Tiarapuri, Hubungan Antara Asupan Kalsium dan Status Amenore ....
Unit Cost, Kandungan Energi dan Protein Makanan Tambahan Anak Sekolah Taman Kanak-Kanak Ayu Januariyatun1, Th. Ninuk Sri Hartini2, Ika Ratna Palupi3
2
1,3 Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM Jl. Farmako Skip Utara, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jl. Tata Bumi No. 3 Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta (Email:
[email protected])
ABSTRACT Background: Preschool age is a critical period that can determine the quality of the children during school period, thus it is important for everyone to pay attention to nutrition for children in this age. School Supplementary Food Program for Kindergarten Students (PMT-AS TK) is a nutrition program designed by the government with the purpose of supporting children’s nutritious food intake and ultimately improving the quality of school children. Based on research, the practice of PMT-AS in elementary schools are not yet optimal, while very little has been done to evaluate PMT-AS in kindergartens. Objective: To assess the average energy and protein content of school snacks and the unit cost of supplementary food in kindergartens in the district of Bantul, Yogyakarta Province. Methods: This research was a descriptive research with cross-sectional design. The data were collected from two kindergartens located in Bantul District, one was a public kindergarten, TK Bhineka 1 in Trirenggo Village, while the other one was a private kindergarten, TK Islam Ratnaningsih in Bantul Village. The food samples that were obtained from the schools were snack, cookies, and egg-based food. The primary data was collected by weighing the raw and cooked ingredients. The nutrition value of the food was assessed with Indonesian food composition table. Meanwhile, the secondary data on the unit cost of the food was obtained from the financial report about the implementation of PMT-AS TK. Unit cost of the food was estimated based on financial reports of the kindergarten. The data were analyzed with univariate analyses and linear regression test. Results: The average energy value was 191.7 kcal or 63.9% from recommended value and the protein content was five grams or 100% from recommended value. The average cost for PMT-AS TK snack was Rp 1,546.00 per portion per child. The higher the nutrition value of the food, the more it cost. Snack with 300 kcal and five grams of protein would cost Rp 1,710.00. Conclusion: Budget from the government of Rp 1,400.00 per portion per child was spent efficiently but has not yet reached the PMTAS TK recommended energy value for supplementary food for pre-school children. Key words: school supplementary food program (PMT-AS TK), preschool, energy, protein, unit cost
ABSTRAK Latar belakang: usia prasekolah adalah periode emas yang menentukan kualitas anak pada masa sekolah sehingga status gizinya perlu diperhatikan oleh semua pihak. Program PMT-AS (Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah) adalah sebuah program pemerintah yang telah terlaksana di berbagai daerah di Indonesia yang bertujuan untuk mendukung kecukupan gizi anak dan meningkatkan kualitas anak sekolah. Berdasarkan penelitian, pelaksanaan PMT-AS di Sekolah Dasar belum optimal, sedangkan evaluasi untuk pelaksanaan PMT-AS di Taman Kanak-kanak belum banyak dilakukan. Tujuan Penelitian: mengetahui rata-rata kandungan energi dan protein makanan kudapan dan unit cost makanan tambahan sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode: penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan rancangan cross-sectional. Sekolah Taman Kanak-kanak di Kecamatan Bantul yang dijadikan tempat penelitian adalah TK yang didirikan pemerintah yaitu TK Bhineka 1 di Desa Trirenggo dan TK swasta yaitu TK Islam Ratnaningsih di Desa Bantul. Makanan kudapan yang diteliti dari masing-masing sekolah adalah makanan kudapan basah, kudapan kering dan kudapan berbahan dasar telur. Cara pengumpulan data primer yaitu pengukuran berat bahan makanan mentah dan matang sedangkan data sekunder dengan melihat laporan keuangan untuk pelaksanaan PMT-AS TK. Kandungan Gizi dinilai menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis regresi. Hasil: rata-rata kandungan energi adalah 191,7 kkal atau 63,9% anjuran dan kandungan protein sebesar 5 gram atau 100% anjuran. Rata-rata unit cost makanan kudapan PMT-AS TK adalah Rp 1.546,00 per porsi per anak. Semakin tinggi kandungan gizi, semakin tinggi unit cost makanan kudapan. Untuk mendapatkan makanan kudapan dengan kandungan 300 kkal dan 5 gram protein dibutuhkan Rp 1.710,00. Kesimpulan: dana sebesar Rp 1.400,00 dari pemerintah telah digunakan dengan efisien namun belum mencapai target kandungan energi makanan kudapan PMT-AS TK. Kata kunci: PMT-AS TK, prasekolah, kandungan energi, kandungan protein, unit cost
17
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 1, Maret 2015, halaman 17-24
PENDAHULUAN Masa pra sekolah adalah masa emas (golden age) yang akan menentukan kualitas anak di masa sekolah sehingga status gizinya membutuhkan banyak perhatian dari semua pihak1. Salah satu faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak pra sekolah adalah asupan makan. Seorang anak yang sehat dan normal dengan cukup asupan makan akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya2. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2010, secara nasional, anak usia 4–6 tahun sebanyak 33,4% anak asupan energinya dibawah kebutuhan minimal dan 24,8% anak asupan proteinnya di bawah kebutuhan minimal3. Program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) adalah salah satu program untuk mendukung kecukupan gizi anak pada tingkat Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak maupun Kelompok Bermain. Program ini mempunyai 6 tujuan salah satunya adalah meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik4. Program PMT-AS sudah terlaksana di berbagai daerah di Indonesia namun pelaksanaannya masih belum optimal. Sebagai contoh adalah SD (Sekolah Dasar) di Bogor yang dievaluasi oleh Asmari (1999), yang menunjukkan bahwa yaitu pelaksanaan PMT-AS belum sesuai dengan petunjuk teknis5. Kandungan energi kudapan berkisar antara 24%-77% dan kandungan protein berkisar antara 10%-138% dari nilai yang ditentukan. Hal yang sama terjadi di daerah Jawa Tengah dimana tidak ada perbedaan asupan energi dan protein harian antara anak sekolah dengan tambahan makanan dan sekolah tanpa tambahan makanan6. Evaluasi program PMT-AS Taman Kanak-kanak perlu dilakukan karena selama ini PMT-AS di Sekolah Dasar lebih banyak dievaluasi daripada PMTAS TK. Menurut Azwar (1996), evaluasi dapat dilakukan pada komponen input, proses, output dan dampak7. Pada penelitian ini evaluasi dilakukan pada komponen output yaitu rata-rata kandungan energi dan protein serta unit cost makanan kudapan. Dengan melihat kandungan energi dan protein serta unit cost dapat dinilai tingkat efektivitas pelaksanaan program dalam mencapai output yang telah ditentukan sebelumnya serta efisiensi biaya penyelenggaraan makanan. Analisis efisiensi biaya sangat penting untuk mengetahui efisiensi penggunaan dana terutama untuk negara yang masih berkembang karena makanan untuk anak sekolah sebenarnya tidak dapat dijadikan pelengkap untuk mendukung peningkatan pendidikan8. Tujuan PMT-AS untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan absensi juga dinilai kurang tepat karena makanan diberikan pada siswa yang dapat hadir ke sekolah yang artinya anak tersebut sehat dan dapat beraktivitas9,10,11.
18
METODE Jenis penelitian ini deskriptif dengan rancangan cross-sectional yaitu menggambarkan unit cost dan kandungan energi dan protein makanan kudapan PMTAS TK di Kecamatan Bantul. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013 - Januari 2014. Subjek penelitian ini adalah sekolah Taman Kanakkanak di Kecamatan Bantul. Dari 33 TK yang menerima dana PMT-AS dibagi menjadi TK yang didirikan pemerintah dan TK swasta. Alasannya adalah perbedaan sumber dana dan bentuk makanan yang diberikan. Masing-masing kelompok diseleksi dengan kriteria inklusi yaitu terdaftar di pemerintah setempat, bersedia dijadikan tempat penelitian, memiliki siswa lebih dari 50 anak dan memiliki keterbukaan tentang dana. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih TK Bhineka 1 Klembon untuk TK yang didirikan pemerintah dan TK Islam Ratnaningsih untuk TK yang didirikan swasta. Makanan kudapan yang diambil sebagai sampel adalah makanan kudapan basah, kering dan berbahan telur karena keterbatasan periode penyelenggaraan PMT-AS TK, sampel yang diambil adalah makanan pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel input dan output. Variabel input meliputi bahan makanan, biaya bahan makanan, biaya tenaga pemasak, dan biaya overhead (biaya bahan bakar, biaya listrik, biaya transportasi dan biaya lain-lain). Variabel output meliputi kandungan energi protein, zat besi, zink dan vitamin A serta unit cost makanan kudapan anak sekolah. Variabel bahan makanan yaitu jenis dan berat bahan makanan diperoleh dengan observasi dan pengukuran. Biaya bahan bakar, listrik dan transportasi diperoleh dengan observasi sedangkan biaya bahan makanan, biaya tenaga, dan biaya lain-lain diperoleh dari laporan keuangan sekolah. Kandungan gizi meliputi energi, protein, zat besi, zink, vitamin A diperoleh dengan rumus: Kandungan gizi makanan kudapan =
Kandungan zat gizi makanan tersebut dihitung berdasarkan kandungan gizi per bahan makanan yang ada di dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia (12). Sedangkan variabel unit cost diperoleh dengan rumus : Unit cost =
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar catatan bahan makanan, lembar catatan biaya makanan, timbangan bahan makanan digital, Buku Tabel Komposisi Pangan Indonesia PERSAGI tahun 2009, laporan pengeluaran keuangan, alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.
Unit Cost, Kandungan Energi dan Protein ...
Data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan sesuai kebutuhan dan melalui proses editing untuk memastikan data bersih dan lengkap. Data yang ada dimasukkan dalam program komputer dan dipastikan bahwa sudah siap diolah. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk variabel unit cost dan kandungan energi, protein, zat besi, zink dan vitamin A. Selain itu analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara unit cost dengan kandungan energi dan protein. HASIL DAN PEMBAHASAN Sekolah Taman Kanak-kanak Bhineka 1 Klembon adalah sekolah swasta yang didirikan oleh pemerintah daerah setempat yaitu LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) dan memiliki 3 kelas dengan jumlah total siswa sebanyak 63 anak pada tahun ajaran 2013/2014. Sekolah ini memiliki 8 tenaga pengajar yaitu 3 orang guru PNS dan 5 orang guru wiyatabakti. Taman Kanak-kanak Islam Ratnaningsih adalah sekolah swasta yang didirikan oleh yayasan milik perseorangan dan merupakan sekolah berbasis agama Islam sehingga hanya menerima siswa beragama Islam. Taman Kanak-kanak ini merupakan sekolah terpadu yaitu Taman kanak-kanak (TK), Kelompok Bermain (KB) dan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA). Taman Kanak-kanak Islam Ratnaningsih ini memiliki siswa sebanyak 122 anak dan 12 orang guru. Penyelenggaraan makanan kudapan kedua TK dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu : 1. Perencanaan Kedua TK sudah lama menyelenggarakan makanan tambahan untuk siswanya. Setelah mendapatkan dana PMT-AS, sekolah menyelenggarakan makanan tambahan sesuai ketentuan pemerintah. Sebelum dana PMT-AS sebesar Rp 1.400,00 per porsi per anak diberikan, sekolah harus membuat rencana belanja terlebih dahulu. Kedua TK memiliki satu orang guru penanggung jawab PMT-AS. Guru ini yang mengurus penyelenggaraan makanan kudapan dari tahap perencanaan hingga pembuatan laporan. TK pemerintah memilih untuk bekerjasama dengan kelompok wali siswa untuk tahap pengolahan sedangkan TK swasta mempercayakan pada industri rumah tangga, pada guru atau tenaga pemasak sekolah. 2. Pengolahan Sebelum mengolah, tenaga pemasak dari kedua TK berbelanja dipasar atau warung terdekat. Pengolahan makanan dilakukan satu hari sebelum makanan disajikan atau dini hari agar makanan tetap baik ketika disajikan. 3. Pendistribusian Pada tahap ini makanan yang diolah dari kedua TK sudah harus sampai di sekolah sebelum pukul 09.00 WIB. Makanan kemudian dibagi per kelas dan diberikan pada siswa oleh wali kelas masing-masing. Sebelum makanan dikonsumsi,
siswa diharuskan untuk mencuci tangan dan berdoa terlebih dahulu. Guru atau wali kelas kemudian menjelaskan makanan tersebut dan memotivasi siswa untuk menghabiskan makanan. 4. Pembuatan laporan Tenaga pemasak memberikan daftar belanja sesungguhnya ke sekolah setelah makanan diantar. Sekolah akan mengganti uang tersebut ditambah dengan upah tenaga. TK pemerintah memberikan upah tenaga sesuai kebijakan pemerintah yaitu Rp 200,00 per anak per porsi, sedangkan TK swasta memberikan upah Rp 50.000,00 per orang. TK swasta juga menambah upah tenaga sebesar Rp 10.000,00 untuk makanan yang membutuhkan waktu pengolahan yang lama. Apabila program penyediaan makanan tambahan ini sudah selesai, kedua sekolah membuat laporan keuangan dalam 1 buku dan laporan keuangan setiap 3 bulan sekali sesuai format dari pemerintah. Makanan kudapan yang dilihat dalam penelitian ini meliputi : a. Makanan kudapan PMT-AS TK Bhineka 1 Klembon
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Keterangan : (a) (b) (c) (d) (e) (f)
(f)
Wajik ketan (43 gram) Emping singkong (15,67 gram) Telur ayam (58 gram) Bakpia (23 gram) Tahu bacem (38,67 gram) Apem (33 gram)
19
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 1, Maret 2015, halaman 17-24
b. Makanan kudapan PMT-AS TK Islam Ratnaningsih
(a)
(c)
(b)
Gambar 1. Kandungan energi makanan kudapan PMT AS Keterangan : anjuran kandungan energi PMT-AS TK sebesar 300 kkal (15)
(d) Gambar 2. Kandungan protein makanan kudapan PMT AS Keterangan : anjuran kandungan protein PMT-AS TK sebesar 5 gram15
(e) Keterangan : (a) Kacang bawang (12,67 gram) (b) Klepon (47,33 gram) (c) Nagasari (72,67 gram) (d) Emping jagung (11,67 gram) (e) Telur puyuh semur (29 gram) Pada keterangan gambar makanan kudapan PMT-AS TK Islam Ratnaningsih terlihat bahwa makanan kudapan dengan kandungan energi tertinggi adalah nagasari dan emping jagung (329,2 kkal atau 109,7 % anjuran), sedangkan makanan kudapan dengan kandungan energi terendah adalah telur puyuh rebus (91 kkal atau 30,3 % dari anjuran). Sedangkan Pada keterangan gambar makanan kudapan PMT-AS TK Bhineka 1 Klembon ditunjukkan bahwa makanan kudapan dengan kandungan protein tertinggi adalah telur ayam rebus dan bakpia yaitu sebesar 8,9 gram (178% anjuran) dan terendah adalah wajik ketan dan emping ketela sebesar 1,3 gram (26% anjuran) untuk satu kali makan.
20
Gambar 3. Kandungan zat besi (mg) makanan kudapan PMT-AS Rata-rata kandungan energi makanan kudapan PMT-AS TK adalah sebesar 191,7 kkal dan kandungan protein sebesar 5 gram (Gambar 1 dan 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa makanan kudapan PMT-AS TK belum mencapai standar untuk kandungan energinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan PMT-AS Sekolah Dasar berdasarkan penelitian Asmari (1999) di Bogor yaitu kandungan energi makanan yang disediakan belum sesuai dengan target 300 kkal yaitu berkisar pada 24%77%5.
Unit Cost, Kandungan Energi dan Protein ...
Masalah diatas disebabkan kurangnya pengetahuan guru dalam penentuan menu dengan kandungan gizi sesuai anjuran. Oleh karena itu diperlukan peran dietisien, atau petugas medis yang diwujudkan dalam bentuk peraturan, manajemen, pendidikan dan pembangunan komunitas13. Peran ahli gizi ini adalah membantu sekolah menyediakan makanan dengan komposisi gizi yang lengkap dan seimbang serta standar porsi untuk anak pra sekolah. Selain kandungan gizi makro, anak pra sekolah juga membutuhkan gizi mikro untuk pertumbuhan dan kecerdasannya14. Gambar 3 menunjukkan kandungan zat besi makanan kudapan PMT-AS TK yaitu 1,45 mg (16,11% kebutuhan sehari untuk anak usia 4-6 tahun). Akan tetapi makanan kudapan PMT-AS mengandung 0,00 mg zink, artinya makanan tidak dapat mendukung kecukupan zink. Sedangkan kandungan vitamin A berkisar antara 0 - 38,20 RE (9-10% kebutuhan untuk anak usia 4-6 tahun) namun hanya pada telur ayam dan telur puyuh saja. Hal ini wajar karena belum ada standar untuk kandungan gizi mikro dan bahan makanan yang dianjurkan belum mencakup bahan makanan sumber vitamin dan mineral.
ini disebabkan komponen biaya tenaga TK swasta lebih besar dibanding TK pemerintah. Di Indonesia penelitian seperti diatas pernah dilakukan di Bogor pada tahun 1999 oleh Ekawati yang menunjukkan bahwa dana PMT-AS SD waktu itu belum cukup yaitu Rp 363,00 sedangkan dana pemerintah Rp 250,0015. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan minimalisasi biaya dengan cara menjalin kerjasama dengan penduduk setempat. Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa makanan kudapan dengan biaya energi per 300 kkal paling tinggi adalah telur puyuh semur dan terendah adalah wajik ketan sedangkan untuk kandungan protein, biaya
Unit cost makanan kudapan PMT-AS TK Gambar 6 menunjukkan bahwa dana dari pemerintah sebesar Rp 1.400,00 sebenarnya sudah cukup untuk penyelenggaraan PMT-AS karena rata-rata unit cost adalah Rp 1.546,00. Namun jika dilihat lagi ternyata unit cost PMT-AS TK yang didirikan swasta cenderung lebih tinggi dibanding TK yang didirikan pemerintah. Hal
Gambar 6. Unit cost makanan kudapan PMT AS Keterangan: dana yang diberikan pemerintah adalah RP 1.400,00 per anak per porsi15.
Gambar 4. Kandungan zink (mg) makanan kudapan PMT-AS TK
Gambar 5. Kandungan vitamin A (RE) makanan kudapan PMT-AS TK
Biaya kandungan energi 300 kkal dan 5 gram protein, seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Biaya per 300 kkal (rupiah) makanan kudapan PMT-AS TK
Gambar 8. Biaya per 5 gram protein (rupiah) makanan kudapan PMT-AS TK
21
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 1, Maret 2015, halaman 17-24
per 5 gram protein paling tinggi adalah nagasari dan emping jagung. Hal ini karena telur adalah makanan tinggi protein sedangkan nagasari dan emping jagung merupakan makanan padat energi. Hasil ini menunjukkan bahwa perlunya kombinasi makanan yang tepat yaitu mengandung sumber energi dan protein, tidak hanya salah satu agar biaya yang dikeluarkan dapat mencapai kandungan gizi yang telah ditentukan sebelumnya. Data unit cost, kandungan energi dan kandungan protein kemudian dianalisis regresi dan menghasilkan persamaan : Biaya (Rp) = 1265,923 + 1,461Energi Biaya (Rp) = 943,786 + 122,551Protein Biaya (Rp) = 675,886 + 1,414Energi + 121,910Protein Berdasarkan persamaan diatas, dengan memasukkan kandungan energi sesuai anjuran yaitu 300 kkal dan kandungan protein sebesar 5 gram dapat diketahui biaya yang diperlukan untuk mendapat energi 300 kkal, 5 gram protein dan kedua-duanya. Untuk mendapatkan energi 300 kkal dibutuhkan biaya sebanyak Rp 1.704,00, untuk mendapatkan 5 gram protein dibutuhkan biaya sebanyak Rp 1.557,00 sedangkan untuk mendapatkan kandungan energi 300 kkal dan 5 gram protein dibutuhkan biaya Rp 1.710,00. Hal ini menunjukkan bahwa biaya untuk mendapatkan energi sesuai standar lebih mahal dibandingkan protein dan dana yang disediakan pemerintah belum mencukupi untuk mencapai standar yang ada. Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa semakin tinggi biaya maka semakin tinggi pula kandungan energi dan protein makanan yang diolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asmari (1999) pada PMT-AS SD bahwa semakin tinggi unit cost maka semakin tinggi pula kandungan gizinya5. Namun ada alternatif beberapa makanan yang dapat memenuhi standar pemerintah meskipun dengan harga yang lebih rendah yaitu apem dan tahu bacem. Hal ini membuktikan perlunya kreativitas dari pengelola PMT-AS TK untuk menyediakan makanan dengan kandungan gizi yang cukup namun dengan biaya yang relatif murah. Biaya makanan yang tinggi tidak terlepas dari tingkat kerumitan pengolahan makanan. Semakin sulit atau lama makanan dibuat semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Masalah ini dapat diatasi dengan pelatihan memasak secara teratur. Pelatihan memasak dapat membuka wawasan tenaga pemasak untuk pengolahan dan penyusunan menu dengan didampingi ahli gizi. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan namun kurang maksimal karena tingkat kesadaran sekolah yang masih rendah dalam mencukupi asupan gizi anak didiknya. Oleh karena itu diperlukan monitoring dan evaluasi langsung pada tingkat sekolah secara teratur agar program yang ada dilaksanakan sesuai yang diharapkan.
22
Efektivitas program PMT-AS TK Tujuan pemberian makanan tambahan anak sekolah di Kabupaten Bantul adalah meningkatkan asupan gizi, ketahanan fisik, kehadiran peserta didik yang selanjutnya dapat secara bertahap meningkatkan kesehatan anak. Selain itu PMT-AS ini juga bertujuan untuk meningkatkan perhatian anak selama belajar, mendidik anak untuk selalu menyukai makanan lokal dan meningkatkan pengetahuan dan perilaku peserta didik untuk makanan lokal bergizi serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PMT-AS selama ini belum efektif dalam memenuhi tambahan untuk kebutuhan energi anak didik. Oleh karena tambahan asupan energi yang belum memenuhi standar tersebut, efek kesehatan yang diharapkan dapat menjadi tidak signifikan. Namun berdasarkan pengamatan, PMT-AS berhasil memperkenalkan makanan lokal pada anak karena anak diberi penjelasan dan motivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan. Selain itu anak juga dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pola hidup bersih dan sehat karena dibiasakan mencuci tangan sebelum makan saat di sekolah. Untuk masyarakat, PMT-AS bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam pemanfaatan pangan lokal dan partisipasi dalam upaya perbaikan gizi, produksi pertanian, pendapatan dan akhirnya berdampak pada kesejahteraan keluarga16, serta mendukung pemberdayaan perempuan dan ketahanan pangan dan gizi17. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat pemberdayaan perempuan pada setiap tahap pembuatan makanan kudapan yang dapat meningkatkan peran serta perempuan di daerah tersebut dalam bidang kesehatan. Keuntungan yang didapat dari mengolah makanan kudapan yaitu dapat memberi tambahan pendapatan keluarga dapat dirasakan pula oleh para petani atau pedagang lokal sebagai penyedia bahan makanan. Pada akhirnya PMT-AS dapat menciptakan ketahanan pangan dan gizi di daerah tersebut baik di tingkat rumah tangga maupun masyarakat karena bahan pangan yang ada dihasilkan di daerah tersebut dihasilkan, diolah dan dikonsumsi oleh mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat pada program ini dapat meningkatkan keberlanjutan program itu sendiri yang pada akhirnya manfaat kesehatan yang diharapkan dapat dirasakan lebih luas, tidak hanya di kalangan institusi pendidikan18. Efisiensi biaya program PMT-AS TK Rata-rata unit cost makanan kudapan pada penelitian ini (Rp 1.546,00) tidak terlalu jauh dari dana yang diberikan pemerintah (Rp 1.400,00). Hal ini menunjukkan bahwa sekolah telah berusaha menggunakan dana dengan efisien namun belum diikuti dengan hasil yang optimal karena kandungan energinya belum mencapai standar.
Unit Cost, Kandungan Energi dan Protein ...
Efisiensi penyelenggaraan makanan kudapan PMT-AS dapat dinilai dari penggunaan dana seminimal mungkin dengan hasil output semaksimal mungkin. Berdasarkan hasil penelitian makanan kudapan dengan harga yang relatif murah namun hasil mendekati standar adalah apem dan tahu bacem. Makanan kudapan ini tidak memerlukan biaya yang banyak namun dapat mencapai hasil yang diinginkan. Unit cost makanan yang diolah TK swasta lebih besar daripada TK pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa TK pemerintah lebih efisien menggunakan dana yang ada. Namun kedua sekolah perlu melakukan perbaikanperbaikan pada menu makanan yang dibuat maupun proses pelaksanaannya sehingga dana tetap dapat cukup memenuhi standar yang ada. Salah satunya adalah meningkatkan kerja sama dengan warga sekitar terkait pengadaan bahan makanan maupun tenaga pemasak. Hal tersebut dapat memberi keuntungan bagi kedua belah pihak yaitu sekolah dapat memperkecil pengeluaran sedangkan warga sekitar mendapat pendapatan lebih seperti yang diharapkan pemerintah selama ini. Hasil penelitian di Kenya menunjukkan bahwa biaya per anak per tahun dapat dikurangi jika bahan makanan didapatkan dari produk lokal karena 85% biaya school feeding habis untuk pengadaan bahan, penyimpanan dan transportasi19. Program PMT-AS memiliki tujuan yang banyak sehingga sangat sulit untuk mempelajari efektivitas biaya pelaksanaan program ini. Diperlukan rumus umum untuk semua tujuan dalam ukuran moneter17. Namun pengkajian tentang efektivitas biaya ini sangat penting untuk mengetahui keberlanjutan program. Program yang mengeluarkan biaya yang banyak biasanya tidak dapat berlangsung lama, apalagi jika manfaatnya tidak cepat menunjukkan hasil yang signifikan20.
KESIMPULAN DAN SARAN Rata-rata kandungan energi makanan kudapan PMT-AS TK di Kecamatan Bantul adalah 191,7 kkal, rata-rata kandungan protein adalah 5 gram. Dana PMTAS TK belum efektif untuk mencapai standar kandungan energi makanan kudapan yaitu 63,9 % anjuran meskipun kandungan protein sudah mencukupi yaitu 100 % anjuran namun sudah digunakan dengan efisien terbukti dari selisih rata-rata unit cost makanan kudapan tidak jauh berbeda dari dana pemerintah sebesar Rp 1.400,00 per porsi per anak. Sekolah perlu melakukan perbaikan menu kudapan PMT-AS TK dengan memperhatikan komposisi zat gizinya dengan menggunakan kombinasi makanan sumber energi dan protein atau memodifikasi resep baik komposisi bahan, jenis bahan maupun besar porsi agar dapat mencapai nilai yang dianjurkan . Selain itu tenaga gizi dari Puskesmas setempat perlu lebih aktif mendampingi sekolah secara langsung dalam pemilihan bahan makanan, variasi menu dan standar
porsi makanan kudapan PMT-AS TK sekaligus berperan dalam monitoring jalannya penyelenggaraan PMT-AS TK sehingga program dapat mencapai hasil yang optimal. Sekolah juga perlu meningkatkan kerjasama dengan penduduk setempat dalam pengolahan dan pengadaan bahan makanan untuk meminimalisasi biaya. DAFTAR PUSTAKA 1. Hawadi (2012) Hubungan Antara Aktifitas Fisik, Waktu Menonton Televisi, dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi dan Status Kesehatan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 2. Khomsan, A (2006) Solusi Makanan Sehat. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010) Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 4. Fauzi, G (2011) Peraturan Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2011. Jakarta : Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. 5. Asmari, L (1999) Penyelenggaraan, Kandungan Gizi dan Analisis Biaya Kudapan PMT-AS di Desa Karyasari dan Desa Cibeber II, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 6. Sukendro, N.P dan Sunarti (2012) Perbedaan Asupan Energi dan Protein Pada Siang Hari Antara Anak Taman Kanak-kanak di Sekolah dengan Model School Feeding dan Non School Feeding. Yogyakarta: Jurnal KESMAS Vo. 6, No. 3, September 2012 : 144-211. 7. Azwar, A (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan edisi ketiga. Jakarta : PT Bina Rupa Aksara. 8. Bundy, D., Burbano, C., Grosh, M., Gelli, A., Jukes, M., Drake, L. (2009) Rethinking School Feeding : Social Safety Nets, Child Development, and the Education Sector. Washington, D.C. : The World Bank. 9. Tan, J., Lane, J., and Lassibille, G. (1999). Student outcomes in Philippine elementary schools: An evaluation of four experiments. The World Bank Economic Review, 13(3), 493. 10. Miguel, E., and M. Kremer (2004) “Worms: Identifying Impacts on Education and Health in the Presence of Treatment Externalities.” Econometrica 72 (1):159– 217. 11. Evans, D., Kremer, M., and Ngatia, M. (2008). The Impact of Distributing School Uniforms on Children’s Education in Kenya. World Bank, mimeo. 12. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (2009) Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo. 13. American Dietetic Association (2010) Position of the American Dietetic Association: Local Support for Nutrition Integrity in Schools. J Am Diet Assoc. 2010; 110: 1244-1254. 14. McEwan, P.J (2012) The Impact of Chile’s School Feeding Program on Education Program. Economics of Education Review 32 (2013) 122-139.
23
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 1, Maret 2015, halaman 17-24
15. Ekawati, M. (1999) Penyelenggaraan, Kandungan Gizi dan Analisis Biaya Kudapan PMT-AS di Desa Cibatok II dan Desa Sukamaju, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 16. Pemberdayaan Masyarakat Desa (2013) Pedoman Umum Pelaksanaan penyediaan Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah Taman Kanak-kanak. Bantul : Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. 17. Ruel, M.T. and Alderman, H (2013) Nutrition-sensitive Interventions and Programmes : How Can They Help to Accelerate Progress in Improving Maternal and Child Nutrition? USA : Poverty, Health and Nutrition Division, International Food Policy Research Institute.
24
18. Laverack, Glenn (2006) Improving Health Outcomes trough Community Empowerment : A Review of the Literature. Journal Health Population Nutrition 2006 Maret ; 24(1) : 113-120. 19. Finan, T., Arunga, D., Muindi, M., Ochola, S., Ras., Woel, B. (2010) Impact Evaluation of WFP School Feeding Programmes in Kenya (1999-2008) : A Mixed-Methods Approach. Vol. 1 : Full Evaluation Report, WFP Office of Evaluation. 20. Gordon, A., Ross, A., Lister, S. (2012) Learning from Evaluations of School Feeding : A Synthesis of Impact Evaluations. WFP, Office of Evaluation.