata itu?”
fair. (Dika, 2010:112).
“Gua
udah
ngasih
“Yup,” Rini menganggu tanpa beban sambil menyeruput es jeruk. “Nama dia Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
201
Eko.” “Gila lo yah!” “Udah ah ga pa pa.” “Gak apa-apa jidat lo, Rin.” Maya geram. (Yunita, 2004:133).
10.
“Hari yang gue sayang-sayang banget, buat
‘Tau gak, Dik,’ kata Lisa, associate produser
si Nenek Sihir itu cuma jadi orang yang
untuk film ini sebelum kita berangkat ke
lumayan buat nganterin meni pedi dan beli
Australia, ‘Nanti yang jadi casting director
sepatu doang?”
untuk pemeran bule-bule di film kita itu
“Iya, kasiaaann deh Hari. Mutusin elu
casting director-nya Lord of The Rings.’
bukannya hidup bahagia tapi sebaliknya
‘Lord of The Rings?’ tanya gue, setengah gak
malah jadi sengsara,” Rini tersenyum
percaya.
senang.
‘Iya. Keren kan?’
“Ya ampuuuun…”
‘Gila keren banget,’ kata gue, norak. (Dika,
“Karma, say… Hari selingkuh dari elu, dia
2010:124).
sendiri
diselingkuhin
pacar
yang
sekarang.” “Gila….”
Maya
mempercayai
seperti
cerita
yang
Rini.
tidak
(Yunita,
2004:159).
11.
“Trus kenapa dong saya harus mandi
Wah…gila akhirnya gw langsung pulang aja
kembang segala? Saya kan belum akan
deh (daripada ntar gw masuk koran) dan gw
menikah dalam waktu dekat, Tet!”
dengan
“Karena Aldi udah mau sama elo.”
Ring!!!!!!!!! Kembaliin duit tiga puluh rebo
“Sial!”
gw! tapi gw masih sempet sih pergi ke PIM
“Ahahahha…”
trus akhirnya nonton jam 4 di sana…
“Kirain karena saya bau badan.” Saya lalu
huuhuhhu… (Dika, 2005:15).
sukses
tidak
menonton
The
mengendus ke bagian ketiak. “Igh! Jorok!” “Wangi tuh ngga harus mandi kembang segala.” “Duh! Gila ya, Aldi bisa sabar gitu sama elo. Gua aja udah sering hipertensi, deh, ngadepin perempuan labil kayak elo ini.” (Yunita, 2007:6). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
202
12.
“Surat itu…, dari gua, Re.” dari air
Dan baru aja pagi ini ada pasangan lainnya
mukanya, saya dapat melihat Bambang
yang dateng ke apartemen gw. Ya udah, gw
kesulitan untuk mengatakan itu.
tinggalin aja mereka di sofa gw dan gw pun
“Hah?”
mandi, setelah gw mandi, si cowok bilang ke
“K-k-kenapa, Re?”
gw…, “Gila Dik, hihihi.. hihihi.. gw baru aja
“Jadi selama ini?” Saya masih bengong.
dicium ama dia dan di *sensor* hihihi..
Gilaaaa!!! (Yunita, 2007:17).
hihihi..!” dragonohmygod. Lha dia enak abis ciuman ama pacarnya, lha gw? Mentok” juga nyium kulkas, itu juga kalo kulkasnya mao dicium. (Dika, 2005:162).
13.
Hwaaaaaaaa!!!
‘Dith,’ Rae melanjutkan. ‘Udah selese?’
Saya seketika langsung dilanda kepanikan.
Gue memajukan badan gue ke depan, ‘Udah
Iyaaa!!! Aldi kan sebentar lagi ulang tahun.
dong.’
Tepatnya, satu minggu dari sekarang.
‘Wah, gila. Jago banget lo!’
Gilaaaaa…., kok bisa-bisanya ya saya
Gue cuman senyum mesum. Si Rae gak tau
lupa. Aduh! Saya harus reparasi otak nih.
aja kalo gue tuh cepet selese bukan karena
(Yunita, 2007:32).
gue bisa mengerjakan soal, tapi karena
“Hallo Nadin! Gila nih, ban mobil saya
jawaban gue semuanya nembak. (Dika,
kena paku. Jadi saya terpaksa deh ke
2006:103).
bengkel dulu. Mana ngantre banget.” (Yunita, 2007:100). “Kalian tahu tidak, dia habis nembak aku.
Gimana pun juga gue butuh bantuan Vina.
Pengen aku jadi pacar dia. Gila apa!”
Tanpa mak comblang, gue yang cuman
Aku, Tere, dan Sarah ternganga. Saling
gumpalan upil ini bakal susah buat dapetin
pandang
Alin yang manis itu.
kayak
menyangka
14.
orang
drama
bego.
Alisha-Dian
Enggak segitu
‘OK. Gampang. Serahin aja ama gue.’ Vina
parahnya.
berkata dengan pede.
“Kukira dia itu tulus bersahabat denganku.
Mukanya kembali bersinar.
Tahunya ada maunya. Sialan! Mana pakai
‘Gila, makasih banget, ya.’ (Dika, 2006:133).
mengancam mau bunuh diri kalau ditolak!” “Cuekin saja, Sha. Paling hanya omong besar,” timpal Sarah. “Aku sih enggak masalah, kalau dia selalu mengancam mau bunuh diri. Tapi, dia bilang mau bunuh diri di kosan ini. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
203
Merepotkan banget to jadi orang!” omel Alisha panjang lebar. Gubrak. (Rieka, 2011:97).
15.
Jam sepuluh malam, Helen pulang ke
Kamarnya adek gue yang paling tua, Yudit,
kosan, mukanya berseri-seri. Dia mendapat
juga dikenal menyerupai hutan amazon.
kado spesial dari Budi berupa cincin emas
Binatang di mana-mana.…
asli. Gila, Budi menggiurkan banget ya
Gila dah baunya melebihi bau apa pun yang
jadi pacar. Budi punya kakak cowok
ada di dunia ini. Parah. Bau pup burung
enggak….? (Rieka, 2011:103).
bercampur bau pepaya (makanannya si burung), bercampur bau kodok, bau marmut, dan tidak lupa bercampur badan adek gue sendiri. (Dika, 2006:142).
“Itu, si Udin, anak kelas sebelah. Dia mau kok datang tiap hari merawat kebun anakanak, asal duitnya memuaskan,” saran Elsa sambil menyebut nominal jasa Udin. Gila! Mahal juga tarif Udin! Enggak sesuai dengan namanya yang ndeso, ups… 16.
membumi! Alisha mencibir. “Idih, mending duitnya aku pakai beli baju dan makan demi program menggemukkan bodi, El.” “Pelit lu! Daripada saban hari turun kebun, ntar ada jin botol nyolek-nyolek lho,” cetus Elsa sewot. (Rieka, 2009:112). “Gila lu Gie, ntar kalau kak Yaya atau kak Icca dateng gimana?” Ugie nyengir menunjuk sarung bututnya. “Maaf Dew, sumuk banget. Enggak tahan
17.
aku. Bilang aja kalau kakakmu datang, aku buru-buru pake baju deh!” Sofia sibuk menepuk nyamuk-nyamuk Semarang yang mengerubunginya sebagai ucapan selamat datang penuh cinta kasih. Dasar dodol, tuh anak malas mandi, ya Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
204
terang aja dikerubutin nyamuk, kecoa, dan kawan-kawan. (Rieka, 2011:146). Satu jam kemudian, kami sudah tiba lagi di kosan. Wuiihh… bener loh tuh motor antik enggak bergerak satu senti pun. Ajaib! Ada penunggunya aku rasa, atau emang enggak ada yang mau? Entahlah hanya dia, maling 18.
curanmor, penadah curanmor, dan Tuhan yang tahu. “Kan gua bilang apa? Enggak akan ilang.” “Gila nih motor kalah laku ama ikan lelenya
kosan
sebelah,”
komentarku
kagum. (Rieka, 2011:203). “Nggak mungkin banget lu hamil, Jes. Kita kan cuma ngelakuin itu sekali.” “Gue juga nggak tau.” “Tapi…” “Tapi gue hamil! Masa sih lu nggak 19.
percaya ke gue, Boy.” Mata perempuan yang dipanggil Jes itu sedikit basah dan menjawab dengan nada suara yang tinggi. “Lu yakin itu anak gue?” “GILA! Lu pikir gue apa? Gue cuma ngelakuin ini sama elu.” (Yunita, 2005:96). Gue nggak bisa nikah sama elu sekarang.” “Kok gitu sih? Trus gue gimana?” Laki-laki bernama Boy itu diam lama sekali sambil menatap Jes lurus-lurus.
20.
“Aborsi.” “Hah?” “Lu denger kan apa yang gue bilang?” “Gila lu!” Jes mendorong Boy. Tangisnya meledak. (Yunita, 2005:97).
21.
Gua lalu menceritakan semuanya pada Dian. “Bisa lo bayangin nggak, Di.. jam 2 Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
205
malem! Ada perempuan di rumah gua ngangkat handphone Kakang!” “Iya, Ta.” “Gila
kan?”
Gua
mondar-mandir
di
ruangan sementara Dian tetap duduk. (Yunita, 2007:171). Ratu memang gila, wisuda kok pakai jeans. Tapi masih mending lah… dia 22.
masih mau pake kebaya. “Nggak! Nggak! Gua nggak mau pakai kebaya, ribet! Males…” (Yunita, 2006:1). “Pacar?” Aku bertanya sopan. “Bukan, tunangan—calon istri”
23.
“Ah, lo gila! Hans nggak single dan masih lo samber juga? Sarap!” Mata Ratu nyaris keluar. Kaget. (Yunita, 2006:23). Ratu sekarang sedang berada di rumah orang tua Lang, pacarnya selama satu
24.
tahun ini. Gila juga, sudah setahun pacaran tapi belum pernah ketemu calon mertua. (Yunita, 2006:45). “Jadi kamu mau apa, Lon?” Safina memandang gue dengan pandangan menggoda. “Mau balik lagi, kali….ngetes, apakah kalo dia balik lagi bakal disorakin apa enggak, bukan begitu, Jeng Lona?” Ratu menjawil
25.
siku kanan gue. “Good idea! Apa gue balik lagi aja kali ya?” tanya gue, bercanda tentunya. “AH, GILA LO!” Ratu mendelik. “Kenapa?” “Jangan!” Ratu menunjukkan ketidaksetujuannya. “Kenapa jangan?” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
206
“Soalnya…” Gue bener-bener berpikir, Ratu mengkhawatirkan keselamatan gue… tapi… “Soalnya, kalau nanti kamu balik tetep nggak disorakin, takutnya kamu sakit hati, Lon…,” sahut Ratu disambut Tiara dan Safina yang cekikikan. “SIAL!” (Yunita, 2006:121). “Tapi gila, yah, harganyaa… jalan miskin 26.
secara instan, ya, beli produk-produk kecantikannya Unique.” Ratu kembali menyulut rokok. (Yunita, 2006:125). “Gila kan, disuruh ngasih keputusan dan statement susah banget, tapi untuk
27.
ninggalin kesenangan bareng gue, sebentaaaar aja, buat waktu berpikir, eh dia nggak mau. Gila nggak sih?” ulang Lona berapi-api. (Yunita, 2006:212). “Tuh kan! Untung gue milih Faris daripada Benny. Coba kalo Benny yang nongol kemarin malem, belum tentu Safina seheboh ini.” Cetus Lona.
28.
“Hihihihhi…” “Gila! Kita itu emang keren, ya? Hahahaha. Gua salut, deh, sama kita bertiga.” Ratu tersenyum bangga. (Yunita, 2006:236). “Veerrr.. ngapain?” “Lagi jogging! Ya jelas-jelas bakar terasi masih tanya!” teriaknya menahan napas.
29.
“Gilaaa! Kamu mau bikin satu kosan sekarat? Lagian terasimu busuk banget! Dah kadaluwarsa ya?” “Enak saja! Ini terasi asli dari Cirebon! Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
207
100% udang asli, bukan imitasi!” balasnya sewot. (Rieka, 2011:34). Tabel 4.4.2 Penggunaan Kata Mampus Oleh Tokoh Laki-laki dan Perempuan dalam Novel Populer No.
Tokoh Perempuan “KAKIKU
1.
Tokoh Laki-laki
KESERIMPET,
Gue ngedeketin dia, ‘Hai, Abu. I’m Dika.’
TERUS JATUH MENIMPA BADAN
‘Waarrgggh! Waarrgghh!’ dia bilang.
ALISHA!”
Gue pengen nanya ama emaknya: apa dia
teriak
Sofia.
Mukanya
memerah tomat. “Sepatu punya Elsa patah
bisa bahasa manusia? Tapi takut digampar
haknya.” Mampus, bakal abis dia dicakar-
bolak-balik. Si Abu gerak ke sana kemari.
cakar nenek grandong! Itu kan sepatu
Hati gue mulai resah dan gelisah, jangan-
mahal, bisa-bisa dia kudu nyicil sepuluh
jangan dia seperti Edgar: hiperaktif.
bulan!
Juli ngeliat ke gue dan tersenyum tipis, ‘Dia
Ternyata dance mereka terlalu seru sampai
agak hiperaktif.’
terjadi fatal accident. “Sial, pantatku abis
Mampus. (Dika, 2006:115—116).
dicolek entah siapa, najong!” omel Sasha begitu duduk di kursi. “Nggak virgin lagi nih asetku, kembaran bokongnya J-lo.” (Rieka, 2009:157)
2.
Sarah mencibir. Ia membalikkan tong
‘Tun, turunin lagi, dong. Turunin lagi!’ dia
sampah Helen di atas meja belajar. Kini
bilang.
meja itu penuh plastik bekas snack dan
‘Aduh! Masa segini gak cukup?’ Gue
kertas-kertas bekas, juga bekas rautan
ngomong sambil tetep nurunin juga.
pensil. Aku terbelalak ngeri menatapnya.
‘Lagi, dong! Biar tambahasoy, Tun.’
Mampus deh. Helen pasti bakal tumbuh
Mampus. Pilihannya, entah si Rae ini bakat
taring iki. (Rieka, 2009:102).
juga jadi sutradara film bokep, atau dia memutuskan mengakhiri idupnya dengan cara tersiksa pelan-pelan karena ngeliat pantat gue. ‘Kurang asoy, Tun!’ dia tereak lagi. ‘Asoy gimana. Buset lo.’ Gue nurunin untuk terakhir kalinya. (Dika, 2006:125)
3.
“Sstt… nggak usah buka aib, napa!” Alisha
Dia nahan napas bentar, terus bilang, ‘LIAT
melotot.
FILMNYA KAK MUTUN YANG ADA Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
208
Ia mengulurkan sebatang coklat untuk
TELANJANG-TELANJANGNYA. TADI
Gilang. Kami berkumpul di depan kamar
DIKASI LAT DI LAB BAHASA SAMA
Alisha sambil jongkok. Kayak orang lagi
BU ZAITUN.’
main gaple.
Gue berpikir cepat. Mampus. Lab bahasa.
“Tante mau menyogok Gilang ya, biar
Satu kelas pada tau, dong. Gue langsung
enggak melapor ke Mbah Buyut!”
berharap sekelas itu pada terkesima ngeliat
“Mampus loe, Sha!” kataku puas. (Rieka,
body gue yang mirip sama (jempolnya) Ade
2011:211).
Rai itu. (Dika, 2006:127). Setelah dituduh sebagai badut
“Tante, aku enggak mau ah duduk-duduk
4.
di sini. Di pojok situ ada yang busuk
busway (dan beberapa kali foto kemudian),
napasnya. Takut…,” tunjuk Gilang ke
akhirnya busnya dateng juga. Gue langsung
pojokan dapur yang gelap.
buru-buru naek. Pas gue lagi naek, terdengar
Damn! Resmi sudah. Anak-anak pun
suara Mister samar-samar di belakang, ‘Eh!
grabak-grubuk mengungsi di kamarku.
Eh! Tungguin kita! Jangan naek dulu!’
Alisha terpaksa tidur berdua dengan Gilang
Gue nengok ke belakang.
di kamarnya karena tak ada yang sudi
Saat itulah gue menyadari, Mister dan teman-
menampung mereka.
teman lainnya gak ikutan naek. Mampus.
… Aku
dan
anak-anak
buru-buru
Di sinilah gue berada. Di dalem busway.
menghambur masuk kamarku. Mulai lagi
Sendirian. Seekor badut ultrager mabok
dah, ritual ikan asin dijemur. Kipas angin
tanpa hape, tanpa dompet, tanpa teman,
dinyalakan dengan kekuatan pol. Rasti
sendirian berdiri di dalem busway.
melepas bajunya, hanya bekutang ala
Menerawang. Mampus. (Dika, 2007:16).
nenek-nenek dan bersarung dekil. Dia tidur di lantai bersama Tere. “Mampus, aku diketekin
Rasi
nih
semalam,”
Tere
merengut. (Rieka, 2011:212) Aku mengaduk-aduk tumpukan kardus
5.
6.
Gue ngebayangin aja gitu jalan kaki
berisi sepatu. Halah, iya, sepatu ibu-ibuku
dari Bank Indonesia ke Monas. Mampus.
kan dipinjam Dinda
Kayaknya jauh banget nih. Gue gak mau pas
waktu pacarnya
wisuda! Mampus! Aku ubek-ubek lagi
lagi jalan ke Monas tiba-tiba ditembak ama
tumpukan sepatu. Yippie… ada sepatu bot
polisi, disangka harimau lepas. (Dika,
sebetis! (Rieka, 2011:288)
2007:19)
“Udah, cuek saja. Kamu ke resepsionis dulu, baru ke kamar mandi! Buruan sudah
Kadang, sering ngerasa gue kena Alzheimer. Gue sering lupa ama berbagai Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
209
telat!” kata Ugie dari jarak jauh.
macam hal, dan hal ini berefek pada
Kabur dia. Bagus banget dah.
kehidupan sehari-hari gue. Misalnya, waktu
Aku lari ke resepsionis. Ia
SMA dulu gue sempet masuk kamar mandi,
memberiku formulir untuk diisi. Ternyata,
sabunan, lalu jerit kaget gara-gara ternyata
giliranku hampir tiba untuk wawancara.
gue sabunan pake odol Pepsodent! Waktu
Mampus! (Rieka, 2011:291)
gue bilang sama nyokap, dia bilang, ‘Itu mah bukan Alzheimer, Dik. Itu namanya… BEGO.’ Gue ngeliatin muka Toni dan berkata sotoy, ‘Penyakit otak? Kehilangan ingatan gitu ya? Kayak Alzheimer gitu?’ ‘Bukan,’ kata Toni dengan pandangan kosong. Mukanya serem. ‘Gue bukan Alzheimer.’ ‘Ah, terus apaan?’ ‘Gue Schizoprenia.’ Mampus gue. (Dika, 2007:33)
Aku cepat-cepat ke posisi semua sambil
7.
Pas ketemu Rizal itu bukan dia?
membaca daftar menu. Sesekali aku masih
Pertanyaan yang harus dijawab adalah: jadi
mencuri pandang. Eh! Cowok beralis tebal
itu siapa? Kepribadiannya si Toni-sang-
itu sekarang malah tertawa lebar. Aduh!
gembala-burung-merpati kah? Pas ketemu
Malu! Malu! Trus sekarang dia bangkit
kemaren sih dia baik-baik aja ama gue,
dari kursi dan datang mendekati aku!
apakah itu berarti Toni-yang-bersahabat?
Mampus! (Yunita, 2006:231)
Mampus banget deh gue. (Dika, 2007:35) Mampus banget banget deh gue. Mata gue memandang kiri-kanan. Nggak ada benda
8.
apa pun buat dijadiin senjata. Gue cuman ngeliat sedotan. Yes, paling engga kalo si Toni ngamuk, gue bisa cekik dia pake sedotan. (Dika, 2007:36) Gue, yang masih ada di dalem stall, bengong. Sejurus kemudian, gue berpikir—
9.
dan jerit dalam hati: ANJRIT, INI TERNYATA WC CEWEK! Mampus gue. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
210
… Mampus, karena gue buru-buru masuk pintu WC yang kebuka, jadinya gue terperangkap di WC cewek begini. (Dika, 2007:62) Gue masih diem aja, menunggu sampai si cewek itu keluar. Untungnya, si cewek itu gak punya keberanian untuk datengin stallnya satu per satu. Sementara keringet dingin gue udah keluar deras. Mampus banget. Gue gak tau lagi harus bagaimana. 10.
… Sekali lagi gue nyalain keran buat cuci tangan, tapi begitu air kerannya ngocor, terdengar suara teriakan lagi ‘AAAAAAAAAAAAAAH!!! PERGI! PERGI, TERKUTUK!!!!’ Rupanya mereka masih bergerombol di pintu WC. (Dika, 2007:68). Di sebelah kiri duduk Deta, temen di majalah tempat gue kerja. Kebetulan kita baru dari Taman Mini Square untuk ketemuan sama seorang penulis. Perut gue bergejolak lagi. Mampus. Pasti gara-gara pizza jahanam yang tadi gue
11.
makan. ‘Deta.’ Gue memanggil Deta yang dari tadi bengong ngeliatin jalan tol. ‘Ape?’ Dia nengok ke arah gue. ‘Gue. Kebelet. Boker. Sumpah.’ ‘Najis lu. Kayak ayam aja. Boker di mana-mana.’ (Dika, 2007:109) Begitu setengah perjalanan, tiba-tiba muka
12.
Takuji menengok ke kanan. HOEEK. Dia muntah di atas bunga mawarnya Gubernur! Mampus. (Dika, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
211
2007:217) Sepanjang akhir kelas 3 SMA itu juga, di kepala gue berputar-putar satu pertanyaan mahadahsyat (bukan, bukan ‘apakah saya beneran laki-laki?’), pertanyaan tersebut 13.
adalah: ‘Mau dibawa ke manakah idup gue?’ Setelah mencari-cari dengan saksama dengan segala rupa, maka gue pun akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Yaitu: ‘Mampus, gue kagak tau!’ (Dika, 2007:220).
14.
‘Mampus!
Tutup
teleponnya!’
gue
teleponnya! memberikan
Tutup instruksi.
(Dika, 2010:11) ‘Sekarang lo mau ngaku apa juga apa gak?’ tanya gue, setengah berteriak. ‘Jadi… Elisabeth udah ngaku?’ Aha… Mampus lo kecebong kampret! Lo sudah terjebak dalam kegeniusan (dan 15.
keberuntungan) gue. Gue nahan ketawa sebentar. Lalu gue berkata dengan penuh kemenangan, ‘Terima kasih, sekarang gue tahu lo dan Elisabeth adalah orang yang bertanggung jawab untuk surat ini.’ ‘Haahh?’ kata Clarissa. (Dika, 2010:37). Sesampainya di rumah Ina, gue keluar dari mobil Timor, berdiri di depan pintu pagar, menunggu dia keluar dengan setia. Seketika
16.
itu pula gue sadar… gue lupa pake iket pinggang.
Celana
gue
melorot-lorot.
Mampus deh. Gue menaruh tangan gue di dalam kantong, menahan celananya dari dalam. (Dika, 2010:67). 17.
‘Ah!’
gue
menjawab
setengah
bersemangat, berpura-pura inget, gak enak Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
212
karena disangka inget beneran sama dia. Karena
gak
tau
namanya
siapa,
gue
bilang,’Ooohhh… ELO!’ ‘Iya! Gue!’ ‘Oooh. Elooooo!’ teriak gue lagi, ‘Gue!’ teriak dia, kali ini sambil tertawa riang. Mampus gue. (Dika, 2010:154) Gue
memberikan
uang,
dan
si
calo
tersenyum lebar meninggalkan gue. Dengan sabar gue mengantre, dan di depan ternyata 18.
ada
pengecekan
tiket
menggunakan
komputer. Mampus gue. Kalau ternyata gue diboongin dan tiketnya gak lulus komputer gimana? (Dika, 2010:156) Jeng jeng jeng! Gue bingung harus bilang apa, selama ini, di SMP, kendala gue untuk mendapatkan cewek adalah: gue jelek. Kalau gue harus memberikan foto gue kepada Githa, ada kemungkinan Githa tidak akan mau lagi sama gue. Bingung, gue telepon Aris, temen sebangku tempat gue curhat saat itu. 19.
‘Mampus nih, Ris,’ kata gue di telepon. ‘Kenapa?’ ‘Githa minta foto gue.’ ‘Githa yang lo kenal dari chatting?’ ‘Iya,’ jawab gue. ‘Mampus.’ ‘Emang mampus!’ kata gue, makin panik. (Dika, 2010:186). Gue ngecek di Blackberry, membuka notes,
20.
dan
membaca
alamatnya:
La
Bitta-
Dorsoduro 2753A, calle lunga, san Barnaba, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
213
atau dalam bahasa Indonesia: mampus nyasar dah gue. (Dika, 2011:75) Begitu belok kiri, kami masuk ke gang kecil lain yang lebih panjang, hanya tembok di kiri-kanan. 21.
‘Mampus deh, nyasar lagi kita,’ kata gue. Lalu, gue menoleh ke Yuditha, ‘Tadi kenapa bilangnya harus belok ke kiri?’ (Dika, 2011:79) Namun, ketika pesawat gue dari Jakarta tiba di Bandara Schipol, Belanda, perkataan nyokap sebelum pergi meresap di kepala gue. Mampus, gue sama sekali gak
22.
bisa bahasa Belanda. Satu-satunya kata dalam bahasa Belanda yang gue tahu adalah ‘godverdomme’, kata umpatan yang berarti ‘god damn!’ dalam bahasa Inggris, atau ‘bangsat!’ dalam bahasa Indonesia. (Dika, 2011:111) ‘Enggak, Dika. Dufan sekarang ada di tempat dokter gigi ini. Di dalam ruang dokter itu istana boneka-nya.’ ‘Oh gituuuuu,’ kata gue. Ya, sewaktu kecil
23.
gue memang anak yang bodoh. Nyokap menggandeng gue masuk. Dalam penglihatan gue, orang-orang yang ada di depan gue semuanya berwajah muram. Lalu, samar-samar gue mendengar desingan bor. Mampus-lah gue! (Dika, 2011:180) Seandainya mendapatkan status sosial bisa kayak di Desa Cipoerat ini, enak juga, sih.
24.
Misalnya, ada cewek cakep lagi jalan sama moyetnya (baca: cowoknya) di mal, kita tinggal gulat sama cowoknya di tengahtengah eskalator. Kalau menang, dapet deh Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
214
ceweknya. … Semakin memasuki daerah persawahan, gue semakin was-was. Gue bertanya, ‘Di sawahsawah kayak gini, ada ular sawah gitu gak, sih?’ Joe berkata santai, ‘Ada-lah.’ ‘Mampus gue,’ kata gue panik. Langsung celingukan nyari ular. (Dika, 2011:213) Lawan gue ini berdiri di depan gue. Gue senyum berharap keramahan akan 25.
membuat
dia
lebih
jinak
sewaktu
menganiaya gue sebentar lagi. Dia tidak membalas senyuman gue. Mampus. (Dika, 2011:229). Terus si wanita Asia tersebut jalan mendekat ke arah gw. Pas dia lagi papasan ama gw, gw berkata dengan pede: Gw: YA OLOH. DARI DEKET KOK KAYAK PATUNG ASMAT. -> sumpah, jangan ditiru. Si wanita melengos pergi.
26.
Lalu tanpa terduga, si Steven, temen gw yang juga tinggal di kawasan apartemennya Anaz, yang juga lagi jalan di samping gw, nengok ke gw: Steven: Dik.. Gw: Hah? Knp? Steven: GOBLOK LO. ITU KAN ORANG INDONESIA. Mampus deh gw. (Dika, 2005:103). Waktu itu pernah gw nyewa 3 DVD dan 2
27.
dari mereka itu overnight, jadi maksudnya harus dibalikin keesokan harinya juga, klo engga nanti kita didenda. Hii syerem. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
215
Dan emang dasar gw dodol, pikun, dan geblek, gw balikin 3 hari dari tanggal seharusnya. Setelah akhirnya gw balikin dan pas gw mo bayar ke kasir.. Kasir: well.. I think u have a late DVD returning fee.. Gw: yep, I’m aware of that. Kasir: u wanna pay it now? Gw: sure. Gak lama kemudian, si kasir DVD ini menghitung” dengan mesin itungnya. Ini satu.. ini dua.. ini tiga.. itungitungitungitung. Terus dia senyum. Lebar. Lebar banget sampe ngelebihin pintu masuk. Dia nyengir ke gw. Gw ngerasa ada yang gak beres. Kasir: well.. it’ll cost u for a grand total… Dia menahan napasnya sambil gigit” bibir bawah. Grand total??? Grand total??? Kenapa dia harus memakai kata” itu? Wadoh. Mampus gw. Ada yang ga beres. Kasir: ok, its $23!!!! Mampusbangetlupantatkudagiginongolmataj endoljidatnongnong. Ajigile. $23????? Itu sama aja kaya beli DVD baru! Bujug buset. (Dika, 2005:119) Ternyata pas kita lagi ngobrol”, tiba” dari belakang gw ada yang menaruh tangannya di pundak gw, gw kaget. Merasa pingin tau, lalu gw nengok ke belakang deh, dan 28.
ternyata salah satu dari orang mabok itu lagi naro tangannya di pundak gw kaya maen kereta api-an trus senyum lebar banget sambilang “hai..” Mampus. Gw kaget setengah mati, trus gw jawab aja, Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
216
“Hi..” Trus dia bilang, “Hey, what’s ur name… what’s ur number.. coz..” lalu dia bilang bareng temen’nya sambil tereak, “I WANNA KNOW U BETTER!! HAHAHAHHAA…” Mampus kuadrat. “I’m Dika.” “Nice to meet u.. NIKE” Pala
lu
kotak!
Mabok”
masi
bolot
juga.(Dika, 2005:150) Gue baru aja turun dari mobil sebelom tibatiba terdengar suara CREESSST. Suara apakah itu? Gue memeriksa celana. Ternyata gue gak kecepirit. Gue lalu meriksa si Timor Kaleng. Maka terlihatlah di depan mata ada 29.
aer yang ngocor di bawah mobil plus kap mobil yang berasep dengan indahnya. Hal pertama yang terlintas di kepala: Kampret! Hal kedua yang terlintas di kepala: Mampus gue! (Dika, 2006:7) Sebelum gue pipis di celana, gue buru-buru merobek sampul surat tersebut dan mengeluarkan isinya. Gue senyam-senyum najong. Lalu gue baca isinya… … Mampus.
30.
Gue bengong. Keringet dingin. Isi surat itu semuanya pembenaran surat cinta gue oleh Lia. Hebat, sekarang dia bikin seolah-olah surat yang gue tulis ke dia itu adalah tugas bahasa Inggris yang bakal dia koreksi. Bagus. (Dika, 2006:37)
31.
Gue yang lagi jongkok juga ikutan kaget Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
217
hampir-hampir kepleset jatoh ke depan nyundul pintu. Hening. Mampus gue. Sebenernya, emang wajar aja kalau mereka kaget banget. Bayangin aja, di dalem WC cewek, lagi ngomongin hantu, tiba-tiba ada air nyala sendiri di salah satu stall. (Dika, 2007:66)
Pada situasi tertentu, laki-laki dan perempuan cenderung memiliki kesamaan dalam berserapah untuk mengekspresikan perasaannya. Hal tersebut dapat terlihat khususnya pada kata mampus dan gila yang sering muncul sebagai ungkapan serapah dalam 13 novel tersebut dengan frekuensi kemunculan masing-masing sebesar 45 kali dan 42 kali. Berdasarkan tabel di atas, terlihat penggunaan ungkapan serapah oleh laki-laki dan perempuan dengan fungsi dan tujuan yang berbeda, khususnya pada kata gila dan mampus. Penggunaan kata gila sebagai ungkapan serapah oleh laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan menggunakan kata gila sebagai ekspresi kekhawatiran atau kepanikan, keterkejutan atau keheranan, dan seruan untuk kekaguman terhadap suatu hal. Namun, pada perempuan ditemukan penggunaan kata gila yang berfungsi sebagai ekspresi kekesalan atau untuk memaki seseorang. Sementara itu, pada laki-laki tidak ditemukan penggunaan kata gila untuk fungsi memaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan kata gila sebagai ungkapan kekaguman terhadap sesuatu hal. Hal tersebut membuktikan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemiripan reaksi dalam mengekspresikan keterkejutan, kekhawatiran, dan seruan kekaguman terhadap sesuatu hal. Selanjutnya, kata mampus merupakan kata kedua terbanyak yang digunakan sebagai ungkapan serapah dalam novel tersebut. Dari 42 kali kemunculan kata tersebut, 41 di antaranya digunakan sebagai ekspresi kepanikan atau kekhawatiran terhadap sesuatu hal oleh laki-laki dan perempuan. Namun, pada laki-laki ditemukan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
218
penggunaan kata mampus sebagai ekspresi kekesalan terhadap sesuatu hal sedangkan pada perempuan tidak ditemukan penggunaan kata mampus untuk fungsi tersebut. Laki-laki lebih mendominasi dalam penggunaan kata mampus dibandingkan perempuan dengan jumlah kemunculan sebesar 35 kali. Berdasarkan penjelasan di atas terbukti bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kemiripan fungsi dan tujuan dalam menggunakan ungkapan serapah. Sebagai contoh penggunaan ungkapan serapah oleh laki-laki dan perempuan, kata gila dan mampus di atas berfungsi untuk mengekspresikan keterkejutan, kepanikan, dan kekaguman terhadap sesuatu hal. Namun, tidak menutup kemungkinan salah satu dari kedua kata tersebut digunakan untuk fungsi lain, seperti kata gila yang digunakan oleh perempuan untuk memaki dan kata mampus yang digunakan oleh laki-laki untuk mengekspresikan kekesalannya dengan menyumpahi seseorang menggunakan kata tersebut. Laki-laki lebih banyak menggunakan kata mampus sedangkan perempuan lebih banyak menggunakan kata gila. Hal ini memperlihatkan bahwa laki-laki cenderung mengomentari diri sendiri dengan merasa lebih hancur atas peristiwa yang terjadi pada dirinya dibandingkan mengomentari keadaan sekitarnya sedangkan perempuan cenderung mengomentari keadaan sekitarnya atas peristiwa yang terjadi pada dirinya dibandingkan mengomentari keadaan diri sendiri. 4.5 Stereotipe Gender di Masyarakat Terhadap Penggunaan Ungkapan Serapah Laki-laki dan Perempuan Perbedaan gender menjadi masalah yang serius ketika hal tersebut merugikan salah satu pihak, baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki yang distereotipekan memiliki sifat agresif, terus terang, percaya diri, dan mendominasi keadaan tidak boleh bersikap layaknya perempuan, seperti menangis, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya. Demikian halnya dengan perempuan yang distereotipekan dalam masyarakat sebagai individu yang memiliki sifat lemah lembut, sopan, dan sensitive, dianggap tabu apabila memaki, menggunakan kata kasar, dan bersikap seperti layaknya laki-laki. Perbedaan stereotipe tersebut merugikan perempuan dalam bersosialisasi. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
219
Posisi perempuan semakin tersudutkan dengan adanya anggapan bahwa perempuan adalah makhluk inferior dan menggunakan kata sopan sebagai upaya pengangkatan status sosialnya di masyarakat seperti yang dijelaskan oleh Coates pada bab sebelumnya. Namun, saat perempuan menggunakan ungkapan serapah untuk memaki, hal tersebut dilihat bukan sebagai upaya peningkatan status sosialnya agar sama dengan laki-laki melainkan semakin merendahkan kedudukannya dalam strata sosial. Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai ungkapan serapah atau kata makian. Dari penelitian tersebut, terlihat bahwa ungkapan serapah yang semula hanya digunakan oleh laki-laki kini digunakan pula oleh perempuan. Ungkapan serapah tersebut digunakan tidak hanya untuk memaki. Seperti yang terlihat dalam penelitian ini, ungkapan serapah digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan dengan berbagai tujuan, yaitu sebagai ekspresi keterkejutan, ekspresi kekhawatiran, seruan atau candaan, ujaran keakraban, ekspresi ketidakpedulian, pujian, penekanan, dan identitas sosial. Variasi jenis ungkapan serapah juga tidak terbatas hanya pada sifat dan kekurangan fisik manusia, tetapi muncul pula sumber lain seperti keadaan makanan, jenis makanan, jenis benda, dan sebagainya. Seperti yang terlihat pada penelitian ini, frekuensi kemunculan ungkapan serapah oleh laki-laki dan perempuan sangat banyak, yaitu 493 kali. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama aktif menggunakan ungkapan serapah dalam kesehariannya yang tercermin dalam novel. Selain itu, kemunculan jenis ungkapan serapah yang didominasi oleh perempuan menjadi bukti bahwa perempuan juga berkata tidak sopan dan tidak pantas dalam situasi tertentu seperti yang diungkapkan oleh Trudgill (1979) pada bab sebelumnya. Kehadiran penggunaan ungkapan serapah oleh perempuan tidak dapat dianggap sebagai penurunan citra perempuan di mata masyarakat. Seiring berjalannya waktu, masyarakat telah dapat menerima penggunaan ungkapan serapah oleh perempuan. Hal ini terbukti dengan digunakannya ungkapan serapah dalam novel— seperti penelitian ini—dalam catatan harian, seperti blog, atau dalam pesan singkat pada telepon selular. Penggunaan ungkapan serapah bukan semena-mena dilakukan Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
220
oleh laki-laki dan perempuan dalam bersosialisasi. Mereka pun memahami situasi dan keadaan penggunaan ungkapan tersebut sehingga citra mereka sebagai individu yang memiliki nilai positif di masyarakat tetap terjaga. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, perempuan lebih banyak menggunakan ungkapan serapah dengan perubahan fungsi. Ohoiwutun (1997:89) berpendapat seperti yang dikutip pada bab sebelumnya, bahwa perempuan memiliki kata, bunyi, dan tata kalimat yang memberikan sumbangan cukup besar dalam membangun gaya berkomunikasi, terbukti dengan dominasi perempuan pada perubahan fungsi ujaran keakraban. Sementara itu, laki-laki dengan karakter berbahasa yang tidak lebih peka dibandingkan perempuan lebih mendominasi pada fungsi ekspresi kepanikan dan keterkejutan. Hal ini memberikan pandangan baru bahwa pada situasi tertentu, laki-laki lebih ekspresif dari pada perempuan dengan menggunakan ungkapan serapah. Penggunaan ungkapan serapah oleh perempuan juga memberikan fakta baru mengenai kecenderungan perempuan menggunakan bahasa baku dibandingkan lakilaki dalam konteks sosial yang sama. Bahasa baku sering dikaitkan dengan dengan tingginya status sosial penggunanya. Perempuan tidak lagi terbebani dengan keharusan penggunaan bahasa baku agar status sosialnya terangkat. Kini, baik lakilaki maupun perempuan dapat dengan bebas menggunakan bahasanya.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
221
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki ekspresi bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut terdapat pada ragam bahasa dalam bahasa yang sama dan terbatas pada perbedaan kosakata. Hasil dari penelitian ini memberikan pandangan baru mengenai cara berbahasa perempuan yang distereotipekan lebih santun dari pada laki-laki. Selain itu, penelitian ini juga memberikan pendapat lain mengenai definisi ungkapan serapah. Pengertian ungkapan serapah yang semula berarti ungkapan yang digunakan untuk mengutuk atau menyumpahi sesuatu mengalami perluasan menjadi ungkapan dalam bahasa gaul yang digunakan untuk mengekspresikan emosi, baik positif maupun negatif, dalam ragam informal. Dari penelitian ini ditemukan hanya tiga klasifikasi ungkapan serapah yang terlihat signifikan memengaruhi penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan, yaitu pembentukan ungkapan serapah berdasarkan sumber, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini. 1. Laki-laki dan perempuan cenderung memiliki kesamaan bentuk ungkapan serapah. Hal ini terbukti dengan ditemukan bentuk ungkapan serapah yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan baik berbentuk kata maupun frase yang bersumber dari berbagai rujukan, perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Sumber rujukan yang digunakan sebagai ungkapan serapah, antara lain keadaan sesuatu, jenis makanan, keadaaan makanan, makhluk halus, jenis benda, kekurangan fisik manusia, nama tokoh, kekerabatan, sifat manusia, pengalaman negatif manusia, jenis hewan, bahasa daerah, bahasa asing, jenis penyakit, istilah agama, bagian tubuh, profesi, emosi, dan tiruan bunyi. Lakilaki dan perempuan sama-sama menggunakan 17 sumber rujukan. Pada perempuan tidak ditemukan sumber rujukan makhluk halus dan bagian tubuh sedangkan pada laki-laki tidak ditemukan sumber rujukan dari kekerabatan 221
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
222
dan kekurangan fisik manusia. Laki-laki lebih inovatif dalam menghasilkan jenis ungkapan serapah. Hal ini terbukti dengan dihasilkannya 13 kata yang mengalami perubahan fonotaktik dan 2 kata yang mengalami leksemisasi penggabungan beberapa ungkapan serapah menjadi satu kata sedangkan perempuan lebih produktif dalam menggunakan ungkapan serapah. Hal ini terlihat dari intensitas kemunculan ungkapan serapah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih banyak bicara, khususnya berserapah dibandingkan laki-laki dalam situasi informal. 2. Ungkapan serapah kini memiliki fungsi dan tujuan yang lebih luas dalam penggunaannya pada situasi tertentu. Seperti yang terlihat dalam penelitian ini, jenis ungkapan serapah tidak hanya sebagai ungkapan emosi penutur, tetapi juga untuk memperintim hubungan antarpeserta komunikasi, sebagai seruan, ekspresi keheranan atau keterkejutan, ketidakpedulian, kekhawatiran atau kepanikan, ungkapan pujian, menciptakan keakraban, penekanan dalam kalimat, dan identitas dalam suatu kelompok. Perempuan lebih banyak menggunakan ungkapan serapah untuk menciptakan keakraban sedangkan laki-laki lebih banyak menggunakan ungkapan serapah untuk mengekspresian kepanikan atau kekhawatiran. 3. Kedua kesimpulan di atas memberikan fakta baru mengenai ungkapan serapah. Stereotipe masyarakat mengenai cara berbahasa perempuan yang sopan dapat terpatahkan dengan adanya bukti penggunaan ungkapan serapah dalam 13 novel tersebut. Stereotipe tersebut tidak signifikan memengaruhi penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan. Beberapa kosakata perempuan ditemukan mengalami perubahan fonotaktik sebagai upaya penghalusan sedangkan kosakata laki-laki sangat kasar dan apa adanya, seperti penyebutan alat kelamin pria sebagai ungkapan serapah. Hal ini membuktikan cara berbicara laki-laki adalah apa adanya tanpa memerhatikan perasaan
lawan
jenis
sedangkan
cara
berbicara
perempuan
lebih
mementingkan perasaan dan menggunakan kata-kata yang membangun Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
223
suasana keakraban seperti pendapat para ahli yang telah dijelaskan dalam penelitian ini. 4. Fenomena penggunaan ungkapan serapah oleh laki-laki dan perempuan secara perlahan mengikis stereotipe cara berbahasa laki-laki dan perempuan yang tercipta di masyarakat. Kehadiran ungkapan serapah dalam percakapan seharihari melatarbelakangi perempuan dan laki-laki untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma perasaan lawan jenis mereka dalam konteks percakapan yang melibatkan perbedaan jenis kelamin. Toleransi dan sadar situasi antarpeserta tutur sangat dibutuhkan dalam penggunaan ungkapan serapah untuk menghindari konflik dalam percakapan. Dengan demikian, laki-laki dan perempuan dapat bebas berbahasa. Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat perbedaan antara penelitian yang saya lakukan dengan penelitian terdahulu. Berikut ini saya lampirkan tabel perbedaan dan persamaan penelitian yang saya lakukan dengan dua penelitian lain yang menjadi sumber acuan saya. Penelitian tersebut adalah tesis Odin Rosidin (2010)—mahasiswa pascasarjana jurusan linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia—yang berjudul Kajian Bentuk, Kategori, dan Sumber Makian serta Alasan Penggunaan Makian oleh Mahasiswa dan penelitian Untung Yuwono (2008) dalam artikel “”Ilfil Gue Sama Elu!” Sebuah Tinjauan atas Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul Mutakhir”.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
224
Tabel 5.1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul pada Novel Populer (Tahun 2000-an)
Untung No.
Fokus Penelitian
Odin Rosidin
Syalita
(2010)
(2012)
Kata makian
Ungkapan
Ungkapan
oleh mahasiwa
serapah
serapah dalam
laki-laki dan
dalam novel
blog dan novel
perempuan
populer tahun
(kuesioner)
2000-an
Yuwono (2008)
1.
2. 3. 4. 5.
Sumber Data
Metode Penelitian Klasifikasi kata berdasarkan bentuk Klasifikasi berdasarkan kelas kata Klasifikasi berdasarkan sumber
Kualitatif dan
Kualitatif
Kuantitatif
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
kuantitatif
Penjelasan mengenai 6.
cara-cara pembentukan ungkapan serapah Alasan atau fungsi
7.
penggunaan kata makian atau ungkapan serapah
8. 9.
Penjelasan mengenai perubahan fonotaktik Penjelasan mengenai
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
225
frekuensi kemunculan dan variasi jenis ungkapan serapah atau kata makian oleh lakilaki dan perempuan Hubungan ungkapan 10.
serapah atau kata makian dengan
Tidak ada
Ada
Ada
stereotipe gender 5.2 Saran Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian-penelitian selanjutnya untuk menyempurnakan dan memperbarui penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan novel sebagai sumber data karena kekayaan ungkapan serapah dalam novel populer tersebut. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan media informasi, penelitian selanjutnya dapat menggunakan jejaring sosial, seperti twitter atau facebook karena sifatnya yang aktual tanpa mengaitkannya dengan gender sebagai sumber data. Selain itu, penelitian mengenai bahasa dan gender tidak terbatas pada ungkapan serapah atau kata makian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat bereksplorasi dalam perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan, seperti melibatkan stereotipe gender dengan perbedaan permohonan, permintaan maaf, atau pujian laki-laki dan perempuan.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
226
DAFTAR PUSTAKA Bundari, MRE. 2003. Kamus Bahasa Betawi-Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Chaer, Abdul. 1976. Kamus Dialek Jakarta. Ende, Flores: Nusa Indah. ___________. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Crawford, M. 1995. Talking Difference on Gender and Language. London: Sage Publication. Coates, Jennifer. 2004. Women, Men, and Language: A Sosiolinguistics Account of Sex Difference in Language. London: Longman. Dewi, Chandra. 2002. Tipe-Tipe Pembentukan Bahasa Gaul: Tinjauan Morfologis Terhadap Kamus Gaul Debby Sahertian. Skripsi. Dika, Raditya. 2005. Kambingjantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh. Jakarta: Gagas Media. ___________. 2006. Cinta Brontosaurus. Jakarta: Gagas Media. ___________. 2007. Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa. Jakarta: Gagas Media. ___________. 2008. Babi Ngesot: Datang Tak Diundang, Pulang Tak Berkutang. Jakarta: Bukune. __________. 2010. Marmut Merah Jambu. Jakarta: Bukune. __________. 2011. Manusia Setengah Salmon. Jakarta: Gagas Media. Eko, Endarmoko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fakih, Mansour. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fasold, Ralph. 1990. Sosiolinguistics of Language. Blackwell Publishers. Oxford. 226
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Universitas Indonesia
227
Graddol, David dan Swann, Joan. 1989. Gender Voices. Oxford: Basic Blackwell. Ltd. Holmes, Janet. 1993. An Introduction to Sosiolinguistics. London: Longman. Hughes, Geoffrey. 1991. Swearing: A Social History of Foul Language, Oaths, and Profanity In English. United Kingdom: Blackwell. Irigaray, Luce. 2005. Aku, Kamu, Kita: Belajar Berbeda. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Japutri. 2006. A Study of Swear Words Used by All Characters in The Movie The Nutty Professor. Petra Christian University. Skripsi. Jay, Timothy. 1992. Cursing in America: A Psycholinguistics study of dirty language in the courts, in the movies, in the schoolyards, and on the streets. Amsterdam & Philadelphia: John Benjamins. Juwita, Norma. 2009. Penggunaan Kosakata Oleh Laki-Laki dan Perempuan dalam Wacana Deskriptif. Skripsi Kuntjara, Esther. 2003. Gender, Bahasa, dan Kekuasaan. Jakarta: Gunung Mulia. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti, dkk. 1999. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Morehead, Philip dan Andrew Morehead. 1981. Webster’s Handy College Dictionary. New York: The American Library. Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 1992. Instrumen Bidang Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ohoiwutun, Paul. 1997. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Visipro: Jakarta. Prof. Dr. Soemarsono, M.Ed dan Drs. Paina Partana, M.hum. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA dan PUSAKA. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
228
Rachmania, Nerissa. 2010. Ungkapan Emosi Kemarahan dan Kesedihan Remaja Laki-Laki dan Perempuan Melalui Status Facebook. Skripsi. Rieka, Dewi. 2009. Anak Kos Dodol Kumat Lagi. Yogyakarta: Gradien Mediatama. __________. 2010. Anak Kos Dodol Lagi. Yogyakarta: Gradien Mediatama. __________. 2011. Anak Kos Dodol Tamat. Yogyakarta: Gradien Mediatama. Rosidin, Odin. 2010. Kajian Bentuk, Kategori, dan Sumber Makian serta Alasan Penggunaan Makian oleh Mahasiswa. Tesis Sahertian, Debby. 1999. Kamus Gaul. Jakarta: Sinar Harapan. Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. Speer, Susan A. 2005. Gender Talk: Feminism, Discourse and Conversation Analysis. London and New York: Routledge. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Tannen, Deborah. 1993. Gender and Conversational Interaction. New York: Longman. Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Trudgill, Peter. 1983. Sociolinguistics: An Introduction to Language and Society. London: Penguin. Trudgill, Peter dan Andersson, L.G. 1979. Bad Language. Oxford: Blackwell. Veronica, Chan Kar Wing. 1997. Social Attitudes Towards Swearing and Taboo Language. The University of Hongkong. Disertasi. Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell. Wijana, S.U., M.A, Prof. Dr. I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad, S.S., M.Hum. 2006. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://www.kesehatan123.com/2543/mengenal-penyakit-autisme, diakses pada 12 Mei 2012, pukul 20.15 WIB
Yunita, Ninit. 2004. Kok Putusin Gue?. Jakarta: Gagas Media. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
229
___________. 2005. Test Pack. Jakarta: Gagas Media. ___________. 2006. Kamar Cewek. Jakarta: Gagas Media. ___________. 2007. Chocoluv. Jakarta: Gagas Media. Yuwono, Untung. 2010. Artikel “”Ilfil Gue sama Elu!” Sebuah Tinjauan atas Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul Mutakhir” dalam Geliat Bahasa Selaras Zaman: Perubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca Orde Baru. Mikihiro Moriyama dan Manneke Budiman (Ed.). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
230
GLOSARIUM UNGKAPAN SERAPAH Keterangan: cak
cakapan
Ing
Inggris
Jw
Jawa
Jk
Jakarta (Betawi)
kas
Kata makian (kasar)
lih
lihat
A ANJING
: binatang yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, beburu, dan sebagainya
ANJIR
: lih ANJING
ANJRIT
: lih ANJING
ANJROT
: lih ANJING
ASAM
: (1) masam seperti rasa cuka, (2) menaruh rasa tidak senang
AUTIS
: sebuah gangguan perkembangan manusia yang ditandai dengan hambatan dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku
B BASI
: (1) mulai berbau tidak sedap atau berasa masam karena sudah mengalami proses pembusukan, (2) tidak hangat lagi; sudah lama diketahui atau dibicarakan orang
BAWEL
: cerewet, suka mencela, banyak mulut
BEGO
: tolol, bodoh, tidak cerdik
BENCI
: (merasa) sangat tidak suka; perasaan sangat tidak suka
BETE
: bad time; boring time Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
231
BINAL
: bengal, tidak menurut perintah, liar atau tidak jinak
BOCOR
: (1) berlubang sehingga air (udara) dapat keluar atau masuk, (2) diketahui orang (tentang sesuatu yan dirahasiakan)
BODO
: lih BODOH
BODO AMAT
: masa bodoh, tidak peduli
BODOH
: (1) tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu, (2) kurang pengetahuan
BUAYA
: binatang berdarah dingin yang merangkak bertubuh besar dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di sungai
BUAYA DARAT
: (1) penjahat (pencuri, pencopet), (2) penggemar perempuan
BUJUG
: kata makian, sial, celaka
BUJUG BUSET
: lih BUJUG
BUSET
: (1) kata makian kasar, (2) busa
BUSYET
: lih BUSET
C CAPAI
: lelah, letih
CHEATER
: Ing pecundang
CHICKEN
: Ing ayam
CIKEN
: lih CHICKEN
D DASAR
: (1) tanah yang di bawah air, (2) bagian terbawah, (3) lantai, (4) cak memang
DAMN
: (1) (Ing) tidak peduli, (2) brengsek
DEMIT
: makhluk halus yang jahat, hantu
DODOL
: penganan dibuat dari tepung ketan dan gula merah, terkadang dicampur dengan kelapa, durian, sirsak, tapai, dan sebagainya
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
232
E EDAN
: Jw tidak waras, gila
EMBER
: tempat air (terbuat dari plastik, seng, dan sebagainya) untuk menimba air dan sebagainya
F FREAK
: (1) orang sinting; aneh, (2) keajaiban
G GENDENG
: gila; tidak normal (ingatan, pikiran)
GEBLEK
: bodoh, tolol
GEMBEL
: tuna wisma, gelandangan
GILA
: (1) sakit ingatan; sakit jiwa, (2) terlalu; kurang ajar, (3) tidak biasa, (4) terlanda perasaan sangat suka, (5) tidak masuk akal
GILE
: lih GILA
GILING
: lih GILA
GOBLOK
: lih GEBLEK
H HIPERTENSI
: tekanan darah lebih tinggi dari normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya
I IDIOT
: penyakit gangguan mental pada manusia
ILFIL
: ill feel; hilang feeling
J JAHANAM
: terkutuk, laknat, celaka Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
233
JELEK
: (1) tidak enak dipandang mata; buruk, (2) tidak menyenangkan
K KACAU
: (1) campur aduk sehingga tidak terbeda-bedakan lagi, (2) kusut, (3) rusuh, tidak aman
KADAL
: hewan melata seperti cicak, memiliki lidah panjang seperti ular; bengkarung
KAMPRET
: Jk kelelawar
KECEBONG
: larva binatang amfibi (katak dan sebagainya) yang hidup di air dan bernapas dengan insang serta berekor
KERBAU
: (1) binatang memamah biak yang bisa diternakkan, seperti
lembu
tetapi lebih besar umumnya berbulu kelabu, (2) orang bodoh
KESAL
: (1) tidak senang hati; dongkol; sebal, (2) kecewa (menyesal)
KOTAK
: (1) peti kecil tempat barang-barang perhiasan; barang kecil, (2) bidang ruang persegi
KUDA
: nama binatang menyusui yang berkuku satu dan biasa dipelihara orang untuk (penarik) kendaraan dan sebagainya
KURANG AJAR
: tidak sopan; tidak tahu sopan santun
KURANG ASEM
: cak kurang ajar
KUTU KUPRET
: kelompok orang yang tidak perlu diperhitungkan
L LEBAY
: sifat atau sesuatu hal yang berlebihan; tidak sewajarnya
M MAMPUS
: cak Jk mati
MATI
: (1) sudah hilang nyawanya; tidak tumbuh lagi, (2) tidak mempunyai nyawa; tidak pernah hidup Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
234
MONYET
: kera berbulu keabu-abuan, berekor panjang, muka dan telapak tangan serta kaki tidak berbulu
N NAJIS
: kotor yang menyebabkan terhalangnya seseorang beribadah kepada Allah (dalam agama Islam)
NAJONG
: lih NAJIS
NORAK
: tidak sesuai aturan, tidak baik
NYOLOT
: songong; tidak tahu adat
O ORANG GILA
: orang yang mengalami gangguan jiwa; orang yang bertingka tidak masuk akal
P PARAH
: (1) berat; payah, (2) dalam keadaan sulit yang sangat
PAYAH
: (1) lelah, (2) susah; sukar; kesulitan (kesukaran)
PELIT
: kikir; terlampau hemat
R RESE
: risih
S SAKIT JIWA
: sakit ingatan; gila
SAMBAL
: makanan penyedap yang dibuat dari cabai, garam, dan sebagainya ditumbuk, dihaluskan
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
235
SAPI
: binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipelihara untuk diambil daging dan susunya
SEBAL
: kesal hati; dongkol
SHUT UP
: Ing kas diam
SIAL
: tidak mujur dan segala usahanya selalu tidak berhasil; malang, celaka, buruk nasibnya
SIALAN
: Jk bajingan, bedebah, jahanam
SINTING
: tidak beres pikirannya, agak gila
SOK TAHU
: merasa mampu, tetapi sebenarnya tidak
SOMPRET
: lih SIALAN
SUMPAH
: pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang diangap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya), kata-kata kasar
T TITIT
: alat kelamin pria; penis
TOLOL
: lih BODOH
TRENGGILING
: binatang menyusui yang bersisik dan tidak bergigi, pemakan serangga
TUKANG NGIBUL : penipu TUKANG PELET
: dukun atau ahli supranatural yang dapat melakukan ilmu pelet (ilmu hitam untuk membuat orang lain tertarik pada diri kita)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Lampiran 1. Ajigile Padahal besoknya gw ada kelas buat pukul 8 pagi!! Ajigile bener dah (Dika, 2005:97) Gak lama kemudian, si kasir DVD ini menghitung” dengan mesin itungnya. Ini satu.. ini dua.. ini tiga.. itungitungitungitung. Terus dia senyum. Lebar. Lebar banget sampe ngelebihin pintu masuk. Dia nyengir ke gw. Gw ngerasa ada yang gak beres. Kasir: well.. it’ll cost u for a grand total… Dia menahan napasnya sambil gigit” bibir bawah. Grand total??? Grand total??? Kenapa dia harus memakai kata” itu? Wadoh. Mampus gw. Ada yang ga beres. Kasir: ok, its $23!!!! Mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong. Ajigile. $23????? Itu sama aja kaya beli DVD baru! Bujug buset (Dika, 2005:119) Ajigile. Summer has come dan gw gak suka sama sekali sekalinya. Panasnya seanjrot anjrot dan gw udah mulai meleleh (Dika, 2005:123). 2. Anjing Pulangnya dari stasiun radio, gue makan siang bareng sama Anas, temen gue di Surabaya. Di sebuah rumah makan pinggir jalan kita duduk bertiga, dengan adeknya Anas juga. ‘Gimana tadi, Dik, talkshow-mu di radio itu?’ ‘Freak,’ kata gue singkat. Gue sambil melihat-lihat makanan apa judulnya enak. ‘Sumpah, itu talkshow paling freak yang pernah gue datengin!’ ‘Emang kenapa freak?’ kata adeknya Anas. ‘Penyiarnya, aneh banget. Ngomongin gay melulu.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Penyiar radio X? Si David?’ kata adenya Anas. ‘Bener! Lo kenal?’ ‘Hyaaa. Itu kan emang gay, tauk!’ ‘Anjing, tangan gue dikitik-kitik abis siaran!’ (Dika, 2007:180—181). 3. Anjir “Dapat berapa juta, Na?” Etna tersenyum pahit, “Lihat saja, Mbak.” Sarah merebut amplop yang dipegang Etna dan melongok isinya. Busyet, 150 ribu perak! Buat beli apaan? Kami terperangah. Anjir, tega juga tuh cowok! (Rieka, 2009:214). 4. Anjrit Gue ngeliatin muka dia dengan santai., ‘Gak papa, sih. Yah mentok-mentok paling meledak. Sial-sialnya mati bareng lahhh.’ Dia langsung ngamuk, ‘DIH! OGAH BANGET GUE MATI BARENG ELO! KAYAK GAK ADA YANG LEBIH BAGUS AJA!’ Kita gak jadi mati bareng. Namun Timor kaleng baru saja memasuki pelataran parkir Bintaro Plaza saat kapnya mulai ngebul lagi. ‘Anjrit.’ Gue turun dari mobil dan langsung berdiri di depan kap mobil yang heboh mengepulkan asap. ‘Mobil ini pasti minta sajen lebih.’ (Dika, 2006:9). Gue juga inget waktu buku Kambingjantan pertama kalinya masuk ke Gramedia. Begitu nyampe Gramedia, langsung ngelihat ke kiri kanan, nyariin buku gue di-display di mana. Anehnya, gak ketemu-ketemu. Gue panik dan bergumam, ‘Anjrit! Jangan-jangan ditaro di rak bagian buku ternak!’ (Dika, 2007:v).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Ehm, jadi gini, Mas. Saya penasaran bagaimana orang memandang dan memperlakukan badut di kehidupan sehari-hari. Jadi, saya ingin pergi ke keramaian dan memakai kostum badut ini,’ jelas gue. Hening. TUT TUT TUT TUT! Anjrit, ditutup! Jangan-jangan si Nanang udah takut duluan, nyangkain lagi ditelepon orang gila (Dika, 2007:4) Kaget juga kali ye, ngeliat ada harimau tiba-tiba lepas dari busway sambil larilari, lalu bersandar ke arah kaca. Gue duduk. Gak berapa lama kemudian, di bus berikutnya, Mister dan teman-teman turun. ‘Goblok lo! Malah naek duluan!’ katanya sambil terbahak. ‘Gue kagak tau, Kampret!’ gue memaki. ‘Makanya, liat-liat dulu dong!’ ‘IYE. Anjrit! Gue panik abis,’ kata gue dari balik topeng (Dika, 2007:17). ‘Tadi nama gue udah gue save ke hape lo ya,’ kata Christie sambil ngembaliin hape gue. ‘Oh ya? Lo ngasih nama lo apa di hape gue?’ gue nanya. ‘Nama gue di situ Christie Martin,’ kata Christie, kalem. Zamanzaman itu emang Coldplay lagi terkenal banget. ‘Najis, Coldplay gak jadi lo!’ gue sewot. ‘Kalo nama gue… udah ada belom di hape lo?’ ‘Ada,’ kata Christie. ‘Nama lo Cikatomas Gila.’ ‘Anjrit.’ (Dika, 2007:43). ‘Iya, iya tuh,’ Hugo langsung nyamber. ‘Dia bilang, waktu di NTB dulu temen-temennya baik-baik, gak pernah ada yang ngomongin dia. Kalau di Jakarta tuh anaknya jahat-jahat suka ngomongin dia semua.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Anjrit. Gila lo.. lo sih! Ngomongin orang sampe ketauan orangnya gitu!’ gue bilang ke Hugo. (Dika, 2007:52) Gue, yang masih ada di dalem stall, bengong. Sejurus kemudian, gue berpikir—dan jerit dalam hati: ANJRIT, INI TERNYATA WC CEWEK! (Dika, 2007:62). ‘Oh ya, Mas! Itu tadi aturan nepi! Itu mah ada WC-nya!’ si mbak dengan semangat menunjuk ke arah bangunan yang kita lewatin tadi. ‘Anjrit. Lu sih, Det!’ gue misah-misuh sambil meneruskan perjalanan. Gue mencari cara cepet. Perut gue gak main-main. (Dika, 2007:150). Gue menebak-nebak, si tersangka Kwik Kian Gie itu sebenarnya petani palem botol bernama Sugianto. Jelas dia kaget, tiba-tiba ditawarin majalah Tempo sama ibu-ibu yang overexcited dan anaknya yang bengong-bengong bego. Gue yakin, dalem hati, si Sugianto udah ngomong, ‘Anjrit. Gue dicolek ibu-ibu di kereta, terus ditawarin majalah Tempo.’ (Dika, 2007:189). Alhasil, dengan begitu kartu nama gue jadi: RADITYA DIKA – PENYIDIK UTAMA dengan gambar Garfield tiduran di pojok kanan atas. Cupu abis. ‘Anjrit! Ini apaan? Tanya gue, sambil melihat kartu nama bergambar Garfield tersebut, setengah gak percaya. (Dika, 2010:26). Sofia, Alisha, dan Rasti melotot. Anjriiit, murahan banget sih nih cewek! (Rieka, 2011:137) 5. Anjrot Ehm, ternyata kemalangan gw gak berakhir sampai di situ. Ceritanya kemaren si Muti minjem kamera gw, mo nonton Christmast pagean. Ok. Gw pinjemin
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
deh. Dan tadi gw ketemu dia di MSN messenger. Dan pas lagi di tengah” chat gitu dia tiba” mengganti display pic-nya dia, vanilla yummy: DICK. gw: Hoh? vanilla yummy: *ganti display pic dia* sekarang... gambar apaan dik? gw: ANJROT. SIALANNNN. vanilla yummy: huaahahahahhahahha (Dika, 2005:59). Abis itu ada guru lain masuk kelas, dia langsung bilang ke guru itu. Dia: Careful, don’t go that way, there’s that TYPHOID GUY OVER THERE. HAHAHAHAHHA. Guru laen: HAHAHAHAHA. Anjrot. Well, so much for being cautios. (Dika, 2005:136). 6. Asam (Asem) Di saat kami hendak melewati lampu merah, ada motor yang menyalip tibatiba dari sebelah kanan. Sugiman hampir menabraknya. Dia bilang, ‘Tuh kan, Bang. Motor di sini suka seenaknya. Asem banget Jakarta.’ (Dika, 2011:52). “Lho, Anti dan Elsa ke mana, Sar? Kamu pulang tugas sendirian?” celetuk Sasha yang langsung ku sikut. “Asem! Mereka ke laut kali! Bayangkan, aku ngegerobak dari jalan besar sampe di sini! Taksinya nggak mau masuk ke dalam! A*%$@!” maki Sarah menenteng sebelah sepatunya ke dalam kosan. (Rika, 2011:129). “Boro-boro, Mbak. Etna tuh kudu makan dulu di kampus sebelum ke sini. Dia mah hanya suguhin aqua gelas, gimana pun lamanya meeting,” Etna menyusut matanya. “Kita pulang, yuk… aku traktir gorengannya Mbak Nem saja ya? Maaf ya, Mbak.. aku kelewat ge-er.”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Buset, pelit amat! Enggak jadi naksir aku ah!” kata Sarah naik ke motornya. Asem. Ada yah makhluk yang setega ini? Kayak apa sih orang yang namanya Sofyan itu? kalau ketemu bakal kami keroyok. (Rika, 2011:225). “Sudah Dew, enggak usah dipikirkan. Tinggal pilih, Wahyu atau Ucup?” kata Asep yang jadi ojekku. “Enggak ada pilihan yang rada bagusan gitu?” “Kalau aku?” “Ya bolehlah, daripada enggak ada kali ya.” “Asem!” (Rika, 2011:277). “Ya bilang saja, kamu ingin meniti karier dan menimba ilmu dari perusahaan yang bonafid, seperti Tulung Agung ini… Ya, speak-speak dikitlahh… biasanya juga jago ngibul kamu kalau enggak kerjain tugas Pak Kumis!” “Sial, kamu kaleee… tapi tumben kamu pinter Sop!” “Asem! Tapi, jangan bilang kalau kamu ingin mencari pengalaman karena itu berarti perusahaan ini hanya kamu jadikan batu loncatan. Tersinggunglah HRD-nya!” (Rika, 2011:287). 7. Autis “Ratuuuu… kamu tuh! Cobalah bersahabat dikit sama orang-orang, masa sih udah enam bulan, temen-temen kantor kamu, ya, sesama junior aja.” “Bodo ah. Gue nggak cocok sama pergaulan mereka.” “Gak harus cocok buat beramah tamah. Kamu tuh kayak orang autis deh ngomong-ngomong, di mana-mana sibuk sama dunianya sendiri dan gak bersosialisasi.” (Yunita, 2006:50).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Memang sih suasana Plaza Senayan, Jumat malam cukup ramai. Tapi nggak segitunya sampai bisa membuat suara kami tidak bisa terdengar satu sama lain. Ini Tiara aja yang sering nggak fokus, asyik sendiri. “Alaa, berisik nggak berisik lo mana denger sih? Lo kan autis…suka asyik sendiri…” ledek Lona sambil menyesap earl grey tea-nya. (Yunita, 2006:44). 8. Basi “Kamu jadian sama dia?” Tiara mengulang pertanyaannya. “Nggak, Sayang… gue nggak jadian sama dia.” “Tapi kok udah intim gitu sih ngobrolnya?” “MANA?” aku bangkit dari kursi dan ikutan ngeliat screen. “Alah, Tiara nih, intim apaan… segitu doang. Aku pikir Lona ngelakuin cybersex…” Aku mencibir dan balik lagi ke kursi.. “Tapi, flirting gitu kan intim jugaaa…” protes Tiara. “Nggak, ah… lo basi deh, Ra…” Lona ketawa geli, Tiara manyun. (Yunita, 2006:68). “Safina, bo… itu…” “Hah? Ngapain dia di sini?” “Ayo, ganti topik, ngomongin yang lain, apa kek…” “Topik apa?” “Ngngng.. formalin?” “Tiara!” “Atau banyaknya anak sekolah yang kesurupan?” kata Tiara dengan tampang bloon khasnya. “Alah, basi.. Kok dia bisa ke sini, sih? Dia kan gak suka suasana Citos?” (Yunita, 2006:182). “Udahlah Rin, kita putusnya baek-baek kok.” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Mana ada putus baek-baek, May?” ujar Rini sengit. Maya menunduk. Kelopak matanya kembali basah oleh air mata. “Basi banget deh tuh orang.” Maya menarik nafas panjang. (Yunita, 2004:31). “Oh.. okay.. Sorry aku gak tau kalo amu rapat, abis handphone-nya gak mati.” “Iya, aku lupa banget matiin. Makanya telpon kamu masuk.” Masih mo ngadalin gue nih, Har? BASI tau nggak! (Yunita, 2004:58). Bukan gosip Sarah yang semester depan terancam nggak bisa kuliah karena ngembat duit SPP lagi, atau Sofia yang kikikannya makin mirip Mbak Kunti karena rajin berlatih. Itu sih so last year, sista… basi. Yang jadi topik panas minggu ini adalah berita kalau ada anak Puri Cantika yang terjaring razia narkoba polisi! (Rieka, 2011:46). 9. Bawel “Iihh.. Tiara, gua ngga nyangka, deh. Pantes dari tadi kok berasa ada demit di sini. Ternyata eloooo!” Lagi-lagi Ratu dengan komentar gilanya.… “Heran, deh, perempuan yang satu ini, bawel banget sih!” Ratu protes. “Gue ngga ada janji ketemu cowok hari ini. Jadi buat apa mandi? Lagiannn… aduuhhh, please, deh, Hon. Gue ngga mandi aja cowok-cowok dari tadi ngelirik gue terus.” (Yunita, 2006:156) 10. Bego “Ada apa, Ras? Kamu kenapa kemakan rayuan cowok buaya darat, air, dan udara itu? Bego!” semprotku. (Rieka, 2011:105). Tere melongo. “Lama? Mimpi kali yee! Kami cuma sebentar!”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Sebentar? Nggak liat tampangku udah lecek tercetak motif taplak meja ini saking lamanya nungguin kamu kencan! Dua jam, begooo!” (Rieka, 2011:142). Pas gw mau masupin konci ke mobil tersebut, Rizal tiba” berkata, “WOIII.. Tun mobil sapa tuh?? ITU BUKAN MOBIL LO BEGOO!!! ITU KAN FORD!” diikuti dnegan tawa ngakak yang membahana seluruh tempat parkir PS. (Dika, 2005:75). gak taunya.. kalo lo masukkin kartunya itu jangan langsung dicabut, didiemin dulu selama 2 detik, baru dicabut. Baru bisa kebuka deh. Ya olooooooohhh… Si petugas hoskiping udah ngeliatin gw dengan tampang yang seolah” bilang: BEGO BANGET DEH LO! (Dika, 2005:91). Dan isi biodata, lengkap dengan makanan kesukaan, minuman favorit, artis kesayangan, sumpah bego abis. Mana gue ngarti kalo surat yang Katie minta itu adalah surat cinta bukannya surat biodata-biodata gini. (Dika, 2006:64). Pasti Ibu Ambarwati shock ngeliat gimana caranya murid beliau yang tiap minggu diajarin bahasa Prancis tiba-tiba jadi jago bahasa Jerman gini. Bego. (Dika, 2006:108). ‘To,’ kata gue dengan bijak. ‘Buat masuk UI butuh kemaluan yang kuat.’ ‘Kemauan kali, bukan kemaluan.’ ‘Yah, punya kemaluann yang juga kuat kan gak ada salahnya.’ ‘Bego lo.’ (Dika, 2007:97). ‘Jadi,’ kata David. ‘Lo udah bikin diary dari semenjak kelas 4 SD?’ ‘Iya,’ kata gue.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Oh my god! That is so gay,’ dia tiba-tiba excited dan menggeliat sendiri. ‘HAH?’ gue kaget. ‘Iya. That is soo gay!’ ‘OKE.’ Gue berusaha menetralisir keadaan. Gak tau mesti ngomong apaan, dengan goblok gue bilang, ‘Thank you.’ Begitu ngomong, gue sadar, mana ada orang dibilang gay malah bilang thank you. Duh, bego banget gue. (Dika, 2007:177—178). “Dari tadi Juju panggil-panggil loh… Mamay asik banget sih ngeliatin bintang.” Maya tersenyum. Aduuuhhh kacau kacau kacau… Kok makhluk ini bisa sampe lolos dan sekarang malah ada di depan gue sih??? Bego banget sih gue… (Yunita, 2004:228). Kita berempat melihat surat tersebut kemudian saling bertukar pandang. Dora mendengus keras. Gue sok-sk berpikir. Gue meraba-raba tekstur suratnya, gue lihat tipe kertasnya, dan bilang, ‘Hmmm, nyokap gue pernah ngebeliin gue kertas yang kayak gini.”’ ‘Dik,’ kata Wahyu. ‘Nyokap lo pelakunya?’ ‘Bukanlah, bego.’ (Dika, 2010:30). ‘Kok diem?’ tanya Dora. ‘Gue berani bayar mahal.’ Begitu gue mau membuka suara, Bayu tiba-tiba nyamber, ‘Goceng.’ ‘Sip. Goceng,’ kata Dora sambil mengeluarkan gocengan dan memberikannya kepada Christopher. Dora pun pergi. Hening.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Goblok lo, tolol!’ jerit gue. ‘Kenapa goceng? Goceng kita bagi empat masing-masing juga cuman dapet seribu dua ratus lima puluh, bego!’ (Dika, 2010:30—31). ‘Kalo nama orang “Mbip”… me-menurut lo gimana?’ kata Hugo. Aryo langsung ketawa pas ngedenger “Mbip”, si Hugo ngikik-ngikik sendiri. Gue ama Christie gak tau apa yang mereka maksud. Aryo sama Hugo sekelas, pasti ini becandaan internal kelas mereka yang gue engga ngerti. ‘Mbip itu apa sih, Go?’ kata Christie. ‘Jadi, Mbip itu nama anak cewek pindahan di kelas gue ama Aryo. Baru masuk minggu lalu. Tau gak?’ ‘Gak tau, siapa?’ Gue bingung. ‘Ada gitu orang yang namanya Mbip?’ ‘Bukan bego, nama aslinya bukan Mbip! Kita berdua ngasih nama dia Mbip! Kaco banget anaknya!’ (Dika, 2007:47). Ina pergi ke dalam, dan gue memukuli kepala gue karena bego belom merencanakan apa pun untuk pergi sama dia hari ini. (Dika, 2010:68). 11. Bencih Hebat banget??!! HEBAT BANGET??? Iyah kalo ada perlombaan bolot”an kaga-bangun-oleh-suara-jam-weker trus ge jadi juara satu dapet bantal berlapis emas mah baru bisa dibilang hebat banget. Bencih aku. Benciihhh. (Dika, 2005:117—118). 12. Bete “Huhuhu, saya bete, deh..” “Kenapa? Masih inget-inget Hilman?” “Huhuhu… ya itu juga sih. Tapi, barusan saya nimbang badan. Adduuhhhhh! Nightmare banget, deh, Saf..berat badan saya nambah tiga kilo!!!” (Yunita, 2006:125). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Ada apa, Lona?” “Thank God it’s Friday.” Ujarnya dengan suara yasung cerah ceria. “Oh yeah? For me… damn IT’S Friday.” Saya menarik napas panjang. “Kenapa sih, lo?” “Kenapa sih, lo. Kenapa sih, lo. Saya paling bete kalo udah hari Jumat.” “Kenapa? Bukannya asyik? Pulang dari kantor bisa jalan-jalan ke EX… atau nongkrong di Starbucks Thamrin sampe pagi? Party! Party! Party! Thank God IT’S Friday!” “Yahhh, kamu kan selalu punya pasangan tiap weekend. Nah, saya” (yunita, 2006:134). “Bete deh ih! Kalo lagi buru-buru pastiii ada aja yang aneh-aneh,” sungut Maya. Ia mengarahkan mobil ke sisi trotoar. “Udah.. tenang aja. Tuh, untung ban mobilnya kempes deket tukang tambal ban,” Rini menunjuk sebuah kios tambal ban di tepi Jalan Siliwangi. (Yunita, 2004:38). Junissa Daniarti “JADI lu kemaren ngedetektif gitu ke UTP?” “Iyah, sendirian ditambah bonus disorakin cowok kampus sana gara-gara gue pake kacamata item.” “Hahaha, bete dong lu.” (Yunita, 2004:75). Eh! Kok elo malah manggil Hari siiiiihhhhh… Udah tau gue ke sini tuh biar gak ketemu dia, ini malah elo ajak ke sini lagi. Duh bete banget… Gue harus gimana donggg…. (Yunita, 2004:230). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
13. Binal ‘Hoo, emang gimana tuh prospeknya?’ Gue bertanya lagi. ‘Prospek?’ ‘Nanti mo kerjanya di mana dan sebagainya.’ Gue masih makan dengan binal. (Dika, 2007:30). Nahh.. salah satu sistem keamanannya adalah, buat masuk pintu paling depan apartemen gw, gw harus ngasih liat kartu akses gw ke mesin keamanan, baru bisa masuk dan naik ke lift… dan gw lupa membawa kartu binal itu turun!!!! Buset… saking lapernya kali yah? (Dika, 2005:31). 14. Bocor “Legend banget tuh acara nikahannya Teh Nia kemaren. Orang-orang masih pada sering ngomongin. Trus baru kali ini di acara keluarga gua ada yang nari poco-poco segembrong-gembrong gitu. Ternyata keluarga suaminya Teh Nia juga sama aja, penggemar poco-poco juga. Bocor abis deh!” (Yunita, 2004:224). 15. Bodo ‘Bodo. Gue tuh kalo emang naksir sama orang, PDKT-nya jadi penuh pengorbanan begini, deh. Nih ya, gue inget, pengorbanan gue yang paling besar. Gue pernah suka sama si cowok ini, waktu zaman SMA. Gue pernah waktu itu satu hari penuh nyari kura-kura yang ada strip merah di bagian lehernya karena si gebetan gue ini selalu pengen kura-kura seperti itu. Akhirnya, gue ke rumah dia, setelah nyari sampe pusing, dan gue kasih tuh kura-kura.’ (Rika, 2010:159). “Duileee, segitu sewotnya! Darimana kamu tahu dia cakep dan anak negeri? Baru tau dari foto fesbuk en biodatanya saja kan? Bisa saja dia itu tukang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
parkir yang sedang menyamar bat membodohi anak culun kayak kamu!” kata Julia mengumbar imajinasi. “Padahal sih tampangnyaa… huaaa!” “Bodo ahh!” Tere ngambek meninggalkan kami si trio sirik. Sofia gelenggeleng. Dasar sedang
termehek-mehek, temannya bilang apa saja pasti
dicuekin. Dia lebih percaya sama mas Rijal yang makluk alien. (Rika, 2010:132). “Ratuuuu… kamu tuh! Cobalah bersahabat dikit sama orang-orang, masa sih udah enam bulan, temen-temen kantor kamu, ya, sesama junior aja.” “Bodo ah. Gue nggak cocok sama pergaulan mereka.” “Gak harus cocok buat beramah tamah. Kamu tuh kayak orang autis deh ngomong-ngomong, di mana-mana sibuk sama dunianya sendiri dan gak bersosialisasi.” “Bodo.” “Ya udah, cabut, yuk. Anak-anak udah pada nungguin.” (Yunita, 2006:40). “Hah? Jadi lo nggak ngantor?” Lona terpengarah. “Huehehehhehe, ngantor kok, setengah hari. Bodo ah. Kalo besok ditanyain gua bilang aja, gua makan siang di Baghdad.” Ratu menyeringai lucu. (Yunita, 2006:144). Ini pertama kalinya gue ngerasain perasaan kayak gini. Kalo orang-orang bilang ini tuh fish love (apa first love yah? Bodo ah). Intinya, gue baru pertama kali tau rasanya care ama orang dan mikirin orang ampe pada mo meledug gini. (Rika, 2006:136). Maya lalu menceritakan kejadian bagaimana dia mengintai Hari mulai dari kampus, BIP dan sampai bagaimana Maya mengempeskan semua ban mobil Hari di depan sebuah rumah yang dicurigai sebagai rumah si Nenek Sihir itu.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Dasar penjahat!” Rini berkomentar sambil disusul dengan gelak tawa. “Gimana cara tuh sih Hari balik?” “Bodo! Mudah-mudahan sih jalan kaki sampe gempor.” (Yunita, 2004:98). “Iiihhh… Apa-apaan sih?” Maya sewot. Casing CD Black Album Metallica tidak sengaja jatuh tersenggol Rini. “Duh! Ati-ati dong, ini kan CD favorit gue! Gimana sih!” “Bodo!” Rini memeletkan lidah. “Pokoknya gua mau dengerin Sidik siaran.” (Yunita, 2004:122). Suara Rini meninggi setelah menyadari bahwa Maya sedang masuk secara ilegal ke inbox Hari. “Ho’oh” ujar Maya santai. “Abis gimana satu-satunya sumber informasi akurat yang gue dapet.” “Ya ampuuun.. Amaya…” “Bodo ah…” (Yunita, 2004:123). “Hey, sebagai informasi… itu handphone bunyi loh!” “Iyah, gue tau..” “Kalo handphone bunyi artinya ada yang mau ngomong sama elu.” “Bodo! Gara-gara Rini nih Sid, gue jadi dikejar-kejar orang narsis kayak Eko.” (Yunita, 2004:182) 16. Bodo amat “Kamu yang oon, kenapa nggak SMS? Aku dengan Sofia berdua di kampus nih! Basah kuyup!” “Bodo amat!” Ugie membanting telepon. Jengkel. (Rika, 2011:64).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Ini sepatu mahal mbak e, tahan di segala cuaca!” katanya manis. Aih, namanya saja orang jualan! Bodoh! Sofia terbahak puas. “Hahahahhaa… alasanmu dangkal banget! Sudah kuduga, Dedew tak kan semudah itu insap!” “Mbak penjualnya penipuuu!” teriakku. “Setiap sesuatu itu tergantung dari niatnya, Jeeenng Dedew!” “Siaall!” “Siapa yang menanam angin, dia yang menuai badai…” “Bodo amat!” (Rika, 2011:65—66). “Sst… jangan teriak-teriak napa? Ini sudah malam.” Sarah naik darah. “BODO AMAT! LU YANG DULUAN JAHATIN GUA! ENGGAK USAH BACOT!” “EH ITU MULUT DIJAGA YA, YANG SOPAN SAMA KAKAK KOS!” Sarah terpancing. (Rika, 2011:106). “Kalau lihat bintang kamu Pisces alias ikan, kamu cocoknya jadi tim Baywatch Parangtritis atau tukang ikan,” kata Mbak Leslie. “Sialan. Tapi benar lho. Aku maunya tuh jadi juru rias terkenal, make up artist. Bukannya menghitung laba-rugi atau mnganalisis perusahaan mo bangkrut kagak, bodo amat,” Sarah mengeluarkan rokoknya. “Ahh… stress!” (Rieka, 2011:261). ‘Ya halo. Silakan nomor pager dan pesannya.’ Si operator mengangkat telepon. ‘Uhhh untuk pager nomor xxxxxx.’ Gue melanjutkan. ‘Ya, dan pesannya?’ ‘Pesannya itu…,’ gue berkata agak pelan. ‘Ya?’ ‘Uhhh Katie, gue sayang elo dan…,’ gue berkata malu-malu. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘KATIE GUE SAYANG ELO.’ Yak bagus, ulangin aja kata-katanya oom operator. ‘Dan mau gak…,’ gue ngelanjutin. Bodo amat., udah terlanjur basah sekalian. ‘Mau gak jadi pacar gue.’(Dika, 2006:61). Setelah mengambil absen satu per satu, gue pun mulai mengajar. Namanya sih mengajar, padahal gue ngebacot setengah mati. Mereka gak lulus UAN? Bodo amat. Muahahahaha. (Dika, 2007:104). Ternyata, setelah menginterogasi seorang satpam, kita mendapat informasi bahwa ada satu restoran Thailand yang buka pada hari ini. Satu hal yang belum kita ketahui adalah restoran itu mahal apa engga. Dalam pikiran gue, bodo amat deh. Yang penting semuanya kenyang dan bahagia dan Edgar gak harus pipis di celana. (Dika, 2007:138). Mencoba untuk tidak peduli, akhirnya gue memutuskan menemui Githa saja. Apa pun yang nanti terjadi, terjadilah. Gue udah bodo amat. (Dika, 2010:189). 17. Bodoh “Bodoh! Maksud Dedew, melihat cewek sendirian keluyuran malam-malam, orang yang tadinya nggak niat jahat jadi tergiur! Kenapa nggak ngajak teman siihh? Bapak kosan kek, pacar teman kosmu kek! Sok berani nekat keluar malam sendirian!” omel Tere yang langsung kupelototi. “Andi bilang apa?” “Dia ngamuk-ngamuk dan janji kalau tuh cowok ketemu bakal disunat!” isak Rasti. Busyeeettt, Andi beringas juga ya, tipe kesukaanku gitu deh. Bad boy. Hihihii.. (Rika, 2011:107).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Ini sepatu mahal mbak e, tahan di segala cuaca!” katanya manis. Aih, namanya saja orang jualan! Bodoh! Sofia terbahak puas. “Hahahahhaa… alasanmu dangkal banget! Sudah kuduga, Dedew tak kan semudah itu insap!” “Mbak penjualnya penipuuu!” teriakku. “Setiap sesuatu itu tergantung dari niatnya, Jeeenng Dedew!” “Siaall!” “Siapa yang menanam angin, dia yang menuai badai…” “Bodo amat!” (Rika, 2011:65—66). 18. Bolot Bolot. Yup, orang” di sini (Adelaide) tuh bolot” banget sih, apalagi kalo denger nama orang Indonesia. Entah karena sensi ato kenapa yah? Contoh konkretnya tuh gw, nama gw dari Dika bisa berubah jadi Nike. (Dika, 2005:41). “Eh, siapa sih?” tanya Tiara yang memang selalu ketinggalan kereta. “Duh, Miss Bolot… Nyimak dong.” “Ih, kan di sini berisik, saya nggak denger kalian ngomong apa,” protes Tiara. Memang sih suasana Plaza Senayan, Jumat malam cukup ramai. Tapi nggak segitunya sampai bisa membuat suara kami tidak bisa terdengar satu sama lain. Ini Tiara aja yang sering nggak fokus, asyik sendiri. (Yunita, 2006:44). “Haduuuhh, kalian niihhh…” Tiara manyun. “Kok bisa sih, ngomongin ciumciuman sama stranger lagi. Orang yang boro-boro pacar, kenal deket aja nggak,” lanjutnya masih kesal. “Duh, Miss Bolot yang selalu taking everything too seriously. Pacaran serius, kerja serius, ini serius, itu serius. Liat aja, sama Hilman yang udah mau married aja masih cinta mati.” (Yunita, 2006:70).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Christian Bautista cakep banget, ya, di Jomblo?” seru Tiara. “Heh? Christian Bautista? Main Jomblo?” Ratu berhenti berjalan, menoleh ke arah Tiara dengan pandangan “Nggak salah orang?”—dan bertahan dalam posisi demikian selama beberapa detik. Kemudian gue, Ratu, dan Safina ngakak. Ni anak pasti tulalit lagi, deh. “Kenapa sih?” “Maksud lo, Christian Sugiono kaleeee…” Gue mendorong bahu Tiara. “Oh, bukan Bautista, ya?” Tiara cengar-cengir. Aduh, Miss Bolot ini… (Yunita, 2006:117). Gw kaget setengah mati, trus gw jawab aja, “Hi..” Trus dia bilang, “Hey, what’s ur name… what’s ur number.. coz..” lalu dia bilang bareng temen’nya sambil tereak, “I WANNA KNOW U BETTER!! HAHAHAHHAA…” Mampus kuadrat. “I’m Dika.” “Nice to meet u.. NIKE” Pala lu kotak! Mabok” masi bolot juga. (Dika, 2005:150). 19. Buaya Setelah beberapa menit dalam diam, Maya mengeluarkan foto Hari dan meraih spidol hitam yang biasa digunakan untuk white board. “Dasar kadal! Cheater! Buaya!” Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli. (Yunita, 2004:56) “Bukan, dodol. Boro-boro pacaran, ketemu lagi saja dakuw ogah, Dew. Masa selama ngobrol tadi matanya tuh melirik ke dadaku teruus! Mentang-mentang aku pake baju berleher rendah kek punyanya Mbak Julia Perez! Ketahuan dia cowok buaya! Dia tidak lolos tesku, kami putus!” (Rika, 2010:143).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
20. Buaya darat “Buaya darat tuh orang! Berani macem-macem sama sobat gua,” maki Rini. (Rika, 2004:136). 21. Bujug Trus studionya di sini tuh baaannnyyyaaakkkkk banget, gak kayak di PIM Cuma 6 (bener gak?) studio. Di sini tuh ada 30 studio!!!! Bujug, gw udah kayak orang udik gitu ngeliat bioskop yang segitu gede. Pulang dari bioskop, gw mengalami kejadian geblek (lagi!), kayaknya gw udah mulai biasa ngalamin kejadian dodol, buah dari kegeblekan gw. huhuhuhhu.(Dika, 2005:37). Gw menggosok punggung sambil menyanyi yang sumpah ancur. Karena gw menggosok panggung maka gw membelakangi shower, dengan kepala ngeliat ke bawah. Pas gw menaikkan kepala ke atas…. Ada benda kecil. Lumayan kecil. Berbentuk kotak. Di tengahnya ada bolongan. Setelah gw mencerna gambar yang gw terima. Gw nyadar. Benda itu adalah kamera. JEPRET! Telat. Gw tereak. Gw: KUDAAAA LO JAAA!!!!!! Eja: *lari dari kamar mandi, masi ngakak* Bujug dah. Kurang asem. Klo mo ngambil poto panas gw seharusnya lewat manajemen gw dulu dunk. (Dika, 200:58). 22. Bujug buset Gak lama kemudian, si kasir DVD ini menghitung” dengan mesin itungnya. Ini satu.. ini dua.. ini tiga.. itungitungitungitung. Terus dia senyum. Lebar. Lebar banget sampe ngelebihin pintu masuk. Dia nyengir ke gw. Gw ngerasa ada yang gak beres. Kasir: well.. it’ll cost u for a grand total… Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Dia menahan napasnya sambil gigit” bibir bawah. Grand total??? Grand total??? Kenapa dia harus memakai kata” itu? Wadoh. Mampus gw. Ada yang ga beres. Kasir: ok, its $23!!!! Mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong. Ajigile. $23????? Itu sama aja kaya beli DVD baru! Bujug buset. (Dika, 2005:119). Wahhh… udah deh… kalo udah gini kaco urusannya, gw udah mulai ada gelagat ga enak ama pria kotak ijo ini, selain pertanyaan yang aneh, pas gw angkat kaki gw untuk mengusir tangannya dia dari paha gw… eehhhh… sikunya malah disengaja menyentuh ****** gw!!!!! BUJUG BUSET!!!!! (Dika, 2005:15). 23. Buset Gw pernah nyoba waktu itu melihara anjing, waktu gw SD, and pas gw pulang skul, kaki gw malah digigit, huhuhuhu nyokap gw panik dan langsung nyuntik gw rabies, buset… padahal tuh anjing sehat” aja sih… (Dika, 2005:3). Nahh.. salah satu sistem keamanannya adalah, buat masuk pintu paling depan apartemen gw, gw harus ngasih liat kartu akses gw ke mesin keamanan, baru bisa masuk dan naik ke lift… dan gw lupa membawa kartu binal itu turun!!!! Buset… saking lapernya kali yah? (Dika, 2005:31). Lanjut, weekend kali ini (yang lumayan rame) dimulai dari hari jumat, pulang dari skul gw jalan” bentar ama Eja dan Harianto (btw, Harianto di sini juga berubah namanya, menjadi Arigato… buset… orang” sini emang bolot” yeh?) (Dika, 2005:36).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Pas udah berbaring dengan manja di tempat tidur gw, lalu mencoba untuk memejamkan mata sambil sekali” mikirin mantan pacar gw, Dian Sastro, gw pun siap untuk tidur. Lalu tiba” terdengar suara. TENOOOTTTT TEEENNOOOTTT. Buset. Siapa yang maen priwitan jam segini yak? (Dika, 2005:148). Adek” gw: (tereak” di depan si Poltak) BANG.. ITU KAN ARTIS BANGGG!! ARTISSS!! Gw: Buset. Maklumlah jarang ngeliat artis gini deh jadinya. Setelah mempermalukan keluarga sendiri di depan si artis Batak, gw pun pulang ke rumah dan tidur dengan riang gembira, sambil mikir” apa yang mo gw lakukan dalam libur gw selama 3 minggu ini (Dika, 2005:182). Anaz: Klo gak gini aja.. beli aja spring water gitu yang di botol, terus masukkin ke akuarium.. Gw: Buset. Ikan orang kaya kali tuh.. cuman berenang aja di aer minum! (Dika, 2005:212). Gw: Ya ampuunn. Jadi itu ayamnya Yudit yang waktu dulu. Siayamyudit: Kukuruyuukk! Gw: Tapi masa ayamnya ditaro di kantor gitu sih? Nyokap: Nah, iya kan, Kung. Jadi gak bonafid banget klo tiba” lagi ngobrol ama klien tiba” kedengeran suara ayam. Emangnya, sini kantor jualan ayam? Gw: Trus, kenapa gak disuruh buang aja, ato taro rumah? Nyokap: Mo ditaro di mana? Kamar kamu? Gw: Uh… Ogah deh ntar pas pulang ke Jakarta tiba” kamar gw jadi kandang ayam. Duh, ntar ikutan betelor kan repot.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Nyokap: Lagian waktu itu sih udah mau mama buang. Ehh, gak taunya si Yudit nangis” bilang ke temennya ama gurunya kalo mama jahat. Terus dia bilang ke mama gini: Coba, apa perasaan mama kalo mama punya anak yang udah mama rawat sejak kecil, terus tiba” pas dia udah gede ada orang lain yang ngambil terus buang? Gw: Buset. Udah siap kawin itu ma (Dika, 2005:234). ‘Tun, turunin lagi, dong. Turunin lagi!’ dia bilang. ‘Aduh! Masa segini gak cukup?’ Gue ngomong sambil tetep nurunin juga. ‘Lagi, dong! Biar tambahasoy, Tun.’ Mampus. Pilihannya, entah si Rae ini bakat juga jadi sutradara film bokep, atau dia memutuskan mengakhiri idupnya dengan cara tersiksa pelan-pelan karena ngeliat pantat gue. ‘Kurang asoy, Tun!’ dia tereak lagi. ‘Asoy gimana. Buset lo.’ Gue nurunin untuk terakhir kalinya. (Dika, 2006:125). Setelah menjelaskan anaknya bukanlah pemakai obat-obatan, gue kembali mikirin Alin lagi. Gue telepon Vina dan menjelaskan situasi ini kepada dia. ‘Vin, kok gue mikirin dia terus, yah?’ ‘Siapa, si Alin?’ ‘Iyahh…’ ‘Wah, itu tandanya lo cinta sama dia!’ ‘Buset. Cinta? Serius lo?’ (Dika, 2006:137). Pas dia lagi ketawa lebar, gue meratiin. Buset. Beneran ompong. Ada tiga sampai empat gigi yang omong di bagian itu. (Dika, 2007:5). Dua kata yang tepat menggambarkan Hugo adalah: patung Asmat. Tau kan? Patung yang versi ceweknya punya tete kayak pepaya gepeng itu. Engga, tete Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Hugo gak gepeng, tapi kayaknya sih ada enam (Buset, orang apa anjing?) (Dika, 2007:40). ‘Rambut ini gimana? Kan dicet? Emang gak pa-pa gitu?’ ‘Udah, cuek aja.’ Pak Rofik berkata dengan muka meyakinkan. ‘Guru gaul gitu.’ ‘Hah? Guru gaul? Buset.’ Di kuping gue, ‘Guru Gaul’ terdengar seperti grup penyanyi dangdut semacam Trio Macan. (Dika, 2007:107). Pas dia ngomong itu, gue udah mo ngakak. Karena emang, di bagian profil diri gue ada nama band gue “Sentimental Reasons” dan kata “kuda lumping” yang terletak berdekatan. Pasti dia salah ngeliat dan ngebacanya jadi Sentimental Lumping. Buset. (Dika, 2007:178). ‘Anak mama udah gede, ya ampun. Dulu kamu masih mama gendonggendong, sekarang kamu sudah gede, ya,’ kata nyokap gue, dengan mata nanar. Buset, ini anaknya mau pergi sama cewek aja jadi kayak besok gue mau ijab kabul. (Dika, 2010:65). Kalau
mau
digabungin
dengan
keinginan
produser
yang
adegan
pembukaannya memakai helikopter, ini berarti gue bakal diperkosa sambil digantungin dari helikopter. Buset, Kambingjantan bakalan jadi kayak semacam film softporn yang gagal karena budget yang terlalu rendah. Gue menghela napas panjang. (Dika, 2010:122). ‘Eh, maksudnya Monas tuh anu kali tuh,’ kata Patricia. ‘Maksudnya anu lo.’ ‘Hah? Titit?’ Gue membelalak. ‘Maksudnya titit?’ ‘Monasu sudah lihat? Besare?’ tanya si Jepang mabok lagi. ‘Besare?!’
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Buset. No! Mister! No! My Monas is not big! No, I mean nobody sees my Monas! Nobody! She also!’ seru gue, karena panik grammar jadi berantakan. (Dika, 2011:95). Buset, masa sih mereka berdua betul-betul meninggalkanku sendirian? Sungguh teganya…..! kampus arahnya utara atau selatan ya? *mahasiswi buta arah. (Rieka, 2011:69). “Allahu Akbar!” teriak Etna larut dalam suasana. Buset, kayak mo grebek orang pacaran aja. Maklum, ini kali pertama dia melakukan kejahatan ulang tahun, sedang lucu-lucunya. “Eh dodol, memangnya kita lagi menggerebek diskotik mesum? Kalau kamar Sarah sih cocok..,” protes Sasha. (Rieka, 2011:102). Nah, Sasha cewek ember bilangnya begini, “Ngel, jangan cium-ciuman di teras napa! Aku jadi nggak napsu makan bakso nihh! Keselek mulu!” omel Sasha. Buseeet, lemas kami. Beginikah gaya berdiplomasi yang Sasha, anak Hubungan Internasional, bangga-banggakan selama ini? (Rieka, 2011:123) Woii… berisiiikkk..! besok gue tes!” teriak Mbak Leslie menendang pintu kamar mandi. Buset! Penampilan boleh anggun tapi tendangannya mantap! Watch out, boy!” (Rieka, 2011:129). Hari H akhirnya tiba juga. Berbagai kehebohan selama seminggu ini ternyata tak kunjung reda saat kami naik bus antarkota di terminal. Bagaimana tidak, Ugie mulai pasang tampang mual. Buset, si pembalap ternyata juaranya mabuk darat! Dia paling enggak tahan naik bis dan mencium aromanya pengap (Rieka, 2011:141). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Buset, memang Semarang panasnya sadis. Kami sebentar saja bertahan di kamar itu, lalu mengungsi tidur di depan televisi dengan kipas angin dipasang pol (Rieka, 2011:145). Nah, dari kosannya, dia udah telepon kalau dia cuma mau pinjam catetan aja buat di fotokopi. Enggak ada tuh jargon kita ‘belajar bareng’, apalagi pakai mentraktir segala. Bagi Apoy, video games adalah segalanya. Dia harus buruburu menuntaskan games pokerya. Buset dah (Rieka, 2011:205). “Boro-boro, Mbak. Etna tuh kudu makan dulu di kampus sebelum ke sini. Dia mah hanya suguhin aqua gelas, gimana pun lamanya meeting,” Etna menyusut matanya. “Kita pulang, yuk… aku traktir gorengannya Mbak Nem saja ya? Maaf ya, Mbak.. aku kelewat ge-er.” “Buset, pelit amat! Enggak jadi naksir aku ah!” kata Sarah naik ke motornya. Asem. Ada yah makhluk yang setega ini? Kayak apa sih orang yang namanya Sofyan itu? kalau ketemu bakal kami keroyok (Rieka, 2011:225). “Kamu ngambek, ya gara-gara aku udah berhutang 15 bungkus mi goreng? Tenang saja. Hari ini aku gajian, ku bayar deh!” rayu Sarah. Buset. Tabah banget Sarah makan mie goreng sebanyak itu. Ususnya nggak lengket apa ya? Malangnya, gadis cantik nan keren ini. (Rieka, 2011:255). 24. Busyet Ternyata, banyak cerita menarik di kosan Puri Cantika yang agak lupa-lupa ingat detilnya. Maklum, dakuw seorang perempuan cantik yang agak lemot. Untunglah, sobat-sobat kosku yang (lumayan) kiyut dan berbudi kayak Destiyana Endah, Rosmartina Suri, Ratna Yuniarti dan lainnya berbaik hati mnceritakannya lewat sms, hehehe… *busyet dah, jiwa anak kos banget, pengiritan maksimal! (Rieka, 2009:15). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Busyet, ternyata begini ya rasanya jadi Luna Maya atau Dewi Perssik dikejarkejar wartawan gosip. Batal ah jadi selebriti kalau begini puyengnya, hehe. Gimana tidak, entah di kampus, di salon, di warung dekat kosan, setiap ketemu teman atau lawan *beuh, pasti pada kompak mengonfirmasikan berita hot yang beredar akhir-akhir ini. (Rieka, 2009:45). “Busyet, kamu nggak kesambet jin baik kan Dew? Bijak beneerrr…” balas Sarah mencibir. (Rieka, 2009:68). “Abisnya, Karen nggak ninggalin kunci sih Pak. Saya telpon dia nggak diangkat!” jawabnya. “Ya, dia sudah tidur! Nggak semua orang hobinya ngalong kayak Elsa sama Sarah!” Elsa dan Sarah mau protes. Lho, kok kami kena? “Maaf Pak…” kata si judes dengan suara bergetar. Busyet, dia nangis! Cewek yang petantang-petenteng kemarin itu keok! (Rieka, 2009:79). “Ya iyalah, kalau nggak masa aku nyari? Uang kertasku sejumlah 386.000,lhoo… recehnya saja tinggal sedikit!” Busyet. Nabung di celengan kok bisa hapal isinya, kek buku tabungan bank? (Rieka, 2009:185). Maklum, kalau musim wisuda begini salon-salon seantero Djokdja full booked, bro! selain dapat salon minta ampun jauhnya dari kampus, jadwal rias kami juga kebagian subuh-subuh! Busyet, masih ileran sudah disuruh berdandan lengkap kayak sinden! (Rieka, 2009:120). “Dew, utangmu di Mbak Nem disuruh bayar tuh. Udah over limit,” tegur Tere. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Busyet, Mbak Nem kayak debt collector kartu kredit saja. (Rieka, 2011:27). “Dapat berapa juta, Na?” Etna tersenyum pahit, “Lihat saja, Mbak.” Sarah merebut amplop yang dipegang Etna dan melongok isinya. Busyet, 150 ribu perak! Buat beli apaan? Kami terperangah. Anjir, tega juga tuh cowok! (Rieka, 2011:224). “Bodoh! Maksud Dedew, melihat cewek sendirian keluyuran malam-malam, orang yang tadinya nggak niat jahat jadi tergiur! Kenapa nggak ngajak teman siihh? Bapak kosan kek, pacar teman kosmu kek! Sok berani nekat keluar malam sendirian!” omel Tere yang langsung kupelototi. “Andi bilang apa?” “Dia ngamuk-ngamuk dan janji kalau tuh cowok ketemu bakal disunat!” isak Rasti. Busyeeettt, Andi beringas juga ya, tipe kesukaanku gitu deh. Bad boy. Hihihii.. (Rika, 2011:107). 25. Cape deh ‘Ketemu di kantor kita aja.’ Bayu menaruh tangannya di atas dada, memberikan sikap sok keren ke arah Dora. ‘Pulang sekolah.’ Gue berbisik ke Bayu, ‘Kantor kita di mana, Bay?’ Emang kita punya kantor?’ ‘Udah diem aja. Biar kelihatan keren.’ Bayu melihat ke arah Dora, dan dia melanjutkan, ‘Kantor kita di belakang, di deket ruangannya Pak Prayit.’ Pak Prayit adalah guru seni rupa kita. ‘Kenapa gak sekarang?’ tanya Dora. Bayu terdiam lama. Lalu dia bilang, ‘Ya udah, sekarang aja.’ Cape deh. (Dika, 2010:28).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
26. Cheater Setelah beberapa menit dalam diam, Maya mengeluarkan foto Hari dan meraih spidol hitam yang biasa digunakan untuk white board. “Dasar kadal! Cheater! Buaya!” Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli. (Yunita, 2005:56). 27. Chicken “Pokoknya sekarang gua minta penjelasan!” Rini kebali menyerang Maya. Ia terlihat penasaran dengan sikap Maya yang menurutnya ‘tak bernyali’. “Gua ga percaya ngeliat lu tadi. Bukannya ngelabrak malah kabur. Chicken banget sih lu… Petoook.” “Santai dong…” ujar Maya tenang sambil duduk di sisi tempat tidur. “Santai gimana maksud lu? Kalo gua jadi elu, udah abis tuh si Hari tadi. Elu… Ngelabrak dia doang ga berani… Payah!” (Yunita, 2004:50). 28. Ciken “Sof, kamu memang wanita pemberani… kita serbu yok!” “Ogaaahhh… orangnya judes begitu! Itu sih bermain-main dengan maut namanya!” balas Sofia cepat. “Ah, ciken lu!” “Itu bukan pengecut bu… tapi realistis…” (Rieka, 2009:77). 29. Cucian deh lo Bagi yang ga tau susan (cucian deh lo), susan adalah boneka yang ceritanya bisa ngomong, cukup terkenal di antara anak” SD geblek kurang kerjaan telat puber (termasuk gw) pada tahun 1993—1994 dulu. Dan akhirnya setelah gw bertambah pinter, gw baru nyadar klo ternyata yang namanya susan itu adalah boneka. Boneka. Sekali lagi ah, boneka. Goblok lo Dith. (Dika, 2005:55).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Tapi, beberapa hari setelah itu dia meninggal. Bukan karena gendut tadi, tapi karena ditabrak bajaj waktu lagi nyebrang. Cucian deh lo. (Dika, 2007:82). Pupus berbeda dengan Neko, dia lahir dari strata yang berbeda. Pupus adalah kucing kampung dan Neko kucing Persia. Kenyataan hidup yang keras telah membuat Pupus berbeda dengan Neko. Cucian, deh, lo pus. (Dika, 2006:143). 30. Cupu Alhasil, dengan begitu kartu nama gue jadi: RADITYA DIKA – PENYIDIK UTAMA dengan gambar Garfield tiduran di pojok kanan atas. Cupu abis. ‘Anjrit! Ini apaan? Tanya gue, sambil melihat kartu nama bergambar Garfield tersebut, setengah gak percaya. (Dika, 2010:26). 31. Dammit Harianto: KUKUMU DIKUTEX? HAHAHAHAH!!! Dammit. Ada apa dengan seorang pria yang mencoba untuk berpenampilan seperti wanita??!! Sekarang ini adalah masa kesetaraan pria dan wanita. (Dika, 2005:228). 32. Damn it “Aah, tante…” gua tersenyum, tapi gua pikir, senyuman gua lebih menyerupai seringai kesakitan. Ibu dan mbak tadi ngeliatin gua dari atas sampe bawah, bikin gua merasa ciut. Itulah yang gua benci dari mereka… pasti sebentar lagi bakal muncul komentar pedas dari dua orang kolot itu. Apalagi saat itu penampilan gua sangat tidak sesuai dengan selera mereka: tanktop putih, rok mini jeans, dan sepatu canvas. “Gimana kabarnya? Kok nggak pernah ke rumah. Wah, Nak Ratu sombong, nih.” Ibu tadi menjawil.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Perasaan baru tiga minggu yang lalu deehhh… sering-sering juga males kaleee… Sang Ibu memandangi gua dari atas ke bawah. Damn it. Gua merasa makin jengah. Safina yang gua harap bisa menjadi penyelamat keadaan ternyata menghilang. (Yunita, 2006:88) 33. Damn Tata melirik gue dengan nakal. Tidaaakkk! Tidaaakkk! Damn! Tata dengan lingerie hitam plus tatapan mata seduktif itu membuat Kapten Twinky siap siaga. Duh, begini nih nasib suami yang sangat cinta pada istri. (Yunita, 2005:45). Gua merasa percaya diri bahwa gua hamil. Mungkin kejadian tadi pagi itu adalah morning sickness yang biasa dialami oleh kebanyakan ibu-ibu hamil. Dan ternyata gua hanya masuk angin! Damn! Gua kembali mens. (Yunita, 2005:77). Ah, lagi pula gua terlalu capek untuk marah sama Kakang. Gua lagi marah sama diri gua sendiri. Gua marah gua mens. Uh, damn! Huhuhu… (Yunita, 2005:79). BEEP! BEEP! Saya cepat-cepat mencari handphone yang sudah saya masukkan ke tas. Hmm. Lona. “Ada apa, Lona?” “Thank God it’s Friday.” Ujarnya dengan suara yang cerah ceria. “Oh yeah? For me… damn IT’S Friday.” Saya menarik napas panjang. “Kenapa sih, lo?” “Kenapa sih, lo. Kenapa sih, lo. Saya paling bete kalo udah hari Jumat.”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Kenapa? Bukannya asyik? Pulang dari kantor bisa jalan-jalan ke EX… atau nongkrong di Starbucks Thamrin sampe pagi? Party! Party! Party! Thank God IT’S Friday!” “Yahhh, kamu kan selalu punya pasangan tiap weekend. Nah, saya” (Yunita, 2006:134) “Salah saya, Lon… huhuhu… sering jalan sama dia… nonton bareng sama dia… saling bales-balesan message di Friendster… dan setelah semua yang saya lakukan itu… I did go a thousand miles for his answer.” “…” “Dan sekarang… jawabannya, Hilman jadi calon suami orang.” “Say…, the thing is.. you went a thousand miles for an answer to a question that he didn’t know!” Giliran saya yang diam. DAMN! She’s right! (Yunita, 2006:152). “Iihhh!!! Cakeeepppnyaaa.. Saya kasih delapan, deh untuk fisik dan penampilan. Hahahahha…” Tiara lalu menulis angka 8 di atas tissue dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Persis seperti juri ice skating. Aku jadi ikut-ikutan nengok cowok itu. Damn! Emang cakep! Siaallll.. kenapa sih aku yang udah dandan cantik dan mandi ini ngga dilirik dia? (Yunita, 2006:157). Duh, mana dia tetep ganteng lagi… Gue paling suka ngeliat cowok pake jas… dan ini… Hari yang ganteng tambah ganteng aja pake jas… Damn!! I still love you, Har… (Yunita, 2004:226).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Damn! Pantas saja, Alisha betah nyamperin Sarjan! Ditraktir melulu! Enggak ngajak-ngajak. Huh, kok bisa-bisanya memonopoli cowok bodoh eh cowok baek. (Rieka, 2011:36). “Tante, aku enggak mau ah duduk-duduk di sini. Di pojok situ ada yang busuk napasnya. Takut…,” tunjuk Gilang ke pojokan dapur yang gelap. Damn! Resmi sudah. Anak-anak pun grabak-grubuk mengungsi di kamarku. Alisha terpaksa tidur berdua dengan Gilang di kamarnya karena tak ada yang sudi menampung mereka. (Rieka, 2011:211). “But Lona… I’m looking for a better person.” kata Toni pas mutusin gue. Damn! So, I’m not a better person for him? So, sejak itu, gue ngelampiasin ke kerjaan. If men think they can leave someone for a better person, don’t think I’m not! (Yunita, 2006:14). 34. Dasar badut bego Gue buru-buru nutup kaca mobil sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Mereka masih ngejar-ngejar. Malah, meskipun temen-temennya yang laen udah nyerah dan berhenti, masih ada satu anak tuyul yang tetep kekeuh loncat-loncat di samping kaca mobil. Yah, akhirnya sih si tuyul berhenti, berteriak, ‘DASAR BADUT BEGO!’ (Dika, 2007:13). 35. Dasar buaya Go to hell! Lagi-lagi dia mutusin telpon sebelum gue sempet ngomong dan nyindir-nyindir dia lagi. Ini bener-bener ngeselin. DASAR BUAYA LO, HAR! (Yunita, 2004:59). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
36. Dasar buaya darat Tanpa basa basi lagi, saya langsung bilang pada Dita kalau ternyata saya dan dia punya pacar yang sama. Lalu setelah penelusuran lebih lanjut, semua isi surat-surat yang Bambang selipkan di buku Biologi saya itu sama persis dengan semua isi message yang diterima Dita via Friendster. Huh! Dasar buaya darat gagal. Jadi, copy-paste ceritanya? Ngga kreatif banget sih jadi orang (Yunita, 2007:19). 37. Dasar cewek berantakan Daan.. aku juga sempat membongkar arsip foto-foto yang terlantar di dalam lemari lho! *dasar cewek berantakan! (Rieka, 2009:16). 38. Dasar cewek dodol “Dasar cewek dodool… bisa-bisanya lupa barang sepenting ini! Padahal jam 7 besok mau dipakai! Kamu ini nggak berubah dari jaman KKN!” (Rieka, 2009:214). 39. Dasar cewek dudul Anak-anak melotot. Orang sakit kok disuruh berenang? Ngetrek? Dasar cewek dudul! (Rieka, 2009:39). 40. Dasar cowok Sejak putus sama Toni, ya gitu..gue jadi seneng dan sering bikin cowo patah hati. Jalan beberapa kali. Kasih perhatian-perhatian dikit dan langsung gue tinggal. Besoknya udah ada sepuluh missed calls di handphone gue. Inbox penuh sama SMS-SMS kangen. Udah ada sebuket bunga di atas meja kerja
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
plus diselipin kartu dengan kata-kata romantis. Dasar cowok! (Rieka, 2006:15). Sejak putus sama Toni, ya gitu..gue jadi seneng dan sering bikin cowo patah hati. Jalan beberapa kali. Kasih perhatian-perhatian dikit dan langsung gue tinggal. Besoknya udah ada sepuluh missed calls di handphone gue. Inbox penuh sama SMS-SMS kangen. Udah ada sebuket bunga di atas meja kerja plus diselipin kartu dengan kata-kata romantis. Dasar cowok! (Yunita, 2006:15) 41. Dasar cowok cemen “Suuiittt… suiitt… mau dong aku booking jadi istri!” celetuk Kodir kurang ajar. Tapi, begitu Sarah melotot dia kabur masuk kosan. Dasar cowok cemen. Ibu kos sebelah, mba Apik, dan anak-anak kosannya langsung sibuk bisik-bisik, bergosip panas. (Rieka, 2011:198) 42. Dasar cowok edan “Sebagai permohonan maafmu, mau enggak jogging di bunderan UGM besok pagi? Aku jemput pukul setengah enam di kosanmu ya. Bye.” Telepon ditutup. Aku tercengang. Wah, besok kencan pertamaku di Djokdja! Tapi, aku kan belum menjawab iya. Mana ketemuannya pagi-pagi, lagi… aku belum bangun! Dasar cowok edan! (Rieka, 2011:37). 43. Dasar cowok pangsit “Cepetan, mau maghrib! Ntar ada yang halus-halus menemani kita disini lhoo… bukan Sarah, bukan Alisha!”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Halah, dasar cowok pangsit! Nggak punya nyali. Tiru gue dong. Cool, calm, and confident. Kita ambil genteng pecah, ganti baru gampang banget!” katanya menepuk dada. (Rieka, 2011:165). 44. Dasar dodol “Gila lu Gie, ntar kalau kak Yaya atau kak Icca dateng gimana?” Ugie nyengir menunjuk sarung bututnya. “Maaf Dew, sumuk banget. Enggak tahan aku. Bilang aja kalau kakakmu datang, aku buru-buru pake baju deh!” Sofia
sibuk
menepuk
nyamuk-nyamuk
Semarang
yang
mengerubunginya sebagai ucapan selamat datang penuh cinta kasih. Dasar dodol, tuh anak malas mandi, ya terang aja dikerubutin nyamuk, kecoa, dan kawan-kawan. (Rieka, 2011:146). “Geblek, nyangkut aja satu bule di tangan Ratu… Aku pikir cuma kamu aja yang bisa membuat cowok-cowok nyangkut, Lon…” ledek Safina. … “Hayoooo, pasti mau protes kan, Ra?” todong Lona. “Kok tau?” “Kebaca dari muka lo…” “Udahlah, Ratu udah gede… dia bisa jaga diri. Lagian, biarin ajalah, dia refreshing, kalian kan tau, gimana gentingnya hubungan dia dan keluarga Lang.” “Huhuhuhuhu, gara-gara akyu jugaaa kali yaaa, ngobrolin yang enggakenggak di kasir waktu itu.” “Iya, gara-gara elo tuh, dasar dodol!” Lona menyeringai geli. (Yunita, 2006:144). 45. Dasar gendeng
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Huhuhu… setelah 15 menit meyakinkan kedua asisten ibuku, akhirnya bmereka percaya kalo gw ini bukan setan dengan dan ga jadi manggil polisi… dasar gendengggg!!!! Nasib gw sial banget yah hari ini? (Dika, 2005:18). 46. Dasar gila “AHAHAHAHA… geblek.. dasar gila…” tiba-tiba Lona tertawa. “Enak aja!” protes Tiara. “Deuh, bukan lo, Sayang…” Lona mengerling, lalu kembali sibuk dengan laptopnya. Suara kuku jemari lentik Lona yang tersaput kuteks pearly shine keluaran Unique yang beradu dengan tuts-tuts keyboard menimbulkan bunyi tak-tik-tuk tidak beraturan. Lalu Lona tersenyum lagi. Aku jadi penasaran. Lagi ngapain sih dia? “Lagi ngapain sih kamu?” “Gue? Chatting lah..masa lagi bungee jumping?” (Yunita, 2006:65). “Tadi saya buka salah satu pintu toilet. Kirain kosong karena kunci dari luar menunjukkan warna biru yang mana berarti ngga dikunci kan?” “And then?” “Ya, pas saya buka pintu, ada cewek yang lagi ganti t-shirt di toilet.” “Hahahaha.. dadanya indah and now you’re falling in love with her?” “Bukaaannn.. justru dia ngebelakangi saya kok. Cuma bisa lihat punggungnya. Sial!” “Dasar gila! Hahaha..” (Yunita, 2006:129). “Apaan nih?” “Ini? Ini namanya g-string!” “Ih mana tahan gue pake yang kayak gitu.” Maya menutup mulutnya dengan ekspresi geli. “Udah saatnya elu ganti image dong, May. Pake kayak ginian… Feeling sexy itu penting loh.” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Feeling sexy? Feeling kejepit sih iyaa.” “Dasar gila!” (Yunita, 2004:177). “Cewek itu.. pacarnya Hari ya, May?” Beberapa saat Maya diam, tidak menjawab pertanyaan Rini. Ada awan hitam mengambang diatas kepala. Ini seperti mimpi buruk. … “Iyah kali, Rin…” jawab Maya lemah. “Dasar gila tuh orang!” (Yunita, 2004:42) 47. Dasar giling “Nah itu dia, Rin. Sorry banget gue nggak bisa.” “Mau ngapain? Besok-besok elu mau nyewa sniper ya?” “Hahahaha… Yah, dalam pertimbangan.” “Dasar giling!” (Yunita, 2004:99). 48. Dasar hipertensi Gua cukup takjub melihat Safina yang lembut dan manja itu marah-marah. Sumpah! Jarang banget ngeliat dia hipertensi kayak gini. … “Fin! Kasian, tuh Tiara kelaperan. Udah kita pindah ke rumah makan padang aja, kenapa sih? Gue deh yang nyetir kalo lo males. Tiara butuh makanan, gue butuh pria-pria tampan.” “LONA! Kamu tuh bisanya cuma mikirin cowok terus sih! Apa ngga cukup jelas yang udah aku bilang tadi?” “…” “Huh! Dasar hipertensi!” Lona berbisik ke gua. (Yunita, 2006:144).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
49. Dasar ibu tiri Aku, Tere, dan Sasha berulangkali mencoba menghubungi majikan Betty, perempuan yang tega menelantarkan peliharaannya. Si Alisha yang sudah dua hari nggak pulang ke kosan. Perempuan yang sudah bersumpah bakal mengutamakan kepentingan Betty di atas segalanya. Huh, tukang ngibul! Kalau dalam situasi biasa sih, dia menghilang seminggu juga nggak bakalan ada yang nyari *kecuali Pak Say kalau mau nagih bayar kosan, hihi.. Tapi ini… dia keluyuran meninggalkan buah hatinya di kosan. Dan tetangga kamarnya yang kena batunya kudu merawat Jeng Betty! Dasar ibu tiri! (Rieka, 2009:87). 50. Dasar jelek Tere melirik dengan tatapan membunuh. “Aku sudah mandi kembang tujuh rupa, dasar jeleekkkk!” (Rieka, 2009:139). 51. Dasar kampungan “Sst… jangan teriak-teriak napa? Ini sudah malam.” Sarah naik darah. “BODO AMAT! LU YANG DULUAN JAHATIN GUA! ENGGAK USAH BACOT!” “EH ITU MULUT DIJAGA YA, YANG SOPAN SAMA KAKAK KOS!” Sarah terpancing. Ia menarik kerah baju Helen. Tuh anak sudah mau membalas, tapi buru-buru dilera oleh anak-anak. “Sial, percuma gua ngabisin duit buat traktir lu pada. Ini balasannya, dasar kampungan!” Helen menyusut matanya. Dadanya naik turun menahan emosi. (Rieka, 2011:106). 52. Dasar kadal Maya meraih handphone dan mencoba menghubungi Hari. “Halo? Hari?” Nada suara Maya terdengar tegas. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Eh Maya… Ada apa nelpon?” “Nggak ada apa-apa… Pengen aja denger kabar kamu setelah kita jalan malem Minggu kemaren. “Oh… baek kok, baek-baek aja…” ujar Hari, seperti biasa, tenang. “Mmm.. Baek-baek aja ya?” ujar Maya kesal. “Aku lagi di himpunan nih, lagi rapat. Ntar malem aku telpon ya.” --KLIK— Mulut Maya menganga membentuk huruf O besar. “Gila, dia langsung mutusin telpon gue sebelum gue sempet ngomong,” Maya tercengang. “Dia buru-buru gitu Rin nutup telpon. Ngakunya lagi rapat di himpunan.” “Huh rapat di himpunan dimana? Di Hongkong? Dasar kadal!” (Yunita, 2004:43). Setelah beberapa menit dalam diam, Maya mengeluarkan foto Hari dan meraih spidol hitam yang biasa digunakan untuk white board. “Dasar kadal! Cheater! Buaya!” Maya memaki foto yang Maya anggap Hari dalam bentuk asli. (Yunita, 2004:56). Kesal. Marah. Sebal. Semua rasa itu membuat kening Maya berkerut. Ia berteriak memaki Hari. Selama ini ternyata Hari telah membohonginya. Mug yang berisi kopi nyaris terjatuh saat Maya menggebrak meja keras-keras. APAAAAAA?! Gue? Demit? Sialan!!! Kurang ajar!!! Ternyata si Nenek Sihir itu punya sebutan buat gue juga. Hari. DASAR KADAL LO! (Yunita, 2004:68). 53. Dasar kebo
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Wooiii… kamu tidur ya, Dew? Dasar kebo. Sempat-sempatnya!” (Rieka, 2011:142). 54. Dasar licik “Ngg.. maaf Ne, Vera sudah bilang ke anak-anak kalau dia yang bakal bayarin iuran
gas!
Dan
semuanya
kegirangan..”
timpal
Anggi
takut-takut,
bersembunyi di belakangku, hihi. “What the? Dasar licik, menggunakan kekayaannya untuk menyogok kaum jelata!” (Rieka, 2010:31). 55. Dasar mahasiswi nakal “Nah gitu dong, jadi kan ngga bolos kuliah lagi. Dasar mahasiswi nakal!” Nadin lalu dengan bahagia cekikikan di sana. (Rieka, 2010:101). 56. Dasar pelit “Duh, kalau lagi emosi bawaannya pengen menghabiskan air segalon!” kata Tere. “Ih, padahal kalau di kosan, minum ari galonnya irit-irit!” ledekku. “Dasar pelit!” (Rieka, 2010:105). 57. Dasar pemalas “Iya juga sih, belum lagi kamu kudu tanda tangan surat perjanjian pinjam barangnya, hihihi. Tapi, dengan pakaian rapi itu berarti kamu harus melakukan hobimu… menyetrika!” “Huhuhhuu.
Besok
saja,
ah.
Pagi-pagi
sebelum
berangkat
wawancara!” “Dasar pemalas!” serang Tere dengan muka masih memerah lombok. (Rieka, 2011:286). 58. Dasar pengecut Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Dan tiga bulan lalu, cowok jelek itu memutuskanku tiba-tiba. Lewat telepon pula. Alasannya tak jelas. Sibuk kerja, bosan, atau ketemu putri Solo yang ayu dan anggun, nggak sepertiku. Entahlah. Dasar pengecuuut… (Rieka, 2010:205). 59. Dasar penjahat Maya lalu menceritakan kejadian bagaimana dia mengintai Hari mulai dari kampus, BIP dan sampai bagaimana Maya mengempeskan semua ban mobil Hari di depan sebuah rumah yang dicurigai sebagai rumah si Nenek Sihir itu. “Dasar penjahat!” Rini berkomentar sambil disusul dengan gelak tawa. “Gimana cara tuh sih Hari balik?” “Bodo! Mudah-mudahan sih jalan kaki sampe gempor.” (Yunita, 2004:98) 60. Dasar tante durhaka Setelah capek wara-wiri, akhirnya kami nongkrong di Dunkin’ Donuts. Edgar mulai merengek entah kehausan atau kecapaian jadi penghibur *ditowel orang melulu. Mana Okti cuek banget lagi maenan hape. Dasar tante durhaka. Aku keringetan menenangkan bayi ndut itu. Nasib, jadi mbok emban bergaji donat Dunking, hiks. (Rieka, 2011:31). 61. Dasar tukang gosip “Atau… jangan-jangan yang dipanggil Ibu oleh Rasti itu sebenarnya kakaknya? Dia hamil sebelum menikah!” Aku menjotos lengannya. Dasar tukang gosip. Memang sih, Ibunya Rasti muda banget. Bagaimana nggak, ibunya menikah usia 14 tahun! Aku umur segitu masih ngompol kaleee… (Rieka, 2011:252). 62. Dasar tukang peres
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“… Perjanjiannya kan kalo tiramisu udah jadi, gua baru ngasih tau informasi penting yang gua dapet kemaren.” Maya menarik nafas panjang, tersenyum kesal, “Dasar tukang peres!” Maya melemparkan bantal ke arah Rini. (Yunita, 2004:151). 63. Demit Karena penasaran, gw menyibakkan tirai shower gw. dan pas saat itulah gw melihat kepala Eja nongol dengan muka mesum sambil ketawa ngakak. KURANG ASEM. Ternyata, dia ngebuka kunci pintunya make koin. Demit. (Dika, 2005:58). 64. Dodol “Walaupun sebenernya gua males ketemu sama keluarga Lang, tapi gua mau keliatan jadi cewek baik-baik di depan bokap nyokap Lang…” begitu kata Ratu, dua hari yang lalu ketika akhirnya ia berhasil menemukan jenis baju yang dianggap pantas: cardigan baby pink, camisole bunga-bunga, dan rok panjang berbahan denim. “Kamu tuh cewek baik-baik, Dodol!” (Yunita, 2006:46). “Lagian dodol juga tuh anak, ngapain sih pake sok jujur-jujuran sama Lang…” Lona mengerutkan kening. (Yunita, 2006:164). “Heh, enak saja kucing kok namanya Ipung! Terlalu kereeen! Robert Pattinson kek, Matthew McCoughney!” aku nggak terima. Wong kecenganku yang item tapi manis itu kan jauh lebih keren dari Cemot, huh. “Wedeew.. maksudku, kucing di kosannya si Ipung, dodol! Duuhhh… yang cinta mati!” anak-anak cekikikan. Hiks, keceplosan. (Rieka, 2009:90). “Bukan, dodol. Boro-boro pacaran, ketemu lagi saja dakuw ogah, Dew. Masa selama ngobrol tadi matanya tuh melirik ke dadaku teruus! Mentang-mentang Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
aku pake baju berleher rendah kek punyanya Mbak Julia Perez! Ketahuan dia cowok buaya! Dia tidak lolos tesku, kami putus!” (Rieka, 2009:143). “Allahu Akbar!” teriak Etna larut dalam suasana. Buset, kayak mo grebek orang pacaran aja. Maklum, ini kali pertama dia melakukan kejahatan ulang tahun, sedang lucu-lucunya. “Eh dodol, memangnya kita lagi menggerebek diskotik mesum? Kalau kamar Sarah sih cocok..,” protes Sasha. (Rieka, 2011:102). Lo lagi nyoba-nyoba narkoba ya?” Ugie merebut tube-nya. “Dodol, ini obat salep kulit mujarab dari klinik kecantikan dekat kosanku. Semarang kan terkenal dengan rob, banjir air laut. Salep ini mencegah kaki kita kena kadas dan gatal jamur.” (Rieka, 2011:140). Si Dedek, pacar brondong terbaru Sofia ini, memang agak posesif bahkan norak, menurutku sih. Masa, waktu Pak Say menagih Sofia uang kosan, eh tuh cowok malah menantang Pak Say berantem! “Habisnya, dia mandangin kamu kayak gitu! Nafsu!” “Eh dodol, mata Pak Say memang enggak sinkron!” “Oh.” (Rieka, 2011:178). Duh, tangan Tika benar-benar jadi korban Audy. Melepuh. Saran Ugie untuk mengolesinya dengan mentega, odol, atau garam dapur ditolak Tika mentahmentah. Ya iyalah, memangnya mau bikin steak? Pake garam dan mentega? Dodol” (Rieka, 2011:280). Hah Kambingcongek? Buku apaan lagi nih? Salah, dodol. Yang bener tuh Kambingjantan. Kambingjantan itu adalah nama dari alamat blog, tempat seluruh isi buku ini diambil. (Dika, 2005;xv).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Trus studionya di sini tuh baaannnyyyaaakkkkk banget, gak kayak di PIM cuma 6 (bener gak?) studio. Di sini tuh ada 30 studio!!!! Bujug, gw udah kayak orang udik gitu ngeliat bioskop yang segitu gede. Pulang dari bioskop, gw mengalami kejadian geblek (lagi!), kayaknya gw udah mulai biasa ngalamin kejadian dodol, buah dari kegeblekan gw. huhuhuhhu. (Dika, 2005:37). Saya browsing paling hanya satu kali dalam dua minggu. Itu juga hanya untuk mencari bahan mengajar anak-anak di Elementary School tempat saya bekerja. Bahkan ikutan friendster juga gara-gara dikomporin tiga sahabat dodol saya ini. (Yunita, 2006:96). Krisis sudah berlalu. Udah gak deg-degan lagi. Joseline sama gue ketawaketawa aja ngebayangin yang barusan kejadian. Kesalahapahaman dodol. Joseline cengar-cengir. Gue lempar Joseline dari jendela. (Dika, 2007:126). “Tere ini lulus SD nggak sih? Ya tentu saja kalau kalian sedang pergi dodoooool!” Karen memegang dadanya yang mendadak sesak. Bisa-bisa serangan jantung ngobrol sama anak ini. Fiuhh… (Rieka, 2009:70) 65. Dragonohmygod Dan baru aja pagi ini ada pasangan lainnya yang dateng ke apartemen gw. Ya udah, gw tinggalin aja mereka di sofa gw dan gw pun mandi, setelah gw mandi, si cewek bilang ke gw…, “Gila Dik, hihihi.. hihihi.. gw baru aja dicium ama dia dan di *sensor* hihihi.. hihihi..!” dragonohmygod. Lha dia enak abis ciuman ama pacarnya, lha gw? Mentok” juga nyium kulkas, itu juga kalo kulkasnya mao dicium. (Dika, 2005:162) 66. Edan
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Jadi… cewek itu bukan siapa-siapamu? Edan! Kok nekat banget sih ngasih kunci kamar dan ngebiarin dia berkeliaran di kosan! Kalau dia psikopat atau maling gimana? Kelakuannya saja tengil begitu.” jerit Anna. (Rieka, 2009:82). “Sumpah, edan banget tuh cowok. Masak seminggu lagi wisuda, bunuh diri? Kita aja pengen cepet lulus tapi belom kesampean! Mbak-mbak sebelah malah nggak lulus-lulus tetap santai.” (Rieka, 2011:210) “Tanggung, Dew.. ini enak banget lhoo… bikin kecanduan! Aku ngidam nyambel terasi nihh. Tenang saja, sebelum pada ngamuk semuanya kusuruh icip-icip pasti langsung jinak.” “Aduh, nggak segampang itu, Ver! Benar kata Anna, kamu itu edan! Kasihan kan anak-anak… kamu tuh nggak hidup sendiri di sini. Mestinya kamu hiportemia di Kutub Utara, hilan di Gurun Sahara, dikeroyok di Puri Cantika…” teriakk mematikan kompor dengan kasar. (Rieka, 2009:35) 67. Ember “Iya nih, jangan ngikutin Juju ya Rin. Punya pacar lebih dari satu.” “Ah, ngga apa-apa lagi. Yang ngga boleh itu kalo punya pacar lebih dari satu tapi ketauan.” “Kalo Emir tau bisa gawat tuh, Ju.” “Ah Sidik, ngga usah ember deh bo. Juju sih kalo sama Emir setia kok, kalo sama yang laen sih cuma iseng aja.” (Yunita, 2004:145). 68. Freak Pulangnya dari stasiun radio, gue makan siang bareng sama Anas, temen gue di Surabaya. Di sebuah rumah makan pinggir jalan kita duduk bertiga, dengan adeknya Anas juga. ‘Gimana tadi, Dik, talkshow-mu di radio itu?’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Freak,’ kata gue singkat. Gue sambil melihat-lihat makanan apa judulnya enak. ‘Sumpah, itu talkshow paling freak yang pernah gue datengin!’ (Dika, 2007:180—181). 69. Geblek Yah dalam rangka menghabiskan waktu, gw tidur”an aja deh di atas tempat tidur sambil sms-an ama temen” gw… trus dengan bodohnya gw ketidurannnnnn!!!!!! Geblek… (Dika, 2005:16). Mad chat in a hat Dia: Dick, nyanyiin lagi donk lagu yang kemaren itu, yang ada tormentotormentooo.. Gw: Eh?? Yang ada bagian “u say”-nya itu yah? Dia: iyaah.. gw ingetnya da tormentonya dehh.. Gw: itu TOMATO, geblek. (Dika, 2005:162). “AHAHAHAHA… geblek.. dasar gila…” tiba-tiba Lona tertawa.“Enak aja!” protes Tiara. “Deuh, bukan lo, Sayang…” Lona mengerling, lalu kembali sibuk dengan laptopnya. Suara kuku jemari lentik Lona yang tersaput kuteks pearly shine keluaran Unique yang beradu dengan tuts-tuts keyboard menimbulkan bunyi tak-tik-tuk tidak beraturan. Lalu Lona tersenyum lagi. Aku jadi penasaran. Lagi ngapain sih dia? “Lagi ngapain sih kamu?” “Gue? Chatting lah..masa lagi bungee jumping?” (Yunita, 2007:65). “Geblek, nyangkut aja satu bule di tangan Ratu… Aku pikir cuma kamu aja yang bisa membuat cowok-cowok nyangkut, Lon…” ledek Safina (Yunita, 2006:107).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
70. Gedubrak Begitu gue sadar bahwa SMS itu telah terkirim, gue stres. Apa yang barusan gue lakuin? Gue gak berani ngeliat hape, karena takut jawabannya tidak, atau Ina menganggap gue aneh. Gue menaruh hape gue terbalik, gak berani ngeliat sama sekali. Setelah mondar-mandir dengan perasaan was-was gue akhirnya kembali lagi ke hape. Gue lihat nama pengirimnya: Ina. Gue makin stress. Gue memberanikan membuka inbox dan ngeliat jawaban dari Ina: ‘Ini siapa?’ Gedubrak. Gue lupa ngasih nama. Gue bales, ‘Mutun.’ Beberapa menit kemudian SMS tersebut dia bales kembali, ‘Oh Mutun. Mau keluar? Ayok.’ Dibales seperti itu, gue makin stress lagi. Dia beneran mau pergi sama gue! Gila! Apakah ini mimpi! Gue mencubit pipi gue. (Dika, 210:61). 71. Gedumbreng Lima meter dari tempat saya duduk, ada laki-laki berambut cepak yang mengenakan kemeja putih kotak-kotak dan jeans hitam gombrong. Lumayan ganteng juga sih…, tapi…, eh! Bentar…, bentar…. Kok kayaknya saya ken… HUAAA!!! GEDUMBRENG! Saya nyaris berdiri dari posisi duduk nyaman tadi. Ada Bambang!!!! Mantan pacar yang sangat menyebalkan. 72. Gembel Sebelum membuang Pupus, gue cuman bisa ngeliat ke matanya dan bilang, ‘Maaf.’ Lalu gue bawa Pupus ke luar rumah, terus turunin dia di perempatan. Hati gue gundah. Kepala gue kosong. Pikiran masih terbayang-bayang pada kenangan manis yang gue dan Pupus lakukan bersama. Oh indahnya…. Sorenya, si Pupus balik lagi ke rumah. Gembel. (Dika, 2006:145). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Yudith tiba-tiba nunjuk ke belakang, ‘Itu dia, Bang, baunya dari situ!’ Gue langsung balik badan. Tepat di belakang jok gue, ada kakinya si Anggi nangkring dengan gobloknya di bahu jok gue. Subhanallah. Pantesan aja bau pipis, wong ada kaki orang nangkring 10 senti dari bolongan idung gue! Gembel. (Dika, 2006:149). Anaz: OOHHHH!! I know I know.. RAMBO kan? Iyahhh.. aku tau legenda RAMBO itu.. di Kamboja itu… aku tahu.. Semua: Huakakakakkk… Gw: EH GEMBELLLL… Rambo itu kagak benerannnn! (Dika, 2005:51). 73. Gila Gue, setelah inget kata-kata Pito, langsung menjulurkan kepala ke jok depan dan teriak dengan antusiasme tinggi, ‘Eh, lo tau gak apa arti nama gue?!’ Aryo terlihat bingung dan memandang muka gue, ‘Apaan?’ Hugo terlihat penasaran. Christie menyimak. ‘Matahari!’ kata gue bangga. ‘Arti nama gue matahari! Gila, keren ya?’ (Dika, 2007:46). ‘Yah, soalnya… panjang deh ceritanya. Biar gak ketauan pas lagi ngomongin dia!’ kata Hugo. ‘Gila lo, Go. Ngegosipin orang.’ ‘Bukan, kita juga niatnya gak mau ngomongin dia,’ kata Hugo. ‘Tapi mau gimana lagi, orangnya aneh banget soalnya!’ ‘Emang gimana?’ gue penasaran. (Dika, 2007:48).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Iya, iya tuh,’ Hugo langsung nyamber. ‘Dia bilang, waktu di NTB dulu temen-temennya baik-baik, gak pernah ada yang ngomongin dia. Kalau di Jakarta tuh anaknya jahat-jahat suka ngomongin dia semua.’ ‘Anjrit. Gila lo.. lo sih! Ngomongin orang sampe ketauan orangnya gitu!’ gue bilang ke Hugo. (Dika, 2007:52). Saat ini, gue ngerasa mampu membuat masakan super-keren-mega-dahsyat apa pun hanya dengan menggunakan microwave. Siapa tau suatu saat nanti Rudy Choirudin bakal ngeliat masakan gue dan nanya, ‘Gila, gimana caranya lo bikin masakan ini?’ (Dika, 2007:120). Pertama-tama gue kira itu lintah yang bisa berenang. Gak taunya nih orang melihara ikan di bak mandi! Gila. Apa gak ada WC normal yang bisa gue temuin di tempat seperti ini? (Dika, 2007:156). Panik karena habis kena kram otak mengikuti pelajaran si Alf, gue langsung membeli buku yang dia rekomendasikan di kelas. Gue nemu di toko buku kampus, dan harganya ternyata $168 (1,2 jutaan dengan rate waktu itu). Gila, mahal banget. (Dika, 2007:171—172). “Kok putus sih? Aku boleh tau kenapa kamu pengen kita temenan aja, Har?” mata Maya terasa panas dan kakinya lemas. Putus? Nggak bisa! Nggak bisa! Gue kan sayang banget sama dia… Gila apa kalo dia mutusin gue? (Yunita, 2004:12). “Ah, jangan ngajak gua becanda, May.” Rini masih tidak percaya mendengar Maya membuat pengakuan bahwa hubungannya dengan Hari sebagai pacar sudah berakhir. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“HAH? Gila lu.. Kok setaun ngerayain jadian, kalian malah putus sih say?” (Yunita, 2004:29—30). “Oh… baek kok, baek-baek aja…” ujar Hari, seperti biasa, tenang. “Mmm.. Baek-baek aja ya?” ujar Maya kesal. “Aku lagi di himpunan nih, lagi rapat. Ntar malem aku telpon ya.” --KLIK— Mulut Maya menganga membentuk huruf O besar. “Gila, dia langsung mutusin telpon gue sebelum gue sempet ngomong,” Maya tercengang. “Dia buru-buru gitu Rin nutup telpon. Ngakunya lagi rapat di himpunan.” “Huh rapat di himpunan dimana? Di Hongkong? Dasar kadal!” (Yunita, 2004:43). Selingkuh “HARI nyebeliiiiiiiiiiiiin!” maki Maya keras-keras. “Tukang boong nomor satu di Bandung,” tambah Rini. “GILA!!! Jadi selama ini….? Ya ampuuuun…” Maya mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat. (Yunita, 2004:47). GILAAAAAAAAAAAAAAAA!!! GAK BISA! GAK BISA! GUE GAK TERIMA! GUE HARUS NGEBALES SEMUA INI! Awas yah Har… Gue bakal jadi mimpi buruk buat elo! (Yunita, 2004:69). “Gue sih ngerasa udah cocok banget sama dia… Gila apa, setaun jadian tuh hebat banget loh buat gue, Rin. Selama ini gue ngerasa Hari yang terbaik… Tapi… mmmmhh.. Mungkin gak ya suatu saat gue dapetin yang lebih baik dari Hari?” (Yunita, 2004:77).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Gue gak sengaja ketemu Indra. Trus lo tau ngga? Ternyata Hari ngakunya kalo gue yang mutusin dia… Gara-gara gue udah punya cowok laen!” “Gilaaaaa… Tukang ngarang banget sih tuh orang!” (Yunita, 2004:89). Maya membalikkan tubuh. “Ini bukan salah gue, Rin. Semua ini salah Hari. Dia yang bikin gue kayak gini. Buka-buka inbox dia, ngebuntutin dia pacaran sama si Nenek Sihir…” … “Hah? Elu mesen pizza atas nama dia?” “Err…” “Udah.. Ngaku aja.” “Sembilan kotak pizza ukuran large.” “Gila lu!” (Yunita, 2004:125—126). Maya hampir tersedak saat mendengar Rini berkata, “Gua udah ngasih nomor handphone plus alamat rumah elu sama Eko.” “Cowok kurus kacamata itu?” “Yup,” Rini menganggu tanpa beban sambil menyeruput es jeruk. “Nama dia Eko.” “Gila lo yah!” “Udah ah ga pa pa.” “Gak apa-apa jidat lo, Rin.” Maya geram. (Yunita, 2004:133). “Hari yang gue sayang-sayang banget, buat si Nenek Sihir itu cuma jadi orang yang lumayan buat nganterin meni pedi dan beli sepatu doang?” “Iya, kasiaaann deh Hari. Mutusin elu bukannya hidup bahagia tapi sebaliknya malah jadi sengsara,” Rini tersenyum senang. “Ya ampuuuun…”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Karma, say… Hari selingkuh dari elu, dia sendiri diselingkuhin pacar yang sekarang.” “Gila….” Maya seperti yang tidak mempercayai cerita Rini. (Yunita, 2004:159). ‘Kamu harus sunat sekarang,’ kata nyokap pas gue masih SD. Dia lalu menakut-nakuti, ‘Temen mama ada yang telat disunat pas udah tua dan dia memang harus disunat pake kampak! Lima jam!’ Gila, pake kampak, lima jam pula. Hal ini menimbulkan salah satu asumsi di antara dua pertanyaan: 1) sealot apakah tititnya, atau 2) setumpul apakah kampaknya. (Dika, 2010;41— 42). Begitu gue sadar bahwa SMS itu telah terkirim, gue stres. Apa yang barusan gue lakuin? Gue gak berani ngeliat hape, karena takut jawabannya tidak, atau Ina menganggap gue aneh. Gue menaruh hape gue terbalik, gak berani ngeliat sama sekali. Setelah mondar-mandir dengan perasaan was-was gue akhirnya kembali lagi ke hape. Gue lihat nama pengirimnya: Ina. Gue makin stress. Gue memberanikan membuka inbox dan ngeliat jawaban dari Ina: ‘Ini siapa?’ Gedubrak. Gue lupa ngasih nama. Gue bales, ‘Mutun.’ Beberapa menit kemudian SMS tersebut dia bales kembali, ‘Oh Mutun. Mau keluar? Ayok.’ Dibales seperti itu, gue makin stress lagi. Dia beneran mau pergi sama gue! Gila! Apakah ini mimpi! Gue mencubit pipi gue. (Dika, 2010:61). Masih ngomongin judul film. Judul film hantu yang membuat naluri kemanusiaan gue terusik sampai hampir menangis adalah film Pocong vs Kuntilanak. Gila. Ini jelas tidak fair. (Dika, 2010:112).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Tau gak, Dik,’ kata Lisa, associate produser untuk film ini sebelum kita berangkat ke Australia, ‘Nanti yang jadi casting director untuk pemeran bulebule di film kita itu casting director-nya Lord of The Rings.’ ‘Lord of The Rings?’ tanya gue, setengah gak percaya. ‘Iya. Keren kan?’ ‘Gila keren banget,’ kata gue, norak. (Dika, 2010:124). “Trus kenapa dong saya harus mandi kembang segala? Saya kan belum akan menikah dalam waktu dekat, Tet!” “Karena Aldi udah mau sama elo.” “Sial!” “Ahahahha…” “Kirain karena saya bau badan.” Saya lalu mengendus ke bagian ketiak. “Igh! Jorok!” “Wangi tuh ngga harus mandi kembang segala.” “Duh! Gila ya, Aldi bisa sabar gitu sama elo. Gua aja udah sering hipertensi, deh, ngadepin perempuan labil kayak elo ini.” (Yunita, 2007:6). “Surat itu…, dari gua, Re.” dari air mukanya, saya dapat melihat Bambang kesulitan untuk mengatakan itu. “Hah?” “K-k-kenapa, Re?” “Jadi selama ini?” Saya masih bengong. Gilaaaa!!! (Yunita, 2007:17). Hwaaaaaaaa!!! Saya seketika langsung dilanda kepanikan. Iyaaa!!! Aldi kan sebentar lagi ulang tahun. Tepatnya, satu minggu dari sekarang. Gilaaaaa…., kok bisabisanya ya saya lupa. Aduh! Saya harus reparasi otak nih. (Yunita, 2007:32).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Hallo Nadin! Gila nih, ban mobil saya kena paku. Jadi saya terpaksa deh ke bengkel dulu. Mana ngantre banget.” (Yunita, 2007:100). “Kalian tahu tidak, dia habis nembak aku. Pengen aku jadi pacar dia. Gila apa!” Aku, Tere, dan Sarah ternganga. Saling pandang kayak orang bego. Enggak menyangka drama Alisha-Dian segitu parahnya. “Kukira dia itu tulus bersahabat denganku. Tahunya ada maunya. Sialan! Mana pakai mengancam mau bunuh diri kalau ditolak!” “Cuekin saja, Sha. Paling hanya omong besar,” timpal Sarah. “Aku sih enggak masalah, kalau dia selalu mengancam mau bunuh diri. Tapi, dia bilang mau bunuh diri di kosan ini. Merepotkan banget to jadi orang!” omel Alisha panjang lebar. Gubrak. (Rieka, 2011:97). Jam sepuluh malam, Helen pulang ke kosan, mukanya berseri-seri. Dia mendapat kado spesial dari Budi berupa cincin emas asli. Gila, Budi menggiurkan banget ya jadi pacar. Budi punya kakak cowok enggak….? (Rieka, 2011:103). “Itu, si Udin, anak kelas sebelah. Dia mau kok datang tiap hari merawat kebun anak-anak, asal duitnya memuaskan,” saran Elsa sambil menyebut nominal jasa Udin. Gila! Mahal juga tarif Udin! Enggak sesuai dengan namanya yang ndeso, ups… membumi! Alisha mencibir. “Idih, mending duitnya aku pakai beli baju dan makan demi program menggemukkan bodi, El.” “Pelit lu! Daripada saban hari turun kebun, ntar ada jin botol nyolek-nyolek lho,” cetus Elsa sewot. (Rieka, 2009:112). “Gila lu Gie, ntar kalau kak Yaya atau kak Icca dateng gimana?” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Ugie nyengir menunjuk sarung bututnya. “Maaf Dew, sumuk banget. Enggak tahan aku. Bilang aja kalau kakakmu datang, aku buru-buru pake baju deh!” Sofia sibuk menepuk nyamuk-nyamuk Semarang yang mengerubunginya sebagai ucapan selamat datang penuh cinta kasih. Dasar dodol, tuh anak malas mandi, ya terang aja dikerubutin nyamuk, kecoa, dan kawan-kawan. (Rieka, 2011:146). Satu jam kemudian, kami sudah tiba lagi di kosan. Wuiihh… bener loh ntuh motor antik enggak bergerak satu senti pun. Ajaib! Ada penunggunya aku rasa, atau emang enggak ada yang mau? Entahlah hanya dia, maling curanmor, penadah curanmor, dan Tuhan yang tahu. “Kan gua bilang apa? Enggak akan ilang.” “Gila nih motor kalah laku ama ikan lelenya kosan sebelah,” komentarku kagum. (Rieka, 2011:203). Wah…gila akhirnya gw langsung pulang aja deh (daripada ntar gw masuk koran) dan gw dengan sukses tidak menonton The Ring!!!!!!!!! Kembaliin duit tiga puluh rebo gw! tapi gw masih sempet sih pergi ke PIM trus akhirnya nonton jam 4 di sana… huuhuhhu… (Dika, 2005:15). Dan baru aja pagi ini ada pasangan lainnya yang dateng ke apartemen gw. Ya udah, gw tinggalin aja mereka di sofa gw dan gw pun mandi, setelah gw mandi, si cewek bilang ke gw…, “Gila Dik, hihihi.. hihihi.. gw baru aja dicium ama dia dan di *sensor* hihihi.. hihihi..!” dragonohmygod. Lha dia enak abis ciuman ama pacarnya, lha gw? Mentok” juga nyium kulkas, itu juga kalo kulkasnya mao dicium. (Dika, 2005:162). “Nggak mungkin banget lu hamil, Jes. Kita kan cuma ngelakuin itu sekali.” “Gue juga nggak tau.” “Tapi…” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Tapi gue hamil! Masa sih lu nggak percaya ke gue, Boy.” Mata perempuan yang dipanggil Jes itu sedikit basah dan menjawab dengan nada suara yang tinggi. “Lu yakin itu anak gue?” “GILA! Lu pikir gue apa? Gue cuma ngelakuin ini sama elu.” (Yunita, 2005:96). Gue nggak bisa nikah sama elu sekarang.” “Kok gitu sih? Trus gue gimana?” Laki-laki bernama Boy itu diam lama sekali sambil menatap Jes lurus-lurus. “Aborsi.” “Hah?” “Lu denger kan apa yang gue bilang?” “Gila lu!” Jes mendorong Boy. Tangisnya meledak. (Yunita, 2005:97). Gua lalu menceritakan semuanya pada Dian. “Bisa lo bayangin nggak, Di.. jam 2 malem! Ada perempuan di rumah gua ngangkat handphone Kakang!” “Iya, Ta.” “Gila kan?” Gua mondar-mandir di ruangan sementara Dian tetap duduk. (Yunita, 2007:171). Ratu memang gila, wisuda kok pakai jeans. Tapi masih mending lah… dia masih mau pake kebaya. “Nggak! Nggak! Gua nggak mau pakai kebaya, ribet! Males…” (Yunita, 2006:1). “Pacar?” Aku bertanya sopan. “Bukan, tunangan—calon istri” “Ah, lo gila! Hans nggak single dan masih lo samber juga? Sarap!” Mata Ratu nyaris keluar. Kaget. (Yunita, 2006:23). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Ratu sekarang sedang berada di rumah orang tua Lang, pacarnya selama satu tahun ini. Gila juga, sudah setahun pacaran tapi belum pernah ketemu calon mertua. (Yunita, 2006:45). “Jadi kamu mau apa, Lon?” Safina memandang gue dengan pandangan menggoda. “Mau balik lagi, kali….ngetes, apakah kalo dia balik lagi bakal disorakin apa enggak, bukan begitu, Jeng Lona?” Ratu menjawil siku kanan gue. “Good idea! Apa gue balik lagi aja kali ya?” tanya gue, bercanda tentunya. “AH, GILA LO!” Ratu mendelik. “Kenapa?” “Jangan!” Ratu menunjukkan ketidaksetujuannya. “Kenapa jangan?” “Soalnya…” Gue bener-bener berpikir, Ratu mengkhawatirkan keselamatan gue… tapi… “Soalnya, kalau nanti kamu balik tetep nggak disorakin, takutnya kamu sakit hati, Lon…,” sahut Ratu disambut Tiara dan Safina yang cekikikan. “SIAL!” (Yunita, 2006:121). “Tapi gila, yah, harganyaa… jalan miskin secara instan, ya, beli produkproduk kecantikannya Unique.” Ratu kembali menyulut rokok. (Yunita, 2006:125). “Gila kan, disuruh ngasih keputusan dan statement susah banget, tapi untuk ninggalin kesenangan bareng gue, sebentaaaar aja, buat waktu berpikir, eh dia nggak mau. Gila nggak sih?” ulang Lona berapi-api. (Yunita, 2006:212). “Tuh kan! Untung gue milih Faris daripada Benny. Coba kalo Benny yang nongol kemarin malem, belum tentu Safina seheboh ini.” Cetus Lona. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Hihihihhi…” “Gila! Kita itu emang keren, ya? Hahahaha. Gua salut, deh, sama kita bertiga.” Ratu tersenyum bangga. (Yunita, 2006:236). ‘Dith,’ Rae melanjutkan. ‘Udah selese?’ Gue memajukan badan gue ke depan, ‘Udah dong.’ ‘Wah, gila. Jago banget lo!’ Gue cuman senyum mesum. Si Rae gak tau aja kalo gue tuh cepet selese bukan karena gue bisa mengerjakan soal, tapi karena jawaban gue semuanya nembak. (Dika, 2006:103). ‘Gue benci anak kecil,’ temen gue, Ratih ngomong dengan mantap. ‘Lho kenapa?’ gue bales nanya. Dalem hati gue heran, soalnya gak kepikiran sama sekali ama gue kalo ada orang yang benci sama anak kecil. Robot gedek aja doyan ama anak kecil! That should mean something! Ratih melanjutkan, ‘Abisnya, kalo lagi imut emang beneran imut. Tapi kalo lagi giliran amit, yah amit-amit. Bandel banget. Susah diatur. Gila, deh.’ (Dika, 2006:109). Bletak! Dia tiba-tiba nyambit gue pake bola. Trus dia lari ketawa-tawa. Ambil bolanya. Bletak! Giliran Joshua yang disambit. Gila. Ini maen bola ato maen rajam-rajaman. (Dika, 2006:117). Gimana pun juga gue butuh bantuan Vina. Tanpa mak comblang, gue yang cuman gumpalan upil ini bakal susah buat dapetin Alin yang manis itu. ‘OK. Gampang. Serahn aja ama gue.’ Vina berkata dengan pede. Mukanya kembali bersinar. ‘Gila, makasih banget, ya.’ (Dika, 2006:133).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Kamarnya adek gue yang paling tua, Yudit, juga dikenal menyerupai hutan amazon. Binatang di mana-mana.… Gila dah baunya melebihi bau apa pun yang ada di dunia ini. Parah. Bau pup burung bercampur bau pepaya (makanannya si burung), bercampur bau kodok, bau marmut, dan tidak lupa bercampur badan adek gue sendiri. (Dika, 2006:142). “Veerrr.. ngapain?” “Lagi jogging! Ya jelas-jelas bakar terasi masih tanya!” teriaknya menahan napas. “Gilaaa! Kamu mau bikin satu kosan sekarat? Lagian terasimu busuk banget! Dah kadaluwarsa ya?” “Enak saja! Ini terasi asli dari Cirebon! 100% udang asli, bukan imitasi!” balasnya sewot. (Rieka, 2011:34). 74. Gile Permintaan Hilman agar saya datang ke resepsi pernikahannya telah menghabiskan energi saya untuk menangis setiap malam. Dan keesokan paginya saya harus mengompres kedua mata ini agar tidak terlihat sembap. Aduh, terima kasih untuk Lona sebagai PR Unique yang selalu memberikan saya tips berdandan cantik dan terlihat segar. Membuat teman-teman sekantor tidak ada yang menyadari hobi menangis saya. Sumpah! Saya sedih berat… dan kalau saya sedih, saya selalu menyibukkan diri dengan segala cara. Kalau di kantor, semua pekerjaan dapat dengan cepat saya selesaikan. Tugas membuat silabus dan kurikulum untuk semester-semester berikutnya, bahkan rancangan acara untuk open house akhir tahun, kurang dari satu jam sudah selesai. “Gileee benerrr… lo kerja kayak kilat ya. Cepet banget” Lia, seorang guru art mampir di ruangan. Dia menangkap basah saya yang sedang bengong. (Yunita, 2006:146). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Kalo masalah buku, gw lagi baca bukunya SoE9ki yang judulnya “I Am a Cat”. Belom abis, ada 600 halaman. Gile, bisa ada cacing disko di mata gw noh. Tapi keren kok depan”nya. (Dika, 2005:101). Ternyata sodara” fire alarm-nya berbunyi!!! Gile bener dah ndro. Fire alarm berbunyi dan gw engga bangun sama sekali, bunyinya kan keras bener. (Dika, 2005:115). Untungnya dia baek, masi memperbolehkan gw ikut pelajaran, tapi gileeeeeeeee dendemnya itu gak kebayang, rasanya pengen gw pulang terus mencabik”
SiJamYangHarganyaMayanMahalTapiSuaranyaCempreng
kurangasem yang gak bekerja sesuai dengan profesinya. (Dika, 2005:117). GILE, ini buku akhirnya kelar juga. (Dika, 2010:pengantar penulis) Saat gue tahu apa yang digambar Aldi, gue bilang, ‘Gile, norak amat lo.’ Besoknya, gue ikutan bikin. (Dika, 2010:5) Muka gue udah merah, urat-urat keliatan dari wajah. Gak ngaruh. Sebelum gue turun bero, usaha mengangkat rumput tersebut gue hentikan, ‘Gile. Berat banget ya, Kang.’ (Yunita, 2005;225). “Gile beneeerr.. perjuangan kita menghadiri kuliah! Kalau pak kumis tahu dia pasti langsung kasih kita nilai A saking terharunya!” (Rieka, 2009:61) 75. Giling Eh giling… lo onlen lama gini apa ngga mahal? Jangan lupa liat penghitung waktu pemakaiannyaaaa… gue tau di sana warnetnya mahal banget, pake standar bulelebo gitu… (Yunita, 2006:102).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“May.. arah jam sebelas, say!” Rini mengguncangkan bahu Maya, memberi isyarat. “Apaan sih? Arah jam sebelas mirip Rano Karno yah?” Maya sibuk menunduk mencari handphone di antara berbagai barang yang ia simpan dalam tas. “Bentar ah. Ih… ni handphone kemana sih?” Ia mengaduk-aduk isi tas ransel. “IH! BURUAN LIAT SEKARANG, GILING!” (Yunita, 2004:39). --BEEP BEEP— Handphone Maya berbunyi. Dari layar terbaca nama Rini. “Lagi ngapain?” “Lagi ngikutin Hari nih.” “Ha? Serius lu?” “Iyah, dua rius.” “Haahahaha.. giling!” (Yunita, 2004:93—94). 76. Go to hell Go to hell! Lagi-lagi dia mutusin telpon sebelum gue sempet ngomong dan nyindir-nyindir dia lagi. Ini bener-bener ngeselin. DASAR BUAYA LO, HAR! (Yunita, 204:59). 77. Goblok Trus abis makan kan kita bayar.. nah sehabis bayar, ternyata kita dapet compliment berupa fortune cookies (itu lho, kue yang di dalemnya ada kertasnya, yang isinya semacam ramalan” gitu…). Berhubung gw orangnya brutal, jadi pas tuh kue dibagiin gw langsung maen ambil aja dan gw masukkin semuanya ke mulut, alias gw makan bulat”… eh salah ding, karena
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
bentuk kuenya segitiga, berarti gw makan segitiga”… nahhh… pas gw lagi ngunyah tuh kue… Ara: Ramalan lo apa dek? Deki: Bentar.. gw liat dulu.. *motek tuh kue jadi 2 bagian dan mengeluarkan kertas kecil* Gw: *bengong* Ratih: Lha? Lo kenapa? Jangan”… tuh kue lo makan semua yah? Gw: *ngangguk pean, ngunyah kue makin pelan* Deki: GOBLOKKK!!! Semua: *ngakak* (Dika, 2005:21—22). Bagi yang ga tau susan (cucian deh lo), susan adalah boneka yang ceritanya bisa ngomong, cukup terkenal di antara anak” SD geblek kurang kerjaan telat puber (termasuk gw) pada tahun 1993—1994 dulu. Dan akhirnya setelah gw bertambah pinter, gw baru nyadar klo ternyata yang namanya susan itu adalah boneka. Boneka. Sekali lagi ah, boneka. Goblok lo Dith. (Dika, 2005:255). Terus si wanita Asia tersebut jalan mendekat ke arah gw. Pas dia lagi papasan ama gw, gw berkata dengan pede: Gw: YA OLOH. DARI DEKET KOK KAYAK PATUNG ASMAT. -> sumpah, jangan ditiru. Si wanita melengos pergi. Lalu tanpa terduga, si Steven, temen gw yang juga tinggal di kawasan apartemennya Anaz, yang juga lagi jalan di samping gw, nengok ke gw: Steven: Dik.. Gw: Hah? Knp? Steven: GOBLOK LO. ITU KAN ORANG INDONESIA. Mampus deh gw. (Dika, 2005:103—104).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Trus gw ngeliat jam yang ada di depan kelas. Terpampang gede”, pukul 11.30. Pukul sebelas tiga puluh. OH MY GOD. GW SALAH NYETEL JAM DI IPOD GUE!!!! Ternyata gw nyetel jam di ipod gw ketelatan 1 jam dari waktu yg sesungguhnya. Goblok banget dah. (Dika, 2005:107). Pas sampe bawah ternyata gw LUPA BAWA BARANGNYA KE BAWAH. Goblok banget dah lu Dith. Gw: aduh Sab.. barangnya di atas. (Dika, 2005:153). ‘Hah? Cowok dari Mars dan cewek dari anus?’ ‘Venus goblok.’ ‘Oh.’ (Dika, 2006:60). Dengan celana lusuh dan baju kotak-kotak, dia sedikit terengah-engah. Bola sekarang ada di tim gue. Harga diri kami sekarang dipertaruhkan, gue nengok ke Rene, matanya menyala-nyala. Gue tau, dia juga pengen menang. Kita harus menang. Gue tanya kepada Rene, ‘Gimana Ren, lo ada strategi?’ ‘Ada, gue ada!’ ‘Apaan, Ren?’ Gue mendengarkan dengan saksama. ‘Gini…,’ mukanya serius. ‘Oper, oper, oper terus gol!’ ‘Goblok lo.’ (Dika, 2006:69). ‘Mike, doain gue ya.’ ‘Kenapa, Dik?’ ‘Besok gue mo operasi. Gue takut.’ ‘Ya ampun, lo gak usah takut.’ Mike dengan nada kebapakan mencoba menenangkan, ‘Lo berdoa aja, dan lo siapin mental lo. Selama lo yakin dan percaya, semuanya pasti berjalan dengan mulus kok.’ ‘Makasih, Eyang Mike.’ ‘Sama-sama. Emangnya, lo operasi apa?’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Operasi kuku gue yang cantengan itu.’ ‘HAHAHAHAHAHAHAHAHAH. GOBLOK LO. HAHAHAHHAHA.’ (Dika, 2005:75). Kaget juga kali ye, ngeliat ada harimau tiba-tiba lepas dari busway sambil larilari, lalu bersandar ke arah kaca. Gue duduk. Gak berapa lama kemudian, di bus berikutnya, Mister dan teman-teman turun. ‘Goblok lo! Malah naek duluan!’ katanya sambil terbahak. ‘Gue kagak tau, Kampret!’ gue memaki. ‘Makanya, liat-liat dulu dong!’ ‘IYE. Anjrit! Gue panik abis,’ kata gue dari balik topeng. (Dika, 2007:17). Mampus banget banget deh gue. Mata gue memandang kiri-kanan. Nggak ada benda apa pun buat dijadiin senjata. Gue cuman ngeliat sedotan. Yes, paling engga kalo si Toni ngamuk, gue bisa cekik dia pake sedotan. … Sementara gue, senyum-senyum penuh rasa cemas. Senyumnya Toni semakin lebar, ngersepon terhadap keheningan yang tidak mengenakkan ini. Pokoknya, kalau dia ngedeketin gue, gue udah siap-siap teriak, ‘Mundur lo, Ton! AWAS! GUE PUNYA SEDOTAN! MUNDUR LO!’ Otak gue memberi sinyal: lu gak bisa diam di sini terus, goblok. (Dika, 2007:36). ‘Kalo Mbip mah, nama programnya TALI BEHA! Hahahha,’ kata Hugo. Gue ngebayangin di program Tali Beha itu, Aryo (dengan memakai beha) akan bilang ke pemirsa, ‘Mbip pulang lah. Beha ini takkan kulepas sampai kau pulang, Sayang.’ Gue berusaha ngembaliin Hugo ke jalan yang benar. ‘Parah lu, Go. Udah ilang gini masih dikatain. Ntar kena karma lagi, Goblok.’ (Dika, 2007:54).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Jadi,’ kata David. ‘Lo udah bikin diary dari semenjak kelas 4 SD?’ ‘Iya,’ kata gue. ‘Oh my god! That is so gay,’ dia tiba-tiba excited dan menggeliat sendiri. ‘HAH?’ gue kaget. ‘Iya. That is soo gay!’ ‘OKE.’ Gue berusaha menetralisir keadaan. Gak tau mesti ngomong apaan, dengan goblok gue bilang, ‘Thank you.’ (Dika, 2007:177). ‘Kok diem?’ tanya Dora. ‘Gue berani bayar mahal.’ Begitu gue mau membuka suara, Bayu tiba-tiba nyamber, ‘Goceng.’ ‘Sip. Goceng,’ kata Dora sambil mengeluarkan gocengan dan memberikannya kepada Christopher. Dora pun pergi. Hening. ‘Goblok lo, tolol!’ jerit gue. ‘Kenapa goceng? Goceng kita bagi empat masing-masing juga cuman dapet seribu dua ratus lima puluh, bego!’ (Dika, 2010:30—31). 78. Gosh Seketika Maya mematung. Pandangannya terus membeku memperhatikan Hari diiringi suara mas wedding singer yang sedang menyanyikan lagu request Teh Nia. Gosh! Itu Hari… Aduuhhh.. Gimana dong… Bukannya Ibu sama Bapak Prabowo yang diundang? (Yunita, 2004:225). 79. Gubrak Bahkan kata Sofia gini, “Nggak adil banget. Kalau Elsa ntar dipanggil ke podium wisuda dengan predikat terpuji. Nah kalau kita? Dipanggilnya gini… Dewi Rieka Kustiantari, Sofia Puji Hastuti… lulus dengan predikat… tercela!” Gubrak. (Rieka, 2009:47). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Keesokan harinya nyokap gue dateng. Nyokap gue karena saking paniknya langsung terbang dari Jakarta ke Adelaide. Gue masih tergeletak lemes. Nyokap gue dateng dengan rasa khawatir sambil bilang, ‘Tenang, Kung, sekarang ada mama. Kamu gak usah khawatir. Mama di sini nemenin kamu.’ Hati menjadi riang dan senang. Setengah jam kemudian, dia ngeliatin gue terus bilang. ‘Kung, tempat shopping udah pada buka belom, ya? Pengen shopping nih.’ Gubrak. (Dika, 2006:81) Tapi emang wajar kalo si Pupus jadi cemburu ama Neko, soalnya nyokap gue sendiri emang pilih kasih. Contohnya, waktu Neko lagi ga ada. Nyokap: Aduh, Dik, mana yah anak bungsu mama? Gue: Anak bungsu? Bukannya si Edgar lagi sekolah, Ma? Nyokap: Bukan..itu lho.. si Neko! Gubrak. (Dika, 2007:143) “Dew, diajak Komang pulang bareng tuh, ditungguin!” kata Arie cekikikan. Aku menoleh. Komang sudah menanti di gerbang sekolah. Gubrak! (Rieka, 2011:119) 80. Idiot Gue jadi inget, dalam drama Romeo and Juliet, Shakespeare pernah bilang: ‘Apalahh arti sebuah nama? Mawar, jika diganti dengan nama lain, pasti akan sama harumnya.’ Gue ga terlalu setuju sama Shakespeare. Kalo mawar namanya diganti jadi eek, orang kan bisa jadi ilfil. Misalnya, gue baru beliin mawar buat cewek gue, terus gue bilang, ‘Sayang, aku baru aja naruh eek di bawah jendela rumah kamu.’ Bisa-bisa dia langsung ilfil.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Apalah arti sebuah nama? Sangat berarti, Shaksepeare idiot. (Dika, 2007:45). ‘Abang gak suka cerita hantu,’ kata gue pada Anggi. ‘Tapi ini serem banget, Bang!’ Anggi membela diri. ‘IYA!’ kata Ingga dari kejauhan. ‘Aku sampai takut tidur sendiri lho, Bang!’ ‘Kamu mah gak baca horror juga takut tidur sendiri. Mana coba abang baca.’ Hmm, rayuan dua anak kembar idiot ini membat gue jadi penasaran setengah mati. Gue mengambil buku Bahasa Indonesianya dari tangan Anggi dan membaca. (Dika, 2007:202). 81. Idiots Oke, yang paling menyakitkan adalah di kala kita selesai bercinta Kakang langsung ngeloyor ke ruang TV untuk menonton pertandingan sepak bola. As if nothing happened. Para suami nih gak pernah nyadar ya kalau hal terpenting sesudah bercinta itu adalah bersama istri. Do the afterplay, you idiots! (Yunita, 2005:68). 82. Ilfil Gue selalu grogi dengan hal-hal seperti ini. Untungnya gue gak punya masalah berat seperti kontrol pembuangan, gak seru aja tiba-tiba kalo gue lagi nembak Cyn terus tau-tau creeeeettt creeettt eh kecepirit di clana. Bisa-bisa nanti dia ilfil. (Dika, 2006:90). Gue jadi inget, dalam drama Romeo and Juliet, Shakespeare pernah bilang: ‘Apalahh arti sebuah nama? Mawar, jika diganti dengan nama lain, pasti akan sama harumnya.’ Gue ga terlalu setuju sama Shakespeare. Kalo mawar namanya diganti jadi eek, orang kan bisa jadi ilfil. Misalnya, gue baru beliin mawar buat cewek gue, terus gue bilang, ‘Sayang, aku baru aja naruh eek di bawah jendela rumah kamu.’ Bisa-bisa dia langsung ilfil. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Apalah arti sebuah nama? Sangat berarti, Shaksepeare idiot. (Dika, 2007:45). 83. Jahanam Di sebelah kiri duduk Deta, temen di majalah tempat gue kerja. Kebetulan kita baru dari Taman Mini Square untuk ketemuan sama seorang penulis. Perut gue bergejolak lagi. Mampus. Pasti gara-gara pizza jahanam yang tadi gue makan. (Dika, 2007:136). OOOOHHH MY GOOODDD! You’re right. Jahanaaaamm… gue baru nyadar, pemakaian sejam 50 rb! Secara gue udah make 3 jam… gue udahaaannnn…. Bangkrut.. hiks hiks.. (Yunita, 2006:103) 84. Jeger ‘Jadi soal untuk ulangan susulan kali ini,’ Ibu Ambarwati berdiri dari meja guru, ‘soalnya adalah, tuliskan angka satu sampai seratus dalam bahasa Prancis.’ Jeger. Gimana gue mo nulis angka satu sampe seratus. Angka satu aja gue kaga tau bahasa Prancisnya apaan! (Dika, 2006:105) ‘Alin!’ Gue panggil dia dari kejauhan. Ternyata dia lagi bareng sama Vina. ‘Kenapa, Dik?’ Alin menengok ke arah gue. ‘Eng…engga…,’ gue masih gak bisa memantapkan hati untuk ngomong. Alin udah mo nyebrang lagi. ‘Eh tunggu.’ Gue akhirnya mulai berani. ‘Lo mau gak jadi cewek gue?’ Alin diem. ‘Tapi, Dik, gue kan udah punya cowok.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
JEGER! (Dika, 2006:139). 85. Jelek Ratu jeleeekkk… Bagus ya liburan. Gue dong, baru kemarin taun baru, sekarang udah masuk gawe lagi. Ugh, nistanya. So, how’s the vacation, dear? (Yunita, 2007:96) 86. Kacau (kaco) ‘Kalo nama orang “Mbip”… me-menurut lo gimana?’ kata Hugo. Aryo langsung ketawa pas ngedenger “Mbip”, si Hugo ngikik-ngikik sendiri. Gue ama Christie gak tau apa yang mereka maksud. Aryo sama Hugo sekelas, pasti ini becandaan internal kelas mereka yang gue engga ngerti. ‘Mbip itu apa sih, Go?’ kata Christie. ‘Jadi, Mbip itu nama anak cewek pindahan di kelas gue ama Aryo. Baru masuk minggu lalu. Tau gak?’ ‘Gak tau, siapa?’ Gue bingung. ‘Ada gitu orang yang namanya Mbip?’ ‘Bukan bego, nama aslinya bukan Mbip! Kita berdua ngasih nama dia Mbip! Kaco banget anaknya!’ (Dika, 2007:47) 87. Kadal Tiba-tiba Maya dikagetkan dengan deringan handphone. --Beep beep— Muncul nama Prince Charming di layar. “Halo…” “Hai…” Hari. Si Penghianat. Suaranya tenang banget, seperti biasa. Kadal! (Yunita, 2004:57).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
88. Kadal gila “Buaya darat tuh orang! Berani macem-macem sama sobat gua,” maki Rini. … “Orang macem Hari harus dikasih pelajaran tuh,” Rini geram. “May, udah deh… Mendingan sekarang elu turun… Samperin tuh kadal gila yang katanya lagi rapat di himpunan. Penasaran gua pengen liat ekspresi dia.” (Yunita, 2004:48). 89. Kampret ‘Jadi… sebenernya… yang mo gue bilang adalah….’ Gue menarik napas. ‘Yaaa?’ Cyn menunggu. ‘Gue sayang ama lo!’ There, I said it. ‘MHAUHAUAHUAHAUAHUAHAU!! Cyn ngakak. Kampret. Dia malah ketawa. Di sinilah gue, berdiri di pinggir lapangan bola sekolah, setengah jalan menuju sekolah, baru saja gue nembak cewek yang gue idam-idamkan, dan dia ketawa kayak nenek lampir setelah gue tembak. (Dika, 2006:91) Masalah paling besar timbul pas gue ketemu anak-anak kecil. Begitu ngeliat gue, mereka langsung bilang sama emaknya, ‘Ma, mau salaman sama om badut.’ Yah, mau gak mau gue tanggepin lah. Kampret. (Dika, 2007:14). Kaget juga kali ye, ngeliat ada harimau tiba-tiba lepas dari busway sambil larilari, lalu bersandar ke arah kaca. Gue duduk. Gak berapa lama kemudian, di bus berikutnya, Mister dan teman-teman turun. ‘Goblok lo! Malah naek duluan!’ katanya sambil terbahak. ‘Gue kagak tau, Kampret!’ gue memaki. ‘Makanya, liat-liat dulu dong!’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘IYE. Anjrit! Gue panik abis,’ kata gue dari balik topeng. (Dika, 2007:17). ‘Badut, kau lepas dulu sana topengmu! Anak bayiku nangis lihat kau!’ kata si ibu tiba-tiba dari kejauhan. Gue menggeleng-gelengkan kepala tanda tak setuju. ‘Takut kali, Bu,’ kata si anak,’Soalnya mukanya lebih jelek dari topengnya!’ Satu keluarga ketawa ngedenger celetukan si anak. Kampret. (Dika, 2007:20). ‘Eeeeerrrr yah bukan, masa sama elo, bukan, iya lah, bukan, hahahahaha, bukan, hahahahha, gak segitunya, ge er lo!’ Gue mulai meracau. Kampret, gue ditanya langsung begini. (Dika, 2010:89). Sewaktu kita shooting di Universitas Indonesia malem-malem pas masih ujan dan gue lagi mau masuk ke ruangan make up, ada satu kru yang bahkan melarang gue masuk karena dia bilang, ‘Mas, figuran bukan di sini tempatnya.’ Kampret. Sambil menahan tangis gue menjelaskan bahwa gue bukan figuran. Gue memaklumi dia. (Dika, 2010:135). Kampret, gue kira dia orangnya benar-benar perhatian dan sok romantis, gak tahunya minta gaji naik. Antiklimaks abis. (Dika, 2011:68) Gue baru aja turun dari mobil sebelom tiba-tiba terdengar suara CREESSST. Suara apakah itu? Gue memeriksa celana. Ternyata gue gak kecepirit. Gue lalu meriksa si Timor Kaleng. Maka terlihatlah di depan mata ada aer yang ngocor di bawah mobil plus kap mobil yang berasep dengan indahnya. Hal pertama yang terlintas di kepala: Kampret! Hal kedua yang terlintas di kepala: Mampus gue! (Dika, 2006:7)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Rino dengan muka lurus bilang, ‘Makanya Dith, laen kali ya kalo lo mo cepet, lo geletak aja di tengah jalan pura-pura ketabrak.’ ‘Kampret.’ (Dika, 2006:79).
Saat kubuka kadonya, ya ampuuun.. ini apaan? Kampreeeet! Tuh anak gila kali ya, masa dia ngadoin empeng karet bekas Ospek kemarin… Ewww… *buru-buru lempar tuh benda dan cuci tangan pakai sabun antiseptik. (Rieka, 2011:123) 90. Kasihan deh loe “Awas kowe. Kalau aku sih, bukan masalah kucingannya, Sar. Tapi, makan di situ tuh enggak kenyang. Tahu sendiri kan porsinya seiprit! Pulang makan dengan Rivan, pasti harus makan di burjo lagi. Kalau enggak dituruti, malammalam cacingku bisa memberontak… Mbok’e, mbok minta makan..” Sarah tergelak. “Kasihan deh, loe! Enggak ngirit deh, hahahah!” (Rieka, 2011:127). 91. Kecebong kampret ‘Sekarang lo mau ngaku apa juga apa gak?’ tanya gue, setengah berteriak. ‘Jadi… Elisabeth udah ngaku?’ Aha… Mampus lo kecebong kampret! Lo sudah terjebak dalam kegeniusan (dan keberuntungan) gue. Gue nahan ketawa sebentar. Lalu gue berkata dengan penuh kemenangan, ‘Terima kasih, sekarang gue tahu lo dan Elisabeth adalah orang yang bertanggung jawab untuk surat ini.’ ‘Haahh?’ kata Clarissa. (Dika, 2010:37).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
92. Kebo Yang paling parah, kemarin gw tidur dari jam 3 pagi sampe 5 sore. Yang berarti gw tidur 14 selama 14 jam! Kebo banget. (Dika, 2004:223). 93. Kesel “Oh ya… Ratu… Hmmm… Lona sama Tiara, ya?” “Iyaaa, saayyy… ada apa?” “Eh boleh dong minta nomor telepon kalian.” “Oohhh.. tentuuuu.” Lona menarik tissue dan menuliskan nomor handphone. “Nomor telepon Safina juga, ya?” “Hmm… ngga usah deh, kalian bertiga aja.” WHAAAAAAAAAAAAAT???!!! AKU NGGA DIMINTA??? MAKSUDNYAA?? “IIIHHH… ini penghinaan kelas beratttt.” “Hahahahahhahahaaa… makan tuh tampil cantik.” Lona tertawa bahagia. Aku superkesal melihat tingkah mereka. “Ihhh… kesel, kesel, kesel!” (Yunita, 2006:159) Akhirnya, gw balik lagi ke kamar gw, nonton lagi, balik lagi ke sana… ehh belom diambil “ juga. Gw nonton lagi, balik lagi, nonton lagi, balik lagi, gitu terus ampe kiamat. Akhirnya, setelah balik untuk yang kesekian kalinya gw keseeeelllllllllllllll!!!!!! Gw nyerah, dan setelah melampiaskan amarah gw ama pintu laundry yang gak bersalah gw pun bersusah payah turun tangga mencari” tempat pencucian yang laen. *jari tengah* (Dika, 2005:34—35) 94. Konyol Dan bagi gue, sebuah bahasa yang memberikan jenis kelamin terhadap setiap benda itu tidak bisa dianggap menarik, konyol banget malah. Kenapa meja
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
dikategorikan sebagai laki-laki? Apakah setiap meja punya titit nongol di bagian bawah? (Dika, 2006:104). 95. Kuda Gw menggosok punggung sambil menyanyi yang sumpah ancur. Karena gw menggosok panggung maka gw membelakangi shower, dengan kepala ngeliat ke bawah. Pas gw menaikkan kepala ke atas…. Ada benda kecil. Lumayan kecil. Berbentuk kotak. Di tengahnya ada bolongan. Setelah gw mencerna gambar yang gw terima. Gw nyadar. Benda itu adalah kamera. JEPRET! Telat. Gw tereak. Gw: KUDAAAA LO JAAA!!!!!! Eja: *lari dari kamar mandi, masi ngakak* (Dika, 2005:58). 96. Kotak Ternyata pas kita lagi ngobrol”, tiba” dari belakang gw ada yang menaruh tangannya di pundak gw, gw kaget. Merasa pingin tau, lalu gw nengok ke belakang deh, dan ternyata salah satu dari orang mabok itu lagi naro tangannya di pundak gw kaya maen kereta api-an trus senyum lebar banget sambilang “hai..” Mampus. Gw kaget setengah mati, trus gw jawab aja, “Hi..” Trus dia bilang, “Hey, what’s ur name… what’s ur number.. coz..” lalu dia bilang bareng temen’nya sambil tereak, “I WANNA KNOW U BETTER!! HAHAHAHHAA…” Mampus kuadrat. “I’m Dika.” “Nice to meet u.. NIKE” Pala lu kotak! Mabok” masi bolot juga. (Dika, 2005:150).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
97. Kuda liar goreng saos mentega Ehm, ternyata kemalangan gw gak berakhir sampai di situ. Ceritanya kemaren si Muti minjem kamera gw, mo nonton Christmast pagean. Ok. Gw pinjemin deh. Dan tadi gw ketemu dia di MSN messenger. Dan pas lagi di tengah” chat gitu dia tiba” mengganti display pic-nya dia, vanilla yummy: DICK. gw: Hoh? vanilla yummy: *ganti display pic dia* sekarang... gambar apaan dik? gw: ANJROT. SIALANNNN. vanilla yummy: huaahahahahhahahha gw: KUDA LIAR GORENG SAOS MENTEGA. vanilla yummy: sumpah sakit perut gw. Dia mengganti display pic dari gambar temen”nya jadi gambar gw yang dipotret pas lagi mandi. (Dika, 2005:59) 98. Kurang ajar Kesal. Marah. Sebal. Semua rasa itu membuat kening Maya berkerut. Ia berteriak memaki Hari. Selama ini ternyata Hari telah membohonginya. Mug yang berisi kopi nyaris terjatuh saat Maya menggebrak meja keras-keras. APAAAAAA?! Gue? Demit? Sialan!!! Kurang ajar!!! Ternyata si Nenek Sihir itu punya sebutan buat gue juga. Hari. DASAR KADAL LO! (Dika, 2005:68). 99. Kurang asem Karena penasaran, gw menyibakkan tirai shower gw. dan pas saat itulah gw melihat kepala Eja nongol dengan muka mesum sambil ketawa ngakak. KURANG ASEM. Ternyata, dia ngebuka kunci pintunya make koin. Demit. (Dika, 2005:57). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Gw menggosok punggung sambil menyanyi yang sumpah ancur. Karena gw menggosok panggung maka gw membelakangi shower, dengan kepala ngeliat ke bawah. Pas gw menaikkan kepala ke atas…. Ada benda kecil. Lumayan kecil. Berbentuk kotak. Di tengahnya ada bolongan. Setelah gw mencerna gambar yang gw terima. Gw nyadar. Benda itu adalah kamera. JEPRET! Telat. Gw tereak. Gw: KUDAAAA LO JAAA!!!!!! Eja: *lari dari kamar mandi, masi ngakak* Bujug dah. Kurang asem. Klo mo ngambil poto panas gw seharusnya lewat manajemen gw dulu dunk. (Dika, 2005:58). 100.
Kutu kupret
Pas pagi harinya, gw bangun… lalu melihat ke arah SiJamYangHarganyaMayanMahalTapiSuaranyaCempreng, dan terkejut melihat ternyata… UDAH PUKUL 9 PAGI DAN KELAS GW PUKUL 8.30 DAN KUTU KUPRET ITU SEHARUSNYA BANGUNIN GW PUKUL 7.30. SOMPRET LU UDAH GW BELI MAHAL” TAPI GA BISA BANGUNIN ORANG. (Dika, 2005:116). 101. Lebay Jadi, kalau kami ke Burjo, jalannya enggak pernh bareng apalagi gandengan tangan. Tere atau Alisha memilih menyeberang atau jauuuhh… di belakangku. Duh, lebay deh ah kalian. Pokoknya, penampilanku enggak banget deh. Kalau mamaku sampai melihat penampakanku saat itu, aku pasti langsung dipaketin pulang ke Palembang pakai super-ekspres, sehari nyampe. Beraninya memalukan nama
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
baik keluarga turun temurun! *di banned dari daftar penerima angpau lebaran. (Rieka, 2011:23). 102. Mampus Gue ngedeketin dia, ‘Hai, Abu. I’m Dika.’ ‘Waarrgggh! Waarrgghh!’ dia bilang. Gue pengen nanya ama emaknya: apa dia bisa bahasa manusia? Tapi takut digampar bolak-balik. Si Abu gerak ke sana kemari. Hati gue mulai resah dan gelisah, jangan-jangan dia seperti Edgar: hiperaktif. Juli ngeliat ke gue dan tersenyum tipis, ‘Dia agak hiperaktif.’ Mampus. (Dika, 2006:115—116). ‘Tun, turunin lagi, dong. Turunin lagi!’ dia bilang. ‘Aduh! Masa segini gak cukup?’ Gue ngomong sambil tetep nurunin juga. ‘Lagi, dong! Biar tambahasoy, Tun.’ Mampus. Pilihannya, entah si Rae ini bakat juga jadi sutradara film bokep, atau dia memutuskan mengakhiri idupnya dengan cara tersiksa pelan-pelan karena ngeliat pantat gue. ‘Kurang asoy, Tun!’ dia tereak lagi. ‘Asoy gimana. Buset lo.’ Gue nurunin untuk terakhir kalinya. (Dika, 2006:125) Dia nahan napas bentar, terus bilang, ‘LIAT FILMNYA KAK MUTUN YANG ADA TELANJANG-TELANJANGNYA. TADI DIKASI LAT DI LAB BAHASA SAMA BU ZAITUN.’ Gue berpikir cepat. Mampus. Lab bahasa. Satu kelas pada tau, dong. Gue langsung berharap sekelas itu pada terkesima ngeliat body gue yang mirip sama (jempolnya) Ade Rai itu. (Dika, 2006:127).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Setelah dituduh sebagai badut busway (dan beberapa kali foto kemudian), akhirnya busnya dateng juga. Gue langsung buru-buru naek. Pas gue lagi naek, terdengar suara Mister samar-samar di belakang, ‘Eh! Eh! Tungguin kita! Jangan naek dulu!’ Gue nengok ke belakang. Saat itulah gue menyadari, Mister dan teman-teman lainnya gak ikutan naek. Mampus. Di sinilah gue berada. Di dalem busway. Sendirian. Seekor badut ultrager mabok tanpa hape, tanpa dompet, tanpa teman, sendirian berdiri di dalem busway. Menerawang. Mampus. (Dika, 2007:16). Gue ngebayangin aja gitu jalan kaki dari Bank Indonesia ke Monas. Mampus. Kayaknya jauh banget nih. Gue gak mau pas lagi jalan ke Monas tiba-tiba ditembak ama polisi, disangka harimau lepas. (Dika, 2007:19) Kadang, sering ngerasa gue kena Alzheimer. Gue sering lupa ama berbagai macam hal, dan hal ini berefek pada kehidupan sehari-hari gue. Misalnya, waktu SMA dulu gue sempet masuk kamar mandi, sabunan, lalu jerit kaget gara-gara ternyata gue sabunan pake odol Pepsodent! Waktu gue bilang sama nyokap, dia bilang, ‘Itu mah bukan Alzheimer, Dik. Itu namanya… BEGO.’ Gue ngeliatin muka Toni dan berkata sotoy, ‘Penyakit otak? Kehilangan ingatan gitu ya? Kayak Alzheimer gitu?’ ‘Bukan,’ kata Toni dengan pandangan kosong. Mukanya serem. ‘Gue bukan Alzheimer.’ ‘Ah, terus apaan?’ ‘Gue Schizoprenia.’ Mampus gue. (Dika, 2007:33)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Pas ketemu Rizal itu bukan dia? Pertanyaan yang harus dijawab adalah: jadi itu siapa? Kepribadiannya si Toni-sang-gembala-burung-merpati kah? Pas ketemu kemaren sih dia baik-baik aja ama gue, apakah itu berarti Toni-yangbersahabat? Mampus banget deh gue. (Dika, 2007:35) Mampus banget banget deh gue. Mata gue memandang kiri-kanan. Nggak ada benda apa pun buat dijadiin senjata. Gue cuman ngeliat sedotan. Yes, paling engga kalo si Toni ngamuk, gue bisa cekik dia pake sedotan. (Dika, 2007:36) Gue, yang masih ada di dalem stall, bengong. Sejurus kemudian, gue berpikir—dan jerit dalam hati: ANJRIT, INI TERNYATA WC CEWEK! Mampus gue. … Mampus, karena gue buru-buru masuk pintu WC yang kebuka, jadinya gue terperangkap di WC cewek begini. (Dika, 2007:62) Gue masih diem aja, menunggu sampai si cewek itu keluar. Untungnya, si cewek itu gak punya keberanian untuk datengin stall-nya satu per satu. Sementara keringet dingin gue udah keluar deras. Mampus banget. Gue gak tau lagi harus bagaimana. … Sekali lagi gue nyalain keran buat cuci tangan, tapi begitu air kerannya ngocor, terdengar suara teriakan lagi ‘AAAAAAAAAAAAAAH!!! PERGI! PERGI, TERKUTUK!!!!’ Rupanya mereka masih bergerombol di pintu WC. (Dika, 2007:68). Di sebelah kiri duduk Deta, temen di majalah tempat gue kerja. Kebetulan kita baru dari Taman Mini Square untuk ketemuan sama seorang penulis. Perut
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
gue bergejolak lagi. Mampus. Pasti gara-gara pizza jahanam yang tadi gue makan. ‘Deta.’ Gue memanggil Deta yang dari tadi bengong ngeliatin jalan tol. ‘Ape?’ Dia nengok ke arah gue. ‘Gue. Kebelet. Boker. Sumpah.’ ‘Najis lu. Kayak ayam aja. Boker di mana-mana.’ (Dika, 2007:109) Begitu setengah perjalanan, tiba-tiba muka Takuji menengok ke kanan. HOEEK. Dia muntah di atas bunga mawarnya Gubernur! Mampus. (Dika, 2007:217) Sepanjang akhir kelas 3 SMA itu juga, di kepala gue berputar-putar satu pertanyaan mahadahsyat (bukan, bukan ‘apakah saya beneran laki-laki?’), pertanyaan tersebut adalah: ‘Mau dibawa ke manakah idup gue?’ Setelah mencari-cari dengan saksama dengan segala rupa, maka gue pun akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Yaitu: ‘Mampus, gue kagak tau!’ (Dika, 2007:220). ‘Mampus! Tutup teleponnya! Tutup teleponnya!’ gue memberikan instruksi. (Dika, 2010:11) ‘Sekarang lo mau ngaku apa juga apa gak?’ tanya gue, setengah berteriak. ‘Jadi… Elisabeth udah ngaku?’ Aha… Mampus lo kecebong kampret! Lo sudah terjebak dalam kegeniusan (dan keberuntungan) gue. Gue nahan ketawa sebentar. Lalu gue berkata dengan penuh kemenangan, ‘Terima kasih, sekarang gue tahu lo dan Elisabeth adalah orang yang bertanggung jawab untuk surat ini.’ ‘Haahh?’ kata Clarissa. (Dika, 2010:37).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Sesampainya di rumah Ina, gue keluar dari mobil Timor, berdiri di depan pintu pagar, menunggu dia keluar dengan setia. Seketika itu pula gue sadar… gue lupa pake iket pinggang. Celana gue melorot-lorot. Mampus deh. Gue menaruh tangan gue di dalam kantong, menahan celananya dari dalam. (Dika, 2010:67). ‘Ah!’ gue menjawab setengah bersemangat, berpura-pura inget, gak enak karena disangka inget beneran sama dia. Karena gak tau namanya siapa, gue bilang,’Ooohhh… ELO!’ ‘Iya! Gue!’ ‘Oooh. Elooooo!’ teriak gue lagi, ‘Gue!’ teriak dia, kali ini sambil tertawa riang. Mampus gue. (Dika, 2010:154) Gue memberikan uang, dan si calo tersenyum lebar meninggalkan gue. Dengan sabar gue mengantre, dan di depan ternyata ada pengecekan tiket menggunakan komputer. Mampus gue. Kalau ternyata gue diboongin dan tiketnya gak lulus komputer gimana? (Dika, 2010:156) Jeng jeng jeng! Gue bingung harus bilang apa, selama ini, di SMP, kendala gue untuk mendapatkan cewek adalah: gue jelek. Kalau gue harus memberikan foto gue kepada Githa, ada kemungkinan Githa tidak akan mau lagi sama gue. Bingung, gue telepon Aris, temen sebangku tempat gue curhat saat itu. ‘Mampus nih, Ris,’ kata gue di telepon. ‘Kenapa?’ ‘Githa minta foto gue.’ ‘Githa yang lo kenal dari chatting?’ ‘Iya,’ jawab gue. ‘Mampus.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Emang mampus!’ kata gue, makin panik. (Dika, 2010:186) Gue ngecek di Blackberry, membuka notes, dan membaca alamatnya: La Bitta-Dorsoduro 2753A, calle lunga, san Barnaba, atau dalam bahasa Indonesia: mampus nyasar dah gue. (Dika, 2011:75) Begitu belok kiri, kami masuk ke gang kecil lain yang lebih panjang, hanya tembok di kiri-kanan. ‘Mampus deh, nyasar lagi kita,’ kata gue. Lalu, gue menoleh ke Yuditha, ‘Tadi kenapa bilangnya harus belok ke kiri?’ (Dika, 2011:79) Namun, ketika pesawat gue dari Jakarta tiba di Bandara Schipol, Belanda, perkataan nyokap sebelum pergi meresap di kepala gue. Mampus, gue sama sekali gak bisa bahasa Belanda. Satu-satunya
kata
dalam
bahasa
Belanda
yang
gue
tahu
adalah
‘godverdomme’, kata umpatan yang berarti ‘god damn!’ dalam bahasa Inggris, atau ‘bangsat!’ dalam bahasa Indonesia. (Dika, 2011:111) ‘Enggak, Dika. Dufan sekarang ada di tempat dokter gigi ini. Di dalam ruang dokter itu istana boneka-nya.’ ‘Oh gituuuuu,’ kata gue. Ya, sewaktu kecil gue memang anak yang bodoh. Nyokap menggandeng gue masuk. Dalam penglihatan gue, orangorang yang ada di depan gue semuanya berwajah muram. Lalu, samar-samar gue mendengar desingan bor. Mampus-lah gue! (Dika, 2011:180) Seandainya mendapatkan status sosial bisa kayak di Desa Cipoerat ini, enak juga, sih. Misalnya, ada cewek cakep lagi jalan sama moyetnya (baca: cowoknya) di mal, kita tinggal gulat sama cowoknya di tengah-tengah eskalator. Kalau menang, dapet deh ceweknya.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
… Semakin memasuki daerah persawahan, gue semakin was-was. Gue bertanya, ‘Di sawah-sawah kayak gini, ada ular sawah gitu gak, sih?’ Joe berkata santai, ‘Ada-lah.’ ‘Mampus gue,’ kata gue panik. Langsung celingukan nyari ular. (Dika, 2011:213) Lawan gue ini berdiri di depan gue. Gue senyum berharap keramahan akan membuat dia lebih jinak sewaktu menganiaya gue sebentar lagi. Dia tidak membalas senyuman gue. Mampus. (Dika, 2011:229). “KAKIKU KESERIMPET, TERUS JATUH MENIMPA BADAN ALISHA!” teriak Sofia. Mukanya memerah tomat. “Sepatu punya Elsa patah haknya.” Mampus, bakal abis dia dicakar-cakar Elsa! Itu kan sepatu mahal, bisa-bisa dia kudu nyicil sepuluh bulan! Ternyata dance mereka terlalu seru sampai terjadi fatal accident. “Sial, pantatku abis dicolek entah siapa, najong!” omel Sasha begitu duduk di kursi. “Nggak virgin lagi nih asetku, kembaran bokongnya J-lo.” (Rieka, 2009:157) Sarah mencibir. Ia membalikkan tong sampah Helen di atas meja belajar. Kini meja itu penuh plastik bekas snack dan kertas-kertas bekas, juga bekas rautan pensil. Aku terbelalak ngeri menatapnya. Mampus deh. Helen pasti bakal tumbuh taring iki. (Rieka, 2009:102). “Sstt… nggak usah buka aib, napa!” Alisha melotot. Ia mengulurkan sebatang coklat untuk Gilang. Kami berkumpul di depan kamar Alisha sambil jongkok. Kayak orang lagi main gaple. “Tante mau menyogok Gilang ya, biar enggak melapor ke Mbah Buyut!” “Mampus loe, Sha!” kataku puas. (Rieka, 2011:211).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Tante, aku enggak mau ah duduk-duduk di sini. Di pojok situ ada yang busuk napasnya. Takut…,” tunjuk Gilang ke pojokan dapur yang gelap. Damn! Resmi sudah. Anak-anak pun grabak-grubuk mengungsi di kamarku. Alisha terpaksa tidur berdua dengan Gilang di kamarnya karena tak ada yang sudi menampung mereka. … Aku dan anak-anak buru-buru menghambur masuk kamarku. Mulai lagi dah, ritual ikan asin dijemur. Kipas angin dinyalakan dengan kekuatan pol. Rasti melepas bajunya, hanya bekutang ala nenek-nenek dan bersarung dekil. Dia tidur di lantai bersama Tere. “Mampus, aku diketekin Rasi nih semalam,” Tere merengut. (Rieka, 2011:212) Aku mengaduk-aduk tumpukan kardus berisi sepatu. Halah, iya, sepatu ibuibuku kan dipinjam Dinda waktu pacarnya wisuda! Mampus! Aku ubek-ubek lagi tumpukan sepatu. Yippie… ada sepatu bot sebetis! (Rieka, 2011:288) “Udah, cuek saja. Kamu ke resepsionis dulu, baru ke kamar mandi! Buruan sudah telat!” kata Ugie dari jarak jauh. Kabur dia. Bagus banget dah. Aku lari ke resepsionis. Ia memberiku formulir untuk diisi. Ternyata, giliranku hampir tiba untuk wawancara. Mampus! (Rieka, 2011:291) Terus si wanita Asia tersebut jalan mendekat ke arah gw. Pas dia lagi papasan ama gw, gw berkata dengan pede: Gw: YA OLOH. DARI DEKET KOK KAYAK PATUNG ASMAT. -> sumpah, jangan ditiru. Si wanita melengos pergi. Lalu tanpa terduga, si Steven, temen gw yang juga tinggal di kawasan apartemennya Anaz, yang juga lagi jalan di samping gw, nengok ke gw: Steven: Dik.. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Gw: Hah? Knp? Steven: GOBLOK LO. ITU KAN ORANG INDONESIA. Mampus deh gw. (Dika, 2005:103). Waktu itu pernah gw nyewa 3 DVD dan 2 dari mereka itu overnight, jadi maksudnya harus dibalikin keesokan harinya juga, klo engga nanti kita didenda. Hii syerem. Dan emang dasar gw dodol, pikun, dan geblek, gw balikin 3 hari dari tanggal seharusnya. Setelah akhirnya gw balikin dan pas gw mo bayar ke kasir.. Kasir: well.. I think u have a late DVD returning fee.. Gw: yep, I’m aware of that. Kasir: u wanna pay it now? Gw: sure. Gak lama kemudian, si kasir DVD ini menghitung” dengan mesin itungnya. Ini satu.. ini dua.. ini tiga.. itungitungitungitung. Terus dia senyum. Lebar. Lebar banget sampe ngelebihin pintu masuk. Dia nyengir ke gw. Gw ngerasa ada yang gak beres. Kasir: well.. it’ll cost u for a grand total… Dia menahan napasnya sambil gigit” bibir bawah. Grand total??? Grand total??? Kenapa dia harus memakai kata” itu? Wadoh. Mampus gw. Ada yang ga beres. Kasir: ok, its $23!!!! Mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong. Ajigile. $23????? Itu sama aja kaya beli DVD baru! Bujug buset. (Dika, 2005:119) Ternyata pas kita lagi ngobrol”, tiba” dari belakang gw ada yang menaruh tangannya di pundak gw, gw kaget. Merasa pingin tau, lalu gw nengok ke belakang deh, dan ternyata salah satu dari orang mabok itu lagi naro
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
tangannya di pundak gw kaya maen kereta api-an trus senyum lebar banget sambilang “hai..” Mampus. Gw kaget setengah mati, trus gw jawab aja, “Hi..” Trus dia bilang, “Hey, what’s ur name… what’s ur number.. coz..” lalu dia bilang bareng temen’nya sambil tereak, “I WANNA KNOW U BETTER!! HAHAHAHHAA…” Mampus kuadrat. “I’m Dika.” “Nice to meet u.. NIKE” Pala lu kotak! Mabok” masi bolot juga.(Dika, 2005:150) Aku cepat-cepat ke posisi semua sambil membaca daftar menu. Sesekali aku masih mencuri pandang. Eh! Cowok beralis tebal itu sekarang malah tertawa lebar. Aduh! Malu! Malu! Trus sekarang dia bangkit dari kursi dan datang mendekati aku! Mampus! (Yunita, 2006:231) Gue baru aja turun dari mobil sebelom tiba-tiba terdengar suara CREESSST. Suara apakah itu? Gue memeriksa celana. Ternyata gue gak kecepirit. Gue lalu meriksa si Timor Kaleng. Maka terlihatlah di depan mata ada aer yang ngocor di bawah mobil plus kap mobil yang berasep dengan indahnya. Hal pertama yang terlintas di kepala: Kampret! Hal kedua yang terlintas di kepala: Mampus gue! (Dika, 2006:7) Sebelum gue pipis di celana, gue buru-buru merobek sampul surat tersebut dan mengeluarkan isinya. Gue senyam-senyum najong. Lalu gue baca isinya… … Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Mampus. Gue bengong. Keringet dingin. Isi surat itu semuanya pembenaran surat cinta gue oleh Lia. Hebat, sekarang dia bikin seolah-olah surat yang gue tulis ke dia itu adalah tugas bahasa Inggris yang bakal dia koreksi. Bagus. (Dika, 2006:37) Gue yang lagi jongkok juga ikutan kaget hampir-hampir kepleset jatoh ke depan nyundul pintu. Hening. Mampus gue. Sebenernya, emang wajar aja kalau mereka kaget banget. Bayangin aja, di dalem WC cewek, lagi ngomongin hantu, tiba-tiba ada air nyala sendiri di salah satu stall. (Dika, 2007:66) 103. Mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong Waktu itu pernah gw nyewa 3 DVD dan 2 dari mereka itu overnight, jadi maksudnya harus dibalikin keesokan harinya juga, klo engga nanti kita didenda. Hii syerem. Dan emang dasar gw dodol, pikun, dan geblek, gw balikin 3 hari dari tanggal seharusnya. Setelah akhirnya gw balikin dan pas gw mo bayar ke kasir.. Kasir: well.. I think u have a late DVD returning fee.. Gw: yep, I’m aware of that. Kasir: u wanna pay it now? Gw: sure. Gak lama kemudian, si kasir DVD ini menghitung” dengan mesin itungnya. Ini satu.. ini dua.. ini tiga.. itungitungitungitung. Terus dia senyum. Lebar. Lebar banget sampe ngelebihin pintu masuk. Dia nyengir ke gw. Gw ngerasa ada yang gak beres. Kasir: well.. it’ll cost u for a grand total… Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Dia menahan napasnya sambil gigit” bibir bawah. Grand total??? Grand total??? Kenapa dia harus memakai kata” itu? Wadoh. Mampus gw. Ada yang ga beres. Kasir: ok, its $23!!!! Mampusbangetlupantatkudagiginongolmatajendoljidatnongnong. Ajigile. $23????? Itu sama aja kaya beli DVD baru! Bujug buset. (Rieka, 2005:119) 104. Mati “Nak Ratu… tante duluan ya?” Jantung gua berhenti berdetak. Gua noleh, si tante dan Trini di belakang gue, tersenyum ramah sambil liat dari atas sampe bawah trus pergi ke kasir sebelah. MATIIIIII!!!!! Muka gua panas, saking kagetnya gua hampir menjatuhkan keranjang berisi bahan makanan yang sedang gua pegang. “Bo, mereka denger ga sih, kita ngomong apa?” gua panik. (Yunita, 2006:92) 105. Mbahmu Aku bergidik. “Sori ya! Aku sukanya cowok klimis tanpa bulu sehelaipun! Eh, kita kan sahabat. Tak hanya saling menjerumuskan tapi juga kudu saling mengingatkan kayak gini. Kamu malas, aku rajin, aku rajin kamu malas… namanya keseimbangan kosmik!” Sofia menjulingkan matanya. “Apaan kosmik? Mbahmu!” (Rieka, 2009:58) 106. Ngaco Setiap daerah pasti punya legendanya masing”, seperti legenda Sangkuriang dari Tanah Toraja. Eh.. emang Sangkuriang dari tanah toraja?? Ngaco deh lo dith! *digampar orang Batak* (Dika, 2005:104). Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Kamu pasti lagi ngelamun ya, Re?” Nadin tertawa puas. “Iya ih! Ngaco lo. Gue nanya laper, elo jawabnya apaaa gitu. Ngga nyambung!” Tetta tertawa lepas. “Aduuuhh.. sori.” Tinggal saya yang malu. Ah! Dasar. Memikirkan sepatu boots astronot sampai sepenuh jiwa gini. (Yunita, 2007:75). 107. Monyet Tapi, perlu diingat, dengan kostum gue yang ketat itu, gaya lambaian tangan gue malah kayak robot. Bener-bener kaku. Sialnya, meskipun beberapa kali ngelambaiin tangan, eh bajajnya engga juga berhenti. Tuh bajaj malah ngelewatin gue gitu aja dan muka si abang bajaj ngeliatin gue sambil mangap. ‘MONYET LO! GUE DOAIN GAK ADA BADUT LAIN YANG NAEK!’ Gue teriak penuh amarah. (Dika, 2007:9). Padahal waktu kecil dulu gue selalu nganggep masak itu pekerjaan gampang. … Ternyata yang ‘Ah, beginian doang’ berubah menjadi ‘Monyet, susah abis’ dalam kurun waktu beberapa belas tahun. (Dika, 2007:117) Giliran Christopher memegangi surat cinta dengan satu tangan, dia bersandar ke belakang. Lama-lama dia tiduran sambil mengangkat surat tersebut ke atas. Lalu dengan satu gerakan cepat, dia bangkit dari tidurnya. Dia menjerit, ‘Ah, Ya ampun!’ ‘Kenapa?’ Lo nemu apa?’ Gue heboh. ‘Apa Chris?’ tanya Wahyu. Bayu melotot. Christopher menjerit, ‘Gue lupa, gue ada les. Gue cabut duluan!’ Antiklimaks. ‘Monyet lo!’ teriak Bayu. (Dika, 2010:32)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
108. Najis ‘Tadi nama gue udah gue save ke hape lo ya,’ kata Christie sambil ngembaliin hape gue. ‘Oh ya? Lo ngasih nama lo apa di hape gue?’ gue nanya. ‘Nama gue di situ Christie Martin,’ kata Christie, kalem. Zamanzaman itu emang Coldplay lagi terkenal banget. ‘Najis, Coldplay gak jadi lo!’ gue sewot. ‘Kalo nama gue… udah ada belom di hape lo?’ ‘Ada,’ kata Christie. ‘Nama lo Cikatomas Gila.’ (Dika, 2007:43). 109. Najong “KAKIKU KESERIMPET, TERUS JATUH MENIMPA BADAN ALISHA!” teriak Sofia. Mukanya memerah tomat. “Sepatu punya Elsa patah haknya.” Mampus, bakal abis dia dicakar-cakar nenek grandong! Itu kan sepatu mahal, bisa-bisa dia kudu nyicil sepuluh bulan! Ternyata dance mereka terlalu seru sampai terjadi fatal accident. “Sial, pantatku abis dicolek entah siapa, najong!” omel Sasha begitu duduk di kursi. “Nggak virgin lagi nih asetku, kembaran bokongnya J-lo.” (Rieka, 2011:157). “Kenapa sih Dian melulu, Sha? Kan temanmu enggak hanya dia.” “Hehe.. kamu cemburu ya?” “Ih, najong!” “Abisnya, dia baek banget sih Dew. Kuliah dia rela nyamperin, pulang juga dianter. Aku sakit, dia yang ngurusin, beli obat, makanan. Jadinya, aku enggak enak kalau nolak ajakan Dian.” (Rieka, 2009:92).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
110. Ngehe “Iya, sih… siang aja banyak banget yang suka usil, ingat nggak sih, zamannya kita di Bandung, di daerah-daerah sekitar Pasar Baru banyak banget gua denger cerita temen-temen cewek kita yang dapet pelecehan seksual,” Lona menyetujui. “Oh, iya iya, dicolek-colek, minimal diteriakin-lah… padahal itu siang-siang, dan rame pula.” “Lo pernah kan, Lon?” “Iya, ngehe.. dicolek. Huh. Sebal.” (Dika, 2006:118). 111. Norak Saat gue tahu apa yang digambar Aldi, gue bilang, ‘Gile, norak amat lo.’ Besoknya, gue ikutan bikin. (Dika, 2010:5) Tau gak, Dik,’ kata Lisa, associate produser untuk film ini sebelum kita berangkat ke Australia, ‘Nanti yang jadi casting director untuk pemeran bulebule di film kita itu casting director-nya Lord of The Rings.’ ‘Lord of The Rings?’ tanya gue, setengah gak percaya. ‘Iya. Keren kan?’ ‘Gila keren banget,’ kata gue, norak. (Dika, 2010:124). Ia membuka paperbag tersebut dan menumpahkan isinya ke atas meja, di antara gelas-gelas koi kami. Setumpuk gelang dan kalung beads warna-warni. Sekarang aku, Lona, dan Safina menyerang oleh-oleh lucu tersebut bagaikan ikan piranha di Sungai Amazon menyerang daging segar. Gerakan kami menimbulkan keributan. Beberapa kepala menoleh dengan tatapan terganggu. “Gals, please deh… norak tau…” Ratu mendelik. Kami bertiga terkekeh. (Yunita, 2006:105—106).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
112. Nyolot Aku melongo. “Heeh.. buat isi rumah? Memangnya kamu mau kawin bulan depan? Itu sih bukan berpikiran jangka panjang namanya Ras, tapi boros! Mending duitnya buat beli keperluan lain yang mendesak, buku kuliah kek, komputer, atau ntraktir aku sepatu Gosh!” Rasti mendengus. “Ihh.. kok kamu yang nyolot! Ini kan uangku sendiri bukan uang bapakmu, weeeekkk!” (Rieka, 2011:95). 113. Oh my god Trus gw ngeliat jam yang ada di depan kelas. Terpampang gede”, pukul 11.30. Pukul sebelas tiga puluh. OH MY GOD. GW SALAH NYETEL JAM DI IPOD GUE!!!! Ternyata gw nyetel jam di ipod gw ketelatan 1 jam dari waktu yg sesungguhnya. Goblok banget dah. (Dika, 2005:107). Jadi selama ini gw dikira GAY? Jadi selama ini gw dikira naksir ama dia?! Oh my God. Sorii yahh.. akika kalo hombreng juga milih-milih! Cuih pret! Huh. Lagian, masa lupa, gw kan triseks (suka ama cowok, cewek, dan tumbuhan). (Dika, 2005:113). JENDELA. Jadi dapat disimpulkan bahwa sepanjang gw tidur dengan posisi menjijaikan cuman make kolor, dengan muka tak berdaya yang bisa membuat ibu hamil jadi beranak itu, si orang yang bersih” jendela itu ngeliatin gw. Oh my God. Ada dua orang cowok Asia, dua”nya cuman make celana dalem putih (bahasa gaulnya: kancut) yang satu tiduran di tempat tidur dengan paha ke mana”, yang satu lagi lagi duduk di meja sambil garuk punggung trus maenin laptop. (Dika, 2005: 125). “Oh my God… Jadi, Trini… istri Hans itu… kakak Lang?” “Iya, Trini, gua sempat kenalan dengan perempuan itu.” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Ih, sumpah lo, Trini kan rese banget.. waktu tau gua sedang dekat dengan Hans, dia terus-menerus meneror gue bahkan sampai sekarang.” (Yunita, 2006:57). Oh my God. Gue baru berumur 6 tahun dan sebentar lagi bakal punya anak. Gue masih pengen ngerasain SD. Ini gawat. (Dika, 2006:22) ‘Jadi,’ kata David. ‘Lo udah bikin diary dari semenjak kelas 4 SD?’ ‘Iya,’ kata gue. ‘Oh my god! That is so gay,’ dia tiba-tiba excited dan menggeliat sendiri. ‘HAH?’ gue kaget. ‘Iya. That is soo gay!’ ‘OKE.’ Gue berusaha menetralisir keadaan. Gak tau mesti ngomong apaan, dengan goblok gue bilang, ‘Thank you.’ (Dika, 2007:177—178). OOOOHHH MY GOOODDD! You’re right. Jahanaaaamm… gue baru nyadar, pemakaian sejam 50 rb! Secara gue udah make 3 jam… gue udahaaannnn…. Bangkrut.. hiks hiks.. (Yunita, 2006:103) 114. Orang gila “Tadi pagi pukul 7, saya udah sarapan bubur ayam sih… Dua mangkuk gitu lagi. Tapi ko perut saya masih tetep menimbulkan bunyi-bunyi yang ngga jelas gini ya?” “Kalo mau ketemuan di rumah makan padang, minggu depan aja. Pokoknya minggu ini tetep ngumpul di sini sampe lumutan.” “Orang gila!” ujar Lona dengan santai. (Yunita, 2006:141—142).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Yang ini, saya beli waktu saya ulang tahun kemarin. Yang kemarin saya pakai ke PIM, dibeli waktu mau liburan ke Anyer. Every shoe tells a story! Saya inget banget semua momen kenapa sepatu dibeli.” “Orang gila.” Tetta lalu tertawa. (Yunita, 2007:56). 115. Parah Kamarnya adek gue yang paling tua, Yudit, juga dikenal menyerupai hutan amazon. Binatang di mana-mana. … Gila dah baunya melebihi bau apa pun yang ada di dunia ini. Parah. Bau pup burung bercampur bau pepaya (makanannya si burung), bercampur bau kodok, bau marmut, dan tidak lupa bercampur badan adek gue sendiri. (Dika, 2006:142) ‘Kalo Mbip mah, nama programnya TALI BEHA! Hahahha,’ kata Hugo. Gue ngebayangin di program Tali Beha itu, Aryo (dengan memakai beha) akan bilang ke pemirsa, ‘Mbip pulang lah. Beha ini takkan kulepas sampai kau pulang, Sayang.’ Gue berusaha ngembaliin Hugo ke jalan yang benar. ‘Parah lu, Go. Udah ilang gini masih dikatain. Ntar kena karma lagi, Goblok.’ (Dika, 2007:54). “Siaal, tuh anak ngekos dimana sekarang? Kok tadi nggak bilang sudah pindah? Parah nih!” omel Tere deg-degan, soalnya kami baru saja melewati kuburan tua. Huaaaa! Aku makin kencang komat-kamit dan memejamkan mata. Tere keringatan punggungnya. (Rieka, 2011:103). 116. Payah “Pokoknya sekarang gua minta penjelasan!” Rini kebali menyerang Maya. Ia terlihat penasaran dengan sikap Maya yang menurutnya ‘tak bernyali’. “Gua
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
ga percaya ngeliat lu tadi. Bukannya ngelabrak malah kabur. Chicken banget sih lu… Petoook.” “Santai dong…” ujar Maya tenang sambil duduk di sisi tempat tidur. “Santai gimana maksud lu? Kalo gua jadi elu, udah abis tuh si Hari tadi. Elu… Ngelabrak dia doang ga berani… Payah!” (Yunita, 2004:52) Melihat pengalaman Edgar disunat seperti itu, gue langsung inget-inget lagi pengalaman gue sendiri pas disunat dulu. Sama seperti Edgar, gue waktu itu kelas 4 SD. Sama seperti Edgar, gue juga mengalami tekanan sosial dari teman-teman sekitar, dianggep cupu dan cemen karena geu termasuk orang yang belum pernah disunat. Bedanya dengan Edgar, gue tidak tunduk pada tekanan orang-orang atau teman di sekitar gue. ‘Payah lo, Dik,’ kata temen gue. ‘Gue aja udah. Belom jantan namanya kalo belom disunat.’ ‘Masa sih?’ tanya gue. (Dika, 2010:56) Mas Emka cuma cengengesan. Lalu, sembari menepuk pundak gue, dia berkata, ‘Payah lo, Dith. Lo gak ngerti makanan enak.’ (Dika, 2011:89). 117. Pelit “Itu, si Udin, anak kelas sebelah. Dia mau kok datang tiap hari merawat kebun anak-anak, asal duitnya memuaskan,” saran Elsa sambil menyebut nominal jasa Udin. Gila! Mahal juga tarif Udin! Enggak sesuai dengan namanya yang ndeso, ups… membumi! Alisha mencibir. “Idih, mending duitnya aku pakai beli baju dan makan demi program menggemukkan bodi, El.” “Pelit lu! Daripada saban hari turun kebun, ntar ada jin botol nyolek-nyolek lho,” cetus Elsa sewot. (Rieka, 2011:112).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
118. Rese “Rese lu, Dew! Jangan membuatku teringat berat badan dong, bikin nafsu makan surut saja!” balas Tere semakin aktif mengunyah. (Rieka, 2011:93). “Sial, percuma gua ngabisin duit buat traktir lu pada. Ini balasannya, dasar kampungan!” Helen menyusut matanya. Dadanya naik turun menahan emosi. … Helen meraih ponselnya, menelepon Budi. “Bud, ke sini lu! Anterin gua ke rumah Katrin! Males gua sama anakanak sini, rese!” jeritnya kek nenek sihir. (Rieka, 2011:106). Jangankan menikah tahun depan, dua tahun lagi aku juga masih ragu bisa melihat cincin kawin melingkar di jari manis. “Udah deh, jangan rese!” Itu komentar Ratu, salah satu sahabatku bila tiap kali aku membahas tentang cincin kawin yang masih belm melingkar di jari. (Yunita, 2006:18). “Oh my God… Jadi, Trini… istri Hans itu… kakak Lang?” “Iya, Trini, gua sempat kenalan dengan perempuan itu.” “Ih, sumpah lo, Trini kan rese banget.. waktu tau gua sedang dekat dengan Hans, dia terus-menerus meneror gue bahkan sampai sekarang.” (Yunita, 2006:57). “Tadi siapa?” tanya Safina waktu ngantri di kasir. “Calon monster in laws” “Oh, itu nyokap sama kakaknnya Lang yang kata kamu rese itu, ya, Hon?” (Yunita, 2006:90).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Ehm, gimana kencan lo dengan Pramastya semalam?” tiba-tiba Ratu memandang gue lekat-lekat. Keliatan banget dia sedang nyari bahan pembicaraan. Tapi kenapa topiknya jadi mengarah ke gue? Please, deh, Rat… “Nice…” gue jawab males-malesan. “Ini bulan ketiga kan kalian bareng?” tanya Ratu lagi. Aduh, please, deh. Cari topik lain dong… RUU anti pornografi dan pornoaksi atau apalah. Jangan gue. “Tumben, biasanya kan kamu paling lama dua minggu,” Tiara menimpali. “Rese ah…” (Yunita, 2006:184). “Dia bilang, jalanin dan nikmati apa yang kita punya dulu. Nggak jelas banget kan?” “Bukannya lo seneng banget sama yang nggak jelas-nggak jelas, Miss Nggak Jelas?” goda gua. “Rese, ih…” Lona mendelik. “Ciyee, ada yang pengen ditembak. Ceritanya pengen berlabuh di satu hati yang tetap nih?” gua nggak puas menggodanya. “Shut up!” (Yunita, 2006:211). 119. S**t (Shit) “Aduh, Ratu! Kamu ngapain sih?” Safina ngamuk-ngamuk karena badannya keseret gua. “Bahaya! Ada dua bad cops.” “Heh??? Aduuuhhh Ratu, please deh, Honey! Kamu tuh mau mencoba untuk membunuh akyu, ya, dengan nyeret-nyeret begini?” “Elo diem, kenapa?” “Iihh, kamyu tuh! Aneh!..”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Dan Safina tetep berisik, sampai dua orang yang mau gua hindari itu menoleh. S**t. (Yunita, 2006:87) “Kamu ngomong apa sama Ibu?” O-ow.. “Nggak ngomong apa-apa kok…” “Serius? Kok kayaknya Ibu kesel gitu ya sama kamu?” Gua berusaha mengingat-ingat obrolan waktu berpapasan tadi. Mmm, nggak ada yang salah, walaupun penuh basa-basi tapi gua sangat sangat SANGAT behave, nggak sekalipun gua mengeluarkan kalimat-kalimat silet andalan. Atau… Ibu dan Trini ngedenger obrolan gua dan Safina di kasir? Oh s**t, oh s**t.. OHHH S**T! (Yunita, 2006:93—94). Kami terus melangkah, sampai tiba-tiba… “Oh, S**T.” Langkah Safina terhenti sejenak, pandangannya lurus ke depan. Spontan kami mengikuti arah mata Safina. Tampak segerombolan cowok, duduk di keremangan sudut jalan. Sebagian memakai kupluk. Mereka tampak sibuk melakukan sesuatu. Bias sinar lampu yang remang membuat gue bisa sedikit melihat raut-raut wajah mereka. Tidak ramah. Oh s**t. Ini benar-benar nggak lucu. Sekarang gue yang ngeri. (Yunita, 2006:194) 120. Sakit jiwa “Hari bilang sih si Demit itu orangnya histerisan… Ya jelas Hari-nya takut lah. Apalagi si Genderuwo itu jago bela diri. Ya Hari takut dipukulin dong… Oh ya, trus kata Hari sih Demit itu orangnya posesif. Banyak permintaan ini itu lah. Dan yang paling parah Hari kalo mau ngapa-ngapain suka dilaranglarang… harus laporan hari ini mau pergi ke mana aja…” APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA???? Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Gue gampang histeris? Posesif? Suka ngelarang-larang Hari? Banyak permintaan? SAKIT JIWA!!! “… gila kan, May?” Juju seolah meminta Maya membenarkan pendapatnya. YANG GILA ITU ELOOOOOOOOOOOOOOO!!! (Yunita, 2004:168). 121. Sambal (sambel) Lalu, dengan perasaan riang gembira gw ngambil bantal dan gw taro di depan tipi. Gw ambil DVD Silence of The Lamb, lalu memasukkannya ke DVD player gw…. sialnya… gantian DVD player gw yang rusaaaaaakkkkkkk…. SAMBELLLLL!!!!! (Dika, 2005:7). 122. Sapi “Suittt suiwww… duh, gelap-gelap gini kok pake kacamata item sih, lagi sakit mata yaaa…” goda salah satu seorang dari mereka yang disambut dengan riuh tawa teman-temannya. “Hahahahaa..” “Mau ngegaya ya? Nunggu mbesok siang dong mbak biar panas…” ujar seseorang dari mereka dengan logat Jawa yang medok. “Hahahahaha…” Sapi! (Yunita, 2004:73). 123. Sebal (sebel) “Iya, sih… siang aja banyak banget yang suka usil, ingat nggak sih, zamannya kita di Bandung, di daerah-daerah sekitar Pasar Baru banyak banget gua denger cerita temen-temen cewek kita yang dapet pelecehan seksual,” Lona menyetujui.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Oh, iya iya, dicolek-colek, minimal diteriakin-lah… padahal itu siang-siang, dan rame pula.” “Lo pernah kan, Lon?” “Iya, ngehe.. dicolek. Huh. Sebal.” (Yunita, 2006:118) “Kang! Kakang pengen punya anak gak sih?!” “Yes! Manchester United menang lagiii!” Gua merengut. Untung Kakang nyadar. “Eh.. apa Neng bilang?” “Tuh kan nggak didengerin!” “Iyaa… kamu mau ke dokter kandungan kan?” “Tau ah, sebel!” “Wah, susah nih. Nyuekin istri 5 menit, ngerayunya 2 jam.” (Yunita, 2005:68). “Huhuhu, ingat! Akyu belum pernah punya pacar… Sebaaalll!” Safina merajuk. “Hey. Sudahlah…, sama, saya juga nggak punya pacar.” Tiara memeluk Safina. “Tapi, at least, kamyu kan pernah pacaran?” “Iya sihm Saf. Emang mending saya ke mana-mana.” “Sialan..” “Hahahaha…” (Yunita, 2006:6). “Sepatunya? Ngga jadi beli, Re?” Nadin kembali bertanya. “Sebeeeeeel banget!” Saya lalu menceritakan segalanya dengan penuh keharuan. Nadin sampai menawarkan tissue. (Yunita, 2007:67) 124. Shut up
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Dia bilang, jalanin dan nikmati apa yang kita punya dulu. Nggak jelas banget kan?” “Bukannya lo seneng banget sama yang nggak jelas-nggak jelas, Miss Nggak Jelas?” goda gua. “Rese, ih…” Lona mendelik. “Ciyee, ada yang pengen ditembak. Ceritanya pengen berlabuh di satu hati yang tetap nih?” gua nggak puas menggodanya. “Shut up!” (Yunita, 2006:211). 125. Sial Sial banget sih gue… Bisa-bisanya dikadalin orang macem Hari. (Yunita, 2004:49). “Trus kenapa dong saya harus mandi kembang segala? Saya kan belum akan menikah dalam waktu dekat, Tet!” “Karena Aldi udah mau sama elo.” “Sial!” “Ahahahha…” “Kirain karena saya bau badan.” Saya lalu mengendus ke bagian ketiak. “Igh! Jorok!” “Wangi tuh ngga harus mandi kembang segala.” “Duh! Gila ya, Aldi bisa sabar gitu sama elo. Gua aja udah sering hipertensi, deh, ngadepin perempuan labil kayak elo ini.” (Yunita, 2007:6) Saya lalu melambaikan tangan pada sebuah taksi yang melintas. Ugh! Sial! Taksinya berpenumpang. (Yunita, 2007:180) “Mau ngga nih? Sayang kalo dibuang. Mahal.” Bambang menyodorkan Lily itu pada saya.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Sial! Saya dijadiin tempat sampah.” Kami berdua tertawa. Tulus. Bahagia. (Yunita, 2007:187) “Sial, itu mug aku! Main embat saja!! Polissiii!” bisik Sofia panik. … “Hah, hujan deras kayak gini dibilang panas? Kalian memang sinting!” omel Sasha. (Rieka, 2009:75). “KAKIKU KESERIMPET, TERUS JATUH MENIMPA BADAN ALISHA!” teriak Sofia. Mukanya memerah tomat. “Sepatu punya Elsa patah haknya.” Mampus, bakal abis dia dicakar-cakar nenek grandong! Itu kan sepatu mahal, bisa-bisa dia kudu nyicil sepuluh bulan! Ternyata dance mereka terlalu seru sampai terjadi fatal accident. “Sial, pantatku abis dicolek entah siapa, najong!” omel Sasha begitu duduk di kursi. “Nggak virgin lagi nih asetku, kembaran bokongnya J-lo.”(Rieka, 2009:157) Tadi, kami sempat berkenalan dengan cowok-cowok ISI yang tampilannya gondrong dan cuek. Sial, yang paling cakep malah minta nomer hape Alisha. Hiks. Aku dapet yang paling ngeselin. Hobinya cengengesan mulu, bau rokok pula. Kukasih deh nomer hape Pak Say. Xixixixi. (Rieka, 2011:94) Sst… jangan teriak-teriak napa? Ini sudah malam.” Sarah naik darah. “BODO AMAT! LU YANG DULUAN JAHATIN GUA! ENGGAK USAH BACOT!” “EH ITU MULUT DIJAGA YA, YANG SOPAN SAMA KAKAK KOS!” Sarah terpancing. Ia menarik kerah baju Helen. Tuh anak sudah mau membalas, tapi buru-buru dilerai oleh anak-anak.
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Sial, percuma gua ngabisin duit buat traktir lu pada. Ini balasannya, dasar kampungan!” Helen menyusut matanya. Dadanya naik turun menahan emosi. (Rieka, 2011:106) “Dew, jangan bohong deh. Kamu lagi makan Cadbury kan? Baca Mary Higgins?” Sialan. Alisha sudah mengintip di jendela dari tadi. Aku lengah. “Kenapa Sha?” “Dew, tolong aku dong! Temani ke kebun ya! Tomat segar, timun, melon, semangka, jagung memanggil-manggilmu lho. Mereka butuh kita agar tetap hidup!” Aku menggaruk-garuk kepala. Kamar Tere, Sasha, Julia, dan Sarah senyap. Sial, padahal sejam yang lalu mereka masih cekikikan kek sundel bolong di depan kamarku. Pasti mereka abur ke Mbak Nem! Curaaaaang..!! (Rieka, 2011:113) Aku dan Sasha turun dari motor. Memeriksa keadaan si pinky. Kondisinya normal-normal saja kok kenapa bisa mogok yak. *iya lah… kami berdua nggak ngerti blas soal motor. Hihihi. “Anjriittt… dorong, Dew…” Setengah hati kudorong tuh motor. Sial, anak-anak kampus Babarsari rame berlalu lalang sambil mengklakson kami jahil. (Rieka, 2011:182) “Ya bilang saja, kamu ingin meniti karier dan menimba ilmu dari perusahaan yang bonafid, seperti Tulung Agung ini… Ya, speak-speak dikitlahh… biasanya juga jago ngibul kamu kalau enggak kerjain tugas Pak Kumis!” “Sial, kamu kaleee… tapi tumben kamu pinter Sop!”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Asem! Tapi, jangan bilang kalau kamu ingin mencari pengalaman karena itu berarti perusahaan ini hanya kamu jadikan batu loncatan. Tersinggunglah HRD-nya!” (Rieka, 2011:187) Aku mengaduk-aduk tumpukan kardus berisi sepatu. Halah, iya, sepatu ibuibuku kan dipinjam Dinda waktu pacarnya wisuda! Mampus! Aku ubek-ubek lagi tumpukan sepatu. Yippie… ada sepatu bot sebetis! … “Di mana Wi wawancaranya?” “Jalan Kaliurang, Gie!” “Kilometer berapa?” “Walah, aku lupa! PT Tulung Agung dekat Alfamart katanya.” “Sial, kalau patokannya gitu bisa dua hari nyarinya. Mini market gitu kan bejibun sepanjang Kaliurang!” omel Ugie. (Rieka, 2011:288) Karena penasaran, aku klik file foto yang disertakan dalam email. WAKWAAWW! Aku bengong. Seorang India berusia setengah baya, okay, nggak apa-apa India juga, tapi posenya dong. Ia berbaring ala Cleopatra di sebuah tempat tidur queen size, memakai kemeja dengan bahan berwarna mencolok, yang kancingnya dibuka sampai… perut. Kalung rantai emas berdiameter lebih dari 3 cm melilit lehernya. Tak hanya itu… dari bukaan kancing tersebut bermunculanlah.. bulu dada yang super tebal seperti keset. Cukup? Belum. Tangannya memegang..aduh…, maaf.. selangkangan. Aku mendengar suara tawa Lona, ngakak puas tidak bisa berhenti. Sial. “HALAH! Ni orang! Boo.. desperate abis! Semacam elo lah, Saf. Butuh kencan, cocok banget. Ayo reply,” goda Ratu. “Sial! Ogah.” (Yunita, 2006:78)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Peluk cium (ahahahhaha…) Lona cintamu yang terpuruk dalam kerjaan kantor. Sial… (Yunita, 2006:99) “Jadi kamu mau apa, Lon?” Safina memandang gue dengan pandangan menggoda. “Mau balik lagi, kali….ngetes, apakah kalo dia balik lagi bakal disorakin apa enggak, bukan begitu, Jeng Lona?” Ratu menjawil siku kanan gue. “Good idea! Apa gue balik lagi aja kali ya?” tanya gue, bercanda tentunya. “AH, GILA LO!” Ratu mendelik. “Kenapa?” “Jangan!” Ratu menunjukkan ketidaksetujuannya. “Kenapa jangan?” “Soalnya…” Gue bener-bener berpikir, Ratu mengkhawatirkan keselamatan gue… tapi… “Soalnya, kalau nanti kamu balik tetep nggak disorakin, takutnya kamu sakit hati, Lon…,” sahut Ratu disambut Tiara dan Safina yang cekikikan. “SIAL!” (Yunita, 2006:121) “Tadi saya buka salah satu pintu toilet. Kirain kosong karena kunci dari luar menunjukkan warna biru yang mana berarti ngga dikunci kan?” “And then?” “Ya, pas saya buka pintu, ada cewek yang lagi ganti t-shirt di toilet.” “Hahahaha.. dadanya indah and now you’re falling in love with her?” “Bukaaannn.. justru dia ngebelakangi saya kok. Cuma bisa lihat punggungnya. Sial!” “Dasar gila! Hahaha..” (Yunita, 2006:129) “Lonaaa…. saya serius nih! Kalo Mr. Right itu Bonnie, ngga marah dong kalo saya rebut? Hehehehe.”
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Huhuhuu… jangaaannnn! Gue masih suka sama yang iniii… Hans ajaaaa, atau siapa lah yang mantan-mantan gue.” “Sial! Males saya sama bekas-bekasnya kamu…. Kembali ke pertanyaan saya, what is Mr. Right?” (Yunita, 2006:137) “Abis kamu belum mandi, sih, Tiara… harum rambut kamu tertutup sama bau ketek.” Aku lalu berusaha menahan biar ngga ketawa. Tapi susah. Tiara langsung melotot. “Sembarangan! Saya ngga bau ketek!” “Menurut gossip terpercaya, ketek Tiara kan gondrong.” Mata Ratu berbinar jahil. “Huahahuahauhuaa…” “Sial!” “Iihh.. Tiara, gua ngga nyangka, deh. Pantes dari tadi kok berasa ada demit di sini. Ternyata eloooo!” Lagi-lagi Ratu dengan komentar gilanya.… “Heran, deh, perempuan yang satu ini, bawel banget sih!” Ratu protes. “Gue ngga ada janji ketemu cowok hari ini. Jadi buat apa mandi? Lagiannn… aduuhhh, please, deh, Hon. Gue ngga mandi aja cowok-cowok dari tadi ngelirik gue terus.” (Yunita, 2006:156) “Iihhh!!! Cakeeepppnyaaa.. Saya kasih delapan, deh untuk fisik dan penampilan. Hahahahha…” Tiara lalu menulis angka 8 di atas tissue dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Persis seperti juri ice skating. Aku jadi ikut-ikutan nengok cowok itu. Damn! Emang cakep! Siaallll.. kenapa sih aku yang udah dandan cantik dan mandi ini ngga dilirik dia? (Yunita, 2006:157)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Lagunya… denger lagunya!” Spontan kami diam, lamat-lamat kami mendengar alunan suara Duta, Sheila on 7 menyanyikan lagu JAP. “Halah! Sheila on 7, boo! Jaman dulu banget gak sih?” cela Lona. “Alah, zaman dulu-zaman dulu juga, soundtrack kamu banget kan?” celetuk Tiara sambil menyeringai jahil. “Sial.” Lona tersenyum, pipinya semakin bersemu dadu. Tampak sekali ia salah tingkah (Yunita, 2006:217) Aku hanya bisa senyum. Iya ya. Aku lupa kalau Faris sudah tau namaku. “Boleh dinner bareng ngga?” “Oh! Dengan senang hati. Aku tadi janjian sama temen-temen. Tapi mereka ngga bisa dateng.” “Temen-temen atau temen?” “Temen-temen, kok!” Oops! Nada suaraku meninggi. Sial. Behave please! (Yunita, 2006:232) “Ih! Liat! Itu Safina udah ada di Mango lagi ajaa… liat dong di lengannya udah banyak ngejuntai baju-baju!” Tanpa berpikir dua kali, kami keluar dari kafe dan secepatnya menuju Mango. “Siaaaaal! Kita keduluan!” (Yunita, 2006:179) Aku ngerasa jadi sopir pribadi dia, gitu, deh. Kalau dia ada meeting, aku diminta nunggu. Pernah sampai pukul sembilan malam dan aku kelaparan! Trus aku ngajak dia makan dulu. Eh! Ternyata… bukan meeting gitu! Tapi ada rekan kantor dia yang ulang tahun dan makan-makan di kantornya. Siaaaal!!! Kenapa dia bilangnya meeting coba? (Yunita, 2006:196) “Siaal, tuh anak ngekos dimana sekarang? Kok tadi nggak bilang sudah pindah? Parah nih!” omel Tere deg-degan, soalnya kami baru saja melewati Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
kuburan tua. Huaaaa! Aku makin kencang komat-kamit dan memejamkan mata. Tere keringatan punggungnya. (Rieka, 2011:103). “Tere siaaaal! Tanggung jawab, bayarin biaya pengobatanku!” desisku. (Rieka, 2009:142) 126. Sialan Ehm, ternyata kemalangan gw gak berakhir sampai di situ. Ceritanya kemaren si Muti minjem kamera gw, mo nonton Christmast pagean. Ok. Gw pinjemin deh. Dan tadi gw ketemu dia di MSN messenger. Dan pas lagi di tengah” chat gitu dia tiba” mengganti display pic-nya dia, vanilla yummy: DICK. gw: Hoh? vanilla yummy: *ganti display pic dia* sekarang... gambar apaan dik? gw: ANJROT. SIALANNNN. vanilla yummy: huaahahahahhahahha. (Dika, 2005:59) SIALAN GW KEPERANGKAP DI DALEM LIFT AJA GITU LHO! (Dika, 2005:221) Satu” orang yang tidak merasa terkejut saat gw mengatakan bahwa gw bermarga Nasution, yang otomatis adalah marga Batak, adalah temen gw dari Malaysia, Ina. (Hai Na! Dia juga katanya suka baca blog ini). Kejadian ini terjadi saat gw lagi mengobrol” bareng Hari + Ina di kamar gw.. Gw: So Harianto is from this little village called Kediri. Harianto: *langsung misah misuh* Ehhh sialan. (Dika, 2005:230) “Nah itu, kala mengandalkan teknologi kayaknya kita bakal kehilangan Tiara nih, dia kan gaptek…” “Ah iya, ya?” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Sialan, kalian…” Tiara melemparkan tissue ke arah gue. (Yunita, 2006:3) “Huhuhu, ingat! Akyu belum pernah punya pacar… Sebaaalll!” Safina merajuk. “Hey. Sudahlah…, sama, saya juga nggak punya pacar.” Tiara memeluk Safina. “Tapi, at least, kamyu kan pernah pacaran?” “Iya sih Saf. Emang mending saya ke mana-mana.” “Sialan..” “Hahahaha…” (Yunita, 2006:6) “… Sama seperti monyet yang bergelantungan di pohon, gue percaya, monyet itu nggak bakal ngelepasin pegangan salah satu tangannya dari dahan, sebelum dia…” Lona diam sambil nunjuk Tiara. “Saya? Kan tadi lagi ngomongin monyet? Kok saya?” “Iya…,” Lona cengar-cengir. “Sialan! Emang saya monyet, apa?” Tiara protes, sebuah protes yang terlambat, seperti biasa. (Yunita, 2006:111) Lo laper yah, Pit?’ gue ngelat Pito dari kaca depan. Pito mengangguk pelan. Mukanya melas. ‘Ya udah, kita makan dulu, deh. Daripada ntar lo kelaperan terus makanin jok mobil gue.’ ‘Sialan lo.’ Pito siap-siap nyundul. (Dika, 2006:11) Gue bilang, ‘Iya, Put, jangan-jangan emang bener distemper.’ ‘Hahahahahhaa…’ Putri ketawa. ‘Ih, distemper itu kan mencret berdarah…, tapi cuman ada sama anjing! Hahahaha…’ Sialan, gue disamain sama binatang. (Dika, 2006:86)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Vina nyeletuk ‘Terus lo ubah, dong, penampian lo.’ ‘Ubah gimana?’ ‘Yah, gaya lo. Penampilan lo. Nih, lo bagus, deh, kalo rambutnya dipanjangin dikit.’ Gue membayangkan rambut gue panjang dikit sambil senyum-senyum najong. Iya yah, cocok juga. ‘Terus abis itu dagunya dinaikin.’ Gue membayangkan dagu gue dinaikin. ‘Abis itu idungnya dipencet.’ Gue membayangkan idung gue dipencet. ‘Dan kuping lo dilebarin.’ Gue membayangkan gue sebagai Dumbo versi babi. ‘Sialan lo, Vin.’ ‘Hahahahahha. Goblok lo. Tenang, pokoknya ama gue beres. Soal pacar-pacaran gitu, gue ajarin dah. Sekarang, lo tulis, deh, tuh surat pendek dulu.’ (Dika, 2006:134) Kesal. Marah. Sebal. Semua rasa itu membuat kening Maya berkerut. Ia berteriak memaki Hari. Selama ini ternyata Hari telah membohonginya. Mug yang berisi kopi nyaris terjatuh saat Maya menggebrak meja keras-keras. APAAAAAA?! Gue? Demit? Sialan!!! Kurang ajar!!! Ternyata si Nenek Sihir itu punya sebutan buat gue juga. Hari. DASAR KADAL LO! (Yunita, 2004:68) “BANDUNG GELAP YA!” Tiba-tiba Maya mendengar koor lima orang cowok mahasiswa UTP yang sedang duduk santai tak jauh dari labtek. Sialan! (Yunita, 2004:72) Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Maya tersenyum. Rini seperti yang menyindir. “Lu siap buat ngga buka-buka inbox-nya Hari nih nanti malem?” “Tadi siang sebelum gue ke sini, udah gue cek.. ternyata Hari udah ngeganti password-nya. Sialan!” (Yunita, 2004:217) “Sialan kowe, nipu aku! Kebangetan. Aku malas kuliah, takut cantikku luntur! Aku titip absen aja. Kamu kan dah jago niru tanda tanganku to! Tar aku pinjem catatan atau kamu menceritakan ulang kuliahnya Pak Andung padaku, gimana? Sepakat?” kata Sofia menutup pintu kamarnya keras-keras. (Rieka, 2009:57) “Lah, wajar kalau Sarah mah! Dia rumahnya dekat terminal, dia ketua Gali di Cirebon sana!” belaku. Yang dibela manyun. “Sialan loo, kribo!” (Rieka, 2009:59) “Sialan, kamu nyumpahin aku ya, Sof? Jangan underconstruction, eh apaan tuh istilahnya? Under…” “Underwear? Underdog?” tebakku. “Dih, maksudku jangan under estimate sama anak gaul kayak kami dong! Kami tuh anak muda yang cerdas, berpendidikan dan punya visi masa depan yang jelas!” (Rieka, 2009:111) Di pinggir jalan, berkali-kali kami diklakson dan diberi bonus cengiran jahil pengendara motor dan mobil yang lewat. Dikiranya mau beroperasi kali ya. Sialan banget. (Rieka, 2009:150) “Gie, pinjam duitmu dulu ya? Tanpa bunga kan?” bisikku. “Sialan, memangnya aku rentenir? Membungakan uang? Busung ntar perutku!” (Rieka, 2009:219) Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Sialan.
Masa, aku dbilang gampang dirayu, begitu disanjung, royal deh
keluarin duit. Ah, dasar sirik loe pade. (Rieka, 2011:26) “Kalian tahu tidak, dai habis nembak aku. Pengen aku jadi pacar dia. Gila apa!” Aku, Tere, dan Sarah ternganga. Saling pandang kayak orang bego. Enggak menyangka drama Alisha-Dian segitu parahnya. “Kukira dia itu tulus bersahabat denganku. Tahunya ada maunya. Sialan! Mana pakai mengancam mau bunuh diri kalau ditolak!” “Cuekin saja, Sha. Paling hanya omong besar,” timpal Sarah. “Aku sih enggak masalah, kalau dia selalu mengancam mau bunuh diri. Tapi, dia bilang mau bunuh diri di kosan ini. Merepotkan banget to jadi orang!” omel Alisha panjang lebar. Gubrak. (Rieka, 2009:97) “Dew, jangan bohong deh. Kamu lagi makan Cadbury kan? Baca Mary Higgins?” Sialan. Alisha sudah mengintip di jendela dari tadi. Aku lengah. “Kenapa Sha?” “Dew, tolong aku dong! Temani ke kebun ya! Tomat segar, timun, melon, semangka, jagung memanggil-manggilmu lho. Mereka butuh kita agar tetap hidup!” Aku menggaruk-garuk kepala. Kamar Tere, Sasha, Julia, dan Sarah senyap. Sial, padahal sejam yang lalu mereka masih cekikikan kek sundel bolong di depan kamarku. Pasti mereka abur ke Mbak Nem! Curaaaaang..!! (Rieka, 2011:113) “Udah sikat saja, atau Rivan buatku nih?” kata Sarah ketika aku main di kamarnya. “Kapan lagi ada cowok tajir deketin kamu…” “Sialan!” Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Biasanya kan hanya cowok aneh yang deket-deket.” (Rieka, 2011:125) “Dew, semalam kamu dicium siapa tuh, sampe jontor begitu!” Alisha terduduk memegang perutnya. “Semalam ada Tony, kan? Dia menciummu paksa ya?” timpal Tere. Sialan. (Rieka, 2011:136) “Asyik ya, masih muda punya ruma dan kendaraan sendiri,” Sofia berkhayal. “Aku juga mau ah suatu saat dengan Dedek punya rumah kayak gini.” “Kalau kalian, pasti awalnya tinggal di rumah gedek,” potong Ugie sadis. “Sialan lu Gie, nyumpahin gue.” (Rieka, 2011:145) “Iya, kebetulan pula aku pas lewat naik motor dengan Teguh. Lihat ada kerumunan di pinggir selokan, aku suruh Teguh berhenti. Kami melongok eh ada cewek gendut menggapai-gapai di air. Astaghfirullah, ternyata Sasha!” lanjut Karen. “Eh, sialan loe, Ren. Ngatain gua, loe ya! Tapi karena lo sudah berjasa, enggak apa deh kumaafkan. Karen langsung jejeritan dengan cemprengnya, ‘Itu teman saya, tolongin Pak!’ langsung aku ditolong orangorang deh.” (Rieka, 2011:185) “Kalau lihat bintang kamu Pisces alias ikan, kamu cocoknya jadi tim Baywatch Parangtritis atau tukang ikan,” kata Mbak Leslie. “Sialan. Tapi benar lho. Aku maunya tuh jadi juru rias terkenal, make up artist. Bukannya menghitung laba-rugi atau mnganalisis perusahaan mo bangkrut kagak, bodo amat,” Sarah mengeluarkan rokoknya. “Ahh… stress!” (Rieka, 2011:261)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
127. Sinting Melihat sikap Maya, Rini kembali memanas-manasi. “Hari bener-bener harus dikasih pelajaran, May. Udah datengin aja dia mumpung ketauan lagi berduaan sama si Nenek Sihir itu. Labrak dong. Seenaknya aja mutusin elu. Hari… Hari… Sinting banget sih lu jadi orang!” (Yunita, 2004:48). “Hari sendiri yang bilang. Udah ah, gua tinggal dulu ya… Kudu ngejar kuliah di tempat laen nih.” Indra berlalu meninggalkan Maya. WHAT THE…. Si Buaya Darat itu ngeluarin statement gila yang ngebalikin fakta yang sebenernya??? SINTING banget tuh orang!!! Udah jelas dia yang kayak gitu… EH, malah ngelempar isu gue yang punya cowok baru lagi! (Yunita, 2004:85) “Kambing guling kaleee..” kata Anna sewot. Ia mengendus-endus rambut dan bajunya yang kebauan asap masakan tumis cumi kangkung. Kamarnya kan termasuk paling dekat dengan TKP hingga ia selalu jadi korban asap kiriman chef kesasar. “Mbaak, akhirnya aku berhasil keramas setelah sejam mengantri kamar mandi… eehh, tuh malah kirimin asap pagi-pagi! Sinting!” teriaknya emosi. “Gimana mau kuliah coba kalo kek gini?” (Rieka, 2009:30). Begitulah, hari berlalu seperti biasa. Vera dengan penyakit masakholicnya yang kayaknya sudah mencapai tahap akut. Bagaimana nggak, pulang malam buta pun dia sempatkan meracik sesuatu di dapur hingga asapnya merebak ke mana-mana bikin anak kosan bengek berjamaah. Sinting! (Rieka, 2009:32). “Sial, itu mug aku! Main embat saja!! Polissiii!” bisik Sofia panik. …
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
“Hah, hujan deras kayak gini dibilang panas? Kalian memang sinting!” omel Sasha. (Rieka, 2011:75). Sekarang giliran gue hamil, kok elu tega sih ninggalin gue?” Jes menggenggam erat lengan Boy. “Lu udah nggak sayang gue lagi apa?” Laki-laki itu menarik napas dalam. “Iya kali, gue udah nggak sayang lagi sama elu.” “Sinting!” (Yunita, 2007:96). 128. Sok tahu (sotoy) Keluar dari daerah kampus, gue bingung gimana caranya pulang sampai ke asrama. Tadi pagi, gue sempat ngapalin jalan dari stasiun bus ke arah universitas, tetapi sekarang, untuk menelusuri arah balik, gue benar-benar lupa. Berbekal ilmu sotoy, gue nyoba jalan kaki ke arah stasiun bus, dan beberapa belokan kemudian, gue resmi nyasar. (Dika, 2011:124). ‘Fine? Hehehhee..’ Gue ketawa kecil. ‘What?’ ‘No, it’s just… the way you say “fine”. Doesn’t sound fine enough for me.’ Dia diem sebentar, ‘Well, in our life there’s always some problem, mate.’ ‘Love problem?’ Gue nanya. Yes, sotoy abis. Mendingan gue tutup mulut deh daripada nyerocos sotoy dan end up digampar bolak-balik sama bule kandidat pemenang WWF ini.. (Dika, 2006:51). Kadang, sering ngerasa gue kena Alzheimer. Gue sering lupa ama berbagai macam hal, dan hal ini berefek pada kehidupan sehari-hari gue. Misalnya, waktu SMA dulu gue sempet masuk kamar mandi, sabunan, lalu jerit kaget gara-gara ternyata gue sabunan pake odol Pepsodent! Waktu gue bilang sama nyokap, dia bilang, ‘Itu mah bukan Alzheimer, Dik. Itu namanya… BEGO.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Gue ngeliatin muka Toni dan berkata sotoy, ‘Penyakit otak? Kehilangan ingatan gitu ya? Kayak Alzheimer gitu?’ ‘Bukan,’ kata Toni dengan pandangan kosong. Mukanya serem. ‘Gue bukan Alzheimer.’ ‘Ah, terus apaan?’ ‘Gue Schizoprenia.’ (Dika, 2007:33). 129. Sompret Pas pagi harinya, gw bangun… lalu melihat ke arah SiJamYangHarganyaMayanMahalTapiSuaranyaCempreng, dan terkejut melihat ternyata… UDAH PUKUL 9 PAGI DAN KELAS GW PUKUL 8.30 DAN KUTU KUPRET ITU SEHARUSNYA BANGUNIN GW PUKUL 7.30. SOMPRET LU UDAH GW BELI MAHAL” TAPI GA BISA BANGUNIN ORANG. (Dika, 2005:116). 130. Sumpah Satu hal yang gw ga bisa lewatkan di Jakarta adalah ngobrol ama nyokap + bokap gw di meja makan. Klo kita bertiga udah ngumpul di meja makan, apa aja bisa kejadian. Kemaren pas kita lagi ngobrol”… Nyokap: (lagi di tengah” ngobrol) iyahh.. tau gak Dik.. masa yah dia tuh bolot banget! Bokap: (tampang cengok) hah? Apa sih bolot itu ma? Nyokap: Papa gak tau bolot? Ya ampun bokap kita Kung, kampungan banget ya! Gw: (ngakak) hahaha… tau papa gimana sih Bokap: Apaan sih bolot itu, Kung? Gw: Uumm.. tanya mama ajaa.. Nyokap: nih ya pa, bolot itu adalah B-U-D-E-K.. Bokap: HAH? SIAPA YANG BUDUK? Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Hahahahahhahaha, sumpah gw ngakak gak ketulungan ngedenger percakapan paling gak nyambung abad ini. (Dika, 2005:183). “Oh my God… Jadi, Trini… istri Hans itu… kakak Lang?” “Iya, Trini, gua sempat kenalan dengan perempuan itu.” “Ih, sumpah lo, Trini kan rese banget.. waktu tau gua sedang dekat dengan Hans, dia terus-menerus meneror gue bahkan sampai sekarang.” (Yunita, 2006:57). Gua cukup takjub melihat Safina yang lembut dan manja itu marah-marah. Sumpah! Jarang banget ngeliat dia hipertensi kayak gini (Yunita, 2006:142). Permintaan Hilman agar saya datang ke resepsi pernikahannya telah menghabiskan energi saya untuk menangis setiap malam. Dan keesokan paginya saya harus mengompres kedua mata ini agar tidak terlihat sembap. Aduh, terima kasih untuk Lona sebagai PR Unique yang selalu memberikan saya tips berdandan cantik dan terlihat segar. Membuat teman-teman sekantor tidak ada yang menyadari hobi menangis saya. Sumpah! Saya sedih berat… dan kalau saya sedih, saya selalu menyibukkan diri dengan segala cara. Kalau di kantor, semua pekerjaan dapat dengan cepat saya selesaikan. Tugas membuat silabus dan kurikulum untuk semester-semester berikutnya, bahkan rancangan acara untuk open house akhir tahun, kurang dari satu jam sudah selesai. (Yunita, 2006:146). Dan isi biodata, lengkap dengan makanan kesukaan, minuman favorit, artis kesayangan, sumpah bego abis. Mana gue ngarti kalo surat yang Katie minta itu adalah surat cinta bukannya surat biodata-biodata gini. (Dika, 2006:64). Di sebelah kiri duduk Deta, temen di majalah tempat gue kerja. Kebetulan kita baru dari Taman Mini Square untuk ketemuan sama seorang penulis. Perut Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
gue bergejolak lagi. Mampus. Pasti gara-gara pizza jahanam yang tadi gue makan. ‘Deta.’ Gue memanggil Deta yang dari tadi bengong ngeliatin jalan tol. ‘Ape?’ Dia nengok ke arah gue. ‘Gue. Kebelet. Boker. Sumpah.’ ‘Najis lu. Kayak ayam aja. Boker di mana-mana.’ (Dika, 2007:114). ‘Lo mo ngapain lo?’ Deta terlihat panik. ‘Gue gak tahan lagi. Sumpah. Itu di depan ada laundry. Gue coba ketok dan gue coba selamatkan diri gue di sana.’ ‘Sumpe lo?’ ‘Sumpe dah roda tiga.’ Gue ngebales Deta yang sempetnya ber-‘sumpe lo’ dengan gaya ABG minta ditimpuk pake bata. (Dika, 2007:153) Pulangnya dari stasiun radio, gue makan siang bareng sama Anas, temen gue di Surabaya. Di sebuah rumah makan pinggir jalan kita duduk bertiga, dengan adeknya Anas juga. ‘Gimana tadi, Dik, talkshow-mu di radio itu?’ ‘Freak,’ kata gue singkat. Gue sambil melihat-lihat makanan apa judulnya enak. ‘Sumpah, itu talkshow paling freak yang pernah gue datengin!’ (Dika, 2007:180). “Sumpah, edan banget tuh cowok. Masak seminggu lagi wisuda, bunuh diri? Kita aja pengen cepet lulus tapi belom kesampean! Mbak-mbak sebelah malah nggak lulus-lulus tetap santai.” (Rieka, 2011:210). Terus si wanita Asia tersebut jalan mendekat ke arah gw. Pas dia lagi papasan ama gw, gw berkata dengan pede: Gw: YA OLOH. DARI DEKET KOK KAYAK PATUNG ASMAT. -> sumpah, jangan ditiru. Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
Si wanita melengos pergi. Lalu tanpa terduga, si Steven, temen gw yang juga tinggal di kawasan apartemennya Anaz, yang juga lagi jalan di samping gw, nengok ke gw: Steven: Dik.. Gw: Hah? Knp? Steven: GOBLOK LO. ITU KAN ORANG INDONESIA. Mampus deh gw. (Dika, 2005:103). Sumpah yah, satu kelas gw langsung pada cekikikan semua ngeliatin gw yang dengan tampang cengok, bego, lugu, dan tak berdaya berdiri di depan kelas sambil pelan” ngunyah kentang goreng dan bawa” kantong gede berisi kentang goreng di tangan kanan. (Dika, 2005:108). 131. Superkesal “IIIHHH… ini penghinaan kelas beratttt.” “Hahahahahhahahaaa… makan tuh tampil cantik.” Lona tertawa bahagia. Aku superkesal melihat tingkah mereka. “Ihhh… kesel, kesel, kesel!” (Yunita, 2006:159). 132. Titit Jadi wiken kemaren gw menghabiskan total 15 jam naek Garuda Indonesia. Dan gw masi kesel banget ama Garuda, soalnya mereka (masih aja) telat mulu. Gak cocok ama namanya, burung garuda kan gagah, keren, gak pernah telat. Mendingan tuh maskapai penerbangan ganti nama aja pake nama burung” yang laen, Perkutut Indonesia kek ato Titit Indonesia sekalian. Huhuhuuh. *masi kesel*. (Dika, 2005:164). 133. Tolol ‘Kok diem?’ tanya Dora. ‘Gue berani bayar mahal.’ Begitu gue mau membuka suara, Bayu tiba-tiba nyamber, ‘Goceng.’ Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
‘Sip. Goceng,’ kata Dora sambil mengeluarkan gocengan dan memberikannya kepada Christopher. Dora pun pergi. Hening. ‘Goblok lo, tolol!’ jerit gue. ‘Kenapa goceng? Goceng kita bagi empat masing-masing juga cuman dapet seribu dua ratus lima puluh, bego!’ (Dika, 2010:30—31). 134. Trenggiling kampret Ternyata… KELAS MATEMATIKA SI ALF TRENGGILING KAMPRET ITU KELAS BUAT ANAK-ANAK TEKNIK LANJUTAN. Pantesan aja susah! Otak gue yang masih level sempoa gini dipaksa buat ngitung-ngitung tetek bengek kayak gitu. (Dika, 2007:173). 135. Tukang ngibul Aku, Tere, dan Sasha berulangkali mencoba menghubungi majikan Betty, perempuan yang tega menelantarkan peliharaannya. Si Alisha yang sudah dua hari nggak pulang ke kosan. Perempuan yang sudah bersumpah bakal mengutamakan kepentingan Betty di atas segalanya. Huh, tukang ngibul! (Rieka, 2009:87)
136. Tukang pelet Meski tidak terlalu jelas, Maya yakin perempuan itu adalah Junissa Daniarti. Rambutnya lurus melebihi pundak. Tingginya mungkin sekitar 1.65 M, berkaki panjang, mengenakan jeans biru gelap dan kaos pink ketat dengan lengan sesikut yang bertuliskan ‘COOL’ IS MY MIDDLE NAME. Tukang Pelet is YOUR middle name and that is not cool at all. (Yunita, 2004:171).
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012
137. Tulalit “Christian Bautista cakep banget, ya, di Jomblo?” seru Tiara. “Heh? Christian Bautista? Main Jomblo?” Ratu berhenti berjalan, menoleh ke arah Tiara dengan pandangan “Nggak salah orang?”—dan bertahan dalam posisi demikian selama beberapa detik. Kemudian gue, Ratu, dan Safina ngakak. Ni anak pasti tulalit lagi, deh. “Kenapa sih?” “Maksud lo, Christian Sugiono kaleeee…” Gue mendorong bahu Tiara. “Oh, bukan Bautista, ya?” Tiara cengar-cengir. Aduh, Miss Bolot ini… (Yunita, 2006:117)
Universitas Indonesia
Ungkapan serapah..., Syalita, FIB UI, 2012