UNIVERSITAS INDONESIA
DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT WASKITA KARYA PROYEK WORLD CLASS UNIVERSITY DI UNIVERSITAS INDONESIATAHUN 2012
SKRIPSI
AGUSTINA NUR SALAMAH 0806335504
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DEPOK JULI 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT WASKITA KARYA PROYEK WORLD CLASS UNIVERSITY DI UNIVERSITAS INDONESIATAHUN 2012
SKRIPSI Ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
AGUSTINA NUR SALAMAH 0806335504
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DEPOK JULI 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Agustina Nur Salamah
NPM
: 080633550
Tanda Tangan : Tanggal
: 7 Juli 2012
ii
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: : Agustina Nur Salamah : 0806335504 : S1 Reguler : Dermatitis Kontak pada Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Tahun 2012
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Izhar M. Fihir, MOH., MPH
(.................................)
Penguji I
: dr. Yovsyah , M.Kes
(…………………….)
Penguji II
: Kurniawan, SKM
(…………………….)
Ditetapkan di : Depok Tanggal : 7 Juli 2012
iii
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama
: Agustina Nur Salamah
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0805335504
Mahasiswa Program
: Sarjana Kesehatan Masyarakat
Tahun Akademik
: 2008
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul: “Dermatitis Kontak Pada Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Proyek World Class University di Universitas Indonesia Tahun 2012”. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Depok, 7 Juli 2012
(Agustina Nur Salamah)
iv
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dr. Izhar M. Fihir, MOH., MPH selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing Skripsi, atas bimbingan, dukungan dan sarannya kepada penulis sejak awal penulis masuk ke jurusan K3 FKM UI hingga saat ini. 2. Bapak Drs. Ridwan Z. Sjaaf, MPH selaku Ketua Departemen K3 FKM UI 3. Bapak dr. Yovsyah
, M.Kes selaku
penguji skripsi atas kesediaan
waktunya, masukan dan saran kepada penulis. 4. Bapak Kurniawan, SKM selaku penguji skripsi atas kesediaan waktunya, bantuan dan saran yang diberikan kepada skripsi penulis. 5. Pak Tedy, Ka Sulis, ka Yuda, dan pekerja konstruksi PT Waskita Karya. Terimaksih telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis. 6. Orangtua dan seluruh anggota keluarga di rumah atas doa, nasihat dan dukungan kepada penulis yang tiada hentinya. 7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan doa dan semangat: Aida, Sekar, Ayu, Fifi, Trio, Yona 8. Teman-teman satu bimbingan:Cicit, Adel, Ka Brian. 9. Teman kos Oka, Ayu Mely dan imar atas doa dan semangatnya. 10. Mba Esi, Megi, Erni, Tika yang juga banyak membantu. 11. Ka Gawul, Ayu, Widya, Erna. Terimakasih atas doa dan perhatiannya.
v
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
12. Seluruh teman-teman S1-4 K3 FKM UI angkatan 2008 dan seluruh temanteman FKM UI angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Juli 2012
Penulis
vi
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Agustina Nur Salamah
NPM
: 0806335504
Program Studi
: S1 Reguler
Departemen
: Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas
: Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya
: Skripsi
demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Dermatitis Kontak Pada Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Proyek World Class University di Universitas Indonesia Tahun 2012” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media format, memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 7 Juli 2012 Yang menyatakan
(Agustina Nur Salamah)
vii
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Agustina Nur Salamah
Tempat tanggal lahir : Kebumen, 20 Agustus 1990 Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Karanggedang RT 04 RW 03 no 11. Kecamatan Sruweng. Kabupaten Kebumen. Jawa Tengah 085227499109
[email protected]
Riwayat Pendidikan: 1. Universitas Indonesia
Periode 2008-2012
Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. SMUN 1 Kebumen
Periode 2005-2008
3. SLTPN 1 Karanganyar
Periode 2002-2005
4. SDN 1 Karanggedang
Periode 1996-2002
5. TK Mekar Sari
Periode 1995-1996
viii
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Agustina Nur Salamah Program Studi : S1 Reguler Judul : Dermatitis Kontak Pada Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Proyek World Class University di Universitas Indonesiatahun 2012 Dermatitis kontak merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan diantara para pekerja konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian dermatitis kontak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pekerja konstruksi PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University. Metode untuk pengumpulan data adalah kuesioner dimana responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang dibagikan. Hasil survei menunjukkan prevalensi dermatitis kontak adalah 34,9%. Sebanyak empat faktor yang diteliti tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan dermatitis kontak. Empat faktor yang diteliti adalah lama bekerja, riwayat atopi, penggunaan APD dan higiene perorangan.
Kata Kunci
: Dermatitis, Dermatitis Kontak, Pekerja, Konstruksi
ix
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
ABSTRACT
Name : Agustina Nur Salamah Study Program: Bachelor Degree Title : Contact Dermatitis Among Construction Workers PT Waskita Karya World Class University Project in University of Indonesia Year 2012 Contact dermatitis is one of the most frequently reported health problems among construction workers. The objective of this research is to see the incidence of contact dermatitis and to investigate factors related to contact dermatitis among construction workers at PT Waskita Karya World Class University project. Methodology used for data collection was using a questionnaire in which respondents were asked to fulfill a self-completion questionnaire. The analytical result showed the prevalence of contact dermatitis is 34,9%. There are 4 (four) factors were investigated which are not significantly related to contact dermatitis. They are working period, history of atopy, the use of PPE (Personal Protective Equipment), and personal hygiene. Key word
: Dermatitis, Contact Dermatitis, Worker, Construction
x
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5 1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................. 5 1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 5 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6 1.5.1 Bagi Peneliti .................................................................................... 6 1.5.2 Bagi Akademisi ............................................................................... 6 1.5.3 Bagi PT Waskita Karya ................................................................... 6 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6 2. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 7 2.1 Pajanan Bahaya Kimia di Tempat Kerja ................................................... 7 2.2 Kulit ......................................................................................................... 8 2.2.1 Struktur Kulit .................................................................................. 8 2.2.2 Fisiologi Kulit ............................................................................... 10 2.3 Definisi dan Klasifikasi Dermatitis Kontak............................................. 10 2.3.1 Dermatitis Kontak Iritan ................................................................ 11 2.3.2 Dermatitis Kontak Alergi............................................................... 11 2.4 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak ....................................................... 12 2.5 Patofisiologi Dermatitis Kontak ............................................................. 13 2.5.1 Patofisiologi Dermatitis Kontak Iritan ........................................... 13 2.5.2 Patofisiologi Dermatitis Kontak Alergi .......................................... 14 2.6 Diagnosis Dermatitis Kontak Akibat Kerja ............................................. 14 2.7 Faktor Predisposisi Dermatitis Kontak ................................................... 16 2.7.1 Usia ............................................................................................... 16 2.7.2 Jenis Kelamin ................................................................................ 17 xi
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
2.7.3 Ras ................................................................................................ 17 2.7.4 Riwayat Atopik ............................................................................. 18 2.7.5 Faktor Lingkungan ........................................................................ 19 2.7.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri .................................................... 19 2.7.7 Personal Hygiene ........................................................................... 19 2.8 Bahan Kimia di Sektor Konstruksi ......................................................... 20 2.8.1 Semen ........................................................................................... 20 2.8.2 Karet ............................................................................................. 22 2.8.3 Formaldehide................................................................................. 22 2.8.4 Cat................................................................................................. 23 3. METODE .................................................................................................. 24 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 24 3.2 Hipotesis ................................................................................................ 24 3.3 Komponenen Penelitian ......................................................................... 26 3.4 Desain Penelitian.................................................................................... 31 3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31 3.6 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 31 3.7 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 32 3.8 Manajemen Data .................................................................................... 32 3.9 Analisis Data .......................................................................................... 33 3.9.1 Analisis Univariat .......................................................................... 33 3.9.2 Analisis Bivariat ............................................................................ 32 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 34 4.1 Deskripsi Dermatitis Kontak Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya ....... 34 4.2 Analisis Variabel-Variabel Penelitian ..................................................... 35 4.2.1 Lama Bekerja ................................................................................ 37 4.2.2 Riwayat Atopi ............................................................................... 38 4.2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ......................................... 39 4.2.4 Personal Hygiene ........................................................................... 41 4.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 42 5. PENUTUP ................................................................................................. 44 5.1 Simpulan ................................................................................................ 44 5.2 Saran ...................................................................................................... 44 5.2.1 Bagi PT Waskita Karya ................................................................. 44 5.2.2 Bagi Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya ................................... 45 5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ........................................................... 46 DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 47 LAMPIRAN
xii
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Kulit ................................................................................. 9 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 24
xiii
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Komponen Penelitian ...................................................................... 26 Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Riwayat Kontak ........................................... 34 Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Dermatitis Kontak ....................................... 34 Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Lama Bekerja, Riwayat Atopi, Penggunaan APD dan Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak 36 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ............ 37 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Atopi ........... 38 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan APD ...... 39 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Personal Hygiene ...... 41
xiv
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DAFTAR SINGKATAN
APD CPWR Depnaker FKUI RSUPN HCHSA Hiperkes HSE NIOSH OR Perdoski SHARP WHO
: Alat Pelindung Diri : The Center to Protect Workers’ Rights : Departemen Tenaga Kerja : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Rumah Sakit Umum Pusat Nasional : Health Care Health & Safety Association : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja : Health and Safety Executive : National Institute for Occupational Safety and Health : Odds Ratio : Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia : Safety & Health Assessment & Research for Prevention : World Health Organization
xv
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.
Kuesioner Hasil Olah Data Berdasarkan SPSS Surat izin penelitian
xvi
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penyakit kulit akibat kerja menduduki tempat kedua tertinggi diantara
penyakit-penyakit akibat kerja, setelah kelainan saluran pernafasan akibat kerja (Health and Safety Executive, 2000). Dermatitis kontak adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling sering terjadi. Sekitar 90%–95% dari seluruh penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak (NIOSH, 2011). Ada dua jenis dermatitis yang sering berhubungan dengan pajanan akibat kerja, yaitu dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan (Trihapsoro, 2003). Dermatitis kontak dapat menurunkan produktivitas pekerja (Trihapsoro, 2003). Pekerja menjadi terbatas dalam melakukan tugas, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan, hasil kerja kurang dari yang diharapkan, dan kesulitan dalam melakukan pekerjaan (Zhi Lau et al., 2011). Dermatitis kontak akibat kerja juga memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan. Di banyak negara, dermatitis kontak akibat kerja menduduki peringkat pertama di antara penyakit akibat kerja yang dilaporkan dan menyebabkan hingga 30% hutang kompensasi (Diepgen & Coenraads, 1999). Sekitar empat juta hari kerja diperkirakan hilang setiap tahun karena absenteisme akibat dari penyakit akibat kerja tersebut (J. English, 2001). Di Inggris, sejak tahun 1996, masalah kulit menyumbang 23,4 % dari semua masalah kesehatan kerja. Dalam sebuah penelitian dari 954 pekerja dengan dermatitis kontak akibat kerja, 61% telah kehilangan waktu dari pekerjaan karena penyakit kulit (Wall dan Gebauer, 1991). Berdasarkan penelitian Mathias (1985), di Amerika Serikat biaya tahunan untuk penyakit dermatitis kontak akibat kerja diperkirakan antara $ 222 juta sampai $ 1 miliar (Mathias, 1985 dalam Diepgen & Coenraads, 1999). Selain dampak ekonomi, dermatitis kontak akibat kerja memiliki dampak yang cukup berarti pada kualitas hidup penderitanya (Hutchings, 2001). Dermatitis kontak akibat kerja dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental (Wallenhammar et al., 2004;
1 Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
2
Soder et al., 2007; Matterne et al., 2009). Dermatitis kontak juga dapat berdampak besar pada hubungan sosial atau interpersonal (Zhi Lau et al., 2011). Angka insiden dermatitis kontak akibat kerja di kebanyakan negara bervariasi antara 5 dan 19 kasus per 10.000 pekerja per tahun (Dickel H et al., 2001). Di Denmark, angka insiden dermatitis kontak akibat kerja sekitar 8 per 10.000 pekerja per tahun (Halkier-Sorensen, 1996 dalam Diepgen & Kanerva, 2006). Di Jerman, kejadian dermatitis kontak akibat kerja tahun 1990-1999 adalah sekitar 6,7 kasus per 10.000 pekerja per tahun (Dickel H et al., 2001). Data di Inggris menunjukkan 129 kasus per 1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Health and Safety Executive (HSE) menyatakan bahwa antara tahun 2001 sampai 2002 terdapat sekitar 39.000 orang di Inggris terkena penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau sekitar 80% dari seluruh penyakit akibat kerja (Health and Safety Executive, 2006). Di Amerika berdasarkan Bureau of Labor Statistics (1999), beberapa industri, memiliki tingkat insiden dermatitis kontak akibat kerja yang sangat tinggi dengan tingkat insiden per 10.000 pekerja di atas 16,8 (Belsito, 2005). Sementara di Australia, tingkat insiden dermatitis kontak akibat kerja adalah 20,5 per 100.000 pekerja. Sedangkan prevalensinya adalah 34,5 per 100.000 (Keegel et al., 2005). Sedangkan di Singapura, berdasarkan penelitian retrospektif selama 10 tahun, dari 956 pasien dengan penyakit kulit akibat kerja ditemukan bahwa dermatitis kontak menyumbang sebesar 97,2 %, dengan dermatitis kontak iritan sebanyak 61,2 % sedangkan dermatitis kontak alergi sebanyak 36 % (Goon & Goh, 2000). Effendi (1997) melaporkan insiden dermatitis kontak akibat kerja sebanyak 50 kasus per tahun atau 11,9% dari seluruh kasus dermatitis kontak yang didiagnosis di Poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (www.scribd.com). Pada studi cross sectional di perusahaan otomotif di Jawa Barat, ditemukan tingkat insidensi laju dermatitis kontak sebesar 65% per seratus pekerja, dan prevalensinya 74% per seratus pekerja (Nuraga dkk., 2008). Sedangkan data dari Balai Hiperkes Depnaker RI menunjukkan hampir 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
3
akibat kerja. Sedangkan data Perdoski (2009) menunjukkan sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergi (Saftarina dkk., 2011). Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja. Dermatitis kontak dapat dipengaruhi oleh masa kerja seseorang. Penelitian yang dilakukan di di tempat pelelangan ikan Tanjungsari Kecamatan Rembang terhadap nelayan menyimpulkan bahwa sebagian besar pekerja yang menderita dermatitis kontak memiliki masa kerja ≤2 tahun (Cahyawati & Budiono, 2011). Penelitian lain pada 80 pekerja industri otomotif menunujukkan bahwa pekerja dengan masa kerja ≤2 tahun memiliki peluang 3,5 kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang telah bekerja selama >2 tahun (Lestari dan Utomo, 2007). Masa kerja seseorang menentukan tingkat pengalaman seseorang dalam menguasai pekerjaannya. Para pekerja yang telah bekerja lebih dari dua tahun telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan maupun alergen, sehingga penderita dermatitis kontak pada kelompok ini cenderung sedikit ditemukan (Cahyawati & Budiono, 2011). Disamping itu, dermatitis kontak juga dipengaruhi oleh riwayat atopi. Penelitian terhadap pekerja di perusahaan batik menunjukkan bahwa riwayat atopi memiliki korelasi dan hubungan yang signifikan dengan timbulnya dermatitis kontak iritan (Sulistyani dkk., 2010) dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari & Utomo tahun 2007 menyebutkan 51,3% penderita dermatitis kontak iritan memiliki riwayat atopi (Lestari dan Utomo, 2007). Pekerja dengan dengan dermatitis atopi memiliki peningkatan kerentanan terhadap dermatitis kontak iritan, hal ini terbukti dengan data epidemiologi (Nilsson et al. 1985 dalam Chew dan Maibach, 2003; Nilsson & Knutsson 1995 dalam Chew dan Maibach, 2003) dan menurut studi klinis terkontrol (Gallacher et al., 1998 dalam Chew dan Maibach, 2003). Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak. Lestari dan Utomo (2007) melaporkan bahwa pekerja dengan penggunaan APD yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 pekerja terkena dermatitis kontak. Sedangkan dengan penggunaan APD yang kurang baik, pekerja Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
4
yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 pekerja. Kelompok pekerja yang kadang-kadang menggunakan APD mempunyai risiko 8,556 kali lebih tinggi terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan kelompok pekerja yang selalu menggunakan APD (Nuraga dkk., 2008). Baik tidaknya personal hygiene pekerja juga berpengaruh terhadap dermatitis kontak. Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak (Lestari dan Utomo, 2007). Data hasil penelitian Cahyawati & Budiono (2011) menunjukkan sebanyak 13 responden (65%) yang memiliki personal hygiene buruk menderita dermatitis, selebihnya 7 responden (35%) yang memiliki personal hygiene baik menderita dermatitis. Dermatitis kontak adalah salah satu masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan diantara para pekerja konstruksi (Winder & Carmody, 2002). Dari data surveilen di Jerman teridentifikasi sebanyak 2702 kasus pada pekerja konstruksi yang diduga merupakan dermatitis kontak akibat kerja (Plinske et al., 2001 dalam Uter et al., 2004). Berdasarkan analisis data US Supplementary Data System ditemukan pekerja sektor konstruksi termasuk dalam peringkat tiga untuk kasus penyakit kulit akibat kerja setelah sektor pertanian dan manufaktur (O’Malley et al., 1988 dalam Uter et al., 2004). Bordel et al. (2010) dan Koh et al. (2001) juga menyatakan pekerja konstruksi merupakan salah satu kelompok yang paling kuat terwakili berisiko untuk terjadinya dermatitis kontak. Di negara-negara berkembang, pekerja konstruksi sering kontak dengan semen basah saat melakukan pekerjaan (Zedan et al., 2010). Kromium heksavalen dalam semen juga zat-zat seperti cobalt, tuber additives, epoxy resin, hexamenthylendiamine dan isophorondiamine (Geiger & Struppek, 1995 dalam Jurado-Palomo et al., 2011), potassium dichromate, cobalt chloride, nickel sulfate, thiuram mix (Bordel-Gómez, Miranda-Romero, & Castrodeza-Sanz, 2010) merupakan contoh zat kimia yang dapat menyebabkan dermatitis pada pekerja konstruksi. PT Waskita Karya merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang hampir setiap hari para pekerjanya kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan hasil wawacara dengan salah satu karyawan Departemen HSE PT Waskita Karya Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
5
terdapat sekitar 20 pekerja menderita dermatitis. Selama ini di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University belum pernah dijadikan sebagai lokasi penelitian tentang dermatitis kontak. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak pada pekerja di PT Waskita Karya tahun 2012 proyek pembangunan World Class University.
1.2
Rumusan Masalah Dermatitis kontak merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling
sering dilaporkan diantara para pekerja konstruksi. Penelitian ini akan mengkaji faktor risiko dermatitis kontak pada pekerja PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University.
1.3
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak pada pekerja PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012? 2. Bagaimana gambaran masa kerja, riwayat atopi, personal hygiene, dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012? 3. Bagaimana hubungan masa kerja, riwayat atopi, personal hygiene, dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
6
1.4.2 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan gambaran kejadian dermatitis kontak pada pekerja PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. 2. Menjelaskan gambaran masa kerja, riwayat atopi, personal hygiene, dan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. 3. Menjelaskan hubungan masa kerja, riwayat atopi, personal hygiene, dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti Mampu menulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang benar serta mampu menelaah karya ilmiah khususnya yang berhubungan dengan dermatitis kontak.
1.5.2 Bagi Akademisi Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan memperkaya dunia ilmu pengetahuan.
1.5.3 Bagi PT Waskita Karya 1. Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki sistem pengendalian terhadap bahaya kimia di tempat kerja yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. 2. Mengurangi angka kesakitan karena dermatitis kontak sehingga meningkatkan produktivitas kerja. 3. Mengurangi biaya kesehatan sehingga meningkatkan profit perusahaan.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
7
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masa kerja,
riwayat atopi, personal hygiene, dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. Penelitian dilaksanakan di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University pada Juni 2012. Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dengan menggunakan kuesioner. Disain studi penelitian yang digunakan adalah disain studi cross-sectional.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pajanan Bahan Kimia di Tempat Kerja Diperkirakan lebih dari 13 juta pekerja di Amerika Serikat mempunyai potensi terpajan bahan kimia yang dapat terabsorbsi melalui kulit. Pajanan agen yang berbahaya pada kulit dapat menghasilkan berbagai macam penyakit akibat kerja. Dermatitis kontak merupakan salah satu tipe yang paling umum penyakit akibat kerja (NIOSH, 2012). Dermatitis kontak akibat kerja merupakan kondisi yang disebabkan kulit kontak secara langsung dengan bahan kimia atau substansi lain di tempat kerja (HCHSA, 2011). Beberapa bahan kimia di tempat kerja dan populasi pekerja yang berisiko mengalami dermatitis kontak diantaranya: 1. Semen Semen digunakan dalam industri konstruksi sebagai agen yang berikatan (Thienen & Spee, 2008). Industri semen Belanda menghasilkan empat jenis semen: semen Portland, semen terak, semen abu Portland dan mortar. Bahan baku semen Portland adalah kapur, batu kapur, tanah liat, silica, dan alumina serta bahan lainnya seperti besi sulfat dan magnesium (Winder & Carmody, 2002). Semen merupakan salah satu penyebab utama penyakit kulit pada pekerja konstruksi (Thienen & Spee, 2008). Dermatitis semen diduga disebabkan oleh kombinasi alkalinitas yang tinggi dan abrasiitas semen basah dan sensitisasi oleh kromat dan atau kobalt. Semen basah sangat basa (pH 12) dan dapat mengiritasi kulit dan kontak dengannya mungkin terjadi luka bakar (Poupon et al., 2005 dalam Thienen & Spee, 2008). 2. Kayu Pajanan debu kayu di sector konstruksi dapat timbul dari kegiatan yang berbeda (misalnya menggergaji, planning, sanding, pengeboran). Dalam penelitian terbaru Belanda, pajanan jangka panjang rata-rata serbuk kayu di lokasi konstruksi diperkirakan 3,3 mg/m3 (Spee et al., 2006b dalam Thienen & Spee, 2008 ). Batas saat pajanan debu dari kayu keras adalah 2 7 Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
8
mg/m3. Untuk debu kayu lunak, tidak ada batas yang telah ditetapkan (Staatscourant, 2006 dalam Thienen & Spee, 2008). 3. Plastik dan akrilat Sumber akrilat salah satunya adalah kosmetik kuku (Kanerva, 1997 dalam Koh & Goh, 1998), dimana akrilat digunakan pada beberapa jenis kosmetik kuku seperti penguat kuku, pengeras kuku, lak kuku. Kosmetikologis mungkin menderita dermatitis kontak. Akrilat dan plastik juga ditemukan pada resin komposit gigi, senyawa pengikat dentin gigi, dan prosthesis gigi. Profesional gigi berisiko mengalami dermatitis kontak (Koh & Goh, 1998). 4. 6-etoksi-2, 2, & rimethyl-1, 2dihydroquinoline (ETMDQ) Merupakan antioksidan karet yang ditemukan pada sepatu yang dipakai oleh petani Jepang (Koh & Goh, 1998). Antioksidan karet ini telah diidentifikasi sebagai penyebab dermatitis kontak alergi (Nishioka et al., 1996 dalam Koh & Goh, 1998). 5. Material tanaman Ekstrak
jelutung
(Pyera
cosfulafa)
debu
kayu
dan
rumput diidentifikasi sebagai sensitizer (Koh et al. 1997 dalam Koh & Goh, 1998).
Kelompok pekerja yang beresiko adalah tukang kayu dan
personil militer (Koh & Goh, 1998).
2.2 Kulit 2.2.1 Struktur Kulit Kulit adalah organ yang paling luas dala tubuh manusia dengan luas permukaan sekitar 2 m2 dan berat total sekitar 3 kg. Kulit mempunyai peran penting dalam melindungi tubuh terhadap bahaya dari lingkungan. Kulit terdiri tiga lapisan: epidermis, dermis dan hipodermis (Craecker et al., 2008 :12).
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
9
Gambar 2.1 Struktur Kulit Sumber: Brown, Maureen H (2005). A nurse-led clinic in chronic and allergic contact dermatitis.
1. Lapisan Epidermis (Setiadi, 2007 :30) Merupakan lapisan kulit yang terluar. Terdiri dari beberapa lapisan: a. Stratum korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang mati tidak berinti, mengandung keratin (sel tanduk). b. Stratum lusidium, merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat pada telapak kaki dan tangan dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel. c. Stratum granulosum, yang merupakan sel gepeng berkulit kasar dan berinti, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit. d. Stratum spinosum, yaitu lapisan yang paling tebal dan terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya terdiri dari sel yang berduri dan bentuknya polygonal atau benyak sudut serta mempunyai banyak tanduk (spina). e. Stratum basale, bentuknya silindris dengan inti yang lonjong, di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melamina warna. Disini terdapat pembelahan yang cepat dan sel baru didorong masuk ke lapisan berikutnya. Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
10
2. Lapisan Dermis (Craecker et al., 2008 :12) Bahan dasarnya adalah kolagen dan elastin, dengan pembuluh darah. Dermis juga mengandung kelenjar sebasea, fibroblast, makrofag, histosit, sel mast dan ujung saraf. 3. Lapisan Hipodermis (Craecker et al., 2008 :12) Lapisan ini mengandung folikel rambut, kelenjar keringat, serabut saraf dan jaringan kapiler.
2.2.2 Fisiologi Kulit Kulit mempunyai fungsi diantaranya: melindungi struktur internal terhadap trauma dan terhadap invasi mikroorganisme yang membahayakan, sebagai pengatur panas, sebagai peraba, sebagai alat absorpsi dan sebagai alat ekskresi (Setiadi, 2007:26-28).
2.3 Definisi dan Klasifikasi Dermatitis Kontak Dermatitis kontak adalah kondisi kulit yang mengalami inflamasi yang disebabkan kontak dengan agen eksogen, dengan atau tanpa bersamaan dengan terpajannya
faktor fisik
(Tapp, Ewers, & Durgam, 2008). Faktor fisik
diantaranya adalah “pekerjaan basah”, yaitu pekerjaan yang menghabiskan waktu kira-kira seperempat dari waktu kerjanya atau lebih dari dua jam dengan tangan basah (Diepgen, 2003 dalam Noonan & Moyle, 2005; Jungbauer et al., 2004). Faktor fisik lainnya yaitu mengeringkan kulit dengan tisu, terpajan dengan panas atau kelembaban rendah, atau berkeringat karena penggunaan sarung tangan (Noonan & Moyle, 2005). Manifestasi dermatitis kontak pada kulit berupa eritema, edema, papula, seropapula, vesikel, bula, sisik, erosi dan sebagainya. Dermatitis kontak menyebabkan rasa gatal, pedih dan terbakar pada kulit (Kjuus et al., 2003 dalam Jungbauer et al., 2004). Dermatitis kontak diklasifikasikan menjadi tujuh jenis berdasarkan mekanisme etiologi. Jenis-jenis tersebut antara lain dermatitis iritan (tipe akut dan kronik), dermatitis alergi, dermatitis fototoksik, dermatitis fotoalergi, sindrom urtikaria, dermatitis tipe kontak sistemik, dan sindrom dermatitis kontak (Ritsuko, 2000). Tiga jenis yang paling banyak terjadi yaitu dermatitis alergi, dermatitis iritan, dan sindrom urtikaria. Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
11
2.3.1 Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis kontak iritan merupakan bentuk paling umum, sekitar 80% dari kasus dermatitis kontak (Nijhawan, Matiz, & Jacob, 2009). Pajanan yang berlebih terhadap iritan menimbulkan kerusakan kumulatif pada lapisan pelindung kulit. Manifestasi klinisnya yaitu kulit kering dan perlahan-lahan memburuk menjadi dermatitis kontak iritan (Nettis et al., 2002). Biasanya akan terjadi eritema yang luas dengan pola geometric yang khas (Alberta, Sweeney, & Wiss, 2005 dalam Nijhawan, Matiz, & Jacob, 2009). Dermatitis kontak iritan sering bermula pada selaput diantara jari-jari tangan. Penyembuhannya membutuhkan waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Tangan mungkin akan nampak sembuh, akan tetapi setelah tiga bulan mungkin masih akan bereaksi secara tidak normal jika terpajan iritan (Noonan & Moyle, 2005). Dermatitis kontak iritan mungkin cukup parah pada seseorang sehingga memerlukan modifikasi pekerjaan atau memperpanjang waktu cuti (Valks et al., 2004 dalam Noonan & Moyle, 2005). Tingkat keparahan dari reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lama pajanan terhadap agen pengiritasi (Nijhawan, Matiz, & Jacob, 2009).
2.3.2 Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis kontak alergi merupakan bentuk yang kurang umum dibanding dermatitis kontak iritan (Nettis et al., 2002). Dermatitis kontak alergi dapat berkembang kapanpun pada seorang pekerja (Noonan & Moyle, 2005). Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi hipersensitivitas yang lambat yang disebabkan oleh kulit kontak dengan zat kimia dan kemudian seseorang akan mengalami alergi. Alergi dapat berkembang dalam beberapa jam bahkan mungkin 1-2 hari setelah kontak dengan sensitizer, akan tetapi tidak terjadi pada pertama kali orang kontak dengannya. Reaksi tipe lambat ini menghasilkan reaksi peradangan kulit dengan edema, eritema dan vesikel yang dapat terlokalisasi atau terpisah dari daerah yang terpajan alergen (Noonan & Moyle, 2005). Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
12
Ada kemungkinan akan terjadi alergi terhadap zat kimia pada beberapa produk seperti sabun pencuci tangan, krim pelembab, dan sarung tangan meskipun produk tersebut sudah digunakan selama bertahun-tahun (Noonan & Moyle, 2005). Tidak semua zat kimia menyebabkan alergi. Meskipun suatu zat kimia menyebabkan alergi, tidak semua orang akan alergi terhadapnya (Noonan & Moyle, 2005). Hal ini dikarenakan ambang batas sensitisasi bervariasi diantara individu yang satu dengan yang lain dan bermacam-macam faktor mungkin berkontribusi pada kerentanan seseorang termasuk usia dan frekuensi, tipe dan durasi pajanan alergen. Beberapa penderita tidak menjadi alergi sampai pajanan berulang kali terhadap alergen, pada sebagian yang lain lebih berpotensi mengalami alergi lebih cepat dan mengalami reaksi yang lebih sering (Nijhawan, Matiz, & Jacob, 2009).
2.4 Gambaran Klinis Dermatitis Kontak Secara umum tanda dan gejala dermatitis kontak yaitu: (Noonan & Moyle, 2005) -
kering
-
kemerah-merahan
-
gatal
-
terdapat luka
-
kulit terkelupas
-
kulit pecah dan terasa sakit
-
kulit melepuh Umumnya terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorfi (berbagai jenis
efloresensi kulit), berbatas tegas, bervariasi sesuai dengan perjalanan penyakitnya, mulai dari akut sampai pada kronik. Pada bentuk akut umumnya terjadi eritema, edema, papul, vesikel dan bula. Pada bentuk subakut akan terlihat eritema, edema ringan, vesikel dan krusta, sedangkan pada bentuk kronik akan terbentuk skuama, krusta dan penebalan pada kulit. Dermatitis kontak iritan umumnya mempunyai efloresensi kulit yang bersifat monomorf (hanya satu efloresensi kulit) dan berbatas lebih tegas dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan (Thaha, 1997 dalam Trihapsoro, 2003). Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
13
2.5 Patofisiologi Dermatitis Kontak 2.5.1 Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis kontak iritan merupakan hasil dari efek sitotoksik langsung suatu agen kimia atau agen fisik pada kulit. Iritan akan menyebabkan reaksi pada sebagian besar individu jika konsentrasi dan durasi agen dalam jumlah yang memadai. Spektrum dermatitis kontak iritan telah dikaji oleh Iliev dan Elsner. Mereka membagi penyakit menjadi beberapa subtype yaitu: akut, akut tertunda, reaksi iritasi, kumulatif, traumatis, exsiccation eczematid, pustul dan jerawat (Iliev dan Elsner, 1997 dalam Belsito, 2005). Berbeda dengan
Belsito yang
mengklasifikasikannya menjadi: korosi (tingkat 3 terbakar bahan kimia), iritasi akut (tingkat dua terbakar bahan kimia), iritasi kronik kumulatif, dan fototoksisitas (Belsito, 2005). Fototoksisitas terjadi pada pekerja yang terpajan oleh cahaya dan bahan kimia yang bersifat menyerap cahaya. Bentuk dermatitis kontak iritan ini biasanya terjadi pada pekerja yang bekerja di luar ruangan (Beltrani, 1999 dalam Belsito, 2005). Sititoksisitas terjadi ketika bahan kimia fototoksik mengikat substrat biologi yang diaktifkan oleh cahaya dan akan menghasilkan radikal bebas (Belsito, 2005). Iritasi akut dan korosi terjadi akibat pajanan yang tinggi bahan kimia alkalin, asam kuat dan oksidator atau reduktor kuat (Lushniak, 1997 dalam Belsito, 2005). Apakah termasuk bentuk akut iritasi atau korosi tergantung pada konsentrasi dan durasi kontak dengan bahan kimia (Marks, Elsner, dan DeLeo, 2002 dalam Belsito, 2005). Bahan kimia yang sangat iritan menyebabkan gangguan pada epidermis yang signifikan, menghasilkan sitotoksisitas langsung. Akibatnya, beberapa sitokin pro inflamasi termasuk interleukin 1 dan tumor nekrosis faktor-α dilepaskan ke dalam kulit dan berkontribusi terjadinya peradangan (Rietschel, 1997 dalam Belsito, 2005). Kronik kumulatif dermatitis kontak iritan adalah yang prevalensinya paling besar. Bentuk ini terjadi akibat pajanan iritan ringan yang terus menerus (air, sabun, pelarut, gemuk). Gesekan yang bersifat kronik dan trauma kecil yang berulang dapat menghasilkan iritasi subklinis yang akhirnya menyebabkan Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
14
dermatitis kontak iritan dengan klinis yang jelas (Berardesca & Distante, 1994; Pigatto, Legori, dan Bigardi,1992 dalam Belsito, 2005). Gangguan tingkat rendah barrier lipid stratum korneum menyebabkan kehilangan kohesi seluler, deskuamasi, dan peningkatan kehilangan air transepidermal (Rietschel, 1997 dalam Belsito, 2005; Berardesca, 1997 dalam Belsito, 2005).
2.5.2 Dermatitis Kontak Alergi Meskipun hampir semua bahan kimia termasuk air pada konsentrasi yang memadai dapat menyebabkan iritasi, namun hanya bahan kimia tertentu yang bersifat alergen dan hanya sebagian kecil orang rentan terhadap alergen tersebut. Dermatitis kontak alergi dimulai dengan fase sensitisasi dimana molekul kimia menembus stratum korneum kemudian diproses oleh sel-sel Langerhan di epidermis. Seperti yang dijelaskan oleh Basketter (Basketter, 1998), zat kimia tersebut biasanya kecil, tak bermuatan dan cukup hidrofobik. Pasangan antigen sel-sel Langerhans kemudian meninggalkan epidermis dan menuju kelenjar getah bening regional melalui aferen limfatik, dimana mereka menghasilkan antigen CD4+ sel-sel T. Respon dari sel-sel T dirangsang melalui proses imunologi yang kompleks agar berploriferasi ke dalam memori dan efektor sel-sel T sehingga mampu merangsang terjadinya dermatitis kontak alergi setelah pajanan berulang terhadap alergen. Munculnya dermatitis kontak alergi biasanya dalam 48 jam – 96 jam setelah reaksi perlawanan individu. Namun munculnya gejala klinis dermatitis kontak alergi dapat membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahuntahun pada pajanan level rendah alergen (Belsito, 2003 dalam Belsito, 2005).
2.6 Diagnosis Dermatitis Kontak Akibat Kerja Korosi, akut dermatitis kontak iritan dan fototoksisitas biasanya mudah didiagnosis karena adanya eritema, vesikel dan atau bula yang signifikan yang areanya berkembang secara tajam dalam menit hingga jam setelah pajanan. Sebaliknya, kronik kumulatif kontak dermatitis iritan mungkin secara klinis tidak dapat dibedakan dengan kontak dermatitis alergi. Diagnosis dermatitis kontak alergi tergantung pada ketepatan diagnosis dengan uji tempel. Diagnosis dermatitis kontak iritan adalah salah satu pengecualian karena tidak ada uji Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
15
diagnosis untuk kondisi ini. Sayangnya tidak ada gambaran klinis yang reliable untuk menentukan apakah suatu dermatitis adalah dermatitis kontak iritan atau dermatitis karena faktor endogen (Belsito, 2005). Pada uji tempel, sejumlah kecil zat kimia alergen dicairkan (Noonan & Moyle, 2005) dan ditempatkan pada Finn chamber kemudian ditempel pada kulit bagian punggung. Pada dermatitis kontak alergi, area uji tempel akan berkembang meskipun finn di angkat (Theler et al., 2009). Saat tempelan diangkat, luasnya reaksi akan terlihat dan untuk tempelan yang lain dibaca dua sampai tiga hari berikutnya (Noonan & Moyle, 2005). Studi di Swedia menganilisis uji tempel menggunakan mikroskop, terlihat bahwa aktivitas sel-sel yang meradang pada epidermis dan dermis (Kanerva et al., 1989 dalam Theler et al., 2009). Penyebaran area peradangan yang tidak spesifik (“angry back”) selama uji tempel merupakan fenomena yang sudah dikenal (Fisher, 1996 Theler et al., 2009) . Penentuan hubungan antara dermatitis kontak dengan pekerjaan tidak selalu jelas. Menurut criteria yang digunakan Key dan Mathias, jika jawaban ya untuk 4 pertanyaan dari 7 pertanyaan berikut secara umum cukup untuk menentukan kemungkinan dermatitis kontak karena pekerjaan: (Key, 1967; Mathias, 1989 dalam Belsito, 2005) 1. Apakah gejala klinis menunjukkan dermatitis kontak? 2. Apakah ada pajanan di tempat kerja yang berpotensi sebagai iritan atau alergen? 3. Apakah perkembangan anatomi dermatitis dikarenakan pajanan pekerjaan? 4. Apakah hubungan temporal antara saat terpajan dengan onset konsisten seperti dermatitis kontak? 5. Sudahkan pajanan nonpekerjaan ditetapkan sebagai penyebab? 6. Apakah status dermatitis meningkat dari pajanan pekerjaan menjadi suspek iritan atau alergen? 7. Apakah uji tempel atau uji provokasi mengidentifikasi kemungkinan penyebab alergi? Sedangkan menurut Noonan & Moyle, untuk menentukan dermatitis kontak iritan terkait kerja dengan melihat beberapa hal diantaranya (Noonan & Moyle, 2005): Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
16
-
Riwayat pajanan terhadap iritan
-
Tanda klinis
-
Lokasi pada tubuh
-
Apakah kondisi memburuk jika menjauh dari tempat kerja
2.7 Faktor Predisposisi Dermatitis Kontak Akibat Kerja Terjadinya kontak kulit dengan iritan, alergen atau keduanya adalah prasyarat yang diperlukan untuk terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Probabilitas dan keparahan suatu reaksi tergantung dari tipe pajanan dan durasinya. Namun ada banyak faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi perkembangan dermatitis kontak akibat kerja diantaranya usia, jenis kelamin, etnis, riwayat aropik, faktor lingkungan, dan risiko pekerjaan tertentu (Belsito, 2005).
2.7.1 Usia Pekerja muda lebih mudah terkena dermatitis kontak. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan dermatitis kontak. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa pekerja muda mempunyai peluang 2,824 (2,8) kali terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan dengan pekerja tua (Lestari & Utomo, 2007). Hal ini disebabkan pekerja yang lebih muda memiliki pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Sehingga kontak bahan kimia dengan pekerja masih sering terjadi pada pekerja muda. Sebaliknya, pada pekerja tua yang berpengalaman dalam menangani bahan kimia, kontak bahan kimia dengan kulit semakin lebih sedikit. Selain itu kebanyakan pekerja tua lebih menghargai akan keselamatan dan kesehatannya, sehingga dalam penggunaan APD pekerja tua lebih memberi perhatian dibandingkan pekerja muda (Cohen, 1999 dalam Lestari & Utomo, 2007). Menurut Jordan & Blaney (1982) kerentanan terhadap iritasi berbanding terbalik dengan usia. Dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada anak-anak dan menurun dengan bertambahnya usia (Jordan & Blaney, 1982 dalam Belsito, 2005). Walaupun anak-anak dengan usia di bawah 8 tahun mungkin lebih cenderung untuk terjadinya dermatitis kontak iritan, data menunjukan hal yang Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
17
jauh dari sebenarnya (Epstein, 1971 dalam Belsito, 2005). Pada usia lanjut (≥ 60 tahun), respon iritan terhadap sodium lauryl sulfate menurun dibandingan dengan anak muda (Chua, Wilhelm, & Maibach, 1990 dalam Belsito, 2005) seperti halnya reaksi iritasi terhadap minyak puring (Coenraads et al., 1975 dalam Belsito, 2005).
2.7.2 Jenis Kelamin Wanita dilaporkan lebih sering mengalami reaksi iritasi dibandingkan dengan laki-laki saat terpajan deterjen dan bahan kimia golongan alkalin (Seeberg, 1955 dalam Belsito, 2005). Studi epidemiologi juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan risiko terjadinya dermatitis kontak iritan pada wanita (Rysted, 1985 dalam Belsito, 2005). Penemuan ini tidak sejalan dengan penelitian lain. Lammintausta, Maibach, dan Wilson menemukan tidak ada perbedaan hubungan pada jenis kelamin pada percobaan dermatitis kontak iritan menggunakan sodium lauryl sulfate (Lammintausta, Maibach, dan Wilson, 1975 dalam Belsito, 2005). Hasil penelitian Bjornberg (1975) juga menunjukan tidak ada perbedaan hubungan pada jenis kelamin setelah pajanan iritan seperti sodium lauryl sulfate, benzalkonium chloride, sabun, hydrochloric acid, cantharidin, dan minyak puring pada pasien dengan eksim tangan dan orang normal sebagai control (Bjornberg, 1975 dalam Belsito, 2005). Jadi apakah jenis kelamin benarbenar memiliki dampak pada berkembangnya dermatitis kontak iritan masih belum jelas (Patil & Maibach, 1994 dalam Belsito, 2005). Menurut Meding, prevalensi dermatitis kontak iritan yang lebih tinggi pada wanita kemungkinan besar karena faktor pajanan, baik karena pekerjaan maupun tidak, dan hal ini tidak berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin dalam hal kerentanan kulit terhadap iritasi (Meding, 2000).
2.7.3 Ras Pada penelitian-penelitian yang sampai saat ini masih terbatas jumlahnya, menunjukkan bahwa tingkat sensitisasi terhadap alergen yang lebih lemah (seperti nikel dan neomisin) terjadi penurunan pada orang Afrika Amerika dibandingkan dengan ras kulit putih (Eropa). Tingkat penurunan sensitisasi ini kemungkinan Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
18
besar berkaitan dengan pemadatan yang lebih besar kadar lemak dalam stratum korneum pada orang Afrika Amerika dibandingkan dengan ras kulit putih (Robinson, 1999). Penelitian dermatitis alergi pada ras lainnya sangat terbatas. Dalam “tes maksimalisasi” bahan kosmetik, reaksi alergi orang Jepang menunjukkan lebih parah daripada orang Eropa meskipun insiden rate untuk reaktivitas adalah sama (Rapaport, 1984 dalam Belsito, 2005). Namun, Goh dalam penelitiannya tidak menemukan adanya perbedaan insiden dermatitis kontak alergi diantara orang pribumi (Melayu, China, India) yang ada di Singapura (Goh, 1986 dalam Belsito, 2005).
2.7.4 Riwayat Atopi Orang yang pernah mengalami eksim atopi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena dermatitis tangan jika terpajan iritan dari lingkungan (Rysted, 1985 dalam Belsito, 2005). Schmunes and Keil melaporkan bahwa para pekerja dengan riwayat atopi lebih mungkin untuk mengalami dermatitis kontak akibat kerja (Schmunes & Keil, 1984 dalam Belsito, 2005). Pada sebuah studi retrospektif, Rystedt menemukan bahwa pekerja dengan dermatitis atopi lebih berisiko mengalami dermatitis tangan jika mereka bekerja dengan “pekerjaan basah” dibanding dengan pekerja yang tidak menderita dermatitis atopi (Rystedt, 1985 dalam Belsito, 2005). Holness dan Nethercott juga menemukan bahwa pekerja yang menderita dermatitis atopi bersamaan dengan dermatitis kontak akibat kerja lebih cenderung memiliki penyakit yang persisten daripada pekerja yang hanya menderita dermatitis kontak akibat kerja saja (Holness & Nethercott, 1990 dalam Belsito, 2005). Pada penelitian kohort prospektif, Diepgen et al. meneliti risiko terjadi dermatitis kontak akibat kerja pada penata rambut. Pada tahun pertama penelitian, 68% penata rambut mengalami eksim tangan yang lebih parah. Menggunakan model regresi logistic, hal ini dapat didemonstrasikan bahwa riwayat atopi meningkatkan kemungkinan eksim tangan dengan odds rasio 2,1 (Diepgen, 1993, dalam Belsito, 2005). Pekerja dengan atopi yang mengalami dermatitis kontak akibat kerja memiliki prognosis yang lebih buruk dari pekerja non atopi karena Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
19
mereka memiliki dermatitis persisten bahkan jika mereka beralih pekerjaan (Rystedt, 1985 dalam Belsito, 2005).
2.7.5 Faktor Lingkungan “Pekerjaan basah” merangsang maceration kulit. Selain itu kondisi basah dan kering secara terus menerus menyebabkan kulit bersisik dan retak yang meningkatkan penetrasi alergen maupun iritan ke dalam kulit. Dalam lingkungan yang panas dan lembab keringat melarutkan bahan kimia yang menempel pada kulit dan memungkinkan bahan kimia untuk penetrasi lebih mudah. Sebaliknya, lingkungan dengan kelembaban yang rendah menyebabkan kulit kering dan selanjutnya akan terjadi gangguan pada epidermal barrier (Schmunes, 1988 dalam Belsito, 2005). Gesekan yang bersifat kronik dan trauma kecil yang berulang dapat juga mengganggu epidermal barrier, menyebabkan kulit lebih rentan terhadap iritan dan alergen (Pigatto, Legori, & Bigardi, 1992 dalam Belsito, 2005).
2.7.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri Pemakaian
alat
pelindung
diri
yang
sesuai
akan
mengurangi
jumlah/konsentrasi kontak bahan kimia, sehingga dapat mengurangi insiden dermatitis kontak (SHARP, 1999). Lestari dan Utomo (2007) melaporkan bahwa pekerja dengan penggunaan APD yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 pekerja terkena dermatitis kontak. Sedangkan dengan penggunaan APD yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 pekerja. Kelompok pekerja yang kadang-kadang menggunakan APD mempunyai risiko 8,556 kali lebih tinggi terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan kelompok pekerja yang selalu menggunakan APD (Nuraga dkk, 2008).
2.7.7 Personal Hygiene Baik tidaknya personal hygiene pekerja berpengaruh terhadap dermatitis kontak. Data hasil penelitian Cahyawati & Budiono (2011) menunjukkan sebanyak 13 responden (65%) yang memiliki personal hygiene buruk menderita dermatitis, selebihnya 7 responden (35%) yang memiliki personal hygiene baik Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
20
menderita dermatitis. Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak (Lestari dan Utomo, 2007).
2.8 Bahan Kimia di Tempat Kerja (Sektor Konstruksi) 2.8.1 Semen Semen merupakan bubuk halus yang berwarna abu-abu yang membentuk adukan yang halus (Kjuus et al., 2003) jika dicampur dengan air kemudian semen mengalami reaksi hidrasi komplek dan mengeras dalam beberapa hari menjadi bahan yang padat kuat. Dalam industri konstruksi, biasanya campuran semen,air digunakan untuk mengikat pasir, kerikil, agregat, atau bahan lain untuk membentuk lumpur yang disebut beton (Winder & Carmody, 2002). Unsur dasar semen adalah batu kapur dan tanah liat yang mengandung kalsium, kuarsa, aluminium, besi, alkali, dan sulfat dalam proporsi tertentu dan sejumlah kecil kromium, kobalt, nikel, mangan. Karena ada variasi alami komposisi bahan kimia dari kerak bumi, komposisi bahan bakunya pun bervariasi (Kjuus et al., 2003). Semen tidak menyebabkan abrasive namun menyebabkan iritasi jika kulit basah dan lembab (Goh & Gan, 1996 dalam Winder & Carmody, 2002). Kromium merupakan alergen yang paling umum pada laki-laki dan biasanya terdapat pada tempat kerja. Pajanan di tempat kerja sering terjadi pada pekerja konstruksi yang menangani semen (Saint-Mezard et al., 2004). Dalam bahan baku semen terdapat kromium trivalent. Selama pembuatan semen, sebagian kromium trivalent berubah menjadi kromium heksavalen karena lingkungan yang basa, temperatur tinggi dan adanya udara dalam proses pembakaran. Sehingga delam semen finishing akan terdapat kromium trivalent dan kromium heksavalen (Frias et al., 1993 dalam Kjuus et al., 2003). Menurut Klemm (1994), kromium heksavalen pada semen Portland sekitar 1-30 mg/kg atau biasanya <30% dari total kromium (Klemm, 1994 dalam Kjuus et al., 2003). Kromium heksavalen merupakan bahan alergi utama pada semen. Kromium heksavalen merupakan agen sensitisasi yang kuat yang memiliki kelarutan yang tinggi dalam air sehingga mempunyai kemampuan menembus kulit manusia. Kulit yang basah dan pH yang meningkat menyebabkan fungsi Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
21
sawar kulit berkurang dan menyebabkan penetrasi kromium heksavalen meningkat. Konsentrasi minimum kromium heksavalen yang diperlukan untuk menimbulkan sensitisasi pada kulit tidak diketahui. Namun, konsentrasi dan waktu pemajanan adalah faktor penting (Kjuus et al., 2003 ). Pada 46% pasien alergi kromium bereaksi terhadap 15000 ppm pada uji tempel (Barré Hansen et al., 2002 dalam Kjuus et al., 2003). Sedangkan kromium trivalent mempunyai kelarutan dalam air yang rendah sehingga hanya sebagian kecil yang akan menembus kulit. PH yang tinggi akan menjadi kromium hidroksida yang hamper larut dalam air dan keringat (Kjuus et al., 2003). Tingkat kromium heksavalen untuk menimbulkan reaksi alergi setiap orang berbeda-beda, pada kulit normal, beberapa individu dapat bereaksi pada konsentrasi di bawah 10 ppm pada uji tempel, sementara penetrasi kulit dengan larutan iritan dapat memberikan reaksi yang positif pada konsentrasi 1 ppm (Basketter, 2001 dalam Kjuus et al., 2003). Kromium trivalent juga dapat menimbulkan reaksi alergi tapi pada konsentrasi yang lebih tinggi (Barré Hansen et al., 2002 Kjuus et al., 2003). Kobalt juga merupakan zat kimia yang diketahui dapat menyebabkan alergi. Namun frekuensi alergi pada pekerja konstruksi yang sering kontak dengan semen biasanya jauh lebih rendah dibanding dengan alergi karena kromium (Guo et al., 1999 dalam Sarma, 2009). Hal ini mungkin karena jumlahnya yang kecil dalam semen (Kiec-Swierczynska, 1990 dalam Cheng, Sun, & Tseng, 2004). Sedangkan iritan yang paling diketahui dari campuran semen adalah kapur (64 %). Zat kimia ini dapat mengiritasi kulit menyebabkan dermatitis kontak. Iritasi terjadi karena alkalinitas dan reaksi eksoterm dengan air (Erdmann et al., 1996 dalam Winder & Carmody, 2002). Kapur bereaksi keras dengan air menghasilkan panas dengan pH tinggi 12-13. Zat kimia ini cukup untuk menetapkan semen sebagai substansi yang berbahaya. Kontak bubuk semen dengan kulit lembab atau kontak kulit dengan semen basah dapat sangat mengiritasi (Winder & Carmody, 2002). Hasil tes telah memberitahukan bahwa semen Asia juga terdiri dari nikel dan kobalt. keduanya dapat menjadi alergen bagi pekerja konstruksi (Pirila V, Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
22
Kajanne A, 1965 dalam Sarma, 2009). Namun frekuensi alergi terhadap zat kimia ini pada pekerja konstruksi yang sering kontak dengan semen biasanya jauh lebih rendah dibanding dengan alergi karena kromium (Guo et al., 1999 dalam Sarma, 2009). Hal ini mungkin karena jumlahnya yang kecil dalam semen (KiecSwierczynska, 1990 dalam Cheng, Sun, & Tseng, 2004).
2.8.2 Karet Analisis multivariat studi yang dilakukan oleh Cheng, Sun, & Tseng (2004) menunjukkan bahwa konstruksi merupakan faktor risiko terjadinya alergi bahan kimia karet. Risiko relatif tertinggi sensitisasi karet diantara berbagai pekerjaan ada pada pekerja konstruksi dan tenaga kesehatan. Sarung tangan dan sepatu boot merupakan alat pelindung diri berbahan karet yang biasanya digunakan pekerja konstruksi (Conde-Salazar, et al. dalam Sarma 2009). Thiuram merupakan zat kimia penyusun karet yang merupakan sensitizer paling potensial terhadap alergi tipe IV (Cheng, Sun, & Tseng, 2004)
2.8.3 Formaldehide Formaldehide sering digunakan dalam kayu lapis, papan fiber, resin, lem dan beberapa komponen konstruksi lainnya (www.wikipedia.com). Pajanan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan dermatitis kontak (Raja & Sultana, 2012). Formaldehide dapat terabsorbsi melalui kulit dan dapat menyebabkan dermatitis iritasn atau alergi. Pajanan formaldehide cair atau uap formaldehide dapat menyebabkan reaksi kulit pada orang yang peka bahkan ketika konsentrasi di udara di bawah 1 ppm (Charpin, Dutau, & Falzon, 2000 dalam Raja & Sultana, 2011). Gangguan kulit terjadi berupa eritema, edema, dan gatal-gatal (Cotran, Kumar, & Collins, 1999 dalam Raja & Sultana, 2011). Individu yang didiagnosis memiliki dermatitis atopi dan rhinitis alergi rentan terhadap pajanan formaldehide dan dapat menunjukkan gejala mukokutan disebabkan melemahnya fungsi barier dan karena terjadi perubahan bentuk kulit dan mukosa (Wantke et al., 2000 dalam Raja & Sultana, 2011).
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
23
2.8.4 Cat Water-base paint digunakan sebagai pengganti solvent-base paint yang lebih toksik. Water-base paint juga ramah lingkungan. Bahan pengawet dan biocide pada cat jenis ini mungkin dapat menyebabkan dermatitis pada pemakainya. Risiko terjadinya dermatitis pada pekerja konstruksi harus di pertimbangkan (Koh & Goh, 1998).
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
BAB 3 METODE
1.1 Kerangka Konsep Dermatitis kontak akibat kerja dapat disebabkan oleh lingkungan kerja yang mengandung bahan kimia, mekanikal, fisikal atau biologikal. Dari semua faktor lingkungan pekerjaan ini bahan kimia merupakan agen penyebab yang paling banyak terjadi. Dermatitis kontak dapat dipengaruhi faktor individu. Penelitian ini akan melihat hubungan faktor individu (lama kerja, riwayat atopi, penggunaan APD dan personal hygiene sebagai variabel independen dengan kejadian dermatitis kontak sebagai variabel dependen. Berikut ini kerangka konsep penelitian ini (berdasarkan Lestari & Utomo (2007) dan Cahyawati & Budiono (2011)). Bahan kimia di sektor konstruksi Ekspose Dermatitis Pekerja
Kontak
Faktor Individu -
Masa kerja
-
Riwayat atopi
-
Personal hygiene
-
Penggunaan APD
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 24
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
25
3.2 Hipotesis 1. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. 2. Ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. 3. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. 4. Ada hubungan antara penggunaa APD dengan kejadian dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
26
3.3 Komponen Penelitian No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Kuesioner
1. Dermatitis
Skala Ukur
Variabel Dependen 1.
Dermatitis
Semua
Diagnosis dermatitis kontak ditegakan
kontak
peradangan kulit anamnesis melalui pertanyaan yang yang memberikan diajukan. gejala
subyektif
kontak 2. Tidak dermatitis
gatal, perih dan ditandai
Nominal
kontak
dengan
kulit kemerahan, lecet,
bengkak,
penebalan, bersisik
yang
disebabkan kontak
dengan
bahan kimia
di
tempat kerja yang diderita
setelah
bekerja
sebagai
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
27
pekerja konstruksi. No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pekerja mengisi kuesioner
Kuesioner
1. ≤2 tahun
Skala Ukur
Variabel Independen 2.
Masa kerja
Lamanya pekerja bekerja
sebagai
Rasio
2. >2 tahun
pekerja konstruksi di
PT
Waskita
Karya
sampai
pada
saat
dilakukan penelitian. 3.
Riwayat
Reaksi yang tidak Diketahui
atopi
biasanya
dari
anamnesis
melalui Kuesioner
atau pertanyaan yang diajukan. Diagnosis
berlebihan
riwayat atopi ditegakkan jika pekerja
(hipersensitivitas)
atau keluarganya (Ayah, Ibu, Nenek,
dan
disebabkan Kakak, Adik) pernah atau sedang
oleh
paparan menderita salah satu penyakit yang
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
1. Mempunyai
Nominal
riwayat atopi 2. Tidak mempunyai riwayat atopi
Universitas Indonesia
28
benda asing yang termasuk atopi (dermatitis atopi, rhinitis terdapat didalam alergi, asma bronkiale). lingkungan kehidupan pekerja
serta
cenderung diturunkan
atau
familial. Riwayat
atopi
dalam penelitian ini
meliputi
dermatitis
atopi,
rhinitis
alergi,
asma
bronkiale
yang
ditemukan
pada
penderita
dermatitis kontak. 4.
Personal
Semua
usaha Responden menjawab empat pertanyaan Kuesioner
1. Baik
hygiene
pekerja
untuk untuk mengukur personal hygiene. Pada
2. Tidak baik
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Ordinal
Universitas Indonesia
29
menjaga
masing-masing pertanyaan tersedia dua
kebersihan
diri pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak.
sendiri
selama
bekerja
maupun Skoring:
setelah
bekerja
dengan mandi,
Ya=0
cara Tidak=1 mencuci
tangan dan kaki, Skor personal hygiene merupakan skor selalu
dari semua pertanyaan.
menggunakan pakaian bersih
yang Kategori
personal
hygiene
dibagi
saat menjadi dua kategori, yaitu baik dan
bekerja.
tidak baik. Kategori baik jika total skor < 2, tidak baik jika total skor ≥ 2.
5.
Penggunaan
Mengggunakan
APD
bahan yang dapat Responden menjawab dua pertanyaan melindungi pekerja
Pekerja mengisi kuesioner.
Pada
masing-masing
Kuesioner
pertanyaan
dari tersedia tiga pilihan jawaban, yaitu tidak
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
1. Selalu
Ordinal
2. Kadangkadang 3. Tidak pernah
Universitas Indonesia
30
bahan
kimia pernah, kadang-kadang, selalu.
selama bekerja.
Skoring: Tidak pernah=0 Kadang-kadang=1 Selalu=2
Skor penggunaan APD merupakan skor dari semua pertanyaan.
Kategori
penggunaan
menjadi tiga kategori,
APD yaitu
dibagi tidak
pernah, kadang-kadang, selalu. Kategori tidak pernah jika total skor =0, kadang-kadang jika total skor 1-2, dan selalu jika total skor 3-4.
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
31
3.4 Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University. Data dikumpulkan secara bersamaan, baik variabel dependen (kasus dermatitis kontak) maupun variabel independen (masa kerja, riwayat atopi, personal hygiene, penggunaan APD).
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel secara acak. Perhitungan jumlah sampel berdasarkan populasi di lapangan sebanyak 388 pekerja dan proporsi yang digunakan 50% dikarenakan tidak adanya survei sebelumnya. Dalam hal ini koefisien derajat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan/error (α) sebesar 10%. Mengingat besarnya populasi diketahui dan terbatas, maka jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Lemeshow et al., 1997). N. z21-α/2 . p. q
n=
___________________________
d2 ( N - 1) + z21-α/2 . p. q Keterangan: n = jumlah sampel yang dibutuhkan Z = nilai derajat kepercayaan (α=95%, Z1-α/2 = 1,96) p = proporsi dermatitis kontak p=50% (0,5) q = (1-p) d = presisi mutlak atau margin of error yang diinginkan sebesar 10% (0,10) Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel pekerja konstruksi yang diteliti sebanyak 77 orang. Untuk mengantisipasi adanya Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
32
kekurangan dan kesalahan pengisian kuesioner maupun mengantisipasi responden yang tidak berkenan mengisi kuesioner, maka jumlah sampel ditambah menjadi 100 responden. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa hanya ada 63 pekerja yang kontak dengan bahan kimia. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 responden.
3.7 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Responden diminta untuk mengisi kuesioner secara mandiri. Kuesioner yang digunakan telah diuji validitas dan rebilitas oleh peneliti lain.
3.8 Manajemen Data Langkah-langkah dalam proses manajemen data sebagai berikut : a.
Mengkode data (data coding) Pada tahap pengkodean dilakukan dengan memberikan kode terhadap jawaban yang ada pada kuesioner. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah saat melakukan entry data.
b.
Menyunting data (data editing) Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan apakah masih ada data yang belum dikode, salah dalam memberi kode, atau masih terdapat pertanyaan yang belum diisi oleh responden. Editing dilakukan di lapangan sebelum proses pemasukan data agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kepada responden/ informan yang bersangkutan.
c.
Memasukkan data (data entry) Tahap ini adalah proses pemasukan data yang berasal dari kuesioner dan hasil pengumpulan data ke dalam template yang dibuat menggunakan aplikasi Epi Data versi 3.1.
d.
Membersihkan data (data cleaning) Langkah ini merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan dalam proses pengolahan data. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat terjadinya kesalahan Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
33
pada saat entry data. Hal ini ditujukan dengan adanya data yang ganjil dan mengganggu dalam proses analisis data nantinya.
3.9 Analisis Data Analisis data bersifat kuantitatif dan deskriptif dengan metode statistik komputer. Kegiatan analisis data akan dilaksanakan dengan bantuan software epi data 3.1 dan SPSS 16.0 for Windows.
3.9.1 Analisis Univariat Analisis univariat secara statistik digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dalam penelitian ini.
3.9.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Pada analisis bivariat, variabel riwayat atopi, personal hygiene, dan penggunaan APD akan diuji statistik menggunakan uji chi square. Uji chi square ini digunakan untuk menguji hubungan variabel independen dan dependen yang bersifat kategorik. Jika hasil uji statistik menghasilkan nilai p ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Dermatitis Kontak Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Dalam penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh 86 responden. Karena syarat mutlak kasus dermatitis kontak adalah adanya kontak dengan bahan kimia, maka sampel dari penelitian ini adalah pekerja yang kontak dengan bahan-bahan kimia yang ada di tempat kerja. Dari hasil analisis kuesioner, terdapat 63 pekerja yang kontak dengan bahan kimia. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 63 orang. Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Riwayat Kontak Kontak Bahan Kimia Ada kontak Tidak ada kontak Total
Jumlah 63 23 86
% 73,3 26,7 100
Dalam menentukan dermatitis kontak dilakukan anamnesis melalui pertanyaan yang diajukan dengan kuesioner. Anamnesis merupakan dasar penegakan diagnosis, sehingga dengan anamnesis ini sudah cukup mewakili dalam menentukan diagnosis awal (Lestari & Utomo, 2007). Dalam penelitian ini telah teridentifikasi bahwa responden yang mengalami dermatitis kontak sebanyak 22 responden (34,9%). Sedangkan sisanya sebanyak 41 responden (65,1%) tidak mengalami dermatitis kontak. Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Ya Tidak Total
Jumlah 22 41 63
% 34,9 65,1 100
Prevalensi sebesar 34,9% cukup tinggi jika dibandingkan dengan data Departemen HSE. Data bulan Mei 2012 menunjukan sebanyak tujuh pekerja atau 34 Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
35
sekitar 0,02% pekerja menderita dermatitis dan jika dianalisis jumlah penderita dermatitis kontak tentunya lebih sedikit dari angka tersebut. Prevalensi yang ditemukan oleh peneliti jauh lebih tinggi dibanding dengan data Departemen HSE dimungkinkan oleh beberapa hal diantaranya: 1. Data diambil menggunakan kuesioner yang diisi oleh pekerja tanpa adanya pengawasan dari peneliti atau kurangnya guide dalam pengisian kuesioner ditambah tingkat pendidikan responden yang rata-rata hanya tamat SD maka ada kemungkinan pekerja tidak jujur dalam mengisi. Peneliti juga tidak melakukan pemeriksaan fisik dan kasus ditetapkan hanya berdasarkan hasil analisis kuesioner sehingga validitas data tergantung pada subjek penelitian. 2. Responden dalam penelitian yang menderita dermatitis kontak mungkin ada yang tidak melaporkan karena merasa malu atau enggan untuk melakukan pengobatan sehingga ada pekerja yang tidak tercatat dalam data kasus dermatitis kontak di PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012. 3. Terdapat perbedaan dalam menentukan kasus dermatitis kontak antara peneliti dengan pihak PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University. Definisi kasus dermatitis kontak dalam penelitian ini adalah semua peradangan kulit yang memberikan gejala subyektif gatal, perih dan ditandai dengan kulit kemerahan, lecet, bengkak, penebalan, bersisik yang disebabkan kontak dengan bahan kimia di tempat kerja. Dalam menentukan kasus, peneliti hanya berdasarkan gejala subyektif saja tanpa pemeriksaan fisik sedangkan pihak PT Waskita Karya mungkin lebih akurat dalam menentukan kasus yaitu dilakukannya pemeriksaan fisik. Selain itu kasus yang ditemukan peneliti adalah kasus dermatitis yang diderita oleh responden setelah bekerja sebagai pekerja konstruksi tapi tidak spesifik sebagai pekerja konstruksi PT Waskita Karya maka kemungkinan ada responden yang menderita dermatitis kontak bukan disebabkan karena pajanan dari PT Waskita Karya maka wajar jika jumlah kasus dermatitis yang ditemukan peneliti di PT Waskita Karya proyek Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
36
pembangunan World Class University tahun 2012
jauh lebih tinggi
dibanding data Departemen HSE. 4. Prevalensi yang ditemukan merupakan prevalensi periode bukan prevalensi titik sedangkan data Departemen HSE kemungkinan adalah prevalensi titik yaitu prevalensi pada bulan Mei 2012. Kasus yang ditemukan dapat merupakan kasus lama sehingga jumlah kasus yang ditemukan cukup banyak.
4.2 Analisis Variabel - Variabel Penelitian Analisis variabel ini untuk melihat pola distribusi, frekuensi pada variabel independen dan melihat hubungannya dengan variabel independen. Variabel independen yang akan dibahas meliputi lama bekerja, riwayat atopi, penggunaan APD, dan personal hygiene. Variabel independen penelitian ini adalah dermatitis kontak. Jumlah dan persentase variabel-variabel independen penelitian serta hubungannya dengan dermatitis kontak beserta nilai p (p-value) dan OR (odds ratio) hasil uji statitik chi-square. disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Lama Bekerja, Riwayat Atopi, Penggunaan APD dan Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya 2012 Variabel
Dermatitis Ya Tidak
1. Lama Bekerja a. ≤ 2 tahun b. > 2 tahun 2. Riwayat Atopi a. Ya b. Tidak 3. Penggunaan APD a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
Total
n
%
n
%
13 9
33,3 37,5
26 15
66,7 39 62,5 24
6 16
60 30,2
4 37
40 10 69,8 53
0 4 18
0 28,6 36,7
0 10 31
0 0 71,4 14 63,3 49
OR (95% CI)
Nilai p
0,833 (0,29-2,41)
0,948
3,469 (0.86-13,99)
0.84
0,689 (0,12-2,52)
0.753
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
37
Variabel
Dermatitis Ya Tidak
4. Personal Hygiene a. Tidak baik b. Baik
Total
n
%
n
%
1 21
14,3 37,5
6 35
85,7 7 62,5 56
OR (95% CI)
Nilai p
0,278 (0.31-2,47)
0.405
4.2.1 Lama Bekerja Rata-rata
lama
bekerja
responden
adalah
3,2
tahun.
Peneliti
mengkategorikan lama bekerja menjadi dua, ≤2 tahun dan >2 tahun. Dari perhitungan statistik diketahui bahwa lebih dari setengah responden mempunyai lama bekerja ≤2 tahun. Responden yang bekerja < 2 tahun sebesar 61,9%, sedangkan responden yang bekerja ≥ 2 tahun sebesar 38,1%. Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja < 2 tahun ≥ 2 tahun Jumlah
Jumlah 39 24 63
Persentase (%) 61,9 38,1 100,0
Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar 0,948 (p< 0,05) (Tabel 4.3). Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan kejadian dermatitis. Hasil ini berkebalikan dengan hasil penelitian Lestari dan Utomo (2007) dimana antara lama bekerja dengan dermatitis kontak secara statistik berhubungan secara signifikan. Masa kerja seseorang menentukan tingkat pengalaman seseorang dalam menguasai pekerjaannya. Pekerja dengan lama kerja kurang atau sama dengan 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaanya (Cahyawati & Budiono, 2011; Lestari & Utomo, 2007). Pekerja yang mempunyai masa kerja yang lama mungkin lebih berpengalaman dalam pekerjaannya. Namun belum tentu pekerja mempunyai pengetahuan yang semakin baik tentang bahaya di tempat kerja. Dalam hal ini, pekerja konstruksi mungkin tidak mengetahui bahwa bahan-bahan konstruksi Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
38
seperti semen dapat mengiritasi kulit. Ditambah jika di tempat kerja tidak ada edukasi tentang bahaya dan risiko dan tidak ada hazard communication. Jika demikian maka lama kerja tidak akan memberikan pengaruh pada tingkat pengetahuan pekerja mengenai bahaya dan risiko di tempat kerja dan tidak menjadi faktor pelindung untuk terjadinya dermatitis kontak. Pada penelitian Lestari dan Utomo (2007), pekerja yang telah bekerja lebih dari dua tahun mungkin telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan maupun alergen. Mungkin ini dapat berlaku untuk eksposur terhadap alergen yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Dimana system imun seseorang mempunyai peran penting dalam proses terjadinya dermatitis kontak. Kepekaan mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan bahan iritan, dimana setiap orang mempunyai kepekaan yang sama ,iritan yang kuat akan menimbulkan dermatitis hampir pada semua individu jika terjadi kontak yang memadai. Jadi pekerja yang telah lama bekerja belum tentu resisten terhadap bahan kimia iritan. Padahal di tempat kerja, khususnya sektor konstruksi, bahan-bahan kimia tidak hanya bersifat alergen tapi ada yang bersifat iritan dan pekerja mungkin terpajan oleh kedua jenis bahan kimia tersebut. Sehingga wajar jika tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan antara pekerja dengan masa bekerja > 2 tahun dengan yang ≤2 tahun.
4.2.2 Riwayat Atopi Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat atopi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dari tabel di bawah ini, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai riwayat atopi (15,9%) lebih sedikit dibandingkan responden yang tidak mempunyai riwayat atopi (84,1%). Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Atopi Riwayat Atopi Ada Tidak ada Jumlah
Jumlah 10 53 63
Persentase (%) 15,9 84,1 100,0
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
39
Sebanyak 6 orang (60%) terkena dermatitis kontak dari 10 orang yang memiliki riwayat atopi. Sedangkan pekerja yang tidak memiliki riwayat atopi terkena dermatitis sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 30,2% dari 53 orang pekerja (Tabel 4.3). Dalam penelitian ini riwayat atopi tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian dermatitis kontak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuraga dkk. (2008). Hal ini disebabkan bahan kimia yang memajan pekerja ada yang bersifat alergen maupun iritan artinya ada bahan kimia yang langsung menyebabkan iritasi pada kulit tanpa respons imun (Nuraga dkk., 2008). Peluang antara pekerja yang mempunyai riwayat atopi dengan yang tidak adalah sama terhadap bahan kimia yang bersifat iritan. Jadi riwayat atopi tidak menjadi faktor pelindung untuk terjadinya dermatitis kontak.
4.2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan APD Penggunaan APD Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Jumlah
Jumlah 0 14 49 63
Persentase (%) 0 22,2 77,8 100,0
Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel di atas, diketahui bahwa tidak ada responden yang tidak pernah menggunakan APD, sedangkan yang jarang menggunakan sebanyak 14 orang (22,2%) dan yang paling banyak adalah responden yang selalu menggunakan APD, yaitu sebanyak 49 orang (77,8%). Sebagian besar pekerja yang menderita dermatitis selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja. APD yang disediakan oleh perusahaan yang yang dapat melindungi dari kontak terhadap bahan-bahan konstruksi adalah sarung tangan dan sepatu boot. Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan hasil bahwa dari responden yang kadang-kadang menggunakan APD, sebesar 28,6% mengalami dermatitis kontak
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
40
dan untuk responden yang selalu menggunakan APD sebesar 36,7% mengalami dermatitis kontak. Dilihat dari nilai p sebesar 0,172 (p> 0,05) (Tabel 4.3), menunjukkan bahwa penggunaan APD dalam penelitian ini tidak menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada pekerja konstrukasi PT Waskita Karya. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian di Indonesia, penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari & Utomo (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian dermatitis kontak yang bermakna antara penggunaan APD yang baik dengan penggunaan APD yang kurang baik. Namun, tidak adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan dermatitis kontak tidak sejalan dengan penelitian Cahyawati & Budiono (2011). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pemakaian APD berhubungan secara signifikan dengan kejadian dermatitis. Responden yang cenderung memakai APD secara baik lebih rendah risikonya terkena dermatitis. Ada beberapa alasan ketidakbermaknaan hubungan antara penggunaan APD dan dermatitis kontak pada penelitian ini. APD tidak menjadi faktor pelindung untuk terjadinya dermatitis kontak karena pekerja yang selalu menggunakan APD pun ada yang mengalami dermatitis kontak bahkan persentasenya lebih banyak. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain APD yang digunakan tidak sesuai sehingga tidak mampu melindungi kulit dari material bahan kimia (Nill, 1999 dalam Lestari & Utomo, 2007). Sarung tangan pelindung dapat mengurangi atau mengeliminasi terhadap pajanan bahan berbahaya jika digunakan dengan benar, akan tetapi jika tidak selektif dan benar dalam menggunakannya, sarung tangan pelindung dapat menyababkan atau memperburuk dermatitis kontak iritan pada tangan (Kwon et al., 2006). Sarung tangan yang dapat menyebabkan dermatitis yaitu sarung tangan kulit dan karet. Sarung tangan kulit mengandung kromium yang dapat dikonversi ke kromat, sarung tangan ini juga dapat menjadi jenuh selama proses kerja. Sarung tangan karet dapat menimbulkan reaksi alergi. Ketidaksesuaian penggunaan APD mungkin karena perusahaan tidak menyediakannya, dan atau kurangnya pengetahuan pekerja mengenai jenis APD yang sesuai untuk melindungi diri dari kontak terhadap bahan-bahan kimia konstruksi. Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
41
Agar efektif, penggunaan sarung tangan harus dikombinasikan dengan mencuci tangan. Jika pekerja tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pH netral, menggunakan sarung tangan tidak memberikan perlindungan (CPWR, 2000b).
Beberapa studi menunjukkan bahwa
keringat
dari tangan di
sarung tangan sebenarnya dapat mendorong timbulnya dermatitis (Ruttenberg, 2002 dalam CPWR, 2000b).
4.2.4 Personal Hygiene Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Personal Hygiene Personal Hygiene Tidak baik Baik Jumlah
Jumlah 7 56 63
Persentase (%) 11,1 88,9 100,0
Dengan melihat tabel di atas, dapat diketahui bahwa 88,9% responden mempunyai personal hygiene yang baik Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna (p > 0,05) (Tabel 4.3) kejadian dermatitis kontak antara responden yang mempunyai personal hygiene yang baik dengan personal hygiene yang tidak baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari dan Utomo (2007) dimana tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian dermatitis kontak yang bermakna antara personal hygiene yang baik dengan personal hygiene yang kurang baik. Tidak adanya hubungan yang bermakna dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena kesalahan dalam menilai personal hygiene pekerja. Jadi peneliti kurang tepat dalam menentukan baik tidaknya personal hygiene responden. Sehingga tidak dapat dilihat apakah personal hygiene yang baik dapat menjadi faktor pelindung untuk terjadinya dermatitis kontak. Peneliti hanya meninjau apakah pekerja mencuci tangan dan kaki, serta mandi setelah bekerja atau tidak dan meninjau dari segi pakaian kerja yang digunakan, apakah selalu menggunakan pakaian yang bersih/telah dicuci setiap kali bekerja atau tidak. Jika skor dari tinjauan ini baik belum tentu menggambarkan bahwa personal Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
42
hygienenya baik karena perlu juga dilihat kualitas dalam membersihkan tubuh. Menurut Lestari & Utomo (2007), ada kemungkinan pekerja kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit pekerja. Pekerja juga mungkin salah dalam pemilihan jenis sabun. Jenis sabun dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit pekerja. Pekerja sebaiknya memilih sabun yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan namun tidak merusak lapisan pelindung tangan (Cohen, 1999 dalam Lestari & Utomo, 2007). Hal lain yang perlu ditinjau untuk menilai personal hygiene seseorang yaitu usaha mengeringkan tangan setelah dicuci. Alasannya karena hal tersebut dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (WHO, 2005). Jadi perlu dipertimbangkan hal-hal tersebut di atas dalam menilai personal hygiene.
4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Desain Studi yang Digunakan Peneliti menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional) sehingga tidak dapat menentukan mekanisme sebab akibat, mengingat variabel independen dan dependen diukur dalam waktu yang bersamaan. 2. Alat Ukur Kuesioner Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden (self completion questionnaire). Sistem pengisian kuesioner dilakukan dengan self administration. Kelemahan dari sistem ini adalah hasil yang diberikan sangat bergantung pada persepsi responden serta motivasi dalam mengisi sehingga peneliti tidak bisa menjamin kejujuran jawaban yang diberikan oleh responden. 3. Validitas dan Reliabilitas Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas. Selain itu, tingkat pendidikan responden rata-rata Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
43
tamat SD yang sangat mungkin kurang memahami isi kuesioner. Hal ini memungkinkan hasil yang didapatkan kurang valid dan reliabel. 4. Diagnosis Dermatitis Kontak Penelitian ini hanya berdasarkan anamnesis melalui pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dan definisi kasus hanya berdasarkan gejala subjektif responden. Pemeriksaan klinis dan penunjang tidak dilakukan karena keterbatasan sumber daya.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, diperoleh beberapa simpulan seperti di bawah ini: 1.
Prevalensi dermatitis kontak pada pekerja konstruksi PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012 ditemukan sebesar 34,9%.
2.
Lama bekerja, riwayat atopi, penggunaan APD, dan personal hygiene tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan dermatitis kontak pada pekerja konstruksi PT Waskita Karya proyek pembangunan World Class University tahun 2012 (nilai p > 0,05).
3.
Distribusi responden menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden mempunyai lama kerja <2 tahun (61,9), tidak mempunyai riwayat atopi (84,1%), selalu menggunakan APD (77,8%), dan mempunyai personal hygiene yang baik (88,9%).
5.2 Saran 5.2.1 Bagi PT Waskita Karya 1. Membentuk sistem kerja yang aman, seperti membuat metode penanganan dan penggunaan material konstruksi yang tepat. 2. Komunikasi Bahaya di tempat kerja -
Menyediakan MSDS dan label bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan dermatitis.
-
Memberi edukasi kepada pekerja tentang zat yang mereka tangani dalam pekerjaannya sehari-hari dapat menyebabkan dermatitis misalnya bahaya pajanan semen.
44 Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
45
-
Memberikan edukasi penggunaan APD yang sesuai, cara penggunaan sarung tangan yang benar setiap kali bekerja dan kapan sarung tangan perlu diganti.
-
Memberikan penyuluhan tentang personal hygiene.
3. Menyediakan
fasilitas
mencuci
yang
memadai
di
tempat kerja. Fasilitas mencuci harus menyediakan air bersih yang mengalir, sabun non-alkali, dan handuk bersih atau pengering tangan serta krim perawatan kulit. 4. Membuat instruksi sering cuci tangan. 5. Membuat poster cara melepas sarung tangan yang aman, cuci tangan yang benar 6. Menyediakan APD dengan jenis yang yang tepat. Hal ini perlu konsultasi dengan pemasok atau spesialis. Sarung tangan dari bahan nitril atau butyl (bukan katun atau kulit) sering direkomendasikan untuk melindungi bahan kaustik seperti semen. Sarung tangan sekali pakai lebih memungkinkan tangan pekerja tetap bersih dan lebih murah dibandingkan sarung tangan yang tidak sekali pakai. 7. Mengawasi pekerja dalam penggunaan APD dan memastikan alat pelindung diganti dan dibersihkan secara teratur. 8. Menginformasikan pekerja tentang bagaimana melaporkan penyakit dan mencatat semua kasus baru dermatitis. 9. Menyediakan obat secara memadai. Obat yang digunakan biasanya adalah kortikosteroid (desoksimetason, deksametason, hidrokortison, flukortolon, flumetason, fluosinolon, flupredniden, klobetason, triamsinolon).
5.2.2 Bagi Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya 1. Jika pekerjaan tidak memungkinkan mengenakan sarung tangan sepanjang waktu,
setidaknya
memakainya
ketika
menangani
dapat menyebabkan dermatitis dan perlu harus selalu
zat-zat
yang
mencuci dan
menggantinya dengan sering. 2. Segera berobat jika tanda dan gejala dermatitis berkembang. Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
46
3. Pekerja harus dapat membersihkan atau mengganti APD jika APD sudah tidak efektif atau bagian dalam telah terkontaminasi semen. Gunakan sarung
tangan
yang
pas
karena
sarung
tangan
yang
longgar
memungkinkan semen masuk. 4. Cuci
tangan
sebelum
mengenakan
sarung
tangan,
mencuci
tangan setiap kali sarung tangan dilepas. Mengeringkan tangan sebelum mengenakan
sarung
tangan
dan
sebelum
melepaskan
sarung tangan, bersihkan material pada bagian luar. 5. Untuk melindungi kulit bagian lengan, gunakan pakaian lengan panjang dengan ujung diselipkan pada sarung tangan. 6. Mengganti pakaian kerja sebelum pulang serta pencuciannya sebaiknya terpisah.
5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya 1. Agar lebih akurat dalam menentukan kasus dermatitis kontak, sebaiknya penentuan kasus tidak hanya berdasarkan kuesioner, perlu juga pemeriksaan fisik dan bila perlu dilakukan uji tempel untuk diagnosis dermatitis kontak alergi. 2. Dalam menilai personal hygiene, tidak hanya meninjau apakah pekerja mencuci tangan dan kaki, serta mandi setelah bekerja atau tidak dan apakah selalu menggunakan pakaian yang bersih/telah dicuci setiap kali bekerja, perlu juga ditinjau cara mencuci bagian tubuh yang terkena bahan konstruksi, penggunaan sabun, usaha mengeringkan tangan setelah dicuci, penggunaan sarung tangan yang baru atau bersih. 3. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian yang melihat kausalitas dan dapat menggambarkan tingkat risiko yang lebih kuat.
Universitas Indonesia
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Yth. Bapak PT WASKITA KARYA Di Proyek WCU UI Depok
Dengan hormat, Saya Agustina Nur Salamah, mahasiswi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Uniersitas Indonesia (FKM UI), saat ini sedang mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dengan topic “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Proyek World Class Uniersity di UI Depok Tahun 2012”. Berkaitan dengan hal tersebut, mohon kiranya Bapak membantu saya untuk mengisi kuesioner(daftar pertanyaan) dengan jujur dan sebenarbenarnya, karena identitas dan jawaban Bapak terjaga kerahasiaaannya dan kuesioner ini tidak akan memberi pengaruh apapun terhadap Bapak karena hanya digunakan untuk keperluan pendidikan. Demikian, atas segala perhatian dan bantuan Bapak saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Agustina Nur Salamah
1 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
DATA UMUM DAN STATUS KESEHATAN PEKERJA Identitas 1. Nomer responden
: (diisi oleh peneliti)
2. No HP(tolong diisi):………………………………..
Status Pekerjaan 1. Lama kerja di PT WASKITA KARYA: ……............(tahun) 2. Lama kerja sebagai pekerja konstruksi: …………….(tahun)
Riwayat Pajanan 1. Hobi : ………………………………………………………….. 2. Apakah anda mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan lantai? a. Ya
b. Tidak
3. Seberapa sering anda mengerjakan pekerjaan tersebut? a. Setiap hari b. kadang-kadang
c. jarang
4. Apakah anda mengalami rasa gatal bila mengerjakan pekerjaan tersebut? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah berkurang/ hilang rasa gatalnya jika tidak melakukan pekerjaan tersebut?\ a. Ya
b. Tidak
2 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
KUESIONER I.
Kontak/terkena Bahan Konstruksi 1. Apakah saat ini anda terkena bahan konstruksi (missal:semen, cat, batu, dll) yang mempunyai potensi iritasi kulit/gatal? a. Ya
b. Tidak
2. Berapa lama anda terkena bahan tersebut? ………….. jam/hari 3. Seberapa sering anda terkena bahan tersebut? …………kali/hari 4. Apa pekerjaan utama/ pokok anda selama bekerja di konstruksi? a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Struktur c. Pekerjaan Elektrikal & Mekanikal d. Pekerjaan Finishing
II.
Kelainan kulit 1. Apakah kulit anda pernah mengalami gatal-gatal saat bekerja? (tidak termasuk gigitan nyamuk dan biang keringat) a. Ya
b. Tidak (lanjut ke
2. Apakah kulit anda gatal-gatal disertai rasa panas/ rasa tergigit/ terbakar? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah kulit anda gatal-gatalnya sepanjang hari, baik siang maupun malam? a. Ya
b. Tidak
4. Apakah gatal-gatalnya setelah terkena bahan konstruksi (semen, batu, cat, dll)sewaktu anda bekerja? a. Ya
b. Tidak
5. Sejak kapan Anda merasakan keluhan kulit gatal-gatal? a. Sebelum bekerja sebagai pekerja konstruksi b. Sesudah bekerja sebagai pekrja konstruksi 6. Sudah berapa keluhan tersebut?……..bulan / ……….tahun
3 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
7. Bagaimana keadaan kulit anda jika anda berhenti bekerja untuk sementara waktu? a. Sembuh b. Ada perbaikan c. Tetap seperti ini 8. Bagaimana keadaan kulit Anda jika mulai bekerja kembali? a. Kelainan mulai timbul lagi b. Kelainan timbul lebih parah c. Tetap saja seperti ini
III.
Riwayat Atopik 9. Apakah Anda mempunyai penyakit alergi (kaligara.biduren? a. Ya (lanjut ke pertanyaan no 10) b.
Tidak (lanjut ke pertanyaan no 11)
10. Dapatkan Anda jelaskan alergi tersebut berhubungan dengan keadaan apa? a. Alergi terhadap makanan tertentu b. Alergi udara dingin/kalau pagi bersin-bersin c. Alergi terhadap tanaman/bulu kucing d. Alergi terhadap obat-obatan tertentu e. Lain-lain, sebutkan………………………………………………………… 11. Apakah anda mempunyai penyakit asma (nyesek.mengi? a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda punya penyakit kulit lainnya? a. Ya (sebutkan jenisnya)……………………. b. Tidak 13. Apakah dalam keluarga lainnya (Ayah/Ibu/Nenek,adik/kakak) ada yang mempunyai penyakit-penyakit seperti di atas (alergi, asma, penyakit kulit)? a. Ya
b. Tidak
4 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
IV.
Pemakaian Alat Pelindung Diri 1. Apakah perusahaan menyediakan alat pelindung diri? a. Ya
b. Tidak
2. Sebutkan Alat pelindung diri yang disediakan perusahaan ……………………………………………………………………… .…………………………………………………………………… 3. Apakah sewaktu anda bekerja menggunakan sarung tangan? a. Selalu
b. Kadang-kadang
c.
Tidak
Pernah 4. Apakah sewaktu anda bekerja menggunakan sepatu? b. Selalu
b. Kadang-kadang
c.
Tidak
pernah 5. Apakah anda menggunakan pakaian khusus kerja saat bekerja dan melepasnya setelah selesai bekerja? a. Ya
V.
b. Tidak
Personal Hygiene 1. Jika anda terkena bahan konstruksi seperti semen, batu, cat, dll, apakah anda segera mencuci tangan? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah setelah selesai bekerja anda selalu mencuci tangan & kaki? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda setelah selesai bekerja selalu mandi? b. Ya
b. Tidak
4. Apakah di tempat anda bekerja selalu tersedia air bersih? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah jumlah air yang tersedia mencukupi? a. Ya
b. Tidak
5 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
6. Apakah saat bekerja anda selalu menggunakan baju bersih (baju yang telah dicuci)? a. Ya
TERIMAKASIH
b. Tidak
ATAS
KETERSEDIANNYA
UTUK
MENGISI
KUESIONER ^_^
6 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
LAMPIRAN 1.
Pekerja yang kontak dengan bahan kimia
N
Valid
86
Missing
0
Mean
1.27
Std. Error of Mean
.048
Median
1.00
Mode
1
Std. Deviation
.445
Minimum
1
Maximum
2
Sum
109
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
63
73.3
73.3
73.3
2
23
26.7
26.7
100.0
86
100.0
100.0
Tot al
Keterangan 1=pekerja yang kontak, 2=pekerja yang tidak kontak 2. Pendidikan
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tamat SD
19
30.2
30.2
30.2
Tamat SMP
28
44.4
44.4
74.6
Tamat SMA
16
25.4
25.4
100.0
Total
63
100.0
100.0
7 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
3. Lama kerja di PT Waskita Karya Kategori Lama Kerja Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<= 2
39
61.9
61.9
61.9
>2
24
38.1
38.1
100.0
Total
63
100.0
100.0
4. Riwayat atopi Kategori Riwayat Alergi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ada
10
15.9
15.9
15.9
Tidak Ada
53
84.1
84.1
100.0
Total
63
100.0
100.0
5. Penggunaan APD Kategori APD Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Kadang-kadang
14
22.2
22.2
22.2
Selalu
49
77.8
77.8
100.0
Total
63
100.0
100.0
8 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
6.Personal hygiene Kategori Personal Hygiene Cumulative Frequency Valid
Tidak baik
Percent
Valid Percent
Percent
7
11.1
11.1
11.1
Baik
56
88.9
88.9
100.0
Total
63
100.0
100.0
7. Dermatitis Kontak
Kategori Dermatitis Kontak Cumulative Frequency Valid
Dermatitis Kontak
Percent
Valid Percent
Percent
22
34.9
34.9
34.9
41
65.1
65.1
100.0
63
100.0
100.0
Tidak Dermatitis Kontak Total
9 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Kategori Lama Kerja * Kategoru Dermatitis Kontak Kategori Riwayat Alergi * Kategoru Dermatitis Kontak Kategori APD * Kategoru Dermatitis Kontak Skor_Personal_Hygiene * Kategoru Dermatitis Kontak
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
63
100.0%
0
.0%
63
100.0%
63
100.0%
0
.0%
63
100.0%
63
100.0%
0
.0%
63
100.0%
63
100.0%
0
.0%
63
100.0%
8. Kategori Lama Kerja dengan Kategori Dermatitis Kontak Crosstab Kategoru Dermatitis Kontak
Kategori Lama Kerja
<= 2
Count % within Kategori Lama Kerja
>2
Count % within Kategori Lama Kerja
Total
Count % within Kategori Lama Kerja
Dermatitis
Tidak Dermatitis
Kontak
Kontak
Total
13
26
39
33.3%
66.7%
100.0%
9
15
24
37.5%
62.5%
100.0%
22
41
63
34.9%
65.1%
100.0%
10 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
.113a
1
.736
.004
1
.948
.113
1
.737
Fisher's Exact Test
(1-sided)
.790
Linear-by-Linear
.112
Association N of Valid Casesb
1
.472
.738
63
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.38. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kategori Lama Kerja (<= 2 / > 2) For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Dermatitis Kontak
Lower
Upper
.833
.288
2.408
.889
.450
1.756
1.067
.729
1.562
For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis Kontak N of Valid Cases
63
11 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
9. Kategori Riwayat Alergi dengan Kategori Dermatitis Kontak Crosstab Kategoru Dermatitis Kontak
Kategori Riwayat Alergi
Ada
Dermatitis
Tidak Dermatitis
Kontak
Kontak
Count
Total
6
4
10
60.0%
40.0%
100.0%
16
37
53
30.2%
69.8%
100.0%
22
41
63
34.9%
65.1%
100.0%
% within Kategori Riwayat Alergi Tidak Ada
Count % within Kategori Riwayat Alergi
Total
Count % within Kategori Riwayat Alergi
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
(2-sided)
3.290a
1
.070
2.109
1
.146
3.136
1
.077
b
Likelihood Ratio
Exact Sig. Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
(1-sided)
.084 3.238
1
.076
.072
63
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.49. b. Computed only for a 2x2 table
12 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kategori Riwayat Alergi (Ada / Tidak Ada) For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Dermatitis Kontak
Lower
Upper
3.469
.860
13.989
1.988
1.037
3.811
.573
.263
1.249
For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis Kontak N of Valid Cases
63
10. Kategori APD dengan Kategori Dermatitis Kontak Crosstab Kategoru Dermatitis Kontak
Kategori APD
Kadang-kadang
Count % within Kategori APD
Selalu
Count % within Kategori APD
Total
Count % within Kategori APD
Dermatitis
Tidak Dermatitis
Kontak
Kontak
Total
4
10
14
28.6%
71.4%
100.0%
18
31
49
36.7%
63.3%
100.0%
22
41
63
34.9%
65.1%
100.0%
13 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
.319a
1
.572
.061
1
.805
.327
1
.568
Fisher's Exact Test
(1-sided)
.753
Linear-by-Linear
.314
Association N of Valid Casesb
1
.410
.575
63
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.89. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kategori APD (Kadang-kadang / Selalu) For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Dermatitis Kontak
Lower
Upper
.689
.188
2.520
.778
.314
1.925
1.129
.761
1.674
For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis Kontak N of Valid Cases
63
14 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Notes Output Created
26-Jun-2012 20:48:02
Comments Input
Data
D:\LECTURE\SKM\LAST TERM\SPSS n Epidata\DK2 EDIT KONTAK OR NOT NYA.sav
Active Dataset
DataSet1
File Label
DK2
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
Definition of Missing
63 User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=PersonalHygiene_Kat BY DK /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.078
Elapsed Time
00:00:00.078
Dimensions Requested Cells Available
2 174762
15 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Case Processing Summary Cases Valid N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
Kategori Personal Hygiene * Kategoru
63 100.0%
0
.0%
63
100.0%
Dermatitis Kontak
11. Kategori Personal Hygiene dengan Kategori Dermatitis Kontak Crosstabulation Kategoru Dermatitis Kontak Tidak
Kategori Personal Hygiene
Tidak baik
Dermatitis
Dermatitis
Kontak
Kontak
Count
Total
1
6
7
14.3%
85.7%
100.0%
21
35
56
37.5%
62.5%
100.0%
22
41
63
34.9%
65.1%
100.0%
% within Kategori Personal Hygiene Baik
Count % within Kategori Personal Hygiene
Total
Count % within Kategori Personal Hygiene
16 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
1.475a
1
.224
.631
1
.427
1.679
1
.195
b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.405
Linear-by-Linear
1.452
Association N of Valid Casesb
1
.219
.228
63
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Kategori Personal Hygiene (Tidak baik /
.278
.031
2.470
.381
.060
2.413
1.371
.953
1.974
Baik) For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Dermatitis Kontak For cohort Kategoru Dermatitis Kontak = Tidak Dermatitis Kontak N of Valid Cases
63
17 Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012
Dermatitis kontak..., Agustina Nur Salamah, FKM UI, 2012